Transcript
Page 1: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

PANAS BUMI SEBAGAI SOLUSI KRISIS ENERGI INDONESIA

I. LATAR BELAKANG

Tak dapat diragukan lagi bahwa penting sekali mencari solusi untuk memecahkan

masalah krisis energi yang melanda dunia ini. Bahan bakar fossil merupakan bahan yang

paling strategis di era modern ini. Bagaimana tidak selain berhasil membuat revolusi industri

skala besar, bahan bakar fossil merupakan komoditas puncak perekonomian dunia saat ini. Di

era modern ini nampaknya roda kehidupan tak akan pernah bergerak tanpa ada energi fossil.

Seakan-akan energi fossil adalah suatu oase yang dapat menghilangkan dahaga bagi seluruh

kehidupan manusia.

Ketergantungan dunia akan energi fossil nampaknya tak dapat dihelakan lagi. Padahal

sebagai bahan bakar utama, energi fossil (minyak) merupakan sumber energi yang tak dapat

diperbaharui. Sehingga apabila ketergantungan ini tidak ditanggulangi lebih lanjut maka

cepat atau lambat BBM akan habis dan menjadi boomerang yang dapat menyerang dunia.

Menurut BPPT, 50% konsumsi energi nasional Indonesia selama ini berasal dari

minyak bumi. Potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia yaitu sebesar 311.232 MW

dan baru 22% yang dimanfaatkan. Melihat data yang diberikan oleh BPPT kita harus

sesegera mungkin mengelola bahan terbarukan guna menipiskan ketergantungan akan BBM.

Ada beberapa faktor yang membuat krisis energi menjadi momok yang ditakuti pada

era modern ini. Diantaranya pertumbuhan penduduk, industrialisasi yang berbasis energi non-

terbarukan, minimnya suplai energi yang dihasilkan, besarnya energi yang harus digunakan

tiap harinya dan kurangnya wawasan dalam mengolah sumber daya alam yang ada.

Melihat kondisi geografis Indonesia, nampaknya masih banyak sumber daya alam

terutama di Indonesia yang belum dimanfaatkan. Salah satu sumber energi yang memiliki

potensi besar di Indonesia adalah Panas Bumi. Panas bumi atau geothermal adalah anugerah

alam yang merupakan sisa-sisa panas dari hasil reaksi nuklir yang pernah terjadi pada awal

mula terbentuknya bumi dan alam semesta ini. Reaksi fusi nuklir alami tersebut

menghasilkan panas berorde jutaan derajat Celcius. Prospek panas bumi sendiri nampaknya

memiliki peluang besar dalam menanggulangi masalah krisis energi yang ada. Oleh karena

itu, pemanfaatan panas bumi adalah salah satu solusi yang sangat tepat untuk diterapkan di

Indoneisa untuk mengurangi krisis energi yang terjadi di Indonesia.

II. KONDISI SAAT INI

II.1 Indonesia mengalami krisis energi

Page 2: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan energi. Dapat dilihat dari

cadangan minyak bumi yang diperkirakan bertahan 20–25 tahun lagi, gas bumi sekitar

60 tahun, serta batu bara yang diperkirakan akan habis dalam sekitar 140 tahun.

Namun ternyata, Indonesia tidak cukup kaya jika harus menggunakan semua sumber

daya bahan bakar fosilnya itu untuk kehidupan sehari-hari. Saat ini saja dengan

konsumsi minyak bumi 1,3-1,4 juta barel per hari kita sudah menjadi net importer,

karena sekarang Indonesia hanya sanggup melakukan lifting minyak pada kisaran 960

ribu barel per hari.

Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat

konsumsi energi Indonesia yang signifikan.

Menurut Outlook Energi Nasional 2011, dalam

kurun waktu 2000-2009 konsumsi energi Indonesia

meningkat dari 709,1 juta SBM (Setara Barel

Minyak/BOE) ke 865,4 juta SBM. Atau meningkat

rata-rata sebesar 2,2 % pertahun. Konsumsi energi

ini sampai akhir tahun 2011, terbesar masih

dikuasai oleh sektor industri, dan diikuti oleh sektor

rumah tangga, dan sektor transportasi. Gambar 1

berikut memperlihatkan tingkat produksi dan

konsumsi minyak di Indonesia sejak tahun 2000

hingga tahun 2010 kemaren.

Tingkat produksi minyak Indonesia terus merosot, tercatat dari tahun 2000

hingga tahun 2010 kemaren, produksi minyak kita rata-rata setiap tahunnya turun

hingga 3,82%, atau secara total mencapai 32,25% pada tahun 2010 dibanding tahun

2000. Tahun 2003, untuk pertama kalinya Indonesia defisit minyak dimana tingkat

konsumsi melampau tingkat produksi. Tahun 2004, kekurangan ini tidak dapat

ditutupi lagi dari cadangan nasional, sehingga untuk pertama kalinya pula Indonesia

harus menutup kekurangan 176 kbpd dengan mengimpor minyak dari luar negri.

Catatan ini terus memburuk. Pada tahun 2010, tercatat produksi minyak

Indonesia hanya 986 kbpd padahal tingkat konsumsi melonjak hingga menembus

angka 1.304 kbpd atau defisit 318 kbpd.

II.2 Ketergantungan Indonesia pada sumber energi bahan bakar fosil

Sudah bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar energi bangsa Indonesia

disuplai oleh bahan bakar fosil. Hingga 2010, berdasarkan data Dirjen Energi Baru

Gambar 1. Data Historik Tingkat

Produksi dan Konsumsi Minyak di

Indonesia (2000-2010)

sumber : www.bicaraenergi.com

Page 3: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Terbarukan dan Konservasi Energi, komposisi energi mix nasional masih sangat

bergantung bahan bakar fosil (95,21 persen) yaitu minyak bumi (46,93 persen), batu

bara (26,38 persen), gas bumi (21,29 persen), tenaga air (3,29 persen) serta tenaga

panas bumi (1,5 persen) seperti diperlihatkan gambar 2. Bahkan ketergantungan akan

bahan bakar fosil ini tidak akan lepas dalam jangka waktu 15-20 tahun lagi. Pada

tahun 2025 Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil sebesar 83%, hanya

saja pada tahun 2025 diadakan perlihan minyak bumi ke gas bumi.

Ketergantungan akan bahan bakar fosil memberi dampak terhadap

pencemaran udara. Pada tahun 2008 tercatat kontribusi dari pembakaran bahan bakar

fosil adalah sebesar 351 juta ton. Data terbaru memperlihatkan, sepanjang 2010,

jumlah karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer sebesar 564 juta ton (setara 512

metrik ton) lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Angka tersebut berarti

peningkatan emisi sebesar 6 persen. Kontributor utama terhadap emisi CO2 ke

atmosfer adalah pembakaran bahan bakar fosil (seperti pembangkit listrik, kendaraan)

dan pembakaran hutan (terutama di daerah tropis.

II. 3 Telatnya pengembangan energi panas bumi sebagai sumber energi

terbarukan

Indonesia yang dilewati pegunungan lingkaran api Pasifik (Pacific Ring of

Fire), memiliki sekitar 40% dari cadangan panas bumi dunia atau setara dengan

kurang lebih 27 GW tenaga listrik. Karenanya Indonesia disebut sebagai negara yang

memiliki energi panas bumi terbesar di dunia. Hingga saat ini, kapasitas terpasang

pembangkit listrik tenaga panas bumi baru sebesar 1.179 MW atau sekitar 4.3% dari

keseluruhan potensi yang dimiliki.

46,93%

26,38%

21,19%

3,29% 1,50%

Komposisi Kebutuhan Mix Energi Nasional 2010

Minyak Bumi

Batu Bara

Gas Bumi

Tenaga Air

Tenaga Panas Bumi

Gambar 2. Komposisi kebutuhan mix energi nasional

www.okezone.com

Page 4: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Sebenarnya bukan pemerinyah tidak sadar akan potensi panas bumi yang

dimiliki Indonesia. Akan tetapi, pemanfaatan energi panas bumi dinilai telat

dilakukan. Hal ini terbukti dengan Keputusan Presiden No. 5/2006 mengenai

Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang baru dikeluarkan pada tahun 2006. Sehingga

perarturan ini hanya dapat menargetkan 5% kebutuhan energi nasional dipenuhi dari

panas bumi pada tahun 2025, yang berarti target kapasitas terpasang sekitar 9,5 GW

atau sekitar 35% dari potensi yang ada.

Namun, usaha pemerintah untuk mencapai target tersebut perlu diberikan

apresiasi. pemerintah RI telah menanamkan investasi sebesar 65 juta dolar Amerika

(USD) pada tahun 2005, 181 juta USD pada tahun 2006, 172 juta dolar USD di tahun

2007 dan 209 juta USD di tahun 2008. Pada tanggal 27 April 2010 seiring dengan

dilaksanakannya

II.4 Pembengkakan subsidi BBM

Kondisi saat ini yang tak kalah peliknya akibat krisis energi adalah

pembengkakan APBN untuk subsidi BBM. Seperti ditunjukkan gambar 3, subsidi

BBM untuk tahun 2011 telah mencapai 130 triliun rupiah. Apalagi pada tahun 2012

yang telah terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dunia.

Selain itu, hampir setiap tahunnya subsidi BBM menunjukan suatu pola

bahwa realisasinya selalu lebih tinggi dari perhitungan anggaran yang sudah

direncanakan di APBN. Jika kebijakan subsidi terus diterapkan, dan masyarakat

masih saja boros menggunakan BBM dan listrik sesuai pola yang ada sekarang hingga

tahun 2030, maka secara kumulatif diperlukan dana subsidi sebesar 3000 trilyun

Rupiah (undiscounted cost)

Gambar 3. Subsidi BBM dan listrik dalam APBN dan realisasinya setiap tahun

Page 5: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

III. STRATEGI PENANGANAN

III.1 Indonesia sangat tepat menggunakan Panas Bumi

Indonesia disebut juga negara “Ring of Fire” dunia dengan banyak gunung

berapi yang ada di Indoneisa, Gunung berapi tersebut bukan hanya jadi suatu hal yang

berbahaya bagi kehidupan manusia tetapi juga menjadi anugerah tersendiri bagi

Indonesia karena dapat dimanfaatkan untuk ketersediaan energi yang ramah

lingkungan yaitu panas bumi.

Secara tektonik posisi kepulauan Indonesia berada pada jalur zona tumbukan

lempeng (tiga lempeng besar yang bertemu di kepulauan Indonesia). Tumbukan antar

lempeng menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung berapi yang memanjang dari

Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Maluku. Karena tumbukan tersebut,

aliran panas dari perut bumi dapat mencapi posisi yang relatif sangat dekat dengan

permukaan bumi. Posisi itu pulalah yang menjadikan negeri ini mempunyai potensi

panas bumi 28 GW atau setara dengan 40% dari cadangan energi panas bumi dunia.

Dari potensi 28 GW baru dapat diproduksi kurang dari 1000 MW atau kurang dari

3,7%-nya pada tahun 2007.

III.2 Kegiatan Pembangunan Perusahaan Panas Bumi di Indonesia

Pada tahun 1917, sebenarnya indonesia telah menggunakan energi panas bumi

yakni pemerintah kolonial belanda melakukan eksploarasi panas bumi di daerah

Kamojang, Garut, Jawa Barat. Sepuluh tahun kemudian, lima sumur eksplorasi dibor

dan menghasilkan uap panas. Sampai sekarang, salah satu dari kelima sumur tersebut

masih menghasilkan uap, yaitu sumur KMJ-3.

Pada tahun 1972, dibantu oleh pemerintah Perancis dan New Zealand,

dilakukan survey terhadap seluruh nusantara, hasilnya sangat memberikan hal yang

positif bagi keberlanjutan Indonesia yakni terdapat 217 titik yang tersebar di seluruh

Indonesia yang berpotensi sebagai sumber energi panas bumi indonesia yang

melewati jalur gunung api yang ada di Indonesia mulai dari pantai barat Sumatera,

Jawa, Bali, Nusa Tenggara, menyatakan bahwa titik yang berpotensi menghasilkan

panas bumi bertambah menjadi 251 ditambah dengan yang tersebar di papua, maluku,

dan juga kalimantan. Dari keseluruhan titik ini diprediksikan bahwa Indonesia dapat

menghasilkan panas bumi tersebut mencapai 28GW atau tepatnya 28.112 MW atau

setara dengan 12 milyar barel minyak bumi. Dengan total potensi sebesar ini

menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkaya akan energi panas bumi.

Page 6: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Gambar 4. Distribusi sumber panas bumi indonesia

Sumber : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Untuk energi panas bumi, dalam ”Road Map Pengelolaan Energi Nasional”,

Pemerintah menetapkan rencana peningkatan pemanfaatan energi panas bumi di

Indonesia secara bertahap, dari 807 MWe pada tahun 2005 hingga 9500 MWe

pada tahun 2025, yaitu 5% dari keseluruhan energi tahun 2025 atau setara 167,5

juta barrel minyak. Pada saat ini kapasitas pembangkit listrik panas bumi Indonesia

baru mencapai 1.169 MW. Direncanakan pada tahun 2014 kapasitasnya akan

meningkat menjadi 4.733MW, yaitu 2.137 MWe untuk area Jawa‐Bali dan 2.596

MW untuk area luar Jawa‐Bali. Dilihat dari sisi potensi, Indonesia diperkirakan

mempunyai sumberdaya panas bumi dengan potensi listrik sebesar 28.112 MW,

sekitar 30‐40% potensi panas bumi dunia, dengan potensi cadangan 14.172

MW, terdiri dari cadangan terbukti 2.287 MW, cadangan mungkin 1.050 MW

dan cadangan terduga 10.835 MWe.

Pengembangan panas bumi hingga saat ini didominasi oleh perusahaan

nasional, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy (PT PGE). Pada saat ini PT

PGE merupakan perusahaan panas bumi yang memiliki hak pengelolaan

Wilayah Kerja Pertambangan(WKP) Panas Bumi paling banyak di Indonesia, yaitu

15 (lima belas) WKP. Dari 15 (lima belas WKP), ada 3 (tiga) WKP dikerjasamakan

oleh PT PGE dengan mitra asing. Disamping oleh PT PGE, ada beberapa WKP

Page 7: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Panas Bumi yang hak pengelolaannya ada pada PT PLN. Peningkatan produksi dan

capacity building melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan

penguasaan teknologi harus terus dilakukan agar kemandirian di bidang panas

bumi dapat diwujutkan. Untuk mencapai target 2014, Pemerintah telah/akan

melelang 18 (delapan belas) WKP baru. Untuk mencapai target 2025 masih banyak

WKP lain yang akan dilelang karena hasil eksplorasi pendahuluan mengindikasikan

adanya 251 panas bumi area di Indonesia yang sangat potensial untuk pembangkit

listrik.

III.3 Pengertian Panas Bumi

Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di

bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas

bumi adalah termasuk energi primer yaitu energi yang diberikan oleh alam seperti

minyak bumi, gas bumi, batubara dan tenaga air. Semakin ke bawah, temperatur

bawah permukaan bumi semakin meningkat atau semakin panas. Panas yang

berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi peluruhan unsur-unsur radioaktif

seperti uranium dan potassium. Pada kedalaman 10.000 meter atau 33.000 feet,

energi panas yang dihasilkan bisa mencapai 50.000 kali dari jumlah energi seluruh

cadangan minyak bumi dan gas alam yang masih tersimpan di dunia. Inilah yang

menjadi sumber energi panas bumi.

III.4 Macam-macam sistem panas bumi

Berdasarkan jenis fluida

1. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana

reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih

dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap

dan pori‐pori batuan masih menyimpan air.

2. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di

dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat

dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir

membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan

tekanan tinggi.

Berdasarkan temperatur

1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah (suhu lebih kecil dari 125oC),

2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang (suhu antara 125oC-225

oC),

Page 8: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi (suhu lebih besar dari 125oC),

III.5 Mekanisme Kerja

Dalam hal ini, kami membagi mekanisme kerja dari pengolahan panas bumi

ini menjadi 2, yaitu secara garis besar dan spesifik

Secara garis besar

Secara garis besar, terdapat tiga macam sistem yaitu, sistem dry steam, flash

steam, dan binary cycle. Pada dasarnya ketiga sistem sama-sama menggunkan uap

untuk untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik. Air dan sisa uapnya

diinjeksikan kembali ke dalam reservoir. Perbedaannya adalah pada sistem dry steam

uap langsung didapatkan lalu langsung digunakan untuk memutar turbin (Gambar 5).

Untuk sistem flash steam, pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir yang berisi

air panas sehingga harus menggunakan separator untuk memisahkan uap dan air. Uap

yang telah diseperasi digunakan untuk memutar turbin (Gambar 6). Sedangkan untuk

sistem Binary Cycle steam menggunakan panas dari air panas untuk mendidihkan

fluida kerja yang biasanya senyawa organik (misalnya iso-butana). Fluida kerja ini

diuapkan dengan heat exchanger yang

kemudian uap tersebut digunakan untuk

memutar turbin. Air kemudian

disuntikkan kembali kedalam reservoir

melalui sumur injeksi untuk dipanaskan

kembali. Pada seluruh proses dalam

sistem ini air dan fluida kerja terpisah,

sehingga hanya sedikit atau tidak ada

emisi udara (lihat Gambar 7).

Page 9: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Secara spesifik

“Proses Produksi Listrik Tenaga Kerja Panas Bumi pada PLTP Kamojang”

1. Uap dari sumur mula-mula dialirkan ke steam receiving header (1),

Selanjutnya setelah melalui flow-meter (2), uap dialirkan ke separator (3) dan

demister (4) untuk memisahkan zat padat, silika, dan bintik-bintik air yang

terbawa di dalamnya. Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui Main Steam

Valve / Electrical Control Valve / Governor Valve (5) menuju ke turbin (6). Di

dalam turbin uap itu berfungsi untuk memutar sudu turbin yang dikopel

dengan generator (7) lalu dihubungkan secara paralel dengan sistem

penyaliran Jawa-Bali.

2. Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar dari turbin

harus dalam kondisi vakum 0,10 bar, dengan mengkondensasikan uap dalam

kondensator (10) kontak langsung yang dipasang di bawah turbin. Exhaust

steam dari turbin masuk dari sisi atas kondenser, kemudian terkondensasi

sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan oleh

spray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi normal oleh dua

buah cooling water pump (11), lalu didinginkan dalam cooling water (12)

sebelum disirkulasikan kembali.

3. Untuk menjaga kevakuman kondenser, gas yang tak terkondensasi harus

dikeluarkam secara kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-gas ini

mengandung CO2 85-90% wt, H2S 3,5% wt, sisanya adalah N2 dan gas-gas

lainnya. Di Kamojang dan Gunug Salak, sistem ekstraksi gas terdiri atas first-

stage, second-stage dan liquid ring vacum pump. Sistem pendinginan di PLTP

merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari hasil kondensasi

uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksikan kembali ke dalam

sumur reinjeksi (14).

4. Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan

mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus,

menggunakan 5 forced drain fan. Proses ini terjadi dalam cooling water.

5. Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam

cooling water, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir

(15). Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran

lingkungan, mengurangi ground subsidance, menjaga tekanan, serta recharge

water bagi reservoir. Aliran air dari reservoir disrikulasikan kembali oleh

primary pump (16).

Page 10: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

6. Kemudian melalui after condenser dan inter condenser (17) dimasukkan

kembali ke dalam reservoir.

Gambar 9. Diagram Alir PLTP Kamojang

III.6 Keunggulan dari Panas Bumi

1. Memiliki efisiensi yang tinggi

Pembangkit Panas Bumi memiliki efisiensi dalam menghasilkan

listrik yang sangat tinggi, yakni 90%, sedangakan untuk pembangkit listrik

yang menggunakan bahan bakar fosil hanya memiliki efisiensi sebesar 65-

75%.

2. Ramah terhadap Lingkungan

Panas bumi juga merupakan sumber energi yang sangat ramah

lingkungan karena hampir tidak memiliki emisi gas buang, hal ini bertolak

belakang dengan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil yang sangat

mencemari udara karena memiliki gas buang yang berbahaya. Limbah yang

G

a

m

b

a

r

Gambar 10. Perbandingan lingkungan yang menggunakan panas bumi (kiri), energi fossil (kanan)

Page 11: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

dihasillkan dari panas bumi ini hanyalah fluida berupa air, uap dan sejumlah

gas kecil.

3. Energi yang terbarukan

Uap dan air yang panasnya telah dimanfaatkan menjadi panas pun

dapat diinjeksikan kembali ke dalam reservoir di dalam tanah. Setelah

beberapa lama, air yang diinjeksikan tersebut dapat kembali diproduksi dan

dimanfaatkan lagi panasnya. Inilah yang menyebabkan energi panas bumi

dikatakan sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable energy).

4. Berpotensi untuk Indonesia

Dengan indonesia sebagai negara “Ring of Fire”, terdapat 251 titik

yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menghasilkan energi panas bumi.

5. Pemanfaatan limbah B3 untuk material bangunan dan jalan

Limbah drill cutting dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat

halus untuk konstruksi beton ringan. Untuk itu, perusahaan melakukan kajian

guna memastikan pemanfaatan drill cutting tersebut tidak akan merusak

kualitas lingkungan. Limbah drill cutting dapat dimanfaatkan untuk saluran

drainase, blok beton, dan batako.

IV. KENDALA OPERASIONAL PENANGANAN

IV.1 Kendala yang mungkin dihadapi :

1. Konflik Lahan

Konflik lahan ini biasanya dikarenakan masyarakat sekitar bersikeras tidak

ingin disekitar tempat tinggalnya dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut takut akan pencemaran-

pencemaran baik pencemaran udara, air bahkan suara akibat kebisingan mesin-

mesin yang mungkin terjadi jika disekitar tempat tinggalnya dibangun Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi. Hal ini diperparah dengan munculnya pihak pihak

ketiga sebagai perantara warga yang memiliki hak atas tanah tersebut. Munculnya

pihak ketiga ini menyebabkan naiknya harga tanah tersebut. Sehingga semakin

sulit tercapainya kata sepakat.

2. Resiko Eksplorasi

Resiko yang mungkin dihadapi adalah mengenai ada atau tidak

ditemukannya sumber energi panas bumi didaerah yang sedang dieksplorasi.

Untuk memulai pengeboran saja dibutuhkan biaya operasional yang sangat besar.

Selain itu walaupun telah ditemukan adanya sumber panas bumi ditempat tersebut,

Page 12: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

tidak ada kepastian pula mengenai berapa besarnya cadangan panas bumi yang

ada, potensial listrik yang dapat diberikan, dan kemampuan produksi yang dapat

diberikan oleh sumur (well output) dari sumur-sumur yang akan dibor dimasa yang

akan datang.

3. Resiko rusaknya SDA (ekosistem)

Proyek panas bumi umumnya memerlukan lahan yang luas, letak lokasi

panas bumi itu sendiri, sebagian besar lokasi panas bumi terletak di wilayah hutan

lindung, yang keberadaannya dilindungi dan akan tergolong bentuk penebangan

liar. Jika kegiatan eksplorasi panas bumi ini tetap dilakukanpun, akan hanya

menjadi sia-sia saja jika ternyata tidak ditemukan sumber panas bumi ditempat

tersebut atau jika ditemukan namun tidak bernilai komersial.

4. Topografi Alam

Sumber panas bumi yang ada biasanya berada pada lahan yang tidak rata,

curam dan terjal seperti dilereng gunung, sehingga akan sangat menyulitkan dalam

pencarian lokasi pengeboran yang tepat. Selain itu pula walaupun ditemukan

adanya panas bumi, nampaknya akan sangat sulit untuk membangun pembangkit

listrik tenaga panas bumi dilahan yang bertopografi terjal dan curam tersebut.

5. Masalah keuangan (biaya)

Investasi awal yang sangat besar. Memang tidak dapat dipungkiri, tidak jauh

berbeda dengan Industri Minyak Bumi, Industri panas bumi juga merupakan

Industri yang padat modal. Sebagai gambaran, untuk pengembangan energi panas

bumi yang dapat menghasilkan listrik 45 MW diperlukan investasi sekira USD105

juta. ( Rohmad, Executive Director CIDES). Dan juga biaya untuk pengoperasian

serta biaya-biaya yang tidak terduga lainnya.

Hal ini menjadi sulit dikarenakan investor tidak mendapat jaminan keuntungan

dalam menginvestasikan uangnya dalam pembangunan PLTPB. Sehingga

pendanaan untuk melakukan pembangunan menjadi tersendat. Sehingga tersendapt

pula pembangunan PLTPb ini.

6. Kendala pada pabrik (teknis)

Kemungkinan penurunan laju dan temperature fluida produksi (enthalpy),

terjadinya korosi didalam sumur dan didalam pipa kenaikan tekanan injeksi,

perubahan kandungan kimia fluida terhadap waktu, yang mengakibatkan

berkurangnya keuntungan atau bahkan hilangnya keuntungan bila penurunan

produksi terlalu cepat.

7. Adat Istiadat Setempat

Page 13: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

Beberapa sumber panas bumi berada pada tempat-tempat tertentu yang

dianggap keramat oleh suku setempat sehingga timbul adanya penolakan dari

masyarakat untuk dapat didirikannya pembangkit listrik tenaga panas bumi

ditempat tersebut. Sebagai contoh yang terjadi di Bali.

8. SDM dan manajemen

Tak dapat dipungkiri salah satu masalah penting lainnya adalah pada SDM

dan manajemen. Mulai dari pemilihan SDM yang berkualitas dan manajemen yang

terorganisir karena apabila hal ini tak dipertimbangkan kemungkinan HUMAN

ERROR semakin besar.

9. Konsumen

Datang dari PLN yang kurang agresif terjun langsung membeli listrik dari

pengembang panas bumi. PLN selaku konsumen pun menerapkan prinsip ekonomi

yaitu dengan modal sedikit menghasilkan keuntungan berlimpah. Hal ini akan

tampak pada panas bumi karena harganya jauh lebih mahal daripada BBM

bersubsidi.

10. Peraturan pemerintah

Di Indonesia ada sindiran, kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.

Sehingga, izin pun kadang-kadang dipersulit dengan maksud supaya mendapat

upeti, sehingga biaya menjadi mahal. Sementara di sisi lain, perusahaan

multinasional kebanyakan melarang penyogokan sehingga izin pun menjadi

berlarut-larut (Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),

Widjajono Partowidagdo).

11. Mahalnya tarif daya listrik

Peralihan sumber daya energi dari BBM menjadi panas bumi bukan

perkara mudah. Hal ini dikarenakan harga panas bumi lebih mahal daripada BBM

bersubsidi dengan kata lain target konsumen yaitu PLN pasti cenderung akan

memilih BBM yang bersubsidi dengan harga yang murah dari pada panas bumi.

Apabila PLN benar-benar beralih dari BBM bersubsidi menjadi panas bumi. Hal

ini justru akan membuat rakyat semakin tercekik karena sumber energi yang

mahal mengakibatkan mahalnya tarif daya listrik.

IV.2 Penanggulangan Kendala

Untuk menanggulangi hal tersebut ada beberapa upaya untuk menekan

kendala-kendala yang ada maupun menekan agar resiko yang lebih buruk tidak

terjadi. Upaya yang umum dilakukan adalah:

Page 14: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

1. Melakukan negosiasi lebih mendalam kepada masyarakat sekitar agar tidak terjadi

kesalahpahaman.

2. Melakukan kegiatan eksplorasi lebih rinci sebelum rencana pengembangan

lapangan dibuat.

3. Menentukan kriteria keuntungan yang jelas.

4. Memilih proyek dengan lebih hati‐hati, dengan cara melihat pengalaman

pengembang sebelumnya, baik secara teknis maupun secara manajerial.

5. Mengkaji rencana pengembangan secara hati‐hati sebelum menandatangani

perjanjian pendanaan.

6. Memeriksa rencana pengembangan dan menguji rencana operasi berdasarkan

skenario yang terburuk.

7. Mentaati peraturan yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan sehingga

pembengunan pembangkit listrik tenaga panas bumi ini tidak memberikan

dampak yang buruk kepada lingkungan.

8. Melaksanakan simulasi (pemodelan) untuk meramalkan kinerja reservoir dan

sumur untuk berbagai skenario pengembangan lapangan.

9. Mengadakan pertemuan secara teratur untuk mengevaluasi pelaksanaan program

untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.

10. Melakukan analisi AMDAL dengan sungguh-sungguh sehingga kemungkinan

kemungkinan terburuk yang dapat terjadi dikemudian hari dapat diatasi dengan

baik. Sehingga dampak-dampak buruk bagi lingkungan dan masyrakat yang

ditimbulkan oleh pengoperasian pembangkit listrik tenaga panas bumi ini dapat

ditekan sekecil mungkin. Selain itu pula, dapat mengurangi kemungkinan

kemarahan masyarakat yang dikarenakan pencemaran-pencemaran sebagai hasil

pengoperasian pembangkit listrik tenaga panas bumi tersebut.

11. Peran Serta Pemerintah

Peran pemerintah dalam melancarkan proyek pembangunan pembangkit listrik

tenaga panas bumi ini sangatlah besar. Karena kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah dapat digunakan untuk mengatasi masalah masalah yang

ada dalam pendirian suatu PLTPb di Indonesia. Seperti :

a) Pemberian izin pembangunan

b) Menaikan anggaran dana untuk pembangunan PLTPb

c) Membuat kebijakan mengenai penghapusan segala bentuk hambatan kepada

investor yang hendak menginvestasikan dananya untuk pembangunan PLTPb.

Page 15: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

d) Memberikan sosialisasi pentingnya dibangun energi sumber panas bumi

kepada masyarakat.

e) Memberikan ganti rugi dan relokasi tempat tinggal yang sesuai kepada

masyarakat yang tanahnya digusur untuk dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga

Panas Bumi.

f) Memberikan prioritas lebih kepada masyarakat sekitar untuk dapat bekerja di

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang akan dibangun diskitar

lingkungan meraka sehingga dapat mengurangi kecemburuan sosial

dikalangan masyarakat.

g) Mengalihakan subsidi BBM menjadi Panas Bumi

Peralihan subsidi tersebut akan membantu berkembangnya energi

panas bumi, karena pada dasarnya PLTPb ini membutuhkan banyak biaya

dalam pengoperasianya. Dengan subsidi tersebut, diharapkan beban

pembiayaan operasional dapat dibantu, dan dapat menurunkan harga tarif

dasar listrik dari panas bumi tersebut. Sehingga masyarakat menjadi lebih

tertarik dan tidak terbebani untuk menggunakan energi panas bumi ini.

V. KESIMPULAN

Harus disadari bahwa Indonesia pada saat ini sedang mengalami krisis energi,

ketergantungan terhadap bahan bakar fosil membuat Indonesia mengkonsumsi energi

lebih banyak daripada produksi, hal ini terlihat dari survey yang dilakukan oleh

Outlook Energi Nasional 2011. Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki energi yang

terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang sangat mungkin dikembangkan oleh

Indonesia adalah energi Panas Bumi.

Energi terbarukan sangat cocok di Indonesia karena lokasi geografis

Indonesia yang sangat mendukung ketersediaannya sumber daya energi terberukan

ini, yakni negara “Ring of Fire” yaitu negara yang memiliki banyak gunung berapi.

Potensi energi panas bumi Indonesia sebesar 28 GW atau setara dengan 12 Milyar

Barel bahan bakar fosil serta setara dengan 40% dari cadangan energi panas bumi

dunia. Tetapi untuk merealisasikan hal tersebut ada beberapa kendala seperti kondisi

alam, pembiayaan, dan Sumber daya Manusia. Walaupun terdapat banyak kendala,

bukanlah mustahil untuk mengembangkan potensi energi panas bumi di Indonesia.

Page 16: Geothermal Sebagai Solusi Krisis Energi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Menilai kebijakan energi.http://techno.okezone.com 28 februari

BP statistical review 2011: minyak bumi. http://bicaraenergi.com 28 februari

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, http://pii.or.id 28 februari

Sutrisna, Kadek Fendy. Kondisi dan Permasalahan Energi di Indonesia

http://indone5ia.wordpress.com 29 februari