BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian
tujuan tersebut adalah melalui Indonesia Sehat 2010 dengan membentuk manusia
berkualitas. Indikator pencapaian tersebut dilihat dari angka umur hidup, angka
kesakitan dan kurang gizi, angka melek huruf, tingkat pendidikan dan angka
pendapatan per kapita yang cukup memadai atau bebas kemiskinan. Indikator
yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang
berdampak pada tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu.
Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas hendaknya dilakukan
sejak dini, yaitu pada saat kehamilan. Ibu hamil yang menderita gizi kurang,
terutama Kurang Energi Kronis (KEK) berisiko melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Dampak BBLR yang lebih luas pada anak yaitu
menurunkan kecerdasan, mengganggu pertumbuhan, imunitas rendah, morbiditas
dan mortalitas meningkat, serta munculnya berbagai penyakit degeneratif saat
dewasa (Depkes, 2003). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi BBLR
sebesar 11,1%, balita gizi kurang sebesar 17,9% dan balita pendek sebesar 35,6%.(1) Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) di Indonesia
sebesar 13,6 % (Riskesdas, 2007).
Oleh karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus dihindari sehingga ibu
hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapat perhatian khusus. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi
ibu hamil yaitu dengan menekankan pada pemberian makanan tambahan (PMT).
Kegiatan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil bertujuan untuk
menambah asupan gizi ibu hamil sehingga kebutuhan gizi selama hamil dapat
terpenuhi.
Mulai tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT Pemulihan bagi ibu hamil KEK melalui dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap puskesmas,
1
kegiatan penyelenggaraan PMT Pemulihan diharapkan dapat didukung oleh
pimpinan puskesmas dan jajarannya.
Melihat angka prevalensi risiko KEK yang cukup besar pada wanita usia
subur di Indonesia dan dampak negatifnya terhadap kualitas sumber daya manusia
Indonesia, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
evaluasi program PMT pada ibu hamil terhadap peningkatan berat badan ibu
hamil sesuai dengan usia kehamilannya serta faktor-faktor yang ikut berpengaruh
dalam peningkatan berat badan ibu hamil sehingga dengan penanganan yang baik
jumlah kasus KEK pada ibu hamil tidak semakin meningkat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah ada pengaruh program PMT pada ibu hamil kurang energi kronis,
karakteristik ibu, status obstetri dengan kenaikan berat badan ibu hamil sesuai
dengan usia kehamilan. Karakteristik ibu meliputi umur, berat badan sebelum
hamil dan tinggi badan, pekerjaan, pendidikan, pendapatan. Status obstetri
meliputi usia kehamilan, kunjungan ANC (Antenatal Care).
1.3 HIPOTESIS
a) Terdapat pengaruh program PMT pada ibu hamil KEK dengan kenaikan berat
badan ibu hamil sesuai usia kehamilannya.
b) Terdapat pengaruh karakteristik ibu dengan kenaikan berat badan ibu hamil
KEK sesuai usia kehamilannya.
c) Terdapat pengaruh status obstetri dengan kenaikan berat badan ibu hamil
sesuai usia kehamilannya.
d) Terdapat pengaruh asupan gizi dengan kenaikan berat badan ibu hamil sesuai
usia kehamilannnya.
1.4 TUJUAN
1.4.1 Tujuan Umum.
a) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
b) Meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi.
2
1.4.2 Tujuan Khusus.
a) Mengetahui pengaruh program PMT terhadap kenaikan berat badan pada
ibu hamil KEK sesuai usia kehamilan di Poliklinik KIA Puskesmas
kecamatan Mampang prapatan bulan Juni 2012 – Februari 2013.
b) Mengetahui pengaruh karakteristik ibu terhadap kenaikan berat badan
pada ibu hamil KEK sesuai usia kehamilan di Poliklinik KIA Puskesmas
kecamatan Mampang prapatan bulan Juni 2012 – Februari 2013.
c) Mengetahui pengaruh status obstetrikus terhadap kenaikan berat badan
pada ibu hamil KEK sesuai usia kehamilan di Poliklinik KIA Puskesmas
kecamatan Mampang prapatan bulan Juni 2012 – Februari 2013.
d) Mengetahui pengaruh asupan gizi terhadap kenaikan berat badan pada ibu
hamil KEK sesuai usia kehamilan di Poliklinik KIA Puskesmas kecamatan
Mampang prapatan bulan Juni 2012 – Februari 2013.
1.5 MANFAAT
a) Untuk Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan, khususnya dokter
puskesmas untuk melakukan usaha peningkatan status kesehatan ibu
hamil.
Sebagai sumber informasi bagi ibu hamil dan pihak keluarga agar dapat
meningkatkan status kesehatan ibu hamil menjadi lebih baik.
b) Untuk Perguruan Tinggi
Memberikan informasi terbaru tentang keadaan di masyarakat sehingga
dapat digunakan sebagai masukan dalam bidang ilmu kesehatan
masyarakat.
Memberi tambahan pengetahuan bagi mahasiswa kedokteran yang sedang
menjalani kepaniteraan klinik.
c) Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian serta lebih memperkaya wawasan dalam bidang
kesehatan masyarakat pada umumnya, terutama yang berkaitan dengan bidang
yang diteliti.
3
1.6 KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian dibuat dengan keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Namun,
peneliti telah berusaha melaksanakan penelitian ini sebaik mungkin.
1.7 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan pada
periode 28 Januari-22 Maret 2013
1.8 ORISINALITAS
Penelitian ini berbeda dari penelitian yang sebelumnya(17) karena pada
penelitian ini dilakukan pada populasi dan demografis yang berbeda yaitu jakarta
khususnya di kecamatan mampang prapatan dan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian sebelumnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 FISIOLOGI IBU HAMIL
Kehamilan adalah salah satu kodrat wanita yang meruapakan bagian dari
suatu proses reproduksi wanita dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi
secara alami menghasilkan janin yang tumbuh dalam rahim ibu. Kehamilan juga
merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat
berlangsung dengan baik. Masa hamil adalah masa dimana seorang wanita
memerlukan berbagai unsur gizi dengan jumlah yang lebih banyak daripada yang
diperlukan dalam keadaan biasa. Pada masa hamil seorang wanita memiliki
karakteristik yang khas bukan saja akibat dari perubahan fisiologi karena
kehamilannya tetapi ada faktor lain yang turut menentukan, yaitu makanan yang
dimakannya.
Pada trisemester pertama, ibu hamil sering merasakan ngantuk, sering
kencing, payudara dan perut mulai membesar, mulai merasakan mual dan muntah
serta ngidam. Memasuki trisemester kedua, rasa mual dan muntah biasanya telah
hilang, nafsu makan mulai membaik, payudara membesar dengan cepat dan
gerakan bayi mulai terasa. Pada trisemester ketiga ibu hamil kadang-kadang
merasakan kepanasan dan berkeringat, sering kencing karena kepala bayi mulai
masuk ke panggul dan sering merasa sakit pinggang.(2,3)
II.2 GIZI IBU HAMIL
Keadaan gizi seorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama. Terdapat hubungan antara makanan dengan
kesulitan-kesulitan semasa hamil, seperti anemia, hubungan antara kecukupan
makanan ibu selama hamil dengan keadaan gizi bayi setelah lahir. Pada saat
hamil, ibu harus memperhatikan kebutuhan gizi bagi tubuhnya karena ibu hamil
harus menyadari bahwa di dalam tubuhnya sedang terjadi proses kehidupan
seseorang, jadi kebutuhan gizinya bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga
untuk bayi yang dikandungnya.
5
Makanan dengan gizi seimbang sangat diperlukan oleh seorang ibu yang
sedang hamil untuk menjaga kesehatan dan gizi ibu tetap baik, menjaga
kelangsungan pertumbuhan normal bayi dalam kandungan sehingga bayi lahir
sehat dan mempersiapka produksi ASI. Sealin itu ibu hamil dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang beraneka ragam karena tidak ada satu jenis makanan
yang dapat menyediakan zat gizi secara lengkap.
Pada trisemester pertama kehamilan, biasanya nafsu makan ibu sangat
kurang dan sering merasa mual serta muntah-muntah. Pada masa ini ibu hamil
dianjurkan agar makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan makanan yang
mudah dicerna. Memasuki trisemester kedua, metabolisme ibu hamil mulai naik.
Berat badan pun mulai bertambah dengan nyata. Pada masa ini protein haruslah
diutamakan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, pembentukan otot,
rambut, kuku dan sebagainya. Selain protein, diperlukan juga zat gizi lain seperti
mineral dan vitamin. Anemia gizi karena kekurangan zat besi (Fe) merupakan
defisiensi yang paling banyak terjadi. Selain dikarenakan asupan besi yang
rendah, pada masa hamil terjadi penambahan volume plasma darah
Memasuki trisemester ketiga, kandungan sudah menjadi besar sehingga
menyebabkan lambung sedikit terdesak. Makanan yang porsinya terlalu besar
sering menimbulkan rasa tidak enak di perut ibu hamil sehingga makanan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering untuk mencegah kekurangan unsur-unsur
zat gizi.
Pola makan yang baik akan cukup menyediakan gizi yang dibutuhkan
untuk kesehatan kehamilan dan mengurangi risiko bayi lahir cacat. Selain itu,
makanan yang baik akan membantu sistem pertahanan ibu hamil terhadap
terjadinya infeksi. Makanan yang baik juga akan melindungi ibu hamil dari akibat
buruk zat-zat yang ditemui, seperti obat-obatan, polutan, dan toksin.(4,5,6)
II.3 KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL
Salah satu masalah gizi pada ibu hamil adalah kurang energi kronis
(KEK). Kurang energi kronis adalah kekurangan gizi yang telah berlangsung
lama. Kurang energi kronis pada dewasa dapat didiagnosa dengan menggunakan
ukuran antropometri yang mudah diperoleh, tidak rumit dan reliabel, seperti tinggi
6
badan, berat badan atau indeks gabungan berat badan dan tinggi badan serta
lingkar lengan atas (LILA). Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Pengukuran
dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri, lengan harus dalam
posisi bebas lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang/kencang.
Alat ukut harus dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat
sehingga permukaannya tidak rata. Janim et al mengatakan bahwa LILA ibu hamil
berkorelasi positif dengan indeks masa tubuh (IMT) ibu hamil sehingga
pengukuran IMT ibu hamil sama akuratnya dengan pengukuran LILA ibu hamil.
Kondisi kesehatan ibu hamil sangat dipengaruhi oelh keadaan gizi ibu saat
hamil. Kurang energi kronis (KEK) perlu diwaspadai kemungkinan ibu
melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin
terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan
kemungkinan prematur. Ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm mempunyai
risiko 2,3 kali lebih besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah. Selain itu, ibu
hamil KEK akan mengalami masa persalinan yang sulit karena lemah, mudah
mengalami gangguan kesehatan dan akan mempengaruhi produksi ASI serta
menurunkan kemampuan merawat anak dan dirinya sendiri.(7,8,9)
II.4 ANTENATAL CARE
Definisi Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. (pada
beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care)
Ante Natal Care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Prawirohardjo. S, 2006 :52).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal
7
pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan
pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Tujuan:
1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
2. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko
tinggi.
3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin.
II.4.1 Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
28 – 36 minggu : 2 minggu sekali
> 36 minggu : 1 minggu sekali\
Kecuali, jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
II.4.2 Kunjungan Pertama Kali / Pemeriksaan Antenatal Care Pertama Kali
Tujuan:
1. Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
2. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3. Menentukan status kesehatan ibu dan janin
4. Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/tidaknya faktor
risiko kehamilan
5. Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya
II.4.3 Pemeriksaan Lanjutan
Idealnya seperti di atas (sampai 28 minggu 1 kali setiap bulan, 29-36
minggu setiap 2 minggu sekali dan di atas 36 minggu setiap minggu sekali).
Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa :
1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri.
8
2. Terhadap janin diperiksa perkiraan besar / berat janin, presentasi dan letak
janin, denyut jantung janin, aktifitas janin, perkiraan volume cairan
amnion dan letak plasenta (jika memungkinkan dengan USG). (10,11)
II.5 FAKTOR-FAKTOR YANG DIDUGA BERPENGARUH TERHADAP
KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Ibu
Pendidikan selain merupakan modal utama dalam menunjang
perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan makanan untuk rumah
tangga melalui pola pengusahan. Tingkat pendidikan formal diduga mempunyai
peranan yang cukup besar dalam menentukan sikap dn perilaku ibu terhadap
kegiatan pemilihan makanan. Pendidikan mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap kesehatan ibu hamil.
Besar Keluaga
Banyak anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah
anggota keluarga yang besar tanpa diimbangi peningkatan pendapatan akan
megakibatkan pendistribusian pangan dalam keluarga tidak merata. Pangan yang
tersedia untuk satu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang
besarnya setengah dari keluarga tersebut. Laju kelahiran yang tinggi dengan
kekurangan gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga terutama pada
keluarga miskin. Ada kemungkinan pangan yang tersedia untuk keluarga besar
hanya cukup dikonsumsi oleh keluarga kecil. Kondisi ini jelas tidak cukup
mencegah timbulnya ganggua gizi pada keluarga besar.
Wanita yang berpendidikan lebih rendah biasanya mempunyai anak lebih
banyak dibandingkan dengan yang berpindidikan lebih tinggi. Mereka yang
berpendidikan rendah umumnya tidak memahami dampak negative dari
mempunyai banyak anak untuk mengalami gangguan kesehatan dan menyebabkan
angka kematian anak dan ibu tinggi.
Pendapatan
Selain tingkat pendidikan, tingkat pendapatan diduga turut berpengaruh
terhadap kejadian KEK pada ibu hamil. Perubahan pendapatan secara langsung
9
dapat mempengaruhi konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan
berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan
kualitas keluarga yang baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan
menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan.
Peningkatan pendapatan akan diikuti oleh perubahan-perubahan dalam
susunan makanan. Keluarga dan masyarakat yang berpenghasilan rendah
cenderung membelanjakan uangnya untuk makanan dan bahan pangan. Pada
kondisi ini orang tidak memikirkan kualitas pangan yang dikonsumsinya.
Peningkatan penghasilan keluarga biasanya diikuti peningkatan penyediaan lauk-
pauk. Tingkat pendapatan yang tinggi akan member peluang yang lebih besar bagi
keluarga untuk memilih pangan yang lebih baik dari segi jumlah maupun
jenisnya. 12
Riwayat Kesehatan Kehamilan
Riwayat kesehatan dan kehamilan dapat berpengaruh terhadap kejadian
KEK pada ibu hamil dilihat dari paritas, ANC, riwayat lahir mati/keguguran.
Paritas
Umur, paritas dan jarak antar kelahiran merupakan faktor risiko yang tidak
secara langsung mengancam jiwa ibu tetapi memperburuk keadaan. Pengaturan
kelahiran merupakan suatu upaya agar setiap keluarga memahami dan menyadari
tentang prinsip keterbatasan manusia. Seorang ibu yang terlalu sering, terlalu
bnyak, terlalu dekat dalam mengatur kehamilannya akan sangat mengganggu
terhadap berbagai sisi kehidupan dirinya dan seluruh anggota keluarga lainnya,
misalnya masalah kesehatan, kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan.
Tingginya risiko BBLR di negara berkembang dikarenakan beberapa
faktor , seperti usia perkawinan yang terlalu muda, kehamilan beruntun dengan
jarak kehamilan yang pendek, lingkungan hidup yang tidak higienis sehingga ibu
mudah menderita penyakit infeksi yang akan memperburuk keadaan gizinya dan
beban kerja fisik yang berat.
Antenatal Care
Antenatal care (perawatan kehamilan) terdiri atas pelayanan 5T, yaitu
penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah tinggi, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian tablet penambah darah
10
Riwayat lahir mati/keguguran
Keguguran/lahir mati merupakan gambaran dari persalinan masa lalu.
Riwayat ini akan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil
sehingga ibu hamil masuk kategori risiko tinggi. Apabila status kesehatan ibu
hamil tidak baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan.
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai rieayat kesehatan kehamilan yang
kurang baik seperti pernah mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi berat lahir
rendah (B BLR).
Kebiasaan Makan
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu dengan tujuan
tertentu. Jumlah dan jenis pangan serta banyaknya bahan pangan dalam pola
makanan di suatu daerah atau negara tertentu, biasanya berkembang dari pangan
setempat atau pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu
panjang.
Kegiatan budaya suatu keluarga, kelompok masyarakat, suatu negara atau
suku bangsa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa, kapan dan bagaimanap
penduduk makan. Kebudayaan tidak menentukan pangan apa tetapi untuk siapa
dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut dimakan. Pola kebudayaan
mempengaruhi orang dalam pemilihan pangan. Faktor budaya yang menyangkut
aspek sosial, ekonomi, politik dan proses budaya mempengaruhi orang dalam
memilih jenis pangan, pengelolaan pangan serta cara konsumsi pangan (termasuk
siapa, kapan dan dimana).
Kebiasaan makan merupakan gambaran dari kebiasaan dan perilaku yang
berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama makan, pola makan,
frekuensi makan, kepercayaan tentang makanan, distribusi makanan antar anggota
keluarga, daya terima terhadap makanan dan cara pemilihan makanan yang
hendak dimakan.
Seringkali ditemukan pada kebiasaan makan ibu hamil adanya makanan
pantangan terhadap berbagai jenis makanan, seperti ikan dan sebagainya. Ada
juga wanita hamil hanya dibolehkan makan nasi dengan sedikit garam saja sedang
jenis makanan lain tidak diperbolehkan. Pantangan tersebut tidak akan membantu
11
ibu ketika akan melahirkan ataupun sesudah melahirkan, bahkan akan berdampak
negatif pada bayi yang akan dilahirkan karena keadaan kesehatannya jauh
memuaskan. Tabu yang jelas merugikan kondisi gizi dan kesehatan sebaiknya
diusahakan untuk dikurangi bahkan kalau dapat dihilangkan. Lain halnya dengan
tabu yang menguntungkan keadaan gizi dan kesehatan.
Dalam hal distribusi pangan, ada budaya yang memprioritaskan anggota
keluarga tertua untuk mengonsumsi hidangan. Prioritas utama biasanya kepala
keluarga yang diikuti anggota keluarga prioritas berikutnya dan prioritas terakhir
biasanya ibu. Pendistribusian makanan didasarkan pada status antar anggota
bukan berdasarkan peertimbangan gizi. Hal ini akan berdampak negatif terhadap
kualitas dan kuantitas yang didapat oleh masing-masing anggota keluarga.
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan
Pengetahuan gizi masyarakat tentang pemilihan makanan yang baik untuk
mencapai hidup yang sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ekonomi,
sosial, bidaya dan kondisi kesehatan. Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur
penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang melalui
sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang akan membentuk suatu
keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat.
Tingkat pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan seseorang akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pemilihan makanan yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan semakin
baik pula keadaan gizinya.
Tingkat pendidikan rendah memiliki konsekuensi terhadap rendahnya
kemampuan ekonomi dan pengetahuan gizi. Tingkat pendidikan yang rendah akan
berdampak terhadap kurangnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan
penghasilan yang relatif tinggi sehingga penyediaan makanan yang berkualitas
dan berkuantitas cukup akan terbatas ditambah dengan tingkat pengetahuan gizi
yang rendah.13
Konsumsi Pangan (Energi dan Protein)
Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang
dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan
12
konsumsi pangan dari aspek gizi adalah untuk pemenuhan zat gizi yang
diperlukan tubuh. Tingkat konsumsi adalah perbandingan antara zat gizi yang
diperoleh dari survey konsumsi terhadap angka kecukupannya.
Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah suatu taraf
konsumsi zat-zat gizi esensial berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup
untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Untuk kelompok khusus
disesuaikan dengan keadaan dari masing-masing kelompok khusus tersebut. Salah
satu dari kelompok khusus tersebut adalah ibu hamil. Seorang ibu hamil
memerlukan tambahan energi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan-
jaringan lain sebesar 300kkal per hari. Tambahan energi ibu hamil diperoleh dari
karbohidrat. Selain tambahan energi ibu hamil juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung protein. Protein dibutuhkan untuk
membangun sel-sel baru pada janin, termasuk sel darah, kulit, rambut, kuku dan
otot. Tambahan protein yang dibutuhkan pada trisemester pertama, kedua dan
ketiga sebesar 17 gram per hari. Gizi ibu hamil dikatakan sempurna jika makanan
yang dikonsumsinya mengandung gizi yang seimbang, jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan dan tidak berlebihan. Makanan yang baik dan seimbang akan
menghindarkan masalah di saat hamil, melahirkan bayi yang sehat dan
memperlancar ASI.
Apabila konsumsi energi kurang, maka energi dalam tubuh yang berada di
otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Kekurangan
energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan
berat badan dan kekurangan zat gizi lainnya.
Konsumsi pangan sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap
kesehatan ibu hamil. Umumnya ibu yang cukup konsumsi pangan dan gizi, jarang
mengalami masalah yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. timbulnya KEK ibu hamil
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein serta zat-zat gizi lainnya
selama hamil. (14,15,16)
II.6 PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
13
Program pemberian makanan tambahan merupakan alternatif strategi
perbaikan status gizi masyarakat yang umumnya dilakukan untuk kelompok
populasi tertentu, misalnya kelompok ibu hamil, ibu menyusui, anak bawah lima
tahun (balita), anak sekolah maupun kelompok mahasiswa perguruan tinggi.
Program PMT ini menggunakan pendekatan berbasis pangan (food base
approach). Strategi lainnya yang juga pernah dilakukan di Indonesia adalah
program suplementasi besi (supplement base approach) melalui program Upaya
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pada program ini, setiap ibu hamil mendapatkan 1 tablet besi yang mengandung
60 mg besi elemental dan asam folat untuk jangka waktu 90 hari.17
Beberapa program PMT sudah pernah dilakukan, diantaranya pada tahun
1995, Nutritional Intervention Research Unit of the Medical Research Concil
(Unit Penelitian Intervensi dari Dewan Penelitian Kesehatan) bekerjasama dengan
industri pangan untuk mengembangkan biskuit yang difortifikasi dengan zat besi,
iodium dan vitamin A. Biskuit tersebut diberikan setiap hari selama satu tahun
kepada anak-anak sekolah di area KwaZulu-Natal untuk mengatasi defisiensi gizi.
Kepada mereka diberikan biskuit yang diperkaya dengan sembilan vitamin dan
empat mineral, memenuhi sekitar 50% dari kebutuhan gizi anak per hari.
Pada tahun 1998, United Nation Children’s Fund (UNICEF) menginisiasi
program PMT untuk ibu hamil di daerah pengungsian di Tanzania Barat. Program
tersebut bertujuan untuk mengurangi prevalensi BBLR dan meningkatkan kualitas
bayi yang dilahirkan. Women, Infant dan Children’s Program (WIC) di Amerika
Serikat memberikan bantuan penyediaan makanan tambahan , pendidikan gizi dan
mebuat referensi pemilihan makanan bergizi berdasarkan penyaringan dan kajian
kondisi kesehatan. Program tersebut telah berhasil mereduksi kelahiran yang
negatif (termasuk BBLR), mengurangi kematian bayi dan menghemat biaya
perawatan setelah kelahiran.18
Di Indonesia, program PMT bagi ibu hamil sebelumnya telah ada melalui
Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) pada tahun 1998.
Program ini merupakan program pemulihan bagi ibu hamil dan menyusui yang
menderita Kurang Energi Protein (KEP) untuk kelompok miskin akibat krisis
14
ekonomi. PMT diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makanan biasa
dengan porsi 600-700 kkal/hari dan 15-20 gram protein per hari selama 90 hari.
Program PMT yang merupakan agenda dari Southeast Asian Food and
Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center melibatkan 250 ibu
hamil sebagai target dan 70 ibu hamil sebagai kontrol. Para ibu hamil tersebut
dijaring dari 17 desa yang berlokasi di Kabupaten Bogor (Kecamatan Ciampea,
Leuwiliang dan Leuwisadeng). Penyaringan dilakukan terhadap ibu hamil yang
memiliki status kesehatan rendah dan berekonomi lemah. Pelaksana program ini
adalah tim khusus dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan serta Departemen
Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Tujuan program ini adalah
meningkatkan status gizi ibu dan kualitas bayi yang dilahirkan. Kualitas anak
tersebut berkaitan erat dengan lancarnya upaya peningkatan kualitas SDM.
Pelaksanaan program PMT adalah sejak usia kehamilan sekitar 3 bulan
sampai anaknya dilahirkan. Jenis makanan yang diberikan adalah susu bubuk,
cookies garut dan bihun instan. Makanan tersebut sudah difortifikasi vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandung.
Selain itu, diproduksi juga produk makanan yang tidak difortifikasi untuk
diberikan kepada kelompok placebo. Ada pula kelompok kontrol yaitu ibu hamil
yang tidak diberi makanan tambahan. Hal tersebut dilakukan untuk melihat
perbedaan dampak pemberian makanan tambahan. Setia target ibu hamil
diberikan satu paket setiap minggu untuk dikonsumsi setiap hari. Kombinasi paket
adalah susu bubuk dan cookies garut atau susu bubuk dan bihun instan.
Sumbangan energi dan protein yang diharapkan adalah 525 kalori dan 15 gram
protein. Produk makanan tambahan dianalisis untuk mendapatkan konfirmasi
tentang kandungan gizinya, terutama zat-zat gizi yang sengaja ditambahkan
sebagai fortifikan.19
Menurut American Dietetic Association Complete Food and Nutrition
Guide, 1 pound dari lemak tubuh sama dengan 3500 kalori. Jadi dibutuhkan kalori
tambahan sebanyak 250 kalori per hari untuk menambah 1 pound berat badan
selama 2 minggu. 15
II.7 KEBUTUHAN ENERGI BASAL
15
Dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat
pernapasan telah dikembangkan cara menaksir angka metabolik basal (AMB)
dengan perhitungan. Untuk sebagian besar manusia, kebutuhan energi dasae yang
ditentukan dengan kalorimetri langsung atau tidak langsung hanya berbeda
sebesar ± 10% dari angka yang diperoleh dengan cara perhitungan,
Kebutuhan energi basal pada dasarnya ditentukan oleh ukuran dan
komposisi tubuh serta umur. Hubungan antara tiga peubah ini sangat kompleks.
AMB per satuan berat badan berbeda menurut umur, yaitu lebih tinggi pada anak-
anak dan lebih rendah pada orang dewasa dan tua. AMB per unit berat badan juga
berbeda menurut tinggi badan. AMB per kg berat badan lebih tinggi pada orang
pendek dan kurus serta lebih rendah pada orang tinggi dan gemuk. Dengan
memperhitungkan berat badan, tinggi badan, umur, Harris dan Benedict pada
tahun 1990 menentukan rumus untuk menghitung kebutuhan energi basal sebagai
berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka metabolisme basal adalah ukuran
tubuh, komposisi tubuh, umur, tidur, suhu tubuh, sekresi kelenjar endokrin,
kehamilan, status gizi, lingkungan. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari
kebutuhan energi untuk komponen Angka Metabolik Basal (AMB), aktivitas fisik
dan pengaruh dinamik khusus makanan. Ketiga komponen ini berbeda untuk tiap
orang, jenis kelamin, ukuran tubuh, tingkat kesehatan dan faktor lain. Guna
menaksir nilai AMB cukup digunakan indeks berat badan sebagai peubah yang
berpengaruh. Banyak percobaan yang menunjukkan bahwa peubah ukuran tubuh
dan tinggi badan tidak memberikan perbedaan yang nyata.
Selama hamil, perempuan memerlukan tambahan energi untuk
pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan tambahan lainnya. Tambahan yang
diperlukan adalah 300 kkal/hari. Pada saat laktasi, seorang ibu memerlukan
tambahan energi untuk memproduksi air susu ibu (ASI) untuk energi yang
tersimpan di dalam ASI. Dalam keadaan normal, pada periode enam bulan
16
AMB laki-laki = 66,5 + 13,7 BB (kg) + 5,0 TB (cm) – 6,8 U
AMB perempuan = 655 + 9,6 BB (kg) + 1,8 TB – 4,7 U
pertama laktasi diharapkan seluruh atau sekurang-kurangnya 80% kebutuhan
energi bayi dapat disediakan dari ASI. Tambahan keperluan energi ibu menyusui
pada enam bulan pertama adalah 300 kkal/hari.20
II.8 KERANGKA TEORI
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
17
Karakteristik Individu dan Keluarga:
Status gizi ibu sebelum hamil
Umur
Pendidikan
Pendapatan
Besar keluarga
Pengetahuan Gizi dan
Kesehatan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN IDENTIFIKASI VARIABEL
III.1 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
18
Status Obstetri
Usia kehamilan Paritas ANC (Antenatal Care) Riwayat keguguran/bayi lahir mati Riwayat persalinan sebelumnya Riwayat kehamilan sebelumnya
Kebiasaan MakanBerat Badan Ibu Hamil Sesuai Usia
Kehamilan
Sanitasi lingkungan Penyakit/infeksi
Program Pemberian Makanan Tambahan
BB Bumil(Post Trial)
BB Bumil(Pre Trial)
1. Karakteristik individu PendidikanPekerjaanPendapatan keluarga2. Status obstetriUsia kehamilanKunjungan ANC3. Asupan gizi
PMT Selama 3 Bulan
III.2 DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi
Operasional
Metode Indikator Referensi Skala
Pemberian
Makanan
Tambahan
Program
pemulihan bagi
ibu hamil dan
Kuesioner yang
terdiri
pertanyaan
Dikategorikan
dengan nilai
Nominal
19
menyusui yang
menderita
Kurang Energi
Kronik yang
diberikan
sebanyak 500
kal/± 15 gr
selama 3 bulan
tentang
pemberian
makanan
tambahan
jawaban :
1. selesai (3x)
2. tidak selesai
(<3x)
Ibu hamil Seseorang yang
mengalami
perubahan
terutama pada
alat kandungan
dan juga organ
lainnya
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang
kehamilan
Dikategorikan
dengan nilai
jawaban :
1. hamil
2. tidak hamil
Mochtar Rustam,
1998. Sinopsis
Obstetri
Fisiologi,
Obstetri
Pathologi.
Jakarta: EGC
Nominal
ANC Perawatan yang
diberikan kepada
ibu dan janinnya
selama masa
kehamilan secara
berkala, yang
diikuti dengan
upaya koreksi
terhadap
penyimpangan
yang ditemukan.
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang ANC
Dikategorikan
dengan :
1. patuh (≥4x)2. tidak patuh
(<4x)
H. Gunawan
Nardho, 1994.
Pedoman
Pelayanan Ante
Natal Care di
Tingkat
Pelayanan Dasar.
Jakarta :
Departemen
Kesehatan RI
Nominal
Status gizi Keadaan gizi
seseorang
berdasarkan
indeks massa
tubuh
yang diukur
Alat ukur
berupa
timbangan dan
stadiometer
Dikategorikan
dengan :
1. Kurang, jika
IMT < 18,5
kg/m2
2. Normal, jika
Depkes, 2003 Ordinal
20
dengan cara berat
badan dalam
satuan kilogram
(kg) dibagi
dengan tinggi
badan
dalam satuan
meter kuadrat
(m2)
IMT
18,5 – 25
kg/m2
3. Lebih, jika
IMT > 25,0
kg/ m2
Umur Lama waktu
hidup atau ada
(sejak dilahirkan
atau
diadakan)
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang umur
Dikategorikan
dengan :
1. 15-19
2. 20-35
3. 36-40
Hoetomo, 2005 Interval
Pendidikan Jenjang
pendidikan
formal yang
ditempuh ibu
sampai mendapat
ijazah
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang tingkat
pendidikan
responden
Dikategorikan
dengan:
1. Dasar
(tamat SD an
SMP)
2. Menengah
(tamat SMA)
3. Tinggi
(akademi/PT)
Ordinal
Pekerjaan Kegiatan ibu dan
suami sehari-hari
untuk
mendapatkan
upah
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang jenis
pekerjaan ibu
dan suami
Dikategorikan
dengan nilai
jawaban :
1. bekerja
2. tidak
bekerja
Nominal
Pendapatan Uang yang
didapat keluarga
dalam setiap
bulannya untuk
memenuhi
kebutuhan
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang
pendapatan
Dikategorikan
dengan :
1. ≥Rp.
2.200.000.
2. <Rp.
2.200.000.
Ordinal
21
keluarga.
Usia
Kehamilan
Lamanya
kehamilan
dihitung sejak
hari pertama haid
terakhir (sebelum
ovulasi dan
fertilisasi)
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang hari
pertama haid
terakhir
Dikategorikan
dengan :
1. trisemester
ke 1
2. trisemester
ke 2
Mochtar Rustam,
1998. Sinopsis
Obstetri
Fisiologi,
Obstetri
Pathologi. Jakarta
: EGC
Ordinal
Paritas Jumlah frekuensi
ibu melahirkan
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang jumlah
ibu melahirkan
Dikategorikan
dengan :
1. Primi para
2. Multi para
3. Grande
multi para
Prawirohardjo,
2008. Ilmu
Kebidanan,
Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ordinal
Riwayat
Kehamilan
Jumlah
pengalaman
hamil seorang
wanita
selama hidupnya
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang riwayat
kehamilan
Dikategorikan
dengan :
1.
primigravida
2.
secondigravida
3.
multigravida
Ordinal
Riwayat
Keguguran
Jumlah frekuensi
seorang wanita
mengalami
keguguran
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang
keguguran
Dikategorikan dengan:1. tidak pernah keguguran2. 1kali keguguran3.>1kali keguguran
Sarwono, 2008 Nominal
Riwayat
Persalinan
Proses dimana
bayi , plasenta
dan selaput
ketuban keluar
dari rahim.
Kuesioner yang
terdiri dari 1
pertanyaan
tentang riwayat
persalinan
Dikategorikan
dengan:
1. 1 kali
melahirkan
2. > 1 kali
melahirkan
Depkes RI, 2004 Nominal
22
Asupan makanan
susunan makanan yang merupakan suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi /dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu
Kuesioner FFQ Dikategorikan dengan:1. terpenuhi (sesuai dengan tabel angka kecukupan gizi per hari)2. tidak terpenuhi (tidak sesuai dengan tabel angka kecukupan gizi per hari)
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Nominal
Kenaikan
berat badan
ibu hamil
Kenaikan berat
badan ibu hamil
sesuai usia
kehamilannya
Timbangan Dikategorikan dengan :1. naik (sesuai dengan tabel kenaikan BB ibu hamil per trisemester berdasarkan IMT pra hamil)2. tidak naik (tidak sesuai dengan tabel kenaikan BB ibu hamil per trisemester berdasarkan IMT pra hamil)
William
Obstetrics 23
Ed
Nominal
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah uji eksperimental dengan pre dan post trial tanpa
kontrol grup, walaupun di sini peneliti tidak melakukan intervensi secara
23
langsung. Namun, peneliti di sini ingin mempelajari efek intervensi terhadap
variabel yang akan diteliti.21
Bagan rancangan penelitian sebagai berikut :
Pre test Jenis Perlakuan Post test
O1 X1 O2
Keterangan :
X1 : Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
O1 : Pengukuran berat badan sebelum pemberian makanan tambahan (PMT).
O2 : Pengukuran berat badan sesudah pemberian makanan tambahan (PMT).
IV.2 TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Mampang pada bulan Juni
2012-Februari tahun 2013.
IV.3 POPULASI DAN SAMPEL
IV.3.1 Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang
ke poliklinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dengan masalah gizi di
Puskesmas Kecamatan Mampang pada bulan Juni 2012-Februari tahun
2013 sebanyak 64 orang.
IV.3.2 Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang ke
poliklinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dengan kurang energi kronis
(LILA ≤23 cm) di Puskesmas Kecamatan Mampang pada bulan Juni 2012-
Februari tahun 2013 sebanyak 29 orang yang masuk dalam kriteria inklusi
dan bersedia menjadi responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik non-probability sampling dengan jenis purposive sampling.
Perhitungan besar sampel menggunakan rumus uji perbedaan 2 mean:
Keterangan:
σ : simpang baku kedua kelompok yang besarnya 10
24
Zα : Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
Zβ : Tingkat kemaknaan yang besarnya 0,842
X1-X2 : Perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgement) yang
besarnya 5
= 70,6 orang (dibulatkan jadi 71 orang )
Sampel minimal yang diperlukan pada penlitian ini dengan
menggunakan rumus uji 2 mean adalah 71 orang. Namun pada
pengumpulan data di puskesmas, jumlah sampel yang didapat sebanyak 29
ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT.22
IV.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan dengan kriteria inklusi
dan eksklusi.
a. Sampel inklusi :
1).Tidak sedang menderita penyakit berat, seperti preeklampsia, diabetes mellitus,
TB paru, pneummonia, dan lain-lain.
2). Usia kehamilan 2 – 6 bulan.
3). Ibu menderita anemia (Hb <11gr%).
b. Sampel Ekslusi :
1). Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
2). Sampel pindah daerah
3). Sampel meninggal
IV. 5 PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dan wawancara yang
diisi langsung oleh responden. Sedangkan data sekunder diambil dari rekam
medis di kantor puskesmas Kecamatan Mampang.
IV. 6 RENCANA MANAJEMEN
Data Entry
25
Data yang telah berhasil diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui
proses penyuntingan, pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Pengolahan data
menggunakan perangkat Microsoft excel 2007 dan Statistical Programme for
Social Science (SPSS) versi 17.0.
IV. 7 ANALISIS DATA
Pada tahap awal, setiap variabel akan dibuat distribusi frekuensinya,
selanjutnya dilakukan analisis data bivariat yang dilakukan dengan uji
independent t-test dan dependent t-test.
IV.8 PENYAJIAN DATA
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk :
1. Tekstular, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk kalimat.
2. Tabular, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
IV.9 INSTRUMEN PENELITIAN
No Instrumen Fungsi Instrumen
1. Kuesioner PMT (modifikasi oleh
peneliti)
Menilai :
Pelaksanaan
program PMT
Pendapatan
keluarga
Pola makan
2. Kuesioner frekuensi makanan (FFQ) Menilai asupan makanan
IV.10 MASALAH ETIKA
Masalah etika pada penelitian ini, yaitu identitas responden dirahasiakan
dan sebelum penelitian dilakukan responden akan dijelaskan mengenai informed
consent penelitian.
26
BAB V
HASIL PENELITIAN
V1. DESKRIPTIF IDENTIFIKASI VARIABEL
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi karakteristik ibu
Variabel Independent Jumlah
Pendidikan N %
27
Dasar 15 51.7
Menengah 12 41.4
Tinggi 2 6.9
Pendapatan
< Rp.2200000 11 37.9
≥ Rp.2200000 18 62.1
Pekerjaan
Tidak bekerja 18 62.1
Bekerja 11 37.9
Total 29 100%
Karakteristik Individu
Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan pendidikan pada tabel 1, didapatkan
pendidikan dasar sebanyak 15 orang (51.7%), pendidikan menengah berjumlah 12
orang (41.4%), dan pendidikan tinggi berjumlah 2 orang (6.9%) dengan frekuensi
terbanyak didapatkan pada pendidikan dasar (51.7%) dan frekuensi terkecil
pendidikan tinggi (6.9%).
Pendapatan
Distribusi responden berdasarkan pendapatan pada tabel 1, didapatkan
pendapatan < Rp.2200000 sebanyak 11 orang (37.9%) dan pendapatan ≥
Rp.2200000 sebanyak 18 orang (62.1%).
Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan pada tabel 1 didapatkan tidak
bekerja sebanyak 18 orang (62.1%) dan bekerja sebanyak 11 orang (37.9%).
28
Tabel 2. Distribusi status obstetrikus
Variabel Independent Jumlah
Usia kehamilan N %
Trisemester I 4 13.8
Trisemester II 25 86.2
Kunjungan ANC
<4 12 41.4
≥4 17 58.6
Kunjungan PMT
3x 11 37.9
<3 18 62.1
Alasan tidak datang kembali
rumah jauh 6 31.6
tidak suka 2 10.5
Lupa 9 47.4
tidak ada yang mengantar 2 10.5
Total 29 100%
Status Obstetrikus
Usia Kehamilan
Distribusi responden berdasarkan usia kehamilan pada tabel 2, didapatkan
trisemester 1 sebanyak 4 orang (13.8%) dan trisemester 2 berjumlah 25 orang
(86.2%).
Kunjungan ANC
29
Distribusi responden berdasarkan kunjungan ANC pada tabel 2 didapatkan
kunjungan ANC <4 sebanyak 12 orang (41.4%), dan kunjungan ANC ≥4
berjumlah 17 orang (58.6%).
Status Obstetrikus
Usia Kehamilan
Distribusi responden berdasarkan usia kehamilan pada tabel 2, didapatkan
trisemester 1 sebanyak 4 orang (13.8%) dan trisemester 2 berjumlah 25 orang
(86.2%).
Kunjungan ANC
Distribusi responden berdasarkan kunjungan ANC pada tabel 2 didapatkan
kunjungan ANC <4 sebanyak 12 orang (41.4%), dan kunjungan ANC ≥4
berjumlah 17 orang (58.6%).
Pelaksaanaan Program PMT
Distribusi responden yang melaksanakan kunjungan PMT dari 29 orang
didapatkan hasil seperti pada tabel 2, yaitu sebanyak 11 orang (37.9%) kunjungan
PMT 3x sedangkan sisanya 18 orang (62.1%) kunjungan PMT <3x. Adapun
alasan terbanyak mereka kunjungan PMT <3x berdasarkan tabel 2 adalah “lupa”
sebanyak 9 orang (47.4%).
Distribusi responden yang mendapat PMT dari 29 orang didapatkan hasil
seperti pada tabel 3 didapatkan PMT habis dimakan sebanyak 26 orang (89.7%).
Sedangkan sisanya 3 orang (10.3%) PMT tidak habis dimakan. Adapun alasan
terbanyak mereka PMT tidak habis dimakan berdasarkan tabel 4 adalah “tidak
suka” sebanyak 2 orang (66.7%).
Tabel 3. Distribusi PMT
Variabel Independent JumlahWawancara N %PMT habis dimakan 26 89.7PMT tidak habis dimakan 3 10.3
Alasan tidak habistidak suka 2 66.7
30
diberikan ke orang lain 1 33.3
Asupan Gizi
Distribusi responden berdasarkan asupan gizi pada tabel 4 didapatkan
asupan gizi terpenuhi sebanyak 9 orang (31%), dan asupan gizi tidak terpenuhi
berjumlah 20 orang (69%).
Tabel 4. Distribusi Asupan gizi
Variabel Independent JumlahAsupan gizi N %Terpenuhi 9 31tidak terpenuhi 20 69
Total 29 100%
V.2 ANALITIK
Pengaruh PMT dengan peningkatan berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan
Tabel 5. Perubahan berat badan sebelum dan sesudah diberikan PMT bulan
ke 1
Variabel Sebelum PMT Sesudah PMT bulan ke 1 P Mean SD Mean SD Berat badan 44.67 6.662 46.07 6.549 0.000
Output pertama menunjukkan perbandingan berat badan sebelum dan
sesudah pemberian PMT bulan ke 1. Berdasarkan data diatas dapat dinilai P-
Value pada uji paired samples T-test signifikan sebesar 0.000 (P < 0.05), dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa “ terdapat perbedaan berat badan yang
bermakna sebelum dengan sesudah pemberian PMT bulan ke 1”.
Tabel 6. Perubahan berat badan sebelum dan sesudah diberikan PMT bulan
ke 2
Variabel Sebelum PMT Sesudah PMT bulan ke 2 P Mean SD Mean SD Berat 43.91 4.969 49.36 4.539 0.000
31
badan
Output kedua menunjukkan perbandingan berat badan sebelum dan
sesudah pemberian PMT bulan ke 2. Berdasarkan data diatas dapat dinilai P-
Value pada uji paired samples T-test signifikan sebesar 0.000 (P < 0.05), dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa “ terdapat perbedaan berat badan yang
bermakna sebelum dengan sesudah pemberian PMT bulan ke 2”.
Tabel 7. Perubahan berat badan sebelum dan sesudah diberikan PMT bulan
ke 3
Variabel Sebelum PMT Sesudah PMT bulan ke 3 P Mean SD Mean SD Berat badan 43.91 4.969 49.36 4.539 0.000
Output pertama menunjukkan perbandingan berat badan sebelum dan
sesudah pemberian PMT bulan ke 3. Berdasarkan data diatas dapat dinilai P-
Value pada uji paired samples T-test signifikan sebesar 0.000 (P < 0.05), dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa “terdapat perbedaan berat badan yang
bermakna sebelum dengan sesudah pemberian PMT bulan ke 3”.
Tabel 8. Pengaruh PMT dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
PMT N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 1 Terpenuhi 38 (%) 1.91 1.25
tidak terpenuhi
62 (%) 1.33
Total 100 (%)Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan
yang bermakna antara PMT dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 1.25;
p>0.05).
Tabel 9. pengaruh PMT dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
PMT N Mean P
Jumlah kenaikan bulan ke 2 Terpenuhi 79 (%) 1.73 .140
32
tidak terpenuhi
21 (%) 3.00
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara PMT dengan jumlah kenaikan bulan ke 2 (p = 0.140; p>0.05).
Tabel 10. Pengaruh PMT dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
PMT N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 3 Terpenuhi 100 (%) 5.45 .
tidak terpenuhi
0 (%) .
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan antara PMT dengan jumlah kenaikan bulan ke 3.
Tabel 11. Pengaruh pendidikan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Pendidikan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 1 Dasar 56 (%) 1.23 .039
Menengah 44 (%) 2.04 Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test didapatkan perbedaan yang bermakna antara pendidikan dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 0.39; p<0.05).
Tabel 12. Pengaruh pendidikan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Pendidikan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 2 Dasar 46 (%) 1.67 .516
Menengah 54 (%) 2.14 Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pendidikan dengan jumlah kenaikan bulan ke 2 (p = 0.516; p>0.05).
33
Tabel 13. Pengaruh pendidikan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Pendidikan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 3 Dasar 50 (%) 5.00 .764
Menengah 50 (%) 6.00 Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pendidikan dengan jumlah kenaikan bulan ke 3 (p = 0.764; p>0.05).
Tabel 14. Pengaruh pekerjaan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Pekerjaan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 1 Bekerja 38 (%) 1.41 .548
tidak bekerja
62 (%) 1.64
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 0.548; p>0.05).
Tabel 15. Pengaruh pekerjaan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Pekerjaan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 2 Bekerja 43 (%) 2.17 .663
tidak bekerja
57 (%) 1.88
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan jumlah kenaikan bulan ke 2 (p = 0.663; p>0.05).
34
Tabel 16. Pengaruh pekerjaan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Pekerjaan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 3 Bekerja 45 (%) 1.95 .639
tidak bekerja
55 (%) 2.49
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan jumlah kenaikan bulan ke 3 (p = 0.639; p>0.05).
Tabel 17. Pengaruh pendapatan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Pendapatan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 1 > 2200000 62 (%) 1.42 .350
< 2200000 38 (%) 1.77
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pendapatan dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 0.350; p>0.05).
Tabel 18. Pengaruh pendapatan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Pendapatan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 2 > 2200000 71 (%) 2.40 .140
< 2200000 29 (%) 1.00 Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pendapatan dengan jumlah kenaikan bulan ke 2 (p = 0.140; p>0.05).
Tabel 19. Pengaruh pendapatan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
35
Pendapatan N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 3 > 2200000 64 (%) 6.07 .238
< 2200000 36 (%) 4.38 Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pendapatan dengan jumlah kenaikan bulan ke 3 (p = 0.238; p>0.05).
Tabel 20. Pengaruh usia kehamilan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Usia kehamilan N Mean P
Jumlah kenaikan bulan ke 1 trisemester 1
11 (%) 1.00 .489
trisemester 2
89 (%) 1.56
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara usia kehamilan dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 0.489; p>0.05).
Tabel 21. Pengaruh usia kehamilan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Usia kehamilan N Mean P
Jumlah kenaikan bulan ke 2 trisemester 1
0 (%) . .
trisemester 2
100 (%) 1.86
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan antara usia kehamilan dengan jumlah kenaikan bulan ke 2.
Tabel 22. Pengaruh usia kehamilan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Usia_kehamila N Mean P
36
nJumlah kenaikan bulan ke 3
trisemester 1 0 (%) . .trisemester 2 100
(%)5.50
Total100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan antara usia kehamilan dengan jumlah kenaikan bulan ke 3.
Tabel 23. Pengaruh ANC dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
ANC N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 1 patuh (>4x) 41 (%) 1.75 .368
tidak patuh (<4x)
59 (%) 1.41
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara ANC dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 0.368; p>0.05).
Tabel 24. Pengaruh ANC dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
ANC N Mean P
Jumlah kenaikan bulan ke 2 patuh (>4x) 86 (%) 1.83 .438
tidak patuh (<4x)
14 (%) 3.00
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara ANC dengan jumlah kenaikan bulan ke 2 (p = 0.438; p>0.05).
Tabel 25. Pengaruh ANC dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
37
ANC N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 3 patuh (>4x) 100 (%) 5.45 .
tidak patuh (<4x)
0 (%) .
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan antara ANC dengan jumlah kenaikan bulan ke 3.
Tabel 26. Pengaruh asupan gizi dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Asupan gizi N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 1 Terpenuhi 31 (%) 2.00 .098
tidak terpenuhi 69 (%) 1.35
Total 100(%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara asupan gizi dengan jumlah kenaikan bulan ke 1 (p = 0.098; p>0.05).
Tabel 27. Pengaruh asupan gizi dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Asupan gizi N Mean P
Jumlah kenaikan bulan ke 2 Terpenuhi 57 (%) 1.75 .403
tidak terpenuhi
43 (%) 2.33
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara asupan gizi dengan jumlah kenaikan bulan ke 2 (p = 0.403; p>0.05).
Tabel 28. Pengaruh asupan gizi dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
38
Asupan gizi N Mean PJumlah kenaikan bulan ke 3 Terpenuhi 73 (%) 5.49 .345
tidak terpenuhi
27 (%) 4.17
Total 100 (%)
Dengan uji kemaknaan Independent t-test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara asupan gizi dengan jumlah kenaikan bulan ke 3 (p = 0.345; p>0.05).
BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN
KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL SESUAI USIA KEHAMILAN
Program pemberian makanan tambahan (PMT) tidak memiliki pengaruh
yang bermakna dengan kenaikan berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan,
dimana didapatkan nilai p>0.05 sehingga hal ini menolak hipotesis awal. Pada
penelitian sebelumnya dinyatakan pemberian makanan tambahan akan
menurunkan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, di mana
peningkatan berat badan akan sesuai dengan usia kehamilan. Ibu hamil yang
menjalankan program PMT dengan patuh dapat memperbaiki status gizinya
sehingga kenaikan berat badan sesuai dengan usia kehamilannya akan terpenuhi.
39
Hal ini dikarenakan asupan gizi yang baik akan mencukupi kebutuhan ibu dan
janin yang dikandungnya dimana pemerintah melalui puskesmas secara khusus
memberikan bantuan kepada ibu hamil yang menderita KEK dengan memberikan
bantuan makanan selama 3 bulan berupa asupan karbohidrat sebanyak 500-600
kalori dan protein sebanyak 15 gram. Tetapi agar program ini berhasil ibu hamil
tetap dianjurkan untuk mengonsumsi makanan seperti biasa di samping makanan
bantuan yang diberikan Namun, pada hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil
yang menjalankan program PMT secara terpenuhi maupun tidak terpenuhi tidak
memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan. Hal
ini diduga karena pada penelitian terdapat keterbatasan pada jumlah sampel
sehingga hasil yang didapat tidak signifikan dan dari penelitian sebelumnya
didapatkan pemberian PMT akan bermakna dalam meningkatkan status gizi ibu
hamil dengan pemberian program makanan tambahan setiap hari selama 3 bulan.
VI.2 PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DENGAN KENAIKAN BERAT
BADAN IBU HAMIL SESUAI USIA KEHAMILAN
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang bermakna dengan kenaikan
berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan, didapatkan nilai p<0.05, hal ini
mendukung hipotesis awal. Pada penelitian sebelumnya menyatakan tingkat
pendidikan yang tinggi akan menurunkan risiko Kurang Energi Kronis (KEK)
pada ibu hamil, di mana peningkatan berat badan akan sesuai dengan usia
kehamilan. Pada hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil yang pendidikannya
menengah sampai tinggi memiliki kenaikan berat badan yang sesuai usia
kehamilan. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan yang tinggi akan
mempengaruhi pola pikir ibu hamil, di mana asupan gizi yang cukup pada masa
kehamilan akan memberikan dampak positif pada janin yang dikandungnya.
Pendapatan tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan kenaikan
berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan, didapatkan nilai p>0.05, hal ini
menolak hipotesis awal. Pada penelitian sebelumnya menyatakan pendapatan
yang tinggi akan menurunkan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil, di mana peningkatan berat badan akan sesuai dengan usia kehamilan. Hal
ini disebabkan karena peningkatan pendapatan akan diikuti oleh perubahan-
40
perubahan dalam susunan makanan. Namun, pada hasil penelitian ini didapatkan
ibu hamil yang pendapatannya >2200000 tidak memiliki pengaruh terhadap
peningkatan berat badan yang sesuai usia kehamilan. Hal ini dikarenakan pada
penelitian terdapat keterbatasan pada jumlah sampel sehingga hasil yang didapat
tidak signifikan.
Pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan kenaikan berat
badan ibu hamil sesuai usia kehamilan, didapatkan nilai p>0.05, hal ini menolak
hipotesis awal. Pada teori dinyatakan pekerjaan dapat menurunkan risiko Kurang
Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, di mana peningkatan berat badan akan
sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan akan
meningkatkan pendapatan keluarga yang akan diikuti oleh perubahan-perubahan
dalam susunan makanan. Namun, pada hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil
yang memiliki pekerjaan tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat
badan yang sesuai usia kehamilan. Hal ini dikarenakan pada penelitian terdapat
keterbatasan pada jumlah sampel sehingga hasil yang didapat tidak signifikan dan
pekerjaan dengan pendapatan yang kecil tidak akan menunjang ekonomi keluarga
serta pekerjaan yang berat dapat mengganggu kesehatan ibu hamil
V1.4 PENGARUH STATUS OBTETRIKUS DENGAN KENAIKAN BERAT
BADAN IBU HAMIL SESUAI USIA KEHAMILAN
Usia kehamilan tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan kenaikan
berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan, dimana didapatkan nilai p>0.05
sehingga hal ini menolak hipotesis awal. Pada penelitian sebelumnya dinyatakan
usia kehamilan yang lebih tua dapat menurunkan risiko Kurang Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil, di mana peningkatan berat badan akan sesuai dengan usia
kehamilan. Semakin muda usia kehamilan, maka risiko KEK akan semakin tinggi
dimana akan menyebabkan berat badan ibu hamil tidak sesuai dengan usia
kehamilannya. Namun, pada hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil yang
memiliki usia kehamilan di atas trisemester 1 tidak memiliki pengaruh terhadap
peningkatan berat badan yang sesuai usia kehamilan. Hal ini diduga karena pada
penelitian terdapat keterbatasan pada jumlah sampel sehingga hasil yang didapat
tidak signifikan.
41
Kunjungan ANC tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan
kenaikan berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan, dimana didapatkan nilai
p>0.05 sehingga hal ini menolak hipotesis awal. Pada penelitian sebelumnya
dinyatakan kepatuhan dalam kunjungan ANC akan menurunkan risiko Kurang
Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, di mana peningkatan berat badan akan
sesuai dengan usia kehamilan. Ibu hamil yang rajin melakukan kunjungan ANC,
maka risiko KEK akan semakin rendah dimana akan menyebabkan kenaikan berat
badan ibu hamil sesuai dengan usia kehamilannya. Hal ini dikarenakan kunjungan
ANC merupakan skrining awal bagi ibu hamil dalam mengetahui kondisi
kesehatannya serta janin yang dikandung. Namun, pada hasil penelitian ini
didapatkan ibu hamil yang patuh dalam melakukan kunjungan ANC tidak
memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan yang sesuai usia kehamilan.
Hal ini diduga karena pada penelitian terdapat keterbatasan pada jumlah sampel
sehingga hasil yang didapat tidak signifikan.
V1.6 PENGARUH ASUPAN GIZI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN
IBU HAMIL SESUAI USIA KEHAMILAN
Asupan gizi tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan kenaikan
berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan, dimana didapatkan nilai p>0.05
sehingga hal ini menolak hipotesis awal. Pada penelitian sebelumnya dinyatakan
kepatuhan dalam kunjungan ANC akan menurunkan risiko Kurang Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil, di mana peningkatan berat badan akan sesuai dengan usia
kehamilan. Ibu hamil yang asupan gizinya baik akan menurunkan risiko KEK
sehingga kenaikan berat badan sesuai dengan usia kehamilannya akan terpenuhi.
Hal ini dikarenakan asupan gizi yang baik akan mencukupi kebutuhan ibu dan
janin yang dikandungnya. Namun, pada hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil
dengan asupan gizi yang terpenuhi maupun tidak terpenuhi tidak memiliki
pengaruh terhadap peningkatan berat badan sesuai usia kehamilan. Hal ini diduga
karena pada penelitian terdapat keterbatasan pada jumlah sampel sehingga hasil
yang didapat tidak signifikan.
42
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 KESIMPULAN
Penelitian dilakukan untuk mencari hubungan antara pengaruh pemberian
makanan tambahan dan faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap kenaikan
berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan. Pada karakter individu, yaitu
pendidikan terdapat hubungan secara signifikan terhadap peningkatan berat
badan ibu hamil sesuai usia kehamilan di Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan. Sedangkan pada karakter individu lain (pekerjaan dan pendapatan) dan
status obstetrikus (usia kehamilan dan kunjungan ANC) tidak terdapat hubungan
yang signifikan terhadap peningkatan berat badan ibu hamil sesuai usia
kehamilan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
Pada program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dilakukan di
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan juga tidak memiliki hubungan yang
43
signifikan terhadap peningkatan berat badan ibu hamil sesuai usia kehamilan.
Namun, keterbatasan jumlah sampel pada penelitian ini dapat mempengaruhi
hasil penelitian sehingga penelitian dengan jumlah sampel yang besar diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
.
VII.2 SARAN
1. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk meninjau ulang program
PMT, khususnya mengenai waktu pengulangan pemberian makanan tambahan,
diadakannya penyuluhan mengenai PMT, pengetahuan mengenai asupan gizi yang
baik selama hamil, akibat dari gizi yang buruk selama kehamilan, menyusun pola
makan agar mendapat asupan gizi yang baik selama kehamilan, serta membentuk
tim kader gizi untuk follow up ibu hamil KEK agar patuh menjalanin program
PMT.
2. Bagi Ibu Hamil
Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan bagi ibu
hamil mengenai dampak dari Kurang Energi Kronis yang akan mempengaruhi
kesehatan bayi yang akan dilahirkannya.
3. Bagi Peneliti Lain
Karena keterbatasan sampel dalam penelitian ini, maka responden dapat
dijadikan dalam penelitian selanjutnya, khususnya penelitian dengan metode
kualitatif dan kuantitatif untuk menggali informasi yang lebih mendalam
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Kurang Energi Kronis pada
ibu hamil di Indonesia dan bagaimana upaya yang tepat dilakukan dalam
pencegahan.
44
DAFTAR PUSTAKA
1) Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Litbangkes.
Available at:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/
lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf. Accessed on February
21, 2013.
2) Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, dkk. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 235-40.
3) Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Jakarta : EGC. 1998; hal
156-57.
4) Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu
Hamil Berbasis Pangan Lokal. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Bina
Gizi Masyarakat. 2010
5) Departemen Kesehatan RI. 2003. Gizi dalam Angka. Depkes RI, Jakarta.
45
6) Rahayu P, Fathonah S, Fajri M. 2012. Daya Terima dan Kandungan Gizi
Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. Available at:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce. Accessed on February 21,
2013.
7) Hermawan W. 2006. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Risiko
Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang. Available at:
8) Mainase, J. 2009. Hubungan Faktor Ibu Hamil dengan Terjadinya Bayi
Berat Badan Lahir Rendah di RSUD DR M. Haulussy Ambon. Ambon:
Ebers Papyrus Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, volume 5, no.2, hal 124
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/50900/
A06whe.pdf?sequence=1. Accessed on February 19, 2013.
9) Kekurangan Energi Kronik. Available at:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-astritunju-6552-
3-babii.pdf. Accessed on February 20, 2013.
10) Antenatal Care. Available at:
http://www.medical-journal.co.cc/2010/03/antenatal-care.html. Accessed
on February 21, 2013.
11) Nardho GH. Pedoman Pelayanan Ante Natal Care di Tingkat Pelayanan
Dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1994
12) Sandjaja. Risiko Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil di Indonesia. Gizi
Indon 2009, 32 (2): 128-38
13) Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2009; hal 141-47
14) Herbold NH, Edelstein S. Rapid Reference For Nurse: Nutrition. Jakarta:
EGC. 20012; hal 81-4, 537-41.
15) Duyff RL. American Dietetic Association Complete Food and Nutrition
Guide. 2nd ed. New Jersey: John Wiley & Sons. 2002; pg. 29.
16) Fox MK, Hamilton W. 2004. Effects of Food Assistance and Nutrition
Programs on Nutrition and Health: Literature Review. United States:
Department of Agriculture.
46
17) Sulaeman A, Riyadi H, Palupi NHS, Prihananto V. Pengaruh Pemberian
Makanan Tambahan Terhadap Konsumsi Energi dan Protein. Bogor:
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 2(1): 16-21.
18) Seumo EF, Abdallah F. Nutritional Counseling for Pregnant Women in
Tanzania. United States: USAID.
19) Taslim NA, Karya EM, Hadju V. Pengaruh Pemberian Makanan
Tambahan dan Tablet Besi Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil yang
Menderita Kurang Energi Kronik di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
J Med Nus. 2005; 26:24-29.
20) Sediaoetama AD. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta:
Dian Rakyat. 1996, hal 241-42.
21) Sastroasmoro A, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi ke-4. Jakarta: CV Sagung Seto. 2011; hal 104-29, 298-323.
22) Singarimbun M, Effendi S. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.
Jakarta: LP3ES. 2008; hal 95-128, 175-82.
LAMPIRAN
Tabel 29. Hubungan antara pendidikan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PPendidikan -0.003 0.986
Tabel 30. Hubungan antara pendidikan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PPendidikan
-.179 0.541
47
Tabel 31. Hubungan antara pendidikan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PPendidikan
-.051 0.883
Tabel 32. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PPendapatan
.094 0.627
Tabel 33. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PPendapatan
.295 0.306
Tabel 34. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PPendapatan
.301 0.369
Tabel 35. Hubungan antara pekerjaan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PPekerjaan -.146 0.451
Tabel 36. Hubungan antara pekerjaan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PPekerjaan -.090 0.760
48
Tabel 37. Hubungan antara pekerjaan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PPekerjaan -.145 0.670
Tabel 38. Hubungan antara usia kehamilan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PUsia kehamilan
.049 0.801
Tabel 39. Hubungan antara usia kehamilan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PUsia kehamilan
.230 0.430
Tabel 40. Hubungan antara usia kehamilan dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PUsia kehamilan
.658 0.028
Tabel 41. Hubungan antara ANC dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PANC -.097 0.617
Tabel 42. Hubungan antara ANC dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PANC -.305 0.289
49
Tabel 43. Hubungan antara ANC dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PANC . .
Tabel 44. Hubungan antara Asupan gizi dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PAsupan gizi
0.144 0.457
Tabel 45. Hubungan antara Asupan gizi dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PAsupan gizi
0.126 0.668
Tabel 46. Hubungan antara Asupan gizi dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PAsupan gizi
0.195 0.566
Tabel 47. Hubungan antara PMT dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 1
Variabel R PPMT 0.000 1.000
Tabel 48. Hubungan antara PMT dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 2
Variabel R PPMT 0.022 0.941
50
Tabel 49. Hubungan antara PMT dengan jumlah kenaikan berat badan bulan ke 3
Variabel R PPMT . .
Tabel 50. Kenaikan BB Ibu Hamil per Trimester Berdasarkan IMT Pra-
hamil (Sumber : William Obstetrics 23 Ed)
Tabel 51. Dietary Recommendation Intake untuk Ibu Hamil
Kkal per hari*
Karbohidrat (g/hr)
Serat Total (gr/hr)
Lemak Total Protein
14 - 18 tahun 175 28* ND2 7,13
(1,1 G/kg/hr)
Trisemester ke-1 2.368Trisemester ke-2 2.708Trisemester ke-3 2.82
51
19 - 50 tahun 175 28* ND2 7,13(1,1 G/kg/hr)
Trisemester ke-1 2.403Trisemester ke-2 2.743Trisemester ke-3 2.855*Tanda bintang (*) menunjukkan Asupan yang Adekuat; jumlah semua nutrien lainnya adalah Recommended Dietary Allowances (RDA)., 10th ed., 1989 oleh National1 Kebutuhan energi ini diasumsikan sebagai gaya hidup aktif.2 ND = Tidak Ditentukan (Not Determined).3 Kebutuhan protein berdasarkan pada rujukan wanita: TB = 163 cm, BB = 44kg (14 - 18 tahun), atau 47 kg (19 - 30 tahun).Sumber : Recommended Dietary Allowances (RDA)., 10th ed., 1989 oleh National Academy of Sciences.
Tabel 52. Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia
Kelompok Umur
Berat badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Energi (Kkal)
Protein (g)
Vit.A (RE)
Vit D (ug)
Vit E (mg)
Vit K (ug)
Tiamin (mg)
16-18 th 50 154 2200 50 600 5 15 55 1,1
19-29 th 52 156 1900 50 500 5 15 55 1
30-49 th 55 156 1800 50 500 5 15 55 1
50-64 th 55 156 1750 50 500 10 15 55 1
60+ th 55 156 1600 50 500 15 15 55 1
Hamil (+an)
Trimester1 +180 +17 +300 +0 +0 +0 +0,3
Trimester2 +300 +17 +300 +0 +0 +0 +0,3
Trimester3 +300 +17 +300 +0 +0 +0 +0,3
Kelompok Umur
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam Folat (ug)
Pirodiksin (mg)
Vit. B12 (ug)
Vit.C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
16-18 th +1 +14 +400 +1,2 +2,4 +75 +1000 +1000 +24019-29 th +1,1 +14 +400 +1,3 +2,4 +75 +800 +600 +24030-49 th +1,2 +14 +400 +1,3 +2,5 +75 +800 +600 +27050-64 th +1,3 +14 +400 +1,5 +2,6 +75 +800 +600 +27060+ th +1,4 +14 +400 +1,5 +2,7 +75 +800 +600 +270
52
Hamil (+an)Trimester 1 +0,3 +4 +200 +0,4 +0,2 +10 +150 +0 +30Trimester 2 +0,3 +4 +200 +0,4 +0,2 +10 +150 +0 +30Trimester 3 +0,3 +4 +200 +0,4 +0,2 +10 +150 +0 +30
Kelompok Umur
Besi (mg)
Yodium (ug)
Seng (mg)
Selenium (ug)
Mangan (mg)
Flour (mg)
16-18 th +26 +150 +14 +30 +1,6 +2,519-29 th +26 +150 +9,3 +30 +1,8 +2,630-49 th +26 +150 +9,8 +30 +1,9 +2,750-64 th +12 +150 +9,9 +30 +1,10 +2,8
60+ th +12 +150 +9,10 +30 +1,11 +2,9
Hamil (+an)Trimester 1 +0 +50 +1,7 +5 +0,2 +0,2
Trimester 2 +0 +50 +1,7 +5 +0,2 +0,2
Trimester 3 +0 +50 +1,7 +5 +0,2 +0,2
(Sumber : Departemen Kesehatan RI,2004)
Kuisioner dan Hasil Wawancara
No
.
Pertanyaan Jawaban Keterangan
(Alasan)
I Pelaksanaan
program PMT
1. Apakah makanan
tambahan diberikan
oleh puskesmas?
Diberikan Tidak
Diberika
n
2. Apakah makanan
tambahan yang
Iya Tidak
53
diberikan disukai oleh
ibu hamil?
3. Apakah makanan
tambahan habis
dimakan oleh ibu
hamil?
Iya Tidak
4. Apakah ibu hamil
mengikuti program
PMT selama 3 bulan?
II Pendapatan
1. Pendapatan yang
didapat keluarga
dalam setiap bulannya
untuk memenuhi
kebutuhan keluarga?
≥ Rp.
2.200.000
< Rp.
2.200.00
0
III Pola Makan
1. Apakah ibu hamil ada
pantangan terhadap
makanan?
2. Apakah makanan
keluarga beraneka
ragam (nasi, lauk
pauk, sayur, buah)?
KUESIONER FREKUENSI MAKANAN
Nama : Gender UmurTinggi Badan BB
BB Ideal
CDC/ Zscore
Absen : L/P
54
th cm Kg kg
> 1x/ hari
1x/ hari
3- 6x/ minggu
1-2x/ minggu < 1x/ hari
Tidak pernah URT Keterangan
Hidrat Arang Mie instan Beras Beras ketan Beras merah Bihun Biskuit Havermout Jagung kuning Kentang Krakers Yougrt Kue- kue Makaroni Misoa Roti bakar Roti cokelat Roti kismis Roti putih Roti susu Singkong Susu kacang kedelai Kacang merah Pisang Ubi kuning Ubi putih The Jamur Kentang goreng Kacang goreng Protein Hewani Ayam Corned beef Pizza Daging bebek Daging domba Daging sapi Buntut sapi Bakso daging Hati sapi Ikan
55
Ikan mas Ikan sardin Ikan tongkol Keju Lidah Kuning telur ayam Kuning telur bebek Paru sapi Putih telur ayam Putih telur bebek Sosis Telur ayam Telur bebek Udang Usus Hamburger fried chicken Kerang
56
Organisasi Penelitian
Pembimbing
Kampus : Dr Oktavianus Ch Salim, M.Kes
Puskesmas : Dr Chitra
Pelaksana dan Penyusun Penelitian
Kharina Novialie (030.07.135)
Maya Syafira (030.07.161)
Reza Surya Pandu (030.07.216)
Anggaran
1. Fotokopi Kuesioner Rp. 20.000
2. Fotokopi Laporan Penelitian Rp 150.000
3. Biaya trasportasi Rp. 100.000
4. Souvenir Rp. 150.000
5. Dana tak terduga Rp 30.000
---------------
Total Rp 450.000
57
Tahap kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Perencanaan
1. Orientasi dan
identifikasi masalah
2. Pemilihan topic
3. Pembuatan proposal
4. Konsultasi dengan
pembimbing
5. Presentasi proposal
B. Pelaksanaan
1. Mengurus perizinan
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
4. Konsultasi dengan
pembimbing
C. Pelaporan hasil
1. Penulisan dan
diskusi
2. Konsultasi dengan
pembimbing
3. Presentasi
Jadwal Kegiatan
58
59