Kode/Nama Rumpun Ilmu 613/Humaniora
LAPORANPENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN MAKET KERAJAAN DEMAK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH
TIM PENGUSUL:
Ketua:Drs. M. Nur Rokhman, M.Pd. / NIDN. 0022086610
Anggota:Lia Yuliana, S.Pd.M.Pd / NIDN. 0017078102
Zulkarnain, M.Pd / NIDN. 0009087404
Dibiayai oleh:DIPA Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Nomor DIPA 023.04.1.673453/2015, tanggal 14 November 2014, DIPA Revisi 01 tanggal 03 Maret 2015. Skim Penelitian Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2015 Nomor:
062/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/II/2015 Tanggal 5 Februari 2015
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015
1
2
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING(MULTI TAHUN, TAHUN: I 2015)
PENGEMBANGAN MAKET PUSAT-PUSAT PEMERINTAHAN PENGEMBANGAN MAKET PUSAT KERAJAAN DEMAK SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA
RINGKASANPermasalahan pokok yang dialami pembelajaran sejarah selama ini adalah
selalu diidentikkan sebagai pembelajaran yang membosankan dan tidak menarik di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana sejarah kemunculan dan perkembangan kerajaan Demak.
Metode tahap I (Tahun I): berupa studi pendahuluan terdiri dari studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka berupa, mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan studi pustaka meliputi studi kurikulum dan silabus mata pelajaran sejarah untuk menentukan materi yang akan digunakan dalam isi media. Studi lapangan dilakukan melalui observasi. Mengkaji karakter subjek penelitian dan melihat kemungkinan-kemungkinan jika produk penelitian yang berupa media pembelajaran berbasis maket sejarah diterapkan dalam pembelajaran. Selanjutnya, melakukan pengembangan design awal dengan menganalisis kemampuan, kebutuhan dan sumber referensi yang terbaru. Adapun luaran pada tahun I ini adalah laporan penelitian historis menyangkut sejarah kerajaan Demak melalui studi pustaka dan observasi lapangan ke daerah Demak.
Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 setelah Demak berdiri sendiri terlepas dari Majapahit yang telah hancur. Dalam waktu singkat, Demak berkembang menjadi kerajaan besar. Wilayah kerajaan Demak meliputi Jepara, Semarang, Tegal, serta lembang, jambi, pulau pulau antara kalimantan, dan sumatera, serta beberapa daerah di pulau kalimantan. Masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggana yang memerintah dari tahun 1521-1546 M. Sultan Trenggana berusaha untuk memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Setelah wafatnya Sultan Trenggana terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak. Perebutan ini terjadi antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen dan Sunan Prawata yang merupakan putra tunggal Sultan Trenggana. Dengan demikian terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Sunan Prawata kepada Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Putra dari Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto. Salah seorang diantara adipati-adipati yang memerangi Arya Panangsang adalah Joko Tingkir. Ia adalah seorang menantu Sultan Trenggono dan berkuasa di Pajang. Konon, Joko Tingkir masih memiliki garis trah Majapahit, yaitu Brawijaya V yang sempat diusir oleh Girindrawardhana dan mengabdi di Kerajaan Demak Kata Kunci: maket, pemerintahan, dan Mataram Islam.
3
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan pokok yang dialami pembelajaran sejarah selama ini
adalah selalu diidentikkan sebagai pembelajaran yang membosankan dan tidak
menarik di kelas. Baik strategi, metode, dan teknik pembelajaran lebih banyak
bertumpu pada pendekatan berbasis guru yang monoton, serta meminimalkan
partisipasi peserta didik. Pendidik diposisikan sebagai satu–satunya dan pokok
sumber informasi, peserta didik tertinggal sebagai objek penderita manakala
guru sebagai segala sumber dan pengelola informasi hanya mengajar dengan
metode ceramah dan tanya jawab yang konvensional. Pembelajaran sejarah
disamping membosankan dan tidak menarik, juga hanya menjadi wahana
pengembangan ketrampilan berfikir tingkat rendah. Sehingga ketertarikan
siswa terhadap mata pelajaran sejarah selalu rendah.
Selain itu, permasalahan lain yang membuat pembelajaran sejarah
terkesan membosankan, pendidik kurang atau jarang menggunakan media
bantu sebagai media pembelajaran. Misalkan menggunakan, media
pembelajaran yang pun dirasa kurang menarik dan kurang mudah dipahami
oleh siswa. Media pembelajaran menurut Arief S. Sadiman (2011:17)
memiliki kegunaan sebagai berikut: (1). Memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu berisfat verbalistis. (2). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
daya indera, seperti: kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun verbal.
(3). Media pendidikan yang digunakan secara tepat dapat mengatasi sikap
pasif anak didik.
Dalam hal ini media pembelajaran antara lain berguna untuk:
menimbulkan gairah belajar dan memungkinkan peserta didik belajar sendiri-
sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. (4). Dengan media pendidikan guru
dapat mengatasi kesulitan-kesulitan akibat perbedaan sifat, lingkungan dan
pengalaman siswa. Hal ini dikarenakan media memiliki kemampuan:
memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
4
menimbulkan persepsi yang sama. Senada dengan pendapat di atas, menurut
Gagne yang dikutip Rusman (2011: 170) mengungkapkan bahwa “media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
memberikan rangsangan untuk belajar”. Disamping pendapat tersebut Kempt
& Dayton mengungkapkan bahwa fungsi utama media adalah “memotivasi
minat dan tindakan…” (Rusman, 2011:172). Media pembelajaran dapat
berupa film transparansi, kaset video, maket, media berbasis komputer dan
lainnya.
Oleh karenanya peneliti membuat terobosan media pembelajaran
berbasis maket. Media pembelajaran yang akan dibuat adalah maket pusat
pemerintahan Kerajaan Demak. Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah
Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya
kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang
Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak
itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama Islam dibantu
oleh para wali dan saudagar Islam. Raden Fatah nama kecilnya adalah
Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang
terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang.
Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara
Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.
Berdirinya kerajaan Demak tidak terlepas dari misi para muballigh
dalam mengIslamkan tanah Jawa yang kemudian terkenal dg sebutan “ wali
songo”. Dalam penyiaran dan perkembangan Islam di Jawa selanjutnya, para
wali songo memusatkan kegiatannya dengan menjadikan kota Demak sebagai
sentral segala sesuatunya. Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa
untuk memperdalam ilmu agama dibawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya
kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak
(Bintoro). Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan
perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di
daerah tersebut.
5
Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan
sebaik-baiknya. Atas dukungan walisongo tersebut, terutama atas dasar
perintah sunan Ampel, maka raden Patah ditugaskan untuk mengajarkan
agama Islam dan membuka pesantren di Desa Glagahwangi. Tidak lama
kemudian, desa ini banyak dikunjungi orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu
pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat perdagangan dan
bahkan menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa. Desa Glagahwangi,
dalam perkembangannya kemudian karena ramainya akhirnya menjadi
ibukota negara dengan nama Bintoro Demak.
Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478.
Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari
kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di
pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur
panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan
kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan
Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah
satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak,
yang diperkirakan didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan
Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan
Bintara (dibaca “Bintoro” dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota
Demak di Jawa Tengah. Periode ketika beribukota di sana kadang-kadang
dikenal sebagai “Demak Bintara”. Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan
ke Prawata (dibaca “Prawoto”).
Aspek-aspek itulah yang kemudian lebih dikembangkan di kota-kota
Jawa yang lebih muda. Penelitian ini juga akan memberikan gambaran yang
menyeluruh tentang muncul, tumbuh kembang, dan surutnya Kerajaan Demak
tersebut beserta kehidupan masyarakatnya. Penelitian ini diharapkan untuk
dapat dipakai sebagai bahan untuk memahami dan mengkaji berbagai
persoalan sosial dan budaya yang muncul dalam pertumbuhan kota di
Indonesia masa kini, dan meningkatkan pemahaman tentang perkembangan
kota yang selalu dinamis.
6
Manfaat media pembelajaran maket ini diharapkan akan memotivasi
siswa untuk belajar mandiri, kreatif, efektif dan efisien. Selain itu dengan
media pembelajaran berbasis maket ini, diharapkan dapat mengurangi
kejenuhan siswa karena selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh
kebanyakan sekolah adalah metode tatap muka (ceramah). Bertolak dari latar
belakang tersebut diatas dapat dirumuskan dalam bentuk penelitian dengan
judul “Pengembangan Maket Kerajaan Demak Sebagai Media Pembelajaran
Sejarah”.
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah dan idetifikasi permasalahan yang
telah diurakan di muka, dirumuskan permasalahan pokok sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Demak
Bintara? (Tahun I)
2. Bagaimanakah prosedur pengembangan media pembelajaran maket
sejarah? (Tahun 2)
3. Bagaimanakah kualitas produk media pembelajaran maket ditinjau dari
aspek media, dan aspek materi? (Tahun 2)
4. Bagaimana efektivitas penggunaan media pembelajaran maket sejarah
dalam pembelajaran? (Tahun 3)
7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, dkk, 2011: 6). Batasan
mengenai pengertian media sangat luas, namun dibatasi pada media
pendidikan yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan penunjang
kegiatan belajar mengajar. Azhar Arsyad (2006: 3) memberi batasan bahwa
media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Dalam konteks pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengajar kepada siswa sehingga terjadi proses pembelajaran secara
khusus.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
Gambar 1. Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran
Menurut Arif S. Sadiman (2011: 17) media pembelajaran mempunyai
manfaat: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka); (2) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti objek yang terlalu besar
bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai atau model; (3) dengan
8
menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi
sikap pasif anak didik, sehingga dapat menimbulkan kegairahan belajar,
memungkinan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan dunia
realita, memungkinkan belajar sendiri menurut kemampuan dan minat; (4)
dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat guru dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan akibat perbedaan sifat, lingkungan maupun pengalaman
siswa.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 2-3) mengemukakan bahwa
fungsi dari media pembelajaran di sekolah antara lain: (1) pembelajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
para siswa; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
dipahami oleh para siswa; (3) metode akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata bentuk komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, sehingga
siswa tidak mengalami kebosanan; (4) siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru namun juga
beraktivitas lain seperti mengamati, melakukam atau mendemonstrasikan
secara langsung, seperti dalam teori.
Bagan 2. Fungsi media dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sejarah yang tepat ialah jika proses belajar mengajar
mampu mengembangkan konsep generalisasi dan bahan abstrak dari
peristiwa masa lampau dapat menjadi hal yang jelas dan nyata, mempunyai
spesifikasi media tersendiri (Hartono Kasmadi, 1996 : 126). Atas hal tersebut,
9
pembelajaran sejarah menggunakan media secara khusus berupa: (1)
Pengalaman langsung (benda sesungguhnya); (2) demonstrasi dan model
seperti sandiwara boneka, wayang, untuk menyampaikan konsep sejarah
berupa alat bantu mengajar sejarah yang berupa bentuk-bentuk khusus yang
bersifat tiga dimensi merupakan tiruan dari unsur-unsur peristiwa sejarah; (3)
gambar/foto/sketsa; (4) bagan/chart, berupa penyajian bergambar dan garis
untuk mendaftar sejumlah besar informasi/menunjukkan perkembangan ide,
objek, lembaga, orang/keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang; (5) peta
sejarah, berupa lukisan visual dari tempat peristiwa sejarah terjadi; (6)
laboratorium sejarah; (7) film, video, televisi, slide; (8) radio/tape recorder;
(9) papan tulis; dan (10) overhead projector (OHP) (Kardiyat Wiharyanto,
2001 : 62-67).
Dalam pembelajaran sejarah, media berguna untuk memvisualisasi
fakta-fakta sejarah dan berfungsi sebagai sumber belajar. Posisi dan
kedudukan media dalam keseluruhan sistem pembelajaran merupakan bagian
integral dari sistem pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa
sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar (Arif S. Sadiman, 2011 : 6).
Sumber belajar yang digunakan pengajar sejarah dan siswa adalah buku-buku
sejarah dan sumber informasi, namun akan lebih efektif dan jelas jika
pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu
menjelaskan bahan materi lebih realistik.
B. Pembelajaran Sejarah
Menurut Poerwodarminto (2006: 22) “pembelajaran” sama dengan
“instruction” atau “pengajaran”. Pengajaran memiliki arti “cara” atau
perbuatan mengajar atau mengajarkan. Dalam pengajaran ada kegiatan atau
perbuatan mengajar hal ini mengandung arti ada interaksi antara pihak yang
mengajar dan diajar, yaitu guru sebagai pihak yang mengajar dan peserta didik
sebagai pihak yang diajar. Berdasarkan pernyataan di atas pengajaran dapat
diartikan sebagai perbuatan belajar oleh peserta didik dan mengajar oleh guru.
10
Kegiatan belajar mengajar ini merupakan kesatuan dari dua kegiatan searah.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan primer sedangkan kegiatan mengajar
merupakan kegiatan sekunder. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
beberapa komponen yaitu: guru, peserta didik, tujuan, materi pelajaran,
metode, media dan evaluasi.
Menurut Hamalik (2007: 57) pembelajaran adalah kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dengan didukung berbagai fasilitas
dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Dari beberapa
pendapat pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang menunjukkan adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungan belajarnya baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media
pembelajaran, dan sumber belajar.
Istilah history (sejarah) diambil dari kata hitoria dalam bahasa Yunani
yang berarti “informasi” atau “penelitian yang ditujukan untuk memperoleh
kebenaran”. Sementara dalam bahasa Jerman sejarah yaitu Geschichte, yang
berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi, dengan demikian Geschichte
berarti “sesuatu yang telah terjadi”(Kochhar, 2008:1).. Untuk memperjelas
pengertian sejarah berikut ini akan dipaparkan pengertian sejarah menurut
para sejarawan. Buckhardt mengatakan bahawa “ Sejarah merupakan catatan
tentang suatu masa yang ditemukan dan dipandang bermanfaat oleh generasi
dari zaman yang lain”. E.H. Carr menyatakan bahwa sejarah “merupakan
dialog tanpa akhir antara masa sekarang dengan masa lampau (Kochhar,
2008:2). Kuntowijoyo (2001: 18) dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Sejarah mendefinisikan sejarah sebagai hasil rekonstruksi masa lalu.
Dari beberapa definisi atau pengertian sejarah di atas dapat
disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau, yang memiliki manfaat positif
11
dan sebagai bahan refleksi untuk mengkritisi masalahmasalah masa kini,
sebagai pedoman dalam menentukan kebijakan-kebijakan di masa yang akan
datang dan memprediksi masa depan. Secara umum sejarah mempunyai fungsi
pendidikan, yaitu sebagai pendidikan moral, pendidikan penalaran, pendidikan
politik, pendidikan untuk perubahan, pendidikan untuk masa depan, dan
keindahan. Pembelajaran Sejarah sebagai sub-sistem dari sistem kegiatan
pendidikan merupakan sarana efektif untuk meningkatkan integritas dan
kepribadian bangsa. Kochhar (2008: 33-36) mengemukakan bahwa
memperkokoh rasa nasionalisme dan mengajarkan prinsip-prinsip moral
adalah sasaran umum diselenggarakannya pembelajaran sejarah. Selain untuk
memperluas cakrawala intelektualitas, dan memberikan gambaran yang tepat
tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat.
Taufik Abdullah (dalam Alfian, 2007: 2) memberi penilaian, bahwa
strategi pedagogis sejarah Indonesia sangat lemah. Pendidikan sejarah di
sekolah masih cenderung menuntut anak agar menghafal suatu peristiwa.
Siswa tidak dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna memahami
dinamika suatu perubahan. Sejarah haruslah diinterpretasikan seobjektif dan
sesederhana mungkin. Ini dapat terlaksana hanya jika guru sejarah memilki
beberapa kualitas pokok. Menurut Kochar (2008:393-395) kualitas yang harus
dimilki guru sejarah adalah penguasaan materi dan penguasaan teknik. Dalam
penguasaan materi, guru sejarah harus lengkap dari segi akademik. Meskipun
guru mengajar kelas-kelas dasar, guru sejarah harus sekurang-kurangnya
bergelar sarjana dengan spesialisasi dalam periode tertentu dalam sejarah.
C. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Sebelumnya kerajaan Demak merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun 1550
(Soekmono: 1973). Raden Patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang
telah mendapatkan pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi
menetap di Demak dan mengganti nama Demak menjadi Bintara. (Slamet
12
Muljana: 2005). Raden Patah menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara,
Demak. Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut
Islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden Patah mendirikan Kerajaan
Islam dengan Demak sebagai pusatnya.
Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan
dengan Majapahit saat itu, karena kondisi Kerajaan Majapahit yang memang
dalam kondisi lemah. Bisa dikatakan munculnya Kerajaan Demak merupakan
suatu proses Islamisasi hingga mencapai bentuk kekuasaan politik. Apalagi
munculnya Kerajaan Demak juga dipercepat dengan melemahnya pusat
Kerajaan Majapahit sendiri, akibat pemberontakan serta perang perebutan
kekuasaan di kalangan keluarga raja-raja (Poesponegoro: 1984).
Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Kerajaan Demak
sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak
berkembang sebagai pusat perdagangan dan sebagai pusat penyebaran agama
Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu Palembang,
Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping itu, Kerajaan Demak
juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu,
Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito
(penghubung).
1. Letak Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari
para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah
menganut agama Islam. Pada sebelumnya, daerah Demak bernama
Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit.
Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan
Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa
(Daerah Pasai).
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan
maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi
selat diantara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya
13
agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari
Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang.
Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap
saat. Pada abad XVI agaknya Demak telah menjadi gudang padi dari
daerah pertanian di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan
pusat seperti itu bagi daerah tersebut pada sekitar 1500.
Di tahun 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti
Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya
merupakan perlawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah
jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah selatan
Pegunungan Muria. Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah
pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang (dikenal juga dengan
nama-nama lain), yang sekarang bermuara di Laut Jawa antara Demak
dan Jepara.
Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu
pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup.
Lagi pula, persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk
perdagangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa
banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman
Pengging dan Pajang.
2. Kehidupan Politik Kerajaan Demak
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada
di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu
membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah
kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan
Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan
Demak adalah sebagai berikut:
a. Raden Fatah
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di
China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di
Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik
14
jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja
Brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita,
hingga membawa banyak pertentangan dalam istana Majapahit.
Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah
memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama
kamboja), masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri
pemberian Kaisar yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja
menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan
mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya
Damar. Di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang Putri Cina.
Nama kecil Raden Patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa
mudanya Raden Patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang
kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana
Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke Majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat
memasuki usia belasan tahun, Raden Patah bersama adiknya berlayar
ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan
Tuban pada tahun 1419 M. Raden Patah sempat tinggal beberapa lama
di ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana
pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana
Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo
Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda
lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan
Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus,
Raden Patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di
Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya.
Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah
tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di
Jawa.
15
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk
keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya
V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro
(Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah. Raden Fatah
memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi
kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor
ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan
kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang,
Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan
Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan penting seperti Jepara,
Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi
pelabuhan transito (penghubung). Kerajaan Demak berkembang
sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Jasa
para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di
pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di
daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan
Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang
bernama Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak
yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau
sunan. Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia
menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda
upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara
lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak. Ketika
kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan
Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh
16
Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M
Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak
untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil,
karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap.
Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang
Lor.
b. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang
oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M.
Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia
meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan
seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu
pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus
meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang
bergelar Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah
bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah
didahului Portugis. Tapi Adipati Unus tidak mengurungkan niatnya,
pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju
Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada
pangeran Sabrang Lor dihujani meriam oleh pasukan Portugis yang
dibantu oleh menantu Sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari
Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran
Sabrang Lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal
telah direnovasi dan menyesuaikan medan. Selain itu, dia berhasil
mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan
Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian
wilayahnya menjalin kerjasama dengan orang-orang Portugis. Adipati
Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.
17
c. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546
M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa
kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah
kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M
kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara
lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah
ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan
kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada
Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti
kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527
M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur,
Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah
Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan
Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M
Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan
yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan
demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Di masa
jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati.
Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad
Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan
kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya,
bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara
memungkinkan Demak berkembang sebagai Kerajaan Maritim. Dalam
kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara
18
daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil
rempah-rempah Indonesia bagian barat.
Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang. Dan
hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-
pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa. Sebagai kerajaan Islam
yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan
masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian
yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan
perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak
memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.
Letak kerajaan Demak yang strategis, sangat membantu Demak
sebagai kerajaan Maritim. Lagi pula letaknya yang ada di muara sungai
Demak mendorong aktivitas perdagangan cepat berkembang. Di samping
dari perdagangan, Demak juga hidup dari agraris. Pertanian di Demak
tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan
Bergota dan Jepara. Demak bisa menjual produksi andalannya seperti
beras, garam dan kayu jati.
3. Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Demak
Berdirinya kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang
untuk mengembangkan dakwah Islam. Oleh karena itu tidak heran jika
Demak gigih melawan daerah-daerah yang ada dibawah pengaruh asing.
Berkat dukungan Wali Songo, Demak berhasil menjadikan diri sebagai
kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh cukup luas.
Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun
Masjid Agung Demak sebagai pusatnya. Kehidupan sosial dan budaya
masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam
karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau
Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat
berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan
19
Kudus dan Sunan Bonar. Para wali tersebut memiliki peranan yang
penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali
tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin
hubungan yang erat antara raja/bangsawan, para wali/ulama dengan
rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan
masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren.
Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di
antara orang-orang Islam).
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik
yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah
Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-
pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas
pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah
Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi
Muhammad SAW) yang sampai sekarang masih berlangsung di
Yogyakarta dan Cirebon.
Dilihat dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak memperlihatkan
adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu dengan
kebudayaan Islam. Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak
adalah bangunan Masjid Demak yang terletak di sebelah barat alun-alun
Demak. Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yakni salah satu tiang
utamanya terbuat dari tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di
belakangnya terdapat makam raja-raja Demak.
D. Maket
1. Pengertian Maket
Maket adalah sebuah bentuk tiga dimensi yang meniru sebuah
benda atau objek dan biasanya memiliki skala. Maket biasanya digunakan
untuk mendeskripsikan sebuah keadaan. Jadi, maket digunakan sebagai
sebuah representasi dari keadaaan sebenarnya menuju keadaan yang akan
diciptakan (Criss B. Mills, 2008: iii-iv). Jika dalam bahasa Indonesia
20
sering disebut dengan maket, maka dalam bahasa Inggris sering disebut
dengan mockup. Sementara itu, menurut Alexander Schilling (2010: vii)
maket adalah cara untuk mempresentasikan struktur yang terencana.
Karena maket membantu untuk meciptakan kesan ruang pada tata ruang
atau lingkungan yang akan diciptakan, maka maket adalah alat penyajian
yang penting dalam mempelajari arsitektur dan dalam praktik profesional.
Menurut Schilling juga maket juga dapat diartikan sesuatu yang
dapat membantu para perancang untuk mendapatkan proporsi dan bentuk
yang tepat, dan juga sebagai alat bantu untuk meninjau ide sketsa dalam
tiga dimensi dan membantu mengembangkan ide para perancang.
Terdapat banyak jenis maket. Beberapa jenisnya antara lain: maket
arsitektur, maket mekanikal, maket struktural, maket simulasi, maket
diorama,dan lain-lain. Sedangkan judul maketnya sendiri tergantung dari
nama proyek yang sedang dikerjakan. Baik itu gedung, rumah tinggal,
pabrik, pelabuhan, dan lain sebagainya.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa maket adalah miniatur atau model bangunan yang akan dibuat
untuk memudahkan visualisasi hasil rancangan baik berupa rancangan
struktur, interior, eksterior atau siteplan. Adapun bahan-bahan dari maket
biasanya terbuat dari kayu, kertas, tanah liat, dan sebagainya. Hal ini
bergantung pada hasil akhir yang diinginkan. Seperti contoh, jika kita
ingin membuat hasil akhir maket dengan teknik monochrome, maka bahan
yang digunakan bisa saja bahan-bahan yang mengandung unsur putih,
seperti styrene atau styrofoam. Sedangkan bila ingin menghadirkan maket
yang menghasilkan efek sephia, maka dapat digunakan bahan berupa kayu
balsa.
2. Ciri-ciri Maket
a. Berbentuk seperti tiruan dalam tiga dimensi.
b. Berskala kecil.
c. Biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dsb.
21
d. Mengeluarkan biaya yang sedikit.
3. Fungsi Maket
a. Alat bantu dalam mempresentasikan kepada kalayak ramai tentang
bangunan yang akan dibangun.
b. Pengenalan bentuk geometri.
c. Melatih konsentrasi.
d. Memperkuat fungsi brosur dan iklan sebagai media informasi
pemasaran.
e. Memudahkan konsumen memahami bentuk rumah dengan cepat.
Pada umumnya, maket diartikan sebagai bentuk model miniatur
dari desain bangunan yang dirancang atau yang akan dibangun, projek-
projek pembangunan, baik bangunan (rumah tinggal, bangunan
perkantoran dsb) maupun pengembangan suatu kawasan. Namun saat ini,
maket bangunan yang sebelumnya identik dengan desain bangunan
sebuah proyek, kini dapat menjadi souvenir atau cinderamata yang dapat
diperjualbelikan sebagai sebuah benda seni. Memang hal ini kurang lazim
bagi kalangan arsitek, tapi maket sebagai souvenir atau pajangan yang
menarik.
22
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan PenelitianSecara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
beberapa hal sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Demak
Bintara.
2. Mengetahui bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran
maket sejarah.
3. Mengetahui bagaimana kualitas produk media pembelajaran maket
ditinjau dari aspek media, dan aspek materi.
4. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan media pembelajaran maket
sejarah dalam pembelajaran.
B. Manfaat Penelitian
Urgensi dari penelitian ini antara lain, adalah membantu siswa
meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran sejarah. Media maket sejarah
dapat menjadi sumber belajar bagi siswa sehingga memacu siswa untuk
senantiasa berinteraksi langsung dengan materi, meningkatkan kemandirian
dan kreativitas dalam belajar. Media maket ini juga bisa membantu siswa
memahami konsep, kejadian, peristiwa, fakta serta interpretasi kebenaran
sejarah. melalui. Bagi guru dapat memotivasi untuk selalu melakukan inovasi
pembelajaran yang kreatif dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar
siswa.
C. Luaran PenelitianSecara khusus luaran dari penelitian Hibah Bersaing ini adalah berupa:
(a) Maket Pusat-pusat pemerintahan Mataram Islam dan, (b) Artikel Ilmiah
untuk Jurnal Nasional/Internasional.
23
BAB IVMETODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Demak Jawa Tengah. Penelitian
dilaksanakan dalam waktu 3 Tahun yaitu dari persiapan penelitian, bulan
April 2017 sampai penyusunan laporan penelitian bulan Oktober 2017.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang
berorientasi pada produk. Penelitian dan pengembangan merupakan jenis
penelitian yang banyak digunakan untuk memecahkan masalah praktis di
dunia pendidikan. Sebagaimana Borg dan Gall (1983:772) menyatakan bahwa
“educational research and development (R&D) is a process used to develop
and validate educational production”. Penelitian model pengembangan
dipilih karena penelitian pengembangan yang dilakukan berorientasi pada
produk.
Menurut Borg dan Gall (1983; 772) ada dua tujuan utama, yaitu
mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam mencapai
tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan dimana produk
yang dihasilkan bisa berupa software, hardware seperti buku, modul, paket
program pembelajaran ataupun alat bantu belajar, sedangkan tujuan kedua
disebut sebagai fungsi validasi. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian
ini berupa hardware maket media pembelajaran sejarah. Borg and Gall
memberikan rujukan kepada peneliti bahwa untuk melakukan penelitian
pengembangan, mereka menetapkan sepuluh langkah utama sebagai berikut.
Gambar 3. Model R&D Borg and Gal
24
Research and information
collecting (1)Planing (2)
Develop preliminary form
of product (3)
Preliminary field testing
(4)
Main product revision (5)
Desemination and implementation (10)
Final product revision (9)
Operational field testing
(8)
Operational product
revision (7)
Main field testing (6)
C. Prosedur Pengembangan
Berikut ini alur penelitian yang menggambarkan kegiatan yang akan
dilaksanakan dan dikerjakan dalam 3 tahap untuk 3 tahun kedepan:
Gambar 4. Pengembangan penelitian, modifikasi langkah Borg and Gall.
Tahun pertama penelitian ini akan dilakukan studi pendahuluan
berupa studi pustaka dan studi lapangan. Dengan studi pendahuluan
25
diharapkan ditemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan penelitian mengenai
bagaimana eksistensi dan relevansi kurikulum sejarah bagi pencapaian tujuan
pendidikan secara substansial; apakah tujuan program pembelajaran sejarah
sudah tercapai, apakah proses pembelajaran berlangsung secara aktif,
partisipatif, inovatif, reformatif, dan dinamis; apakah hasil pembelajaran
sejarah memuaskan berbagai pihak dan sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya. Selain itu, akan dilakukan studi lapangan keadaan pusat-pusat
pemerintahan Kerajaan Demak tersebut. Komponen-komponen yang ada di
tiga kota tersebut. Hasil studi pendahuluan ini dimaksudkan untuk
mengkonstruk media pembelajaran sejarah, sehingga model media maket
yang dikembangkan betul-betul berbasis riset dan evaluasi.
Tahun kedua penelitian adalah tersusunnya model media maket yang
bermanfaat untuk pembelajaran sejarah yang berangkat dari hasil studi
pustaka dan studi lapangan. Tentu saja pada tahap ini tujuannya adalah
tersusunnya media pembelajaran sejarah yang berupa maket sebagai media
pembelajaran bagi para guru sejarah. Tahap yang kedua ini pertama-tama
akan dilakukan analisis tujuan dan analisis kemampuan. Kemampuan ini
disesuaikan dengan kemampuan peneliti. Berikutnya akan dibuat prosedur
pengembangan (pengembangan desain) yang terdiri dari: membuat desain
produk yang akan dikembangkan dan menentukan tahap-tahap pelaksanaan
uji desain di lapangan. Kegiatan terakhir pada tahap ini melakukan validasi
dengan melibatkan ahli media dan ahli materi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah media yang dikembangkan dalam penelitian ini siap
untuk dilakukan uji lapangan. Pada tahap ini, ahli media memberikan
penilaian, komentar dan saran revisi terhadap produk dari aspek tampilan dan
kualitas media. Sementara ahli materi memberikan penilaian, komentar dan
saran revisi terhadap aspek pembelajaran dan aspek materi. Setelah produk
dinyatakan layak oleh ahli media dan ahli materi, selanjutnya dilakukan uji
coba kepada siswa.
Tahun ketiga penelitian adalah tersusunnya model media
pembelajaran maket yang baku setelah melalui mekanisme uji coba pada
26
tahap kedua, dan eksperimentasi pada tahap ketiga. Efektivitas, efisiensi, dan
kemenarikan model media pembelajaran maket inilah yang akan
direkomendasikan sebagai hasil penelitian multi years, dan harapannya para
guru sejarah di sekolah menggunakan model media pembelajaran maket
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sejarah.
D. Jenis Data & Sumber Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata,
bukan dalam bentuk angka dan data kualitatif ini dapat diperoleh melalui
berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis
dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan oleh peneliti. Bentuk lain yang dapat digunakan pada data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman
video.
Jenis data kedua yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah berupa
data kuantitatif, yang didapatkan dari hasil kuesioner dan tes prestasi yang
diberikan kepada siswa untuk melihat efektivitas produk yang dihasilkan
dalam pembelajaran. Informasi tersebut akan digali dari beragam sumber
data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi: Narasumber atau informan, arsip dan dokumen, dan tempat,
peristiwa serta kegiatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: (1) Focus Group Discussion (FGD), (2) observasi, (3) wawancara,
dan (4) studi dokumentasi. FGD dilaksanakan untuk validasi model.
Observasi dilakukan selama penelitian berlangsung untuk mencermati
beragam fenomena sejak tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian,
implemntasi sampai evaluasi hasil. Studi dokumentasi, digunakan untuk
27
menjaring data di dalam dokumen-dokumen tertulis yang menunjukkan
adanya hubungan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Proses analisis penelitian ini dilakukan bersamaan sejak awal proses
pengumpulan data, dengan melakukan beragam teknik refleksi bagi
pendalaman dan pemantapan data. Setiap data yang diperoleh akan selalu
dibandingakan, setiap unit atau kelompoknya untuk melihat keterkaitannya
sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Miles and Huberman proses
analisisnya menggunakan model analisis interaktif. Dalam model analisis ini,
tiga komponen analisisnya yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan
simpulan/verifikasi (Miles & Huberman, 1992: 16). Sesuai model analisis
data kualitatif dilakukan: (1) setelah data terkumpul peneliti mengadakan
reduksi data dengan jalan merangkum laporan lapangan, mencatat hal-hal
pokok yang relevan dengan fokus penelitian, (2) menyusun secara sitematik
berdasarkan kategori dan klasifikasi tertentu, (3) membuat display data dalam
bentuk tabel ataupun gambar sehingga hubungan antara data yang satu
dengan lainnya menjadi jelas dan utuh, (4) membandingkan dan menganalisis
data secara mendalam, (5) menyajikan temuan, menarik kesimpulan.
28
BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Berdirinya Kerajaan Demak Bintara
Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit,
secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri.
Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling
serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Sementara Demak
yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang
mandiri.Sekitar tahun 1500 seorang bupati Majapahit bernama Raden Patah,
yang berkedudukan di Demak dan memeluk agama Islam, terang-terangan
memutuskan segala ikatannya dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi
itu. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islam
pula, seperti Jepara, Tuban dan Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan
Demak sebagai pusatnya (Soekmono, 1973: 52). Pernyataan tersebut adalah
bukti bahwa Kesultanan Demak masih terdapat hubungan dengan Kerajaan
Majapahit.
Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti
langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap
sebagai putra Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh
kemungkinan besar seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po (Ricklefs,
M., 2002: 38). Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh Tomé
Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin
dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun
1504. Putera atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertahta dari tahun
1505 sampai1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua
masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara.
Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan
Demak berhasil menundukan Majapahit.
Raden Patah adalah raja Demak yang pertama. Kraton Demak Bintoro
berdiri ditandai dengan sangkalan: genti mati siniraman janama atau tahun
1403 Saka atau 1478 M, setelah mundurnya Sinuwun Prabu Brawijaya V dari
29
dhampar kencana kraton Majapahit (Purwadi & Maharsi, 2005: 34). Dalam
pernyataan tersebut terbukti bahwa Raden Patah adalah pendiri Kesultanan
Demak yang pertama dan yang membuat kesultanan Demak menjadi jaya
secara drastis.
Raden Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya putri Cina
(Cempa). Ketika Raden Patah masih dalam kandungan Ibunya oleh Brawijaya
dititipkan kepada gubernur di Palembang, di tempat itulah Raden Patah lahir.
Tempat itu kemudian tumbuh dan berkembang sebagai pusat kerajaan Islam
pertama-tama di pulau jawa. Sejak akhir abad ke-15 M, mungkin sejak
lenyapnya ibu kota kerajaan Majapahit di daerah Trowulan oleh Wangsa
Girindrawardhana dari kerajaan Kediri tahun 1474 (Poesponegoro &
notosusonto, 2008: 52). Hal tersebut membuktikan bahwa Kerajaan
Majapahit dilenyapkan oleh Kerajaan Kediri dan di saat itu juga adalah awal
bangkitnya Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Di dalam
keruntuhannya Majapahit tidak memiliki pertahanan yang kuat, dapat
disimpulkan pada saat tiu maja pahit telah lemah total.
Menurut cerita Raden Patah itu bahkan sampai berhasil merobohkan
Majapahit dan kemudian memindahkan semua alat Upacara kerajaan dan
pusaka-pusaka Majapahit ke Demak, sebagai lambang dari tetap
berlangsungnya Kerajaan kesatuan Majapahit itu tetapi dalam bentuk baru di
Demak (Soekmono, 1973: 52). Cerita raden patah ini berarti Majapahit telah
berada pada titik kehancurannya, sedangkan persenjataan Majapahit
dipindahkan ke kesultanan Demak agar nama kerajaan Majapahit tidak
hilang, dan persenjataan tersebut dipergunakan untuk memperkuat pertahanan
Kesultanan Demak.
Dalam hidupnya Raden Patah memiliki saudara kandung satu ibu
tetapi lain Ayah, dia bernama Raden Husain. Raden Husain itu sendiri adalah
putera dari Arya Dilah. Sehingga terbukti bahwa Raden Patah dengan Raden
Husain memiliki hubungan yang persaudaraan. Lebuh lanjut disebutkan
bahwa ketika kedua putera tersebut telah dewasa Mereka pergi ke Majapahit
untuk mengabdi pada Raja Majapahit. Dalam perjalanannya itu mereka
30
singgah di Ampeldenta untuk menuntut ilmu dan agama Islam pada Sunan
Ampel. Setelah kedua putera tersebut berhasil menamatkan perjalanannya,
ternyata raden patah berubah pendiriannya tidak jadi melanjutkan
perjalanannya ke Majapahit dengan alasan, bahwasanya bukanlah pada
tempatnya bagi seseorang muslim mengabdi pada raja yang berkepercayaan
lain. Oleh karena itu Raden Husain berangkat sendirian dan setelah diterima
sebagai abdi di Majapahit, ia memperoleh kedudukan sebagai Adipati di
Terung. Raden Patah sendiri oleh Sunan Ampel di kawinkan dengan cucunya,
yaitu puteri Nyai Ageng Maloka. Selanjutnya atas saran orang suci dari
Ampeldenta itu Raden Patah diminta agar berjalan ke barat hingga
menemukan suatu daerah yang penuh dengan pohon alang-alang (jawa:
glagah) yang berbau harum dan di situlah Raden Patah diminta untuk
membuka perkampungan baru yang bernama bintara (Arcadiam, 16).
Dan di tempat itulah Raden Patah membangun Kesultanan Demak
Bintoro, tetapi membangun Kesultanan Demak Bintoro tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tentunya Raden Patah membutukan perjuangan
yang sangat berat untuk menguasai Demak. Karena betapapun Majapahit
lemah pastinya tidak akan tinggal diam ketika wilayahnya itu diambil.
Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-
maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras,
lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera
Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan kerajaan
Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan
beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki
pelabuhan –pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan
Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama Islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama Islam
31
sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau
Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah
Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang
bernama Tunggang Parangan. Pada masa pemerintahan Raden Patah,
dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh
para wali atau sunan. Raden Patah tampil sebagai raja pertama Kerajaan
Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda
upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agar lambang
kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511 M,
hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan
oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M
Raden Fatah memerintahkan Adipati Unus memimpin pasukan Demak untuk
menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan
Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahanya itu
Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.
B. Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang
kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu
menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan
menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
1. Di Bawah Pati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh
Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa
pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam
usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota.
Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang
Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak
dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
32
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap
untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis.
Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak
mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada
sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh
pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan
Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh
pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal
telah direnovasi dan menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M. Demak di
bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya
adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar.
2. Di Bawah Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa
Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa
Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di
kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis
dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada
Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai
hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan
Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur
33
berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi
ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya
untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan
kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa
selama 42 tahun. Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada
Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar
Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah
diberikan kepada raden Patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.
Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya
seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis
yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya
dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu
terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Trenggana meninggal pada
tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian
digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu
itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi
menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan
Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang.
Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai
kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid
Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke
Kudus.
C. Kemunduran Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik
yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha
melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak
sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta.
Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono adalah
34
pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto
yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama
Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan
Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya
Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa
lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh
Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka
tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah
menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat
pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah
berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran
melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah
Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat
menjadibupati di daerah-daerah tersebut. Sutawijaya, putra Kyai Ageng
Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam menaklukan
Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi
penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama
Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa
mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh
Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya. Pengeran Benawan
menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan
pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang
ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya,
Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati
Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.
35
D. Kehidupan Ekonomi
Demak mempunyai letak geografis di pesisir utara dengan lingkungan
alamnya yang subur, dan semua adalah sebuah kampung yang dalam babad
lokalnya disebut Gelagahwagi. Tempat inilah konon dijadikan permukiman
muslim di bawah pimpinan Raden Patah yang kehadirannya di tempat
tersebut atas petunjuk seorang wali bernama Sunan Rahmat atau Ampel
(Poesponegoro & notosusonto, 2008: ).
Babad Demak Bintoro erat sekali kaitannya dengan penyebaran agama
Islam di tanah Jawa. Dengan dukungan penuh Wali Sanga, Kraton Demak
Bintoro mampu tampil sebagai Kraton Islam yang teguh, kokoh dan
berwibawa. Dalam pergaulan antar bangsa, Kraton Demak Bintoro
merupakan juru bicara kawasan Asia tenggara yang sangat disegani. Hal ini
disebabkan oleh kontribusi Kraton Demak Bintoro dalam bidang ekonomi,
pelayaran, perdagangan, kerajinan, pertanian, pendidikan dan keagamaan
(Purwadi & Maharsi, 2005: 1). Di saat itu Demak Bintoro sangatlah jaya,
karena menguasai beberapa bidang di Asia Tenggara, dengan jayanya Demak
Bintoro penyebaran agama Islam juga berkembang pesat dan tersebar ke
seluruh Nusantara, cara penyebaran Islam oleh Kesultanan Demak melalui
perdagangan yang dilakukan oleh para ulama.
Demak Bintoro memang strategis tempatnya. Letak Demak Bintoro
sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada
zaman dulu tlatah Demak Bintoro terletak di tepi selat di antara pegunungan
Murai dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari
dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan
pintas itu untuk berlayar ke Rembang (Purwadi & Maharsi, 2005: 33).
Dengan letak Demak Bintoro yang strategis, hal itu adalah salah satu yang
menyebabkan Kesultanan Demak dapat berkembang dengan pesat di awal
berdirinya Kesultanan Demak. Dengan perkembangan Kesultanan Demak
yang begitu pesat sehingga mendapat julukan sebagai Negara Adi Daya di
kawasan Asia Tenggara.
36
Duta besar Kraton Demak Bintoro di tempatkan di negara-negara
Islam. Misalnya saja Negeri Johor, Negeri Pasai, Negeri Gujarat, Negeri
Turki, Negeri Parsi, Negeri Arab dan Negeri Mesir. Sesama Negeri Islam itu
memang terjadi solidaritas keagamaan. Para pelajar dari Demak Bintoro juga
dikirim untuk belajar ke berbagai Negeri sahabat tersebut. Saat itu Kraton
Demak Bintoro memang muncul sebagai Kraton maritim Islam yang
makmur, lincah, berilmu, kosmopolit dan Agamis (Purwadi & Maharsi, 2005:
1). Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa Kesultanan Demak banyak menjalin
persahabatan dengan negara-negara Islam lainnya. Sehingga kesolidaritasan
negara-negara Islam tersebut membuat masa itu adalah masa kejayaan
perkembangan Negara Islam. Dan Kesultanan Demak juga mulai berkembang
dalam bidang pendidikannya. Terbukti dengan dikirimnya pelajar dari
Kesultanan Demak Bintoro untuk belajar ke berbagai Negeri sahabat tersebut.
Kesultanan Demak Bintoro juga mempunyai wilayah yang sangat penting
untuk perekonomian Demak Bintoro, daerah tersebut bernama Tlatah.
Penghubung antara Demak Bintoro dan tlatah pelosok di Jawa Tengah
ialah Sungai Serang yang kini bermuara di laut Jawa antara Demak Bintoro
dan Jepara. Sungai itu masih tetap dapat dilayari dengan perahu-perahu
dagang yang agak kecil. Anak-anak sungainya bersumber di Pegunungan
Kapur Tengah. Di sebelah pegunungan tersebut terletak tlatah-tlatah tua Jawa
Tengah, yakni Pengging dan Pajang Hadiningrat. Jalan-jalan yang cukup baik
dilalui pedati melalui tlatah batas perairan yang rendah dari lembah Sungai
Serang Lusi menuju lembah Bengawan, yakni Bengawan Solo, yang
merupakan penghubung antara Jawa Tengah sebelah selatan dan Jawa Timur
(Purwadi & Maharsi, 2005: 34).penjelasan di atas menunjukkan bahwa jalur
perdagangan di Demak sangat mudah sehingga sangat membantu
perekonomian Demak Bintoro, karena tanpa adanya jalur perdagangan yang
efisien tersebut, perdagangan Demak Bintoro akan terhambat dan
perekonomiannya juga akan menurun.
Hasil panen sawah di tlatah Demak Bintoro rupanya pada zaman
dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan peng-airan
37
cukup baik. Lagi pula persediaan padi untuk diri sendiri dan untuk
perdagangan masih dapat ditambah oleh para pejabat di Demak Bintoro tanpa
banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di Pengging dan
Pajang Hadiningrat. Tidak mengherankan apabila kawasan ini juga mencapai
kemakmuran (Purwadi & Maharsi, 2005: 34). Dapat dilihat bahwa pada saat
itu pertanian yang ada pada Kesultanan Demak Bintoro telah maju karena
keadaan disana pada saat itu sangat subur, penghasil utama pada wilayah itu
adalah Padi. hal tersebut adalah salah satu yang mendukung Demak Bintoro
Mencapai kejayaannya.
Demak Bintoro telah menjadi gudang padi dari tlatah pertanian di
tepian selat tersebut. Kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi tlatah
tersebut pada sekitar tahun 1500. Demak Bintoro menjadi pejabat tunggal di
sebelah selatan Pegunungan Muria (Purwadi & Maharsi, 2005: 33). Yang
dimaksud selat tersebut adalah selat yang berada diantara Pegunungan Muria
dan Jawa. Dan selat tersebut adalah salah satu jalur perdagangan yang ada di
air.
Jepara terletak di sebelah barat pegunungan Muria. Jepara mempunyai
pelabuhan yang aman, yang semula dilindungi oleh tiga pulau kecil. Letak
pelabuhan Jepara sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang yang lebih
besar, yang berlayar lewat pesisir utara Jawa menuju Maluku dapat kembali
ke barat. Duk nalikaning jalan pelayaran pintas di sebelah selatan pegunungan
ini tidak lagi dapat dilayari dengan perahu besar karena telah menjadi dangkal
oleh endapan lumpur, maka Jepara menjadi pelabuhan Demak Bintoro. Kedua
Kota itu merupakan dwitunggal yang perkasa (Purwadi & Maharsi, 2005: 33-
34). Sudah dijelaskan di atas bahwa Kesultana Demak dan Jepara memiliki
hubungan yang erat dan kuat. Di Jepara terdapat pelabuhan yang besar, itu
sangat membantu sekali dalam bidang perdagangan dan pelayaran Demak
Bintoro.
38
E. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Kerajaan Demak
Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit.
Sebelum raja Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak
pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa sudah sejak abad
XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan Majapahit dan di bandar
bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya “kunjungan menghadap
raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun, juga bagi para vasal
yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan melakukan
“kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal menyatakan
kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan
dengan para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja
Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan lain
baginya.
Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam
telah diambil alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti
jelas sekali dari kesusastraan Jawa pada zaman itu. Bertambahnya bangunan
militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI, selain karena
keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh tradisi
kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
Peranan penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan
Islam pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad
XVI dan sesudahnya. Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan
dapat berhubungan dengan pusat Islam Internasional di luar negeri. Bagian-
bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti wayang orang,
wayang topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan keris,
kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai hasil
penemuan para wali yang hidup sezaman dengan kesultanan Demak.
Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam
peradaban Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat.
Pada waktu abad XV dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir
harus diganti dengan upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan
39
gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”.
Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern” juga
mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu
keramat dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang berpusat
di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya
pada abad XV tidak semata-mata bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada
abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan hubungan dengan meluasnya
agama Islam.
F. Letak Kerajaan Demak
Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal
dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten
di bawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Islam pertama ini didirikan oleh
Raden Patah atas restu dan dukungan para walisongo yang diperkirakan tidak
lama setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit (semasa pemerintahan Prabu
Brawijaya ke V/Kertabumi ) yaitu tahun ± 1478 M. sinengkelan (ditandai
dengan condro sengkolo) “SIRNO ILANG KERTANING BUMI”, adapun
berdirinya Kerajaan Demak sinengkelan “geni mati siniram janmi” yang
artinya tahun soko 1403/1481 M.
Sebelum Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya demak merupakan
kadipaten di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit (Brawijaya V). dan
sebelum berstatus kadipaten, lebih dikenal orang dengan nama “Glagah
Wangi”. Yang menjadi wilayah Kadipaten Jepara dan merupakan satu-
satunya kadipaten yang adipatinya memeluk agama Islam. Menurut cerita
rakyat, orang pertama kali dijumpai oleh Raden Patah di Glagah Wangi
adalah Nyai Lembah yang berasal dari Rawa Pening. Atas saran Nyai
Lembah inilah, Raden Patah bermukim di Desa Glagah Wangi yang
kemudian dinamai “Bintoro Demak”. Kemudian dalam perkembangannya
dan semakin ramainya masyarakat, akhirnya Bintoro menjadi ibu kota negara.
Adapun asal kota Demak, ada beberapa pendapat. Antara lain:1).
Menurut Prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya
40
tanah yang mengandung air (rawa), 2) menurut sholichin salam dalam
bukunya “sekitar walisongo“ menyatakan bahwa Prof. Dr. Hamka
berpendapat, kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg
artinya air mata, menggambarkan kesulitan dalam menegakkan agama Islam
pada waktu itu, 3) menurut Prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal
dari bahasa Kawi yang artinya pegangan atau pemberian.
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari para
Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut
agama Islam. Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang
merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan
pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit)
yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai)
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan
maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di
antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar
dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat
mengambil jalan pintas untuyk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad
XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat. Pada abad XVI agaknya
Deamak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di tepian selat
tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah
tersebut pada sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan
dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan
Islam. Ini kiranya merupakan peralawanan terakhir kerajaan yang sudah tua
itu. Setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah
selatan Pegunungan Muria.
Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di
Jawa Tengah ialah Sungai Serang (dikenal juga dengan nama-nama lain),
yang sekarang bermuara di Laut Jawa antara Demak dan Jepara. Hasil panen
sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik.
Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula,
41
persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk pergadangan masih dapat
ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa banyak susah, apabila mereka
menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan Pajang.
Dari hasil penilitian IAIN Walisongo Jawa Tengah tahun 1974 M
tentang bahan-bahan Sejarah Islam di Jawa Tengah bagian utara, telah
dilaporkan bahwa ada beberapa pendapat mengenai letak kesultanan (istana
kerajaan) Demak, yaitu: Pertama: bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak
ada. Dengan keterangan bahwa raden Patah mulai menyebarkan agama Islam
di Demak adalah semata-mata untuk kepentingan agama Islam. Pendirian
masjid Demak bersama para walisongo merupakan lambang Kesultanan
Demak. Adapun tempat kediaman Raden Patah bukan berupa istana yang
megah, tetapi sebuah rumah biasa yg letaknya diperkirakn sekitar stasiun
Kereta Api sekarang, tempat itu dinamakan “Rowobatok”.
Kedua: bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari
istana. Diperkirakan letak keraton Demak berada ditempat yang sekarang
didirikan Lembaga Pemasyarakatan (sebelah timur alun-alun), dengan alasan
bahwa pada zaman kolonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas
kraton, pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang
mempunyai latar belakang historis. Seperti nama: sitihingkil (setinggil),
betengan, pungkuran, sampangan dan jogoloyo.
Ketiga: bahwa letak kraton berhadap-hadapan dengan Masjid Agung
Demak, menyeberangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang.
Kedua pohon pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu
terdapat makam kiyai GUNDUK. menurut kepercayaan masyarakat setempat,
yang ditanam itu sesungguhnya berupa tombak ( pusaka).
Sebuah buku baru, “Ensiklopedi Kelirumologi” (Jaya Suprana, 2009 –
Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia), memuat sebuah entri berjudul
“Demak” di halaman 98. Di dalam entri itu diceritakan bahwa tentang lokasi
bekas Keraton Kerajaan Demak belumlah ada kesepakatan di antara para ahli.
Sekelompok ahli mengatakan bahwa letak lokasi keraton tersebut paling
mungkin ada di kawasan selatan alun-alun kota Demak sekarang dan
42
menghadap ke utara. Di kawasan selatan Demak ini terdapat suatu tempat
bernama Sitinggil/Siti Hinggil–sebuah nama yang biasanya berasosiasi
dengan keraton. Namun kelompok ahli yang lain menentang pendapat
tersebut sebab pada abad XV, yaitu saat Kerajaan Demak ada, kawasan
Demak masih berupa rawa-rawa liar. Sangat tidak mungkin kalau Raden
Patah mendirikan kerajaannya di situ. Yang lebih mungkin, menurut
kelompok ini, pusat Kerajaan Demak ada di wilayah sekitar Semarang yaitu
Alastuwo, Kecamatan Genuk. Pendapat ini didukung oleh temuan benda-
benda arkeologi. Menurut Jaya Suprana, salah satu dari kedua pendapat itu
mungkin keliru, tetapi bisa juga dua-duanya keliru (!). Demikian ulasan
tentang Demak dalam kelirumologi ala Jaya Suprana.
Kedua pendapat di atas menarik diuji secara geologi sebab keduanya
mau tak mau melibatkan sebuah proses geologi bernama sedimentasi. Mari
kita lihat sedikit proses sedimentasi di wilayah yang terkenal ini. Terkenal ?
Ya, wilayah ini dalam hal sedimentasi Kuarter terkenal. Ada pendapat bahwa
dahulu kala Gunung Muria di sebelah utara Demak tidak menyatu dengan
tanah Jawa, ia merupakan sebuah pulau volkanik yang kemudian akhirnya
menyatu dengan daratan Jawa oleh proses sedimentasi antara Demak-Muria.
Mari kita periksa pendapat ini berdasarkan literatur-literatur lama sejarah.
Sedikit hal tentang Kerajaan Demak, perlu dituliskan lagi untuk
sekedar menyegarkan pikiran. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam
pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja
Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang
pendiri Kerajaan Demak. Riwayat penaklukan Majapahit oleh Demak ada
kisah tersendiri yang secara sangat detail diceritakan dalam buku Slamet
Muljana (1968, 2005) “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-Negara Islam di Nusantara” – Bhratara – LKiS. Pada tahun 1515,
Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun
1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi,
Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur.
Tahun 1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang
43
merupakan pendahulu kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta
sekarang. Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya
atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh2 penting Demak saat menyerang
Blambangan yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri
membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya.
Sebuah pelajaran dari sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan
kesatuan dan persatuan.
Kembali ke pencarian pusat Kerajaan Demak, buku Mohammad Ali
(1963), “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara” –Bhratara,
menarik untuk diacu. Dalam menguraikan terjadinya Kerajaan Demak, Moh.
Ali menulis bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh
gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim
di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Tanaman
gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam
perantauannya itu, Raden Patah sampailah ke daerah rawa di tepi selatan
Pulau Muryo (Muria), yaitu suatu kawasan rawa-rawa besar yang menutup
laut atau lebih tepat sebuah selat yang memisahkan Pulau Muryo dengan
daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa;
kemudian tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai “Demak”.
Menurut Slamet Muljana (1983), “Pemugaran Persada Sejarah
Leluhur Majapahit” – Inti Idayu, hutan di Gelagah Wangi itu dibuka dan
dijadikan tempat hunian baru rnama “Bintara”. Dari nama wilayah baru itulah
Raden Patah terkenal sebagai Pangeran Bintara. Slamet Muljana (1968, 2005)
juga menulis bahwa Raden Patah (nama Tionghoanya Jin Bun – Raden Patah
adalah anak raja Majapahit Prabu Brawijaya dan salah seorang istrinya yang
disebut Putri Cina) memilih tinggal di daerah kosong dan berawa di sebelah
timur Semarang, di kaki Gunung Muria. Daerah itu sangat subur dan strategis
untuk menguasai pelayaran di pantai utara. Jin Bun berkedudukan di Demak.
Di Demak, Jin Bun menjadi ulama sesuai pesan gurunya, Sunan Ampel. Ia
mengumpulkan para pengikutnya baik dari masyarakat Jawa maupun Cina.
44
Saat sebelum memberontak kepada Majapahit, Jin Bun atau Raden Patah
adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara.
Bahwa Demak dulu berlokasi di tepi laut, tetapi sekarang jaraknya
dari laut sampai 30 km, dapat diinterpretasikan dari peta genangan air yang
diterbitkan Pemda Semarang (Daldjoeni, 1992, “Geografi Kesejarahan II” –
Alumni). Peta genangan banjir dari Semarang sampai Juwana ini dengan jelas
menggambarkan sisa-sisa rawa di sekitar Demak sebab sampai sekarang
wilayah ini selalu menjadi area genangan bila terjadi banjir besar dari sungai-
sungai di sekitarnya. Dari peta itu dapat kita perkirakan bahwa lokasi Pulau
Muryo ada di sebelah utara Jawa Tengah pada abad ke-15 sampai 16. Demak
sebagai kota terletak di tepi sungai Tuntang yang airnya berasal dari Rawa
Pening di dekat Ambarawa.
Di sebelah barat laut kawasan ini nampak bukit Prawoto, sebuah
tonjolan darat semacam semenanjung yang batuannya terdiri atas napal di
Pegunungan Kendeng bagian tengah. Dalam sejarah Demak terdapat tokoh
bernama Sunan Prawoto (Prawata) yaitu anak Pangeran Trenggono. Nama
sebenarnya adalah Mukmin, tetapi kemudian ia dijuluki Sunan Prawoto
karena setiap musim penghujan, demi menghindari genangan di sekitar
Demak, ia mengungsi ke pesanggrahan yang dibangun di bukit Prawoto. Sisa-
sisa pesanggrahan tersebut masih menunjukkan pernah adanya gapura dan
sitinggil (siti hinggil) serta kolam pemandian (De Graaf, 1954, “De Regering
van Panembahan Senapati Ingalaga” – Martinus Nijhoff).
De Graaf dan Th. Pigeaud (1974), “De Eerste Moslimse
Voorstendommen op Java” –Martinus Nijhoff) punya keterangan yang baik
tentang lokasi Demak. Letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan
perdagangan maupun pertanian. Selat yang memisahkan Jawa Tengah dan
Pulau Muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa,
sehingga dari Semarang melalui Demak perahu dapat berlayar sampai
Rembang. Baru pada abad ke-17 selat tadi tidak dapat dilayari sepanjang
tahun.
45
Dalam abad ke-17 khususnya pada musim penghujan perahu-perahu
kecil dapat berlayar dari Jepara menuju Pati yang terletak di tepi sungai
Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia
bermaksud memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan Demak
dengan Pati sehingga dengan demikian Juwana dapat dijadikan pusat
perniagaan.Pada abad ke-16 Demak diduga menjadi pusat penyimpanan beras
hasil pertanian dari daerah-daerah sepanjang Selat Muryo. Adapun Juwana
pada sekitar tahun 1500 pernah pula berfungsi seperti Demak. Sehubungan
itu, menurut laporan seorang pengelana asing terkenal di Indonesia saat itu –
Tom Pires, pada tahun 1513 Juwana dihancurkan oleh seorang panglima
perang Majapahit dan Demak menjadi satu-satunya yang berperan untuk
fungsi itu. Perhubungan Demak dengan daerah pedalaman Jawa Tengah
adalah melalui Kali Serang yang muaranya terletak di antara Demak dan
Jepara. Sampai hampir akhir abad ke-18 Kali Serang dapat dilayari dengan
kapal-kapal sampai pedalaman. Mata air Kali Serang terletak di Gunung
Merbabu dan di Pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan
pegunungan tersebut terdapat bentang alam Pengging (di antara Boyolali dan
Pajang/Kartasura).
Ketika dalam abad ke-17 sedimen di Selat Muryo sudah semakin
banyak dan akhirnya mendangkalkannya sehingga tak dapat lagi dilayari,
pelabuhan Demak mati dan peranan pelabuhan diambil alih oleh Jepara yang
letaknya di sisi barat Pulau Muryo. Pelabuhannya cukup baik dan aman dari
gelombang besar karena terlindung oleh tiga pulau yang terletak di depan
pelabuhan. Kapal-kapal dagang yang berlayar dari Maluku ke Malaka atau
sebaliknya selalu berlabuh di Jepara. Demikian ulasan singkat berdasarkan
literature-literatur lama sejarah tentang lokasi Kerajaan Demak yang lebih
mungkin memang berada di selatan kota Demak sekarang, di wilayah yang
dulunya rawa-rawa dan menhadap sebuah selat (Selat Muryo) dan Pulau
Muryo (Muria). Justru dengan berlokasi di wilayah seperti itu, Demak pada
zamannya sempat menguasai alur pelayaran di Jawa sebelum sedimentasi
mengubur keberadaan Selat Muria.
46
Jalan raya pantura yang menghubungkan Semarang-Demak-Kudus-
Pati-Juwana sekarang sesungguhnya tepat berada di atas Selat Muria yang
dulu ramai dilayari kapal-kapal dagang yang melintas di antara Juwana dan
Demak pada abad ke-15 dan ke-16. Bila Kali Serang, Kali Tuntang, dan Kali
Juwana meluap, ke jalan-jalan inilah genangannya –tak mengherankan sebab
dulunya juga memang ke selat inilah air mengalir. Bila kapan-kapan kita
menggunakan mobil melintasi jalan raya pantura antara Demak-Pati-Juwana-
Rembang, ingatlah bahwa sekitar 500 tahun yang lalu jalan raya itu adalah
sebuah selat yang ramai oleh kapal-kapal niaga Kerajaan Demak dan
tetangganya. Kembali ke kelirumologi lokasi Kerajaan Demak, yang mungkin
keliru adalah pendapat bahwa pusat Kerajaan Demak berada di Semarang.
G. Peninggalan Kerajaan Demak
Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia.
Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini
dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali)
penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran
agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri
masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari
Kesultanan Demak.
Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m
dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang
oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali
di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel,
sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan
Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah
kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi
satu (saka tatal), merupakansumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya
dengan delapan buah tiangboyongan merupakan bangunan tambahan pada
zaman Adipati Yunus.
47
Masjid Agung Demak merupakan masjid bercorak Islam yang
dibangun oleh para Wali yang berjumlah Sembilan (walisongo) dalam waktu
satu malam. Mengenai tahun pembangunan masjid ini masih banyak
diperdebatkan para ahli dengan sumber masing-masing. Sumber pertama
berupa sumber tertulis berupa babad, hikayat, maupun naskah kuno.
Sedangkan sumber kedua berupa prasasti dan candrasengkala yang sampai
sekarang ini masih dapat dilihat di masjid Demak.
Dalam babad demak tulisan Atmodarminto disebutkan bahwa
pembangunan masjid ini ditandai dengan candrasengkala lawang trusguna
ning jalmi yang mengandung makna angka tahun 1399 saka atau 1477
Masehi. Juga disebutkan dalam buku Nukilan Sedjarah Tcirebon disebutkan
bahwa Masjid Agng Demak dibangun oleh para wali dalam tahun yang sama
dengan masjid Cirebon, yaitu 1498 (Hariwijaya, 2006: 28).
Candrasengkala berbentuk gambar kepala naga dapat dilihat pada
daun pintu utama dibagian depan masjid. Lawang/ pintu ini sering disebut
lawang Bledeg atau Pintu Petir. Pintu tersebut dibuat oleh Ki Ageng Selo
yang menggambarkan pencampuran 2 kebudayaan antara Majapahit(stupa)
dan kebudayaan Cina (gambar naga dibagian bawah). Bunyi dari
Candrasengkala yang terdapat pada pintu tersebut ialah Naga mulad salira
wani yang mengandung arti angka tahun 1388 S atau 1466M (Sabariyanto,
1981: 39). Daun pintu yang sekarang merupakan tiruan dan yang asli
disimpan di Museum.
Candrasengkala lainnya terdapat pada dinding barat mihrab yang
berbentuk hiasan kura-kura. Candrasengkala ini menunjukkan angka tahun
1401 S atau 1479 M. sumber lainnya ialah sebuah prasasti yang memuat
angka 1428 S. prasasti ini tertulis pada panil kayu yang sebelumnya terletak
di dinding sebelah dalam diatas pintu utama. Bunyi dari prasasti tersebut ialah
Hadeging masjid yasanipun para wali, nalika dinten kamis Kliwon malem
jumat legi tanggal 1 Dulkaidah tahun 1428 S/1506 M (Raharjo, 1997: 29).
Namun, tahun yang lebih diyakini sebagai tahun berdirinya Masjid
Agung Demak ialah tahun 1401 S/1479 M yang didasarkan pada
48
candrasengkala yang terdapat disebelah barat dinding mihrab. Yakni berupa
hiasan kura-kura yang memperlihatkan bagian kepala, badan, empat kaki dan
ekor. Sementara itu, Masjid Agung Demak pernah mengalami sedikitnya 10
kali usaha perbaikan. Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan pada tahun 1634 S
(1710 M), Pakubuwono I memberi perintah untuk memperbaiki Masjid
Agung Demak dan mengganti sirapnya. Pada masa pemerintahan Hindia
Belanda, diadakan perbaikan terhadap masjid Agung Demak antara lain
dengan memperkuat tiang-tiang utama dengan jalan memberi pelapis kayu
dan klem besi. Selanjutnya usaha-usaha perbaikan yang dilakukan pada abad
XX antara lain: 1) tahun 1924-1926 dilakukan penggantian serambi dan sirap
masjid, penambahan konstruksi kuda-kuda bagian atap masjid dan
pembangunan menara dari besi, 2) Tahun 1966-1969, penggantian instalasi
lstrik dan pagar depan, pembogkaran gapura depan, pembuatan pagar keliling
masjid, pembongkaran dan pembangunan kembali serambi masjid, 3) tahun
1973-1974 pembetonan pada tembok masjid, penggantian sebagian sirap dan
rehabilitasi makam sultan, 4) tahun 1982/1983-1987/1988, pemugaran
dilakukan secara menyeliuruh dan terpadu oleh Proyek Pembangunan
Pemugaran Dan Pemeliharaan Pennggalan Sejarah dan Purbakala Jawa
Tengah.
49
BAB VIRENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
A. Rencana Tahun 2015
Rencana penelitian pada tahun ke-2 yakni tahun 2016, berdasarkan
pada metodologi penelitian pengembangan Borg and Gall, maka langkah
selanjutnya adalah pembuatan maket dan uji coba terbatas. Pada uji coba
terbatas ini diterapkan pada subjek coba 1 sekolah pada 32 siswa tahun II,
sedangkan pada tahap uji coba operasional lapangan (tahun III) besok akan
diterapkan di tiga sekolah yang termasuk kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Adapun jumlah siswa yang dijadikan subjek coba secara keseluruhan
direncaranakn sebanyak 105 siswa.
B. Rencana Sekolah Subjek Coba
Pada penelitian tahap 2 tahun 2017 direncanakan penelitian
dilaksanakan pada sekolah SMA N I Sayegan Sleman, sedangkan pada tahun
ke 3 tahun 2017 akan dilaksanakan di: SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA N 6
Yogyakarta, dan SMA N I Galur Kulon Progo.
C. Tujuan Penelitian Tahap 2
Tujuan penelitian tahap ke-2 ini berdasarkan rangkaian penelitian
pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimanakah kualitas produk media pembelajaran maket
ditinjau dari aspek media, dan aspek materi.
2. Mengathui bagaimana efektivitas penggunaan media pembelajaran maket
sejarah dalam pembelajaran dalam skala terbatas.
50
BAB VIIP E N U T U P
Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan
pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi
oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. Kerajaan Demak dianggap
sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah Pulau Jawa. Demak mempunyai
letak geografis di pesisir pantai utara dengan lingkungan alam yang subur,
yang semula adalah sebuah kampung yang dalam babad lokal disebut
Gelagahwangi (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,
2008:52). Gelagahwangi atau Bintoro merupakan daerah kadipaten di bawah
kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah
salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) raja Majapahit.
Tempat inilah konon dijadikan permukiman muslim di bawah kepemimpinan
Raden Patah yang kehadirannya di tempat tersebut atas petunjuk seorang wali
bernama Sunan Rahmat atau Sunan Ampel (Marwati Djoened Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto, 2008:52). Seiring dengan berkembangnya Islam di
Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat
penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak
untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa berdirinya Kerajaan Demak tidak
terlepas dari runtuhnya Kerajaan Majapahit (M. Junaedi Al Anshori, 2010:50).
Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Jawa yang
didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 setelah Demak berdiri sendiri
terlepas dari Majapahit yang telah hancur (Fauzan Asy, 2004: 36). Dalam
waktu singkat, Demak berkembang menjadi kerajaan besar. Wilayah kerajaan
Demak meliputi Jepara, Semarang, Tegal, serta lembang, jambi, pulau pulau
antara kalimantan, dan sumatera, serta beberapa daerah di pulau kalimantan.
Pelabuhan pelabuhan penting yang dikuasai Demak ialah Jepara, Tuban,
Sidayu, Jaratan, dan Gresik. Demak mempunyai peran penting dalam
pengembangan agama Islam di Pulau Jawa dan Demak menjadi pusat
penyebaran agama islam. Penyebar penyebar agama islam terkenal dengan
51
sebutan wali. Untuk tempat beribadah dan pusat kegiatan agama, para wali
mendirikan masjid di Demak. Penting dicacat disini bahwa raja-raja Demak
terkenal sebagai pelindung agama sehingga antara raja-raja dengan kaum
ulama erat bergandengan, terutama dengan walisanga (Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 2008:54). Pendirian Masjid Agung
Demak oleh para wali dengan arsitekturnya Sunan Kalijaga merupakan pusat
dakwah para wali, termasuk Walisanga, yaitu Sunan Ampel, Sunan Kudus,
Sunan Gunungjati, Sunan Muria, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan
Darajat, Sunan Giri, dan Syeh Lemah Abang/Siti Jenar. Namun, Syeh Lemah
Abang/Syeh Siti Jenar tidak dianggap seperti halnya para wali lainnya. Hal ini
dikarenakan ia menyebarkan ajaran-ajaran yang terlarang, yakni tentang
“Jumbuhing Kawula Gusti” (bersatunya hamba dengan Tuhannya). Setelah
ditindak-lanjuti oleh para wali lainnya, dikatakan bahwa apa yang diajarkan
Syeh Siti Jenar itu benar, akan tetapi sangat berbahaya, lebih-lebih kalau
diajarkan kepada umum (Soekmono, 1981:52).
Kerajaan Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan
Trenggana yang memerintah dari tahun 1521-1546 M. Sultan Trenggana
berusaha untuk memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa
Barat. Pada tahun 1522 Kerajaan Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat
di bawah pimpinan Fatahillah. Ia adalah seorang ulama dari pasai yang datang
ke demak untuk mengabdi kepada Sultan. Kedatangannya diterima dengan
baik oleh Sultan Trenggana. Pada tahun 1527 armada Demak dibawah
pimpinan Faletehan menuju ke Banten, Sunda kelapa, dan Cirebon. Ketiga
daerah tersebut termasuk wilayah kerajaan Pajajaran. Banten dapat direbut,
kemudian dilakukan penyerangan ke Sunda kelapa, ketika itu orang-orang
Portugis juga datang ke Sunda Kelapa. Mereka akan mendirikan kantor
dagang dan benteng di Sunda Kelapa. Kemudian terjadi perang antara orang
Portugis dengan armada Demak. Demak kemudian menang dan armada
portugis dapat dihancurkan. Tepat pada tanggal 22 Juni 1527 Sunda Kelapa
data dikuasai dan dganti nama dengan Jayakarta.
52
Karena usaha perluasan wilayah ke Jawa Barat berhasil, maka Sultan
Trenggana ingin meluaskan wilayah lebih lanjut. Kali ini sasarannya adalah
Pasuruan, Jawa Timur. Dalam usaha menaklukkan Jawa Timur, sultan
trenggana gugur. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1546.
Setelah wafatnya Sultan Trenggana terjadi perebutan kekuasaan di
Kerajaan Demak. Perebutan ini terjadi antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen
dan Sunan Prawata yang merupakan putra tunggal Sultan Trenggana. Dengan
demikian terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Sunan Prawata kepada
Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Putra dari Pangeran Sekar Seda ing Lepen
yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya
dengan membunuh Sunan Prawoto. Selain itu, Arya Penangsang juga
membunuh Pangeran Hadiri yang dianggap sebagai penghalang Arya
penangsang menjadi Sultan di Demak. Arya Panangsang ini sangat kejam,
sehingga tidak ada orang yang suka melihat ia naik tahta di Kerajaan Demak
(Soekmono, 1981:54). Kekacauan yang terjadi di Demak diperparah dengan
terbunuhnya adipati Jepara oleh Arya Panangsang. Istri adipati Jepara yang
dikenal dengan sebutan Ratu Kalinyamat segera mengangkat senjata untuk
mempertahankan hak-haknya. Ia juga berhasil menggerakkan adipati-adipati
lainnya untuk menentang Arya Panangsang.
Salah seorang diantara adipati-adipati yang memerangi Arya
Panangsang adalah Adiwijoyo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Joko
Tingkir. Ia adalah seorang menantu Sultan Trenggono dan berkuasa di Pajang.
Konon, Joko Tingkir masih memiliki garis trah Majapahit, yaitu Brawijaya V
yang sempat diusir oleh Girindrawardhana dan mengabdi di Kerajaan Demak
(Budiono Herusatoto, 2008:50). Joko Tingkir berhasil membinasakan Arya
Panangsang. Jaka Tingkir kemudian naik tahta dan penobatannya dilakukan
oleh Sunan Giri. Setelah beliau menjadi Raja, beliau bergelar Sultan
Hadiwijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan dari Demak
ke Pajang.
53
DAFTAR PUSTAKA
Aboebakar. 1955. Sejarah Mesjid dan amal ibadah dalamnja. Banjarmasin: Adil.Arif S. Sadiman., dkk. 2011. Media Pendidikan (Pengertian Pengembangan dan
Pemafaatannya). Jakarta: Rajawali. Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.Azhar Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Adnan Sekecake, Peta dan Kerajaan Demak, http:// warungbaca9.blogspot.com,
Jum’at 23 Oktober 2015, Pukul 20:00 WIB.Ahmad al-Usairy, 2003, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Jakarta: Akbar Media Eka SaranaBadri Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta.Borg, W.R & Gall, M.D. 1983. Educational research. New York: Longman.Brophy, J. Dick, W. & Cary, L. 2005. The Sytematic Design Of Intruction. (6th e.d).
Boston: Scest Pearson A.B.Darsiti Soeratman, 2000. Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Yogyakarta: Yayasan
Untuk Indonesia, De Graaf, HJ dan Pigeaud. 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta:
Grafiti Pers. Kochar.S.K. 2008. Teaching of History. Jakarta: Grasindo.Matthew B Milles & A.Michael Huberman. 1992. Qualitative Analysis Data a.b
Tjejep Rohidi dalam judul Analisis Data Kualitatif: Buku Tentang Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Mills Criss b., 2008. Merancang dengan Maket/Edisi Kedua. a.b. Hanggan Situmorang. Jakarta: Erlangga.
Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2009. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nana Sudjana & Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.Oemar Hamalik. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:
Trigenda Karya.Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. 2004. Kajian Terhadap Model e-Media
dalamPembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
Poerwodarminato, W.J.S., 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Cortesão, Armando, 1944, The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols
Dewabrata, Entik Padmini. 2009. Tatanan Baru Rangkaian Janur Gaya Indonesia. Jakarta: Grahamedia Pustaka Utama.
Habib Mustopo dkk, 2007, Sejarah SMA Kelas XI, Jakarta : YudhistiraIgnaz Kingkin Teja Angkasa dkk, 2007, Sejarah untuk SMA/SMA kelas XI IPS,
Jakarta: GrasindoI Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA kelas XI, Jakarta:ErlanggaNana Supriatna, 2007, Sejarah untuk kelas XI SMA, Bandung : Grafindo Media
Pratama
Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. 2008. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwadi & Maharsi. 2005. Babad Demak: Perkembangan Agama Islam di Tanah Jawa. Jogjakarta: Tunas Harapan.
Ricklefs, M., (2002), A History of Modern Indonesia Since c. 1200, Stanford University Press,
Ridwanaz, Sejarah Agama Islam Di Indonesia (Kerajaan Demak), http//ridwanaz.com, Jum’at 23 Oktober 2015, Pukul 20:10 WIB.
Rochym, Abdul. 1983. Masjid Dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung: Angkasa.
Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga.Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Kanisius.Syafi’i dan Sabil Huda, 1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam untuk MTs kelas 3,
Bandung: ARMICOSchilling, Alexander. 2010. Basics Pembuatan Maket. a.b. Agus Tiono dkk. Jakarta:
Erlangga.Sri Anitah, 2011. Media Pembelajaran. Surakarta : UNS Press.Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta.Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.Suharsimi Arikunto.2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Yulianingsih, Tri Maya. 2010. Jelajah Wisata Nusantara. Jakarta: Buku Kita.Uka Tjandrasasmita, 2009, Arkeologi Islam Nusantara, Kepustakaan Populer
Gramedia
.
Lampiran 1. Ilustrasi Kompleks Kerajaan Demak
Gambar 1. Sketsa Kompelks Kerajaan Demak Bintara
LAMPIRAN 2. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA
CURRICULUM VITAE
A. BIOGRAFI
1. Nama lengkap dan gelar : Drs. Muhamad Nur Rokhman, M. Pd.
2. NIP /NIDN : 196608221992031002 / 0022086610
3. Tempat/tgl Lahir : Magelang, 22 Agustus 1966
4. Jenis Kelamin : Pria
5. Agama : Islam
6. Golongan : IIIc
7. Jabatan : Lektor
8. Riwayat Pendidikan : S2 Pendidikan Sejarah
8. Alamat Kantor : Jurusan Sejarah FIS UNY, Kampus
Karangmalang Yogyakarta, Telp. 586168, psw.
385
Rumah : Kauman, Nanggulan, Kulon Progo
Telepon (HP) 08122752596
B. PENGALAMAN DAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Pengalaman Penelitian
1. Intifadhah Babak Baru Perjuangan Rakyat Palestina
2. Intifadhah antara Harapan dan realita
3. Sumbangan Wawasan Kebangsaan dan Sikap Kepahlawanan terhadap Pembentukan
Sikap Bela Negara Siswa Pribumi dan Non Pribumi SMU Yogyakarta
4. Peranan Ho Chi Minh dalam Perang Vietnam
5. Sikap Saddam Hussein dalam Krisis Teluk II
6. Kajian Kritis Klaim Hak Historis dan Hak Biblikal bangsa Yahudi atas Palestina
7. Efektivitas Penggunaan Media Pengajaran dalam Pengajaran Sejarah Kebudayaan
Indonesia
8. Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Portoflio dalam Mata
Kuliah Kajian Kurikulum Buku Teks Sejarah
Pengalaman Menulis Karya Ilmiah/ Makalah Seminar
1. Latar Belakang Perang Arab Israel Tahun 1967 (Seminar)
2. Antara Krisis Teluk II dengan Masalah Palestina (Seminar)
3. Menyelesaikan studi secara bermakna (Seminar Lokakarya)
4. Eksplanasi dalam penelitian Sejarah (Seminar Lokakarya)
5. Intifadhah: Perjuangan Islam Palestina (seminar)
6. Hegemoni Israel di Palestina (Seminar)
7. Derita Panjang Rakyat Palestina (Buletin Badan Remaja Masjid Yogyakarta)
8. Pembuatan Media Audio Mata Pelajarn IPS untuk SLTP (INOTEKS)
9. Magang Kewirausahaan Sejarah Seni Budaya Indonesia (INOTEKS)
10. Pengembangan Kurikulum IPS Terpadu di Tingkat SLTP (ISTORIA)
11. Latar Belakang Munculnya Gerakan perlawanan Intifadhah Palestina (ISTORIA)
Pengalaman Menulis Buku dan Modul
1. Pengaruh dan Perkembangan Islam di Indonesia sampai Abad 17 (Modul SMP untuk
Pegangan Guru)
2. Pengaruh dan Perkembangan Islam di Indonesia sampai Abad 17 (Modul SMP untuk
Siswa)
3. Pembuatan Media Audio Pengajarah Sejarah (Diktat Kuliah)
4. Pembuatan Media Slide Suara untuk Pengajaran Sejarah (Diktat Kuliah)
5. Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia (Diktat Kuliah)
6. Perkembangan Islam di Indonesia sampai Abad 18 (Diktat Kuliah)
7. Pokok Pokok Acuan Pembuatan Proposal Program Pengembangan Budaya
Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (Diktat Program Pengembangan Budaya
Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Proyek Dikti pada)
8. Pokok Pokok Acuan Pembuatan Proposal Penerapan IPTEKS proyek Dikti (Diktat
Program Penerapan IPTEKS proyek Dikti)
Yogyakarta, 28 April 2014
M. Nur Rokhman, M.Pd.
NIP. 196608221992031002
BIODATA ANGGOTA PENELITI
1 Data Identitas 1 Nama Lengkap Zulkarnain, S.Pd.M.Pd.
2 NIP 197408092008121001
3 NIDN 0009087404
4 Jabatan Fungsional Lektor
5 Pangkat Penata Muda/IIIb
6 Tempat/ Tanggal Lahir Sumbawa Besar,9
Agustus 1974
7 Jenis kelamin Laki-laki
8 Agama Islam
9 Alamat Joho Blok IV Condong
Catur Depok Sleman DIY
2 Pendidikan1
2
Strata 1
Strata 2
1994-1998
2000-2002
Jurusan Pend.IPS/PPKn
Pendidikan Sejarah Universitas Negeri
Jakarta
3 Karya Ilmiah1 Revolusi Dalam perspektif Sejarah,”2008” ISTORIA Pend.Sejarah FIS
UNY
2 Serba Serbi Tanam Paksa,” 2008” INFORMASI FIS UNY.
3 Tanam Paksa dalam Perspektif Historis’2009” ISTORIA Pend.Sejarah FIS
UNY.
4 Nasionalisme Kebangsaan Indonesa,2009. “ SOCIA” FIS UNY 2010
5 Pola Pengembangan Motode Playing Clik,2010. “ Penelitian Dosen Muda
FIS UNY. Didanai oleh DIPA FIS UNY
6 Jalan Meneguhkan Negara,2010 “ Buku Refrensi Perkuliahan”. Terbitan
Pujangga Press
6 Anisis Kesesuaian Buku teks Pendidikan Sejarah Terbitan Airlangga
dengan Standart BSNP,2011.Penelitian Dosen Muda, DIPA FIS UNY
7 Trecer Study, Pendataan Alumni Jurusan pendidikan
Sejarah,2012.Penelitian Institusional,didanai DIPA FIS UNY
8 Upaya Kreatif dalam pengembangan pembelajaran Sejarah,2012. Dalam
Prosiding Semnas Pendidikan Sejarah..
9 Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia 2012,”Buku Refrensi
perkuliahan” diterbitkan dalam FIS Trans Instutut.
10 Penanaman nilai nilai karakter kebangsaan dalam Pembelajaran sejarah
dengan Menggunakan Metode Activ Debate,2012.Penelitian yang didanai
DIPA UNY.
11 Pemikiran Hatta dan Nasir tentang Negara,2012. Penelitian dengan dana
BOPTN.
12 Pendataan Anak Putus Sekolah Usia 12 -21 Tahun di Kab.Sumbawa
Barat,2012. Penelitian Kelompok yang didanai oleh ADB.
B. Pengabdian Masyarakat
1 Narasumber Pada Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Remaja di SMU Negeri 1
Gunung Kidul DIY,2010
2 Narasumber Pada Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Sejarah bekerjasama
dengan MGMP Sejarah Kab.Bantul.2011
3 Narasumber Pada Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Sejarah bekerjasama
dengan MGMP Sejarah Kab. Sleman .2012
4 Narasumber Pada Pelatihan Penggunanan Media Pembelajaran di SMU
Muhamadiyah Purworejo,2012.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015 Yang Membuat,
Zulkarnain, M.Pd.
NIP. 197408092008121001BIODATA ANGGOTA PENELITI (2)
I. IDENTITAS DIRI1. Nama : Lia Yuliana, S.Pd, M.Pd
2. NIP/NIS/NPP/NIK : 19810717 200501 2 004
3. Satminikal : FIP Universitas Negeri Yogyakarta
4. Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 17 Juli 1981
5. Agama/Jenis kelamin : Islam/Wanita
6. Pangkat/Golongan/terhitung mulai tanggal
: Lektor / III/c/ 1 April 2011
7. Jabatan : Akademik Fungsional
: Tenaga Pengajar: Lektor/III/c
8. Alamat Kantor : Karangmalang, Yogyakarta. 55281 Telp. 0274 550842; 0274 586168 pesw. 342 fax. 0274 540611 Telp. (0274) 565500
9. Alamat Rumah : Gedongkuning No. 146 RT 08 RW 08, Yogyakarta 55171, Tlp. 0274. 7895777, Hp. 085643585777
A. Pendidikan Formal
No. Jenjang Pendidikan Tahun Ijasah Jurusan/Prodi
1. SD Negeri Gedong Kuning III 1993
2. SMP Negeri II Banguntapan 1996
3. SMA Negeri II Banguntapan 1999
4. S1 Universitas Negeri Yogyakarta 2003 Administrasi Pendidikan
5. Pascasarjana UNY 2007 Manajemen Pendidikan
B. Pendidikan dan Pelatihan Tambahan
No. Pendidikan dan Pelatihan Tambahan
Tempat Tahun
1. Pelatihan Penulisan Bahan Ajar. Universitas Jenderal Soedirman.
Unsoed Purwokerto 2006
2. Pelatihan Perancangan Program Perkuliahan
FIP UNY 2005
3. Achiement Motivation Training- Out-Bound
UNY Yogyakarta 2005
No. Pendidikan dan Pelatihan Tambahan
Tempat Tahun
4. Pelatihan Penulisan Publikasi Eksternal. UNY
Prambanan-Yogyakarta
2005
5. ESSI Training UNY Yogyakarta 2005
6. Pelatihan Motivation Achievement Training (AMT)
UNY – Hotel Satriafi Kaliurang Sleman
2005
7. Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Populer.
UNY – KR – Hotel Galuh Klaten
2005
8. Pelatihan Multimedia untuk Pembelajaran
UNY – AMIKOM 2005
9. Pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
UNY – Hotel Jayakarta Sleman
2006
10. Pelatihan Peningkatan Kompetensi Profesional Dosen Administrasi Pendidikan.
UPI 2006
11. Pelatihan E-Learning Puskom UNY 2007
12. Pelatihan Bahasa Inggris P3B UNY P3B 2008
13. Workshop Pengembangan Kurikulum Prodi MP FIP, UNY
2009
14. Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah
FIP, UNY 2009
15. Pelatihan Pembuatan Blog UNY UPT Puskom UNY 2010
16. Advanced Study dan Training Program
Hanban Beijing China 2011
C. Riwayat Pekerjaan
No. Pekerjaan Tempat Tahun
1. Staf Administrasi Rally Mobil Yogyakarta 2002
2. Tour Leader Agimsa Wisata Yogyakarta 2003
3. Accounting Hafa Cargo Yogyakarta 2004
4. Teller Bank Swasta Yogyakarta 2004
5. Dosen Jurusan Administrasi PendidikanProdi Manajemen Pendidikan
FIP UNY 2005
6. Dosen Luar Biasa Prodi PKN FIP UAD 2011
7. Dosen Luar Biasa Pascasarjana UST 2009
Prodi Manajemen Pendidikan
D. 1. Pengalaman Mengajar di UNY
No. Mata Kuliah yang Diampu Prodi Sks SemesterGasal Genap
1. Manajemen Pendidikan Kependidikan 2 √ √
2. Manajemen Personalia Pendidikan
Manajemen Pendidikan
2 √
3. Manajemen Perpustakaan Manajemen Pendidikan
2 √
4. PKL Perpustakaan Manajemen Pendidikan
4. Manajemen Pelatihan Manajemen Pendidikan
2 √
5. Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Manajemen Pendidikan
2 √
6. Perencanaan Pendidikan Makro
Manajemen Pendidikan
2 √
7. Penulisan Karya Ilmiah Manajemen Pendidikan
2 √
8. Evaluasi Program Pendidikan
Manajemen Pendidikan
2 √
9. Komunikasi Interpersonal PKNH 2 √
E. 2. Pengalaman Mengajar di Universitas Lain
No. Mata Kuliah yang Diampu
Lembaga Tahun
1. Manajemen Kendali Mutu
UST(Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa)
2009-Sekarang
2. Metodologi Penelitian Prodi PKN
UAD (Universitas Ahmad Dahlan)
2011
3. Rencana Pembelajaran PKN
UAD (Universitas Ahmad Dahlan)
2011
F. Karya Ilmiah dan Publikasi
No. Judul Tulisan Sebagai Diterbitkan Tahun
1. Privatisasi Pendidikan Di Era Globalisasi. Harian Kedaulatan Rakyat. Selasa, 23 Nopember.
Penulis Artikel pada Surat Kabar Harian KR
2005
2. Manajemen Tenaga Kependidikan.
Penulis Buku Pegangan
Kuliah
2006
3. Peran Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Kreatif
Penulis Artikel Dinamika
2005
4. Peran Guru dalam Mengembangkan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Penulis Makalah Pelatihan
2005
5. Pendidikan dan SensitivitasGuru dan Kepala sekolah yang Kreatif
Penulis Artikel Fondasia FIP
UNY
2005
6. Peran Guru dalam Mengembangkan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Penulis Makalah Pelatihan
Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah
2006
6. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Kreatif Guru Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Penulis Seminar Nasional
Pendidikan Olahraga
2007
7. Pengembangan Profesionalisme Guru Memasuki Abad 21 (Abad Pengetahuan )
Penulis Artikel Jurnal Manajemen Pendidikan
2007
8. Inventarisasi dan Katalogisasi Perpustakaan
Penulis Makalah Pelatihan
Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah di Cabang Dinas
Kecamatan Banguntapan
Bantul
2008
9. Pengembangan Profesionalisme Memasuki Abad 21 (Abad Pengetahuan)
Penulis Artikel Dinamika FIP
UNY
2008
10 Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Terhadap Kematangan Profesioanl Guru
Penulis Artikel Fondasia
2008
11 Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Oleh Pengawas di Sekolah Dasar SE-Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
Penulis Jurnal Penelitian FIP
UNY
2009
12. Humanisasi Pendidikan Sebagai Solusi Kekerasan Dalam
Penulis Dinamika FIP UNY
2009
13 Peranan Pendidikan Tinggi Dalam Mengembangkan Sikap Mental Kewirausahaan
Penulis WUNY UNY 2009
14 Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Memiliki Kompetisi Global
Penulis WUNY UNY 2010
15 Keterampilan Bertanya Guru Dalam Mengelola Proses Belajar Mengajar
Penulis Fondasia FIP UNYISSN:1412-2316
Volume III No. 10/Th. VIII, September 2010
16 Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
Penulis WUNY UNYISSN: 0126-3854
Tahun XIII, Nomor 3, September 2011
17 Strategi Kendali Mutu Pendidikan Melalui Pendidikan Karakter Di Sekolah
Penulis Dinamika FIP UNYISSN:
No. 01/ TH. XVIII/ Mei 2011
0853-151X
18 Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Perpustakaan dan Pembinaan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar
Penulis (TIM)
Proseding Seminar Nasional LPM UNY (IPTEKS Untuk Semua)ISBN: 978-979-97909-2-7
2011
19 Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Kepala Sekolah Menengah Pertama B Di Lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Se- Kabupaten Bantul
Penulis (TIM)
Proseding Seminar Nasional LPM UNY (IPTEKS Untuk Semua)ISBN: 978-979-97909-2-7
2011
20 Pelaksanaan Supervisi Klinis Pendidikan Oleh Kepala Sekolah Terhadap Guru
Penulis (TIM)
Proseding Seminar Nasional LPM UNY (IPTEKS Untuk Semua)ISBN: 978-979-97909-2-7
2011
21 Evaluasi Kesiapan Implementasi Sekolah Kategori Mandiri SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul
Penulis (TIM
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan LEMLIT UNY (Peranan Budaya dan Inovasi Pembelajaran Dalam Pemantapan Pendidikan Karakter)
2011
22 Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di SMA Negeri 10 Yogyakarta
Penulis (TIM
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan LEMLIT UNY
2011
(Peranan Budaya dan Inovasi Pembelajaran Dalam Pemantapan Pendidikan Karakter)
G. Penelitian
No. Judul Penelitian Sebagai Sumber Tahun
1. Pengembangan Model Perwalian Mahasiswa FIP UNY.
Anggota Peneliti
DIPA UNY 2005
2. Pengelolaan TK Negeri II Sleman Anggota Peneliti
DIPA UNY 2005
3. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Memahami Teks Komunikasi Organisasi Pendidikan Melalui Pendekatan Thinking Map
Anggota Peneliti
DIPA UNY 2006
4. Evaluasi Kesiapan Madrasah Aliyah Negeri II Yogyakarta Dalam Penerapan MBS
Ketua Peneliti
DIPA UNY 2007
5. Evalausi Kesiapan Daerah Dalam Pelaksanaan Keputusan Menpan Tentang Jabatan Fungsional Penilik PLS Di Kabupaten Sleman
Anggota Peneliti
DIPA UNY 2007
6. Keefektifan Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah di Kota Yogyakarta
Ketua Peneliti
Mandiri 2008
7. Model Pelatihan Kewirausahaan Bagi Pengangguran Di Perkotaan Yogyakarta di khususkan Penduduk Asli (Strategi Nasional)
Anggota Peneliti
Stanas DIKTI
2009
8. Pemberdayaan Dosen PA (Penasehat Akademik) Dalam Membangun Budaya Cendekia Mandiri
Anggota Peneliti
DIPA UNY 2009
9. Evaluasi Pelaksanaan Supervisi Pendidikan oleh Pengawas Sekolah Dasar Se-Kecamatan Banguntapan Bantul
Anggota Peneliti
DIPA UNY 2009
10 Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di SMA Negeri 10 Yogyakarta
AnggotaPeneliti
DIPA UNY 2010
11 EEvaluasi Kesiapan Implementasi Ketua DIPA UNY 2010
Sekolah Kategori Mandiri SMP Negeri 2 BBanguntapan Bantul
Peneliti
12 Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Di Mts Negeri 2 Kota Yk
Ketua Peneliti
DIPA UNY 2010
13 Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan Anggota Peneliti
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
2010
14 Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Keterampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking) Pada Perkuliahan Manajemen Pendidikan Melalui Implementasi Pembelajaran Group Investigasi (GI) Bagi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Menuju Word Class University
Ketua Peneliti
PHK-1 UNY
2011
15 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001:2000 Dalam Pelaksanaan Administrasi Sekolah Di SMA N 1 Banguntapan Bantul
Ketua Peneliti
UNY 2011
16 Polling Pendidikan dan Kepuasan Pelanggan
Anggota Peneliti
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendiidkan Nasional
2011
H. Pengabdian Pada Masyarakat
No. Kegiatan Sebagai Tahun
1. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru SD di Cabang Dinas Pendidikan Kulonprogo
Nara Sumber 2005
2. Penyuluhan dan Pelatihan Supervisi Klinis Nara Sumber 2006
di Cabang Dinas Kecamatan Jetis, Bantul
3. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru SD di Cabang Dinas Kecamatan, Bantul
Nara Sumber 2006
4. Penyuluhan dan Pelatihan Supervisi Klinis di Cabang Dinas Kecamatan Wates Kulonprogo
Nara Sumber 2007
5. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru SD di Cabang Dinas Pendidikan Banguntapan
Nara Sumber 2008
6. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru SD di Cabang Dinas Pendidikan Berbah Sleman
Nara Sumber 2009
7. Ketua Tim Juri Guru TK Kreatif di TK dan Playgroup Primagama
Nara Sumber 2009
8. Pelatihan Supervisi Pendidikan Oleh Kepala Sekolah se-UPTD Kecamatan Pleret
Nara Sumber 2009
9. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah bagi guru-guru se Kecamatan Wates Kulonprogo
Nara Sumber 2009
10. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi Guru SD di Cabang Dinas Pendidikan Panggang Gunung Kidul
Nara Sumber 2010
11. Pelatihan Supervisi Pendidikan Oleh Kepala Sekolah se-UPTD Kecamatan Berbah
Nara Sumber 2010
12 Pelatihan Karya Tulis Ilmiah bagi guru-guru se Kabupaten Bantul
Nara Sumber 2010
13 Tim Juri Kepala Sekolah Berprestasi Propinsi DIY
Nara Sumber 2010
14. Tim Juri Guru Berprestasi Propinsi DIY Nara Sumber 2010
15. Pelatihan PenelitianTindakan Kelas di SMP N. 3 Banguntapan Bantul
Nara Sumber 2010
16. Tim Penelitian Balitbang Jakarta “Trend Kualitas Pendidikan”
Nara Sumber 2010
17 Pelatihan penulisan karya ilmiahGuru SD dan SMP se Kabupaten Kulon progo Hotel Dioni
Nara Sumber 2011
I. Simposium/Seminar/Lokakarya/Sarasehan
No.
Simposium/Seminar/Lokakarya/Sarasehan
Sebagai Penyelenggara
Tahun
1. Seminar Penjernihan Peran Pendidikan Nasional dalam Nation and Character Building
Peserta UNY 2005
2. Lokakarya Peningkatan Kinerja DPL & Guru Pembimbing PPL Terpadu
Peserta UNY 2005
3. Seminar Nasional Refleksi dan Reorientasi Pendidikan Nilai di Indonesia
Peserta UNY 2005
4. Dialog Interaktif Penanaman Nilai Moral dan Kebangsaan dalam Rangka Pembentukan Kepribadian Bangsa
Peserta UNY 2006
5. Sarasehan tentang Peran LPTK Menyongsong Kebijakan Sertifikasi Pendidikan dan tenaga Kependidikan
Peserta UNY 2006
6. Diskusi Akademik Isu-isu Kontemporer Manajemen Perguruan Tinggi
Peserta UPI Bandung 2006
7. Sarasehan Pengembangan Pembelajaran di SD dan TK.
Peserta UNY Yogyakarta
2006
8. Seminar Budaya dan Etika Akademik
Peserta UNY Yogyakarta
2006
9. Seminar Nasional Pendidikan Olahraga
Pemakalah UNY Yogyakarta
2007
10 Bedah Buku Manajemen Pendidikan (Sebagai Penulis buku Manajemen Pendidikan bersama Prof.DR.Suharsimi Arikunto).
Pemakalah UNY 2008
11. Tim Pengembang Kurikulum (KTSP) Dinas Pendidikan di Kota Yogyakarta
Pemakalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
2009
12 Ketua Tim Juri Guru TK Kreatif di TK dan Playgroup Primagama
Juri TK/Playgroup Primagama
2009
13 Tim Juri Kepala Sekolah Juri LPMP 2009
Berprestasi se DIY
14 Pembicara Seminar Nasional Profesionalisme Guru Guru-guru se Kabupaten Purworejo
Pemateri Dinas Pendidikan Purworejo
2009
15 Pemateri Kegiatan Pengelolaan Perpustakaan Bagi guru-guru se Kabupaten Wates
Pemateri Dinas Pendidikan Wates
2009
16 Pembicara Seminar Nasional Penelitian Tindakan Kelas Bagi guru-guru MGMP Surakarta
Pemateri UNS 2009
17 Panitia TIM Kolegial Jurusan Administrasi Pendidikan Se-Indonesia
Peserta UNY 2009
18 Workshop Pengembangan Kurikulum Prodi MP
Peserta FIP UNY 2009
19 Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah
Peserta FIP UNY 2009
20 Pelatihan Pengembangan Bahan Perkuliahan Berbasis Multimedia
Peserta FIP UNY 2010
21 Tim Juri Guru Berprestasi se DIY
Juri LPMP 2010
22 Tim Juri Guru Berprestasi Madrasah Nasional
Juri Depag 2010
23 Pelatihan PenelitianTindakan Kelas di SMP N. 3 Banguntapan Bantul
Pemateri Dinas Bantul 2010
24 Pelatihan PenelitianTindakan Kelas di SMP N.2 Piyungan Bantul
Pemateri SMP 2 Piyungan Bantul
2010
25 Pelatihan PenelitianTindakan Kelas di SMP N.2 Kebon Agung Bantul
Pemateri SMP 2 KebonAgung Bantul
2010
26 Pelatihan PenelitianTindakan Guru-guru Kelas di SLB Yapenas Sleman
Pemateri SLB Yapenas Sleman
2010
27 Pelatihan PenelitianTindakan Kelas di SMA 1 Srandakan Bantul
Pemateri SMA 1 Srandakan Bantul
2010
28 Pelatihan PenelitianTindakan Kelas Guru-guru SMA se-DIY
Pemateri Dinas DIY 2010
29 Tim Penelitian Balitbang Jakarta “Trend Kualitas Pendidikan”
TIM Peneliti Kemendiknas Balitbang Jakarta
2010
30 Seminar Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pola Pendidikan Pesantren
Notulis Kemendiknas Balitbang Jakarta
2010
31 Seminar Nasional Re-Desain Pendidikan Profesional Guru Kemendiknas Balitbang
Notulis Kemendiknas Balitbang Jakarta
2010
32 Workshop Pengembangan Kurikulum Prodi Manajemen Pendidikan
Peserta FIP UNY 2010
33Intarnational Conference on Educational, Management and Leadership (ICEMAL)
Peserta Departement of educational administration dan ISMAPI
2010
34 Pelatihan Karya Tulis Ilmiah bagi guru-guru se Turi Sleman
Pemateri UPT Turi Sleman
2011
35 TOT Tim Penilai Angka Kredit Pengawas di Kabupaten Kota
Nara Sumber Hotel Nirmala Bali
2011
36 Simposium Nasional Hasil Penelitian dan Inovasi Pendidikan
Penyaji Hotel Aston Denpasar
2011
37 Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi PengawasSekolah
NaraSumber Hotel Saphir 2011
38 Seminar Pencitraan Publik Nara Sumber Ruang Sidang 1 Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemendiknas Jakarta
2011
39 Menyusunan Renstra tahun 2011 s,d 2015 Direktorat Pembinaan PTK Dikmen Dirjen Dikmen Kemdiknas
Tim Penyusun Renstra
Ruang Sidang Dit.P2TK Dikmen Komplek Perkantoran Kemdiknas Gedung Jakarta
2011
40 Penyusunan Desain dan Program dalam rangka Pengelolaan Pendidikan dan Kepuasan Pelanggan
Peserta Rapat Hotel Marcopolo No.19 Jakarta Pusat
2011
41 Polling Pendidikan dan Kepuasan Pendidikan
Ketua Tim Pengambilan Data Polling Pendidikan dan Kepuasan Pendidikan di Kota Kupang
Dinas Pendidikan Kota Kupang
2011
42 Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Tim Pengambilan Data Kinerja Komite Sekolah di Kota Padang
Dinas Pendidikan Kota Padang
2011
43 Workshop Penelitian Tindakan Kelas
Nara Sumber Tk & Playgroup Kreatif Primagama(JBN Amazing Hall, Yogyakarta)
2011
44 Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru-guru SMK 1 Maarif Kebumen
NaraSumber SMK Maarif Kebumen
2011
45 Menyusunan Renstra tahun 2011 s,d 2015 Direktorat Pembinaan PTK Dikmen Dirjen Dikmen Kemdiknas
Tim Penyusun Renstra
Ruang Sidang Dit.P2TK Dikmen Komplek Perkantoran Kemdiknas Gedung Jakarta
2012
J. BUKU
No. JUDUL BUKU Sebagai PENERBIT
Tahun
1 Penulis Buku Pegangan Kuliah “Manajemen Tenaga Kependidikan”
Penulis FIP/UNY 2006
2 Penulis Buku Teks Manajemen “Sumber Daya Manusia Di Bidang Pendidikan”
Penulis FIP/UNY 2007
3 Penulis “Buku Manajemen Pendidikan”Dengan
Penulis ADITYA 2008
PROF.DR.SUHARSIMI ARIKUNTO
MEDIA
4 Buku Teks Dasar-Dasar Supervisi Pendidikan (Sebagai Upaya Menuju Profesionalisme)
Penulis UNY PRESS
2009
5 Penulis “Buku Manajemen Pendidikan”Dengan PROF.DR.SUHARSIMI ARIKUNTO (Edisi Revisi)
Penulis ADITYA MEDIA
2012
Yogyakarta, 30 Oktober 2015
Penyusun,
Lia Yuliana, S.Pd., M. Pd.NIP : 19810717 200501 2 004
Lmpiran 2: