LAPORAN
OBSERVASI BENTUK PEMASARAN TEMPAT USAHA
‘MOCHILOK’ BANDUNG
MATA KULIAH:
REKOD ELEKTRONIK
OLEH :
Hairul Falah
Luthfia Putri Rizki
M. Nur Shafariansyah
MANAJEMEN INFORMASI DAN DOKUMEN
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasaran adalah proses pertukaran dimana unsur yang mempunyai nilai
dipertukarkan antara produsen dengan konsumen: suatu cara untuk mendapatkan
hubungan yang saling menguntungkan antara penjual dan pembelinya. Proses
pemasaran adalah rangkaian kegiatan yang berawal dari analisa pemakai untuk
menentukan kebutuhan konsumen dan berlanjut pada komunikasi yang dibangun oleh
penjual dengan pembeli dalam hubungan dengan penyajian produk untuk memenuhi
kebutuhan yang telah diidentifikasi.
Pada suatu tempat usaha, strategi pemasaran harus dipikirkan dengan baik oleh
pemilik tempat usaha dan seluruh pegawai-nya agar dapat memasarkan suatu produk
yang berkualitas yang dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan dan lapisan masyarakat.
Proses pemasaran harus terus dievaluasi melihat bagaimana perilaku masyarakat masa
kini. Seorang pebisnis harus dapat membaca minat masyarakat sehingga tempat usaha
tersebut dapat memberikan produk serta pelayanan yang terbaik bagi para
konsumennya.
Usaha atau bisnis terdiri dari beberapa bidang yang berbeda. Contohnya adalah
bidang kuliner, otomotif, dan fashion. Melihat fenomena yang terjadi saat ini, dunia
kuliner menjadi satu hal yang sering diperbincangkan oleh masyarakat. Oleh karenanya,
banyak dari mereka yang mulai mencoba peluang usaha dalam bidang kuliner tersebut.
Pada tulisan kali ini, akan dibahas mengenai salah satu tempat usaha yang bergerak
dalam bidang kuliner, yaitu Mochilok yang merupakan brand baru dari Bandung.
1.2 Tujuan Penulisan
Tulisan ini merupakan bentuk laporan dari hasil observasi penulis pada satu
tempat usaha yaitu Mochilok yang berlokasi di Bandung. Tujuan dari penulisan ini
1
adalah untuk memberikan informasi mengenai salah satu produk makanan yang dapat
menjadi bahan rekomendasi pembaca untuk menikmati dunia kuliner. Tulisan ini juga
bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan mengenai proses
pemasaran dan strategi bisnis dalam memulai suatu usaha.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Perusahaan
Mochilok atau Mochi dan Chilok merupakan salah
satu tempat usaha yang bergerak dalam bidang usaha
makanan atau kuliner. Produk makanan yang dipasarkan
tentu saja adalah mochi dan cilok, dengan olahan yang
berbeda yakni mochi eskrim dan cilok bakar. Mochilok ini
berlokasi di Sekeloa Jl. Kubang Sari VII No. 42, Dipatiukur,
Bandung. Hingga saat ini, Mochilok sudah memiliki 5 cabang lainnya yang juga
berlokasi di sekitar Bandung yakni di daerah Cimahi, Jatinangor, Ujungberung,
Antapani, dan Sarijadi.
Menu yang ditawarkan diantaranya adalah:
Mochi Eskrim: Harga
Rasa Cokelat Rp 3.500/buah
Rasa Strawberry Rp 3.500/buah
Rasa Vanilla Rp 3.500/buah
Rasa Green Tea Rp 4.500/buah
Rasa Durian Rp 4.500/buah
3
Rasa Tiramissu Rp 4.500/buah
Cilok:
Cilok Bakar Rp 2.000/tusuk
Cilok Original Rp 500/buah
Mochilok pada bagian pusat ini terdiri dari 12 orang pegawai. Para pegawai
yang ada sebagian besar terdiri dari laki-laki karena pemilik ingin agar mereka siap
bekerja dari siang hingga malam, dan siap kerja di waktu yang tidak terduga. Untuk
itulah, mereka disediakan tempat tinggal yakni berbentuk kost-an dibelakang tempat
Mochilok ini.
2.2 Sejarah Perusahaan
Mochilok merupakan suatu usaha bisnis kuliner yang menjadi pencetus pertama
penjualan mochi dan cilok dengan olahan baru. Mochilok ini berdiri pada tanggal 8 Juni
2012. Mochilok merupakan hasil ide kreatif dari seorang bernama Imanuddin, dan
sekaligus menjadi pemilik usaha Mochilok. Beliau adalah seorang lulusan desain grafis
dan pernah bekerja di suatu kantor namun ingin mencoba pekerjaan baru. Suatu ketika
tercetus dalam pikiran beliau untuk membentuk suatu usaha dalam bidang kuliner.
Alasannya sederhana yakni mengingat bahwa kota Bandung merupakan salah satu
‘surga kuliner’ yang ada di Indonesia sehingga beliau memanfaatkan peluang tersebut.
Setelah itu, beliau teringat dengan masakan dari kakak ipar beliau yaitu cilok yang
menurutnya layak untuk dijual sehingga beliau mulai memikirkan bagaimana proses
pemasaran selanjutnya.
Imanuddin kemudian mulai mencoba beberapa olahan cilok dan akhirnya
menemukan olahan yang tepat yakni cilok bakar. Namun tidak hanya sampai di situ.
Cilok bakar masih dirasa kurang oleh beliau. Suatu hari Imanuddin berjalan melihat
sekitar Bandung khususnya beberapa tempat usaha kuliner. Munculah martabak yang
memberikan inspirasi kepada beliau yakni menjual suatu produk makanan yang terdiri
dari makanan asin dan makanan manis. Cilok yang menjadi produk pertama Imanuddin
sudah merupakan makanan asin. Beliau kemudian memikirkan makanan manis apa
4
yang pas dijual dengan cilok. Beliau kemudian terpikirkan oleh mochi, dan karena
sesuai dengan kata ‘ci’ pada cilok maka ia memutuskan untuk menjual mochi
bersamaan dengan cilok.
Dari cilok dan mochi tersebut, Imanuddin kemudian memikirkan suatu nama
yang tepat untuk menjadi label dari usaha kulinernya. Akhirnya, lahirlah Mochilok yang
merupakan singkatan dari Mochi dan Cilok.
2.3 Proses Pemasaran
Dalam proses pemasaran, pada awalnya Imanuddin hanya membuat logo dari
Mochilok dan kemudian mencoba mempromosikannya kepada teman-teman dan
promosi via media sosial yaitu twitter dan facebook. Akan tetapi, produk dari Mochilok
ini belum beliau sediakan. Imanuddin berencana untuk memasarkan nama dari usaha ini
untuk melihat respon masyarakat sebelum membuat produk tersebut. Nyatanya, banyak
masyarakat yang memesan produk ini dan akhirnya Mochilok ini pun resmi untuk
dipasarkan.
Target awal Mochilok pada awalnya adalah mahasiswa karena memang tempat
usaha ini berlokasi pada sebuah gang kecil yang disekitarnya terdapat banyak tempat
kost dan memang Mochilok ini tidak jauh dari beberapa kampus seperti Unpad dan
Unikom. Lokasi pada gang kecil ini juga merupakan salah satu proses pemasaran karena
dengan begitu orang-orang akan merasa penasaran lokasi tempat ini lalu setelah berhasil
menemukan lokasi ini dan membeli Mochilok, maka akan menghasilkan kepuasan
tersendiri bagi para pembeli.
Mochilok sudah membuka beberapa cabang yang juga ada disekitaran Bandung.
Sekitar 5 cabang yang tersebar di daerah Cimahi, Jatinangor, Ujungberung, Antapani,
dan Sarijadi menjadi tempat pemasaran Mochilok. Pemilik cabang tersebut juga
merupakan teman dari Imanuddin.
Alasan mengapa cabang Mochilok hanya berada di Bandung karena Imanuddin
ingin ‘memegang’ Bandung terlebih dahulu. Beliau ingin agar seluruh Bandung
dipasarkan Mochilok ini. Baru setelahnya beliau akan mencoba memasarkan Mochilok
5
di kota-kota yang berada di pulau Jawa, kemudian memasarkan di seluruh Indonesia,
dan target jangka panjang ingin memasarkannya hingga ke luar negeri.
Alasan selanjutnya yakni berkenaan dengan produk. Mochilok ini merupakan
produk olahan rumah. Pembuatannya dilakukan di rumah pada pagi hari, lalu siang hari
tempat usaha ini baru dibuka untuk penjualan Mochilok. Hanya eskrim yang merupakan
bahan isian dari mochi yang merupakan barang jadi hasil pembelian dan sisanya
merupakan olahan sendiri. Produk yang akan dipasarkan di cabang, juga mengambil
bahan dari pusat yang ada di daerah Sekeloa ini, baru kemudian dibawa ke tempat
penjualan di cabang tersebut. Sekitar 2.500 cilok dan 2.000 mochi yang dibuat oleh
mereka per harinya.
Proses penjualan dilakukan pada siang hari hingga produk habis. Tidak ada
batasan waktu dalam penjualan karena berpatokan pada stock oriented. Dan hebatnya
adalah produk ini selalu habis bahkan dari pertama kali buka hingga saat ini. Saat ini,
keuntungan bersih per hari yang didapat pada oleh Imanuddin adalah ±7Juta per hari.
2.4 Strategi Bisnis
Mochilok memiliki satu jargon yang khas yakni “Don’t judge mochi by its
cilok”, yang dimaksudkan agar pembeli langung mencicipi makanan ini sebelum
berkomentar terhadap nama makanan ini. Mochilok juga memiliki satu kata yang khas
yang menjadi salah satu strategi bisnis yaitu “Memasyarakatkan Mochi Ice Cream dan
Mengangkat Derajat Cilok”.
Imanuddin, pemilik Mochilok, membeberkan strategi bisnisnya sehingga
menjadikan Mochilok salah satu pilihan makanan bagi masyarakat. Pertama, “coba dan
coba”. Maksudnya adalah bahwa seorang pengusaha baru harus terus mencoba inovasi
baru sehingga produk dapat diterima oleh masyarakat. Kedua, “jangan pernah
menyerah”. Tentu saja, dalam memulai suatu bisnis baru, tekad yang kuat sangat
dibutuhkan, dan jangan pernah berpikir untuk menyerah sebelum tujuan yang dituju
tercapai.
6
Imanuddin juga membuat suatu analogi bahwa usaha diibaratkan seperti pohon.
Jika kita memupuknya dengan baik, maka pohon tersebut akan berbuah bahkan tidak
harus dipetik karena buah itu pun akan jatuh dengan sendirinya. Sama saja dengan
usaha, jika ditekuni secara terus menerus maka akan menghasilkan keuntungan dengan
sendirinya.
2.5 Persaingan, Hambatan, dan Cara Mengatasi
Sejauh ini belum ada persaingan karena Mochilok ini merupakan produk yang
pertama kali ada dalam dunia kuliner. Sebenarnya sudah ada produk mochi eskrim,
namun harganya sangat mahal dan merupakan bahan makanan yang diimpor dari luar
negeri, sehingga Mochilok ingin agar produk ini dapat dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat.
Hambatan yang dialami oleh pihak Mochilok yakni pada sumber daya manusia
(SDM). Pegawai yang bekerja harus merupakan orang-orang yang sesuai dan cocok
untuk bekerja sama dalam mengelola Mochilok sehingga ‘kecocokan’ tersebut menjadi
kunci utama untuk memajukan Mochilok ini. Cara mengatasi hal ini dilakukan dengan
meminta rekomendasi dari orang-orang sekitar atau teman mengenai sumber daya
manusia yang sekiranya cocok untuk bekerja di Mochilok.
2.6 Foto-foto
7
2.7 Link Terkait
Berikut adalah merupakan link atau sumber informasi untuk mengakses info
lengkap mengenai Mochilok, diantaranya adalah:
Twitter : https://twitter.com/Mochilok
Facebook : http://www.facebook.com/pages/Mochilok/144637412325063
Youtube : http://www.youtube.com/watch?v=5kz-Y0nMe8U
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi kami, didapat beberapa kesimpulan mengenai
proses pemasaran suatu tempat usaha. Kesimpulan tersebut diantaranya adalah:
1) Proses pemasaran yang dilakukan memiliki resiko namun tidak menimbulkan
kerugian. Proses pemasaran yakni mempromosikan logo atau label produk
sebelum membuat produk tersebut beresiko pembeli tidak akan percaya terhadap
produk ayng hendak dipasarkan. Namun dengan proses pemasaran yang
demikian, pemilik tidak perlu merasa rugi saat pertama kali memasarkan produk
kemudian produk tersebut tidak laku karena memang produk itu sendiri belum
buat.
2) Sarana promosi dilakukan melalui media sosial sangat sesuai mengingat
perkembangan zaman yang terjadi pada masa sekarang ini. Promosi dengan
media sosial ini dirasa tepat karena hampir semua orang memiliki akses pada
media sosial tersebut.
3.2 Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, terdapat pula beberapa saran berkenaan dengan
proses pemasaran. Saran tersebut diantaranya adalah:
1) Dalam proses pemasaran yang bersiko tersebut, pemilik harus dapat menyiapkan
beberapa rencana cadangan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang
terjadi. Pemiliki usaha juga harus dapat membuat varian baru pada produk agar
tetap dapat mempertahankan pelanggan untuk tetap membeli produk ini.
2) Promosi melalui media sosial tetap harus diperhatikan karena merupakan salah
satu sarana informasi yang dinamis maka bagian promosi harus dapat meng-
update informasi terbaru dari temapt usaha tersebut.
10