Download doc - DIKTAT ETIKA

Transcript
Page 1: DIKTAT ETIKA

`BAB.I

PENGENALAN FISIOTERAPI

A. PENGERTIAN FISIOTERAPI

Fisioterapi secara etimologi terbagi atas dua unsur, yaitu : Fisio yang

berarti alam dan terapi yang berarti pengobatan. Menurut WCPT Fisioterapi

adalah suatu ilmu atau kiat untuk melakukan suatu pengobatan dengan

memanfatkan khasiat alam seperti cahaya, air, listrik, latihan-latihan dan

manual.

Menurut Joic I William Fisioterapi adalah suatu proses yang secara

sistemik untuk mengatasi gangguan fungsi muskuloskeletal dan

psikosomatos. Jadi pengertian Fisioterapi secara umum adalah suatu upaya

umum pelayanan kesehatan profesional yang bertanggung jawab atas

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang dilaksanakan dengan

tindakan terarah yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan

menggunakan pendekatan ilmiah yang dilandasi oleh etika profesi.

Kapasitas fisik adalah potensi yang dimiliki oleh individu baik yang tersedia

maupun yang potensial dipengaruhi oleh sistem dan subsistemnya yang

komponennya dimulai dari sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang ada di

dalam tubuh Kemampuan fungsional adalah kemampuan individu untuk

menggunakan kapasitas fisik yang dimilikinya dalam memenuhi kewajiban

hidupnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Imam Waluyo Fisioterapi adalah upaya pelayanan kesehatan

profesional yang bertanggung jawab atas kesehatan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsional yang dilaksanakan terarah dan berorientasi pada

masalah serta menggunakan pendekatan pendekatan ilmiah dan dilandasi

etika profesi.

Menurut Goddenson Fisioterapi memainkan peranan penting dalam

rehabilitasi untuk cacat tubuh dan tanggung jawab pada kapsitas fisik dan

1

Page 2: DIKTAT ETIKA

keterbatasan serta perencanaan program penanganan yang meringankan

sakit memperbaiki atau memperkecil keburukan, menambah kekuatan dan

gerakan pada umumnya memperbaiki kesehatan , fisioterapis memberi

motifasi dan instruksi pada pasien, keluarga dan masyarakat yang mungkin

telah membantu mempengaruhi dalam perilakunya dan program

rehabilitasinya.

Menurut Ensikopedia Fisioterapi memuat evaluasi dan cara pengobatan

pada kelemahan pasien dan penyakit, kecelakaan dan stress. Menggunakan

latihan-latihan dan ukuran-ukuran fisik lainnya untuk mengurangi rasa sakit

dan kesadaran mudah bergerak yang tidak teratur. Melakukan evaluasi

dengan fisioterapi termasuk termasuk tes dengan menggunakan gerakan

sendi tingkat kekuatan otot, kelemahan dan kurannya koordinasi, kapasitas

pernapasan, kelancaran pertukaran, sensor dan sistem pernapasan dan

kemampuan pasien untuk melakukan kemampuan dasar dari evaluasi tiap

hari dalam menyediakan informasi pada akibat-akibat pengobatan, tes-tes

dengan menggunakan gerakan tangan atau dengan alat listrik dan cara lain.

Menurut J.Hislop yang diikuti Heidy Paetrero Fisioterapi didefinisikan

sebagai sebuah profesi kesehatan yang membedakan ilmu klinik yaitu

patokinesiologi adalah suatu pemakaian dari anatomi dan fisiologi untuk

gerakan manusia yang tidak normal.

Kongres IKAFI oleh Gerry L. Smidt Fisioterapi meliputi suatu kecakapan

khusus dan termasuk mengembangkan prinsif dan menginginkan kesehatan

secara profesional.

Fisioterapi menurut WCPT (Word Confederation For Phisical Therapy)

1995 dan 1999 Fisioterapi adalah tenaga kesehatan profesional yang

bekerja untuk manusia segala umur yang bertujuan untuk memelihara,

meningkatkan kesehatan, mengembalikan fungsi dan ketergantungan bila

individu mendapatkan kekurangan gangguan kemampuan atau masalah

yang disebabkan kerusakan fisik, psihis dan lain sebagainya. Ilmu yang

dipelajari adalah Fisika, kemanusian dan ilmu kesehatan serta penggunaan

2

Page 3: DIKTAT ETIKA

sumber fisis untuk menyembuhkan seperti latihan, tehnik manipulasi, dingin,

panas serta modalitas eletroterapeutik. Fisioterapi adalah profesi yang

mempunyai otonomi sendiri serta mandiri yang melaksanakan praktek

secara terbuka dan mempunyai hubungan sejajar dengan profesi medis dan

tenaga kesehatan profesional lainnya. Fisioterapi memberikan pelayanan

pada sektor privat atau umum di rumah sakit, pusat rehabilitasi, puskesmas,

klinik, sekolah dan tempat kerja.

Fisioterapi menurut WCPT 1995 dan 1999 dapat diuraikan dan

dijabarkan sebagai berikut :

1. Fisioterapi profesi yang mandiri

2. Sejajar dengan profesi kesehatan lainnya

3. Lingkup pelayanannya dari individu sampai masyarakat menyangkut

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pelayanan Fisioterapi ditujukan kepada perorangan dan masyarakat

dimana lingkup pelayanan fisioterapi adalah mengembangkan, memelihara,

dan memulihkan serta yang menjadi bidang garapan Fisioterapi adalah

maksimalisasi gerak dan kemampuan fungsional sedangkan sehat yang

dimaksud fisioterapi adalah keadaan gerak penuh dan fungsional.

Fisioterapi tersangku pada urusan mengenali dan memaksimalkan

masalah potensi gerak yang berhubungan dengan lingkup promosi,

preventif, penyembuhan dan pemulihan, Fisioterapi ikut dalam interaksi

antara fisioterapis, pasien atau klien, pamili dan pemberi pelayanan

kesehatan dalam proses pemeriksaan potensi gerak dalam upaya

menegakkan tujuan yang disepakati dengan menggunakan pengetahuan

dan keterampilan fisioterapi yang unik.

Fisioterapis secara khusus memandang tubuh dan kebutuhan potensi

gerak merupakan pusat penentuan diagnosis dan strategi intervensi dan

konsisten dalam bentuk apapun dimana praktek fisioterapi dilakukan.

3

Page 4: DIKTAT ETIKA

Bentuk pelayanan fisioterapi akan sangat bervariasi dalam hubungannya

dengan dimana fisioterapis bekerja maupun berkenaan dengan promosi,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang dilakukan oleh (provide By)

atau dibawah pengarahan (Under the direction), dan supervisi oleh

fisioterapis termasuk pemeriksaan, diagnosa, perencanaan, intervensi dan

evaluasi.

Fisioterapi menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1363

pasal 12 dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Fisioterapis dalam melaksanakan praktek berwewenang untuk

melakukan :

a. Asesment Fisioterapi

Assesment termasuk pemeriksaan pada perorangan atau

kelompok, nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan,

keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lainnya

dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history Taking),

skrening, tes khusus pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan

melalui analisis dan sintesa dalam sebuah proses pertimbangan

klinis.

b. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan

menyatakan hasil dari proses pertimbangan/ pemikiran klinis, dapat

berupa pernyatan keadaan disfungsi gerak, dapat meliputi/mencakup

kategori kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan/ketidakmampuan

dan sindrom.

c. Intervensi fisioterapi

Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi

dan biasanya menuntun kepada pengembangan rencana intervensi,

termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui

4

Page 5: DIKTAT ETIKA

pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya. Dapat menjadi

pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila

dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.

Intervensi di implementasikan dan dimodifikasilkan untuk

mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termasuk penanganan

secara manual, peningkatan gerakan, peralatan fisis, peralatan

elektroterapeutik dan peralatan mekanis : pelatihan fungsional,

penentuan bantuan dan peralatan bantu, instruksi dan konseling,

dokumentasi dan koordinasi, komunikasi dan intervensi dapat juga

ditujukan pada pencegahan ketidaknormalan (kelemahan),

keterbatasan fungsi, ketidakmampuan dan cidera, termasuk juga

peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, kualitas hidup, kebugaran

segala umur dan segala lapisan masyarakat.

d. Evaluasi/re-evaluasi/re-assesment

Dilakukan setiap penerapan proses fisioterapi agar dapat

memaksimalkan tujuan yang akan dicapai.

2. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan

(fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN FISIOTERAPI

1. SEJARAH FISIOTERAPI MAKASSAR

Akademi Fisioterapi Ujungpandang berdiri pada tanggal 20 Agustus

1984 oleh Departemen Kesehatan RI dalam hal ini Kanwil Departemen

Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan oleh kepala Kanwil Dr. Nur Arifin

Naim dengan penanggung jawab Drs. Elim Salim, Kepala Tata Usaha

Drs. M. Syukur Ibrahim, Unit pendidikan dan pengabdian Djohan Aras

5

Page 6: DIKTAT ETIKA

SMPh, Unit pengabdian masyarakat dan kemahasiswaan Mustari Gani,

SMPh dengan staf administrasi Amiruddin Yahya, Ester Lino, St. Sapiah,

Marlina dan Tajuddin.

Lahir dengan segala kesederhanaan dalam penantian

pelembagaannya, awal yang benar-benar penuh cobaan untuk Akademi

Kesehatan kedua milik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang

lebih dikenal dengan nama Akademi Fisioterapi Depkes Makassar yang

pada saat itu untuk sementara waktu Akademi Fisioterapi Makassar

bertempat di gedung Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) jalan

adyaksa Makassar, sebuah rumah bersalin yang direnovasi untuk

dijadikan ruang kuliah, Akfis Makassar terus memperbaiki diri dan

berjuang untuk memenuhi semua sarana dan prasarana perkuliahannya

samapi akhir selesai juga pembangunan kampus baru di jalan

Paccerakkang No. 79 KM. 14 Daya Kel. Paccerakkang Kec. Biringkanaya

Kota Makassar.

Pergantian direkktur dan perubahan kelembagaan terus berlangsung

setelah Drs. Elim Salim pada tahun 1990 Dr. Adnan Mahmud kemudian

tahun 1992 Dr. Agil Allattas dan tahu 1996 Dr.Hj. Rostiaty Natsir, MSPh

sampai berubah menjadi Poltekkes Makassar tahun 2002 menjadi

Jurusan Fisioterapi Politiknik Kesehatan Makassar yang dulunya mulai

dari Akademi Fisioterapi kemudian tahun 1990 berubah menjadi

Pendidikan Ahli Madya Fisioterapi (PAMFIS) kemudian tahun 1995

berubah kembali menjadi Akademi Fisioterapi sampai tahun 2002

menjadi jurusan Fisioterapi Poltekkes Makassar.

2. SEJARAH FISIOTERAPI NASIONAL

Rehabilitasi Centrum (RC) pertama kali didirikan oleh Prof. DR.

Soeharso di Solo yang dilatar belakangi oleh banyaknya para

penyandang cacat akibat peran Dunia ke II yang tidak mendapat

perlakuan yang semestinya sebagai bagian dari mahluk ciptaan Tuhan ,

6

Page 7: DIKTAT ETIKA

Pelayanan yang diberikan pada saat itu berupa Limb Fitting dan

Vocational Training.

Pada tahun 1954 dibukalah sebuah klinik Orthopedi untuk mengatasi

peningkatan kebutuhan akan pelayanan medis terhadap kecacatan fisik

yang dialami, Pada tahun 1956 dibukalah kursus masage dan exercise

selama 6 bulan yang diikuti oleh utusan dari Rumah Sakit dan Orang

yang telah berpengalaman dalam bidan Keperawatan selama 2 tahun

dan memiliki ijazah SMP. Pada tahun 1970 di Solo di dirikan Akademi

Fisioterapi Murni Non. Keperawatan dan pada tahun 1984 Akfis

Ujungpandang didirikan.

Harus diakui bahwa Fisioterapi Indonesia pada saat ini masih belum

benar-benar pantas menjadi Fisioterapi sejati, selain kewenangan yang

pada saat ini masih belum jelas juga persaratan pendidikannya. Secara

Formal pelayanan Fisioterapi di Indonesia pada saat ini masih terpusat

pada upaya penunjnag medis, Frakmentasi pelayanan masih dalam

sebatas konsep atau idealisme. Pada saat ini proses Fisioterapi banyak

yang tidak dijalankan sehingga fisioterapi hanya melaksanakan bagian

kecil dari proses, tidak melaksanakan proses Fisioterapi (Pemeriksaan,

Diagnosa, Rencana, pelaksanaan dan evaluasi) maka sebenarnya

pendidikan D3 pun masih terlalu tinggi untuk melaksanakan hal tersebut,

jikalau di luar Negeri penderita secara legal mulai boleh langsung ke

klinik – klinik Fisioterapi dengan bebas tanpa resep dokter maka di

Indonesia penderita yang sudah datang dari dokterpun masih harus

melalui dokter rehabilitasi terlebih dahulu.

3. SEJARAH FISIOTERAPI DUNIA

Penggambaran arti istilah Fisioterapi diseluruh dunia sangat beraneka

ragam, masing-masing negara mencoba menggali jati diri profesi

Fisioterapi menurut pemahaman masing-masing, sementara defenisi

7

Page 8: DIKTAT ETIKA

fisioterapi konvensional yang masih menganggap ilmu dan seni

pengobatan dengan memakai sumber fisis sudah tidak relevan lagi.

Istilah Fisioterapi merupakan istilah asing yang telah di Indonesiakan

bukan diterjemahkan aslinya dari kata Physiotheray atau beberapa

negara menyebutnya Physical Therapy (negara-negara Amerika),

Fisioterapi (Indonesia), Physiotherapy (negara Eropa), Fysiotherapie

(Belanda) adalah istilah-istilah yang pada hakekatnya sama mempunyai

nilai-nilai, konsep, paradigma yang bersifat universal.

Untuk menjaga kesamaan tersebut, Indonesia tidak menterjemahkan

istilah tersebut menjadi terapi fisik, bahkan di Malaysia yang tadinya

disebut “Juru Pulih Anggota” telah kembali kepada istilah Physiotherapy,

demikian pula orang yang telah berhak menjalankan pekerjaan

Fisioterapi disebut Fisioterapis-Physiotherapist- Phisical Therapist-

Fysiotherapuet.

Profesi Fisioterapi telah berkembang demikian pesat di dunia, bahkan

Fisioterapi merupakan salah satu dari 10 besar profesi yang berkembang

di Amerika dalam dekade ini , setelah para pakar Fisioterapi dunia

menggali jati diri Fisioterapi, penggalian jati diri ini menjadi konsep

Fisioterapi baik apa itu Fisioterapi, apa Fisioterapis, bagaimana pola

pelayanannya, pola pendidikan serta bagaimana otonomi Fisioterapi

sebagai suatu profesi.

Karena perkembangan yang begitu cepat tersebut baik dalam

perkembangan pelayanan maupun dalam keilmuannya serta

perkembangan tuntutan masyarakat, ekonomi dan efisiensi dan lain

sebagainya, setiap mencoba mencari jadi diri yang tepat memungkinkan

untuk berkembang sesuai dengan kaidah-kaidah jati diri profesi fisioterapi

. Indonesia dalam kongres Nasional Ikatan Fisioterapi Indonesia VI di

Solo tahun 1992 menyepakati suatu paradigma baru Fisioterapi yang

dibangun dari falsafah-falsafah yang diyakini kebenaranya.

8

Page 9: DIKTAT ETIKA

Beberapa pakar dunia mencoba membuat defenisi profesi fisioterapi

yang pendekatan sistematis baik menurut teori kajian falsafat ilmu

maupun melihat dari perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat

masing-masing negara. Keanekaragaman penggambaran fisioterapi ini

merupakan issue yang mengemuka dalam kongres/ general assembly

WCPT XII tahun 1991 di london yang kemudian membuat kelompok kerja

untuk menyusun Draft Description Of Phisical Therapy.

Demikian pula negara-negara lain, masing-masing mencoba

merumuskan defenisi Fisioterapi yang akhirnya sidang kongres

Fisioterapi se dunia (Word Confederation For Phisical Therapy) XII di

Washinton D.C Juni 1995 memutuskan jati diri Fisioterapi yang berlaku di

seluruh Dunia. Bahkan keputusan-keputusan tersebut disertai suatu

deklarasi yang berisikan prinsip-prinsip fisioterapi serta pernyataan posisi

(Declaration of Principle and Position Statement yang memungkinkan

Fisioterapi berkembang secara cepat di seluruh Dunia.

Pada sidang WCPT di Yokohama (may 1999) diadakan perubahan

tentang penggambaran Fisioterapi dimana penggambarannya bukan saja

dibuat sekedar defenisi akan tetapi lebih menjurus kepada kajian filsafat

sehingga nampak lebih jelas. Sejarah perkembangan ini dapat dirinci

sebagai berikut :

a. Prinsif Fisioterapi (rubbing) telah menjadi bagian penyembuhan sejak

sejarah dituliskan.

b. 3000 SM dipakai di Cina, Romawi Kono dll

c. 460 SM Hipocrates menyarankan pula

d. 1812 Peter Hendri ling – ilmiah pertama basis masage penyembuhan

e. Kadang disertai dengan menggerakkan anggota dengan gerakan

khusus

f. Homer memanfaatkan air

g. Teori atom oleh John dalton dan Listrik Thomas Alpha Edition akhir

abad 18

9

Page 10: DIKTAT ETIKA

h. Pengunaan teknologi modern merubah teknik modalitas Fisioterapi

i. Fisioterapi masuk dalam jajaran penyembuhan formal

j. Ilmu dan Seni penyembuhan dengan menggunakan “Phisical Agent”

k. Physio ► Physiologis

l. Phisical ► If it is your physic

m. Masing-masing Negara mencari “Core”

n. Mencari bentuk paradigma Fisioterapi

o. 1991 WCPT membentuk Komite

p. 1995 WCPT Mendecrasikan Fisioterapi

q. 1999 WCPT Revisi

4. VISI DAN MISI FISIOTERAPI INDONESIA

Dengan melihat kondisi Indonesia pada saat ini dan kearah mana

dengan cara bagaimana Fisioterapis akan dapat menjadi Fisioterapis

sejati di Millenium ke III, maka Fisioterapis Indonesia harus mempunyai

pandangan ke depan tentang gambaran Fisioterapi (VISI) serta apa yang

menjadi tugas pokok yang mesti dilakukan agar pandangan ke depan

tersebut dapat dicapi dengan benar (MISI).

VISI : Fisioterapi Indonesia harus mampu memberikan pelayanan

fisioterapi dengan kualitas global.

MISI : Membawa Fisioterapi Indonesia menjadi fisioterapi sejati sejajar

fisioterapi global universal.

a. Fisioterapi Sejati

Dalam era globalisasi fisioterapi dunia akan mempunyai

paradigma yang sama, apa yang disebut fisioterapi baik dipandang

dalam bentuk pelayanannya, kompetensinya, kewenangannya,

maupun persyaratan pendidikannya untuk menjadi fisioterapis akan

menjadi sama dan standar pula. Oleh sebab itu fisioterapi sejati

10

Page 11: DIKTAT ETIKA

berdasarkan kedua hasil kongres WCPT (1995/1999) dapat

digambarkan paling tidak sebagai berikut :

1) Profesi kesehatan yang menangani gangguan gerak dan fungsi

manusia perorangan dan masyarakat.

2) Upaya yang dilakukan dapat berupa upaya peningkatan,

pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.

3) Bersifat profesional dan mandiri, bekerja secara terbuka dan

sejajar dengan tenaga kesehatan lainny, mempunyai otonomi

dan kemerdekaan sendiri yang mempunyai tanggung gugat dan

tanggung jawab.

4) Fisioterapi adalah proses pemecahan masalah sehingga dikenal

alur dari pemeriksaan ► Diagnosa Fisioterapi ► Perencanan

Terapi ► Pelaksanan terapi dan ► Reevaluasi

b. Tujuan Strategi

Fisioterapi sejati adalah fisioterapi yang benar-benar fisioterapi

yang mempunyai arti, nilai serta paradigma yang sama dengan arti

fisioterapi yang sebenarnya yang berlaku secara universal – global,

merupakan keharusan menjadi plat-form fisioterapi Indonesia.

Oleh sebab itu peningkatan kemampuan profesionalisme

fisioterapi dalam arti profesi yang mandiri merupakan kunci

keberhasilan yang mempunyai nilai strategis dalam upaya pencapaian

Visi dan Misi maka tujuan strategis dapat dirumuskan :

“ Meningkatkan profesionalisma fisioterapi Indonesia melalui

peningkatan pendidikan Formal minimal 4 tahun pada tingkat sarjana

dan pendidikan yang berkelanjutan sehingga mampu melaksanakan

profesi fisioterapi dengan sebaik-baiknya agar dapat meningkatkan

pelayanan di masyarakat”.

11

Page 12: DIKTAT ETIKA

c. Analisis SWOT

1. Strength (Kekuatan)

a) Kemampuan untuk maju

Keinginan untuk maju sebagian besar Fisioterapis Indonesia

merupakan kekuatan dalam mengembangkan Fisioterapi

Indonesia dimasa yang akan datang.

b) Tuntutan pasar lokal-global

Tuntutan akan kualitas pelayanan fisioterapi di Indonesia yang

merupakan pasar lokal, merupakan kekuatan yang mendorong

baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan

Fisioterapi Indonesia. Sehingga peningkatan pendidikan

merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi Fisioterapis

Indonesia. Tuntutan pasar globalpun juga sangat tinggi , hal ini

dibuktikan banyak dicarinya Fisioterapi Asia yang ditawari

pekerjaan di Amerika, Kanada dan Negara Eropa lainnya.

2. Weakness (Kelemahan)

Pada saat ini baru ada tiga pendidikan sarjana Fisioterapi yang

ada di Indonesia satu diploma IV dan dua pendidikan S1, Selain

itu juga kekurangan staf pengajar yang memenuhi syarat sehingga

dapat memberikan pelajaran dengan benar dan baik.

Belum adanya standar kompetensi Fisioterapi yang diakui

secara nasional sehingga masih beraneka ragam jenis kompetensi

yang ada.

3. Opportunities (Kesempatan)

a) Reformasi merupakan segalanya, diakhir pemerintahan orde

baru muncul fatwa konsorsum ilmu kesehatan yang

menyatakan bahwa fisioterapi bukan profesi, apalagi mengakui

sebagai profesi yang mandiri, tiba-tiba punah dan

12

Page 13: DIKTAT ETIKA

dikeluarkannya win-win solution yaitu dengan memberikan

gelar sarjana sain terapan bagi lulusan D4 Fisioterapi, dan juga

lulusannya dapat melanjutkan kejenjang pasca sarjana

sehingga kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya.

b) Masih ada upaya membesarkan fisioterapi dalam kandang

rehabilitasi sehingga walaupun pendidikan sudah sarjana

namun ada upaya tetap dalam kandang tersebut.

4. Treath (Ancaman)

a) Ada dua hal yang utama yang akan menjadi kendala bila

Fisioterapi Indonesia tidak cepat mengembangkan pendidikan

sarjana Fisioterapi, Fisioterapi akan dikembangkan profesi lain

dan tidak sesuai dengan plat-form WCPT.

b) Untuk dapat melakukan proses fisioterapi diploma tiga saja

tidak cukup.

13

Page 14: DIKTAT ETIKA

BAB. II

FALSAFAH DAN KERANGKA KONSEP FISIOTERAPI

A. FALSAFAH

Fasafah Fisioterapi adalah sesuatu yang diyakini oleh Fisioterapis yang

bersifat hakiki tentang kefisioterapiannya. Beberapa asumsi dasar yang

diyakini dan digunakan dalam mengembangkan profesi Fisioterapi

berdasarkan pancasila yang memiliki sistem nilai dan keyakinan, adapun

yang telah disepakati tentang hal tersebut sebagai berikut :

1. Manusia

Manusia sebagai mahluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan spiritual

adalah unik merupakan satu kesatuan yang utuh jasmani dan rohanianya

dan spiritual adalah unik, merupakan satu kesatuan yang utuh jasmani

dan rohanianya dan tidak ada dua individu yang sama dan serupa, selain

itu manusia juga mempunyai pranata tertentu baik dalam proses berpikir

dan hasil karyanya dalam bentuk sistem-sistem tata kehidupannya serta

termasuk pula kepercayaannya , manusia juga dikatakan sebagai sistem

terbuka yang mempunyai interaksi dengan lingkungannya sebagaimana

dengan adanya pertukaran energi :

a. Dapat melakukan adaptasi dengan lingkungannya

b. Saling mempengaruhi secara dinamis dengan lingkungannya

c. Berusaha mencapai keseimbangan dengan lingkungannya

Mempunyai kebutuhan-kebutuhan, yang dalam upaya

pemenuhannya mempergunakan pola-pola yang unik yang akan

mempengaruhi prioritas kebutuhannya, lingkungan rumah, lingkungan

kerja, termasuk masyarakat menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang

berkaitan dengan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional fisiknya.

Mempunyai fungsi-fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab

atas tingkah laku intelektual dan sosialnya dan mampu mengarahkan

dirinya ketujuan positif, mampu menetapkan nasibnya sesuai dengan

14

Page 15: DIKTAT ETIKA

posisi, peran serta tanggungjawabnya. Posisi, peran dan

tanggungjawabnya merupakan satu kesatuan dalam kaitannya dengan

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional fisiknya. Manusia dalam

kehidupannya saling berinteraksi dengan sesamanya membentuk

keluarga kelompok dan masyarakat.

2. Kapasitas fisik/kemampuan fungsional

Kapasitas fisik dan kemampuan fungsional merupakan suatu

kebutuhan bagi individu agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya

sebagai manusia .

a. Kapasitas Fisik adalah kondisi fisik yang dimiliki baik yang tersedia

maupun secara potensial. Dipengaruhi oleh sistem dan sub

sistemnya, yang komponennye terdiri dari urutan berjenjang dimulai

dari sel, jaringan, organ dan sistem organ yang ada di dalam tubuh

manusia.

b. Kemampuan fungsional adalah kemampuan individu untuk

menggunakan kapasitas fisik yang dimilikinya untuk memenuhi

kewajiban hidupnya yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Penampilan kemampuan fungsionalnya merupakan suatu hal yang

diperlukan agar dapat mempertahankan hidupnya. Kemampuan

fungsional merupakan komponen-komponen yang berfungsi dengan baik.

Komponen-komponen yaitu : motorik, sensorik yang terpadu, fungsi

kognitif, psikologik (interpersonal) dan fungsi sosial (interpersonal).

Kemampuan fungsi fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

dapat berupa :

a. Kegiatan memelihara hidup

b. Rekreasi/ leisure dan

c. Persiapan kerja/ kerja agar produktif

15

Page 16: DIKTAT ETIKA

Dalam mempertahankan kesehatan dan kenyamanan hidup diperlukan

keseimbangan antara faktor yang mempengaruhi dan mendukung

kapasitas fisik serta kemampuan fungsional fisiknya, yang melibatkan

posisi, peran dan tangunggung jawab/kewajiban sesuai dengan

perubahan-perubahan/ perkembangan sepanjang hidupnya.

3. Sehat dan Sakit

Sehat pada dasarnya adalah keadaan dimana bukan saja bebas

dari sakit/ penyakit, cacat atau kelemahan, tetapi suatu keadaan secara

fisik, mental dan sosial.

a. Sehat bukan merupakan keadaan, tetapi merupakan keadaan yang

dinamis dan dapat ditingkatkan secara optimal sehingga manusia

dapat melaksanakan kewajiban hidup yang dibutuhkan secara

optimum. Keadaan sehat yang dinamis ini dapat berubah karena

keadaan tersebut dipengaruhi oleh umur, keturunan, sosial dan faktor-

faktor lingkungan dari kondisi utuh biopsikososial individu, sehingga

manusia dapat berfungsi dan menyusaikan diri serta memenuhi

kebutuhan esensial dalam hidup sehari-hari. Setiap individu

mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan secara optimal dalam

batas-batas kemampuannya.

b. Sakit adalah suatu keadaan dengan gangguan kemampuan individu

memenuhi kebutuhan fisik, psikologik, dan sosial secara maksimal

untuk berfungsi secara tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangannya. Sakit juga berkaitan dengan kemampuan individu

memenuhi tanggung jawab (kewajiban) yakni dengan :

1) Adanya kelainan, gangguan kapasitas fisiknya seperti

kelemahan otot, keterbatasan jarak gerak sendi dsb.

2) Adanya perubahan metoda potensial untuk mencapai tujuan.

3) Perubahan posisi/ peran kemampuan fungsi fisiknya.

4) Penampilan kemampuan fungsional fisiknya yang berkurang baik

jumlah dan jenisnya.

16

Page 17: DIKTAT ETIKA

4. Lingkungan aktifitas

Pada dasarnya segala sesuatu yang berada disekeliling manusia

disebut lingkungan dan berinteraksi saling mempengaruhi. Manusia

sebagai mahluk sosial memerlukan aktifitas dalam hidupnya. Manusia

dalam melakukan aktifitasnya menggunakan kafasitas fisik dan

kemampuan fungsionalnya. Aktifitas individu berinteraksi dan saling

mempengaruhi dengan sekelilingnya antara lain :

a. Lingkungan psikobiologik (organik) / individual mempunyai faktor-

faktor yang dapat menimbulkan perubahan yaknik pertumbuhan dan

perkembangan, keturunan, jiwa, raga, struktur dan fungsi,

homeostatis dan ritme.

b. Lingkungan biofisik (non-organik) mempunyai faktor-faktor yang

dapat menimbulkan perubahan seperti gaya berat, air, kimia,

arsitek, dan teknologi.

c. Lingkungan psikososial (super-organik) mempunyai faktor-faktor

yang mempengaruhi seperti institusi, hukum, desain arsitektur, ilmu

pengetahuan, bahasa yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat

itu sendiri merupakan kelompok yang paling penting dan kompleks

yang telah dibentuk manusia sebagai lingkungan sosial atau

pergaulan hidup manusia yang terdiri dari individu, keluarga,

kelompok yang mempunyai tujuan dan nilai-nilai.

B. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan falsafah yang diuraikan diatas, disusun kerangka konsep

yang merupakan landasan dan kerangka pengembangan profesi Fisioterapi.

Fisioterapi dalam bekerja berpegang pada paradigma yang berupa

pandangan terhadap manusia, lingkungan aktifitas, sehat-sakit dalam hal

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional (obyek formalnya) serta fisioterapi

sebagai profesi.

17

Page 18: DIKTAT ETIKA

1. Fisioterapi dan Manusia

Manusia sebagai mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual utuh

dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai

dengan tingkat perkembangannya. Manusia selalu berusaha memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya, melalui berbagai usaha antara lain selalu

belajar/ mengembangkan dirinya, mengexplorasi dan menggunakan

sumber-sumber yang diperlukan, berdasarkan potensi dan

keterbatasannya. Manusia secara terus-menerus menghadapi berbagai

macam perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri

agar tercapai keseimbangan, oleh karena itu perlu berinteraksi dengan

lingkungannya dan menciptakan hubungan antara manusia yang serasi.

Fisioterapi dalam upaya pelayanan memperhatikan manusia

seutuhnya, dengan menggunakan pendekatan komprehensif, fisioterapi

harus mengkaji dan mengidentifikasikan kebutuhan pasien dalam

mengembangkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionalnya untuk

keperluan hidup sehari-harinya dan bila perlu mengembangkan

mekanisme kompensatorik sehingga dapat hidup aktif dalam masyarakat.

Manusia dapat belajar sehingga dapat merubah tingkah laku dan

lingkungannya, mendukung kenyataan tersebut fisioterapi dapat berperan

aktif dalam memberikan penyuluhan pencegahan terhadap menurunnya

kapasitas fisik dan kemampuan fungsionalnya.

Fisioterapi membantu meningkatkan adaptasi seseorang dalam

keadaan keterbatasan fungsi, ketidak mampuan, dengan cara

memberikan pengertian, motivasi, aktifitas, tekhnik, metoda dan atau alat

bantu yang diperlukan agar mengetahui keadaan, tuntutan yang

diperlukan dalam mencapai sehat yang optimal dan aktif dalam

masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu disusun cara pelayanannya

kepada pasien yang tidak mampu memelihara kesehatannya, khususnya

18

Page 19: DIKTAT ETIKA

dalam memelihara kapasitas fisik, kemampuan fungsional (termasuk

melaksanakan adaptasi) untuk keperluan sehari-harinya.

Fisioterapis bertanggung jawab terhadap keseluruhan koordinasi

dan management fisioterapi terhadap pasien.

Berdasarkan konsep tersebut, Fisioterapis, perlu dibekali teori yang

berhubungan dengan kebutuhan aktifitas fungsional dan leisure manusia,

perilaku, komunikasi dan proses belajar mengajar.

2. Fisioterapi dan sehat – sakit Kapasitas fisik dan kemampuan fungsional

Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dan berubah dipengaruhi

oleh : umur, keturunan, sosial dan faktor-faktor lingkungan dari kondisi

utuh bio-psiko-sosial individu, sehingga manusia dapat berfungsi dan

menyesuaikan diri serta memenuhi kebutuhan esensial dalam hidup

sehari-hari. Setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan

secara optimal dalam batas-batas kemampuannya.

Sakit adalah suatu keadaan dengan gangguan kemampuan individu

memenuhi kebutuhan fisik, fisiologik, psikologik dan sosial secara

maksimal, untuk berfungsi secara tepat sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangannya. Tingkat sehat seseorang pada

skala bersifat dinamis, indivudual dan tergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatannya.

Penyakit merupakan (intrinsic situation) yang terjadi dalam diri

manusia berupa proses patologik yang bermanifestasi secara klinik .

Seseorang akan menghayati atau menyadari bahwa ia sakit

(Kesehatannya terganggu) atau merasa tidak sehat (ill health) merasa

nyeri atau tidak enak (discomfort).

Keadaan akibat sakit dapat bersifat sementara atau menetap.

Keadaan sakit dapat menimbulkan impairment, keterbatasan fungsi,

ketidak-mampuan, dan handicap. Kondisi ini tidak selalu disebabkan oleh

penyakit tetapi juga didapat dari sejak lahir.

19

Page 20: DIKTAT ETIKA

Kondisi sakit, impairment, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan

dan hendicap dipengaruhi berbagai faktor dan berhubungan erat satu

dengan yang lainnya secara sebab akibat.

Kondisi itu berturut-turut merupakan proses yang terjadi di dalam

badan (organ), dari pribadi seseorang dan kehidupan sosialnya yang

berupa proses, intrinsik, ekstrinsik, obyektifikasi dan sosialisasi dari

gangguan kesehatan.

Rentang sehat berada diantara dua kutup yaitu keadaan sehat

optimal pada satu kutup dan keadaan mati pada kutup yang lain. Konsep

sehat bukanlah lawannya dari sakit tetapi merupakan kondisi positif dan

dinamis yang dapat ditingkatkan, digunakan sebagai landasan untuk

mencapai sasaran fisioterapi. Dimana Fisioterapi memberikan bantuan

kepada individu, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kapasitas

fisik dan kemampuan fungsional serta adaptasi yang diperlukan untuk

hidup aktif dalam masyarakat.

Kegiatan fisioterapi ditujukan terhadap pencapain kemampuan

individu untuk merawat dirinya, mengembangkan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsionalnya serta keterampilan fungsinal untuk aktifitas

sehari-hari maupun penyesuaian kearah keterampilan kerja agar dapat

produktif. Untuk mencapai hal tersebut fisioterapi harus dapat

menyesuaikan lingkungan aktifitas individu tersebut agar lingkungan

dapat memberikan pemenuhan kebutuhan dalam interaksi individu sesuai

dengan posisi dan perannya.

Fisioterapi memegan peran yang strategis dalam proses tumbuh

kembang manusia terutama bidang motorik dan keterampilan, dan dalam

membentuk individu menyesuaikan dirinya terhadap gangguan

kesehatan yang berupa impairment, keterbatasan fungsi fisik-fungsional,

ketidakmampuan, hendicap dan menolong keluarganya dalam hal

membantu, menyesuaikan dan menerima keadaan pasien tersebut.

20

Page 21: DIKTAT ETIKA

Pendekatan pelayanan kesehatan utama menekankan pelayanan

terpadu. Fisioterapi harus berperan serta dalam mengembangkan sistem

pelayanan kesehatan utama sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang

penerapannya memanfaatkan ilmu dan tehnik tepat guna dari fisioterapi

secara efektif.

Berdasarkan konsep diatas, fisioterapis perlu dibekali teori-teori

yang berhubungan dengan tumbuh kembang manusia, ketegangan dan

adaptasi (Stress-Adaptation) serta proses perubahan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsionalnya serta keterampilan yang berhubungan

dengan persiapan dan aktifitas kerja termasuk pengetahuan interaksi

dengan lingkungannya.

3. Fisioterapi dan lingkungan aktifitas

Lingkungan aktifitas merupakan semua yang ada dilingkungan dan

terlibat dalam interaksi individu pada waktu melakukan aktifitasnya.

Masyarakat (keluarga, kelompok, komuniti, masyarakat) atau disebut

dengan lingkungan psikososial dan lingkungan fisik (biofisik) terlibat

dalam interaksi individu dan antar individu.

Masyarakat merupakan kelompok yang paling penting dan

kompleks yang telah dibentuk manusia sebagai lingkungan sosial, hal

sebagai lingkungan pergaulan hidup manusia yang terdiri dari individu,

keluarga, kelompok dan komuniti yang mempunyai tujuan dan sistem

nilai. Pengertian masyarakat juga meliputi pengaruh-pengaruh sosial,

ekonomi dan lingkungan dimana selama interaksi manusia akan terjadi

perubahan. Pasien/klien adalah anggota keluarga yang merupakan unit

dari komuniti.

Keluarga mencakup kelompok individu yang berhubungan erat

secara terus-menerus dan terjadi interksi satu sama lainnya baik secara

perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya

sendiri atau komuniti secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya

21

Page 22: DIKTAT ETIKA

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan aktifitas dimana ia

berada.

Komuniti terdiri dari individu, kelompok/keluarga dan merupakan

kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografi atau nilai-nilai

serta tujuan tertentu. Bila ada anggota keluarga/kelompok yang sakit

secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi anggota

keluarga/ kelompok yang lain dan juga komuniti. Keluarga selain dapat

menunjang pengobatan dan memberikan dukungan emosional kepada

anggota keluarga yang sakit, juga dapat menunjang perkembangan

sosial dan psikologis kelompok secara keseluruhan.

Masalah keterbatasan kapasitas fisik (impairment) dan kemampuan

fungsional (ketidak mampuan) dan handicap maerupakn stikma sosial

dimasyarakat yang harus menjadi sasaran pelayanan kesehatan utama.

Fisioterapis sebagai anggota komuniti yang berperan serta pada

pelayanan kesehatan kepada komuniti harus mempunyai pengetahuan

dan pengertian yang dalam dan luas tentang komuniti dan unit-unit

dasarnya. Fisioterapi membantu meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan individu, kelompok, keluarga dan masyarakat, serta

memberikan motivasi kepada mereka untuk mencapai tingkat kesehatan

setinggi-tingginya, dengan sasaran utama kesehatan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsionalnya.

Fisioterapi komprehensif memperhatikan pasien/klain sebagai

anggota keluarga dan komuniti serta berusaha membantu keluarganya

dalam mengadakan penyesuaian diri yang diperlukan terhadap

keterbatasannya. Fisioterapis harus memahami norma-norma sosial

guna berinteraksi secara tepat dan menentukan rangkaian kegiatan

dengan pasien/klien/. Individu dalam keluarga, kelompok dan masyarakat

selalu melakukan aktivitas sesuai dengan peran/tanggung jawabnya,

berdasarkan ini individu berinteraksi dengan lingkungan aktifitas yang

berupa psikosisoal (superorganik) dan fisik seperti desain arsitek,

22

Page 23: DIKTAT ETIKA

tehnologi (metoda dan alat kerja/rekreasi/adaptasi). Berbagai aktivitas

individu sangat tergantung pada kapasitas fisik dan kemampuan

fungsionalnya dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehingga

lingkungan aktifitas harus dapat menjamin kelangsungan peran dan

tanggung jawab individu. Perubahan lingkungan sering dilakukan untuk

menyesuaikan atau menyeimbangkan kapasitas fisik dan kemampuan

fungsionalnya secara tombal balik sehingga tercipta lingkungan aktifitas

yang optimal.

Fisioterapi dapat membantu dalam mengadakan perubahan-

perubahan linngkungan aktifitasnya dengan membantu mengadakan

analisis aktifitas, memberikan tehnik/metoda aktivitas dan penyesuaian

interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan konsep ini fisioterapis didik

perlu dibekali pengetahuan tentang :

a. Sistem masyarakat dengan penekanan pada antropologi sosial dan

perubahan-perubahan sosial kaitannya dengan perkembangan

IPTEK.

b. Kesehatan keluarga kaitannya dengan masalah psikososial akibat

gangguan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional (termasuk

kesegaran jasmani)

c. Kesehatan masyarakat, kesehatan kerja dan ergonomis.

d. Aktifitas leisure, adaptasi, kerja (produktivitas) kaitannya dengan

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.

4. Kedudukan Fisioterapi dalam meningkatkan derajat kesehatan

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan fisioterapi dalam

melaksanakan kegiatannya bekerja secara tim. Sehingga dalam

menjalankan kegiatannya fisioterapi dalam kaitannya dengan tim

kesehatan yang lain kedudukannya dapat bersifat mandiri, saling

ketergantungan dan ketergantungan. Dalam menjalankan kegaiatannya

fisioterapi berdasarkan konsep upaya meningkatkan derajat kesehatan

23

Page 24: DIKTAT ETIKA

secara tuntas dan berkesinambungan dari mulai peningkatan,

pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Upaya kesehatan pencegahan

dan promosi seperti pencegahan kelainan sikap, perkembangan motorik,

kesegaran jasmani, deteksi dini dan sebagainya merupakan pelayanan

fisioterapi yang bersifat mandiri.

Upaya pengobatan fisioterapi pada kondisi penyimpangan

(patologis) merupakan suatu pelayanan yang bersifat menunjang

pelayanan medis umum dan spesialistik.

Upaya pemulihan fisioterapi yang memberikan pelayanan

kompensatorik, penggunaan alat bantu, adaptasi dan sebagainya

merupakan pelayanan yang bersifat saling ketergantungan.

Fisioterapi dalam meningkatkan derajat kesehatan dan harkat hidup

manusia harus berlandaskan etika profesi fisioterapi, dengan landasan ini

berarti fisioterapis harus bertanggung jawab terhadap :

a. Individu, keluarga dan masyarakat.

b. Tugas

c. Sesama Fisioterapis dan tenaga kesehatan lainnya

d. Profesi

e. Negara dan bangsa.

Dengan sifat pelayanan fisoterapi dan tangung jawabnya tersebut

maka fisioterapi profesional dapat berperan sebagai :

a. Pelaksana pelayanan fisioterapi

Fisioterapi bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan

fisioterapi dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks,

kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sehingga diperlukan

fisioterapi profesional yang mampu memberikan pelayanan fisioterapi

umum, spesialistik maupun subspesialistik sesuai dengan tingkat dan

sektor kebutuhan masyarakat.

24

Page 25: DIKTAT ETIKA

b. Pengelola dalam bidang fisioterapi dan institusi pendidikan fisioterapi

Fisioterapi bertanggung jawab dalam hal administrasi fisioterapi

baik dimasyarakat maupun di dalam institusi, dalam mengelola

pelayanan fisioterapi untuk individu, keluarga dan masyarakat,

disamping itu mengingat semakin luasnya cakupan/jangkauan

pelayanan fisioterapi pada berbagai sektor dan tingkat kebutuhan

masyarakat diperlukan pendidikan fisioterapi yang kompleks pula

sehingga menuntut pengelola yang baik dan benar.

c. Pendidik dalam ilmu fisioterapi

Fisioterapi bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan

pengajaran ilmu fisioterapi bagi tenaga fisioterapi dan tenaga

kesehatan lainnya.

d. Peneliti dan pengembangan ilmu fisioterapi

Fisioterapi menunjang penelitian dan pengembangan dalam

bidang kesehatan dengan cara berperan serta dalam kegiatan

penelitian dan pengembangan dibidang ke fisioterapian dalam rangka

upaya memperbaiki secara terus-menerus kualitas pelayanan dan

pendidikan fisioterapi.

Dengan demikan fisioterapi dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dapat berfungsi sebagai berikut :

1. Mengkaji kebutuhan pasien /klien keluarga dan masyarakat serta

sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tersebut.

(Assesment berkenaan dengan obyek formalnya yakni kapasitas fisik dan

kemampuan fungsionalnya).

2. Menegakkan diagnosa fisoterapi

3. Merencanakan pelayanan fisoterapi

4. Melaksanakan rencana fisoterapi individu meliputi upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pelayanan pemulihan

kesehatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional termasuk

kesegaran jasmani.

25

Page 26: DIKTAT ETIKA

5. Mengevaluasi hasil pelayanan fisioterapi.

6. Mendokumentasikan proses fisioterapi

7. Mengidentifikasikan hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan

melaksanakan penelitian guna meningkatkan pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan baik dalam praktek maupun dalam

pendidikan fisioterapi.

8. Mendidik tenaga fisioterapi, berperan serta dalam pendidikan tenaga

kesehatan lainnya, meningkatkan kemampuan diri dan membantu dalam

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

9. Bekerja sama dengan klien dan keluarganya serta pihak-pihak lain yang

terlibat dalam pelayanan fisioterapi dan kesehatan.

10.Mengelola pelayanan fisioterapi di rumah sakit, puskesmas, dan lembaga

kesehatan lainnya.

11.Mengelola institusi pendidikan fisioterapi

12.Berperan serta dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan,

perencanaan program dan pelaksanaan upaya kesehatan utama.

Dalam menjalankan peran, fungsi dan tanggungjawabnya untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal individu, keluarga dan

masyarakat, fisioterapis dapat menjalankan kegiatannya dalam berbagai

sektor yang dibutuhkan masyarakat. Model pelayanan fisioterapi dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dikembangkan

berdasarkan kerangka konsep fisioterapi diatas adalah sebagai berikut:

Normal

Kesejahteraan Fisioterapi Skwensis perkembangan

Patologis

26

Page 27: DIKTAT ETIKA

Model ini juga menggambarkan bidang kajian fisioterapi sehingga lebih

lanjut dapat dikembangkan arah pengembangan pelayanan fisioterapi.

Dengan demikian bila dilihat tampak adanya pergeseran cakupan pelayanan

yang dahulu berfokus pada patologis dengan pendekatan individual dan

lebih menekankan pengobatan dan pemulihan, sekarang lebih luas

cakupannya/jangkauan pelayanannya dengan pendekatan masyarakat.

Pada aspek patologis kita dapat kelompokkan cakupan pelayanan

untuk kasus musculusskeletal, neuromuscular, kardiopulmuner dan pada

perkembangan sejak dalam kandungan (Obgyn), anak (pediatrik) sampai

manula (geriatri).

Pada aspek skwensis perkembangan ini dapat dilihat dalam aspek

patologis dan dalam aspek perkembangan yang normal dalam arti

perkembangan motorik, sensorik dan fisik kaitannya dengan psikososial

mulai bayi sampai manula (gerantologi).

Pada aspek normal lebih ditekankan pada kondisi yang normal mis:

analisis tugas, aktifitas fungsional, aktifitas kreatif dan keterampilan termasuk

kesegaran jasmani.

Pada aspek kesejahteraan atau produktivitas berkaitan dengan kondisi

normal atau kecacatan tetapi dengan fokus menyiapkan keterampilan

termasuk kesegaran jasmani.

Pada aspek kesejahteraan atau produktifitas berkaitan dengan kondisi

normal atau kecacatan tetapi dengan fokus menyiapkan keterampilan untuk

persiapan kerja agar produktif.

Dengan melihat model/sifat pelayanan fisioterapi tersebut maka bidang

kajian fisioterapi yang dikaitkan dengan lahan praktek atau tempat kerja

dapat diperkirakan saat ini akan meliputi : Fisioterapi pelayanan medik,

fisioterapi kesehatan kerja atau industri dan fisioterapi olah raga, tumbuh

kembang yang meliputi geriatrik dan anak dan lain sebagainya.

27

Page 28: DIKTAT ETIKA

BAB. III

DASAR-DASAR ETIKA DAN MORALITAS

A. PENGERTIAN ETIKA DAN MORALITAS

Etika berasal yunani kuno yang berarti Ethos dalam bentuk tunggal

berarti tempat tinggal, watak, perasaan, sikap, cara berpikir dll dalam bentuk

jamak berarti adat kebiasaan. Arti yang terahir ini menurut aristoteles

menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika, jika kita membatasi

diri pada asal usul kata ini maka etika berarti ilmu tentang apa yang biasa

dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Kata yang cukup dekat dengan etika adalah “Moral” yang berasal dari

bahasa latin mos ( jamak: Mores) yang berarti juga kebiasaan, adat. Dalam

bahasai Inggris dan banyak bahasa lain termasuk bahasa Indonesia kata

mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi etimologi kata etika sam

dengan etimologi kata moral karena keduanya berasal dari kata adat

kebiasaan hanya bahasa asalnya yang berbeda pertama berasal dari

bahasa yunani sedangkan yang kedua dari bahasa latin.

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan

norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan

norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku

hidup manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok.

Menurut Maknis suseno Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah

ajaran. Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup

adalah Moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas

norma atau ajaran moral tersebut. Atau kita dapat mengatakan bahwa

Moralitas adalah petunjuk konkrik yang siap pakai tentang bagaimana kita

harus hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan dan pengejewantahan

secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu. Keduanya

mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita orientasi bagaimana dan

28

Page 29: DIKTAT ETIKA

kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tapi bedanya Moralitas

langsung mengatakan kepada kita inilah caranya kita melangkah sedangkan

etika justru mempersoalkan apakah saya harus melangkah dengan cara itu

dan mengapa harus dengan cara itu ?.

Drs.D.P Simorangkir (1988) menyatakan bahwa etika adalah :

Norma

Nilai Tentang Tingkah laku

Kaidah yang baik

Ukuran

A.W Widjaya (1994) Menyatakan bahwa etika berasal dari kata Ethos

yang berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan atau kumpulan peraturan-

peraturan yang mencakup adanya kesediaan karena kesusilaan dalam

dirinya mulai ditaati pula oleh orang lain.

K. Berten (1999) Menyatakan etika adalah ilmu yang membahas

tentang Moralitas (tentang manusia) sejauh berkaitan dengan moralitas atau

ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral.

Menurut Curtin etika merupakan disiplin yang diawali dengan

identifikasi, organisasi, analisis, memutuskan perilaku manusia dalam

menerapkan prinsip mendeterminasi prilaku yang baik terhadap suatu situasi

yang dihadapi.

Moralitas adalah sebuah pranata seperti halnya agama, politik,

bahasa dan sebagainya yang sudah ada sejak dahulu kala dan diwariskan

secara turun temurun. Sebaliknya etika adalah sikap kritis setiap pribadi dan

kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas itu.

Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia

sejauh yang dapat difahami oleh pikiran manusia . Etika disebut juga ahlak

atau disebut juga moral, disebut akhlak yang berasal dari bahasa arab,

disebut moral berarti adat kebiasaan.

Etika adalah ilmu pengetahuan normatif, sebab etika menetapkan

ukuran bagi perbuatan manusia dengan penggunaan norma baik dan buruk.

29

Page 30: DIKTAT ETIKA

Kesimpulan etika berarti :

1. Nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang

atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya etika

suku-suku indian, etika agama budha, etika protestan dll, maka tidak

dimaksudkan “ilmu” melainkan sebagai sistem nilai artinya bisa

berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

2. Kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik) misalnya etika rumah sakit

Indonesia, etika profesi fisioterapi, keperawatan dll.

3. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk. Dimana etika baru menjadi ilmu

bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang

yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam

masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu

penelitian sistematis dan metodis. (sama artinya dengan filsafat moral).

Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup

secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran

berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan

semacamnya yang diwariskan secara turun temurun melalui agama atau

kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik

agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Moralitas adalah tradisi

kepercayaan dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang baik

dan buruk. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkrik tentang

bagaimana ia harus hidup bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini

sebagai manusia yang baik, dan bagaimana menghindari perilaku yang tidak

baik.

30

Page 31: DIKTAT ETIKA

B. MACAM-MACAM ETIKA

1. Etika Deskriptif

Berusaha meneropon secara kritis dan rasional sikap dan pola

prilaku manusia dan apa yang dikerjakan olah manusia dalam hidup ini

sebagai suatu yang bernilai. Etika ini berbicara mengenai fakta apa

adanya yaitu mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu

fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrik yang membudaya.

Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai,

dalam situasi masyarakat, tentang sikap orang dalam menghayati hidup

ini dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak

etis.

2. Etika Normatif

Berusaha menerapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang

seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dimiliki

oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk

mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Etika Normatif berbicara

mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta

memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak

sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma, ia menghimbau

manusia untuk bertindak yang baik menghindari yang jelek.

Kedua Jenis etika ini pada akhirnya menuntun orang untuk mengambil

sikap dalam hidup ini, bedanya etika deskriptif memberikan fakta sebagai

dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau di

ambil, sedangkan etika normatif memberikan penilaian sekaligus memberi

norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

C. KEGUNAAN ETIKA

Ada empat alasan mengapa etika pada zaman ini diperlukan yaitu :

1. Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik juga dalam

bidang moralitas, setiap hari kita bertemu orang dari suku, daerah,

31

Page 32: DIKTAT ETIKA

agama yang berbeda-beda. Kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada

lagi, kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang

sering saling bertentangan dan semua mengajukan klaim mereka

kepada kita, mana yang harus kita ikuti ?.

2. Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding,

perubahan itu terjadi dibawah hantaman kekuatan yang mengenai

semua segi kehidupan kita yaitu gelombang mederenisasi. Dalam

situasi ini etika mau membantu agar kita jangan kehilangan orientasi,

dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang boleh saja

berubah dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-

sikap yang dapt kita pertanggung jawabkan.

3. Proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita alami ini

dipergunakan oleh berbagai pihak untuk memancing dalam air keruh.

Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat

penyelamat. Etika membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi-

ideologi itu dengan kritis dan obyektif dan untuk membentuk penilaian

sendiri agar kita tidak terlalu mudah terpancing. Etika juga membantu

agar kita jangan naif dan extrim, kita jangan cepat-cepat memeluk

segala pandangan yang baru tetapi jangan menolak nilai-nilai hanya

karena baru dan belum biasa.

4. Diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan dasar

kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak

sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak

menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang

berubah itu.

Dari penjelasan diatas maka kegunaan etika adalah :

1. Sebagai pegangan dalam menghadapi pergolakan moral.

2. Mampu membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang boleh saja

berubah.

3. Mampu menghadapi ideologi-ideologi dengan kritis dan obyektif.

32

Page 33: DIKTAT ETIKA

4. Oleh kaum agama menemukan dasar kemantapan keimanan dan

kepercayaan mereka serta tidak menutup diri dalam perubahan dimensi

masyarakat.

Dengan demikian Tujuan Etika adalah :

1. Mengetahui dan menyadari bagaimana seharusnya seseorang berprilaku

dan bertindak.

2. Dapat melaksanakan dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari

apa yang diyakini akan hal-hal yang baik dan menghindari hal-hal yang

buruk sehingga tercapai kedamaian dalam kehidupan.

D. ETIKA DAN ETIKET

Persamaan etika dan etiket adalah :

1. Etika dan etiket menyangkut prilaku manusia

2. Mengatur prilaku manusia secara normatif

Perbedaan etika dan etiket :

1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia, atau

menunjukkan cara yang tepat. Etika tidak terbatas pada cara

dilakukannya tetapi memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri apa

suatu perbuatan boleh dilakukan ya atau tidak.

2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sedangkan etika selalu berlaku

tidak tergantung pada hadir tidaknya orang.

3. Etiket bersifat relatif yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan

bisa saja sopan dalam kebudayan yang lain. Etika jauh lebih absolut

jangan mencuri, jangan berbohon dll merupakan prinsip etika yang tidak

bisa ditawar-tawar.

4. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedangkan

etika menyangkut manusia dari segi dalam . Bisa saja orang tampil

sebagai musan berbulu ayam dari luar sangat sopan dan halus tetapi

didalam penuh kebusukan. Tidak merupakan kontradiksi jika seorang

selalu berpegang pada etiket dan sekaligus bersifat munafik. Tetapi

orang yang etis sifatnya tidak mungkin bersifat munafik.

33

Page 34: DIKTAT ETIKA

E. SISTEMATIKA ETIKA

Umum Prinsip moral

Dasar Etika Individu

Etika keluargaEtika PribadiDll

Etika SosialKhususTerapan E. Politik

E. Ling. HidupKritis ideologiEtika Profesi

BiomedisBisnisHukumDll

F. MORAL, NORMA DAN AGAMA, HUKUM

1. Moral

Kata Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai

manusia. Jadi bukan mengenai baik buruknya begitu saja, misalnya

sebagai dosen, mahasiswa ahli fisioterapi melainkan sebagai manusia.

Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi

kebaikanya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur

untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari

segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran

tertentu dan terbatas.

34

ETIKA

Page 35: DIKTAT ETIKA

Norma-norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat

untuk mengukur kebaikan seseorang maka dengan norma-norma moral

kita betul-betul di nilai, kita tidak dilihat dari salah satu segi, melainkan

sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang moral adalah bidang

kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.

Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya

sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai

manusia.

2. Norma/kaidah

Norma berasal dari istilah “norm” yang artinya pedoman atau

patokan bagi setiap orang dalam bersikap tindak baik terhadap diri orang

lain ataupun terhadap dirinya sendiri. Dalam bahasa belanda istilah

norma disebut juga “mattregel” maat artinya sama dengan kaidah yang

berasal dari kata “ Aqidah”.

Norma yang diperlukan sebagai pedoman untuk bersikap tindak

kepada orang lain mis : norma sopan santun, norma hukum, norma tata

tertib dan sebagainya. Norma yang menjadi patokan/pedoman untuk

bersikap tindak kepada orang lain dikatakan norma insubjektif.

Norma yang diperlukan sebagai pedoman untuk bersikap tindak

kepada diri sendiri mis: pola hidup yang baik dan benar, baik dalam

berfikir, berkehendak dan berbuat, norma penjagaan kesehatan tubuh,

norma tata busana dan sebagainya. Norma-norma yang menjadi patokan

/pedoman untuk bersikap tindak terhadap diri sendiri disebut normA

reflektif.

Norma-norma yang menjadi pedoman atau patokan bagi manusia

dalam bersikap tindak menurut bidang pengaturannya dalam kehidupan

bermasyarakat maupun masing-masing secara individual meliputi :

1. Kaedah kepercayaan/keagamaan

Kaedah ini ditujukan kepada kehidupan beriman, ditujukan

kepada kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya

35

Page 36: DIKTAT ETIKA

sendiri . Sumber kaedah ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau

agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah

Tuhan. Tuhanlah yang mengancam pelanggaran-pelanggaran

kaedah kepercayaan atau agama itu dengan sanksi. Kaedah

kepercayan ini tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi kepada

sikap batin manusia. Diharapkan dari manusia bahwa sikap

batinnya sesuai dengan isi kaedah kepercayaan atau keagamaan.

Kaedah ini hanya membebani manusia dengan kewajiban-

kewajiban semata-mata dan tidak memberikan hak. Contoh :

a. Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk

(Surat Al Isra’ ayat 32).

b. Janganlah kamu membunuh, Janganlah kamu berbuat zina

(Keluaran 20:14,14) dll

2. Kaedah kesusilaan

Kaedah ini berhubungan dengan manusia sebagai individu

karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Sebagai

pendukung akedah kesusilaan adalah nurani individu dan bukan

manusia sebagai mahluk sosial atau sebagai anggota masyarakat

yang terorganisir. Kaedah ini dapat melengkapi ketidakseimbangan

hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.

Kaedah kesusilaan ini ditujukan kepada umat manusia agar

terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna menyempurnakan manusia

dan melarang manusia berbuat jahat. Membunuh, berzina, mencuri

dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh kaedah kepercayaan atau

keagaman saja tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan

kaedah kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Kaedah

kesusilan hanya membebani manusia dengan kewajiban-

kewajibannya saja.

36

Page 37: DIKTAT ETIKA

Asal atau sumber kaedah kesusilaan adalah dari manusia

sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir,

tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga. Batinnya

sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar kaedah

kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang

memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran kaedah

kesusilaan, Mis: pencurian atau penipuan, maka akan timbullah

dalam hati nurani si pelanggar rasa menyesal, rasa malu, takut,

merasa bersalah sebagai sanksi atau reaksi terhadap pelanggaran

kaedah kesusilan tersebut.

3. Kaedah sopan santun (tata krama/adat)

Kaedah sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan

atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah ini

ditujukan kepada sikap lahir pelakunya yang konkrik demi

penyempurnaan atau ketertiban masyarakat dan bertujuan

menciptakan perdamaian, tata tertib atau membuat “sedap” lalu

lintas antar manusia yang bersifat lahiriah. Sopan santun lebih

mementinkan yang lahir atau yang formal: pergaulan, pakaian,

bahasa dan lain-lain. Menyentuh tidak semata-mata sebagai

individu tetapi sebagai mahluk sosial, jadi menyentuh kehidupan

bersama.

Kaedah sopan santun membebani manusia dengan

kewajiban-kewajiban saja. Kekuasaan masyarkat secara tidak

resmilah yang mengancam dengan sanksi bila kaedah sopan

santun ini dilanggar. Yang memaksakan kepada kita adalah

kekuasaaan diluar diri kita (Heteronom). Sanksi ini dapat berupa

teguran, cemoohan, celaan, pengucilan dsb tidak dilakukan oleg

masyarakat secara terorganisir tetapi oleh setiap orang secara

terpisah yang menghendaki memberi sanksi. Daerah berlakunya

kaedah sopan santun ini sempit, terbatas secara lokal atau pribadi.

37

Page 38: DIKTAT ETIKA

Sopan santun disuatu daerah tidak sama dengan di daerah lain.

Berbeda lapisan masyarakat berbeda pula sopan santunnya.

4. Kaedah Hukum

Kaedah hukum melindungi lebih lanjut kepentingan-

kepentingan manusia yang sudah mendapat perlindungan dari

ketiga kaedah lainnya dan melindungi kepentingan-kepentingan

manusia yang belum mendapat perlindungan dari ketiga kaedah

tadi.

Kaedah hukum ditujukan terutama kepada pelakunya yang

konkrit, bukan untuk menyempurnakan manusia, melainkan untuk

ketertiban masyarakat agar jangan sampai jatuh korban kejahatan,

agar tidak terjadi kejahatan. Isi kaedah hukum ini ditujukan kepada

sikap lahir manusia, mengutamakan perbuatan lahir.

Kaedah hukum berasal dari luar diri manusia yang

memaksakan kepada kita (heteronom). Masyarakatlah secara resmi

diberi kekuasaan untuk memberi sanksi atau menjatuhkan

hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang

mewakili masyarakat menjatuhkan hukuman.

3. Agama

Allah memberikan benih-benih keagaman kepada manusia.

Manusia dimana-mana percaya bahwa ada kekuatan atau kekuasaan

yang melebihi kuasa manusia sendiri hal ini nyata terutama apabila

seseorang ditimpa kemalangan mengalami kesulitan atau perasaan

bersyukur.

Agar manusia mendapat perlindungan dari Allah maka ia

mengadakan upacara-upacara pada waktu dan tempat tertentu. Berbagai

unsur pengajaran diadakan dalam melakukan upacara-upacara itu. Cara

menyembah sesuatu yang dianggap lebih berkuasa dan mulia inilah yang

kita sebut Agama. Orang yang beragama ialah orang yang percaya dan

berpegang kepada sesuatu yang disembahnya.

38

Page 39: DIKTAT ETIKA

Istilah Agama memiliki ruang lingkup pengertian yang khusus dan

sempit. Dikatakan demikian karena agama adalah kepercayan yang ada

nabi/Rasulnya, ada kitab sucinya dan ajarannya ada dimana-mana

(universal) ada ummatnya yang umum dimana-mana dan terdiri dari

berbagai bangsa.

4. Hukum

Kalau kita berbicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksud

adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah

dalam suatu kehidupan bersama, Keseluruhan peraturan tentang tingkah

laku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan

pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu terdiri dari

ikatan-ikatan antar individu dan masyarakat dan antar individu itu sendiri.

Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban. Dalam usahanya

mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan dengan

kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Berusaha mencari

kesimbangan antara memberikan kebebasan kepada individu dan

melindungi masyarakat terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa

masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang menyebabkan terjadinya

interaksi, maka akan selalu terjadi komplik atau ketegangan antara

kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat. Hukum

berusaha menampung ketegangan atau komplik ini sebaik-baiknya.

Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi

yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap

orang dan normatif karena menentukan apa yang seyokyanya dilakukan,

apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan

bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum

mempunyai tujuan yaitu menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,

menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Sehingga diharapkan

39

Page 40: DIKTAT ETIKA

kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu

hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam

masyarakat membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan

masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.

Dengan melihat materi diatas, maka dapatlah kita membedakan

antara hukum dan moral yaitu :

1. Hukum lebih dikodifikasi dari pada moralitas, artinya dituliskan dan

secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab undang-undang

sehingga norma yuridis mempunyai kepastian lebih besar dan

bersifat lebih obyektif.

2. Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia namun

hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan

moral menyangku juga sikap batin seseorang.

3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang

berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagaian besar

sanksinya dapat dipaksakan, tetapi norma-norma etis/moral tidak

dapat dipaksakan.

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas

kehendak negara (tidak secara langsung berasal dari negara)

sedangkan moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang

melebihi para individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis

atau dengan cara lain masyarakat dapat merubah hukum, tetapi

tidak pernah masyarakat dapat mengubah /membatalkan suatu

norma moral.

G. HUBUNGAN ANTARA MANUSIA

Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun

juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok, sekurang-kurannya

kehidupan bersama itu terdiri dari dua orang suami istri ataupun ibu dan

bayinya.

40

Page 41: DIKTAT ETIKA

Dalam sejarah perkembangan manusia tak terdapat seorangpun yang

hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya, kecuali dalam

keadaan terpaksa dan itupun hanyalah untuk sementara waktu. Hidup

menyendiri terlepas dari pergaulan manusia dalam masyarakat, hanya

mungkin terjadi dalam alam dongen belaka, karena sejak dahulu kala dalam

diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam

satu kelompok (hasrat untuk bermasyarakat).

Aristoteles, seorang ahli pikir yunani kuno menyatakan bahwa manusia

adalah “ zoon Politicon “ artinya artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk

pada dasarnya selalu inngin bergaul dan berkumpul dengan sesama

manusia lainnya, jadi mahluk yang suka bermasyarakat. Oleh karena

sifatnya yang suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk

sosial. Sebagai individu manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang

diinginkannya dengan mudah, mis: pak tani baru dapat mengerjakan

tanahnya setelah ia memperoleh alat-alat pertanian yang dibuat oleh pandai

besi. Pakainan yang dipakainya malah hasil karya tukang jahit.

Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi pembawaan

manusia, merupakan suatu keharusan badaniah untuk untuk

melangsungkan hidupnya. Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang

sama itu lazim disebut masyarakat. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila

ada dua orang atau lebih hidup bersama , sehingga dalam pergaulan hidup

ini timbul berbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan bahwa

yang seorang dan yang lain saling kenal mengenal dan pengaruh

mempengaruhi.

Keperluan sendiri-sendiri pada manusia seringkali searah serta

berpadanan satu sama lainnya sehingga dengan kerja sama tujuan manusia

untuk memenuhi keperluan itu akan lebih mudah tercapai, akan tetapi

kadang kala kepentingan-kepentingan itu berlainan bahkan ada juga yang

bertentangan, sehingga dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu

keserasian hidup bersama.

41

Page 42: DIKTAT ETIKA

Dipandang dari segi kekuatan fisik/badaniah, manusia tergolong mahluk

yang lemah. Oleh karena itu manusia seorang diri sulit untuk

mempertahankan hidupnya. Manusia memerlukan adanya persatuan dalam

menyusun usaha dan mempunyai rencana bersama untuk dapat membela

diri, keluarga dan kelompoknya terhadap ancaman. Tiap manusia

mempunyai keperluan sendiri-sendiri, seringkali keperluan itu searah atau

berpadanan satu sama lainnya sehingga dengan kerja sama tujuan manusia

untuk memenuhi keperluan itu akan lebih mudah dan lekas tercapai.

Dengan sadar atau tidak manusia dipengaruhi oleh peraturan-peraturan

hidup bersama yang mengekang hawa nafsu dan mengatur hubungan

antara manusia. Peraturan-peraturan itu memberi petunjuk perbuatan mana

yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang harus dihindari. Jadi

peraturan tersebut memberi pedoman kepada manusia bagaimana

bertingkah laku dan bertindak dalam masyarakat.

1. Peran Manusia dalam HAM

Tiap manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-

sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan

satu sama lain, mengadakan kerja sama, tolong menolong, bantu

membantu untuk memperoleh keperluan hidupnya. Berbagai paham

antropologi filsafat memandang hakekat sifat kodrat manusia dari kaca

mata yang berbeda-beda. Manusia sebagai mahluk individu-sosial

dalam berhubungan dengan sesamanya dapat dilihat dari dua aliran

atau pandangan.

a. Aliran individualisme

Faham individualisme yang merupakan cikal bakal faham

liberalisme, memandang manusia sebagai mahluk individu yang

bebas. Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan

kebahagiaan individu. Masyarakat semata-mata merupakan

sarana bagi individu untuk mencapai tujuannya. Tidak masuk akal

individu mengorbankan kepentinganya sendiri demi kepentingan

42

Page 43: DIKTAT ETIKA

masyarakat . Masyarakat sekedar melayani individu (pengertian

yang lebih positif yaitu sebagai pandangan bahwa masing-masing

orang hendaknya mengembangkan diri dan bertindak sesuai

dengan kepribadianya, penilaian dan tanggung jawab sendiri dari

pada ikut-ikutan saja dengan arus massa). Paham ini

berpandangan bahwa hak dan kewajiban dalam kehidupan

bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan

berdasarkan paradiqma sifat kodrat manusia sebagai individu.

b. Aliran kolektifitas

Paham kolektivitas yang merupakan cikal bakal sosialisme dan

komunisme memandang sifat kodrat manusia sebagai mahluk

sosial saja. Individu dipandang sekedar sebagai sarana bagi

masyarakat. Oleh karena itu konsekwensinya segala aspek dalam

realisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara didasarkan

pada sifat kondrat manusia sebagai mahluk sosial. Paham ini

berpandangan bahwa hak dan kewajiban baik moral maupun

hukum dalam kehidupan bersama senantiasa diukur berdasarkan

filosofi manusia sebagai mahluk sosial.

Manusia sebagai mahluk yang berbudaya, kebebasan sebagai

individu dan segala aktifitas dan kreativitas dalam hidupnya

senantiasa tergantung kepada orang lain, hal ini dikarenakan

manusia sebagai warga masyarakat atau sebagai mahluk sosial.

Berdasarkan sifat kodrat manusia tersebut, maka dalam cara

manusia memandang dunia, menghayati dirinya sendiri,

menyembah Tuhan yang Maha Esa dan menyadari apa yang

menjadi kewajibannya ia senantiasa dalam hubungan dengan

orang lain. Segala hal yang berkaitan dengan sikap moralnya baik

hal maupun kewajiban moralnya, tidak bisa ditentukan hanya

berdasarkan norma-norma secara individual, melainkan

senantiasa dalam hubungannya dengan masyarakat. Oleh karena

43

Page 44: DIKTAT ETIKA

itu tanggung jawab moral pribadi manusia hanya dapat

berkembang dalam kerangka hubungannya dengan orang lain

sehingga kebebasan moralitasnya senantiasa berhadapan dengan

masyarakat.

Dasar filosofis sebagaimana terkandung dalam pancasila yang

nilainya terdapat dalam budaya bangsa, senantiasa berdasarkan

hakikat sifat kondrat manusia adalah manusia monodualisme yaitu

sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial.

2. Hak asasi manusia

Hak asasi manusia merupakan sesuatu pembicaraan yang

menarik, sebab menyangkut harkat, martabat dan harga diri yang

merupakan sesuatu yang sangat esensi pada diri manusia. Hak asasi

manusia tidak dapat terwujud apabila individu tidak hidup

bermasyarakat dalam kehidupan bangsa.

Penerapan hak asasi yang mungkin sudah terwujud disuatu

tempat, akan berbeda jika kejadiannya berlangsung di tempat lain,

karena di dalamnya sudah menyangkut emosi adat istiadat maupun

karakter atau watak warga setempat.

Hak asasi tumbuh dan berkembang ketika hak-hak tersebut mulai

diperhatikan dan diperjuangkan terhadap kekuasaan yang dibentuk

oleh masyarakat manusia itu sendiri yang disebut state/negara. Jadi

persoalan hak-hak asasi manusia berkisar antara hubungan manusia

sebagai individu dengan negara sebagai organisasi masyarakat.

Hak asasi manusia ialah hak-hak dasar atau pokok yang dimiliki

dan dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah dari Tuhan Yang

Maha Esa atau hak yang melekat pada martabat manusia sebagai

insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut UU RI No. 39 tahun 1999 yang dimaksud dengan hak

asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang maha Esa dan

44

Page 45: DIKTAT ETIKA

merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan

seseorang atau kelompok termasuk aparat negara baik sengaja

maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum,

mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi

manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-

undang dan tidak mendapatkan atau dikawatirkan tidak akan

memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku.

H. SSS

45