EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
HALIMATUS SADIYAH
206011000045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
EFEKTIFITAS METODE DISKUSI
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh :
Halimatus Sadiyah 206011000045
Di bawah Bimbingan:
Bahrissalim, M. Ag NIP. 1968 0307 199803 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Halimatus Sadiyah
No. Induk Mahasiswa : 206011000045
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Jl. Raja Kecik No. 87 RT 03 RW 04 Desa.
Teluk Merbau Kec. Dayun Kab. Siak Pekan
Baru Riau
Judul Skripsi :Efektifitas Metode Diskusi dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam studi
kasus di SMP YAPIA Ciputat
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Sarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Agustus 2010
Halimatus Sadiyah
i
ABSTRAKSI
Nama : Halimatus Sadiyah NIM : 206011000045 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/PAI Judul : Efektifitas Penggunaan Metode Diskusi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (Studi Kasus di SMP YAPIA Ciputat).
Secara operasional yang dimaksud dengan metode diskusi pada penelitian ini adalah salah satu alternatif metode/cara yang dapat dipakai oleh guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses belajar mengajar dalam pendidikan agama Islam yang meliputi aqidah, akhlak, fiqih, alqur’an hadits dan sejarah kebudayaan Islam untuk membentuk kepribadian pada anak didik sehingga menjadi pribadi yang berakhlakul karimah sesuai dengan tujuan agama Islam meliputi tauhid, fiqh, sejarah Islam dan aqidah akhlak.
Semakin baik metode diskusi yang dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan agama Islam maka semakin baik juga hasil belajar siswa. Sebaliknya jika metode diskusi yang dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan agama Islam tidak baik maka tidak baik juga hasil belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah one group pretest-posttest disain dengan taraf 5%.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP YAPIA Ciputat dari bulan Februari-April 2010. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP YAPIA Ciputat kelas VIII dengan jumlah 41 orang. Ini merupakan sebagian dari populasi yang jumlahnya 300 orang siswa/i SMP YAPIA Ciputat. Data tentang efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diperoleh berdasarkan hasil ulangan yang diisi oleh siswa/i SMP YAPIA Ciputat. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji t diperoleh t hitung sebesar 2,84. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t table dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,02, berarti t hitung lebih besar dari pada t table. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat diterima.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat. Hal ini menunjukkan bahwa metode diskusi memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat.
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat serta seluruh umatnya yang setia.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana
Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah
penulis membuat skripsi ini dengan judul ”EFEKTIFITAS METODE DISKUSI
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus
di SMP YAPIA Ciputat).
Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga
bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Atas bantuan dan dorongan baik berupa moril maupun materil kepada
penulis, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta seluruh stafnya.
2. Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh stafnya.
3. Bapak Bahrissalim, M. Ag yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, MA selaku dosen Penasehat Akademik.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Ayahanda Sobirin dan ibunda Nurjanah tercinta dengan semangat dan
pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendoakan penulis untuk
selalu berjuang dalam menyelesaikan study ini. Serta adik-adikku tersayang,
iii
iv
Kutsiyah, Ahmad Hasanudin, dan Baldatun Toybah yang selalu memotivasi
penulis hingga dapat menyelesaikan study ini.
7. Sahabat-sahabat terbaikku; Dian Indriyani, S. Pd. I (ka dian), Budin Habudin,
S. Pd. I (ka adin), Erna Maryamah S. Pd. I (ka ina), Ariestya Yustana, S. S
(ka aris), Hamidah (midut), Inke Suharni, S.Fil. I (ka inke), ka iyes, ka Mey,
Mufli, dll yang selalu ada untuk memberi support yang sangat berarti. Semoga
persahabatan yang terbina selama ini akan menjadi kenangan yang tak
terlupakan. Amin.
8. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan Mahasiswa PAI ”A-B”
angkatan 2006, T rini, B Hj, Ika, Nurhayati, Zainab, Fica, Apnie, Bang Awan,
V3, Ci2, Di2 Cs, Lupenk, Qwer, Dkk. Terima kasih banyak telah menjadi
teman-teman yang baik.
9. Teman terbaikku Abdul Aziz Naim terima kasih telah menjadi penyemangat
yang sangat berarti.
10. Untuk teman-teman penghuni kosan bapak H. Maus, Terima kasih telah
menjadi tetangga dan saudara yang baik dan menyenangkan.
11. Tim editor skripsi Bang Juri mudah-mudahan rentalnya bisa lebih maju.
12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala
dan rahmat dari Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal ’Alamin.
Jakarta, 12 Agustus 2010
Halimatus Sadiyah
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i ABSTRAKSI ........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS A. Efektifitas Metode Diskusi ............................................................ 8
1. Pengertian Efektifitas .............................................................. 8 2. Pengertian Metode Diskusi ..................................................... 9 3. Macam-Macam Metode Diskusi Sebagai Usaha Mencapai
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Yang Lebih Efektif .. 11 4. Kelebihan Metode Diskusi ...................................................... 16 5. Kelemahan Metode Diskusi .................................................... 17 6. Strategi Meningkatkan Metode Diskusi .................................. 17 7. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Diskusi Yang
Efektif Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .......... 19 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................................ 20
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............... 20 2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .............................. 23 3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ...................................... 23
v
vi
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................ 25
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 27
D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ...................................................... 29
B. Metode Dan Disain Penelitian ...................................................... 29
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 30
D. Populasi Dan Sampel .................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 31
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP YAPIA Ciputat ....................................... 34
1. Sejarah Berdirinya SMP YAPIA Ciputat ................................ 34
2. Visi dan Misi Sekolah ............................................................. 35
3. Keadaan Guru dan Siswa ........................................................ 35
4. Sarana Prasarana ..................................................................... 36
5. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat ............................................ 37
B. Deskriptif Data Penelitian ............................................................. 37
1. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 37
2. Pelaksanaan Metode Diskusi pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat .................................... 39
C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode
Diskusi .......................................................................................... 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 52
B. Saran .............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Sifatnya mutlak bagi setiap orang, baik dalam lingkup keluarga
maupun bangsa dan negara. Perkembangan suatu bangsa banyak ditentukan
oleh perkembangan pendidikan bangsa itu.
Di akui bahwa pendidikan agama menduduki peranan yang sangat
penting dalam pembinaan kelompok maupun individu. Pendidikan agama
menjadi semacam alat motivator sekaligus kontrol dalam kehidupan setiap
keluarga sampai negara. Pendidikan agama mempunyai peran langsung dalam
pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia dengan
kualitas tersebut diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas
sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang pokok di
sekolah.
Di berbagai media massa, telah banyak diungkapkan mengenai
rendahnya mutu pendidikan. Keadaan ini mengundang para cendekiawan
mulai mengadakan kegiatan penelitian dan terus berusaha menemukan metode
pembelajaran terbaru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam
kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dan guru, agar
1
2
kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan baik serta efektif dan efisien,
maka diperlukan keaktifan siswa disamping guru sebagai pengajar.
Dalam mengajarkan setiap mata pelajaran, seorang pendidik/guru selalu
menggunakan daya dan usaha agar murid dapat mengerti dan paham apa yang
diterangkannya, lebih jauh lagi agar murid itu mendapatkan perubahan di
dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru itu.
Seorang pendidik yang berkecimpung dalam proses belajar mengajar,
kalau ia benar-benar menginginkan agar tujuan dapat dicapai secara efektif
dan efisien, maka penguasaan materi saja tidak mencukupi. Pendidik harus
menguasai berbagai metode penyampaian materi dan dapat menggunakan
metode yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang
diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima.
Dalam proses belajar mengajar dikenal ada beberapa macam metode
antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain
sebagainya.
Semua metode tersebut dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar termasuk menggunakan metode diskusi yang berfungsi untuk merangsang murid berpikir dan berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. Karena metode menempati posisi terpenting dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, guru, tujuan, metode, materi, media dan evaluasi.1
Masalah pendidikan tidak terlepas dari faktor yang mendasarinya
antara lain, siswa, pendidik, lingkungan, media, metode, alat dan tujuan
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan penelitian di SMP YAPIA Ciputat, diperoleh gambaran bahwa
sering kali dalam kegiatan pembelajaran guru menemukan siswa yang kurang
semangat dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya siswa yang kurang aktif dalam
proses belajar mengajar, hanya menerima penjelasan guru tanpa adanya
komunikasi yang terjadi antara guru dan murid karena tidak nyaman dengan
cara pengajaran guru tersebut.
1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002) cet ke-1 hal 109
3
Oleh karena itu, penggunaan metode diskusi yang efektif, efisien dan
menarik perhatian siswa dengan mengangkat permasalahan yang hangat dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki hubungan yang erat. Dan
salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya efektif penggunaan metode
diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena guru tidak
menerapkan metode diskusi pada jam-jam sebelumnya, guru tidak terbiasa
menggunakan metode diskusi dan kemampuan guru yang kurang dalam
mengajar.
Metode diskusi juga diperhatikan oleh al-qur’an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap masalah. Perintah Allah dalam hal ini adalah
agar mengajak ke jalan yang benar dengan hikmah dan mauidah yang baik dan
membantah dengan berdiskusi dengan cara yang paling baik. Allah berfirman
dalam surat An-Nahl: 125, yaitu:
هى بالتى وجدلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل إلى أدع .لمهتدين با أعلم وهو سبيله عن ضل بمن هوأعلم ربك إن أحسن
Artinya: “Seluruh manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Allah juga berfirman dalam surat Al-Ankabut: 46, yaitu:
.أحسن هي بالتى إال الكتب أهل والتجدلواArtinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik”.
Suatu diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila dilakukan dengan
persiapan beserta bahan-bahannya yang cukup jelas, dengan pembicaraan
yang berlangsung secara rasional (aqliyyah), tidak didasarkan atas luapan
4
emosi dan lebih mementingkan pada kesimpulan rasional daripada
kepentingan egoistis pribadi peserta.2
Seperti halnya metode yang lainnya, metode diskusipun mempunyai
kelemahan namun apabila hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
diskusi ini lebih menunjukkan angka yang membaik maka mau tidak mau
guru harus belajar menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Namun pada kenyataannya, cara atau metode mengajar yang
digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang
ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan dan sikap (kognitif, afektif dan psikomotorik). Khusus metode
mengajar di dalam kelas, efektifitas suatu metode dipengaruhi oleh faktor
tujuan, siswa, situasi, dan faktor guru itu sendiri.3
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, maka sebagian besar
anak didik membuat kegaduhan, sehingga anak didik menunjukkan kelesuan,
dan minat anak didik semakin berkurang serta sebagian besar anak didik tidak
menguasai bahan yang telah guru sampaikan, oleh sebab itu guru
mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara
tepat. Karena bila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Boleh
jadi dari sekian keadaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah faktor metode.
Karenanya, efektifitas penggunaan metode patut dipertanyakan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak
bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan
metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas,
serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah
sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan
materi, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya
penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya
tujuan yang harus menyesuaikan dengan metode.
2 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999) hal. 118-119 3 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1997) hal. 52
5
Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada
kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah
diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.4
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa anak didik adalah subjek
pendidikan, ini berarti bahwa sebagian besar keberhasilan pendidikan
tergantung pada faktor metode pendidikan yang digunakan dan proses belajar
mengajar tidak akan berhasil kalau metode yang dipakai tidak mempunyai daya
tarik terhadap anak didik. Oleh karena itu guru khususnya guru Pendidikan
Agama Islam dituntut mempunyai kemampuan dan penguasaan yang baik
dalam faktor pengguanaan metode pendidikan agar guru Pendidikan Agama
Islam dapat mendidik anak didiknya pintar dalam iptek dan imtaq.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk menyelidiki dalam
bentuk skripsi dengan judul “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE
DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP YAPIA CIPUTAT”.
B. Identifikasi Masalah
Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut
pandang yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau
proses di kelas proses belajar mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi
dan perhatian siswa serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah
digunakan dengan melihat prestasi siswa).
Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi di antaranya adalah:
1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran.
2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol,
main handphone dan melakukan aktifitas lain yang tidak ada hubungannya
dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaih, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996) cet ke-1 hal: 87
6
4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode
pembelajaran yag diterapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam.
5. Rendahnya pemahaman guru tentang materi yang hendak disajikan.
6. Pandangan hidup guru itu sendiri. Bilamana dia seorang guru berpaham
demokrasi liberal, maka biasanya lebih banyak memberikan kebebasan
luas kepada murid-muridnya melalui metode diskusi atau tanya jawab,
atau dengan melalui metode proyek dan sebagainya. Akan tetapi bila guru
tersebut berpaham otoriter, maka yang disenangi adalah antara lain metode
one-man show yaitu berpidato atau ceramah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, agar
penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak terlalu lebar pembahasannya,
maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam menggunakan metode
diskusi di kelas.
2. Keterampilan guru Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan metode
diskusi di kelas.
3. Hasil belajar dengan metode diskusi terdapat perbedaan yang signifikan
yang pada nantinya dapat ditentukan apakah metode diskusi dapat
memberikan efektifitas yang nyata pada proses pembelajaran ataukah
tidak.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah yang
akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat?
2. Bagaimana guru Pendidikan Agama Islam menerapkan metode diskusi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat ?
7
3. Apakah metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
E. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini penulis berharap sebagai berikut:
1. Bagi instansi sekolah tulisan ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan metode diskusi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat.
2. Bagi guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, sebagai bahan acuan
untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran diskusi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menerapkan metode diskusi
dengan lebih baik.
3. Sedangkan bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan menjadi
konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan dicari solusinya serta sebagai bahan masukan dan koreksi
atas metode-metode yang dipergunakan selama ini, yaitu apakah nantinya
guru perlu memperbaiki metode mengajarnya dengan metode diskusi
ataukah metode yang selama ini digunakan perlu dipertahankan.
F. Tujuan Penelitian
Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
yang bersangkutan dan penulis khususnya diantaranya adalah:
1. Memperoleh informasi tentang metode diskusi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang efektif.
2. Dapat menganalisa apakah metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Sebagai acuan untuk lebih meningkatkan lagi dalam menggunakan metode
pembelajaran yang efektif dan efisien.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Efektifitas Penggunaan Metode Diskusi
1. Pengertian Efektifitas
Kata efektifitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat membawa hasil dan usaha yang dapat
mencapai tujuan.1 Sedangkan menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia
berasal dari kata efek yang berarti akibat atau pengaruh dan berkembang
menjadi efektif yang berarti tepat guna.2
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, efektifitas yaitu kegiatan
berkenaan dengan sejumlah sesuatu yang direncanakan atau diinginkan
dapat terlaksana/tercapai.3
Jadi efektifitas pada hakikatnya adalah tercapainya tujuan suatu
kurikulum program sesuai rencana semula sehingga dapat bermanfaat baik
bagi pelaku maupun penyelenggara.
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Cet. Ke-1, h. 226
2 Tim Ganesco Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Penabur Ilmu, 2001) , h. 211
3 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 40
8
9
2. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi terdiri dari dua kata yaitu metode dan diskusi.
Kata metode dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.4
Metode adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang guru untuk
menyampaikan kandungan pelajaran kepada seorang murid untuk
mencapai tujuan pendidikan yang terkandung dalam kurikulum.5
Adapun metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
dua suku kata metodos berarti cara atau jalan dan logos yang berarti ilmu.
Metodologi berarati ilmu tentang jalan atau cara.6
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. 7 Menurut Mahmud Yunus yang dikutip oleh Dr. Armai Arief,
MA, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran yang khusus.8
Sedangkan teknik yaitu metode atau sistem mengerjakan sesuatu.9
Jadi metode, metodologi, strategi dan teknik adalah cara atau sistem dan
cermat dan terencana dalam mencapai sasaran khusus.
Kata diskusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, cara
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 740 5 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna),
h. 79 6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002) . Cet. Ke-1, h. 87 7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996). Cet. Ke-1, h. 5 8 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 91 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1158
10
belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dan
guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi.10
Metode diskusi adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran
melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah diperoleh, guna memecahkan suatu masalah.
Dengan kata lain, dalam diskusi ini siswa mempelajari sesuatu
melalui cara musyawarah diantara sesama mereka dibawah pimpinan atau
bimbingan guru.
Hal ini perlu bagi kehidupan siswa kelak, bukan saja karena manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan juga karena melalui kerja sama atau musyawarah mungkin diperoleh suatu pemecahan yang lebih baik, menarik minat sesuai dengan taraf perkembangan, mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah yang dapat dipertahankan kebenarannya dan pada umumnya tidak mempermasalahkan manakah jawaban yang benar melainkan lebih mengutamakan hal yang mempertimbangkan dan membandingkan.11
Menurut Usman Basyiruddin bahwa metode diskusi ialah suatu
cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang
timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.12
Menurut J.J. Hasibuhan Dip, Ed dan Moejiono yang dikutip oleh
Dr. Armai Arief, MA bahwa “metode diskusi adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengadakan pembahasan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas
suatu masalah”.13
Dengan demikian metode diskusi adalah salah satu alternatif
metode/cara yang dapat dipakai oleh guru di kelas dengan tujuan dapat
memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.
10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 269 11 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan “Visi, Misi dan Aksi”
(Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000) h. 66-67 12 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Intermasa,
2002) h. 36 13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 146
11
3. Macam-macam Metode Diskusi sebagai Usaha Mencapai Hasil
Belajar PAI yang lebih Efektif
a. Diskusi Formal
Diskusi ini terdapat seperti pada lembaga-lembaga
pemerintahan atau semi pemerintahan dimana dalam diskusi itu perlu
adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal.14
Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur
dari pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi dipimpin
oleh seorang guru atau seorang murid yang dianggap cakap. “Karena
semua telah diatur maka para anggota diskusi tidak dapat begitu saja
berbicara (berbicara spontan), semua harus diatur melalui aturan yang
dipegang oleh pimpinan diskusi. Diskusi yang diatur seperti ini
memang lebih baik”.15
b. Diskusi Tidak Formal (Informal)
Diskusi ini seperti dilaksanakan dalam kelompok-kelompok
belajar dimana satu sama lain bersifat “face to face relationship” (tatap
muka dalam keakraban).16
Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari
murid-murid yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturannya agak
longgar. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi
pimpinan, tidak perlu ada pembantu-pembantu, sedangkan yang lain-
lainnya hanya sebagai anggota diskusi.17
c. Diskusi Panel
Kata “panel” berasal dari bahasa Latin yaitu panulus yang
berarti sejumlah orang yang ditunjuk menyelenggarakan tugas tertentu.
Misalnya: mengadili, mendiskusikan sesuatu dan lain-lain sebagainya.
14 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1997) h. 57 15 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995) h. 294 16 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, h. 57 17 Zakiah Dradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 293-294
12
Jadi panel adalah pertukaran pikiran dan pendapat beberapa
orang dan pembicaraannya bersifat informal dan terarah serta
dilakukan dihadapan kelompok pendengar. Sebagai metode mengajar
panel adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran melalui metode
diskusi dengan guru sebagai moderatornya dan beberapa orang murid
sebagai anggota panel (panelis) sedangkan murid-murid yang lain
sebagai pendengarnya. Panelis biasanya 3 sampai 5 orang.
Bahan-bahan yang dipanelkan itu hendaknya sesuai dengan
kemampuan para pelajar, sehingga bahan-bahan tersebut tidak harus
diambil dari kurikulum saja, tetapi boleh juga di luar kurikulum dan
sifatnya aktual.18
Diskusi ini menghadapi masalah yang ditinjau dari beberapa
pandangan. Pada umumnya panel ini dilaksanakan oleh beberapa orang
saja, yang dapat juga diikuti oleh banyak pendengar.
Diskusi ini dapat diikuti oleh banyak murid sebagai peserta,
yang dibagi menjadi peserta aktif dan peserta tidak aktif. Peserta aktif
yaitu langsung mengadakan diskusi, sedangkan peserta tidak aktif
adalah sebagai pendengar.19
d. Diskusi Simposium
Kata simposium berasal dari bahasa Yunani yaitu symposion.
Akar katanya ialah syn artinya bersama dan posis artinya minuman.
Jadi simposium artinya sekumpulan orang minum dengan gembira
bersama. Dahulu di zaman Yunani diartikan orang sebagai suatu
perjamuan yang mempunyai ciri khusus dengan minuman, musik dan
diskusi diantara para cendekiawan.
Menurut Zalko symposium berarti pertukaran pikiran diantara
beberapa partisipan biasanya 3 sampai 4 dihadapan kelompok
pendengar yang besar, pembicaranya disiapkan secara formil yang
dibuat oleh masing-masing partisipan untuk setiap pase dari
18 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia), h. 149 19 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, h. 57-58
13
keseluruhan topik. Dalam symposium itu terlibat diskusi antara 3 atau
4 pembicara mengenai sesuatu topik umum yang tertentu. Masing-
masing pembicara tersebut mengemukakan pembahasannya disegi atau
aspek tertentu yang masih dalam kaitan topik tersebut.
Menurut Webster “symposium diartikan sebagai pertemuan
sosial dimana diadakan pertukaran pikiran secara bebas. Jadi cirinya
ialah bersifat sosial, berfungsi mencapai saling pengertian dan tempat
menghimpun pendapat-pendapat”.20
Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan
diantarkan oleh seorang atau lebih pembicara dan disebut pemrasaran.
Pemrasaran boleh berpendapat berbeda-beda terhadap suatu masalah,
sedangkan peserta boleh mengeluarkan pendapat menanggapi yang
telah dikemukakan oleh pemrasaran.21
e. The social problem meeting
Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti misalnya hubungan antar siswa, hubungan siswa dengan guru atau personal sekolah lainnya, peraturan-peraturan di kelas/sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.22
f. The open-ended meeting
Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa
agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar
dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan
memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah
anggota kelompok yang baik terdiri antara 3-9 orang peserta. “Dengan
diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan
pendapat secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yang
20 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 150 21 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 294 22 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 143
14
dikemukakan oleh orang lain, dan dapat menilai kembali
pendapatnya”.23
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dengan kehidupan
mereka di sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan
sekitar mereka dan sebagainya.
g. The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas
dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas
pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota
memperoleh pemahaman yang lebih baik/benar.24
h. Whole group
Whole group merupakan bentuk diskusi kelas dimana para
pesertanya duduk disetengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru
bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah
direncanakan sebelumnya.25
Kelas merupakan satu kelompok diskusi, whole group yang
ideal apabila jumlah anggota kelompok tidak lebih dari 15 orang.26
i. Musyawarah
Suatu cara menyajikan bahan pelajaran melalui perundingan
untuk mencapai tujuan pelajaran. Peserta-peserta dalam musyawarah
ini di sekolah adalah guru dan pelajar. Dalam musyawarah ini guru
berfungsi sebagai manusia sumber dan petunjuk arah.27
j. Diskusi Kelas
Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi oleh anak-anak. Guru berfungsi sebagai pengatur, pendorong dan pengarah pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak. Diskusi semacam ini tampaknya agak formal karena itu ada kalanya disebut diskusi formal. Pembicaraan diatur oleh
23 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 42 24 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 143 25 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 40 26 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 148 27 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 148-153.
15
ketua diskusi. Yang mau berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri, baru kemudian diperkenankan berbicara. Segala pembicaraan dicatat oleh penuulis dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya.28
k. Small Group Discussion
Yaitu diskusi kelompok yang terdiri antara empat sampai
enam orang siswa yang tidak diikuti oleh keterlibatan guru. Diskusi
kelompok membahas suatu topik. Keterlibatan guru terbatas pada
kegiatan memonitor dari suatu kelompok ke kelompok lain.29
Agar kegiatan diskusi itu berhasil dalam mencapai tujuan yang
dimaksud, baik diskusi formal maupun informal perlu diperhatikan
bahwa anggota diskusi diharapkan supaya mendengarkan dengan baik
apa yang sedang dibicarakan, berbicara dengan baik dalam
menyampaikan pembicaraannya dan tidak mendiskusikan sendiri
dengan teman di kanan-kirinya.
Setelah penulis melihat beberapa bentuk atau macam diskusi
tersebut di atas maka dapat penulis tarik suatu pengertian bahwa
bentuk diskusi pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam bentuk
informal dan formal.
Diskusi dalam bentuk informal adalah bentuk diskusi yang
tidak terlalu terikat dengan peraturan-peraturan yang ada. Semua
anggota kelompok diskusi juga aktif tanpa harus diberi waktu terlebih
dahulu oleh pimpinan diskusi. Adapun macam-macam diskusi yang
termasuk ke dalam bentuk ini yaitu whole group dan diskusi informal.
Adapun diskusi dalam bentuk formal adalah bentuk diskusi
yang terikat dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Juga
semua anggota kelompok diskusi dapat ikut aktif dengan catatan
setelah terlebih dahulu diberi waktu oleh pimpinan diskusi.
28 Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1984) .Cet.
Ke-1. h. 51 29 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). h. 14
16
Anggota kelompok diskusi biasanya tidak dibatasi jumlahnya.
Adapun yang termasuk diskusi ini antara lain panel, symposium dan
musyawarah. Sehingga dari beberapa definisi macam-macam diskusi
penulis tertarik pada diskusi informal dan formal yang terkadang-
kadang digunakan di dalam kelas untuk menyampaikan materi
pembelajaran pendidikan agama Islam.
4. Kelebihan Metode Diskusi
Setiap metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar (PBM)
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya dengan metode
diskusi. Di antara kelebihan metode diskusi adalah :
a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka
mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.30
c. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-gagasan
dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
d. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas
wawasan dan membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat
dalam memecahkan suatu masalah.31
e. Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga
menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berpikir kritis dan
sistematis.
f. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-
aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan
sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.32
30 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 148 31 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 99 32 Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 37
17
5. Kelemahan Metode Diskusi
Di samping kelebihan yang dimiliki oleh metode diskusi juga
memiliki kelemahan yaitu di antaranya:
a. Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi
baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung
jawab.
b. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan
untuk diskusi cukup panjang.33
c. Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu
yang panjang, tidak dapat dipakai pada kelompok besar, peserta
mendapat informasi yang terbatas dan mungkin dikuasai oleh orang-
orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.34
6. Strategi Meningkatkan Metode Diskusi
Strategi yang penulis gunakan untuk meningkatkan metode diskusi
pada penelitian ini adalah35:
a. Menyusun sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu
kontroversial yang terkait dengan pembahasan pada saat itu.
b. Kemudian membagi siswa menjadi dua tim debat secara acak dan
memberikan posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada
kelompok lain.
c. Selanjutnya, membuat dua hingga empat sub kelompok dalam masing-
masing tim debat dan memerintahkan tiap sub kelompok untuk
menyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya, atau
menyediakan daftar panjang argumen yang mungkin akan mereka
didiskusikan dan pilih. Pada akhir diskusi guru memerintahkan sub
kelompok untuk memilih juru bicara.
33 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 149 34 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 99-100 35 Mubibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995). H. 207
18
d. Dalam hal ini sebagai guru mata pelajaran pendidikan agama Islam,
hendaknya guru menyiapkan dua hingga empat kursi bagi para juru
bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah
kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Kemudian
siswa yang lain diposisikan di belakang tim debat mereka. Sehingga
diskusipun dimulai dengan meminta para juru bicara mengemukakan
pendapat mereka. Proses ini disebut sebagai argumen pembuka.
e. Setelah semua siswa mendengarkan argumen pembuka, diskusipun
dihentikan dan guru menyuruh mereka kembali ke sub kelompok awal
mereka. Penelitipun memerintahkan sub-sub kelompok untuk
menyusun strategi dalam rangka merangkum argumen pembuka dari
pihak lawan. Sekali lagi, guru memerintahkan tiap sub kelompok
memilih juru bicara dengan menggunakan orang baru.
f. Sekembalinya mereka untuk berdiskusi lagi dengan juru bicara baru,
mereka diberi tugas untuk memberikan argumen tandingan.
Pembicaraan dalam hal ini selalu diselangi antara kedua belah pihak.
Selain itu guru juga memberikan tugas kepada siswa yang lain untuk
memberkan catatan yang memuat argumen tandingan atau bantahan
kepada pendiskusi mereka. Untuk membuat diskusi ini lebih hidup
guru juga menganjurkan mereka untu member tepuk tangan atas
argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim diskusi mereka.
g. Sebelum siswa diperintahkan untuk kembali berkumpul membentuk
satu lingkaran diskusi diakhiri tanpa menyebutkan siapa pemenangnya.
Kemudian siswa diminta untuk duduk bersebelahan dengan siswa yang
berasal dari pihak lawan diskusi. Diskusi dalam satu kelas penuh pun
dilakukan untuk mengetahui apa yang didapatkan oleh siswa dari
persoalan yang didiskusikan. Juga diperintahkan kepada siswa untuk
mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang
dikemukakan oleh kedua belah pihak.
Inilah salah satu usaha dalam memaksimalkan penggunaan metode
diskusi. Usaha-usaha lain seperti tidak membiarkan siswa yang menguasai
19
kelas atau siswa yang tidak dapat mengungkapkan keberatannya karena
malu atau enggan dengan memberikan kesempatan berbicara kepada siswa
yang lain merupakan strategi-strategi lain yang harus digunakan oleh guru
agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan lancar dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
Dalam pelaksanaan metode diskusi harus ada suatu kerja sama
yang baik antar guru dan siswa agar jalannya diskusi tersebut berjalan
dengan baik dan lancar sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses
belajar mengajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator saja, bukan yang
menguasai diskusi. Guru membangkitkan, memotivasi dan berusaha
semaksimal mungkin agar siswa dapat mengungkapkan pendapatnya,
mengutarakan keberatannya, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam
diskusi ini.
7. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Diskusi yang Efektif dalam
Pendidikan Agama Islam
Metode diskusi merupakan salah satu metode dalam penyampaian
pelajaran yang tidak dapat diterapkan pada setiap bidang studi. Metode
diskusi dapat diterapkan pada bidang studi yang sifatnya problematis,
seperti dalam Pendidikan Agama Islam metode diskusi ini banyak
digunakan dalam bidang syari’ah dan akhlak.
Agar hasil belajar pendidikan agama Islam dapat tercapai secara
lebih efektif dengan menggunakan metode diskusi, perlu diperhatikan
langkah-langkah penyelenggaraan metode diskusi. Mengenai pelaksanaan
diskusi ini Usman Basyiruddin mengemukakan sebagai berikut:
Pertama, pemilihan topik yang akan didiskusikan dapat dilakukan
oleh guru dengan siswa atau oleh siswa itu sendiri. Kriteria pemilihan
topik disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian dengan
kemampuan siswa, kekohesifan para siswa atau latar belakang
pengetahuannya.
20
Kedua, dibentuk kelompok diskusi, yang terdiri 4-6 anggota setiap
kelompok dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang notulis.
Pembentukan kelompok dapat dilakukan secara acak, atau memperhatikan
minat dan latar belakang siswa.
Ketiga, dalam pelaksanaan diskusi, para siswa melakukan diskusi
dalam kelompok masing-masing, sedangkan guru memperhatikan dan
memberikan petunjuk bilamana diperlukan.
Keempat, laporan hasil diskusi, hasil diskusi dilaporkan secara
tertulis oleh masing-masing kelompok kemudian diadakan secara forum
panel diskusi untuk menanggapi setiap laporan kelompok tersebut.36
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar
ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari
oleh orang yang belajar untuk diarahkan agar mencapai ketiga ranah,
kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman,
aplikasi dan kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi adapun
afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi, sedangkan
psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan
keterampilan gerak maupun ekspresi verbal dan non verbal.37
Secara harfiah, Pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya
"mengeluarkan suatu kemampuan". Jadi educare adalah membimbing
untuk mengeluarkan kemampun yang tersimpan dalam diri anak untuk
tercapainya kedewasaan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Education
artinya pendidikan yang dikaitkan dengan pendidikan sekolah karena
sekolah merupakan tempat dimana anak dididik melalui pendidikan secara
formal”. 38
36 Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 39-40. 37 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995) h. 58-59. 38 Dwi Nugroho, ED, Mengenal Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta : Liberty, 1998),
Cet. Ke-1, h. 1
21
Secara terminologis, Drs. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa,
pendidikan adalah segala usaha orang dewasa pada pergaulannya dengan
anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniah dan rohaniahnya
kearah kedewasaan.39
Pendidikan dalam bahasa arab disebut "tarbiyah", berasal dari kata
kerja Rabba yang berarti mendidik, bertambah, tumbuh, memelihara,
merawat, berkembang, mengatur dan menjaga kelestarian atau
eksistensinya sebagaimana dalam ayat ke 24 dari surat Al-Isra(17) yaitu:
☺ ☺
☺ ⌧ ☺⌧
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Dan ayat 18 surat As-Syura (26) yaitu:
⌧
Artinya: Fir'aun menjawab: "Bukankah kami Telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.
“Tarbiyah juga berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia
pada fase-fase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa
bayi dan kanak-kanak”.40
Sedangkan secara istilah pendidikan dalam Islam menurut Ahmad
Tafsir, adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang
agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam.41
39 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya,
!998),Cet. Ke-1, h. 3 40 Zuhairini, Abdul Gafir, Slamet AS, Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama,
(Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981). Cet. Ke-7, h. 25
22
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, “pendidikan Islam berarti
pembentukan pribadi muslim. Al-Syaibani mengemukakan pendidikan
Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya”.42
Berdasarkan pengertian umum Pendidikan Agama Islam tersebut, Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam,Departemen Agama RI, Merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.43
Dalam menghadapi era globalisasi pendidikan memiliki tugas yang
tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk
mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu sebagaimana ketentuan dalam UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dengan demikian jelaslah bahwa kalau mendidik itu mengenai
masalah perasaan, antara akal dan perasaan memang mempunyai
hubungan yang sangat erat.
41 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1994), Cet. Ke-1, h. 32 42 Omar Muhammad Al-Touny al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,1979), Cet. Ke-l, h. 11 43 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, (Jakarta: 1999 ), h : 74
23
Pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lain, karena pada dasarnya pendidikan Islam
merupakan transformasi nilai - nilai Islam sebagai substansi dan implikasi
dari segala aspek kehidupan.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Menurut Drs. Yunus Namsa yang merupakan ruang lingkup
pendidikan atau pengajaran agama Islam meliputi keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara lain :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya
d. Hubungan manusia dengan mahluk lain di lingkungannya.44
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ruang
lingkup PAI meliputi tiga aspek yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Ketiga
aspek ini dikembangkan dalam materi pelajaran yang beragam sesuai
dengan kebutuhan lembaga yang bersangkutan.
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
“Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,
sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-
muridnya didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan pendidikan”.
Kurikulum harus di desain berdasarkan pada pemenuhan
kebutuhan manusia didik dan isinya terdiri dari pengalaman yang sudah
teruji kebenarannya. Pengalaman yang edukatif, eksperimental dan adanya
rencana dan susunan yang teratur.
44 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000),
Cet. Ke-l, h. 23
24
Adapun pengertian kurikulum menurut UU RI No. 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan
Agama adalah termasuk salah satu komponen pendidikan Agama yakni
berupa alat untuk mencapai tujuan pendidikan Agama.Untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka dengan sendirinya dibutuhkan terdapatnya
kurikulum yang sesuai.
Adapun materi pokok dalam Pendidikan Agama Islam, sebagai
berikut:
a. Aqidah adalah bersifat keyakinan batin, mengajarkan keesaan Allah.
b. Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan
hidup dan kehidupan manusia.
c. Akhlak adalah suatu bentuk amalan yang bersifat pelengkap
penyempurna bagi kedua amal diatas yang mengajarkan tentang
tatacara pergaulan hidup manusia.45
Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk
rukun iman, rukun Islam dan akhlak, Dari ketiganya lahirlah beberapa
keilmuan agama, yaitu: ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak. Ketiga
kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar
hukum Islam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta ditambah lagi dengan
sejarah Islam (Tarikh).
Pada tingkat SMP secara psikologis, peserta didik mengalami
perkembangan kejiwaan dan intelektualitas yang berbeda dibandingkan
peserta didik pada sekolah dasar. Kondisi kejiwaannya yang memasuki
jiwa remaja dan intelektualitasnya yang menuju kematangan harus di
45 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 18
25
formulasi standar pendidikan agama Islam yang sesuai dengan kejiwaan
dan intelektualitasnya.
Oleh karena itu pengajaran agama di SMP dapat dibagi menjadi:
a. Keimanan
b. Ibadah/Fiqh
c. Akhlak
d. Sejarah Islam
e. Al-Qur'an
f. Mu'amalah46
g. Syari'ah
h. Tarikh47
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan membina
fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi
peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para
ahli, antara lain:
a. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam
4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara
dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan meliputi
sikap. Tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan
sementara dari pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa proses
pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhirnya adalah insan
kamil yang mati dan akan menghadap Tuhan-nya. Sedangkan yang
menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
46 DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta,2001), hal.9 47 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP) h. 3.
26
pendidikan formal, tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan
dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.48
b. Al-Abrasyi masih yang disadur oleh Prof. Dr. Ramayulis, memiliki
pendapat yang Iebih komplit, yaitu bahwa pendidikan Islam memiliki
5 (lima) tujuan pokok, antara lain:
1) Sebagai pembentukan akhlak mulia
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat
membawa manusia kepada kesempurnaan
4) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan
untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji
ilmu sekedar sebagai ilmu
5) Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga
ia mudah mencari rezeki.49
Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan Islam,
makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian, perpaduan
iman dan amal soleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang
menjadi satu-satunya tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan
perbuatan yang sejalan dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki akhlak
yang tinggi, beriman yang ditunjukan oleh perilaku-perilaku yang terpuji
dalam interaksinya dengan manusia dan lingkungannya. Pendidikan agama
membantu anak didik menjadi insan kamil yaitu ia mempunyai kualitas
hubungan yang amat baik, bik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan
terhadap lingkungannya yang lain.
Tujuan pendidikan pada tingkat SMP sebagaimana dirumuskan
dalam buku "Kendali mutu pendidikan agama Islam", adalah:
a. Beriman kepada Allah SWT, rukun Islam dan rukun Iman
48 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 18 49 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 26.
27
b. Dapat membaca dan menulis serta memahami ayat suci al-Qur'an serta
mengetahui hukum membacanya
c. Beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syariat Islam baik
ibadah wajib maupun sunah
d. Dapat mentauladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah SAW.
e. Mempraktikan hukum mu'amalah Islam dalam kehidupan sehari-
hari.50
C. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian yang berjudul: “Efektifitas penggunaan metode
diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam” (studi kasus di SMP
YAPIA Ciputat). Terdapat dua variabel yaitu metode diskusi sebagai variabel
X dan pembelajaran PAI sebagai variabel Y). Metode diskusi adalah cara
penyajian pelajaran, dimana siswa-siswi dihadapkan kepada suatu masalah
yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk
dibahas dan dipecahkan bersama.
Sedangkan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses
belajar mengajar dalam pendidikan agama Islam yang meliputi aqidah, akhlak,
fiqih, alqur’an hadits dan sejarah kebudayaan Islam untuk membentuk
kepribadian pada anak didik sehinggga menjadi pribadi yang berakhlakul
karimah sesuai dengan tujuan agama Islam meliputi tauhid, fiqh, sejarah Islam
dan aqidah akhlak.
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, penulis mempunyai
anggapan dasar sebagai berikut bahwa efektifitas metode diskusi sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran PAI sebab untuk melatih keaktifan
siswa dalam menanggapi permasalahan yang dibahas, berani menyampaikan
pendapatnya, mampu bertukar pikiran dengan teman yang lain dan terjadi
hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan siswa/murid.
50 DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, h. 9
28
Berani Berpendapat
Bertukar Pikiran
Siswa Aktif
Suasana Kelas Lebih
Hidup
Merangsang Kreatifitas Anak Didik
Diskusi
Fiqh
Aqidah
Akhlaq
Syariah
Pembelajaran PAI
Metode Pembelajaran
SKI
D. Pengajuan Hipotesis
Sebelum perhitungan dilakukan, peneliti mengajukan hipotesis
alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ha : Metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama
Islam di SMP YAPIA Ciputat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga selesai
sedangkan tempat yang dijadikan penelitian adalah SMP YAPIA Jalan. RE.
Martadinata No. 7 Cipayung Ciputat Tangerang.
B. Metode dan Disain Penelitian
Untuk memperoleh data, informasi dan fakta yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan penulis menggunakan metode
survey dengan analisis deskriptif, yaitu dengan cara menganalisis data
kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi
mengenai permasalahan yang dibahas.
Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian experimen untuk
membuktikan kebenaran suatu hipotesa tentang apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah digunakannya metode diskusi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas. Jenis yang digunakan
dalam penelitian experimen adalah pre-experimen disain yang menggunakan
alat uji hasil experimennya one group pretest-posttest disain. Adapun seting
penelitiannya adalah guru membuat dua kelompok yaitu kelas experiment atau
kelompok bebas yang jadi obyek pokok percobaan dan kelas kontrol atau
29
30
kelompok terkendalikan dalam menggunakan metode diskusi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian.1
Kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan, faktor
tak tetap, atau gejala yang dapat berubah-ubah.2 Variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.3
Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel. Variabel pertama
yaitu metode diskusi dan variabel yang kedua yaitu pembelajaran pada bidang
studi pendidikan agama Islam.
Variabel metode diskusi merupakan variabel independent ( bebas )
yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, secara bebas berpengaruh
terhadap varibel lain. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X atau variabel
X.
Dan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan variabel yang
menduduki posisi sebagai variabel dependent ( terikat ) yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lain atau disebut variabel yang dipengaruhi.
Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y atau variabel Y.
Maka variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu metode diskusi.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.4 Penulis memilih kelas
VIII sebagai populasi terjangkau dalam penelitian ini dikarenakan para siswa
yang duduk ditingkat ini lebih lama mengenal guru agama mereka yang
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005). H. 111 2 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003). Cet. Ke-12, h. 33 3 Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1998) h. 205 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 108
31
menjadi objek dalam penelitian ini dibandingkan dengan siswa yang berada di
kelas VII.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang
diteliti.5 Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data,
maka penulis mengambil teknik sampel dengan mengacu kepada pendapat
Suharsimi Arikunto, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil 10-15%, atau 20-
25%, atau lebih.6
Jadi sampel dalam penelitian ini penulis hanya mengambil pada kelas
VIII jumlah 113 siswa juga sebagai populasi terjangkau. Maka, sampel yang
di ambil hanya 14% dari 113 siswa dengan jumlah 41 siswa sebagai populasi
target pretest atau sebelum metode diskusi dilakukan dan sebagai target
posttest yakni sesudah metode diskusi diterapkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut:
1. Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi
langsung ke objek penelitian. Observasi ini dilaksanakan untuk mengamati
kemampuan guru dalam menggunakan metode diskusi dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi pembelajaran di kelas
dengan menggunakan metode diskusi, siswa saat berlangsungnya diskusi,
guru sebagai pengguna metode diskusi dalam pembelajaran pada saat
diskusi berjalan serta keadaan SMP YAPIA Ciputat secara keseluruhan.
2. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang dapat
menguatkan informasi data yang diperoleh sebagai bahan penulisan
skripsi. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung
dengan kepala sekolah dan guru bidang studi pendidikan agama Islam
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 109 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 108-109
32
untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode diskusi dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam.
3. Pretest dan posttest untuk mengukur keberhasilan dari metode diskusi
yaitu dengan memberikan test kepada siswa setelah diterapkannya metode
diskusi dengan bentuk one group pretest-posttest disain.
Didalam disain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi dilakukan sebelum
eksperimen disebut pretest dan observasi dilakukan sesudah eksperimen
disebut posttest.7
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan:
1. T1 yaitu pretest untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek
diajar dengan metode diskusi.
2. Subjek dikenakan X yaitu diterapkannya metode diskusi.
3. T2 yaitu posttest untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek
dikenakan variabel eksperimental X.
4. T1 dan T2 dibandingkan untuk menentukan seberapakah perbedaan
yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya
variabel eksperimental X.
5. Untuk mengukur perbedaan antara T1 dan T2 digunakan jenis Uji
Beda Rata-rata untuk sampel yang saling berhubungan. Disebut juga
dengan t-test untuk melakukan apakah perbedaan itu signifikan.
6. Dari hasil pengukuran tersebut diambil kesimpulan yang merupakan
hasil penelitian, yaitu :
a. Apabila T hitung lebih besar atau sama dengan T tabel hipotesis
alternatif (Ha) diterima atau disetujui.
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 78
33
Meskipun metode penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, namun
pretest itu memberikan landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek
yang sama sebelum dan sesudah dikenai X (eksperimental treatment).8
F. Teknik Analisis Data
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kemudian penulis
olah dengan metode deskriptif dan analisis sehingga menjadi penjelasan yang
gamblang mengenai penggunaan metode diskusi di kelas, baik dari aspek guru
maupun dari aspek siswa.
Data yang diperoleh melalui pretest dan posttest yang diujikan kepada
siswa sebelum dan setelah diterapkannya metode diskusi dihitung dengan
menggunakan uji “t”.9
( )1
2
−Σ
=
NNdx
Mdt
Dengan keterangan:
Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest
xd = deviasi masing-masing subjek (d- Md)
dx 2Σ = jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel
db = ditentukan dengan N-1
8 Sumadi Suyabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003).
Cet. Ke-13, h. 103 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 275
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP YAPIA Ciputat
1. Sejarah Berdirinya SMP YAPIA Ciputat
SMP YAPIA Ciputat adalah sekolah menengah pertama yang
berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah. Yayasan
Al-Hidayah sendiri berdiri sejak tahun 1926 yang didirikan oleh K. H.
Moch Noor.
Pada awalnya yayasan pendidikan ini hanya menyelenggarakan
pendidikan non formal berupa majlis ta’lim yang kemudian
menyelenggarakan pendidikan formal tingkat dasar yaitu Madrasah
Diniyah. Dalam perjalanannya yayasan Al-Hidayah kemudian
menyelenggarakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMPS
(Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial) yang kemudian menjadi SMK Al-
Hidayah. Bersamaan dengan adanya SMPS, pada waktu itu juga telah
berdiri SMP YAPIA Ciputat yang pada awalnya bernama SMP Al-
Hidayah.
SMP YAPIA Ciputat tepat berdiri dan operasional sejak tahun
1983. Sekolah ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup
lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang. SMP YAPIA
34
35
Ciputat yang awalnya berada di daerah yang sekarang telah menjadi pusat
perbelanjaan Ciputat telah memiliki tempat sendiri.
2. Visi dan Misi Sekolah
SMP YAPIA mempunyai visi yaitu unggul dalam kualitas belajar
dan berkarya, kokoh dalam IMTAQ dan serasi dalam kebersamaan.
Sedangkan misinya yaitu :
a. Mewujudkan pendidikan yang bermutu
b. Mewujudkan pengembangan standar pencapaian ketuntasan belajar
dan peningkatan standar kelulusan tiap tahunnya.
c. Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur,
profesional, terampil dan tangguh.
d. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisipatif dan
objektif.
3. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Jumlah pengajar yang ada di SMP YAPIA Ciputat berjumlah
24 orang, yang terdiri dari 1 kepala sekolah merangkap guru (bidang
studi Pendidikan Agama Islam dan IPS Terpadu) dan 23 tenaga
pengajar. Dari ke 24 orang itu yang menjadi guru Pendidikan Agama
Islam berjumlah 2 orang.
Tabel 4.1 Jumlah Guru di SMP YAPIA Ciputat
NO NAMA GURU MATA PELAJARAN
PEND. TERAKHIR
1 Badri, S.Ag Pendidikan Agama Islam S1 2 Siti Suryani, S. Pd IPA S1 3 Muhamad Idrus, S.Pd.I Bahasa Inggris S1 4 Drs. Yasmin Bahasa Arab SI 5 Drs. Sukoco IPS Terpadu S1 6 E. Hidayat, A.Ma.Pd Matematika D2 7 Umaeroh, S.Pd PPKN S1 8 Ade Laily Suryani, S.Ag Agama & Al-Qur’an S1
36
9 Imron, S.Pd Geografi S1 10 Supardi, BA Komputer S1 11 Dra. Maryanah IPS Terpadu S1 12 Drs. Ruslan A. Gani Bahasa Indonesia S1 13 Lukman Hakim, A.Md. Penjaskes S1 14 Dra. Wiwin Alawiyah Geografi S1 15 Via Aprilian S.N Komputer SMA 16 Juanita Siska, S.Pd. IPA S1 17 Rozikin, A.Md Bahasa Inggris D2 18 Hafidulloh, S.Pd. Bahasa Inggris SI 19 Dewi Aprianti, A.Md TIK D2 20 Sulha Saidah, S.Ag Pendidikan Agama Islam S1 21 Dini Darsilah, S.Pd. Matematika S1
22 Madhani, S.Pd Bahasa Indonesia S1 23 Saan Saputra, S.Pd Sejarah S1 24 Maryanah Azizah, S.Pd IPS Terpadu S1
b. Keadaan Siswa
Jumlah keseluruhan siswa SMP YAPIA adalah 310 siswa.
Dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Yapia Ciputat
Kelas Siswa
Laki-laki Perempuan
VII 40 51
VIII 73 40
IX 51 55
Jumlah 164 146
4. Sarana Prasarana
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
di sekolah tidak terlepas dari sarana prasarana yang memadai. Suatu
kegiatan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sarana prasarana
yang dibutuhkan. Sarana prasarana yang dimiliki SMP YAPIA Ciputat
dapat dilihat pada tabel berikut:
37
Tabel 4.3 Keadaan Sarana Prasarana
Sarana Prasarana Jumlah Ruang Belajar 9 kelas ( Tiga lantai) Ruang Kepala Sekolah 1 ruang Ruang guru 2 ruang Ruang Tata Usaha 1 ruang Masjid - Perpustakaan 1 ruang Laboratorium Komputer 1 ruang Lapangan Olah Raga 1 ruang Kantin 1 ruang WC Guru 1 ruang WC Siswa 2 ruang Tempat Parkir Sepeda Motor 1 ruang
5. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat
Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum yang telah di buat
oleh pemerintah melalui DIKNAS sehingga siswa siswi dapat memperoleh
materi-materi yang sama dengan sekolah negeri dan dapat bersaing dengan
pelajar lain, baik dari negeri maupun swasta. Hal ini juga membuat SMP
YAPIA selalu up to date dengan kurikulum yang ada. Selain itu SMP
YAPIA juga melengkapi kurikulum yang sudah ada dengan program-
program tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan minat
peserta didik.
B. Deskriptif Data Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama delapan minggu atau delapan
kali pertemuan muka guru dan siswa. Topik yang dibahas mulai dari Bab
X sampai dengan Bab XII, hal ini dikarenakan tidak semua pokok bahasan
dapat diselesaikan dalam satu pertemuan atau dua jam pelajaran.
38
Metode diskusi yang digunakan guru selama dalam pengamatan
penulis sebanyak delapan kali, jadi tidak setiap kali pertemuan diadakan
diskusi. Topik- topik yang didiskusikan oleh guru diantaranya adalah Iman
Kepada Rasul Allah, Adab Makan dan Minum, serta Binatang yang Halal
dan Haram.
Untuk mengetahui hasil belajar dengan diterapkannya metode
diskusi, penulis mengujikan tes yang berupa ulangan harian yang hasilnya
dapat dilihat pada hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi pada
pembahasan selanjutnya.
Untuk mendekatkan kepada kebenaran tentang hasil penelitian ini
penulis juga mewawancarai kepala sekolah, dan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam sebagaimana terlampir.
Sebelum melaksanakan penelitian ada beberapa persiapan atau
beberapa hal yang penulis rumuskan, tentukan dan lakukan, diantaranya
adalah:
a. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dijadikan penulis untuk
mengukur keberhasilan dari penggunaan metode diskusi yang penulis
terapkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Untuk mengukur keberhasilan proses diskusi di kelas penulis
menggunakan uji tes yang berupa ulangan harian. Pelaksanaan
penelitian yaitu pada tanggal 01 Februari 2010 sampai dengan selesai,
yang bertempat di SMP YAPIA Ciputat, JL. R.E Martadinata No.7
Cipayung Ciputat.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati penggunaan
metode diskusi dalam proses pembelajaran di kelas. Baik itu
penggunaan metode diskusi oleh siswa, dalam hal ini aspek siswalah
yang diteliti. Maupun penggunaan metode diskusi oleh guru, aspek
guru yang diteliti.
39
Sesuai dengan uji tes ulangan harian tersebut, jika hasilnya
terisi maksimal maka metode diskusi di kelas telah memberikan
efektifitas yang nyata, namun apabila hanya beberapa ulangan harian
yang terisi, maka metode diskusi tidak dapat memperlihatkan
efektifitasnya yang nyata.
Di akhir penelitian, penulis akan mewawancarai kepala
sekolah, guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan salah satu
siswa mengenai metode diskusi ini di kelas.
Setelah data terkumpul maka penulis akan memberikan
interpretasi terhadap data tersebut.
b. Analisis dan Interpretasi Data
Dari hasil penelitian selama dua bulan di SMP YAPIA
Ciputat, dan dari data yang terkumpulkan maka data- data itu
diperiksa, diedit, dan dianalisis yang kemudian hasilnya dapat
dideskripsikan dalam sebuah kesimpulan dan diinterpretasikan sesuai
dengan data yang terkumpul.
2. Pelaksanaan Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat
Model metode diskusi yang diamati oleh penulis dalam
pelaksanaan penelitian ini ada dua model yaitu model diskusi debat aktif
dan diskusi lepas. Kedua model diskusi tersebut beberapa kali digunakan
guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, namun yang paling
sering digunakan oleh guru adalah model diskusi debat aktif.
Hasil pengamatan penulis pada pengamatan pertama masih belum
menunjukkan hasil karena pada saat itu masih penyampaian materi. Baru
kemudian pada pengamatan kedua dan setarusnya guru menggunakan
metode diskusi.
Pada pengamatan III, IV, dan V diskusi masih dikuasai oleh guru
artinya murid masih enggan mengeluarkan pendapatnya. Meskipun ada
40
namun masih beberapa siswa saja. Hal itu berbeda dengan pengamatan
yang dilakukan penulis pada pengamatan VI, VII dan VIII siswa sudah
banyak yang ikut berpartisipasi dalam diskusi.
Dalam penggunaan metode diskusi oleh guru tersebut, ada dua
aspek yang penulis anggap penting untuk diangkat dalam penulisan skripsi
ini. Kedua aspek tersebut yaitu aspek guru dan aspek siswa. Aspek- aspek
tersebut penulis anggap penting karena dalam melakukan penelitian ini
yang penulis temukan dilapangan adalah kedua aspek tersebut.
a. Aspek Guru1
Aspek guru berarti melihat penggunaan metode diskusi dari sisi
guru yang menggunakan metode ini sebagai salah satu metodenya
dalam pengajaran.
Ketika diskusi dilihat dari aspek guru, terutama diskusi yang
berlangsung di SMP YAPIA Ciputat yaitu pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam hal ini Sulha Saidah, S.Ag sebagai
guru mata pelajarannya, maka akan dapat penulis tampilkan
sebagaimana berikut:
1) Kemampuan guru dalam memberikan stimulus diskusi
Kemampuan ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh
guru dalam rangka menghidupkan kelas sehingga siswa
mempunyai semangat untuk belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari:
a) Memberikan tema- tema kontekstual dan kekinian
Kemampuan guru dalam memberikan stimulus diskusi
kaitannnya dengan memberikan tema- tema kontekstual dan
kekinian ditunjukkan dengan memberikan contoh yang sesuai
dengan konteks kekinian. Seperti pada pembahasan iman
kepada Rasul Allah guru memberi contoh pada saat ini telah
terdapat Rasul palsu.
1 Observasi dan wawancara guru Pendidikan Agama Islam 19 Maret 2010
41
b) Membangkitkan minat belajar siswa
Dalam membangkitkan minat siswa untuk belajar guru
biasanya menunjuk salah satu dari siswa untuk menjawab atau
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan tema yang telah
dilontarkan.
c) Memberikan statemen yang kontraversi
Statemen atau pendapat yang kontraversi dilontarkan
guru agar siswa dapat meresponnya dengan positif. Tujuannya
adalah agar siswa berani mengemukakan ketidaksepakatannya.
2) Kemampuan guru dalam mengaktifkan siswa dan mengelola kelas
Kemampuan ini ditunjukkan oleh guru dengan banyak cara
sesuai dengan kreatifnya. Kemampuan ini sangat dibutuhkan agar
kelas tidak monoton dan membosankan. Kemampuan-kemampuan
tersebut diantaranya adalah:
a) Memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak aktif untuk
mengemukakan pendapat mereka.
Dengan cara menunjuk salah satu dari siswa untuk
mengemukakan pendapatnya. Dengan secara acak atau menurut
absensi kelas.
b) Tidak membiarkan diskusi dikuasai oleh sebagian orang
Apabila diskusi dikuasai oleh satu orang atau beberapa
orang, guru mengambil alih diskusi dan mempersilahkan
kepada yang lain. Namun apabila tetap saja tidak ada yang
berpendapat guru menyuruh murid tersebut untuk melanjutkan.
3) Kemampuan guru dalam menyimpulkan hasil diskusi
Setelah diskusi usai, materi yang telah dibahas disimpulkan
oleh guru berdasarkan pendapat yang tidak terbantahkan atau
berdasarkan suara terbanyak. Bila pendapat itu salah menurut guru,
ia membenarkannya.
42
b. Aspek Siswa
Aspek siswa juga penting diperhatikan untuk menentukan
apakah diskusi dapat berjalan dengan baik sehingga dapat ditentukan
bahwa metode diskusi ini dapat diandalkan.
Aspek siswa yang diperhatikan oleh penulis dalam penelitian
ini antara lain adalah:
1) Keberanian siswa untuk bertanya, ditunjukkan dengan:
a) Keberanian untuk mengangkat tangan untuk mengajukan
pertanyaan atau sanggahan.
Tidak setiap diskusi yang berlangsung di kelas dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut pengamatan
penulis apabila guru memberikan stimulus yang
membangkitkan siswa dalam belajar diskusi pun akan hidup.
Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang
mengajukan pertanyaan atau mengangkat tangan. Hampir
seluruh siswa mengangkat tangan apabila diberi kesempatan
bertanya meskipun pada akhirnya hanya dipilih beberapa saja.
b) Keberanian untuk menyangkal pendapat yang tidak sesuai
dengan pemahaman siswa.
Ditunjukkan oleh beberapa orang saja apabila temannya
kurang menarik seperti pada pembahasan iman kepada Rasul
Allah. Namun pada pembahasan binatang yang halal dan haram
banyak siswa yang mengutarakan pendapatnya yang tidak
sesuai dengan pendapat yang ada.
Meskipun demikian ada juga siswa yang sama sekali tidak
berpendapat. Keadaan demikian sering terjadi mungkin karena
jam pelajaran yang diletakkan di jam terakhir sehingga siswa
hanya memikirkan pulang saja.
2) Keaktifan siswa dalam diskusi
Sebagus apapun tema yang diangkat oleh guru dalam
diskusi tidak akan menciptakan diskusi yang aktif apabila tidak
adanya peran langsung dari siswa.
43
Keaktifan siswa dalam diskusi menurut penulis dapat
diketahui melalui beberapa hal berikut ini, yaitu:
a) Mengutarakan pendapatnya
Meskipun kadang harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru
agar siswa mau mengutarakan pendapatnya namun menurut
penulis hal itu sudah merupakan salah satu bentuk
keikutsertaan siswa atau keaktifan mereka dalam diskusi.
b) Mengungkapkan keberatannya
Ketika diskusi berlangsung biasanya keberatan-keberatan
muncul setelah dilontarkan pendapat yang kontraversi. Seperti
ketika menurut siswa pendapatnya benar namun disalahkan
oleh peserta diskusi yang lain.
c) Mengungkapkan pembelaannya
Siswa berani mengungkapkan pembelaannya ketika
pendapatnya disalahkan.
3) Pemahaman siswa terhadap materi
Pemahaman siswa terhadap materi diperlukan untuk
mengetahui sejauh manakah pemahaman mereka terhadap materi
yang baru saja didiskusikan bersama. Hal itu untuk mengetahui
apakah materi yang disampaikan kepada mereka telah tercerna
sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap materi, hal-hal yang diteliti oleh penulis adalah sebagai
berikut:
a) Argumen yang digunakan siswa untuk mempertahankan
pendapatnya.
Apakah argumen tersebut berdasarkan atas referensi yang
ada atau pengalaman, atau bahkan merupakan argumen yang
tidak berlandaskan apapun juga.
Rata-rata pada setiap diskusi pendapat yang dilontarkan
oleh siswa merupakan argumen lepas, meskipun kadang-
44
kadang ada sebagian siswa yang menyertakan referensi yang
diperolehnya. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh siswa yang
berprestasi seperti Ajeng Kartini dan lain-lain.2
b) Argumen siswa untuk mengalahkan pendapat yang tidak sesuai
dengan pemahamannya.
Hampir sama dengan argumen siswa yang dipergunakan
dalam rangka mempertahankan pendapatnya, kebanyakan
siswa berpendapat tidak sesuai dengan referensi yang ada atau
tidak memiliki rujukan.
c) Kemampuan untuk menjawab pertanyaan atau sanggahan dari
peserta diskusi.
Sama seperti argumen-argumen mereka, kemampuan
untuk menjawab pertanyaan atau sanggahan dari peserta
diskusi ditunjukkan berdasarkan pengalaman para siswa.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi yang diterapkan di SMP YAPIA Ciputat pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam telah memberikan
efektifitasnya yang nyata yaitu sudah dapat mengaktifkan siswa
dalam belajar dan lain-lain yang termasuk ke dalam kriteria
siswa aktif.
Meskipun kadang diskusi masih dikuasai oleh beberapa
siswa atau salah satu dari mereka namun dengan keterampilan
yang telah dimiliki oleh guru sudah dapat mengatasi masalah
ini.
C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode Diskusi
Setelah dilakukan pengamatan terhadap proses penggunaan metode
diskusi oleh guru di kelas kemudian penulis menguji para siswa dengan
ulangan harian yang merupakan hasil belajar mereka dengan menggunakan
metode diskusi.
2 Observasi dan wawancara siswa kelas VIII B 15 Maret 2010
45
Dari hasil ulangan tersebut tercatat nilai siswa sesudah diterapkam
metode diskusi rata-rata siswa adalah 88,90 dengan memperlihatkan hasil
belajar ini dengan melihat hasil belajar siswa sebelum diterapkan metode
diskusi yaitu nilai rata-rata siswa adalah 85,97 maka dapat penulis sampaikan
bahwa dalam penggunaan metode diskusi ini telah berhasil.
Untuk lebih jelasnya sengaja penulis menampilkan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi yaitu sebagai berikut:
TABEL 4.4 HASIL ULANGAN
SEBELUM METODE DISKUSI DIGUNAKAN Siswa kelas VIII ( 41 siswa )
di SMP YAPIA Ciputat
No. Nama Siswa Sebelum diajar dengan metode diskusi 1. AA 85 2. AB 85 3. AC 80 4. AD 75 5. AE 80 6. AF 95 7. AG 85 8. AH 85 9. AI 85 10. AJ 80 11 BA 90 12. BB 90 13. BC 90 14. BD 85 15. BE 85 16. BF 90 17. BG 85 18. BH 65 19. BI 100 20. BJ 90 21. CA 95 22. CB 75 23. CC 75 24. CD 85 25. CE 90 26. CF 95 27. CG 95
46
28. CH 90 29. CI 85 30. CJ 90 31. DA 90 32. DB 80 33. DC 90 34. DD 90 35. DE 85 36. DF 90 37. DG 90 38. DH 80 39. DI 90 40. DJ 70 41. EA 90 Rata-rata 3525: 41= 85,97
TABEL 4.5 HASIL ULANGAN
SESUDAH METODE DISKUSI DIGUNAKAN Siswa kelas VIII ( 41 siswa )
di SMP YAPIA Ciputat
No. Nama Siswa Sesudah diajar dengan metode diskusi 1. AA 90 2. AB 80 3. AC 80 4. AD 80 5. AE 80 6. AF 95 7. AG 90 8. AH 90 9. AI 90 10. AJ 90 11 BA 85 12. BB 85 13. BC 95 14. BD 90 15. BE 90 16. BF 85 17. BG 90 18. BH 85 19. BI 95 20. BJ 85 21. CA 90 22. CB 90
47
23. CC 90 24. CD 90 25. CE 95 26. CF 90 27. CG 95 28. CH 95 29. CI 90 30. CJ 95 31. DA 95 32. DB 90 33. DC 85 34. DD 85 35. DE 85 36. DF 95 37. DG 90 38. DH 80 39. DI 95 40. DJ 90 41. EA 85 Rata-rata 3645: 41= 88,90
Dari kedua hasil ulangan harian tersebut dapat dilihat secara
keseluruhan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Skor hasil ulangan 41 siswa kelas VIII SMP YAPIA Ciputat
No. Nama Siswa Sebelum diajar dengan metode diskusi
Sesudah diajar dengan metode diskusi
1. AA 85 90 2. AB 85 80 3. AC 80 80 4. AD 75 80 5. AE 80 80 6. AF 95 95 7. AG 85 90 8. AH 85 90 9. AI 85 90 10. AJ 80 90 11 BA 90 85 12. BB 90 85 13. BC 90 95 14. BD 85 90 15. BE 85 90 16. BF 90 85
48
17. BG 85 90 18. BH 65 85 19. BI 100 95 20. BJ 90 85 21. CA 95 90 22. CB 75 90 23. CC 75 90 24. CD 85 90 25. CE 90 95 26. CF 95 90 27. CG 95 95 28. CH 90 95 29. CI 85 90 30. CJ 90 95 31. DA 90 95 32. DB 80 90 33. DC 90 85 34. DD 90 85 35. DE 85 85 36. DF 90 95 37. DG 90 90 38. DH 80 80 39. DI 90 95 40. DJ 70 90 41. EA 90 85 Rata-rata 3525: 41= 85,97 3645: 41= 88,90
Jika dilihat dari rata-rata hasil ulangan siswa sebelum dan sesudah
diajar dengan metode diskusi, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
YAPIA Ciputat sudah memberikan efektifitasnya yang nyata. Oleh karena itu
dapat dijadikan andalan guru ketika akan mengajarkan materi Pendidikan
Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat.
Namun karena secara ilmiah hal itu dapat diterima, maka penulis akan
menghitungnya menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan sebagai berikut:
49
Tabel 4.7 Perhitungan Untuk Memperoleh “t”
No. Sebelum diajar dengan metode
diskusi
Sesudah diajar dengan metode diskusi D d- Md
(xd) x2d
1. 85 90 5 2,07 4,2849 2. 85 80 -5 -7,93 62,8849 3. 80 80 0 0 0 4. 75 80 5 2,07 4,2849 5. 80 80 0 0 0 6. 95 95 0 0 0 7. 85 90 5 2,07 4,2849 8. 85 90 5 2,07 4,2849 9. 85 90 5 2,07 4,2849
10. 80 90 10 7,07 49,9849 11 90 85 -5 -7,93 62,8849 12. 90 85 -5 -7,93 62,8849 13. 90 95 5 2,07 4,2849 14. 85 90 5 2,07 4,2849 15. 85 90 5 2,07 4,2849 16. 90 85 -5 -7,93 62,8849 17. 85 90 5 2,07 4,2849 18. 65 85 20 17,07 291,3849 19. 100 95 -5 -7,93 62,8849 20. 90 85 -5 -7,93 62,8849 21. 95 90 -5 -7,93 62,8849 22. 75 90 15 12,07 145,6849 23. 75 90 15 12,07 145,6849 24. 85 90 5 2,07 4,2849 25. 90 95 5 2,07 4,2849 26. 95 90 -5 -7,93 62,8849 27. 95 95 0 0 0 28. 90 95 5 2,07 4,2849 29. 85 90 5 2,07 4,2849 30. 90 95 5 2,07 4,2849 31. 90 95 5 2,07 4,2849 32. 80 90 10 7,07 49,9849 33. 90 85 -5 -7,93 62,8849 34. 90 85 -5 -7,93 62,8849 35. 85 85 0 0 0 36. 90 95 5 2,07 4,2849 37. 90 90 0 0 0 38. 80 80 0 0 0 39. 90 95 5 2,07 4,2849 40. 70 90 20 17,07 291,3849 41. 90 85 -5 -7,93 62,8849
Jumlah 3525 3645 120 1738,6866 85,97 88,90 2,93
50
( )1
2
−Σ
=
NNdx
Mdt
Diketahui:
2,9341
120N
dMd ==∑
=
= 1738, 6866 dx 2Σ
N = 41
db = ditentukan dengan N-1 = 41-1 = 40
( )060,193,2
16406866,1738
93,2
)40(416866,1738
93,2
)141(416866,1738
93,2
1
2===
−
=
−Σ
=
NNdx
Mdt
84,263,193,2
==
T tabel t(0,05,40) = 2,02 pada taraf signifikan 5%
t(0,01,40) = 2,71 pada taraf signifikan 1%
t hit t tabel
2,84 > 2,02
Dari hasil perhitungan melalui uji “t” tersebut dapat dilihat bahwa t
hitung lebih besar dari pada t tabel karena thit = 2, 84 sedangkan “ttab = 2, 02
dengan tabel “t” pada taraf signifikan 5%. Sedangkan ttab = 2, 71 pada table
“t” pada taraf signifikan 1%”.3 Ini berarti bahwa hipotesis alternatif ( Ha )
diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi merupakan
perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan).
Kesimpulan yang dapat penulis tarik di sini adalah, berdasarkan hasil
uji coba tersebut di atas, secara meyakinkan dapat dikatakan bahwa
3 Subana, Moersetyo Rahadi dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2005). H. 206
51
pembelajaran dengan metode diskusi telah menunjukkan efektifitasnya yang
nyata, dalam arti kata dapat diandalkan sebagai metode yang baik untuk
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA
Ciputat.
Karena metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa antara
lain:
1. Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih
baik ketimbang ia memutuskan sendiri karena terdapat berbagai
sumbangan pikiran dari para peserta lainnya yang dikemukakan dari
berbagai sudut pandangan.
2. Mereka tidak terjebak kepada jalan pikirannya sendiri yang kadang-
kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia
mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai
pandangan dan secara hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya
sendiri.
3. Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan murid mengenai sesuatu
kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut
serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar itu akan
memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga
dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.
4. Diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian
terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari, karena itu dapat membantu
murid menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan alasan-alasan yang
memadai, bukan hanya sekedar jawaban “ya” atau “tidak” saja.
5. Diskusi juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara
kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada
anggota kelas, karena dari pembicaraan itu mereka berkesempatan menarik
hal-hal atau pengertian-pengertian baru yang dibutuhkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memperhatikan hasil pengamatan diskusi dikelas selama
kurang lebih dua bulan dapat penulis simpulkan bahwa metode diskusi yang
digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA Ciputat telah
berhasil. Hal itu ditunjukkan dengan:
1. Timbulnya keberanian siswa untuk mengangkat tangan dan mengajukan
pertanyaan atau sanggahan serta mengutarakan keberatan atau bahkan
pembelaan ketika siswa tidak setuju atau setuju terhadap salah satu
pendapat.
2. Adanya keikutsertaan siswa dalam mengaktifkan diskusi. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan ketika
mereka diberi kesempatan mengutarakan pendapat atau bertanya.
3. Pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat dari argumen yang
digunakan mereka untuk mempertahankan pendapatnya, mengalahkan
pendapat yang tidak sesuai dengan pemahamannya serta kemampuan
mereka untuk menjawab pertanyaan atau sanggahan dari peserta diskusi.
Meskipun tidak semuanya namun kebanyakan siswa dapat menghadirkan
referensi dari pendapat yang mereka lontarkan.
52
53
Selain itu, hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode diskusi
juga telah memperlihatkan perbedaan yang signifikan dengan hasil belajar
siswa sebelum diterapkan metode diskusi.
Apalagi setelah melihat hasil perhitungan melalui uji “t” sebagaimana
dijelaskan pada bab IV kesimpulan yang dapat penulis tarik dari penelitian
yang penulis lakukan di SMP YAPIA Ciputat adalah bahwa memang metode
diskusi yang diterapkan di SMP YAPIA Ciputat telah memberikan efektifitas
yang nyata. Ini berarti bahwa metode diskusi ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif oleh guru dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
Diskusi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam
pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YAPIA
Ciputat. Metode ini mempunyai kebaikan dan kelemahan. Diantara kebaikan
metode diskusi ini, seperti yang telah penulis lihat pada saat melakukan
observasi, adalah bahwa siswa dapat aktif berbicara mengeluarkan
pendapatnya, melatih siswa untuk berpikir kritis untuk mempertimbangkan
pendapat teman-temannya, kemudian menerapkan sikap menerima, menolak
atau tidak sependapat.
Diantara kelemahan metode diskusi ini adalah pembicaraan terkadang
dikuasai oleh satu atau dua orang anak, dapat menyebabkan sikap apatis bagi
siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, tidak dapat digunakan di
awal pelajaran apabila pelajaran itu benar-benar baru karena siswa tidak
menguasai materi tersebut. Yang terpenting adalah dalam penggunaan waktu
memerlukan waktu yang cukup panjang dan lama disebabkan dalam diskusi
sering muncul masalah baru yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dibicarakan.
Keberhasilan diskusi tersebut tidak terlepas dari sikap antusias dan
keinginan siswa dalam mendalami dan mempelajari Pendidikan Agama Islam.
Dengan demikian hipotesis alternatif yang penulis rumuskan telah
dapat diketahui kebenarannya pada penelitian kali ini sehingga dapat diambil
sebagai kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa metode diskusi yang
terapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP YAPIA telah
54
memberikan efektifitas yang nyata, dalam arti kata dapat diandalkan sebagai
metode yang baik untuk mengajarkan bidang studi pendidikan agama Islam di
sekolah ini.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan penelitian di atas, maka ada
beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode diskusi yang dilaksanakan di
SMP YAPIA, hendaknya siswa diberi rangkuman atau catatan tentang
materi yang akan dibahas, sehingga siswa dapat memahami poin-poin
penting dari diskusi yang akan mereka kerjakan.
2. Murid membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka dapat
belajar dengan aktif, apalagi dalam memahami pengetahuan agama yang
bersumber dari wahyu al-Qur’an dan hadits, bukan pengalaman empiris.
3. Hendaknya guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP YAPIA
terlibat langsung dengan murid dalam upaya menciptakan iklim belajar,
menyiapkan bahan ajar serta membina keakraban diantara peserta didik.
Bahan-bahan belajar perlu diperoleh siswa sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai agar siswa tidak sama sekali tidak tahu tentang materi yang akan
dikaji.
4. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMP YAPIA, hendaknya guru mata pelajaran pendidikan agama Islam
mengusahakan adanya pembaharuan, dalam hal ini khususnya
pembaharuan dalam penggunaan metode pengajaran yang sesuai dengan
situasi dan lokasi.
5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih banyak
lagi berkenaan dengan materi pelajaran agama Islam. Sehingga siswa tidak
kesulitan dalam mencari sumber literatur yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1997. al-Syaibani, Omar Muhammad Al-Touny, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang,1979), Cet. Ke-l. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002 . Cet. Ke-1. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005. Basyiruddin, Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islamm, Jakarta: PT.
Intermasa, 2002. Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995. DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta,2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Cet. Ke-1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996. Cet. Ke-1. Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1984
.Cet. Ke-1. Hadi, Amirul dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1998. Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al
Husna. Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus,
2000, Cet. Ke-l.
55
56
NK., Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Nugroho, Dwi, ED, Mengenal Manusia dan Pendidikan, Yogyakarta: Liberty,
1998, Cet. Ke-1. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, Bandung: Remaja
Karya, 1998, Cet. Ke-1. Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta: 1999. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995. Shaleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan “Visi, Misi dan
Aksi” Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000. Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003. Cet. Ke-12. Suyabrata, Sumadi, Metodelogi Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2003. Cet. Ke-13. Syah, Mubibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1994, Cet. Ke-1. Tim Ganesco Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung:
Penabur Ilmu, 2001. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999. Zuhairini, Abdul Gafir, Slamet AS, Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama,
Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981. Cet. Ke-7.
Nama :
Kelas / Semester : VIII / II
Mata Pelajaran : PAI
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
Tahun Ajaran : 2009/2010
Sekolah : SMP YAPIA Ciputat
Materi Pelajaran : Hukum Islam tentang binatang
Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber
bahan makanan
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram
untuk dimakan
2. Menghindari makanan yang bersumber binatang yang
diharamkan
Indikator : 1. Menjelaskan binatang yang halal, jenis-jenisnya serta
dalil atau hadits yang berkaitan dengan hewan yang
halal
2. Menjelaskan cara menyembelih binatang yang
dihalalkan
3. Menjelaskan hewan yang haram, jenis-jenisnya serta
dalil atau hadits yang berkaitan dengan hewan yang
haram
Buku Materi : Saminu, S.Ag, Pendidikan Agama Islam, CV. Media
Antar Nusa: Jawa Tengah: 2008, h. 39-45
SOAL SESUDAH METODE DISKUSI DIGUNAKAN
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang
paling benar!
1. Islam sangat memperhatikan dalam masalah makanan, kriteria makanan dan
minuman yang ditentukan Islam adalah yang….
a. Lezat, enak, dan bermanfaat c. Higienis, aman, dan bergizi
b. Halal dan thayyib d. Cepat saji dan buatan luar negeri
2. “Laut adalah suci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan….
a. Perintah untuk memakan segala ikan, meminum air laut serta memakan
bangkai laut
b. Segala isi laut dihalalkan bagi manusia tanpa kecuali, meskipun makanan
itu membahayakan bagi tubuh
c. Seluruh ikan laut itu dihalalkan bagi kita dan airnya pun halal untuk kita
minum, bahkan bangkai ikan termasuk halal bagi kita, namun sepanjang
tidak membahayakan tubuh manusia
d. Umat Islam dianjurkan untk membiasakan diri memakan binatang laut,
meminum air laut segala bangkai yang ada dilaut
3. Sumber-sumber makanan yang biasa kita konsumsi berasal dari….
a. Binatang, tumbuhan dan makanan olahan
b. Darat, laut dan udara
c. Ikan, tumbuhan dan daging
d. Sayur-sayuran, lauk pauk dan susu
4. Di bawah ini merupakan jenis binatang halal, kecuali….
a. Binatang buruan laut c. Kuda, biawak, kelinci
b. Burung elang, kalajengking d. Ayam, belalang
5. Yang termasuk binatang halal tanpa disembelih adalah….
a. Ikan mujair b. Lembu c. Kerbau d. Kambing
6. Menyembelih binatang halal hingga putus urat lehernya merupakan…
penyembelihan.
a. Sunah b. Haram c. Syarat d. Rukun
7. Salah satu alat/benda tajam yang digunakan untuk menyembelih adalah….
a. Kuku b. Gigi c. Pisau d. Tulang
8. Binatang yang haram karena dilarang membunuhnya adalah….
a. Binatang bertaring b. Ular c. Tikus d. Semut
9. Binatang yang hidupnya di dua alam hukumnya….
a. Halal b. Mubah c. Haram d. Makruh
10. Termasuk salah satu sunah menyembelih adalah….
a. Penyembelihnya orang Islam c. Binatang itu halal
b. Menghadap kiblat d. Binatang itu dari laut
11. Binatang yang haram karena kita disuruh membunuhnya adalah….
a. Ular b. Lebah c. Kutu air d. Semut
12. Binatang yang hidup di darat dan haram dimakan adalah….
a. Bebek b. Harimau c. Kerbau d. Domba
13. Menyembelih binatang dengan tanpa menyebut nama Allah maka
hukumnya….
a. Mubah b. Sunah c. Haram d. Makruh
14. Salah satu akibat negatif makanan dan minuman yang haram adalah berikut
ini, kecuali….
a. Manusia mudah terjangkit penyakit rohani
b. Mendorong manusia mengikuti hawa nafsu
c. Manusia menjadi buta mata hatinya
d. Mendekatkan diri terhadap Allah
15. Keharaman jenis binatang yang haram dapat diketahui oleh umat Islam
melalui….
a. Dalil umum dan khusus c. Wasiat para nenek moyang
b. Fatwa para kyai d. Karena naluri
16. Hukum memakan jenis binatang yang tidak ada dalil yang melarang dan
memerintah adalah….
a. Mubah b. Haram c. Sunah d. Subhat
17. Secara rohaniah, makanan dan minuman yang dikonsumsi ternyata memiliki
pengaruh besar dalam kehidupan kita. Pengaruh yang ditimbulkan ini terutama
berhubungan dengan….
a. Gaya hidup sehari-hari c. Pertumbuhan fisik manusia
b. Kedekatan dengan Allah d. Kesehatan manusia
18. Keharaman babi telah ditetapkan secara mutlak dalm Al Qur’an. Haramnya
babi ini mencakup….
a. Daging babi c. Tulang babi
b. Lemak babi d. Seluruh bagian babi
19. Selain untuk menjaga pertumbuhan kesehatan jasmani, ada satu aspek lagi
dalam tubuh manusia yang harus mendapat perhatian khusus dalam
pencanangan makanan dan minuman yang halal yaitu aspek….
a. Materi b. Rohani c. Kenikmatan d. Kecukupan
20. Semua jenis binatang yang dihalalkan bagi umat Islam pasti mendatangkan….
a. Manfaat b. Ancaman c. Kerugian d. Kekhawatiran
Nama :
Kelas / Semester : VIII / II
Mata Pelajaran : PAI
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
Tahun Ajaran : 2009/2010
Sekolah : SMP YAPIA Ciputat
Materi Pelajaran : Iman kepada Rasul Allah swt
Standar Kompetensi : Menerapkan keimanan kepada rasul Allah swt
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan pengertian beriman kepada rasul Allah
swt
2. Menyebutkan nama dan sifat-sifat rasul Allah swt
3. Meneneladani sifat-sifat Rasulullah SAW.
Indikator : 1. Menjelaskan beriman kepada Rasul Allah
2. Menjelaskan sifat-sifat Rasul Allah
3. Mampu meneladani sifat-sifat rasul Allah swt
Buku Materi : Saminu, S.Ag, Pendidikan Agama Islam, CV. Media
Antar Nusa: Jawa Tengah: 2008, h. 20-22
SOAL SEBELUM METODE DISKUSI DIGUNAKAN
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang
paling benar!
1. Iman kepada Rasul Allah termasuk salah satu rukun iman yang ke ....
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
2. Beriman kepada para rasul hukumnya ....
a. Wajib b. sunah c. mubah d. wajib kifayah
3. Menurut bahasa rasul berarti ....
a. Pemberi kabar b. Perantara c. Utusan d. Pemberi perintah
4. Rasul-rasul Allah yang wajib kita imani dalam al-qur’an berjumlah ....
a. 25 b. 30 c. Tak terbatas d. 5
5. Nabi/rasul yang terakhir adalah ....
a. Musa b. Isa c. Muhammad d. Khidzir
6. Salah satu sifat wajib yang harus dimilki para rasul adalah siddiq yang
artinya ....
a. Dipercaya b. Menyampaikan c. Cerdas d. Jujur
7. Mukjizat Nabi Nuh adalah ....
a. Dibakar tidak mempan b. Membuat kapal besar untuk berlayar
c. Tongkat berubah jadi ular
d. Menyembuhkan orang buta
8. Para rasul memiliki sifat fathonah, sehingga mustahil bersifat ....
a. Kizib b. Khianat c. Khitman d. Jahlun
9. Salah satu rasul yang diberi gelar Ulul Azmi adalah ....
a. Sulaiman as b. Zakaria as c. Adam as d. Muhammad saw
10. Yang mempunyai mukjizat dibakar tidak mempan adalah ....
a. Muhammad saw b. Musa as c. Ibrahim as d. Isa as
11. Kitab Taurat diturunkan kepada ....
a. Muhammad saw b. Musa as c. Ibrahim as d. Isa as
12. Kitab Injil diturunkan kepada ....
a. Muhammad saw b. Musa as c. Ibrahim as d. Isa as
13. Anak Nabi Nuh ketika dipanggil ayahnya ....
a. Langsung naik kapal b. Menurut panggilan ayahnya
c. Dekati kapal Nabi Nuh as
d. Tetap bersama orang-orang kafir
14. Tantangan Nabi Ibrahim adalah ayahnya sendiri yang bernama ....
a. Azhar b. Namrud c. Kan’an d. Abrahah
15. Nabi Isa as adalah nabi yang lahir tanpa ayah dilahirkan oleh ibunya yang
bernama ....
a. Siti Hajar b. Siti Aminah c. Siti Aisyah d. Siti Maryam
16. Para nabi/rasul mustahil bersifat jahlun, arti jahlun adalah ....
a. Dusta b. Bodoh c. Menyembunyikan d. Tidak dapat dipercaya
17. Dapat membelah lautan adalah mujizat yang diberikan kepada nabi ....
a. Nuh as b. Musa as c. Isa as d. Muhammad saw
18. Dapat menghidupkan orang mati adalah mukjizat yang diberikan kepada
nabi ....
a. Nuh as b. Musa as c. Isa as d. Muhammad saw
19. Nabi Muhammad adalah nabi yang di lahirkan di kota ....
a. Madinah b. Mekkah c. Damaskus d. Thaif
20. Tantangan Nabi Nuh disamping kaumnya adalah anaknya sendiri yang bernama ....
a. Abdurrahman b. Kan’an c. Khabil d. Bukhari
PANDUAN DAN BERITA WAWANCARA DENGAN
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP YAPIA CIPUTAT
1. Wawancara ke : II
2. Hari/tanggal : Jumat, 19 Maret 2010
3. Tempat wawancara : ruang guru
4. Responden : Sulha Saidah, S. Ag
5. Jabatan : guru mata pelajaran pendidikan agama Islam
Daftar Pertanyaan!
1. Berapa lama ibu mengajar di sekolah ini?
2. Berapa jumlah jam dalam satu minggu ibu mengajar?
3. Buku apakah yang dijadikan pedoman bagi siswa dan guru dalam
mempelajari pendidikan agama Islam?
4. Selain metode diskusi, metode apakah yang digunakan dalam mengajar
pendidikan agama Islam?
5. Bagaimanakah cara ibu mengadakan evaluasi dalam rangka mengukur
keberhasilan belajar siswa baik secara lisan maupun tulisan?
6. Apa saja kesulitan yang dihadapi dalam mengajar pendidikan agama
Islam?
7. Apakah ibu pernah mengikuti pelatihan/ training/ seminar untuk dapat
mengembangkan cara pembelajaran dalam bidang studi Pendidikan
Agama Islam khususnya tentang pelatihan penarapan metode diskusi
dalam kelas?
8. Bagaimana pelaksanaan metode diskusi di kelas serta hasilnya seperti
apa?
9. Menurut ibu, apakah penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sudah efektif?
10. Bagaimana respon siswa-siswi ketika menggunakan metode diskusi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban hasil wawancara
1) Saya mengajar di SMP YAPIA Ciputat ini hampir 10
tahun.
2) Dalam satu minggu saya mengajar 8 jam pelajaran
untuk bidang studi pendidikan agama Islam, dari
kelas VII A/B dan VIII A/B. Jadi saya mengajar
untuk empat kelas.
3) Buku yang dijadikan pedoman bagi siswa dan guru
dalam mempelajari pendidikan agama Islam adalah
buku paket dan LKS.
4) Selain metode diskusi yang digunakan dalam mengajar
pendidikan agama Islam adalah ceramah, demonstrasi,
latihan dan pekerjaan rumah (PR).
5) Ibu mengadakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan
belajar siswa baik secara tulis maupun lisan pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan
menggunakan ulangan harian, tugas dan hafalan.
6) Kendala yang sering saya hadapi adalah siswa
kadang-kadang menyimpang ketika proses pembelajaran
sedang berlangsung. Misalnya ketika saya
menjelaskan materi, siswa ngobrol sendiri dengan
teman sebangkunya. Ada juga yang mengantuk dan
sering mereka pergi ke luar kelas. Selain itu
kurang aktifnya siswa dalam proses belajar
mengajar.
7) Ibu pernah mengikuti seminar salah satunya adalah
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
8) Pelaksanaan metode diskusi di kelas sudah berjalan
dengan baik dan hasilnya cukup memuaskan.
9) Penggunaan metode diskusi di kelas dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam hampir efektif.
10) Respon siswa siswi ketika menggunakan metode
diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Alhamdulillah mau dan bisa mengikuti dengan baik
dan lancar.
Ciputat, 20 Maret
2010
Interviewer Interviewee
Halimatus Sadiyah Sulha
Saidah, S.Ag
PANDUAN DAN BERITA WAWANCARA DENGAN
KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA CIPUTAT
1. Wawancara ke : I
2. Hari/tanggal : Sabtu, 20 Maret 2010
3. Tempat wawancara : ruang kepala sekolah
4. Responden : Badri, S. Ag
5. Jabatan : kepala sekolah
Daftar pertanyaan!
1. Kapan sejarah berdirinya SMP YAPIA Ciputat?
2. Berapa jumlah guru, pegawai dan siswa SMP YAPIA Ciputat pada tahun
ajaran sekarang (2009/2010) ?
3. Apa saja usaha yang telah dilakukan sehubungan dengan peningkatan mutu
pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam?
4. Bagaimana cara mengembangkan metode diskusi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI)?
5. Apakah penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam sudah efektif?
6. Pelatihan apa saja yang pernah diikuti untuk meningkatkan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
7. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP YAPIA Ciputat?
Jawaban hasil wawancara 1) SMP YAPIA Ciputat tepat berdiri dan operasional sejak tahun 1983. Sekolah
ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang. SMP YAPIA Ciputat yang awalnya berada di daerah yang sekarang telah menjadi pusat perbelanjaan Ciputat telah memiliki tempat sendiri. Di Jalan. RE. Martadinata No. 7 Cipayung Ciputat Tangerang.
2) Jumlah guru ada 24 orang, pegawai yang didalamnya termasuk TU dan seksi keamanan ada 4 orang serta memiliki jumlah siswa siswi sebanyak 300 orang.
3) Usaha yang telah dilakukan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan agama Islam adalah: a. Memperingati hari-hari besar Islam. b. Dibentuknya organisasi ROHIS yang diharapkan membantu siswa dalam
memperdalam keislaman. 4) Cara mengembangkan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah dengan mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan, memberi dorongan kepada siswa untuk aktif dan terlibat, berani berpendapat dan jangan malu-malu atau takut.
5) Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam telah menunjukkan keefektifannya.
6) Pelatihan yang telah diikuti adalah salah satunya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
7) Sarana dan prasarana yang ada di SMP YAPIA Ciputat adalah sebagai berikut: a. Ruang Belajar g. perpustakaan b. Ruang Kepala Sekolah h. lab. komputer c. Ruang guru i. lapangan olagraga d. Masjid j. kantin e. Ruang tata usaha k. WC Guru dan siswa f. parkir
Ciputat, 21 Maret 2010 Interviewer Interviewee Halimatus Sadiyah Badri, S. Ag
PANDUAN DAN BERITA WAWANCARA DENGAN SISWA-SISWI DI SMP YAPIA CIPUTAT
1. Wawancara ke : III 2. Hari/tanggal : Senin, 15 Maret 2010 3. Tempat wawancara : ruang kelas VIII B 4. Responden : siswa/siswi
Daftar pertanyaan! 1. Apa saja metode yang dipakai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
pembelajaran di kelas ? Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah diskusi, ceramah, demonstrasi, penugasan, latihan dan PR.
2. Metode apa saja yang paling kamu sukai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya ? Metode yang saya suka ceramah, diskusi dan latihan.
3. Apakah kamu senang ketika guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi? Biasa saja.
4. Apakah kamu merasa metode diskusi lebih baik daripada metode yang lain dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam ? Tidak karena semua metode baik untuk digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
5. Bagaimana hasil belajar yang kamu peroleh ketika metode diskusi digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ? Cukup baik dan memuaskan.
Ciputat, 17 Maret 2010 Interviewer Interviewee
Halimatus Sadiyah Amaliah
CURRICULUM VITAE
Nama : Halimatus Sadiyah
Tempat Tanggal Lahir : Bangkalan, 17 Agustus 1988
Alamat : Jl. Raja Kecik No. 87 RT. 03 RW. 04 Dusun Demak
Kuantan Desa Teluk Merbau Afd VIIIB Kec. Dayun
Kab. Siak Pekanbaru Riau 28656
No Telp : 081932810423
Email : [email protected]
Fak/ Jur : FITK/ PAI
Nama Ayah : Sobirin
Nama Ibu : Nurjanah
Nama adik-adik : 1. Kutsiyah
2. Ahmad Hasanudin
3. Baldatun Toybah
Pengalaman Belajar:
Tahun 1994-2000 : SD Negeri 046 Sei Buatan Riau
MDA. Hidayatunnajah Riau
Tahun 2000-2003 : SMP Negeri 7 Bangkalan
Pon-Pes Miftahul Ulum Bangkalan
Tahun 2003-2006 : MA. Hidayatunnajah Riau
Tahun 2006- 2010 : UIN Syarif Hidayatulah Jakarta
FITK Pendidikan Agama Islam