Download pdf - Geologi Samarinda

Transcript
Page 1: Geologi Samarinda

Bab III

Hasil Penyelidikan dan Pembahasan

3.1. UMUM

Pembahasan hasil penyelidikan dari beberapa data yang saling menunjang akan

dituangkan dalam 3 (tiga) pokok bahasan, yaitu:

Geologi Regional

Geologi Daerah Rencana Tapak Bendungan dan Hasil Penyelidikan Geoteknik

Bahan – bahan kontruksi bangunan

3.2. GEOLOGI REGIONAL

3.2.1. Fisiografi

Secara geografis Kota Samarinda terletak pada posisi antara 116º 15' 36" - 117º 24'

16" BT dan 0º 21' 18" - 1º 09' 16" LS. Daerah penyelidikan terletak di bagian Timur

Laut Dari Peta Geologi Lembar Balikpapan.

Dimana beberapa wilayah geologi telah mengalami perubahan yang ditandai dengan

adanya patahan yang menghasilkan struktur sinklin dan antiklin mengarah dari selatan

ke utara dengan luas 10.917 ha atau 17,14 % dari luas wilayah secara keseluruhan.

Ditinjau dari segi fisiografinyainya Kota Samarinda dapat dikelompokkan menjadi

beberapa satuan fisiografi, yaitu :

1. Daerah dataran alluvial

Merupakan daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan baik di bagian

hilir maupun hulu daerah aliran sungai.

2. Daerah dataran (plain)

Merupakan daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku

(metamorf) asam, basa dan ultrabasa dengan bentuk wilayah bergelombang sampai

berbukit, variasi kelerengan sampai 40 % dengan beda tinggi kurang dari 50 meter.

Page 2: Geologi Samarinda

3. Daerah bergelombang

Merupakan daerah konfigurasi medan berat ditandai dengan penyebaran daerah

perbukitan.

4. Daerah patahan

Merupakan daerah dimana terjadi patahan dengan permukaan yang besar dan

kemiringn tanah yang bervariasi serta lebih curam 25 %.

5. Daerah berbukit (hill)

Merupakan daerah endapan dan ultrabasa, sistem punggung sedimen, metamorf dan

yang terpotong dengan pola drainase radial, bentuk wilayah bergelombang sampai

agak bergunung, variasi lereng 16 – 60 % serta beda ketinggian 50 – 150 meter.

6. Daerah rawa

Merupakan daerah dataran rendah yang selalu dipengaruhi oleh persediaan air, di

musim penghujan akan mengalami banjir, bentuk wilayahnya datar dengan variasi

ketinggian ± 1 meter. Daerah ini berfungsi sebagai daerah reter dan daerah

pengendali.

7. Daerah sungai

Kota Samarinda 3,23 % wilayahnya terdiri dari daerah sungai besar dan sungai kecil

seluas 2.318 ha. Sungai terbesar adalah Sungai Mahakam, sedangkan sungai kecilnya

antara lain Sungai Karang Mumus, Sungai Karang Asam.

Luas Satuan Fisiografi di Kota Samarinda

No Satuan Fisiografi Luas (Ha) (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Lembah Alluvial

Daerah Dataran

Daerah Bergelombang

Daerah Patahan

Daerah Berbukit

Daerah Rawa

Daerah Sungai

Belum Terdata

6.479

10.524

15.015

1.527

29.526

634

2.318

5.777

9.02

14.66

20.91

2.13

41.12

0.88

3.23

8.05

Jumlah 71.800 100

Sumber : Samarinda dalam angka 1998

Page 3: Geologi Samarinda

3.2.2. STRATIGRAFI

Urutan batuan yang terdapat diwilayah Kota Samarinda berdasarkan umur yang

termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut :

1. Endapan Aluvium (Qa)

Terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur terendapakn dalam lingkungan sungai, rawa,

delta dan pantai.

2. Formasi Kampung Baru (Tpkb)

Formasi ini terdiri dari Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, lanau dan

lignit, berumur Miosen Akhir – Plio Plistosen terendapkan pada lingkungan

pengendapan delta – laut dangkal. dengan ketebalan lebih dari 500 m.

3. Formasi Balikpapan (Tmbp)

Formasi ini terdiri dari perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau,

serpih, batugamping dan batubara, berumur Miosen Akhir – Miosen Tengah

terendapkan pada lingkungan pengendapan delta – dataran delta dengan ketebalan

1000 – 1500 m.

4. Formasi Pulau Balang (Tmpb)

Formasi ini terdiri dari perselingan antara greywacke dan batupasir kuarsa dengan

sisipan batugamping, batulempung, batubara dan tuf dasit, berumur Miosen tengah

terendapkan pada lingkungan pengendapan laut dangkal.

5. Formasi Pamaluan (Tomp)

Formasi ini terdiri dari btupair kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih

batugamping dan batulanau terendapkan pada lingkungan pengendapan laut dangkal

dengan ketebalan ± 2000 m.

Page 4: Geologi Samarinda

Luas Formasi Geologi di Kota Samarinda dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Luas Formasi Geologi Kota Samarinda

No Nama Formasi Luas (Ha) Prosentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Aluvium

Kampungbaru

Balikpapan

Pulau Balang

Pamaluan

Belum Terdata

23.396

11.385

15.077

10.917

2.950

8.075

32.58

15.86

21

15.2

4.11

11.25

Jumlah 71.800 100

Sumber : Geologi Map of East and Northeast Borneo, RW. Van Bemmelen,

Skala 1:1.000.000/Samarinda dalam angka 1998

3.2.3. STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi yang dapat diamati pada daerah penyelidikan adalah berupa lipatan

antiklinorium dan sesar, lipatan pada umumnya berarah timur laut – barat daya,

Formasi Pamaluan dan Balikpapan sebagian terlipat kuat dengan kemiringan antara

40 - 75º, Pada batuan yang lebih muda seperti Formasi Kampungbaru pada umumnya

terlipat lemah. Pada daerah penyelidikan terdapat tiga jenis sesar yaitu sesar naik,

sesar turun dan sesar mendatar. Sesar naik terjadi pada Miosen Akhir yang kemudian

terpotong oleh sesar mendatar yang terjadi kemudian sedangkan sesar turun terjadi

pada kala Pliosen.

3.2.4. Tinjauan Erosi dan Sedimentasi

Stadia erosi pada daerah penyelidikan termasuk stadia dewasa yang dicirikan oleh

bentuk sungainya yang bermeander dan berkelok- kelok.Apabila ditinjau dari batuan

induk yang tersusun oleh litologi batulempung, serpih, batupasir halus, napal dan

batugamping pada beberapa formasi yang ada menunjukkan bahwa intensitas erosi

pada daerah penyelidikan cukup kuat, terutama pada daerah yang tidak ada

vegetasinya akibat penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali. Erosi yang

dominan terjadi pada daerah penyelidikan adalah erosi horisontal, hal ini dapat dilihat

dari kondisi sungainya yang lebar yang menunjukkan bahwa erosi horisontal lebih

Page 5: Geologi Samarinda

dominan dari erosi vertikal.Dengan melihat kondisi fisik aliran air yang ada di sungai

Karangmumus menunjukkan bahwa kandungan sedimen air sungai cukup tinggi,

dengan parameter fisik yang mudah dilihat dari keruhnya air sungai yang menandakan

bahwa sungai tersebut mengandung konsentrasi material sedimen yang besar.

Sedangkan pada Sungai Karangasam besar hasil erosi dapat dilihat dari tumpukan

material sedimen atau pengendapan sedimen yang berada di muara sungai tepatnya

pada pertemuan antara Sungai Karangasam besar dengan Sungai Mahakam yang

mengakibatkan tidak lancarnya aliran sungai akibat terhalang oleh material

sedimen.Begitu pula dengan aliran air pada muara Sungai Karangasam kecil yang

kondisinya hampir sama dengan aliran air pada Sungai Karangasam besar. Dimana

pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai dan

mengurangi kapasitas angkut sungai sehingga menyebabkan peninggian (agradasi)

dasar sungai dan pada akhirnya akan memperbesar resiko banjir. Pengurangan

kapasitas aliran pada sungai ini disebabkan karena erosi. Erosi yang berlebihan dapat

terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup pada lapisan tanah yang berada di hulu

sungai maupun di tebing – tebing pada tepian aliran sungai sehingga menyebabkan

akumulasi sedimen pada hilir sungai atau muara sungai.