Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Keong Pomacea merupakan salah satu hama yang sangat merugikan petani. Keong Pomacea memakan batang padi muda, dan menyebabkan gagal panen. Penanggulangan yang telah dilakukan untuk membasmi hama keong Pomacea dengan menggunakan moluskosida sintetis. Namun penggunaan senyawa anti-moluska ini berbahaya bagi lingkungan . Tanaman Biduri (Calotropis gigantean L.) dalam bahasa Aceh disebut rubek. Merupakan tumbuhan liar yang telah banyak dikaji. Biduri merupakan mangrove asosiasi yang terdapat di sepanjang zona tropis dan subtropiks Asia dan Afrika, getahnya mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid, polifenol, tannin, saponin, sterol, dan triterpenoid (Subramanian dan Saratha, 2010). Tanaman ini mengandung senyawa moluskosida, dan diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengendalikan hama keong Pomacea. Juga mengurangi penggunaan senyawa moluskosida sintetis yang membahayakan lingkungan. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk menguji pengaruh racun yang terkandung pada getah tanaman Biduri (Calotropis gigantean L.) terhadap keong Pomacea dan mengamati reaksi keong Pomacea. 1.3. Manfaat Praktikum ini memberikan informasi baru tentang cara pemanfaatan tanaman Biduri sebagai moluskosida bagi keong Pomacea..

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keongmas (Pomacea canaliculata) termasuk ke dalam filum Moluska, Kelas Gasropoda, Ordo Mesogastropoda, Famili Ampullariidae, Genus Pomacea, dan Spesies Pomacea canaliculata. Semua moluska bersifat hermafrodit kecuali keongmas. Keongmas jantan memiliki cangkang yang simetris antara sudut terluar tubuh dengan apex, sedangkan keongmas betina memiliki cangkang yang lebih besar antara sudut terluar tubuh dengan apex (www.litbang.deptan.go.id).

Gambar 2.1. Hama keong mas yang menyerang tanaman padi. Keong mas (Pomacea sp.) mempunyai kebiasaan memakan berbagai tanaman yang lunak termasuk padi yang masih muda. Biasanya keong mas memarut pangkal batang yang berada dibawah air dengan lidahnya hingga patah, kemudian patahan tanaman yang rebah tersebut dimakan. Bila populasi keongmas tinggi dan air selalu tergenang, bisa mengakibatkan rumpun padi mati, sehingga petani harus menyulam atau menanam ulang. Beberapa bahan nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keongmas. Saponin, rerak, pinang, tembakau dan daun sembung cukup efektif sebagai moluskosida nabati. Penggunaan bahan nabati dianjurkan dilakukan sebelum tanam, karena pada saat itu keong akan terganggu daya makannya, sehingga kurang merusak padi yang baru tanam (www.ciptapangan.com).

Tanaman biduri termasuk ke dalam Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionta, Superdivision Spermatophyta, Division Magnoliophyta, Class Magnoliopsida, Subclass Asteridae, Order Gentianales, Family Asclepiadaceae, Genus Calotropis, Species (http://en.wikipedia.org). Calotropis gigantea (L.)

Gambar 2.2. Tanaman Biduri Akar mengandung saponin, sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin, kalaktin, gigatin dan harsa. Daun mengandung saponion, flavonoid, polifenol, tanin dan kalsium oksalat. Batang mengandung tanin, saponin dan kalsium oksalat. getah mengandung racun jantung yang menyerupai digitalis. Biduri banyak ditemukan di daerah bermusim kemarau panjang, seperti padang rumput yang kering, lereng-lereng gunung yang rendah, dan pantai berpasir. Semak tegak, tinggi 0,5-3 m. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan. Bunga majemuk dalam anak payung, di ujung atau ketiak daun. Tangkai bunga berambut rapat, mahkota bunga berbentuk kemudi kapal, berwarna lila, kadang-kadang putih. Buahnya buah bumbung, berbentuk bulat telur atau bulat panjang, pangkal buah berupa kaitan, panjang 9-10 cm, berwarna hijau. Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut pendek dan tebal, umbai rambut serupa sutera panjang. Jika salah satu bagian tumbuhan dilukai, akan mengeluarkan getah berwarna putih, encer, rasanya pahit dan kelat, lama-kelamaan terasa manis, baunya sangat menyengat, dan beracun. Kulit batang biduri mengandung bahan serat yang dapat digunakan untuk membuat jala. Biduri dapat diperbanyak dengan biji. (www.iptek.net.id).

3

BAB III METODELOGI PERCOBAAN

3.1.

Tempat dan Waktu Praktikum telah dilaksanakan : : Laboratorium Kelautan dan Perikanan : 14.00 WIB - selesai Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah Tabel 3.2.1. Alat dan Bahan Jumlah 2 individu 10 mL 10 mL 2 buah 2 buah 1 set

Tempat Waktu 3.2.

No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Alat dan Bahan Keong Pomacea Getah Biduri (Calotropis gigantean L.) Alkohol Breaker glass 1000 mL Breaker glass 50 mL Alat bedah

3.3.

Cara Kerja 1. Keong Pomacea ditangkap di alam kemudian dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. 2. Selanjutnya keong Pomacea diaklimasi hingga keong mulai bergerak kembali.

3.3.1. Penggumpulan keong Pomacea

3.3.2. Pembuatan larutan getah Biduri 1. Getah segar tanaman Biduri ditampung dalam wadah (sekitar 10 mL). 2. Getah dicampurkan dengan alkohol, perbandingan 1 : 1. 3. Aduk larutan hingga membentuk gum. 4. Pisahkan gum. Larutan yang tersisa dicampur dengan air, bagi menjadi dua bagian. 3.3.3. Pengujian pada keong Pomacea 1. Masing masing satu individu keong Pomacea jantan dan betina dimasukkan dalam wadah yang telah diisi air. 2. Kemudian dituang larutan tersebut, amati respon yang diberikan oleh keong Pomacea.

5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Pengamatan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut : Tabel 4.1.1. Perbandingan respon antara keong betina dan jantan terhadap getah Biduri No. 1. 2. Kelamin Betina Jantan Waktu Kematian 14 menit 15 menit Warna Jantung Jingga Jingga pudar

4.2.

Pembahasan Tanaman Biduri (Calotropis gigantean L.) merupakan tumbuhan liar yang

telah banyak dikaji. Tanaman ini mengandung senyawa moluskosida yang dapat menghambat aktivitas keong Pomacea. Getah Biduri (Calotropis gigantean L) mengandung glikosida, protease, taraxasterol, kalotropin, kardenolida, flavonoid, gigantisin, kalaktin, kalotoksin, uscharidin, gigantin, uscharin, kalotropain, alkaloid, polifenol, asam tannin, amino saponin, sterol, triterpenoid, -amirin, terpene, pregnana, nonprotein, -amirin,

taraxasterol, lupeol, kalatropogenin, asam amino, klorofil, amida, karbohidrat, lignin, dan zat tepung (Musman, 2010). Untuk memisahkan larutan dan gum, getah tanaman Biduri yang dikumpulkan dari alam kemudian dicampurkan dengan alkohol. Semakin kuat

diaduk maka gum yang terbentuk pun akan semakin banyak. Larutan cair yang tersisa kemudian ditambahkan air, dan dibagi menjadi dua bagian. Pengujian yang dilakukan dalam skala lab menunjukkan bahwa larutan tersebut aktif menghambat pergerakan dan pernapasan keong Pomacea yang telah diaklimasi sebelumnya. Zat tersebut menyebar ke dalam tubuh dengan segera dan menyebabkan reaksi spontan pada keong. Perbedaan konsentrasi sangat berpengaruh terhadap lama pajanan. Respon yang diberikan keong betina dan jantan ketika diberikan larutan getah tanaman Biduri : o Menarik kaki ke dalam cangkang untuk mengurangi kadar zat terserap, o Menaiki dinding atas agar sifon mudah mendapatkan udara bersih. o Mengeluarkan kotoran sebagai reaksi zat tersebut telah masuk ke tubuh keong. o Mengeluarkan lendir melalui operculum dan operculum menjadi kaku. Jantung merupakan organ yang paling vital pada tubuh makhluk hidup. Jantung keong Pomacea berwarna jingga cerah. Bila zat racun terserap dan menghambat pernapasan si keong, maka jantungnya akan berwarna jingga pudar. Semakin tinggi zat racun yang terserap maka warna jantung akan semakin pudar. Pembedahan tubuh keong betina menunjukkan jantung yang berwarna jingga, sedangkan jantung keong jantan berwarna jingga pudar. Kematian keong betina membutuhkan waktu 14 menit, sedangkan keong jantan membutuhkan waktu 15 menit. Perbedaan ini dipengaruhi oleh ketahanan tubuh masing masing keong dan konsentrasi zat yang diberikan juga berbeda.

7

BAB V PENUTUP

5.1.

Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum adalah 1. Getah tanaman Biduri (Calotropis gigantean L) memiliki efek toksik terhadap keong Pomacea. 2. Konsentrasi larutan getah mempengaruhi lama pajanan dan perubahan warna pada jantung keong Pomacea. 3. Perbedaan waktu kematian antara keong jantan dan betina tidak berbeda jauh.

5.2.

Saran Untuk praktikum selanjutnya diharapkan dapat menguji tanaman liar lain

yang diduga bersifat toksik terhadap keong atau mengandung senyawa moluskosida.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1993. Pengendalian Siput Emas. Liptan. Balai Informasi Pertanian D.I Jokyakarta. __________, 1995. Pengendalian Hama Keong Mas. Liptan. Loka Pengkanjian Teknologi Pertanian (LPTP). Banda Aceh. Hathway, D. E. 1962. The Condensed Tannins. In Wood Extractives (Hillis W. E).Academic Press. New York. Hunt, G. M dan G. A. Garrat. 1986. Pengawetan Kayu. Akademica Pressindo.Jakarta. Musman, M. Pengaruh Ekstrak Getah Calotropis gigantean terhadap keong Pomacea. Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang tanggal 9-10 juni 2010. Setijo, P. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan Keongmas. Trubus Agriwidia.Ungaran. 106 hal. Subramanian, S. P. and Saratha, V., 2010, Evaluaton of Antibacterial Activity of Calotropis gigantean Latex Extract on Selected Pathogenic Bacteria, Journal of Pharmacy Research, 3(3), pp. 517-521. Sumber Lain : http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@random4413d85398188/1 213849556_buletin_service.pdf diakses pada tanggal 18 Juni 2010. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/484/ diakses pada tanggal 18 juni 2010. http://en.wikipedia.org http://www.iptek.net.id

9


Recommended