PEMBANGUNAN KESEHATAN
MASYARAKAT DESA dan
Desa SiAGa
WILYA ELAWITACHYA
pkmd & desa siaga 2014
Setelah mengikuti kuliah dengan topik Ruang Lingkup Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa diharapkan mahasiswa mampu:
1. mengetahui mengenai Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
2. mengetahui pelaksanaan kegiatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa
3. mengetahui ciri-ciri Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
4. mengetahui tujuan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
5. mengetahui ruang lingkup Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
BAB I
RUANG LINGKUP PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat
dalam rangka menolong diri sendiri dengan mengenal dan memecahkan masalah
atau kebutuhan di bidang kesehatan/yang berkaitan dengan kesehatan sehingga
mampu memelihara kehidupan yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup
dan kesejahteraan masyarakat.
Ruang lingkup
PKMD bertujuan meningkatkan status kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun status kesehatan dipengaruhi oleh
berbagai faktor terutama lingkungan dan perilaku masyarakat selain faktor
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Kegiatan PKMD tidak terbatas dalam
kesehatan saja akan tetapi menyangkut juga kegiatan di luar kesehatan yang
berkaitan dengan peningkatan status kesehatan dan perbaikan mutu hidup
1
pkmd & desa siaga 2014
masyarakat. Misalnya kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan
pinjam untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil
belajar. Sesuai dengan deklarasi Alma Alta untuk mencapai kesehatan bagi semua
orang pada tahun 2000, Primary Health Care adalah kuncinya maka di Indonesia
PKMD merupakan bentuk operasional dari Primary Health Care. Kebijakan nasional
dalam mengembangkan dan membina PKMD sebagai bentuk operasional PKMD
adalah sebagai berikut :
1. Hirarki pelayanan kesehatan sehubungan dengan komponen atau unsur-
unsur pelayanan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah:
2.
Pelaksanaan kegiatan PKMD yang dilakukan masyarakat minimal mencakup
salah satu dari delapan unsur Primary Health Care:
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya.
b. Peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi.
c. Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana.
2
Hirarki Komponen pelayanan kesehatan
Tingkat rumah tangga Pelayanan kesehatan oleh individu
atau keluarga sendiri
Tingkat masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam
menolong mereka sendiri
Tingkat fasilitas kesehatan Pelayanan Puskesmas, Pukesmas
Pembantu, Keliling
Tingkat rujukan pertama Rumah sekit tingkat kabupaten dan
satuan pelayanan kesehatan lainnya
Tingkat rujukan yang lebih tinggi Rumah sakit kelas B dan kelas A serta
satuan pelayanan lainnya
pkmd & desa siaga 2014
e. Imunisasi terhadap penyakit infeksi utama.
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik.
3. Pengembangan dan pembinaan PKMD
a. Pengambangan dan pembinaan PKMD berpedoman pada GBHN.
b. Pengembangan dan pembinaan PKMD dilakukan dengan kerjasama lintas
program dan lintas sektor melalui pendekatan edukatif.
c. Koordinasi pembinaan melaui jalur fungsional pada tiap tingkatan, tingkat
provinsi oleh gubernur, tingkat kabupaten oleh bupati dan tingkat kecamatan
oleh camat.
4. PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.
5. Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif antara
instansi yang berkepentingan dalam pembiaan masyarakat desa.
6. Puskesmas sebagai pusat pengembangan dan pembangunan kesehatan
berfungsi sebagai dinamisator.
Ciri-ciri Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
1. Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa
masyarakat sendiri dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri
sebagai kebutuhan.
2. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan
mufakat.
3. Pelaksanaan kegiatan berlandaskan pada peran serta aktif dan swadaya yang
dimiliki masyarakat.
4. Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang tidak
mengakibatkan ketergantungan.
5. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
6. Memanfaatkan teknologi tepat guna.
7. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari delapan
unsur Primary Health Care.
Tujuan pembinaan pembangunan masyarakat desa
A. UMUM
3
pkmd & desa siaga 2014
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
masyarakat.
B. KHUSUS
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri sendiri dalam meningkatkan mutu hidup.
2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat unbtuk berperan
serta aktif dan swadaya dalam meningkatkan kesejahteraan sendiri.
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga masyarakat setempat yang mampu,
terampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
4. Kesehatan masyarakat makin meningkat dalam arti memenuhi indikator
sebagai berikut:
a. angka kesakitan menurun
b. angka kematian menurun terutama angka kematian bayi
c.tidak ada warga masyarakat yang menderita kurang gizi terutama anak
balita
Ruang lingkup pembangunan kesehatan masyarakat desa
Walaupun PKMD bertujuan untuk memperbaiki taraf kesehatan namun kegiatannya
tidak terbatas pada bidang kesehatan karena banyak sekali faktor-faktor yang
mempengaruhi taraf kesehatan. Oleh karena itu PKMD mencakup kegiatan yang
relevan dan menunjang perbaikan mutu hidup. Misalnya kegiatan usaha bersama
dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat dengan bekerja sambil belajar.
PKMD juga tidak terbatas pada masyarakat desa namun keadaan desa ini
mendorong untuk memberi prioritas kepada daerah pedesaan. Prioritas juga
diberikan kepada golongan penduduk produktif yang hidup di daerah transmigrasi
dan penduduk daerah miskin di perkotaan. Diharapkan bahwa pelaksanaan PKMD
akhirnya akan menyediakan pelayanan untuk perbaikan hygiene perorangan,
kesehatan lingkungan, perbaikan taraf gizi, pengembangan kesadaran untuk hidup
sehat, penyuluhan kesehatan, pelayanan kuratif dan preventif termasuk
4
pkmd & desa siaga 2014
kesejahteraan ibu dan anak , KB, imunisasi, pemberantasan penyakit menular,
usaha kesehatan sekolah sesuai dengan kebutuhan setempat.
Strategi pembinaan pembangunan kesehatan masyarakat desa
1. Tim pembina PKMD dimasing-masing tingkat sekaligus dijadikan sebagai forum
koordinasi.
2. Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh salah satu
sektor, terlebih dahulu dibahas dalam forum koordinasi untuk memungkinkan
bantuan dari sektor lain untuk menghindari tumpang tindih.
3. Jenis bantuan apapun yang akan dijadikan harus selalu berdasarkan pada
proporsi kebutuhan masyarakat setempat.
4. Seluruh tahap kegiatan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, pembinaan sampai pada perluasan dilakukan oleh masyarakat sendiri
dan bilamana perlu dibantu pemerintah secara lintas program.
5. Wadah kegiatan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa(LKMD) sesuai dengan
surat Keputusan Presiden No 28 tentang Penyempurnaan dan penempatan fungsi
Lembaga Sosial Desa(LSD) menjadi LKMD. Wadah kegiatan PKMD merupakan
dengan sendirinya adalah LKMD. Hal ini sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri
No 225 tahun 1980 yang telah memutuskan seksi No 8 sebagai seksi kesehatan ,
kependudukan dan keluarga berencana.
6. PKMD adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dari masyarakat untuk
masyarakat. Pengembangan dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah .
Setiap program pelayanan kesehatan yang menghendaki peraserta masayarakat
diharapkan untuk dilakukan melalui pendekatan pengembangan dan pembinaan
PKMD.
5
pkmd & desa siaga 2014
Setelah mengikuti kuliah dengan topik Pembentukan kader kesehatan
diharapkan mahasiswa mampu:
1. mengetahui mengenai pengertian kader dan macam-macam kader
2. mengetahui mengenai pelatihan kader kesehatan dan pembinaan kader
BAB II
Pembentukan kader kesehatan
Pengertian kader
Dalam pelaksanaan PKMD yang sebagian besar kegiatannya dilaksanakan
masyarakat sendiri, diperlukan adanya anggota masyarakat yang mampu dan
bersedia bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan. Untuk itu diperlukan
kader atau promotor kesehatan desa(prokesa). Kader adalah tenaga sukarela yang
berasal , dipilih dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat setempat, yang
telah mendapatkan latihan dan merasa terpanggil untuk melaksanakan, memelihara
dan mengembangkan kegiatan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dalam
usaha-usaha pembangunan dengan rasa ikhlas dan tanpa pamrih.
Kader adalah anggota masyarakat yang:
1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui dan dibina oleh
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).
2. Dalam melaksanakan kegiatan bertanggung jawab pada masyarakat melalui
LKMD.
3. Mau dan mampu bekerja sukarela.
4. Sebaiknya dapat membaca dan menulis huruf latin.
5. Masih mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat di samping
usahanya mencari nafkah.
6
pkmd & desa siaga 2014
Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka kader kesehatan adalah wakil dari
masyarakat yang akan merumuskan apa-apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
dan melakukan usaha-usaha untuk mewujudkan usaha tersebut. Hal ini berarti
bahwa kader kesehatan bukan merupakan perpanjangan dari fasilits pelayanan
formal. Kader kesehatan justru merupakan wakil masyarakat agar diperoleh
kesesuaian antara fasilitas pelayanan formal dan kebutuhan masyarakat.
Macam kader
1. Kader umum, yaitu kader yang melaksanakan beberapa jenis kegiatan (misalnya
kegiatan gizi, pemugaran rumah, simpan pinjam dan lain-lain).
2. Kader khusus, yaitu kader yang hanya melaksanakan satu jenis kegiatan
(misalnya kader gizi, kader dana sehat). Dianjurkan agar ada dua kader khusus
yang bekerja sama pada satu jenis kegiatan.
3. Selain kedua jenis kader tersebut bila dipandang perlu dapat diadakan kader
koordinator, yang dapat berfungsi sebagai kader dan juga sebagai koordinator
dan pembina kader. Kader koordinator ini diangkat dari kader aktif dan
berpengalaman atau tokoh-tokoh masyarakat.
Persiapan pembentukan kader
1. Pendekatan pada pamong
Tenaga pembina tingkat kecamatan mengadakan pendekatan sehingga pamong
desa merasa perlu membentuk kader dan mengerti bahwa kader tersebut
adalah milik dan tanggung jawab masyarakat.
2. Pendekatan masyarakat
7
pkmd & desa siaga 2014
Pamong bersama-sama dengan tenaga pembina kecamatan melakukan
pertemuan dengan masyarakat memakai sistem endong dan/atau cara lainnya
untuk menjelaskan gagasan pembentukan kader. Dari penjelasan tersebut
diharapkan masyarakat merasa perlu membentuk kader dan mengerti bahwa
kader adalah milik dan tanggung jawab masyarakat serta akan bekerja bersama
dan untuk masyarakat.
3. Memilih calon kader
Bila gagasan kader telah diterima serta dipahami maksud dan tujuannya pamong
bersama masyarakat dibantu tenaga pembina memilih calon kader dari
masyarakat setempat. Dalam memilih calon kader sebaiknya dipertimbangkan
syarat-syarat sebagai berikut:
a. bertempat tinggal di desa tersebut
b. berminat menjadi kader
c. mempunyai jiwa pengabdian (misalnya suka membantu perkerjaan sosial)
d. diterima oleh masyarakat setempat
e. mempunyai penghasilan tetap.
Ada beberapa cara untuk memilih calon kader, yaitu:
a. dipilih masyarakat di pertemuan desa
b. dipilih oleh kekompok 10-20 keluarga dari antara mereka sendiri
c. dipilih oleh pamong desa
d. dipilih secara sosiometris sederhana.
8
pkmd & desa siaga 2014
Cara pemilihan kader yang paling baik adalah dengan melibatkan masyarakat
sebanyak mungkin melalui pertemuan desa atau sistem endong. Pemilihan kader
secara ditunjuk oleh pamong sedapat mungkin dihindarkan.
4. Menyiapkan calon kader Setelah calon kader terpilih, perlu dilakukan pertemuan
lagi antara calon kader yang dihadiri oleh pamong desa dan tenaga pelaksana
tingkat kecamatan. Pada pertemuan tersebut dibicarakan kembali:
a. tentang maksud dan tujuan pembentukan kader
b. fungsi-fungsi yang dapat diambil oleh kader dalam pelaksanaan PKMD
c. harapan masyarakat tentang kader.
Pada pertemuan sedapat mungkin juga menetapkan tentang penyelenggaraan
latihan yang meliputi waktu, tempat, persiapan sarana dan lain-lain.
Pelatihan Kader Kesehatan
Pelatihan kader merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader agar mau
dan mampu berperan serta dalam mengembangkan program kesehatan di desanya.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan kader harus disesuaikan dengan
tugas mereka dalam rangka mengembangkan program kesehatan di desanya.
Sedang tugas kader perlu disesuaikan pula dengan permasalahan yang telah
disepakati untuk ditanggulangi dalam Musyawarah Masyarakat Desa. Tujuan
pelatihan kader adlah agar kader mau dan mampu berperan dalam pelaksanaan
kegiatan program-program kesehatan terutama program KB-Kesehatan.
Peserta pelatihan adalah kader pembangunan kesehatan yang dipilih oleh
masyarakat dengan ketentuan:
9
pkmd & desa siaga 2014
1. Kriteria:
a. Diterima dan dipilih oleh masyarakat
b. Bersedia dan sanggup jadi kader pembangunan kesehatan
c. Sebaiknya dapat membaca dan menulis berbahasa Indonesia
2. Komposisi
a. Wakil kelompok wanita
b. Wakil kelompok generasi muda
c. Wakil kelompok lainnya
3. Jumlah
Setiap kali penyelenggaraan pelatihan jumlah peserta maksimal 30 oarang.
Penyelenggara pelatihan adalah Puskesmas dengan tim pelatih yang terdiri atas:
a. Pimpinan Puskesmas
b. Staf Puskesmas
c. Petugas sektor-sektor lain tingkat kecamatan yang berkaitan (BKKBN,
Bangdes, Pertanian, Agama). Dengan bimbingan nara sumber dari Tim
Pembina LKMD Dati II. Pelatihan dilaksanakan di tingkat kecamatan atau
pada lokasi yang memungkinkan untuk diselenggarakannya pelatihan.
Lamanya pelatihan sesuai dengan kurikulum. Dapat dilaksanakan secara
terus menerus, atau terputus-putus, tergantung kebutuhan setempat.
Dalam proses pelatihan dipergunakan metode yang partisipatif, sesuai dengan
pendidikan peserta dan sesuai dengan tujuan belajar yang diharapkan, seperti:
a. curah pendapat
b. diskusi kelompok
c. demonstrasi/peragaan
d. studi kasus/pemecahan masalah, latihan di kelas
10
pkmd & desa siaga 2014
e. bermain peranan/role playing, simulasi, permainan
f. praktek lapangan
g. penggunaan alat peraga pelatihan disesuaikan dengan tujuan dan sasaran
pelatihan serta keadaan setempat, seperti penggunaan alat peraga seperti kartu
jodoh, poster-poster, permainan monopoli gizi, dan lain-lain (paket penyuluhan
gizi).
Dalam menyelenggarakan pelatihan kader dapat dipergunakan buku pegangan yang
sudah ada atau mengembangkan sendiri dengan memperhatikan kondisi setempat,
dengan merujuk antara lain pada buku-buku sebagai berikut:
a. Bekalku Membangun Desa
b. Imunisasi Milik Ibu dan Anak
c. Buku Petunjuk Pelatih untuk Latihan Kader dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan
di Posyandu
d. Buku Pegangan Kader Usaha Perbaikan Gizi Kesehatan (UPGK)
e. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu
f. Buku Pintar Dukun
g. Buku dan bahan lainnya yang berkaitan.
Penyelenggaraan pelatihan perlu dievaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
keberhasilan proses belajar-mengjar, kelemahan dan keunggulan pelatihan serta
dampaknya terhadap penampilan kerja.
Hal-hal yang dievaluasi meliputi:
a. proses belajar dan mengajar
b. penyelenggaraan pelatihan
11
pkmd & desa siaga 2014
c. penerapan hasil pelatihan di masyarakat setelah 6-12 bulan.
Setelah latihan selesai para kader akan:
1. mampu mengenal ciri-ciri PKMD
2. menyadari pentingnya PKMD diselenggarakan di desanya
3. sadar akan fungsi dan perannya sebagai kader
4. terampil mengadakan pendekatan di masyarakat
5. memahami cara memberi penyuluhan
6. mempunyai sikap rendah hati, terbuka dan bersedia bekerjasama dengan seluruh
anggota masyarakat
7. mampu dan terampil merencanakan kegiatan dalam bidang tanggung jawabnya
8. mempu dan terampil menyelenggarakan jenis kegiatan yang direncanakan
bersama masyarakat
9. memahami cara-cara dalam memelihara kelestarian kegiatan
10. terampil menerapkan kemampuan dan ketrampilan yang diperolehnya dari
latihan dalam kehidupannya sehari-hari untuk dijadikan contoh.
Setelah kader dilatih maka tiba saatnya untuk melaksanakan apa yang sudah
dituangkan dalam rencana kerja atau apa yang direncanakan oleh kader dalam
rencana jangka pendek.
Dalam tindak lanjut latihan ada beberapa tahap, yaitu:
1. pelaksanaan program jangka pendek yang segera dapat dilihat hasilnya dan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
12
pkmd & desa siaga 2014
2. pengumpulan data tentang masalah yang dihadapi sebagai persiapan untuk
perencanaan program jangka panjang
3. peningkatan kemampuan kader-kader unutuk memenuhi tugas-tugas dalam
rencana jangka panjang.
4. pelaksanaan progam jangka panjang
5. penilaian terhadap program dan tindakan-tindakan perbaikan
6. usaha perluasan daerah.
Pembinaan kader kesehatan
Pembinaan kader mutlak diperlukan karena memang ada banyak alasan baik yang
bersifat obyektif maupun subyektif antara lain:
1. Makin berkembang dan meluasnya suatu kegiatan, makin besar tutntutan akan
kemampuan maupun jumlah kader yang diperlukan.
2. Bertambahnya kemampuan dan jumlah kader, tentu akan mempengaruhi
dukungan, kepercayaan dan kerjasama dengan masyarakat. Penting sekali
menjaga keserasian hubungan antar kader dan masyarakat.
3. Menjalankan tugas atas dasar kesukarelaan adalah berat, penuh hambatan dan
kesulitan. Oleh karena itu diperlukan semangat juang yang tinggi, agar tetap
dapat menjalankan tugas dengan baik.
Dengan demikian pembinaan kader adalah:
Usaha terus menerus guna menjaga agar kemampuan, semangat dan jumlah kader
selalu sesuai dengan tugas yang dihadapi dan selalu mendapat dukungan serta
kepercayaan dari masyarakat dan bekerja sama semaksimal mungkin. Hal ini
dimaksudkan agar kader jangan sampai mengalami banyak hambatan dan kesulitan
13
pkmd & desa siaga 2014
dalam menjalankan tugasnya. Membina kader adalah memberi perhatian dan
tambahan ketrampilan secara terus menerus. Pelaksana pembinaan kader itu
sendiri tidak boleh bertentangan dengan prinsip pengembangan masyarakat dan
harus menghilangkan ketergantungan dengan mengembangkan kerjasama serta
menciptakan kelestarian. Usaha pembinaan itu merupakan proses pendidikan dalam
membangun manusianya. Maka pembinaan kader tidak dapat dilepaskan dari
struktur sosial masyarakatnya. Pembinaan kader akan menyangkut horizon yang
lebih luas lagi. Luasnya horizon pembinaan menyangkut tentang siapa yang wajib
membina dan dalam hal apa masing-masing sepatutnya memberikan dan kapan
sebaiknya dilaksanakan. Sesungguhnya pembentukan dan pembinaan kader yang
tepat dan sesuai akan mempermudah tercapainya pelaksanaan program
pengembangan masyarakat. Hal ini dapat dicapai melalui hubungan baik antara
kader dan masyarakat serta lembaga yang berkepentingan dengan program
pengembangan masyarakat. Masing-masing pihak akan mampu berperan sebagai
mata rantai penghubung antara masyarakat dengan lembaga, sehingga terjalin
hubungan timbal balik yang kokoh.
Tujuan pembinaan kader adalah:
1. Memantapkan motivasi kader
2. Memberi pengakuan dan penghargaan untuk para kader.
3. Meningkatkan kemampuan kader dalam pelaksanaan kegiatan termasuk
meningkatkan kepercayaan diri.
4. Membimbing kader agar mampu berkerjasama dengan masyarakat
5. Memantapkan kedudukan kader dalam masyarakat
6. Membantu mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapi
14
pkmd & desa siaga 2014
7. Medorong kader untuk bekerja lebih keras dan berinisiatif tinggi dengan harapan
menjadi pembawa pembaharuan
Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan adalah:
1. Membentuk organisasi kader
Apabila di suatu daerah jumlah kader sudah cukup banyak(minimal 10 orang) dapat
dibentuk organisasi kader dengan satu koordinator. Organisasi ini akan membantu
dalam tugas saelanjutnya karena melalui wadah ini segala kesulitan dan keinginan
dapat disalurkan. Dapat dibentuk di tingkat RW, desa atau kecamatan.
2. Pertemuan berkala
Organisasi yang dibentuk akan lebih bermafaat apabila diikuti dengan pertemuan
berkala. Pertemuan dapat diselenggarakan antar para kader ataupun kader dengan
pembina. Ini akan banyak sekali manfaatnya dalam usaha pembinaan kader. Dalam
pertemuan yang hadir dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman serta bersama-
sama memecahkan masalah yang dihadapi dan merencanakan kegiatan
selanjutnya. Juga kepada kader dapat diberikan pengetahuan baru sesuai dengan
perkembangan program. Pertemuan dapat dilaksanakan pada unit terkecil(RW)
maupun pada unit yang lebih besar yaitu desa atau kecamatan. Selain pertemuan
berkala antar kader juga pertemuan kader dengan masyarakat juga perlu diadakan
sehingga masyarakat juga dapat mengikuti perkembangan kegiatan serta
memberikan sumbangan untuk kemajuan program.
3. Kunjungan kepada kader
Pada bula pertama setelah kader selesai mengikuti pelatihan perlu sekali kader
dikunjungi secara intensif karena saat ini merupakan waktu yang tepat bagi kader
15
pkmd & desa siaga 2014
untuk memulai kegiatan. Dengan demikian pelatihan segera ada tindak lanjutnya.
Kunjungan pembinaan oleh pembina kepada kader akan membantu sekali
kelancaran pelaksanaan kegiatan. Dalam kunjungan selain memberi perhatian ,
pembina juga dapat memberikan bahan baru kepada kader atau membantu
mengatasi persoalan yang dihadapi sesuai dengan keadaan setempat.
4. Memberi penghargaan kepada kader
Penghargaan yang diberikan kepada kader akan banyak mendorong dan
memantapkan kader dalam bekerja.
Penghargaan itu dapat berupa:
a. Materi
Imbalan yang diberikan dalam bentuk materi akan lebih menguntungkan kalau tidak
diberikan kepada individu tetapi diberikan kepada kelompok masyarakat. Misalnya
lampu petromak kepada RT yang maju. Perlu diperhatikan bahwa imbalan yang
diberikan bukan untuk mendorong kader agar bekerja dengan motivasi mencari
penghargaan, melainkan sebagai perangsang atas hasil pekerjaannya yang sudah
dicapai. Ini artinya penghargaan diberikan pada karyanya bukan pada orangnya
yang dapat membawa keuntungan sebagai berikut:
(1) Masyarakat menjadi lebih bergairah dalam mengikuti kegiatan bersama
kader.
(2) Kelestarian kegiatan lebih terjamin.
b. Non materi
Penghargaan yang berbentuk non materi kadang-kadang lebih besar pengaruhnya
untuk mendorong kader dalam tugasnya. Selain itu rasa kebersamaan antara
masyarakat dan kader akan lebih mantap.
Penghargaan non materi dapat berupa:
16
pkmd & desa siaga 2014
(1) Perhatian dari lembaga/instansi misalnya dengan mendorong rencana kader,
memberikan tanggung jawab pada kader, mengundang dalam rapat desa,
kecamatan.
(2) Memberi kedudukan yang terhormat, misalnya memasukkan kader sebagai
pengurus lembaga sosial di tingkat RW atau desa.
(3) Memberi pengakuan, misalnya kegiatan yang dirintis kader menjadi milik
lembaga/desa dan kader sebagai penanggungjawabnya, tamu-tamu diajak ke
daerah kader dan kader diberi kesempatan ikut melatih kader baru.
5. Anjangsana ke daerah lain
Untuk memperoleh pengalaman baru serta memperluas pandangan kader dapat
diajak beranjangsana ke daerah lain lebih menguntungkan bila kunjungan dilakukan
ke daerah yang lebih maju, dan kader disiapkan dengan pengarahan. Dengan
anjangsana ini diharapkan agar kader dapat mengambil pengalaman dari daerah
yang dikunjungi kemudian dapat diterapkan di daerah masing-masing. Untuk ini
sebaiknya kader membicarakan hasil kunjungan setelah pulang dan menyusun
rencana bersama.
6. Penyegaran/kursus singkat
Materi yang diberikan dalam latihan kader masih terbatas sekali untuk menampung
persoalan pada kegiatan yang sudah berkembang. Tepat sekali diadakan
penyegaran atau kursus singkat bagi para kader untuk mengimbangi perkembangan
kegiatan. Penyegaran tidak hanya dilakukan sekali saja tetapi dapat dilakukan
seterusnya sesuai dengan kebutuhan.
7. Peningkatan pengetahuan/ketrampilan
17
pkmd & desa siaga 2014
Buku-buku atau bacaan lain dapat merupakan bahan pembinaan yang baik untuk
kader, makin banyak membaca makin baik.Bacaan/buku dapat diusahakan oleh
pembina ataupun oleh pengurus keder setempat. Ideal sekali kalau organisasi kader
setempat mempunyai perpustakaan yang dapat dimanfaatkan tidak hanya oleh
kader tetapi juga oleh masyarakat pada umumnya. Lebih mantap lagi kalau dapat
diikuti dengan pembahasaan bersama terhadap buku yang menarik.
8. Surat menyurat dan laporan
Apabila tempat tinggal pembina dan kader berjauhan letaknya maka surat menyurat
merupakan salah satu sarana usaha pembinaan. Surat menyurat itu tidak hanya
dilaksanakan timbal balik antara kader dan pembina saja melainkan juga perlu
kepada lembaga/instansi lain yang ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi. Laporan secara berkala dari kader juga membantu sekali dalam usaha
pembinaan. Laporan hendaknya sungguh-sungguh ditanggapi dan dimanfaatkan
dalam arti didiskusikan baik antar sesama kader maupun dengan pembina. Laporan
dapat dijadikan bahan pembicaraan dalam pertemuan berkala yang sekaligus
menentukan sasaran kegiatan untuk satu atau dua bulan yang akan datang.
Contoh laporan:
Kegiatan Desa Sumpiuh, Kebon Jeruk RW 7, RT 12- 3 bulan pertama 2009
Jenis kegiatan Januari Februari Maret
1. Penimbangan Hadir 35 anak Hadir 37 anak Hadir 39 anak
2. Lubang sampah 15 lubang 17 lubang 12 lubang
3. Pemugaran
rumah
4 rumah 1 rumah -
4. Arisan WC 2 buah 2 buah 2 buah
18
pkmd & desa siaga 2014
9. Pertemuan istimewa
Pertemuan antar kader dengan tujuan dan tema tertentu akan membantu
memantapkan dan meningkatkan kader. Selain dapat berdiskusi dan saling tukar
pengalaman juga saling bertemu yang berati semakin lebih mempererat rasa
kebersamaan. Pertemuan dapat dilaksanakan di desa, kecamatan dan kalau
mungkin antar kecamatan/kabupaten. Dalam melakukan usaha pembinaan akan
lebih sempurna kalau tidak hanya menggunakan satu atau dua cara saja akan tetapi
gabungan dari beberapa cara yang sesuai dengan keadaan dan situasi setempat.
Sama halnya dengan cara pembinaan, isi pembinaan juga harus disesuaikan
dengan bentuk dan perkembangan kegiatan setempat. Secara garis besar
pembinaan mengandung dua unsur yaitu:
1. Perhatian
2. Pengarahan teknis
Unsur perhatian terlebih dari atasan yang dipercaya dan dapat memberi bimbingan
teknis yang diperlukan besar pengaruhnya. Setiap cara paling tidak harus mencakup
unsur perhatian dan sejauh mungkin memberikan bimbingan teknis. Yang dapat
dikerjakan dalam pembinaan yaitu pada kunjungan maupun pertemuan:
1. Mencari informasi tentang:
a. jenis kegiatan yang sudah ada
b. bagaimana perkembangan kegiatan-kegiatan yang ada
c. siapa pelaksana aktif dalam kegiatan
d. apakah kegiatan telah diwadahi dalam organisasi yang sudah ada di
masyarakat
e. bagaimana kerjasamanya dengan pemerintah setempat serta dengan
lembaga lain
19
pkmd & desa siaga 2014
f. apakah potensi setempat telah dimanfaatkan
g. membantu memecahkan masalah yang dihadapi
2. Berdasarkan informasi yang masuk hendaklah dinilai bersama-sama apakah
ada masalah yang dihadapi oleh para kader. Apabila ada masalah yang
belum terpecahkan akan lebih bijaksana apabila pembina mengadakan
diskusi dengan para kader untuk membantu mencari dan menetapkan cara
untuk memecahkannya. Sambil berdiskusi memecahkan masalah pembina
juga dapat memberikan hal baru yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi. Berdasarkan masalah yang ada dapat menilai dan menetapkan
apakah sudah waktunya untuk mengadakan penyegaran.
3. Membina dengan lembaga lain.
4. Di lapangan pembina kadang-kadang menemui masalah yang tidak dapat
dipecahkan pada saat pembinaan berlangsung. Sebab untuk memecahkan
masalah pembina merasa kurang mampu dan memerlukan hadirnya atau ikut
sertanya lembaga lain.
5. Di dalam suatu pertemuan pembinaan selain isi pembinaan harus
disesuaikan juga ada satu hal yang harus dicatat yaitu supaya pada akhir
pertemuan dapat dicapai kesepakatan yang konkrit tentang apa yang akan
dikerjakan kemudian. Misalnya pada akhir pertemuan diperoleh kesepakatan
untuk mengadakan penyegaran bagi para kader selama tiga hari, sehingga
pembinaan akan ada tindak lanjutnya dan pembinaan yang akan datang
sudah terarah.
Pihak-pihak yang dapat melakukan pembinaan adalah:
1. Pemerintah setempat
20
pkmd & desa siaga 2014
a. Camat, Kepala Sesa beserta para pamong(RT,RW) terutama untuk
memantapkan kehadiran kader dan kegiatan dalam masyarakat juga
akan menjadi jelas bahwa kegiatannya akan searah dengan program
pemerintah dan fasilitas pemerintah dapat langsung dimanfaatkan.
b. Dinas-dinas teknis yang dapat memberikan pembinaan teknis sesuai
kegiatannya.
2. Lembaga swasta
Lembaga swasta yang bekerja sama dengan pemerintah setempat
melakukan pembinaan kader baik memberikan perhatian maupun
pengarahan.
3. Kader sendiri
Para kader sendiri dapat saling mendorong satu dengan lainnya melalui
pertemuan rutin atau tukar informasi dan pengalaman.
4. Masyarakat
Tanggapan yang positif serta dukungan dari masyarakat terhadap gagasan
kader dan program akan mendorong kader untuk bekerja. Kader juga dapat
belajar banyak dari masyarakat sehingga secara langsung juga membantu
meningkatkan kemampuan dan motivasi kader. Makin banyak dan makin
besar kadar keterlibatan pembina pembina setempat dalam hal ini pemerintah
setempat dan masyarakat, kader akan dapat berperan jauh lebih baik dan
kelangsungan program akan lebih terjamin.
Pembinaan kader berlangsung terus tidak berakhir tetapi mengikuti
perkembangan yang terjadi.
Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pembinaan:
21
pkmd & desa siaga 2014
1. Pada bulan-bulan pertama perlu adanya pembinaan intensif dengan frekuensi
yang sering.
2. Apabila program dirasakan mulai mantap frekuensi mulai dikurangi, lebih-lebih
pembinaan yang datang dari luar harus diimbangi dengan peningkatkan
kualitas pembinaan sehingga para pelaksana ditantang untuk tetap
mengembangkan dan meningkatkan programnya.
3. Isi pembinaan diharapkan selalu sesuai dengan perkembangan kegiatan.
22
pkmd & desa siaga 2014
Setelah mengikuti kuliah Peranan Kader Kesehatan dalam Memasyarakatkan
PKMD diharapkan mahasiswa mampu:
1. mengetahui fungsi kader dan peranan kader kesehatan
2. mengetahui peranan kader kesehatan di Posyandu
3. mengetahui peranan kader kesehatan di luar jadual Posyandu/KB
Kesehatan
4. mengetahui sistem pelayanan lima meja di Posyandu
5. mengetahui sistem pelayanan lima meja di Posyandu Lansia
BAB III
PERANAN KADER KESEHATAN DALAM MEMASYARAKATKAN PKMD
1. Fungsi kader kesehatan
Dalam rangka mengembangkan kegiatan PKMD diharapkan kader dapat
berfungsi sebagai:
a. Penyuluh memotivasi masyarakat untuk ikut berperan dalam kegiatan dan
memberikan masukan teknis
b. Perencana mengambil bagian dalam perencanaan kegiatan
c. Pelaksana mengambil bagian dalam pelaksanaan kegiatan
d. Pembina mengambil bagian dalam pemeliharaan kegiatan
e. Penghubung menghubungkan masyarakat dengan lembaga yang dapat
menunjang pelaksanaan PKMD dan sebaliknya
f. Perintis memelopori kegiatan di masyarakat
2. Peranan kader kesehatan di PKMD
Pelaksanaan kegiatan PKMD yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah
satu dari delapan unsur Primary Health Care sebagai berikut:
23
pkmd & desa siaga 2014
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya
b. Peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi terhadap penyakit infeksi yang utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik
g. Pengobatan penyakit umum dan luka
h. Penyediaan obat esensial
Kegiatan PKMD seperti yang disebut di atas merupakan kegiatan yang amat
bermanfaat bagi msyarakat untuk mencapai status kesehatan yang optimal. Tidak
semua warga masyarakat mengerti dan menyadari pentingnya PKMD. Maka kader
harus dapat berperan memasyarakatkan PKMD.
Peran kader adalah:
1. Umum: melaksanakan pelayanan kesehatan bersama masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat
2. Khusus:
Tahap persiapan:
a. Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan
mensukseskannya
b. Bersama dengan masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan
kesehatan di tingkat desa
Tahap pelaksanaan:
24
pkmd & desa siaga 2014
a. Melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu
b. Mengelola kegiatan antara lain penimbangan bulanan, distribusi oralit,
vitamin , tablet tambah darah, distyribusi kontrasepsi, pelayanan
kesehatan sederhana, pencatatan dan rujukan serta kegiatan lain sesuai
dengan hasil musyawarah masyarakat desa.
Tahap pembinaan:
a. Menyelenggarakan pertemuan bulan untuk membahas
perkembangan program dan masalah yang dihadapi keluarga
b. Melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaan
c. Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar
kader
Pengertian Posyandu
Adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga
Berencana – Kesehatan di tingkat desa.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana
dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.
Bentuk kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu
(Panca Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi,
anak balita dan anak prasekolah
25
pkmd & desa siaga 2014
Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan
vitamin dan mineral
Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
2) Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x,
dan campak 1x pada bayi.
4) Peningkatan gizi
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan
kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui
Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5
tahun
5) Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan
Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Immunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan Diare
26
pkmd & desa siaga 2014
6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air
limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7. Penyediaan Obat essensial.
Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1) Pos penimbangan balita
2) Pos immunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru.
Alasan Pendirian Posyandu
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan
dan keluarga berencana (Effendi, 1998).
Jenis posyandu
Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi
sebagai berikut :
1. Posyandu pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini
dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader
yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.
2. Posyandu madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah
yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih
rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
27
pkmd & desa siaga 2014
a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah
dilengkapi dengan metoda simulasi.
b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk
menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan
program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
3. Posyandu purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih
dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan
cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.
Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang
masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah :
a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan
masyarakat menetukan sendiri pengembangan program di posyandu
b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat
yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
4. Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan
5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat,
yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.
Penyelenggara Posyandu
1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi
kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).
Lokasi / Letak Posyandu
Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi:
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
28
pkmd & desa siaga 2014
3) Dapat merupakan lokal tersendiri
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai
rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
Pelayanan Kesehatan Di Posyandu
Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu meliputi:
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a) Penimbangan bulanan
b) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
c) Immunisasi bayi 3-14 bulan
d) Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare
e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
a) Pemeriksaan kesehatan umum
b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi
d) Immunisasi TT untuk ibu hamil
e) Penyuluhan kesehatan dan KB
f) Pemberian alat kontrasespsi KB
g) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
h) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).
Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh
tim dari Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader
menemui masalah kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas
kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat berupa:
a) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.
b) Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
c) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
29
pkmd & desa siaga 2014
d) Balita yang mencret.
e) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
f) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan
terlambat.
g) Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
h) Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus
(Depkes RI-Unicef, 2000).
Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa;
1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya
balok SKDN.
2) Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.
3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.
Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:
1) Melaksanakan kunjungan rumah.
2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
UPGK.
3) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.
4) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan
ketrampilan (Depkes RI-Unicef, 2000).
Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam
posyandu, maka kader dapat menghubungi orang-orang berikut sebagai
upaya untuk mencari jalan keluar:
a) Bidan desa.
b) Kepala Desa.
c) Tokoh masyarakat / tokoh agama.
d) Petugas LKMD, RT, RW.
e) Tim Penggerak PKK.
f) Petugas PLKB.
g) Petugas pertanian ( PPL ).
h) Tutor dari P dan K.
30
pkmd & desa siaga 2014
Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan
Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:
1) Aspek komunikasi.
2) Teknik berpidato.
3) Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.
4) Proses pengembangan.
5) Teknik pergerakan peranserta masyarakat.
6) Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:
Cara melakukan pendataan / pencatatan.
Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan
kesehatan pada masyarakat.
7) Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu.
Dukungan dari Masyarakat / LKMD
LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan
masyarakat di desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan
angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya
yang diupayakan melalui posyandu dengan kegiatanya.
Perananan LKMD dalam pembentukan Posyandu;
Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan untuk
membentuk posyandu di wilayahnya.
• Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara
pembentukannya.
• Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah
masyarakat dalam rangka membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal,
pemilihan kader dan lain-lainnya.
Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu:
Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu
melaksanakan tugasnya di Posyandu dengan baik.
31
pkmd & desa siaga 2014
Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu
usia subur agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu.
Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara
teratur setiap bulan, sesuai jadwal yang telah disepakati.
Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap
(KIA, KB, Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare).
Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar
Posyandu dapat berfungsi secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal,
melakukan pelayanan secara lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak
balita serta ibu usia subur).
Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat
melakukan pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita
secara swadaya.
Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu
(kunjungan rumah) dengan bahan penyuluhan yang tersedia.
Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan
melaksanakan tugas dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan
pemberian penghargaan, mengupayakan alat tulis atau bantuan lainya.
Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD
Kecamatan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.
Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini
dapat dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan
yang berkaitan dengan promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk
dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam
rangka pencapaian NKKBS.
32
pkmd & desa siaga 2014
Bentuk kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di posyandu di antaranya terdiri dari lima kegiatan
Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta
bayi, anak balita dan anak prasekolah
Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk
karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian
makanan tambahan vitamin dan mineral
Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara
stimulasinya
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai
tujuan program KIA.
2) Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur
dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan
bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu
beresiko tinggi
Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x,
polio 3x, dan campak 1x pada bayi.
4) Peningkatan gizi
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan
kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada
ibu yang menyusui
Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5
tahun
33
pkmd & desa siaga 2014
5) Penanggulangan Diare
Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1) Pos penimbangan balita
2) Pos immunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru.
Alasan Pendirian Posyandu
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).
Penyelenggara Posyandu
1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi
kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas .
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).
Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh
tim dari Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader
menemui masalah kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas
kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat berupa:
a) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.
b) Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
c) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
d) Balita yang mencret.
e) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
34
pkmd & desa siaga 2014
f) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan
terlambat.
g) Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
h) Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus
(Depkes RI-Unicef, 2000).
Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa;
1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya
balok SKDN.
2) Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.
3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.
Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:
1) Melaksanakan kunjungan rumah.
2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
UPGK.
3) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.
4) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan
ketrampilan (Depkes RI-Unicef, 2000).
Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam
posyandu, maka mereka dapat menghubungi orang-orang berikut sebagai
upaya untuk mencari jalan keluar:
a) Bidan desa.
b) Kepala Desa.
c) Tokoh masyarakat / tokoh agama.
d) Petugas LKMD, RT, RW.
e) Tim Penggerak PKK.
f) Petugas PLKB.
g) Petugas pertanian ( PPL ).
h) Tutor dari P dan K
Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan
Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:
35
pkmd & desa siaga 2014
1) Aspek komunikasi.
2) Teknik berpidato.
3) Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.
4) Proses pengembangan.
5) Teknik pergerakan peranserta masyarakat.
6) Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:
a.Cara melakukan pendataan / pencatatan.
b.Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan
kesehatan pada masyarakat.
7) Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu.
Dukungan dari Masyarakat / LKMD
LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan
masyarakat di desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan
angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya
yang diupayakan melalui posyandu dengan kegiatannya
Perananan LKMD dalam pembentukan Posyandu;
1. Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan
untuk membentuk posyandu di wilayahnya.
2. Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara
pembentukannya.
3. Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan
musyawarah masyarakat dalam rangka membentuk Posyandu, penentuan
lokasi, jadwal, pemilihan kader dan lain-lainnya.
Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu:
1. Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu
melaksanakan tugasnya di Posyandu dengan baik.
2. Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita
serta ibu usia subur agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
36
pkmd & desa siaga 2014
Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu.
Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur setiap
bulan, sesuai jadwal yang telah disepakati.
• Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap
(KIA, KB, Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare).
• Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar
Posyandu dapat berfungsi secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal,
melakukan pelayanan secara lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak
balita serta ibu usia subur).
• Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat
melakukan pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita
secara swadaya.
• Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu
(kunjungan rumah) dengan bahan penyuluhan yang tersedia.
• Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan
melaksanakan tugas dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan
pemberian penghargaan, mengupayakan alat tulis atau bantuan lainya.
• Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD
Kecamatan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.
Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini
dapat dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang
berkaitan dengan promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD
Kader dapat berperan di bidang kesehatan yaitu:
1. Di Posyandu KB-Kesehatan
Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu KB-Kesehatan adalah:
a. Melaksanakan pendaftaran
b. Melaksanakan penimbangan balita
c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan
37
pkmd & desa siaga 2014
d. Memberikan penyuluhan
e. Memberi dan membantu pelayanan
f. Merujuk
2. Di luar jadual Posyandu KB-Kesehatan
Kegiatan yang dapat dilakukan kader di luar jadual Posyandu KB-Kesehatan
adalah:
a. Yang menunjang pelayanan KB,KIA, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan
diare
b. Yang menunjang upaya kesehatan lainnya sesuai dengan permasalahan
yang ada:
o pemberantasan penyakit menular
o penyehatan rumah
o pembersihan sarang nyamuk
o pembuangan sampah
o penyediaan sarana air bersih
o penyedian sarana jamban keluarga
o pembuatan sarana pembuangan air limbah
o pemberian pertolongan pertama pada penyakit(P3P)
o pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan(P3P)
o dana sehat
o kegiatan pembangunan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan
3. Peranan kader kesehatan di Posyandu
Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan di Posyandu:
38
pkmd & desa siaga 2014
a. Kader memberitahu kepada ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur,
orangtua bayi dan anak balita serta sasaran lainnya agar datang ke Posyandu
b. Kader menyediakan alat-alat yang diperlukan misalnya meja, kursi, dacin,
buku register, poster, KMS(kartu menuju sehat), oralit, vitamin A, tablet
tambah darah dan alat kontrasepsi
c. Kader membagi tugas misalnya pendaftaran, bagian penimbangan,
pencatatan, penyuluhan, pemberian oralit, vitamin A , tablet tambah darah, pil
KB/kondom, pemberian abat sederhana melalui dana sehat.
Pada hari pelaksanaan satu jam sebelum dimulai kader telah menyiapkan semua
alat dan keperluan Posyandu.
Kegiatan pelayanan di Posyandu dilaksanakan sebagai berikut:
a. Penyuluhan kelompok kepada sasaran dengan bahan lima program terpadu
yaitu meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare
b. Pendaftaran sasaran yang sudah terdaftar dalam buku register langsung
menuju meja II dan seterusnya. Sasaran yang baru pertama kali datang dicatat
dalam buku register, imunisasi
c. Penimbangan bayi dan anak balita
Hasil penimbangan dicatat dalam register penimbangan dan KMS. Selanjutnya
disusul dengan kegiatan berikutnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
oleh setiap bayi dan anak balita yang ditimbang yaitu:
39
pkmd & desa siaga 2014
i. Bayi dan anak balita dengan berat badan di bawah garis merah atau tiga kali
berturut-turut tidak naik timbangannya dan yang sakit, dirujuk ke petugas
kesehatan untukmendapat pengobatan, pemberian makanan tambahan dan
pemulihan
ii. Bayi usia 3-4 bulan yang belum pernah atau belum lengkap imunisasinya
diberikan pelayanan imunisasi
iii. Bayi dan anak balita yang menderita diare dapat diberikan oralit/larutan
garam gula. Kepada orangtuanya diberikan penyuluhan tentang cara
penanggulangan diare
d. Pemeriksaan ibu hamil:
i. Bagi semua ibu hamil diberikan tablet tambah darah
ii. Bagi ibu hamil yang mukanya pucat, kaki bengkak, riwayat kehamilan
lebih dari tiga kali, tinggi badan kurang dari 145 cm, hamil di bawah usia
20 tahun dan di atas 30 tahun, ada pendarahan dan keluar cairan bau
dari vagina, belum diimunisasi dapat diberikan pelayanan pengobatan,
penyuluhan KB-Kesehatan, imunisasi dirujuk ke Puskesmas bila
diperlukan.
e. Pemeriksaan ibu menyusui:
Bagi ibu menyusui yang payudaranya bengkak, muka pucat, badan kurus,
demam, keluar cairan bau dari vagina, belum mengikuti KB, dapat diberikan
pelayanan pengobatan, penyuluhan KB-Kesehatan, pelayanan kontrasepsi,
rujukan ke Puskesmas bila diperlukan
40
pkmd & desa siaga 2014
f. Pemeriksaan pasang usia subur yang belum KB, belum diimunisasi dapat
diberikan pelayanan kontrasepsi, pelayanan imunisasi, penyuluhan KB-
Kesehatan, rujukan ke Puskesmas bila perlu
Jenis pelayanan yang diberikan antara lain:
1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
2. Pemimbangan bulanan
3. Pemberiaan makanan tambahan
4. Imunisasi bayi 0-11 bulan
5. Pemberian oralit untuk penanggulangan diare
6. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
41
pkmd & desa siaga 2014
Beberapa kegiatan pada pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan
pasangan usia subur antara lain:
1. Pemeriksaan kesehatan umum
2. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil tambah darah
4. Imunisasi tetanus toxoid untuk ibu hamil
5. Penyuluhan kesehatan dan keluarga berencana
6. Pemberian oralit pada ibu yang diare
7. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
8. Pertolongan pertama pada kecelakaan
42
pkmd & desa siaga 2014
No Sasaran Meja Kegiatan Peran Kader
1 2 3 4 5
1 Bayi dan anak balita
I
II
III
IV
V
1. Pendaftaran bayi dan anak balita
2. Penimbangan bayi dan anak balita
3. Pencatatan hasil penimbangan
4. Penyuluhan sesuai hasil penimbangan
5. Penemuan bayi dan balita yang:
a. Di bawah garis merah
b. Tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya
c. Menderita sakit panas, batuk seratus hari, tidak bisa mengisap susu, campak dll
d. Menderita diare , muntaber
6. Penemuan bayi(3-14 bulan) yang belum diimunisasi
7. Pelayanan kesehatan
1. Mencatat pendaftaran
2. Membantu menimbang
3. registrasi penimbangan dan KMS
4. Memberikan penyuluhan
5. Menemukan, mengirim sasaran ke petugas kesehatan
6. Menemukan penderita diare/muntaber, memberikan oralit, larutan gula garam dan merujuk kasus yang berat
2 Ibu hamil I
II
III
IV
1. Pendaftaran
2. Penyuluhan
3. Penemuan ibu hamil yang:
a. wajah pucat
b. kaki bengkak
c. pusing-pusing
d. riwayat kehamilan lebih dari 3 kali
e. tinggi badan kurang 145 cm
f. hamil di bawah usia 20 th atau di atas 30 th
g. ada pendarahan dan keluar cairan berbau dari vagina
h. belum diimunisasi
1. Mencatat dalam buku
2. Memberikan penyluhan
3. Mencatat, memberi penyuluhan, merujuk dan memberikan tablet tambah darah
43
pkmd & desa siaga 2014
3. Ibu
menyusui
IIIIIIIV
1. Pendaftaran
2. Penemuan ibu menyusui yang:
a. Payudara bengkak
b. Muka pucat dan kurus
c. Demam dan keluar cairan bau dari vagina
d. Belum mengikuti KB
1. Mencatat
2. Mencatat, memebrikan
penyuluhan dan
merujuk ke petugas
kesehatan
4. Pasangan
usia subur
(PUS)
IIIIIIIV
1. Pendaftaran
2. Penemuan PUS yang belum mengikuti KB dan imunisasi
3. Pemeriksaan peserta KB
4. Pelayanan kontrasepsi
5. Penyuluhan LB dan Keshatan
6. Pelayanan KB dan Kesehatan
1. Mencatat
2. Mencatat, memberikan penyuluhan dan merujuk ke petugas kesehatan
Peran kader dalam membina kegiatan di Posyandu:
1. Setelah kegiatan selesai, dilakukan pertemuan kader untuk membicarakan hasil
2. Kader mengusahakan dukungan masyarakat untuk kelancaran pelaksanaan
Posyandu terpadu melalui swadaya masyarakat antara lain dengan dana sehat,
beras jimpitan, peningkatan pendapatan, koperasi simpan pinjam
3. Kader melakukan kunjungan rumah bagi sasaran yang tidak hadir untuk
mengetahui sebab-sebab ketidak hadiran dan memberikan jalan keluar
4. Kader melaporkan kelengkapan alat dan masalah yang timbul kepada kepala
desa/LKMD
5. Kader bersama kepala desa dan LKMD mengusahakan kegiatan untuk
pembinaan kader misalnya olahraga, arisan, kesenian, koperasi,mengusahakan
pakaian seragam
44
pkmd & desa siaga 2014
,
Meja 5
Meja 4
Meja 3
Meja 2
Meja 1
Sistem Pelayanan 5 Meja di Posyandu
45
Pengobatan
Imunisasi
KIA KB
PelayananPMT, Oralit, Vit A
Tablet besi Pil ulangan, kondomTablet busa
Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan
Diketahuinya berat badan anak naik/tidak
naik
Diketahuinya ibu hamil dengan resiko
tinggi
Diketahuinya PUS yang belum KB
PLKB, Pekarya, SanitarianDokter, bidan,PKEJuru imunisasi
kader
Bayi, Anak balita, Ibu menyusui Ibu hamil PUS
Pendaftaran
Penyuluhan kelompok
Pengisian KMSKader
Kader penyuluh
pkmd & desa siaga 2014
4. Peranan kader kesehatan di luar jadual Posyandu KB-Kesehatan
Di luar Posyandu KB-Kesehatan kader berperan dalam:
a. Merencanakan kegiatan
Dalam merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kader adalah:
i. menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri bersama petugas
ii. membahas hasil survei mawas diri bersama petugas Puskesmas
iii. menyajikan hasil survei mawas diri dalam musyawarah masyarakat
desa(MMD)
iv. menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat pada
musyawarah masyarakat desa(MMD)
v. menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama
masyarakat
vi. bersama masyarakat membahas penanggulangan masalah kesehatan
bersama masyarakat
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi (KIM) KIM adalah suatu
rangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga fase.
Fase pertama adalah memperkenalkan diri, berkomunikasi dan
memperkenalkan masalah lalu disusul dengan penjelasan dan fase akhir
mendorong, membina masyarakat untuk mau melaksanakan cara hidup sehat.
Caranya melaksanakan KIM adalah melalui:
a. wawan muka misalnya secara perorangan pada kunjungan rumah,
kelompok arisan, pengajian,pertemuan lainnya.
b. Alat(media) misalnya pengeras suara, poster, selebaran
46
pkmd & desa siaga 2014
c. Percontohan misalnya bersama masyarakat membuat jamban keluarga,
kebin gizi, apotik hidup, sumur, saraana pembuangan air limbah, rumah
sehat, memberantas sarang nyamuk dan kegiatan lain.
Cara yang dapat digunakan dalam wawan muka adalah tanya jawab, ceramah,
diskusi dan demonstrasi.
Persiapan yang perlu dilakukan kader sebelum melaksanakan KIM adalah:
a. menguasai materi yang akan disampaikan pada sasaran
b. memilih bahan dan alat peraga yang diperlukan dan tersedia
c. memilih pesan yang sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan sasaran
d. membuat jadual penyuluhan
c. Menggerakkan masyarakat
Yang dimaksud dengan menggerakkan masyarakat adalah usaha dilakukan agar
masyarakat mau berperan serta nyata dengan memberikan tenaga dan sarana
yang ada untuk keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan tenaga dan sarana
yang ada untuk keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Yang dapat dilakukan
oleh kader dalam menggerakkan masyarakat adalah:
i. membicarakan bersama masyarakat mengenai masalah yang ada
ii. memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan mengenai kegiatan apa
yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah
iii. mendorong masyarakat untuk mengumpulkan dana secara gotong royong
iv. membagi tugas kegiatan di antara masyarakat
v. menentukan jadual kerja
47
pkmd & desa siaga 2014
vi. menjelang kegiatan akan dilaksanakan , mengingatkan kembali masyarakat
tentang kegiatan yang harus dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Jika diperlukan kegiatan di atas dilakukan bersama pamong
d. Memberikan pelayanan
Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan oleh kader antara lain:
i. membagi obat(obat malaria, obat TBC dan lain-lain)
ii. mengumpulkan bahan pemeriksaan(darah, dahak)
iii. mengawasi pendatang di daerahnya dan dilaporkan bila sakit khususnya
malaria
iv. memberikan pertolongan pertama pada penyakit (P3P) seperti pada
panas/demam berikan minum banyak, kompres dengan air dingin/air es.
Memberikan obat penurun panas dan merujuk ke petugas kesehatan bila
perlu, memberikan oralit pada penderita diare
v. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan(P3K) seperti membalut
luka, pertolongan pertama pada luka bakar
e. Melakukan pencatatan
Kegiatan yang perlu dicatat secara berkala oleh kader adalah:
i. Kegiatan di Posyandu KB-Kesehatan meliputi:
1. KB antara lain jumlah pasangan usia subur, jumlah peserta KB dan alat yang
2. Digunakan, jumlah pil dan kondom yang dibagikan
3. KIA antara lain jumlah ibu hamil, jumlah tablet vitamin A, jumlah tablet tablet
tambah darah yang dibagikan
48
pkmd & desa siaga 2014
4. Imunisasi antara lain jumlah ibu hamil yang diimunisasi tetanus, jumlah balita
yang diimunisasi dan jenis imunisasi yang diperoleh
5. Gizi antara lain jumlah balita yang ada, jumlah balita yang mempunyai KMS,
jumlah balita yang ditimbang, jumlah balita yang naik timbangannya.
6. Diare, antara lain jumlah Oralit yang dibagikan, jumlah penderita yang
ditemukan dan dirujuk.
ii. Kegiatan di luar Jadual Posyandu KB-Kesehatan, P2M antara lain jumlah
penderita yang ditemukan, jumlah obat yang dibagikan, jumlah jamban yang
dibuat, jumalah penyediaan air bersih.
iii. Dan lain-lain kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan setempat.
Kader dapat melakukan pencatatan pada:
i. Buku harian kader
ii. Formulir, misalnya formulir untuk gizi, diare, rujukan dan lain-lain.
Kegiatan yang dicatat adalah:
i. Catatan terutama tentang keluarga binaan.
ii. Judual kegiatan yang ditentukan sendiri dan hasil kegiatan yang dilakukan.
iii. Hasil pertemuan
1. dengan keluarga binaan
2. dengan kepala desa
3. dengan pimpinan/staf Puskesmas dan pembina teknis lainnya.
4. kader perlu melakukan pencatatan agar kader dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang hasil kegiatan dan perkembangan dananya.
49
pkmd & desa siaga 2014
5. dapat melihat kemajuan yang terjadi pada keluarga binaan (misalnya jumlah
balita yang sakit berkurang, jumlah ibu yang meninggal berkurang).
f. Melakukan pembinaan mengenai lima program terpadu KB-Kesehatan dan upaya
kesehatan lainnya.
Kader perlu melakukan pembinaan untuk meningkatkan, memamtapkan dan
melestarikan upaya-upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh masyarakat.
Sasaran pembinaan kader adalah:
a. Keluarga binaan untuk masing-masing kader berjumlah antara 10-20 keluarga
atau disesuaikan dengan keadaan setempat.
b. Sasaran masing-masing kegiatan
Cara membinanya sebagai berikut:
a. Memberikan informasi/ pengenalan tentang upaya kesehatan yang
dilaksanakan di daerahnya
b. Melakukan kunjungan kepada masyarakat terutama kepada keluarga binaan
c. Melakukan pertemuan kelompok
Keuntungan yang diperoleh masyarakat dengan adanya kader adalah:
a. Meningkatnya kualitas kemampuan hingga menumbuhkan pemimpin dan
kepemimpinan baru dalam masyarakat.
b. Masyarakat dapat memanfaatkan kegiatan atau fasilitas yang disediakan oleh
program dengan optimal.
c. Keterlibatan masyarakat dalam program menjadi lebih besar sehingga ikut
berperan secara aktif dalam menyusun tujuan yang ingin dicapai.
50
pkmd & desa siaga 2014
Oleh karena itu betapa pentingnya peran kader kesehatan dalam memasyarakatkan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.
Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya Posyandu lansia secara garis
besar untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sedangkan tujuan khusus pembentukan
posyandu lansia antara lain :
1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya;
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut;
3. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut;
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
Sasaran dan Jenis Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I
Kebijaksanaan Program (Depkes RI (2000), sasaran pelaksanaan pembinaan
kelompok usia lanjut dibagi menjadi dua antara lain ;
1. Sasaran Langsung, meliputi Pra lansia (usia 45 – 59 tahun), Lansia (usia 60 –
69 tahun) dan Lansia risiko tinggi (usia > 70 tahun)
2. Sasaran Tidak Langsung, antara lain a). Keluarga lansia; b). Masyarakat
lingkungan lansia; c). Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan
kesehatan lansia; d). Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia; e).
Petugas lain yang menangani kelompok lansia; dan f). Masyarakat luas
51
pkmd & desa siaga 2014
Sedangkan jenis pelayanan kesehatan pada Posyandu Lansia menurut Depkes RI
(2003), dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan atau minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar atau kecil dan
sebagainya;
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit. Pemeriksaan
status mental dilakukan karena proses mental lansia sudah mulai dan sedang
menurun. Misalnya mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalam menerima hal
baru, juga merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan seperti ini
membentuk mental seolah tertidur dengan keyakinan bahwa dirinya sudah
terlalu tua untuk mengerjakan hal tertentu sehingga menarik diri dari semua
bentuk kegiatan;
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT);
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta perhitungan denyut nadi selama satu menit;
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat;
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus);
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal;
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 sampai 7;
52
pkmd & desa siaga 2014
9. Penyuluhan bila dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok lansia;
10.Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok lansia
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (Public Health Nursing).
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat yaitu:
1. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut;
2. Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Depkes RI, 2003).
Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia
(2010), organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non
struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang
diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara
dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat
dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga dilakukan oleh Kelompok
seminat dalam masyarakat misalnya Klub Jantung Sehat, Majelis Ta’lim, WULAN
(warga usia lanjut), kelompok gereja, dan lain – lain; Organisasi profesi; Institusi
pemerintah/swasta; dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Mekanisme pelayanan posyandu lansia, disusun mengikuti mekanisme
pelaksanaan kegiatan Posyandu pada umumnya, dengan lima tahap kegiatan/lima
meja. Penyusunan ini antara lain bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang prima :
1. Pendaftaran anggota kelompok lansia sebelum pelaksanaan pelayanan yang
dilakukan oleh kader;
53
pkmd & desa siaga 2014
2. Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia, serta penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pada tahap ini dilaksanakan oleh
kader dan dibantu oleh petugas kesehatan;
3. Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status
mental yang dilakukan oleh petugas kesehatan;
4. Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana);
5. Pemberian penyuluhan dan konseling.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia
(2010), untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap
lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan
yang benar dan tepat waktu, serta pengendalian yang akurat. Beberapa data yang
dibutuhkan pada proses perencanaan Posyandu Lansia antara lain :
1. Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan
2. Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan
3. Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur)
4. Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan
5. Jumlah lanjut usia yang mandiri
6. Jumlah lanjut usia yang cacat
7. Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar.
8. Jumlah lanjut usia yang produktif
9. Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan penelantaran, pelecehan,
pengucilan dan kekerasan
54
pkmd & desa siaga 2014
Data dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui PKK dengan kegiatan
Dasawisma , satu kader membina 10 keluarga. Untuk sosial ekonomi, mandiri dan
cacat serta produktif harus dibuat kriteria yang jelas. Untuk hal tersebut perlu
menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran) Rencana yang perlu disusun antara
lain meliputi: a). Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia; b) Jenis kegiatan
posyandu; c). Tenaga pelaksana kegiatan; d). Biaya kegiatan posyandu; dan e).
Pengembangan kegiatan lanjut usia
Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu lansia sebaiknya 8 orang
namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap.
Kepengurusan yang dianjurkan adalah:
1. Ketua Posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kader sekitar 5 orang :
a) Meja 1 tempat pendaftaran
b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan
pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT)
c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan danpengobatan sederhana
(tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)
d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan)
e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian
makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain – lain sesuai
kebutuhan)
55
pkmd & desa siaga 2014
Setelah mengikuti kuliah dengan topik Desa SiAGa diharapkan mahasiswa
mampu:
1. mengetahui mengenai Desa SiAGa
2. mengetahui komponen penyelenggaraan Desa SiAGa
3. mengetahui proses pembentukan Desa SiAGa
4. mengetahui tujuan Desa SiAGa
5. mengetahui kriteria Desa SiAGa
BAB IVDESA SiAGa
Desa SiAGa merupakan desa yang telah menjalankan sistem kesehatan yang
adil bagi masyarakat bersama pemerintah. Tujuannya menjaga kesehatan
masyarakat terutama mencegah Kematian Ibu dan Bayi dengan mengutamakan
kebutuhan, kepentingan dan tindakan yang didasarkan atas pilihan dan
kemampuan masyarakat sendiri. Meskipun cakupan kerja Desa SiAGa meliputi
kesehatan masyarakat dalam arti luas, namun kesehatan ibu dan anak dipilih
sebagai prioritas pelaksanaan program. Pilihan pada Kesehatan Ibu Hamil,
Melahirkan dan Bayi Baru Lahir ini didasarkan pada kenyataan bahwa status
kesehatan masyarakat sangat tergantung pada status kesehatan perempuan,
ibu,bayi dan balita.
Program Desa SiAGa yang dikembangkan pada tahun 2000 berupaya untuk
membangun kesadaran Desa SiAGa , Suami SiAGa dan Bidan SiAGa.
56
pkmd & desa siaga 2014
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat.
Desa Siaga dapat dikatakan merekonstruksi atau membangun kembali berbagai
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Pengembangan Desa
Siaga juga merupakan revitalisasi Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan kembali,
dipertahankan, dan ditingkatkan.
Desa Siaga juga dapat merupakan pengembangan dari konsep Siap-Antar-
Jaga, sehingga diharapkan pada gilirannya akan menjadi Desa Siaga dan
selanjutnya Desa Sehat yang dilengkapi komponen- komponen yaitu
dikembangkannya pelayanan kesehatan dasar dan UKBM, Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan masyarakat, diciptakannya kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, serta sistem
pembiayaan kesehatan yang berbasis masyarakat.
Pengembangan Desa Siaga telah dimulai sejak tahun 2006. Sampai dengan saat
ini(2011), tercatat sudah 42.295 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (56,1%) dari
75.410 Desa dan Kelurahan yang ada di Indonesia. Namun demikian, banyak di
antaranya yang belum berhasil menciptakan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif.
Padahal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu indikator dalam
Standar Pelayanan Minimal
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu indikator dalam Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota. Target yang harus
dicapai pada tahun 2015 adalah 80% desa dan kelurahan yang ada di Indonesia
telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Mengingat bahwa waktu untuk mencapai target tersebut sekitar empat tahun lagi,
padahal saat ini terdapat 75.410 desa dan kelurahan, untuk itu perlu dilaksanakan
Akselerasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga yang selama ini berlangsung.
57
pkmd & desa siaga 2014
Akselerasi itu dilaksanakan dengan menyelenggarakan Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
Dalam tatanan otonomi daerah, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota,
yang kemudian diserahkan pelaksanaannya ke desa dan kelurahan. Namun
demikian, suksesnya pembangunan desa dan kelurahan juga tidak terlepas dari
peran Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan pihak-pihak lain seperti organisasi
kemasyarakatan (ormas), dunia usaha, serta pemangku kepentingan lain.
Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari Desa Siaga, yaitu Desa atau
Kelurahan yang :
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat
Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), atau sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi
pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku),
kedaduratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Tujuan Umum
Kesinambungan pembiayaan untuk percepatan terwujudnya Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
Tujuan Khusus
1. Memberikan standar perencanaan pembiayaan dalam pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif.
58
pkmd & desa siaga 2014
2. Meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan di kabupaten dan kota
dalam perencanaan pembiayaan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
3. Meningkatkan dukungan pembiayaan pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
4. Memudahkan pemerintah kabupaten/kota dalam menghitung perencanaan
pembiayaan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
. Pengertian
1. Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kedaruratan kesehatan, secara mandiri.
2. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau kelurahan yang disebut
dengan nama lain, yang:
a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan 4 kesehatan dasar
yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat
Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
59
pkmd & desa siaga 2014
b. Memiliki upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan.
Kerangka pikir pertama adalah bahwa Desa Siaga akan dapat terwujud apabila
manajemen dalam pelaksanaan pengembangannya diselenggarakan secara
paripurna oleh berbagai pihak (unit-unit kesehatan dan pemangku kepentingan
lain yang terkait).
Sebagaimana diketahui, secara elementer komponen dari manajemen adalah 3
P, yaitu P1 - Perencanaan (terdiri atas Persiapan, Pembentukan Tim,
Penyusunan Pedoman, Penerbitan Peraturan Perundang-undangan,
Penganggaran. dan Iain-Iain). P2 - Penggerakan Pelaksanaan (terdiri atas
Pemilihan Desa, Pengadaan SDM, Pengadaan Sarana, Pelaksanaan Kegiatan).
dan P3 - Pemantauan, Pengawasan dan Penilaian. Kesemuanya itu harus
tertampung sebagai tugas/peran dari jajaran kesehatan dan pemangku
kepentingan lainnya yang terkait (sesuai dengan kewenangan menurut Otonomi
Daerah).
Kata SiAGa sendiri merupakan singkatan dari:
Siap:
1.. Mencatat ibu hamil di lingkungan anda
2. Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawatdaruratan
3. Mempersiapkan calon pendonor darah
Antar:
60
pkmd & desa siaga 2014
4. Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan
kegawatdaruratan
jaGA:
5. Menemani ibu hamil pada masa persalinan
6. Menganjurkan ibu segera meneteki bayi setelah bersalin, jangan beri
makanan lain, berikan ASI saja
7. Menemani isteri dan bayi periksa dalam seminggu setelah melahirkan
Tujuan Desa Siaga
Pengembangan Desa Siaga bertujuan :
a. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya.
b. Tujuan Khusus
(1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesehatan.
(2) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seperti bencana, wabah, kegawatdaruratan, dan sebagainya
(3) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.
(4) Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan
kesehatan.
(5) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
61
pkmd & desa siaga 2014
(6) Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.
3.Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
(1) Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
(2) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh
agama; tokoh perempuan dan pemuda; kader desa; serta petugas
kesehatan.
(3)Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan Iain-Iain, seperti Kepala
Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku
kepentingan lainnya.
4.Kriteria Desa Siaga
Sesuai dengan pengertian Desa Siaga, maka Kriteria dari Desa
Siaga adalah :
a. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki
akses ke Puskesmas/Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa).
b. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat (Posyandu, Pos/Warung Obat Desa. dan Iain-Iain).
c. Memiliki sistem pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor
risiko yang berbasis masyarakat.
d. Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan
dan bencana berbasis masyarakat
62
pkmd & desa siaga 2014
e.Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
f. Memiliki lingkungan yang sehat.
g. Masyarakatnya sadar gizi serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Adapun penjelasan singkat untuk masing-masing kriteria tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
a. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Poskesdes adalah sarana kesehatan yang dibentuk di desa yang tidak memiliki
akses terhadap Puskesmas/Pustu dalam rangka menyediakan/mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan, perawat, tenaga gizi dan sanitarian)
dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
Sasarannya adalah Ibu, bayi, anak balita, wanita usia subur, usila, dan masyarakat
lainnya.
b. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
UKBM merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. UKBM
dapat berupa antara lain :
1)Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberikan kemudahan kepada
masyarakat, utamanya dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB).
2)Posyandu Usila
63
pkmd & desa siaga 2014
Posyandu Usila merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut (usila), yang
dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usila.
Titik berat pelayanannya pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
3) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes adalah salah satu UKBM yang dibentuk dalam upaya mendekatkan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan profesional Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB), yang dikelola oleh Bidan Di Desa
(BDD) dan pamong desa.
4)Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD atau WOD adalah wahana edukasi dalam rangka alih pengetahuan dan
keterampilan tentang obat dan pengobatan sederhana dari petugas kepada kader
dan dari kader kepada masyarakat, guna memberikan kemudahan dalam
memperoleh obat yang bermutu dan terjangkau.
Sasarannya adalah: kelompok masyarakat yang masih rendah keterjangkauannya
dalam hal obat dan pengobatan.
5)Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang
sama dalam meningkatkan produktivitas kerja.
6)Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dan keterampilan di
bidang kesehatan bagi generasi muda, khususnya anggota Gerakan Pramuka,
untuk mernbaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitar.
7)Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
64
pkmd & desa siaga 2014
Poskestren merupakan wahana dalam mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pondok pesantren dengan prinsip dari, oleh, dan untuk warga pondok
pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
A. Komponen Penyelenggaraan Desa SiAGa
Desa SiAGa diselenggarakan melalui 3 unsur:
• Unsur Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
• Unsur Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan
• Unsur Penunjang Pelayanan
1. Unsur Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
Kesadaran akan pentingnya keselamatan ibu hamil, melahirkan dan bati baru lahir
sebenarnya telah ada di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat dari berbagai
ritual yang harus dijalankan oleh ibu hamil maupun keluarganya pada saat ibu
melahirkan maupun perawayan bayi yang baru lahir . Makna ritual kehamilan dan
kelahiran selain menunjukkan semacam peringatan , sebenarnya juga nerupakan
sistem pendidik masyarakat tradisional keterkaitannya dengan tradisi menghormati,
memberi perhatian, mendukung, dan menjaga Keselamatan Ibu Hamil, Melahirkan
dan Bayi Baru Lahir. Maka apabila ada upaya pengembangan pendidikan
kesehatan masyarakat , haruslah mempertimbangkan kearifan lokal dalam
masalah kesehatan yang telah ada. Adapun tujuan pendidikan kesehatan
masyarakat antara lain:
• Memahami hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
• Memahami berbagai tindakan dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan
65
pkmd & desa siaga 2014
• Memiliki pengetahuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil,
melahirkan dan bayi baru lahir
2. Unsur Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan
Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Desa SiAGa
, warga mendorong agar setiap persalinan didampingi oleh seorang tenaga
kesehatan yang trampil. Dalam hal ini, warga SiAGa akan:
a. Mencatat ibu hamil di lingkungannya
b. Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawatdaruratan
• Tabungan Ibu Bersalin(Tabulin)
• Dana Sosial Bersalin(Dasolin)
c. Mempersiapkan calon pendonor darah
3. Unsur Penunjang Pelayanan
a. Komitmen dari pemerintah
• Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai pengguna
sarana kesehatan
• Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana kesehatan, minimal
1 Polindes untuk setiap desa, 1 bidan untuk setiap desa dan juga menyediakan
pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
b. Dukungan dari masyarakat
• Tokoh masyarakat dan tokoh agama
66
pkmd & desa siaga 2014
• Kepala Desa diharapkan memiliki komitmen untuk membantu fasilitator desa
dan masyarakat dalam melaksanakan terbentuknya Desa SiAGa
• Suami ibu hamil berkomitrmen untuk menemani atau mengantar isterinya
memeriksakan kehamilan ke bidan desa hingga suami mengetahui
perkembangan dan kondisi kehamilan isteri, mendukung isteri untuk bersalin pada
bidan desa dan membantu mempersiapkan Tabulin serta tidak, lupa
mengingatkan isteri untuk memeriksakan kehamilan minimal 4X(sekali triwulan
pertama, sekali triwulan kedua dan dua kali triwulan ketiga)
• Media massa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti kesenian
rakyat dapat membantu menyebarluaskan berita kegiatan esa SiAGa yang
sedang berlangsung di desa
• Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan,
mengingatkan ibu hamil agar mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam
menuju proses persalinan dan selalu SiAGa membantu jika diperlukan
• Pengurus desa berkomitmen untuk mengumpulkan iuran Dasolin secara rutin,
membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mendorong agar masyarakat
desa berperan serta aktif dalam Desa SiAGa terutama bagi ibu hamil dan
keluarganya.
B. Proses pembentukan Desa SiAGa
Pembentukan Desa SiAGa sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dan
kerja sama yang terpadu antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Proses
ini mengandaikan bahwa pemerintah dan masyarakat mempunyai peran masing-
masing untuk membangun sistem kesehatan masyakat. Di tingkat desa, fasilitator
67
pkmd & desa siaga 2014
desa memegang peranan penting dalam membangkitkan keterlibatan warga
masyarakat . Proses pembentukan Desa SiAGa dapat dijelaskan dalam bagan
berikut:
C. Pengalaman Pelaksanaan
Pada tahun 2000, Program Maternal & Neonatal Health telah melakukan kegiatan
intervensi ke sejumlah 55 desa di kabupaten Kuningan, Kabupaten dan Kota
Cirebon namun pada perkembangannya justru lebih menitik beratkan
pengembangannya di basis tingkat RW atau blok sekitar 200 komunitas.
Alasannya di wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon, desa atau kelurahan tidak
mungkin menjadi basis bagi pembentukan sistem SiAGa karena wilayah yang
terlalu luas dan jumlah penduduk yang padat. Pengembangan ini juga dengan
memperhatikan kebutuhan dan juga keputusan warga setempat agar pelayanan
68
Pendekatan Awal
1
Proses Fasilitasi
2
Pengerahan tindakan Bersama
4
Penyusunan strategi
3
Pengembangan Desa Siaga
dan
Keberlangsungan
5
Adanya Sistem Kesehatan Masyarakat
yang adil
6
pkmd & desa siaga 2014
yang diberikan dapat diakses oleh seluruh warga yang membutuhkan secara
optimal. Selama pelaksanaan kegiatan, muncul pengalaman-pengalaman yang
menarik untuk dikaji sebagai proses pembelajaran bagi pengembangan Desa
SiAGa di masa yang akan datang. Pengalaman dalam kerangka komponen
kegiatan Desa SiAGa sebagai berikut:
•Mencatat ibu hamil
•Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawatdaruratan
•Mempersiapkan calon pendonor darah
•Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan
kegawatdaruratan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu indikator dalam Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota. Target yang harus
dicapai pada tahun 2015 adalah 80% desa dan kelurahan yang ada di Indonesia
telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Mengingat bahwa waktu untuk mencapai target tersebut sekitar empat tahun lagi,
pada tahun 2011 terdapat 75.410 desa dan kelurahan, untuk itu perlu dilaksanakan
Akselerasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga yang selama ini berlangsung.
Akselerasi itu dilaksanakan dengan menyelenggarakan Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
Dalam tatanan otonomi daerah, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota,
yang kemudian diserahkan pelaksanaannya ke desa dan kelurahan. Pembangunan
desa dan kelurahan juga tidak terlepas dari peran Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan pihak-pihak lain seperti organisasi kemasyarakatan (ormas), dunia usaha, serta
pemangku kepentingan lain.
Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari Desa Siaga, yaitu Desa atau
Kelurahan yang :
69
pkmd & desa siaga 2014
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan
Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), atau
sarana kesehatan lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi
pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku),
kedaduratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
70
pkmd & desa siaga 2014
Daftar Pustaka:
1. Depkes RI , Pedoman Pengembangan dan Pembinaan Pembangunan Masyrakat
Desa, Jakarta 1984,, hal 11-14,32-35
2. Depkes RI, Pedoman Kegiatan Kader di luar Jadual Pos Pelayan Terpadu , 1987,
cetakan II , hal 13-31
3. Depkes RI, Pedoman Kegiatan Kader di Pos Pelayanan Terpadu , Direktorat Bina
Peran Serta Masyarakat tahun 1990, cetakan V , hal 12-15,18-24,27-29
4. Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan
I Kebijaksanaan Program tahun 2000
5. Depkes RI, Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. tahun
2003
6. Talogo, WR dkk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa , Jakarta 1980. hal
23-25
7. Soetrisno,KH, Kader dan Permasalahannya, Yayasan Indonesia Sejahtera, Solo ,
Januari 1980 , hal 5,7,17,19-25
8. Sarwono,SW dkk , Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat ,
Kesehatan Masyarakat , Universitas Indonesia, Jakarta 1979 hal 29-30
9. Notoatmojdo, S., Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni dan Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, 2007
10. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV tahun 1991/1992, hal Q8, Q11, Q12
11. Desa Siaga, USAID INDONESIA, 2006
12..Depkes RI, Kebijakan Pengembangan Desa Siaga, Jakarta,.2006
13. Depkes RI, Pedoman Pengembangan Desa Siaga, Jakarta, 2006.
14. Kementerian Kesehatan RI,Pusat Promosi Kesehatan , Petunjuk teknis
Penghitungan biaya pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, tahun 2010
71
pkmd & desa siaga 2014
15. Komisi Nasional Lanjut Usia, Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia,2010
16. http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/desa-siaga/142-desa-dan-
kelurahan-siaga-aktif Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diakses 13 Mei 2014
17. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/manajemen-
posyandu.html, Manajemen Posyandu diakses 18 Mei 2014
18. http://posyandu.org/posyandu/156-pedoman-umum-revitalisasi-
posyandu.html
Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu, diakses 30 September 2014
19. http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/desa-siaga/142-desa-
dan-kelurahan-siaga-aktif , Desa dan Kelurahan Siaga, diakses 30 September
2014
72