MENDESIGN PEMBELAJARAN INOVATIF
UNTUK PENANAMAN KARAKTER ANAK
MELALUI METODE DONGENG
Oleh : Novita Rully Anggraeny, S.Hum. M.Pd
Dosen Tetap IKIP Widya Darma Surabaya
Founder Tim Kelas Literasi
Biodata Nama Lengkap : Novita Rully Anggraeny S.Hum., M.Pd.
Nama Panggilan : Novita (Kak Nobhita)
Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 04 Nopember 1988
Hobby : Membaca dan Menulis
No HP/WA – Email : 08155917774 / [email protected]
Blog : http://novitarully.blogspot.co.id/
Instagram : novita_mendongengsby
Riwayat Pendidikan :
S2 - Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa timur, Indonesia.
S1 - Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
SMA Negeri I Blitar, Jawa Timur, Indonesia.
SLTPN 4 Blitar, Jawa Timur, Indonesia.
SD Negeri Sentul 06, Jawa Timur, Indonesia.
Founder Tim Kelas Literasi
Pekerjaan :
1. Dosen IKIP WIDYA DHARMA SURABAYA
2. Dosen LB STIESIA
3. Pegawai Teknis Perpustakaan Kota Surabaya
4. Pendongeng
Buku – Karya-- Penghargaan
1. Kontributor Buku Menuju Wujud Surabaya Kota Literasi
2. Kontributor Buku Transformasi Surabaya Kota Literasi
3. Penghargaan Dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan n Kota Surabaya atas Prestasi, Dedikasi dan kerja kerasnya selama Menjadi Karyawan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota urabaya (5 Januari 2015)
4. Penghargaan Dari Ibu Tri Risma Harini - Walikota Surabaya atas Pengabdian sebagai Kader Pengembangan Budaya Literasi Kota Surabaya
5. Kontributor Citizen Reporter Surat Kabar Surya 2012 – Sekarang
6. Tim Publikasi dan Promosi Badan Arsip dan Perpustakaan Umum Kota Surabaya 2013-sekarang, Tim Web – Media Sosial dan Koordinator Divisi Tim Promosi Literasi Perpustakaan Kota Surabaya (2018)
7. Tim Pengajar Kelas Literasi di Perpustakaan Umum Kota Surabaya
SumberTadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008)
KARAKTER
karakter
Sikap (attitudes)
Motivasi (motivations)
Keterampilan (skills)
Perilaku (behaviors)
METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING MELALUI MENDONGENG
03
“Mendongeng” adalah
salah satu penerapan
dari metode
pembelajaran Quantum
Learning.
METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
03
Quantum Learning adalah menggabungkan
kegiatan yang secara seimbang antara bekerja
dan bermain, dengan kecepatan yang
mengesankan dan dibarengi dengan kegiatan
yang menggembirakan. Serta efektif digunakan
oleh semua umur (De Porter dan Hernacki,
2000:16)
GAYA BELAJAR Menurut DePorter dan Hernacki (dalam Mangunsong & Indianti, 2006), pada
awal pengalaman belajar, salah satu langkah pertama adalah mengenali
dominasi modalitas visual, auditorial, atau kinestetik (V-A-K).
- Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat
- Orang auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar
- Orang tipe kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.
Untuk tingkatan tertentu, kebanyakan orang menggunakan ketiga tipe; tapi
kebanyakan orang menunjukkan kecenderungan dominasi pada salah satu
diantara ketiganya.
Mendongeng
(metode pembelajaran
memenuhi semua gaya belajar anak)
Visual
(saat melihat guru/anak didik mendongeng)
Audiovisual
(saat mendengar
guru/anak didik mendongeng) Kinestetik
(Mendongeng dengan di
drama kan oleh anak didik)
Karakter Unggul
Dari pembentukan nilai-nilai karakter dan metode pembelajar
an quantum learning melalui mendongeng akan lebih maksi
mal jika kemampuan LITERASI anak didik baik
Tapi kenyataannya terjadi URGENSI
LITERASI di Indonesia.
“Literacy is at the heart of a student’s
ability to learn and succeed in school
and beyond. It is essential we give
every student from Prep to Year 12 the
best chance to master literacy so they
can meet the challenges of 21st
century life.”
Jadi Literasi adalah inti atau
jantungnya kemampuan siswa
untuk belajar dan berhasil di
sekolah dan kehidupan
selanjutnya.
Rod Welford, MENDIKBUD QUEENSLAND
APA URGENSI LITERASI DI AUSTRALIA?
Makna Literasi *sumber Prof. Luthfiya Nurlaela. M.Pd
Kemampuan hidup (life skill)
Kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana
Kemampuan memecahkan masalah
Refleksi penguasaan dan apresiasi budaya
Kegiatan refleksi (diri)
Kolaborasi
Kegiatan melakukan interpretasi
MAKNA LITERASI
• Kompleks dan luas.
• Berpengaruh pada perkembangan suatu bangsa
• Rekayasa literasi perlu dilakukan melalui pendidikan dengan melibatkan semua komponen.
Beberapa Hasil Penelitian
Kemampuan membaca siswa
dipengaruhi oleh pendidikan s
ebelumnya.
• Kemampuan membaca anak
SD kelas 1 pada umumnya
siswa yang pernah bersekola
h di TK kemampuan membac
anya lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang tidak ber
sekolah TK (Sammons, dkk., 2
004; Leppanen, dkk., 2004).
Tingkat kemampuan siswa pa
da usia 7 tahun merupakan pr
ediktor yang baik atas tingkat
pencapaiannya di masa yang
akan datang.
• Sebuah hubungan diperoleh
antara kemampuan membac
a pada usia 7 tahun dan ting
kat prestasi ujian pada usia 1
6 tahun
(MacGilchrist, 1997).
Beberapa Hasil Penelitian
Kemampuan membaca berhub
ungan dengan tingkat agresivi
tas (Sarah Miles & Deborah Stipek, Stanford
University School of Education, 1996-2002).
• Anak kelas 1 SD yang kema
mpuan membacanya relatif r
endah, saat di kelas 3 cender
ung memiliki tingkat agresivit
as tinggi.
• Siswa kelas 3 yang memili
ki kemampuan membaca r
endah, cenderung memilik
i sikap agresif tinggi saat k
elas 5.
• Sifat agresif: suka berkelah
i, tidak sabar, suka mengga
nggu, dan kebiasaan mene
kan anak lain (bullying).
Beberapa Hasil Penelitian
• Ada keterkaitan antara sikap
sosial dan kemampuan mem
baca.
• Anak-anak yang memiliki sik
ap sosial yang baik saat kela
s 1 SD biasanya lebih mamp
u mengembangkan kemamp
uan membacanya di kelas 3
dan 5.
Sikap sosial:
sikap suka menolong,
mengerti perasaan orang lain, memiliki empati,
memiliki perhatian pada orang yang
sedang kesusahan, dan suka menolong/menghibur
teman yang kecewa.
Fase-fase Tujuan Akibat negatif Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Pengharapan &
kepercayaan
rasa curiga, distorsi indrawi dan penakut
Fase anak-anak ( 2-3 th )
Otonomi vs malu, ragu-ragu
Kehendak dan
kemandirian
tergantung, harga diri rendah, merasa malu
atau ragu-ragu
Fase Pra sekolah(4-6 th)
Inisiatif vs Rasa bersalah
tujuan dan
keberanian
curiga, berdiam diri, tidak peduli, takut
mengambil resiko
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Ketekunan vs Inferioritas
kompetensi
Rendah diri, keahlian sempit dan lamban.
Remaja ( 12 – 20 tahun) Identitas vs
Kekacauan Identitas
kesetiaan dan
loyalitas
kejahatan, diskriminasi kelompok,
fanatisme, penolakan.
Dewasa Awal (21-40 th)
Keintiman vs Isolasi
cinta merasa terisolasi (cenderung menutup diri)
Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
kepedulian
mandeg dan tidak produktif, penolakan.
Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
kebijaksanaan depresi dan keputusasaan.
Prinsip-prinsip Literasi Sekolah
Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya
Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik
Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum
Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan
Melibatkan kegiatan kecakapan berkomunikasi lisan
Mempertimbangkan keberagaman
Strategi Membangun Budaya Literasi
mengondisikan lingkungan fisik ramah
literasi
(ketersediaan fasilitas, sarana prasarana
literasi)
mengupayakan lingkungan sosial dan
afektif yang baik
(dukungan dan partisipasi aktif semua
warga sekolah)
mengupayakan sekolah sebagai lingkungan
akademik yang literat (adanya program literasi yang nyata dan
bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah)
I
Pembiasaan
III
Pembelajaran
II
Pengembangan
Tiga Tahap Pelaksanaan Literasi Sekolah
Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (ada tagihan akademik)
Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan (ada tagihan nonakademik)
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud 23/2015)
KELAS LITERASI 1. Membaca dengan Teknik Membaca agar dapat memahami suatu bahan bacaan secara cepat dan benar
2. Memahami buku bacaan
Tujuan Memahami untuk menyerap informasi yang telah dibaca secara baik dan benar
Menggunakan metode 5 W + 1 H
3. Meresume ( Siswa mampu membedakan buku fiksi dan non fiksi)
• Mind Maping
• Resensi
4. Mendongeng
5. Menulis buku
• Mampu dan dapat membuat kerangka tulis
• Mengetahui Jenis Teks (Narasi, Eksposisi, Argumentasi, Deskripsi)
• Mampu dan dapat membuat kepadanan alur cerita
• Mampu dan dapat menggunakan ejaan dan tanda baca sesuai EYD
• Memiliki kemampuan memilih kata (diksi) yang baik
Masih ingat bagaimana peraaan
Anda ketika ayah-ibu atau
kakek-nenek Anda duduk
disamping Anda dan bercerita
sesuatu?
Bagaimana sihir
dari cerita …..
•Melibatkan Anda?
• Merasuki Anda?
• Mengubah karakter Anda?
• Membawa Anda ke dalam pengalaman yang baru?
Siapkan mindset dan mental • Tidak perlu banyak berpikir bisa atau tidak.
• Cukup yakinkan diri sendiri bahwa pendongeng pasti bisa mendongeng,
jadi santai saja. Jika mendongeng merasa tidak punya ide cerita, perban
yaklah MEMBACA.
•Interaktif
•Mendongeng akan lebih seru kalau dilakukan dengan interaktif. Libatkan anak ketika
bercerita. Coba lakukan trik “Menceritakan Kembali”. Kita mulai bercerita, dan di akhir cerita
mintalah anak didik untuk maju ke depan lalu meceritakan kembali.
•Mendidik dengan daya tarik
•Mencipta dan memelihara imajinasi
•Meningkatkan kemampuan memecahkan persoalan
•Menciptakan kemungkinan outcome
Cerita punya beberapa karakteristik penting …
Kekuatan Cerita
• Ingin terjadi perubahan (karakter) pada Anak Didik Anda tanpa mendatangkan rasa sakit pada diri mereka?
• Ingin Anak Didik Anda bisa merasakan dan mengolah emosi yang sehat?
• Ingin Anak Didik Anda terinspirasi, termotivasi dan terpicu imajinasinya?
• Ingin Anak Didik Anda menemukan, menyadari dan memelihara kekuatan diri (pikiran‐tubuh)nya?
• Ingin Anak Didik Anda dapat memenuhi harapannya?
Maka….
Mendongenglah!!!
Yang perlu diperhatikan… • Kenali dulu dunia anak-anak
Mereka suka bermain, rasa ingin tahunya tinggi.
Ada anak yang diam, suka bergerak, suka berteriak-teriak atau ada yang suka membuat gambar.
• Pada siapa akan mendongeng?
Playgroup dan TK
Sekolah Dasar
Remaja dan Dewasa
Pilih Cerita yang Baik
• Cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
• Untuk balita : Pilih cerita yang sederhana, alur jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti.
• Pilih buku cerita bergambar dan berwarna. Ini akan menarik minat si kecil untuk mendengarkan. Biarkan si kecil memilih cerita yang disukainya, karena semakin anak tertarik, maka akan semakin mudah mendongeng.
• Pilih cerita yang mengundang imajinasi, inspirasi dan kreativitas anak
• Tidak perlu memilih cerita yang terlalu berat atau berakhir tragis. Biasanya anak akan kecewa
• atau protes dengan alur cerita yang kurang menyenangkan.
Bercerita tidak harus lama
Tidak penting seberapa lama anda bercerita, yang terpenting bagaimana cerita
dapat tertanam dan terekam dengan baik dalam benak anak
Elemen Bercerita Antusiasme
Fokus kepada tujuan
Real/nyata
Pelibatan emosi
• Gaya
• Intonasi
• Kecepatan
• Volume • Gestur / Bahasa tubuh
• Ekspresi
• Gaze
Bermainlah dengan volume Suara untuk memberikan
tekanan atau kejutan buat pendengar
Bedakan suara pada setiap karakter
supaya lebih mudah dikenal dan
karakternya lebih kuat. Dialog di antara dua
tokoh, juga bisa diolah suara agar terlihat
memang seperti dua orang yang sedang
berbicara satu sama lain. Suara
hewan dalam dongeng fabel bisa diatur
dengan suara berbeda.
Berdayakan gestur. Bergeraklah!
Seperti ekspresi wajah dan olah suara, ternyata
gestur atau gerakan tubuh juga turut memengaruhi
alur cerita. Bagai menonton pertunjukan di gedung
teater, pendengar akan terhanyut dengan suasana
dan cerita.
Ekspresi WAJAH membuat
emosi cerita terpancar
Ekspresi wajah juga penting! Mainkan mimik atau
ekspresi muka ketika bercerita. Sedih, marah, senang,
malu, dan lainnya. Melihat ekspresi ini akan membuat
pendengar lebih antusias.
Gaze menjaga kontak Mata dengan
pendengar
Saat bercerita, lakukan kontak mata
dengan si pendengar, agar isi pesan
lebih mudah tersampaikan.
Tanyakan apa pendapatnya tentang
tokoh cerita atau isi dongeng tersebut.
TATA CARA MENDONGENG
• SALAM
• PERKENALAN (NAMA MENGGUNAKAN GAYA)
• ICE BREAKING
• MENDONGENG BERSUMBER DARI BUKU YANG BERGAMBAR DAN BERWARNA
• WAJIB MEMBAWA BUKU
• GUNAKAN ALAT BANTU (BUKU/BONEKA TANGAN/BONEKA JARI) UNTUK PERSUASIF
• MENDONGENG SESUAI DENGAN ISI BUKU CERITA
• ADA INTERAKSI SAAT MENDONGENG
• PESAN MORAL SETELAH MENDONGENG
LEMBAR KERJA PESERTA WORKSHOP
Petunjuk :
Bacalah Basmallah!
Tuliskan nama lengkap, nomor whatsaap (WA), dan Sekolah tempat anda men-
gajar di kolom yang telah tersedia!
Durasi waktu 20 menit untuk soal nomor 1!
Durasi waktu mengupload video 3 hari setelah mengikuti workshop untuk soal
nomor 2!
Soal 1: Buatlah konsep mendongeng yang akan anda buat sebagai bahan membuat konten video mendonge-
ng, konsep mendongeng meliputi :
• Terdapat ice breaking
• Salam
• Perkenalan dengan memakai gaya khas anda
• Membuat kerangka dongeng yang akan anda dongengkan di depan anak didik. Kisah dongeng diamb
il dari cerita rakyat yang anda ketahui
• Pastikan dongeng yang anda buat kerangkanya sudah ada bukunya
• Pastikan buku dongeng yang berisi cerita rakyat nusantara berwarna dan bergambar
• Alat peraga apa yang akan anda siapkan
• Pesan moral dari cerita yang akan anda dongengkan
• Penutup dongeng sekaligus mempromosikan budaya literasi ditingkatkan dengan rajin memanfaatkan
perpustakaan secara maksimal
Soal 2: Buatlah video mendongeng dengan ketentuan meliputi :
• Durasi video mendongeng maksimal 5 menit setiap peserta
• Konten video berisi konsep yang telah anda buat saat mengikuti workshop
• Hasil video bisa dikirim melalui email [email protected] sertakan nama l
engkap dan nomor WA anda
• Konfirmasi ke nomor wa Ibu Novita Rully (08155917774) setelah mengirimkan video mend
ongeng
• Batas pengiriman video tiga hari dari anda mengikuti workshop mendongeng
• Semua video yang dikirimkan akan diupload di instagram Rumah Literasi Surabaya
• Video terbaik akan mendapatkan bingkisan menarik dari Rumah Literasi Surabaya