Disparitas Kabupaten Cilacap Page 1
Daftar Isi BAB I ................................................................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 2
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Sasaran ........................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan............................................................................................................................. 3
1.3.2 Sasaran .......................................................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup................................................................................................................. 4
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................................ 4
1.4.2 Ruang Lingkup Materi ................................................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Disparitas ...................................................................................................... 6
2.2 Metode Analisis ............................................................................................................... 9
2.2.1 Indeks Williamson ................................................................................................ 9
BAB III............................................................................................................................................ 11
3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ................................................................................. 11
3.2 Kependudukan............................................................................................................... 12
3.2.1 Tingkat Kepadatan ............................................................................................. 13
3.2.2 Tingkat Kesejahteraan ...................................................................................... 13
3.3 Pemerintahan ................................................................................................................ 15
3.4 Struktur Ekonomi ........................................................................................................... 16
3.4.1 PDRB Kabupaten Cilacap Tahun 2007-2011.................................................. 16
3.4.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ............................................ 16
BAB IV ........................................................................................................................................... 17
4.1. Perkembangan Total PRDB Kabupaten Cilacap ........................................................ 17
4.2. Peran dan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Disparitas (Ketimpangan) di
Kabupaten Cilacap ....................................................................................................................... 17
4.3. Indeks Williamson Kabupaten Cilacap ........................................................................ 19
BAB V ............................................................................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 21
5.2 Saran .............................................................................................................................. 21
Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 22
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya
untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran adalah suatu keadaan di mana manusia dapat
memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang maupun jasa (M. Manulung, 1981). Kata
ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomeia, yang merupakan gabungan kata,
yaitu oikos artinya rumah tangga dan nomos artinya aturan/norma atau hukum. Jadi secara
etimologi (asal kata) ekonomi atau oikonomeia berarti “ilmu yang mengatur rumah tangga”.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengertian ekonomi pun
mengalami pergeseran, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masyarakat dalam usaha mencapai kemakmuran yang diharapkan (Winardi, 1979).
Ilmu ekonomi mengandung pengetahuan yang luas. Ilmu ekonomi akan timbul
karena adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia tidak terbatas
karena secara biologis untuk bisa bertahan hidup manusia membutuhkan sandang, pangan,
dan papan. Selain itu, ekonomi juga timbul karena adanya faktor produksi yang terbatas
sehingga jumlah barang dan jasa juga terbatas. Faktor produksi tersebut meliputi tanah,
tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Sehingga manfaat manusia mempelajarinya
adalah untuk mengatasi masalah ekonomi karena manusia selalu dihadapkan oleh masalah
kebutuhan, di antaranya adalah kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas, beraneka ragam,
dan terus menerus sedangkan sumber-sumber alam sebagai alat pemenuh kebutuhan
manusia itu bersifat terbatas.
Proses perencanaan wilayah dan kota meliputi elemen fisik dan nonfisik, untuk
elemen nonfisik membutuhkan analisis yang tidak dapat terlepas dari disiplin ilmu ekonomi,
karena dalam pengembangan suatu wilayah tidak hanya melihat hasil jadinya, melainkan
juga bagaimana proses yang bermain di dalamnya, sebagai contoh analisis yang dilakukan
adalah analisis indikator pengembangan ekonomi di suatu wilayah. Penerapan ilmu ekonomi
yang optimal dalam proses perencanaan suatu wilayah membantu pembangunan wilayah
tersebut karena bertambahnya pendapatan daerah tersebut.
Dalam perencanaan pembangunan ekonomi, untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
suatu daerah memerlukan data-data statistik sebagai dasar penentuan strategi,
pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah
satu cara yang digunakan adalah dengan melakukan perhitungan PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto). PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu
wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam satu wilayah. Besar
kecilnya angka PDRB suatu daerah dipengaruhi oleh tersedianya potensi sumber daya alam
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 3
dan faktor-faktor produksi yang berhasil dimanfaatkan. Sehingga dengan adanya berbagai
keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan faktor-faktor tersebut, menyebabkan
besaran PDRB antara wilayah satu dengan lainnya sangat bervariasi. Seperti halnya
dengan PDRB Kabupaten Cilacap yang dijadikan sebagai wilayah studi , untuk mengetahui
indikator perkembangan ekonomi makro terutama PDRB dan ketimpangan spasial dengan
menggunakan perhitungan Indeks Williamson di Kabupaten Cilacap.
Ketimpangan spasial menunjukkan bahwa adanya perbedaan pendapatan perkapita
antara wilayah yang satu dan lainnya. Ketimpangan juga bisa diartikan sebagai
ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah. Dengan ketidakmerataan
tersebut akan berimplikasi pada kondisi kesejahteraan masyarakat. Maksudnya adalah
karena tidak meratanya pertumbuhan ekonomi, maka kesejateraan masyarakat pada daerah
yang pertumbuhan ekonominya sedikit akan rendah. Ketimpangan spasial juga merupakan
faktor penyebab terjadinya kemiskinan.
Dalam konsep pembangunan ekonomi wilayah dan kota terdapat pendapat bahwa
apabila terjadi growth, belum tentu terjadi development. Sedangkan apabila terjadi
development, dipastikan terjadi growth. Apabila dihubungkan dengan penjelasan
sebelumnya, maka daerah yang pertumbuhan ekonominya kecil atau bahkan tidak ada,
akan berdampak pada pembangunan ekonomi yang susah untuk dicapai. Oleh karena itu,
akan dilakukan analisis mengenai peran sektor khususnya sektor pertanian terhadap
disparitas (ketimpangan) di Kabupaten Cilacap.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dan dianalisis dalam laporan ini yaitu besaran
tingkat disparitas spasial pendapatan di Kabupaten Cilacap dengan time series 2007-2011.
1.3 Tujuan dan Sasaran
Dibawah iini akan dijelaskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam
pembuatan laporan ini.
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis besarnya tingkat ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Cilacap.
2. Menganalisis sektor potensial di Kabupaten Cilacap.
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 4
1.3.2 Sasaran
1. Mengidentifikasikan karakteristik wilayah studi yaitu Kabupaten Cilacap.
2. Mengidentifikasikan indikator ekonomi makro (PDRB) di Kabupaten Cilacap, dengan
pencarian data melalui Instansi Pemerintah atau sumber data lainnya.
3. Menganalisis data-data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dievaluasi
dari sudut pandang ekonomi.
4. Memberikan rekomendasi sebagai arahan kebijakan pemerintah dan swasta dalam
pengembangan PDRB dan sektor-sektor yang berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi dengan menggunakan analisis Indeks Williamson.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kabupaten Cilacap merupakan daerah yang cukup luas, terletak diantara 108o 4’
30” – 109o 30’ 30” garis bujur timur dan 7o 30’ - 7o 45’ 20” garis lintang selatan,
mempunyai luas wilayah 225.361 Ha, yang terbagi menjadi 24 kecamatan. Wilayah
tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian rata-rata 198 M dari
permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Kampung Laut dengan
ketinggian ratarata 1 M dari permukaan laut dan memiliki batas administratif sebagai
berikut :
Selatan : Samudra Indonesia
Utara : Kabupaten Banyumas
Timur : Kabupaten Kebumen
Barat : Propinsi Jawa Barat
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi menjelaskan PDRB Kabupaten Cilacap yang dijadikan
sebagai wilayah studi dengan time series lima (5) tahun yaitu tahun 2007-2011, untuk
mengetahui indikator perkembangan ekonomi makro terutama PDRB dan ketimpangan
spasial dengan menggunakan perhitungan Indeks Williamson di Kabupaten Cilacap.
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 5
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan Pengantar Ekonomi di wilayah Kabupaten Cilacap tersusun secara
sistematik sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
pembahasan yaitu Kabupaten Cilacap dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan
mengenai alasan mendasar pengambilan wilayah studi di Kabupaten Cilacap.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Berisi tentang kajian teori pengertian disparitas spasial ekonomi dan pengertian tentang
metode yang digunakan yaitu metode perhitungan indeks williamson.
BAB III GAMBARAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum wilayah studi, kependudukan yang meliputi kepadatan
pennduduk dan kesejahteraannya, dan struktur ekonomi berupa pdrb wilayah studi
(nation dan region).
BAB IV ANALISIS
Berisi tentang analisis dan pembahasan yang mengenai laporan pengantar ekonomi,
berupa pengertian dan hasil-hasil yang berhubungan dengan PDRB dan Analisis Indeks
Williamson.
BAB III PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari wilayah studi yang dibahas.
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 6
BAB II KAJIAN LITERATUR
2.1 Pengertian Disparitas
1. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Pada hakekatnya teori pembangunan ekonomi secara nasional mempunyai
definisi dan tujuan yang sama dengan teori pembangunan ekonomi daerah.
Perbedaannya hanya terletak pada ruang lingkup wilayahnya, oleh sebab itu sebelum
membahas masalah pembangunan daerah ada baiknya dibahas terlebih dahulu
pengertian daerah (regional). Daerah adalah suatu areal geografis yang merupakan
suatu kesatuan. Pada intinya, ada tiga kosep daerah, yakni daerah homogen, daerah
nodal, dan daerah administratif.
Di Indonesia daerah administratif dikenal sebagai propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan kelurahan (desa). Daerah yang paling tepat untuk keperluan
pembangunan daerah adalah nodal, tetapi justru kurang dikembangkan di berbagai
negara (Soepono, 1999).
2. Ketimpangan Ekonomi Antar Daerah
Pembangunan ekonomi yang selama ini telah menghasilkan pertumbuhan yang
cukup tinggi belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Jadi
masalah ketimpangan ekonomi antar daerah masih merupakan permasalahan yang
perlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Beberapa ahli pembangunan wilayah berpendapat bahwa kesenjangan wilayah
adalah suatu proses yang akan terjadi dan tidak dapat dihindari seiring dengan
kemajuan dalam pembangunan sosial ekonomi negara, sampai kemudian menurun
kembali dengan sendirinya setelah mencapai titik balik (polarization reversal).
Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa
pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk,
namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang
kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik. Sementara itu
menurut Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia nampaknya mengikuti kurva
Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan. Ardani (1992) mengemukakan bahwa
kesenjangan/ ketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan
dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri.
Kesenjangan antar daerah yang semakin besar menurut Williamson disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 7
1). Adanya migrasi tenaga kerja antar daerah bersifat selektif yang pada umumnya para
migran tersebut lebih terdidik, mempunyai ketrampilan yang tinggi dan masih
produktif.
2). Adanya migrasi kapital antar daerah. Adanya proses aglomerasi pada daerah yang
relatif kaya menyebabkan daya tarik tersendiri bagi investor pada daerah lain yang
berakibat terjadinya aliran kapital ke daerah yang memang telah terlebih dahulu
maju.
3). Adanya pembangunan sarana publik pada daerah yang lebih padat dan potensial
berakibat mendorong terjadinya kesenjangan/ketimpangan antar daerah lebih besar.
4). Kurangnya keterkaitan antar daerah yang dapat menyebabkan terhambatnya proses
efek sebar dari proses pembangunan yang berdampak pada semakin besarnya
kesenjangan/ketimpangan yang terjadi.
3. Teori Lokasi
Tidak dapat disangkal bahwa ruang (space) merupakan kondisi nyata yang
sanagt penting sekali dalam analisa ekonomi, tidak hanya dalam analisa mikro tetapi
juga dalam analisa ekonomi makro (Sjafrizal, 2008). Pada tahun 1933, Walter Christaller
memusatkan perhatianya terhadap penyebaran pemukiman, desa dan kota-kota yang
berbeda-beda ukuran luasnya. Penyebaran tersebut kadang-kadang bergerombol atau
berkelompok dan kadang-kadang terpisah jauh satu sama lain. Atas dasar lokasi dan
pola penyebaran pemukiman dalam ruang ia mengemukakan teori yang disebut Teori
Tempat Yang Sentral (Central Place Theory) (Nursid Sumaatmadja, 1981).
Pada tahun 1945, August Lost memperkuat teori Christaller, mereka
berkesimpulan bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasasrkan apek
keruangan kepada penduduk. Jadi lokasi kegiatan yang melayani kebutuhan penduduk
itu harus ada pada tempat yang sentral (yang memungkinkan partisipasi warga yang
jumlahnya maksimum). Tempat yang semacam itu oleh Christaller dan Losh
diasumsikan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk geometrik yang heksagonal.
Tempat-tempat semacam itu memiliki kawasan pengaruh terhadap daerah sekitarnya.
Hubungan antara lokasi tempat-tempat yang sentral dengan tempat yang sentral
disekitarnya membentukhierarki jaringan seperti sarang lebah.
Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal adalah Teori
Konsentris (Concentric Zone Theory), Teori Sektoral (Sector Theory) dan Teori Pusat
Berganda. Ketiga teori tersebut mengkaji bahwa setiap kota memiliki pusat kota dan
biasanya dinamakan Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Bussiness District
(CBD). Namun, masing-masing teori menyatakan pengertian yang berlainan mengenai
DPK tersebut.
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 8
4. Teori Kutub Pertumbuhan
Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955, atas dasar pengamatan
terhadap proses pembangunan. Perroux mengakui kenyataan bahwa pembangunan
tidak terjadi dimana-mana secara serentak, tetapi muncul ditempat-tempat tertentu
dengan intensitas yang berbeda. Tempat-tampat itulah yang dinamakan titik-titik dan
kutub-kutub pertumbuhan. Dari titik-titik dan kutub-kutub pertumbuhan itulah
pembangunan akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akibat akhir
yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.
Mengingat pengamatan diatas, teori ini menyarankan keperluan untuk
memusatkan investasi dalam sejumlah sektor kecil sebagia sektor kunci di beberapa
tempat tertentu. Dalam memusatkan usaha pada sejumlah sektor dan tempat yang kecil
diharapkan pembangunan akan menjalar pad sektor lain pada seluruh wilayah, dengan
demikian sumber-sumber material dan manusiawi yang digunakan dapat dimanfaatkan
lebih baik dan lebih efisien. Jadi pada dasarnya teori kutub pertumbuhan menerangkan
akibat dari sekelompok kesatuan-kesatuan yang memimpin atau karena polarisasi.
5. Konsep-konsep Pusat Pengembangan
Teori tempat sentral telah melandasi dikembangkannya Teori Kutub
Pertumbuhan. Teori Kutub Pertumbuhan menekankan pada dinamisme dan aglomerasi
industri-industri, sehingga memungkinkan kebijakan secara simultan, yaitu yang utama
adalah pemilihan pusat-pusat modal yang dominan dan disamping itu
mendesntralisasikan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Mirdal menekankan analisanya pada faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
ketidakseimbangan di berbagai daerah dan negara yaitu backwash effects adalah lebih
kuat dari faktor yang menimbulkan spreed effects.
Hirchman sependapat dengan pandangan Peurrox dan Mirdal, ia berpendapat
bahwa : “Kemajuan ekonomi tidak terjadi pada waktu yang sama diberbagai daerah dan
apabila di suatu daerah terjadi pembangunan terdapat daya tarik yang kuat yang akan
menciptakan konsentrasi pembangunan ekonomi di sekitar daerah dimana
pembangunan bermula.” (Sadono Sukirno, 1976). Boudeville mendefinisikan Kutub
Pertumbuhan wilayah sebagai seperangkat industri-industri sedang berkembang yang
berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan ekonomi lebih lanjut
melalui wilayah pengaruhnya.
6. Teori Lokasi Pertumbuhan
Teori lokasi merupakan cabang ilmu ekonomi regional paling tua yang
dikembangkan sejak abad kesembilan belas (H.W. Richardson, 1979). Teori ini diilhami
oleh pertanyaan Weber (1929), yaitu orang yang pertama kali mengajukan pertanyaan
mengapa pabrik-pabrik cenderung berlokasi saling berdekatan. Teori lokasi adalah teori
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 9
yang menjelaskan dimana dan bagaimana suatu aktivitas ekonomi memilih lokasinya
secara optimal. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah penting bagi para
pengambil keputusan publik, perencana-perencana lembaga perdagangan eceran (yang
ingin membuat pilihan lokasi yang tepat) maupun pengambang-pengambang komunitas
serta real estate, yang berharap untuk dapat menarik bisnis ke kawasan-kawasan
mereka (Soepono, 1999). Dengan demikian lokasi perusahaan-perusahaan atau
kegiatan ekonomi memerankan peranan penting bagi lokasi daerah/kota-kota.
Keputusan-keputusan lokasi perusahaan-perusahaan dan aktivitas ekonomi seharusnya
menyebabkan timbul dan berkembangnya kota-kota dan daerah-daerah.
Pemilihan lokasi aktivitas ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor lokasi. Faktor-
faktor lokasi adalah faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi suatu aktivitas
ekonomi, seperti aktivitas poduksi atau aktivitas pemberian jasa. Setiap organisasi dari
aktivitas ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor lokasi. Dengan kata lain, faktor-faktor
lokasi adalah variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan lokasi (Soepono, 1991).
Faktor-faktor lokasi menurut Soepono (1999), dapat dikelompokkan menjadi dua
orientasi yaitu, pertama, orientasi transportasi, yang dimaksud dengan orientasi
transportasi adalah bahwa trasportasi merupakan porsi terbesar dari biaya total dari
organisasi suatu aktivitas ekonomi, sehingga menjadi penentu keputusan lokasi. Faktor-
faktor lokasi yang berorientasi transportasi antara lain; faktor transportasi, faktor sumber
daya, faktor pasar, dan faktor tenaga kerja. Kedua, orientasi masukan lokal, yang
dimaksud dengan orientasi masukan lokal adalah bahwa masukan lokal itulah yang
merupakan persentase terbesar dari biaya total dan disebut ke lokasi lain. Faktor-faktor
lokasi yang berorientasi masukan lokal antara lain; faktor energi, faktor kenyamanan
(mutu hidup, kualitas hidup atau gaya hidup), faktor aglomerasi, pelayanan publik
setempat, pajak, insentif pemerintah (pusat dan daerah), iklim bisnis setempat, site costs
(harga tanah dna gedung, fasilitas perkantoran dan gedung), dan stabilitas atau iklim
politik.
2.2 Metode Analisis
2.2.1 Indeks Williamson
Dalam penelitian ini akan digunakan indeks Williamson dalam mengukur
ketimpangan pendapatan antar wilayah dalam hal ini antar Kabupaten/Kota di
Kabupaten Pemalang Rumus indeks Williamson ini akan menghasilkan angka indeks
yang lebih besar dan sama dengan 0 (nol) dan lebih dari 1 (satu). Ekstrimnya jika angka
indeks sama 0 (nol) maka menandakan tidak terjadi ketimpangan ekonomi antar
kabupaten. Angka indeks yang lebih besar dari nol menunjukan adanya ketimpangan
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 10
IW= ∑(𝒀𝟏−𝒀)𝟐𝒇𝒊/𝒏
𝒀
antar kabupaten. Semakin besar indeksnya berarti semakin besar pula tingkat
ketimpangan ekonomi antar kabupaten.
Secara ilmu statistik, indeks ini sebenarnya adalah coefficient off variation yang
lazim digunakan untuk mengukur suatu perbedaan. Istilah Williamson indeks muncul
sebagai penghargaan kepada Jeffrey G. Williamson yang mula-mula mengunakan teknik
ini untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Indeks Williamson
mengunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita sebagai data dasar.
Alasanya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah
dan bukan tingkat kemakmuran antar kelompok. Walaupun demikian indeks ini juga
mempunyai kelemahan yaitu sensitif terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam
perhitungan, namun demikian indeks ini juga cukup banyak digunakan dalam mengukur
ketimpangan antar wilayah.
Dengan menggunakan alat analisis indeks Williamson akan diketahui ada
tidaknya ketimpangan antar pendapatan antar kelompok Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah. Rumus indeks Williamson adalah sebagai berikut:
Keterangan:
IW : Nilai Disparitas Pendapatan antar Kabupaten/Kota
Y1 : Pendapatan Perkapita di Kabupaten/Kota i
Y : Pendapatan Perkapita di Provinsi Jawa Tengah
Fi : Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota i
N : Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Tengah
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 11
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
3.1.1 Aspek Fisik
3.1.1.1 Luas dan Letak Wilayah
Kabupaten Cilacap merupakan daerah yang cukup luas, terletak diantara
108o 4’ 30” – 109o 30’ 30” garis bujur timur dan 7o 30’ - 7o 45’ 20” garis lintang
selatan, mempunyai luas wilayah 225.361 Ha, yang terbagi menjadi 24
kecamatan. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian
rata-rata 198 M dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan
Kampung Laut dengan ketinggian ratarata 1 M dari permukaan laut dan memiliki
batas administratif sebagai berikut :
Selatan : Samudra Indonesia
Utara : Kabupaten Banyumas
Timur : Kabupaten Kebumen
Barat : Propinsi Jawa Barat
3.1.1.2 Keadaan Alam
Topografi wilayah Kabupaten Cilacap terdiri dari permukaan landai dan
perbukitan dengan ketinggian antara 6 – 198 m dari permukaan laut. Wilayah
topografi terendah pada umumnya dibagian selatan yang merupakan daerah
pesisir dengan ketinggian antara 6 – 12 m dpl, yang meliputi dari wilayah Cilacap
Timur yaitu Kecamatan Nusawungu, Binangun, Adipala, Sebagian Kesugihan,
Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan, Kampung Laut, dan sebagian
Kawunganten. Sedangkan topografi yang termasuk dataran rendah dan sedikit
berbukit antara lain Kecamatan Jeruklegi, Maos, Sampang, Kroya, Kedungreja,
dan Patimuan dengan ketinggian antara 8 – 75 m dpl . Sedangkan topografi yang
termasuk dataran tinggi atau perbukitan meliputi wilayah Cilacap bagian barat
yaitu Kecamatan Daeyeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu,
Karangpucung, dengan ketinggian antara 75 – 198 m dpl, dan Kecamatan Cipari,
Sidareja, sebagian Gandrungmangu, dan sebagian Kawunganten dengan
ketinggian. antara 23 – 75 m dpl.
Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah cukup besar serta berbagai
keadaan topografi serta factor pendukung lingkungan yang berbeda-beda,
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan potensi sumberdaya
alam yang ada. Potensi sumberdaya alam yang ada meliputi dalam kawasan
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 12
pesisir, dalam kawasan dataran rendah, serta potensi sumberdaya alam pada
kawasan pedalaman atau wilayah dataran tinggi atau perbukitan, yang masing-
masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tentunya akan berbeda-
beda pula dalam pemanfaatannya serta dalam pengelolaanya.
Daerah pesisir Kabupaten Cilacap merupakan kawasan yang mempunyai
suatu ekosistem sangat unik yang ada di bagian selatan Pulau Jawa. Kawasan
perairan pesisir yang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik lingkungan
eksternal dari aktivitas daratan, pengaruh masa air sungai dan muatan sedimen
melalui proses hidro-oseanografis yang terjadi hingga ke tengah laut pada radius
± 5 mil, sehingga terjadi proses pengkayaan unsur hara seperti Nitrat dan Posfat
yang penting bagi fotosintesis biomasa fitoplankton perairan.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan pesisir dan
laut adalah melalui pengembangan perikanan tangkap serta pengembangan
budidaya di ditambak. Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Cilacap sangat
besar dikarenakan letaknya berbatasan langsung dengan Samodera Hindia,
yang mana mempunyai keunggulan yang kompetitif seperti ikan tuna dan jenis
udang, yang merupakan komoditas eksport perikanan Kabupaten Cilacap.
Sedangkan potensi sumberdaya perikanan budidaya di kawasan pesisir adalah
budidaya tambak udang, bandeng, serta kepiting. Disamping itu masih banyak
potensi Sumberdaya Perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan prospektif
untuk dikembangkan di masa yang akan datang misalnya sidat, rumput laut serta
kerang (totok)
Sedangkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan
pedalaman atau di kawasan dataran tinggi adalah melalui pengembangan
perikanan budidaya ikan di kolam, budidaya ikan di karamba di perairan umum
dan penangkapan ikan di perairan umum (sungai, rawa dan genangan). Produk
unggulan utama komoditas budidaya ikan di kolam adalah ikan gurami, serta
jenis ikan lainnya antara lain : lele, nila, ikan mas, tawes, bawal tawar, patin.
Dengan demikian secara langsung ataupun tidak langsung bidang Kelautan dan
Perikanan mempunyai andil terhadap kontribusi pendapatan daerah, perbaikan
ekonomi dan taraf hidup masyarakat di kabupaten Cilacap.
3.2 Kependudukan
Penduduk Kabupaten Cilacap setiap tahun terus bertambah, menurut hasil
registrasi penduduk pada akhir tahun 2011 mencapai 1.755.268 jiwa yang terdiri dari
laki-laki 879.198 jiwa dan perempuan 876.070 jiwa. Selama 5 tahun terakhir rata-rata
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 13
pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 0,38 persen, dengan pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2008 (0,47 persen), dan terendah pada tahun 2010 (0,26 persen),
Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan penduduk yang terendah sejak tahun 1987.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah penduduk
laki-laki sedikit lebih banyak dibanding penduduk perempuan, yang diindikasikan dengan
angka sex ratio sebesar 1004. Sementara itu dari distribusi penduduk menurut
kecamatan, memperlihatkan Kecamatan Majenang adalah yang paling banyak
penduduknya yaitu sebesar 126.175 jiwa (7,19 persen), diikuti Kecamatan Kroya
sebesar 103.004 jiwa (5,87 persen) kemudian Kecamatan Gandrungmangu sebesar
102.373 jiwa (5,83 persen). Sedangkan yang berpenduduk paling kecil adalah
Kecamatan Kampung Laut, yaitu sebesar 16.840 jiwa (0,96 persen).
Bila diamati dari umur penduduk, diperoleh jumlah penduduk yang berusia
dibawah 15 tahun (penduduk anak-anak) adalah 497.612 jiwa atau sebesar 28,35
persen, yang berarti penduduk Kabupaten Cilacap termasuk kategori umur “sedang”.
Dari umur penduduk dapat diketahui pula angka rasio ketergantungan penduduk
Kabupaten Cilacap tahun 2011 sebesar 54,97 persen, yang berarti tiap 100 orang usia
produktif harus menanggung 55 orang usia non produktif.
3.2.1 Tingkat Kepadatan
Bertambahnya penduduk menyebabkan kepadatan penduduk juga
meningkat, yaitu dari 818 jiwa/km2 pada tahun 2010 menjadi 821 jiwa/km2 pada
tahun 2011. Seperti tahun sebelumnya, penduduk yang terpadat berada di
Kecamatan Cilacap Selatan (8.613 jiwa/km2), dan yang paling rendah
kepadatannya adalah Kecamatan Kampung Laut (115 jiwa/km2 ).
3.2.2 Tingkat Kesejahteraan
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Perhatian pemerintah pada bidang ini
antara lain diwujudkan melalui penyediaan sarana/prasarana pendidikan dan
peningkatan kualitas tenaga pengajar. Perhatian pemerintah tersebut
sesungguhnya tidaklah cukup tanpa disertai partisipasi aktif masyarakat.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kantor
Departemen Agama Kabupaten Cilacap, jumlah murid SD dan MI tahun 2011
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 14
sebanyak 204.603 siswa atau turun sebesar 1,56 persen dibandingkan tahun 2010
yang tercatat sebanyak 207.841 siswa.
Jumlah murid SLTP/ sederajat, mengalami kenaikan dari 90.346 siswa
pada tahun 2010 menjadi 98.948 siswa pada tahun 2011. Begitu pula jumlah murid
SLTA/sederajat juga mengalami kenaikan dari 51.170 siswa pada tahun 2010
menjadi 52.743 siswa pada tahun 2011.
Daya tampung sekolah negeri umumnya lebih besar dari sekolah swasta,
terlihat rata-rata siswa persekolah pada sekolah negeri lebih tinggi dari sekolah
swasta. Rata-rata siswa persekolah untuk SLTP Negeri, MTs Negeri, SMU Negeri,
SMK Negeri dan MA Negeri sebesar 504, 649, 669, 940 dan 703 siswa, sedangkan
untuk sekolah swastanya masing-masing sebesar 221, 227, 186, 533 dan 135
siswa.
Minat lulusan SLTP untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan cukup besar,
terlihat rata-rata jumlah siswa SMK per sekolah lebih besar dari ratarata jumlah
siswa SMU per sekolah masing-masing sebanyak 587 murid dan 383 murid.
2. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
esensial, karena kondisi kesehatan seseorang akan sangat mempengaruhi
kelancaran aktifitasnya. Kepedulian Pemerintah terhadap masalah kesehatan
diwujudkan antara lain melalui penyediaan beberapa sarana kesehatan seperti
Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes yang keberadaannya telah
menyebar di tiap kecamatan.
Di Kabupaten Cilacap setiap kecamatan telah memiliki minimal satu
Puskesmas. Bahkan beberapa kecamatan yang penduduknya relative banyak
telah berdiri dua Puskesmas, sehingga rasio Puskesmas terhadap penduduk pada
tahun 2011 adalah satu Puskesmas rata-rata melayani 46.191 penduduk.
Di samping itu untuk lebi mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, di Kabupaten Cilacap telah ada 79 Puskesmas Pembantu dan 2.167
Posyandu. Salah satu peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan
kesehatan adalah dengan mengikuti program KB dan program imunisasi. Pada
tahun 2011 pencapaian akseptor KB baru tercatat sebanyak 66.526 dari target
sebanyak 66.734. PUS yang menjadi akseptor aktif KB tercatat sebanyak 251.128
atau 73,07 persen dari 343.680 PUS yang ada.
Melalui Posyandu dan tempat pelayanan kesehatan lainnya pada tahun
2011 tercatat telah dilakukan sebanyak 29.910 imunisasi BCG, 30.215 imunisasi
DPT1, 29.727 imunisasi DPT2, 29.555 imunisasi DPT3, 29.992 imunisasi Polio1,
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 15
29.801 imunisasi Polio2, 29.087 imunisasi Polio3, dan 29.032 imunisasi campak.
Dengan mengikuti imunisasi diharapkan para balita dapat tercegah dari penyakit
sedini mungkin.
3.3 Pemerintahan
A. Wilayah Administrasi
Kabupaten Cilacap, terbagi dalam 24 kecamatan yang terdiri dari 269 desa
dan 15 kelurahan. Semua Desa/Kelurahan sudah mempunyai Sarana Pemerintahan
berupa Balai Desa maupun Kantor Desa. Disamping itu Pemerintah juga di dukung
oleh lembaga tingkat Desa/Kelurahan yaitu RT dan RW. Lembaga tingkat
Desa/kelurahan tersebut terdiri dari 10.439 Rukun Tetangga (RT) dan 2.321 Rukun
Warga (RW).
B. Kepegawaian
Pada tahun 2011 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan CPNS di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap sebanyak 14.979 orang yang terdiri dari
8.190 laki-laki dan 6.789 perempuan yang tersebar di satuan pemerintah Kab.
Cilacap, Sekretariat Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kantor Daerah, Kecamatan,
dan Kelurahan. Jumlah Pegawai menurut Pendidikan yang ditamatkan berturutturut
adalah Tamat SD sebanyak 257 orang, SLTP sebanyak 471 orang, SMU sebanyak
3.385 orang D1/D2 sebanyak 3.345 orang, D3 sebanyak 1.021 orang, S1 sebanyak
6.171 orang dan S2 sebanyak 329 orang. Sedangkan Jumlah PNSseluruhnya yang
tercatat di BKD Kab. Cilacap berdasarkan golongan I, II, III, IV pada tahun 2011,
berturut-turut sebesar 199 orang, 3.022 orang, 5.079 orang dan 6.438 orang.
C. Pencatatan Sipil
Jumlah akte kelahiran dan kematian yang dihimpun oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Cilacap pada tahun 2011 sebesar 68.287
akte kelahiran serta 75 akte kematian. Untuk jumlah akte kelahiran turun sebesar 42
persen, sedangkan jumlah akte kematian mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar
78,57 persen yaitu dari 42 menjadi 75 akte. Sementara itu untuk akte perkawinan
turun 6,87 persen dari tahun sebelumnya. Akte perceraian juga mengalami
penurunan sebesar 13,04 persen yaitu menjadi 20 buah di tahun 2011.
D. Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kab. Cilacap, pada tahun 2011 berhasil
menerbitkan sertifikat hak atas tanah sebanyak 5.792 buah yang terdiri dari 5.274
sertifikat hak milik, 13 serifikat hak guna usaha, 364 sertifikat hak guna bangunan, 30
sertifikat hak pakai, dan 111 serifikat hak wakaf. Penerbitan sertifikat ini mengalami
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 16
penurunan sebesar 40,59 persen dari 9.749 buah sertifikat pada tahun 2010. Pada
tahun ini BPN tidak menerbitkan sertifikat hak pengelolaan dan sertifikat satuan
rumah susun.
3.4 Struktur Ekonomi
3.4.1 PDRB Kabupaten Cilacap Tahun 2007-2011
Tabel III.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cilacap Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
3.4.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011
Tabel III.2 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
No Sektor 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 4,357,173.11 4,786,988.54 5,203,229.82 5,766,724.89 6,192,321.94
2 Pertambangan & Penggalian
445810.37 514335.82 566508.92 616679.46 676297.17
3 Industri Pengolahan
2,967,313.86 3,336,433.62 3,597,534.82 3,912,639.66 4,309,365.93
4 Listrik, Gas dan Air Minum
166,753.88 172,818.38 182,341.17 192,606.42 207,393.93
5 Bangunan 636,828.01 739,165.16 837,920.08 932,804.80 1,062,587.34
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
2,960,165.68 3,338,289.23 3,742,547.94 4,197,324.77 4,776,256.53
7 Pengangkutan dan Komunikasi
1,003,233.43 1,198,151.15 1,359,587.17 1,589,963.50 1,825,379.70
8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
594,941.76 675,385.35 873,237.75 991,915.88 1,093,647.86
9 Jasa - Jasa 1,067,783.32 1,255,110.14 1,442,787.02 1,600,251.54 1,773,837.43
Total (PDRB) 14,200,003.42 16,016,677.39 17,805,694.69 19,800,910.92 21,917,087.83
No lapangan usaha 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 63,832,141.75 72,862,985.73 79,342,553.91 86,667,552.35 95,094,911.25
2 Pertambangan dan Penggalian
3,109,574.32 3,514,457.82 3,852,796.77 4,302,563.07 4,726,486.17
3 Industri pengolahan
100,426,108.50 125,066,771.42 130,352,154.42 146,155,156.78 166,108,727.25
4 Listrik gas dan Air 3,416,364.50 3,749,439.12 4,114,517.64 4,645,499.82 4,984,337.38
5 Bangunan 18,113,000.92 21,196,201.77 24,448,721.40 27,124,582.63 29,747,532.49
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
62,277,991.34 71,617,054.69 78,262,543.48 86,998,316.32 98,268,229.55
7 Pengangkutan dan Komunikasi
18,360,564.20 21,091,610.95 23,836,789.16 26,298,747.14 29,172,039.07
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
10,821,691.52 12,617,097.04 14,447,437.07 15,899,731.16 17,684,047.74
9 Jasa-jasa 32,071,370.05 35,480,336.36 39,246,429.89 46,599,865.32 52,828,325.46
PDRB 312,430,814.10 367,135,954.90 397,903,943.75 444,692,014.59 498,614,636.36
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 17
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Total PRDB Kabupaten Cilacap
PDRB adalah salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan
ekonomi. PDRB merupakan hasil penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit-
unit kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu biasanya satu
tahun. Dalam kurun waktu 2007-2011 PDRB Kabupaten Cilacap tetap beranjak naik. Untuk
mengetahui Perkembangan PDRB Kabupaten Cillacap Tahun 2007-2011 dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel IV.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar harga Berlaku Kabupaten Cilacap Tahun 2007-2011
Tahun PDRB Presentasee
2007 8,226,673 24.86%
2008 9,240,569 10.97%
2009 10,228,138 9.66%
2010 11,338,020 9.79%
2011 12,510,960 9.38%
Sumber : BPS Semarang, 2013
Seperti dapat dilihat dalam tabel diatas, perkembangan PDRB Kabupaten Cilacap Selalu
mengalami peningkatan. Peningkatan paling signifikan terlihat pada tahun 2007 yaitu
sebesar 24,86% dari tahu sebelumnya atau sebesar 8.226.673. Pada tahun tahun
berikutnya pun mengalami peningkatan yang relative stabil sekitar 10% setyiap tahunnya
sampai tahun 2011.
4.2. Peran dan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Disparitas (Ketimpangan) di
Kabupaten Cilacap
Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah
satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah tertinggal. Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang yang memiliki cukup banyak daerah tertinggal, yaitu sebanyak 199
daerah dimana sebesar 43 persen Kabupaten tertinggal, dengan konsentrasi kawasan timur
Indonesia 62 persen, dan kawasan barat Indonesia 38 persen. (Menteri, 2008)
Wilayah yang diambil sebagai contoh kasus adalah Kabupaten Cilacap. Tujuannya
adalah untuk mengetahui peran dan kontribusi sektor khususnya sektor pertanian terhadap
disparitas (ketimpangan) di wilayah tersebut. Data-data yang diperlukan dalam
penghitungan disparitas pada sektor di Kabupaten Cilacap adalah berupa data time series
(2006-2008) dan meliputi:
1) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cilacap total ataupun
sektoral;
2) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah;
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 18
3) Jumlah penduduk pertengahan tahun Kabupaten Cilacap; dan
4) Jumlah penduduk pertengahan tahun Provinsi Jawa Tengah.
Dalam hal ini, data-data dalam tingkatan Provinsi Jawa Tengah diasumsikan sebagai
data nation. Sedangkan data-data dalam tingkatan Kabupaten Cilacap diasumsikan sebagai
data region.
Berikut adalah tabel-tabel yang digunakan untuk menhitung indeks Williamson untuk
mengetahui disparitas atau ketimpangan di Kaupaten Cilacap.
Tabel IV.1
PDRB, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Cilacap Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
Tabel IV.2 PDRB, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
Tabel IV.3 Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
No Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 14,200,003.42 16,016,677.39 17,805,694.69 19,800,910.92 21,917,087.83
2. Jumlah Penduduk
1,726,093 1,733,300 1,740,854 1,746,417 1,751,831
3. Pendapatan Perkapita
8,226,673.43 9,240,568.51 10,228,137.85 11,338,020.03 12,510,960.15
No Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 312,430,814.10 367,135,954.90 397,903,943.75 444,692,014.59 498,614,636.36
2. Jumlah Penduduk
32,380,279 32,626,390 32,864,563 32,382,657 32,565,521
3. Pendapatan Perkapita
9,648,737 11,406,656 12,322,889 13,732,413 15,376,171
No Sektor 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertambangan & Penggalian
445810.37
514335.82 566508.92 616679.46 676297.17
2 Industri Pengolahan 2,967,313.86
3,336,433.62 3,597,534.82 3,912,639.66 4,309,365.93
3 Listrik, Gas dan Air Minum
166,753.88
172,818.38 182,341.17 192,606.42 207,393.93
4 Bangunan 636,828.01
739,165.16 837,920.08 932,804.80 1,062,587.34
5 Perdagangan, Hotel
dan Restoran
2,960,16
5.68
3,338,289.23 3,742,547.94 4,197,324.77 4,776,256.53
6 Pengangkutan dan
Komunikasi
1,003,23
3.43
1,198,151.15 1,359,587.17 1,589,963.50 1,825,379.70
7 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
594,941.76
675,385.35 873,237.75 991,915.88 1,093,647.86
8 Jasa - Jasa 1,067,783.32
1,255,110.14 1,442,787.02 1,600,251.54 1,773,837.43
Total (PDRB) 9,842,83
0.31
11,229,688.85 12,602,464.87 14,034,186.03 15,724,765.89
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 19
Tabel IV.4 PDRB, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Tanpa Sektor Pertanian Kabupaten Cilacap Tahun
2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
Tabel IV.5 Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
Tabel IV.6 PDRB, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Tanpa Sektor Pertanian Provinsi Jawa TengahTahun
2007-2011
Sumber : BPS Semarang, 2013
4.3. Indeks Williamson Kabupaten Cilacap
Tabel IV.7 ndeks Williamson Kabupaten Cilacap Tahun 2007-2011
Sumber : Analisis Yutri Aprillia, 2013
No Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 9,842,830.31 11,229,688.85 12,602,464.87 14,034,186.03 15,724,765.89
2. Jumlah Penduduk
1,726,093 1,733,300 1,740,854 1,746,417 1,751,831
3. Pendapatan Perkapita
5,702,375.43 6,478,791.24 7,239,242.85 8,035,987.99 8,976,188.85
No lapangan usaha 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertambangan dan Penggalian
3,109,574.32 3,514,457.82 3,852,796.77 4,302,563.07 4,726,486.17
2 Industri pengolahan 100,426,108.50 125,066,771.42 130,352,154.42 146,155,156.78 166,108,727.25
3 Listrik gas dan Air 3,416,364.50 3,749,439.12 4,114,517.64 4,645,499.82 4,984,337.38
4 Bangunan 18,113,000.92 21,196,201.77 24,448,721.40 27,124,582.63 29,747,532.49
5 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
62,277,991.34 71,617,054.69 78,262,543.48 86,998,316.32 98,268,229.55
6 Pengangkutan dan Komunikasi
18,360,564.20 21,091,610.95 23,836,789.16 26,298,747.14 29,172,039.07
7 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
10,821,691.52 12,617,097.04 14,447,437.07 15,899,731.16 17,684,047.74
8 Jasa-jasa 32,071,370.05 35,480,336.36 39,246,429.89 46,599,865.32 52,828,325.46
PDRB 248,596,665.35 294,332,969.17 318,561,389.83 358,024,462.24 403,519,725.11
No Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 248,596,665.35 294,332,969.17 318,561,389.83 358,024,462.24 403,519,725.11
2. Jumlah Penduduk
32,380,279 32,626,390 32,864,563 32,382,657 32,565,521
3. Pendapatan Perkapita
7,677,409.62 9,021,315.85 9,693,157.64 11,056,055.78 12,391,010.88
Tahun INDEKS WILLIAMSON
Dengan Sektor Pertanian
Tanpa Sektor Pertanian
2007 0.034028307 0.059395249
2008 0.043769341 0.064960242
2009 0.03912345 0.058265496
2010 0.040491728 0.063435769
2011 0.043219076 0.063918772
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 20
Dari tabel diatas, diketahui bahwa dengan adanya sektor pertanian, terjadi disparitas
di Kabupaten Cilacap. Namun, setelah perhitungan Indeks Williamson dilakukan tanpa
adanya sektor pertanian, disparitas menjadi lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian ikut menyumbangkan terjadinya disparitas di Kabupaten Cilacap. Untuk
memudahkan analisis, berikut adalah grafik disparitas dengan dan tanpa sektor pertanian :
Sumber : Analisis Yutri Aprillia, 2013
Gambar 4.1 Grafik Disparitas dengan dan tanpa sektor pertanian
Terdapatnya disparitas, menunjukkan bahwa di Kabupaten Cilacap terdapat ketimpangan
pendapatan masyarakat. Dengan ketimpangan pendapatan, maka memiliki kemungkinan
timbulnya kemiskinan. Kemiskinan tersebut terdapat pada sektor yang pendapatan
perkapitanya lebih rendah daripada sektor pertanian.
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
2007 2008 2009 2010 2011
INDEKS WILLIAMSON Tanpa Sektor Pertanian
INDEKS WILLIAMSON Dengan Sektor Pertanian
Indeks Williamson Kabupaten Cilacap Tahun 2007-2011
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil perhitungan Index Williamson Kabupaten Cilacap dari tahun 2007-2011 dengan
pembanding Provinsi jawa Tengah dapat terlihat mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Kelnaikan paling signifikan terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 0.043769341 dan paling
kecil adalah tahun 2007 yaitu 0.034028307. Angka indeks Williamson setiap tahunnya
cenderung naik dengan stabil. Apabila dilihat, angka indeks williamson dengan sektor
pertanian terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan indeks williamson tanpa sektor
pertanian. Hal ini menunjukan bahwa peran sektor pertanian dalam mempengaruhi
disparitas atau ketimpangan ekonomi di Kabupaten Cilacap tidak dapat dipandang sebelah
mata.
5.2 Saran
Sektor pertanian memang bukan sektor utama di Kabupaten Cilacap, namun
memiliki peran yang penting dalam mengurangi angka ketimpangan di Kabupaten Cilacap
itu sendiri. Oleh karena itu, alangkah baiknya masyarakat dan pemerintah kota tetap
mengoptimalkan sektor pertanian agar menunjang perekonomian masyarakat khususnya di
Kabupaten Cilacap.
Disparitas Kabupaten Cilacap Page 22
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2012. “Cilacap dalam Angka 2012,” dalam bps.com.
http://cilacapkab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=10&Ite
mid=11. Diunduh Senin, 10 Juni 2013.
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Cilacap dalam Angka 2012. Semarang.