Transcript
  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    1/84

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 1

    BAB 1

    EXECUTIVE SUMMARY

    PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN

    PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASIDI PROVINSI PAPUA BARAT

    1.1 Latar Belakang

    Kebijakan pembangunan nasional Tahun 2005-2025 diarahkan pada pencapaian

    sasaran-sasaran pokok, diantaranya terwujudnya daya saing bangsa untuk

    mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Kemampuan bangsa untuk

    berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran

    bangsa dan akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan

    globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.

    Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka

    panjang diarahkan untuk1:

    1) Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan masing-masing

    wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem

    produksi, distribusi dan pelayanan di dalam negeri;

    2) Mengedepankan pembangunan SDM berkualitas dan berdaya saing;

    1Lihat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    2/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 2

    2010

    3) Membangun infrastruktur yang maju serta melakukan reformasi di bidang hukum

    dan aparatur negara.

    Untuk melaksanakan arahan pembangunan nasional tersebut tidak dapat dipungkiri

    membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya bersandar pada modal dari

    sumber dana pemerintah, hampir dapat dipastikan agak sulit untuk mencapai arahan

    pembangunan tersebut. Untuk itu perlu dicari sumber lain yaitu dengan kegiatan

    penanaman modal atau investasi.

    Adanya kegiatan penanaman modal dapat memberikan manfaat yang cukup luas

    (multiplier effect), diantaranya dapat menyerap tenaga kerja; dapat menciptakan

    demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku; menambah devisa terutama

    untuk investasi asing yang berorientasi ekspor; dapat menambah penghasilan

    negara dari sektor pajak; adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih

    pengetahuan (transfer of know how).2

    Berdasarkan kepentingan tersebut pemerintah telah berupaya meningkatkan

    investasi riil dalam negeri dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan yaitu dengan

    diluncurkannya paket kebijakan ekonomi 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres

    Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi 2008-20093 dan terakhir

    dengan diterbitkannya Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007.

    Dimana di dalam Pasal 4, pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman

    modal untuk:

    1. Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman

    modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan

    2. Mempercepat peningkatan penanaman modal.

    2Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H.Hukum Investasi: Nuansa Aulia Bandung. 2010. Hlm.8.

    3Paket ini memuat berbagai kebijakan ekonomi yang dapat dikelompokkan ke dalam 8 bidang, yakni

    kebijakan perbaikan iklim investasi, kebijakan ekonomi makro dan keuangan, kebijakan ketahanan

    energi, dan kebijakan sumber daya alam, lingkungan dan pertanian.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    3/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 3

    2010

    Dalam upaya implementasi kebijakan investasi dan undang-undang tersebut di

    tingkat daerah, pemerintah telah menyesuaikan peraturan perundang-undangan

    dengan potensi dan kondisi daerah. Untuk itu Pemerintah Pusat telah

    mendelegasikan kewenangan untuk pelayanan administrasi penanaman modal ke

    Pemerintah Daerah. Hal ini dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

    2004 tentang Pemerintahan Daerah.4

    Undang-undang Otonomi Daerah telah memberi landasan kepada setiap

    Pemerintah Daerah untuk mengembangkan potensi penerimaan daerah dan pada

    sisi lain keleluasaan untuk merancang kebijakan dan strategi penanaman modal dan

    institusi-institusi yang relevan. Strategi penanaman modal diperlukan terkait dengan

    upaya pemerintah daerah untuk memacu kegiatan investasi dengan mengatasi

    berbagai faktor penunjang yang menghambat iklim berinvestasi.

    Berbagai faktor yang menyebabkan mengapa kegiatan investasi masih berjalan

    lamban di Indonesia seperti yang dilansir dari hasil penelitian ADB adalah karena

    masih lemahnya perangkat hukum serta kepastian usaha sehingga realisasi

    investasi masih rendah sekalipun nilai persetujuan cukup tinggi.5Selain itu, masalah

    pungutan liar, peraturan daerah, perpajakan, tumpang tindihnya peraturan, birokrasi,

    egosektoral, dan infrastruktur merupakan masalah lain yang harus segera ditangani

    (Umar Hamzah, 2005; Usman Syaikahu, 2002). Berbagai hambatan investasi

    tersebut perlu diantisipasi dengan melibatkan berbagai pihak yaitu pemerintah,

    swasta dan masyarakat. Untuk itu perlu dirancang suatu strategi penanaman modal

    yang terintegrasi, menyeluruh dan berkelanjutan di semua wilayah Indonesia.

    4

    Dalam UU Pemda No 32 Tahun 2004 disebutkan untuk urusan pemerintahan yang daerah terdiri atasurusan wajib dan urusan lain. Salah satu tugas yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah adalah

    dalam Pasal 13 ayat 1 butur n UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan urusan wajib yang menjadi

    kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi,

    pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota. Dalam Pasa 14 ayat 1 butir

    n UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah

    untuk kabupaten/kota, meliputi pelayanan administrasi penanaman modal. Hanya dalam undang-

    undang ini tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pelayanan administrasi penanaman modal.5Lihatwww.geocities.com.

    http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/
  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    4/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 4

    2010

    Wilayah yang harus mendapat prioritas ke depan dalam upaya meningkatkan

    produktifitas perekonomian nasional dan kegiatan investasi adalah Wilayah

    Kawasan Timur Indonesia (KTI); Karena wilayah ini memiliki potensi sumber daya

    alam yang sangat besar. Diketahui lebih dari 60 persen dari seluruh SDA nasional

    berada di daerah Kawasan Timur Indonesia.6

    Salah satu Kawasan Timur Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan

    adalah Provinsi Papua Barat. Kegiatan investasi di Provinsi Papua Barat sangat

    diperlukan dengan adanya kebijakan percepatan pembangunan di wilayah ini.

    Beberapa faktor yang menyebabkan Provinsi Papua Barat harus mendapat prioritas

    pembangunan kedepan adalah7 : Pertama, wilayah Provinsi Papua Barat sangat

    kaya dengan sumber daya alam dengan adanya kandungan minyak dan gas yang

    sangat besar. Kedua, adanya kandungan mineral yang menjanjikan seperti mineral

    logam. Ketiga, wilayah Provinsi Papua Barat memiliki sumberdaya hutan dan

    perairan yang sangat besar yang tingkat pemanfaatannya masih jauh di bawah

    potensi lestarinya. Keempat, wilayah Provinsi Papua Barat memiliki potensi

    pengembangan pertanian dan agribisnis yang sangat besar. Kelima, wilayah

    Provinsi Papua Barat memiliki potensi pariwisata yang besar dan beragam.

    Kesemuanya itu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    dan perekonomian daerah.

    Kendati demikian, pengembangan investasi di wilayah Provinsi Papua Barat masih

    relatif rendah dan belum mencapai target yang diharapkan karena masih banyaknya

    berbagai permasalahan pada setiap tahapan investasi. Keadaan tersebut

    menyebabkan tidak bergairahnya para investor untuk melakukan investasi di Papua

    Barat, baik untuk perluasan usaha yang telah ada maupun untuk investasi baru.

    6KTI terdiri dari 15 provinsi dalam lima pulau besar (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku

    dan Papua).7Rencana Pengembangan Wilayah dan Investasi Provinsi Papua Barat 2007-2026 Badan Perencanaan

    Pembangunan Provinsi Papua Barat

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    5/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 5

    2010

    Untuk itu Biro Investasi Provinsi Papua Barat dan para pihak terkait dalam upaya

    meningkatkan iklim berinvestasi berupaya mengidentifikasi dan mengurai berbagai

    macam potensi maupun tantangan dan permasalahan di bidang investasi. Hasilnya

    kemudian diolah dan dituangkan kedalam berbagai macam bentuk program dan

    strategi investasi yang terintegrasi sehingga dapat memberikan kontribusi yang tepat

    dan signifikan dalam upaya meningkatkan iklim berinvestasi yang kondusif di

    Provinsi Papua Barat. Hal-hal tersebut diharapkan dapat dituangkan dalam bentuk

    Strategi Penanaman Modal dan Roadmap investasi Provinsi Papua Barat.

    1.2 Tujuan dan Sasaran

    Tujuan dari penulisan studi ini adalah untuk mewujudkan sinergitas, efektivitas,

    integrasi penyelenggaraan kegiatan investasi di Provinsi Papua Barat agar berjalan

    secara optimal. Dan juga sebagai pedoman dan arah kegiatan investasi bagi Biro

    Investasi serta para pihak terkait.

    Sasaran yang hendak dicapai agar tujuan studi terpenuhi adalah sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi potensi maupun permasalahan yang terkait dengan realisasi

    investasi di Provinsi Papua Barat.

    2. Terumuskannya arahan rencana dan strategi investasi Provinsi Papua Barat

    secara makro, berjangka-panjang, dan menyeluruh.

    3. Terumuskannya arahan program-program investasi Provinsi Papua Barat

    serta sarana untuk meningkatkan sinergitas kegiatan investasi yang

    dilakukan oleh pihak-pihak terkait.

    4. Terumuskannya visi misi dari Roadmap Investasi Provinsi Papua Barat.

    1.3 Kerangka Pemikiran

    Pembangunan merupakan upaya secara sadar dan terencana untuk melakukanperubahan dengan cara melakukan intervensi dan manipulasi variabel sosial tertentu

    (planned change), landasannya adalah ada kondisi sosial ideal yang ingin dicapai.

    Untuk mencapai kondisi ideal tersebut, maka berbagai intervensi dilaksanakan

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    6/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 6

    2010

    dalam berbagai bentuk kebijakan pembangunan karena pembangunan dianggap

    sebagai upaya untuk mencapai kondisi dan sarat nilai (value ladden).

    Salah satu kebijakan pembangunan yang ditetapkan pemerintah untuk

    meningkatkan pembangunan ekonomi adalah kebijakan investasi. Investasi adalah

    kegiatan ekonomi utama yang dapat menjadi prime mover pembangunan ekonomi

    suatu wilayah, melalui dampaknya yang luas terhadap berbagai upaya perbaikan

    tatanan kegiatan ekonomi masyarakatnya. Dengan investasi akan terjadi

    penyerapan tenaga kerja yang cukup besar dan meningkatkan pendapatan dan

    konsumsi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah

    tersebut secara berkelanjutan.

    Adanya kebijakan otonomi daerah (Otoda) dapat dijadikan wadah atau instrumen

    untuk mendorong dan menarik minat investor baik lokal, nasional maupun

    mancanegara untuk berinvestasi di suatu wilayah. Oleh karena itu hampir semua

    pemerintah di berbagai tingkatan, selalu berusaha mencari cara untuk mendorong

    kegiatan investasi di wilayahnya masing-masing. Namun di tingkat implemetasi, arah

    dan kebijakan investasi yang menitikberatkan pada percepatan pembangunan

    kawasan melalui upaya pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi dan membuka

    keterisolasian wilayah, seringkali tidak terintegrasi dengan kepentingan para

    stakeholders pembangunan lainnya, yaitu masyarakat yang memiliki cara hidup (way

    of life), sistem nilai, norma dan kebutuhan sosial dan ekonomi dalam pengeloaan

    dan pemanfaatan sumber daya alam, dan pelaku usaha (investor) dengan motif

    ekonominya yaitu untuk mencari laba. Sehingga seringkali menimbulkan

    kesenjangan (gap) antara tujuan yang ditetapkan pemerintah, kepentingan investor,

    dan permasalahan dan kebutuhan masyarakat.

    Terjadinya kesenjangan (gap) diantara stakeholders sebagai akibat diterapkannya

    paradigma klasik (trickle down effect) yang merupakan mekanisme pembangunan

    yang bersifat top down. Konsep ini dilandasi pula oleh sasaran pertumbuhan yang

    tinggi lewat peningkatan produktivitas dan kompleksitas produksi. Aplikasi konsep

    yang bersifat top down ini telah menimbulkan masalah yang cukup serius, seperti

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    7/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 7

    2010

    ketimpangan, kemiskinan, keterbelakangan, dan sifat masa bodoh atau

    ketidakpedulian (antar daerah dan antar golongan masyarakat).

    Penerapan konsep pembangunan top-down secara empirik telah memperlihatkan

    terjadinya kecenderungan kurang memberikan perhatian kepada masyarakat lapisan

    bawah (grass root). Masyarakat lapisan bawah yang umumnya masih berlokasi di

    hutan-hutan dan wilayah pesisir, diperlakukan hanya sebagai objek, tidak sebagai

    subjek pembangunan. Konsep ini tidak aspiratif dan dianggap tidak bijaksana

    terhadap permasalahan yang dihadapi, pemanfaatan potensi, dan pemenuhan

    kebutuhan masyarakat sebagai penerima program pembangunan. Terdapat tiga

    kelemahan dalam pendekatan ini, yaitu : pertama, tidak memperhatikan aspirasi

    masyarakat, kedua, mengabaikan lingkungan sosial dan budaya, dan ketiga,

    merusak ekologi fisik. Kelemahan ini telah menimbulkan kegagalan pada berbagai

    program pembangunan yang dilaksanakan pada berbagai daerah.

    Berdasarkan kondisi diatas, maka perlu dilakukan upaya merumuskan kembali

    konsep pembangunan khususnya dalam kegiatan investasi yang bersifat populis

    (people centred) yaitu keberpihakan pada golongan kecil dan mengakar pada

    masyarakat di bawah (grass root). Upaya ini didukung oleh komitmen (kesepakatan)

    moralitas tinggi dalam memberdayakan masyarakat lapis bawah yang kemudian

    dikuatkan oleh paradigma baru pembangunan, yaitu pemberdayaan masyarakat

    (community empowerment) melalui bottom up planingyang aspiratif dan aspresiatif

    dengan melibatkan masyarakat pada proses pembangunan secara menyeluruh.

    Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan sebagai upaya untuk menciptakan

    iklim investasi yang lebih kondusif di era globalisasi. Dengan peran serta masyarakat

    maka kondusivitas iklim investasi akan tercipta. Sebagaimana dikemukakan oleh

    Bagir Manan8, bahwa salah satu konsep dari globalisasi adalah meletakan segala

    kegiatan dan hubungan ekonomi pada peran masyarakat. Dengan konsep ini maka

    8Lihat Bagir Manan. Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi Nasional dalam Globalisasi,

    Makalah dalam Seminar Tentang Pendekatan Ekonomi dalam Pembangunan Sistem Hukum Nasional

    dalam Rangka Globalisasi. Penyelenggara FH UNPAD Bandung, 30 April 1998.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    8/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 8

    2010

    meletakan masyarakat untuk menjadi pelaku ekonomi yang utama termasuk dalam

    hubungan-hubungan ekonomi global.

    Pandangan senada juga dikemukakan oleh Hans-Reimbert Hemmer (et.al)9,

    globalisasi dapat meningkatkan peluang kemakmuran bagi negara-negara

    berkembang. Tetapi agar dampak peningkatan kemakmuran dari globalisasi mulai

    berakar, maka negara-negara berkembang perlu memenuhi sejumlah persyaratan,

    yakni adanya stabilitas politik dan hukum, kelengkapan minimal infrastruktur

    kelembagaan dan material, serta modal awal sumber daya manusia merupakan

    persyaratan dasar tak terhindarkan agar dapat berpartisipasi secara berhasil dalam

    proses globalisasi.

    Masyarakat perlu diajak untuk berperan serta dan didorong untuk berpartisipasi

    dalam proses pembangunan juga dengan pertimbangan10 : a) masyarakat

    mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya/kebutuhan, b)

    masyarakat memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan

    ekonomi masyarakatnya, c) masyarakat mampu menganalisis sebab dan akibat dari

    berbagai kejadian di masyarakat, d) masyarakat mampu merumuskan solusi untuk

    mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi, e) masyarakat mampu

    memanfaatkan sumber daya pembangunan (SDA, SDM, dana, sarana, dan

    teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka

    mencapai pembangunan masyarakatnya yaitu peningkatan kesejahteraan

    masyarakat, f) anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan

    kemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan

    keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan sebagian

    besar ketergantungan terhadap pihak luar.

    Untuk itu agar pelaksanaan kebijakan investasi dapat terlaksana dengan baik

    dengan tanpa menafikan peran masyarakat, maka pendekatan yang dapat dilakukan

    9Lihat Hans-Rimbert Hemmer (et al).Op.et. Hal 15.10Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Rahardjo Adisasmita, Graha Ilmu, Yogyakarta, Tahun 2006

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    9/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 9

    2010

    dalam konteks Provinsi Papua Barat adalah dengan Konsep Perencanaan

    Pembangunan dari Bawah (Bottom up Development Planing). Konsep ini

    dilaksanakan berdasarkan pada kondisi potensi dan kondisi yang ada sekarang.

    Kondisi yang ada itu meliputi sumber daya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya

    modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, aspirasi

    masyarakat setempat, dan lainnya.

    Konsep Perencanaan Pembangunan dari Bawah (Bottom up Development Planing)

    diperlukan karena Provinsi Papua Barat selain merupakan wilayah yang sangat kaya

    dengan sumber daya alam, juga ditunjang dengan keberadaan masyarakat lokal

    yang masih menjunjung tinggi adat istiadat, terutama dengan pemberlakukan hak

    ulayat. Diharapkan dengan Perencanaan Pembangunan dari Bawah (Bottom up

    Development Planing), maka akan terumuskan strategi kebijakan investasi yang

    didasarkan pada pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam berbasis

    budaya dan potensi lokal.

    Pengelolaan sumber daya alam dan potensi lokal yang ada, membutuhkan

    anggaran investasi tidak sedikit dan tidak bisa hanya bertumpu pada anggaran yang

    diberikan dari pusat. Untuk itu kerjasama yang baik dengan para investor, baik lokal

    maupun luar sangat diperlukan, dengan tetap berdasarkan pada Konsep

    Pembangunan dari Bawah (Bottom up Development Planing), agar pengeolaan

    potensi lokal dan sumber daya alam dapat terlaksana dengan baik.

    Untuk itu diperlukan sinergitas diantara pelaku pembangunan, yaitu Pemerintah

    Daerah, Swasta (Investor) dan masyarakat lokal. Sinergitas diantara ketiga

    stakeholders menitikberatkan pada : (1) penentuan prioritas program investasi

    berdasarkan kriteria yang terukur, (2) didukung oleh partisipasi masyarakat untuk

    menunjang implementasi program investasi sebagai salah bentuk pemberdayaan

    masyarakat (social empowering) secara nyata dan terarah.

    Gambaran mengenai kerangka pemikiran diatas dapat dilihat pada gambar berikut

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    10/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 10

    2010

    Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Penanaman Modal dan Road Map Investasi

    `

    Stakeholders Utamadalam Investasi

    MASALAHDAN HAMBATAN

    INVESTASI DIKOTA/

    KABUPATEN

    STRATEGI PENANAMANMODAL DI SETIAP KOTA/

    KABUPATEN

    MASYARAKAT Hak Berperan Serta Cara Hidup (Way of

    Life) Sistem nilai, norma,

    dan kepercayaan Kebutuhan Sosial dan

    Ekonomi

    PEMERINTAHPerencanaanPembangunan danKebijakan Investasi

    1. Pemetaan dan Inventarisasi BerbagaiPotensi Ekonomi Lokal (Sumber Daya,Produk, Pasar, Pelaku)

    2. Prioritas Pengembangan EkonomiDaerah

    3. Pendekatan Klaster di Wilayah Tertentu4. Target Pelaku Usaha (Investor) yang

    Dijadikan Sasaran Investasi5. Prioritas Program Peningkatan Investasi

    di Setiap Kota dan Kabupaten

    Perbaikan Kondisi :1 Kelembagaan (kepastian hukum,

    aparatur, kebijakan daerah,kepemimpinan lokal)

    2 Keamanan, Politik dan SosialBudaya

    3 Ekonomi Daerah (Pendapatan PerKapita, Struktur Ekonomi)

    4 Tenaga Kerja

    5 Infrastruktur

    Kesenjangan

    kepentingan masing-masing stakehoderdalam pemanfaatansumberdaya alam

    INVESTORTujuan : Memperoleh Laba

    Keputusan Investasi :

    Tingkat Persaingan

    Bisnis

    Ketersediaan BahanBaku

    Pembeli

    Ketersediaan Produk

    Substitusi

    Ancaman dari Pemain

    Baru

    Pembuat Keputusandan Kebijakan danberfungsi sebagaipengawasan dan

    pengendalipemanfaatansumberdaya

    Sebagai pemiliklahan, sebagai subjek

    dan objekpembangunan

    Sebagai pemodal,pemanfaatan

    sumberdaya dengan

    prinsip ekonomi,membarikan kontribusiterhadap pembangunan

    Penyepakatan kepentingandalam investasi:- Peranserta masyarakat

    - Terkendalinya pembangunan

    - Terlaksananya pembangunan

    berkelanjutan

    - Memberikan keuntungan bagi

    investor

    Kondisi Eksisting: Lemahnya Perangkat Hukum Kurangnya Kepastian Berusaha Pungutan Liar

    Aksesibilitas Sulit Infrastrukur Kurang Peraturan Daerah Sarana dan Prasarana Kurang Egosektoral Tumpang Tindih Peraturan Hambatan Birokrasi

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    11/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 11

    2010

    Pembangunan daerah Provinsi Papua Barat merupakan bagian dari

    pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan daerah Provinsi Papua

    Barat melalui otonomi khusus berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2008

    untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

    prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.

    Implementasi dari kebijakan tersebut, maka pembangunan di Provinsi Papua

    Barat dimaksudkan untuk mendorong, memberdayakan masyarakat,

    menumbuhkan prakarsa serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

    rangka membangun daerahnya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Tujuan pembangunan tersebut diupayakan tercapai dengan berbasis pada

    ekonomi kerakyatan dalam rangka memberikan kesempatan yang luas kepada

    masyarakat adat atau masyarakat setempat untuk terlibat dalam kegiatan

    pembangunan (UU No. 21 Tahun 2001).

    Pelaksanaan kegiatan pembangunan di Provinsi Papua Barat meliputi berbagai

    bidang, salah satunya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah

    adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola

    sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintahdaerah, masyarakat dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja

    baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

    dalam wilayah tersebut. (Lincolin, 2004:108).11 Selanjutnya menurut Lincolin,

    pembangunan ekonomi yang akan dilaksanakan oleh daerah harus didasarkan

    pada potensi yang berasal dari daerah tersebut, guna menciptakan lapangan

    kerja dan menyerap tenaga kerja sehingga masyarakat merasa diikutsertakan

    dalam membangun daerahnya. Karena tujuan pembangunan ekonomi daerah

    adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat di

    daerah (Lincolin,2004:109).

    Untuk meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat, pemerintah daerah harus

    mampu membuat perencanan pembangunan, yang nantinya tenaga kerja dapat

    terserap disetiap sektor ekonomi. Jika kegiatan perekonomian dapat berjalan

    11

    Arsyad Lincolin(2004), Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN,Yogyakarta.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    12/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 12

    2010

    dengan lancar akan memperoleh hasil yang maksimal dan memberi sumbangan

    yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi.

    Untuk itu kebijakan dan agenda pembangunan Provinsi Papua Barat diarahkan

    pada : pembangunan sumber daya manusia, pengelolaan sumberdaya alam dan

    lingkungan hidup, pengembangan aksesibilitas wilayah, penyeimbangan

    pertumbuhan, pelayanan yang efektif, pengembangan kapasitas kelembagaan,

    pengembangan kapasitas ekonomi, pengembangan kapasitas masyarakat. 12

    Arah kebijakan penyeimbangan pertumbuhan diarahkan pada pencapaian

    pemenuhan dasar masyarakat dan pemerataan hasil-hasil pembangunan melaluiberbagai insentif dan regulasi yang mendukung serta penyediaan sarana dan

    prasarana yang memadai disegala bidang pembangunan. Penyeimbangan

    pertumbuhan tersebut dilakukan melalui pembentukan kawasan pengembangan

    dan investasi yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan sumberdaya

    potensial di setiap kawasan. Dengan salah satu agenda pembangunan adalah

    meningkatkan investasi dan menyeimbangkan neraca perdagangan dengan

    menjamin kepastian usaha dan menyempurnakan kelembagaan investasi yang

    berdaya saing, efisien, transparan dan nondiskriminatif serta memberikan insentifyang tepat sasaran.13

    Khusus untuk program pengembangan Investasi, dalam jangka pendek kebijakan

    diarahkan untuk menurunkan hambatan prosedural dan permasalahan likuiditas

    dan memperluas investasi nonkuota. Dalam jangka menengah dan panjang,

    kebijakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas prasarana dan sarana

    pengembangan investasi untuk mendukung kegiatan produksi dan distribusi

    antar daerah.

    Dalam pelaksanaannya berbagai kebijakan tersebut belum banyak memberikan

    hasil yang diharapkan pencanangan tahun 2003 sebagai tahun investasi

    Indonesia oleh pemerintah Papua Barat belum mampu mendorong kegiatan

    investasi secara berarti. Berbagai permasalahan masih dihadapi oleh dunia

    usaha, seperti masalah regulasi ketenagakerjaan yang kurang kondusif,

    kebijakan investasi dan sektoral yang tumpang tindih, baik antara daerah

    12

    RPJM Provinsi Papua Barat13ibid

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    13/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 13

    2010

    maupun antar pusat dan daerah yang terutama terkait dengan penerapan

    otonomi daerah, keunggulan insentif bagi investor, termasuk insentif perpajakan,

    kondisi keamanan yang belum kondusif dibeberapa daerah tertentu, ekonomi

    biaya tinggi, serta prosedur birokrasi yang panjang dan berbelit. Kondisi ini di

    perburuk oleh minimnya pengembangan infrastruktur akibat keterbatasan dana

    pemerintah. Hal lain yang perlu segera dibenahi adalah masalah kepastian

    hukum diberbagai tingkatan dan terbentuknya Badan Penanaman Modal

    Daerah.

    Guna mengetahui apakah Provinsi Papua Barat memiliki keunggulan sebagai

    wilayah yang memiliki daya tarik investasi dibandingkan dengan daerah-daerah

    lain di Indonesia dan sampai sejauhmana permasalahan terkait investasi telah

    berlangsung di Provinsi Papua Barat, maka dipandang perlu melakukan kajian

    secara komprehensif terhadap kondisi perekonomian dan faktor-faktor yang

    berpengaruh terhadap iklim investasi di Provinsi Papua Barat.

    Analisis dilakukan dengan melakukan kajian mendalam terhadap :

    1. Kondisi Perekonomian Wilayah

    Kondisi perekonomian wilayah dilakukan dengan menganalisis besaran PDRB di

    setiap wilayah dan bagaimana perkembangannya setiap tahun. Dari hasil analisis

    PDRB dapat tergambarkan sektor unggulan disetiap wilayah dengan

    menggunakan analisis Location Quotient(LQ) dan analisis keunggulan kompetitif

    (shift share). Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif

    kegiatan ekonomi di setiap wilayah Provinsi Papua Barat dengan

    membandingkannya terhadap nasional dan regional.

    2. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap iklim investasi di Provinsi

    Papua Barat,

    Analisis dilakukan dengan melakukan penskoringan (skor z) terhadap variabel-

    variabel yang berpengaruh terhadap iklim investasi, sehingga dapat diketahui

    rangking tertinggi sampai terendah daya tarik investasi setiap wilayah di Provinsi

    Papua Barat. Variabel-variabel tersebut adalah :

    1. Sumber Daya Alam (SDA)

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    14/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 14

    2010

    2. Sumber Daya Manusia3. Sosial Budaya

    4. Kondisi Ekonomi5. Kondisi Keuangan6. Infrastruktur7. Kelembagaan8. Keamanan

    1.4 Kondisi Perekonomian dan Sektor Unggulan Provinsi Papua Barat

    1.4.1 Analisis Kontribusi dan Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Papua

    Barat.

    Kondisi perekonomian Provinsi Papua Barat jika dilihat berdasarkan sektor dapatdiketahui bahwa sektor yang mendominasi adalah sektor pertanian, kemudian

    diikuti oleh sektor penggalian dan pertambangan baru kemudian sektor industri

    pengolahan. Jika dilihat dari tahun ke tahun, sejak 2003 sampai 2009 nilai PDRB

    atas dasar konstan sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat selalu

    meningkat. Hal ini menunjukan adanya pertumbuhan dari tahun ke tahun.

    Tabel 1.1 Nilai PDRB Riil Provinsi Papua Barat Periode 2003 2009 (juta Rupiah)

    Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000

    Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Pertanian 1,482,969.17 1,540,906.72 1,572,562.73 1,624,296.11 1,709,046.87 1,817,444.10 1,925,841.33

    Pertambangan dan Penggalian 1,019,472.01 1,045,368.79 1,101,170.67 1,081,658.46 1,087,167.36 1,098,592.02 1,110,016.68

    Industri Pengolahan 566,854.71 690,262.46 747,964.38 751,875.24 813,660.34 872,426.05 931,191.76

    Listrik, Gas, dan Air Minum 18,541.91 20,178.73 22,126.61 24,616.86 26,903.48 29,098.48 31,293.48

    Bangunan 326,654.21 347,098.84 389,896.13 440,813.49 498,004.63 572,822.13 647,639.63

    Perdagangan 435,966.45 466,636.45 508,471.13 561,814.69 616,261.41 670,818.70 725,375.99

    Angkutan dan Komunikasi 278,444.14 306,641.04 345,740.57 397,041.92 440,299.46 473,536.46 506,773.46

    Keuangan, Persewaan, dan Jasa 69,134.74 90,107.84 96,444.30 94,706.46 118,299.10 150,145.26 181,991.42

    Jasa-jasa 429,333.22 462,009.40 522,952.76 572,104.26 624,673.17 684,491.02 744,308.87

    Papua Barat 4,627,370.56 4,969,210.27 5,307,329.28 5,548,927.49 5,934,315.82 6,369,374.22 6,804,432.62

    Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2009

    Keterangan:

    * Perhitungan PDRB sampai Triwulan II

    Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan

    pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada

    sektor yang sama diperekonomian yang dijadikan acuan. Pada tabel

    diperlihatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat periode 2003 2010.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    15/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 15

    2010

    Selama periode penelitian pertumbuhan daerah Provinsi Papua Barat mengalami

    peningkatan sebesar 47,05%. Sektor Pertanian dengan rata-rata persentase

    pertumbuhan sebesar 29,86% memiliki nilai pertumbuhan sebesar Rp.

    442.872,16 juta rupiah. Pada sektor Pertambangan dan Penggalian persentase

    pertumbuhan sektor adalah sebesar 8,88% dengan nilai pertumbuhan sebesar

    Rp. 90.544,67 juta rupiah. Sektor Industri Pengolahan Popinsi Papua Barat

    selama periode penelitian memiliki rata-rata persentase pertumbuhan sektor

    sebesar 64,27% dengan nilai pertumbuhan sebesar Rp. 364.337,05 juta rupiah.

    Kondisi perekonomian Provinsi Papua Barat digambarkan dengan kondisi PDRB

    dari Periode Tahun 2003

    2009 (lihat pada Tabel 1.1). Secara umum kondisi

    perekonomian setiap wilayah di Provinsi Papua Barat menunjukan pertumbuhan

    yang positif. Kecuali mulai dari tahun tahun 2007 sampai dengan tahun 2009

    pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat mengalami penurunan, dimana rata-

    rata pertumbuhan pada tahun 2009 sebesar 6,26% turun 0,61% dari rata-rata

    pertumbuhan tahun 2008 sebesar 6,87%. (lihat Tabel 6.2.). Seiring dengan

    melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia sebagai dampak dari krisis keuangan

    global, perekonomian Provinsi Papua Barat pada periode 2008 2009 juga

    mengalami penurunan secara lambat. Hal ini terjadi karena permintaan ekspor

    beberapa komoditi unggulan seperti dari sektor perikanan, sektor pengolahan,

    dan sektor pertambangan mengalami penurunan.

    Tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi tahun 2005 mencapai 14,06%,

    atau mengalami peningkatan 109% jika dibandingkan dengan periode 2004 (lihat

    Tabel 1.2). Hal ini terjadi karena nilai ekspor komoditi unggulan mengalami

    peningkatan.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    16/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 16

    2010

    Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Periode 2003 2009 Berdasarkan

    Harga Konstan tahun 2000

    Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Kaimana 236,360.37 249,387.09 265,810.41 286,251.40 310,251.71 329,353.59 346,369.19

    Teluk Wondama 85,370.44 92,163.30 97,265.77 115,715.81 138,569.69 161,994.55 172,281.20

    Teluk Bintuni 317,063.12 332,295.54 382,598.67 427,131.74 483,907.34 543,862.72 603,818.10

    Manokwari 676,320.27 720,891.81 772,414.91 832,888.41 908,581.61 995,173.58 1,081,765.55

    Sorong Selatan 155,004.69 171,880.27 178,293.65 193,809.28 211,513.71 219,369.65 229,535.35

    Sorong 1,340,924.76 1,414,353.16 1,487,781.56 1,561,809.96 1,635,838.36 1,709,866.76 1,783,895.16

    Raja Ampat 184,125.22 195,733.51 514,105.33 515,244.35 529,366.78 544,195.78 559,024.78

    Fakfak 413,618.93 429,031.78 456,400.44 485,549.44 518,795.35 551,407.09 586,145.74

    Kota Sorong 851,692.31 941,947.36 1,032,202.41 1,122,457.45 1,212,712.50 1,302,967.55 1,393,222.60

    Papua Barat 4,260,480.11 4,547,683.82 5,186,873.14 5,540,857.84 5,949,537.05 6,358,191.27 6,756,057.66

    Sumber: BPS, BI Papua Barat. 2010

    Tabel 1.3 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Periode 2003 2009Berdasarkan Harga Konstan tahun 2000

    Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Kaimana - 5.51% 6.59% 7.69% 8.38% 6.16% 5.17%

    Teluk Wondama - 7.96% 5.54% 18.97% 19.75% 16.90% 6.35%

    Teluk Bintuni - 4.80% 15.14% 11.64% 13.29% 12.39% 11.02%

    Manokwari - 6.59% 7.15% 7.83% 9.09% 9.53% 8.70%

    Sorong Selatan - 10.89% 3.73% 8.70% 9.13% 3.71% 4.63%

    Sorong - 5.48% 5.19% 4.98% 4.74% 4.53% 4.33%

    Raja Ampat - 6.30% 162.66% 0.22% 2.74% 2.80% 2.72%

    Fakfak - 3.73% 6.38% 6.39% 6.85% 6.29% 6.30%

    Kota Sorong - 10.60% 9.58% 8.74% 8.04% 7.44% 6.93%

    Papua Barat - 6.74% 14.06% 6.82% 7.38% 6.87% 6.26%

    Sumber: BPS, BI Papua Barat. 2010

    Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat secara umum

    ditopang oleh kegiatan perekonomian sektor Pertambangan di Kabupaten

    Sorong, sektor Perdagangan di Kota Sorong dan kegiatan sektor Pertanian di

    Kabupaten Sorong Selatan (lihat Tabel 1.3.).

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    17/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 17

    2010

    1.4.2 Analisis LQ Provinsi Papua Barat Periode 2003 - 2009

    Sektor unggulan daerah, pada dasarnya dapat memberikan kontribusi yang

    besar pada daerah, bukan hanya untuk daerah itu sendiri tapi juga untuk

    memenuhi kebutuhan daerah lain. Dengan melihat data PDRB maka

    beberapa sektor unggulan daerah dapat diketahui. Alat analisis Location

    Quotient (LQ) ini digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif

    kegiatan ekonomi di Provinsi Papua Barat dengan membandingkannya

    terhadap Nasional.

    Tabel 1.4 Nilai Location QuotientSektor Ekonomi Di Papua Barat Tahun 2003 Dan 2009

    Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Pertanian 2.10 2.08 2.04 2.06 2.08 2.09 2.08

    Pertambangan dan Penggalian 2.07 2.18 2.20 2.14 2.10 2.09 1.97

    Industri Pengolahan 0.44 0.49 0.50 0.49 0.50 0.51 0.52

    Listrik, Gas, dan Air Minum 0.61 0.62 0.63 0.67 0.66 0.63 0.59

    Bangunan 1.24 1.20 1.24 1.31 1.35 1.43 1.48

    Perdagangan 0.58 0.57 0.57 0.60 0.60 0.60 0.63

    Angkutan dan Komunikasi 1.11 1.05 1.04 1.06 1.02 0.92 0.85

    Keuangan, Persewaan, dan Jasa 0.17 0.20 0.20 0.19 0.21 0.25 0.28

    Jasa-jasa 1.01 1.01 1.07 1.12 1.14 1.16 1.16

    Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2009

    Keterangan:

    * Perhitungan PDRB sampai Triwulan II

    Dari perhitungan LQ tersebut, maka analisis masing-masing sektor ekonomi di

    Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut:

    1. Sektor Pertanian

    Dari hasil analisis location quotient, sektor pertanian mempunyai potensi yang

    besar dalam perekonomian Papua Barat selama tahun analisis. Nilai LQ dari

    sektor pertanian selama tahun analisis selalu lebih dari satu (LQ > 1) ini

    menunjukan sector pertanian merupakan sector basis dimana sector pertanian

    Provinsi Papua Barat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memiliki

    peluang untuk melakukan ekspor ke daerah lain. Data tahun 2003 2009

    menunjukkan bahwa sektor pertanian terkonsentrasi pada subsektor Peternakan.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    18/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 18

    2010

    Hal ini menunjukan sektor pertanian cenderung terspesialisasi pada subsektor

    peternakan.

    2. Sektor pertambangan dan penggalian

    Sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai LQ yang besar. Nilai LQ

    yang besar ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian

    merupakan sektor yang potensial bagi perekonomian Provinsi Papua Barat.

    3. Sektor Industri

    Berdasarkan analisis location quotient, sektor industri bukan termasuk dalamsektor yang berpotensi atau sektor basis untuk mendukung perekonomian. Nilai

    LQ yang ditunjukkan selalu mengalami penurunan. Sektor industri apabila

    ditinjau dari kontribusi terhadap PDRB menduduki urutan ketiga dengan

    kontribusi rata sebesar 13,55%. Namun memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang

    masih rendah dibanding dengan sektor lain.

    4. Sektor Listrik, Gas dan Air

    Berdasarkan analisis location quotient, potensi sektor listrik, gas dan air bersih

    dalam perekonomian Provinsi Papua Barat selama tahun analisis 2003 sampai

    tahun 2009 mempunyai nilai LQ yang rendah (LQ < 1), sehingga secara umum

    sektor ini dapat digolongkan sebagai sektor non basis.

    Adanya perubahan yang tidak tentu ini tidak menutupi sektor ini memiliki potensi

    untuk dikembangkan lebih lanjut. Ketersediaan air bersih yang ada di Provinsi

    Papua Barat kurang mencukupi kebutuhan penduduk, contohnya penyediaan air

    bersih dari pemerintah. Penyediaan yang dilakukan pemerintah daerah belum

    maksimal dan pendapatan yang didapat dari sektor ini pun masih rendah besar.

    5. Sektor Konstruksi atau bangunan

    Sektor Bangunan dalam perekonomian Provinsi Papua Barat memiliki kontribusi

    rata-rata sebesar 8,03% dan menempati urutan kedua dalam pertumbuhan

    sector dibandingkan dengan sektor-sektor lain dengan persentase sebesar

    10,75% . Dari hasil analisis LQ menunjukan sektor bangunan merupakan sektor

    Basis.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    19/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 19

    2010

    Kondisi sektor Bangunan sangat jauh berbeda dengan kedua sektor

    sebelumnya, angka LQ sektor Bangunan industri di Provinsi Papua Barat

    selama periode penelitian selalu lebih besar dari 1 (Tabel.16). Kondisi tersebut

    menunjukkan bahwa perkembangan sektor bangunan selama ini cukup

    memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat,

    sekaligus membuktikan bahwa sektor tersebut cukup prospektif untuk

    dikembangkan untuk mendukung perekonomian Provinsi Papua Barat, saat ini

    maupun waktu-waktu yang akan datang. Dengan nilai LQ yang lebih besar dari 1

    menunjukkan bahwa sektor ini memberikan kontribusi bagi pertumbuhan

    ekonomi daerah maupun daerah lain, karena dengan nilai LQ yang lebih besar

    dari 1 menunjukkan bahwa sebagian dari output sektor ini juga dikonsumsi oleh

    penduduk daerah lain.

    6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

    Sektor perdagangan menunjukkan nilai LQ yang kurang prospektif untuk

    dikembangkan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ yang lebih kecil dari 1 (LQ

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    20/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 20

    2010

    pertumbuhan yang stagnan di Provinsi Papua Barat, Dengan angka LQ yang

    lebih kecil dari 1 menunjukkan sektor transportasi di Provinsi Papua Barat masih

    sangat tergantung pada perkembangan sektor transportasi dari daerah lain, dan

    untuk semakin meningkatkan prospektifitas sektor ini segala potensi daerah

    Provinsi Papua Barat harus dikerahkan.

    8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

    Nilai LQ sektor keuangan menunjukkan nilai yang tidak prospektif untuk

    dikembangkan. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh nilai LQ sektor keuangan yang

    selalu dibawah 1. Dengan nilai LQ yang lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwaoutput jasa industri keuangan masih belum cukup memenuhi kebutuhan

    masyarakat akan produk industri keuangan di Provinsi Papua Barat. Oleh karena

    itu, tingkat ketergantungan masyarakat Papua Barat terhadap sektor keuangan

    masih sangat tinggi, bahkan ketergantungan akan produk yang sama dari daerah

    lain masih sangat tinggi. Angka LQ sektor keuangan di Provinsi Papua Barat

    bahkan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2003 nilai LQ

    sektor keuangan masih sekitar 0.17, angka tersebut meningkat tajam, tahun

    2009 nilainya tinggal 0.28.

    9. Sektor Jasa-jasa

    Nilai LQ sektor jasa menunjukkan peningkatan. Tahun 2003 nilai LQ mencapai

    angka 1.01, angka tersebut teruys mengalami peningkatan hingga pada tahun

    2009 mencapai 1.16. Dengan nilai LQ sektor Jasa-jasa yang lebih besar dari 1

    tersebut menunjukkan bahwa sektor Jasa-jasa di Provinsi Papua Barat prospektif

    untuk dikembangkan di tahun-tahun selanjutnya.

    Sektor unggulan daerah pada dasarnya dapat memberikan kontribusi besar baik

    bagi daerah itu sendiri dan juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Dengan

    melihat data PDRB maka beberapa sektor unggulan daerah dapat diketahui. Alat

    analisis Location Quotient (LQ) ini digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan

    komparatif kegiatan ekonomi di Provinsi Papua Barat dengan

    membandingkannya terhadap kegiatan ekonomi nasional dan regional.

    Secara lengkap gambaran hasil perhitungan nilai LQ Kumulatif tahun 2003-2009

    dan hasil identifikasinya dapat dilihat pada Tabel 1.5. Hasil perhitungan

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    21/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 21

    2010

    menunjukan setiap nilai kumulatif LQ dan identifikasi potensi daerah sangat

    beragam di setiap kabupaten dan kota Provinsi Papua Barat. Keragaman itu

    menunjukkan bahwa potensi sektor ekonomi tiap kabupaten berbeda-beda.

    Tabel 1.5 Nilai LQ Kumulatif tahun 2003 2009

    Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua Barat

    kabupaten/

    KotaPer

    tan

    ian

    Ident

    ifikas

    i

    Pertam

    banga

    ndan

    Pengga

    lian

    Ident

    ifikas

    i

    Industri

    Pengo

    lahan

    Ident

    ifikas

    i

    Listr

    ik,

    Gas

    ,dan

    AirMinum

    Ident

    ifikas

    i

    Ban

    gunan

    Ident

    ifikas

    i

    Perd

    agangan

    Ident

    ifikas

    i

    Ang

    kutand

    an

    Komun

    ikas

    i

    Iet

    ifias

    i

    Keuangan

    ,Persewaan

    ,dan

    Jasa

    Ident

    ifikas

    i

    Jas

    a-j

    asa

    Ident

    ifikas

    i

    LQ

    LQ

    LQ

    LQ

    LQ

    LQ

    LQ

    LQ

    LQ

    Fakfak

    1,1

    1

    0,08

    4

    0,64

    4

    1,51

    1

    1,72

    3

    1,29

    3

    1,28

    1

    1,39

    3

    1,96

    3

    Kaimana0.43

    20.07

    41.11

    11.30

    32.13

    32.00

    31.47

    11.50

    12.01

    1

    TelukWondama 2.81

    10.02

    40.04

    20.02

    20.52

    40.58

    40.18

    40.68

    30.33

    4

    Teluk Bintuni

    2.36

    1

    0.75

    4

    0.63

    4

    6.53

    1

    0.18

    4

    0.12

    4

    0.13

    4

    0.35

    2

    0.01

    4

    Manokwari0.96

    10.44

    40.13

    21.16

    11.59

    11.10

    12.81

    11.18

    11.46

    1

    SorongSelatan 2.44

    10.04

    40.05

    21.45

    30.81

    2 - 21.46

    34.33

    30.12

    4

    Sorong1.02

    20.95

    20.98

    31.54

    41.04

    30.92

    21.11

    41.01

    31.02

    4

    Raja Ampat

    1.28

    4

    0.01

    2

    0.02

    3

    0.08

    4

    0.38

    3

    0.21

    2

    0.17

    4

    0.05

    3

    0.52

    4

    Kota Sorong0.53

    40.07

    41.00

    32.26

    31.16

    32.41

    12.27

    12.32

    31.51

    1

    ProvinsiPapua Barat 2,08

    32,11

    30,49

    40,63

    41,32

    30,59

    41,01

    20,21

    41,10

    3

    Sumber: Hasil perhitungan PDRB Papua Barat. 2009

    Keterangan:

    1 = Tidak ada keunggulan, tetapi ada spesialisasi2 = Tidak keunggulan dan tidak ada spesialiasasi3 = Ada keunggulan , tetapi tidak memiliki spesialisasi4 = Ada keunggulan , dan memiliki spesialisasi

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    22/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 22

    2010

    Tabel 1.6 Hasil Analisis Shift Share Esteban-Marquilas Terhadap Alokasi (Aij) Agregat

    Sektoral PDRB Di Provinsi Papua Barat Periode 1990-2001

    Lapangan Usaha C'ij Eij - E'ij rij - rin aij(Efek

    Alokasi)

    Identifikasi

    Pertanian46,377.18

    (777,680.46) 6.58%(511.37)

    3 Ada keunggulan , tetapi tidakmemiliki spesialisasi

    Pertambangan danPenggalian 7,377.98

    (527,727.78) 1.50%(79.18)

    3 Ada keunggulan , tetapi tidakmemiliki spesialisasi

    IndustriPengolahan 458,095.50

    729,239.58 35.34%2,577.45

    4 tidak ada keunggulan, tetapiada spesialisasi

    Listrik, Gas, dan Air

    Minum 1,193.28

    11,822.30 3.93%

    4.65

    4 tidak ada keunggulan, tetapi

    ada spesialisasi

    Bangunan

    110,035.77

    (63,706.81) 41.85%

    (266.59)

    3 Ada keunggulan , tetapi tidak

    memiliki spesialisasi

    Perdagangan172,641.52

    316,644.79 22.94%726.35

    4 tidak ada keunggulan, tetapiada spesialisasi

    Angkutan danKomunikasi (106,028.11)

    (27,712.02) -42.29%117.19

    2 Tidak keunggulan dan tidakada spesialiasasi

    Keuangan,

    Persewaan, danJasa

    471,464.04

    342,719.12 114.47%

    3,923.23

    4 tidak ada keunggulan, tetapi

    ada spesialisasi

    Jasa-jasa312,334.38

    (3,600.23) 73.36%(26.41)

    3 Ada keunggulan , tetapi tidakmemiliki spesialisasi

    Sumber: Badan Pusat Statistik Papua Barat (beberapa edisi). Hasil Pengolahan Data

    Keterangan:

    Ej = Total PDRB Provinsi Papua Barat Tahun Dasar (2000)

    Ein = Nilai PDRB Per Sektor Indonesia Tahun Dasar (2000)

    En = Total PDRB Indonesia Tahun Dasar (1990)

    Eij = Nilai output sektoral

    Dari Tabel.1.6. dapat dijelaskan beberapa hal berkaitan dengan spesialisasi

    sektoral, sektor ekonomi di Provinsi Papua Barat yang memiliki pengaruh

    persaingan positif (ditunjukkan oleh nilai Cijadalah sektor ekonomi yang memiliki

    nilai Cij positif (+). Implikasinya adalah sektor tersebut dapat memenangkan

    persaingan dengan sektor sejenis di daerah lain dalam regional yang sama (di

    Indonesia). Selama periode 2003 - 2009 semua sektor ekonomi Provinsi Papua

    Barat kecuali sektor Pengangkutan & Telekomunikasi memiliki pengaruh positif;sektor pertanian (dengan nilai 46.377,18), sektor pertambangan (7.377,98),

    sektor industri pengolahan (458.095,50), sektor listrik, Gas dan Air Bersih

    (1.193,28), sektor bangunan (110.035,77), sektor perdagangan (172.641,52),

    sektor Keuangan & Jasa Perusahaan (471.464,04) dan sektor Jasa-jasa dengan

    nilai 312.334,38.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    23/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 23

    2010

    Keunggulan yang dimiliki Provinsi Papua Barat adalah Sektor Pertanian, Sektor

    Pertambangan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Sektor Bangunan,

    Sektor Perdagangan, Sektor Pengangkutan dan Sektor jasa-jasa

    Sedangkan spesialisasi yang dimiliki Provinsi Papua Barat adalah: sektor Industri

    Pengolahan, sektor Listrik, Gas & Air Bersih, sektor Perdagangan, dan sektor

    Keuangan, Persewaaan & Jasa. Spesialisasi tersebut didasarkan atas nilai Eij

    (nilai output sektoral nyata) yang lebih besar dibandingkan nilai output sektoral

    yang diharapkan (Eij). Sedangkan 1 (satu) sektor ekonomi yang lainnya tidak

    memiliki spesialisasi dalam pengembangan output sektoral, karena nilai output

    sektoral nyata yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai output sektoral yang

    diharapkan. Sektor-sektor tersebut adalah adalah sektor Pengangkutan &

    Komunikasi, karena nilai output sektoral yang nyata (Eij) terbukti lebih kecil

    dibandingkan nilai output sektoral yang diharapkan (Eij). Deskripsi dari tidak

    adanya spesialisasi tersebut ditunjukkan oleh nilai (Eij Eij)yang negatif.

    1.5 Analisis Iklim Investasi di Provinsi Papua Barat

    Sebagaimana disadari bahwa dalam kegiatan penanaman modal selalu terkait

    dengan kemungkinan terjadinya resiko yang dapat mengakibatkan berkurangnya

    atau bahkan hilangnya nilai modal. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan

    penanaman modal perlu dipertimbangkan faktor-faktor tertentu yang dapat

    mempengaruhinya, sehingga selain diharapkan dapat menghasilkan keuntungan

    yang optimal juga dapat meminimalkan kerugian.

    Di era tahun tujuh puluhan, motivasi investor asing untuk berinvestasi di berbagai

    kawasan adalah memperoleh sumber daya alam dan memproduksi dari lokasi

    yang lebih murah. Namun pada era tahun delapan puluhan, motivasi relokasimenjadi lebih penting. Hal ini disebabkan. Karena biaya produksi semakin

    tingggi. Lebih penting lagi perusahaan-perusahaan transnasional telah

    mengglobal, lalu para investor mulai menciptakan jaringan produksi antar

    berbagai lokasi berdasarkan sumber daya alam dan tenaga kerja serta

    kapabilitas teknologi, proses produksi yang dapat dibagi antarlokasi yang

    berbeda. Jaringan produksi dibentuk umumnya merupakan produk akhir yang

    diekspor ke negara lain. Pola tersebut telah menciptakan kaitan antara

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    24/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 24

    2010

    perdagangan dan investasi di berbagai kawasan dan merupakan tuntutan proses

    integrasi yang didorong oleh tuntutan pasar.14

    Sementara itu selama bertahun-tahun paradigma yang dianut oleh para praktisi

    pembangunan di Indonesia bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam

    (natural resources) dan tenaga kerja (man power) yang murah. Pandangan

    tersebut perlu dirumuskan kembali agar mampu menarik investor. Begitu pula di

    Provinsi Papua Barat masih terdapat paradigma bahwa dengan memiliki sumber

    daya alam yang melimpah, maka para investor akan datang dengan sendirinya.

    Padahal melihat kecenderungan global saat ini, sumber daya alam bukan satu-

    satunya faktor utama yang diperhatikan oleh investor sebagaimana dikemukakan

    diatas. Integrasi antara ketersediaan sumber daya alam, tenaga kerja, kapabilitas

    teknologi, dan proses produksi antarawilayah merupakan faktor utama yang

    diperhatikan para investor.

    Memperhatikan apa yang menjadi kecenderungan global yang penuh kompetisi

    saat ini, maka sangat penting untuk melakukan analisis mendalam terhadap

    faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi dan bagaimana proses

    integrasi dari berbagai faktor tersebut telah terlaksana di setiap wilayah diProvinsi Papua Barat. Faktor-faktor yang dianalisis meliputi variabel sumber

    daya alam, sumber daya manusia, budaya, ekonomi, keuangan, infrastruktur,

    keamanan, dan kelembagaan.

    Analisis dilakukan dengan basis data-data sekunder yang diperkuat oleh data

    primer. Data primer mencerminkan penilaian dari responden akan kondisi

    wilayah studi. Penilaian dilakukan dengan memberi skor 1-5 untuk kondisi buruk

    sampai sangat baik. Hasilnya kemudian dirata-ratakan. Untuk data sekunder

    agar bisa dijumlahkan satu sama lainnya, maka dilakukan standardisasi

    menggunakan z-score. Angka z-score negatif memiliki arti bahwa nilainya berada

    dibawah rata-rata/nilai tengah. Semakin mendekati 0 berarti nilainya semakin

    mendekati rata-rata/nilai tengah. Selanjutnya guna mendapatkan skor masing-

    masing variabel dalam proses perhitungannya digunakan variabel pengali

    berdasarkan skor tingkat pengaruh berdasarkan responden investor dan

    pemerintah (lihat Tabel 1.4.).

    14Lihat Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Op.Cit. Hlm.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    25/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 25

    2010

    Tabel 1.7 Skor Variabel Pengali Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Investasi

    No.Variabel Bobot1. Keamanan 4,611111

    2. Pajak dan Pabean 4,555556

    3. Kelembagaan 4,497475

    4. Budaya 4,479167

    5. Hukum 4,416667

    6. Spasial dan lingkungan 4,305556

    7. Sumber Daya Alam 4,287768

    8. Ekonomi 4,260417

    9. Infrastruktur 4,168768

    10. Sumber Daya Manusia 4,142857

    Sumber : Data Sekunder dan Primer Yang Telah Diolah, Agustus 2010

    Hasil perhitungan menunjukan bahwa ke sepuluh variabel merupakan faktor-

    faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh pelaku usaha dalam berinvestasi di

    Provinsi Papua Barat. Dari pengukuran dapat dilihat bobot tertinggi ditunjukan

    oleh variabel keamanan. Hal ini menunjukan bahwa suasana kondusif dan aman

    dalam kegiatan berusaha merupakan faktor utama yang harus diperhatikan agar

    kegiatan investasi semakin meningkat di Provinsi Papua Barat.

    Berdasakan hasil perankingan skor variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

    kegiatan investasi di seluruh Provinsi Papua Barat, didapatkan hasil skor seperti

    yang tercantum di Tabel 1.6. Hasil analisis skoring setiap variabel yang

    berpengaruh terhadap kegiatan investasi, menunjukan Kabupaten Manokwari

    secara signifikan menempati peringkat pertama dengan total skor 4,41. Disusul

    oleh Kota Sorong pada peringkat kedua dengan total skor 3,72 dan pada posisi

    ketiga ditempati oleh Kabupaten Sorong dengan total skor 2,59. Sedangkan

    untuk tiga peringkat terbawah ditempati oleh Kabupaten Sorong Selatan,

    Kabupaten Raja Ampat, dan Teluk Wondama. Kabupaten Sorong Selatan

    menempati posisi ke tujuh dengan perolehan skor total -1,54, kemudian

    Kabupaten Raja Ampat dengan total skor -3,47 dan posisi terakhir ditempati oleh

    Kabupaten Teluk Wondama dengan total skor -4,42.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    26/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 26

    2010

    Tabel 1.8 Hasil Rekapitulasi Analisis Skoring Variabel Investasi di Setiap Wilayah Provinsi

    Papua Barat

    Rank Kota/Kabupaten SDA SDM BUDAYA EKONOMI KEUANGAN INFRA KEAMANAN LEMBAGA Total

    1 Manokwari 2,42 1,65 1,39 -0,52 -2,19 1,66 0,94 -1,24 4,41

    2 Kota Sorong 0,46 1,54 -0,05 0,67 -0,07 1,16 0,87 -1,46 3,72

    3 Sorong 0,28 0,86 -0,23 1,27 -0,35 0,76 -0,94 -1,21 2,59

    4 Kaimana -0,22 -0,72 2,09 -1,31 0,75 -0,06 0,02 0,85 0,52

    5 Teluk Bintuni -0,05 -0,84 -0,79 1,43 0,75 -1,07 0,22 -0,12 -0,58

    6 Fak-fak -0,09 -0,39 0,05 -1,42 0,75 -0,11 1,87 0,53 -1,22

    7 Sorong Selatan -0,90 -0,25 -0,79 0,68 0,75 -1,02 -0,99 0,65 -1,54

    8 Raja Ampat -0,65 -0,80 -0,87 -0,16 -1,13 0,13 -0,99 1,46 -3,47

    9 Teluk Wondama -1,24 -1,04 -0,79 -0,63 0,75 -1,45 -0,99 0,53 -4,42

    Sumber : Data Sekunder dan Primer Yang Telah Diolah, Agustus 2010

    Analisis skoring variabel investasi seperti di Tabel 1.8 menggambarkan skoring

    total dari variabel-variabel yang berpengaruh terhadap investasi, yaitu sumber

    daya alam, sumber daya manusia, kondisi budaya, kondisi ekonomi, kondisi

    keuangan, kondisi infrastruktur, kondisi keamanan, dan kondisi kelembagaan.

    Berdasarkan rekapitulasi tersebut maka didapatkan gambaran mengenai kondisimasing-masing daerah. Sektor unggulan di Provinsi Papua Barat terdapat pada

    lima sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor

    perdagangan, sektor jasa dan sektor keuangan. Sektor ini merupakan sektor-

    sektor ekonomi yang dianggap dominan dan sesuai di Provinsi Papua Barat.

    Banyak sekali informasi yang dapat diperoleh melalui matriks rekapitulasi ini,

    mulai dari sektor unggulan, kebutyuhan investasi hingga kekuatan dan

    kelemahan suatu daerah.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    27/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 1-27

    2010Tabel 1.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Sektor Unggulan dan Iklim Investasi di Provinsi Papua Barat

    aKabupaten

    SEKTOR DAN SUB SEKTOR SERTA PRODUK

    Skenario Investasi

    (dalam milyar)

    KEKUATAN DAN KELEMAHANDOMINAN POTENSIAL

    SektorLQ

    Shift-share

    Sub sektor Produk Sektor Produk

    Kekuatan Kelemahan

    Unggul SpeialisasiModera

    tOptimis Variabel Rank Variabel Rank

    2003 2009

    Teluk

    WondamaPertanian 2,66 3 Ada tidak ada

    Tanaman bahan

    makananUbi kayu, jagung Perkebunan

    kelapa

    sawit,

    coklat

    127,3 267,7 Keuangan 1

    SDA 9

    SDM 9

    Ekonomi 7

    Infrastruktur 9

    Keamanan 7

    Teluk

    BintuniPertanian 2,3 2,32 Ada tidak ada

    Tanaman bahan

    makanan

    Ubi kayu, jagung,

    padi,kacang

    kedelai,kacang

    tanah, kacang

    hijau

    Listrik, Gas

    dan Air

    Minum,

    Kehutanan,

    Perkebunan

    , Perikanan

    kelapa

    sawit,

    udang, ikan

    laut,

    lobster

    471,11.075,0

    0

    Ekonomi 1 SDM 8

    Keuangan 1 Infrastruktur 8

    Manokwari Jasa-jasa 2,2713,4

    3Ada tidak ada

    Hiburan &

    Rekreasi

    Wisata alam &

    wisata budaya

    Tanaman

    Bahan

    Makanan,

    Perkebunan

    padi

    sawah,

    padai

    ladang,

    jagung, ubi

    kayubi

    jalar,

    kacang

    tanah,

    kedelai,

    kacanghijau,

    kelapa

    sawit,

    coklat

    397,31.198,0

    0

    SDA 1 keuangan 9

    SDM 1 lembaga 8

    Budaya 2

    Infrastruktur 1

    Keamanan 2

    Sorong Pertanian 2,15 2,61 ada tidak ada Tanaman Bahan padi, jagung, ubi Perkebunan kelapa 99,1 1.300,0 Ekonomi 3 SDA 8

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    28/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 1-28

    2010

    aKabupaten

    SEKTOR DAN SUB SEKTOR SERTA PRODUK

    Skenario Investasi

    (dalam milyar)

    KEKUATAN DAN KELEMAHANDOMINAN POTENSIAL

    SektorLQ

    Shift-share

    Sub sektor Produk Sektor Produk

    Kekuatan Kelemahan

    Unggul SpeialisasiModera

    tOptimis Variabel Rank Variabel Rank

    2003 2009

    selatan makanan kayu dan kedelai sawit,

    coklat

    0 Keuangan 1 Infrastruktur 7

    Lembaga 3 keamanan 7

    SorongIndustri

    Pengolahan1,63 2,11 Ada tidak ada

    Industri tanpa

    migas

    pengolahan

    kelapa sawit,

    kelapa,

    kakao,pengolaha

    n kayu,

    pengolahan hasil

    laut

    Tanaman

    Bahan

    Makanan,

    Perkebunan

    ,

    Peternakan,

    Kehutanan

    padi

    sawah,jagung, ubi

    kayu, ubi

    jalar,

    kedelai.

    kelapa

    sawit,

    kelapa

    coklat,

    ayam

    petelur,

    ayam

    pedaging,

    ayam

    kampung,

    ayam ras,

    itik.

    462,3 515,4

    SDA 3 keuangan 7

    SDM 3 kelembagaan 7

    Ekonomi 2

    Infrastruktur 3

    Raja Ampat Jasa 0,27 1,14 Ada adaRekreasi &

    Hiburan

    Wisata alam &

    wisata budaya

    Perkebunan

    , kehutanan,

    perikanan

    kelapa

    sawit,

    kelapa,

    coklat, ikanteri

    414,1 703,3 lembaga 1

    SDA 7

    SDM 7

    Budaya 9

    keuangan 8

    keamanan 7

    Fakfak Perdagangan 1,22 1,36 ada tidak adaPerdagangan

    besar & eceran

    Perdagangan

    produk

    pertanian,

    Perikanan,

    Perkebunan

    , Kehutanan

    ikan

    tenggiri,

    ikan kakap

    705, 503.100,0

    0

    Budaya 3ekonomi 9

    keuangan 1

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    29/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 1-29

    2010

    aKabupaten

    SEKTOR DAN SUB SEKTOR SERTA PRODUK

    Skenario Investasi

    (dalam milyar)

    KEKUATAN DAN KELEMAHANDOMINAN POTENSIAL

    SektorLQ

    Shift-share

    Sub sektor Produk Sektor Produk

    Kekuatan Kelemahan

    Unggul SpeialisasiModera

    tOptimis Variabel Rank Variabel Rank

    2003 2009

    pertambangan

    dan penggalian,

    industri

    pengolahan

    putih,

    kelapa

    sawitkeamanan 1

    Kaimana Keuangan 1,58 1,65 Ada tidak ada

    Jasa Penyediaan

    BBM, Air

    Bersih, dan

    Penunjang

    Angkutan Udara

    Catering, Cargo,

    Suplai BBM dan

    Air Bersih

    Kehutanan,

    Perkebunan

    , Perikanan

    kelapa

    sawit,

    kelapa,

    ikan

    tenggiri,

    ikan kakap

    putih.

    116, 20 357,5

    budaya 1

    ekonomi 8

    keuangan

    lembaga1

    2

    Kota Sorong Keuangan 0,59 2,3 Ada adabank & lembaga

    keuanganJasa Perbankan

    Industri

    Pengolahan

    Ikan

    Pengolaha

    n ikan teri,

    ikan

    cakalang,

    ikan

    tenggiri,

    ikan

    madidhang

    , ikan

    kakap

    putih.

    797, 102.300,0

    0

    SDA 2

    kelembagaan 9

    SDM 2

    Infrastruktur 2

    Keamanan 3

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    30/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 30

    2010

    Hasil analisa kondisi perekonomian wilayah dan iklim investasi menunjukan

    bahwa Provinsi Papua Barat memiliki sejumlah daya tarik investasi di berbagai

    sektor dengan berbagai komoditi unggulan. Namun masih terjadi sejumlah

    permasalahan yang akan menghambat kegiatan investasi. Untuk itu diperlukan

    suatu strategi investasi yang tepat dan komprehensif agar kegiatan investasi

    dapat terlaksana dengan baik. Untuk maksud tersebut tentunya diperlukan suatu

    alat bantu berupa metode atau analisis yang dapat memberikan suatu rujukan

    teoritis dalam menggambarkan situasi dan kondisi Provinsi Papua Barat.

    Salah satu metode atau analisis yang dianggap valid dan reliabel memberikan

    bantuan untuk memahami situasi dan kondisi Provinsi Papua Barat adalah

    melakukan telaahan tentang environmental scanning Provinsi Papua Barat, yaitu

    kegiatan pengamatan dan identifikasi secara cermat lingkungan strategis untuk

    mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kondisi suatu organisasi atau

    daerah tertentu sebagai dasar mengambil langkah-langkah yang tepat untuk

    menyikapi posisi dan isu strategis dimaksud. Salah satu aplikasi dari analisis

    environmental scanning adalah menerapkan metode SWOT yaitu analisis

    terhadap lingkungan internal baik kekuatan (Strengths) dan kelemahan

    (Weaknesses), serta lingkungan eksternal baik peluang (Opportunities) dan

    ancaman (Threaths) dari suatu lingkungan tertentu. Alat analisis lain yang

    digunakan adalah analisis stakeholder, mengetahui pihak-pihak yang memiliki

    kepentingan dan sistem hubungan sosial dalam pelaksanaan investasi.

    1.6 Analisa SWOT

    Analisis SWOT terhadap wilayah Provinsi Papua Barat secara umum dapat

    dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

    1. Melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal wilayah Provinsi

    Papua Barat, khususnya terkait dengan kondisi lingkungan kegiatan

    investasi.

    2. Pemetaan Interaksi dan Issue Strategis lingkungan internal dan eksternal

    Provinsi Papua Barat, khususnya terkait dengan faktor-faktor yang

    berpengaruh terhadap kegiatan investasi di Provinsi Papua Barat

    3. Pemetaan Posisi Wilayah Provinsi Papua Barat

    4. Penentuan Strategi.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    31/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 31

    2010

    Gambaran proses penyusunan strategi investasi dapat dilihat pada Gambar 1.1

    Gambar1.1.1 Proses Penyusunan Strategi Investasi di Provinsi Papua Barat

    Proses Analisa SWOT untuk penyusunan strategi investasi di Provinsi Papua

    Barat didasarkan pada analisa kondisi lingkungan internal dan eksternal terkait

    dengan aspek yang berkaitan dengan :

    a) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Untuk aspek-

    aspek yang terkait dengan investasi mencakup analisis kondisi lingkungan

    internal dan eksternal terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap iklim

    investasi yaitu :

    1. Sumber Daya Alam

    2. Sumber Daya Manusia/Tenaga Kerja

    3. Infrastruktur Fisik

    4. Kelembagaan (kepastian hukum, aparatur, kebijakan daerah,

    kepemimpinan lokal)

    5. Keamanan, Politik dan Sosial Budaya

    6. Ekonomi Daerah (Pendapatan Per Kapita, Struktur Ekonomi)

    b) Kondisi sektor basis Provinsi Papua Barat yang akan dijadikan sektor

    unggulan dalam kegiatan investasi. Untuk sektor basis mencakup analisis

    kondisi lingkungan dan eksternal dari sektor unggulan di Provinsi Papua

    MISI

    VISI

    Analisis Lingkungan

    Eksternal

    Analisa SWOT

    Analisis Lingkungan

    Internal

    Rumusan

    Tujuan

    Rumusan

    Strategi

    Program Pelaksanaan

    Umpan Balik

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    32/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 32

    2010

    Barat yaitu : sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor

    infrastruktur, sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, sektor listrik, gas dan air

    minum, sektor keuangan persewaan dan jasa, dan sektor angkutan dan

    komunikasi.

    1.7 Analisis Stakeholders

    Analisis stakeholder memiliki kegunaan untuk memahami kompleksitas dan

    kompabilitas permasalahan antara tujuan dan stakeholder. Analisis ini digunakan

    dengan cara mengidentifikasi aktor kunci atau stakeholder dan menilai

    kepentingan masing-masing stakeholder di dalam sistem. Analisis stakeholder

    yang dilakukan adalah analisis untuk memahami hubungan sosial, institusi dalam

    penanaman modal serta investasi di daerah, terutama di Provinsi Papua Barat.

    Dengan adanya analisis stakeholder, maka dapat diketahui pihak-pihak yang

    memiliki kepentingan dan bagaimana sistem hubungan sosial dalam

    pelaksanaan investasi.

    Gambar 1.2 Skema Analisis Stakeholder

    Hasil analisa stakeholders menunjukan terjadinya berbagai dampak negatif dan

    permasalahan terkait hak ulayat dengan adanya kegiatan investasi di Provinsi

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    33/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 33

    2010

    Papua Barat. Kondisi ini menuntut dilakukannya analisis lebih lanjut terhadap

    akar permasalahannya. Kegiatan investasi yang belum dilaksanakan secara

    terintegrasi oleh para investor merupakan kekuatan distributif (distributive

    power)15 yang dijalankan investor tanpa mendapat kekuatan penyeimbang dari

    stakeholderlainnya yaitu Pemerintah Daerah dan masyarakat lokal.

    Pada saat ini kekuatan penyeimbang belum berfungsi karena lemahnya fungsi

    kontrol pemerintah dan rendahnya partisipasi masyarakat terhadap setiap

    kegiatan investasi. Artinya belum dicapai suatu pemahaman bersama diantara

    stakeholders terhadap fungsi sumber daya alam yang terkait dengan

    keberadaan hak ulayat dan terganggunya kondisi lingkungan oleh adanya

    eksploitasi alam dari berbagai kegiatan investasi, serta belum terjadinya

    kesepakatan kolektif diantara stakeholders terhadap program pengelolaannya

    (lihat Gambar 1.3).

    Gambar 1.3 Hubungan Prasinergis Stakeholders

    15Talcot Parson membedakan kekuasaan menjadi dua dimensi, yaitu distributif dan generatif.

    Dimensi distributif kekuasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk

    memasksakan kehendak pada orang lain. Sedangkan dimensi generatif keuasaan merupakan

    tindakan-tindakan yang memungkinkan masyarakat atau unit sosial untuk meningkatkan

    kemampuannya untuk mengubah masa depan meraka atas plihan mereka sendiri. Lihat Tulisan

    AMW Pranaka dan Vidhyandika Moeljarto mengenai pemberdayaan (empowerment) dalampemebrdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS Jakarta hal 64.

    Kegiatan Investasi

    Belum Terintegrasi

    Kontrol Pemerintah

    Daerah Lemah

    Partisipasi

    Mas arakat Rendah

    Sumber Daya

    Alam Terkait Hak

    Ulayat dan

    Lingkungan

    Terganggu

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    34/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 34

    2010

    Agar sumber daya alam dapat terkelola dengan baik, keberadaan hak ulayat

    dapat tetap terjamin, dan lingkungan tidak terganggu oleh berbagai kegiatan

    investasi, maka perlu dirumuskan suatu strategi investasi yang berbasis pada

    keterbatasan sumber daya alam dan keberadaan hak ulayat secara

    berkelanjutan. Strategi investasi dapat dilaksanakan apabila setiap stakeholder

    dapat menjalankan status peran yang diembannya dalam kegiatan investasi,

    yaitu :

    a) Berfungsinya kontrol pemerintah daerah terhadap berbagai kegiatan

    investasi di Provinsi Papua Barat.

    b) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam setiap proses kegiatan

    investasi.

    c) Terintegrasinya kegiatan investasi oleh setiap investor yang telah

    ditetapkan oleh Pemda Provinsi Papua Barat dan keberadaan hak ulayat

    di masyarakat.

    d) Terciptanya suatu kesepakatan kolektif diantara stakeholders terhadap

    tujuan bersama yang akan dilaksanakan16.

    Status peran yang harus dijalankan stakeholdersmerupakan fungsi adaptasi dari

    persyaratan fungsional yang perlu dilaksanakan di awal kegiatan strategi

    investasi. Pada strategi investasi selanjutnya harus memuat empat persyaratan

    fungsional Pola AGIL Talcot Parson Samuel Smelser. Pendekatan AGIL

    Parson-Smelser digunakan karena strategi investasi yang dilaksanakan

    membutuhkan suatu pendekatan yang mampu menjembatani setiap

    permasalahan yang dihadapi pada pelaksanaan kegiatan investasi baik bersifatmakro maupun mikro.

    Strategi investasi di Provinsi Papua Barat harus disusun berdasarkan hubungan

    sinergi17 diantara stakeholders, yaitu institusi Pemerintah Daerah

    16Menurut istilah Talcot Parson terciptanya kekuasaaan yang berdimensi generatif pada

    stakeholders17

    Ruth Benedict mengkonsepsikan Sinergi sebagai kondisi ideal yang ingin dicapai (good society).Menurutnya sinergi berarti winwin solutionantara individu dengan individu, antara individu

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    35/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 35

    2010

    (Provinsi/Kabupaten), investor, dan masyarakat18 agar tercipta kondisi

    equilibriumdiantara ketiganya.

    Kesepakatan Kolektif

    Gambar 1.4 Hubungan Sinergis Stakeholders

    Menurut Parsons kondisi equilbrium dapat terlaksana sepanjang ketiga struktur

    institusional diatas mampu membentuk sistem besar dalam suatu komunitas dan

    melahirkan interelasi pola institusional yang terintegrasi. Meskipun di satu sisi

    masing-masing aktor dapat dilihat sebagai suatu sistem yang menghadapi

    masalah adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola laten

    sendiri (lihat Tabel 1.10). Pola tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan

    strategi investasi serta penanganan dampak negatif yang terjadi dari kegiatan

    investasi di Provinsi Papua Barat.

    dengan organisasi, dan antara individu dengan masyarakat (society). Menurutnya pula di dalam

    suatu masyarakat yang berkembang (flourish) ada masyarakat yang sinergi.18

    Untuk institusi yang mewakili masyarakat bisa terwakili oleh lembaga adat. Di masyarakat

    Papua secara umum lembaga adat memegang peranan penting dalam menangani permasalahanadat, khususnya mengenai hak ulayat.

    Kegiatan Investasi

    Terintegrasi

    Kontrol Pemerintah

    Daerah Berjalan

    Partisipasi MasyarakatMeningkat

    Tujuan Bersama Dalam

    Kegiatan InvestasiBerbasis Sumber Daya

    Alam dan Hak Ulayat di

    Masyarakat

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    36/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 36

    2010

    Tabel 1.10 Interelasi Pola Institusional StakeholdersYang Terintegrasi

    Struktur

    Institusonal

    Persyaratan

    Fungsional

    Pemerintah Investor Masyarakat

    Adaptat ion a) Kebijakan Investasiharusmemperhatikanpermasalahan dankebutuhanmasyarakat,lingkungan fisik,sistem budaya danorganisme perilakumasyarakat

    b) Menetapkankebijakanpembangunan sosialdalam setiap rencanakegiatan investasi

    c) Menetapkankebijakan investasiyang disesuaikan

    dengan sumber dayaalam yang terbatasdan keberadaan hakulayat

    d) Membuat kebijakaninvestasi yangterintegrasi denganlingkungan ekonomi,sosial, budayamasyarakat

    a) Perencanaaninvestasi harusmemperhatikanlingkungan fisik,sistem budaya,norma-norma yangberlaku di masyarakat

    b) Menyesuaikan setiaprencana investasidengan kondisisumber daya alamyang terbatas dankeberadaan hakulayat

    c) Mengintegrasikansetiap rencanainvestasi dengankebijakan Pemerintah

    Daerah dankeberadaan hakulayat

    a) Kesiapanmasyarakat dalammenghadapiperubahan yangterjadi denganadanya berbagaikegiatan investasi,baik dari sistembudaya dan normasosial yang dianut,lingkungan fisik, danorganisme perilakumasyarakat.

    b) Kemampuanmencari alternatifsolusi dari setiapperubahan yangterjadi dari kegiatan

    investasic) Memilik kekuatanmengorganisasi diri(self organizing)agar tercapaibargaining powerdengan pelakuekonomi lainnya

    Goal Atta inment Orientasi Pertumbuhan

    Ekonomi dan PAD.

    Orientasi ini harus

    diselaraskan dengantujuan bersama pada

    strategi investasi

    Maksimalisasi

    keuntungan. Orientasi ini

    harus diselaraskan

    dengan tujuan bersamapada strategi investasi

    a) Kesejahteraanmasyarakatmeningkat

    b) Lingkungan yangterpeliharac) Sistem budaya dan

    norma perilakuterpelihara

    d) Hak ulayat diakuidan diterimasebagai modalinvestasi

    Orientasi tersebut harusdiselaraskan dengantujuan bersama padastrategi investasi

    Integration a) Melakukan a) Melakukan a) Kemampuan

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    37/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 37

    2010

    Struktur

    Institusonal

    Persyaratan

    Fungsional

    Pemerintah Investor Masyarakat

    pengawasanterhadap setiapkegiatan investasiyang dilaksanakan disetiap wilayah diProvinsi Papua Barat

    b) Menjalin hubungan

    kerjasama sinergisdengan masyarakatdan investor diProvinsi Papua Baratdalam setiapprogram investasi

    pengawasanterhadap setiapberoperasinyakegiatan investasi diProvinsi Papua Barat

    b) Menjalin kerjasamasinergis dengan

    masyarakat danPemerintah Daerah diProvinsi Papua Baratdalam setiap programinvestasi yangdilaksanakan

    melakukan kontrolsosial terhadapsetiap kegiataninvestasi

    b) Kemampuan untukmembentuksolidaritas sosial

    dan kesediaanbekerjasamadengan PemerintahDaerah dan Investoragar tujuan kolektiftercapai.

    Lattent Pattent

    Maintenance

    Mendorong, mendukung,

    dan memfasilitasi

    dipertahankannya pola

    interaksi dan kerjasama

    antara Pemerintah

    Daerah, Investor dan

    masyarakat dalam jangkapanjang

    a) Senantiasamelakukan kerjasamadan koordinasidengan PemerintahDaerah danmasyarakat agarkegiatan investasi

    dapat memberikanmanfaat bagi kegiatanpembangunan,lingkungan, dankesejahteraanmasyarakat lokal

    b) Ikut memfasilitasiberbagai kegiatanyang dapatmendukung danmemperkuat interaksiantara PemerintahDaerah, Investor dan

    masyarakat

    Senantiasa menciptakan

    kegiatan-kegiatan yang

    dapat mendukung dan

    memperkuat pola

    interaksi antara

    Pemerintah Daerah,

    Investor, danmasyarakat

    Sumber: Hasil analisis 2010

    1.8 Konsep Strategi Kebijakan Investasi Berbasis Pemberdayaan

    Masyarakat (Commu ni ty Based Development) dengan Pendekatan

    Cooperat ive Management

    Hasil analisis sektor, analisis potensi, dan stakeholders menunjukan, bahwa

    potensi utama yang dimiliki Provinsi Papua Barat dalam menunjang kegiatan

    investasi adalah adanya potensi sumber daya alam yang melimpah. Untuk itu

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    38/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 38

    2010

    diperlukan suatu pengelolaan sumber daya alam secara terpadu dengan

    melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam kegiatan investasi, terutama

    pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha agar setiap kegiatan investasi tidak

    bertentangan dengan ketentuan pembangunan berwawasan lingkungan.

    Konsep dasar yang cukup penting sebagai landasan dalam pengelolaan sumber

    daya alam adalah Konsep Optimum Suitainaible Yield(OSY).

    Menurut Konsep Optimum Suitainaible Yield (OSY) jumlah sumber daya alam

    yang dapat dieksploitasi harus didasarkan pada perhitungan dari berbagai

    perspektif seperti biologi, ekonomi, bahkan sampai perspektif sosial politik yang

    berkembang. Konsep ini merefleksikan adanya keterbatasan kemampuan

    pemerintah dalam mengelola sumber daya alam sendirian. Untuk itu

    membutuhkan keterlibatan semua pihak kelompok kepentingan dalam

    merumuskan nilai optimum yang ingin dicapai. Hasil dari keputusan tersebut

    telah mengadopsi kepentingan banyak kelompok. Selain itu dengan melibatkan

    seluruh kelompok kepentingan dalam merumuskan nilai optimum dari konsep

    OSY, maka keputusan yang dihasilkan dianggap lebih mewakili berbagai aspirasi

    masyarakat.

    Konsep OSY lebih mengarahkan pada lahirnya kebijakan dan strategi yang

    komprehensif, juga meletakan pondasi pada praktek kerjasama dalam

    manajemen pengelolaan (cooperative management) dengan melibatkan berbagai

    kelompok kepentingan, atau sinergitas pengelolaan bersama antara

    stakeholders khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam. Cooperative

    managementadalah suatu bentuk manajemen yang dilandasi oleh prinsip-prinsip

    kemitraan antara berbagai kelompok kepentingan untuk mencapai tujuan

    bersama. Menurut Pomeroy dan William dalam Dahuri (1999 : 17), cooperative

    management (co management) adalah pembagian tanggung jawab dan

    wewenang antara pemerintah dengan masyarakat untuk mengelola sumber daya

    alam. Dalam konteks co management kegiatan investasi di Provinsi Papua

    Barat model pengelolaannya dilakukan secara bersama-sama antara berbagai

    kelompok kepentingan, yaitu pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha.

    Diperlukan keterpaduan diantara berbagai stakeholders dalam pengelolaan

    sumber daya alam agar kepentingan setiap pihak dapat terwakili.

  • 7/22/2019 EXECUTIVE SUMMARY PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN ROADMAP INVESTASI DI

    39/84

    Executive Summary

    Penyusunan Strategi Pengembangan Penanaman Modal dan

    Roadmap Investasi di Provinsi Papua Barat 39

    2010

    Payung dari konsep cooperative management tidak dapat dipisahkan dari

    community based development. Konsep CBD didasarkan pada pola

    pembangunan dengan perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning).

    Penggunaan pendekatan ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya

    intervensi birokrasi dalam pembangunan dan secara konseptual merupakan pola

    yang berprinsip bottom - upkarena melibatkan berbagai kelompok kepentingan

    mulai dari perencanaan sampai implementasinya. Dengan pendekatan ini pula

    kepentingan masyarakat bawah (grass root) dan khususnya masyarakat adat

    tradisional terakomodir. Sasaran yang menjadi subjek pemberdayaan dalam pola

    CBD adalah suatu komunitas masyarakat tertentu. Misalnya subjek sasaran

    adalah sumber daya laut dalam suatu wilayah tertentu (fishing area), subjek

    sasaran sumber daya hutan dalam suatu wilayah kehutanan, dan seterusnya.

    Syarat agar pengelolaan sumber daya alam dengan model cooperative

    management mencapai hasil yang memuaskan bila pengelolaan tersebut

    didasarkan pada masyarakat. Menurut Dahuri (1999 : 2)19 prinsip dasar yang

    dapat menjadi kunci keberhasilan cooperative management adalah :

    1) Ada batas yang jelas terhadap wilayah pengeloaan. Penetapan batas wilayah

    pengelolaan selain mengadopsi batas wilayah administrasi daerah, juga tidakkalah penting adalah batas wilayah kultural masyarakat, seperti adanya batas

    hak ulayat atau berada di wilayah hak ulayat. Dengan demikian masyarakat

    mengetahui wilayah yang dikelola.

    2) Setiap individu atau kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam dalam

    wilayah pengelolaan harus diketahui dengan jelas.

    3) Kelompok masyarakat yang terlibat dalam wilayah pengelolaan sebaiknya

    tinggal secara tetap di dekat wilayah pengelolaan.

    4) Setiap orang yang terlibat dalam pengelolaan harus mempunyai harapan

    bahwa manfaat yang diperoleh dalam pengelolaan harus lebih besar dari

    biaya yang dikeluarkan.

    5) Penerapan pengelolaan harus sederhana dan terintegrasi

    19Prinsip ini disesuaikan khusus untuk konteks Provinsi Papua Barat dengan keberadaan Hak

    Ulayatnya, konsep umum diadopsi oleh Mochamad Najib : Kebijakan Pe