Tugas Elemen Mesin II - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kendaraan merupakan sarana terpenting dalam
sistem transportasi. Pengembangan sistem transportasi ini semakin berkembang yang
ditunjukkan dengan adanya bukti nyata perubahan-perubahan-perubahan yang terjadi
pada sarana transportasi tersebut. Sarana transportasi tersebut sangat membantu
aktivitas manusia sebagai contoh kendaraan yang dahulunya mengandalkan tenaga
hewan kini telah berubah menjadi modern yang telah mengandalkan tenaga mesin.
Mobil sebagai salah satu sarana transportasi yang sering dipakai oleh
masyarakat, sehingga mobil dapat dikatakan memiliki kelebihan tersendiri
dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya. Diantara kelebihan tersebut dapat
mengangkat beban yang besar, dapat dipakai untuk menempuh perjalanan yang jauh
sehingga dapat menghemat waktu, memiliki konstruksi yang kokoh serta kelebihan-
kelebihan lainnya.
Namun dibalik itu sering kali kita dihadapkan pada masalah-masalah teknis
permesinannya. Hal ini membuktikan bahwa mesin tersebut terdiri dari berbagai
macam elemen yang sangat penting. Salah satu elemen dari mesin yang mempunyai
peranan penting adalah kopling yang akan dibahas lebih jauh pada tugas
perencanaan ini.
1.2 Tujuan Perencanaan
Perencanaan suatu elemen mesin haruslah benar-benar teliti dan cermat,
maka khusus dalam perencanaan kopling ini terdapat beberapa tujuan yang hendak
dicapai agar kopling yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan. Adapun tujuan
tersebut antara lain:
a. Pemasangan yang mudah dan cepat
b. Ringkas dan ringan
c. Aman pada putaran tinggi,getaran dan tumbukan kecil
d. Tidak ada atau sedikit mungkin yang menjorok
e. Dapat mencegah pembebanan lebih
f.Terdapat sedikit kemungkinan gerakan aksial pada poros sehingga terjadi
pemuaian karena panas dan lain-lain.
Tugas Elemen Mesin II - 2
1.3 Batasan Masalah
Pada tugas elemen mesin ini akan direncanakan sebuah kopling flens tetap.
Adapun data sbb:
c. Daya poros = 15 DK
d. Putaran maksimum = 750 rpm
1. Banyaknya paku keling dan dimensi-dimensinya diabaikan
2. Jumlah pegas dan dimensinya diabaikan.
Tugas Elemen Mesin II - 3
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pengertian Kopling
Kopling merupakan suatu bagian dari mesin yang berfungsi sebagai sambungan
poros dengan elemen mesin yang lain dengan terus menerus atau kadang-kadang
harus ikut berputar dengan poros tersebut. Elemen mesin serupa itu misalnya puli
sabuk, puli tali, puli rantai, roda gigi serta tromol.
Sehubungan dengan tujuannya, terdapat bermacam-macam prinsip kopling
tersebut antara lain:
a. Kalau kopling harus memperbolehkan gerakan poros yang satu terhadap poros
yang lain dalam arah memanjang sebagai akibat perubahan temperatur, dalam
arah radial sebagai akibat ketidaktelitian ketika memasang maka dipasang
kopling yang dapat bergerak atau fleksibel.
b. Suatu sambungan yang mengurangi tumbukan lewat akumulasi kerja dan lewat
pengubahan kerja menjadi kalor dan yang banyak atau sedikit meredam getaran,
dinamakan kopling elastis.
c. Apabila sambungan dapat dibuat bekerja hanya kalau sedang berhenti tetapi
dapat dilepaskan selama bekerja, maka kita sedang berhadapan dengan kopling
yang dapat dilepaskan misalnya pada kopling cakar.
d. Apabila sambungan sembarang waktu selama sedang bergerak harus dapat
dihubungkan dan dilepaskan maka dipergunakan kopling ynag dapat
dihubungkan misalnya kopling gesek, kopling hidrolik atau kopling induksi
elektromagnetik.
e. Untuk pekerjaan berat atau pekerjaan peka, dipergunakan kopling aman untuk
menghindari tumbukan dalam bagian yang peka dipergunakan perkakas yang
digerakkan atau beban yang terlampau besar dalam mesin penggerak, motor dan
sebagainya. Untuk itu dipergunakan koling stater.
Tugas Elemen Mesin II - 4
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah kopling
adalah sebagai berikut:
a. Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan mempunyai garis tengah
sekecil mungkin.
b. Garis poros yang hendak disambung harus berderet dengan tepat terutama apabila
kopling tidak fleksibel atau elastis.
c. Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada sumbu poros, tambahan
pula kopling harus disetimbangkan secara dinamik, kalau tidak telah
disetimbangkan).
d. Kopling harus dapat dipasang kopling akan berayun (apabila titik berat terletak
dalam garis sumbu kopling dan dilepaskan dengan mudah.
e. Bagian menonjol harus dicegah atau ditutupi sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan bahaya.
f. Kopling pada ukuran-ukuran aksial dan radial harus ditentukan batas-batasnya.
2.2 Klasifikasi Kopling
Secara umum kopling dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu :
a. Kopling Tetap
Kopling tetap yaitu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran
dan daya poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip),
dimana sumbu poros penggerak tersebut terletak pada satu garis yang lurus. Yang
termasuk dalam kopling tetap adalah:
Tugas Elemen Mesin II - 5
1. Kopling kaku
Kopling ini dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada mesin dan poros transmisi umumnya di
pabrik-pabrik. Kopling ini terbagi atas:
- Kopling box atau kotak digunakan apabila dua buah poros dan transmisi
harus dihubungkan dengan sebuah garis. Kopling ini dipakai pada poros
transmisi.
- Kopling flens kaku terdiri dari naf dan flens yang terbuat dari besi cor atau
baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat oleh
baut pada flensnya. Dalam beberapa hal naf dipasang pada poros dengan
Tugas Elemen Mesin II - 6
sambungan pres atau kerut. Kopling ini tidak mengizinkan ketidaklurusan
sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran
transmisi. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus terlebih dahulu
diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut-baut flens dikeraskan. Untuk
dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara mudah, permukaan flens
yang satu dapat di bubut kedalam dan permukaan flens yang menjadi
pasangannya di bubut menonjol sehingga dapat saling mengepas. Bagian
yang harus diperiksa adalah baut. Jika antara ikatan kedua flens dilakukan
dengan baut-baut pas, dimana lubang-lubangnya dirim, maka meskipun di
usahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut
tetap tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang dipakai,
makin sulit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sebagai contoh dalam hal
kopling yang mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu
baut saja yang menerima seluruh beban transmisi hingga dalam waktu
singkat akan putus. Jika setelah baut itu putus terjadi lagi pembebanan pada
satu baut, maka seluruh baut akan mengalami hal yang sama dan putus secara
bergantian.
- Kopling flens tempa.
2. Kopling luwes, kopling ini terbagi atas:
- Kopling fans lurus
- Kopling karet ban
- Kopling karet bintang
- Kopling rantai
- Kopling gigi
3. Kopling universal, kopling ini terbagi atas:
- Kopling universal hook
- Kopling universal
Tugas Elemen Mesin II - 7
B. Bentuk dan ukuran Kopling flens Kaku
C. Diagram Alir
Sebelumnya telah menunjukkan bentuk dan ukuran kopling flens kaku
sedangkan diagram disamping merupakan pedoman tata cara perencanaan flens kaku
baik secara sederhana maupun secara lebih terperinci. Urutannya pun dapat dirubah.
(Untuk penjelasan proses yang lebih detail, silahkan melihat Buku “DASAR
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN ELEMEN MESIN” – IR.Sularso. MSME pada
halaman 29-36.
Tugas Elemen Mesin II - 8
Diagram alir pengerjaan flens kaku
Tugas Elemen Mesin II - 9
D. Proses Perencanan
Tugas Elemen Mesin II - 10
Tugas Elemen Mesin II - 11
Tugas Elemen Mesin II - 12
2.3 Rumus-Rumus Yang Digunakan
1. Momen Puntir (Mp)
Mp = 71620 N/n (Kg/mm2)………………………………………...1
Dimana : N = Daya maksimum mesin (Hp)
n = Putaran mesin (rpm)
2. Momen puntir yang direncanakan
Mtd = Mp x v………………………………………………………..2
3. Momen Gesek (Mfr)
Mfr = B x Mtd……………………………………………………….3
4. Tegangan tarik yang diizinkan
bol = td/s………………………………………………………….4
5. Tegangan geser yang diizinkan
bol = bol / s……………………………………………….……….5
6. Diameter Poros
Dp = [ 5 . Mfr/bolII]1/3………………………………………………6
7. Diameter Spline
Ds = dp/0.8…………………………………………………………..7
8. Tinggi spline
H = 0.1 x ds………………………………………………………….8
9. Lebar spline
W = 0.25 x ds………………………………………………………..9
10. Jari-jari rata-rata
rm = dp + ds…………………………………………………….…104
11. Tegangan geser yang terjadi pada poros
s = P / A…………………………………………………………..11
12. Tegangan geser yang terjadi pada spline
rg = Mg …………………………………………………….12
Tugas Elemen Mesin II - 13
rm . F . z13. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata
b = r0 – r1 ………………………………………………………..13rm 0.5(r0+r1)
14. Perbandingan jari-jari dalam dengan jari-jari luar
r1/r0 = ( 0.6 – 0.8 )…………………………………………………….14
15. Momen Gesek
Mfr = f . P . Fm . rm…………………………………………………..15
16. Jari-jari dalam plat gesek
r1g = 0.6 r0g……………………………………………………………16
17. Diameter luar plat gesek
D0g = 2 . r0……………………………………………………………..17
18. Diameter dalam plat gesek
D1g = 2 . r1g……………………………………………………………18
19. Berat plat gesek
Gl = 2 . (D0g2 – D1g2) t . asbes / 4…………………………………..19
20. Perhitungan berat plat tengah
G2 = . (D0t – D1t) . t . plat…………………………………………...20
21. Perhitungan naf
G3 = .(D0n-D1n) . t . baja……………………………………….…..21
22. Perhitungan berat rumah kopling
G4 = . ((D0g + 2 . A . K)2 – D1n2) . t. plat……………………………22
23. Perhitungan berat poros
G5 = . dp2 . t . plat………………………………………………….23
Tugas Elemen Mesin II - 14
24. Defleksi akibat beban poros
Y = 5 . q . l4 …………………………………………………………..24 EI . 348
25. Defleksi akibat berat kopling
Y = Pl3 ……………………………………………………………..25 EI. 48
26. Putaran Kritis
Ncr = 300 1 ……………………………………………………….26 Ytot
27. Akibat beban terpusat
ML1 = Pl/4……………………………………………………………..27
28. Akibat beban terbagi merata
Ml2 = gl2/8……………………………………………………………..28
29. Momen lentur yang terjadi
Mltot = Pl/4 + gl2/8……………………………………………….…….29
30. Diameter Kritis
Mrc = (ml)2 + A (mp)2………………………………………………..30
31. Diameter kritis yang terjadi pada poros
Dcr = Mred …………………………………………………….31bolIII
32. Energi yang dihilangkan karena gesekan
Wg = Mtd . W . t/2…………………………………………………….32
33. Kenaikan Suhu
Q = Wg = G . Cp . Dt………………………………………………….33
34. Umur Kopling
T = a . k. Am ………………………………………………………….34
Tugas Elemen Mesin II - 15
Nfr
35. Efesiensi Kopling
N = Nm – Nfr X 100%……………………………………………..35Nm
BAB III
PERENCANAAN KOPLING
Tugas Elemen Mesin II - 16
SPIRAL
Data perencanaan kopling, diambil data-data sebagai berikut:
1. Daya Maksimum (N) = 65 kW = 87.13 HP (Horse Power)
2. Putaran poros (n) = 20 rpm
I. Perhitungan Momen
1. Momen puntir pada poros (Mp)
M p=71620× Nn (kg.cm)
dimana : N = Daya
= 87.13HP
n = Banyaknya putaran
= 3300 rpm
Maka:
Mp = 71620 x 87.13/3300 = 1891 kg.cm
2. Momen puntir yang direncanakan (Mtd)
Mtd = V×M p (kg.cm)
dimana : V = factor kelebihan beban
= 1 – 6
= 3 (direncanakan)
Mtd = 3 x 1891
= 5673 kg.cm
3. Momen Gesek (Mfr)
M fr= β×M td (kg.cm)
dimana : = Faktor penyambungan
= 1,2 – 1,5
= 1,2 (direncanakan)
Mfr = 1,2 x 5673
= 6808 kg.cm
Tugas Elemen Mesin II - 17
II. Pemilihan Bahan Poros
Bahan poros yang digunakan dalam perencanaan ini adalah ST 60. Ini berarti
bahwa tegangan tariknya adalah :
= 710 N/mm2 = 71 kg/mm2 = 7100 kg/cm2
1. Besarnya tegangan tarik yang diizinkan (bol II)
(bol II) =
σs
dimana : s = Faktor keamanan
= 5 – 8 = 7 (direncanakan)
(bol II) =
71007
= 1014.29 kg/cm2
2. Besarnya tegangan geser yang diizinkan (bol II)
(bol II) =
σ bol II
1,75
=1014 .291 .75 = 579.59 kg/cm2
3. Diameter poros (dp)
d p=3√ 5×M fr
τbol II
=3√ 5×6808579 . 59 = 3.89 cm
Karena pemakaian spie, maka diameter poros disesuaikan berdasarkan normalisasi N
161 (1930), maka dp yang direncanakan = 4 cm
Pemeriksaan tegangan geser pada poros.
Material poros dikatakan aman apabila :
σbol II > σt dan τbol II > τs
dapat dilihat dalam perhitungan sebagai berikut:
τs = P / A dimana : P = Mp / r r = 0,5 dp
= 1891/ 2 = 0,5 x 4 = 2 cm
Tugas Elemen Mesin II - 18
= 945.5 kg
A = π/4 . (dp)²
= 3,14/4 . (4)²
= 12.56 cm2
τs =
945 . 512 .56
= 75.29 kg/cm²
Karena τbol II > τs yaitu 579.59 > 75.29 maka poros dianggap aman terhadap
tegangan geser.
III.Perhitungan Ukuran Kopling / Plat Gesek
Berdasarkan data-data yang dikemukakan diatas (untuk desain poros) dari V.
Dobrovolsky hal. 503 diperoleh data-data sebagai berikut :
Tabel 67 (V. Dobrovolsky), friction material in wide use
Material of
friction surface
Operation
condution
Coefficient
of friction
Unit
pressure
(kg / cm2)
Maximum
operation
temperatur (0C)
Pressed
asbestosDry 0,3 2 – 3 150 – 250
f = 0,3 (koefisien gesek)
Ps = 2 – 3 kg/cm2 (tekanan)
Top = (150 – 250)0 C (temperatur operasi)
Dari V. Dobrovolsky halaman 513 diketahui :
r in
rout = 0,6 – 0,8
= 0,8 (direncanakan)
brm = 0,2 – 0,5
= 0,2 dipilih
Tugas Elemen Mesin II - 19
dimana : rin = jari-jari dalam bidang gesek
rout = jari-jari luar bidang gesek
rm = jari-jari rata-rata permukaan plat gesek
= 0,5 (rout + rin)
b = lebar disk
1. Momen gesek yang bekerja pada kopling (Mfr)
M fr=f ×P×rm
=f ×Ps×F fr×r m
dimana : Ffr = Luas permukaan gesek
= 2π . rm . b . z
Ps = 2 – 3 kg/cm2
= 3 kg/cm2 (direncanakan)
z = Jumlah plat gesek
= 2 (direncanakan)
M fr=f ×Ps×2π×r m×b×z×rm
=f ×Ps×2π×rm×0,2rm×z×rm
=f ×Ps×0,4π×z×r
m3
Jadi :rm=
3√ M fr
0,4π×f ×Ps×z
=3√68080,4×3,14×0,3×3×2
= 14.4 cm
Dari perbandingan
brm
=0,2
b = 0,2 rm
= 0,2 x 14.4
= 2.89 cm
rm = 0,5 (rout + rin)
Tugas Elemen Mesin II - 20
= 0,5 (rout + 0,8 rout)
= 0,9 rout
rout=
2. 890,9
= 3.2 cm
rin = 0,8 rout
= 0,8 x 3.2
= 2.6 cm
Jadi :
Dout = 2 x rout
= 2 x 3.2
= 6.4 cm
Din = 2 x rin
= 2 x 2.6
= 5.2 cm
Dm = 2 x rm
= 2 x 2.89
= 5.78 cm
Tugas Elemen Mesin II - 21
BAB III
PERENCANAAN SEPLAIN
I. Perencanaan Seplain
Seplain merupakan pasak yang dibuat menyatu dengan poros sesuai dengan
lubang alur pasaknya pada naf. Seplain poros berfungsi sebagai pengunci antara
poros dan naf sehingga momen puntir dari cakra dapat dipindahkan atau
ditransfusikan ke alur-alur seplain yang mengakibatkan poros tersebut berputar
bersama-sama cakra.
Direncanakan jumlah seplain 10 buah
Dari tabel 10, hand book kent formula untuk proporsi seplain
No ofSeplain
W for all fitPermanent fitt To slide underload
H D H dp
10 0.150 D 0.045 D 0.910 D 0.095 D 0.81 D
D = diameter seplain
=d p
0,81
= 40,81 = 5.78 cm
h = tinggi seplain
= 0,095 D
= 0,095 x 5.78= 0.47 cm
rms = Jadi jari-jari rata-rata seplain (rms):
=
D+dp4
=
5. 78+44 = 2.5 cm
Dms = Diameter rata-rata (Dm)
= 2 x rms
= 2 x 2.5 = 5 cm
W for all fit / lebar seplain = 0,150 x D
= 0,150 x 5.78 cm
Tugas Elemen Mesin II - 22
= 0.87 cm
II. Pemeriksaan Kekuatan Seplain
Tegangan geser yang diterima oleh seplain:
τg =
M fr
rms×f ×z×μ
dimana: f = 0,8 . (Dms / z) . l
l = Panjang seplain
= 8 cm (direncanakan)
z = Jumlah seplain
= 10 (direncanakan)
f = 0,8 x (5 / 10) x 8
= 3.2 cm2
µ = Koefisien gesek
= 0,1 – 0,2 = 0,2 (direncanakan)
Maka:
τg =
68082.5×3 . 2×10×0,2
= 425.5 kg/cm2
Pemilihan bahan Seplain
Bahan seplain dipilih dari ST. 60 (tegangan tarik = 710000 kg/cm2) dengan faktor
keamanan (s) = 7
σ bol II=7100
7=1014 .29
kg/cm2
τ bol II=σ bol II
1,73=1014 .29
1,73=586 .29
kg/cm2
Karena g bol II yaitu 425.5 kg/cm2 586.29 kg/cm2 , maka seplain dianggap aman.
III.Pemeriksaan Hasil Perhitungan
1.Perhitungan berat kopling (plat dan kampas kopling)
a) Berat Asbes (G1)
G1=π4׿ ¿
( Dout2 Din
2) . t .
dimana : t = tebal asbes
Tugas Elemen Mesin II - 23
= 0,2 0,5
= 0,4 (direncanakan)
= berat jenis
= 2,1 2,8 (gram/cm3)
= 2,5 gr/cm3 (direncanakan)
maka :
G1=3 . 14
4׿ ¿
((6.4)2 – (5.2)2) x 0,4 x 2,5
= 10.9 gram = 0.0109 kg
b) Berat plat tengah (G2)
G2=π4׿ ¿
(Dout2 – Din
2) . t . ρ
dimana : t = tebal plat
= 0,2 0,5
= 0,3 cm (direncanakan)
ρ = berat jenis (besi tempa)
= 7,6 7,9 (gram/cm3)
= 7,8 gram/cm3 (direncanakan)
maka :
G2=3,14
4׿ ¿
((6.4)2 – (5.2)2) x 0,3 x 7,8
= 25.57 gram = 0.0256 kg
c) Berat poros dan seplain (G3)
G3=π4׿ ¿
dp2 . L . ρ L = Panjang poros= 20 cm (direncanakan)
=3 , 144
׿ ¿ (4)2 x 20 x 7,8
= 1959 gram = 1.959 kg
d) Berat total kampas / kopling (Gtot)
x
½ ql½ ql
x
Mx
qx
½ qlx/2x/2
Tugas Elemen Mesin II - 24
Gtot = G1 + G2 + G3
= 0.0109+ 0.0256 + 1.959
= 1.996 kg
2.Perhitungan lendutan
a) Lendutan akibat berat poros / beban terbagi merata (y1)
Mx = 0
= -½ qlx + ½ qx2
Karena
Mx = EI
d2 ydx2
Maka EI
d2 ydx2
= -½ qlx + ½ qx2
Tugas Elemen Mesin II - 25
EI
dydx = -¼ ql x2 + 1/6 qx3 + c1
EI y = -1/12 ql x3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Syarat Batas :
Pada x = 0 ; y = 0 C2 = 0
x = ½ l ;
dydx = 0
-¼ ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
-1/16 ql3 + 1/48 ql3 + c1 = 0
c1 = 1/24 ql3
Sehingga persamaannya menjadi :
y1 =
1EI (−qlx3
12+qx4
24+ ql3 x
24 )Lendutan maximum terjadi pada pertengahan poros atau x = ½ l
Maka :
y1 =
1EI (− 1
12ql (1 2
l)3+ 124
q (12l )4+ 1
24ql3 (1
2l ))
y1 =
1EI (−ql4
96+ ql4
384+ ql4
48 )
y1 =
1EI ( 5.ql4
384 )dimana :
E = Modulus elastisitas untuk beban poros St 60
= 21500 kg/mm2 = 2,15 x 106 kg/cm2
I = Momen Inersia poros
~ 1/64..dp4
~ 1/64.3,14.(4)4 = 12.56 cm4
q = Beban terbagi merata
~ G3/l = 1.996/20 = 0.099 kg/cm
Sehingga lendutan akibat berat poros adalah :
Pb/l Pb/l
l
a bx
MxbGtot = P
Tugas Elemen Mesin II - 26
y1 =
12,15 x 106 x12 .56 (5 x 0 .099 x 204
384 )
y1 = 7.6 x 10-6 cm
a) Beban akibat berat kopling / beban terpusat (y2)
Mx = 0 = −Pb
l. x
Karena :
Mx = EI
d2 ydx2
Maka :
EI
d2 ydx2
= −Pb
l. x
EI
dydx =
−Pbx2
2 .l+c1
EI y = −Pbx3
6 . l+c1 x+c2
Syarat batas :
x = 0 ; y = 0 C2 = 0
x = 1/2l dan
dydx = 0
Maka:
EI
dydx =
−Pbx2
2 .l+c1
Tugas Elemen Mesin II - 27
C1 =
Pbx2
2 .l
C1 =
Pb l8
Sehingga :
y2 =
1EI
. (−Pb . x3
6 .l+Pb l . x
8 )dimana lendutan maximum terjadi pada x = 1/2 l dan b = 1/2 l
y2 =
1EI
. (−P . 12l . 1
2l3
6 .l+
P . 12l .l .1
2l
8 )
y2 =
1EI
. (P . l3
48 )dimana :
E = Modulus elastisitas kopling pada baja ST 60
= 21500 kg/mm2 = 2,15 x 106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
= 1/64 .dp4 = 1/64.3,14.(4)4 = 12.56 cm4
P = Berat total kopling 1.996 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :
y2 =
1EI
. (P . l3
48 )
y2 =
12,15x106 x12 .56
.(1 . 996x203
48 )
y2 = 1.23 x 10-5 cm
Maka ytotal adalah :
ytot = (y1 + y2) cm
= (7.6 x 10-6 + 1.23 x 10-5) cm
= 1.99 x 10-5 cm
3.Pemeriksaan terhadap putaran kritis
x = l/2
ql/2 ql/2
1/4
A B
qx
Ml1
x=l/2
ql/2
Tugas Elemen Mesin II - 28
ncr = 300√ 1
y tot
ncr = 300√ 1
1 .99 x 10−5
ncr = 67250 rpm
Putaran poros (n) dianggap cukup aman jika fluktuasinya berada diantara
(0,8n – 1,2n), dimana putaran poros n = 20 rpm. Sehingga interval putaran
maksimum adalah :
nopt = 1,2 x 20 rpm
= 24 rpm
Karena putaran optimum (nopt) lebih kecil dari putaran kritis (ncr) maka dapat
dikatakan bahwa kondisi putaran poros berjalan dengan stabil terhadap adanya
pembebanan.
nopt < ncr
24 < 67250 rpm
4.Perhitungan terhadap putaran momen lentur
a) Momen lentur akibat berat poros / beban terbagi merata (M1)
Pl/2
P/2P/2
A B
l
Ml1
P/2
A½.l
Tugas Elemen Mesin II - 29
Ml1 + qx.(l/4) – ql/2.x = 0
Ml1 = – q.(l/2).(l/4) + q.(l/2) .(l/2)
= – ql2/8 + ql2/4
= ql2/8
dimana: q = Berat beban terbagi merata
= G3 / l = 1.996 / 20
= 0.099 kg/cm
l = Panjang poros
= 20 cm
Maka:
Ml1 = ql2/8
= 0.099 x (20)2 / 8
= 4.95 kg.cm
b) Momen lentur akibat berat kopling / beban terpusat (M2)
Momen lentur terjadi maximum pada l = 1/2
Ml2 –
P2
.12
l = 0
Ml2 =
Pl4
dimana: P = Berat total kopling
Tugas Elemen Mesin II - 30
= 1.996 kg
l = Panjang poros
= 20 cm
Maka:
Ml2 =
Pl4
=
1. 996×204
= 9.98 kg.cm
5.Pemeriksaan diameter poros
Mred2 = Mtot
2 + ( Mp)2
dimana : Mred = Momen reduksi
Mtot = Ml1 + Ml2
= 4.95 + 9.98 = 14.93 kg.cm
Mp = Momen puntir yang direncanakan
= 1891 kg . cm
= Faktor koreksi
= 0,6 (untuk bahan poros ST. 60)
Sehingga :
M red=√Mtot
2+(α×M p )2
=√(14 . 93)2+(0,6×1891)2
= 1135 kg.cm
Diameter koreksi ( Dkoreksi)
Dkoreksi =
3√ M red
0,1×σbol III
dimana : bol III =
σ t
s t = 710 N/mm2 (untuk ST. 60)= 71 kg / mm2 = 7100 kg/cm2
s = faktor keamanan
= 5 – 8 = 7 (direncanakan)
Tugas Elemen Mesin II - 31
bol III =
71007
= 1014.29 kg/cm2
Sehingga :
Dkoreksi =
3√11350,1×1014 . 29
= 2.24 cm
Poros dinyatakan aman karena diameter koreksi lebih kecil dari diameter poros
yaitu Dkoreksi < Dporos = (2.24 cm < 4 cm)
Tugas Elemen Mesin II - 32
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Robert,H. Engineering Manual. Mc, Graw Hill Book Company.
Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. 1987 . Jakarta. PT.Pradnya
Paramita.
V, Dobrovolsky. Machine Elements.
Stolk,J,Ir. Elemen Mesin Konstruksi dari Bangunan Mesin. 1993. Jakarta. Erlangga.
Ir Zaenab Ali Rune. Materi Kuliah Elemen Mesin II. 1997.
Prof, DR, Ir, Arifuddin Ressang. Materi Kuliah Mekanika Kekuatan Material. 1997
Sati, Moh. Taib, Sultan . Buku Politeknik.
Tugas Elemen Mesin II - 33
NOMENKLATUR
Nama dan Lambang Satuan
Momen puntir yang terjadi (Mp) kg.mm
Momen puntir yang direncanakan (Mtd) kg.mm
Daya mesin maksimum (N) dk
Putaran Mesin (n) rpm
Faktor keamanan ( v,s,) -
Momen gesek (Mfr) kg.mm
Tegangan geser yang diizinkan (bol) kg/cm2
Tegangan tarik yang diizinkan (bol) kg/cm2
Diameter poros (dp) cm
Diameter spline (ds) cm
Tinggi spline (h) cm
Lebar spline (w) cm
Jari-jari rata-rata cm
Panjang (l) cm
Jumlah spline (z) -
Lebar permukaan gesek (b) cm
Luas penampang poros (A) cm2
Tekanan yang terjadi (P) kg/cm2
Gaya Tekan (F) kg.cm/s2
Jari-jari dalam (r1) cm
Jari-jari luar (r0) m
Berat kopling (G) kg
Defleksi yang terjadi (Y) cm
Putaran kritis (ncr) rpm
Diameter kritis cm
Energi yang hilang karena gesekan (Wg) watt
Putaran sudut (w) rad/s
Tugas Elemen Mesin II - 34
Waktu (t) detik
Panas jenis spesifik (Cp) J/kg0C
Nama dan Lambang Satuan
Tebal plat gesek (a) cm
Umur kopling (Lt) jam/tahun
Kerja beban spesifik (k) wattjam/cm3
Daya yang hilang (Nfr) watt
Luas permukaan gesek (Am) cm2
Efesiensi kopling () %
Tugas Elemen Mesin II - 35
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………i
Daftar isi………………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Transmisi Daya………………………………………..…………..1
BAB II TEORI DASAR
1.1 Pengertian ……………………………………………..…..…….. 3
1.2 Terminologi…….………………………………………..………..4
1.3 Dimensi-dimensi Roda Gigi…..…………………………………… 6
BAB III PERENCANAAN POROS
1.1 Poros 1…………………………………………………...………8
1.2 Poros 2………………………………………………...…………9
1.3 Poros 3…………………………………………………..………10
1.4 Poros 4
BAB IV PERHITUNGAN GIGI
4.1 Ukuran-ukuran Roda gigi 1 tingkat satu (l) ………………………… 13
4.2 Ukuran roda gigi lll tingkat ll……………………… ……………... 16
4.3 Ukuran roda gigi lV tingkat ll……………………………………… 18
4.4 Ukuran roda gigi V tingkat lll……………………………………... 20
BAB V PERHITUNGAN GAYA-GAYA YANG TERJADI PADA RODA GIGI
5.1 Gaya-gaya yang terjadi pada roda gigi l tingkat l …………….…… 22
1.1 Gaya-gaya yang terjadi pada roda gigi ll tingkat l…………………… 23
1.2 Gaya-gaya bekerja pada roda gigi lll tingkat ll……………………… 24
1.3 Gaya-gaya yang bekerja pada roda gigi lV tingkat ll………………… 24
BAB VI PERHITUNGAN PEMERIKSAAN TERHADAP POROS
6.1 Pemeriksaan poros……………………………………………… 26
6.1.1 Poros l……………………………………………………….. 26
6.1.2 Poros II…………………………………………………….… 29
Tugas Elemen Mesin II - 36
6.1.3 Poros III……………………………………………………… 32
6.1.4 Poros IV.. ……………………………………………………. 34
6.2 Pemeriksaan Roda Gigi. …………………………………………. 37
6.2.1 Roda Gigi I dan II………………………………………………. 37
6.2.2 Roda Gigi III dan IV…………………………………………….. 37
6.2.3 Roda Gigi V…………………………………………………… 38
BAB VII PUTARAN KRITIS
7.1 Poros I……………………………………………….………… 39
7.2 Poros II………………………………………………………… 40
7.3 Poros III………………………………………………………... 41
7.4 Poros IV………………………………………………….…….. 42
BAB VIII PERENCANAAN SPIE DAN BANTALAN
8.1 Perhitungan Spie (pasak)…………………………..……………… 44
8.1.1 Spie Poros I…………………………………….…………….. 44
8.1.2 Spie Poros II…………………………………….…………….45
8.1.3 Spie Poros III…………………………………………………. 46
8.1.4 Spie Poros IV………………………………………..………..47
8.2 Perhitungan
Bantalan………………………….………………. 48
8.2.1 Poros I…………………………………………….…………. 48
8.2.2 Poros II………………………………………………………. 49
8.2.3 Poros III……………………………………………………… 50
8.2.4 Poros IV……………………………………………..……….. 51
Tugas Elemen Mesin II - 37
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah, SWT karena dengan berkah dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Tugas Elemen II ini. Sebagai salah satu
kewajiban mahasiswa teknik jurusan mesin.
Tugas ini berisikan teori dan contoh perhitungan perancangan kopling.
Disamping itu pula tugas ini kami buat untuk menambah wawasan tentang perancangan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas elemen mesin ini masih memiliki
berbagai macam kekeurangan dan kelemahan. Oleh karena itu berbagai saran dan
kritikan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Makassar, Oktober 2003
Penulis