BELUM DIKOREKSI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RISALAH SEMENTARA
RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANOAN UNDANO-UNDANO TENTANO KEPABEANAH
Tahun Sidang
Masa Persidangan
R a p a t
Janis Rapat
Sifat Rapat
Hari, Tanggal
Waktu/Jam
T e m p a t
Ketua Rapat
: 1995/1998
: II
: Ke- ·25
: Panttta Kerja ( PanJa ) Ke- 1' : Tertutup
: Jum • at, 24 November 1995
: Pukul _08.30 s/d 16.45 WIB
: Java Ba 11 Room Hotel Hor 1 son
: _Loekman R. Boer
Sekretaris Rapat : Subijanto Sudardjo, s.H. A c a r a : Pembahasan DIM RUU tentang
Kepabeanan.
H a d 1 r : Anggota Panja : 42 . d a r 1 4 4 or an g An g go t a PEMERINTAH : Otrjen Bea dan Cukit beserta Staf.
1. ANGGOTA PANITIA KERJA : 1. H. Jusuf Taltb, SH. 2. Loekman R. Boer 3. Drs. H. Vahya Nasutton 4. H. Abdullah Zatnte. S.H. 5. Mochamad Suparnt, B.A. 6. Soekotjo Satd, S.E. 1. H. Mohammad Hatta Mustafa,S.H 8. Ors.H. Awang Faroek l~hak 9.Drs. H. Asnawi Hustn 10. l~kandar Mandjt 11. H. Agus Tagor 12. lr. P.A. Rangkutt 13. Soebagjo, S.H. 14. H. Husn1 Thamrtn, S.H. 15. Moeharsono Kartodirdjo 16. Pudjo Blntoro 17. ~ra · ~- Emilia l.Lrl Hadaitullah
18. Achmad Saad Harjono 19. Drs. Paskah Suzetta 20. H. Nanang Sudjana, S.H. 21. Drs. Hasoloan Johan 1-Utagaol, S.Th. 22. Novyan Kaman, S.H. 23. R.M. P u r b a 24. Drs. Hari Eko Sumisto 25. Drs. MAli Talha 26. Drs. M. Situmorang 27. s u g 0 t 0 28. Ora. Siti Soendari 29. Djoko Sardjono 30. Jusman lahar, S.E. 31. Drs. H.M. Mukrom As'ad 32. H. Bachtiar Chamsyah, B.A. 33. H. Muhsin Bafadal, S.H.
35.0r~.M ........ .
'
- 2 -
34. Drs. H. Yafie Thahir 39. D j u p r i. S.H. 35. H. Sulai•an B1yahimo 40. Drs. H. ~ubagyo
36. H. Masrur Javas 41. Drs. Noor Achar1 37. Aberson Marle Sihaloho 42. H. Oi~ Haryanto 38. Setyadji Lawi
2. PENEIINTAH : ' 1 • So•hardjo • DlrJen ••• dan Cukal •
2. Jusuf An••r • Stkrttarts Jendera1 • 3. Edy Abdurrahman : Kapus1atan Btl dan Cukal 4. Aoy R. llno :Dtr Ita dan Cuka• 5. Hery•nto : Dtr Ita dan Cukat 6. Da•ng Nazt•r Dtr Tartt dan Harga B•• dan Cukal 7. Sut•rdl Dlr lea dan Cukat. a. Mak•ur A.B. Slrtgar I Dlr Ita dan Cukat 9. SJahrlr OJ••aluddln • Pusdlklat 811 dan Cukal •
10. M. I••• H. Otr lea dan Cukal II. I NyOM•n Pu,pa s. Pusdlk1at lea dan Cukal 12. Toto Suglatno Dlr Ita dan Cukal t'l. D•r•dJadl • Dlr Btl dan•Cukal • 14. Moh Z•n • Dlr lea dan Cukal •
KETUA RAPAJ ••••....
- 3 -
KETUA RAPAT (LOEKMAN R. BOER) : Selamat Pagi Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian. Dari 44 orang Anggota Panja telah 32 orang Anggota Panja,
dengan demikian skors kami cabut kembali dan rapat dimulai. Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati. Sebelum kita melanjutkan acara pembahasan materi dan penje
lasan dari RUU, mari kita lihat Laporan Singkat Rapat Panja ke-24
hari Kamis tanggal 23 Nopember 1995, mungkin ada kore·ksi atau tambahan dari Fraksi-fraksi yang lainnya~
Kami persilakan dari FABRI mungkin sudah ada.
FABAI (Drs~ M. SITUMORANG) : Terima kasih Bapak Ketua Panja. Sementara yang bisa kami lihat tidak ada koreksi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : FABRI sementara tidak ada, selanjutnya dari FPP.
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) FPP sementara tidak ada, terima kasih.
KETUA AAPAT : FPDI, silakan.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) :
Belum ada Pak, terima kasih.
KETUA RAPAT : Belum ada, silakan FKP.
FKP (MOCHAMAD SUPARNI, B~A.)
Sementara belum ada, terima kasih.
KETUA RAPAT : Pemerintah silakan.
DIRJEN BEA DAN CUKAI (SOEHARDJO) : Sementara belum ada, terima kasih.
KETUA ••••••••• I
- 4 -
KETUA RAPAT : Dengan demikian Laporan Singkat Rapat Panja ke-24 hari Kamis
tanggal 23 Nopermber 1995, sementara kita sahkan. Nanti sambil
jalan kalau ada koreksi bisa kita perbaiki.
( RAPA T : SETUJU )
Baiklah, Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian.
Oalam catatan kami mohon masing-masing mungkin bisa dikorek
si nantinya, bahwa jumlah materi yang tertunda ini berjumlah 37
point, ada yang point besar, ada yang point keci1.
Point besar it u umpamanya BAB X karen a menyangkut Bab-bab
dan Pasa 1-pasa 1 yang banyaknya hampi r 9 at au 10 pas a 1. Namun
dalam cat at an kami juga kami sebutkan bahwa yang mur ."i tertunda
atas permintaan masing-masing Fraksi, antara lain yang murni ini
dihimpun dari hasil Laporan Singkat ya •• ~ sudah kita setujui :
FABRI, ada 9 point
FKP,
FPP,
FPDI,
ada 11 p<...int
ada 3 ..,..,int
ada 6 point
Pemerintah, ada point.
Jadi da, i masing-masing ini berjumlah 30 point.
Sedang 4 point it u bersama-sama d it unda, karena permi nt aan
FABRI dan FKP.
Kemudian ada 1 point bersama-sama juga diminta oleh FABRI,
FKP dan FPP.
Selanjutnya 1 point yang ditunda karena permintaan dari
FABRI, FKP dan FPDI.
Kemudian 1 point yang ditunda karena permintaan FABRI dan
FPDI.
Dengan demikian total semua yang ditunda berjumlah 37 point,
ya termasuk point yang besar sepert i BAB X yang kami utarakan
itu, itu dihitung 1 point.
K ami aka n u rut sat u p e r sat u d a r i mu 1 a i pas a 1 a w a 1 , cob a
nanti yang mempunyai berkepentingan untuk ditunda dan merasa
sudah dibicarakan untuk dicek dalam DlM dan rumusan yang sudah
disetujui.
INTERUPSI FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) : Apa point yang besar BAB X dan BAB XII Pak.
KETUA •.•.....•.
~
I
--~-----~-
- 5 -
KETUA RAPAT : Kami tadi mengambil contohnya saja Pak. BAB XIV itu juga point besar, jadi bukan BAB XII saja tapi
BAB XIV juga point besar, itu kami hitung 1 point karena merupakan satu rangkaian.
Kami akan mulai dari Pasal 1, ini atas usulan FPP "Wewenang
Kepabeanan yang materinya waktu itu diangkat ke Ketentuan Umum,
Definisi kemudian disetujui dibahas da1am waktu kita bicara BAB
XIIh. Sekarang saya cek dengan FPP, apakah sudah terbahas waktu itu dan rumusannya bagaimana. Waktu itu Judulnya memang belum
ada ketentuan.
Kami persilakan kepada FPP.
FPP (Drs. H.M. MUKROM AS'AD) Bapak Ketua. Pertama Judulnya itu dipilih antara "Wewenang Kepabeanan"
dengan "Wewenang Di rektorat Jendera 1 Bea dan Cuka i .. a tau "Wewe
nang Pejabat Bea dan Cuka i ".
Kami menyadari bahwa ternyata setelah kita membahas Kewenangan yustisi dari Kepabean dengan adanya hak penyidikan, itu
melewati kewenangan administrasi belaka. Jadi dengan demi k ian maka Kewenangan Kepabeanan and a i kat a
diterima sebagai Judul, nantinya dijelaskan saja didalam penje-1 a san men gena i "Wewenang Kepabean ".
Saya kira demikian, jadi dalam pengertian itulah kami anggap masalah ini selesai.
KETUA RAPAT :
Mulanya bahwa pengertian "Wewenang Kepabeanan" apapun judul
nya nanti yang kita setujui dijelaskan pada penjelasan BAB XII.
Dapat kita setujui ini ?
( RAPA T : SETUJU )
Terima kasih, 1 point se1esai. Kemudian point kedua, ini yang tertunda oleh Pansus yaitu
Pasal 3 dan Penjelasannya. Ini sudah seperti beberapa waktu yang lalu kami sudah menyebutkan bahwa ini sudah dibicarakan bersama
Fraksi-fraksi dan rumusan Pemerintah yang baru, ini berada dalam map yang tadi pagi dibagikan.
Kami ......... .
- 6 -
Kami minta kepada Pemerintah untuk dapat membacakan yang sudah mendapat kesepakat an dan kit a dengar bersama-sama, apakah ada koreksi atau langsung kita sahkan.
Mengenai Pasal 3 yang lama dibagi menjadi dua pas~l, sekali
gus Pasal 3 dan Pasal 4 dan ini sudah disetujui saat Rapat Konsultasi Fraksi-fraksi, Pansus dan Pemerintah.
Mengenai Pasal 3 yang baru berikut Pasal 4-nya dan Satang Tubuh termasuk Penjelasan dapat kiranya Pemerintah memberikan penjelasan.
Untuk itu kami persilakan dari Pemerintah.
DIRJEN BEA DAN CUKAI (SOEHARDJO) :
Terima kasih Ketua Panja yang kami hormati. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota Panja yang terhormat. Kami akan bacakan konsep Pemerintah atas rumusan Pasal 3 RUU
Kepabeanan yang baru :
Pasal 3
Ayat (1) Terhadap barang impor di1akukan pemeriksaan Pabean
Ayat (2) Pemeriksaan Pabean sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) me1iputi pene1itian dokumen dan pemeriksaan
fisik barang.
Ayat (3) Pemeriksaan fisik barang sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) di1akukan secara se1ektif.
Ayat (4) Tata cara pemeriksaan Pabean sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Penjelasan Pasal 3
Untuk mempero1eh data dan peni1aian yang tepat mengenai
pemberitaan Pabean yang diajukan terhadap barang impor dilakukan
rumusan Pabean dalam bentuk penelit~an terhadap dokumen dan
pemeriksaan atas fisik barang. Da1am rangka memperlancar arus barang pemeriksaan atas fisik
barang di lakukan secara se lekt if da lam art i pemeriksaan barang hanya dilakukan terhadap importasi yang beresiko tinggi yaitu
barang-barang ......... .
- 7 -
barang-barang yang bea masuknya tinggi, barang-barang yang berbahaya bagi negara dan masyarakat serta impor yang di 7akukan. o 7eh importir yang mempunyai catatan yang kurang baik.
Pasal 4
Ayat (1) Terhadap barang ekspor di1akukan pene1itian doku
men.
Ayat (2) Da7am hal tertentu dapat di 7akukan parf'riksaan fisik atas barang ekspor.
Ayat (3) Tata cara pemeriksaan Pabean sebagaimana dimaksud • pada Ayat (1) dan Ayat (2) diatur 7ebih 1anjut
o1eh Menteri.
Penjelasan
Pasal 4
Dalam rangka mendorong ekspor terutama da1am kaitannya
dengan upaya untuk meningkatkan daya saing barang ekspor Indone
sia di pasar dunia diperlukan suatu kecepatan dan kepastian bagi
eksportir untuk dapat memenuhi kontrak yang di7akukan dengan
mitra usahanya di 7uar negeri.
Dengan demikian pemeriksaan Pabean dalam bentuk pemeriksaan fisik atas barang ekspor harus diupayakan seminima1 mungkin,
sehingga terhadap barang ekspor pada dasarnya hanya di 1akukan
penelitian terhadap dokumennya untuk memperoleh data dan penilai
an yang tepat mengenai pemberitahuan Pabean yang diajukan pasa1 ini memberikan kewenangan kepada Menteri untuk da1am ha1-ha1 tertentu dapat menetapkan ketentuan tentang pemeriksaan fisik
atas barang ekspor.
Demikian, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pemerintah. Dengan demikian kita sudah mendengar bersama-sama bahwa
Pasal 3 RUU yang 1 ama d i pecah men j ad i dua pas a 1 supaya i angan
satu nafas, dan tadi sudah dibacakan bai k Satang Tubuh maupun
Penjelasannya.
Seyogyanya
- 8 -
Seyogyanya karena ini sudah diputuskan pada Rapat Konsultasi
Pemerintah, Fraksi dan Pansus, tentunya secara substansi sudah
dapat kita terima. Namun kalau ada redaksional yang kurang tepat
kami persilakan untuk dapat memperbaikinya agar lebih mengena seperti Satang Tubuhnya.
Kami persilakan kepada FPDI.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) : Terima kasih Saudara Pimpinan.
Saudara-saudara sekalian dan Sidang yang kami muliakan.
Kami mene rima sepenuhnya rancangan in;, apa 1 ag i in i sudah digodog secara matang pada tingkat-tingkat yang diperlukan, hanya sat u kat a yang kami i ng in usu 1 kan d i gant i dengan mak sud agar
Pejabat Bea dan Cukai ini dalam mengantisipasi produk yang akan
datang bisa mengambil langkah-langkah. Perkataan itu ada pada Pasal 3 Penjelasan. Setelah perka-
taan "terhadap importasi yang beresiko tinggi" kami ingin mengu
su1kan dengan kata "antara 1ain".
Sebab kalau perkataan resiko tinggi yaitu artinya lebih dari pada barang-barang yang bea masuknya t i nggi, barang-barang yang berbahaya bagi negara dan masyarakat serta impor yang dila
kukan, ini tidak boleh lagi dinilai. Dalam pengertian dinilai
itu adalah definisinya hanya itu saja, tetapi kalau antara lain maka kalau ada (tidak tahu kapan terjadinya) yang lebih daripada yang beresiko tinggi, yang lebih daripada membahayakan bagi
masyarakat dan negara dan seterusnya Pejabat Bea dan Cukai masih
mungkin untuk mengadakan langkah-langkah. Itu kalau dalam f1oor
in i dapat d i pert i mbang kan. Hanya kat a-kat any a saj a Pak, se 1 u ruhn y a k ami t e r i m a .
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih.
Dari FKP, kami persilakan.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Terima kasih Pimpinan. Tadi Pimpinan juga sudah mengarahkan bahwa ini harus kita
terima, FKP sebelumnya sudah membaca ini sudah menerima terutama
diktumnya.
Saya ......... .
- 9 -
Saya kira untuk Penjelasan karena kita masih punya Timus, disana-sini mungkin masih kita bisa bicarakan beberapa istilah umpamanya istilah importasi. Memang bahasa Inggris Importation
itu ada tapi apakah ini sudah di Indonesia kan, tapi kalau tidak ada perkataan yang lainnya, kita perkenalkan disini tidak apaapa.
Kemudian disini banyak sekali kata sambung "yang", barangkali ini juga bisa kita sempurnakan kalau bisa, kalau tidak ya tidak apa-apa.
Jadi Pasal 3 dan Pasal 4 kami bisa menyetujui sepenuhnya terkecuali dengan catatan saja.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih FKP.
Kami lanjutka~ kepada FABRI, silakan.
FABRI (A.M. PURBA) Terima kasih Pak Ketua. FABRI setelah membaca dan mempelajari rumusan baru Pasal 3
dan Pasal 4, untuk Pasal 3 Satang Tubuh dan Penjelasan tidak ada masalah. Kemudian Pasal 4 Satang Tubuh tidak ada masalah tapi Penjelasan mungkin ada perlu hal yang dipertimbangkan, kecuali nanti ada pembahasan tersendiri. Kalau tidak kira-kira begini :
Pada Penjelasan aline pertama "Da7am rangka mendorong ekspor
terutama da1am kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan daya
saing barang ekspor Indonesia di pasar dunia 1 diper1ukan suatu
kecepatan dan kepastian bagi eksportir untuk dapat memenuhi
kontrak yang di 7akukan dengan mitra usaha di 7uar negeri ".
Untuk dapat memenuhi kont rak yang di 1 akukan dengan mit ra usaha di luar negeri ini perlu dicantumkan atau tidak ini begitu, tapi yang penting 'kan kita mendorong supaya ekspor itu lancar, tidak ada hambatan.
Jadi kalau dimuat ini seolah-olah tujuannya hanya satu itu, untuk memenuhi kontrak saja. Dikhawatirkan justru ini dijadikan a 1 at bag i eskport i r dengan membuat kon't rak sedemi k ian rupa sehingga pemeriksaan barang ekspor itu akhirnya menjadi tidak
berarti. Maksud kami supaya pemenuhan kontrak ini tidak dijadikan senjata utama bagi eksportir, karena dalam hal tertentu itu masih dapat diadakan pemeriksaan fisik atas barang ekspor.
J ad i ......... .
- 10 -
Jadi itu saja Pak Ketua, untuk anak kalimat ini mohon dipertimbangkan atau mohon kita bahas itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih FABRI. Secara prinsipial bahwa Pasal 3 dan Pasal 4 ini sudah dite
rima, nam-un perlu ada suatu pembahasan lebih lanjut dalam Panja ini adalah anak kalimat pada Pasal 4 Penjelasannya.
Kami persilakan kepada FPP.
FPP (Drs. H.M. MUKROM AS'AD) Bapak Ketua. Jadi kami juga secara prinsip dapat menerima rumusan Pasal 3
dan Pasal 4 beserta Penjelasannya. Oleh karena kita menyadari
masalah ini masalah berat sampai diselesaikan pada tingkat Pansus, jadi Panja ini hanya berwenang untuk menerima laporan, maka kami terlebih-lebih setelah mendengar perbaikan redaksi dari Fraksifraksi lainnya ingin menggunakan escape c7ousu1e ialah walau kita pada Panja ini menganggap sudah sempurna redaksi penjelasan di luar pasal, selayaknya kalau Timus masih kit a beri kesempatan untuk menyempurnakan.
Ada pendapat dari ahli bahasa kami Pak Ketua.
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) Bapak Ketua.
Menyambung Pak Mukrom, ya memang hasi 1 rumusan baru ini sudah hasilnya SOM (senjor of self meetjng), ya sebenarnya sudah pas. Cuma d ida 1 am kebahasaan importasi be1um ada di kamus
bo1ehlah.
redaksional memang itu terhadap itu Pak, terhadap barang impor
Kemudian mengenai penggunaan kata-kata ini banyak yang tidak sam a , d i at u r 1 e b i h 1 an j u t o 1 e h Men t e r i dan d i t e t a p k an o 1 e h Men-teri atau juga diatur oleh Menteri, tidak sama.
Menurut efisiensi bahasa itu pemborosan itu, memang diatur o1eh Menteri saja Pak, baik yang diatur-maupun yang ditetapkan.
Jadi itu saya kira bahan untuk Timus saja. Terima kasih.
FPP ......... .
- 11 -
FPP (Drs. H.M. MUKROM AS'AD) : Bapak Ketua.
Jadi Pasal 3 dan Pasal 4, pasal·nya sudah tidak ada masalah 1 ag i .
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih FPP. Jadi dengan kesimpulan untuk memperbaiki penjelasan
di-Timus-kan, sedangkan dari FABRI satu anak kalimat ini yang dikhawatirkan.
Kami persilakan kepada Pemerintah, karena ini perlu dibicarakan oleh Panja. Soalnya ini substansi yang mempunyai interprestasi yang bisa berbeda atau penafsiran yang berbeda.
Saya ulangi, bahwa anak kal imat "untuk dapat memenuhi kon
trak yang dilakukan dengan mitra usahanya di luar negeri" perkataan "dapat" dihapus untuk menjaga jangan sampai hanya untuk itu
saja kelancaran ekspor ini, nach dari Pemerintah bagaimana ini. Silakan.
DIRJEN BEA DAN CUKAI (SOEHARDJO)
Terima kasih Bapak Ketua Panja.
Sidang Panja yang kami hormati. Sehubungan dengan anak kalimat pada Penjelasan Pasal 4
kalimat yang pertama yaitu disebutkan disini ··untuk dapat meme
nuhi kontrak yang dilakukan dengan mitra usahanya di luar negeri"
memang sebenarnya sasaran ekspor tidak hanya ini sebenarnya. Jadi memang mungkin akan lebih tepat bila disisipkan kata
"antara lain" setelah kata eksportir.
KETUA RAPAT : Baik, kepada FABRI dengan disisipkan kata "antara lain untuk
dapat memenuhi kont rak yang di 1 akukan dengan mit ra usahanya di
luar negeri" ditambah. Silakan FABRI.
FABRI (A.M. PURBA) Terima kasih Pak. Yang kami khawatirkan tadinya memang dari dua sisi, pertama
..... dari segi eksportir nanti kontraknya itu dijadikan senjata utama
menghindari ......... .
- 12 -
menghindari pemeriksaan, karena dalam hal-hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan tapi nanti dikhawatirkan
masih just ru
kontrak yang dibuat dengan importir di luar negeri itu dijadikan senjata, karena ini satu-satunya. Demikian juga bagi importir di luar negeri ini bisa digunakan sebagai alat juga untuk menekan eksportir kita. Kami khawatirkan disitu Pak.
Kalau ini kira-kira tidak membawa dampak seperti itu, ya menambah kata "antara 1ain" bisa saja tapi kalau itu dihilangkan maka tidak tercermin bahwa masalah kontrak ini sebagai satusatunya yang menentukan, tapi yang penting bagi kita mendorong ekspor dalam rangka meningkatkan daya saing untuk itu diperlukan kecepat an dan kepast ian bag i eksport i r da 1 am rangka ekspornya, begitu saja.
Jadi supaya tidak satu-satunya kontrak ini yang nanti dija
dikan senjata bagi eksportir maupun importir dari luar negeri. Itu saja maksud kami Pak, terima kasih.
KETUA RAPAT : Dalam rangka sudah didepan Pak. Dalam rangka mendorong ekspor terutama dalam kaitannya
dengan upaya untuk meningkatkan daya saing barang ekspor di pasar
dunia diperlukan suatu kecepatan dan kepastian bagi eksportir.
Itu mungkin lebih luas artinya. Kami persilakan kepada Pemerintah.
DIRJEN BEA DAN CUKAI (SOEHARDJO) Terima kasih Bapak Ketua Panja. Kami kira rumusan yang baru saja disampaikan saya kira yang
paling tepat, karena memang tadi apa yang diberikan sinyalemen oleh yang terhormat Bapak Purba mengenai kemungkinan bahwasanya seakan-akan kontrak ini untuk menekan Bea dan Cukai didalam memperlancar pelayanan, memang prakteknya demikian Pak.
Kita mengalami dulu kasus SE (Sertifikat Eskpor) dimana Bea dan Cukai dipaksa untuk memeriksa barang pukul 18.00 WIB sudah diluar jam kerja ini Pak, tempatnya juga tidak karuan, pabriknya di Tangerang, Bapak mungkin masih ingat, kasus Export Toyce dimana sampai sekarang yang bersangkutan Pejabat Bea dan Cukai ini ditolak kasasi sekarang masuk penjara Pak yaitu Saudara Wiyono, itu salah satu korban ini Pak, korban sistem yang tidak jelas.
Jadi ini hanya sekedar ilustrasi saja Pak. Terima kasih.
KETUA ......... .
- 13 -
KETUA RAPAT : Walaupun Pemerintah sudah setuju, saya putar dulu kepada
Fraksi lainnya. FPP bagaimana kalau kita hilangkan anak kalimat itu ?
FPP (Drs. H.M. MUKROM AS'AD) Bapak Ketua.
Saya kira bagus sekali Pak, jadi bagus sekali untuk menghilangkan ini karena ini adalah Undang-undang. Walaupun ini didalam Penjelasan tapi juga dijadikan sumber hukum oleh aturanaturan berikutnya.
Jadi kita agak mengkhawatirkan yang sangat bersifat spesial seperti itu dicantumkan dalam pasal termasuk juga dalam penjelasan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih. Kami persilakan FKP.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Setuju Pak, tapi berilah kesempatan juga kepada Timus untuk
membaca kembali.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih. Silakan FPDI.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) : Jadi mumpung sudah diberikan kesempatan untuk memperbaiki,
kami mengusulkan seperti apa yang disampaikan oleh rekan FABRI pakai perkataan sampai bagi eksportir, hanya kami ingin menambahkan sesuatu prinsip didalam ini yaitu bahwa kecuali untuk kecepatan, kecuali untuk kepastian, maka pada dasarnya karena terhadap barang ekspor tidak dikenakan pengenaan Pabean, beban Pabean. Kalau ada pajak-pajak itu bukan beban Kepabeanan, itu beban Pajak sebab untuk memisahkan seperti halnya yang didalam pembicaraan Pajak itu kemudian dilaksanakan oleh Pa~ean tapi bukan merupakan pendapat an dari Pabean. Jadi Pabean sendi ri t i dak mengenakan apa-apa terhadap barang ekspor.
Jadi
- 14 -
Jadi salah satu prinsip ketepatan, kepastian dan karena terhadap barang ekspor pada dasarnya tidak dikenakan pengenaan biaya Kepabeanan.
Jadi kami mengusulkan itu "da7am rangka mendorong ekspor maka diper7ukan kecepatan, kepastian, dan tidak ada pengenaan
biaya Kepabeanan", itu prinsipnya disitu Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Saya rasa tidak ada hubungannya, tapi tidak tahulah ya ini jalan pikiran masing-masing.
Sebaiknya usul dari FKP tadi kita masukan ke Timus, setuju ?
( RAPAT : SETUJU )
Dengan demikian
Pasa~- ....... .
- 15 -
\_._ .... .,
Pasal 3 dan Pasal 4 RUU sesuai dengan perubahan ini Batang Tubuh kita terima, sedang Penjelasan kita Tua~skan.
(Rapat Setuju)
Kemudian kita lanjutkan kepada Pa~al 5 Ayat (2) baru, Substansi disetuji penempatannya pada Pasal 27 dan pemecahannya menjadi Ayat (2), saya rasa ini usul dari FKP tolong dichek bagaimana waktu kita membcakan Pasal 27 apakah sudah masuk, silakan FKP.
FKP (ABDULLAH ZAINIB, SH} Interupsi Jadi secara tersirat usul dari FKP ini sudah tertampung baik
didalam Diktum maupun di dalam Penjelasan RUU dan juga dia sudah kita berikan pagar baik didalam ketentuan sanksi administrasi maupun didalam sanksi pidana atau ketentuan pidana terutama Pasal 104. Jadi dengan demikian kami kembali kepada RUU, kami mencabut kembali usul daripada FKP, terima kasih.
KBTUA RAPAT : Terima kasih FKP, Dengan demikian Pasal 5 Ayat (2) kita kembali ke RUU, setu-
ju.
(Rapat Setuju)
Sekarang Pasal 6 Ayat (4), ini yang punya FABRI dirumuskan oleh FABRI dalam penjelasan diuraikan bahwa ayat ini diberlakukan kepada pihak yang bersalah.
PBHBRINTAH (BDI ABDURRACHHAN) Interupsi. Sebelum meningkat ke Pasal 6 Ayat (4) pada wak~u itu dimin-
~ .. ~.1.,c.L~r•" takan juga kepada Pemerintah untuk menyempurnakanv Pasal 6 Ayat ( 3) sehubungan adanya pembedaan pengenaan sanksi administrasi,
untuk inipun Pemerintah telah menyiapkan·dan terdapat map.
KETUA .............. .
- 16 -
KETUA RAPAT :
Pada Pasal G Ayat (3) waktu itu kita lihat penjelasannya pada RUU yang asli, Ayat (3) disitu cukup jelas, Pasal 6 waktu RUU cukup jelas, Ayat (1) ada penjelasan Ayat (2), ada penjelasannya Ayat (3) cukup jelas. Kemudian ada tugas kepada Pemerintah, silakan kepada Pemerintah dan diperhatikan oleh Fraksifraksi lainnya bahwa adalam RUU Pasal 6 Ayat (3) keterangannya cukup jelas sesuai hasil Panja, kemudian Pasal 6 ayat (3) ini diberi penjelasan yang sekarang sudah dikonsepkan oleh Pemerintah, kita dengar bersama-sama tentunya dikaitkan dengan bunyi pasalanya yang sudah kita setujui waktu itu, kami persilakan kepada Pemerintah untuk dapat menjelaskan, membaca dan kemudian mengkaitkan dengan pasal Batang Tubuhnya, silakan.
PEMERINTAH (EDI ABDURRACHMAN) :
Terima kasih Bapak Pimpinan,
Jadi pada waktu membahas Pasal 6 Ayat (3) ini antara lain kaitannya dengan Pasal 6 Ayat (1) dan Pasal 6 Ayat (2). Pengangkut yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat ( 1) d ( ) d · b k · · k s•""'' · · an Ayat 2 1tam ahkan pada wa tu 1tu d1kena an~adm1n1stra-si berupa denda paling banyak 25 juta rupiha.
Yang menjadi permasalahan waktu itu bagaimana cara pengenaan sanks i i tu sendir i terutama kai tannya misalnya kalau t imbul musibah apakah juga akan dikenakan sama dengan yang sebelumnya
atau pengangkut yang hanya melakukan satu kalai apakah juga akan dikenakan sama dengan yang mengangkut yang melakukan pelanggaran berkali-kali.
Oleh karena itu atas perintah Panja pada waktu itu Pemerintah diminta untuk menyiapkan penjelasan daripada Pasal 6 Ayat (2) ini, kami akan mencoba membacakan.
Pasal 6 Ayat (3) penjelasannya : Pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut atas ketentuan pada Ayat (1) merupakan kesalahan
yang dapat terjadi berulang-ulang dan dapat dikatakan dilakukan secara sadar oleh karena itu sanksi administrasi yang ditetapkan
d t . . d . b t b ' ' d ' ,.aLiMCd h ' pa a aya 1n1 1 ua erpar1as1 ar1 yangvren a sampa1 yang paling tinggi.
Dengan demikian pengangkut yang melanggar ketentuan Ayat (1) satu kali dengan yang lebih satu kali akan dikenai denda yang besarnya berbeda. Sedangkan pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut atas ketentuan Ayat (2) dapat dikatakan tidak akan
terjadi setiap saat dan dilakukan tidak secara sadar (dalam
keadaan ................ .
- 17 -
keadaan musibah). Oleh karena itu sanksi administrasi atas kesalahan tersebut hanya akan dikenakan denda minimum yang diatur pada ayat ini, terima kasih.
KBTUA RAPAT :
Baik terima kasih, Setelah Pemerintah membacakan penjelasan Pasal 6 Ayat ( 3)
yang sudah dirumuskan kembali tentunya saya persilakan tanggapan kepada Fraksi-fraksi, silakan FKP mungkin.
PKP (AWANG PAROUK ISHAK) Terima kasih Pak Ketua, Bapak Dirjen dan Bapak-bapak dan
Ibu-ibu sekalian. Penjelasan Pasal 6 Ayat (3) ini saya kira memang sangat
diperlukan karena apabila kita membaca Pasal 6 Ayat (3) di Batang Tubuhnya tentu sipembaca akan memerlukan penjelasan lebih lanjut tentang apa yang dimaksudkan oleh Pasal 6 Ayat (3) ini.
Oleh karena itu maka didalam konsep yang tadi telah dijelaskan oleh Pemerintah pada prinsipnya FKP dapat menerimanya, tetapi
ada beberapa hal yang saya kira yang perlu kami sampaikan penyempurnaannya dan juga beberapa penjelasan lebih lanjut dari Pemerintah.
Yang pertama kata-kata berpariasi ini saya kira lebih kita hilangkan sehingga dengan demikian kata-katanya akan lebih mudah dimengerti. Pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut atas ketentuan pada Ayat ( 1) merupakan kesalahan yang dapat terjadi berulang-ulang dan dapat dikatakan dilakukan secara sadar, oleh
karena.itu sanksi administrasi yang ditetapkan pada ayat ini dibuat, berpariasinya saya usulkan dihilangkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, itu yang pertama.
Yang kedua pengertian istilah dalam kurung dalam keadaan musibah, tentu orang-orang yang membaca ini pasti bertanya-tanya, musibah apa ini, mengapa tidak kita jelaskan saja contohnya, misalnya saja pada penjelasan ini dikatakan : sedangkan pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut atas ketentuan Ayat (2)
dapat dikatakan tidak akan terjadi setiap saat dan dilakukan secara sadar (dalam keadaan musibah), tentu orang bertanya-tanay musibah apa ini ?. Oleh karena itu saya kira adanya baiknya diperjelas sehingga dengan demikian begitu membaca penjelasan ini orang tahu persis apa yang dimaksudkan. Saya kira demikian pak Ketua, terima kasih.
Ada .................... .
- 18 -
Ada satu lagi baris 6 darit atas, satu kali dengan lebih satu kali akan dikenai itu kami usulkan ditambahkan kata-kata
ahiran kan, sehingga dengan demikian tidak dikenai tapi dikenakan denda yang besar berbeda, saya kira demikian Pak Ketua terima kasih.
KE'l'UA RAPA'l' Dengan demikian saya dapat menyimpulkan bahwa ini dapat kita
Timuskan, silakan FABRI mengenai penjelasan Pasal 6 Ayat (3) ini mungkin ada, Timuskan atau ada koreksi sekarang atau mau dibicar
akan di Panja ini.
PABRI (R.M. PURBA) Secara substansial tidak ada masalah, memang barangkali
rumusannya bisa lebih disederhanakan saja, barangkali Timus bisa menanganinya, terima kasih.
KETUA RAPAT : Baik terima kasih, substansial tidak ada masalah hanya
perumusan redaksional dan nanti ki ta serahkan kepada Timus, silakan FPP.
PPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) : Bapak Ketua, jadi baru kami selesai membacanya dan penje
lasan Pasal 6 Ayat (3) apa yang dikoreksi dari FKP patut diperha
tikan oleh Timus pertama mengenai kata berpariasi saya kira itu tambahan yang kurang untuk menjadi baik, tambahan tapi membuat tidak menjadi baik. Kernudian juga yang diusulkan yang kedua, jadi kita Timuskan dengan memperhatikan usul dari FKP untuk perbaikan redaksi.
KB'l'UA RAPA'l' : Terima kasih FPP, jadi dengan rnemperhatikan usulan dari FKP,
FPP setuju ini dimasukan ke Tirnus, terima kasih kepada FPP saya lanjutkan kepada FPDI.
FPDI (SB'l'YADJI LAWI, BA) : Terima kasih Saudara Pimpinan, Mernang usul dari FKP memang patut dipertimbangkan nanti
dibicarakan di Timus sebab kalau perkataan dan dilalukan secara sadar, tidak secara sadar itu banyak tafsiran, kalau yang ber-
~ sangkutan dalam kondisi mabuk itu juga tidak secara sadar, jadi
mes ti . ............ .
- 19 -
mesti ada ketentuan yang menyebutkan bahwa secara tidak sadar itu kata fostmajure seperti yang pada penjelasan yang lalu, penjelasan yang lalu itu adalah sudah dirinci, kerusakan mesin, kebakar
an dan sebagainya. Karena masalah Ayat (2) ini adalah masalah pembongkaran
barang tidak ditempat tujuan, jadi dengan demikian ada ketentuan itu. Kemdian kalau dapat nanti idusulkan di Timus kami mengusulkan, rnenyelipkan satu perkataan berarti mungkin itu dimuka perkataan dapat, jadi saya baca : Setelah diatas ketentuan Ayat (1) merupakan kesalahan yang mungkin dapat terjadi berulang-ulang. Jadi hal itu menunjukan bahwa ada unsur sengaja atau tidak senga
ja, jadi hanya perkataan mungkin diselipkan disana dan kemudian pada Aayat (2) itu perkataan tidak secara sadar itu sebaiknya diganti dengan kata yang menunjukan ketidaksadarannya karena kondisi yang memang tidak dapat diatasi olehnya yaitu ovesmade
kemaren pada waktu kita membicarakannya, demikian usul di Timuskan Pak.
KBTUA RAPAT
Baik dengan demikian penjelasan Pasal 6 Ayat (3) ini secara substansi dapat kita terima, namun penyempurnaan kalaimat-kalimat dengan memperhatikan usul-usul para Fraksi dapat kita terima, setuju dan ini kita Timuskan.
(Rapat Setuju)
Terima kasih,
Kita lanjutkan ke Pasal 6 Ayat (4) ini usulan FABRI yang tadi sudah kami bacakan, mungkin FABRI sudah punya usulan ini, rumusannya tolong dibacakan dan mari kita dengar bersama-sama.
FABRI (R.H. PURBA) : Rapat Panja yang kami hormati, Pada pembahasan Pasal 6 Ayat (4) yang lalu telah didiskusi
kan demikian panjang dimana FABRI mengusulkan bahwa pengenaan
sanksi itu apabila terbukti bukan kesalahannya. Kemudian disepakati bahwa akan dirumuskan kembali dan perkataan atau pengertian tidak sesuai dengan pemeberitahuan pabean itu telah disepakati juga, bahwa pengertian tidak sesuai itu bisa karena lebih dan juga bisa karena kurang.
Oleh karena itu FABRI mencoba merumuskan muatan Pasal 6 Ayat (4) ini menjadi dua muatan atau boleh dikatakan dipecah.
Yang .............. .
- 20 -
Yang pertama muatannya adalah apabila barang yang dibongkar itu kurang dari pemberitahuan pabean yang disampaikan, sedangkan muatan yang kedua apabila barang yang dibongkar itu lebih dari pemberitahuan pabean yang disampaikan.
Oleh karena itu Pasalnya, Ayatnya dibagi dua, kami mencoba bacakan rumusannya.
KBTUA RAPAT :
Dipecah Ayat (2)-nya dipecah begitu.
FABRI (R.M. PURBA) : Diepcah menjadi dua, Ayat (4) dan Ayat (5) baru, kemudian
Ayat (5) lama nanti tentunya bergeser nomor dia, tapi sekarang saya bacakan dulu.
Ayat (4) : Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagai
mana dimaksud pada Ayat {1) ata.Ayat {2) akan tetapi jumlah
barang yang dibongkar kurang dari yang diberitahukan dalam pem
beritahuan pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut terjadi diluar kemampuannya disampiang wajib membayar
bea masuk atas barang yang kurang dibongkar dikenakan sanksi
administrasi berupa denda paling besar 50 juta rupiah dan kecil 5
juta rupiah.
Jadi ini yang untuk barang yang dibongkar yang kurang dari . pemberitahuan pabean.
Kemudian penjelasannya : Kewajiban yang harus dilakukan oleh
pengangkut atau kuasanya adalah memberitahukan kedatangan sarana
pengangkut dengan pemberitahuan pabean kepada pejabat Bea dan
Cukai dan dokumen tersebut harus memuat atau berisi semua barang
import yang diangkut dalal!l sarana pengangkut tersebut, baik
berupa barang dagangan maupun bekal kapal. Apabila jumlah barang
yang dibongkar kurang dari jumlah yang diberitahukan dalam pem
beritahuan pabean maka pengangkut berdasarkan ketentuan ayat ini " d•4nggap telah memasukan barang import tersebut keperedaran
bebas, artinya tidak memalui kawasan pabean. Sehingga selain
wajib membayar bea masuk atas barang yang kurang tersebut juga
dikenakan sanksi administrasi iiia yang besangkutan tidak dapat
membuktikan bahwa kekurangan barang yang dibongkar tersebut bukan
karena kesalahannya.
Ini dulu banyak contoh yang daijukan dari Pak Lawi sama dari FKP, jadi menampung pembahasan waktu itu, ini muatan yang pertama.
Sekarang .......... .
~--
- 21 -
Sekarang muatan yang kedua, dirumuskan dalam Ayat (5) berbunyi sebagai berikut : Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Aayat (1) atau Ayat (2) akan tetapi tidak memberitshukan sebagisn dari barang yang diangkutnya d1kenakan sanksi administrasi berupa denda paling besar 50 juta dan
paling kecil 5 juts. Jadi sanksinya 'memang sama tapi dalam hal ini adalah bahwa
barang yang dibongkar itu lebih dari pemberitahuan pabean, tapi kelebihan itu tidak diberitahukan.
kemudian penjelasannya :Kewsjiban pengangkut adalsh memberitahukan. seluruh barang yang diangkut dengan saran pengangkutnya. Jika psda waktu pembongkaran ternyata barang yang dibongkar lebih banyak dari yang diberitahukan pads pemberitahuan pabean maka
pengangkut dikenakan sanksi administrasi berdasarkan ketentuan pada ayat ini
Jadi demikian usulan yang disampaikan FABRI yang tertulisnya nanti kami susulkan, terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT : Terima kasih kepada FABRI, karena belum samapai kita pada
rumusan yang baru tentu kita dengar apa yang yang dibacakan, mungkin Pemerintah akan cepat menanggapi daripada Fr~ksi-fraksi
lainnya dengan maksud Pasal 6 Ayat (4) ini, mungkin ada komentar dari Pemerintah mengenai masalah Pasal 6 Ayat (4) ini sebagaimana rumusan FABRI, Pasal 6 Ayat (4) ini dipecah mejadi~~atu barang
I
yang kurang, satu lagi barang yang berlebih dengan keterangan tadi yang dibacakan walaupun samar-samar mungking, kami persilakan pemerintah untuk dapat menanggap~.
FKP (AWANG FAROUK ISHAK) : Interupsi Pak Ketua kalau boleh, Sementara menjelaskan mungkin usul tadi dapat diperbanyak
dulu.
KETUA RAPAT : Silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (EDI ABDURRACHMAR) Terima kasih Bapak Pimpinan Sidang yang kami hormati, Ibu
ibu/Bapak-bapak Anggota Sidang Panja yang terhormat. Memang pada waktu membahas Pasal 6 Ayat (4) ini pada waktu
itu terjadi suatu pembahasan sehingga diminta kepada Pemerintah
untuk ............ .
- 22 -
untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya yang dimaksudkan didalarn
kandungan yang termasuk didalam Pasal 6 Ayat (4) pada waktu itu. Pemerintah memang menjelaskan pada saat itu bahwa kemungki
nan terjadinya suatu kesalahan dalam bentuk dua hal. Yaitu pertama · dimungkinkan kesahalan tidak .sesuai yang
didalam ketentuan yang pertama itu didalam Pasal 6 Ayat (4) yang tertuang didalam RUU dinyatakan tidak sesuai dengan pemnberitahuan pabean. Tidak -sesuainya ini bisa dalam arti bahwa barangnya itu kurang dalam arti didalam pemberitahuan pabean 100 kemasan misalnya, pada waktu dibongkar kedapatan 80, pada waktu itu kami jelaskan demikian dalam arti yang kurang.
Kemudian yang kedua dalam arti lebih, diberitahukan dalam
pemberitahuan pabean 100 kontaine~ misalnya kedapatan pada waktu
dibongkor kedapatanJ20 kontainer, memang mengandung dua hal ini
tadi. Namun dari basil diskusi itu kami tangkap memang ini lebih bagus dirinci secara detail, karena FABRI pada waktu itu yang ditugasi untuk menyempurnakan Pasal ini tadi sehubungan dengan
usulan daripada FABRI ada kecualinya kami kira setelah kami
mendengar secara selintas belum redaksionalnya secara selitas tadi kandungan yang diusulkan oleh FBARI tadi memang sesuai
dengan penjelasan yang dilakukan oleh Pemerintah pada waktu itu.
Jadi dalam arti memang akan menjadi lebih jelas, akan lebih mejadi jelas kalau Pasal 6 Ayat (4) yang saat ini yang ada didalam RUU itu bisa dipecah menjadi dua sebagaimana tadi kita men
dengar usulan daripada FABRI yang mlinci secara jelas bahwa yang
pertama itu maksudnya adaiah kekurangan, yang kedua maksudnya keleh1havr
Jadi pada dasarnya Pemerintah tidak berkeberatan secara
substantitf untuk menerima usulan daripada FBARI tadi, substansinya terima kasih.
KETUA RAPAT :
Baik, kalau substansinya bisa diterima mungkin redaksionalnya bisa kita sempurnakan di Timus di Pemerintah, lanjutkan kepada FPP.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) : Bapak Ketua, jadi kami menanggapi usul FABRI ini substansin
ya maupun muatan lebih lanjut daripada substansi yang dituangkan khawatir kalau melampoi tahap-tahap yang diatur dalam UU ini.
Umpamanya ini baru masalah kedatangan barang, kalau kita sudah menyangkut kepada sanksi yang melebihi atau mengurangi
daripada .......... .
- 23 -
daripada bea masuk yang dibayar 1 padahal pemberitahuan itu belum
dilakukan penelitian yang disanalah yang ditentukan kurang bayar atau lebih bayar sehingga menimbulkan sanski berikutnya.
Jadi hanya kekhawatiran bahwa tahapnya diatur didalam UU ini baru tahap kedatangan 1 sedangkan san .. i yang kalau kami tidak salah tangkap tadi ada sanski menyangkut kewajiban sudah kewaji
ban membayar bea masuk lebih atau kurang I sedangkan itu diatur
dalam tahap pengaturan berikutnya. Jadi kekhawatiran itu saja Saduara Ketual karena kami belum
menangkap secara rinci tapi yang kami yakin bahwa tahap itu sudah melampoi daripada tahap mengaturan menurut UU yang sedang kita
bahas ini 1 saya kira demikian pak.
KBTUA RAPAT Baik terima kasih 1 kita lanjutkan kepada FPDI.
FPDI (SETYADJI LAWI, BA) : Saudara Pimpinan 1 daya serap memang berbeda mungkin tangka
pan kami juga sangat minim terhadap apa yang dibacakan tadi. Ada
dua hal yang menurut pendapat kami perlu ada kejelasan.
Yang pertama bahwa dari konsep itu yang ditekankan barang yang telah dibongkar terdapat kekurangan atau kelebihan. Menurut
tanggapan kami kalau tekanannya pada barang yang telah dibongkar
maka yang akan itu, yang akan dibongkar belum bisa dijamah oleh aturan ini. Saya membayangkan bahwa itu peritiwa bisa terjadi seperti operasi kendaraan dijalan raya 1 kalau ada operasi timbang
kemudian truck pada berhenti dipinggiran beium kena sanksi karena belum ditimbang. Ini sama kalau barang belum dibongkar masih akan dibongkar dengan dihapuskannya perkataan akan itu tadi maka dia belum terkena aturan ini.
Yang kedua lalu konfirmasi 1 kejelasan 1 kalau didalam pembongkaran i tu terdapat barang lebih bukankah pabean tinggal pengenakan kewajiban kepabeanan menambah bea masuk. Kalau tidak salah ingat bahwa ketentuan yang berlaku disini atau ketentuan yang mau diatur disi~i ~dalah kalau barang kurang 1 seperti Ayat ( 2) 1 Ayat ( 2) ini karena kejadian musibah foY"~c ~c~j~ut'.c terpaksa alat pengangkut membongkar bukan ditempat tujuan, kemudian yang dikenakan kepadanya adalah kalau tidak lapor kepada Pos Kepabea
nan terdekat. Andaikan sudah lapor kemudian sampai ketempat
tujuan membongkar barangnya kurang dia dikenakan lagi 1 konotasinya kalau barang kurang berarti ada barang yang sudah beredar itu yang dikenakan sanksi 1 tetapi kalau meudian barangnya ternyta
lebih ............. .
- 24 -
lebih ini kewajiban kepabeanan yang belum dilakukan hanya melaporkan jumlah tambahannya plus bea masuknya. Jadi sanksinya
disana apa masih diperlukan, ini minta penjelasan dulu klarifikasi apakah didalam Ayat (4) ini yang mau diatur itu masalah kelebihan itu masih mau diatur, karena ketentuannya menurut pendapat kami dia tinggal dikenakan penambahan bea masuk dan kewajiban memberitahukan kelebihannya itu kepada pejabat yang ada, kecuali ada maksud lain kami' tabu tapi konotasinya menurut pendapat kami dari awal Ayat (4) ini dibicarakan adalah kalau karang, kurang kemudian itu sudah ada hal yang kita dakwa sebagai sudah die
darkan dipasaran akhirnya kemudian dengan disebut menghindarkan bea masuk, mengelakan bea masuk atau menyelundup, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih FPDI dari FPDI saya rasa rumusan FABRI sudah
dibagikan tolong dibaca lagi nanti kita akan putar, walaupun FKP baru juga terima mungkin ada tanggapan mengenai usul dari FABRI Pasal 6 Ayat (4) ini, kami silakan pada FKP.
FKP (H. ABDULLAH ZAIBIB, SH) : Pasal 6 Ayat (4) ini menurut RUU dia akan mengatur tentang
barang-barang yang akan atau telah dibongkar yang tidak sesuai dengan apa yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean.
Oleh FABRI menurut konsep yang ada berbunyi sebagai berikut Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) atau Ayat (2) akan tetapi jumlah barang yang di
bongkar kurangn dari yang diberitahukan dalam pemberitabuan
pabean dan tidalc dapat membulctikan bahwa kesalaban tersebut
terjadi diluar kemampuannnya disamping wajib membayar bea masuk
atas yang kurang dibongkar dikenakan sanksi administrasi berupa
denda paling besar 50 juta dan paling kecil 5 juta. Jadi di Ayat (1) kalau dia itu kurang.
Pengangkut .•.••..
I ..
- 25 -
Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana d i m a k sud pad a a y at ( 1 ) at au ay at ( 2 ] , aka n t e t a p i t i d a k
memberitahukan dari bagian barang yang diangkutnya dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling besar Rp. 50 juta,dan paling kecil Rp. 5 juta,-. Baru ada penjelasan di bawah.
Jadi saya kira disini untuk FABRI dia memang ingin
memecah dua, kalau dia kurang bagaimana, kalau dia lebih bagaimana. Hanya di dalam ayat (5) nya tidak disebutkan di dalam batang
tubuhnya atau dalam diktumnya itu adanya kelebihan barang. Sedangkan di ayat (5) nya itu dijelaskan.
Saya kira aaya masih insat Bapak Pimpinan, Bahwa permasalahan ini sebetulknya adalah mempermasa
lahkan tentang terjadi di luar kemampuannya. Jadi saya kira k a 1 au u m pam any a mem an g i n i b i sa k i t a s e l i p k an nan t i , t en t u ini nanti Tim Perumus, kalau perkataan ataupun anak kalimat ini sudah dapat diselipkan di dalam RUU yang ada dalam ayat
( 4) in i, t anpa me rubah subst ansi yang ada da 1 am RUU, maksud
kami ialah tidak memisah antara kurang dan lebih tetapi kita berpegang saja kepada yang tidak sesuai, itu sudah mencakup. nanti di dalam penjelasannya baru kita bikin penjelasan. Ini menurut hemat kami. Kalau substansi kami sangat setuju. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT
Baik terima kasih dari FKP, Dengan demikian sebetulnya rumusan FABRI yang pertama
dengan adanya perubahan menambah kalimat kecuali bila ter
bukt; bukan kesa 1 ahannya, mungk in akan 1 eb i h ba i k beg it u,
maksudnya Pak Zainie. Perubahan RUU pertama.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Perubahan RUU partama dimasukkan d1 dalam ayat (4) RUU
itu.
KETUA RAPAT : FABRI waktu itu merubah, menambah kalimat kecuali bila
terbukti bukan kesalahannya, berarti kalau dia bisa membuk
tikan kesalahannya tidak jadi soal. F KP ••••••••••
- 26 -
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) : Disini ada Pak, yang punya FABRI sudah dikatakan bahwa
•.... mas1ah tersebut terjadi di 1uar kemampuannya. Tekanan p e r t am any a FA BR I d i s i n i , w a 1 au pun r umu san n y a 1 a i n , t e t a pi maksudnya itu. Ka1au perkataan ini sudah disepakati o1eh Panja, tingga1 di Tim Perumus pada penje1asannya 1ebih
diperjelas lagi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Bagaimana FABRI.
FABRI (A.M. PURBA) Terima kasih pak Ketua,
memang rumusan ini didasarkan pada hasi 1 pembahasan waktu itu. Jadi pada waktu membahas usul ini, inikan dikaitkan dengan ayat (1) dan ayat (2).
Ayat (1) itu pengangkut harus menuju ke Kantor Pabean,
tujuan pertama me1alui ja1ur yang ditetapkan dan wajib diperhitungkan oleh pengangkut.
Ayat (2) pengangkut itu boleh membongkar barang imporn
ya ter1ebih dahu1u ka1au da1am keadaan darurat, tetapi wajib
melaporkan kepada Kantor Pabean terdekat. Ayat (3) pengangkut yang tidak memenuhi ketentuan ayat
(1) itu sudah dikenakan sanksi di ayat (3), sedangkan ayat ( 4) in i pengangkut yang t e 1 ah memenuh i ket ent uan ayat ( 1 )
dan ayat (2) tetapi jum1ah barang itu hanya disini memang dikatakan yang akan atau telah. Kami disini merumuskan yang dibongkar. Jadi kalau akan dibongkar, kita belum tahu lebih atau tidaknya. Sete1ah dibongkar ternyata ada yang kurang, kenapa kurang, kur~ng ini ternyata dia dapat membuktikan bahwa terjadi kekurangan, seperti dulu contoh dari FPP dan FKP pada waktu pemuatan waktunya mepet, barang belum semuanya masuk tetapi kapal sudah harus berangkat, kan bisa 1ewat fax atau lewat apa dilaporkan bahwa pemberitahuannya berubah, oleh karena itu dia tidak kana sanksi. tetapi ternyata dia tidak bisa membuktikan bahwa sete1ah dibongkar kurang dari pemberitahuan pabeannya, dia tidak bisa membuktikan bahwa itu bukan kesalahannya, dia dikenakan sanksi. Ini
ka 1 au ..........•
- 27 -
kalau kurang dari pemberitahuan. Tetapi ketentuan untuk
masuk ke daerah Pabean dengan jalur yang ditetapkan sudah
dilakukan.
Sedangkan d i ayat ( 2) d i a mengangkut barang dengan
pemberitahuan pabeannya katakan contohnya tadi dari Pemerin
tah 100, tetapi ternyata setelah dibongkar menjadi lebih
misalnya 110, kelebihan 10 ini tidak ada dalam pemberitahuan
pabean, dan d i a t i dak b i sa membukt i kan kenapa 1 eb i h, o 1 eh
karena itu dia dikenakan sanksi. Maksud kami disini adalah
untuk memisahkan supaya lebih jelas.
Kemudian terhadap tanggapan dari FPP, ini kaitannya
bukan kelebihan atau kekurangan bea masuk, tetapi jumlah
barang. barang it u d ih it ung da 1 am a 1 at bungkusnya, apakah
kontainer, apakah koli, atau apa. Jadi kalau melaporkan 100
kontainer, ternyata setelah sampai di tempat dibongkar hanya
80 atau lebih dari 100. Itu masalahnya. Jadi bukan bea
masuk.
Mungkin saran dari FKP dapat dipert imbangkan kalau
rumusan ayat (4) baru ini digabung dengan ayat (5), misalnya
akan tetapi jumlah barang yang dibongkar kurang atau lebih
dari yang diberitahukan, dan tidak dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut di luar kemampuannya, maka dikenakan
denda. Mungkin bisa. kalau itu yang dimaksud, barangkali
kita bisa rumuskan lagi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Prinsipnya ayat (4) dan (5) bisa digabung dengan menam
bah akan tetapi jumlah barang yang dibongkar kurang atau
lebih dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan Bea Cukai,
dan tidak dapat membuktikan dan seterusnya. Jadi ayat (4)
dan (5) boleh digabung seperti usul FKP.
Terima kasih kepada FABRI, saya lanjutkan kepada FPP.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) : Saya kira masalahnya yang lalu itu ada kemungkinan
barang lebih, itu pertama timbul. Saya kira itu bisa dimuat
dalam Penjelasan, bisa ditampung dalam Penjelasan.
Kemudian ••.••••••
- 28 -
Kemud ian yang kedua mengena i dapat membukt i kan it u
bukan kesalahannya. Oleh karena ini menyangkut sanksi, menurut pendapat kita waktu itu, kalau memang mereka mau kebe rat an, d i a mengaj ukan na i k banding at au mengaj ukan keberatan, sehingga dia dapat membuktikan ternyata bukan kesalahannya, sehingga denda itu tidak jadi atau diperkecil atau mungkin juga diperbesar.
Jadi masalahnya tinggal di dalam penjelasan itu batang
t ubuhnya t et ap, da 1 am Pen j e 1 as an d it ambah kemungk i nan 1 e
bihnya barang itu, bukan hanya kurang. Dan kemudian kalau memang meragukan ditambah, itu ber1aku o1eh mereka memajukan keberatan atau naik banding terhadap sanksi.
Saya kira demikian.
KETUA RAPAT : RUU tetap, apa yang dikhawatirkan oleh FABRI ini dimuat
da1am Penjelasan. Begitu ?. Terima kasih. Saya silakan kepada FPDI.
FPDI (SETYADJI LAWAI, B.A.) Membaca rumusan yang diajukan rekan FABRI, kelihatannya
tekanan yang mau diceritakan atau mau dirumuskan adalah ayat {2) bukan ayat (1) nya.
Bunyi ayat (4) yang diusulkan,pengangkut yang telah memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
akan tetapi jumlah barang yang dibongkar kurang dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan Pabean dan dia dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi di luar kemampuan. Kalau kesalahan itu tidak terjadi di luar kemampuannya itu di ayat (2) lama yaitu membongkar bukan di tempat tujuan karena forc.e maJeure, bukan terjadi di luar kemampuannya. Kewajibannya yang bakal dikenakan terhadapnya adalah apabila
tidak melapor kepada pos terdekat. Dengan demikian perkataan disamping wajib membayar bea
masuk atas barang yang kurang dibongkar dikenakan sanksi dan ini, lalu untuk menyebut di luar k~mampuannya yang tadi kena hukuman, it u menu rut pendapat kami koneksi nya kurang karen a kewajibannya itu hanya ditetapkan menyampaikan laporan.
Yang •. I I •••••• I I •
1-
·-
- 29 -
Yang kedua, untuk ayat (4) ini, kalau perkataan akan itu dihapuskan berarti yang dikenakan terhadap barang itu
kalau sudah dibongkar. Padahal di dalam ketentuan Pasal 90 itu bisa saja memeriksa barang, menghitung barang pada waktu masih di alat pengangkut. Pasal 90 adalah kewenangan itu diberikan pejabat bea cukai untuk memeriksa barang di atas alat pengangkut. Jadi tentu saja belum dibongkar. Oleh karena itu kami tetap mengusulkan agar barang yang akan atau telah dibongkar, itu lalu berlaku disana.
Kemudian pada ayat (5) nya itu jelas-jelas menunjukkan
tidak memberitahukan sebagian dari barang yang diangkut. Konot as i dar i pad a in i berarti kelebihan, kalau kelebihan
kenapa didenda, padahal bisa saja terjadi tinggal pengenaan
dan pembe r it ahuan t ambah. Bahwa barang it u d i angkut 1 eb i h, kemudian dia dikenakan sanksi, padahal belum lapor belum semuanya, dia tinggal menyampaikan laporan pemberitahuan dan tinggal dikenakan bea masuk, lalu selesai. Seingat kami pada waktu membicarakan Pasal 6 ini konotasinya
kalau barang kurang, mungkin kami salah menangkapnya, yaitu
bahwa kalau barang kurang kecuali dia dikenakan sanksi, lalu ada pi dana yang mengat u rnya bahwa it u d i hit ung sebaga i barang selundupan.
Barang siapa yang memasukkan impor atau ekspor tanpa mengindahkan seluruh, nah itu kemudian disebut disana dimasukkanse 1 undupan tad i pad a Pas a 1 107. It u i ngat kami ka it annya beg it u, seh i ngga rumusan dar i pad a in i kami be 1 um menangkap.
Jadi kalau boleh seperti rekan FPP, rumusannya tetap seperti yang ada di dalam RUU, mungkin penjelasannya kemudian kita sesuaikan dengan maksud daripada apa yang diinginkan oleh rekan dari FABRI.
Terima kasih.
KETUA RAPAT Baik terima kasih, Jadi kepada FPDI tanggapannya sama dengan FPP bahwa RUU
t et ap, penj e 1 asannya di sempurnakan. · Kemudi an FKP ayat ( 5) yang baru ini bisa digabung dengan menambahkan satu kalimat
dan penjelasannya bisa disempurnakan dan di Timus kan.
Silakan ........ .
- 30 -
Silakan FABRI untuk menjelaskan dahulu, biar ditanggapi Pemerintah.
FABRI (R.M. PURBA) : Karena ini usul FABRI, nanti Pemerintah jadi wasitnya, Kalau memang kurang jelas atau barangkali ingatan kita
sudah tidak jelas karena ini dibahas tanggal 14 Nopember
1995, dan se1ama perja1anan dari tanggal 14 sampai sekarang ini sudah 110 pasal kita baca, jadi mungkin sudah agak 1upa, tetapi saya mencatat benAr bahwa muatan Pasal 6 ayat (4) ini
tidak sesuai dengan pemberitahuan Pabean itu bisa berarti dua, tidak sesuai itu karena kurang,dan tidak sesuai itu karena 1ebih. Ini yang pertama.
Kemudian FABRI waktu itu mengusu1kan kurang atau lebih
itu bisa terjadi karena disengaja atau bisa terjadi karena t i dak d i sengaj a. 01 eh karen a it u muat an pas a 1 in i karena sudah memenuhi ketentuan di ayat (1) dan ayat (2) jadi bukan hanya berkaitan dengan ayat (2) dalam keadaan fur~~j~re
lalu bongkar dulu, kemudian wajib melaporkan kepada pabean terdekat, bukan hanya itu. Sedangkan pada ayat (2) dalam
keadaan darurat dia bongkar dulu kemudian wajib memberitahukan pada Pabean yang terdekat. Kalau wajibnya ini tidak
d i 1 aksanakan, in i sudah d i kenakan sanks i , sanks i nya t i dak
disini, waktu itu sudah kita bahas akan dikenakan sanksi di pas a 1 1 a in.
Jadi masalahnya sekarang adalah menunjuk ayat (1) dan ayat (2) sudah dipenuhi. Ayat ( 1 ) men gat akan pengangkut it u harus mengangkut barang itu mela1ui ja1ur yang ditetapkan, dan kedatangan itu sudah diberitahukan oleh pengangkutnya kepada pabean. Itu sudah
dipenuhi. kalau itu tidak dipenuhi, sanksinya di ayat (3). Pad a ayat ( 2) da 1 am keadaan saran a pengangkut da 1 am
keadaan darurat, maka pengangkut boleh membongkar muatannya itu di tempat lain 1 tetapi wajib segera melaporkan kepada Kantor Pabean terdekat. Kalau dia ti dak melaporkan maka dikenakan sanksi, sanksinya ada di pasal lain. Dulu sudah kita bahas itu.
Sekar ang ayat ( 1 ) dan ayat ( 2) sudah d i penuh i , ket en
tuan ini sudah dipenuhi, tetapi ternyata waktu dibongkar
kenyataan ....... .
-----
- 31 -
kenyataan barang itu tidak sesuai dengan pemberitahuan
pabean, makanya kami tidak mengatakan akan dibongkar, ka1au
akan d i bongkar kan kit a t i dak t ahu, karen a ket ent uan ayat (1) dan ayat (2) itu sudah dipenuhi. Sekarang waktu dibongkar ternyata berbeda dengan pemberitahuan Pabean. Kemungkin
an pertama kurang, pemberitahuan pabean .mengangkut 100
kontainer, setelah dibongkar ternyata 80, yang 20 kemana. ka 1 au d i a bi sa membukt i kan bahwa it u di 1 uar kemampuannya seperti dulu contoh dari dari Pak Lawi juga, ternyata waktu pemuatan itu tidak masuk semua, padahal pemberitahuannya sudah secara elektronis dikirimkan, itu bisa diralat oleh dia bahwa terjadi pemberitahuan pabean kami terjadi kekurangan karena ternyata 20 kontainer tidak sempat dimuat, sehingga nanti pabean di tempat tujuan akan melihat, ada bukti kekurangan, maka dia tidak kena denda. tetapi kalau ini tidak ada bukti, dia mengatakan 100 kontainer ternyata sampa i d i t empat hanya 80 dan t i dak bi sa membukt i kan maka dikenakan denda. Ini terhadap ayat (1).
Sekarang t e rhadap ayat ( 2), da 1 am keadaan darurat d i a membongkar, diijinkan, kemudian memberitahukan kepada pabean t e r de kat , m i sa 1 n y a t ad i n y a 1 o 0 k on t a i n e r , d a 1 am k e ad a an
darurat dia bongkar 50~ tinggal 50 kontainer, dia beritahu
kan kepada pabean terdekat, setelah sampai ditujuan dibongkar tinggal 50, padahal pemberitahuannya 100, mana yang 50, kami su dah bongkar di tempat lain, ini buktinya, maka dia tidak kena sanksi. Ini kalau terhadap kurang.
Kalau terhadap lebih, dia mengirimkan pemberitahuan pabean secara e 1 ekt ron is 100 kant a i ne r, kemud ian sudah melalui jalur yang ditetapkan, sudah memberitahukan pemberi
tahuan pabeannya, sampai di tempat dibongkar kok 110, berar
t i t i dak sesua i dengan pember it ahuan pabean. Karen a t i dak sesuai dengan pemberitahuan pabean dia dikenakan denda, bukan terhadap bea masuknya, bea masuknya nanti importirnya itu, inikan sarana pengangkut. Jadi bukan soal bea masuk ini. Lebih dari pemberitahuan pabaan, sanksi, soal nanti baa masuknya nanti dihitung, yang be1um masuk pemberitahuan pabean ya baa masuknya dia bayar lagi. Selain bayar juga dia
kena sanksi, tetapi si pengangkut ini mengangkut lebih dari
pemberitahuan pabean, sanksi.
Sekarang ....... .
- 32 -
Sekarang da 1 am ayat ( 2) da 1 am keadaan daru rat, i a melaporkan pertama 100 kontainer, kemudian mengalami keadaan darurat, di a membongkar sebagi an dan memberi t ahukan kepada Kantor Pabean terdekat, sudah dipenuhi ketentuan itu, sampai
di tempat 1ebih, berarti ada muatan baru di tengah laut ini. kami disini mengatakan dalam rumusan ini memang kalau terjadi lebih begitu, berarti sengaja dia lebihkan. Kalau sengaja
dia lebihkan, ya pengangkut ini kena sanksi. Begitu maksud
nya Pak.
Jadi soal muatan lebih atau kurang, waktu pembahasan kit a d i Pan j a in i sudah d i sepakat i bahwa t i dak sesua i pem
beritahuan pabean bisa berarti dua, bisa lebih, bisa kurang. Itu yang kita tangkap, lalu kita rumuskan terpisah. Jadi kalau tadi mau dirumuskan jadi satu, bisa juga tetapi kita ya kira-kira seperti usul FKP tadi, pada ayat (4) baru
in i j uml ah barang yang d i bongkar ku rang at au 1 eb i h dan
kelebihan ini tidak dapat membuktikan bahwa itu bukan kesa
lahannya maka dikenakan sanksi, mungkin itu bisa. Jadi kalau sekarang diusulkan supaya kembali ke RUU,
kemud ian hanya d it am bah pen j e 1 asannya, maka d i pen j e 1 a san
itu sudah ada normatif yaitu bukan karena kesalahannya itu. Menurut kami normatifnya jangan di penjelasan tetapi di
batang tubuh, Begitu Pak
Jadi sekarang ya Pemerintah wasitnyalah. Terima kasih.
KETUA RAPAT Baik terima kasih, Pemerintah tentu sudah mendengar apa alasan dari FKP,
FPDI, FPP dan tambahan penjelasan dari FABRI tadi, saya kembalikan kepada P~merintah. Tentunya yang nanti akan dapat
me 1 aksanakan undang-undang in i d i 1 apangan, apakah dengan rumusan satu tadi diperbaiki dengan ditambah katakurang atau lebih atau tetap dipecah dua, atau seperti dari FPP dan FPDI, sebagaimana RUU tetap tetapi ditambah penjelasan.
Kami silakan Pemerintah, yang,mana yang paling pas.
PEMERINTAH (DIRJEN BEA DAN CUKAI) : Terima kasih Bapak Ketua Panja yang kami hormati, dan
Sidang Panja yang terhormat, Sehubungan
- 33 -
Sehubungan dengan Pas a 1 6 ayat ( 4) dan ( 5), set e 1 ah kami mendengar penjelasan dari FABRI yang menyusun rumusan baru ini beserta penjelasannya, serta komentar dari Fraksifraksi yang lain. kami dari Pemerintah berpendapat bahwa rumusan baru yang
diajukan terus terang sudah memenuhi apa yang kita harapkan, dalam arti memang apa yang terjadi memang demikian seharus
nya. Kemudian lagi kami melihat disini yaitu mengenai unsur pembukt ian ada pad a yang bersangkut an. Kami k ira in i sat u hal yang baik sekali bagi pihak Pemerintah.
Barangkali demikian, jadi kami bisa menerima rumusan baru.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
FPDI bagaimana ? Silakan.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) :
Jadi paling kemudian seperti di sepak bola bisanya begini begini saja sama wasitnya.
Jadi bayangan saya begini, seperti yang disampaikan oleh Pak Purba tadi. barang berangkat, pemberitahuan pabean yang pertama jumlahnya 100, kemudian ternyata yang diangkut karena crossing time hanya 80. Jelas ini bukan kesalahan alat pengangkut. Berangkatlah dia, tetapi kemudian kalau ka 1 i mat it u akan d i sebut kan pi hak pengangkut t i dak dapat membuktikan berarti bahwa eksportir disana pemberitahuannya harus kepada alat angkutnya itu agar nanti sampai tempat
pabeannya dia punya bukti bukan kesalahannya. Disini disebutkan alat pengangkut. Jadi alat pengangkut itu harus membawa dokumen bahwa benar pemberitahuan yang pertama 100, pemberitahuah yang kedua 80, d i a harus pegang, harus pegangnya be rart i d i t engah 1 aut , itu dia diberitahu bahwa ada, mungkin alat elektronik sekarang bisa terjadi bahwa pengiriman fax ke kapal mungkin ada. Tetapi yang jelas bahwa eksportir memberitahukanimportir di
Indonesia ini langsung dan itu mesti yang memberitahukan kepada Pabean bukan alat pengangkutnya, importirnya itu yang
memberitahukan ....
- 34 -
member it ahukan kepada pabean bahwa barangnya ku rang. Jad i
pembuktiannya bukan oleh pengangkut itu,tetapi oleh impor·
t i rnya. Menu rut pendapat kami demi k ian, karen a pi hak yang harus membuktikan bahwa itu bukan kesalahan disini disebutkan pengangkut, padahal komunikasinya terjadi antara eksportir disana dengan importir kita disini.
Jadi kira-k1ra kalau beban itu dibebankan kepada alat
pengangkut, maka importir disini tidak kenna salah atau
eksportir disana bisa kemudian membuat celakanya pengangkut
in i . In i pendapat kami ka 1 au pengangkut in i hanya sekedar
pengangkut. Jadi yang pertama bahwa menurut alur pikir kami adalah
bahwa pemberitahuan revisi terhadap pemberitahuan pabean yang semesti itu diberitahukan oleh eksportir di luar negeri
kepada importir di dalam negeri 1 atau dengan sendirinya
importir ini melaporkan kepada pihak Pabean disini sebelum
alat angkut sampai. Disini letaknya kemudian alat pengangkut itu apakah mau
menerima beban kesalahan, tentu tidak.
Jadi mungkin kalimatnya dengan dan tidak dapat membuktikan
bahwa kesalahannya tersebut terjadi, itu bisa diganti agar bahwa itu bukan merupakan beban pengangkut. Mungkin begitu
Pak.
Kalimatnya bisa terjadi demikian1 dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean dan ternyata hal itu bukan kesa-1 ahannya. Be rart i d i a t i dak menanggung apa-apa, it u ada 1 ah
proses yang kedua. Selanjutnya kami sampaikan, ini klarifikasi kepada
pihak Pemerintah. kalau yang bersangkutan katakanlah di tengah laut kemudian menaikkan muatan dibawa masuk ke Indo
nesia misalnya dem·ikian yang pertama tentu karena pihak
pengangkut ingin mendapat keuntungan angkutan misalnya. Yang kedua bahwa pihak bea cukai berhak memeriksa barang itu sebelum dibongkar sehingga perkataan telah atau akan itu masih diperlukan disini. Yang ketiga, bukankah kalau di_a masuk kesini diperiksa barangnya ada, kemudian tinggal dia menyampaikan pemberitahuan pabeannya terhadap sisa/kelebihan barang tadi dikenakan
bea masuk, sehingga tidak lagi dalam konstruksi sebagai
barang ......... .
- 35 -
barang se 1 undupan. ·And a i kat a in i masuknya ke Indonesia
· kemudian tidak memberitahukan, baru sanksi itu dikenakan,
tetapi kalau dia mau memberitahukan kan tidak apa-apa.
Kemud ian kenapa tad i say a sampa i kan bahwa it u be rhu
bungan dengan yang kedua karena tidak ketemu da1am a1ur pi
k i r say a bahwa it u d i 1 uar kemampuannya, it u 1 eb i h mendu
kung, kalau disini perkataan di 1uar kemampuannya adalah
pengangkut itu tidak punya kewajiban menerima revisi pem-
beritahuan, dia tidak perlu membuktikan, yang membuktikan
adalah importir atau eksportirnya terhadap pabean. Itulah
yang di luar kemampuannya tadi berlaku karena dia tidak
menerima pemberitahuan revisi.
Oleh karena itU kami kembal~ tetap mengusulkan agar
perkataan akan dan telah dibongkar tetap berlaku disini
karena itu berhubungan dengan Pasal 90 kewenangan Pabean
untuk memeriksa barang di atas alat angkut.
Terima kasih pak.
KETUA RAPAT :
Terima kasih,
Ini mungkin pengertian saya, kalau kapal berangkat yang
seharusnya dimuatnya 100 ·.tetapi hanya termuat 80, dia tidak
berangkat begitu saja, tentu ada dokumen yang mengatakan
yang bisa diangkut 80. Kalau dia sudah memenuhi ayat (1)
dan ayat ( 2), kan i ni ada bukt i bahwa say a hanya bi sa muat
80, yang 20 1agi tertinggal, eksportir yang ada di tempat
lain juga memberitahu kepada pabean bahwa kapa1/angkutan itu
hanya memuat 80, dahu 1 u 100, sekarang hanya t e rmuat 80
karena waktu sudah habis. Berarti ini terbukti, tidak kena
apa-apa. Kecua 1 i ka 1 au d i a baru 80 nye 1 onong beg it u, say a
rasa tidak mungkin kapa1/angkutan begitu itu, sopirnya tidak
barang ....... .
- 36 -
Barang tidak ada dokumen, ida ak~n tahu barang itu akan didenda, kalau tanpa muatan di jalanpun apakah dilaut. dan di
darat mesti yang menambah tidak akan memberi tahu kepada Bea dan
Cukai, dan si pengangkut sendiri akan terima itu bahwa diangkut dan ditambah di jalan ini.
Dia bisa membuktikan dia tidak salah, tapi kalau dia mengangkut barang selundupan barang yang lain tidk ada pemberitahuan dia salah, karena disengaja. Soal merefisinya ekspotir dia jQ'a bisa merfisi bahwa dia barang saya keangkut 100 hanya so, kemarin saya bertahu 100 ternyata yang datang kapalnya hanya kecil, terangkut
hanya 80, masih sisa 20, dia akan memberitahu pemberitahuan ke Pabeanan itu, ini ada bukti.
Jadi Pejabat Bea Cukai yang di dipelabuhan atau ditempat
bongkar juga akan mencek dokumen-dokumen ini, kalau dokumen
dokumen ini ada, tidak salah dia. Kalau tidak ada tentunya dalam
pelaksanaan tentu begitu dibongkar, "coba kamu buktikan dululah"'
mana ?, jadi bukan sakcek-saknyek, terus salah begitu saja tidak. Tentunya Bea dan Cukai juga berpikir, tidak begitu gampang untu~
menyalahkan orang, ini penangkapan saya salah atau benar, tidak
tahu.
FABRI (R.M.PURBA) :
Interubsi! kami bisa tambahkan. Sidang Panja yang kami hormati. Saya kira Pak Loekman ini, menjelaskan itu menurut pengeta
huan Beliau bukan karena dari FABRI, itu pengetahuan Beliau seba
gai seorang yang banyak pengalaman. Memang begini Pak jadi harus kita bedakan pengangkut seperti
ini yang diatur dalam Undang-undang ini dengan, maaf kalau saya katakan seperti Bus Kota. Kalau Bus Kota supir itu tahunya penumpang naik berjubel, atau kosong tidak perduli, jalan dia.
Tetapi kalau namanya alat angkut, yang sudah diatur dengan Undang-undang lalulintas apakah laut, darat, ataukah Udara,
apalagi antar negara, itu mesti membawa dokumen, jadi kalau ada
katakanlah Kapal, berangkat tidak usah jauh-jauh Singapura ke
Jakarta dia memuat barang eksportir dari Singapura.
Sepengetahuan ............ .
- 37 -
Sepengetahuan saya money face dan kapal itu punya petugas
yang khusus menangani masalah bongkar muat barang, mungkin namanya perwira atau official, dia bertanggung jawab atas pemua
tan barang, dan ida bertanggung jawab atas pengeluaran barang
dari alat angkut itu.
Jadi kapal itu akan mencatat, jadi tidak seperti Bus Kota
tidak mau tahu berapa penumpang naik, dia akan mencatat paling
tidak si lot master mencatat. Eksportir mengatakan saya mau memuat barang saya 100 kon
tener, be~tnya sekian, ukurannya sekian itu tidak hanya kontener, kontener jenis apa juga disebut, nomer kontenernya segala macam semua dicatat diangkut dan dihitung 100, mana data dari eksportir cocok, dia bikin money face yang dibuat oleh alat pengangkut, dibikin money face, bahwa money facenya 100 kontener punya pe rusahaan s i A.
Itu dia masukkan di dalam pemberitahuan Pabean, karena kewa
jiban alat angkut juga memberitahukan Pabean, apa yang dimaksud dengan pemberitahuan Pabean, kita lihat di Pasal 27 disitu sudah
d i at u r , i n i yang d i sam p a i k an . Jadi walaupun dari eksportir dari Singapore sudah memberikan
fax bahwa dia mengeksport barang 100 kontener, kalau si alat pengangkut hanya tercatat 80 dan ini antara eksportir dan pengangkut ini sudah di cek bersama, 80 oke lalu si eksportir ini
akan · kirim ralat, bahwa pemberitahuan Pabeannya, ada perubahan
karena 20 konterner tidak termuat, jadi jumlahnya hanya 80.
Jadi si eksport i r t i dak mungki n menj ebaf< si pengangkut,
kecuali lot masternya tidak bertanggung jawab, dan lot master ini
akan laporan kepada Kapten kapalnya, kita mengangkut barang jumlah sekian dan Kapten kapal sudah pasti tanda tangan, jadi
demikian Pal<. Jadi tidak mungkin terjadi alat angkut ini dijebak oleh
eksportir di luar negeri, karena masing-masing punya tangung jawab dan punya kewajiban, kalau dia kerja sama bisa saja, eksportirnya bilang "saya kirim 80, tapi kita bikin 100". Boleh tapi risikonya si alat angkut ini kena denda, kalau dia mau kena denda
silakan.
J ad i ................. .
- 38 -
Jadi menurut kami demikian lalu kalau apakah akan kata di
bongkar atau telah dibongkar dimasukkan, tadi kami berpikirnya
begini. Karena alat angkut ini sudah memenuhi ketentuam ayat (1)
dan (2) sebagaimana dalam Rancangan Undang-undang, RUU itu sudah
mengatakan sudah memenuhi ketentuan Ayat (1) dan (2), maka
menurut kami sudah masuk ke kawasan Pabean sudah masuk ke pos
Pabean dan situ dibongkar, kalau belum dibongkar tidak ketahuan
kurang atau tidak, walaupun Pejabat Pabean punya wewenang untuk
memberhentikan dan memeriksa alat angkut, kewenangan Pabean ada,
tetapi tidaks selalu alat angkut itu harus disetop di ttngah laut
lalu diperiksa, ini kalau kapal, kalau pesawat bagaimana men
stopnya diudara sana, tidak mungkin.
Jadi muatan akan dibongkar ini memang tidak kami muat, karena
telah memenuhi ketentuan Ayat (1) dan (2) sehingga p~tv~~~ bea
dan Cukai merasa tidak perlu menghentikan di tengah laut, karena dia sudah lewat jalur yang ditetapkan, pemberitahuannya sudah
diberi tahu, ini bukan kapal gelap, tapi kapa1 terang berderang~
jadi itu pengertian kami, namun tolong nanti dari Pemerintah
merasa itu perlu, silakan. Tapi sudah dianggap benar itu dasar pemikiran kami Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : FKP mungkin.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) : Jadi Pemerintah tadi sudah setuju sama konsep FABRI, FKP
substansinya sudah setuju, FPP dan FPDI kembali kepada RUU,
barangkali kita ambil forum Lobbf saja, pak. Hanya waktunya kapan
apakah sekarang, apakah setelah Jum'at, lalu kita gabung munkin yang lain-lain masih ada.
Sebab FKP akan mengusulkan beberapa masalah yang mau di lobbjkan pada kesempatan· akhir dari rapat ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT Baik Terima kasih, silakah.
FPP .......... .
...
- 39 -
FPP(Drs.H.M. MURKOM AS?AD) : Interubsi! Bapak Ket ua kami set u j u Lo·bb y. Jadi ada hal yang ingin disampaikan sebelum kita lobby, jadi
pertanyaan saja, yang kami maksudkan. Disini kita bicara masih pengangk~t, mun~kin barangkali ada
kekurang lengkapan, kalau kita memakai Ayat (1) ini, ini pengang
kut disamping wajib membayar Bea masuk, kalau disambung.
Pengangkut disamping wajib membayar Bea masuk atas barang
yang kurang dibongkar dikenakan sangsi berupa adminsitrasi berupa
denda 50 juta, atau paling kecil 5 juta, jadi pengangkut ini
membayar bea masuk itu, ini yang saya agak takut kata melampau
itu, jadi pengangkut disamping wajib membayar bea masuk, mungkin
barangkali ditambah disini importirnya, walaupun nantinya dikenakan berikutnya, tapi kalau seumpamnya saya sambung saja dalam
keadaan terjadi begitu, pengangkut disamping membayar bea masuk
atas barang yang kurang dibongkar, dikenakan sangsi adminsitrasi
berupa denda, ini mungkin ada kata kurang importirnya itu.
Sedangkan Ayat (5) yang lebih malah tidak membayar bea masuk
yang lebih ini, jadi saya kira ini memang lobby terhadap masalah
in i .
KETUA RAPAT
Setuju kita laobbykan ini.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.)
Interubsi!
Setuju di lobbtkan sebelumnya kami mohon kualifikasi. Untuk Ayat (2) tentang masalah kemungkinan lebih muatan,
kualifikasinya ini kepada Pak Purba, jadi kalau yang dimaksudkan
dengan kelebihan muatan apakah karena dikuatirkan bahwa itu akan
suatu tejadi upaya penyelundupan, jawabannya ia, kalau begitu
Lobb i .
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO)
Interubsi!
Saudara .......... .
- 40 -
Saudara Ketua. 8egini pak, tadi ini perwasitan sudah prit begitu, kalau mau
dilobbfkan saya sepakat, pritnya tetap berlaku itu syah kalau tadi itu, komisi teknis, kalau sepak bola begitu pak, sebab kalau
di anulir gol.
Jadi ini dianulir atau tidak, sementara dianggap syah, prit
Pemerintah tadi, tetapi nanti komisi teknis di lobb;,soalnya menurut risalah rap~t itu tidak ada membagi kata-kata membagi 2 ayat, di dalam risalah rapat yang sebelah situ, dan didaftar
Iventarisasi ini, dalam penjelasan Pasal, pasal yang diminta dari rumusan FABRI dan seison berikutnya, bukan pending ini.
Jadi ini untuk bekal supaya waktu itu sudah satu jam 15 menit, sekarang sudah hampir satu jam, jadi kalau ini dua kali
d it '.lnda it u sudah hancu r 1 ebu r, o 1 eh karena kepada Som yang akan lobby, supaya diperhatikan hal-hal yang seperti itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih, kepada Intruksi bahwa memang perhatian kita
pada lobby hal-hal penekanan tadi ini, kita setuju lobb!.
Silakan Pemerintah.
PEMffiiNTAH :
Terima kasih Ketua Panja, untuk sangu lobbf nanti.
Kami ingin menambahkan penjelasan, tadi Bapak Purba tadi telah menjelaskan panjang lebar mengenai sikon pengiriman barang dari Singapura, dan kami kira memang begitu.
Jadi sebenarnya ada dikenal pada dimuat waktu kapal, itu
dikenal namanya stir one resiew, dimana seorang perwira jaga itu mencatat semua barang yang dimuat di kapal, sebelum dibuat money face, setelah atas dasar itu dibuat money face, untuk kapal-kapal kontener dikenal juga adanya 8 plane, sebab disini disebutkan
juga lot master ini memang penting, sebab kalau tidak~~~a terbalik atau miring.
Jadi untuk pemuatan kontener ini juga ada namanya B plane dan sekarang di Bea Cukai juga dipakai sebagai alat untuk mengontrol,
mer.gawasi, apakah nanti jumlahnya cukup beratnya dan lain seba
gainya.
K ami ............. .
- 41 -
Kami kira mengenai 1ebih atau kurang sebenarnya ini kata,gori percobaan, ada percobaan kemungkinan dan ini di dalam masalah Pas a 1 6 i n i , s e bet u 1 n y a s i 1, o"" ~ ; .., )'d. b a r u k e d at an g an k a p a 1 , mas a 1 a h
eksport, import belum diajukan dokumen kepada Pabean, dengan
demikian bukan tanggung jawab importir, tapi tanggung jawab
pengangkut pelayaran, perkara pelayaran mau menagih kepada impor
t i r it u u rusann~ t i dak t ahu Pak.
Tetapi dari segi pengawasan Bea dan Cukai itu masih tanggung
jawab pengangkut, o1eh karenanya ditekannya disini hukumnya atau dendanya kepada pihak pengangkut.
Barngkali demikian sekedar tambahan dari kami, terima kasih Pak.
KETUA RAPAT : Terima kasih. Ada juga ka1au sah bandarnya kapa1, sah bandar juga ada itu
peranannya, kapal kalau berangkat tidak lapor sama bandar, nanti
kalau ada apa-apa juga sah bandarnya dituntut.
Jadi bahan juga untuk lobb)', jadi setuju kita lobby, baik
kita tunda.
Kita 1anjutkan Pasal 6 Ayat (7) dalam catatan saya ayat 7 ini
dusulkan oleh dua fraksi, yaitu FABRI dan FKP dirumus ulang dalam catatan ini, saya bacakan karena dua fraksi ini saya bacakan
setelah dj l"~loil)' Ini rumusannya oleh Pemerintah, karena ini dua fraksi terus
minta lagi. Pasal 6 Ayat (7) setelah ditulis ulang, "barang siapa yang
mengeluarkan barang, dari kawasan Pabean sebelum diberi persetu
juan oleh Pejabat Bea dan Cukai, tanpa maksud untuk mengt.elakan pembayaran Bea masuk, dikenakan sangsi administrasi berupa denda
sebesar Rp. 5 jut a". Penjelasannya, Barang yang dikeluarkan telah diajukan pem-
beritahuan Pabean, Bea masuknya telah diluasai pada barang tersebut, tidak melekat lagi hak Keuangan negara, akan tetapi pengeluarannya dilakukan tampa persetujuan pejabat Bea Cukai.
Dia dikenakan denda walaupun sudah dibayar lunas, mulai tanda cukup tetapi mengeluarkan colong begitu saja, tampa pamit.
Bagaimana rumusan Pasal 6 ayat (7) ini, dapat diterima atau
ada pendapat lain, silakan FKP. FKP ... I •••••
- 42 -
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Terima kasih Pimpinan.
Kami ingin mengulang sedikit jalanya pembahasan dari pada Pasal 6 A 1yat (7) ini.
Pada waktu di Pansus dan juga di Panja FKP mempermasalahkan
anak kalimat yang berbunyi"Dengan maksud untuk menghelakkan
pembayaran Bea masuk".
Jadi disini ada unsur kesengajaan untuk menghelakkan pem
bayaran Bea masuk, kemudian dijelaskan oleh Menteri Keuangan pada
waktu itu, memang ada unsur dolusnya tapi ada jOHW yang tidak
begitu artinya dia tidak bermaksud untuk menghindari bea masuk, bea masuk sudah dibayar dan sebagainya. Maka itu Ayat (7 )-nya
dibagi dua, yang pertama, dia ada di Pasal 6 dan yang kedua ada
di pasal 104.
Jadi untuk kejahatan atau untuk Pidana, karena dia punya maksud itu ada di dalam Pasal 104 dan itu sudah kita setujui
Pasal 104 b, tinggal sekarang yang masih pending dan kita bicara
kan sekarang ialah rumusan Pasal 6 Ayat (7), ini konkordan saja
sehingga Pasal 45 Ayat (3) sekaligus saja itu.
Rumusan Pemerintah itu disini mengatakan "'Barang siapa yang mengeluarkan barang dari kawasan Pabean, sebelum diberikan perse
tujuan oleh Pejabat Bea dan Cukai. Tanpa maksud untuk mengelakan
pembayaran bea masuk dikenakan sangsi adminsitrasi berupa denda sebesar Rp. 5 juta"'.
Pasal 43, "Barang siapa yang mengeluarkan barang dari Tempat
Penimbunan Berikat sebelum diberi persetujuan dari Pejabat Bea dan Cukai tanpa maksud untuk menghelakkan pembayaran Sea masukdikenakan sangsi adminsitrasi berupa sebesar Rp. 5 juta".
Substansi kit~ sudah setuju mungkin perumusan ini agak jarang
terdapat di dalam diktum 1 Undang-undang, mungkin ada Pak Jupri
barang kali, atau Pak Muchsin. Dan tanpa maksud untuk meng~lakkan, barangkali tanpa maksud
untul-< meng'telakkan ini', kita tarik kebawah saja jadi dia ada dalam penjelasan itu, sehingga bunyinya yang kami usulkan demi
kian, kalau setuju, kalau tidak kita lobby. "Barang siapa yang mengeluarkan barang yang telah dilunasi·
bea masuknya, dari kawasan Pabean sebelum diberikan persetujuan oleh Pejabat Bea dan Cukai, dikenakan sangsi administrasi berupa
denda sebesar Rp. 5 juta".
J ad i ........... .
- 43 -
Jadi penjelasannya sudah cocok, jadi tanpa-tanpa masuk diba
wah penjelasan, demikian Pimpinan, jadi dua. Kalau tidak setuju berarti FKP, sudah bayar 3.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, silakan FABRI.
FABRI (HARI EKO SUMSTO) : Terima kasih Pimpinan. Sidang Panja yang kami hormati.
Jadi dari pemikiran FABRI ini, semula memang kalau kita lihat
disini, pemikiran oleh FABRI oleh karena dinyatakan dalam dasar pemikiran RUU ini, mana kala sebagian ini sudah dipenuhi, pelanggaran yang lain ini kiranya bisa dikenakan sangsi adminstrasi, namun kami sepakat dengan pendapat FKP, bahwa nyatanya dalam
rumusan yang awal itu Pasal 6 Ayat (7) yang awal itu, ada unsur
kesengajaan yang bisa dikenakan tindak pidana, oleh karena itu
kami sependapat bahwa Pasal 6 Ayat (7) ini dipecah menjadi 2,
d i man a yang t i n d a k p i dan a d i m a"u k k an k ~pad a 1 0 4 , sedan 9 k an y an 9
untuk Pasal 6 Ayat (7), menjadi bagian yang tidak masuk perkara tindak Pidana.
Menanggapi usulan sependapat denga~ FKP,
dar i rumusan Pas a 1 6 Ayat ( 7)
bahwa dalam rumusan masalah hendaknya dijelaskan di dalam penjelasan.
kami juga tanpa ini
Demikian Bapak Ketua, pemikiran dari FABRI, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Baik den9an demikian FABRI, sependapat dengan rumusan dari FKP, nanti disempurnakan, mungkin di Timus, silakan FPP.
FPP (H.MUHSIN BAFADAL, S.H.) : Terima kasih Saudara Pimpinan. Kami sebetulnya persis apa yang dikatakan oleh FKP, sama. Kami terkejut juga, karena terbalik kami telah baca tadi,
seharusnya penjelasan ini diatas yang bunyinya telah membayar,
baru penjelasannya itu bahwa telah membayar dengan tanpa maksud
untuk menghelak, maka tadi persis, tetapi karena sudah didahulu oleh FKP.
Terima kasih.
KETUA ••••••••••.•
- 44 -
KETUA RAPAT
Baik terima kasih, silakan FPDI.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) Untuk pendalaman saja pak. Pendalaman dan kami ingin mengetahui bagaimana formulanya
yang disebut dengan persetujuan oleh Pejabat Pabean ini. Yang pertama oleh karena barang tersebut telah mengajukan
pemberitahuan Pabean, Bea masuk sudah dibayar, diatas terhadap barang itu sudah tidak ada di hak-hak negara melekat, tinggal
sekarang keluarnya, kalau dia persetujuannya itu lalu formula
persetujuannya bagaimana, sebab kami kuatir nanti menjadi rawan yang berhubungan dengan mandeknya barang, karena semua sudah selesai hanya tinggal itu tidak keluar, kuatir nanti denda 5
juta, pasnya itu bagaimana formulasinya pak.
Cuma penjelasan seperti itu, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih FPDI.
Saya rasa nanti kalau Bea cukai tambah pegawai karena pandapat Pak lawi mungkin selalu tercalon, silakan dijelaskan Pemerintah, bagaimana formulanya.
Apa memang perlu cukup mengantuk harus pakai segala macam,
oke kebutan pendera, mana yang benar ini. Silakan Pemerintah.
PEKRINTAH :
Terima kasih Saudara Sidang Panja. Kami dar i
menghilangkan
masuk.
Pemerintah bisa menerima, usulan dari FKP untuk anak kalimat tanpa maksud untuk menghelakkan bea
Sebenarnya di dalam praktek sehari-hari izin yang diberikan oleh Bea cukai meskipun ·semua sudah dipenuhi, dokumen diajukan, pembayaran sudah ada. Memang sebagai petugas pengawas, kita mengenal adanya kepala gudang yang harus memberikan persetujuan untuk mengeluarkan barang, apa yang dikenal pihak luar itulah istilah di dunia Pabean, biasanya dulu diberikan di dokumen FIUT namun sekarang mempercepat proses, secara elektronis diberikan,
pihak luar ini.
J ad i .......... .
,.._
- 45 -
Jadi sebenarnya inilah yang dimaksudkan dengan persetujuan
Bea dan Cukai, demikian untuk sekedar pemahaman, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, saya rasa sudah terjawab, silakan FPDI.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) :
Jadi seperti ini pak, apakah ini benar alurnya.
Orang mengurus barang-barang, di~ masuk mendaftarkan ke
pondok satu, dua, dan tiga seterusnya, itu yang semuanya sudah
rilies artinya sudah beres. Bea masuk sudah dibayar, kemudian ke1uarnya ada1ah semuanya
sudah se1esaai yang bersangkutan kehanggar gudang, kemudian di gudang dipadati pas baru boleh keluar, atau diberikan paspornya
u n t u k 1 e w at n y a , i t u yang me 1 a k u k an d i Mnggar , den g an de m i k i an d i
hanggar juga Pejabat Bea dan Cukai.
PftiERINTAH : :
Interubsi
Begini Pak Lawi.
Di dalam sistem kita, ini yang dimanakan jalur hijau, itu
adalah rlies bisa diberikan di kantor Bea dan Cukai, tetapi untuk
barang-barang dengan LKP riliesnya di dalam oleh hanggar, lang
sung kegudang, tidak harus lewat kantor kita, jadi bisa diberikan
di dua tempat.
Di hanggar untuk LPS atau dikantior di Bea dan Cukai, demi
kian terima kasih.
KETUA RAPAT : Baik dengan demikian. Sebetulnya sudah dipahami oleh Pak Lawi ini, karena saya rasa
ada perubahan rumusan sedikit, kita serahkan kepada Timus, setu
j u.
(RAPAT SETUJU)
Kemudian kita lanjutkan.
Pas a 1 .......... .
- 46 -
Pasal 10 Ayat (4), ini juga dari FABRI, mungkin sebetulnya
hampir sama dengan rumusan persoalanya tidak terbukti, tidak terdapat kesalahan.
Pasal 10 Ayat (4) dalam konsep juga ada, sudah dibantu oleh
Pemerintah ini FABRI minta bantu kepada Pemerintah, dan sudah
dibuat ada dalam map itu, saya rasa sudah terima. Mungkin karena ini atas permintaa~FABRI Perubahan Pasal 10
Ayat (4) dan penje1asannya, kita 1ihat saja Ayat (4) nya.
Pas a 1 1 0, "Pen gang kut yang t e 1 ah memenuh i ket ent uan sebaga i
mana dimaksud pada Ayat (2) huruf a atau huruf b, akan tetapi barang yang diangkut tidak sampai ketempat tujuan, atau jumlah barang sete1ah sampai ketempat tujuan, tidak sesuai dengan Pem
beritahuan Pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut terjadi di1uar kemampuannya, dikenakan sangsi adminis
trasi berupa denda paling tinggi 50 juta dan paling rendah 5 juta rupiah".
Penjelasannya, "Pengangkut berkewajiban membawa barang Import
yang diangkutnya ketempat tujuan sesuai dengan jumlah yang ter
cantum da1am pemberitahuan Pabean, dengan demikian jika ternyata
barang yang be1um diselesaikan kewajiban pabeannya tersebut,
tidak sampai ketempat tujuan atau ditempat tujuan barang yang
dibongkar ternyata kurang, dan pengangkut tidak dapat mambuktikan
bahwa kesa1ahan tersebut terjadi di1uar kemampuannya, maka
pengangkut berdasarkan ketentuan pada Ayat ini dianggap telah memasukkan barang tersebut keperedaran bebas.
Sehingga se1ain berkewajiban untuk membayar bea masuk atas barang yang tidak sampai ditempat tujuan, atau kurang dibongkar
tersebut, yang bersangkutan juga dikenakan sanflsi administrasi".
Ini sudah saya bacakan, silakan komentar siapa yang sudah
siap karena baru terima pagi ini.
Apakah FABRI ini sudah pas, dengan bantuan Pemerintah dengan rumusannya, silakan kepada FABRI yang punya usu1an.
- 47 -
FABRI (R.M. PURBA) :
Pada waktu Panja tangga1, 14 Nopember 1995 waktu itu Fraksi ABRI mem~ mengusulkan Perlaku·an terhadap ayat (4) dari Pasal 10 ini sama dengan Pasal 6 ayat (4), karena dalam hal ini kemungkinan bahwa pengangkut itu terjadi hal seprti ini bukan karena kesalahannya, karena bukan kesalahannya maka tidak sepantasnya dikenakan sanksi. Kemudian Panja waktu itu sepakat untuk dibahas dan istilanya di konkordankan dengan Pasal 6 ayat (4). Oleh karena itu kemudian Panja juga sepakat waktu itu minta ·. dirumuskan oleh Pemerintah. Oleh karena i tu rumusan yang disampaikan ini d·engan menggunakan istilah tidak dapat membuktikan kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya, maka dia tetap dikenakan sanksi. Kemudian ditambahkan penjelasan, saya kira dengan penjelasan ini menjadi sudah amat jelas permasalahan yang dirumuskan dalam ayat (4) ini. Fraksi ABRI. sudah dapat me nerima Pak, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Saya silakan kepada FPP.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS 1AD) :
Bapak Ketua, jadi saya kira Pasal 10 sama dengan yg tadi kita bahas,hanya satu saja ke~atiran kami . bahwa pengangkut itu juga diwajibkan membayar bea masuk itu.cuma kalau di dalam yang tadi Pasal 6 itu berada dibatang tubuh, sekarang ini berada di penjelasan, di dalam penjelasan itu senapas bahwa pengangkut yang diwajibkan membayar bea masuk terhadap barang yang ternyata berlebih atau berkurang itu, jadi saya kira mungkin ini kalau yang Pasal 6 di lobby kan,ini juga di lobby kanlah.
KETUA RAPAT :
Saya silakan pada FKP.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, SH) :
Saya sependapat ini di lobby karena . . ;papa$nya sama, cuma ada beberapa catatan disini, yang pertama Fr&.! si ABRI disini itu tidak merubah kata tidak sesuai, kalau yang di Pasal 6 ayat (4) itu ada perubahan tidak sesuai-
nya itu, jadi kurang atau lebih.
Yang •••••••••
•
- 48 -
Yang kedua masih melekat disini tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya, ini masih melekat sama. Yang ketiga itu juga kami sependapat dengan PP sehingga berkewajiban untuk membayar bea masuk dan seterusnya itu mungkin kita perlu diskusikan, terima kasih. Lobby.
KETUA RAPAT :
Selanjutnya Fraksi PDI, silakan.
FPDI (SETYADJI LAW!, BA) :.
Sehenarnya untuk kalimat yang kedua Pak, kami beranggaE an memang logis kalau harus dibuktikan itu diluar kemampuannya, yai tu yang berhubungan dengan akan tetapi barang yang diangkut tidak sampai ketempat tujuan, kalau tidak sampai k! tempat tujuan mungkin karena topan, badai, dijalan macet dan sebagainya itu bisa,itu bukan kesalahannya. Tetapi untuk kalimat berikutnya yaitu yang berbunyi jumlah barang setelah sampai ditempat tujuan tidak sesuai dengan pemberitahuan Pabean ini lalu statusnya sama dengan Pasal 6 ayat (4) disana. jadi kami yang ingin di lobby kan adalah hal yang berhubungan dengan jumlah barang·setelah sampai ditempat tujuan tidak sesuai dengan pemberitahuan, adapun yang lain beres Pak Pas itu, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Setuju untuk lobby ini, saya rasa karena Pemerintah tidak perlu saya tanya ini, karena rumusan Pemerintah ini miE ta bantuan, jadi saya sependapat saja kita sarankan untuk lobby, setuju.
.( RAPAT : SETUJU )
KETUA RAPAT :
Baik ini ditunda lagi Pasal 10 di lobby. Kita lanjutkan Pasal 14 ~enjelasan, rumusan sudah siapkan Pemerintah dan s~ dah lama diberikan, mudah-mudahan s~dah terbaca. · Untuk
ini, untuk lebih memperjelas kami akan serahkan Pemerintah dulu, karena rumusan Pemerintah mengenai soal nilai, tarff, nilai Pabean,soal tarif Pasal 14 itu yang penjelasannya pada RUU, 3i halaman 1 tu kemudian dirumuskan yang kedua dan rumu! annya kalau tidak salah saya sudah diberikan 4 atau 5 hari yang lalu.
Dan •••••..•.••
- 49 -
Dan ini sudah diberikan lagi, ini sudah dobel-dobel pemberiannya, mudah-mudahan sudah terbaca. Dalam rumusaa
~ni sudah singkat kalau dalam RUU sudah 'i- halaman, ini sudah 2i halaman, mudah-mudahan sudah dapat bisa dim eng-erti~Penjelasan mengenai Pasal 14 mengenai nilai transaksi, kemudian tari£. Kami serahkan kepada Pemerinrah untuk dapat menje1askan mengenai Penje1asan Pasal 14 ini. Pasal sudah kita setujui tinggal Penjelasannya yang
waktu itu panjang lebar, sekarang d.ipersingkat, silakan Pemerintah.
PEJt£RINTAH {DIRJEN BEA ~ OJ<AI)
Terima kasih Bapak Ketua Panja, untuk lebih menjelaskan ini dengan panjang lebar, kami minta bantuan Di
rektur Tarif dan Harga, kami persilakan.
PEMERINTAH (DIREI<TLR TAAIF· DAN HARQ\) :
Terima kasih Bapak Dirjen. Bapak Pimpinan Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian. Assalamu'a1aikum Wr, Wb. Pertama terima kasih kami diberikan kesempatan untuk mencoba menjelaskan mengenai Pasal 14 ini. Konsep pertama di dalam Penjelasan Pasal 14 ini dan juga yang dua ini sebetulnya kami ambil seluruhnya berdasar~
kan Agreement on implementation of article 7 dari pada GATT yang merupakan bagian dari pada atau materi yang
ada di dalam Agreement. establishing· the world trade ·. Organi-2.ation yang juga sudah disahkan o1eh Bapak-bapak . yang terhormat dari DP.R-RI sehingga sekarang sudah dijadikan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.
Jadi penjelasan ·ini sebetulmya terjemahan ·· tentunya dengan penyajian disesuaikan dengan kegunaan didalam Undang-Undang ini dari pada Agreement. On custom valuation ter sebut.
Pertama memang karena sesuai dengan .Agreement _
tersebut kita harus mengikuti dan terikat ~gn Agreement.
tersebut,kita coba memasukannya seluruh atau hampir seluruh yang ada didalam Agreement: tersebut.
Kemudian •••••••
- 50 -
Kemudian setelah mendengar masukan-masukan dari Bapakbapak, Ibu-ibu sekalian bahwa penjelasan ini terlalu panjang sehingga kami pilih mana-mana yang memang ' Substansial yang perlu dijelaskan disini, sehingga nanti didalam pelaksaaanya tidak terjadi perbedaan penafsiran dan adanya kepastian hukum dan itu semua sesuai dengan Agrawent yang sudah kita sepakati secara Internasional dan sudah disahkan
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tersebut.
Kalau kita lihat didalam penjelasan Paaal 14 ayat (1), disitu dijelaskan mengenai apa yang dimaksud nilai transaksi. Kalau kita lihat dalam Pasal 14 ayat (1) disebutkan bah wa nilai Pabean untuk perhitungan bea masuk adalah nilai transaksi dari barang yang bersangkutan. Nilai transaksi ini tentunya kalau tidak dijelaskan secara rinci tentu nanti bisa ada penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda dan apa yang kami sajikan disini adalah rumusan dari nilai transaksi yang terkandung didalam Agreement On The implementatton·. dari pada artj.c.le. 7, article 7 ini mengenai Custom Vftluation didalam GATT •
Disitu disebutkan bahwa nilai transaksi harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh pembeli. kepada penjual atas barang yang dijual untuk diexsport kedaerah Pabean ditambah dengan ada penambahan-penambahan, jadi kalau ini tidak dimasukan didalam penjelasan disini ini tentunya nanti ~alam·pengetrapannya bisa terjadi perbedaan-perbedaan penafsiran, penambahannya tersebut adalah mulai dari huruf (a) sampa1dengan huruf (g). Kemudian didalam ayat (2) disebutkan bahwa dalam hal nilai transaksi, n! lai Pabean untuk perhitungan bea masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) nilai Pabean untuk perhitungan bea masuk dihitung berdasarkan nilai transaksi dari barang identik •.
Tentunya pa~lu dijelaekan apa yans d1mak•ud den1an ba•
rang identik, kemudian disini dijelaskan didalam Pasal Penjelasan ayat (2) Pasal 14 tersebut. Demikian .. ; · seterusnya ayat (3) menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan barang serupa. ayat (4) yang dimaksud dengan methode dedv~si 1 ayat (5) yang dimaksud dengan methode Komputasi.
Kemudian • • • • • • • • • •
•
- 51 -
Kemudian dialam ayat (6)· juga dijelaskan mengenai adanya pembatasan-pembatasan tertentu didalam pengetra pan pe~ hitungan nilai Pabean, dimana disebutkan disini · ~pamanya
bahwa harga patokan i tu dilarang nilai yang d·i tetapkan secara sewenang-wenang atau fiktif pun dilarang dan ini semua seperti kami jelaskan semua bahwa ini adalah mater! yang S! penuhnya kami ambil atau kami terjemahkan dari AgNe~ent yg sudah sama-sama artinya sudah Pemerintah Indonesia menyetujuinya dan dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Thn-1994, memang kami rasakan ini agak tehnis, tetapi seperti saya sampaikan tadi bahwa untuk kepastiannya dan tidak diinter-fretasikan lain serta adanya komitmen Pemerintah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
seperti sehingga
kami menganggap perlu bahwa penjelasan ini dimasukan dida-1am Penjelasan Pasal 14 tersebut. Demikian terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pemerintah, saya tidak tahu itu, jadi saya tidak bisa komentar, jadi saya silakan saja Pak Mukrom.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS 1 AD) :
Pertama masalah berasal dari FPP, karena dihapuskan s~ banyak itu. Jadi kami menerima penjelasan ini, pert~na nilai transaksi yang dijadikan sebagai parameter utama dije-laskan panjang lebar, yang lainnya singkat mengikuti itu, prinsip ini kami terima redaksinya kami tidak lebih tahu d! ri pada yang menjelaskan, terimka kasih kepada Pemerintah yang mampu menyingkatnya. Kami terima Pak.
K.ETUA RAPAT :
Terima kasih, s~ya rasa tidak ada lagi semua tetap se-betulnya, mungkin ada, FKP meth9da diganti methode coba
FKP (H. ABDULLAif ZAINIE, SH) :
Itu redaksional saja Pak. Jadi komentar kami hampir S! ma dengan Pak Mukrom. Jadi masalah-masalah tehnis begini Pak lebih a~ li dari kami. Cuma satu prinsip tadi yang minta supaya ditekankan juga nanti didalam pelaksanaannya dan ini kami setujui.
Bahwa ••••••••••
--~---~~--~~--------------------
- 52 -
Bahwa didalam pelaksana~nnya nanti tidak terjadi perbedaan penafsiran dan ada kepastian bukum, ini pun juga s~ dah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, ini b! rangkali pesan-pesan saja ini. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak nanti pesannya dimasukan di ~apat akhir aaja Pak. Silakan FPDI•
FPDI (SETYADJI LAW!, BA) :
Pas.
KETUA RAPAT :
Fraksi ABRI.
FABRI (DRS. HARI EKO SUMISTO) :
Terima kasih Pimpinan Sidang Panja yang kami hormati, sebetulnya kalau ABRI sudah bisa diduga bahwa ini memang bukannya bidang ABRI, jadi mestinya kami percayakan dan ID! mang ini sesuai dengan permintaan dari Fraksi ABRI untuk disingkat, hanya .kami mohon sumber yang menjadi patokan d! sin! hendaknya disebutkan, yaitu seperti apa yang sudah k! ta ratifikasi di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun . 1994 tentang Wold Tread Organization. Demikian saja, terima kasih.
Perlu dipertimbangkan itu, saya rasa mungkin tidak perlu disebut Undang-Undang kita kok, tapi karena bukannya porsinya ABRI ya, katanya tadi bukannya p9rsinya ABRI,ABRI ya tidak tahu, tapi terserahlah nanti. Jadi ini dapat kita terima penjelasan ini, setuju
KETUA ••••••••
I
- 53 -
KETUA RAPAT :
Pasa1 15 ayat (4), ada tidak Fraksi ABRI Pasal 15 ayat (4). Pasa1 15 ayat (4) itu Fraksi ABRI merenung soal 100% itu, . apa sudah direnung ini, sedang ngelamun-ngelamun, apa mau tak fakur lagi, atau menghenins kan cipta.
Importir yang salah pemberitahuan nilai Pabean untuk menghitung bea masuk sehingga mengakibatkan kekur~gan pembayaran bea masuk dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling banyak 500%, bea masuk yang kurang dibayar atau paling rendah 100% dari bea masuk, yang· kurat1g dib~yar. Nah ini, usulnya importir yang salah. Kemudian 100~ administrasi berupa denda 100%, bea masuk yang kurang dibayar. Lalu,. pasti tidak ada paling tinggi dan paling rendah
. Silakan Fraksi ABRI.
FABRI (DRS. HARI EKO SUMISTO) :
Terima kasih Pimpinan Sidang. Sidang Panja yang kami
hormati, memang ini semula Fraksi ABRI memang mengusu1kan agar importir yang salah memberi tahukan ini semula ~ perkikiraan Fraksi ABRI bahwa salah pemberitahuan itu memang suatu hal yang tidak disengaja. Namun setelah ada penjela! an o1eh Pemerintah justru Fraksi ABRI melihat ini salah S! tu hal yang sangat panting, o1eh karena ini pada hakekatnya merupakan perwujudan dari pada penyelundupan administrasi, jadi untuk itu Fraksi ABRI kembali kepada kepangkuan Ibu Pertiwi. Terima kasih.
KETUA RAPAT • • • • • • • • •
- 54 -
KETUA RAPAT :
Dengan demikian Pasa1 15 ayat (4) kita kembali ke RUU. Setuju.
( RAPAT : SETUJU )
Terima kasih, karena sekarang sudah jam 11 kurang 2 manit, karena Hari Jum•at. Mari kita skors sampai 13.30 Wib.
- 55 -
KETUA RAPAT :
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Skors kami cabut kemba1i. Sekarang kita membacakan atau me1anjutkan mengenai yang
tertunda-tunda, kita masuki point ke-9 yaitu atas usul FKP dan
FABRI kemudian Penjelasan Pasal 24 Ayat (1) huruf .. m .. dirumus
ulang dan ini sudah dirumus oleh Pemerintah Penjelasan Pasal 24
dan kami harapkan dar i Peme r i nt ah dapat membacakan Penj e 1 as an pasa1-pasa1 ini dan nanti dapat di1ihat bunyinya yang berkaitan dengan Satang Tubuh, ka1au disini Satang Tubuhnya tidak tertulis hanya Penjelasannya saja.
Kami persi1akan kepada Pemerintah.
PEMERINTAH (Drs. EDDY ABDURRACHMAN) Terima kasih Bapak Pimpinan. Kami akan membacakan Penjelasan daripada Pasal 24 ini tadi
dikaitkan dengan Satang Tubuhnya
Satang Tubuh Ayat (1) Pembebasan bea masuk diberikan atas impor.
Penjelasan
Pembebasan be a masuk yang d i be r i kan da 1 am pas a 1 in i ada 1 ah pembebasan yang bersifat mut1ak, dalam arti bahwa jika persyaratan yang diatur dalam pasal ini dipenuhi maka terhadap barang yang di impor diberikan pembebasan.
Kemud ian pembebasan be a masuk ada 1 ah pen i adaan pembayaran bea masuk yang diwajibkan sebagaimana dimaksud da1am Undangundang ini.
Satang Tubuh Ayat (1) huruf "a" Barang perwakilan asing beserta para pejabatnya yang bertu
gas di Indonesia berdasarkan azas timba1 ba1ik.
Penjelasan Huruf "a"
Yang dimaksud barang perwaki1an asing beserta para pejabatnya adalah barang-barang milik atau untuk keperluan perwakilan negara asing tersebut termasuk pejabat pemegang paspor diplomatik
dan ke1uarganya di Indonesia. Pembebasan
- 56 -
Pembebasan tersebut di beri kan apabi 1 a negara yang bersangkutan memberikan perlakuan yang sama terhadap diplomat Indonesia.
Satang Tubuh Ayat (1) huruf "b"
Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia.
Huruf Yang
.. b .. -.... dimaksud y~oarang
Penjelasan
untuk keperluan bad an internasional beserta pejabatnya adalah barang-barang mi 1 i k at au untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia termasuk para pejabatnya yang ditugaskan di Indonesia. Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang memegang paspor Indonesia.
Satang Tubuh huruf "c"
Barang dan bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk di ekspor.
Penjelasan Huruf "c"
Pembebasan bea masuk yang di beri kan berdasarkan huruf i ni merupakan fasilitas ·yang diberikan untuk menghilangkan beban yang
dipikul oleh importir produsen yang akan memberikan nilai tambah
terhadap barang atau bahan impor dimaksud dengan cara mengolah,
merak it at au memasangnya pad a barang 1 a in kemud ian mengekspor barang jadinya.
Batang Tubuh ... huruf "d"
Buku Ilmu Pengetahuan.
Penjelasan Huruf "d"
Pembebasan be a masuk di ber i kan t e rhadap buku-buku ya:~q
bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam rangka n.~t1-
cerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan rekomenJ~si dari departemen terkait.
Batang ......... .
- 57 -
Batang Tubuh · huruf "e"
Bar~ng kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, ama1 sosial atau kebudayaan.
Penjelasan Huruf "e"
Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan ibadah umum ada 1 ah barang-barang yang semat a-mat a d i gunakan unt uk keper 1 uan ibadah dari masing-masing agama yang diakui di Indonesia.
Yang dimaksud dengan barang keper1uan ama1 dan sosial adalah barang yang semata-mata ditujukan untuk keper1uan amal atau sosial dan tidak mengandung unsur komersial dalam pelaksanaannya
'-\~t"lc. seperti bantuan~bencana alam atau pemberantasan wabah penyakit.
Yang d i maksud dengan barang kebudayaan ada 1 ah barang yang
ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antar negara. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari
departemen terkait.
Satang Tubuh . huruf "f"
Barang unt uk kepe r 1 uan museum, kebun b i nat ang dan t empat lain semacam itu yang terbuka untuk umum.
Huruf "f"
Cukup jelas.
huruf "g"
Penjelasan
Batang Tubuh
Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penjelasan Huruf "g"
Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan i lmu penget ahuan ada 1 ah barang at au per a 1 at an yang digunakan untuk melakukan penelitian/riset atau percobaan guna meningkatkan atau pengembangan suatu penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Pembebasan ......... .
58-
Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari departemen terkait.
Huruf "h, i, dan j"
Cukup jelas
. · huruf "k" Satang Tubuh
Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan.
Penjelasan Huruf "k"
Yang dimaksud dengan barang contoh adalah barang yang di impor khusus sebagai contoh untuk keperluan produksi (prototype)
dalam jumlah dan jenis yang terbatas, baik type maupun merek.
Huruf "1"
Cukup jelas. (karena menyangkut peti mati)
Huruf "m"
Yang dimaksud dengan barang pi ndahan adal ah barang-barang
keperluan rumah tangga, mi1ik orang yang semula berdomisili di
luar negeri dan kemudian dibawa pindah ke da1am negeri. Dalam
pengertian barang pindahan ini tidak termasuk kendaraan bermotor,
seperti mobil, sepeda motor, speed boat, dan kapal pesiar.
Satang Tubuh huruf "n"
Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pel intas batas, dan barang kiriman sampai batas ni1ai pabean dan atau jum1ah tertentu.
Penjelasan Huruf "n"
Yang dima.ksud dengan barang pri badi penumpang, awak sarana pengangkut dan pe 1 i nt as bat as ada 1 ah barang-barang yang d i bawa
oleh mereka sebagaimana maksud dalam Penjelasan Pasal 7 Ayat (3). Dalam Pasal 7 Ayat (3) sudah dijelaskan, apa yang dimaksud dengan
barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut dan selanjutnya.
Sedang ......... .
- 59 -
Sedang barang kiriman adalah barang yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri.
Ayat (2) Cukup jelas.
Batang Tubuh
Ayat (3) Ketentuan tentang pembebasan sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Penjelasan Ayat (3) Ayat ini memberi wewenang kepada Menteri untuk
mengatur lebih lanjut persyaratan dan tata cara yang harus dipenuhi guna memperoleh pembebasan berdasarkan pasal ini.
Ayat (4) Cukup jelas.
Demikian Bapak Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT : Ada yang memberikan usul atau kita setujui ?
INTERUP?I FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Redaksi saja Bapak Pimpinan.
Tadi di huruf c yang dibaris terakhir, "merakit atau
memasangnya pada barang lain kemudian mengekspor barang jadinya".
Pertama, apa tidak lebih baik "merakit atau memasangnya pada barang lain kemudian mengekspornya sebagai barang jadi"
Kedua, yang koma-koma itu apa perlu, tanda-tanda kutip itu ?
KETUA RAPAT Terima kasih.
Silakan FABRI.
FABRI (A.M. PURBA) Terima kasih Pak. Untuk huruf "m" mengenai "barang pindahan". Pertama, yang dimaksud dengan barang pind~han adalah barang
barang keperluan rumah tangga, milik orang yang semula berdomisi
li di luar negeridan kemudian dibawa pindah ke dalam negeri.
Da lam ..... ~ ....
- 60 -
Da1am pengertian "barang pindahan" ini tidak termasuk kenda
raan bermotor seperti mobi 1, sepeda motor dan speed boat atau kapal pesiar.
Memang kita ketahui sekarang ada larangan seperti itu, tapi sebenarnya yang sekarang i ni 'kan berl aku bukan 1 arangan t api
pengenaan bea masuk unt uk kendaraan bermot or yang t e 1 ah d; pro
duks i da 1 am nege r i maka be a masuknya d i kenakan sek ian per sen, sekian persen dan sebagainya. Ini yang pertama.
Kedua, apakah nanti larangan-larangan seperti ini
masa-masa depan itu masih berlaku untuk yang akan datang.
Undang-undang ini 'kan kita harapkan menjangkau jangka yang kedepan.
untuk
Karen a
jauh
Apa tidak sebaiknya hal ini diatur tersendiri saja, karena
ini nanti di Ayat (2) itu 'kan ada pengaturan lebih lanjut oleh
Menteri, apa tidak sebaiknya diatur disitu saja.
Karena disini yang kita perlukan adalah pengertian barang pindahan, kalau jenisnya dan persyaratannya itu biar diatur oleh
Menteri saja.
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT :
Silakan FPP.
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) : Ini sedikit Pak, cuma mengganggu sekali dari segi pengertian
bahasa.
Penjelasan huruf "c", jadi pembebasan bea masuk yang diberikan berdasarkan huruf ini. Mestinya kalau mau jelas Satang Tubuh nya itu "berdasarkan Ayat (1) huruf c", kalau mau ditambahkan ini
harus di sebut 1 engkap Pak, t api ka 1 au hanya "berdasarkan huruf ini" kedengarannya dikuping kurang enak begitu.
Mohon penyempu rnaan sa j a Pak, cum a ka 1 au ah 1 i bah as a 1 a in mengatakan itu bagus, ya silakan. Cuma menurut saya kurung enak.
usul saya "berdasarkan Ayat (1) huruf c ini" kalau mau
dipakai kata "ini", harus lengkap begitu Pak.
KETUA RAPAT : Nanti kita Timus-kan sajao Silakan FPDlo
FPD I . o ••••• o •
---------------------------------------
- 61 -
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) Pas.
KETUA RAPAT : Dengan demikian ini dapat kita terima dengan beberapa per
baikan, tapi namun demikian ini perlu dijawab yang dipertanyakan
oleh FABRI, disetujui dihilangkan? Jadi sampai negeri saja. Setuju ?
( RAPAT SETUJU )
Terima kasih. Sekarang dari FABRI, Penjelasan Pasa1 25 Ayat (1) Pengantar
nya t ambahan Pen j e 1 a san "pembebasan" I. "Pembebasan be a masuh diberikan pada pasal ini adalah pembebasan yang bersifat re1atif dalam arti bahwa pembebasan yang diberikan kepada beberapa persyaratan dengan tujuan tertentu sehingga barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya diberikan keringan bea masuk".
Tinggal FABRI melihatnya, kalau cocok dapat diketok.
FABRI (R.M. PURBA) : Waktu Panja FABRI mengusulkan Pasal 25. Pas a 1 25 in i yang
dimaksudkan disini adalah pembebasan selain yang diatur dalam
Pasal 24, itu usu1an FABRI. Karena memang muatannya yang diatur itu berbeda dan disepakati waktu itu akan dijelaskan da1am Penjelasan Pasalnya.
Ka 1 au kami baca da 1 am Pen j e 1 a san Pas a 1 , ·: Pembebasan be a
masuk yang diberikan dalam pasal ini adalah pembebasan yang
bersifat relatif dalam arti bahwa pembebasan diberikan, didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu, sehingga
terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya
diberikan keringan bea masuk".
KETUA RAPAT : Pasal 24 mutlak Pak.
FABRI (R.M. PURBA) :
Ya, jadi dibandingkan dengan Pasal 24 sudah terlihat perbe
daan yang jelas. Kalau Pasal 24 bersifat mutlak, ini bersifat
relatif dan ditambah persyaratan dan tujuan tertentu dan sebagai
nya. Menurut kami pengantar ini sudah tepat, kami setuju.
KETUA •• 0 •••• I ••
- 62 -
KETUA RAPAT :
Ada yang tidak setuju dari Fraksi lain, tidak ada. Dapat kita setujui ?
( RAPA T · SETUJU )
Terima kasih.
Kemudian kita masuk kepada Pasa1 28 Ayat (3), ini ada usu1
dari FPDI, "Menteri" diganti "Dirjen". Kembali ke RUU?
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) : Ya Pak, karena dibawa kesana kemari tidak ditanggapi, ya
sudah kemba1i ke RUU saja.
KETUA RAPAT :
Jadi Pasa1 28 Ayat (3) kemba1i ke RUU, diterima?
( RAPA T • SETUJU )
Terima kasih.
Silakan dari Pemerintah untuk dapat memberikan penje1asan.
PEMERINTAH (Drs. EDDY ABDURRACHMAN)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Jadi Pasal 35 ini penambahannya sebagai akibat daripada
pen g hap us an Pas a 1 3 7 d a 1 am R U u yang t e 1 a h d i set u j u i o 1 e h Pan j a dengan cat at an subst ansi men gena i pembu 1 at an yang ada d ida 1 am
Pasa1 37 ini dipindahkan kepada Pasa1 35. 01eh karena itu Pemerintah mengajukan konsep berupa penam
bahan satu ayat didalam Pasal 35, yaitu didalam Pasal 35 Ayat (2)
baru yang bunyinya ''Perhitungan bea masuk, denda administrasi dan
bunga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) jum1ahnya dibu1atkan
dalam rupiah penuh".
Kemudian dida1am Ayat (3)-nya ada tambahan setelah kata pada Ayat (1) sehingga bunyinya "Ketentuan tentang tata cara pembayaran, penerimaan, penyetoran bea masuk~ denda administrasi dan bunga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) serta (ini tambahannya) pembulatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diatur lebih lanjut
oleh Menteri". Demikian Bapak Pimpinan·.
KETUA ......... .
- 63 -
KETUA AAPAT : Silakan FKP.
FKP (H. HUSNI THAMRIN, S.H.) :
Penjelasannya Pak. Jadi setelah kita sempurnakan menjadi
tiga ayat, ini dari FKP minta didalam penjelasan itu dijelaskan khususnya mengenai masalah "Ayat (1) terhutang itu" agar diberi
kan penjelasan didalam Penjelasannya Pak. Karena didalam Pasal 35 cukup jelas itu Pak.
KETUA RAPAT : Terima kasih. Jadi kalau kita lihat Pasal 35 ini memang cukup jelas, tapi
yang isi penjelasannya ini apa dari FKP dan yang tidak jelas yang
bagaimana yang perlu dijelaskan.
FKP (H. HUSNI THAMRIN, S.H.)
Masalah catatan disini istilah-istilahnya bea masuk, denda administrasi, dan bunga yang terhutang kepada negara. Jadi dalam
catatan DIM ini agar diberikan penjelasan mengenai masalah tersebut, jadi didalam sini cukup jelas Pak katanya.
KETUA RAPAT :
Bagian apanya yang perlu dijelaskan Pak.
Be a masuknya, denda admi n i st ras i nya sudah ada, bung a yang
terhutang pada negara. Untuk Undang-undang ini dibayar ke kas
negara tidak perlu penjelasan lagi, ditempat pembayaran lain sudah tidak perlu, yang ditunjuk oleh Menteri tidak perlu.
Bea masuk sudah mengert i, denda admi ni st rasi nya sudah, j adi mungkin bunga yang terhutang kepada negara.
FKP (H. HUSNI THAMRIN, S.H.) : Sudah Pak, kami tarik kembali soalnya ini ke ayat tadi Pak.
KETUA RAPAT :
Masih ada, silakan.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) : Ini pertanyaan saja dengan Pemerintah, dan kepada. kita semua
perumusan ini tepat untuk yang Ayt (2) itu. Perhitungan bea
masuk, ......... .
- 64 -
masuk, denda administrasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) jumlahnya dibulatkan dalam rupiah penuh. Perhitungan bea masuk itu, apa perlu perhitungan itu, apa
tidak umpamanya bea masuk, denda administrasi dan bunga sebagai
mana dimaksud pada Ayat (1) jumlahnya dibulatkan.
KETUA RAPAT : Perh it ungannya ka 1 au ada koma beg it u, koma sek ian beg it u
'kan perhitungannya. Jadi dihilangkan perhitungannya, langsung
bea masuk. Setuju kata "perhitungannya .. dihilangkan? Jadi semua ayat Pasal 35 ini Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3)
kita setujui ?
( RAPAT · SETUJU )
Terima kasih.
Pasal 36 Ayat (2), ini FPP. " D a 1 am h a 1 t e r t en t u k ew a j i ban
pembayaran bea masuk dan denda administrasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diberikan penundaan ...
Silakan FPP.
FPP (Drs. H.M. MUKROM AS'AD) : Bapak Ketua.
Terima kasih kepada Pemerintah sudah merumuskan ini Pak, dan
kami setuju.
KETUA RAPAT Alhamdulillah. FPDI bagaimana.
FPDI (SETYADJI LAWI·, B.A.) •
Cocok itu Pak.
KETUA RAPAT : FKP, silakan.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.)
Cocok.
KETUA RAPAT
FABRI, silakan. FABR I ......... .
r
FABRI (A.M. PURBA) Cocok.
KETUA RAPAT
- 65 -
Cocok. Dapat kita setujui ?
( RAPAT · SETUJU )
Terima kasih. Pasal 43 Ayat (3), ini ada tiga Fraksi yang waktu itu ditun
da yaitu FABRI, FKP dan FPDI. Pembicaraan mengenai sanksi administratif akan diperdalam ketika membahas Pasal 115 dan kita belum sampai ke Pasal 115, kita lampaui saja ini nanti baru kita baca. Setuju ?
INTERUPSI FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) FKP sudah disetujui tadi yang kaitannya dengan Pasal 6 Ayat
(7), jadi FKP tidak ada masalah lagi.
KETUA RAPAT : Jadi nanti kita bicarakan Pasal 115.
Kalau Pasal 45 dibicarakan ketika membahas Pasal 104 bersa
ma-sama dengan Pasal 6 Ayat (7), ini Pasal 43 Ayat (3).
Jadi Pasal 43 Ayat (3) dapat kita setuju.
( RAPAT : SETUJU )
Terima kasih. Sekarang masuk Pasal 45 Ayat (3). Kalau dari FKP waktu itu
dibicarakan ketika membahas Pasal 104 bersama-sama dengan Pasal 6
Ayat (7).
INTERUPSI FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) : Pasal 104 sudah ditok, tidak ada pembicaraan.
KETUA RAPAT : Tidak ada, jadi selesai.
FABRI tidak ada masalah.
Kemudian FPDI.
FPD I ......... .
- 66 -
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) : Tidak ada masalah.
KETUA RAPAT : Tidak ada masalah.
Jadi Pasal 45 Ayat (3) masuk di Timus.
Jadi Pasal 45 Batang Tubuh dan Penjelasannya kita Timus-kan, setuju ?
( RAPA T : SETUJU )
Terima kasih.
Sekarang BAB X, apa masih ada tertinggal sebelum BAB X.
BAB X tent ang Judu 1 , sudah. Larangan dan Pembat a san se rt a pengenda 1 ian i mpor at au ekspor barang-barang has i 1 pe 1 anggaran merek dan hak cipta.
Ini mungkin Pasal 57 yang belum putus.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) Pasal 49 nya belum Pak.
KKETUA ••••••
•
- 67 -
KETUA RAPAT :
Malam tadi saya rasa dikamar masing-masing sudah dirop matrik
yang tetap Pemerintah penjelasannya itu mungkin bisa membatu kita
membahas in i .
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, SH) Saya belum terima Ketua,
KETUA RAPAT :
Yang seperti ini pak, urutan peristiawa barang-barang ini,
kemudian pemi 1 ihan begini, HAKI Bab X. Pasal 49 memang diinfentarari
sir ada tetapi ini sudah ditok sama dengan Pasal 86, sudah dibicara
kan itu. Okey kita lanjutkan dengan Pasal HAKI ini yang menjadi
masalah waktu itu HAKI adalah Pasal 57 Ayat {3) waktu itu, Pasal 54
isa hanya untuk sementara waktu, sudah diterima waktu itu, bukti
bukti hak merk dilingdungi sudah diterima juga, Pasal 56 teteap, rumusan yang baru, kemudian ~.vat 3-nya dari Pasal 57 sudah yang
dimaksukan huruf 55 huruf (d) itu, kemudian Pasal 58 tetap, jadi itu
berteman bersama-sama pejabat bea dan cukai itukan diganti Pemerin
tah tersebut dilakukan dengan sepengatahuan pejabat bea dan cukai,
ini usulan FPDI saya mengingatkan saja bahwa itu usul FPDI.
Kemudian Pasal 59 Ayat {1) juga sudah diketok, kemudian Ayat
(2)-nya juga sudah tetap, Ayat (3)-nya waktu itu yang oleh FPDI
diusulkan dan itu diganti tetapi, terus ditegaskan oleh Pak Bambang
mumet-mumet tambah mumet, latu di tunda. Sekarang ada perubahan t idak
ini, ini penjelasannya hanya alur pikir, jadi bukan merupakan ter
tuang dalam UU tapi ini alur pikir sudah tertempung tidak .
Sekarang Pasal 59 Ayat (3) itu waktu FPDI kan, telah diterbitkan dan Ketua Pengadilan Negeri setempat tidak memperpanjang, waktu
itu FPDI mengusulkan tetapi telah diberitahukan, tetapi Ketua Penga
dilan setempat tidak memperpanjang secara tertulis perintah penang
guhan sebagiamana dimaksud Pasal 57 Ayat (2). Pejabat Bea dan Cukai
mengakhiri t indakan penangguhan pengeluaran barang import -a tau
eksport yang bersangkutan dan menyelesaiakannya sesuai dengaQ keten
tuan Kepabeanan berdasarkan UU ini.
K a 1 au d i s i n i dan s e be t u 1 n y a han y a . red a k s i on a 1 bah as a • t a p i bagaimana Pemerintah masih tetap rumusan seperti ini, bisa kita
terima.
FPP ...................... .
- 68 -
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD)
Interupsi.
Jadi rumusnya seperti ini tetnp pak. tidak ada perobahan lagi setuju pak.
56
KETUA RAPAT
FPDI
FPDI (SETYADJI LAWI, BA) :
Setuju ya sudah bagaimana lagi
KETUA RAPAT :
Dengan demikian Pasal HAKI ini secara menyeluruh Pasal 54, 55~
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) :
Interupsi.
Sedikit saja Pak, ada usul FABRI yang penangguhan sementara
sedangkan yang lainnya tidak ada penangguhan sementara lagi itu. apa
ininya, memang sudah setuju tapi korelasi itu sRja.
KETUA RAPAT :
Pasal 54 itu sementara waktu
FPP (DRS. H1M. MUKROM AS'AD) :
Yang lainnya juga tidak ada sementara waktu lagi. penangguhan
biasa semua.
KETUA RAPAT :
Pasal 54 itu sementara waktu. jadi ini untuk Pasal 54 Timus.
Jadi saya ulangi lagi Bab X judul bagian kedua pengendalian import
dan ekspor t barang-barang hak pe 1 ang.ga ran me rk dan hak c i pta in i
diganti. Pengendalian import atau eksport barang-barang hasil pe
langgara~ hak atas kekayaan intelektual, setuju.
(Rapat Setuju)
Pasal 54 sementara waktuna di Timus-kan, setuju.
(Rapat Setuju)
Pasal 55 Ayat (a) tetap Ayat (b) di 1 indungi Indonesia, setuju
(Rapat Setuju)
- 69 -
Pasal 56, setuju,
(Rapat Setuju)
Pasal 57 tetap dengan tambahan Ayat (3)-nya, setuju
(Rapat Setuju)
Pasal 58 dengan rumusan baru setuju
(Rapat Setuju)
Pasal 59 Ayat (1) setuju,
(Rapat Setuju)
Ayat (2) setuju
(Rapat Setuju)
Ayat ( 3) setuju
r-
(Rapat Setuju)
Pasal 60 Timus, jadi Pasal 60 kita Timus-kan, setuju.
(Rapat Setuju)
Pasal 61 Ayat (1) setuju
(Rapat Setuju)
Pasal 61 Ayat (2)
(Rapat Setuju)
Pasal 62
(Rapat Setuju)
Pasal 63 tetap
(Rapat Setuju)
- 70 -
Pasal 64 Ayat (1) Timus, kemudian Pasal 64 Ayat (2) Timus.
(Rapat Setuju)
Jadi Bah X Pasal 54 sampai Pasal 64 sudah kita setujui dengan
beberapa Timus tentang HAKI.
Sekarang kita menginjak ke Pasal 70 usul FABRI menambah kata
kata dan kalimat akhir huruf (a) dan (b) coba dichck FABRl ini Pusal
70.
PEMERINTAH (EDI ABDURRACHMAN) :
Interupsi.
Ada juga maneh kepada Pemerintah berkaitan dengan penjelasan
Pasal 68.
KETUA RAPAT :
Pasal 68 ini ada saran waktu itu dari floor untuk Pemerintah
memberikan penjelasan dan urutan maneh-maneh sudah te.rpenuhi dan
sekarang silakan baca lalu ada yang tidak setuju tidak.
Pas a l 68 ya it u barang yang d i kuasa i negara ada l ah, Bat ang
Tubuhnya tetap, dan penjelasannya memang diminta oleh beberapa
Fraksi dan ini itu Ayat(l)-nya a, b. c Ayat (2)-nya iya, Ayat (3)
nya cukup jelas, sekarang dibacakan saja, Ayat (1)-nya penjelasannya.
Penjelasan Pasal 68
Dalam Batang Tubuh itu barang yang dikuasai negara adalah
yang dimaksud barang yang dikuasai negara adalah barang yang untuk
sement ara wakt u penguasaannya berada pad a negara sampa i dapa t d it eh
tukan stantus barang yang sebenarnya. Perubahan status ini dimaksud
kan agar pejabat bea dan cukai dapat memproses barang tersebut
secara administrasi sampai dapat dibuktikan bahwa telah terjadi
kesalahan atau sama sekali tidak terjadi kesalahan sehingga masalah
Kepabenannya dapat diselesaikan sesuai ketentuan UU ini, setuju.
(Rapat Setuju)
Sekarang yang (a)-nya, cukup jelas setuju.
(Rapat Setuju)
Sekarang yang (b)-nya Batang Tubuh berbunyi sebagai berikut :
Barang dan atau saranapengangkut yang ditahan oleh Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Psal 77 Ayat (1);
- 71 -
Penjelasan Pasal 68.b
Barang yang dikuasai negara pada huru (b) ini adalah barang
import atau eksport yang ditunda pengeluarannya, pemuatannya atau
pengangkutannya, atau sarana pengangkut yang ditunda keberangka
tannya oleh Pejabat Bea dan Cukai guna pemenuhan kewajiban pabean
berdasarkan ketentuan dalam UU ini, setuju.
(Rapat Setuju)
Huruf (c) cukup jelas. Sekarang Ayat (2). Ayat (2) sudah kita
tetapkan tetap waktu itu di Panja.
Ayat (2) penjelasannya sebagai berikut : Pemberitahuan secara
tertulis adalah pemberitahuan yang diberikan secara tertulis kepada
pemi 1 ik a tau kuasanya yang "lenvatakan bahwa barang a tau sarana
pengangkut mi 1 iknya berada dalan penguasaan negara dan pemi 1 ik a tau
kuasanya diminta untuk menyelesaikan kewajiban pebeannya, sedangkan
pengumuman d i 1 akukan dengan secara menempe 1 kan pada pap an pengumuman
yang terdapat di Kantor-kantor Pabean atau diumumkan melalui media
massa seperti surat kabar, setuju.
(Rapat Setuju)
Ayat (3) cukup jelas.
Dengan demikian Pasal 68 berikut penjelasannya kita setujui.
{Rapat Setuju)
Silakan Pasal 70 huru (a) dan huruf (b) menambah kata dan ada
kalimat akhir (a) dan (b) yang dibawah itu dan atau sedang yang
dibawah itu dan . Ini kita nambah waktu itu huruf (a) setelah di
bayar itu dan, kemudian huruf (b) setelah diserahkan tidak melebihi
harga barang dan atau itu tambahan dari FABRI waktu itu yang diatas
dan saja tambahannya, kemudian yang dibawah dan a tau sete lah kami lat
(b) itu, ada penjelasan silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (EDI ABDURRACHMAN) :
Mengenai Pasal 70 memang usulan dari FABRI hanya menambahkan
dan, dan atau dibawah itu, namun kemudian berkembang pada waktu itu
diskusi kalau tidak salah saya dari Bapak Sa'ad dari FKP pada waktu
yang mempermasalahkan yang Pemerintah pada waktu itu melihat bahwa
rumusan yang ada didalam RUU ini tadi ke1ihatannya belum memberikan
suatu penjelasan yang tegas begitu.
Oleh karena itu Pemerintah dalam hal ini mencoba kalau sean
dainya memang rumusan Pasal 70 itu kurang jelas Pemerintah mengaju
kan lagi suatu konsep rumusan berkaitan dengan usulan FABRI tadi.
- 72 -
KETUA RAPAT : Siapa yang ada tolong dibacakan, kalau ada tolong Bapak bacakan
kita dengar bersama-sama.
PEMERINTAH (EDI ABDURRACHMAN) Terima kasih Bapak Pimpinan,
Kami bacakan konsep rumusan Pasal 70 kalau seandainya memang
Pas a 1 70 da lam RUU d i anggap kurang j e las. Barang dan sa ran pengang
kut sebagaimana dimaksud pada Pasal 68 Ayat ( 1) huruf (b) diserahkan
kemba 1 i kepada pem i 1 i knya da 1 am j angka wak t u 30 ha r i se j ak peny impa
nan ditempat menimbunan pabean dalam hal : a. Bea masuk yang terutang telah dibayar dan apabila merupakan
barang larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau kete
rangan yang diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembatasan
import atau eksport.
Jadi maksud menjelaskan pasal~ni dimungkinkan misalnya seorang penumpang datang disuatu pelabuhan udara membawa barang yang wajib
dikenakan bea ma~uk tetapi pada saat kedatangannya dia belum bisa lte.._ ...
membayar karenatmembawa uang. Sehingga untuk itu barang tersebut
ditahan o!eh Pejabat Bea dan Cukai, ini yang dikaper huruf (a) tadi pak.
Jadi paginya barang tadi ditahan kemudian besok atau dua hari
dia datang membayar bea masuk dan seterusnya maka barang ini tadi
bisa diserahkan kepada yang bersangkutan.
Jadi dalam hal ini terhadap barang tersebut sama sekali tidak
ada unsur pelanggaranya, ini yang (a).
Ini merupakan rumusan ulang daripada Pasal 70 RUU yang dibagi menjadi a, b, c, kami bacakan.
b. Bea masuk yang terutang telah dibayar serta telah diserahkatt
suatu jumlah uang yang akan ditetapkan oleh Menteri sebagai ganti
barang yang besarnya tidak melebihiharga barang dan apabila merupakan barang larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau
keterangan yang diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembata
san import atau eksport sepanjang barang tersebut tidak diperlukan
untuk bukti dipengadilan.
Jadi untuk agar supaya tidak kabur dan, dan atau dan lain
sebagainya kami tegaskan disini apabila itu barang larangan kita
jelaskan disini dan apabila barang larangan ...... telah diserahkan
dokumen, kalau bukan barang larangan atau pembatasan tidak perlu itu
tadi, maksudnya demikian pak, terima kasih.
- 73 -
KETUA RAPAT :
Apa ada pertanyaan, sekarang Pasal 70 ini yang kemaren itu
adalah a, b, c sekarang dirumuskan menjadi a, b saja dengan dua
ayat, saya rasa cukup jelas ini, silakan dibaca, bacanya lengkap
supaya b i sa nyambung.barang dan sarana pengangku t sebaga imana d i mak
sud dalam Pasal 68 Ayat ( 1) huruf (b) diserahkan kembal i kepada
pemiliknya dalam jangka waktu 30 hari sejak penyimapan ditempat
penimbunan pabean dalam hal bea masuk yang terutang telah dibayar
dan apabila barang larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen
atau keterangan yang diperlukan sehubungan dengan larangan atau
pembatasan import atau eksport itu yang (a) pertama.
Atau sarana pengangkut sebagaimana dimaksud Pasl 68 Ayat (1)
huruf (b) diserahkan kembal i kepada pemi l iknya dalam jangka waktu 30
hari sejak penyimpanan ditempat penimbunan pabean dalam hal bea
masuk yang terutang telah dibayar serta telah diserahkan suatu
jumlah uang yang akan ditetapkan oleh Menteri sebagai ganti barang
yang besarnya tidak melebihi harga barang dan apabila merupakan
barang larangan atau pembatasan telah diserahkan dokumen atau kete
rangan yang diperlukan sehubungan dengan larangan atau pembatasan
import atau eksport sepanjang barang tersebut tidak diperlukan untuk
bukti dipengadilan.
Ada yang tanya.
FPP (SULAINAN 8IYAHIMO)
Interupsi.
Dalam rangka memperpanjang tidak diperlukan lagi dalam pengadi
lan, itu masih ada atau bagaimana sebab didepan tercantum dihilang
kan, apa dipindah kebelakang, dihilangkan atau dipindahkan kebela
kang pak.
KETUA RAPAT :
Perlu kita diskusikan atau kita serahkan ke Timus
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, SH)
Interupsi
Ke Timus saja pak
KETUA RAPAT
Timus
(Rapat Setuju)
- 74 -
Pasal 70 kita Timuskan.
Sekarang mari kita lanjutkan keBab XII Tentang Wewenang Kepa
beanan. Sesuai dengan tanggapan ahli bahasa saya bacakan Bab XII. Wewenang Kepabeanan gabungan kat a wewenang Kepabeanan sebagai
mana wewenang kepd~sian diperlukan sebagai istilah atau idio dengan
kata lain hendaknya tidak ditafisrkan makna kata secara harafiah
atau kata perkata.
Wewenang Kepabeanan dapat diartikan hak atau kekuasaan yang
diberikan kepada seseorang, pejabat, atau instansi yang berkaitan
dengan tugas Kepabeanan sebagaimana disebut dalam penjelasan.
Sebagaimana Judul Bab wewenang Kepabeanan cukup ringkas tidak
perlu diganti dengan wewenang Direktorat Jenderal, wewenang Bea dan
Cuka i at au wewenang pe j aba t Be a Cuka i, kewe"angan ins tans i at au
pejabat i tu sudah terurj.k.ap dalam penjelasan.
Jadi menurut ahli bahasa ini judulnya tetap, setuju
(Rapat Setuju)
Sekarang kita masuk kepaa Pasal 82 Ayat (1), karena Pasal 82
Ayat (1) ini ada FKP, ada FAARI dibicarakan bersama dengan Pasal 3,
atas perintah FKP FABRI dulu.
Pasal 82 Ayat (1) berbunyi : pejabat Bea dan Cukai berwenang
meminta importir , eksportir, pengangkut, pengusaha tempat penimbu
nan sementara, pengusaha tempat penimbunan beikat atau yang mewaki
linya menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka setiap sarana
pengangkut atau bagiannya, membu~a setiap bungkusan atau pengemas
yang akan diperiksa.
FKP {H. ABDULLAH ZAINIE, SH)
Interupsi
Yang betul eksport itu pak, jadi barang import FIARI menam~ah
eksport dan eksport secara selektif ~
berka 1 tan •••••••
- 75 -
Berkaitan dengan Pasal 3, FABRI dulu bagaimana ?. Sudah diputus. Perkataan ekspor masuk tidak.
Oke setuju.
FABRI (DRS. HARI EKO SUMISTO) : Substansi ini amat penting sekali, mohon kiranya bisa,
bukan so a 1 pe rumusannya, t eta pi meng is i subst ansi in i , apa ada rumusan Pemerintah.
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) :
Terima kasih pak, Pasal 82 ini dikaitkan dengan Pasal 4 yang berkaitan
dengan ekspor. Di da 1 am Pas a 1 4 ayat ( 2) d i nyat akan da 1 am hal tertentu terhadap barang ekspor dapat dilakukan pemerik
saan fisik barang. kalau di Pasal 4 dinyatakan demikian, sedangkan di dalam Pasal 82 kewenangan dari pejabat Sea dan
Cukai untuk memeri ksa barang ekspor tidak ada, maka ini
kehilangan arti, oleh karena itu diusulkan di dalam Pasal 82 it u ayat ( 1 ) d i nyat akan pe] abat Be a dan Cuka i be rwenang melakukan pemeriksaan barang impor dan barang ekspor setelah pemberitahuan pabean diserahkan. Itu saja Pak.
Penjelasannya dikaitkan dengan Pasal 4, yang penjelasannya d1 Timus kan bisa.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) : . FKP sudah setuju tambah ekspor, menghilangkan perkataan
secara selektif. Terima kasih.
KETUA RAPAT : Coba dibacakan lagi lah.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) Hanya untuk pastinya saja,
Pada ayat int berbunyi pejabat Bea dan Cukai berwenang
melakukan pemeriksaan barang impor dan barang ekspor sebagaimana disebut pada Pasal 4 ayat (2) setelah pemberitahuan pabean diserahkan.
J ad·; ••••••..•...•
- 76 -
Jadi yang di laksanakan disana adalah pemeriksaan barang
ekspor dalam hal-hal tertentu.
KETUA RAPAT : Jadi berbunyi pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan
pemeriksaan barang impor dan ekspor setelah pemberitahuan
pabean diserahkan. Begitu saja.
PEUERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) Pasal 82 ayat (1) penjelasan, ayat ini memberikan
wewenang kepada pejabat Be~ dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang guna memperoleh data dan penilaian yang tepat
mengenai pemberitahuan atau dokumen yang diajukan. Kewenangan pemeriksaan barang dalam ayat ini dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4.
KETUA RAPAT :
Oke punya, setuju ?.
( RAPAT : SETUJU )
Jadi Pasal 82 dan penjelasannya, Sekarang meningkat ke Pasal 83, penjelasan disempurna-
kan. Itu ada manehnya kalau tidak salah. Di soal curiga itu, itu
waktu Pak Sumisto tanya dicurigai sama Ibu Sundari, apa yang dicurigai.
Surat yang dicurigai berisi barang impor atau barang ekspor. Kalau anunya sudah sesuai RUU, penjelasannya.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) : Pasal 83 catatan saya tidak ada.
FABRI (R.M. PURBA) : Harus diterangkan dalam penjelasan Pak.
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) Perlu kami bacakan kembali, dan setelah dibacakan oleh
Pemerintah kemudian bisa diterima. KETUA RAPAT
•
----~~~~~~-~~-----------
- 77 -
KETUA RAPAT :
Apa perlu kita bacakan lagi atau sudah disetujui.
Tolonglah dibacakan supaya lebih mantap .
. PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) : Kami bacakan penjelasan dari Pasa1 83 Rahasi a sur at yang di percayakan kepada Perum Pos dan
Giro at au perusahaan pengangkut an umum yang d it un j uknya t i dak dapat d i ganggu gugat kecua 1 i da 1 am ha 1 yang diu ra i kan dalam undang-undang ini. Oalam praktek menunjukkan bahwa tidak jarang barang yang kecil ukurannya dikirimkan dalam
surat. Sehubungan dengan itu surat yang mungkin berisi barang harus dapat pula dibuka untuk keperluan pemeriksaan.
Walaupun dapat dipertanggungjawabkan bahwa pembukaan surat itu untuk keperluan pemeriksaan barang di dalamnya yang dilakukan tanpa membaca suratnya dan tidak bertentangan dengan rahasia pos, namun pembukaan surat tersebut harus
dilakukan bersama si alamat. Dalam hal si alamat tidak ditemukan disyaratkan adanya surat perintah dari Direktur
Jendera 1 Be a dan Cuka i , dan d i 1 akukan be rsama-sama pet ugas pos. Yang d i maksud a 1 amat ada 1 ah pene r i rna su rat da 1 am ha 1
impor atau pengirim dalam hal ekspor.
KETUA RAPAT Silakan Pak Sulaiman yang ahli pos ngepos.
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) : Yang di atas boleh, cuma dalam hal si alamat tidak
ditemukan disyaratkan adanya perintah Direktur Jenderal Sea dan Cukai. Ini melanggar rahasia pos, yang berhak memeritah
kan itu hanya Pengadilan Negeri. Jadi mohon dipertimbangkan. Bukan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, sebab ini menyangkut rahasia surat yang menyangkut konvensi internasional.
KETUA RAPAT : Silakan dijelaskan oleh Pemerintah.
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) : Interupsi Pak,
Say a .• I •• I I I I I •••
- 78 -
Saya ingin menje1askan, surat itu dibaca atau tidak d i baca, ka 1 au d i buka t anpa t anpa sepenget ahuan s i a 1 amat bisa dituntut di pengadilan. Ini pos, mohon dipartimbangkan.
KETUA RAPAT : Bagaimana Pemerintah, jangan sampai dituntut juga.
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) : Terus terang kami be1um membaca Undang-undang mengenai
Pos, mengenai ketentuan membuka surat, cuma pada waktu menyusun RUU in i , kit a mengana 1 ogkan dengan prakt ek Kepabeanan Internasiona1 yang berlaku di luar negeri, yang pada
waktu kemarin sudah kami jelaskan, terutama di negara-negara
maj u ka it annya dengan narkot i ka, dengan upaya unt uk meme
rangi narkotika, sehingga setiap surat yang akan dikeluarkan itu harus me1alui satu scanning, waktu itu sudah kami jelaskan me1alui scanner dalam hal dari hasil scanner itu ada indikasi bahwa di dalamnya itu berisi misalnya narkotika dan sebagainya, maka surat ini akan dibuka dengan memanggi 1 a1amatnya. Namun yang akan dibuka ini bukan untuk keper1uan
melihat isi surat, karena itu merupakan suatu rahasia, tetapi hanya untuk mengambi1 barangnya yang ada disana. Kemudian disini apabila si alamat tidak ditemukan, menurut pikiran Pemerintah pada waktu itu terus bagaimana ini, akan diapakan. 01eh karena itu per1u adanya suatu surat perintah yang dalam hal ini diusu1kan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Demikian Pak, terima kasih.
FPP (H. SULAIMAN BIYAHIMO) : Interupsi,
I n i pen g a 1 am an p a h i t , d i d a 1 am k e t en t u an i n t e rna s i on a 1 surat itu tidak bo1eh dimasuki apapun juga, barang bundar ataupun barang tipis, barang tipis itu uang, uang dimasukkan dalam surat, apa1agi benda persegi atau bulat, termasuk bubuk.
Ka 1 au i t u d i mas u k k an , pen g a 1 am an say a d a h u 1 u • i t u peg a w a i pos itu suka mencuri, setiap ada yang terasa di tangannya di dalam surat, dibuka surat itu. Oleh karena itu orang-orang
yang .•..•......•.
- 79 -
yang mengirim surat termasuk kemarin masih banyak orang yang
mengirim surat di da1amnya diisi uang, terutama TKW dan
macam-macam, itu dicuri tidak ada hukuman apa-apa, o1eh
karena ketentuannya sudah menjadi normatif surat itu tidak
boleh diisi apapun juga. Oleh karena itu, itu sangat meng
khawatirkan.
Orang pos it u pa 1 i ng 1 i ha i , karena di a t ahu ket ent uannya,
set i ap ada yang mencu r i gakan da 1 am su rat, d i a buka, hab is
itu. Ini masalahnya disitu. Apalagi kalau kasuistis saja di
B a 1 i , k a 1 au t e rut am a d i B a 1 i yang k as u i s t i s s e p e r t i i t u , y a
mohon dalam undang-undang supaya tidak secara eksplisit
dicantumkan.
Ini pengalaman di pos, kalau perlu dikonsultasikan
dengan pe j abat pos yang be rwenang, say a sudah mant an, j ad i
mungkin tidak bisa dipertanggung jawabkan keterangan saya.
Tapi menurut pengalaman selama ini sampai saya pensiun,
ket et apan it u t i dak pe rnah be rubah. Jad i su rat it u d i baca
atau tidak dibaca kalau dibuka1 pemiliknya berhak menuntut ke
pengadi1an.
Itu saja supaya tidak terkena kita.
KETUA RAPAT : Waktu membuka kan bersama orangnya Pak, ka1au si a1amat
tidak ketemu, surat itu bisa dibuka hanya oleh Pengadilan
Negeri, bukan at as peri ntah Di rektorat Jenderal Bea dan
Cukai.
FPP (H. SULAIUAN BIYAHIUO) : Atau juga dibuka oleh pejabat pos karena jabatan,
dibuka karena jabatan itu boleh, tapi itu hanya pejabat Pos
dan Giro.
KETUA RAPAT : Ini dibuka bersama-sama Pak.
Oke punya,
( RAPAT SETUJU )
Sekarang .....••.
- 80 -
Sekarang ini Pasal 84 penjelaan ayat (2), usul Pemerint ah tent ang 1 angkah-1 angkah, duty assesment, be a masuk,
custom re.lease, member i pe rset u juan be a cuka i , kawasan be a cukai. Itu ditunda.
FP~apa tidak ada tanda terima.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) Dikasih penjelasan ayat (1), tanda terima itu.
KETUA RAPAT :
FPDI tanya apa tidak perlu tanda terima ?.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) : Bukan Pak, FPDI t i dak tanya, FPDI hanya men gat akan
bahwa sudah dengan sendirinya kan diberi tanda terima.
KETUA RAPAT : Tak perlu gitu ya.
Kalau FKP tak perlu juga, karena ada masuk dalam Pasal 84 ayat ( 2).
FABRI tanda terima saja. FPP apa tanda terima, berita acara, bukti, penjelasan.
Bagaimana nih Pasal 84 ayat (2) tambah penjelasan mengenai muatan tanda terima, berita acara, penyerahan bu~·,
cat at an.
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) Terima kasih Pimpinan, Memang Pasal 84 ayat (2) itu di ~ending atas permintaan
Pemerintah untuk menghilangkw.., kata eksportir. Pada waktu
itu Pemerintah sudah m~mberikan informasi berkaitan dengan ini apa ala~~~ Pemerintah sehingga kata-kata eksportir tidak perlu di~~ntumkan di dalam Pasal 84 ayat (2), tinggal mung
kin meminta persetujuan apakah usulan dari Pemerintah terse
but dapat disetujui atau tidak o1eh sidang Panja yang terhormat.
Terima kasih.
KETUA RAPAT
- 81 -
KETUA RAPAT importirnya dihapus, ini perlu didiskusikan.
Saya minta Pemerintah diulangi lagi kejelasan-kejelas
annya kenapa dihilangkan.
Silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN)
Terima kasih Bapak Pimpinan sidang yang terhormat, I bu- i bu bapak-bapak anggot a s i dang Pan j a yang kami
hormat i ,
Pasal 84 ayat (2) ini berkaitan dengan permintaan
pengambilan contoh.
Di dalam Pasal 84 ayat (1) dinyatakan pegawai Bea dan Cukai
berwenang antara lain mengambil contoh barang untuk pemer i ksaan pembe r it ahuan. Kemud ian d i Pas a 1 84 pengamb i l an
contoh barang sebagaimana dimaksud pada ayat {1) dapat pula
dilakukan atas permintaan importir atau eksportir.
Di dalam penjelasan Pasal 84 ayat (2) dinyatakan pengambilan contoh barang atas permintaan eksportir atau importir diper
lukan untuk pembuatan pemberitahuan pa~ean.
Jadi tujuan daripada pengambilan contoh barang sebagai
mana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) ini adalah semata-mata untuk pembuatan pemberitahuan pabean. Dalam hal ini posisi
barang yang bersangkutan, maksudnya mengapa kok permintaan barang contoh itu harus diajukan kepada pejabat Bea dan Cukai J di sebabkan karena barang tersebut berada di kawasan pabean. Terhadap barang-barang yang berada di dalam kawasan
pabean, segala sesuatu yang berhubungan dengan barang·terse
but harus dengan persetujuan pejabat bea dan cukai.
Jadi asumsinya barang tersebut berada di dalam kawasan pabean, bukan berada ·di luar kawasan Pabean.
Yang pertama, barang contoh yang diminta oleh importir dalam
rangka pembuatan pemberitaan Pabean. Ini logis, karena
importir dimungkin pada waktu menerima kiriman barang impor tadi, importir belum mempunyai data atau informasi berkaitan
dengan barang-barang impor tersebut,. Sedangkan untuk menge
luarkan barang impor tersebut dari kawasan Pabean diwajibkan untuk membuat pemberitahuan Pabean yang diajukan kepada pejabat Bea dan Cukai. Oleh karena itu untuk dapat membuat
pemberitahuan .....
- 83 -
Dia berbeda pengertiannya, misalnya eksportir tidak tahu artinya bagaimana cara mengisi pemberitahuan ekspor, kaitan
dengan klasifikasi tarip, dia bawa saja barangnya dia kepada pejabat Bea dan Cukai minta ditetapkan tarip, bukan meminta i j in unt uk mengamb i 1 contohnya, t et api memi nt a unt uk d it etapkan taripnya. Saya akan mengekspor barang ini, berapa sih t a r i p n y a , m aksu d k ami t a r i p i t u k 1 as i f i k as i , b u k an karen a ekspor tidak dikenakan bea, tetapi klasifikasi barangnya. Jadi misalnya barang ini masuk klasifikasi harmonis system
it u kodenya sek ian, it u yang akan d it et apkan o l eh pe j a bat Sea dan Cukai, boleh dia minta begitu. tetapi kalau kaitannya dengan pengambilan contoh karena barang tersebut
masih berada di dalam penguasaannya dia, tidak perlu mintami nt a kepada pe j abat be a dan cuka i , at au kemud ian mungk in agar supaya ini tadi tidak menimbulkan keraguan-raguan bahwa Pasal 84 ayat (2) itu adalah dalam rangka pembuatan pemberitahuan Pabean.
Karena itu ada dalam penjelasan, maka kata-kata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mestinya ini dihilangkan juga, karena kalau sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) itu untuk pemeriksaan. Jadi Pasal 84 ayat (2) itu sebenarnya hanya bisa berbunyi pengambilan contoh barang dapat pula dilakukan atas
permintaan importir .. Ayat (1) nya pemeriksaan Pabean, terus importir itu dalam kaitannya untuk membuat pemberitahuan Pabean, belum ada pemeriksaan Pabean. Jadi ·barangkan datang, kemudian dia
membuat pemberitahuan Pabean dia belum tahu, karena dia tidak mempunyai invoice dan lain sebagainya, maka dia minta
kepada pejabat Bea dan Cukai untuk mengambil contoh guna
membuat pemberitahuan Pabeannya. Jadi bukan kalau kita sebut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) itu kaitannya dengan
pemeriksaan.
KETUA RAPAT Ba1k, jelaa Pak Zainie ?. FABRI jelas ?
FPP tadi yang mau tanya. Silakan
FPP .......... I •••
- 82 -
pemberitahuan Pabean, importir memerlukan data dalam bentuk contoh barang daripada barang tersebut. Karena barang tersebut masih berada di kawasan Pabean, sehingga dia harus meminta kepada pejabat Bea dan Cukai, tidak bisa importir
mengambi1 sendiri. Kemudian bagaimana dengan eksportir, Pemerintah te1ah
menjelaskan pada waktu yang lalu bahwa barang ekspor pada
waktu dimasukkan ke da1 am kawasan Pabean harus di sertai dengan pemberitahuan Pabean. Prakteknya pemberitahuan Pabean diajukan ter1ebih dahulu, baru barangnya.
Jadi kalau mungkin ini di pintu pelabuhan, yang bersangkutan itu menyerahkan pemberitahuan Pabean kepada peja
bat Bea dan Cukai di pintu, kemudian pejabat Pabean akan mengecek barang ekspor masuk ke kawasan pabean, misa1nya
kalau dalam kontainer dia cek kontainernya.
Karena barang itu sudah di kawasan Pabean, berarti pemberit ahuan pabean sudah ada. 01 eh karena it u ka 1 au seanda i nya kata-kata eksportir tertuang da1am Pasa1 84 ayat (2) yang pengambi1an contoh tadi diperlukan untuk pembuatan pemberitahuan Pabean, tidak mungkin, karena pemberitahuan Pabean ini sudah ada,
Kami kira demikian penje1asan Pemerintah sementara ini
berkaitan dengan Pasal 84 ayat (2).
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pemerintah, Jadi dengan demikian Pemerintah mengusu1kan Pasa1 84
ayat (2) kata-kata diakhir ka1imat atau eksportir itu dihi-1angkan. Dapat kita setujui ?.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Tadi Pak Edi je1askan barang itu sudah ada di kawasan
Pabean, baru berlaku ketentuan ayat ini. Andaikata itu masih berada di luar kawasan Pabean, perlu tidak itu.
PEUERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHNAN) :
Terima kasih Bapak Zainie, Kal au barang berada di dal am kawasan Pabean tetapi
barang tersebut sepenuhnya berada di dalam penguasaan eks
port i r.
Dia
- 84 -
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) : Dalam ayat (1) inikan pemeriksaan, kalau ayat (2) bukan
dalam rangka pemeriksaan, sehingga tidak perlu dikaitkan dengan ayat ( 1 )·.
Pertanyaannya, kalau memang tidak dikaaaitkan dengan ayat (1) apakah permintaan contoh barang itu juga tidak dalam
rangka pengisian dan sekaligus pada waktu penelitian Pabean.
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) Mungkin boleh kami jawab, Posisi jelasnya begini, eksportir meng1r1m barang untuk
seseorang di Indonesia, barangnya tiba di kawasan Pabean. Kemud ian orang in i tad i unt uk menge 1 uarkan barang dar i kawasan Pabean harus membuat pemberitahuan Pabean. Dia belum bisa membuat pemberitahuan Pabean karena dia tidak memiliki data berkaitan dengan barang itu tadi. Oleh karena itu dia
mint a kepada pe j a bat Be a dan Cuka i mengamb i 1 cont oh barang
ini tadi untuk membuat pemberitahuan Pabean. Jadi pemberitahuan Pabean belum diajukan. nanti kalau sudah pemberitahuan Pabean itu diajukan, baru ada pemeriksaan.
Jadi di ayat (2) nya itu tadi belum dalam kaitannya
pemeriksaan Pabean, karena pemberitahuan Pabean belum diajukan, hanya untuk membuat pemberitahuan Pabean. Jadi misal -
Qya Pak Mukrom menerima kiriman dari luar negeri, Bapak belum
punya data-data maka Bapak minta kepada pejabat Ba Cukai
contoh barangnya untuk membuat pemberitahuan Pabean.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD) :
Pertanyaanya mengapa dimasukkan dalam kelompok ini, kalau itu nanti tidak dalam rangka penelitian maupun dalam rangka pemeriksaan, tidak usah dimasukkan dalam kelompok ini.
Keduanya, itukan mungkin juga terjadi bahwa pengangkut
kan sudah memberitahukan Pabean. Pengangkut kan punya wewenang juga untuk pemberitahuan Pabean, mungkin karena pengangkut belum clear betul, kemudian importir minta supaya lebih jelas lagi yang diisi oleh pengangkut itu, artinya
tetap dalam rangka penelitian itu.
PEMERINTAH ...... .
- 85 -
PEMERINTAH (DRS. EDI ABDURRACHMAN) : Pengangkut member it ahukan kepada s i pene rima, Bapak
misalnya yang menerima, itu hanya Bill of Leading, di dalam Bill of Leading tidak dijelaskan isi barang, oleh karena itu pad a wakt u kit a membahas pengangkut, apa bet u 1 pengangkut tahu isi barangnya, tidak, yang dimaksudkan hanya barang
secara global. Jadi misalnya spare part, hanya begitu saja,
tetapi di dalamnya spare part macam-macam. Untuk mengi si
pemberitahuan Pabean dia tidak bisa karena tidak punya dasar itu tadi.
Kemudian mengapa ini masuk disini, karena kami tidak ketemu lagi tempatnya dimana, kebetulan dalam Pasal 84 ini be r k a i t an den g an pen gam b i 1 an bar an g con t o h , i n i k i t a s e 1 i p
kan masuk di dalam Pasal 84.
Pas a 1 84 ayat ( 1 ) kan pe j a bat Be a dan Cuka i be rwenang men
gambil barang contoh. kemudian kita masukkan dalam ayat (2)
nya pengambi 1 an barang contoh dapat pula di 1 akukan ol eh importir.
J ad i k a 1 au i n i d i 1 i hat sam a den g an H A K I t ad i , p e j a bat Bea dan Cukai melakukan penangguhan atas permintaan ini, tetapi importir juga boleh meminta untuk diperiksa,
Kira-kira begitu, tempatnya sama.
KETUA RAPAT : Mungk in rumusannya akan 1 ebi h t epat, pe j abat Bea dan
Cukai berwenang pengambilan contoh barang untuk kepentingan atau atas permintaan importir untuk kepentingan pengisian pemberitahuan Pabean.
Mungkin rumusannya akan dicarikan lebih pas. Mungkin begitu maksudnya dari FPP. kalau ini dikurangi yang satu dihilangi,
kalau dihi langi yang satu kan pengambi lan contoh barang
sebagaimana dimaksud, hilang. Jadi pengambilan contoh barang dapat pula dilakukan atas permintaan importir. Babnya bab Kewenangan itu, tidak apa-apa ya.
J ad i buny i ka 1 i mat nya akan begin i , pengamb i 1 an cont oh barang dapat pula dilakukan atas permintaan importir.
Setuju itu ?
( RAPAT SETUJU )
I (
..
- 86 -
Setuju di cabut, baik saya lanjutkan kepada Pasal 8~ ayat (1)
itulah adalah FKP penjelasan menampung muatan mengenai pengertian
apa yang dimaksud dengan pemeriksaan persetujuan import, eksport
ialah memberikan persetujuan, tetap.
Dengan demikian Pasal 85 Ayat (1) tetap, tetap yang seperti
yang dianukan itu.
Sekarang kita lanjutkan Pasal 86 Ayat (2) ada dua yang tanya,
say rasa ini sudah terjawab untuk kita membahas Pasal 49 sekali
gus, sudah selesai, 86 Ayat (2), setuju.
(RAPAT SETUJU)
Pasal 93 Ayat (1) barang baru, ditunda waktu itu, minta
penjelasan.
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.)
Interubsi !
Bukan penjelasan Pak, "barang siapa".
KETUA RAPAT :
Baik Bab 13, keberatan banding, lembaga banding.
Waktu itu Ayat (1)-nya, FPDI minta penjelasan saja. Memang disini ditunda pada waktu itu FPDI, tetapi disini
Pasal 1 FKP malah, waktu itu dibantu oleh FPP, barang siapa ini
kok cocok tidak .
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.)
Interubsi
Bukan FPP yang membahtu, FKP yang membantu FPP.
KETUA RAPAT : Jadi apa cocok tidak ini, kalimat barang siapa. Kalau judul sudah pak, kalau barang siapanya memang ada juga
FKP sudah. FPP oke. Pasal 93 Ayat (1) rumusan ini.
. F.P~ ..•.••...
- 8!7 -
fPP (DRS.H.M.MUKROM.AS'AD) It I I • •' •
Interupsi !
Barang siapa ini yang masih agak ragu kita.
Jadi kalau kami lihat rumusan disini itu importir, TPS, TPB nya 3 pasal itu yang menyangkut masalah ini, kenapa tidak ditulis
lengkap saja.
FPP (Drs.H.M. MURKOM AS'AD) : Saya kira FKP semu1a juga mengusu1kan begitu, sete1ah dipe1a
jari hanya menyangkut importir pasal berapa itu TPS, pasal bera
pa, TPB pasal berapa sehingga dimuat lengkap saja, untuk memudah
kannya, di Timus saja mencari kelengakapannya itu rumusannya yang
disini.
KETUA RAPAT :
Langsung Timus.
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.) :
Interu.,si !
Jangan dulu, j~di betul kemarin itu kemarin kita minta kalau bisa lengkap untuk pengganti barang siapa itu, cuma kita memang juga harus hati-hati, jangan-jangan kalau ~i dalam Satang Tubuh
itu kita cantumkan, TPS, TPB importir, pengusaha jaia ang~utan
masih ada yang ketinggalan, karena barang siapa itu kalau mau
diperjelas, silakan dijelaskan lewat penjelasan antara lain.
Sebab ini barang siapa ini tidak mengerti, jadi barang siapa
itu sudah pak.
FABRI (DJOKO SARDJONO) :
Interubsi !
Saya ingat barang kebertannya itu dikatakan kalau barang
siapa itu dibelakangnya akan dikenakan sangsi, pada hal kemarin
saya katakan 94 itu sudah disetujui untuk kasus yang sama, jadi kalau sama denga~itu mestinya setuju, juga.
FPP (Drs.H.M. MURKOM AS'AD)
Interubsi !
Barang siapa yang di Pasal 94 sudah kena sangsi.
KETUA .......•••. I ••
- 88 -
KETUA RAPAT :
Pokoknya barang siapalah, apa barangnya Pak Yahya, apa bar
angnya Pak Zainie, atau barangnya pak Aberson pokoknya barang siapalah, gimana.
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Interubsi !
Tetap itu.
KETUA RAPAT :
Bapak itu yang kemarin ngomong, yang tidak cock Bapak yang
ngacung itu, silakan.
FPP (Drs. M. YAFIE THAHIR) : Menyangkut masalah pengertian disini, kemarin saya bicara
barang siapa, itu oleh karena barang siapa biasanya, kalimatkalimat disini berarti kena san~si, oleh karena itu supaya je1as dan tidak menimbulkan persoalan, kita ganti dengan pihak yang keberatan penetapan, pihak disini apakah importir, atau ekspor
tir, atau pengusaha jasa, apakah TPS, jadi pihak yang keberatan terhadap penet~pan pejabat bea cukai.
Itu saja Pak, kalau diterima.
KETUA RAPAT :
Bapak ini dulu RUU Pasar Modal, barang siapa diganti dengan
pihak, pihak, pihak. Sekarang dimunculkan pihak. Saya minta tanggapan saja.
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Interubsi !
Ka1au pihak, pihak Pak Purbalah coba.
FPP (Drs.H.M. MURKOM AS'AD) : Interubsi !
Pihak disini, karena disebut sekali tidak perlu ada penjelasan da1am ketentuan umum, karena disebut da1am pasal ini cuma sekali saja, kalau memang kita mengakur-akur.
Karena satu kali disebut saja sudah tidak perlu dibawa ketentuan umum, cuma sekali ini saja, hanya pasal ini saja.
KETUA ....... .
l
KETUA RAPAT Silakan.
PEMERINTAH
- 89 -
Terima kasih Bapak Pimpinan yang terhormat.
Sebelumnya dahulu Pemerintah menganut orang.
Dengan pengertian orang adalah baik net~~person maupun legal person, jadi orperson sendiri maupun badan.
Kemudian disepakati pada waktu itu bahwa istilah orang ini
tadi setiap orang diganti dengan barang siapa, sesuai dengan hukum positif yang berlaku.
Memang pe~kataan barang siapa ini pada umumnya dalam kaitannya dengan pengenaan san~si, baik
diperlukannya san fls i p i dan a
maupun sanisi adminsitrasi, namum pada waktu kami konsultasi
dengan ahli bahasa, itu tidak ada masalah, memang pada umumnya dipergunakan untuk itu, tapi pengertian barang siapa setiap orang pihak adalah sama.
Terima kasih.
KETUA RAPAT Kesimpulan, ini juga tidak apa-apa karena kita seragamkan
semua, waktu itu putusan pansus itu juga begitu, jadi kita sepakat tetap.
(RAPAT : SETUJU) Terima kasih.
Kita teruskan Pasal 95 dan penjelasannya, ini juga lagi dari FKP juga, saya rasa ada juga, Pasal 95 ada yang tinggal.
PEMERINTAH : Pada waktu itu penjelasan Pasal 93 Ayat (3), yang berkaitan
ditolak itu dimintakan oleh yang terhormat FPDI untuk dijelaskan
dalam penjelasan, Pemerintah sudah memberikan konsep ini tadi satu paket Pak, mengenai keberatan dan banding itu ada satu paket.
KETUA RAPAT : Tidak ada penjelasan disini, Ayat (3)-nya cukup jelas. Yang ada merahnya barang siapa, penjelasannya, silakan.
- 90 -
PEMERINTAH : Penjelasan Pasal· 93 Ayat (3) yang dimaksud dengan ~ ditolak
oleh Direktur Jenderal, adalah penolakan oleh direktur jenderal atau atas keberatan yang diajukan, sehingga penetapan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai menjadi tetap.
Penolakan oleh Direktur Jenderal ini dapat pula berupa 1akan sebagian atas keberatan yang diajukan, yang berarti
Direktar jenderal menetapkan lain dari pada penetapan yang
kukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dan penetapan ini dapat besar atau lebih kecil dari penetapan pejabat bea dan Cukai.
Terima kasih pak.
KETUA RAPAT : Ada yang keberatan, Pak Lawi punya.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) :
Yaitu yang kami minta menurut Pak Aberson.
KETUA RAPAT : Jadi disetujui.
(RAPAT : SETUJU)
Pak Aberson lagi yang salah.
peno
bahwa
dila
lebih
Baik, sekarang kita lanjutkan lagi Pasal 95, penjelasannya naskahnya dipecah menjadi 2 ayat, silakan.
PEMERINTAH : Terima kasih Bapak Pimpinan. Kami bacakan dahulu, Satang Tubuh dari Pasal 95, yang diminta
untuk dipecah menjadi 2.
Pasal 95 Ayat (1) barang siapa yagn keberatan terhadap pene
tapan Direktdr Jenderal atas tarif dan nilai Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat (2) atau keutusan Direktur Jenderal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 Ayat (2), atau Pasal 94 Ayat (2) dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Pera
dilan Pajak, dalam jangka waktu 60 hari, sejak tanggal penetapan atau tanggal keputusan setelah Bea masuk yang terutang dilunasi.
Ayat ............. .
- 91 -
Ayat (2) Badan Peradilan Pajak sebagaim~na dimaksud pada Ayat (1) adalah Badan Peradilan Pajak yang dimaksud dalam Undang
undang nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Und~ng-undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpaja
kan.
Kemudian penjelasannya, Badan Peradilan Pajak yang dimaksud
dalam Pasal ini adalah badan peradilan Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1994 tentang perubahan atas
undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan
tatacara perpajakan yang dibentuk khusus untuk menangani permo
hanna banding di bidang fiskal (perpajakan).
Dalam pengertiannya pajak terdiri dari pajak langsung dan
pajak tidak langsung, pajak langsung antara lain berupa pajak
penghasilan, sedangkan yang termasuk pajak tidak langsung antara
lain pajak pertambahan nilai bea masuk dan cukai.
Untuk itu badan Peradilan Pajak yang akan dibentuk berda
sarkan Pasal 27 Undang-undang nomor 9 tahun 1994 akan mengatur
pula peradilan dibidang bea masuk dan cukai.
Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sesuatu efisiensi badan
peradilan di bidang fiskal, sehingga dapat dihindarkan &danya dua
badan peradilan dibidang fiskal yang harus dibentuk dEngan undang-undang tersendiri.
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT
Saya rasa yang kemarin untuk menampung dari vandb·
yang subjektif objektif yang soal ilmiha kemarin.
Ada p8rtanyaan yang Pasal 95, Batang Tubuh dan pejelasan.
FABRI (R.M. PURBA) :
Pertanyaan saja Pak. ~~~
Pertanyaan untukvan~isipasi kalau ada orang berta~ya,
sebagai Anggota Panja bisa menjelaskan.
kit a
Dalam Penjelasan Pasal 95 itu kalimat, ''Untuk itu Badan
Peradilan Pajak yang akan dibentuk bardasarkan Pasal 27 Undang-
undang nomor 9 tahun 1994, akan mengatur pula peradilan di bidang
bea masuk dan cukai, kita memang arahnya sudah sepakat.
Tapi .............. .
- 92 -
Tapi dengan kalimatn ini apakah tidak ditapsirkan nanti
seolah-olah Undang-undang Kepabeanan ini mengamanatkan muatan peradilan undang-undang ini, itu saja. Apa bisa kalimat lain.
supaya nanti tidak ditafsirkan, itu undang-undang Kepabeanan yang mengamanatkan undang-undang peradilan pajak ini memuat ini
ini, atau tidak usah dimuat apakah akan lari dari keinginan ini. Kalimat yang berbunyi sebagai berikut, untuk itu badan Pera
dilan Pajak yang akan dibentuk berdasarkan pasal 27 undang-undang nomor 9 tahun 1994, akan mengatur pula peradilan dibidang bea
masuk dan cukai. Ini bisa ditafsirkan seolah-olah undang-undang Kepabeanan ini
mengamanatkan membutuhkan Undang-undang tentang Pembentukan Peradilan Pajak, nanti harus memuat ini.
Apakah nanti akan menimbulkan suatu prokontra dibelakang hari, atau bisa dirumuskan dengan cara lain sehi~gga tidak ditafsirkan Undang-undang ini yang mengamanatkan Undang-undang Peradilan Pajak, itu saja Pak.
KETUA RAPAT : Tujuannyakan, Peradilan Pajak itu mencakup maksudnya begitu,
Badan Peradilan Pajak yang akan dibentuk itu mencakup, mengenai masalah Pajak dan Bea cukai,
Jadi kalau utuh badan Peradilan Pajak yang akan dibentuk
berdasarkan Pasal sekian akan mencakup, kalau begitu bagaimana.
Baik nanti kita Timuskan saja ini, termasuk dari Pak Yahya
untuk menciptakan suatu efisiensi, suatu nya dihilangkan saja efisiensi saja sudah cukup.
Jadi penjelasan ini nanti kita cari, Timus, jadi Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) kita dapat terima, dan penjelasannya kita Timuskan, tunggu.
Silakan.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) Interubsi !
Jadi nanti ada sesuatu yang hilang menurut pendapat kami, yang nanti akan lepas hak untuk banding. Kalau kita hanya penyebut Pasal 16 Ayat (2), 93 ayat (3), atau Pasal 94 ayat (2), tolong nanti dijelaskan barangkali nanti saya salah menangkapnya.
Pada Pasal 31 Ayat (3) Direktu~ Jenderal menetapkan nilai Pabean, saya baca begini.
31 I I a I I I I e I I I
- 93 -
31 Ayat (3), Perhitungan Bea masuk atas barang sepLrti yang
dimaksud pada Ayat (1) yang harus dilunasi, sepanjang t~dak dapat
didasarkan pada tarif dan nilai pabean barang yang bersangkutan,
didasarkan pada tarif tertinggi, untuk golongan barang yan, gter
tera dalam Pabean dalam saat barang tersebut di timbun di tempat
penimbunan sementara dan nilai pabean, ditetapkan oleh Direktur
JendE;ral, ini lepas dari pada Pasal 16 Ayat (2), lepas Pasal 93
Ay at ( 2 ) , t e r i m a I\ as i h p a k , j an g an m a r a h p a k .
KETUA RAPAT :
Baik dengan demikian kita terima Pasal 95 Ayat (1) dan (2)
dan penjelasan nanti kita Timuskan.
Setuju !
(RAPAT SETUJU)
Terima kasih.
~~emudian kita masuk kepada Pasal 96 Ayat (2) penjelasan cukup
jelas, Satang Tubuhnya permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1), diajukan secara tertulis dalam bahasa Indones~a dengan
alasan yang jelas dalam waktu 50 hari sejak penetapan atau kepu
tusan diterima, dilampiri salinan dari penetapan atau keputusan
tersebut.
Tidak ada masalah ?
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.) Interubsi
J\lasih ada yang Ayat (3) pak.
1-\ETUA RAPAT :
Jadi 96 Ayat (1) sudah setuju.
(RAPAT
Ayat (2) sudah setuju.
SETUJU)
(RAPAT : SETUJU)
Sekarang Ayat (3). Putusaan Peradilan Pajak merupak&n putusan
akhir dan bersifat tetap. Silakan Pak.
FKP •..••••.•..
- 94 -
FKP (H.ABOULLAH ZAINIE, S.H.)
Interubsi !
----~---------------
Inikan kita mengatur Undang-undang tentang Kepabeanan, lalu
kemudian Badan Peradilan Pajak itu dalam·KUP itu sudah ada diten
tukan itu, apa kita tidak mengacu kesana saja sehingga tidak
perlu lagi ini, anunya sama bunyinya sama, jadi apa perlu
diulang-ulang kembali.
Terima kasih Pak.
KETUA R,APAT :
Kepada Pemerintah.
Kalau saya sudah dimuat, dimuat saja dan pasti, tadi Dirjen Pajak itu juga juga sudah dibaca oleh orang Pabeanan, kami salakan mungkin dari Pemerintah keterangan atas pertanyaan d~ri F~P.
Pas, bunyinya pas seperti KUP cocok. Maksudnya FKP munghin
bisa dihilangkan. Dari Pemerintah ada keterangan jadi usul FKP ini, !<.arena ini
sudah ada dimuat pada I<UP dan kita sudah mengacu kepada Undang
undang Nomor 9 tadi, pada Pas;1l 9E· apakah masih perlu ayat (3)
dari Pasal 96 ini.
Silakan Pemerintah.
P~INTAH : Gampang saja pak. Setuju.
KETUA RAPAT :
Pasal 96 Ayat (3) dihilangkan.
FABRI (R.M. PURBA) : Kalau Pasal 96 ayat (3) dihilangkan, karena sudah dirumuskan
di KUP, Ayat (2) juga sudah ada rumusan yang seperti KUP, berarti Ayat (2) juga dihapus.
FKP (H.ABDULLAH ZAINIE, S.H.)
Interubsi !
Bukan........ . ....
- 95 -
Bukan Pak, jadi kalau Pasal 96 kita bicara masalah Kepabeanan, jadi bea amsuk dan lain-lain sebagainya, sedangkan ini yang ada sama persis Pasal 96 Ayat (2) di Pajak, itu mengenai Pajakn
ya. Tapi kalau yang dibawah ini yang di Ayat (3) itukan keputu
sannya, kita sudah di dalam KUP itu sudah dikatakan Keputusan
Peradilan Pajak merupakan Keputusan akhir dan bersifat tetap.
Jadi ini pengulangan Peradilan Pajak itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Hukuman inilah yang tahu, itu orang-orang hukum mungkin Bapak
itu tahu, soal hukum menghukum.
FPP (H. MUCHSIN BAFADAL, S.H.) :
Masih ada perbedaan sedikti Pak Ketua.
Saya rasa tidak ada salahnya Ayat (3) ini dicantumk&n, karena
kita pasti nanti Badan Peradilan Pajak ini merupakan juga dari
satu mengacu kesana dari Undang-undang ini, tidak apa-apa, saya
rasa Pemerintah waktu menyusun ini juga punya kcnsep untuk itu,
saya rasa juga kalau Pemerintah mempertahankan dapat dibiarkan
dasar-dasarnya, ki :ra-ki ra begitu Pak Ketua.
KETUA RAPAT :
FABRI bagaimana.
F ABR I ( R . M. PURBA) : Memang Ayat (2) dan (3) ini berbeda, karena Ayat (2) ini
menuju ke Ayat (1) memang, jadi sebelum Badan Peradilan Pajak
dibentuk maka dibentuk lembaga banding itu.
Bea cukai kepada lembaga banding yang keputusan buk&n keputusan negara, pengajuannya ke1embaga banding dibuat dengan tertu1is
dalam bahasa Indonesia itu benar.
Ayat (3) memang di KUP ada disini menurut kami kalau dicantumk&n juga, karena rumusan persis sama dengan KUP tidak masa1ah supaya je1as saja, supaya utuh, tidak dicantumkan juga crang akan
mencari, bagaimana bentuk keputusan peradilan pajak itu, jadi
haru~ mencari KUP, jadi supaya tidak cari-cari cantum~3.n juga,
tida~ apa-apa. Terima kasih.
KETUP. ..••.•••
- 96 -
KETUA RAPAT :
FPDI silakan.
FPDI (SETYADJI LAW!, B.A.) :.
Interubsi ! Menambah apa yang disampaikan oleh FABRI, untuk supaya jangan
sampai ada keragua-raguan bahwa yang disana yang diatur kasus
kasus Pajak, PPH, PPN, PBB dan sebagainya itu yang berhubungan
dengan
tumkan
kesana,
Pajak, mudah-mudahan dengan dengan Pasal 96 kita mencan-
ini, itu hanya menegaskan saja sebetulnya
sebetulnya supaya keputusan Bapan Pajak
mesti mengacu
adalah itu,
tetapi karena kit~ ingin supaya pasti sajalah, terima kasih.
KETUA RAPAT
Kemana jadi ini. Jadi dimuat juga boleh, karena sudah termuat kita muat saja.
Setuju !
(RAPAT SETUJU)
Kemudian kita lanjutkan ke Pasal 97 Ayat (3) penjelasan saja
bagaimana, menangani kita cari bahasa lain di Timuskan saja.
pak.
Jadi Ayat ( 1) pasal 97 di Timuskan. (RAPAT : SElUJU) ·· ·
Pasal 99 ~nj~la~~-llffi~n~t P.asal 99 ayat {~) t.idak ada jukup jel~~
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.)
Interubsi ! Sebentar sambil merenung, sebentar rneneruskan dulu mau nulis
KETUA RAPAT : Jadi 97 Ayat ( 1) sudah disetujui, masukkan Timus, tempat
Opung mas i h <;da 1 ag i , pen j e 1 a san Pas a 1. 97 A}'at ( 3). mesk i pun Anggota L~mbaga Pertimbangan Bea dan Cukai diangkat oleh Pemerintah namun da1am memberikan keputusan atas permohonan banding
lembaga tersebut harus netral, karena itu urusan keanggotannya
tidak hanya terdiri dari ka1angan Pemerintah, tetapi juga dari
kalangan swasta dan pakar, penjelasannya begitu. Cukup. (RAPAT : SElWU) . · . . . . . . ·
Pasa1 ·99 ayat (1), pa~a1 ini cukup je1as , itu yang diret'lll'\rf.an W1u o1eh fi'Ol ~tu 1~ dlmmta-
kan bantuan Pasal .••••
I
II
I
- 97 -
Pasal : ~103 usul FKP menambah kata-kata dengan sengaja dibelakang kata-kata barang si.apa, nah ini perlu
Pas a 1 103, 104, 105, 106, : barang siapa se-mua itu ditambah dengan sengaja.
Intrupsi FKP {H. ABDULLAH ZAINIE, SH) :
Ada yang prinsipil Pak Pasal 103 dimana Pemerintah minta kepada kita mengenai penyelundupan itu yang penting itu, jadi konsep kita yang ada disin1 yang sudah ikut oleh Pemerintah, atau Pemerintah dulu.
KETUA RAPAT :
Memang ini aneh disamping kata barang siapa ditambah itu, barang siapa itu 104, kalau di 93 ini barang siap~,
kemudian ada tambahan waktu itu dari usulan Pemerintah mungkin ada, sudah terumuskan batang tubuhnya, mungkin s~ dah dibagikan kepada kita, sudah. Kami silakan kepada Pemerintah untuk membacakan.
PEMERINTAH {DRS. EDDY ABDURACHMAN) :
Kami bacakan,Barang Siapa Yang Mengimport Atau Meng-. exsport Atau Mencoba Mengimport Atau Mengexsport Barang tanpa mengindahkan Ketentuan Undang-Undang ini dip~dana
karena, tambahannya ini Pak : Melakukan p.enye 1 undupan dip i dana
penjara Paling Lama 8 Tahun Denda Paling Banyak 500 Juta Rupiah.
KETUA RAPAT :
Jadi tambahannya Ketentuan Undang-Undang ini karena melakukan penyelundupan di pidana penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- ada yang keberatan tidak ini
( RAPAT : SETUJU )
( .. I
- 98 -
KETUA RAPAT :
Baik, ki ta lanjutkan ke Pasal 104, 1 ini yang saya katakan tadi, barang siapa dengan sengaja, dengan sengaja ini meliputi Pasal 104, 105, 106.kalau tidak salah 3 Pasal. Ini barangnya Pak Zainie ini, jelaskan Pak Zainie, atau Pak Husni Thamrin, s11akan.
FKP (H. HUSNI THAMRIN, SH) :
Terima kasih Pak. Jadi sete1ah kita mengadakan konsultasi dan membuka beberapa Peraturan, kami ingin mengembalikan kepada Pemerintah bahwa di dalam Pasal 104 ini kita membaca juga adalah dasar penyusunan dari St~atsblat Bea Cukai dimana kita membaca malah lebih dari pada barang siapa, barang siapa dengan sengaja karena kesalahan atau kelalaian . begitu bunyinya. . sekarang kami ke! balikan kepada Pemerintah apakah tetap memaka1 i.tu dengan pengalaman yang sekarang dengan usul kami yang hanya cukup barang siapa dengan sengaja begitu Pak, kita mengembalikan pada Pasal . 6b kalau tidak salah· atau (a) , itu malah 31 barang siapa dengan sengaja karena kesalahan atau kelalaiannya bunyinya begitu, kami kembalikan ke Pemerintah usul kami hanya dengan sengaja, tQrima kasih.
KETUA RAPAT :
Karena ini usul FKP me~1kup 3 Pasal, saya minta penjelasan Pemerintah ini, apa langsung Pak Makmur. Silakan.
PE!'vlERIN'rAH (MAKMUR AB SIREGAR, SH) :
Terima kasih Bapak Pimpinan Panja, Bapak/Ibu sekalian. Memang sesuai yang disampaikan tadi dengan sadar pada waktu penyusunan ini memang tidak dimasukan hal-hal seperti tadi. Karena seperti dijelaskan bahwa masalah dangan sengaja ini sering menimbulkan kesulitan didalam praktek selama 1n1, sehingga untuk mengantisipasi tidak dicantumkan didalam Pasal ini.
Inilah ••••••••
- 99 -
Inilah yang merupakan bahan pertimbangan, mengapa. kita juga melakukan perubahan dari ordonansi yang lama · ke RUU ini. Ini salah satu juga perubahan yang kita coba sekarang ini agar memenuhi kebutuhan didalam penegakan hukU! nya, demikian untuk sementara Pak.
KETUA rlAPA T :
silakan Pak Husni.
FKP (H. HUSNI THAMRIN, SH) :
Saya menyerahkan kepada Pemerintah dan saya hanya me~ beritahukan bahwa didalam ini Bukan Bea Cukai yang akan membuktikan sengaja atau tidak,itu adalah di Pengadilan nantinya karena kita berbicara soal pidana, tapi kalau floo~ maka kami persilakan Pak.
KETUA HAPAT :
Floor bagaimana, Oh kalau gitu Pak Makmur kami persilakan.
PEMERINTAH (MAKMUR AB SIREGAR, SH) :
Dari komentar kami memang betul Pak, bahwa pembuktian di Pengadilan, tapi Pengadilan juga berdasarkan ber-kas penuntutan dari Kejaksaan dan hasil pembuktian dari P! nyidik Pak. Kalau penyidik tidak bisa membuktikan berarti sebetulnya gagal Pak dengan sengajanya dalam hal ini Pak. Ini yang kesulitan,memang saya sependapat bahwa yang membuktikan adalah Pengadilan, tetapi penyidik dengan berkas juga harus slap dengan hal itu, bukan dia tidak menyiapkan dia harus juga dengan bukti-bukti kuat menyiapkan agar bisa dibuktikan di Pengadilan. ~ Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT :
Bagaimana floor, tetap. Baik dengan demikian kita tetapkan'barang siapa yang;dengan sengajanya kita tarik berarti Pasal 104, 105, 106 kembali seperti rumusan RUU, setuju.
( RAPAT : SETUJU )
- 100 -
KETUA RAPA'r :
Terima kasih, kembali kita masuk ke Pasal 108
Pasal 108 itu mengenai Penjelasan mengenai bahwa yang
menerima kuasa mendapatkan hukuman karena melakukan kesalahan, ini FPDI kalau tidak salah ini.ada rumusan tidak •
. Waktu itu yang minta FPDI, muns kin FPDI sudah ada, kalau belum ada kita tunda lagi sementara. Kalau sudah ada Pak Djupri terima kasih.
FPDI (SETYADJI LAWI, BA) :
Saya bacakan rumusannya Pak.
KETUA H.APAT :
Humusan yang.
FPDI ( SETY ADJ I LA 1Nl , BA) :
Pasal 108
KETUA RAPAT :
Bukan yang Pasal 199 yah.
FPDI ( SEIYADJI LA WI, BA) :
Bukan. Pasal 108.
KEIUA RAPAT :
Oya, silakan.
FPDI (SETYADJI LAWI, BA )
Jadi yang ditugaskan FPDI Pasa1 108 Pak ini.
KETUA RAPAT :
Pasa1 199 juga.
FPDI (SETYADJI LAW!, BA) :
Masa.
KE'illA ••••••••
- 101 -
KETUA RAPAT :
Pak Djupri membantu. Penjelasannya saja.
FPDI (SETYADJI LAWI, BA ) :
Catatannya kok cuma Pasal 108 Pak, coba kami bacakan. Dalam melakukan tugasnya selaku kuasa dari importir atau exsportir, pengusaha pengurusan jasa Kepabeanan bertanggungjawab atas perbuatan tindak pidana yang diancam dengan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, apabila tindakan-tindakan terbukti atas kesalahannya. Den5an demikian pertanggungjawaban tersebut merupakan tanggung jawab Renteng antara importir atau exsportir bersama-sama dengan Pengusaha-pengusaha Pengurusan Jasa ~epabeanan. Pasal 108 begitu bunyinya Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Saya ingin menjelaskan kepada Pemerintah sebetulnya ini, yang nanti akan melakukan RUU ini atau perijelasanpya sudah dapat diserap atau ditangkap oleh Pemerintah atau nanti kita Timuskan. Dijawab, silakan Pemerintah.
PEMERIN·rAH (MAKMUR AB SIREGAR, SH) :
Dengan izin Bapak Dirjen. Pimpinan Panja, Bapak/Ibu sekalian,pada prinsipnya k!
mi bisa menerima penjelasan ini sampai apabila tindakan d~ lam hal ini tentu tindakan PPJK terbukti atas kesalahanya. Tapi kalimat dengan demikian pertanggungjawaban merupakan tanggungjawab Renteng, saya kira disini yang kami kurang sependapat,karena ini bukan hutang piutang, jadi harusnya yang bersalah saja yang dihantam Pak. Kalau taqggungjawab Renteng dua-dua~bisa kena. Renteng kok ini orang tidak ada ini kena, walaupun yang ini tidak berbuat kesalahan begitu Pak. Jadi sedikit kontradisi disini Pak, kalau terbukti k~ salahannya, kalau si PPJK salah dia kena, tapi misalnya importir salah PPJK tidak salah tanggungjawab Renteng, importir tidak ada ini kena nantinya Pak. Jadi mohon tanggungjawab Renteng ini bisa dipertimbangkan kembali oleh pengusul, terima kasih Pak.
KETUA •••••••••••
- 102 -
KETUA RAPAT :
Silakan FPDI.
FPDI (DRS. DJUPRI, SH) :
Terima kasih Bapak Pimpinan, sya ingin menjelaskan kalau keinginan sampai kesalahan titik, saya justru setuju S! mula maksud kalimat terakhir demikian, karena pada dasarmya PengusahaJasa Kepabeanan itukan dibebani harus membayar bea masuk itu. Jadi atas nama yang member! kuasa, pokonya ini uang harus bisa dibayar dari dia yang bertanggungjawab,tapi dikatakan disini karena kesalahannya dia tidak, maksud kami tanggungjawab Renteng ini berarti jangan sampai tuntutan itu tidak bisa dipungut dar! kedua-duanya, maksudnya -·tanggungjawab Renteng begitu. Bukan masalah hutang piutang, istilah ini bukan untuk hutang piutang saja, tetapi untuk keseluruhan antara yang member! kuasa dan yang berkuasa. Tapi kalau itu dihapus kami tidak keberatan, jadi sudah kena.
KETUA RAPAT :
Jadi setuju dihapus bahwa tanggungjawab Renteng diha
pus dan tadi sampai hanya kalimat yang terakhir itu saja. Dan Pemerintah bisa menerima, floor bagaimana bisa setuju.
( RAPAT : SETUJU )
KETUA RAPA T :
Terima kasih, baik sekarang kita lanjutkan ini FPDI lagi ini catatan saya tadi, Pasal 109 ayat (3), masalahnya memang lain.
Pasal 109 ayat ( 3) dalam hal suatu Ketentuan Pidana di -
lakukan Badan Hukum,Perorangan1 Perusahaan 1Yayasan, Koperasi waktu diwakil oleh seorang pengurus atau apabila ada . lebih dari seorang pengurus.diwakili oleh salah seorang dari mereka itu dan wakil tersebut dapat diwakili oleh kuasanya. Silakan dari FPDI.
FPDI •••••••••••
""'
I
I
lit'
- 103 -
FPDI (DRS. DJUPRI, SH) :
Dari kami belum siap Pak, mungkin nanti bisa, tapi yang sekarang yang tadi itu yang diminta Pasal 109 sudah.
KETUA RAPAT :
Ini bukan penjelasan, batang tubuh Pak, jadi ayat (3) Pasal 109 waktu itukan seolah-o1ah seorang Pengurus minta dihapus,diganti· dengan dilakukan o1eh Pengurus.
FPDI (DRS. DJUPRI, SH) :
Atau langsung ke Timus saja Pak, karena pengertian s~ dab bisa diterima oleh kami.
KETUA RAPA T :
Jadi Pasal 109 ayat (3) kita Timuskan karena substansi sudah diterima. Setuju.
( RAPAT : SETUJU )
KETUA RAPAT :
Kita 1anjutkan Pasal 110 ayat (1), ~ . per-lu penjelasan mengenai jenis pemanfaatan. Pasal 110 __ ayat (1), tidak ada yah. Sudah jelas yah, sudah. Kalau gitu cacatan Ketua yang salah ini, tidak ada yah. ~
Intrupsi FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) :
Timus ini Pak, ke Timus ini, Penje1asannya dise-rahkan eli Timus, catatan kami begitu.
KETUA RAPAT :
Jadi dengan demikian Penjelasan Pasal 110 ayat (1) d! serahkan ke Timus, setuju, saya ulangi lag!, setuju di Timus. Jadi Penje1asan Pasa1 110 ayat (1) dibahas di Timus, setuju.
( RAPAT SETUJU ) Ter1ma
- 104 -
Terima kasih. Pasa1 111 ayat (1) mungkin ini sudah ada ini Pemerintah ini, ayat (1) nya sudah tetap, ayat (1) sudah je1as yah, tetap. Sekarang Pasal 111 ayat (2) usul FK~ penjara diganti kuruns an 2 tahun diganti dengan kurungan 6 bulan, yah denda, . ini bagaimana ini. Pemerintah, y.ah silakan.
PEMERINTAH (DRS. EDDY ABDURACHMAN) :
Setelah mengikuti perkembangan didalam pembahasan Sidang Panja kemarin Pemerintah setuju, kemba1i sesuai dengan Ketentuan Pasa1 30 KUHP. Jadi kurungan 6 bulan.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dengan demikian kita sesuaikan dengan uang Pasal 30, setuju. Oh ada dari Pemerintah,· silakan.
PEMERINTAH (DRS. EDDY ABDURACHMAN) :
Dalam hal penggantian sebagaimana dimaksud pada ··ayat (1) tidak dapat dipenuhi, pidana denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan.
KETUA RAPAT :
Setuju.
( RAPAT : SETUJU )
KETUA l"tAPAT :
Pasal 113 ayat (3) itu melalui penyidik Polri ·itu saya rasa juga sudah kemarin itu, jadi waktu itu Pemerintah itu yah. Kita laksanakan dengan KUP~ , ini dise1esaikan den6 an Ku·p • Bag aim ana konkordannya, ki ta konkordankan dengfUl KUP FABRI. Setuju.
( RAPAT : SETUJU )
- 105 -
Sekarang Pasal 115 yang terakhir rumusan sudah dibagikan tadi kepada ki ta sek.alian oleh : Pemerintah. Kami silakan untuk dibaca dan didalami, kami bacakan saja. Pasal 115 ayat berikut penjelasannya, Pasa1 115 rumusan yang baru ayat ( 1) Semua pelanggaran yang oleh Undang-Undang ini diancam dengan sanksi administrasi berupa denda yang dihitung berdasarkan presentase dari bea masuk jika bea masuk atas barang yang ~ berkiatan dengan pelanggaran tersebut tarif atau tarif akhirnya Nol %, maka atas pelanggaran tersebut si pe.langgar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 5 juta rupiah.
Ayat (2) Ketentuan tentang mengenai sanksi administrasi dan penyesuaian besarnya sanksi administrasi serta penyesuaian besarnya bunga menurut Undang-Undang ini ditetapkan lebih lanjut · · dengan Peraturan Pemerintah. Penjelasan ayat (1) Mengenai sanksi denda administrasi,
Pengenaan sanksi denda administrasi yang dihitung be£ dasarkan presentase bea masuk dirasa cukup memenuhi ra~ keadilan kar-eoa besar kecilnya sanksi dapat di trapkan secara proposinnal dengan berat ringannya pelanggaran yg dapat mengakibatkan kerugian negara. Namun dalam Era glo balisasi ini Pemerintah cendrung untuk menurunkan tarif bea masuk dan·bahkan banyak jenis barang yang bea masuknya nol ~. apabila demikian hanya pengenaan sanksi administrasi berupa denda yang dihitung berdasarkan presnet! se bea masuk tidak dapat lagi diterapkan lagi secara prE posional. Sedangkan pelanggaran yang timbul atas tida~
dipenuhinya suatu ketentuan tetap harus diberikan sanksi
Oleh karena itu pelanggaran ketentuan Kepabeanan yg dilakukan terhadap import barang yang tarif atau tarifnol % sanksi a&ninistrasi yang dikenakan adalah sebesar Rp. 5.000.000,-
Penjelasan •••••••
- 106 -
Penjelasan ayat (2) Penetapan penyesuaian besar sanksi administrasi dan besarnya bunga dengan Peraturan Peme~ rintah bertujuan untuk mengantisipasi adanya perubahan nilai mata uang. Ada pertanyaan atau minta penjelasan, silakan.
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, SH) :
Minta penjelasan, ini apakah memang fi~s gitu, 5 juta saja, tidak ada tawar menawar lagi. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
FABRI ada pertanyaan, silakan.
FABRI (DRS, HARI EKO SUMISTO) :
Jadi kalau saya kembali kepada Pasal 15 ayat (4) ini ~ak, disini yang intinya disini ada pelanggaran administra
si. Ini disini digunakan denda sampai 500 ~ tinggi sekali, tapi sekarang pukul rata saja kena 5 jutaan. Jadi menurut hemat saya ini yang penting itu bukan masalah, jadi yg kami
maksdukan begini Pelanggaran ini yang hendaknya menjadi uk-bc~ar
uran~kecilnya sanksi itu, jadi kira-kira demikian Pak. ka-rena menurut hemat kami Pasal 15 ayat (4) ini sangat strat! gis dengan mendasar sekali, kira-kira begitu Pak.Terima kasih.
KETUA RAPAT :
FPP ada penjelasan, minta penjelasan.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS 1 AD) :
Bapak Ketua jadi mestinya yang penjelas ini belum menentukan angka, jadi tidak usah ditentukan angka 5 juta itu, Ya jadinya nanti kan berkembang terus, yang penting perbandingannya itu. · kalau diserah~sama Pemerintah mungkin selama ini sudah dapat pengalaman sehingga menimbulkan ang
ka-angka yang nantinya dijadikan patokan itu, tapi tidak usah ditentukan jumlah sekarang 5 juta, prinsipnya saja, t~ rima kasih.
KETUA •••••••••••
- 107 -
KETUA RAPAT :
Batang tubuhkan ada, ada angka. Di batang tubuhkan ada angka 5 juta.
FPP (DRS. H.M. MUKROM AS 1 AD) :
Tapi ini kan penjelasannya Pak, penjelasan ini untuk menggantikan nol % itu nantinya, itu yang kita khawatirkan kalau ditetapkan sekarang, orang sekarang kok nantinya 500% itu sampai 1 milyard yah melihat angka yang sudah dipasti• kan 5 juta sebagai standar jadi agak menimbulkan masalah.
KETUA RAPAT :
Dari FPDI ada pertanyaan.
FPDI (SETYADJI LAW!, BA.) :
Ini hanya redaksionalnya, redaksiona1 Pasa1 115 ayat ( 1) 1 tu kalimat samungnya. jtka ~a masuk at as barang .v~ng berkenaan dengan
pelanggaran tersebut ini akan orang menarik napasnya Korf\~.-
.nya disini sehingga tarif nya .. nol %.lni kelihatanya kurang nyambung Pak. Menurut kamd perkataan tersebut dihapus, ji~a bea masuk atas barang yang berkenaan dengan pelanggaran tarif atau tarifnya nol % misalnya begitu tarit akhirnya nol ~ kalau ini maunya adalah yang dilanggar adalah tarif atau bea masuk yang dengan tarif nol %, maka atas pelanggaran tersebut si pelanggar dikenakan sanksi dan seterusnya.
Yang kedua dibanding dengan persentase-persentase yang
ada di dalam sana sebelwn tarif akhir nol % itu memang antara 100% sampai sekian %, Jadi mestinya ada. _riet antara ini besar keci1nya pelanggaran 1a1u dihitung bukan lagi hanya masalah nol % tadi. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, demikian ada 4 Fraksi ingin · penjelasan dan pertanyaan kepada Pemerintah, saya serahkan kepada Pem! rintah.
PEMERINTAH •••••••••
- 108 -
PEMERINTAH (DRS. EDDY ABDURACHMAN) :
Terima kasih Bapak Pimpinan yang kami hormati dan Ibu-ibu, Bapak-bapak Amggota Sidang Panja yang kami hormati Pertimbangan Pemerintah pada waktu mencantumkan angka 5 juta rupiah adalah sebagai berikut : Didalam Pasal 55 terhadap
pelanggaran kesalahan pemberitahuan nilai Pabean dikenakan sanksi antara 100 sampai dengan 500% , maksudnya ini Wltuk menganut azas keadilan bahwa agar supaya waktu itu kami jelaskan kalau kekurangan pembayaran bea masuknya hanya kecil, misalnya kemudian yang satunya lagi besar nah ini bisa dirangkum dengan uraian tarif tersebut.
Kemudian bagaimana kalau tarif atau tarif akhirnya itu nol % pada dasarnya tidak ada kerugian negara dalam hal in1. Jadi kalau tarifnya itu sendiri sudah nol % memberitahu -kan harganya berapa pun sebetulnya tidak mempunyai dampak langsung kepada penerimaan negara. Karefta memang sudah nol ~' tetapi yang ingin diterapkan disini adalah hukuman terhadap kepatuhan Peraturan. Berdasarkan Peraturan dia diwajibkan untuk memberitahukan nilai Pabean yang benar, tapi kemudian dia tidak memberitahukan nilai Pabean yang benar, · kebetulan tarifnya nol, sehingga tidak bisa diterapkan dengan yang ada
di dalam Pasal 15 karena kalau dikenakan misalnya dikenakan sanksi administrasi katakan 500% X Nol, Nol tidak ada dampak langsung kepada Penerimaan Negara. Tetapi kemarin disepakati bahwa terhadap perbuatan yang dem! kian,artinya importir tidak membarikan dengaa benar walaupun tidak ada dampak terhadap penerimaan negera tetap juga harus diberikan sanksi.
Oleh karena itu Pemerintah berpikir sanksinya dianalogkan dengan sanksi tidak memberitahukan, apa terlambat memberitahukan misalnya untuk exsport terus kemudian yang k! itannya dengan sanksi-sanksi yang bersifat complaint pemenuhan suatu ketentuan. Berdasarkan hal itulah Pemerintah mencantumkan angka 5 juta saja. Kemudian berkaitan dengan Jraksi PP tadi mengenai tidak mencantumkan angka 5 juta lagi didalam penjelasan bisa.
Kalau ••••••••••
- 109 -
Kalau sepanjang ini sepakati bisa karena itu sudah tercantum di dalam batang tubuh, sehingga didalam penjelasan ini hanya menyatakan bahwa kalau itu tidak bisa diperlakukan dengan persentase maka akan ditekankan berdasarkan suatu jumlah ter tentu, mungkin begitu.
Kemudian dengan tanggapan dari Fraksi PDI sebenarnya k! salahan disini bukan: .. terhadap tarifnya tidak, tapi pelang-garan terhadap pelanggaran apapun yang aanksinya dihitung berdasarkan prosentase dari bea masuk itu pe~anggaran itu bisa berkaitan dengan nilai Pabean, pelanggaran itu bisa be£ kaitan dengan masalah kesalahan mengenai pemberitahuan jumlah barang, jenis barang yang mengakibatkan kekurangan terhadap pembayaran bea masuk.
·. Namun demikian kami sependapat bahwa dalam Pasa1 115 ini .akan menjadi lebih jelas kalau misalnya kata-kata tarif itu
bukan ditempatkan disini, katakan misalnya jika tarif atau tarif akhir dar! pada bea masuk atas barang yang · berkaitan dengan barang tersebut nol %, jadi tarifnya didepan Pak, t= rima kasih.
KETUA •••••••••
- 110 -
KETUA RAPAT
Jadi dengan demikian telah
·terjawab ini pertanyaan semua Fraksi, tinggal perumusannya yang kurang mungkin termasuk rumusan Penjelasannya juga.
Dengan demikian subtasni Pasal 115 sudah kita setujui,
kecuali perumusan redaksional nanti kita selesaikan di Timus. Setuju ?
( RAPAT · SETUJU )
Terima kasih. Dengan demikian sesuai dengan catatan saya, apa yang tertun
da ini sebanyak 37 point itu sudah selesai, kecuali ada 2 point yang masih perlu di-lobby-kan yaitu :
Usul FABRI Pasal 6 Ayat (4) dan Pasal 10 Ayat (4) yang tadi minta di-lobby-kan.
INTERUPSI FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.) :
Pad a wakt u d i Pan sus FKP dan FPP menanyakan mas a 1 ah "kua 1 i
fikasi pidana" yang ada didalam Undang-undang ini. _Undang-undang ini tidak menyebutkan .. kualifikasi tindak pidana .. itu dalam bentuk kejahatan dan pelanggaran.
Memang kalau kita teliti satu persatu, sanksi-sanksi yang
dicantumkan didalam RUU ini sifatnya banyak sekali sanksi-sanksi yang bersifat administratif.
Jadi kelihatannya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan itu
nanti dia dikenakan sanksi administrasi. Hanya didalam Pasal 103 dan Pasal 104 dan ada beberapa pasal
lanjutannya disitu bentuknya adalah kejahatan. Memang dibeberapa Undang-undang, umpamanya Undang-undang
Tindak Pidana Korupsi dan lain sebagainya itu, walaupun disitu tidak ada kualifikasi pelanggaran tapi dia sebutkan pasal sekian, pasal sekian adalah kejahatan.
Supaya ini ternotulen dengan bagus dan untuk catatan kita
bersama, kami minta kejelasan dari Pemerintah apa sebabnya, hanya
pertanyaan saja. Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih.
Kami ......... .
- 111 -
Kami persilakan kepada Pemerintah untuk menjawab pertanyaan dari FKP ini mengenai "k1arifikasi tindak pidana, yaitu bentuk
kejahatan, bentuk pe1anggaran dan sebagainya", silakan.
PEMERINTAH (MAKMUR AB SIREGAR, S.H.) : Terima kasih Bapak Pimpinan. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota Panja yang terhormat.
Memang betul pada penyusunan dari pasal-pasal pidana tidak dimasukan klasifikasi kejahatan dan pelanggaran.
In i meng i ngat juga tent unya dasarnya ada 1 ah kemba 1 i kepada Pasal 103 daripada KUH ~P dimana kita bisa menyimpang, karena memang betul sekali seperti yang dikatakan tadi bahwa yang kejahatan itu memang yang meliputi pidananya sedangkan yang pelangga
ran adalah kira-kira yang administrasi tadi, sehingga ini bersifat khusus. Kalau ini memang tadi bukan administrasi namannya
mungkin itu pelanggaran.
Dalam hal ini juga beberapa pertimbangan lain yang dipikirkan pada waktu itu adalah juga hasil suatu konsultasi kita dengan pihak Akademisi bahwa kejahatan dan pelanggaran sebagaimana diatur didalam Buku II dan III KUHJ.P itu pada dewasa ini sudah tidak dipikirkan lagi untuk dipergunakan, karena sesuai ketentuan
Pasal 2 daripada KUHnP itu sendiri semua perbuatan pelanggaran baru bisa dihukum kalau aturan pelanggarannya dilanggar.
Dengan demi k ian du 1 u Buku ke I I d i anggap ada 1 ah pe rbuat an
yang sangat keji, kemudian Buku ke III dianggap adalah perbuatan yang ku rang ke j i . Pad aha 1 menu rut ket ent uan umum semua ada 1 ah pelanggaran, semua adalah tindak pidana.
Dengan telah ditentukannya suatu tindak pidana semua itu adalah kejahatan, apakah itu ringan ataupun berat.
Ini beberapa pertimbangan, sehingga tidak dinyatakan sebagai kejahatan atau pelanggaran. Kemudian mempertimbangkan kalau adanya pelanggaran, berarti seperti didalam azas KUH.,P bahwa
percobaan pelanggaran tidak akan dihukum. Sedangkan kita didalam Pasal 103 juga mengatakan mencoba mengimpor, mencoba mengekspor, walaupun kalau ini dibawa kejahatan tetap kena. Cuma juga konsekuensinya adalah hukumannya lebih ringan percobaan kejahatan, artinya kalau dikatakan klasifikasi delik kejahatan pada Pasal 103, berarti kalau percobaan yang sangat sulit kita buktikan artinya bukan sulit dibuktikan, berbedaannya sangat tipis antara
mencoba dan sudah selesai, ini akan berakibat kepada hukuman yang
dua pertiga daripada perbuatan selesai. In i ......... .
•
(
----------------------------------------
- 112 -
Ini pertimbangan-pertimbangan sehingga biar bagaimanapun agar ada efek jerah, mencoba atau percobaan terhadap tindak pidana ini tetap dikenakan fu11 hukuman maksimal tanpa dikurangkurangi sebagaimana diatur didalam KUH.\P.
Saya kira demikian Pak, terima kasih.
KETUA RAPAT : Pak Zainie bagaimana, sudah ?
FKP (H. ABDULLAH ZAINIE, S.H.)
Sudah Pak.
KETUA RAPAT : Sudah Pak, terima kasih. Masih ada lagi, silakan.
FPDI (SETYADJI LAWI, B.A.) Jadi masalahnya hal yang menjadi kewajiban dari FPDI menyu
sun Penjelasan, oleh karena itu ingin mendapat klarifikasi. tentang hal yang akan menjadi tugas itu yaitu Pasal 99. Sedang Pasal 109 sudah sama-sama kita sepakati di-Timus-kan, sekarang untuk menyusunnya Pak Djupri ini ada masalah.
Saya persilakan Pak.
FPDI (OJUPRI, S.H.) : Terima kasih Saudara Ketua.
Kami ingin mempersoalkan masalah Pasal 99 supaya clear,
disini memang kita semua mungkin kurang mempertimbangkan termasuk
FPDI sendiri waktu itu tidak persoalkan. Jadi "Persidangan Maje 1 is untuk memutuskan suatu permohonan
banding bersifat tertutup".
Kami ingin sampaikan saja (ini 'kan sudah diputuskan), apakah tidak lebih sempurna kalau "Persidangan Maje1is untuk
memeriksa dan memutuskan permohonan banding bersifat tertutup",
lalu kemudian tugas untuk menyusun Penjelasannya kami siapkan sehingga nanti serahkan ke Timus.
Masalahnya begini Pak,· kami ingin memberikan gambaran. Saya sudah bisa menangkap bahwa yang diinginkan persidangannya itu dengan hak i m mengamb i 1 keput us an it u t e rt ut up, nant i b i sa d i j elaskan. Karena kalau di Pengadilan Negeri itu begini Pak, persi-
dengan
(
-113 -
dangan memeriksa perkara itu mulai terdakwanya ya kalau pidana, saksi-saksi dan sebagainya itu terbuka untuk umum, tapi hakim mengambil keputusan itu diskors, itu ditutup Pak, hanya 3 orang hak i m saj a. Rumusan in i bet u 1 ka 1 au hanya mengamb i 1 keput us an saj a.
Kami ingin mengusulkan Pemerintah dan mengambil keputusannya bersifat tertutup nanti kita jelaskan, kalau hakim yang mengambil
keput us an it u unt uk umum t i dak ada seorangpun kecua 1 i yang 3
orang anggota ini, intinya begitu nanti.
Jadi tidak ada orang lain, tapi pemeriksaannya ini berdasarkan keterangan dari Pemerintah yang kami tangkap kemungkinan ada
hal-hal yang tidak terang, hakim itu manggil orangnya untuk dimintai penjelasan misalnya. Ini tertutup untuk umum, kecuali pihak-pihak yang berkepentingan.
Mohon sidang ini kembali bisa memutuskan, kemudian rumusan
Penjelasan ini kami siapkan untuk Timus.
Kami ulangi "Persidangan Maje7is untuk memeriksa dan memutus suatu permohonan banding bersifat tertutup" sekaligus usul itu.
KETUA RAPAT Baik, terima kasih.
Sebetulnya bukan Pasal 99 Pak, tapi Pasal 100 ayat (1) menjadi Pasal 99. Sudah ada pasal yang hilang.
Diusulkan oleh FPDI disini "Persidangan Majelis untuk meme
riksa dan memutuskan suatu permohonan banding bersifat tertutup". Bagaimana ini dari Pemerintah dengan usulan rumusan pasal
ini dari FPDI.
Silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (Drs. EDDY ABDURRACHMAN) Terima kasih Bapak Pimpinan.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota Panja yang kami hormati.
Pert ama, pengert ian Peme r i nt ah dengan kat a-kat a "untuk
memutuskan" termasuk semua proses, jadi mulai dari pemeriksaan sampai dengan memutuskan. Ini pengertian Pemerintah pada waktu merumuskan ini tadi.
Tapi kalau ada suatu pengertian bahwa "Persidangan Maje7is untuk memutuskan" bisa diinventarisasikan hanya pada waktu memutuskan, ya bisa begitu, tetapi pengertian Pemerintah paa~ waktu
itu bahwa ......... .
•
- 114 -
itu bahwa "Persidangan Maje1is untuk m~mutuskan adalah Persidangan yang mu1ai dari proses awa1 sampai dengan memutuskannyau.
Kedua, sebetulnya proses Persidangan di Lembaga Pertimbangan Bea dan Cuk~i ini tidak seperti proses Pengadilan Umum dalam arti seperti 1 3pat mungkin Pak, Majelis rapat bertiga dan memeriksa berkas-berkas yang diajukan oleh mereka. Dalam hal memang, dalam kaitannya untuk memeriksa ini diperlukan suatu keterangan tambahan dan lain sebagainya, baik dari Direktur Jenderal maupun dari pihak yang mengajukan permohonan, Majelis bisa memanggil mereka
didalam rapatnya itu sendiri.
Terima kasih Pak .
KETUA RAPAT : Tapi usul dari FPDI apakah sudah dapat diterima ini ?
PEMERINTAH (Drs. EDDY ABDUARACHMAN) Kalau seandainya itu menjadi lebih memperjelas, Pemerintah
tidak keberatan untuk menerima.
KETUA RAPAT : Saya serahkan kepada floor.
FPDI (DJUPRI, S.H.) :
Jadi kalau begitu nanti didalam Penjelasan saja kita tegaskan, bahwa maksudnya itu adalah memeriksa dan sekaligus memutus
kan, maksud kami begitu Pak, kalau itu.
KETUA RAPAT
Jadi rumusan RUU tetap, dalam Penjelasan dimuatkan bahwa itu
, mulai dari memeriksa sampai mengambil memutuskan. Rumusan diminta bantuan kepada Pak Djupri, setuju?
( RAPA T : SETUJU )
Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian. Ini sudah pukul 16.15 WIB, namun demikian masih ada acara
tiga lagi yang waktunya masih ada kira-kira 1 jam.
Pert ama ......... .
I
•
(
{
- 115-
Pertama, supaya Fraksi-fraksi sudah mengajukan anggota
anggot any a yang duduk pad a Ti mus nant i rna 1 am dengan kompos is i
sebagai berikut, dari :
FKP 3 orang
FABRI 2 orang
FPP orang
FPDI orang
Pemerintah. 2 orang
Kedua, masih ada 2 point yang be1um dapat diputus dan di
se1esaikan sesuai rapat kita tadi di lobby dan lobby di1aksanakan
setelah makan malam pada pukul 19.3Q WIB dir~ngan tersendiri .
Ketiga, Sidang Panja akan dibuka pukul 20.00 WIB setelah
se 1 esa i 1 obby. Ka 1 au 1 obbynya seperempat jam rap at akan d i mu 1 a i
p u k u 1 1 9 . 4 5 WI B , k a 1 au 1 o b by set eng a h j am rap at aka n d i m u 1 a i pukul 20.00 WIB dan ka1au 1obby-nya satu jam rapat· akan dimulai
pukul 21.00 WIS. Ini terserah lobby nantinya bagaimana. Jadi yang jelas resminya lobby diberi waktu setengah jam dan
untuk Rapat Panja akan dimulai kembali pukul 20.00 WIB. Sekarang rapat ditunda sampai puku1 20.00 WIB, setuju ?
( Rapat di Skors Pukul 16.15 WIB)
Jakarta, 24 November 1995
Rap at Rapat,