Gerbong Maut
Sekilas mendengar Gerbong Maut dari seorang teman, saya jadi penasaran. Apaan
tuh? Saya pikir itu semacam wahana bermain yang seram. Ternyata bukan. Saya miris
sendiri, pengetahuan saya tentang sejarah perjuangan para pahlawan dalam
merebutkan kemerdekaan sama sekali tidak memadai untuk menjadikan saya seorang
warga Negara yang mengenal tanah airnya sendiri. wah..wah…
Berawal dari keinginan kami, –saya dan kedua teman baik saya–, berlibur atau lebih
tepatnya mbolang, kami memutuskan untuk ke Malang. Awalnya tujuan kami adalah
Blitar. Makam Bung Karno dan Istana Gebang menjadi pilihan wisata kami kali ini. tapi,
tapi, tapi ketinggalan kereta paling pagi, karena kesiangan. Sementara kereta
berikutnya jam 7:30 tujuan Malang – Blitar. Selesai kami membeli tiket kereta ekonomi
tersebut, kami berpikir ulang. Surabaya-Blitar hampir empat jam perjalanan. Takutnya
nggak nutut pulang karena besoknya Senin dan kami harus kuliah. Malang bisa dicapai
dalam 2 jam dan toh bukan pilihan yang buruk.
Kami me-reset ulang rencana dan tujuan kami. Museum Brawijaya Malang patut jadi
pilihan untuk dikunjungi. Sebagai generasi penerus Bangsa, kami rasa wajib untuk
mengetahui jati diri negeri ini. Dan yang bikin saya tambah semangat adalah Gerbong
Maut yang diceritakan teman saya tadi. Ya, karena Gerbong Maut ini ada di Museum
yang akan kami tuju.
Akhirnya saya melihat Gerbong Maut itu dengan mata kepala saya sendiri. Gerbong
Maut tersebut adalah gerbong kereta yang digunakan para kumpeni untuk mengangkut
para tawanan pejuang-pejuang Indonesia dari penjara Bondowoso ke tempat tahanan
Bubutan di Surabaya. Kenapa disebut Gerbong Maut, karena ternyata gerbong ini
mengambil 46 nyawa pejuang dari total 100 orang yang dijejalkan ke gerbong ini.
Sangat sesak dan penuh. Terlebih karena gerbong tersebut dikunci rapat dan tidak ada
udara yang bisa keluar masuk. Saya tidak bisa membanyangkan bagaimana rasanya
terhimpit dan meninggal perlahan-lahan karena kehabisan oksigen. Saya memikirkan
bagaimana keadaan mereka ketika itu dan seketika itu saya terhenyak, perut saya mual
serasa diaduk-aduk. Semoga pahala syahid menyertai mereka.
Ruang Gerbong
Bukan hanya Gerbong Maut, Museum ini juga berisi berbagai macam benda-benda
bersejarah yang mengisahkan berjuta perjuangan para pahlawan kita dalam merebut
kemerdekaan. Meskipun dalam kenyamanan kita saat ini, jasa mereka hilang dibawa
masa lalu. Padahal kenyamanan tersebut adalah bentuk penjajahan baru yang lambat
kita sadari hingga pada akhirnya semua telah terlambat. Jalanan kita dijajah Jepang
LAGI melalui kendaraan motor mereka yang berseliweran setiap hari. Menjajah kereta
api ekonomi yang tenggelam bersama masyarakat-masyarakat miskin Indonesia. Pasar
dijajah oleh Kapitalisme yang dirancang Barat. Pedagang kecil semakin tergeser.
Pejabat-pejabat juga jadi boneka Barat yang memperjuangkan kepentingan-
kepentingan mereka dan menindas Rakyatnya sendiri. Hasil alam kita pun diambil asing
tapi yang jadi kuli rakyat Indonesia sendiri. Wow….
Wacana untuk penerus Bangsa. Merdeka :D
Nb:
Untuk mencapai Museum Brawijaya, dari Surabaya atau dari tempat lain, anda bisa
turun di stasiun kota Malang. Dari situ anda bisa menaiki bemo dengan kode ADL.
Anda akan diturunkan tepat di depan Museum.