PAPER EKONOMI TEKNIK
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PADI PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK
RISMA SIHOMBING
05091002007
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada dekade terakhir ini masyarakat/konsumen semakin memperhatikan mutu
dari produk pangan/pertanian. Faktor kesehatan dan keamanan pangan menjadi
prioritas utama. Pertanian organik didefinisikan sebagai usaha budidaya pertanian
yang hanya menggunakan bahan-bahan alami, baik yang diberikan melalui tanah
maupun yang langsung kepada tanaman budidaya.
Pertumbuhan permintaan pertanian organik dunia mencapai 15-20%
pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5-2%
dari keseluruhan produk pertanian. Meski di Eropa penambahan luas areal pertanian
organik terus meningkat dari rata-rata dibawah 1% (dari total lahan pertanian) tahun
1987, menjadi 2-7% di tahun 1997 (tertinggi di Austria mencapai 10,12%), namun
tetap saja belum mampu memenuhi pesatnya permintaan (Jolly, 2000). Inilah
kemudian yang memacu permintaan produk pertanian organic dari negara-negara
berkembang.
Selain faktor di atas, perkembangan pertanian organik di Indonesia juga
didorong oleh munculnya keadaran konsumen akan pentingnya produk-produk sehat
dan ramah lingkungan, khususnya di kalangan kelas menengah perkotaan. Sebagian
lagi, didorong oleh kampanye dan advokasi aktivis LSM baik dalam isu lingkungan
maupun pendampingan petani. Argumentasi lain pertanian organic dianggap tidak
menguntungkan. Memang dalam jangka pendek, pertanian organik dengan kondisi
teknologi yang sama sementara perlakuan pemupukan lebih rendah, akan
memberikan hasil kurang optimal dibanding budidaya konvensional. Tetapi jika
dikombinasikan pemakaian pupuk organik, pengendalian organisme pengganggu
tanaman secara baik, dengan inovasi teknologi yang tepat akan mampu memberikan
hasil yang relative sama. Yang pasti, dalam jangka panjang pertanian organik
memberikan jaminan akan kualitas tanah dan ekosistem lokal yang lebih baik.
PengalamanYayasan Bina Sarana Bakti, di Cisarua telah membuktikan hal ini setelah
15 tahun bergelut di bidang pertanian organik
Terlepas bahwa mayoritas orang Indonesia, utamanya para birokrat, peneliti
dan pengambil keputusan pertanian masih menyangsikan pertanian organik, secara
nyata pertanian organik mulai bermunculan. Dan pemicu utamanya adalah
keuntungan ekonomis. Bisnis pertanian organik semakin banyak karena menyimpan
keuntungan besar. Sebenarnya kalangan birokrat sekarang pun mulai melirik
pertanian organik, tetapi yang menggerakkan mereka bukan soal kesadaran ekologis
tetapi lebih karena negara maju banyak yang mencari yang berarti peluang meraup
devisa.
Pertanian organik kini masih disangsikan kemampuannya dalam memberikan
produktivitas yang tinggi oleh banyak orang dan kalangan. Karenanya tidak
dipercaya memecahkan soal pertanian dan kecukupan pangan masa depan. Juga,
masih diragukan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan di masa kini dan masa
depan. Ini wajar, karena belum cukup banyak bukti pertanian organic berhasil
membuka mata mereka.
Upaya menciptakan kemandirian pangan dengan mengembangkan produksi
sumber pangan alternatif substitusi pangan impor dilakukan seiring dengan
pemacuan tiga komoditi pangan utama. Sumber pangan karbohidrat yang dapat
dimanfaatkan untuk substitusi pangan pertanian organik seperti kentang, jagung
putih dan umbi-umbian.
Mengembangkan sumber pangan alternatif ini justru memiliki nilai ekonomis
tinggi karena disamping produktivitas per hektarnya tinggi, pangan tersebut sebagai
bahan baku industri. Dengan keragaman sumber bahan pangan yang dikonsumsi dan
dapat diproduksi di dalam negeri diharapkan dapat menekan impor pangan secara
nyata dan mengurangi ketergantungan pangan dari luar negeri sehingga ketahanan
dan kemandirian pangan nasional semakin mantap.
2. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keuntungan usahatani padi yang
dibudidayakan melalui sistem pertanian organik dengan sistem konvensional
(anorganik), untuk mengetahui produktifitas tenaga kerja usahatani padi organic,
untuk mengetahui kelayakan usahatani padi organic.
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha yang akan dijalankan diharapkan dapat memberikan penghasilan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan usaha harus memenuhi
beberapa kriteria kelayakan usaha. Artinya, jika diihat dari segi bisnis, suatu usaha
sebelum dijalankan harus dinilai pantas atau tidak untuk dijalankan. Pantas artinya
layak atau akan memberikan keuntungan dan manfaat yang maksimal.
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai keinginan, apapun tujuan
perusahaan (baik profit, sosial, maupun gabungan dari keduanya), apabila ingin
melakukan investasi, terlebih dahulu hendaknya dilakukan sebuah studi. Tujuannya
adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk
dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain, jika
usaha tersebut dijalankan, akan memberikan manfaat atau tidak.
Untuk itu suatu usaha perlu melakukan suatu studi kelayakan usaha, yaitu
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan, usaha atau
bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak suatu usaha
tersebut dijalankan. Dari pengertian tersebut, maka studi kelayakan usaha merupakan
kegiatan untuk mempelajari secara mendalam, artinya meneliti secara sungguh-
sungguh data dan informasi yang ada, yang kemudian mengukur, menghitung dan
menganalisis hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Dan penelitian yang dilakukan terhadap usaha yang akan dijalankan menggunakan
ukuran tertentu, sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Istilah kelayakan mengandung arti, bahwa penelitian yang dilakukan secara
mendalam dengan tujuan untuk menentukan apakah usaha yang dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Denga kata lain, kelayakan dapat berarti bahwa usaha yang dijalankan
akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Lebih lanjut, istilah layak juga berarti bahwa suatu usaha juga dapat
memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankan, tetapi juga
bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas. Dengan demikian dalam
suatu studi kelayakan usaha akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
1. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi usaha itu sendiri (sering disebut
sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah usaha tersebut dipandang
cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko usaha tersebut.
2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi Negara tempat usaha itu dilaksanakan
(sering disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan
manfaat usaha tersebut agi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha.
Ada lima tujuan, pentingnya melakukan studi kelayakan usaha:
1. Menghindari risiko kerugian
Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari risiko kerugian keuangan di
masa dating yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan
terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan
adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dapat
mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut, meliputi:
· Berapa jumlah dana yang diperlukan
· Kapan usaha akan dijalankan
· Di mana lokasi usaha akan dibangun
· Siapa yang akan melaksanakan
· Bagaimana cara melaksanakannya
· Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
· Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan
Dengan adanya perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan mempunyai jadwal
pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai pada waktu tertentu.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan dalam pelaksanaan
usaha. Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap
tahap usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan dapat
tepat sasaran serta sesuai rencana.
4. Memudahkan pengawasan
Pelaksanaan usaha yang sesuai rencana akan memudahkan untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya uasaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak
terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Di samping itu, pelaksanaan
usaha dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, karena ada yang mengawasi.
5. Memudahkan pengendalian
Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat terdeteksi terjadinya
suatu penyimpangan, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan
tersebut. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan yang melenceng, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
Pihak-pihak yang berkepentingan
Peusahaan yang melakukan studi kelayakan usaha akan
mempertanggungjawabkan hasilnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan,
yaitu:
1. Investor
Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak untuk
direalisasikan, pendanaan dapat mulai dicari dengan mencari investor atau pemilik
modal yang mau menanamkan modalnya. Bagi investor, hasil studi kelayakan
memiliki arti tersendiri, karena investor akan mempelajari laporan tersebut untuk
memastikan keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal
yang akan ditanamkannya.
2. Lembaga keuangan
Jika modal perusahaan berasal dari dana pinjaman bank atau lembaga
keuangan lainnya, maka lembaga-lembaga tersebut akan berkepentingan terhadap
hasil studi kelayakan. Bank dan lembaga keuangan lainnya tidak mau memberi kredit
atau pinjaman, bila suatu usaha tersebut di kemudian hari mempunyai masalah
(kredit macet). Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan akan
melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum pinjaman
dikucurkan kepada pihak peminjam.
3. Pemerintah
Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan
apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat, baik bagi perekonomian
secara umum maupun gaji masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan.
Pemerintah juga berharap usaha yang akan dijalankan tidak merusak lingkungan
sekitarnya, baik terhadap manusia dan lingkungan hidup lainnya
4. Masyarakat luas
Bagi masyarakat luas, adanya bisnis akan memberikan manfaat seperti
tersedia lapangan kerja, baik bagi pekerja di sekitar likasi proyek maupun bagi
masyarakat lainnya. Manfaat lain adalah terbukanya wailayah tersebut dari
ketertutupan. Dengan adanya usaha akan memancing munculnya sarana dan
prasarana bagi masyarakat.
5. Manajemen
Hasil studi kelayakan usaha merupakan ukran kinerja bagi pihak manajemen
perusahaan untuk menjalankan tugasnya. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil
yang telah dicapai, sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang
menjalankan usaha.
Proses dan Tahap Studi Kelayakan
Langkah-langkahnya:
1. Tahap Penemuan Ide atau Perumusan Gagasan
Dalam tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya. Ide
tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi dalam bentuk pemikiran dan
kemungkinankemungkinan bisnis apa saja yang paling memberikan pluang untuk
dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang.
2. Tahap Memformulasikan Tujuan
Dalam tahap ini dalah tahap perumusan visi dan misi.
3. Tahap Analisis
Tahap ini merupakan tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan
untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau
tidak. Adapun aspek-aspek yang diamati dan dicermati adalah:
· Aspek hukum
· Aspek Pasar dan Pemasaran
· Aspek Keuangan
· Aspek Teknik/Operasi
· Aspek Manajemen/Organisasi
· Aspek Ekonomi Sosial
· Aspek Lingkungan
4. Tahap Keputusan
Merupakan tahap akhir yang merupakan pembuatan keputusan untuk
melaksanakan atau tidak suatu bisnis.
Aspek-aspek dalam Penilaian
Tahap-tahap dalam pembuatan dan penilaian studi kelayakan hendaknya
dilakukan secara benar dan lengkap. Setiap tahapan memiliki berbagai aspek yang
harus diteliti, diukur dan dinilai sesuai dengan ketentuan. Secara umum prioritas
aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan adalah:
1. Aspek hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan
keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai ijin-ijin yang
dimiliki. Kelengkapan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar
hukum yang harus dipegang, apabila di kemudian hari timbul masalah. Keabsahan
dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau
mengeluarkan dokumen tersebut. Dokumen yang diperlukan meliputi:
· Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris
· Bentuk badan usaha, serta keabsahannya dan bentuk badan usaha tertentu, seperti
PT dan Yayasan harus disahkan oleh Departemen Kehakiman
· Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
· Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Di samping dokumen di atas, perusahaan juga perlu memiliki ijin-ijin
tertentu, yaitu :
· Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), diperoleh melalui Departemen Perdagangan
· Surat Ijin Usaha Industri (SIUI), diperoleh melalui Departemen Perindustrian
· Ijin domisili, diperoleh melalui kelurahan setempat
· Ijin mendirikan bangunan (IMB), diperoleh melalui pemerintah daerah setempat
· Ijin gangguan, diperoleh melalui kelurahan setempat
Selain itu juga dibutuhkan beberapa dokumen penting lainnya, antara lain:
· Bukti diri (KTP/SIM)
· Sertifikat tanah
· Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Setiap usaha yang akan dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Dalam
aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu dijabarkan adalah;
· Ada-tidaknya pasar (konsumen)
· Seberapa besar pasar yang ada
· Peta kondisi pesaing, terutama untuk produk yang sejenis
· Perilaku konsumen
· Strategi yang dijalankan untuk memenangkan persaingan dan merebut pasar yang
ada.
Untuk mengetahui ada-tidaknya pasar dan seberapa besarnya pasar, serta
perilaku konsumen, maka perlu dilakukan riset pasar, dengan cara:
· Melakukan survey dengan terjun langsung ke pasar untuk melihat kondisi pasar
yang ada. Dalam hal ini untuk mengetahui jumlah pembeli dan pesaing.
· Melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang dianggap memegang peranan.
Dalam hal ini melakukan wawancara kepada pesaing secara diamdiam.
· Menyebarkan kuesioner ke berbagai calon konsumen untuk mengetahui keinginan
dan kebutuhan konsumen saat ini. Dalam hal ini untuk mengetahui jumlah
konsumen, daya beli dan selera.
Menawarkan produk dengan pemasangan iklan, seolah-olah produknya sudah
ada. Dalam hal ini untuk melihat respon konsumen, waluapun produknya harus pesan
terlebih dahulu.
Perlu diketahui bahwa, di dalam pasar, sebesanrnya dapat dibagi menjadi 2
kelompok pasar, yaitu:
· Pasar nyata: sekumpulan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan dan akses
pada suatu produk tertentu
· Pasar potensial: sekumpulan konsumen yang memiliki minat terhadap suatu
produk, tetapi belum didukung oleh akses dan pendapatan. Namun suatu saat, apabila
telah memiliki pendapatan dan akses, mereka akan membeli.
Setelah diketahui pasar dan potensinya, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun strategi pemasaran, yang meliputi:
· Strategi produk
· Strategi harga
· Strategi lokasi dan distribusi
· Strategi promosi
3. Aspek Keuangan
Dalam aspek keuangan, hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah
investasi, biaya-biaya dan pendapatan yang akan diperoleh. Besarnya investasi
berarti jumlah dana yang dibutuhkan, baik untuk modal investasi pembelian aktiva
tetap maupun modal kerja, selain itu juga biaya-biaya yang diperlukan selama umur
investasi dan pendapatan. Untuk dapat melakukan penilaian investasi, maka sebuah
perusahaan harus memubuat laporan keuangan. Adapun fungsi laporan keuangan,
secara umum adalah:
· Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva
· Memberikan informasi tentang jumlah kewajiban, jenis-jenis kewajiban dan jumlah
modal
· Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapat
yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan
· Memberikan informasi tentang jumlah biaya yang dikeluarkan berikt jenis-jenis
biaya dalam periode tertentu
· Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam aktiva ,
kewajiban dan modal di dalam suatu perusahaan
· Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil-
hasil laporan keuangan yang disajikan.
4. Aspek Teknik/Operasi
Dalam aspek teknis atau operasi, hal-hal yang perlu digambarkan adalah:
· Lokasi usaha
Lokasi merupakan tempat melayani konsumen. Dengan demikian, maka perlu
dicari lokasi yang tepat sebagai tempat usaha, karena akan memberikan keuntungan
sebagai berikut:
_ Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan
_ Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan, baik jumlah
dan kualitasnya
_ Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam
jumlah yang diinginkan secara terus-menerus
_ Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha karena biasanya sudah
diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu
_ Memiliki nilai atau harga ekonomi yang lebih tinggi di masa yang akan
datang
_ Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan
pemerintah setempat
· Penentuan layout/tata letak
Penentuan layout perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan
faktor keamanan, kenyamanan, keindahan, efisiensi, biaya, fleksibilitas. Dengan
pertimbangan di atas, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:
_ Ruang gerak untuk beraktivitas dan pemeliharaan memadai. Artinya suatu ruangan
didesain sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan sumpek. Kemudian layout juga
harus memudahkan untuk melakukan pemeliharaan ruangan atau gedung.
_ Pemakaian ruangan menjadi efisien. Artinya pemakaian ruangan harus dilakukan
secara optimal, jangan sampai ada ruangan yang menganggur atau tidak terpakai
karena hal ini akan menimbulkan biaya bagi perusahaan.
_ Aliran material menjadi lancar. Artinya jika layout dibuat secara benar, maka
produksi menjadi tepat waktu dan tepat sasaran.
_ Layout yang tepat memberikan keindahan, kenyamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja yang lebih baik, sehingga memberikan motivasi yang tinggi
kepada karyawan. Di samping itu, pelanggan pun betah untuk bertransaksi atau
berurusan dengan perusahaan.
· Teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan harus sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini dan yang akan datang, serta harus disesuaikan
dengan luas produksi, supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas.
· Volume produksi. Volume produksi harus relevan dengan potensi pasar dan
prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas.
Volume operasi yang berlebihan akan menimbulkan masalah dalam penyimpanan,
sedangkan volume produksi yang kurang akan menyebabkan hilangnya pelanggan.
· Bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber
daya yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan
volume produksi.
· Tenaga kerja. Meliputi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan kualifikasi yang
sesuai dengan pekerjaan yang ada agar penyelesaian pekerjaan bisa lebih cepat, tepat
dan hemat.
5. Aspek Manajemen/Organisasi
Dalam aspek manajemen dan organisasi, yang perlu diteliti dan dinilai
adalah:
· Pemilik usaha (jumlah dan komposisi modal)
· Pengelola usaha dengan jumlah serta kualifikasi (pendidikan dan pengalaman)
· Sturuktur organisasi dan gambaran mengenai jabatan
· Rencana kerja seperti pencapaian target, sasaran dan tujuan
6. Aspek Ekonomi Sosial
Gambaran dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar
pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut
terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat
secara keseluruhan.
Dampak ekonomi meliputi:
· Jumlah tenaga kerja yang tertampung, baik yang bekerja di pabrik maupun
masyarakat yang di luar pabrik
· Peningkatan pendapatan masyarakat
Demikian pula, perusahaan perlu mencamtumkan dampak sosial yang ada
dalam hasil penelitian. Dampak sosial yang muncul akibat adanya usaha berupa
tersedianya sarana dan prasarana, antara lain:
· Pembangunan jalan
· Penerangan
· Sarana telepon
· Sarana air minum
7. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada
saat ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan memiliki dampak yang sangat
besar terhadap lingkungan di sekitarnya, antara lain:
· Dampak terhadap air
· Dampak terhadap tanah
· Dampak terhadap udara
· Dampak terhadap kesehatan manusia
Pada akhirnya pendirian usaha akan berdampak terhadap kehidupan fisik, flora dan
fauna yangada di sekitar usaha secara keseluruhan.
Metode Penilaian Investasi
· Konsep Nilai Waktu Uang
Konsep ini penting, karena merupakan dasar untuk:
1. Menghitung harga saham
2. Menghitung harga obligasi
3. Memahami metode Net Present Value
4. Melakukan analisis komparatif antara beberapa alternative
5. Perhitungan bunga dan tingkat keuntungan
6. Perhitungan amortisasi hutang
· Future Value (FV)
Untuk mengetahui nilai uang yang akan diterima di masa yang akan datang.
Rumus:
dimana:
FVn = Future Value pada periode n
PV = Present Value
k = suku bunga
n = periode waktu
· Present Value (PV)
Untuk menentukan nilai sekarang atas uang pada masa yang akan datang.
Rumus:
dimana:
FVn = Future Value pada periode n
PV = Present Value
k = suku bunga
n = periode waktu
Untuk mengetahui layak tidaknya suatu investasi yang dilakukan dan
menguntungkan secara ekonomis, maka dapat digunakan 4 kriteria penilaian, yaitu:
1. Payback Period (PP)
Periode waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi pada suatu
proyek. Karakteristik:
a. Tidak ada batas waktu yang jelas, semuanya tergantung pada pemilik modal.
Namun pada umumnya, payback period yang pendek lebih disukai.
b. Keuntungan dari metode payback period adalah:
· Mudah dihitung dan dimengerti
· Dapat memberikan informasi mengenai risiko dan likuiditas proyek. (Proyek yang
payback period-nya pendek mempunyai risiko yang rendah dan likuiditas yang lebih
baik)
c. Kelemahan dari metode payback period adalah mengabaikan arus kas setelah
terjadinya payback period dan nilai waktu uang.
2. Net Present Value (NPV)
Merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur
investasi. NPV didefinisikan sebagai:
dimana:
CFt = Cash Flow atau arus kas pada waktu t
k = Biaya modal proyek (project cost of capital)
t = periode waktu
n = usia proyek
Karakteristik:
a. NPV bernilai nol atau positif, berarti PV dari arus kas masuk sama dengan atau
lebih besar dari PV dari arus kas keluar. Dengan demikian, apabila NPV suatu
proyek bernilai negatif, maka proyek tersebut harus ditolak. Namun bila suatu proyek
bersifat mutually exclusive, maka proyek yang dipilih adalah yang memiliki NPV
yang bernilai positif paling besar.
b. NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk:
· Membayar kembali modal yang diinvestasikan
· Menyediakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pada modal.
c. NPV bernilai positif, maka arus kas proyek akan menghasilkan suatu sisa
keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik usaha.
d. Metode NPV dipandang sebagai pengukur profitabilitas suatu proyek yang terbaik,
karena memfokuskan pada kontribusi pada kemakmuran pemilik usaha.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Atau
suatu tingkat diskonto yang menyamakan present value cash inflow dengan present
value cash outflow. Atau suatu tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan
nol. Juga dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang diperkirakan akan
dihasilkan oleh suatu proyek. IRR dirumuskan sebagai berikut:
NPV = 0
dimana:
r = IRR = (tingkat diskonto yang menyebabkan NPV = 0)
Karakteristik:
a. Jika IRR lebih besar atau sama dengan project cost of capital, maka proyek
sebaiknya diterima. Hal ini disebabkan IRR merupakan suatu tingkat keuntungan
yang diharapkan dari suatu proyek. Sedangkan project cost of capital adalah tingkat
keuntungan yang disyaratkan. Sehingga, bila IRR lebih besar dari biaya modal
proyek, maka proyek dapat membayar biaya modal proyek dan tetap menghasilkan
suatu surplus keuntungan yang dinikmati oleh pemilik usaha.
b. Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, maka proyek diperkirakan akan
menghasilkan keuntungan sebesar yang disyaratkan oleh pemilik usaha.
c. Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclusive, maka proyek yang
memiliki nilai IRR yang lebih tinggi sebaiknya yang dipilih, dengan asumsi IRR
kedua proyek lebih besar atau sama dengan biaya modal proyek.
4. Profitability Index (PI)
Merupakan rasio yang mngukur dengan membandingkan antara penerimaan
bersih yang akan datang dengan nilai sekarang, dengan pngeluaran investasi selama
umur investasi. Dirumuskan sebagai berikut:
dimana:
CIFt = Cash Inflows pada periode t
COFt = Cash Outflows pada periode t
k = biaya modal proyek
t = periode waktu
Karakteristik:
Suatu proyek akan diterima, apabila nilai PI adalah sama atau lebih besar dari 1.
Artinya jika PI sama atau lebih besar dari 1, maka PV penerimaan sama atau lebih
besar dari PV pengeluaran.
Perbandingan Antara NPV, IRR dan PI
· Secara matematis, NPV, IRR dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama
untuk menerima atau manolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually
exclusive). Dua proyek disebut independent, jika keputusan terima/tolak proyek yang
satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya.
· Untuk 2 proyek yang bersifat mutually exclusive:
a. Jika terjadi konflik antara NPV dan IRR, maka yang dipilih adalah NPV, karena
Opportunity cost (biaya kesempatan) dari arus kas suatu proyek adalah biaya modal
proyek tersebut. Jika menanamkan uang pada suatu proyek, maka akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari proyek yang lain. Opportunity cost
adalah sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada proyek (required
rate of return) atau sebesar biaya modal proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa asumsi tentang tingkat penggandaan atau investasi kembali arus kas proyek
yang benar adalah sebesar biaya modal seperti yang digunakan dalam perhitungan
NPV.
b. Jika terjadi konflik antara NPV dan PI, mala yang dipilih adalah NPV, karena
perhitungan PI bersifat proposi, bukan angka absolut.
Evaluasi dan Persiapan Bisnis Baru
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa sebelum suatu usaha baru dimulai,
maka terlebih dahulu harus disiapkan suatu rencana usaha yang baik dan diadakan
suatu evaluasi. Suatu rencana usaha yang baik, biasanya berisikan komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Ringkasan pelaksanaan usaha
Kegiatan pokok perusahaan dan sistem pengelolaan
Ciri-ciri dari produk
Ukuran pasar dan potensi pasar
Ringkasan proyeksi keuangan
Jumlah dana yang diperlukan dan penggunaannya
2. Deskripsi usaha
Visi dan misi perusahaan
Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Struktur usaha
Bentuk perusahaan
3. Produk dan pelayanan-pelayanan yang akan disajikan
Produk yang akan disajikan
Keunggulan produk
Peluang pengembangan produk
Keunggulan dalam pengembangan produk
4. Analisis industri
Kecenderungan industri yang disenangi
Lingkungan industri yang berpengaruh
Ijin dan peraturan untuk membangun industri
Ukuran industri yang akan didirikan
Keunggulan dan kelemahan industri baru
5. Analisis pasar
Target pasar
Kebutuhan pelanggan
Potensi dan perkiraan penjualan untuk setiap target penjualan
Perkiraan perolehan pangsa pasar dari suatu usaha yang akan dicapai
6. Strategi pemasaran
Lokasi pemasaran
Saluran distribusi dan jaringan usaha yang dipilih
Personal yang akan melakukan penjualan
Kebijakan harga yang sesuai
Tujuan promosi, sasaran promosi, dan rencana untuk mencapai tujuan
7. Pengelolaan
Penentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing
Keahlian khusus masing-masingn yang diperlukan
Bentuk struktur organisasi pengelolaan
8. Operasi usaha
Kebutuhan karyawan
Sistem dan prosedur operasi
Tata ruang dan denah rencana
Keperluan perlatan dan biaya
Keperluan inventory
Biaya operasi yang diperlukan
9. Proyeksi keuangan
Jumlah modal yang dimiliki
Jumlah dan jenis sumber keuangan
Rencana penggunaan dana
Proyeksi aliran kas dan proyeksi pendapatan
PEMBAHASAN
Perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan pertanian organik dunia, bahkan dapat dikatakan pemicu utama
pertanian organic domestik adalah karena tingginya permintaan pertanian organik di
negara-negara maju.
Tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju dipicu oleh (1)
menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat, (2)
dukungan kebijakan pemerintah nasional, (3) dukungan industri pengolahan pangan,
(4) dukungan pasar konvensional (supermarket menyerap 50% produk pertanian
organik), (5) adanya harga premium di tingkat konsumen, (6) adanya label generik,
(7) adanya kampanye nasional pertanian organik secara gencar (Hamm, 2000).
Ilustrasi dalam bagian tulisan ini telah mengindikasikan bahwa ketika
permintaan meningkat maka nilai keuntungan akan membayanginya. Kelangkaan
barang dalam ilmu ekonomi akan diikuti dengan kenaikan harga. Produk pertanian
organic sekarang menjadi produk eksotis yang dicari. Dengan banyaknya permintaan
otomatis nilai jual ekonomis produk pertanian organik ikut naik. Inilah daya tarik
pertanian organik dunia sekarang ini. Jadi, keraguan bahwa pertanian organik tidak
menguntungkan secara ekonomis, dapat direntas dengan adanya di tingkat
konsumen. Maka tidak mengherankan jika sekarang mulai bermunculan pengusaha
pertanian organik skala besar di Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang merupakan
pemain premium price asing seperti (Amerika) di Sumatra dan (Belanda) di
Sulawesi.
Menurut Soekartwai (2002) penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi dengan harga jual. Pendapatan petani terdiri atas sebagian pendapatan
kotor, yang karena tenaga keluarganya dan kecakapan memimpin usahanya dan
sebagai bunga kekayaan sendiri yang dipergunakan didalam usahatani, menjadi hak
keluarganya.
Produksi yang tinggi belum tentu diikuti dengan tingginya keuntungan, hal
ini disebabkan karena keuntungan yang dicapai tergantung dari total penerimaan dan
biaya menghasilkan. Secara garis besar dapat ditulis sebagai brikut :
Biaya total usahatani adalah jumlah biaya-biaya tetap (fixed cost ) dan biaya
tidak tetap ( variable cost). Studi kelayakan sebagai bagian dari ilmu evaluasi proyek
adalah tahap awal pengkajian dari suatu usaha yang sedang berlangsung atau dalam
suatu perencanaan.
Keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya
menghasilkan yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi termasuk biaya tetap dan tidak tetap.Yang termasuk biaya tetap antara lain
adalah : 1. Penyusutan alat 2. Biaya bunga modal.
Menurut Kadariah (1978) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang
menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit ). Kelayakan
usahani padi dapat dilihat dari manfaat atau benefit yang ditunjukan. Selama usaha
tersebut dapat memberikan manfaat maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
Kelayakan usahatani dapat dilihat diantaranya menggunakan analisis break even,
produktivitas tenaga kerja,RC ratio dan rentabilitas (Rate of Profit).
Produktifitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan termasuk modal dan tenaga kerja
(Ravianti, 1986). Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil kerja
persatuan waktu, yaitu :
Produktivitas dapat diukur dan diperbandingkan antara satu organisasi,
kumpulan organisasi dan seluruh organisasi disuatu negara. Produktivitas tenaga
kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pendidikan dan latihan, gizi dan
kesehatan, penghasilan dan jaminan sosial, kesempatan kerja, kemampuan manajerial
petani dan kebijakan pemerintah.
Salah satu cara mengetahui kelayakan dan kemajuan usaha adalah dengan
menggunakan angka RC ratio , yaitu perbandingan antara penerimaan dalam nilai
uang dengan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut (Soekartawi,
2002).
Menurut Suratiyah (1994) masalah rate of profit atau rentabilitas adalah
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan
selama periode tertentu, yang dihasilkan dengan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau antara laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut.
Definisi Operasional Variabel
a. Usahatani padi organik adalah suatu kegiatan usahatani yang mengusahakan padi
melalui sistem budidaya pertanian organic.
b. Pertanian organik didefinisikan sebagai usaha budidaya pertanian yang hanya
menggunakan bahan-bahan alami, baik yang diberikan melalui tanah maupun yang
langsung kepada tanaman budidaya.
c. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi padi
(pupuk, benih, tenaga kerja lahan).
d. Luas lahan garapan adalah luas lahan garapan untuk usahatani padi yang
dibudidayakan melalui sitem pertanian organik, dinyatakan dalam hektar.
e. Pendapatan usahatani adalah pendapatan kotor dari usahatani padi organik
dikurangi dengan total biaya usahatani, yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
f. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan kotor dengan
jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, dinyatakan dalam satuan
Rp. /JKO.
g. Produktivitas modal adalah perbandingan pendapatan kotor dengan modal yang
digunakan dalam proses produksi dikali seratus persen, dinyatakan dalam persen.
Analisis Perbedaan Keberuntungan
Untuk menguji hipotesis pertama yaitu tidak ada perbedaan tingkat
keuntungan antara budidaya padi melalui sistem pertanian organic dan anorganik
dilakukan uji t, dengan hasil sbb:
Rata-rata keuntungan padi organik per hektar = Rp.5.251.603, sedangkan
padi anorganik = Rp.5.155.000. Dengan uji t diketahui nilai t-hit < t-tabel sehingga
hipotesis nol diterima, berarti tidak ada perbedaan nyata keuntungan budidaya
pertanian organik dan anorganik. Belum adanya perbedaan keuntungan secara nyata
dikarenakan meskipun harga jual beras organik telah mempunyai premium price,
namun pada kenyataannya tingkat produktivitas padi organik masih lebih rendah
dibanding padi anorganik, yaitu 3.059 kg/ha untuk beras organik dan 4.500 kg/ha
untuk beras anorganik. Harga yang diterima untuk beras organik adalah
Rp.3.873,-/kg tidak berbeda jauh dengan harga beras anorganik yaitu Rp.3.100,-,
selisih harga tersebut ternyata belum dapat menutupi perbedaan produktivitas.
Untuk waktu yang akan datang diharapkan bila sistem pertanian padi organik
telah mantap/mapan berkembang di lokasi penelitian, produktivitas akan meningkat,
sehingga premium price yang timbul karena keorganikan suatu produk dapat
memberikan keuntungan yang nyata. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa
sistem usahatani padi organik baru berkembang dan diminati oleh petani antara tahun
2003 sampai 2004, sehingga secara ekologis lahan pertanian yang diusahakan saat ini
belum mapan untuk dapat memberikan produksi optimal.
Analisis Kelayakan Usaha
Untuk menguji hipotesis kedua, diduga usahatani padi organik layak untuk
diusahakan digunakan beberapa macam analisis, dengan hasil sebagai berikut :
Analisis keuntungan menunjukkan bahwa usahatani padi organik
menguntungkan, sehingga layak untuk diusahakan. Nilai keuntungan yang diperoleh
adalah Rp. 5.251.602/hektar untuk jangka waktu usaha selama 2 bulan. Keuntungan
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani. Rata-rata harga beras organik adalah Rp.3.873,-/kg. Sebenarnya
keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi jika petani langsung menjual kepada
konsumen.
Dari hasil pengumpulan data diperoleh harga beras organik tertinggi adalah
Rp.4.200,-/kg dan terendah Rp.3.700,-/kg. Mayoritas petani sampel menjual beras
organik kepada kelompok tani, dan kelompok tani lah yang kemudian akan
memasarkannya kepada konsumen.
Analisis R/C ratio menunjukan nilai 1,81. Nilai tersebut lebih besar dari 1,
sehingga dapat dinyatakan bahwa usahatani padi organic layak dilakukan. Nilai R/C
ratio = 1,81 memberikan arti bahwa dengan mengeluarkan modal Rp.1,- akan
mampu menghasilkan pendapatan Rp.1,81,- Dari sini dapat dilihat bahwa usahatani
padi organik layak karena pendapatan yang diperoleh masih lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan (1,81 > 1).
Nilai produktivitas tenaga kerja = 56.928,56, masih lebih besar dari rata-rata
upah per hari = Rp.16.500. Ini berarti bahwa setiap hasil usaha yang diperoleh pada
setiap curahan kerja yang dilakukan lebih besar dan nilai upah yang diperoleh.
Rentabilitas usahatani padi organic menunjukan nilai 81%. Analisis
rentabilitas digunakan untuk melihat kemampuan suatuperusahaan untuk
menghasilkan laba atau keuntungan selama periode tertentu, yang dihasilkan dengan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau antara laba dengan modal yang
digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Nilai 81% mengandung arti bahwa dari
Rp.1,- modal yang digunakan untuk usaha, mampu menghasilkan keuntungan
sebesar Rp.0,81,- Selain itu nilai rentabilitas dapat dibandingkan dengan bunga
pinjaman dari lembaga keuangan. Saat ini bunga pinjaman bank berkisar 18% - 24%
per tahun atau1,5% - 2% per bulan, jauh lebih rendah dari rentabilitas usahatani padi
organik yang bernilai 40,5% per bulan. Ini menunjukkan bahwa usahatani padi
organik layak diusahakan.
KESIMPULAN
Dari keseluruhan aspek yang diteliti, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknis produksi dan teknologis, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek
hukum dan legalitas, serta aspek keuangan dan ekonomi menunjukkan bahwa kondisi
system pertanian padi organic di Kabupaten Bantul pada saat ini layak untuk
mengembangkan usahanya. Kemampuan investasi Psistem pertanian padi organic di
Kabupaten Bantul dapat memberikan keuntungan terhadap jumlah modal yang
ditanam dimana pada perhitungan ARR ditunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang
dapat diperoleh dengan menjalankan rencana pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Rini Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Padi di Lahan Sawah, Kering dan Pasang Surut. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim, 2002. Hidup Sehat Dengan Pangan Organik Ramah Lingkungan. Dinas Pertanian & Kehutanan Pemerintahan DKI Jakarta. http://www.distan.jakarta.go.id.
Anonim, 2004. Pertanian organic : Manfaat Bagi Lingkungan dan Ketahanan Pangan .KPOOrganic- Indonesia.
Ellis, Frank. 2003.Peasant Economic : Petani Gurem, Rumahtangga Usahatani dan Pengembangan Pertanian.Diterjemahkan oleh Ir.Adi Sutanto, MM. Bayu Media danUMMPress. Malang.
Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar. Alih bahasa Sumarno Zain. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani . PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kadariah. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kardasan, Halimah W.1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Umum.Jakarta.