Transcript

GANGGUAN NATRIUM PLASMA PENYEBAB, RESIKO, KOREKSIRichard H. Sterns, M.D.

Sel-sel tubuh manusia hidup dalam air garam, tergantung pada kemampuan tubuh untuk mengatur salinitas cairan ekstrasel. Melalui pengontrolan masukan dan ekskresi air, sistem osmoregulator normalnya akan mencegah konsentrasi natrium plasma untuk tidak berada dari kisaran normal (135-142 mmol per liter). Kegagalan sistem pengaturan ini akan menyebabkan keadaan hipotonik atau hipertonik. Ulasan ini mengenai penyebab dan resiko dari kelainan konsentrasi natrium plasma dan memberikan gambaran untuk mengoreksinya.

Konsentrasi natrium plasma dan tonisitas ekstraselulerKonsentrasi natrium plasma mempengaruhi volume sel. Istilah tonisitas menggambarkan efek plasma pada selhipotonik menyebabkan sel membengkak dan hipertonik menyebabkan sel menyusut. Hipernatremia merupakan indikasi hipertonik. Hiponatremia merupakan indikasi hipotonik, tetapi ada pengecualian (misalnya hiperglikemia hiponatremia dan pseudohiponatremia) yang tidak dibahas dalam ulasan ini.

Konsentrasi natrium plasma dan kandungan elektrolit serta air dalam tubuhKonsentrasi zat terlarut (osmolalitas) harus seimbang antara dalam dan luar sel karena kanal air (aquaporin) menyebabkan membran sel permeabel terhadap air. Pompa natrium (Na+/K+-ATPase) secara fungsional mengeluarkan natrium dari sel, menukarnya dengan kalium melalui transpor aktif. Meskipun sebagian besar natrium berada ekstrasel dan sebagian besar kalium berada di intrasel, cairan tubuh dapat dikatakan berada dalam sebuah bak mandi yang mengandung natrium, kalium, dan air, karena gradien osmotik dengan cepat ditiadakan oleh pergerakan air melewati membran sel. Dalam arti, konsentrasi natrium dalam cairan plasma harus seimbang dengan konsentrasi natrium dan kalium dalam total cairan tubuh. Hubungan teoritis ini telah divalidasi secara empiris oleh Edelman dkk, yang menggunakan isotop untuk mengukur pertukaran kation-kation tubuh dan air.Edelman dan kolega menggambarkan hubungan antara variabel-variabel ini dengan persamaan berikut :

dimana Na+e adalah natrium yang dapat ditukar, K+e adalah kalium yang dapat ditukar, dan H2O adalah air. Persamaan ini memiliki suatu tahanan (-25,6); garis regresi dari natrium plasma terhadap rasio pertukaran (Na+ + K+) terhadap total cairan tubuh tidak melewati nol karena tidak semua natrium yang ditukar bebas dalam larutan. Natrium dalam jumlah banyak terikat dengan molekul polianionik disebut proteoglikan, yang mencapai tulang, jaringan ikat, dan kartilago (Gambar 1). Konsentrasi natrium di kartilago hampir 2x plasma. Kekuatan osmotik yang timbul dari konsentrasi tinggi natrium (sekitar 40 mmHg untuk setiap perbedaan konsentrasi dari 1 mmol per liter) mempertahankan konsentrasi tinggi natrium dalam jaringan, sehingga dapat menahan tekanan yang melebihi 20.000 mmHg selama olahraga.Ketika diketahui bahwa banyak natrium terikat di tulang, kartilago, dan jaringan ikat, maka muncul hipotesis bahwa jaringan-jaringan ini dapat menjadi reservoir natrium, mengambil atau melepaskan natrium sesuai kebutuhan tubuh. Meskipun bukti terdahulu mendukung konsep penyimpanan natrium, teori ini hilang dukungan dan tidak lagi dianut selama setengah abad. Namun, dalam dekade terakhir muncul ketertarikan baru mengenai natrium yang tersimpan. Pada pasien-pasien dengan diet tinggi garam, natrium dapat terakumulasi dalam tubuh, nampaknya menghilang tanpa perubahan konsentrasi natrium plasma, berat badan, atau volume cairan ekstrasel. Keseimbangan natrium, kalium, dan air tidak selalu dilaporkan untuk perubahan konsentrasi natrium plasma selama penyembuhan dari hiponatremia. Proteoglikan di kulit menjadi reservoir natrium, dan sejumlah muatan negatif dapat mengikat natrium tergantung respon konsentrasi natrium di jaringan interstitial. Pada percobaan untuk tikus, hiponatremia kronik telah ditunjukkan menjadi penyebab lebih poten untuk osteoporosis daripada defisiensi vitamin D, dan kehilangan natrium dari tulang lebih banyak daripada kehilangan kalsium dari tulang. Aktivitas osteoklas yang meningkat pada hiponatremia kronik memperlihatkan efek langsung natrium dan mungkin vasopresin pada sel-sel ini.Pada manusia, hiponatremia kronik disertai dengan osteoporosis dan fraktur. Selama kegiatan atletik dengan ketahanan ekstrim dalam beberapa jam, densitas tulang menurun melalui pengukuran, dan penurunan densitas tulang berhubungan erat dengan perubahan konsentrasi natrium plasma.

Gambar 1. Osmolalitas internal dan eksternal dan keseimbangan air serta konsentrasi natrium plasma. Konsentrasi natrium plasma ditentukan berdasarkan rasio kandungan natrium dan kalium dalam tubuh (pembilang dalam rasio) terhadap total cairan tubuh (penyebut dalam rasio). Konsentrasi ini diubah melalui keseimbangan batas eksternal (masukan dikurangi keluaran) dari natrium, kalium, dan air dan melalui pertukaran internal antara natrium bebas dan natrium yang terikat dengan polianionik proteoglikan di tulang, kartilago, dan kulit.

Konsentrasi natrium plasma dan keseimbangan tonisitasVersi sederhana dari persamaan yang tadi dilaporkan oleh Edelman dkk adalah :

Konsentrasi natrium plasma diubah oleh perubahan keseimbangan natrium dan kalium secara keseluruhan (pembilang) dan keseimbangan air (penyebut) (Gambar 1). Untuk memahami atau secara kasar memprediksi perubahan konsentrasi natrium plasma, keseluruhan tonisitas dari diet dan cairan intravena serta keseluruhan tonisitas dari cairan gastrointestinal, keringat, dan urin harus dipertimbangkan. Seperti konsentrasi natrium plasma yang ditentukan oleh konsentrasi natrium dan kalium dalam cairan tubuh, tonisitas dari cairan-cairan ini ditetapkan melalui konsentrasi mereka terhadap natrium ditambah dengan kalium. Tidak mungkin memprediksi efek pemberian cairan intravena pada konsentrasi natrium plasma tanpa memikirkan kehilangan cairan melalui urin yang terjadi bersamaan. Konsentrasi elektrolit (natrium plus kalium) dari urin, dan bukan osmolalitasnya (yang termasuk elektrolit, urea, dan glukosa), menentukan efek urin terhadap konsentrasi natrium plasma. Urin menjadi hipotonik jika konsentrasi elektrolitnya lebih rendah dibandingkan dengan plasma; karena sebagiannya tersusun dari air bebas elektrolit, ekskresi urin hipotonik akan meningkatkan konsentrasi natrium plasma. Sebaliknya, urin menjadi hipertonik jika konsentrasi elektrolitnya lebih tinggi dibandingkan dengan plasma; ekskresi urin hipertonik akan menurunkan konsentrasi natrium plasma.Urin isosmolar atau hiperosmolar yang mengandung banyak urea (suatu produk akhir dari metabolisme protein) hampir bebas elektrolit. Ekskresi urea dalam perbaikan dari azotemia, katabolisme, atau diet tinggi protein akan menyebabkan hipernatremia kecuali ada pergantian terhadap cairan bebas yang hilang. Karena urea meningkatkan ekskresi air bebas elektrolit, urea telah digunakan dalam tatalaksana hiponatremia.

Natrium dan sawar darah otakNatrium dapat melintasi membran kapiler sistemik melalui celah antara sel-sel endotel. Akibatnya, di sebagian besar jaringan, konsentrasi natrium di plasma dan cairan interstitial hampir sama, dengan perbedaan yang kecil oleh karena adanya albumin intravaskuler. Sebaliknya, kapiler otak memiliki pertemuan endotel yang sempit dan dilapisi oleh pedunkulus astrosit, membentuk sawar darah otak yang menyebabkan natrium tidak bisa lewat (Gambar 2). Akibatnya, konsentrasi natrium plasma yang abnormal menyebabkan air dapat masuk atau keluar dari jaringan otak. Karena tahanan tengkorak, hanya pembengkakan atau penyusutan otak dengan kadar kecil yang tidak menimbulkan kematian.

Regulasi konsentrasi natrium plasmaKarena konsentrasi natrium plasma mempengaruhi volume otak, maka bukan hal baru bahwa reseptor volume sel yang bertanggung jawab untuk pengatur rasa haus dan sekresi vasopressin terdapat di otak. Osmoreseptor, yang lebih tepatnya disebut reseptor tonisitas, merupakan saraf hipotalamik yang mengeluarkan anggota 1 transient receptor potential cation channel subfamily vanilloid (TRPV1) dan kanal anggota 4 (TRPV4) pada membran selnya.Transient receptor potential cation channel berasal dari sebuah famili molekul yang besar. Mereka pertama kali diidentifikasikan sebagai fotoreseptor di lalat buah dan kemudian ditemukan sebagai sebuah reseptor untuk berbagai bentuk sensasi di seluruh sifat dasarnya. Contohnya, kanal transient receptor potential V (atau vanilloid) (TRPV) bereaksi terhadap capsaicin, vanilloid yang menyebabkan sensasi terbakar berhubungan dengan ingesti merica. TRPV1, yang merupakan anggota dari famili reseptor TRPV, ditemukan di mutan cacing gelang Caenorhabditis elegans yang tidak menghindari lingkungan hiperosmotik. Insersi gen TRPV4 dari mamalia ke dalam genom mutan cacing gelang C. elegans memperbaiki perilaku normal cacing. Gen TRPV1 dibutuhkan untuk proses fungsional normal dari saraf-saraf osmoreseptor terisolasi, dan secara genetik tikus yang kekurangan gen TRPV1 dan TRPV4 memiliki kelainan osmoregulasi. Polimorfisme pada gen-gen kode kanal TRPV4 telah teridentifikasi pada manusia. Pria tua sehat yang positif memiliki polimorfisme TRPV4 lebih mungkin untuk mengalami hiponatremia ringan daripada pria tanpa polimorfisme ini.Pada osmoregulasi normal, sekresi vasopressin dan rasa haus dihambat ketika konsentrasi natrium plasma menurun dibawah 135 mmol/liter. Saat vasopressin tidak ada, osmolalitas urin menurun sebanyak 50 mOsm/kg. Pada seseorang yang menjalani diet khas Barat, dengan osmolalitas keluaran urin sekitar 900 mOsm per hari, osmolalitas urin sekitar 50 mOsm/liter menghasilkan 18 liter urin (750 ml per jam).Meskipun reaksi seseorang berubah-ubah, vasopressin biasanya dapat ditemukan pada konsentrasi natrium plasma di atas 135 mmol/liter, dan kadar vasopressin meningkat sebanding dengan peningkatan kadar natrium. Hormon dapat juga disekresi sebagai respon terhadap sirkulasi yang inadekuat, atau hormon dapat disekresi tidak tepat dan kadang-kadang secara ektopik tanpa adanya stimulus osmotik atau hemodinamik. (Sekresi vasopressin tanpa kelainan osmotik atau hemodinamik merupakan keterangan terhadap istilah tidak tepat). Saat disekresi, vasopressin berikatan dengan reseptor V2 di membran basolateral dari sel-sel lapisan duktus kolektikus renalis. Saat vasopressin ada, aquaporin masuk ke dalam membran luminal, sehingga air dapat mengalir keluar, tertarik terhadap osmolalitas tinggi dari lingkungan intestitium medular. Ketika plasma natrium meningkat sekitar 145 mmol/liter, itu merupakan kadar normal vasopressin untuk menghasilkan konsentrasi urin yang maksimal (sekitar 1200 mOsm/kg). Adanya pengenceran urin ketika konsentrasi natrium plasma di atas 145 mmol/liter menyatakan suatu sekresi vasopressin yang tidak cukup (pada diabetes insipidus neurogenik) atau kegagalan ginjal untuk bereaksi terhadap vasopressin (pada diabetes insipidus nefrogenik).Namun, diabetes insipidus komplit (dengan ketiadaan total dari vasopressin atau tidak ada respon tubulus terhadap vasopressin) umumnya tidak menyebabkan hipernatremia, karena adanya rasa haus akan cepat menggantikan cairan urin yang hilang. Hipernatremia terjadi jika air tidak ada, jika dorongan untuk minum mengalami gangguan (hipodipsi), atau jika pasien terlalu muda, tua, atau kesulitan mencari air bagi diri sendiri.Pengenceran maksimal urin mencegah hiponatremia kecuali masukan air sangat banyak (>1 liter/jam) (contohnya pada pasien skizofrenia yang minum air secara paksa) atau laju ekskresi zat terlarut urin sangat rendah (pada peminum bir yang sedikit makan). Pengecualian pada keadaan ini, hipotonik hiponatremia berhubungan dengan gangguan kemampuan tubuh mendilusi urin karena kekurangan transpor natrium pada pusat dilusi renal (sebagian besar karena penggunaan diuretik), kehadiran vasopressin, atau, penyebab yang jarang yaitu mutasi reseptor vasopressin. Karena vasopressin, bersama dengan renin, angiotensin, aldosetron, dan sistem saraf simpatis, turut andil dalam respon neurohormonal terhadap sirkulasi yang inadekuat, maka hiponatremia akibat vasopresin dapat menjadi penyulit hipovolemia atau keadaan yang menyebabkan edema (contohnya gagal jantung dan sirosis).Banyak penyebab hiponatremia (contohnya hipovolemia, pengobatan, defisiensi kortisol, mual, nyeri, atau stres) bersifat reversibelentah melalui pengobatan atau sejalannya waktu. Saat penyebab hiponatremia ditetapkan, respon osmoreseptor normal terhadap konsentrasi natrium plasma yang rendah akan menghambat sekresi vasopressin, sehingga menyebabkan ekskresi urin dilusi maksimal dan penyembuhan hiponatremia.Pemberian antagonis vasopressin juga dapat berakibat ekskresi urin terdilusi (juga diketahui sebagai suatu diuresis air atau aquaresis) meskipun vasopressin terus ada. Oleh karena itu, antagonis vasopressin meningkatkan konsentrasi natrium plasma dan diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) sebagai pengobatan hiponatremia yang disebabkan oleh sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH) atau oleh gagal jantung.

Konsentrasi natrium urin dan natrium plasmaEkskresi natrium di urin secara relatif tidak bergantung pada kadar natrium plasma; pengukuran kadar natrium urin dapat membantu membedakan SIADH dan hiponatremia hipovolemik. Ekskresi natrium bereaksi terhadap volume intravaskular, meningkat dengan ekspansi volume dan menurun dengan deplesi volume. Retensi air akibat SIADH memperluas volume cairan ekstrasel, menyakibatkan peningkatan ekskresi natrium di urin meskipun hiponatremia.Ekskresi natrium pada SIADH mengembalikan volume ekstrasel normal, tetapi kehilangan urin hipertonik juga memperburuk hiponatremia. Untuk alasan ini, SIADH tidak boleh diberikan larutan isotonik seperti NaCl 0,9% atau RL, karena infus natrium akan diekskresi dalam jumlah kecil di urin, menyebabkan retensi air yang bebas elektrolit. Keadaan ini sering pada pasien dengan perdarahan subaraknoid; larutan salin diresepkan untuk memelihara perfusi serebral, tetapi vasopresin dilepaskan oleh cedera neurologik sehingga memekatkan urin.

Gambar 2. Astrosit dan Unit Neurovaskular. Kapiler otak memiliki pertemuan yang sempit dan dilapisi oleh pedunkulus astrosit yang mengeluarkan kanal air aquaporin-4 sehingga permeabel terhadap air tetapi tidak untuk natrium. Astrosit, yang dengan leluasa dan secara fungsional berhubungan dengan sel endotel, saraf-saraf, perisit, dan mikroglia, memberikan otak suatu pertahanan garis pertama terhadap stres osmotik yang disebabkan oleh gangguan natrium.

Penyebab perubahan konsentrasi natrium plasma yang cepatKonsentrasi natrium plasma akan menurun dengan cepat jika jumlah cairan yang diminum atau diinfus melebihi kapasitas ginjal untuk mensekresi air bebas. Konsentrasi natrium plasma meningkat dengan cepat jika garam pekat dengan jumlah yang banyak dimakan atau diinfus atau jika banyak, terjadi kehilangan air bebas elektrolit yang tidak dapat diganti karena aquaresis atau diuresis osmotik (sangat sering akibat glikosuria). Kehilangan atau pencapaian sekitar 3 ml air/kgBB akan merubah konsentrasi natrium plasma sekitar 1 mmol/liter. Urin dilusi maksimal, baik akibat dari diabetes insipidus yang tidak diobati, penyembuhan spontan dari hiponatremia, atau pemberian antagonis vasopresin, akan meningkatkan konsentrasi natrium plasma sekitar 2,5 mmol/liter/jam. Tidak adanya kehilangan air melalui urin, 1 ml dari larutan salin 3% per kgBB akan meningkatkan konsentrasi natrium plasma sekitar 1 mmol/liter. Oleh karena itu, pada wanita dengan BB 50 kg, peningkatan kadar natrium plasma yang disebabkan oleh diuresis air maksimal adalah serupa dengan peningkatan akibat infus larutan salin 3% sekitar 125 ml/jam.

Resiko dari kelainan konsentrasi natrium plasmaHipotonik ekstrim memecahkan membran sel; hipertonik ekstrim merusak sitoskeleton dan menyebabkan kerusakan DNA, akhirnya terjadi apoptosis. Dalam jangka waktu tertentu, sel-sel melindungi volume dan kelangsungan hidup mereka melalui penyesuaian kandungan zat terlarut intrasel.Osmolit organik merupakan molekul-molekul kecil intrasel (contohnya glutamat, taurin, dan mio-inositol) yang ditemukan di seluruh sifat dasarnya; konsentrasinya dapat berubah-ubah tanpa mengganggu fungsi sel. Hipotonik membantu pelepasan osmolit dari sel melalui jalur sensitif volume, ketika secara bersamaan, pembawa akumulasi osmolit (contohnya pembawa taurin TauT dan pembawa mio-inositol SMIT) mengalami down-regulated. Saat hipertonik, TauT dan SMIT mengalami up-regulated. Adaptasi ini memungkinkan sel-sel mempertahankan osmolalitas intrasel yang seimbang dengan osmolalitas dari hipotonik atau hipertonik plasma, dengan perubahan kceil pada volume sel.Meskipun gangguan osmotik mempengaruhi semua sel, manifestasi klinik utama dari hiponatremia dan hipernatremia adalah neurologik, dan perubahan cepat pada konsentrasi natrium plasma dapat menyebabkan cedera otak berat, permanen, dan kadang-kadang mematikan (Tabel 1, 2, dan Gambar 3). Jika hipernatremia terjadi setelah beberapa menit (contohnya setelah ingesti garam masif yang terjadi pada percobaan bunuh diri), cedera vaskuler akan timbul melalui penyusutan otak yang tiba-tiba sehingga menyebabkan perdarahan intrakranial. Pembengkakan otak akibat onset hiponatremia yang tiba-tiba menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, mengganggu aliran darah serebral dan kadang menyebabkan herniasi (Gambar 3). Perubahan penyesuaian pada osmolit otak memberikan kelangsungan hidup, namun mereka juga dapat menimbulkan suatu gejala. Contohnya, pada hiponatremia akut, penyesuaian pelepasan glutamat, suatu neurotransmiter eksitatorik, dapat meningkatkan kerentanan terhadap kejang; deplesi transmiter dari terminal saraf dapat bertanggung jawab untuk beberapa gejala neurologik pada hiponatremia kronik.

Tabel 1. Penanganan dan Batasan Koreksi Terhadap Hiponatremia Berat*

Durasi

Perilaku atau kondisi terkait

Gambaran klinis

Target terapi awalBatasan koreksi dan Tatalaksana terhadap koreksi berlebihan

Beberapa jamIntoksikasi air akibat diri sendiri disertai dengan psikosis, lari maraton, penggunaan 3,4-metilenedioksi-metamfetamin (MDMA, atau ekstasi)Sakit kepala, delirium, muntah, kejang, koma, edema pulmoner neurogenik, pembengkakan otal dengan resiko herniasi fatalBolus 3x100 ml larutan salin 3% sesuai gejala berat; peningkatan konsentrasi natrium plasma sebanyak 406 mmol/liter pada 6 jam pertamaKoreksi berlebihan tidak diketahui berbahaya

1-2 hariHiponatremia postoperatif, khususnya wanita dan anak-anak; hiponatremia disertai penyakit intrakranialSakit kepala, delirium, muntah, kejang, koma, edema pulmoner neurogenik, pembengkakan otal dengan resiko herniasi fatalBolus 3x100 ml larutan salin 3% sesuai gejala berat; peningkatan konsentrasi natrium plasma sebanyak 406 mmol/liter pada 6 jam pertamaJangan meningkatkan konsentrasi natrium plasma >10 mmol/L/hari

Tidak diketahui atau 2 hariKondisi yang disertai dengan resiko tinggi terhadap sindrom demielinasi osmotik (konsentrasi natrium plasma, 105 mmol/liter atau kurang; hipokalemia, alkoholisme, malnutrisi, penyakit hati)Malaise, kelelahan, bingung, kram, jatuh, 10% insiden kejang dengan konsentrasi natrium plasma 8 mmol/liter/hari; pertimbangkan untuk menurunkan lagi jika sudah melebihi batas, khususnya pada pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk sindrom demielinasi osmotik

Hiponatremia berat diartikan sebagai konsentrasi natrium plasma di bawah 120 mmol/liter. Adanya kehilangan air melalui urin, 1 ml/kgBB dari larutan salin 3% akan meningkatkan konsentrasi natrium plasma sekitar 1 mmol/liter. Sindrom demielinasi osmotik dapat berkembang ketika konsentrasi natrium plasma meningkat secara cepat pada pasien rawat jalan yang menjadi hiponatremia ketika minum air dalam jumlah normal dan pasien rawat inap yang menjadi hiponatremia lebih dari 2 hari atau lebih.

Pedunkulus astrosit, yang mengelilingi kapiler otak dan saraf, mengeluarkan aquaporin (seperti aquaporin-4) yang memudahkan air melewati sawar darah otak. Astrosit melindungi saraf-saraf dari stres osmotik; sebagai respon terhadap hipotonik, transfer sel ke sel dari taurin untuk astrosit yang berdekatan memudahkan saraf untuk memelihara volumenya saat astrosit bengkak. Dalam 24-48 jam setelah tranfer ini, astrosit mengembalikan volumenya melalui pengurangan osmolit organik, tetapi proses ini menyebabkan mereka mudah mengalami cedera dari normalisasi konsentrasi natrium plasma yang berlangsung cepat. Karena pembawa mengalami down-regulation, pemulihan osmolit otak yang hilang dapat berlangsung berminggu-minggu bahkan lebih lama. Oleh karena itu, koreksi hiponatremia yang cepat adalah suatu stres hipertonik untuk astrosit yang berupa deplesi osmolit, memicu apoptosis, gangguan sawar darah otak, dan akhirnya demielinasi otak. Pada percobaan terhadap hewan, demielinasi otak dapat dicegah dengan replesi mio-inositol, melalui penurunan konsentrasi natrium plasma dengan segera (antara 12-24 jam setelah koreksi hiponatremia dengan cepat), atau melalui pemberian minosiklin (mencegah proliferasi sel glia).Tabel 2. Penanganan dan Batasan Koreksi Terhadap Hipernatremia Berat*

Durasi

Perilaku atau kondisi terkait

Gambaran klinis

Target terapi awalBatasan koreksi dan Tatalaksana terhadap koreksi berlebihan

Menit ke jamKeracunan garam akut disertai dengan ingesti garam secara kebetulan atau ingesti garam pada percobaan bunuh diri, penggunaan larutan salin hipertonik parenteral, kesalahan dialisisKejang, koma, hipertonia, demam tinggi, perdarahan intrakranial, trombosis sinus duralInfus cepat dextrosa 5% dengan hemodialisis segera untuk mengembalikan keadaan normonatremia dengan cepatKoreksi berlebihan tidak diketahui berbahaya

1-2 hariTidak adanya pergantian cairan yang hilang disertai glikosuria, diabetes insipidus neurogenik atau nefrogenikKoma persisten, demielinasi otakMenurunkan konsentrasi natrium plasma 2 mmol/liter/jam sampai konsentrasi natrium plasma menjadi 145 mmol/liter; stop atau ganti cairan yang hilangKoreksi berlebihan tidak diketahui berbahaya

Tidak diketahui atau 2 hariPada anak-anak: diare, ketidakmampuan untuk minum susu; pada dewasa: hipodipsi, gangguan status mentalObtundasi atau koma, kejang disertai rehidrasi dan edema serebral sebagai akibat koreksi cepat pada anak-anakAnak-anak: menurunkan konsentrasi natrium plasma 0,3 mmol/L/jamDewasa: menurunkan konsentrasi natrium plasma 10 mmol/L/hari; mengganti cairan yang hilangAnak-anak: jangan menurunkan konsentrasi natrium plasma > 0,5 mmol/L/jam; larutan salin 3% untuk kejang disertai rehidrasi; Dewasa: tidak diketahui

Hipernatremia berat diartikan sebagai konsentrasi natrium plasma di atas 150 mmol per liter. Adanya kehilangan cairan, pemberian air bebas elektrolit sebanyak 3 ml/kgBB akan menurunkan konsentrasi natrium plasma sekitar 1 mmol/liter.

Cedera otak setelah koreksi cepat untuk hiponatremia kronik bermanifestasi sebagai suatu penyakit bifasik disebut sindrom demielinasi osmotik: suatu reduksi awal pada gejala diikuti oleh onset bertahap dari temuan neurologik baru. Spektrum klinik dari sindrom demielinasi osmotik sangat luas dan dapat mencakup kejang, kelainan perilaku, dan gangguan pergerakan. Lebih beratnya, pasien tidak mampu bergerak, berbicara, atau menelan karena demielinasi di pons sentral. Meskipun demielinasi osmotik menyebabkan disabilitas permanen atau kematian, banyak pasienbahkan pasien yang memakai alat bantu pernapasamemiliki pemulihan fungsional secara penuh. Hipernatremia akut dapat juga menyebabkan demielinasi otak, tanpa perjalanan klinis bifasik dari sindrom demielinasi osmotik (Gambar 3).

Gambar 3. Resiko dari perubahan cepat konsentrasi natrium plasma. Onset yang cepat dan juga koreksi yang cepat terhadap hiponatremia dan hipernatremia dapat menyebabkan kerusakan otak. Peningkatan cepat konsentrasi natrium plasma, entah dari hipernatremia akut atau koreksi cepat hiponatremia kronik, dapat menyebabkan demielinasi osmotik. Edema serebral merupakan komplikasi hiponatremia akut dan dari koreksi cepat hiponatremia kronik pada anak.

Hiponatremia kronik, seperti hiponatremia kronik, menyebabkan ensefalopati yang reversibel. Terutama pada bayi, osmolit organik yang bertambah dalam penyesuaian untuk hipernatremia kronik secara perlahan menghilang. Oleh karena itu, rehidrasi akibat koreksi cepat hipernatremia kronik menyebabkan kejang dan penonjolan fontanela yang menunjukkan adanya edema serebral (Gambar 3).Konsentrasi natrium plasma yang bahkan sedikit keluar dari kisaran normal dapat meningkatkan resiko kematian, tetapi beberapa kematian yang disertai dengan kelainan konsentrasi natrium plasma berhubungan dengan komplikasi neurologik. Gangguan mendasar yang menyebabkan kelainan konsentrasi natrium plasma dapat bertanggung jawab untuk peningkatan mortalitas, tetapi terdapat juga resiko non-neurologik yang merugikan dari gangguan osmotik yang lama, dan penelitian observasional telah menunjukkan penurunan mortalitas di antara pasien-pasien rawat inap yang konsentrasi natrium plasma mereka telah dikoreksi. Taurin dan mio-inositol, osmolit organik yang hilang dari banyak sel dalam penyesuaian terhadap hiponatremia, secara normal bersifat protektif terhadap cedera oksidatif. Sebuah model eksperimental dari SIADH kronik pada tikus menunjukkan bahwa hiponatremia lama mengakibatkan hipogonadisme, kehilangan lemak tubuh, sarkopenia otot skelet, dan kardiomiopati.

Koreksi terhadap kelainan konsentrasi natrium plasmaPara klinisi yang mengobati pasien-pasien dengan hiponatremia dan hipernatremia harus segera menanggapi bahaya langsung yang ditimbulkan oleh gangguan akut, sementara mengingat akan penyesuaian yang menyebabkan koreksi berlebihan memiliki potensi berbahaya. Intervensi agresif ditunjukkan ketika konsentrasi natrium plasma menurun atau meningkat dengan cepat atau ketika kelainan konsentrasi natrium plasma menyebabkan gejala yang lebih berat. Terapi harus dituntun oleh pemantauan ketat terhadap konsentrasi natrium plasma dan tidak boleh hanya dengan persamaan. Pembengkakan otak fatalsebuah komplikasi hiponatremia yang harus diperhatikan oleh para klinisihanya dilaporkan pada pasien hiponatremia dengan penyakit intrakranial dan dalam beberapa kondisi spesifik yang menyebabkan konsentrasi natrium plasma menurun drastis, seperti hiponatremia postoperasi dan intoksikasi cairan akibat diri sendiri yang berkembang melebihi beberapa jam (Tabel 1). Karena otak tidak dapat membengkak melebihi 5%, koreksi hiponatremia dengan jumlah ini akan diterima untuk mencegah komplikasi yang lebih serius dari intoksikasi cairan akut; observasi empiris mendukung prediksi ini. Peningkatan konsentrasi natrium plasma 4-6 mmol/liter adalah cukup untuk membalikkan herniasi yang akan datang atau menghentikan kejang aktif pada pasien dengan hiponatremia akut yang berat. Peningkatan seperti itu dapat diyakini tercapai dengan bolus 100 ml larutan salin 3% (2 ml/kgBB pada pasien kecil), diberikan dalam interval setiap 10 menit dengan total 3 dosis, jika dibutuhkan untuk mengontrol gejala. Gejala hiponatremia akut yang lebih ringan harus ditangani cukup dengan larutan salin 3% untuk menghindari perburukan hiponatremia akibat penyerapan lambat dari ingesti air atau ekskresi hipertonik urin.Hiponatremia biasanya merupakan kondisi kronik dan harus dianggap menjadi kronik ketika durasi sebenarnya tidak jelas; untuk mengurangi gejala dan memperbaiki keadaan akhir, hiponatremia kronik harus dikoreksi secara bertahap dengan penggunaan restriksi cairan, tablet garam, infus lambat larutan salin 3%, furosemid, urea, atau antagonis vasopresin, atau melalui penanganan terhadap penyebab dasarnya. Gejala hiponatremia yang berat membutuhkan intervensi awal yang lebih agresif, tetapi tidak perlu meningkatkan konsentrasi natrium plasma melebihi 4-6 mmol/liter/hari. Tanpa memperhatikan bagaimana hiponatremia kronik diobati, koreksi yang tidak hati-hati, sebagian besar disebabkan oleh ekskresi zat terlarut urin, sangat sering terjadi dan dapat menjadi sangat berbahaya. Jika konsentrasi natrium plasma kurang dari 120 mmol/liter, atau jika ada faktor resiko terhadap demielinasi osmotik, koreksi konsentrasi natrium plasma lebih dari 8 mmol/liter/hari harus dengan teliti dihindari melalui penggantian cairan yang hilang atau mencegah kehilangan cairan dengan desmopressin, suatu vasopressin sintetik.Penurunan berulang terhadap konsentrasi natrium plasma disetujui jika koreksi hiponatremia melebihi 8 mmol/liter/hari dan ada faktor resiko terhadap demielinasi osmotik atau jika koreksinya 10-12 mmol/liter/hari tanpa adanya faktor resiko tersebut (Tabel 1)meskipun manfaat dari strategi ini tidak dijelaskan pada manusia. Untuk mencegah koreksi yang tidak hati-hati, desmopressin dapat diberikan terlebih dahulu untuk mengantisipasi, dibandingkan untuk bereaksi terhadap kehilangan cairan yang tidak terduga; hiponatremia dikoreksi dengan infus lambat larutan salin 3% sementara urin tetap pekat dengan dosis desmopressin berulang.Membatasi koreksi hipernatremia kronik agar konsentrasi natrium plasma menurun kurang dari 0,5 mmol/liter/jam mengurangi resiko edema serebral dan kejang disertai rehidrasi. Namun, ketakutan akan komplikasi ini, yang telah dilaporkan pada anak-anak muda, tidak harus menghalangi rehidrasi agresif pada orang dewasa dengan hipernatremia akut untuk menghindari perdarahan otak atau demielinasi osmotik (Tabel 2). Berlawanan dengan resiko koreksi yang tidak hati-hati pada pasien dengan hiponatremia, ada sedikit resiko terjadinya koreksi yang tidak hati-hati pada pasien dengan hipernatremia, dan orang dewasa dengan hipernatremia sering tidak diobati.

KesimpulanGangguan konsentrasi natrium plasma menyebabkan sel mengalami stres hipotonik atau hipertonik. Meskipun dialami oleh semua sel, manifestasi klinis umum dari hiponatremia dan hipernatremia adalah neurologik, dan perubahan cepat konsentrasi natrium plasma dapat menyebabkan cedera otak berat, permanen, dan kadang-kadang mematikan. Karena otak dapat melakukan penyesuaian terhadap kelainan kadar natrium plasma, maka kelebihan koreksi terhadap gangguan kronik dapat membahayakan dan harus dihindari.

13


Recommended