Halaqah Tadabbur Al-Qur’an 1 (QS Al Faatihah 1 - 7)
Dr Saiful Bahri MA
Halaqah Qur’an ini merupakan pertemuan yang membawa rahmat. Bukan bid’ah, karena
sudah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. Kita hanya mensyukuri nikmat Al-Qur’an ditu-
runkan kepada kita. Ketika Allah menyebutkan bahwa dirinya adalah Ar-Rahman, maka nikmat
pertama yang ia berikan adalah ‘Allamal Qur’an. Motivasinya adalah Imam Syekh Abudilal Ar-
Rusydi mengadakan kajian membedah Al-Qurr’an di usianya yang ke-34 tahun dan baru selesai
16 tahun kemudaian.
Nah disini, kita akan mencoba membuat halaqah Qur’an yang harapannya 10-11 tahun
kedepan akan selesai. Al-Fathir hanya ingin mewakafkan ilmu yang telah Al-Fathir dapatkan.
Imam Fahrurozi mengetahui ada hadits yang berbunyi “Barangsiapa yang menakwilkan Qur’an
dengan pendapatnya, maka ia bersiap-siap masuk neraka,” sebenarnya beliau takut namun beliau
memberanikan diri untuk menulis tafsir Qur’an. Karena mentadaburi Al-Qur’an adalah nikmat
yang diberikan Allah kepada kita. Semangat beliaulah yang membuat Al-Fathir semangat
mengisi halaqah Qur’an. Semangat inilah yang akan membuat kita mencintai Al-Qur’an apa
adanya yang akhirnya kita sama-sama bisa menikmati Al-Qur’an.
Kita mulai dari surat yang pertama. Surat Al-Fatihah merupakan surat Makkiyah. Surat yang dtu-
runkan di Makkah. Memiliki berbagai keutamaan , sebagai umul kitab, umul Qur’an. Mutsabaqahtsani,
yaitu memiliki tujuh ayat yang wajib kita lafalkan ketika shalat. Diulang-ulang terus tujuh ayat ini saat
kita sholat.
Bismillahirrohmanirrohim. Para Ulama memasukkan kalimat Bismillahirrohmanirrohim ini ke
dalam ayat Al-Qur’an menjadi ayat pertama. Yang menarik adalah spirit Bismillah ini, di hadits-hadits
banyak disebutkan bahwa amal yang tidak dimulai dengan basmallah, bagaikan amal yang cacat. Ketika
kita mau memulai shalat, maka lafalkanlah basmallah.
Filosofinya adalah ketika kita menyebutkan bismillah, dengan menyebut nama Allah. Diband-
ingkan nama lainnya, nama Allah paling sering digunakan di dalam Al-Qur’an. Representasinya adalah
Allah itu ialah zat yang kita sembah. Nanti juga disebutkan nama lain selain Allah. Dengan menghadirkan
nama Allah, maka tidak ada kendala dalam niat kita. Karena Allah SWT, menurut Ibnu Qayyim Al-
1
Jasiyah menerima setengah amal, namun tidak menerima setengah niat. Jika shalat satu rakaat lalu
meninggal, maka Allah akan menerima amal kita.
Filosofi lainnya adalah ketika kita menyebutkan Basmallah. Bismillah itu sama dengan saat kita
shalat. Saat kita shalat, kata Allah yang kita sebut itu paling banyak. Setiap pergantian gerakan kita
menyebutkan nama Allah. Jika dikalkulasikan,nama Allah yang kita sebut dalam sekali shalat bias men-
capai 17x, 17x dikalidengan 5. Ditambah menyebutkan nama Allah diluar shalat. Jadi, minimal seorang
Muslim dalam sehari menyebutkan nama Allah sebanyak 250 kali.
Arrahman, Arrahim. Arrahman itu sifat kedua yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Dan satu-sat-
unya nama Allah yang dijadikan nama surat dari 114 surat yang ada. Karena Ar-rahman ini bersifat inte-
gral, mencakup keseluruhan rahmat yang diberikan Allah kepada seluruh alam. Yang bertaqwa, diberi
rahmat. Yang bejat, diberi rahmat. Yang taat diberi rahmat, yang kafir juga diberi rahmat. Bahkan bi-
natang melata yang kita tidak tahupun, diberikan rahmat juga oleh Allah. Sementara Ar-Rahim, rahmat
Allah yang diberikan hanya kepada orang yang beriman saja.
Baginda Rasulullah SAW mengatakan bahwa Amal yang dimulai dengan bismillah, merupakan
kunci keberkahan. Setiap amal yang tidak dimulai dengan bismillah, maka akan seperti terpenggal. Seba-
liknya, amal yang dimulai dengan bismillah akan menjadi utuh dan memeperoleh keberkahan.
Ayat yang kedua, Alhamdulillahirobbil’alamin. Artiaya adalah Segala Puji bagi Allah. Dan
segala puji ini mengacu kepada rasa syukur. Kenapa Allah tidakmenggunakanAsy-Syukruhirob-
bil’alamin? Karena Alhamdu itu menasbihkan Allah. Memberikanpujian, zat yang layak dipuji hanyalah
Allah. Jika seluru hmanusia di dunia ini sama kualitasnya dengan manusiaterbaik di dunia, maka tidak
akan berpengaruh pujian kita. Sama juga jika seluruh manusia sama kualitasnya dengan manusia terbu-
ruk, maka tidak akan berpengaruh pada pujian kita kepada Allah. Seluruh manusia tidak ada yang memuji
Allah, tetapi Alhamdulillah itu tetap berlaku.
Selain itu, kita layak bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada kita meski tanpa kita
minta. Bangun tidur, kebanyakan kita lupa untuk bersyukur bahwa Allah memberikan nikmat berupa tan-
gan, kaki serta anggota badan yang utuh, padahal boleh jadi kita semalam lupa meminta diberikan nikmat
itu. Maka, bersyukurlah. Alhamdulillah.
Selanjutnya, Alhamdulillahirrabbil’alamin. Ada kata-kata Rabb. Rabb itu artinya pencipta. Pen-
cipta itu bukan hanya menciptakan rumah, lalu meninggalkannya, tidak mengurusinya. Pencipta itu sete-
lah menciptakan akan menjaga, mengayomi dan membimbing yang telah ia ciptakan.
2
‘Alamin berasaldari kata alam. Dan berbicara tentang alam, ada empat alam yang kita lewati. Dan
semuanya harus mengacu kepada Allah. Jadi, Alhamdulillahirobbil’alamin berarti pujian yang kita
berikan kepada Allah sebagai bentuk rasa syukur kita.
Di ayat ketiga, di ulangi lagi kata Arrahmanirrohim. Artinya, kita diharapkan dapat mengimple-
mentasikan hal ini kepada sesama manusia. Arrahman, kita harus baik kepada siapapun itu, baik dia yang
menyayangi, maupun yang membencikita. Orang yang memusuhi kita, kita ajak berinteraksi dengan
hikmah sehingga harapannya dapat menyentuh hatinya. Sementara Ar-rahim, harus ada kasih sayang
yang khusus kepada saudara kita. Itu yang disebut sebagai ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah itu
eksklusif, namun bukan berarti meniadakan sifat yang pertama. Karena kita sedang berusaha untuk men-
contoh sifat Allah. Berikanlah kasih sayang kepada siapapun.
Jika kita tidak memberikan kasihsayang, maka kita tidak akan diberikan kasih sayang. Irham-
nuwafilardi, sayangilah yang ada di Bumi, yarhamnuwalafissama’, maka kamu akan disayangi oleh yang
ada di langit. Filosofiinilah yang harus kita jadikan patokan dalam berinteraksi.
Maalikiyaumiddin. Disini sifat baru muncul, yaitu Yang Memiliki Hari Pembalasan. Kata Addin
berasal dari Yaumul Jaza, hari pembalasan. Inilah yang disoroti, bahwa apa yang kita lakukan kepada
orang lain akan dapat balasan yang sesuai. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, maka kemungkinan
besar orang lain juga akan berbuat baik kepada kita.
Lalu mengapa Malik? Karena Allah yang memiliki segalanya. Allah menjadi pewaris segala
yang ada di bumi. Kita mencari uang, jika kita meninggal anakcucu kita yang mewarisinya. Hal itu
berlangsung terus menerus. Nah, jika terus menerus hingga hari kiamat. Lalu siapakah yang akan
mewarisinya? Walillahimiroissamawati fi lard. Allah-lah yang akanmewarisinya. Nanti, semuanya akan
mati. Saat malaikat Isrofil meniup sangkakalanya, semua malaikat pencabut nyawa akan mencabut nyawa
dan akhirnya ia juga akan habis. Termasuk malaikat Isrofil. Lalu siapa yang bertahan selain Allah?
Iyyakana’buduwaiyyakanasta’in. Iyyakana’budu menjadi hal ketiga dari pokok bahasan kita.
Yang pertama adalah tentang pujian, yang kedua tentang request dan iyyakana’budu ini berarti hanya
kepadamu. Kenapa tidak na’buduka, yang berarti kepadamu? Karena disini menunjukkan sifat kekhusu-
san bahwa untuk menyembah kita hanya menyembah Allah, tidak ada kesempatan menyembah Tuhan
yang lain. Dan kata iyyaka nasta’in mengartikan hal yang sama, hanya kepada Allah kami memohon per-
tolongan. Mengikuti kata-kata sebelumnya.
Beribadah kepada Allah itu langsung, tanpa calo. Dalam bahasa, penggunaan kata-kata orang
dengan sudut pandang kedua menunjukkan kedekatan lebih dibandingkan dengan kata-kata dari sudut
3
pandang pertama. Kata iyyaka itu lebih membuat kita dekat dibanding iyya hua yang artinya “Hanya
kepada-Nyalah..” sedangkan jika artinya “Hanya kepada-Mulah..” itu menunjukkan sisi kedekatan kita
kepada Allah.
Setengah ayat berikutnya berisi tentang permohonan. Permohonan yang pertama mengenai Tun-
jukillah jalan yang lurus. Analoginya seperti saat kita diberitahukan rumah seseorang, tapi hanya diberi
alamatnya saja. Tidak ada jaminan bagi kita untuk sampai disana. Ihdinasshirotol mustaqim, sampaikan-
lah kami, bimbinglah kami untuk sampai di siratal mustaqim. Jadi kita tidak hanya minta ditunjukkan,
tapi kita berdoa untuk disampaikan kesana,
Al-Qur’an itu petunjuk hanya untuk orang yang mau melaksanakanna sebagai petunjuk. Tunjuki-
lah jalan yang lurus. Seolah-olah Allah memberikan kita peta yang notabennya peta dapat digunakan oleh
orang lain, jadi tidak ada makna kekhususan disini.
Shirotol mustaqim artinya orang-orang yang tadi diberikan petujuk akan menikmati hasilnya
berupa mendapatkan kenikmatan. Dalam hadits dijelaskan bahwa orang-orang yang mendapat nikmat
adalah para nabi, orang-orang yang jujur dan para syuhada. Berhubungan dengan ayat setelahnya, Shi-
rotholladzi na an’am ta’alaihim, ghoiril maghdubi ‘alaihim waladhollin. Jalan orang yang Engkau beri
nikmat, bukan jalan orang yang sesat.
Kita harus selalu mengoreksi diri kita, saat akhirnya kita diberikan nikmat, nikmat apa yang Allah
berikan? Kategori apa Ar-Rahman atau Ar-Rahim? Seperti anak kecil yang merengek minta permen pada-
hal hari sudah malam. Orangtuanya, karena sayang kepada anak itu tidak membelikannya permen. Tapi
karena anak itu terus menangis dan marah, akhirnya orangtuanya memberikannya permen. Nah yang di-
garisbawahi disini adalah bahwa saat memberikan permen, orangtua anak itu sebenarnya tidak ridho.
Jangan sampai ketika kita diberikan nikmat tapi sebenarnya Allah tidak ridho kepada kita. Seperti
lanjutan ayatnya, ghoiril maghdu bi’alaihim waladhollin. Bukan jalan yang dimurkai, bukan jalan yang
sesat. Sehingga kita tidak masuk kedalam ketidak baikan. Maka, doanya satu mengenai bahasan ini, “Ya
Allah, jagalah kami agar tetap dijalan yang lurus.”
Disunnahkan kita membaca aamiin saat usai membaca Al-Fatihah saat sholat. Karena, jika pada
waktu yang bersamaan malaikat turun dan berkata aamiin, maka doa kita akan diijabah.
Tauhid itu dibagi menjadi tiga, ada tauhid rububiyah. Yaitu tauhid yang menyatakan bahwa yang
mengayomi, memiliki kita, memberi rezki kepada kita adalah Allah. Penyeimbang dari tauhid rububiyah
adalah tauhid uluhiyah, yaitu tauhid memurnikan. Memurnikan Allah sebagai Tuhan yang kita sembah.
4
Dan yang terakhir adalah tauhid asma wa sifat. Tauhid yang tidak kita ketahui hakikatnya, tapi kita tetap
bersyukur karena nikmat Allah yang begitu banyak.
5