Download pdf - Field workstudy report

Transcript
Page 1: Field workstudy report

LAPORAN PELAKSANAAN

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

Pada Sub Kepaniteraan Perdata

Pengadilan Negeri Bogor

Oleh:

ANNISSA APRILIA FITRIANI

010108179

Bagian H.T.N., H.A.N., H.I.

dan Hukum Acara Administrasi Negara

Konsentrasi Hukum Pemerintahan

Di bawah bimbingan :

Agus Satory, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR2011

Page 2: Field workstudy report

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

Tentang

Sub Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Bogor

Menyetujui :

Panitera Muda Perdata Dosen Pembimbing

Pengadilan Negeri Bogor

(Noverini, S.H.) (Agus Satory, S.H., M.H.)

NIP. 220000969

Mengetahui :

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Pakuan

(Dr. Sri Utari, S.H., M.H.)

Page 3: Field workstudy report

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Tempat Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat) tidak berdasar

kekuasaan belaka (Machstaat). Ini mengandung arti bahwa negara termasuk di

dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain dalam

melaksanakan tindakan-tindakannya harus dilandasi oleh hukum, atau harus

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Prinsip dari sistem ini merupakan

pelaksanaan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

diwujudkan dalam peraturan-peraturan hukum tertulis dan hukum yang tidak

tertulis.1

Bila dihubungkan dengan kenyataan sekarang ini banyak pendapat yang

menyatakan bahwa pembangunan bathiniah, khususnya di bidang hukum

keadaannya semakin memprihatinkan dan semakin terpuruk. Pelanggaran hukum

dan pelecehan hukum terjadi dimana-mana, kewibawaan hukum dan kepatuhan

kepada hukum makin jauh dari kenyataan, apalagi bila dihubungkan dengan

keadaan yang akan kita hadapi bersama yaitu dalam proses globalisasi yang akan

menyebabkan masuknya pranata-pranata hukum baru, khususnya Hukum

1 Departemen Kehakiman R.I., Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1970, (Jakarta: Ditjenkumdang, 1984), hal. 17.

Page 4: Field workstudy report

Ekonomi / Business Law ke Indonesia, hal mana tidak dapat dielakkan karena

merupakan suatu kebutuhan.

Kesemua fakta-fakta tersebut menunjukkan semakin pentingnya peranan

hukum khususnya peranan badan peradilan pada masa sekarang dan masa yang

akan datang yang merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh pihak-

pihak yang bergelut dibidang hukum, apakah dapat mengimbangi atau akan

tertinggal dari perkembangan dunia dewasa ini khususnya dibidang hukum.

Konsekuensi dari tantangan tantangan itu semua adalah salah satunya diperlukan

persiapan-persiapan dan kesiapan dari sumber daya manusia dibidang hukum itu

sendiri yaitu diperlukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan dan

memantapkan kedudukan dari badan-badan peradilan di Indonesia pada masa

kini dan masa yang akan datang.

Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk

mengetahui secara langsung dan menganalisis masalah-masalah yang

berhubungan dengan seluk beluk dan praktik-praktik badan peradilan, khususnya

peradilan umum, untuk dijadikan latar belakang Kuliah Kerja Lapangan bagi

penulis sesuai dengan bidang ilmu yang sedang digeluti oleh penulis.

Pengadilan Negeri Bogor adalah salah satu lembaga peradilan sebagai

pelaksana kekuasaan kehakiman yang bertugas menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila yang berwenang

memeriksa memutus dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya

Page 5: Field workstudy report

sesuai dengan kewenangannya. Dalam rangka penegakan hukum dan keadilan

yang memberikan pengayoman kepada para justitiabelen Pengadilan Negeri

merupakan tumpuan pertama dalam menyelesaikan setiap sengketa hukum, baik

sengketa hukum antara sesama warganegara atau badan hukum ataupun antara

warganegara dengan penguasa, maka sesuai dengan sistem negara hukum yang

kita anut seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 maka apabila ditempuh proses penegakan hukum melalui

peradilan, hal ini menyangkut dan ikut berperannya profesi penegak hukum dan

pelaksanaan dari peraturan-peraturan hukum yang berlaku.2

Dari hal-hal tersebut di atas maka penulis mencoba untuk mengetahui

secara langsung dan menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan

seluk beluk dan praktik-praktik badan peradilan, khususnya peradilan umum,

yang dalam hal ini penulis memilih tempat di Pengadilan Negeri Bogor sebagai

salah satu lingkungan peradilan yang termaksud dalam Pasal 18 Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, serta dalam hal-hal yang

erat kaitannya dengan bidang disiplin ilmu yang diselenggarakan di Fakultas

Hukum Universitas Pakuan Bogor yang menuntut peningkatan profesionalisme

mahasiswa untuk mengetahui dan mengenal langsung praktek-praktek yang yang

ada dalam sistem lembaga hukum, khususnya dalam hal ini lembaga peradilan

umum yang ada di Pengadilan Negeri Bogor.

2 H.R.Purwoto S. Gandasubrata, Renungan Hukum, (Jakarta: Ikahi, 1998), hal .65.

Page 6: Field workstudy report

B. Dasar Hukum

Hukum itu hidup, dinamis, bergerak serasi dengan perubahan-perubahan

yang terjadi dalam masyarakat, hal ini sejalan dengan istilah dalam hukum “ibi

ius ubi societas” maka di dalam lapangan hukum antara hukum yang sedang

berlaku dengan masa yang lampau erat sekali hubungannya.3 Bahwa eratnya

hubungan hukum yang lampau dengan hukum yang berlaku sekarang tampak

dengan adanya aturan ketentuan peralihan pada hampir setiap perubahan

peraturan atau atau pada isi konsideran daripada peraturan baru tersebut.

Hal di atas berlaku pula pada dasar hukum badan peradilan yang terdapat

di Indonesia, yaitu terlihat dalam Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan yang berhubungan

dengan peradilan di Indonesia sejak proklamasi terdapat dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IX Tentang Kekuasaan

Kehakiman yang terdiri dari dua pasal, yaitu Pasal 24 dan Pasal 25. Selanjutnya

tidak boleh dilupakan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Pasal II yang berbunyi segala badan negara dan peraturan

yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut

undang-undang dasar ini.

3 Sudikno Mertokusumo, “Sejarah Peradilan dan Perundang-undangannya di Indonesia Sejak

1942 dan Apakah Kemanpaatannya Bagi Kita Bangsa Indonesia,” (Disertasi Doktor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1971), hal. 6.

Page 7: Field workstudy report

Tentang susunan, kekuasaan serta acara pada badan peradilan di zaman

Republik Indonesia secara garis besar sama dengan susunan, kekuasaan, serta

acara dari pada badan-badan pengadilan di zaman pendudukan Jepang, yaitu

seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1942 dan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1945.4 Berbagai undang-undang yang

mengatur tentang kedudukan, peranan, tugas, dan wewenang aparatur hukum

dewasa ini telah ditetapkan sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan

Umum, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. dan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung menyatakan

bahwa “Mahkamah Agung adalah Pengadilan tertinggi dari semua Lingkungan

4 Ibid., hal. 4.

Page 8: Field workstudy report

Peradilan”5. Dalam Pasal 18 dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman disebut bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh

Pengadilan dalam Lingkungan:

a) Peradilan Umum;

b) Peradilan Agama;

c) Peradilan Militer;

d) Peradilan Tata Usaha Negara

e) Mahkamah Konstitusi;6

Dasar Hukum Pengadilan Negeri sebagai salah satu Peradilan Umum

Tingkat Pertama diatur dalam Undang-Undang sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

2. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

3. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.

4. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I Nomor KMA/009/SK/II/2004

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tinggi dan

Pengadilan Negeri.

5 Indonesia (1), Undang-Undang tentang Mahkamah Agung, UU Nomor 3 Tahun 2009, LN

No.3 Tahun 2009, TLN No. 4958, ps. 2.6 Indonesia (2), Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UU Nomor 48 Tahun 2009,

LN No.19 tahun 2009, TLN No. 2958, ps.18.

Page 9: Field workstudy report

Dalam undang-undang dan peraturan-peraturan tersebut diatur mengenai

eksistensi Pengadilan Negeri serta susunan, kekuasaan serta tata kerja

administrasi pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

C. Tugas dan Fungsi Pengadilan Negeri Bogor

Pengadilan Negeri Bogor sebagai salah satu pelaksana Kekuasaan

Kehakiman yang bertugas menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum

dan keadilan berdasarkan Pancasila, dengan tugas pokok menerima, memeriksa

dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan

tugas lain yang diberikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-

undangan.7

Selain menjalankan tugas pokoknya peradilan, Pengadilan Negeri Bogor

diserahi tugas dan kewenangan lain atau berdasarkan undang-undang, antara lain

memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum, kepada

lembaga kenegaraan baik tingkat pusat maupun tingkat daerah, apabila diminta.

Pengadilan Negeri Bogor bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan

menyelesaikan satiap perkara yang diajukan kepadanya sesuai dengan

kewenangan mengadili pada tingkat pertama. Dalam melaksanakan tugas

tersebut kemungkinan dapat terjadi adanya titik singgung dalam kewenangan

mengadili antar badan peradilan, sehingga menimbulkan sengketa kewenangan

7 Mahkamah Agung R.I., Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I,

(Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia, 1993), hal. 1.

Page 10: Field workstudy report

yang dapat berupa sengketa kewenangan relatif atau kewenangan absolut, yang

penyelesaiannya dilakukan oleh badan peradilan tingkat banding (dalam hal

kewenangan realatif) dan oleh Mahkamah Agung (dalam hal kewenangan

absolut).8

Mengingat luas lingkup tugas dan beban pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh pengadilan, maka dalam hal penyelenggaraan administrasi

pengadilan, oleh undang-undang dibedakan menurut jenisnya ke dalam

administrasi kepaniteraan dan administrasi sekretariat, hal mana dimaksudkan

selain menyangkut aspek ketertiban dalam penyelenggaraan administrasi juga

akan mempengaruhi kelancaran penyelenggaraan peradilan. Pengadilan Negeri

Bogor sebagai pengadilan tingkat pertama yang didukung oleh unit kepaniteraan

dan kesekretariatan guna menunjang kelancaran tugas. Sesuai dengan bidangnya

pelaksanaan tugas pokok badan peradilan umum dalam hal menerima,

memeriksa, mengadili perkara perdata dan perkara pidana.

Dari macamnya tugas pokok tersebut, terlihat bahwa tugas pokok bidang

peradilan selain menyangkut tugas pokok dibidang peradilan, menyangkut pula

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab kepaniteraan, yakni hal-hal yang

berkaitan dengan pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta, buku

daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-surat berharga, barang bukti

dan surat lainnya yang harus disimpan di kepaniteraan.

8 Ibid.

Page 11: Field workstudy report

Untuk selanjutnya tugas pokok Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor

diatur dalam:

1. Pasal 9 Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I Nomor

KMA/009/SK/II/2004 menyebutkan mengenai tugas dari masing-masing

Kepaniteraan pada Pengadilan Kelas I (satu) B yaitu:

a. Urusan Kepaniteraan Perdata mempunyai tugas melakukan administrasi

perkara, mempersiapkan persidangan perkara, menyimpan berkas

perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang berhubungan dengan

masalah perkara Perdata.

b. Urusan Kepaniteraan Pidana mempunyai tugas melakukan administrasi

perkara, mempersiapkan persidangan, menyimpan berkas yang masih

berjalan dan urusan lain yang berhubungan dengan masalah perkara

Pidana dan barang bukti.

c. Urusan Kepaniteraan Hukum mempunyai tugas mengumpulkan,

mengolah, dan mengkaji data, menyajikan statistik perkara, menyusun

laporan perkara, menyimpan arsip perkara, Penasihat Hukum dan Badan

Hukum, Administrasi Kewarganegaraan, Balai Harta Peninggalan dan

Administrasi yang berhubungan dengan Catatan Sipil dan tugas lain

yang diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Page 12: Field workstudy report

2. Pasal 10 Keputusan Mahkamah Agung R.I Nomor KMA/009/SK/II/2004

mengatur mengenai kelompok Tenaga Fungsional Kepaniteraan Kelas I B

yaitu :

a. Kelompok Tenaga Fungsional Kepaniteraan Kelas I (satu) B terdiri dari

Panitera Pengganti dan Jurusita yang dalan melaksanakan tugasnya

dikoordinasikan oleh Panitera.

b. Jumlah Tenaga Fungsional Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kelas I

(satu) B ditentukan berdasarkan kebutuhan beban kerja. Jenjang jabatan

fungsional Kepaniteraan diatur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

D. Kedudukan dan Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Bogor

Berdasarkan ketentuan Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 bagian kedua dari

Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, disebutkan mengenai

pelaksana Kekuasaan Kehakiman, dan kedudukan Pengadilan Negeri.

Pasal 2 berbunyi:

“Peradilan Umum adalah salah satu Pelaksana Kekuasaan

Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan.“

Page 13: Field workstudy report

Pasal 3 yang berbunyi :

(1) “Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Umum dilaksanakan oleh:a. Pengadilan Negeri;b. Pengadilan Tinggi;

(2) Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Umum berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.”

Bagian Ketiga Pasal 4 yang mengatur mengenai kedudukan dari Pengadilan

Negeri:

1. Pengadilan Negeri berkedudukan di kota atau di ibukota kabupaten, dan

daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten.

2. Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi, dan daerah hukumnya

meliputi wilayah provinsi.

Dengan demikian tempat kedudukan Pengadilan Negeri Bogor

berkedudukan di wilayah kota dalam hal ini Kota Bogor, yang daerah hukumnya

meliputi 40 (empat puluh) Kecamatan yang ada di Kota Bogor, yang sekarang

berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998

tanggal 12 Januari 1998 tentang Pembentukan Pengadilan Negeri Cibinong maka

wilayah hukum Pengadilan Negeri tersebut menjadi terbagi dua, dimana wilayah

hukum Pengadilan Negeri Bogor hanya meliputi 6 (enam) kecamatan yang ada di

Kota Bogor selebihnya menjadi kewenangan wilayah hukum Pengadilan Negeri

Cibinong.

Page 14: Field workstudy report

Secara umum susunan organisasi Pengadilan Negeri Bogor berinduk

kepada satu atap lembaga hukum, yaitu Mahkamah Agung yang merupakan

induk organisatoris. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, dikenal adanya peradilan tingkat pertama, tingkat

banding di empat lingkungan peradilan yang kesemuanya berpuncak ke

Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Tingkat Kasasi. Pengadilan Negeri Bogor

seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan

Umum merupakan badan peradilan tingkat pertama yang bertugas menerima,

memeriksa dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya.9

Pengadilan Negeri Bogor adalah merupakan Pengadilan Negeri Tingkat Pertama

dengan penggolongan kelas I (satu) B. Penggolongan dalam kelas I (satu) B ini

adalah dilihat dari kriteria-kriteria yang telah ditentukan menurut peraturan yang

berlaku.

Struktur organisasi Pengadilan Negeri Bogor menurut kedudukan dan

penggolongannya terdiri dari:

1. Ketua;

2. Wakil Ketua;

3. Hakim;

4. Panitera/Sekretaris;

9 Indonesia (3), Undang-Undang tentang Peradilan Umum, UU Nomor 49 Tahun 2009, LN

No. 158 Tahun 2009, TLN No. 5077, ps.6.

Page 15: Field workstudy report

5. Panitera Pengganti;

6. Jurusita Pengganti;

7. Wakil Ketua Sekretaris;

8. Panitera Muda Perdata;

9. Panitera Muda Pidana;

10. Panitera Muda Hukum;

11. Bagian Urusan Keuangan;

12. Bagian Urusan Personalia;

13. Bagian Urusan Umum.

Page 16: Field workstudy report

STRUKTUR ORGANISASI PENGADILAN NEGERI BOGOR

Page 17: Field workstudy report

KETERANGAN BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

PENGADILAN NEGERI BOGOR

Ketua : Budi Santoso, S.H.

Wakil Ketua : Gusrizal, S.H., M.Hum.

Hakim : 1. Andi Astara, S.H.

2. Tirolan Nainggolan, S.H.

3. Hj. Sri Asmarani, S.H., C.N.

4. Agus Widodo, S.H., M.Hum.

5. Djoni Witanto, S.H.

Panitera/Sekretaris : Fahrul Siregar, S.H.

Wakil Panitera : Watty Wiarti, S.H.

Wakil Sekretaris : Gusti Hartin

Panitera Muda Perdata : Noverini, S.H.

Panitera Muda Pidana : Martua Manik, S.H.

Panitera Muda Hukum : Hj. Sumiati R. S., S.H.

Bagian Urusan Keuangan : Komarudin

Bagian Urusan Personalia : Cecep Supriadi

Bagian Urusan Umum : Agung Trimardiyanto, S.H.

Page 18: Field workstudy report

BAB II

ANALISIS

A. Analisis Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Sub Kepaniteraan Perdata Ditinjau

dari Segi Hukum Positif

Tugas dan fungsi dari Kepaniteraan Perdata pada Pengadilan Negeri

Bogor yaitu :

1. Melakukan administrasi perkara;

2. Mempersiapkan persidangan;

3. Menyimpan berkas-berkas perkara yang masih berjalan;

4. Urusan lain yang ada hubungannya dengan masalah perkara perdata dan

barang bukti lainnya.

Kepaniteraan Pengadilan Negeri adalah merupakan unsur pembantu

pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua

Pengadilan Negeri dan Kepaniteraan Pengadilan Negeri ini dipimpin oleh

seorang Panitera yang dibantu oleh seorang Wakil Panitera.10

Tugas dan fungsi peradilan umum, salah satu pelaksanaannya adalah di

Pengadilan Negeri Bogor yang meliputi :

1. Bidang Administrasi Perkara.

2. Bidang Teknis Peradilan.

10 Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kepaniteraan Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri, Nomor KMA/009/SK/II/2004.

Page 19: Field workstudy report

3. Bidang Ekstra Yustisial.

1. Tugas Kepaniteraan Perdata

Kepaniteraan Perdata mempunyai tugas melakukan administrasi

perkara, mempersiapkan persidangan perkara, menyimpan berkas

perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang berhubungan dengan

masalah perkara perdata yaitu :

a. Menerima gugatan, permohonan banding, permohonan kasasi,

peninjauan kembali, eksekusi dan permohonan somasi;

b. Permohonan perlawanan yang merupakan verzet terhadap putusan

verstek dan tidak didaftar sebagai perkara baru;

c. Permohonan perlawanan pihak ketiga (derden verzet) didaftarkan

sebagai perkara baru dalam gugatan;

d. Menetapkan rencana biaya perkara yang dituangkan dalam Surat

Keterangan Untuk Membayar (SKUM);

e. Menetapkan biaya panjar perkara yang ditaksir dengan

mempertimbangkan jarak dan kondisi tempat tinggal para pihak;

f. Mendaftar perkara yang masuk dalam buku register induk perkara

perdata sesuai dengan urutan dalam buku register tersebut;

g. Atas permintaan para pihak yang berperkara menyiapkan dan

menyerahkan salinan putusan pengadilan;

Page 20: Field workstudy report

h. Menerima memori banding, kontra memori banding, memori kasasi,

kontra memori kasasi, jawaban atau alasan peninjauan kembali,

penerimaan akta notaris dan pendaftaran bukan berbadan hukum.

2. Fungsi Kepaniteraan Perdata

Fungsi dari Kepaniteraan Perdata di Pengadilan Negeri Bogor yaitu:

a. Penyusunan kegiatan pelayanan administrasi perkara serta

pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi yang berkaitan dengan

persidangan;

b. Pengurusan daftar perkara, administrasi perkara, administrasi

keuangan perkara dan administrasi pelaksanaan putusan perkara

perdata;

c. Penyusunan statistik perkara, dokumentasi perkara, laporan perkara

dan yurisprudensi;

d. Lain-lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.11

3. Hal-hal yang Merupakan Wewenang Kepaniteraan Perdata

11 Mahkamah Agung, bagian kesatu, bidang Kepaniteraan.

Page 21: Field workstudy report

a. Perkara Gugatan

Berdasarkan Pasal 118 HIR gugatan harus diajukan dengan surat

permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau wakilnya.

Surat permintaan di dalam praktik disebut surat gugatan atau surat

gugat, karena gugatan harus diajukan dengan surat maka bagi

mereka yang buta huruf dimungkinkan untuk mengajukan

gugatannya secara lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang

berwenang untuk mengadili gugatan tersebut dan mohon agar

dibuatkannya surat gugat berdasarkan ketentuan Pasal 120 HIR.

Menurut Pasal 8 Rv, gugatan terdiri atas identitas para pihak, posita

(fundamentum petendi) yaitu dalil adanya hubungan hukum yang

merupakan dasar serta alasan tuntutan (middelen van den eis),

petitum berisi hal yang dimohonkan untuk diputuskan oleh hakim

atau pengadilan. Hal-hal yang termasuk perkara gugatan antara lain:

1) Onrechmatige daad, yaitu perbuatan melawan hukum atau

melanggar hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata

dan pasal tersebut merumuskan bahwa setiap perbuatan yang

menimbulkan kerugian pada orang lain mewajibkan orang lain

yang karena salahnya itu untuk mengganti kerugian yang

timbul tersebut;12

12 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk

Wetboek], (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), ps. 1365.

Page 22: Field workstudy report

2) Wanprestasi atau ingkar janji, yaitu berhubungan erat dengan

adanya perkataan antar para pihak dan apabila salah satu pihak

ingkar janji, maka itu menjadi alasan pihak lainnya untuk

mengajukan gugatan;

3) Gugat cerai, yaitu keinginan untuk memutuskan hubungan

perkawinan dan ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan PP Nomor 9 Tahun 1975

mengenai Aturan Pelaksanaan.13

b. Perkara Penetapan

Dianggap sama dengan gugatan yaitu permohonan mengenai

penetapan dan di dalam permohonan penetapan tidak dikenal

tergugat sebagai lawan berperkara, melainkan hanya menetapkan

keabsahan dari keadaan tertentu seperti :

1) Permohonan penetapan ahli waris;

2) Permohonan penetapan menyatakan pailit;

3) Permohonan izin berpoligami;

4) Permohonan kewarganegaraan Indonesia.

13 Indonesia (4), Undang-Undang tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974, LN No. 1

Tahun 1974, TLN No. 3019, ps. 40.

Page 23: Field workstudy report

B. Analisis Tentang Hubungan Tugas/Wewenang Kepaniteraan Perdata

Pengadilan Negeri Kota Bogor dengan Masyarakat

Dalam suatu negara hukum berlaku 3 asas pokok yang merupakan ciri-

ciri utama setiap negara hukum yakni: 1. Asas legalitas, 2. Asas pengakuan

adanya hak dan kewajiban asasi manusia, dan 3. Adanya asas peradilan yang

bebas. Bila salah satu asas ini tidak terpenuhi, maka negara itu belum dapat

diklasifikasikan sebagai negara hukum. Persyaratan tersebut telah tercantum

dalam konstitusi kita, sehingga kita merupakan negara hukum dengan ciri khas

Indonesia.14

Di Indonesia, hukum berfungsi sebagai pengayom bagi negara dan

segenap warga negara maka salah satu fungsi dari pengadilan pada pokoknya

adalah untuk memberikan pengayoman dan jaminan perlindungan hukum

kepada setiap warga negara. Dalam hubungannya dengan masyarakat tugas dari

pengadilan in casu Pengadilan Negeri Bogor sebagai salah satu badan peradilan

adalah merupakan tumpuan pertama bagi warga masyarakat pencari keadilan.

Tugas pokok Pengadilan Negeri Bogor pada umumnya berdasarkan Pasal

50 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986, yaitu:

14 H. R. Purwoto Gandasubrata, Op. Cit., hal. 32.

Page 24: Field workstudy report

“Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa,

memutuskan dan meyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata

di tingkat pertama.”

Kembali pada masalah tugas dan wewenang Pengadilan Negeri Bogor

dalam memberikan pelayanan kepada para justitiabelen tersebut disesuaikan

dengan wilayah hukumnya yaitu berdasarkan Bagian Ketiga Pasal 4 yang

mengatur mengenai kedudukan dari pengadilan negeri :

“Pengadilan Negeri berkedudukan di Kotamadya atau di Ibukota

Kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kotamadya

atau Kabupaten.”

Mengenai yurisdiksi Pengadilan Negeri Bogor dewasa ini yang tadinya

daerah hukumnya meliputi 40 (empat puluh) kecamatan yang ada di Kotamadya

Bogor, sekarang berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1998 tanggal 12 Januari 1998 tentang Pembentukan Pengadilan Negeri

Cibinong, maka wilayah hukum Pengadilan Negeri tersebut menjadi terbagi

dua, yakni wilayah hukum Pengadilan Negeri Bogor hanya meliputi 6 (enam)

kecamatan yang ada di Kota Bogor selebihnya menjadi kewenangan wilayah

hukum Pengadilan Negeri Cibinong.

Page 25: Field workstudy report

Tugas dan fungsi Pengadilan Negeri Bogor berdasarkan fungsinya yang

proporsional adalah:

1. Urusan Kepaniteraan Perdata

2. Urusan Kepaniteraan Pidana

3. Urusan Kepaniteraan Hukum

Fungsi lain pengadilan yang berhubungan dengan kemasyarakatan adalah

pemberian bantuan hukum kepada warga masyarakat yang tidak mampu dalam

hal perkara Pidana dan Perdata diatur lebih lanjut dalam Pasal 35 Bab VII

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

mengatur Bantuan Hukum dan Instruksi Menteri Kehakiman R.I. Nomor M.03-

UM.06.02 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Instruksi Menteri

Kehakiman R.I. No.M.24-UM.06.03 Tahun 1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Program Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat yang Kurang Mampu

Melalui Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara yang

menyatakan “Program bantuan hukum diberikan dalam rangka meringankan

beban hidup bagi golongan masyarakat yang kurang mampu, sehingga mereka

juga dapat menikmati kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan

hukum.”15

15 Departemen Kehakiman R.I., Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat yang Kurang

Mampu, (Jakarta: Direktorat Jenderal Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara, 1997), hal.9.

Page 26: Field workstudy report

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengadilan Negeri Bogor merupakan salah satu badan pelaksana peradilan di

Indonesia seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986

tentang Peradilan Umum merupakan badan peradilan tingkat pertama yang

bertugas menerima memeriksan dan menyelesaikan perkara-perkara yang

diajukan kepadanya.

2. Tugas Pokok Pengadilan Negeri Bogor adalah memberikan pengayoman dan

memberikan perlindungan hukum kepada seluruh warga masyarakat pencari

keadilan demi tercapainya cita-cita negara yang berlandaskan hukum di

Indonesia.

3. Dalam melaksanakan tugas dan peranannya Pengadilan Negeri Bogor menurut

susunannya terdiri dari: Urusan Kepaniteraan Perdata, Urusan Kepaniteraan

Pidana, Urusan Kepaniteraan Hukum dan Kelompok Tenaga Fungsional

Kepaniteraan yang kesemua bagian-bagian tersebut mempunyai tugas masing-

masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 27: Field workstudy report

4. Tugas pokok Pengadilan Negeri Bogor yang berkaitan dengan penyelesaian

perkara salah satunya dilaksanakan oleh Sub Kepaniteraan Perdata yang

tugasnya antara lain: melakukan administrasi perkara, mempersiapkan

persidangan perkara, menyimpan berkas perkara yang masih berjalan dan

urusan lain yang berhubungan dengan masalah perkara perdata.

B. Saran

1. Demi tercapainya tujuan peradilan dalam penegakan hukum meskipun masih

ada kekurangan dalam pelaksanaan pengabdian dan pelayanan hukum kepada

masyarakat namun hendaknya diharapkan anggota masyarakat memberikan

kesempatan, kepercayaan dan dorongan kepada para pengabdi dan penegak

hukum agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan sewajarnya.

2. Para pengabdi/penegak hukum harus dapat membuktikan akan kemampuan

dan keterampilan profesionalismenya dan dapat berkarya sebagaimana

mestinya.

3. Peningkatan disiplin dalam pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan perlu

lebih ditingkatkan guna terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan

yang cepat sederhana dan biaya murah.

Page 28: Field workstudy report

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Amandemen Keempat.

________. Undang-Undang tentang Perkawinan. UU Nomor 1 Tahun 1974. LN No. 1 Tahun 1974. TLN No. 3019.

________. Undang-Undang tentang Mahkamah Agung. UU Nomor 3 Tahun 2009. LN No. 3 Tahun 2009. TLN No. 4958.

________. Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman. UU Nomor 48Tahun 2009. LN No. 19 Tahun 2009. TLN No. 2958.

________. Undang-Undang tentang Peradilan Umum. UU Nomor 49 Tahun 2009. LN No. 158 Tahun 2009. TLN No. 5077.

B. Buku

Departemen Kehakiman R.I. Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970. Jakarta: Ditjenkumdang, 1984.

Departemen Kehakiman R.I. Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat yang Kurang Mampu. Jakarta: Direktorat Jenderal Peradilan Umum dan Peradilan Tata-Usaha Negara, 1997.

Gandasubrata, Purwoto S. Renungan Hukum. Jakarta: Ikahi, 1998.

Page 29: Field workstudy report

Mahkamah Agung R.I. Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I. Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia, 1993.

Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Jakarta: Pradnya Paramita, 2004.

C. Lain-lain

Mertokusumo, Sudikno. “Sejarah Peradilan dan Perundang-undangannya di Indonesia Sejak 1942 dan Apakah Kemanpaatannya Bagi KitaBangsa Indonesia.” Disertasi Doktor Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, 1971.

Mahkamah Agung R.I. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tinggi danPengadilan Negeri. Nomor KMA/009/SK/II/2004.

Page 30: Field workstudy report

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAKUANDAFTAR HADIR KULIAH KERJA LAPANGAN

NAMA : ANNISSA APRILIA FITRIANINOMOR POKOK : 010108179KONSENTRASI : HUKUM PEMERINTAHANINSTANSI/LEMBAGA : PENGADILAN NEGERI BOGORALAMAT INSTANSI : JL. PENGADILAN NO. 10 – BOGOR

Datang PergiPerkenalan dengan Staf PN BogorPenjelasan umum tentangPN BogorDasar hukum keberadaanPN BogorMenyusun arsip gugatanTugas & wewenang PN BogorMenyusun arsip gugatanSusunan organisasi PN Bogor &Kepaniteraan PerdataMenyusun arsip gugatanPelaksanaan tugas & fungsiSub Kepaniteraan PerdataPN BogorMenyusun arsip eksekusi

5 Kamis, 26 Mei 2011 8:00 16:00

16:008:00Kamis, 14 April 20113

16:008:00Jumat, 15 April 20114

1 Rabu, 6 April 2011 8:00 16:00

2 Kamis, 7 April 2011 8:00 16:00

NO HARI/TANGGALPUKUL

MATERI KKL PARAF

Page 31: Field workstudy report

Peranan PN Bogor terhadapmasyarakatMenyusun arsip eksekusiMempelajari wilayah hukumPN BogorMenyusun arsip eksekusiUU yang berkaitan denganPN BogorMenyusun arsip eksekusi

16:008:00Rabu, 8 Juni 20117

6 Jumat, 27 Mei 2011 8:00 16:00

8 Kamis, 9 Juni 2011 8:00 16:00

Mengetahui, Bogor, Juli 2011Instansi/lembaga, Peserta KKL,

Noverini, S.H. Annissa Aprilia FitrianiNIP.220000969

Page 32: Field workstudy report

KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI BOGOR

STAF BAGIAN PERKARA

PERMOHONAN

STAF BAGIAN

STRUKTUR ORGANISASIKEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI BOGOR

PANITERA MUDA

PERDATA

STAF BAGIAN PERKARA GUGATAN

STAF

STAF BAGIAN

BANDING

STAF / BAGIAN KASIR

MEJA KEDUA MEJA KETIGA

KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI BOGOR

STAF BAGIAN

KASASI / PK


Recommended