Transcript
Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN BODY MASS INDEX DENGAN RISIKO KEJADIAN

INFERTILITAS PADA PEREMPUAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FEMI DWI ALDINI

G0008096

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

ABSTRACT

Femi Dwi Aldini, G0008096, 2012, The Correlation between Body Mass Index and The Incidence of Infertility among Women.

Objective: The purpose of this research is to find out the correlation between Body Mass Index and the incidence of infertility among women. Methode: This research is an observational analytic using cross sectional approach and primary data. Subjects of this research are 57 married women, age from 23 until 36 years old. The subjects have marital period at least a year, have not been using any kind of contraception within a year, have body mass index value at least 18.5, and their husband have normozoospermia. The data was collected by measuring anthropometry to get body mass index value, and by doing structural interview. The data was then analyzed by using chi square test to see the different between fertil women group and the infertil one, and to compare between women have normal and overweight body mass index to effect infertility. Results: The results of chi square test shows an unsignificant correlation (p = 0.683) between age and BMI value. There are also not a significant correlation between age and menstrual cycle (p = 0.538), between BMI value and menstrual cycle (p = 0.873), between menstrual cycle and fertility (p= 0.182), and between BMI value and fertility (p= 0,160). But, age shows a significant correlation with fertility (p = 0,002).

Conclusion: There is not correlation between BMI value and infertility. Key words : Body Mass Index, Menstrual Cycle, Infertility

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

Femi Dwi Aldini, G0008096, 2012, Hubungan Body Mass Index dengan Risiko Kejadian Infertilitas pada Perempuan. Tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara Body Mass Index dengan risiko kejadian infertilitas pada perempuan. Metode penelitian. Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan data primer. Subjek penelitian ini adalah 57 orang perempuan menikah berusia 23-36 tahun, dengan usia pernikahan minimal satu tahun, tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi dalam 1 tahun terakhir, memiliki nilai BMI minimal 18,5, serta memiliki pasangan (suami) dengan normozoospermia. Pengumpulan data melalui pengukuran antropometri untuk mendapatkan data nilai body mass index (BMI), dan wawancara terstruktur. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji chi square untuk melihat beda antara perempuan fertil dan infertil, dan membandingkannya antara BMI normal dan lebih/overweight. Hasil penelitian. Hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0.683) antara umur dan nilai BMI perempuan, tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0.538) antara umur dan keteraturan siklus haid pada perempuan, tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0.873) antara BMI dan keteraturan siklus haid pada perempuan, tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.182) antara keteraturan siklus haid dan fertilitas pada perempuan, serta tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai BMI dan fertilitas pada perempuan (p= 0,160). Akan tetapi, terdapat hubungan yang sangat signifikan (p = 0,002) antara umur dan fertilitas pada perempuan

Simpulan penelitian. Tidak terdapat hubungan antara nilai BMI dan infertilitas.

Kata kunci: Body Mass Index, Siklus Haid, Infertilitas

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah, dan karunia-Nya sehingga Skripsi dengan judul

“Hubungan Body Mass Index dengan Risiko Kejadian Infertilitas pada Perempuan” ini

dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara Body Mass Index

dengan risiko kejadian infertilitas pada perempuan, terutama pada BMI lebih (overweight). Hal

ini penting diketahui sebab berhubungan dengan pencegahan kejadian infertilitas dengan

menjaga status gizi yang dapat diukur melalui berat badan dan indikator keteraturan siklus haid.

Skripsi ini memuat hasil penelitian, analisis data dan pembahasan tentang hubungan infertilitas

dengan beberapa faktor yaitu umur, keteraturan siklus haid dan nilai Body Mass Index.

Dalam proses penelitian ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran

dari pihak-pihak yang mendukung terselenggaranya penelitian dan pelaporan ini. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, kekasih yang Maha Agung dan Bijaksana. Sujud syukur hamba dalam sajadah

hidupku atas skenario indah-Nya, atas pertolongan dan kemudahan yang Allah curahkan

untukku, terutama ketika semangat ini melemah dan rapuh.

2. Rosulullah dan tauladan perjuanganku, Muhammad SAW yang senantiasa menjadi

motivator terbesar dalam setiap keindahan akhlakmu untuk mengajarkan kepadaku bahwa

hidup ini begitu mempesona.

3. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR FINASIM selaku dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Eriana Melinawati, dr., Sp.OG (K), selaku pembimbing utama yang telah memberikan

kontribusi yang sangat besar kepada penulis dalam penyelesaian setiap lembar skripsi ini.

Terima kasih atas kesabaran dan banyak waktu yang telah diluangkan di tengah kesibukan

Ibu untuk memberikan bimbingan, masukan, perbaikan dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Widardo, Drs., M.Sc, selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, perbaikan dan motivasi bagi penulis.

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

7. Bapak Dr. Supriyadi Hari, dr., Sp.OG, selaku penguji utama yang telah memberikan

nasehat, dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Hari Purnomo Sidik, dr., MMR, selaku anggota penguji yang telah memberikan

bimbingan, nasehat dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

9. Kepala SMF. OBSGIN RSUD Dr. Moewardi, beserta seluruh staff terkait yang telah

membantu terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini.

10. Kepala Klinik Indriya Ratna RSUD Dr. Moewardi beserta seluruh paramedis dan staff yang

telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam pengambilan sampel penelitian.

11. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ibunda Sueryani dan Ayahanda KA. Cholil, serta

Kakakku tersayang, Nina Fadilla. Terima kasih yang tiada terhingga atas segala kasih

sayang, doa restu, dukungan baik material, moral, maupun spiritual, serta pengorbanan yang

telah diberikan untuk penulis.

12. Semua sahabat terbaikku yang telah membantu dan menemani dalam berjuang, teman-teman

mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2008 yang menemani serta selalu memberikan

dukungan dan motivasi bagi penulis dalam suka maupun duka.

13. Ibu Sunengsih, serta semua pihak lainnya yang telah membantu terselesainya skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun sangat berarti dalam terselesaikannya

Skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna disebabkan oleh keterbatasan yang

penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

menjadi perbaikan di masa yang akan datang. Demikian Skripsi ini penulis buat, semoga dapat

memperkaya khasanah kajian ilmu kedokteran dan bermanfaat bagi kalangan civitas akademika.

Surakarta, 2 Januari 2012

Femi Dwi Aldini

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................................ iii

ABSTRAK .......................................................................................................................... iv-v

PRAKATA .......................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 5

1. Status Gizi ..................................................................................................... 5

2. Body Mass Index (BMI)....... ......................................................................... 9

3. Siklus Haid dan Ovulasi................................................................................. 11

4. Infertilitas ...................................................................................................... 15

5. Hubungan Status Gizi dan Infertilitas ........................................................... 26

B. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 31

C. Hipotesis .......................................................................................................... 31

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 32

A. Jenis Penelitian............................................................................... ............. 32

B. Lokasi Penelitian............................................................................ ............. 32

C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 32

D. Teknik Sampling ........................................................................................ 33

E. Rancangan Penelitian ................................................................... .............. 33

F. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 34

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 34

H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 37

I. Cara Kerja .................................................................................................. 37

J. Teknik Analisis Data .................................................................................. 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 39

A. Deskripsi Sampel ........................................................................................... 39

B. Hubungan Antar Variabel................................................................ ..... ........ 40

BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................................. 44

A. Karakteristik Sampel dan Variabel Luar Penelitian ...................................... 44

B. Hubungan Body Mass Index dengan Infertilitas................................... ........ 48

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 50

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 52

A. Simpulan ........................................................................................................ 52

B. Saran .............................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 53

LAMPIRAN

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Klasifikasi BMI Wilayah Asia Pasifik………………………………......

Peluang Hamil setelah Tahun Pertama…………………………………..

Karakteristik Sampel (data kategorikal)…………………………………

Karakteristik Sampel (data numerik)…….………………………………

Hubungan antara Umur dan BMI………………………………………..

Hubungan antara Umur dan Keteraturan Siklus Haid …………………..

Hubungan antara BMI dan Keteraturan Siklus Haid………………...…..

Hubungan antara Umur dan Fertilitas…………………………….……..

Hubungan antara Keteraturan Siklus Haid dan Fertilitas………………..

Hubungan antara BMI dan Fertilitas.….….……………………………..

11

18

39

40

40

41

41

42

42

43

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Level Perubahan Hormon selama Siklus Menstruasi………………...

Grafik Hubungan Faktor Umur dalam mempengaruhi Fertilitas……..

13

17

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan dilaksanakan pernikahan oleh pasangan suami istri adalah

membentuk keluarga bahagia, yang erat kaitannya dengan pengembangan

keturunan atau generasinya. Kehadiran anak sangat bernilai baik dari segi

ekonomi, pendidikan, sosial, psikologis, dan agama. Pasangan yang infertil

dipertimbangkan dalam kondisi krisis mayor karena terancam gagal dalam

mencapai tujuan utama kehidupan pernikahan, serta menimbulkan reaksi

stress yang disebut dengan stress infertilitas (Hidayah, 2007).

Infertilitas bagi pasangan suami istri dapat berdampak positif maupun

negatif. Positifnya, pasangan akan saling mendorong dan mengeratkan

hubungan karena timbulnya rasa saling membutuhkan untuk mencari solusi

terhadap permasalahan yang dialami. Namun, sebagian besar pasangan akan

berdampak negatif berupa pertengkaran, saling menyalahkan, menurunkan

kualitas hubungan interpersonal, dan menimbulkan perceraian. Apabila

harapan untuk memiliki anak tidak dapat terwujud secara terus menerus,

dengan tidak adanya kehadiran anak, pasangan suami istri merasa cemas,

gelisah, takut dan depresi (Prasetyono, 2007). Selain masalah psikologis, juga

berdampak negatif pada finansial, fisik dan lainnya (Malpani, 2004).

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami istri belum

mendapatkan keturunan dalam kurun waktu satu tahun atau lebih walaupun

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pasangan tersebut telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan tanpa

menggunakan alat kontrasepsi (Aronson, 2001, dalam Nurfita, 2007).

Kejadian perempuan infertil di Indonesia adalah 15% pada usia 30-34

tahun, 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil

survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12

bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena infertilitas pada

perempuan, dan 10% dari pria dan perempuan, 10% tidak diketahui

penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas

sebanyak 524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS (Syamsiyah, 2009). Statistik

mengatakan infertilitas diderita oleh 15% pasangan (terdapat 1 pasangan

infertil setiap 7 pasangan). Berdasarkan data statistik BKKBN di Jawa

Tengah terdapat masalah infertil sebesar 5,5%.

Dalam penelitian lain, sekitar satu dari 10 pasangan suami istri usia

subur tidak bisa memperoleh keturunan. Hingga akhir tahun 2009 tercatat

sekitar 1,5 atau 2 juta pasangan mengalami masalah gangguan kesuburan atau

infertilitas dari total pasangan usia subur di Indonesia yang mencapai 15 juta.

Berdasarkan sensus penduduk di Indonesia, diperoleh angka ketidaksuburan

suami istri yang berkisar 12-25 persen. Jadi, sekitar 1 dari 10 pasangan suami

istri usia subur tidak bisa memperoleh keturunan (Wiweko, 2010).

Fertilitas atau kesuburan seseorang selain dipengaruhi oleh genetik,

keturunan, dan usia, juga dipengaruhi oleh status gizinya. Faktor gizi sangat

penting dalam mendukung kesuburan. Kelebihan berat badan tidak hanya

berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kronis (Must, 1999), tapi

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

juga menunjukkan peningkatan risiko masalah reproduksi (Catalano, 2007).

Beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan dengan kelebihan berat

badan lebih sering memiliki masalah fertilitas (Jensen, 1999; Bolumar, 2000;

Rich-Edwards, 2002; Pasquali, 2006; Gesink, 2007).

Perempuan infertil dengan gangguan siklus haid berupa amenorrhea

atau oligomenorrhea, 58% mengalami gangguan pola makan. Penelitian

menunjukkan bahwa gangguan pola makan dan nutrisi dapat mempengaruhi

menstruasi, fertilitas, tambahan berat badan ibu hamil, dan kesehatan janin

(Stewart, 1990). Penelitian yang menguji hubungan antara body mass index

dan infertilitas menyimpulkan bahwa risiko infertil oleh karena faktor ovulasi

terbesar adalah pada perempuan obes, dan juga sedikit meningkat pada

perempuan moderat-overweight dan underweight (Grodstein, 1994).

Overweight dan obesitas pada awal masa dewasa meningkatkan risiko

gangguan menstruasi, hipertensi pada kehamilan dan subfertilitas. BMI pada

masa anak memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam kesehatan reproduksi

seorang perempuan di masa depannya (Lake, 1997).

Berdasarkan hal tersebut, infertilitas merupakan masalah kependudukan

yang juga harus menjadi perhatian. Oleh karena itu, penulis tertarik

melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara body mass index

dengan faktor risiko kejadian infertilitas pada perempuan. Hal ini diharapkan

dapat mengurangi prevalensi perempuan infertilitas, terutama yang

diakibatkan oleh faktor risiko status gizi yang tidak baik, terutama status gizi

berlebih (overweight dan obesitas).

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara Body Mass Index dengan risiko kejadian

infertilitas pada perempuan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara Body Mass Index dengan risiko kejadian infertilitas pada perempuan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan informasi ilmiah dalam bidang obstetri ginekologi serta

ilmu gizi mengenai hubungan antara status gizi yang dilihat dari

Body Mass Index dengan faktor risiko kejadian infertilitas pada

perempuan.

b. Memberikan tambahan informasi ilmiah tentang salah satu faktor

yang mempengaruhi fertilitas pada perempuan, yaitu status gizi yang

dapat dilihat dari BMI, serta pengaruhnya pada siklus haid.

2. Manfaat praktis

a. Dapat diupayakan pencegahan kejadian infertilitas dengan menjaga

berat badan normal.

b. Diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan

untuk penelitian selanjutnya.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Status Gizi

a. Pengertian

Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutrisi

seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status gizi

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu

(Supariasa, 2001). Sedangkan menurut Gibson (1990) menyatakan

status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan

utilisasinya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1) Faktor Genetik

Status gizi cenderung berlaku dalam keluarga. Ini

disebabkan oleh faktor genetik, pola makan keluarga, dan

kebiasaan gaya hidup. Walaupun begitu, mempunyai anggota

keluarga yang obesitas tidak menjamin sesorang itu juga akan

mengalami obesitas (Galletta, 2005).

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2) Faktor Emosional

Sebagian masyarakat mengkonsumsi makanan dalam

jumlah yang banyak karena depresi, putus asa, marah, bosan,

dan banyak alasan lain yang tidak ada hubungannya dengan rasa

lapar. Perasaan seseorang mempengaruhi kebiasaan makan dan

membuat seseorang makan terlalu banyak (Galletta, 2005).

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah

gaya hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang

dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya (Galletta, 2005).

4) Faktor Jenis Kelamin

Secara rata-rata, lelaki mempunyai massa otot yang lebih

banyak dari perempuan. Lelaki menggunakan kalori lebih

banyak dari perempuan bahkan saat istirahat karena otot

membakar kalori lebih banyak berbanding tipe-tipe jaringan

yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah

berat badan berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama

(Galletta, 2005).

5) Faktor Usia

Semakin bertambah usia seseorang, mereka cenderung

kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak

tubuh. Kadar metabolisme juga akan menurun menyebabkan

kebutuhan kalori yang diperlukan lebih rendah (Galletta, 2005).

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

6) Kehamilan

Pada perempuan, berat badannya cenderung bertambah 4 –

6 kilogram setelah kehamilan dibandingkan dengan berat

sebelum kehamilan. Hal ini bisa terjadi setiap dari kehamilan

dan kenaikan berat badan ini mungkin akan menyebabkan

obesitas pada perempuan (Galletta, 2005).

c. Penilaian Status Gizi

1) Penilaian secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut

(Supariasa, 2001):

a) Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia.

Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Di Indonesia, jenis antropometri yang banyak

digunakan adalah Berat Badan dan Tinggi Badan. Dalam

peniliaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk

indeks yang dikaitkan dengan variable lain, seperti berat

badan menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi

badan menurut umur (PB/U atau TB/U), berat badan

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menurut tinggi badan (BB/TB) dan lain-lain. Masing-

masing indeks antropometri tersebut memiliki baku rujukan

atau nilai patokan untuk memperkirakan status gizi

seseorang atau masyarakat (Poncorini, 2008)

b) Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,

mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang

dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c) Biokimia

Pemeriksaan spesimen diuji secara laboratoris yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah,

beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

d) Biofisik

Suatu metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat

perubahan struktur jaringan.

2) Penilaian secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3

yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

ekologi (Supariasa, 2001). Adapun uraian dari ketiga hal

tersebut adalah:

a) Survey konsumsi makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi.

b) Statistik vital

Adalah dengan cara menganalisis data beberapa

statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan

umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c) Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan

budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.

2. Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index atau Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan

indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur

status gizi pada orang dewasa, menggunakan rumus berat badan dalam

kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2) (Sugondo,

2007).

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

a. Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan

tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang

terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi

kesehatan (Soetjiningsih, 1998).

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat

yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain,

2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya,

3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg,

4) Skalanya mudah dibaca.

b. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang

cukup penting. Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan

meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi

yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan

dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.

Body Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT), diukur

melalui rumus: 傘Ǵú̜ƅ傘̜聘̜m㚸聘̜评̜屏푈s邹ƅ:mss:傘̜聘̜m㚸聘̜评̜屏屏邹潜 (BNF, 2000).

Bila melakukan penilaian BMI, perlu diperhatikan akan adanya

perbedaan individu dan etnik. Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah

mengusulkan kriteria dan klasifikasi BMI sendiri.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Tabel 2.1 Klasifikasi BMI Wilayah Asia Pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (underweight) <18,5

Kisaran Normal 18,5 – 22,9

Berat badan lebih (overweight) > 23,0

· Berisiko Obes 23,0 – 24,9

· Obes I 25,0-29,9

· Obes II > 30,0

Sumber: WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia Pacific Perspective:

Redefining Obesity and its Treatment (2000)

3. Siklus Haid dan Ovulasi

a. Siklus Haid Normal

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid

ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid

berikutnya. Panjang siklus haid dipengaruhi usia seseorang, semakin

tua usia seorang perempuan, siklus haidnya akan semakin panjang.

Panjang siklus haid yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan

kira-kira 97% perempuan yang berovulasi siklus haidnya berkisar

antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari

42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi

(anovulatoar) (Hanafiah, 2007).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari

diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari.

Pada setiap perempuan biasanya lama haid itu tetap (Hanafiah,

2007).

Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 + 16 cc. Pada

perempuan yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak.

Pada perempuan dengan anemia defisiensi besi jumlah darah

haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc

dianggap patologik (Hanafiah, 2007).

Siklus haid normal dapat dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase

folikuler (saat ovulasi) dan fase luteal. Siklus haid sangat tergantung

dari perubahan-perubahan kadar estrogen. Pada permulaan siklus

haid, meningkatnya FSH disebabkan oleh menurunnya estrogen pada

fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa

terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh

folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen

meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH.

Hidupnya korpus luteum juga tergantung pada kadar minimum LH

yang terus menerus. Sehingga, hubungan antara folikel dan

hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang menyampaikan

pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif. Segala keadaan

yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan

mempengaruhi siklus reproduksi normal (Hanafiah, 2007).

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gambar 2.1 Level Perubahan Hormon selama Siklus Menstruasi

b. Kelainan Siklus Haid

Siklus haid seorang perempuan seringkali mencerminkan

keadaan organ reproduksinya. Jika siklus tersebut tidak normal,

maka kemungkinan ada gangguan di sistem reproduksi (Anonim,

2008). Berikut beberapa kelainan pada menstruasi.

1) Siklus Anovulatorik

Siklus anovulatorik hampir selalu terjadi pada 1-2 tahun

pertama setelah menarche dan juga sebelum menopause

(Ganong, 2002). Kira-kira 97% perempuan yang berovulasi

siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya

siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar) (Hanafiah, 2007).

2) Amenorea

Amenorea adalah tidak adanya periode menstruasi selama 3

bulan berturut-turut. Dibedakan menjadi amenorea primer dan

sekunder (Anonim, 2010). Amenore primer bila perempuan

tidak pernah mendapat haid sama sekali. Penyebabnya adalah

kelainan genetik atau anatomi. Beberapa perempuan dengan

amenorea primer memiliki payudara kecil dan tanda-tanda

kegagalan pematangan seksual (Ganong, 2002). Amenorea

sekunder bila perempuan pernah mendapat haid tapi kemudian

berhenti. Penyebabnya adalah kurang gizi, metabolisme, tumor,

infeksi (Anonim, 2010), penyakit hipotalamus, gangguan

hipofisis, penyakit ovarium primer dan berbagai penyakit

sistemik (Ganong, 2002).

3) Hipomenorea dan Menoragia

Istilah ini masing-masing mengacu pada darah menstruasi

yang sedikit (hipomenorea) atau berlebihan (menoragia), pada

siklus haid yang teratur (Ganong, 2002).

4) Metroragia

Metroragia adalah perdarahan dari uterus yang terjadi di

antara periode menstruasi (Ganong, 2002).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

5) Polimenorea dan Oligomenorea

Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasanya

(kurang dari 18-21 hari siklusnya atau masa bersih tanpa darah

haid kurang dari 2 minggu). Secara awam terlihat sebagai haid

yang terjadi dua kali atau lebih dalam satu bulan. Banyaknya

perdarahan bisa sama atau lebih banyak dari haid normal.

Penyebabnya yaitu gangguan hormonal (Anonim, 2010).

Oligomenorea adalah siklus haid yang lebih panjang dari 35

hari (Anonim, 2010), 42 hari (Hanafiah, 2007), atau 45 hari

(Anonim, 2008). Perdarahan pada oligomenorea biasanya lebih

sedikit dari ukuran normal. Penyebabnya antara lain gangguan

hormonal, psikologis dan efek penyakit tertentu seperti TBC.

6) Dismenorea

Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri. Keram

menstruasi berat yang terjadi pada perempuan muda sering

menghilang setelah kehamilan pertama. Sebagian besar gejala

dismenorea disebakan oleh penimbunan prostaglandin dalam

uterus (Ganong, 2002).

4. Infertilitas

a. Pengertian

Pengertian infertilitas sangat beragam, namun tetap dengan

maksud yang sama. Menurut Sumapraja (2007), Pasangan infertil

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun

dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat

kontrasepsi, tetapi belum hamil. Infertilitas yaitu pasangan yang

telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu tahun

tetapi belum hamil (Manuaba, 1998). Infertilitas atau ketidaksuburan

juga didefinisikan sebagai suatu keadaan pasangan yang sudah

menikah lebih dari satu setengah tahun tanpa kontrasepsi dan tidak

mendapatkan anak/hamil padahal rutin melakukan hubungan seksual

tiga kali seminggu (BKKBN, 2006). Infertilitas primer bila pasutri

tidak pernah hamil. Infertilitas sekunder bila istri pernah hamil

meskipun akhirnya terjadi keguguran (abortus) (Siswandi, 2006).

b. Faktor Penyebab

1) Pihak Suami, disebabkan oleh:

a) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis),

misal: aspermia, hypospermia, necrospermia.

b) Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox,

penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis.

Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %.

2) Pihak Istri,

a)

Usia perempuan

Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi

fertilitas adalah usia si perempuan (Gambar 2). Fertilitas

cukup stabil hingga seorang perempuan mencapai usia 35

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tahun. Sesudah itu, terjadi penurunan fertilitas secara

bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun, fertilitas menurun

drastis.

Beberapa hal yang terjadi pada perempuan seiring

bertambah usianya:

· Semakin sedikit jumlah sel telur yang dihasilkan,

hingga sama sekali nol produksi.

· Kualitas sel telur dalam ovaruim menurun.

· Kemampuan telur untuk dibuahi menurun, sehingga

memperkecil peluang terjadinya pembuahan. Hal ini

kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya infeksi

panggul, rahim fibroid atau polip.

· Perubahan hormon yang menyebabkan sulit terjadinya

untuk ovulasi.

· Meningkatnya kemungkinan keguguran pada

Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara Faktor Umur dalam Mempengaruhi Fertilitas

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b)

kehamilan.

· Kondisi kesehatan secara umum juga menurun.

Tekanan darah tinggi dan diabetes mempengaruhi

kemampuan berhasil hamil, selama masa kehamilan,

atau untuk mendapatkan status kehamilan yang sehat.

Lama waktu mencoba mengandung

Fakta menunjukkan, secara normal, perempuan

sehat (di bawah 30 tahun) yang melakukan hubungan badan

secara teratur, hanya memiliki peluang gagal 20 hingga 40

persen selama siklus tertentu.

Kenyataannya, menurut data National Center for

Health Statistics, AS (Tabel 2.2), peluang untuk hamil

sebenarnya cukup besar jika melihat dalam rentang waktu

satu tahun hubungan badan tanpa pelindung.

Tabel 2.2 Peluang Hamil Setelah Tahun Pertama

Umur Peluang untuk

hamil setelah tahun pertama

< 25 tahun 96%

25 – 34 86%

35 – 44 78%

c) Masalah Medis

Penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri

dari organ luar sampai dengan indung telur. Infertilitas yang

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan

penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

(1) Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium dan

hormonal.

(2) Gangguan ovarium, dapat disebabkan oleh faktor usia,

adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain

yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak.

Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian

otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi

hormon reproduksi seperti FSH dan LH.

(3) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan,

meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis

cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim.

(4) Kelainan tuba, disebabkan adanya penyempitan,

perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba.

(5) Kelainan rahim, diakibatkan kelainan bawaan rahim,

bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat.

Sekitar 30-40% pasien dengan endometriosis adalah

infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan

gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

c. Pemeriksaan Infertilitas

1) Syarat-Syarat Pemeriksaan

Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis

sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun

syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah

(Sumapraja, 2007):

a) Istri usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha

mendapatkan anak selama 12 bulan.

b) Istri usia 31-35 tahun langsung diperiksa pertama kali

datang.

c) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan

pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini.

d) Pemeriksaan tidak dilakukan pada pasangan mengidap

penyakit.

2) Langkah Pemeriksaan

Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah

dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan

infertilitas adalah sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Umum

(1) Anamnesis, terdiri dari pengumpulan data dari

pasangan suami istri secara umum dan khusus.

Anamnesis umum

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Lama menikah, umur suami istri, frekuensi

hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit

yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat

perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu

mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan

tersebut.

Anamnesis khusus

Istri: usia saat menarche, keteraturan haid, lama

terjadi perdarahan/haid, nyeri haid, keputihan

abnormal, riwayat contact bleeding, riwayat operasi

organ reproduksi, kontrasepsi, abortus, infeksi

genitalia.

Suami: gangguan fungsi ereksi, riwayat penyakit

menular seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis

epidemika) sewaktu kecil.

(2) Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum

meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan

pernafasan).

(3) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan

laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap,

urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.

(4) Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini

bisa pemeriksaan rontgen ataupun USG.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b) Pemeriksaan Khusus

(1) Faktor Perempuan

(a) Pemeriksaan Ovulasi

Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan

berbagai pemeriksaan diantaranya :

(i) Pemeriksaan suhu basal: Kenaikan suhu basal

setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh

hormon progesteron.

(ii) Pemeriksaan vaginal smear: Pengaruh

progesteron terhadap sitologi pada sel-sel

superfisial.

(iii) Pemeriksaan lendir serviks: hormon

progesteron menyebabkan perubahan lendir

menjadi kental.

(iv) Pemeriksaan endometrium.

(v) Pemeriksaan endometrium: Hormon estrogen,

ICSH dan pregnandiol.

Gangguan ovulasi disebabkan:

(i) Faktor susunan saraf pusat: misal tumor,

disfungsi, hypothalamus, psikogen.

(ii) Faktor intermediate: misal gizi, penyakit

kronis, penyakit metabolis.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(iii) Faktor ovarial: misal tumor, disfungsi, turner

syndrome.

Terapi: Sesuai dengan etiologi, bila terdapat

disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan

pil oral yang mengandung estrogen dan

progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan

LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang

hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen

dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada

perempuan anovulatoir dengan hiperprolaktinemia.

Pemberian Human Menopausal Gonadotropin/

Human Chorionic Gonadotropin untuk perempuan

yang tidak mampu menghasilkan hormon

gonadotropin endogen yang adekuat.

(b) Pemeriksaan Lendir Serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi

keadaan spermatozoa adalah :

(i) Kentalnya lendir serviks: Lendir serviks yang

mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang

cair.

(ii) pH lendir serviks: pH lendir serviks ± 9 dan

bersifat alkalis.

(iii) Enzim proteolitik.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

(iv) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat

membunuh spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks diperiksa dengan:

(i) Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan

sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan

bahwa: teknik coitus baik, lendir cerviks

normal, estrogen ovarial cukup ataupun

sperma cukup baik.

(ii) Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari

pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik

dan dilakukan pada pertengahan siklus.

Terapi yang diberikan adalah pemberian

hormon estrogen ataupun antibiotika bila terdapat

infeksi.

(c) Pemeriksaan Tuba

Untuk mengetahui potensi tuba dapat

dilakukan:

(i) Pertubasi (insuflasi= rubin test): pemeriksaan

ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke

dalam cavum uteri.

(ii) Hysterosalpingografi: pemeriksaan ini dapat

mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk liang

tuba bila terdapat sumbatan.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(iii) Koldoskopi: cara ini dapat digunakan untuk

melihat keadaan tuba dan ovarium.

(iv) Laparoskopi: cara ini dapat melihat keadaan

genetalia interna dan sekitarnya.

(d) Pemeriksaan Endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi

stadium sekresi dilakukan mikrokuretase. Jika pada

stadium sekresi tidak ditemukan, maka:

endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron,

produksi progesterone kurang. Terapi yang

diberikan adalah pemberian hormon progesteron

dan antibiotika bila terjadi infeksi.

(2) Faktor Pria

Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah

spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang

ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari

pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus

selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam

setelah sperma keluar.

(a) Ejakulat normal: volume 2-5 cc, jumlah

spermatozoa 100-120 juta per cc, pergerakan 60%

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan,

bentuk abnormal 25%.

(b) Spermatozoa pria fertil: > 60 juta per cc, subfertil:

20-60 juta per cc, steril: < 20 juta per cc.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah

gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise,

kelainan traktus genetalis (vas deferens).

5. Hubungan Status Gizi dan Infertilitas

Fertilitas atau kesuburan seseorang selain dipengaruhi oleh genetik,

keturunan, dan usia, juga dipengaruhi oleh status gizinya. Faktor gizi

sangat penting dalam mendukung kesuburan. Kelebihan berat badan

tidak hanya berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kronis

(Must, 1999), tapi juga menunjukkan peningkatan risiko masalah

reproduksi (Catalano, 2007). Beberapa studi menunjukkan bahwa

perempuan dengan kelebihan berat badan sering memiliki masalah

fertilitas (Jensen, 1999; Bolumar, 2000; Rich-Edwards, 2002; Pasquali,

2006; Gesink, 2007).

Masalah kesehatan reproduksi meningkat seiring dengan

kecenderungan belakangan ini yaitu meningkatnya kegemukan pada

populasi secara umum. Risiko tinggi infertilitas sudah ditemukan baik

pada perempuan overweight maupun underweight. Hal ini jelas tampak

bahwa berat badan memiliki peranan dalam infertilitas (Grodstein, 1994).

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Obesitas mempunyai hubungan yang kuat dengan infertilitas dan

menstruasi yang tidak teratur. Beberapa problem ovulasi dan perubahan

menstruasi dapat ditemukan pada perempuan dengan Polycystic Ovarian

Syndrome (PCOS) yang juga obes, namun perempuan yang tidak

memiliki PCOS namun overweight pun memiliki problem yang sama.

Program Terapi Kelompok yang membantu perempuan obes dengan diet

dan perencanaan olahraga telah membuktikan mengembalikan fertilitas

banyak pasien. Kehilangan berat badan 6,5 kg telah dibuktikan dapat

memulihkan siklus ovulasi (Reid, 1987).

Lake (1997) meneliti hubungan antara BMI pada masa kanak-kanak

dan remaja serta akibatnya pada masalah reproduksi. Obesitas pada usia

23 tahun dan 7 tahun, masing-masing dapat meningkatkan risiko masalah

menstruasi pada usia 33 tahun. Overweight dan obesitas pada awal

remaja tampaknya meningkatkan risiko permasalahan menstruasi dan

subfertilitas. Selain permasalahan menstruasi, BMI pada masa kanak-

kanak juga memiliki pengaruh yang kuat pada kesehatan reproduksi

seorang perempuan.

Obesitas pada awal remaja akan meningkatkan risiko gangguan

menstruasi dan subfertilitas. Obesitas pada masa kanak-kanak mungkin

juga membawa konsekuensi yang merugikan pada permasalahan

menstruasinya, akan tetapi munculnya kejadian ini jika obesitas terus

berlangsung hingga sebagian masa dewasanya.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Penelitian yang menguji hubungan antara body mass index dan

infertilitas melihat perbandingan BMI antara 597 perempuan yang

didiagnosis infertil karena gangguan ovulasi pada 7 klinik infertil di

United States dan Canada dengan 1.695 kontrol primipara yang baru

melahirkan. Perempuan Obes (BMI > 27) yang memiliki hubungan

dengan risiko ovulasi infertil memiliki nilai 3.1 [95% confidence interval

(CI) = 2.2-4.4], dibandingkan dengan perempuan dengan berat badan

yang lebih rendah (BMI 20-24.9). Ditemukan efek yang kecil pada

perempuan dengan BMI 25-26.9 atau di bawah 17 [relative risk (RR) =

1.2, 95% CI = 0.8-1.9; dan RR = 1.6, 95% CI = 0.7-3.9, berturut-turut).

Disimpulkan bahwa risiko infertil akibat gangguan ovulasi terbesar

adalah pada perempuan obes, dan sedikit meningkat pada perempuan

overweight sedang dan underweight (Grodstein, 1994).

Grodstein dalam sebuah penelitiannya Body Mass Index and

Ovulatory Infertility (1993) yang membandingkan BMI perempuan yang

didiagnosis infertil oleh karena faktor ovulasi/ovarium dengan

perempuan yang baru saja melahirkan sebagai kontrol. Grodstein

menemukan bahwa meningkatnya risiko infertil oleh karena faktor

ovulasi/ovarium primer pada perempuan dengan BMI > 27. Penelitian ini

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara berat badan dan

ketidakteraturan menstruasi, serta usaha untuk menurunkan berat badan

pada perempuan obes yang tidak mengalami ovulasi akan

mengembalikan fertilitasnya.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Salah satu penyebab terbanyak infertilitas adalah kista ovarium, yang

sering terjadi pada perempuan di masa reproduksinya. Sebagian besar

kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama

siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

Selain itu, beberapa ahli mengatakan bahwa miom, yang dapat

menyebabkan infertilitas, juga terkait faktor bakat, yang kemudian dipicu

oleh rangsangan hormon, makanan kaya lemak, serta kelebihan berat

badan.

Gaya hidup disinyalir berperan pula dalam kasus hiperandrogen pada

perempuan. Kurang gerak, banyak makan (gizi tidak seimbang), dan stres

dapat menghasilkan timbunan lemak di tubuh, kemudian meningkatkan

produksi hormon estrogen yang bisa mengganggu haid, jadi

keseimbangan hormon ikut terusik.

Pada sebuah studi di Amerika Serikat (AS), Leitzman (2007),

mengaitkan kegemukkan dengan peningkatan risiko munculnya kanker

ovarium. Hal ini didukung juga oleh beberapa penelitian lain yang di

lakukan oleh para ilmuwan di AS. Perempuan yang memiliki berat badan

berlebihan memiliki risiko terserang kanker indung telur (ovarium) ganas

lebih tinggi dibanding dengan perempuan yang tidak mengalami obesitas

(kegemukan). Dimana kanker ovarium merupakan salah satu penyebab

kejadian infertilitas pada perempuan.

Belum jelas mengapa obesitas memiliki kontribusi terhadap kanker

ovarium, tetapi mungkin hal itu berkaitan dengan efek lemak tubuh yang

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

berlebihan terhadap kadar estrogen dalam tubuh seorang perempuan,

jaringan lemak berpengaruh terhadap perkembangan tumor. Sel lemak

yang menghasilkan hormon atau protein membuat kanker ovarium

berkembang menjadi lebih pesat.

Komplikasi internal yang terjadi dengan penimbunan lemak yaitu

jaringan lemak akan menarik sistem sel yang menyebabkan peradangan

(respon imunitas) pada tubuh. Ternyata, obesitas berpengaruh pada

ketahanan tubuh. Mereka yang mengalami obesitas, sel kankernya bisa

timbul lagi setelah melakukan pengobatan dan berisiko pada kematian

(Li, 2008).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada hubungan antara Body Mass Index dengan Risiko Kejadian

Infertilitas pada Perempuan.

Tumor Hipofisis dan/atau Hipotalamus

STATUS GIZI

Fisiologi/Fungsi Organ Reproduksi

Mekanis Organ Reproduksi, ex: anatomi organ, sekret vagina

Penurunan Pembentukan Hormon Gonadotropin

INFERTILITAS

Ovulasi Jarang

Siklus Haid Tidak Teratur

Faktor Suami, Kontrasepsi,

Penyakit Kronis

1. Gangguan Pelepasan FSH, LH 2. Gangguan Fungsi Seksual

Hambatan pertemuan

ovum-sperma

Lemak berlebihan

- Meningkatnya produksi testosterone

- Rx. inflamasi

Neoplasma pd organ reproduksi,

ex. Kista/Ca ovarium, Miom

Estrogen meningkat

Feedback Negatif ke jalur hipotalamus hipofisis

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional dan menggunakan data primer.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Surakarta (Klinik Infertil “Indriya

Ratna” RSUD Moewardi), serta di beberapa tempat di masyarakat umum

seperti posyandu, puskesmas dan tempat-tempat dimana terdapat ibu-ibu

berusia subur.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi : Perempuan Menikah (Usia Subur)

2. Sampel :

Penentuan besar sampel pada analisis bivariat yang melibatkan

sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen, diambil

berdasarkan teori “rule of thumb” menggunakan ukuran sampel

sebesar minimal 30 subjek penelitian (Bhisma, 2010).

3. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi, yaitu: 1) perempuan menikah, 2) usia pernikahan >

1 tahun, 3) tidak menggunakan alat kontrasepsi dalam 1 tahun

terakhir, 4) Analisis sperma pasangan normal (normozoospermia)

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kriteria eksklusi, yaitu: 1) Akseptor KB, 2) tidak bersedia menjadi

sampel penelitian, 3) BMI Kurang (<18,5), 4) Penyakit Kronis yang

berhubungan dengan infertilitas, seperti DM, Neoplasma/Kanker,

Infeksi Genitalia, Keputihan Abnormal, Thyroid, TBC, dll.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan purposive sampling, yaitu peralihan subyek berdasarkan

ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi

(Taufiqurrohman, 2003). Dan selanjutnya pemilihan besar sampel dari

total populasi yang ada dilakukan dengan cara random sampling.

E. Rancangan Penelitian

Fertilitas

Populasi

Sampel: Perempuan Menikah (Usia Subur)

Pemeriksaan Antropometri

BMI > 23 (Lebih) BMI 18,5-22,9 (Normal)

Purposive sampling

Fertil

Infertil

Teratur Tidak Teratur

Fertil

Infertil

Teratur Tidak Teratur

Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur

Analisis Statistik Data

Siklus Haid

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : a. Body Mass Index (BMI)

b. Keteraturan Siklus Haid

2. Variabel terikat : Infertilitas

3. Variabel luar

a. Dapat dikendalikan : umur, pasangan (suami), akseptor KB,

riwayat operasi organ reproduksi.

b. Tidak dapat dikendalikan : faktor genetik, kondisi stress

psikososial, aktivitas sehari-hari, asupan nutrisi dan olahraga.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas :

a. Status Gizi yang diukur dengan Body Mass Index (BMI) atau

indeks massa tubuh (IMT), diukur melalui

rumus: 傘Ǵú̜ƅ傘̜聘̜m㚸聘̜评̜屏푈s邹ƅ:mss:傘̜聘̜m㚸聘̜评̜屏屏邹潜 (BNF, 2000).

Skala : Nominal

Kategori : 1. BMI Normal (18,5-22,9)

2. BMI Lebih/Overweight (> 23)

Cara Pengukuran : Pengukuran antropometri

b. Siklus Haid, dilihat dari panjang siklus haid yaitu jarak antara

tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya

(Normal berovulasi= 18-42 hari), serta lama siklus haid yaitu

lamanya masa haid dalam satu kali periode (3-8 hari/tetap).

Skala : Nominal

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Kategori : a. Tidak Teratur (p:<18 hari atau >42 hari, l: tidak

tetap)

b. Teratur (p: 18-42 hari, l: 3-8 hari tetap)

Cara Pengukuran: Wawancara terstruktur

2. Variabel terikat: Infertilitas, yaitu perempuan yang telah menikah

selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa

menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum pernah hamil.

Skala : Nominal

Kategori : 1. Infertil

2. Fertil

Cara Pengukuran: Wawancara terstruktur

3. Definisi Operasional Pertanyaan Wawancara Terstruktur

a. Usia Perempuan : untuk mengukur sebaran data dan

mengurangi bias infertil karena faktor

usia.

b. Suami Normozoospermia : untuk mengekslusi pasangan infertil

oleh karena suami, dan memastikan

bahwa infertilitas memang benar-

benar berasal dari istri.

c. Usia Pernikahan :Menurut penelitian, 75-85%

pasangan secara normal bisa hamil

dalam jangka waktu 12 bulan

(Kaannegiesser, 1988)

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

d. Riwayat Menstruasi

1) Panjang Siklus : jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu

dan mulainya haid berikutnya. Normalnya 28

+ 7 hari. Jika siklusnya <18 hari atau >42 hari

dan tidak teratur, biasanya siklusnya

anovulatoar (Prawirohardjo, 2007).

2) Lama Haid : lamanya menstruasi dalam satu periode. Pada

setiap perempuan biasanya lama haid itu tetap

(Prawirohardjo, 2007).

3) Volume Darah : Jumlah darah haid yang keluar, rata-rata 33,2

+ 16 cc. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc

dianggap patologik (Prawirohardjo, 2007).

Diukur dengan cara menanyakan jumlah

pembalut yang dipakai dalam 1 hari, dan

seberapa penuh darah mengisi ruang di

pembalut. Normalnya maksimal 5 pembalut

yang dipakai dalam 1 hari.

e. Disfungsi Seksual : untuk mengeksklusi pasangan infertil akibat

faktor lain, diluar status gizi.

f. Riwayat Penyakit Berat Dan Menahun

Diabetes Mellitus, Neoplasma/Kanker, Jantung, Ginjal, Asma,

Infeksi Genitalia, Keputihan Abnormal, Adanya Kontak Bleeding,

TBC, Thyroid

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

g. Riwayat Operasi Organ Reproduksi

h. Jumlah kehamilan/Anak Hidup

H. Alat dan bahan penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Timbangan, untuk mengukur berat badan

b. Meteran, untuk mengukur Tinggi Badan

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Daftar pertanyaan wawancara

b. Lembar persetujuan menjadi sampel

c. Hasil rekam medis diagnosis klinik tentang infertilitas

d. Alat tulis

I. Cara kerja

Pengumpulan data melalui pengukuran antropometri dan wawancara

terstruktur.

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan untuk menentukan BMI.

2. Wawancara terstruktur (daftar pertanyaan lengkap terlampir):

a. Identitas (Pasutri)

b. Riwayat Menstruasi

c. Riwayat Pernikahan

d. Riwayat Partus

e. Riwayat Penggunaan KB

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

f. Riwayat Penyakit Berat

g. Riwayat Operasi Organ Reproduksi

J. Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui frekuensi,

presentase dan rata-rata serta standar deviasi dari keseluruhan data yang

diteliti meliputi nilai umur, nilai BMI, keteraturan siklus haid dan

infertilitas.

b. Analisis Statistik

Untuk mengetahui hubungan BMI dengan siklus haid dan

infertilitas, peneliti menggunakan analisa data dengan bantuan

perangkat lunak Statistical Product dan Service Solution (SPSS) 16.0

for windows. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji

chi square untuk melihat beda antara perempuan fertil dan infertil, serta

membandingkan antara BMI normal dan lebih (overweight).

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perempuan menikah. Pada penelitian ini didapat

total sampel 57 orang.

Tabel 4.1 Karakteristik sampel (data kategorikal)

Variabel n (%)

BMI

> 23 (Lebih) 20 35.1 %

18,5-22,9 (Normal) 37 64.9 %

Total 57 100.00 %

Fertilitas

Fertil 30 52.6 %

Infertil 27 47.4 %

Total 57 100.00 %

Keteraturan Siklus Haid

Teratur 22 38.6%

Tidak Teratur 35 61.4%

Total 57 100.00%

Umur

< 30 tahun 39 68.4 %

>30 tahun 18 31.6 %

Total 57 100.00 %

Sumber : Data primer, 2011

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan perempuan dengan BMI tergolong lebih (>23)

berjumlah 20 orang (35.1 %) dan BMI normal (18,5-22,9) berjumlah 37 orang (64.9 %).

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Perempuan fertil berjumlah 30 orang (52.6 %) dan perempuan infertil berjumlah 27 orang

(47.4 %). Dari karakteristik keteraturan siklus haid, 22 orang (38.6 %) perempuan dengan

siklus haid teratur, dan 39 orang (61.4 %) dengan siklus haid yang tidak teratur. Sedangkan

dari penggolongan umur, perempuan yang berusia < 30 tahun berjumlah 39 orang (68.4 %)

dan yang berusia lebih dari 30 tahun berjumlah 18 orang (31.6 %).

Tabel 4.2 Karakteristik sampel (data Numerik)

Variabel n Mean SD Min Maks

Umur (th) 57 29.74 3.15 23 36

Data Pengukuran BMI 57 22.40 2.38 18.73 30.83

Sumber : Data primer, 2011

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan umur perempuan mempunyai rata-rata (mean)

29.74 tahun, dengan umur perempuan yang paling muda 23 tahun dan paling tua berumur 36

tahun. Sedangkan nilai BMI perempuan mempunyai rata-rata 22.40 dengan nilai paling

rendah 18.73 dan paling tinggi 30.83.

B. Hubungan Antar Variabel

Tabel 4.3 Hubungan antara Umur dan BMI

Umur BMI

X2 p Normal Lebih Total

<30 tahun 26 (66.67 %) 13 (33.33 %) 39 (100.0 %)

0.167 0.683 > 30 tahun 11 (61.11 %) 7 (38.89 %) 18 (100.0 %)

Total 37 (64.91 %) 20 (35.09 %) 57 (100.0 %)

Tabel 4.3 menyajikan perbandingan antara nilai BMI berdasarkan umur. Berdasarkan

umur menunjukkan perempuan berumur di bawah 30 tahun yang memiliki nilai BMI normal

(18-22.9) sebanyak 26 orang (66.67 %), lebih banyak daripada perempuan dengan BMI

tinggi (> 23) sebanyak 13 orang (33.33 %). Begitu pula berdasarkan umur, perempuan

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dengan usia > 30 tahun memiliki nilai BMI normal (18-22.9) sebanyak 11 orang (61.11 %),

lebih banyak daripada perempuan dengan BMI lebih (> 23) sebanyak 7 orang (38.89 %).

Tabel 4.4 Hubungan antara Umur dan Keteraturan Siklus Haid

Umur Keteraturan Siklus Haid

X2 p Tidak Teratur Teratur Total

< 30 tahun 25 (64.10 %) 14 (35.90 %) 39 (100.0 %)

0.380 0.538 > 30 tahun 10 (55.56 %) 8 (44.44 %) 18 (100.0 %)

Total 35 (61.40%) 22 (38.60%) 57 (100.0 %)

Tabel 4.4 menyajikan perbandingan keteraturan siklus haid berdasarkan umur.

Perempuan yang berusia < 30 tahun memiliki siklus haid yang tidak teratur sebanyak 25

orang (64.10 %), lebih banyak daripada perempuan dengan siklus haid yang teratur yaitu

sebanyak 14 orang (35.90 %). Demikian pula berdasarkan umur > 30 tahun, perempuan

dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 10 orang (55.56 %), lebih banyak daripada

perempuan dengan siklus haid teratur yaitu sebanyak 8 orang (44.44 %).

Tabel 4.5 Hubungan antara BMI dan Keteraturan Siklus Haid

BMI Keteraturan Siklus Haid

X2 p Tidak Teratur Teratur Total

Normal 23 (62.16 %) 14 (37.84 %) 37 (100.0 %)

0.026 0.873 Lebih 12 (60.00 %) 8 (40.00 %) 20 (100.0 %)

Total 35 (61.40 %) 22 (38.60 %) 57 (100.0 %)

Tabel 4.5 menyajikan perbandingan antara keteraturan siklus haid berdasarkan BMI.

Berdasarkan BMI yang tergolong normal perempuan yang memiliki siklus haid tidak teratur

sebanyak 23 orang (62.16 %), lebih banyak daripada perempuan dengan siklus haid teratur,

yaitu 14 orang (37.84 %). Begitu pula dengan nilai BMI lebih dari 23, perempuan yang

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

memiliki siklus haid tidak teratur sebanyak 12 orang (60.00 %), lebih banyak daripada

perempuan dengan siklus haid yang teratur, yaitu 8 orang (40.00 %).

Tabel 4.6 Hubungan antara Umur dan Fertilitas

Umur Fertilitas

X2 p Infertil Fertil Total

< 30 tahun 13 (33.33 %) 26 (66.67 %) 39 (100.0 %)

9.758 0.002 > 30 tahun 14 (77.78 %) 4 (22.22 %) 18 (100.0 %)

Total 27 (47.37%) 30 (52.63%) 57 (100.0 %)

Tabel 4.6 menyajikan perbandingan antara fertilitas perempuan berdasarkan umur.

Berdasarkan umur di bawah 30 tahun, ditunjukkan bahwa perempuan infertil sebanyak 13

orang (33.33 %), lebih sedikit daripada perempuan fertil yaitu sebanyak 26 orang (66.67 %).

Sebaliknya dengan umur lebih dari 30 tahun, perempuan infertil sebanyak 14 orang (77.78

%), lebih banyak daripada perempuan fertil yaitu sebanyak 4 orang (22.22 %).

Tabel 4.7 Hubungan antara Keteraturan Siklus Haid dan Fertilitas

Keteraturan

Siklus Haid

Fertilitas X2 p

Infertil Fertil Total

Tidak Teratur 19 (54.29 %) 16 (45.71 %) 35 (100.0 %)

1.740 0.182 Teratur 8 (36.36 %) 14 (63.64 %) 22 (100.0 %)

Total 27 (47.37 %) 30 (52.63 %) 57 (100.0 %)

Tabel 4.7 menyajikan perbandingan antara fertilitas perempuan berdasarkan keteraturan

siklus haid. Berdasarkan keteraturan siklus haid, perempuan dengan siklus haid tidak teratur

menunjukkan perempuan infertil sebanyak 19 orang (54.29 %), lebih banyak daripada

perempuan fertil yaitu sebanyak 16 orang (45.71 %). Sebaliknya perempuan dengan siklus

haid yang teratur menunjukkan perempuan infertil sebanyak 8 orang (36.36 %), lebih sedikit

daripada perempuan fertil yaitu sebanyak 14 orang (63.64 %).

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 4.8 Hubungan antara BMI dan Fertilitas

BMI Fertilitas

X2 p Infertil Fertil Total

Normal 15 (40.54 %) 22 (59.46 %) 37 (100.0 %)

1.972 0.160 Lebih 12 (60.00 %) 8 (40.00 %) 20 (100.0 %)

Total 27 (47.37%) 30 (53.63%) 57 (100.0 %)

Tabel 4.8 menyajikan perbandingan antara fertilitas perempuan berdasarkan nilai

BMI. Berdasarkan nilai BMI Normal, ditunjukkan bahwa perempuan infertil sebanyak 15

orang (40.54 %), lebih sedikit daripada perempuan fertil yaitu sebanyak 22 orang (59.46 %).

Sebaliknya dengan nilai BMI lebih, perempuan infertil sebanyak 12 orang (60.00 %), lebih

banyak daripada perempuan fertil yaitu sebanyak 8 orang (40.00 %).

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sampel dan Variabel Luar Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

September 2011 di Klinik Ingin Punya Anak Indriya Ratna RSUD Dr.

Moewardi Surakarta serta di masyarakat umum, beberapa posyandu serta

puskesmas di daerah Surakarta dan sekitarnya. Data yang didapatkan

dianalisis dengan menggunakan metode analisis Chi Square untuk

mengetahui adanya hubungan antar variabel.

Subjek penelitian berjumlah 67 orang, dengan rincian 29 sampel infertil

dan 38 sampel fertil. Namun karena sebaran data tidak normal akibat terdapat

banyak data outlier (data ekstrem), maka beberapa data ekstrem tersebut

dikeluarkan sehingga hanya 57 data sampel yang dianalisis, terdiri dari 27

sampel infertil dan 30 sampel fertil, sehingga mencapai distribusi normal,

dengan uji normalitas data Saphiro-Wilk = 0.149 (p > 0.05).

Subjek penelitian ini pada metode penelitian sebelumnya adalah

perempuan dengan batasan umur 20-30 tahun. Namun karena kendala teknis

dan waktu yang tidak memungkinkan, batasan kriteria umur tidak dapat

terlaksana. Sehingga subjek penelitian menjadi semua perempuan usia subur,

yaitu perempuan dengan keadaan dan fungsi organ reproduksinya masih

dapat berfungsi, antara umur 20-45 tahun (Sarlina, dkk, 2009). Selanjutnya

didapatkan subjek penelitian yang berusia 23-36 tahun.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Dari penelitian ini, didapatkan 39 orang subjek (68.4 %) berumur di

bawah 30 tahun dan 18 orang (31.6 %) berumur di atas 30 tahun. Perlu

penelitian dengan kriteria umur yang sepadan (matching) untuk dapat

menganalisis hasil ini tanpa menimbulkan bias yang besar.

Dari 57 subjek penelitian, terdapat 37 orang (64.9 %) memiliki BMI

Normal (18,5-22,9) dan 20 orang (35.1 %) dengan BMI lebih/overweight (>

23). Berdasarkan uji Chi Square yang dilakukan, tidak terdapat hubungan

yang signifikan (p = 0.683) antara umur dan nilai BMI perempuan. Hal ini

tidak sejalan dengan penelitian dari Galletta (2005) yang menyatakan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, yang dapat diukur

dengan BMI, yaitu faktor umur. Semakin bertambah usia seseorang, mereka

cenderung kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh.

Kadar metabolisme juga akan menurun menyebabkan kebutuhan kalori yang

diperlukan lebih rendah sehingga cenderung lebih mudah untuk mengalami

kegemukan (Supeni, 2007).

Selain faktor umur, banyak faktor lain yang mempengaruhi nilai BMI

sebagai gambaran status gizi seseorang. Galletta (2005) membagi faktor

risiko obesitas menjadi enam: faktor genetik, faktor emosional, faktor

lingkungan, faktor jenis kelamin, faktor usia, kehamilan. Dari berbagai faktor

tersebut, peneliti telah berusaha merestriksi subjek penelitian untuk

memperkecil bias penelitian. Namun, ada beberapa faktor yang sulit

dikendalikan seperti faktor genetik, faktor emosional, dan faktor lingkungan.

Hasil penelitian tentang BMI yang tidak sesuai dengan teori ini kemungkinan

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

disebabkan oleh faktor-faktor lain tersebut yang belum dikendalikan dengan

baik. Akan tetapi, berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa

perbedaan umur sampel tidak berpengaruh pada hasil, karena umur tidak

berpengaruh signifikan (p > 0,05) pada berat badan seseorang.

Berikutnya, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 27 orang

(47.37 %) perempuan infertil dan 30 orang (52.63 %) perempuan fertil.

Berdasarkan uji Chi Square yang dilakukan, terdapat hubungan yang sangat

signifikan (p = 0,002) antara umur dan fertilitas perempuan.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor

terpenting yang mempengaruhi fertilitas adalah umur (Sastrawinata, 2007).

Fertilitas cukup stabil hingga seorang perempuan mencapai usia 35 tahun.

Sesudah itu, terjadi penurunan fertilitas secara bertahap. Saat menginjak usia

40 tahun, fertilitas menurun drastis. Sejalan dengan bertambahnya usia,

derajat kesuburan seseorang justru sebaliknya cenderung turun disebabkan

faktor-faktor fisiologis tubuh yang menurun secara keseluruhan, termasuk

organ reproduksi. Ketika seorang wanita memasuki usia menopause, ovarium

mulai berhenti memproduksi sel telur hingga kemudian berhenti sama sekali.

Oleh karena faktor umur sangat berpengaruh pada fertilitas seseorang,

maka sangatlah penting untuk membuat batasan kriteria umur yang sepadan

(matching) untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan bias penelitian.

Hasil Penelitian pada tabel 4.4 menyajikan terdapat 35 orang (61.4 %)

perempuan dengan siklus haid tidak teratur, lebih banyak daripada perempuan

dengan siklus haid teratur yaitu sebanyak 22 orang (38.6 %). Berdasarkan uji

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Chi Square yang dilakukan, tidak terdapat hubungan yang signifikan (p =

0.538) antara umur dan keteraturan siklus haid pada perempuan.

Selanjutnya, hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan perbandingan

antara keteraturan siklus haid berdasarkan BMI. Berdasarkan BMI yang

tergolong normal perempuan yang memiliki siklus haid tidak teratur sebanyak

23 orang (62.16 %), lebih banyak daripada perempuan dengan siklus haid

teratur, yaitu 14 orang (37.84 %). Begitu pula dengan nilai BMI lebih dari 23,

perempuan yang memiliki siklus haid tidak teratur sebanyak 12 orang (60.00

%), lebih banyak daripada perempuan dengan siklus haid yang teratur, yaitu 8

orang (40.00 %). Berdasarkan uji Chi Square yang dilakukan, tidak terdapat

hubungan yang signifikan (p = 0.873) antara BMI dan keteraturan siklus haid

pada perempuan.

Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan peneliti, ada hubungan

antara BMI dan keteraturan siklus haid, diperkirakan karena nilai status gizi

yang diukur dengan nilai BMI ini erat kaitannya dengan kadar lemak di

dalam tubuh. Kadar lemak di dalam tubuh selanjutnya akan mempengaruhi

keteraturan siklus haid.

Lemak tubuh mengandung enzim aromatase, enzim yang dibutuhkan

untuk memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen, adalah hormon

penyimpan lemak. Estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat larut

dalam lemak termasuk steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari

kolesterol, sehingga dapat menembus membran sel dengan bebas (Murray, et

al, 2003).

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Hormon dikatakan seimbang bila pengeluaran hormon dari otak sesuai

dengan hormon dari indung telur yaitu estrogen dan progesteron. Bila hormon

indung telur rendah, hormon otak akan merangsang, dan sebaliknya bila

tinggi, maka hormon otak akan berhenti merangsang. Bila mekanisme ini

terjadi terus menerus, datang bulan jadi teratur (Simanjuntak, 2007; Ganong,

2002).

Melalui proses tersebut di atas, seseorang dengan kadar lemak

berlebihan akan menyebabkan peningkatan hormon estrogen seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen dalam tubuh ini

selanjutnya akan menyebabkan feedback negatif ke jalur hipotalamus

hipofisis di otak sehingga berhenti atau menurunkan pembentukan hormon

gonadotropin (Murray, et al, 2003; Ganong, 2002). Ketidakseimbangan

hormon estrogen ini tentu sangat berpengaruh pada keteraturan siklus haid

dan ovulasi seorang perempuan (Simanjuntak, 2007).

Selain karena status gizi yang diukur melalui BMI, terdapat banyak

faktor lain yang turut mempengaruhi keteraturan siklus haid, yaitu gangguan

organik pusat akibat tumor, radang ataupun destruksi; gangguan kejiwaan;

gangguan poros hipotalamus-hipofisis; gangguan gonad; gangguan glandula

suprarenalis; gangguan glandula tiroidea; gangguan pankreas; dan sebagainya

(Prawirohardjo, 2007). Hasil penelitian tentang keteraturan siklus haid yang

tidak sesuai dengan teori ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain

tersebut yang belum dikendalikan dengan baik. Akan tetapi, berdasarkan hasil

analisis ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan BMI sampel tidak

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

berpengaruh pada hasil, karena BMI tidak berpengaruh signifikan (p > 0,05)

pada keteraturan siklus haid pada perempuan.

Kemudian pada hasil penelitian ini, dari 57 subjek, terdapat 27 orang

(47.37 %) perempuan infertil dan 30 orang (52.63 %) perempuan fertil. Pada

hasil analisis uji chi square tidak terdapat hubungan yang signifikan (p=

0.182) antara keteraturan siklus haid dan fertilitas pada perempuan.

Hasil analisis yang tidak signifikan mungkin disebabkan karena terdapat

variabel luar lain yang tidak dikontrol dalam analisis data, seperti faktor stress

psikososial, lingkungan, makanan, olahraga dan lain-lain. Sebagian besar

sampel penelitian juga lupa tanggal hari pertama menstruasi terakhir mereka,

sehingga dianggap peneliti sebagai golongan dengan haid tidak teratur. Hal ini

tentunya akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian.

B. Hubungan nilai Body Mass Index dengan Infertilitas

Hasil analisis chi square mengenai hubungan antara nilai Body Mass

Index (BMI) dengan Fertilitas ditampilkan pada tabel 4.8. Dari tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa nilai BMI tidak berpengaruh signifikan pada

fertilitas (p= 0,160). Nilai p untuk hubungan antara nilai BMI dan infertilitas

adalah p = 0.160. Artinya, probabilitas untuk membuat kesimpulan yang

salah bahwa perempuan dengan nilai BMI Lebih berisiko lebih besar untuk

mengalami infertil dibandingkan dengan perempuan dengan nilai BMI

Normal adalah 16 dari 100 kali kesempatan. Jadi, probabilitas membuat

kesimpulan salah tersebut cukup besar (maksimal lima kali), dengan kata lain

hubungan antara BMI dan infertilitas ini secara statistik kurang bermakna.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa wanita

dengan kelebihan berat badan sering memiliki masalah fertilitas (Jensen,

1999; Bolumar, 2000; Rich-Edwards, 2002; Pasquali, 2006; Gesink, 2007).

Grodstein (1993) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara berat badan

dan ketidakteraturan menstruasi, serta usaha untuk menurunkan berat badan

pada wanita obes yang tidak mengalami ovulasi akan mengembalikan

fertilitasnya.

Dalam penelitiannya yang lain (1994), Grodstein menguji hubungan

antara body mass index dan infertilitas dengan melihat perbandingan BMI

antara 597 perempuan yang didiagnosis infertil karena gangguan ovulasi pada

7 klinik infertil di United States dan Canada dengan 1.695 kontrol primipara

yang baru melahirkan. Perempuan Obes (BMI > 27) yang memiliki hubungan

dengan risiko ovulasi infertil memiliki nilai 3.1 [95% confidence interval (CI)

= 2.2-4.4], dibandingkan dengan perempuan dengan berat badan yang lebih

rendah (BMI 20-24.9). Ditemukan efek yang kecil pada perempuan dengan

BMI 25-26.9 atau di bawah 17 [relative risk (RR) = 1.2, 95% CI = 0.8-1.9;

dan RR = 1.6, 95% CI = 0.7-3.9, berturut-turut). Sehingga disimpulkan

bahwa risiko infertil akibat gangguan ovulasi terbesar adalah pada wanita

obes, dan sedikit meningkat pada wanita overweight sedang dan underweight

(Grodstein, 1994). Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena

jumlah sampel yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan penelitian di

atas, terutama sampel infertil yang tidak memenuhi kriteria minimal sampel.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Sampai saat ini memang belum ada studi yang menjelaskan mekanisme

hubungan antara status gizi dan infertilitas secara jelas. Namun, berdasarkan

teori yang dikumpulkan melalui metode studi pustaka yang dilakukan

peneliti, hubungan antara keduanya diperkirakan karena nilai status gizi yang

diukur dengan nilai BMI ini erat kaitannya dengan kadar lemak di dalam

tubuh. Kadar lemak di dalam tubuh selanjutnya akan menjelaskan

mekanismenya dalam mempengaruhi keteraturan siklus haid.

Lemak tubuh mengandung enzim aromatase, enzim yang dibutuhkan

untuk memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen, adalah hormon

penyimpan lemak. Estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat larut

dalam lemak termasuk steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari

kolesterol, sehingga dapat menembus membran sel dengan bebas (Murray, et

al, 2003)

Hormon dikatakan seimbang bila pengeluaran hormon dari otak sesuai

dengan hormon dari indung telur yaitu estrogen dan progesteron. Bila hormon

indung telur rendah, hormon otak akan merangsang, dan sebaliknya bila

tinggi, maka hormon otak akan berhenti merangsang. Bila mekanisme ini

terjadi terus menerus, datang bulan jadi teratur (Simanjuntak, 2007; Ganong,

2002)

Melalui proses tersebut di atas, seseorang dengan kadar lemak

berlebihan akan menyebabkan peningkatan hormon estrogen seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen dalam tubuh ini

selanjutnya akan menyebabkan feedback negatif ke jalur hipotalamus

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

hipofisis di otak sehingga berhenti atau menurunkan pembentukan hormon

gonadotropin (Murray, et al, 2003; Ganong, 2002). Ketidakseimbangan

hormon estrogen ini tentu sangat berpengaruh pada keteraturan siklus haid

dan ovulasi seorang perempuan, sehingga sangat berpengaruh pula pada

kesuburannya (Simanjuntak, 2007).

Banyaknya lemak akan meningkatkan produksi hormon laki-laki

(testosteron) yang menghambat pertumbuhan sel telur di indung telur

sehingga hormon wanita yang diproduksi pun terganggu. Siklus datang bulan

jadi tak teratur. Penurunan berat badan sebesar 5% disertai olah raga dapat

membuat siklus datang bulan menjadi normal (Hestiantoro, 2009).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu pada desain

penelitian yang bersifat cross sectional, jumlah sampel, metode penelitian dan

adanya variabel luar lain yang tidak diteliti. Penggunaan desain cross sectional

dipengaruhi oleh keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian. Desain

cross sectional kurang dapat menganalisis hubungan sebab akibat yang kuat

antara paparan dengan penyakit/masalah kesehatan karena penilaian hubungan

dilakukan satu waktu, sementara validitas penilaian hubungan kausal pada

dasarnya memerlukan arah waktu yang jelas (paparan mendahului penyakit).

Penilaian hubungan kausal ini paling baik dilakukan dengan desain kohort.

Metode atau cara pengambilan sampel dapat menjadi kekurangan

dalam penelitian ini. Pada sampel infertil, BMI didapatkan dengan cara

mengukur langsung semua pasien infertil di klinik tanpa membatasi umur,

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

dikarenakan kendala waktu dan jumlah sampel yang sangat terbatas.

Sedangkan pada sampel fertil, didapatkan di beberapa tempat yang berbeda-

beda, seperti puskesmas, posyandu, dan lain-lain, serta dilakukan pembatasan

kriteria umur pada awalnya sesuai metode penelitian sebelumnya.

Selain itu, jumlah sampel yang sangat terbatas juga mempengaruhi

hasil simpulan. Dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar

diharapkan hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan.

Sebagian besar sampel penelitian tidak mengingat tanggal hari pertama

menstruasi terakhir mereka, sehingga peneliti menganggapnya sebagai

golongan dengan haid tidak teratur. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh

pada hasil penelitian (bias of recall).

Pada penelitian juga terdapat variabel luar lain yang tidak dikontrol

dalam analisis data, seperti faktor umur, genetik, lingkungan, stress

psikososial, lifestyle dan lain-lain. Banyaknya faktor yang mempengaruhi

infertilitas, siklus haid, dan status gizi yang digambarkan melalui nilai BMI

menjadi kendala pada penelitian ini.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubunga… · hidupku atas skenario indah-Nya, ... Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa uji chi

square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0,160) antara nilai

body mass index (BMI) dengan risiko kejadian infertilitas pada perempuan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran penulis adalah sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pembatasan kriteria (matching)

faktor luar yang berpengaruh terhadap infertilitas seperti faktor umur, termasuk

juga dilakukannya analisis terhadap variabel-variabel perancu lainnya selain

yang disebutkan di atas, dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan

semakin memperkecil bias.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar

serta lokasi cakupan penelian yang lebih luas agar hasil penelitian lebih dapat

digeneralisasikan.

3. Pada perempuan dapat diupayakan pencegahan kejadian infertilitas dengan tetap

menjaga berat badan normal.