Download pdf - Gnd of Neurovascular

Transcript

1. GROWTH AND DEVELOPMENT OF NERVOUS SYSTEM Saraf berasal dari lapisan ectoderm. Sistem saraf pusat muncul pada awal minggu ketiga sebagai suatu lempeng penebalan ectoderm berbentuk sandal, lempeng saraf (neural plate), di region midorsal di depan primitive node (nodus primitive). Tepi-tepi lempeng ini segera membentuk lipatan saraf (neural fold).

Seiring dengan perkembangan lebih lanjut, lipatan saraf tersebut terus meninggi, saling mendekati garis tengah, dan akhirnya menyatu membentuk tabung saraf (neural tube).

Penyatuan dimulai di daerah servikal dan berlanjut kearah sephalik dan kaudal. Jika penyatuan telah dimulai, ujung-ujung bebas tabung saraf membentuk neuroporus kranialis dan kaudalis yang berhubungan dengan rongga amnion diatasnya. Penutupan neuroporus kranialis berlangsung ke arah kranial dari tempat penutupan awal di regio servikal dan dari suatu tempat di otak depan yang terbentuk belakangan. Tempat yang belakangan ini berjalan kearah kranial, untuk menutup regio paling rostal tabung saraf, dan ke arah kaudal untuk bertemu penutupan dari daerah servikal. Penutupan akhir neuroporus kranialis terjadi pada stadium-18 sampai -20 somit, penutupan neuroporus kaudalis terjadi sekitar 2 hari kemudian. Ujung cranial menutup kurang lebih pada hari ke-25, dan ujung kaudalnya pada hari ke-27. SSP selanjutnya membentuk sebuah struktur tubuler dengan bagian sefalik yang lebar, otak, dan bagian kaudal yang panjang, medulla spinalis.

Ujung sefalik saraf memperlihatkan tiga dilatasi, vesikel otak primer: a. Prosensefalon atau otak depan (forebrain) b. Mesenfalon atau otak tengah (midbrain) c. Rombensefalon atau otak belakang (hindbrain)

Secara bersamaan, ujung ini membentuk dua fleksura: a. fleksura servikalis di taut otak belakang dan korda spinalis; b. fleksura sefalika di regio otak tengah. Ketika embrio berusia 5 minggu, prosensefalon terdiri dari 2 bagian: a. telensefalon yang dibentuk oleh bagian tengah dan dua kantong luar lateral ; dan b. diensefalon yang ditandai oleh pertumbuhan keluar vesikel mata. KORDA SPINALIS Lapisan neuroepitel, mantel, dan marginal Dinding tabung saraf yang baru tertutup terdiri dari sel neuroepitel. Sel-sel ini dihubungkan oleh kompleks taut di lumen. Selama stadium alur saraf (neural groove) dan segera setelah penutupan tabung saraf, sel-sel ini membelah dengan cepat, menghasilkan sel neuroepitel semakin banyak. Secara keseluruhan, sel-sel ini membentuk lapisan neuroepitel atau neuroepitelium.

Setelah tabung saraf tertutup, sel neuroepitel mulai menghasilkan jenis sel lain yang yang ditandai oleh nucleus besar bulat dengan nukleoplasma pucat dan nekleous berwarna gelap. Ini adalah saraf primitive atau neuroblas. Sel-sel ini membentuk lapisan mantel, suatu zona di sekitar lapisan neuroepitel. Lapisan mantel kemudian membentuk substansia grisea korda spinalis. Lapisan paling luar korda spinalis, lapisan marginal, mengandung serabutserabut saraf yang keluar dari neuroblas di lapisan mantel. Akibat mielinasi serabut saraf, lapisan ini tampak putih sehingga disebut substansia alba korda spinalis.

Lempeng basal, alar, atap dan lantai

Akibat penambahan neuroblas terus menerus ke lapisan mantel, masingmasing sisi tabung saraf memperlihatkan penebalan ventral dan dorsal. Penebalan ventral, lempeng basal yang mengandung sel-sel kornu motorik ventral, membentuk area motorik korda spinalis, penebalan dorsal, lempeng alar, membentuk area sensorik. Sebuah alur longitudinal, sulkus limitans, menandai batas keduanya. Bagian garis tengah dorsal dan ventral dari tabung saraf yang dikenal sebagai lempeng atap

dan lantai, tidak mengandung neuroblas, keduanya terutama berfungsi sebagai jalur untuk serabut saraf yang melintas dari satu sisi ke sisi lain. Selain kornu motorik ventral dan kornu sensorik dorsal, sekelompok neuron berkumpul diantara dua area tersebut dan membentuk kornu intermediet kecil. Kornu ini yang mengandung neuron-neuron bagian simpatis system saraf otonom, hanya terdapat di level torakal dan lumbal atas korda spinalis. SEL SARAF Neuroblas, atau sel saraf primitive muncul secara eksklusif melalui pembelahan sel neuroepitel. Pada awalnya sel ini memiliki sebuah prosesus sentral yang berjalan ke lumen (dendrite transien), tetapi ketika sel ini bermigrasi ke lapisan mantel, prosesus ini lenyap dan neuroblas untuk sementara nampak bulat dan apolar. Dengan diferensiasi selanjutnya, tumbuh dua prosesus sitoplasma baru di sisi badan sel yang berlawanan, membentuk neuroblas bipolar. Prosesus di salah satu ujung sel memanjang cepat untuk membentuk akson primitive, dan prosesus di ujung yang lain memperlihatkan sejumlah percabangan sitoplasma, dendrit primitive. Sel ini kemudian disebut neuroblas multipolar dan dengan perkembangan selanjutnya berubah menjadi sel saraf dewasa atau neuron. Setelah terbentuk, neuroblas kehilangan kemampuannya untuk membelah. Akson dari neuron di lempeng basal menembus zona marginal dan tampak di aspek ventral korda spinalis. Akson-akson ini yang secara keseluruhan dikenal sebagai radiks motorik ventral saraf spinal, menghantarkan impuls motorik dari korda spinalis ke otot.

SEL GLIA Sebagian besar sel penunjang primitive yang disebut gliablas terbentuk oleh sel neuroepitel setelah pembentukan neuroblas berhenti. Gliablas bermigrasi dari

lapisan neuroepitel ke lapisan mantel dan marginal. Di lapisan mantel, sel-sel ini berdiferensiasi menjadi astrosit protoplasma dan astrosit fibriblar. Jenis lain sel penunjang yang mungkin berasal dari gliablas adalah sel oligodendroglia. Sel ini terutama ditemukan di lapisan margina, membentuk selubung myelin mengelilingi akson asendens dan desendens di lapisan marginal. Pada paruh kedua perkembangan, tipe ketiga sel penunjang, sel microglia, muncul di SSP.

SEL KRISTA NEURALIS Sewaktu elevasi lempeng saraf, sekelompok sel muncul di sepanjang tepi (Krista) lipatan saraf. Sel-sel Krista neuralis ini berasal dari ectoderm dan meluas ke seluruh panjang tabung saraf. Sel-sel Krista bermigrasi ke lateral dan menghasilkan ganglion sensorik (ganglion radiks dorsal) saraf spinal dan tipe sel lain. Selama perkembangan lebih lanjut, neuroblas ganglion sensorik membentuk dua prosesus. Prosesus yang tumbuh kearah sentral menembus bagian dorsal tabung saraf. Di korda spinalis, prosesus ini berakhir di kornu dorsal atau naik melalui lapisan marginal ke salah satu dari pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Prosesusprosesus ini secara keseluruhan dikenal sebagai radiks sensorik dorsal saraf spinal. Prosesus yang tumbuh ke perifer bersatu dengan serabut-serabut radiks motorik

ventral sehingga ikut serta dalam pembentukkan trunkus saraf spinal. Pada akhirnya, prosesus-prosesus ini berakhir di organ reseptor sensorik. Karena itu, neuroblas ganglion sensorik yang berasal dari sel-sel Krista neuralis menghasilkan neuron radiks dorsal. Selain membentuk ganglion sensorik, sel-sel Krista neuralis berdiferensiasi menjadi neuroblas simpatis, sel Schwann, sel pigmen, odontoblas, meningen, dan mesenkim arkus faring. Saraf-saraf Spinalis Serabut saraf motorik mulai muncul pada minggu keempat, berasal dari sel saraf di lempeng basal (kornu ventral) korda spinalis. Serabut-serabut ini menyatu membentuk berkas yang dikenal sebagai radiks saraf ventral. Radiks saraf dorsal terbentuk sebagai kumpulan serabut yang berasal dari sel di ganglion radiks dorsal (ganglion spinal). Prosesus sentral dari ganglion-ganglion ini membentuk berkas yang tumbuh ke dalam koda spinalis berlawanan dari kornu dorsal. Prosesus distal bergabung dengan radiks saraf ventral untuk membentuk saraf spinal. Saraf spinal hampir langsung terbagi menjadi ramus primer dorsal dan ventral. Ramus primer dorsal menyarafi otot aksial dorsal, sendi vertebra, dan kulit punggung. Ramus primer ventral menyarafi anggota badan dan dinding tubuh ventral serta membentuk pleksuspleksus saraf utama (brakialis dan lumbosakralis).

OTAK Di kedua sisi dari garis tengah di rombensefalon dan mesensefalon terdapat lempeng basal dan lempeng alar yang jelas terpisah dan masing-masing mereprensentasikan daerah motorik dan sensorik. Namun, di prosensefalon, lempeng alar mengalami aksentuasi sementara lempeng basal mengalami regresi.

Rombensefalon: Otak Belakang Rombensefalon terdiri dari mielensefalon, bagian paling kaudal vesikel otak, dan metensefalon yang berjalan dari fleksura pontina ke istmus rombensefalon.

Mielensefalon Mielensefalon adalah vesikel otak yang menghasilkan medula oblongata. Bagian ini berbeda dari korda spinalis karena dinding lateralnya mengalami eversi. Lempeng alar dan basal yang dipisahkan oleh sulkus limitans dapat dibedakan dengan jelas. Lempeng basal, serupa dengan yang terdapat di korda spinalis, mengandung nucleus-nucleus motorik. Nucleus-nucleus ini dibagi menjadi tiga kelompok: (a) kelompok eferen somatic medial, (b) kelompok eferen visceral khusus intermediate, dan (c) kelompok eferen visceral umum lateral.

Kelompok pertama mengandung neuron-neuron motorik yang membentuk lanjutan sel kornu anterior ke arah sefalik. Karena berlanjut ke arah rostal ke mesensefalon, kelompok eferen somatic ini disebut kolumna motorik eferen somatic. Di mielensefalon, kelompok ini mencakup neuron-neuron, nervus hipoglossus yang menyarafi otot lidah. Di metensefalon dan mesensefalon, kolumna masing-masing mengandung neuron nervus abducens, nervus troklearis, dan nervus okulomotorius. Saraf-saraf ini menyarafi otot mata. Kelompok eferen visceral khusus meluas ke metensefalon, membentuk kolumna motorik eferen visceral khusus. Neuron-neuron motoriknya menyarafi otot

lurik arkus faring. Di mielensefalon, kolumna ini diwakili oleh neuron-neuron nervus aksesorius, nervus vagus, dan nervus glosofaringeus. Kelompok eferen visceral umum mengandung neuron-neuron motorik yang menyarafi otot involunter saluran napas, salurna cerna, dan jantung. Lempeng alar mengandung 3 kelompok nucleus pemancar sensorik. Yang paling lateral dari ketiganya, kelompok aferen somatic (sensorik), menerima impuls dari telinga dan permukaan kepala melalui nervus vestibulokoklearis dan nervus trigeminus. Kelompok intermediate, atau aferen visceral khusus, menerima impuls dari papil pengecap lidah dan dari palatum, orofaring, dan epiglottis. Kelompok medial, atau aferen visceral umum, menerima informasi interoseptif dari saluran cerna dan jantung. Lempeng atap mielensefalon mengandung satu lapisan sel ependim yang ditutupi oleh mesenkim vaskular, piameter. Kombinasi keduanya dikenal sebagai tela koroidea. Karena proliferasi aktif mesenkim vaskular, terbentuk sejumlah tonjolan invaginasi berbentuk kantong ke dalam rongga ventrikel di bawahnya. Invaginasiinvaginasi seperti umbai ini membentuk pleksus koroideus, yang menghasilkan cairan serebrospinal.

Metensefalon Metensefalon, serupa dengan mielensefalon, ditandai oleh lempeng basal dan alar. Dua komponen baru adalah: (a) serebelum, pusat koordinasi untuk postur dan gerakan, dan (b) pons, jalur untuk serabut saraf antara korda spinalis dan korteks serebri sarta korteks serebeli. Masing-masing lempeng basal metensefalon mengandung tiga kelompok neuron motorik: (a) kelompok eferen somatic medial, yang menghasilkan nucleus nervus abducens; (b) kelompok eferen visceral khusus, mengandung nervus trigeminus dan nervus fasialis, yang menyarafi otot arkus faring pertama dan kedua, dan (c) kelompok eferen visceral umum yang akson-aksonnya menyarafi kelenjar submandibula dan sublingual. Lapisan marginal lempeng basal metensefalon meluas sewaktu membentuk jembatan untuk serabut-serabut saraf yang menghubungkan korteks serebri dan koteks serebeli dengan korda spinalis. Karena itu, bagian metensefalon ini dikenal

sebagai pons (jembatan). Selain serabut-serabut saraf, pons mengandung nucleus pons yang berasal dari lempeng alar metensefalon dan mielensefalon. Lempeng alar metensefalon mengandung tiga kelompok nucleus sensorik: (a) kelompok aferen somatic lateral yang mengandung neuron nervus trigeminus dan sebagian kecil kompleks vestibulokoklear, (b) kelompok aferen visceral khusus dan (c) kelompok aferen visceral umum.

Saraf Kranial Pada minggu keempat perkembangan, nucleus-nukleus untuk 12 saraf cranial telah ada. Semua kecuali nervus olfaktorius (I) dan nervus optikus (II) berasal dari batang otak, dan dari saraf-saraf ini hanya nervus okulomotorius (III) yang berasal dari luar region otak belakang. Di otak belakang, pusat-pusat proliferasi di neuroepitel membentuk delapan segmen berbeda yang disebut rombomer. Rombomer-rombomer ini membentuk nucleus motorik untuk saraf cranial IV, V, VI, VII, IX, X, XI, dan XII. Pembentukan pola segmental ini tampaknya diarahkan oleh mesoderm yang berkumpul menjadi somitomer di bawah neuroepitel yang terletak di atasnya.

Neuron motorik untuk nucleus kranialis terdapat di dalam batang otak, sedangkan ganglion sensorik terletak di luar otak. Karena itu, organisasi saraf-saraf cranial homolog dengan yang terjadi di saraf spinal, meskipun tidak semua saraf cranial mengandung serabut motorik dan sensorik. Ganglion sensorik saraf cranial berasal dari sel Krista nueralis dan plakoda ectoderm. Plakoda ectoderm mencakup plakoda nasalis, plakoda otika dan empat plakoda epibrankialis yang bermanifestasi sebagai penebalan ectoderm dorsal dari arkus faring. Plakoda epibrankialis ikut membentuk ganglion untuk saraf-saraf arkus faring (V, VII, IX, dan X). Ganglion parasimpatis (eferen viseralis) berasal dari sel Krista neuralis, dan serabut-serabutnya dibawa oleh saraf kranial III, VII, IX, dan X.

SISTEM SARAF OTONOM Secara fungsional, sistem saraf otonom dapat dibagi menjadi dua bagian: bagian simpatis di region toralumbal dan bagian parasimpatis di region sefalik dan sacral.

Sistem Saraf Simpatis Pada minggu kelima, sel-sel yang berasal dari Krista neuralis region toraks bermigrasi di kedua sisi korda spinalis menuju regio tepat di belakang aorta dorsalis. Di sini, sel-sel ini membentuk suatu rantai bilateral ganglion-ganglion simpatis yang tersusun secara segmental dan saling dihubungkan oleh serabut saraf longitudinal. Bersama-sama, mereka membentuk trunkus simpatikus di kedua sisi kolumna vertebralis. Dari posisinya di toraks, neuroblas bermigrasi kea rah regio servical dan lumbosakral, memperpanjang trunkus simpatikus untuk mencapai panjang penuhnya. Meskipun pada awalnya ganglion-ganglion tersusun secara segmental, tatanan ini kemudian menjadi kabur, terutama di daerah servikal oleh penyatuan ganglion ini.

Beberapa neuroblas simpatis bermigrasi ke depan aorta untuk membentuk ganglion preaorta, seperti ganglion seliakum dan ganglion mesenterikum. Sel-sel simpatis lain bermigrasi ke jantung, paru, saluran cerna, tempat sel-sel tersebut menghasilkan pleksus simpatis organ. Setelah trunkus simpatikus terbentuk, serabut-serabut saraf yang berasal dari kolumna viseroeferen (kornu intermediate) segmen torakolumbal (T1-L1,L2) korda spinalis menembus ganglion-ganglion trunkus. Sebagian dari serabut saraf ini bersinaps setinggi trunkus simpatikus atau berjalan melewati trunkus untuk ke ganglion preaorta atau ganglion kolateral. Serabut-serabut ini dikenal sebagai serabut preganglion, memiliki selubung myelin, dan merangsang sel ganglion simpatis. Selsel ini dengan berjalan dari saraf spinal ke ganglion simpatis, membentuk ramus komunikasi alba. Karena kolumna viseroeferen berjalan hanya dari segmen torakal pertama ke segmen lumbal kedua atau ketiga, ramus alba hanya ditemukan setinggi segmen-segmen ini. Akson dari sel-sel ganglion simpatis, serabut postganglion, tidak memiliki selubung myelin. Serabut-serabut ini berjalan ke level lain trunkus simpatikus atau memanjang ke jantung, paru, dan saluran cerna. Serabut lain, ramus komunikasi grisea, berjalan dari trunkus simpatikus ke saraf spinal dan dari sini ke pembuluh darah perifer, rambut, dan kelenjar keringat. Ramus komunikasi grisea ditemukan di semua tingkat korda spinalis.

Sistem Saraf Parasimpatis Neuron di batang otak dan regio sakral korda spinalis membentuk serabut parasimpatis preganglion. Serabut dari nukelus di batang otak berjalan melalui nervus okulomotorius (III), nervus fasialis (VII), nervus glossofaringeus (IX), dan nervus vagus (X). Serabut postganglion berasal dari neuron yang berasal dari sel Krista neuralis dan berjalan ke struktur yang dipersarafinya.

2. GROWTH AND DEVELOPMENT OF CIRCULATORY SYSTEM SIRKULASI DAERAH KEPALA DAN LEHER Arteri dan vena pada wajah dan rongga mulut letaknya saling berdekatan. Pembuluh darah ini mengalirkan darah dan nutrisi ke seluruh tubuh. 1. Arteri pada wajah dan rongga mulut Arteri carotid mensuplai darah ke hampir seluruh bagian kepala dan leher. Arteri ini terbagi menjadi 2, yaitu: Internal dan eksternal arteri carotid. Arteri internal carotid mensuplai darah ke otak dan mata, sedangkan arteri eksternal carotid mensuplai darah ke wajah dan rongga mulut serta mempunyai banyak cabang. A. Eksternal Carotid Cabang arteri eksternal carotid melewati kerongkongan, lidah, wajah dan telinga serta dinding cranium. Cabang-cabang tersebut diberikan nama berdasarkan nama area yang dialirinya. a. Arteri Lingual Cabang-cabang arteri lingual mensuplai darah ke lidah, dasar mulut, lingual ginggiva, palatum lunak dan tonsil b. Arteri fasial Arteri fasial berada diatas arteri lingual, dekat dengan angulus mandibula. Cabang arteri ini melati mandibula menuju ke sudut mulut dan naik ke arah mata. Arteri fasial mempunyai enam cabang yang mensuplai darah ke otot faring, palatum lunak, tonsil, lidah bagian posterior, kelenjar submandibular, otot-otot wajah, nasal septum, hidung dan kelopak mata. c. Arteri maksila Arteri maksila merupakan cabang terbesar dari arteri eksternal carotid. Arteri ini melewati ramus mandibula (dekat dengan kondilus) dan

mensuplai struktur fasial. Arteri maksila terbagi menjadi tiga bagian: Mandibula, pterygoidea, dan pterygopalatine. d. Arteri mandibula Arteri mandibula berada dibelakang ramus mandibula dan mempunyai lima cabang: Arteri alveolar inferior masuk ke foramen mandibula dan mensuplai darah ke gigi yang ada di mandibula dan setelah keluar dari foramen mental arteri ini berubaha nama manjadi arteri mentale. Arteri mylohyoid mensuplai darah ke otot mylohyoid. Arteri dental mensuplai darah ke akar gigi dan ligamen periodontal pada molar dan premolar. Arteri Incisiv mensuplai darah ke akar dan ligamen periodontal pada gigi anterior. Arteri mentale keluar dari foramen mentale dan mensuplai darah ke dagu serta bibir bawah e. Arteri Pterygoid Arteri ini mensuplai darah ke otot temporal, otot masseter, otot pterygoid dan otot bucinator. Arteri Pterygopalatine terbagi menjadi beberapa cabang: Arteri alveolar posterior superior, arteri infraorbital, arteri alveolar middle superior, arteri alveolar anterior superior, dan arteri greater palatina. Arteri alveolar posterior superior cabangnya dimulai dari arteri

maksila menuju tuberositas maksila, kemudian masuk ke foramen alveolar posterior superior. Arteri ini mensuplai darah ke sinus

maksilari, molar ke tiga maksila, dan ginggiva. Arteri infraorbital bercabang dari arteri maksilari menuju foramen intraorbital, dan mensuplai darah ke wajah. Dari arteri infraorbital, arteri alveolar middle superior bercabang ke gigi premolar maksila, dan arteri alveolar anterior superior mensuplai darah ke gigi anterior. Arteri

greater palatin melalui foramer greater palatin akan mensuplai darah ke palatum keras dan lingual ginggiva maksilari.

2. Vena wajah dan rongga mulut Beberapa vena pada wajah dan rongga mulut berhubungan dan mempunyai nama yang sama dengan arteri. Darah dari wajah dan rongga mulut dialirkan ke vena jugularis eksternal dan vena jugularis internal. Kemudian menuju ke vena brachiocephalic. Vena dibagi menjadi dua, yaitu: Vena superficial dan deep veins. a. Vena Superficial Vena fasial dimulai dari mata menuju mandibula. Salah satu cabangnya adalah vena deep fasial, yang menghubungkan vena fasial ke vena pleksus pterygoid. Di dekat pinggir mandibula, vena fasial menuju angulus mandibula yang kemudian akan bergabung dengan vena retromandibular. Vena retromandibular melewati arteri maksila dan arteri temporal superficial. Dibawah vena fasial terdapat vena lingual, yang mengalirkan darah ke dasar mulut. b. Deep veins Vena maksilari mengalirkan darah ke vena pleksus pterygoidea, vena ini pendek. Vena pleksus pterygoidea merupakan pusat dari vena yang secara langsung atau tidak langsung mengalirkan darah menuju area yang luas, termasuk rongga nasal, mata, sinus paranasal, otot-otot mastikasi, otot bucinator, palatum dan gigi. Vena pleksus pterygoidea berada diantara otot temporal dan pterygoidea. c. Vena Jugular Vena jugular eksternal mengalirkan darah dari vena superficial menuju ke vena subclavian. Vena jugular internal menerima darah dari cranium, wajah dan leher. Kemudian mengalirkan darah tersebut ke vena

brachiochepalic, menuju vena cava superior dan selanjutnya akan dialirkan ke jantung.

VASKULARISASI GINGIVA Pembuluh arteri mencapai gingiva melalui 3 jalan yang berbeda: 1. Arteri yang terletak lebih superficial dari periosteum, mencapai gingiva pada daerah yang berbeda dirongga mulut dari cabang alveolar: arteri infraorbital, nasopalatin, palatal, bukal, mental danlingual. 2. Pada daerah interdental, percabangan arteri intraseptal masuk daerah krista prosesus alveolar. 3. Pembuluh-pembuluh darah pada ligament periodontal bercabang keluar kearah daerah gingiva.Suatu pleksus pembuluh darah yang halus dan padat terdapat dekat perlekatan epitel,membentuk suatu manset vaskuler mengelilingi daerah gingival gigi. Pada gingival cekat dan gingivalbebas, lengkungan kapiler bercabang ke setiap tonjol jaringan ikat.Suplai darah pada periodentium mengikuti pola yang sama dengan distribusi suplai darah.

VASKULARISASI LIGAMEN PERIODONTAL Suplai darah untuk ligament periodontal berasal dari: 1. Pembuluh darah apikal yang memasuki ligamen periodontal di daerah apikal dan melanjut ke daerah gingival, memberikan cabang-cabangnya di cementum dan tulang. Di dalam ligamen periodontal jalinanvaskuler ini berjalan lebih mendekati tulang dari cementum.

2. Pembuluh darah yang berpenetrasi dari tulang alveolar (kanal volkman) dan ini merupakan hal yang penting untuk jaringan ini. 3. Anastomosis dari pembuluh darah gingival yang berasal dari cabang pembuluh darah yang letaknya didalam lamina propia.Suplai darah arteri terutama melalui cabang-cabang arteri alveolar yaitu cabang arteri dental. Daerah periapikal disuplai oleh cabang yang berasal dari arteri dental sesaat sebelum masuk ke dalamforamen apikal. Cabang-cabang yang mensuplai prosesus alveolaris bagian interdental dan interradikulerdiberikan oleh arteri dental sebelum mencapai ligamen periodontal yakni di dalam tulang. Arteriinterdental dan interradikuler diberikan oleh arteri dental sebelum mencapai ligament periodontalmelalui perforasi didalam tulang alveolar.

Perkembangan Pembuluh Darah

LENGKUNG AORTA

Ketika lengkung-lengkung faring terbentuk selama perkembangan minggu ke 4 dan ke5, setiap lengkung menerima saraf kranial dan arterinya sendiri-sendiri. Arteriarteri ini disebut sebagai lengkung-lengkung aorta dan berasal dari saccus aorticus, bagian yang paling distal dari truncus arteriosus. Lengkung aorta terbenam di dalam mesenkim lengkung faring dan berakhir pada aorta dorsalis kiri dan kanan. Lengkung faring dan pembuluh-pembuluh darahnya terbentuk berurutan mulai dari kranial ke kaudal, sehingga tidak semua lengkung dan pembuluh darah tersebut terdapat dalam waktu yang bersamaan. Saccus aortikus ikut membentuk suatu cabang untuk setiap kali terbentuk lengkung baru, sehingga totalnya terbentuk lima parang arteri (lengkung ke-5 tidak pernah terbentuk atau terbentuk tidak sempurna dan kemudian mengalami regresi). Akibatnya lima lengkung tersebut diberi angka I, II, III, IV dan VI. Pada perkembangan selanjutnya, pola arteri ini mengalami perubahan dan beberapa pembuluh darah mengalami regresi sempurna. Pada hari ke-27, lengkung aorta pertama mulai menghilang. Sebagian kecil masih menetap dan membentuk arteri maksilaris. Demikian pula lengkung aorta ke-2 akan segera menghilang pula. Bagian yang tersisa dari lengkung ini adalah arteri hyoidea dan arteri stapedia. Pada hari ke-29 arcus tersebut benar-benar menghilang. Selama regresi dari arcus ke-1 dan ke-2, arcus ke-3 membersar dan arcus ke-4 serta ke-6 terbentuk. Lengkung aorta ke-3 membentuk arteri carotis komunis dan bagian cervical dari arteri carotis internal. Bagian lain arteri carotis internal dibentuk oleh bagian kranial aorta dorsalis. Arteri carotis eksterna merupakan sebuah cabang kecil dari lengkung aorta ketiga.

Lengkung aorta keempat baik di sisi kiri dan di sisi kanan tetap ada, tetapi nasibnya kemudian berbeda. Pada sisi kiri lengkung ke empat membentuk bagian dari lengkung aorta, diantara arteri carotis komunis kiri dan arteri subklavia kiri. Di sisi kanan lengkung ke empat membentuk segmen paling proksimal arteri subclavia kanan, yang bagian distalnya dibentuk oleh sebagian dari aorta dorsalis kanan dan arteri intersegmentalis ke-7.

3. GROWTH AND DEVELOPMENT OF LYMPHOID SYSTEM System limfoid merupakan bagian dari pertahanan tubuh seseorang yang terdiri dari saluran yang disebut pembuluh limfe yang membawa cairan limfe itu sendiri. Organ dari system limfoid sendiri adalah lymph node atau nodus limfatikus yang berada di sekujur tubuh manusia dan juga organ limpa, timus, serta sumsum tulang yang sama-sama menghasilkan limfosit.

Lymph node bekerja sebagai filter jika ada benda asing seperti virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh sebelum dapat menginfeksi. Cairan limfe yang terdapat

di dalam lymph node ini mengandung limfosit dan makrofag dari sel darah putih yang secara terus menerus melakukan sirkulasinya ke dalam limfonodus itu sendiri dan juga pembuluh darah. Benda asing disini contohnya bakteri, akan menghasilkan suatu substansi kimia disebut antigen yang bersirkulasi melalui darah, system limfoid, dan limfonodus. Respon terhadap antigen yang dilakukan oleh limfosit pada limfonodus adalah membuat antibody yang akan keluar dari limfonodus menuju sirkulasi lalu memerangi antigen dan bakteri tersebut. Semakin besar infeksi, semakin banyak pula sel imun yang harus dihasilkan sehingga dapat menyebabkan limfonodus semakin membesar.

Manusia memiliki sekitar 500-600 lymph nodes di sekujur tubuh yang berkelompok lebih di beberapa tempat yaitu di ketiak, paha, leher, dada, dan perut. Pada bidang kedokteran gigi penting diketahui lymph nodes di sekitar kepala dan leher karena masih berhubungan dekat dengan area kerja seorang dokter gigi. Adapun letak-letaknya ialah sebagai berikut: a. Cervical Anterior Posterior

b. Tonsilar atau submandibular lymph nodes c. Retropharyngeal d. Submental e. Supraclavicular Jaringan limfatik mulai berkembang pada akhir minggu ke-5 intrauterin. Pembuluh limfe berkembang dari kantung limfa yang berasal dari pembuluh darah yang berkembang dimana semua itu berasal dari lapisan mesoderm. Kantung limf yang pertama ada adalah sepasang kantung limf jugular pada pertemuan pembuluh darah internal jugular dan subclavian. Dari kantung limf jugular, plexus kapiler limfatikus mulai menyebar ke thorax, tangan, leher dan kepala. Kantung limfe selanjutnya yang berkembang adalah kantung limf retroperitoneal pada bagian intestinal. Kantung ini berkembang dari vena cava primitive dan pembuluh mesonephric. Plexus kapiler dan pembuluh limfatik lalu menyebar dari kantung limf retroperitoneal ke visera abdominal dan diafragma. Kantung limfe terakhir adalah sepasang kantung limfe posterior yang berasal dari vena iliaca. Plexus kapiler dan pembuluh limfatiknya menyebar ke dinding abdominal, daerah pelvic, dan ekstrimitas bawah. Pada bagian anterior kantung limfe akan berkembang chili cysterna lalu seluruh kantung limfe nantinya akan terinvasi oleh sel mesenkim dan menjadi sekelompok limfonodus. Organ limpa sendiri berkembang dari sel mesenkim antara lapisan dorsal mesentery abdomen dan timus muncul dari kantong pharyngeal ke-3.

KELENJAR GETAH BENING DI KEPALA Kelenjar oksipital (lymphoglandul occipitales) Ditempatkan di bagian belakang kepala dekat dengan margin dari trapezius dan be pada penyisipan capitis Semispinalis. Pembuluh aferen membawa getah

bening pada daerah kulit kepala oksipital, sementara serabut eferen mengeluarkannya ke superior deep cervical glands.

Kelenjar auricularis posterior (lymphoglandul auriculares; mastoid kelenjar) Terletak di mastoideus dari Sternocleidomastoideus, di bawah posterior Auricularis. Pembuluh aferen membawa getah bening pada bagian posterior dari wilayah temporoparietal, bagian atas dari permukaan tengkorak dari Auricularia atau pinna, dan bagian belakang meatus akustik eksternal; serabut eferen

mengeluarkannya ke superior deep cervical glands.

Kelenjar Getah Bening dan Pembuluh Limfatik Superfisial Kepala dan Leher

Kelenjar

auricularis

anterior

(lymphoglandul

auriculares

anteriores;

parotis

preauricular dangkal atau kelenjar) Satu sampai tiga jumlahnya, terletak tepat di depan tragus. Aferen mengeringkan permukaan lateral Auricularia dan kulit dari bagian yang bebatasan dengan daerah temporal; serabut eferen mereka lolos ke superior deep cervical glands.

Kelenjar parotis (lymphoglandul parotide) Membentuk dua kelompok dalam kaitannya dengan kelenjar ludah parotis, yaitu, sebuah kelompok tertanam dalam substansi dari kelenjar., Dan sekelompok kelenjar subparotid berbaring di dinding lateral faring. Kadang-kadang kelenjar kecil ditemukan dalam jaringan subkutan di kelenjar parotis. Pembuluh aferen mereka mengeringkan akar hidung, kelopak mata, wilayah frontotemporal, meatus akustik eksternal dan rongga timpani, mungkin juga bagian posterior langit-langit dan lantai dari rongga hidung. Para serabut eferen kelenjar ini lolos ke kelenjar serviks yang unggul dalam. Para aferen dari subparotid kelenjar

mengeringkan bagian hidung faring dan bagian posterior rongga hidung; serabut eferen mereka lolos ke superior deep cervical glands

Kelenjar wajah Terdiri dari tiga kelompok: (a) infraorbital atau rahang atas, tersebar di daerah infraorbital dari alur antara hidung dan pipi ke lengkungan zygomatic; (b) buccinator, satu atau lebih ditempatkan pada Buccinator yang berlawanan dengan sudut mulut (c)

Supramandibular Pada permukaan luar dari mandibula, di depan masseter dan kontak dengan arteri dan vena eksternal maxillary anterior wajah. Pembuluh eferen mengeringkan kelopak mata, konjungtiva, dan kulit dan selaput lendir dari hidung dan pipi; serabut eferen mereka lolos ke kelenjar submaxillary.

The deep facial glands (lymphoglandul faciales profunda; internal yang kelenjar rahang atas) Ditempatkan di bawah ramus mandibula, pada permukaan luar dari eksternus Pterygoideus, dalam kaitannya dengan arteri maksilaris internal. Pembuluh aferen mereka menguras fosa temporal dan infratemporal dan bagian hidung dari pharynx serabut eferen mereka lolos ke superior deep cervical glands.

The lingual glands Dua atau tiga nodul kecil tergeletak di Hyoglossus dan di bawah Genioglossus. Mereka membentuk substansi kelenjar dalam pembuluh limfatik lidah.

Limfatik faring. (Poirier dan Charpy)

Kelenjar retropharyngeal terletak pada fasia buccopharyngeal, di belakang bagian atas faring dan di depan lengkungan atlas, yang dipisahkan, namun, dari yang terakhir dengan longus yang capitis. Aferen mereka mengeringkan rongga hidung, bagian hidung faring, dan tabung pendengaran; serabut eferen mereka lolos ke superior deep cervical glands.

Pembuluh limfatik dari kulit kepala yang dibagi menjadi (a) daerah frontal, yang mengakhiri di auricularis anterior dan kelenjar parotis, (b) daerah temporoparietal, yang berakhir pada kelenjar parotis dan posterior auricularis; dan (c ) daerah oksipital, yang mengakhiri sebagian dalam kelenjar oksipital dan sebagian yang berjalan di sepanjang perbatasan posterior Sternocleidomastoideus untuk berakhir pada inferior deep cervical glands.

Pembuluh limfatik dari meatus akustik Auricularia dan eksternal juga dibagi menjadi tiga kelompok: (a) anterior, dari permukaan lateral Auricularia dan dinding anterior dari meatus ke kelenjar anterior auricularis; (b) posterior, dari margin Auricularia, bagian atas permukaan tengkorak, permukaan dalam dan dinding posterior dari meatus ke posterior auricular and superior deep cervical glands; (c) inferior, dari dasar meatus dan dari lobulus dari Auricularia ke superficial and superior deep cervical glands.

Pembuluh limfatik dari wajah lebih banyak daripada kulit kepala. dari kelopak mata dan konjungtiva sebagian bermuara di submaxillary tetapi terutama di kelenjar parotis. Pembuluh dari bagian posterior pipi juga lolos ke kelenjar parotis, sedangkan yang dari bagian anterior pipi, sisi hidung, bibir atas, dan bagian lateral ujung bibir bawah dalam kelenjar submaxillary. Pembuluh yg lebih dalam yang berasal dari temporal dan fosa

infratemporal lolos ke wajah dan superior deep cervical glands. Pembuluh yang dalam dari pipi dan bibir, seperti superficial, dalam kelenjar submaxillary. Superficial and deep vessels of the central part of the lower lip run to the submental glands.

Limfatik wajah.

pembuluh limfatik dari rongga hidung dari bagian anterior rongga hidung berkomunikasi dengan pembuluh integumen dari hidung dan berakhir di kelenjar submaxillary; dari posterior dua pertiga dari rongga hidung dan dari the accessory air sinuses sebagian melewati ke retropharyngeal dan sebagian ke superior deep cervical glands.

pembuluh limfatik pada mulut pembuluh dari gusi menuju ke kelenjar submaxillary, dari palatum durum yang berlanjut ke depan gusi atas, tapi kembali kebelakang untuk menembus Constrictor pharyngis superior dan berakhir di superior deep cervical dan kelenjar subparotid, langit-langit lunak berakhir sebagian dalam retropharyngeal dan subparotid, dan sebagian di superior deep cervical glands. Pembuluh dari bagian anterior dari dasar mulut lewat juga ke inferior glands of the superior deep cervical group, atau secara tidak langsung melalui kelenjar submental, dari sisa dasar mulut pembuluh lolos ke submaxillary dan superior deep cervical glands.

The lymphatic vessels of the palatine tonsil menembus fasia buccopharyngeal dan pharyngis konstriktor superior dan melalui antara Stylohyoideus dan vena jugularis internal ke paling atas dari superior deep cervical glands. Semua berakhir dalam kelenjar yang terletak di sisi posterior perut Digastricus, pada vena jugularis interna, kadang-kadang satu atau dua pembuluh tambahan menuju ke kelenjar kecil di sisi lateral vena dari Sternocleidomastoideus tersebut.

Limfatik lidah

Pembuluh limfatik lidah menuju terutama ke dalam deep cervical glands berbaring antara posterior perut bagian pencernaan dan superior perut omohyoideus; salah satu kelenjar yang terletak di bifurkasi dari arteri karotid umum sangat erat terkait dengan pembuluh-pembuluh yang dikenal sebagai kelenjar utama dari pembuluh limfatik lidah. lidah ini dapat dibagi menjadi empat kelompok:. (1) apikal, dari ujung lidah ke kelenjar suprahyoid dan kelenjar utama dari lidah;

(2) lateral, dari margin lidah beberapa Mylohyoideus menembus sampai akhir dalam kelenjar submaxillary, yang lain menuju ke Hyoglossus ke superior deep cervical glands; (3) basal, dari wilayah vallate papilla ke superior deep cervical glands; dan (4) median, beberapa yang Mylohyoideus perforasi untuk mencapai kelenjar submaxillary, sedangkan mayoritas mengelilingi sekitar perbatasan posterior otot untuk memasuki superior deep cervical glands.

Kelenjar getah bening dari Leher Kelenjar getah bening-leher termasuk kelompok berikut: kelenjar submaxillary (lymphoglandul submaxillares) ditempatkan di bawah tubuh mandibula dalam segitiga submaxillary, dan sisanya pada permukaan dangkal dari kelenjar ludah submaxillary. kelenjar getah bening kecil kadang-kadang ditemukan pada permukaan dalam dari kelenjar ludah submaxillary. aferen dari kelenjar submaxillary drain commissure palpebral medial, pipi, sisi hidung, bibir atas, bagian lateral dari bibir bawah, gusi, dan bagian anterior dari margin lidah; Pembuluh eferen dari kelenjar wajah dan submental juga masuk ke kelenjar submaxillary. glands. Kelenjar submental atau suprahyoid terletak antara perut anterior Digastrici. Aferen mengeringkan bagian tengah bibir bawah dan dasar dari mulut dan puncak dari lidah; serabut eferen mereka melewati sebagian kelenjar submaxillary dan sebagian ke gland of the deep cervical group situated terletak di vena jugularis internal di tingkat kartilago krikoid. Pembuluh eferen mereka lolos ke superior deep cervical

The superficial cervical glands Aferen melalui bagian bawah dan daerah parotis Auricularia, sementara serabut eferen mereka melewati sekitar margin anterior dari Sternocleidomastoideus untuk bergabung dengan superior deep cervical glands.

The anterior cervical glands membentuk sebuah kelompok yang tidak teratur dan tidak kekal di depan laring dan trakea. Mereka dapat dibagi menjadi (a) a superficial set, ditempatkan pada vena jugularis anterior, (b) adeeper set yang dibagi lagi menjadi prelaryngeal, pada ligamen krikotiroid tengah, dan pretracheal, di depan trakea. Ini set yang lebih dalam saluran bagian bawah laring, kelenjar tiroid, dan bagian atas trakea; serabut eferen yang melewati bagian terrendah dari superior deep cervical glands.

Kelenjar getah bening dangkal dan pembuluh limfatik dari ekstremitas atas.

Pembuluh limfatik dari kulit dan otot-otot leher Melalui deep cervical gland. Dari bagian atas faring pembuluh limfatik ke retropharyngeal, dari bagian bawah ke deep cervical glands. Dari laring dua pembuluh muncul, bagian atas dan bagian bawah. pembuluh menembus membran hyothyroid dan bergabung dengan

superior deep cervical gland. beberapa menembus elasticus konus dan bergabung dengan kelenjar pretracheal dan prelaryngeal; yang lainnya berjalan antara krikoid dan cincin trakea pertama dan memasuki inferior deep cervical gland. Pembuluh limfatik dari kelenjar tiroid terdiri dari dua bagian, upper, yang menyertai arteri tiroid superior dan memasuki kelenjar superior deep cervical gland, dan yang lebih rendah, yang menjalankan sebagian ke pretracheal kelenjar dan sebagian kelenjar paratrakeal kecil yang menyertai saraf. Kelenjar ini yang terakhir menerima pembuluh limfatik dari trakea.

5. KASUS Patients Problems :

Rasa sakit yang episodic Throbbing (nyut-nyutan) Lanchinating (Sakit yang menusuk)

Causes : Adanya gangguan pada nodus lymphaticus Adanya gangguan Neurovaskuler

Penyebab

:

Neuralgia Trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak.

Cedera perifer saraf kelima (misal karena tindakan dental) atau sklerosis multipel.

6. MEKANISME TRIGEMINAL NEURALGIA 1. ANATOMI NERVUS TRIGEMINUS Nervus trigeminus atau saraf otak kelima atau staraf otak trifasial merupakan syaraf otak terbesar diantara 12 syaraf otak, bersifat campuran karena terdiri dari komponen sensorik yang mempunyai daerah persarafan yang luas yang disebut portio mayor dan komponen motorik yang persarafannya sempit disebut portio minor. Komponen-konponen ini keluar dari permukaan anterolateral bagian tengah pons dan berjalan ke anterior pada dasar fossa kranialis posterior melintasi bagian petrosa tulang pelipis ke fossa kranialis media. Komponen sensorik dan motorik bergabung didalam ganglion trigeminus atau ganglion gaseri, kemudian berjalan bersama-sama sebagai syaraf otak kelima. (Sharav, 2002; Brice, 2004) Nervus trigeminal mempersyarafi wajah dan kepala. Terdapat 3 divisi yang menginervasi daerah dahi dan mata (V1 optalmikus), pipi (V2 maksilaris) serta wajah bagian bawah dan rahang (V3 Mandibularis). Fungsi nervus trigeminus adalah sensasi sentuhan wajah, sakit dan suhu, dan juga kontrol otot pengunyahan. Fungsi nervus trigeminus harus dibedakan dengan nervus fasialis (nervus cranialis ke VII) yang mengontrol semua gerakan wajah. (Kaufman, 2001)

A B Gambar 1 : A. Anatomi nervus trigeminus B. Distribusi persyarafan diwajah (Kaufman, 2001)

Tiga divisi nervus trigeminal muncul bersama-sama pada daerah yang disebut ganglion gaseri. Dari sana, akar nervus trigeminal berjalan kebelakang kearah sisi brain stem dan masuk ke pons. Dalam brain stem, sinyal akan berjalan terus mencapai kelompok neuron khusus yang disebut nukleus nervus trigeminal. Informasi dibawa ke brain stem oleh nervus trigeminus Kemudian diproses sebelum dikirim ke otak dan korteks serebral, dimana persepsi sensasi wajah akan diturunkan. (Kaufman AM, 2001)

Tabel 1 : Area distribusi persyarafan nervus trigeminal V. TRIGEMINAL NERVE - Fifth Cranial Nerve Division V1 V2 Areas Affected Opthalmic eye, forehead and nose Maxillary Function Sensory-1

upper teeth, gums and lip, the Sensory-1 cheek, lower eyelid and the side of the nose Sensory-1 Motor-2

V3

Mandibular lower teeth, gums and lip Jaw

1. SENSORY: Transmits pressure, touch, pain and temperature signals to the brain. 2. MOTOR: Controls movement. Sumber : Kaufman,2001

2. PATOFISIOLOGI Patofisiologi terjadinya suatu trigeminal neuralgia sesuai dengan penyebab terjadinya penyakit tersebut. Penyebab-penyebab dari terjadinya trigeminal neuralgia adalah penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena disekitarnya,

penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multiple, kerusakan secara fisik dari nervus trigeminus oleh karena pembedahan atau infeksi, dan yang paling sering adalah faktor yang tidak diketahui. (Sharav, 2002; Brice, 2004) Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke brain stem yang paling sering terjadi, sedangkan diatas bagian nervus trigeminus/portio minor jarang terjadi. Pada orang normal pembuluh darah tidak bersinggungan dengan nervus trigeminus. Penekanan ini dapat disebabkan oleh arteri atau vena baik besar maupun kecil yang mungkin hanya menyentuh atau tertekuk pada nervus trigeminus. Arteri yang sering menekan akar nervus ini adalah arteri cerebelar superior. Penekanan yang berulang menyebabkan iritasi dan akan mengakibatkan hilangnya lapisan mielin (demielinisasi) pada serabut syaraf. Sebagai hasilnya terjadi peningkatan aktivitas aferen serabut syaraf dan penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus trigeminus dan menimbulkan gejala trigeminal neuralgia. Teori ini sama dengan patofisiologi terjadinya trigeminal neuralgia oleh karena suatu lesi atau tumor yang menekan atau menyimpang ke nervus trigeminus. (Kaufmann, 2001; Bryce, 2004) Pada kasus sklerosis multiple yaitu penyakit otak dan korda spinalis yang ditandai dengan hilangnya lapisan mielin yang membungkus syaraf, jika sudah

melibatkan sistem nervus trigeminus maka akan menimbulkan gejala neuralgia trigeminal. Pada tipe ini sering terjadi secara bilateral dan cenderung terjadi pada usia muda sesuai dengan kecenderungan terjadinya sclerosis multiple. (Olessen, 1988; Kaufmann, 2001: Passos,2001) Adanya perubahan pada mielin dan akson diperkirakan akan menimbulkan potensial aksi ektopik berupa letupan spontan pada syaraf. Aktivitas ekstopik ini terutama disebabkan karena terjadinya perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium sehingga menurunnya nilai ambang membran. Kemungkinan lain adalah adanya hubungan ephaptic antar neuron, sehingga serabut syaraf dengan nilai ambang rendah dapat mengaktivasi serabut syaraf yang lainnya dan timbul pula cross after discharge. (Sharav, 2002; Brice, 2004)

Selain itu aktivitas aferen menyebabkan dikeluarkannya asam amino eksitatori glutamat. Glutamat akan bertemu dengan reseptor glutamat alfa-amino-3-hidroxy-5methyl-4-isaxole propionic acid (AMPA) di post sinap sehingga timbul depolarisasi dan potensial aksi. Aktivitas yang meningkat akan disusul dengan aktifnya reseptor glutamat lain N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) setelah ion magnesium yang menyumbat saluran di reseptor tersebut tidak ada. Keadaan ini akan menyebabkan saluran ion kalsium teraktivasi dan terjadi peningkatan kalsium intra seluler. Mekanisme inilah yang menerangkan terjadinya sensitisasi sentral. (Rose, 1997; Loeser, 2001)

3. KLASIFIKASI Trigeminal neuralgia menurut International Headache Society, 1988 dibagi atas 2 yaitu idiopatik dan simptomatik. (Ollesen J et al, 1988) 3.1.Trigeminal neuralgia idiopatik : Jika dalam pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologik serta pemeriksaan penunjang tidak ditemukan penyebab dari nyeri wajah. 3.2.Trigeminal neuralgia simptomatik : penyebab nyeri wajahnya dapat diketahui dari pemeriksaan penunjang tertentu atau pada eksplorasi fossa posterior.

4. GEJALA DAN TANDA Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut : (Olesen, 1988; Passos, 2001; Sharav, 2002; Brice, 2004) 4.1.Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam, seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval bebas nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan. 4.2.Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan yang karakteristik nyeri unilateral. Tersering nyeri didaerah distribusi nervus

mandibularis (V2) 19,1 % dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi keduanya 35,9%, sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah wajah bawah. Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian pasien nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi nervus maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri pada daerah distribusi nervus optalmikus dan mandibularis (0,6%). Nyeri bilateral 3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan, umumnya diantara kedus sisi tersebut dipisahkan beberapa tahun. Kasus bilateral biasanya berhubungan dengan sklerosis multiple atau familial. 4.3.Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti perabaan ringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Akibatnya pasien akan mengalami kesulitan atau timbul saat gosok gigi, makan, menelan, berbicara, bercukur wajah, tersentuh wajah, membasuh muka bahkan terhembus angin dingin. Biasanya daerah yang dapat mencetuskan nyeri (trigger area) diwajah bagian depan, sesisi dengan nyeri pada daerah percabangan nervus trigeminus yang sama. Bila trigger area di daerah kulit kepala, pasien takut untuk berkeramas atau bersisir. 4.4.Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakterisitik terjadi peningkatan frekwensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan berjalannya waktu. 4.5.Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri atipikal yang makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal. Nyeri terasa tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan nyeri berdenyut sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental. Pemberian terapi anti konvulsan dapat meredakan nyeri preneuralgia trigeminal sehingga cara ini dapat dipakai untuk membedakan kedua nyeri tersebut.

REFERENSI Phinney Donna J. 2003. Delmars Dental Assisting a Comprehensive Approach. Embriologi dan histology rongga mulut. Ivar A.Mjor dan Ole Fejerskov. Jakarta.1990.widya medika Sadler, T. W.1997. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC www.wikilectures.eu/ index.php/aortic_arches_-_embryological_development


Recommended