LAPORANSEMINAR
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDSPASCA TAHUN 2017
Senin, 4 Desember 2017
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)Fakultas Kedokteran UGM
1 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
“Kesehatanku, Hakku”
Senin, 4 Desember 2017
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) yang jatuh pada tanggal 1
Desember, PKMK menyelenggarakan seminar yang melibatkan lintas sektor untuk
mendiskusikan penanggulangan HIV & AIDS pasca 2017. Kegiatan ini merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan setiap akhir tahun oleh tiap-tiap divisi yang ada di
PKMK. Seminar ini dimaksudkan untuk merefleksikan upaya-upaya penanggulangan
HIV & AIDS hingga tahun 2017 (Kaleidoskop) dan merumuskan isu-isu strategis
penanggulangan HIV & AIDS untuk tahun 2018 dan tahun-tahun mendatang
(Outlook).
2 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
Seminar ini mengambil tema “Kesehatanku, Hakku (My Health, My Right)” yang
merupakan tema HAS secara global yang dicanangkan oleh UNAIDS. Tema ini sangat
relevan oleh karena persoalan mendasar selama ini dalam upaya penanggulangan
HIV & AIDS adalah persoalan inklusi sosial. Upaya untuk mengatasi masalah ini
sebenarnya sudah dilakukan, mulai dari mendorong keterlibatan yang bermakna dari
populasi kunci dalam penanggulangan HIV & AIDS hingga upaya-upaya RLB
(Removing Legal Barriers) yang akhir-akhir ini santer terdengar. Dengan melibatkan
peserta dari berbagai sektor, seminar ini diharapkan mampu menelaah secara lebih
mendalam inti persoalan dari inklusi sosial tersebut dan merumuskan solusi apa yang
realistis untuk dilakukan. Sebagai pemantik diskusi dalam seminar ini adalah paparan
yang disampaikan oleh PKMK terkait dengan situasi dan tren epidemi HIV & AIDS;
rencana aksi nasional dan road map penanggulangan HIV & AIDS; strategi dan
tujuannya serta pencapaiannya selama ini.
Dalam materi paparan tersebut, untuk merealisasikan three zeros seperti yang
tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian HIV & AIDS dari Kemkes,
3 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
upaya untuk menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA ternyata
masih sebatas kampanye, belum ada aksi konkritnya. Sedangkan upaya untuk
menurunkan hingga mengeliminasi infeksi HIV baru dan kematian terkait HIV &
AIDS, sudah cukup masif dan komrehensif. Terkait dua tujuan tersebut, bahkan
sudah ada penelitian yang cukup besar untuk melihat model layanan yang
mensimplifikasikan akses ARV. Selain itu, Kemkes juga telah menyusun agenda-
agenda prioritas dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kemkes melakukan
prioritasi populasi sasaran, daerah dan strategi.
Ada beberapa hal yang menarik untuk didiskusikan dari paparan tersebut sebagai
gambaran penanggulangan HIV & AIDS di masa mendatang. Salah satunya
mengenai skema pendanaan GF 2018-2020 dan pelaksana utamanya di tiap-tiap
level. Dari kedua bagan tersebut nampak bahwa sebagai pelaksana utama pada level
nasional adalah Kemkes dan Yayasan Spiritia. KPAN tidak nampak dalam bagan
tersebut, sedangkan pada level provinsi dan kabupaten/kota, KPAD masih tercantum
dalam bagan tersebut. Dari kedua bagan tersebut, terlihat bahwa upaya-upaya
pencegahan merupakan peran dan tanggung jawab Kemkes meskipun selama ini ada
beberapa pihak yang juga telah berkontribusi dalam melakukan upaya-upaya
pencegahan pada level akar rumput dan populasi kunci. Poin ini kemudian
memunculkan pertanyaan seperti apakah nanti mekanisme koordinasi dan
pelaporannya pasca KPAN tidak ada? Apakah akan langsung ke Kemkes? Hal ini
dikaitkan dengan munculnya Perpres No. 124 Tahun 2016, pasal 17A dan 17B yang
ternyata membawa polemik tersendiri dalam kaitannya dengan peran-peran
koordinasi ke depan dan keberlanjutan KPA pada level daerah. Perpres ini
menyatakan bahwa ada 2 kementerian yang akan mengampu penanggulangan HIV
& AIDS ke depan, yakni Kemkes dari aspek teknisnya dan Menko PMK yang akan
menangani pada aspek-aspek koordinatifnya. Namun, hingga saat ini belum ada
Permenko yang mengatur mengenai hal ini. Apakah nantinya forum-forum
4 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
multistakeholder hanya akan diinisiasi oleh lembaga-lembaga internasional yang
bergerak dalam isu HIV & AIDS?
Hal lain yang menjadi perhatian dari paparan ini adalah dari aspek tata kelolanya.
SPM (Standart Pelayanan Minimum) dalam penanggulangan HIV & AIDS seperti
yang tertuang dalam Permenkes No. 43 Tahun 2016 ternyata justru tidak
mencantumkan kelompok sasaran lain yang juga berisiko dalam penularan HIV, yakni
klien pekerja seks, pekerja seks, waria dan klien waria. Hal ini tentunya memunculkan
konsekuensi tersendiri terkait dengan penyediaan layanannya (program-program
penjangkauan dan pendampingan (outreach), paket tes HIV). Apakah hal ini berarti
untuk menjangkau kelompok-kelompok yang tidak disebutkan dalam SPM hanya
akan dilakukan oleh GF saja? Lalu bagaimana dengan tanggung jawab pemda?
Seperti diketahui bersama bahwa program untuk pekerja seks GF NFM sudah selesai
sejak bulan November 2017 yang lalu. Baru pada bulan Februari 2018 akan ada
tawaran tetapi masih belum tahu mekanisme dan kejelasannya akan seperti apa. Hal
ini tentu saja perlu menjadi perhatian bersama terkait dengan inklusifitas dan RLB.
5 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
Paparan diakhiri dengan beberapa poin yang perlu untuk didiskusikan bersama
dalam forum ini, yakni:
1. Bagaimana tata kelola penanggulangan HIV & AIDS yang multi sektoral ini
akan dilaksanakan pada tahun-tahun ke depan dengan melihat kenyataan
bahwa KPAN sudah berhenti masa tugasnya pada akhir tahun ini?
2. Seberapa jauh isu-isu terkait dengan peran OMS/OBK dan isu-isu terkait
dengan HAM akan dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Menko
PMK?
3. Bagaimana situasi di daerah? Siapakah yang akan mengelola isu-isu di luar
pelayanan kesehatan? Apakah Dinkes akan memerankan peran KPA
Provinsi/Kabupaten/Kota?
Menyoroti implikasi dari munculnya Perpres No. 124 Tahun 2016 dikaitkan dengan
keberlanjutan KPAD, KPA Bantul menyatakan bahwa KPA Bantul sementara ini tetap
berjalan seperti biasa dan sumber pendanaannya masih berasal dari APBD. Selama ini
KPA Bantul mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Dinkes dan Dinsos Kabupaten
Bantul, bahkan kantor sekretariat KPA Bantul berada di kantor Dinsos. Sehingga
munculnya Perpres tersebut tidak mempengaruhi keberadaan KPA Bantul. Sama
halnya seperti yang dinyatakan oleh Dinkes Sleman, bahwa dari hasil kajian tentang
keberadaan KPA, KPA Sleman masih dibutuhkan. Pemda Sleman melalui Dinkes
Sleman memberikan dukungannya dalam hal ini, salah satu contoh bentuk
dukungannya adalah penyelenggaraan-penyelenggaraan pelatihan (pelatihan VCT
bagi 25 puskesmas yang didukung tidak hanya oleh Dinkes tetapi juga BKD). Hal ini
didasari bahwa dari data yang ada, jumlah kasus HIV di Sleman cenderung
meningkat sehingga perlu masih perlu adanya KPA. KPA DIY juga menyatakan hal
yang sama, bahwa di tahun 2018 KPA DIY masih tetap berjalan seperti biasa dan
tetap akan melaksanakan kegiatan-kegiatannya, diantaranya pemetaan populasi
kunci, dll. Ditambahkannya bahwa dari hasil Monev yang telah dilakukan, upaya
6 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
penanggulangan HIV & AIDS di DIY selama ini sebenarnya telah dilaksanakan
dengan melibatkan multi sektor. Dari hasil monev tersebut, diketahui bahwa sumber
pendanaannya sebesar 55% berasal dari APBD. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa dana yang dipergunakan untuk sosialisasi HIV & AIDS oleh fasilitas kesehatan
kurang lebih 900 juta-an. Dengan mengacu pada indikator-indikator yang ada di
dalam SRAN yang dikembangkan oleh KPAN, hasil Monev yang dilakukan oleh KPA
DIY menunjukkan bahwa ada sekitar 1900 data yang menunjukkan kegiatan-kegiatan
penanggulangan HIV & AIDS di DIY. Ternyata, selama ini kurang lebih ada 130
lembaga yang terlibat dalam penanggulangan HIV & AIDS di DIY. Jika KPA ke depan
ditiadakan, siapa nantinya yang akan melakukan pendataan ini?
Senada dengan yang disampaikan oleh KPA Gunung Kidul, bahwa KPA GK dari dulu
sudah menyatu dengan Dinkes GK. Pendanaannya melalui Dinkes, ada juga
pendanaan untuk outreach (dana untuk perjalanan, supervisi kondom ke outlet-
outlet kondom di GK). Dengan demikian, munculnya Perpres No. 124 Tahun 2016
tidak terlalu menimbulkan gejolak yang berarti. Bahkan saat ini sedang
merencanakan kerjasama dengan PKBI GK untuk melakukan pemetaan outlet
kondom serta KPA GK sedang dalam tahap penyusunan Perda HIV GK yang akan
dikonsenyeringkan pada tanggal 14 Desember.
7 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
Dalam sesi diskusi, beberapa update informasi yang berkaitan dengan upaya
penanggulangan HIV & AIDS juga disampaikan oleh beberapa peserta. Dari Dinsos
DIY menambahkan informasi perihal rehabilitasi sosial untuk ODHA, sumber dananya
berasal dari dana dekon dan rehabilitasi ini hanya mencakup rehabilitasi dalam panti.
Untuk rehabilitasi di luar panti merupakan kewenangan kabupaten/kota. Sejak tahun
2017 sesuai undang-undang pemerintahan daerah, tidak ada lagi dana rehabilitasi di
luar panti untuk penanganan PMKS. Dengan adanya perubahan kebijakan ini tentu
saja mengakibatkan cakupan mitigasi dampak menjadi berkurang. Dari Dinkes Kota
Yogya menyatakan bahwa selama ini dirasakan masih kekurangan petugas outreach.
Sebenarnya hal ini bisa ditindaklanjuti agar bisa dicover oleh dana APBD, akan tetapi
dana APBD yang jumlahnya terbatas juga dipergunakan untuk prioritas kerja yang
lain. Kalau dari sisi kesiapan layanan kesehatan, Dinkes telah mempersiapkannya
bahkan saat ini inisiasi ARV sudah bisa dilakukan di beberapa puskesmas, tidak harus
ke rumah sakit. Update informasi yang lain disampaikan oleh BPPM bahwa sejak
tahun 2016 upaya penanggulangan HIV & AIDS sudah tidak lagi merupakan tupoksi
dari BPPM, maka seringkali penganggaran untuk ini dihapus. Sekarang sudah tidak
ada lagi kegiatan-kegiatan yang murni untuk penanggulangan HIV & AIDS. Namun
demikian, sosialisasi mengenai HIV & AIDS tetap dilakukan dan disampaikan dalam
materi sosialisasi perlindungan perempuan dan anak. Hal ini ditanggapi oleh
BAPPEDA Sleman terkait dengan perencanaan di OPD, sebenarnya sudah ada
tahapan untuk berkoordinasi dengan tiap-tiap OPD terkait dengan program kerja
dan penganggaran yang diusulkan. Dengan demikian, tidak ada pemotongan
anggaran secara sepihak dari Bappeda.
Dalam sesi diskusi juga digali mengenai beberapa hal terkait dengan apa sebenarnya
yang menjadi harapan dari unsur LSM terkait dengan isu inklusi? Seperti apa
seharusnya yang dilakukan untuk mekanisme koordinasi di lapangan di masa
mendatang? Sebenarnya apa yang menjadi spesifikasi tugas KPA dalam
penanggulangan HIV dan AIDS? Apa yang membedakan dengan sektor lain? Peran-
8 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
peran apa yang tidak bisa dilakukan oleh sektor lain dan harus dilakukan oleh KPA?
Yang jelas, peran KPA sebenarnya bukan sebagai implementor tetapi lebih
memfasilitasi koordinasi dan kerjasama antar aktor. Selain itu, KPA bisa sebagai
ujung tombak untuk knowledge sharing.
Salah seorang peserta menyoroti bahwa selama ini upaya-upaya untuk
membangun lingkungan yang kondusif hanya mengarah ke aspek legalnya saja,
cenderung membedakan dengan upaya-upaya penjangkauan dan pendampingannya
(outreach). Hal ini juga terproyeksikan di dalam skema pendanaan GF, ada
pembedaan antara upaya membangun lingkungan yang kondusif dengan upaya-
upaya outreach. Sementara itu, upaya-upaya untuk RLB cenderung hanya untuk
pelatihan-pelatihan yang sifatnya untuk penguatan saja tetapi belum ada upaya
untuk mencoba melihat seperti apa integrasi antara RLB & outreach.
9 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
Dari KPA Kota Yogyakarta menyatakan bahwa di Kota Yogya sudah pernah ada CSS
RLB yang didanai oleh IAC sebanyak 2 kali, meliputi ketrampilan komunikasi
komunitas TB-HIV dan bagaimana akses populasi kunci yang tidak mampu ke jalur
PBI terkait dengan JKN. Upaya ini juga bekerja sama dengan Dinas Kependudukan
dalam upayanya untuk bisa mendapatkan KTP atau persyaratan adminsitratif
kependudukan di Kota Yogya. Pada poin ini, muncul pertanyaan kritis lagi
sebenarnya: Meskipun sudah ada beberapa pelatihan yang dilakukan, namun seperti
apa kemudian pelatihan-pelatihan tersebut dapat diinstitusikan dalam program-
program outreach, karena selama ini upaya untuk membangun lingkungan yang
kondusif belum terintegrasi dengan outreach.
Terkait dengan peran KPA selama ini, dari Yayasan Vesta Indonesia menyatakan
bahwa KPA cukup banyak berperan dalam membantu kerja-kerja di lapangan untuk
hal-hal yang sifatnya koordinatif lintas sektor, meskipun hal ini tidak cukup dirasakan
oleh beberapa IU. PKBI Kota Yogyakarta menambahkan bahwa peran KPA selama
ini dirasakan cukup membantu dalam kerja-kerja PKBI, terutama menyangkut isu
kesehatan reproduksi. Peran koordinasi dirasakan lebih jalan jika dipegang oleh KPA,
hal ini tentu akan berbeda nantinya jika peran koordinasi dilakukan oleh sesama
10 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
dinas. Ditambahkan oleh Agus perihal tidak dimunculkannya kelompok target
tertentu dalam SPM penanggulangan HIV & AIDS. Apakah hal ini ada kaitannya
dengan dicanangkankannya Indonesia bebas prostitusi pada tahun 2020?
Ditambahkan lagi olehnya bahwa PKBI selama ini tidak mendapatkan pendanaan dari
GF, pendanaannya selama ini secara mandiri. Upaya-upaya yang dilakukan oleh PKBI
selama ini mengarah untuk memandirikan teman-teman komunitas dampingan dan
mampu berjejaring dengan banyak lembaga. Misalnya LBH, isu pemberdayaan, dll.
Senada dengan pernyataan dari Yayasan Vesta Indonesia dan PKBI Kota Yogyakarta,
CD Bethesda menyatakan bahwa KPA cukup berperan banyak terutama dalam hal
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh CD Bethesda pada
tingkat lapangan. Jika ada persoalan, KPA bisa diajak diskusi untuk mendapatkan
solusi. Pada tahun-tahun mendatang dengan adanya situasi ini, perlu ada
keterlibatan dari semua stakeholder dan penyedia layanan. Jaringan tetap dipelihara
untuk mengetahui setiap perkembangan dan untuk peningkatan kapasitas lembaga.
11 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
Menutup sesi diskusi, dengan menyoroti dinamika yang terjadi di lapangan, misalnya
pembubaran lokalisasi atau lokasi transaksi seks, semakin sensitifnya isu LGBT dan
tetap berlangsungnya penangkapan korban napza, sebenarnya bagaimana kesiapan
kita dalam rangka membekali teman-teman komunitas untuk tetap mengakses
layanan, melakukan pemeriksaan rutin, dll. Apa sebenarnya persiapan-persiapan
yang dapat dilakukan sebagai langkah antisipatif atas adanya perubahan-perubahan
di lapangan tersebut?
Seminar kemudian ditutup dengan memberikan beberapa catatan kesimpulan, baik
dari hasil diskusi maupun dari paparan:
1. Agar dapat meningkatkan inklusi dari sisi demand-nya maka populasi kunci
perlu untuk dikuatkan.
2. Para pelaku-pelaku pada tataran lapangan, unsur LSM misalnya perlu
mempersiapkan langkah-langkah antisipasi jika terjadi perubahan-perubahan
di lapangan.
12 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
“Kesehatanku, Hakku”
PENANGGULANGAN HIV & AIDS PASCA TAHUN 2017
3. Dari sisi tata kelola multisektor, isu inklusi bukan semata-mata merupakan isu
kesehatan tetapi juga mencakup isu keamanan, sosial, dll. Untuk itu perlu
dipikirkan sejak dini advokasi lintas sektor seperti apa yang harus dilakukan,
misalnya jika benar terjadi alih fungsi lahan di Bong Suwung. Tentunya perlu
dipersiapkan untuk membekali warga di Bong Suwung supaya mereka tetap
bisa melakukan akses layanan kesehatan. Hal ini tentu lebih strategis untuk
dilakukan daripada bersikeras untuk bertahan di lahan yang memang bukan
miliknya.
4. Sebelum adanya Permenko PMK yang mengatur mengenai peran koordinasi
lintas sektor, apakah untuk selanjutnya peran-peran koordinasi lintas sektor
tersebut akan dilakuka Biro Kesra?
5. Misalnya KPA tidak lagi menjadi komisi tapi menjadi sekretariat di Dinkes,
bagaimana implikasinya di level kabupaten/kota?
6. Perubahan tata kelola perlu diimbangi dengan upaya-upaya perubahan pada
tataran masyarakat, karena jika tidak maka masalah inklusi tetap saja akan
ada.
1
KALEIDOSKOP & OUTLOOK PENANGGULANGAN AIDS
Diskusi Hari AIDS Sedunia4 Nov 2017
Kesehatanku, Hakku!
SITUASI DAN TREN EPIDEMI: POPULASI KUNCI
Female Sex Workers by Location, 2007-2013
A B
C D
2
RENCANA AKSI NASIONALPENGENDALIAN HIV & AIDSTujuan Umum
• Mencegah dan mengendalikan epidemi HIV & AIDS di Indonesia pada2030.
Tujuan khusus mewujudkan“three zeros”, yaitu
1. Menurunkan hingga mengeliminasi infeksi HIV baru;
2. Menurunkan hingga mengeliminasi kematian terkait HIV & AIDS; dan
3. Menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
ROAD MAP PENANGGULANGAN AIDS
3
STRATEGIC COMPONENT OF HIV FIGURE
SPECIFIC OBJECTIVES
1. To provide effective combination HIV prevention
2. To make available high-quality, accessible, affordable and PLHIV-friendly treatment, care and support services
3. To expand ARV treatment to all pregnant mothers in priority districts/cities
4. To ensure better access to impact mitigation of the HIV epidemic
5. To create an enabling environment for promoting an effective HIV and AIDS response and upholding human rights at all levels
6. To position the national HIV & AIDS response within a sustainable programmatic mechanism for attaining medium and long term goals
4
PRIORITY SETTINGS
1. Priority population
PLHIV, key population
2. Priority geographic
141 of 511 district with heavier burden
75 of 141 district with high performance
60 district with medium performance
3. Priority strategy Combination prevention Continuum of care Decentralization and integration of HIV services Impact mitigation Enabling environment Knowledge management
ESTIMATED POPULATION SIZES FOR KP IN 2016
Population Lower Bound Point Upper Bound
FSW128,1
14226,79
1364,313
MSM648,6
41754,31
0866,840
Waria13,0
3838,92
889,640
PWID14,0
1633,49
288,812
Client FSW4,415,77
65,254,06
56,159,431
Client Waria327,5
96350,11
9375,236
5
PROPORTION OF HIV CASES PER SEX 2011-2016*
55.9% 56.7% 57.7% 58.8% 59.4% 62.6%
44.1% 43.3% 42.3% 41.2% 40.6% 37.4%
2011 2012 2013 2014 2015 2016*
Laki-laki Perempuan
*January - September 2016 Source: HIV Counselling and Testing Report
POSITIVITY RATE AMONG SEX WORKERS2011-2016*
48,922 50,099
73,369 73,023 69,218
55,425
2,350 2,316 3,489 2,581 2,336 1,643
5%5% 5%
4%3%
3%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Dites HIV HIV Positif Positif Rate
*January - September 2016 Source: HIV Counselling and Testing Report
6
POSITIVITY RATE AMONG MSM2011-2016*
4,315
8,088
14,460
21,519
24,881
39,728
537 1,263 2,207 3,318 4,216 5,391
12%
16% 15% 15%
17%
14%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Dites HIV HIV Positif Positif Rate
*January - September 2016 Source: HIV Counselling and Testing Report
POSITIVITY RATE AMONG TG2011-2016*
3,664 4,180
7,303
6,696
5,495
7,896
433 415
1,083 632 437 621
12%
10%
15%
9%
8% 8%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Dites HIV HIV Positif Positif Rate
*January - September 2016 Source: HIV Counselling and Testing Report
7
POSITIVITY RATE AMONG PWID 2011-2016*
10,490 9,808
12,500
11,574
6,295
8,411
2,962 2,377 2,675
1,844
860 664
28%
24%
21%
16%
14%
8%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Dites HIV HIV Positif Positif Rate
*January - September 2016 Source: HIV Counselling and Testing Report
HIV POSITIVITY RATE (NATIONAL)2011-2016*
278,608 307,640
664,909
1,095,148
1,263,871
988,942
21,031 21,511 29,037 32,711 30,935 27,963
8%7%
4%
3%2%
3%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016*
Dites HIV HIV Positif Positif Rate
*January - September 2016 Source: HIV Counselling and Testing Report
8
KE DEPAN
RENCANA KE DEPAN Menurunkan hingga mengeliminasi infeksi HIV baru; dengan pencegahan Pemeriksaan dan Pengobatan IMS bagi WPS, LSL, Waria KIEdan Pemberian Kondom bagi KAP di Layanan Kes dan di masyarakat (melalui komunitas, LSM) Terapi Rumatan Metadon dan Layanan Alat Suntik Sterilbagi Penasun PPIA bagi bayi dari ibu dengan HIV , berupa Penemuan HIV pada Ibu Hamil dan pemberian ART bagi ibu hamil dengan HIV, diikuti dengan tes HIV
(EID) bagi bayi dari ibu HIV, Promosi Pengaturan Kehamilan bagi wanita dengan HIV, Skrining darah rutin di layanan UTD bagi penerima transfusi darah Menurunkan hingga mengeliminasi kematian terkait HIV & AIDS, berupa Penemuan Kasus HIV (KT) dan Pengobatan ARV (PDP) Menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, berupa Sosiallisasi pengurangan stigmatisasi dan diskriminasi Odha Pengurangan Hambatan Hukum HAM (Reducing Legal Barrier)
9
ANGGARAN GF 2018-2020 MELALUI KEMKES
PELAKSANA UTAMA 2018-2020
10
TANTANGAN
HIV COUNSELLING AND TESTING CASCADE2011-2016*
*January - September 2016
332,500
281,204 278,608 272,387
21,031
Berkunjung Pra tes konseling Dites HIV Menerima Hasil HIV Positif
2011
349,395 308,507 307,640 303,596
21,511
Berkunjung Pra tes konseling Dites HIV Menerima Hasil HIV Positif
2012
680,935 668,201 664,909 662,396
29,037
Berkunjung Pra tes konseling Dites HIV Menerima Hasil HIV Positif
2013
1,111,831 1,098,499 1,095,148 1,091,997
32,711
Berkunjung Pra tes konseling Dites HIV Menerima Hasil HIV Positif
2014
1,275,636 1,266,980 1,263,871 1,256,278
30,935
Berkunjung Pra tes konseling Dites HIV Menerima Hasil HIV Positif
2015
1,008,560 992,514 988,942 972,036
27,963
Berkunjung Pra tes konseling Dites HIV Menerima Hasil HIV Positif
2016
Source: HIV Counselling and Testing Report
11
HIV CASCADE 2013-2016
120646
97934
66264
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
New Cases HIV PLHIV enrolled in HIV Care
PLHIV enrolled in HIV Care
Result on September 2016
Cohort not reported Stop ART LFU Death S ll On ART
55%
33%
57% 26% CST (from 462 CST) not yet reported of Cohort
81%
12
TATA KELOLA: SPM – PERMENKES 43 TAHUN 2016
PERPRES 124/2016
13
INKLUSI
Sumber: www.simkomunitas.org
LAPANGAN
Pembubaran lokalisasi atau lokasi transaksi seks
Semakin sensitifnya isu LGBT
Tetap berlangsungnya penangkapan korban napza
14
PERTANYAAN
Bagaimana tata kelola penanggulangan AIDS yang multi sektoral ini akan dilaksanakan pada tahun-tahun ke depan dengan melihat kenyataan bahwa KPAN sudah berhenti masa tugasnya pada akhir tahun ini?
Seberapa jauh isu-isu terkait dengan peran OMS/OBK dan isu-isu terkait dengan HAM akan dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Menko PMK?
Bagaimana situasi di daerah? Siapakah yang akan mengelola isu-isu di luar pelayanan kesehatan? Apakah Dinkes akan memerankan peran KPA Provinsi/K/K?
Pusat Kebijakan dan Manajemen KesehatanFakultas Kedokteran Universitas Gadjah MadaGedung IKM Baru Sayap UtaraJl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 5528email: [email protected]/Fax (hunting) (+62274) 549425
http://kebijakanaidsindonesia.net
Kebijakan AIDS Indonesia
@KebijakanAIDS