TUGAS
ILMU SOSIAL DASAR
“ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA”
Disusun Oleh :
KELOMPOK
Annisa Ramlis Lisa Vebriani
Annisa Ul Hasanah Novita Sari
Ayu Warma Rum Affida Rasfa
Fatya Welinsa
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Aspek-Aspek Sosial Budaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak melalui hambatan akan tetapi
dengan bantuan dan kerjasama anar kelompok hambatan itu bisa teratasi. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Pekanbaru,April 2012
Kelompok Ilmu Sosial Dasar
2
DAFTAR ISI
Lembar Judul………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar……………………………………………………………………....... ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………... iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………4
B. Materi ...........………………………………………………………………………....4
C. Tujuan dan Manfaat ..........………………………………………………………….4
PEMBAHASAN GANGGUAN MOOD
A. Gangguan depresi........................…………………………………………………….
a. Gangguan depresi Mayor......................................................................6b. Gaguan distimik...................................................................................11
B. Gangguan perubahan mood...............................................................................
a. Gangguan bipolar................................................................................13b. Gangguan siklotimik............................................................................16
PEMBAHASAN BUNUH DIRI
A. Pengertian........................................................................................................21
B. Penyebab.........................................................................................................22
C. Etiologi.............................................................................................................23
D. Diagnosa..........................................................................................................25
E. Terapi..............................................................................................................26
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………..
3
DAFTAR PUSTAKA………………………………....……………………………….
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui ,pada masa sekarang ini sering kali remaja
bahkan orang dewasa yang megeluhkan tentang gangguan mood, atau biasa di
sebut “bad mood” . Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan mood, harus
dipahami terlebih dahulu bahwa Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada
yang mewarnai kehidupan psikologis seseorang. Mood bisa berupa perasaan sedih,
marah atau pun depresi. Sedangkan gangguan mood adalah suatu gangguan
mental yang ditandai oleh perubahan mood.
Gangguan mood pada anak-anak dan remaja telah dikenali dan diperhatikan
selama beberapa dekade terakhir. Suatu kriteria gangguan mood pada masa anak-
anak dan remaja adalah suatu kekacauan mood, seperti depresi atau elasi.
Disamping itu,iritabilitas dapat merupakan tanda suatu gangguan mood pada anak-
anak atau remaja.
Gangguan mood cenderung kronis jika dimulai pada masa kanak – kanak.
Sedangkan pada gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan
depresif pada masa anak – anak meliputi semua bidang dalam psikososial anak,
seperti prestasi sekolah dan perilakunya, serta hubungannya dengan teman sebaya
maupun keluarga.
Anak – anak dan remaja dengan gangguan dpresif berat mungkin memiliki
halusinasi dan waham. Halusinasi depresif biasanya terdiri dari suara tunggal yang
berbicara kepada orang dari luar kepalanya, dengan isi menghina dan bunuh
diri.Sedangkan waham depresif berpusat pada tema rasa bersalah, penyakit fisik,
kematian, nihilisme, hukuman yang layak di terima, ketidakberdayaan dan terkadang
penyiksaan.
Kriteria diagnostic dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi ke-empat (DSM-IV) untuk gangguan depresif berat,gangguan
distimik,dan gangguan bipolar I untuk anak-anak dan remaja adalah sama seperti
untuk dewasa dengan sedikit modifikasi. Modifikasi dalam kriteria untuk gangguan
depresif berat pada masa anak-anak dan remaja adalah seperti berikut: dapat
berupa mood yang mudah tersinggung (iritabel), bukannya mood yang
4
terdepresi,dan gagal untuk menaikkan berat badan yang diharapkan,bukannya
penurunan berat badan atau kenaikan berat badan yang bermakna. Pada gangguan
distimik, mood yang mudah tersinggung dapat menggantikan mood yang
terdepresi,dan lama kriteria pada anak-anak dan remaja telah dimodifikasi menjadi
satu tahun,bukannya harus 2 tahun pada orang dewasa. Kriteria untuk gangguan
bipolar I untuk anak-anak dan dewasa adalah sama seperti untuk dewasa.
Ekpresi gangguan mood pada anak-anak adalah bervariasi tergantung usia
mereka. Gejala yang sering ditemukan adalah halusinasi auditorik yang sejalan
dengan mood, keluhan somatic,menarik diri dan penampilan sedih, dan keyakinan
diri yang buruk. Gejala lain yang sering ditemukan pada remaja akhir yang
terdeprresi dibandingkan dengan anak-anak kecil adalah anhedonia pervasive,
retardasi psikomotor yang berat, waham, dan rasa putus asa. Gejala yang yang
tampak dengan frekuensi yang sama terlepas dari usia dan status perkembangan
adalah ide bunuh diri, mood yang terdepresi atau mudah tersinggung,insomnia, dan
menurunnya kemampuan untuk konsentrasi, Tetapi masalah perkembangan adalah
mempengaruhi ekspresi semua gejala. Contoh ,anak kecil yang sedih dan
mempunyai ide bunuh diri, tidak mampu untuk mengubah gagasannya itu menjadi
tindakan. Oleh sebab itu, penting bagi mahasiswa untuk mempelajari dan
mengetahui gejala atau tanda-tanda gangguan mood agar tidak berlanjut menjadi
stadium depresi dan bertambah parah menjadi gangguan jiwa atau bahkan bunuh
diri.
5
PEMBAHASAN
GANGGUAN MOOD
1. Gangguan Depresi
a. Gangguan Depresi Mayor
terjadi satu atau lebih periode atau episode depresi ( disebut
episode depresi mayor) tanpa ada riwayat terjadinya episode manik
atau hipomanik alami
Seseorang dapat mengalami satu episode depresi mayor, yang
diikuti dengan kembalinya mereka pada keadaan fungsional yang
biasa.
Umumnya orang yang pernah mengalami depresi mayor dapat
kambuh lagi di antara periode normal atau kemungkinan mengalami
hendaya pada fungsi-fungsi tertentu.
Ciri-ciri umum :
Perubahan pada kondisi emosional
6
Tipe gangguan mood
Gangguan depresi(unipolar)
Gangguan depresi mayor
Gaguan distimik
Gangguan perubahan mood(bipolar)
Gangguan bipolar
Gangguan siklotimik
Perubahan pada mood (periode terus menerus dari
perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram).
Penuh air mata atau sering menangis
Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung),
kegelisahan atau kehilangan kesabaran.
Perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan
untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit
bangun dari tempat tidur.
Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada
aktivitas sosial.
Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas
menyenangkan.
Menurunnya minat pada seks.
Gagal untuk merespons pujian atau reward.
Perubahan dalam fungsi dan prilaku motorik
Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan
daripada biasanya.
Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak
atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya
dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta
– disebut mudah terbangun di pagi buta).
Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak
atau terlalu sedikit).
Perubahan dalam berat badan (bertambah atau
kehilangan berat badan).
Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di
tempat kerja atau sekolah.
Perubahan kognitif
Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih.
7
Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan.
Perasaan bersalah atau menyesal mengenai
kesalahan di masa lalu.
Kurangnya harga diri atau merasa tidak pas menjalani
hidup.
Berpikir akan kematian atau bunuh diri.
Depresi merupakan tipe yang paling umum dari gangguan mood.
Perkiraan prevalensi semasa hidup berbeda pada laki-laki dan
perempuan.
Perempuan = 10% - 25%
Laki-laki = 5% - 12%
Pada episode depresi parah, dapat disertai ciri psikosis seperti
delusi bahwa tubuhnya digerogoti penyakit atau halusinasi seperti
mendengar suara yang mengutuk mereka atas kesalahan yang
dipersepsikan
Ciri-ciri Diagnostik Depresi Mayor
Suatu episode depresi mayor ditandai dengan munculnya
lima atau lebih ciri-ciri atau simtom-simtom di bawah ini
selama suatu periode 2 minggu, yang mencerminkan suatu
perubahan dari fungsi sebelumnya.
Paling tidak satu dari ciri-ciri tersebut harus melibatkan (1)
mood yang depresi, atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan dalam beraktivitas. Lebih lagi, simtom-simtom
tersebut harus menyebabkan baik tingkat distres yang
siginifikan secara klinis ataupun hendaya. Episode tersebut
tidak boleh mewakili suatu reaksi berduka yang normal
terhadap kematian seseorang yang dicintai yaitu berkabung
(bereavement)
10 symptom untuk diagnostik depresi mayor :
8
Mood yang depresi hampir sepanjang hari dan hampir
setiap hari. Dapat berupa mood yang mudah
tersinggung pada anak-anak atau remaja.
Penurunan kesenangan atau minat secara drastis
dalam semua atau hampir semua aktivitas, hampir
setiap hari, hampir sepanjang hari.
Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang
siginifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam sebulan),
tanpa ada upaya apapun untuk berdiet, atau suatu
peningkatan atau penurunan dalam selera makan.
Setiap hari (atau hampir setiap hari) mengalami
insomnia atau hipersomnia (tidur berlebihan).
Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respons
gerakan hampir setiap hari.
Perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap
hari.
Perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun
rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir
tiap hari.
Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau
berpikir jernih atau untuk membuat keputusan hampir
setiap hari.
Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau
bunuh diri tanpa suatu rencana yang spesifik, atau
munculnya suatu percobaan bunuh diri atau rencana
yang spesifik untuk melakukan bunuh diri.
Contoh kasus depresi :
Seorang pegawai administrasi perempuan, berusia 38
tahun, telah menderita depresi singkat yang muncul berulang
kali sejak ia berusia 13 tahun. Terakhir, ia merasa terganggu
oleh serangan menangis di tempat kerjanya, terkadang muncul
secara sangat tiba-tiba sehingga ia tidak punya cukup waktu
9
untuk lari ke toilet demi menyembunyikan tangisnya dari orang
lain.
Ia mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat bekerja
dan merasa kurang mendapat kepuasan dari pekerjaan yang
sebelumnya sangat ia nikmati. Ia menyimpan perasaan
pesimistis dan rasa marah yang parah, yang akhir-akhir ini telah
menjadi semaki n parah karena berat badannya bertambah dan
ia mengabaikan perawatan terhadap diabetes yang diidapny.
Ia merasa bersalah terhadap kemungkinan bahwa ia
sedang membunuh dirinya sendiri secara pelahan-lahan dengan
tidak menjaga kesehatannya secara lebih baik. Ia terkadang
merasa pantas untuk mati. Ia merasa terganggu oleh rasa
kantuk yang berlebihan selama satu setengah tahun terakhir,
dan SIM-nya telah ditahan karena kecelakaan di bulan kemarin.
Ia tertidur saat menyetir sehingga mengakibatkan mobilnya
menabrak kotak telepon umum.
Hampir tiap pagi ia bangun dengan rasa pusing dan
merasa “tidak bersemangat”, serta tetap mengantuk sepanjang
hari.
Ia tidak pernah memiliki pacar tetap, dan hidup tenteram
dengan ibunya, tanpa ada teman dekat di luar keluarganya.
Selama wawancara, ia berulang kali menangis dan menjawab
pertanyaan dengan nada suara yang lambat, sambil terus
menerus melihat ke bawah.
Faktor Resiko Depresi Mayor
Usia
Onset awal lebih umum terjadi pada dewasa muda
daripada dewasa yang lebih tua.
Status sosial-ekonomi
Orang dengan taraf SSE yang lebih rendah memiliki
resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang
memiliki SSE tinggi.
Status pernikahan
10
Orang yang berpisah atau bercerai memiliki resiko yang
lebih tinggi daripada yang menikah atau tidak pernah
menikah dengan sadar.
Jenis kelamin
Wanita memiliki kecenderungan hampir dua kali lipat lebih
besar daripada pria. Wanita lebih cenderung duduk di
kamar atau rumah saat depresi, sedangkan pria
cenderung mencari kompensasi di luar rumah, misalnya
berkumpul dengan teman2nya, dsb.
b. Gangguan Distimik
Merupakan bentuk depresi yang lebih ringan dari depresi mayor.
Biasanya berawal dari masa kanak-kanak atau remaja.
Si penderita merasakan spirit yang buruk atau keterpurukan
sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi yang
sangat parah.
Jika depresi mayor cenderung parah dan terbatas waktunya,
gangguan distimik terjadi relatif ringan dan kronis, biasanya
berlangsung selama beberapa tahun.
Perasaan depresi dan kesulitan sosial terus ada bahkan setelah
orang tersebut menampakkan kesembuhan.
Memiliki resiko tinggi untuk kambuh lagi.
Keluhan mengenai depresi seolah-olah menjadi semacam
pelengkap dari kehidupan orang tersebut sehingga sepertinya
menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur kepribadian mereka.
Biasa disebut “Si Pengeluh” atau “Si Perengek”
Menurut kriteria diagnostik DSM IV, minimal 3 dari gejala berikut
merupakan gangguan distimik pada suatu individu. Selama masa
gangguan, gejala berikut tidak hilang selama lebih dari 2 bulan.
Gejala – gejala tersebut adalah :
Keyakinan diri yang buruk
Pesimisme atau putus asa
Hilangnya minat
11
Menarik diri dari lingkungan sosial
Kelelahan kronis
Perasaan bersalah atau sedih tentang masa lalu
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
Penurunan aktivitas atau produktivitas
Konsentrasi atau daya ingat yang buruk
Selain itu, tidak ditemukannya episode depresif berat selama tahun
pertama gangguan dan tidak boleh memiliki riwayat episode manik
atau hipomanik juga merupakan kriteria yang dibutuhkan untuk
mendiagnosis gangguan distimik. yang perlu diperhatikan adalah
gejala – gejala diatas bukan termasuk gangguan distimik apabila
terjadi selama gangguan psikotik kronis atau jika merupakan efek
langsung dari suatu zat atau kondisi medis.
Si Wanita Pengeluh (kasus)
Wanita itu, eksekutif junior berusia 28 tahun, mengeluhkan
perasaan depresi yang kronis sejak usia 16 atau 17 tahun. Meski ia
berhasil dengan baik di perguruan tinggi, ia selalu memikirkan
betapa “benar-benar cerdasnya” orang lain.
Ia merasa tidak pernah bisa mendapatkan seorang pria yang ia
inginkan untuk berkencan karena ia merasa rendah dan lemah.
Meskipun ia telah mendapatkan terapi yang ekstensif selama
kuliah di S1 dan pascasarjana, ia tidak pernah dapat mengingat
suatu masa di tahun-tahun tersebut di mana ia tidak merasa
sedikitpun tertekan.
Ia menikah tidak lama setelah wisuda S1 dengan pria yang
ia kencani saat itu, meski ia tidak merasa bahwa pria itu “spesial”.
Ia hanya merasa butuh untuk mempunyai suami yang dapat
menemaninya dan pria itu bersedia. Namun mereka segera mulai
bertengkar dan akhir-akhir ini ia mulai merasa bahwa menikahi pria
itu adalah suatu kesalahan.
Ia mendapatkan kesulitan di pekerjaannya, menghasilkan
pekerjaan yang serampangan dan tidak pernah melakukan lebih
dari apa yang secara mendasar diharapkan darinya serta
menunjukkan kurangnya inisiatif.
12
Meskipun ia memimpikan mendapat status dan uang, ia tidak
berharap bahwa ia atau suaminya akan mengalami peningkatan
dalam profesi mereka karena mereka kurang memililiki “koneksi”.
Kehidupan sosialnya didominasi oleh teman-teman
suaminya dan pasangan mereka dan ia tidak merasa bahwa
wanita-wanita lain akan menganggapny menarik atau impresif. Ia
kurang berminat terhadap hidup secara umum dan menunjukkan
ketidakpuasan pada semua aspek kehidupannya – pernikahannya,
pekerjaannya dan kehidupan sosialnya.
2. Gangguan Perubahan Mood
a. Gangguan Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar mengendarai roller coaster
emosional, berayun dari satu ketinggian rasa girang ke kedalaman
depresi tanpa adanya penyebab eksternal.
Episode pertama dapat berupa manik, bisa juga depresi.
Episode manik merupakan suatu periode peningkatan
euforia yang tidak realistis, sangat gelisah dan aktivitas yang
berlebihan, yang ditandai dengan perilaku yang tidak terorganisasi
dan hendaya dalam penilaian.Episode manik biasanya bertahan
beberapa minggu hingga beberapa bulan, umumnya lebih singkat
durasinya dan berakhir secara lebih tiba-tiba daripada episode
depresi mayor.
Selama episode manik, mereka mengalami elevasi atau
ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euforia
atau optimisme yang tidak biasa. Mereka tampak memiliki energi
yang tidak terbatas dan menjadi sangat suka bergaul, dan bisa
sampai pada tahap menuntut dan memaksa terhadap orang lain.
Perubahan moodnya terlalu berlebihan, misalnya menjadi sangat
bergembira hanya karena “Ini adalah hari Rabu!”.
Pada episode manik, seseorang menjadi sangat
bersemangat sampai akan memperolok orang lain dengan lelucon
13
yang kadang keterlaluan. Cara bicaranya menjadi sangat cepat,
pikiran-pikiran dan pembicaraannya seering melompat-lompat dari
satu ide ke ide yang lain (rapid flight of ideas), sampai orang lain
kesulitan untuk menyelanya. Mereka juga dapat menjadi sangat
dermawan. Tidak dapat duduk tenang atau tidur nyenyak. Jam
tidurnya sangat sedikit. Tidur larut malam dan bangun lebih pagi,
tapi dengan energi yang tetap penuh dan tetap merasa cukup
istirahat. Bahkan bisa tidak tidur berhari-hari tanpa kelelahan.
Walau energinya berlebih, mereka tampak tidak dapat
mengorganisasi tindakan mereka secara konstruktif. Rasa girang
mereka mengganggu kemampuannya untuk bekerja dan untuk
mempertahankan hubungan yang normal. Memiliki perasaan self
esteem yang tinggi berkisar dari over confidence hingga
kecenderungan waham kebesaran.
Mereka memiliki keyakinan yang tidak sejalan dengan
kemampuannya, misalnya mereka merasa sangat mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan dunia, sementara latar
belakang dan kemampuannya tidak mendukungnya. Perhatian
mereka mudahh dialihkan oleh stimulus-stimulus yang tidak relevan
seperti detak jam atau langkah sepatu orang. Mereka cenderung
mengambil banyak tugas, lebih dari yang mampu mereka tangani.
Memiliki resiko permasalahan yang tinggi, sebagai akibat dari
misalnya kecerobohan menyetir, petualangan seksual, atau
menghambur-hamburkan uang.
Macam-macam Gangguan Bipolar
Gangguan Bipolar I
Paling tidak mengalami satu episode manik secara penuh.
Di banyak kasus, individu mengalami perubahan mood
antara rasa girang dan depresi diselingi dengan periode
antara berupa mood normal.
Gangguan Bipolar II
Diasosiasikan dengan bentuk maniak yang lebih ringan.
14
Seseorang mengalami satu atau lebih episode-episode
depresi mayor dan paling tidak satu episode hipomanik
(episode yang lebih ringan dari manik).
Tidak pernah mengalami satu episode manik penuh.
Kasus Gangguan Bipolar = episode manik
“Saat saya mulai merasa sangat senang, saya tidak lagi
merasa seperti ibu rumah tangga biasa. Saya malah merasa
terorganisasi dan terampil dan saya mulai merasa bahwa saya
adalah orang yang paling kreatif. Saya dapat menulis puisi dengan
mudah. Saya dapat menggubah melodi tanpa usaha keras. Saya
dapat melukis.
Pikiran saya terasa sangat lancar dan dapat menyerap
apapun. Saya memiliki ide yang tak terhitung mengenai perbaikan
kondisi anak yang menderita keterbelakangan mental atau tentang
bagaimana rumah sakit untuk anak-anak itu seharusnya dijalankan,
apa yang seharusnya ada di sekeliling mereka untuk membuat
mereka tetap gembira dan nyaman serta tidak takut.
melihat diri saya mampu mencapai banyak hal demi
kebaikan orang lain. Saya merasa senang, suatu perasaan euforia
atau kegirangan. Saya ingin hal ini berlangsung selamanya. Saya
sepertinya tidak membutuhkan banyak tidur.
Berat badan saya turun dan terasa sehat dan saya
menyukai diri saya sendiri. Bahkan, baru saja saja membeli 6 gaun
baru dan semuanya terlihat bagus bila saya pakai. Saya merasa
seksi dan para pria memperhatikan saya. Mungkin saya akan
melakukan satu atau beberapa perselingkuhan.
Saya merasa mampu berbicara dan akan berhasil dalam
politik. Saya ingin menolong orang dengan masalah yang serupa
seperti saya sehingga mereka putus harapan.
Sangat indah bila Anda merasakan hal ini….perasaan
kegembiraan yang kuat, membuat saya merasa ringan dan penuh
dengan kenikmatan hidup. Namun, saat melewati tahap ini, saya
menjadi manik, dan kreativitas saya menjadi sangat besar sehingga
15
saya mulai melihat hal-hal dalam pikiran saya yang tidak masuk
akal. Misalnya suatu malam saya menciptakan suatu film utuh,
lengkap dengan pemainnya.
Saya melihat para pemainnya sejelas bila saya melihat
mereka dalam kehidupan nyata.
Saya juga mengalami teror yang sangat hebat, seperti saya
benar-benar terjadi, saat saya tahu bahwa sebuah adegan
pembunuhan akan berlangsung. Saya gemetar ketakutan di bawah
selimut dan menjadi benar-benar tidak berdaya.
Seperti yang Anda ketahui, saya menjadi seorang psikosis
manik pada saat itu. Teriakan saya membangunkan saya dan ia
mencoba meyakinkan saya bahwa kami berada di kamar tidur dan
semuanya masih tetap sama. Tidak ada yang perlu
ditakutkan….Namun, saya tetap dimasukkan ke rumah sakit
keesokan harinya. “
b. Gangguan Siklotimik
Gangguan mood kronis meliputi beberapa episode hipomanik
(episode yang disertai dengan ciri-ciri manik pada tingkat keparahan
yang lebih rendah daripada episode manik) dan beberapa periode
mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan pada kegiatan-
kegiatan, tetapi tingkat keparahannya tidak sampai memenuhi criteria
sebagai episode depresi mayor (sumber : DSM-IV- TR) (APA,2000)
Mood seorang anak adalah rentan terhadap pengaruh stresor sosial yang
parah, seperti percekcokan keluarga yang kronis, penyiksaan dan penelantaran, dan
kegagalan akademik. Sebagian besar anak kecil dengan gangguan depresif berat di
tengah-tengah lingkungan yang buruk mungkin mengalami remisi beberapa atau
sebagian besar gejala depresifnya jika stresor menghilang atau anak dipindahkan
dari lingkungan yang menimbulkan stress. Kehilangan sering kali menjadi pusat
terapi psikiatrik jika anak telah kehilangan seseorang yang dicintainya, kendatipun
gangguan depresif tidak ada.
16
Gangguan depresif dan gangguan bipolar I biasanya adalah episodic, walaupun
onsetnya mungkin samar-samar. Episode manic adalah jarang pada anak-anak
pubertas tetapi cukup sering pada remaja. Gangguan deficit atensi/hiperaktivitas,
gangguan menentang oposisional, dan gangguan konduksi atau gangguan yang
lengkap dapat terjadi dalam konteks gangguan depresif berat dan menghilang
dengan menyembuhnya episode depresif. Klinisi harus mengetahui jelas kronologi
gejala untuk menentukan apakah perilaku tertentu (seperti konsentrasi yang buruk,
pelanggaran, atau temper tantrum) adalah ditemukan sebelum episode atau apakah
perilaku terjadi untuk pertama kalinya atau secara langsung berhubungan dengan
episode depresif.
Epidemiologi
Gangguan mood meningkat dengan bertambahnya usia dan prevalensi pada semua
kelompok usia adalah secara drastic lebih tinggi dalam kelompok psikiatrik
dibandingkan populasi umum. Gangguan mood pada anak-anak usia prasekolah
adalah sangat jarang. Angka gangguan depresif berat pada anak-anak prasekolah
diperkirakan adala 0,3 persen dalam masyarakat, dibandingkan dengan 0,9 persen
dalam lingkungan klinis. Di antara anak-anak usia sekolah dalam masyarakat, kira-
kira 2 persen memiliki gangguan depresif berat. Depresi adalah lebih sering pada
anak laki-laki dibandingakan anak perempuan pada anak usia sekolah. Di antara
remaja, kira-kira 5 persen komunitas memiliki gangguan depresif berat. Diantara
anak-aank dan remaja yang dirawat dirumah sakit, angka untuk gangguan depresif
berat adalah jauh lebih tinggi dibandingkan masyarakat umum; sampai 20 persen
anak-anak dan 40 persen remaja adalah terdepresi.
Gangguan distmik diperkirakan lebih sering dibandingkan gangguan depresif berat
pada anak-anak usia sekolah, dengan angka sampai 2,5 persen dibandingkan 2
persen untuk gangguan depresif berat. Anak-anak usia sekolah dengan gangguan
distmik memiliki kemungkinan tinggi bahwa gangguan depresif berat akan
berkembang pada suatu waktu setelah satu tahun gangguan distmik.
Angka untuk gangguan bipolar I adalah sangat rendah pada anak-anak prapubertas
dan mungkin memerlukan waktu beberapa tahun untuk didiagnosis, karena mania
biasanya terlihat untuk pertama kalinya pada masa remaja. Remaja dengan varian
klinis dari mania-yaitu, dengan gejala manic tetapi tanpa kriteria diagnostic yang
17
lengkap (gangguan bipolar II)-memiliki angka sampai 10 persen, menurut suatu
penelitian.
Etiologi
Bukti-bukti yang cukup banyak menyatakan bahwa gangguan mood adalah penyakit
atau kelompok penyakit dengan dasar yang sama, tanpa memandang onset usia.
3. Penanganan
Pendekatan psikodinamika
Psikoanalisis tradisional membantu orang depresi untuk memeahami
perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting
dalam hidup mereka yang telah hilang atau terancam hilang. Dengan
menggali perasaan marah terhdap objek yang hilang , mereka
mengarahkan rasa marah keluar—melalui ekspresi verbal dari perasaan
dan bukan membiarkannya menjadi lebih buruk dan mengarah kedalam.
Pendekatan Behavioral
Terapi perilaku bertujuan secara langsung memodifikasi perilaku dan
bukan menumbuhkan kesadaran kemungkinan penyebab yang tidak
disadari dari perilaku-perilaku ini.
Pendekatan Kognitif
Aaron beck dan kolega-koleganya telah mengembangkan pendekatan
pengembangan multikomponen disebut terapi kognitif yang berfokus
pada membantu orang depresi menyadari dan mengubah pola pikir
mereka yang disfungsional
Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis umumnya menangani gangguan mood melibatkan
penggunaan obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk
depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar
4. Terapi18
Perawatan di rumah sakit. Pertimbangan cepat yang penting adalah apakah
diindikasikan perawatan di rumah sakit. Jika pasien akan bunuh diri,
perawatan di rumah sakit adalah diperlukan untuk memberikan perlindungan
maksimal terhadap dorongan dan perilaku menghancurkan diri sendiri yang
dimiliki pasien. Perawatan di rumah sakit mungkin juga dibutuhkan jika anak
atau remaja juga menderita penyalahgunaan atau ketergantungan zat.
Psikoterapi. Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu jenis
pendekatan psikoterapi dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood
masa anak-anak dan remaja. Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk
mengajarkan keluarga tentang gangguan mood serius dapat terjadi pada
anak-anak saat terjadinya stress keluarga yang berat. Pendekatan
psikoterapik bagi anak terdepresi adalah pendekatan kognitif dan pendekatan
yang lebih terarah dab lebih terstruktur dibandingkan yang biasanya
digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial anak yang
terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama, walaupun
setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan social
jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi, modeling
dan permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan
memecahkan masalah yang baik.
Farmakoterapi. Tidak ada bukti jelas dari penelitian tersamar ganda dan
terkendali placebo bahwa antidepresan adalah bermanfaat pada anak-anak
dan remaja dengan gangguan dan depresif. Selain itu, antidepresan belum
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan pada
anak depresi. Namun demikian, jika uji coba antidepresan adalah
diindikasikan, hal berikut harus diingat: Pemakaian anti depresan memerlukan
penelitian dasar, titrasi obat secara bertahap, dan monitoring perubahan
elektrokardiogram (EKG), tekan darah, efek samping dan, bilamana mungkin,
kadar dalam serum. Karena toksisitas mengakibatkan aritmia jantung yang
berat, kejang, koma dan kematian, monitoring adalah penting. Dalam suatu
penelitian tidak terkendali yang menggunakan immipramine (Tofranil) untuk
mengobati gangguan depresif berat pada anak prapubertas, respon yang baik
terlihat jika kadar darah adalah kira-kira 140 sampai 150 ng per mL. karena
antidepresan belum disetujui untuk digunakan oleh anak-anak terdepresi
dank arena efek samping dan toksisitasnya yang serius, klinisi harus
19
menggunakan antidepresan untuk anak-anak hanya setelah dilakukan
penelitian atau konsultasi dengan klinisi yang ahli dalam pemakaian
antidepresan.
Fluoxetine (Prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada remaja
dengan gangguan depresif berat. Karena beberapa anak dan remaja yang
menderita episode depresif akan mengalami gangguan bipolar II, klinis harus
mencatat gejala hipomanik yang mungkin terjadi selama pemakaian
fluoxetine dan antidepresan lain. Pada kasus tersebut medikasi harus
dihentikan untuk menentukan apakah episode hipomanik selanjutnya
menghilang. Tetapi, respon hipomanik terhadap antidepresan tidak selalu
meramalkan bahwa gangguan bipolar II telah terjadi.
Gangguan bipolar I dan gangguan bipolar II pada masa anak-anak adalah
diobati dengan lithium (eskalith) dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-anak
yang memiliki gangguan perilaku mengacau sebelumnya (sebagai contohnya
gangguan konduksi dan gangguan deficit-atensi/hiveraktivitas) dan
selanjutnya mengalami gangguan bipolar pada awal masa remaja adalah
lebih kecil kemungkinannya untuk berespon baik terhadap obat ini.
PEMBAHASAN20
BUNUH DIRI
Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan sebuah tindakan mencabut nyawa sendiri
dengan sengaja.
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri sering menyertai gangguan depresif,
danfenomena bunuh diri tersebut, terutama remaja adalah merupakan
masalah kesehatanmental masyarakat yang semakin banyak.
Imaturitas kognitif tampaknya memiliki peran protektif dalam mencegah
anak- anakyang ingin dirinya meninggal dari bunuh diri. bunuh diri yang
berhasil terjadi kira kiralima kali lebih sering pada remaja laki-laki dibanding
perempuan, walaupun angkauntuk usaha bunuh diri adalah sekurangnya tiga
kali lebih besar pada remaja perempuandibanding laki-laki.
Ide bunuh diri adalah bukan suatu fenomena yang statik,ia dapat
hilang dantimbul dengan berjalannya waktu.keputusan untuk melakukan
perilaku bunuh dirimungkin impulsif tanpa pikir panjang atau mungkin
merupakan puncak dari perenunganyang lama.cara usaha bunuh diri adalah
mempengaruhi morbiditas dan angkakeberhasilan bunuh diri adalah tidak
tergantung dari keparahan maksud untuk mati saatperilaku bunuh diri.
Bunuh diri dengan menggantungkan diri dam keracunan karbon
monoksidaadalah sama seringnya pada anak perempuan yang masing -
masingnya berjumlah 10persen.
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun- tahun terakhir angka bunuh diri pada remaja di amerika
serikattelah meningkat secara drastisb, walaupun pada beberapa negara lain
tidak demikian.
Telah terdapat peningkatan yang tetap pada angka bunuh diri bagi
orang amerika yangberusia 15 sampai 19 tahun.lebih dari 5000 remaja
melakukan bunuh diri setiaptahunnya di amerika serikat yaitu satu tiap 90
menit. Peningkatan bunuh diri dianggapmencerminkan perubahan dalam
lingkungan sosial, perubahan sikap sikap terhadapbunuh diri dan
meningkatnya ketersedian alat untuk bunuh diri.
21
Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor tiga yang terbanyak di
amerikaserikat pada orang berusia 15 sampai 24 tahun dan nomor dua
diantara laki - laki kulitputih pada kelompok usia tersebut.
Angka bunuh diri tergantung pada usia dan angka meningkat secara
bermaknasetelah pubertas. Bilamana kurang dari 1 persen bunuh diri yang
berhasil 100.000 untukusia dibawah 14 tahun, kira- kira 10 per 10000 bunuh
diri yang berhasil terjadinpadaremaja berusia antara 15 sampai 19
tahun.dibawah usia 14 tahun, usaha bunuh dirisekurangnya adalah 50kali
lebih sering dibandingkan keberhasilan bunuh diri. Tetapiantara usia 15
sampai 19 tahun, angka usaha bunub diri adalah kira - kira 15 kali lebihbesar
dibandingjan keberhasilan bunuh diri. Jumalah bunuh diri remaja pada
beberapadekade yang lalu telah meningkat sebesar tiga kali sampai empat
kali.
Penyebab Bunuh Diri
Beberapa penyebab bunuh diri menuru para ahli yaitu:
1. Dr. Ghanshyam Pandey beserta timnya dari University of Illinois, Chicago
Menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam pikiran manusia bisa
mempengaruhi mood yang memicu keinginan mengakhiri nyawa sendiri.
tingkat aktivitas protein kinase C (PKC) pada otak pelaku bunuh diri lebih
rendah dibandingmereka yang meninggal bukan karena bunuh diri. PKC
merupakan komponen yang berperan dalam komunikasi sel, terhubung
erat dengan gangguan mood seperti depresi di masa lalu.
kondisi abnormal PKC bisa menjelaskan mengapa sebagian remaja
memiliki keinginan bunuh diri.
2. Psikolog Sartono Mukadis
Kesulitan hidup beserta tekanannya hanya memicu stres dan depresi
pada orang tersebut. Stres dan depresi pada setiap orang akan selalu ada
dan hal yang biasa selama dalam taraf yang wajar dan sehat, yang
menjadi masalah adalah berkepanjangannya stres dan depresi itu. Orang
yang stres berat itu otomatis akan menjadi introvert atau tertutup serta tak
memedulikan keadaan dirinya serta lingkungan dan orang sekitar. Kalau
ini dibiarkan, memang fatal dan bisa mengarah ke bunuh diri.
22
3. Hj Rooswita SPsi Msi ( psikolog dari Benefit Strategic HRD)
Mengatakan bahwa depresi merupakan penyebab utama seseorang
melakukan bunuh diri. Depresi timbul, karena pelaku tidak kuat
menanggung beban permasalahan yang menimpa. Karena terus menerus
mendapat tekanan, permasalah kian menumpuk dan pada puncaknya
memicu keinginan bunuh diri.
4. Dosen IAIN Antasari Drs H Dahli Khairi
Menurutnya, bunuh diri sebagai gejala tipisnya iman atau kurangnya
memahami ilmu agama sehingga ia mengambil jalan pintas dengan
mengakhiri hidupnya. Mereka yang melakukan tindakan ini tidak
mempercayai akan pertolongan Allah SWT. Ia menganggap masalah yang
ia hadapi tidak sanggup lagi ia selesaikan. Padahal Allah SWT pasti akan
memberikan jalan keluar yang terbaik baginya, karena Allah SWT tidak
akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.
Etiologi
Ciri universal pada remaja yang bunuh diri adalah ketidakmampuan
mereka untuk mendapatkan pemecahan terhadap suatu masalah dan tidak
adanya strategi mengatasi stresor yang segera. Jadi, sempitnya pilihan yang
tersedia untuk menghadapi percekcokan keluarga yang rekuren, penolakan,
atau kegagalan adalah berperan dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan bunuh diri.
Faktor Genetik. Bukti-bukti sumbangan genetik pada perilaku bunuh
diri adalah didasarkan pada penelitian resiko bunuh diri keluarga dan
tingginya angkak kesesuaian untuk bunuh diri diantara kembar monozigotik
dibandingkan kembar dizigotik. Walaupun resiko untuk bunuh diri adalah
tinggi pada orang dengan gangguan mental- termasuk skizofrenia, gangguan
depresif berat, dan gangguan bipolar I – risiko untuk bunuh diri adalah jauh
lebih tinggi pada sanak saudara orang dengan gangguan mood dibandingkan
dengan sanak saudara orang dengan skizofrenia.
Faktor biologis lain. Temuan neurokimiawi menunjukkan adanya
tumpang tindih antara orang dengan perilaku agresif dan impulsif dan mereka
yang melakukan bunuh diri.
23
Faktor Sosial. Anak-anak dan remaja adalah rentan terhadap
lingkungan yang sangat kacau, menyiksa, dan menelantarkan. Berbagai
macam gejala psikopatologis dapat terjadi sekunder karena pemaparan
kepada rumah yang penuh kekerasan dan penyiksaan. Periaku agresif,
menghancurkan diri sendiri, dan bunuh diri tampaknya terjadi dengan
frekuensi terbesar pada orang yang mengalami kehidupan keluarga yang
penuh dengan sterss secara kronik.
Penyebab khusus
Dari sekian banyak penyebab bunuh diri, stres merupakan penyebab yang
sering diutarakan. Secara umum, stres muncul karena kegagalan beradaptasi
dengan lingkungannya. Ini dapat terjadi dilingkungan pekerjaan, keluarga,
sosial, pergaulan dalam masyarakat dan sebagainya. Banyak hal yang
melatar nelakangi orang terkena stres seperti:
Soal asmara
Kehilangan hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang yang
disayangi merupakan hal yang tersulit bagi setiap orang. Apabila hal ini
tidak bias ia atasi maka ia akan larut dalam kesedihannya dan
menimbulkan tekanan yang besar baginya.
Cekcok rumah tangga
Ekonomi dan malu lantaran terlilit hutang
Contohnya saja kisah-kisah yang ditayangkan ditelevisi, dimana seorang
anak SMP mengakhiri hidupnya dengan seutas tali karena malu tidak
bisa melunasi iuran kesenian.
Terisolasi dari lingkungannya
Merasa bersalah
Contohnya ketika seseorang melakukan tindalkan criminal, misalkan
saja membunuh orang terdekat dengannya maka ia akan dihantui rasa
bersalah yang sulit dilupakannya.
Selfidea yang terlalu tinggi
Didunia ini banyak orang-orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi,
dimana ide-idenya selalu mengalir tanpa bisa ia kendalikan. Namun
tidak semua ise-ise itu dapat diterima oleh orang lain sehingga ia tidak
bisa menyalurkan pemikirannya.
24
Tugas akademik yang banyak menyita waktu
Persaingan ketat antar mahasiswa
Kecemasan akan kegagalan
Pelecehan atau pemerkosaan
Kehilangan kasih sayang dari orang tua
Setiap orang tua berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun
terkadang orang tua lupa akan kebutuhan batin sang anak. Mereka
mengabaikan anaknya dan menganggap jika telang memberikan uang
maka sang anak akan bahagia, padahal tidak hanya uang yang
dibutuhkan oleh anak tapi juga perhatian dari orang tuanya
Diagnosis dan Gambaran Klinis
Pertanyaan langsung pada anak-anak dan remaja tentang pikiran
bunuh diri adalah diperlukan, karena penelitian telah secara konsisten
menunjukkan bahwa orangtua seringkali tidak menyadari, ( yaitu, anak
berbicara tentang ingin menyakiti dirinya sendiri ) dan ancaman bunuh diri
( yaitu, pernyataan anak bahwa mereka ingin melompat didepan mobil )
adalah lebih sering dibandingkan penyelesaian bunuh diri.
Karakteristik remaja yang berusaha bunuh diri dan yang berhasil
bunuh diri adalah sama, dan kira-kira sepertiga dari mereka yang berhasil
bunuh diri sebelumnya pernah berusaha bunuh diri. Gangguan mental yang
ditemukan pada beberapa orang yang berusaha melakukan bunuh diri dan
yag berhasil bunuh diri adalah gangguan depresif berat, episode manik, dan
gangguan psikotik. Orang dengan gangguan mood dengan kombinasi
penyalahgunaan zat dan riwayat perilaku agresif adalah terutama remaja
dengan resiko tinggi.
Mereka yang tampa gangguan mood yang keras, agresif dan impulsif
mungkin rentan terhadap bunuh diri selama komflik dengan teman sebaya
atau keluarga. Keputusasaan yang berat, keterampilan memecahkan
masalah yang buruk, dan riwayat perilaku agresif adalah faktor resiko untuk
bunuh diri. Depresi saja adalah faktor resiko untuk bunuh diri yag lebih serius
pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.k, tetapi laki-laki leih sering
memiliki psikopatologi yang lebih parah dibandingkan perempuan yang
melakukan bunuh diri. Sifat remaja yang melakuan bunuh diri kadang-kadang
25
adalah seseorag dengan sifat karakter bercita-cita tinggi dan perfensionistik,
remaja tersebut mungkin sedang kecewa karena kegagalan, seperti
menurunnya prestasi akademik.
Pada remaja yang terganggu secara psikiatrik dan rentan, usaha
bunuh diri sering berhubungan dengan stresor yang belum lama. Pencetus
perilaku bunuh diri adalah konflik dan perdebatan dengan anggota keluarga
atau pacar. Penggunaaan alkohol atau zat lain mungkin lebih
menpredisposisikan remaja yang telah rentan kepada perilaku bunuh diri.
Pada kasus lain, seorang remaja berusaha bunuh diri karena akan dihukum
setelah ditangkap oleh polisi atau tokoh berkuasa lainnya karena perubuatan
yang tidak dapat dimaafkan.
Terapi
Remaja yang mencoba bunuh diri harus diperiksa sebelum diambil
keputusan untuk merawat mereka dirumahsakit atau untuk memulangkan
mereka kerumah. Mereka yang masuk ke dalam kelompok resiko tinggi harus
dirawat dirumah sakit sampai sikap bunuh diri tak ada lagi.
Orang-orang resiko tinggi adalah mereka yang sebelumnya pernah
mencoba bunuh diri ; laki-laki yang berusia lebih dari 12 tahun dengan riwayat
perilaku agresif atau penyalahgunaan zat ; meraka yang pernah mencoba
bunuh diri dengan cara yang mematikan , seperti dengan senajat atau
menelan zat racun ; mereka dengan gangguan depresif berat yang ditandai
oleh menarik diri dari lingkungan sosial, putus asa, dan tidak adanya tenaga ;
anak peremapuan yang melakukan upaya bunuh diri dengan cara lain
daripada menelan zat toksik; dan tiap orang yang menunjukkan ide bunuh diri
yang menetap. Seorang anak atau remaja dengan ide bunuh diri harus
dirawat dirumah sakir jika klinisi memiliki keraguan tentang kemampuan
keluarga untuk mengawasi anak atau bekerja sama denga terapi dalam
lingkungan rawat jalan. Dalam situasi tersebut, jasa perlindungan anak harus
dilibatkan sebelum anak dapat dipulangkan.
Jika remaja dengan ide bunuh diri melaporkan bahwa mereka tidak lagi
ingin bunuh diri, pemulangan dapat dipertimbangkan hanya jika rencana
pemulangan telah siap. Rencana harus termasuk psikoterapi, farmakoterapi,
dan terapi keluarga sesuai dengan yang diindikasikan. Perjanjian tertulis
26
dengan remaja, yang menjelaskan persetujuan remaja tersebut untuk tidak
terlibat dalam perilaku bunuh diri dan memberikan suatu alternatif jika ide
bunuh diri terjadi kembali, harus siap. Disamping itu, perjanjian follow-up
rawat jalan harus dilakukan sebelum pemlangan, dan nomor telepon yang
siap dihubungi 24 jam harus diberrikan bagi remaja dan keluarga kalau
sewaktu-waktu ide bunuh diri kembali sebelum terapi dimulai
27
DAFTAR PUSTAKA
28