1
“Hidup Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia”
Pidato Gubernur Bank Indonesia
pada Pertemuan Tahunan Perbankan 2009
30 Januari 2009
Yth. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,
Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indon esia,
Para Pemimpin Perbankan di Tanah Air,
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Assalamu‘alaikum wr.wb,
Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua,
Pengantar
1. Mengawali pidato malam ini, saya ingin mengajak kita semua untuk bersama-
sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan pada kita untuk bertemu dalam suasana yang baik,
dalam acara Pertemuan Tahunan Perbankan 2009. Bagi masyarakat perbankan
acara ini sudah menjadi suatu tradisi yang kita gunakan sebagai momen refleksi
dan wahana komunikasi diantara kita.
2. Dalam kesempatan yang baik ini, kiranya belum terlalu terlambat apabila saya,
atas nama seluruh anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia mengucapkan
Selamat Tahun Baru 2009 kepada para hadirin sekalian. Harapan kita semoga di
2
tahun 2009 yang penuh tantangan ini kita senantiasa dikaruniai kekuatan dan
bimbingan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap langkah kita.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
3. Tahun 2009 dapat dipastikan akan merupakan tahun yang penuh tantangan dan
ujian. Kita saat ini sedang di puncak gelombang krisis ekonomi global terberat
sejak Depresi 1929. Mendominasi pikiran para pengelola kebijakan ekonomi dan
para pelaku ekonomi di semua negara adalah bagaimana kita bisa melewati
masa sulit ini dengan selamat. Kita semua sekarang berada pada survival mode.
4. Bagi kebanyakan dari kita di Indonesia, salvo yang menandai datangnya krisis
keuangan global kita dengar pada bulan-bulan awal semester kedua 2007
sewaktu terungkap bahwa sejumlah bank dan lembaga keuangan di Amerika
Serikat dan Inggris mengalami kesulitan keuangan. Sebabnya aset-asetnya
yang terkait kredit perumahan terutama yang berkualitas sub-standard atau
subprime mortgages, mulai macet.
5. Ternyata peristiwa itu hanya pucuk dari sebuah gunung es. Selanjutnya terjadilah
eskalasi yang cepat. Imbas krisis makin luas dan makin dalam. Apa yang
berawal sebagai krisis kredit perumahan, dalam beberapa bulan berkembang
menjadi krisis kredit berskala global. Dimana-mana persepsi risiko pelaku
ekonomi meningkat tajam. Aliran kredit untuk kegiatan normal terganggu karena
penyandang dana lebih suka menyimpan dananya dalam cash atau emas
daripada memberikan pinjaman. Bank dan lembaga keuangan di berbagai
negara mengalami distress berat dan sebagian, termasuk yang berskala global,
bangkrut.
3
6. Pemerintah di berbagai negara terpaksa melakukan bailout dan bank sentralnya
memompakan likuiditas ke dalam perekonomian dalam jumlah yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Toh bank dan lembaga-lembaga keuangan tetap
mengalami tekanan dan aliran kredit masih jauh dari normal. ”The financial sector
is broken”, kata Paul Volcker.
7. Yang sangat dikhawatirkan para pengelola ekonomi dan ingin dihindari almost at
all cost adalah terjadinya proses spiral ke bawah antara sektor keuangan dan
sektor riil – sektor keuangan yang tidak berfungsi mengakibatkan kemerosotan
kegiatan sektor riil, yang kemudian makin memperburuk kinerja sektor keuangan
dan kemudian makin menekan sektor riil, demikian seterusnya.
8. Pemerintah dan bank sentral di berbagai negara melakukan hampir apa saja
yang mungkin dilakukan, termasuk langkah-langkah yang sangat tidak
konvensional untuk menyelamatkan keadaan. Untuk menghentikan proses spiral
ke bawah itu, seperti yang saya sebutkan tadi, otoritas moneter terutama di
negara-negara maju mengguyurkan likuiditas secara besar-besaran dan hampir
semua Pemerintah di dunia saat ini meluncurkan paket-paket stimulus fiskal.
9. Untuk menyelamatkan di sektor keuangannya, pemerintah berbagai negara
mengambil langkah-langkah intervensi, termasuk menerapkan blanket guarantee
bagi simpanan di bank, menjamin atau mengambilalih aset-aset bermasalah,
menginjeksi modal kepada lembaga-lembaga keuangannya atau bahkan
mengambilalih lembaga-lembaga itu.
10. Apabila saya menggambarkan situasi ekonomi dunia yang suram, tidaklah berarti
saya mengajak Saudara-saudara untuk pesimis, apalagi pesimis mengenai
perekonomian kita sendiri. Secara obyektif situasi dan prospek ekonomi global
4
memang suram. Kita perlu melihat permasalahan yang kita hadapi secara
obyektif dan seperti apa adanya agar kita dapat mengambil langkah-langkah
yang benar-benar menjawab masalah. Saya justru ingin mengajak Saudara-
saudara untuk yakin bahwa dengan tekad bersama dan langkah-langkah terukur,
kita bisa melewati masa sulit ini. Kita harus percaya diri dan optimis bahwa kita
mampu dan kita akan keluar dari krisis ini dengan selamat dan bahkan Insya’
Allah nantinya muncul lebih kuat.
11. Pada tingkat global, saya melihat secercah titik terang. Di episentrum krisis,
Amerika Serikat, ada harapan baru dengan adanya pemerintahan baru dengan
tim ekonomi yang baru, yang berjanji untuk segera mengambil ”forceful actions”
untuk mengatasi krisis. Kemauan antar negara-negara besar untuk berkoordinasi
dalam kebijakan juga semakin menguat. Saya juga melihat bahwa paling tidak
sebagian dari langkah-langkah yang telah diambil sebelumnya mulai
menunjukkan hasilnya, meskipun masih minim dilihat dari skala krisis yang
berkembang.
12. Sementara itu, di tengah suasana yang kurang menguntungkan ini, Indonesia
tidaklah pada posisi terburuk di antara negara-negara lain. Secara umum, postur
makro kita, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu jelek. Industri
perbankan kita juga cukup mantap.
13. Indonesia termasuk beruntung karena exposure perbankan dan lembaga
keuangan kita terhadap subprime mortgages minimal. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, kita tidak sepenuhnya bisa terhindar dari imbas krisis.
Sewaktu keketatan kredit global mencapai puncaknya setelah bangkrutnya
Lehman Brothers dan sewaktu psikologi pasar di dalam negeri goncang, pada
5
bulan November 2008 Pemerintah terpaksa mengambilalih Bank Century demi
mengamankan stabilitas perbankan nasional. Demikian pula, perbankan
Indonesia tidak terhindar dari masalah produk derivatif, meskipun skalanya lebih
kecil dibanding sejumlah negara berkembang lain apalagi dibanding dengan
negara-negara maju.
14. Sementara orang mengatakan bahwa ketertinggalan kita dalam
mengintegrasikan sektor keuangan kita dengan jaringan keuangan global adalah
blessing in disguise karena telah menyelamatkan kita dari dampak krisis yang
lebih serius. Saya cenderung setuju dengan pandangan ini. Menurut hemat saya
hal ini merupakan pelajaran bagi kita agar tidak terlalu bersemangat untuk “maju”
atau ingin dianggap maju sebelum kita mengerti benar risiko-risiko yang bisa
ditimbulkan dan sebelum kita siap dengan rambu-rambu yang perlu diletakkan
untuk mengelolanya. Kita akan kembali membahas pelajaran dari krisis nanti.
15. Salah satu masalah yang kita hadapi saat ini adalah menciutnya akses korporasi
dan perbankan kita terhadap sumber pembiayaan luar negeri. Eksodus dana
dari negara-negara berkembang termasuk dari Indonesia saat ini sudah mereda.
Namun tanda-tanda pembalikan arus kembali masuk belum terlihat, kecuali
dalam skala kecil. Untuk kembali ke volume arus dana yang normal barangkali
kita masih harus menunggu. Namun seperti yang saya sebutkan tadi, ada
landasan untuk optimis.
16. Kita melihat bagaimana negara-negara maju all out mengambil segala langkah
untuk menormalkan kembali suplai dan aliran kredit di negara mereka masing-
masing untuk menghentikan kemerosotan kegiatan ekonomi yang makin
memburuk. Apabila aliran kredit di negara-negara tersebut kembali normal, aliran
6
dana ke negara-negara berkembang, dengan tenggat waktu, akan berangsur-
angsur kembali normal pula. Indonesia perlu memposisikan diri mulai dari
sekarang diantara negara-negara berkembang lain agar kita menjadi negara
pertama yang dapat mengambil manfaat dari kebangkitan keuangan global.
Menurut pandangan saya kuncinya adalah bagaimana memposisikan agar
Indonesia dipandang sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk berbisnis
dan berinvestasi. Kita harus meyakinkan para investor bahwa ekonomi makro
kita kelola dengan baik dan sustainable dan bahwa sektor keuangan kita,
terutama perbankan kita, tetap solid. Ini pekerjaan bersama kita.
17. Permasalahan lainnya adalah pasar uang antarbank dalam negeri yang belum
berjalan normal dilihat dari volume transaksi harian dan terutama dari segi akses
bank-bank menengah dan kecil terhadap sumber dana ini. Untuk kita ketahui,
masalah pasar uang antarbank ini dialami oleh banyak negara dan masing-
masing negara merespons berbeda terhadapnya. Secara umum respons
tersebut berupa salah satu atau kombinasi dari 3 langkah: pemberian jaminan
oleh negara, program asuransi dengan dukungan negara dan perluasan fasilitas
likuiditas bank sentral bagi perbankan. Indonesia sampai saat ini memilih untuk
mengandalkan pada opsi ketiga yaitu perluasan fasilitas likuiditas bagi perbankan.
18. Beberapa bulan terakhir ini Bank Indonesia telah mengambil sejumlah langkah
ke arah itu. Namun kita harus akui bahwa langkah-langkah itu belum
memecahkan seluruh masalah, terutama masalah akses bank-bank menengah
dan kecil yang tidak memiliki secondary reserves yang cukup. Perluasan fasilitas
bank sentral, seperti FPJP, bukan substitute sempurna bagi pasar antarbank
yang berjalan baik. Bank Indonesia mengharapkan perbankan nasional secara
7
bersama mengambil inisiatif dan peran yang lebih aktif untuk ikut mengaktifkan
kembali pasar antarbank di dalam negeri. Kami di Bank Indonesia selalu terbuka
untuk membicarakan dengan perbankan mengenai hal ini.
19. Sementara itu dalam dua kuartal terakhir ini kita melihat bagaimana di semua
negara, Indonesia tak terkecuali, krisis keuangan global mulai menggerus
kegiatan ekonomi pada umumnya. Tahap ini adalah tahap yang berbahaya.
Harus diambil langkah-langkah yang ”forceful” dan efektif untuk
menghentikannya. Pengalaman negara-negara di masa lalu menunjukkan
bahwa krisis keuangan struktural seperti yang terjadi sekarang ini akan
mempunyai dampak panjang terhadap sektor riil. Pertumbuhan ekonomi yang
lemah akan berlanjut untuk beberapa waktu meskipun kondisi likuiditas nantinya
sudah kembali normal. Di sini menurut pandangan saya kita perlu mempunyai
strategi dengan sasaran yang jelas. Ada 3 (tiga) sasaran yang harus dicapai
secara terkoordinir, yaitu: (a) melewati masa keketatan kredit global dengan
selamat, (b) menjaga agar kegiatan ekonomi nasional tidak terlalu merosot dalam
jangka pendek dan (c) mempersiapkan kondisi agar setelah itu perekonomian
Indonesia kembali pada jalur pertumbuhan ekonominya yang sustainable.
20. Stimulus fiskal merupakan langkah kunci untuk menangkal kemerosotan kegiatan
ekonomi dalam jangka pendek. Rencana stimulus fiskal Pemerintah untuk 2009
dan percepatan pelaksanaan APBN 2009 sangat diperlukan dan harus berhasil.
Namun kita juga diingatkan oleh Ben Bernanke bahwa untuk melepaskan diri dari
belenggu krisis, stimulus fiskal harus dibarengi dengan perbaikan dan penguatan
sektor keuangan. Stimulus fiskal pada hakekatnya berfungsi sebagai
pemancing pump priming. Ia tidak akan menghasilkan kebangkitan ekonomi yang
8
sustainable apabila tidak dibarengi dengan kebangkitan kembali kegiatan sektor
swasta atau dunia usaha. Dan kebangkitan kembali sektor swasta hanya akan
terjadi apabila didukung oleh sektor keuangan yang berfungsi kembali secara
penuh.
21. Oleh karena itu, langkah-langkah pembenahan dan penguatan sektor keuangan
harus dilakukan seiring dengan stimulus fiskal. Di negara kita, perbankan masih
merupakan sumber pembiayaan andalan bagi kegiatan dunia usaha, dan oleh
karenanya pembenahan dan penguatannya merupakan prioritas dan harus terus
menerus kita lakukan. Dalam batas-batas kewenangan dan kapasitasnya Bank
Indonesia akan melakukan segala langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan ini. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, saya ingin menambahkan
satu elemen pada resep Bernanke, yaitu bahwa kita juga perlu melaksanakan
reformasi struktural untuk mengurangi hambatan-hambatan kegiatan usaha.
Lessons Learned
Hadirin sekalian yang saya hormati,
22. Pengalaman adalah guru terbaik dakam kehidupan. Krisis global yang sedang
kita hadapi memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam
melangkah ke depan. Perkenankan saya menggarisbawahi beberapa saja.
23. Salah satu pelajaran yang paling mendasar dari krisis ini adalah pentingnya bagi
kita untuk kembali ke khittah, “back to basics”. Marilah kita lihat mengapa
demikian. Krisis yang kita hadapi sekarang ini dapat dilihat sebagai konsekuensi
dari perkembangan sektor keuangan yang lepas dari akarnya yaitu kegiatan
9
ekonomi riil. Perkembangan yang luar biasa dari sektor keuangan di banyak
negara selama lebih dari satu dasawarsa terakhir bersumber dari perkembangan
inovasi produk keuangan dan inovasi kelembagaan keuangan yang juga luar
biasa. Merebaknya inovasi ini dipermudah oleh revolusi dalam teknologi
informasi dan liberalisasi keuangan global.
24. Sektor keuangan di banyak negara menarik banyak orang, termasuk the best
and the brightest, karena merupakan jalur cepat untuk menjadi kaya. Mereka
yang gesit, inovatif dan berani mengambil risiko, mendapatkan imbalan yang
sepadan. Produk keuangan yang makin bervariasi, makin canggih dan makin
kompleks mempunyai dampak sampingan yang fatal, yaitu makin sulit untuk
dinilai risikonya. Instrumen keuangan makin terlepas dari underlying transactions
yang seharusnya melandasinya. Kegiatan yang lepas dari underlying
transactions-nya kemudian berkembang menjadi gelembung atau bubbles.
Karena dinamika internnya sendiri, gelembung makin membesar, dan akhirnya
pecah. Dan krisis terjadi. Singkatnya krisis pada hakekatnya adalah konsekuensi
dari kegagalan mengelola risiko, pada tingkat mikro maupun tingkat makro.
25. Ajakan untuk kembali ke khittah atau back to basics berlaku bagi semua lembaga
keuangan, khususnya perbankan. Fungsi utama perbankan adalah memfasilitasi
dan membiayai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyediaan barang dan
jasa bagi masyarakat, yaitu kegiatan-kegiatan nyata. Bank melakukan fungsi
tersebut melalui intermediasi keuangan – yaitu mengumpulkan dana dari pemilik
dana dan menyalurkannya ke peminjam dana. Tapi bank bisa bertindak lebih dari
sekedar perantara. Bank dapat menciptakan tambahan likuiditas melalui
penciptaan uang giral. Kegiatan-kegiatan bank ini secara inheren mengandung
10
risiko, baik bagi bank itu sendiri, bagi penyimpan dana, bagi sistem perbankan
dan bagi perekonomian. Risiko-risiko itu harus dikelola sebaik-baiknya oleh bank,
suatu tanggungjawab besar yang memerlukan perhatian penuh dari pengelola
bank – more than a full time job.
26. Bank bertugas membiayai kegiatan-kegiatan yang mempunyai underlying
transactions yang jelas dan semua itu harus selalu dilandaskan pada perhitungan
risiko yang jelas pula. Bermain dengan instrumen spekulatif bukan domain dari
bankir. Bank sebaiknya menjauhi kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur
bubbles. Apabila kegiatan seperti itu tidak bisa dihindari, maka harus diterapkan
sistem pengelolaan risiko yang efektif. Bank Indonesia sebagai regulator
berkepentingan untuk mendorong bank melakukan prinsip kehati-hatian. Ke
depan, kami akan makin memantapkan rambu-rambu yang diperlukan untuk itu.
27. Krisis ini juga memberikan bukti kongkrit bahwa konsep universal banking bukan
model yang tahan krisis. Kita perlu memikirkan lagi mengenai konsep ini secara
lebih seksama dan berhati-hati. Kebijakan pengembangan industri ke arah
konsep yang lebih advanced, harus diikuti dengan berbagai langkah penguatan
dan penyiapan rambu-rambu pengelolaan risiko yang mantap. Untuk sementara
ini, kita bisa menyimpulkan bahwa konsep narrow bank lebih dekat dengan
khittah bank dan terbukti lebih tahan krisis. Pemilihan model bisnis bank
menentukan ketahanan sektor perbankan. Dalam krisis saat ini dan krisis 11
(sebelas) tahun yang lalu kita melihat jelas bahwa ketahanan sektor perbankan
merupakan benteng pertahanan utama suatu negara terhadap badai keuangan.
28. Perkenankan saya menarik satu lagi pelajaran penting dari krisis sekarang ini.
Pelajaran ini adalah bahwa prinsip-prinsip dasar pengelolaan makro yang
11
konvensional terbukti tetap relevan dalam mengkondisikan perekonomian
menghadapi badai. Negara-negara yang memperhatikan dan mengawal
indikator-indikator dasarnya seperti defisit anggaran negara, defisit transaksi
berjalan, rasio hutangnya terhadap kemampuan membayarnya, kecukupan
cadangan devisanya, tingkat inflasinya, tingkat bunga, pertumbuhan likuiditas
dan nilai-tukarnya dalam bingkai pertumbuhan ekonomi yang sustainable,
umumnya mempunyai posisi lebih baik dalam menghadapi krisis. Conventional
wisdoms prevail even (or especially) during the storm.
29. Dalam kaitan dengan pengelolaan keseimbangan makro, krisis ini menurut
hemat saya juga memberikan pelajaran yang lebih bersifat struktural. Dengan
pengalaman krisis sekarang ini barangkali kita perlu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat mendasar, pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi
pedoman dalam memposisikan Indonesia di era globalisasi ini. Misalnya
bagaimana keseimbangan yang terbaik bagi perekonomian kita: antara pasar
domestik dan pasar ekspor, antara sektor keuangan dan sektor riil, antara
orientasi keluar dan orientasi kedalam sektor keuangan kita khususnya
perbankan kita, antara mengandalkan pembiayaan dari dalam negeri dan dari
luar negeri. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memerlukan pemikiran jernih,
seksama dan mendalam. Tetapi kita harus mencoba menjawabnya apabila kita
ingin membangun perekonomian nasional yang makin tahan badai di masa
depan.
12
Prospek dan Tantangan Tahun 2009
Hadirin sekalian yang saya hormati,
30. Sekarang perkenankan saya untuk menguraikan sedikit lebih lanjut mengenai
medan yang kita hadapi dalam 2009 ini. Suatu hal yang pasti adalah bahwa
seluruh negara di dunia mengalami perlambatan. Indonesia tak terkecuali. Bagi
kita dampak krisis mulai terasa pada triwulan akhir 2008. Perlambatan ekonomi
akan semakin nyata pada tahun 2009 ini, khususnya dalam semester pertama.
Perhitungan yang kami lakukan pada akhir 2008 memperkirakan perekonomian
kita di 2009 akan tumbuh pada kisaran 4%-5%. Suatu kinerja yang tidak buruk
dibanding dengan perkiraan bagi banyak negara-negara lain. Namun melihat
perkembangan global akhir-akhir ini, downside risk nya meningkat.
31. Dalam kaitan dengan upaya mengawal pertumbuhan ekonomi, kuncinya adalah
bagaimana memaksimalkan kemampuan pasar domestik untuk mendorong
kegiatan ekonomi dalam negeri. Elemen utama dari kebijakan ini adalah
percepatan pelaksanaan di lapangan paket stimulus fiskal dan APBN 2009
secara keseluruhan. Inflasi yang terkendali dan belanja pelaksanaan Pemilu oleh
Pemerintah, partai dan masyarakat juga akan membantu menopang daya beli
masyarakat. Seiring dengan itu, kebijakan penting yang semestinya ditingkatkan
adalah langkah-langkah untuk memperbaiki iklim usaha dan mengurangi biaya
usaha di dalam negeri. Pelaksanaan kebijakan ini biasanya tidak membutuhkan
dana tapi lebih memerlukan tindakan-tindakan yang terfokus dan ketekunan
untuk menguraikan benang kusut. Semoga di tahun Pemilu ini kebijakan seperti
itu masih dapat dilanjutkan dan siapa tahu bahkan ditingkatkan.
13
32. Sementara itu, dengan penurunan harga komoditas dan harga BBM serta
produksi beras yang diharapkan cukup baik, laju inflasi di 2009 diperkirakan
menurun, berada pada kisaran 5,0-7,0%. Apabila perkembangan yang sekarang
kita lihat berlanjut, maka batas bawah dari kisaran tersebut sangat mungkin
dapat dicapai.
33. Pertanyaan sering dilontarkan mengenai prospek Neraca Pembayaran kita tahun
ini. Berdasarkan perhitungan rinci yang dilakukan akhir tahun lalu kami
memprakirakan Neraca Transaksi Berjalan pada 2009 akan mengalami defisit
sekitar 0,11% PDB. Aliran dana global diperkirakan belum kembali normal pada
2009 ini. Namun ada satu catatan khusus bagi Indonesia. Apabila pengalaman
di tahun Pemilu 2004 berulang tahun ini, maka dengan Pemilu yang berjalan baik
dan dengan terbentuknya kabinet yang kredibel, dalam kuartal keempat akan
terjadi aliran dana masuk yang cukup besar. Nampaknya sebagian besar dana
ini adalah dana milik orang-orang kita yang sementara diparkir di luar negeri
menunggu kepastian situasi politik di dalam negeri. Berdasarkan perhitungan
kami, cadangan devisa akhir 2009 diprakirakan sebesar USD 51 milyar, atau
cukup untuk membiayai 4,7 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri
Pemerintah.
34. Di bidang perbankan, stress test menunjukkan bahwa daya tahan industri
perbankan kita cukup memadai. Dalam tahun 2009, rasio kecukupan modal
(CAR) diperkirakan sedikit menurun dari 16% dalam 2008 menjadi sekitar 14%.
Dari sisi regulatory capital, rasio ini masih cukup tinggi dibandingkan dengan
ketentuan batas minimal sebesar 8%. Namun dari sisi economic capital
perkembangan ini perlu kita antisipasi secara lebih dini. Turunnya rasio
14
permodalan menunjukkan semakin kecilnya kemampuan perbankan untuk
menyerap berbagai risiko dan kemampuan untuk melakukan ekspansi kredit.
Oleh karena itu, saya menginginkan agar upaya penguatan permodalan bank
tetap menjadi salah satu fokus perhatian utama kita semua di waktu-waktu
mendatang. Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan modal setiap
bank secara lebih dekat. Kita semua tahu bahwa tanpa jumlah modal yang aman
dan memadai, maka fungsi intermediasi perbankan tidak akan dapat berjalan
optimal, dan ketahanan industri untuk berhadapan dengan kondisi sulit seperti
saat-saat sekarang ini juga akan diragukan orang.
35. Dengan berlandaskan pada kekuatan permodalan saat ini, berbeda dengan
pertumbuhan kredit di negara-negara maju seperti Uni Eropa dan AS yang
melambat di 2008 dan mungkin akan tumbuh negatif pada 2009, pertumbuhan
kredit di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan masih akan berada pada
kisaran 18 - 20%. Namun dengan downside risk yang cukup besar. Sementara
itu, dengan perlambatan ekonomi NPL akan cenderung meningkat, meskipun
diprakirakan masih dalam batas-batas aman, yaitu berada di sekitar 5% pada
tahun 2009.
36. Penting kiranya diketahui bahwa jumlah likuiditas yang tersedia dalam sistem
perbankan kita saat ini cukup memadai. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah
penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia oleh residen, yang saat ini
mendekati Rp 200 T, dan jumlah undisbursed loan sebesar Rp 253 T (November
2008). Potensi likuiditas yang besar ini menunjukkan bahwa perekonomian kita
pada hakekatnya tidak kekurangan stok likuiditas. Tantangan kita adalah
15
bagaimana agar stok likuiditas ini dapat mengalir dan membiayai pembangunan
ekonomi dan kegiatan sektor usaha.
Arah Kebijakan Moneter dan Perbankan 2009
Hadirin sekalian yang saya hormati,
37. Di tengah krisis global saat ini, kita menyadari sepenuhnya akan pentingnya
kebijakan moneter yang mendukung sektor riil. Namun itu semua harus selalu
dilaksanakan dalam konteks mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable) dan ditopang stabilitas ekonomi dalam jangka
menengah panjang. Kebijakan moneter harus mampu menjaga keseimbangan
antara menggairahkan sektor riil, menjaga kestabilan harga, menjaga
ketenangan pasar keuangan dan mengawal integritas sistem keuangan.
Pelonggaran moneter dan likuiditas akan senantiasa diselaraskan dengan
pemantauan secara seksama dan asesmen Bank Indonesia terhadap indikator-
indikator yang terkait dengan sasaran-sasaran tersebut.
38. Kami menyadari bahwa berbagai kendala krisis keuangan global pada tahun
2009 ini, menuntut perlunya langkah-langkah kongkrit dari otoritas untuk
mempertahankan kinerja para pelaku usaha di sektor-sektor produktif.
39. Berkaitan dengan kondisi itu, kebijakan pokok perlu diarahkan untuk mengawal
fungsi intermediasi perbankan agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara itu, kita juga berharap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
kredit UMKM dapat terus berjalan dengan tingkat pertumbuhan yang cukup
siginifikan. Kredit jenis ini sangat penting artinya bagi masyarakat kecil agar
16
dapat terus bertahan dan mengembangkan usahanya pada masa-masa sulit
seperti tahun 2009 ini.
40. Sejumlah langkah kebijakan telah kita ambil dan akan kita ambil untuk
memfasilitasi aliran kredit. Malam ini saya tidak akan menyampaikan secara rinci
mengenai isi ketentuan-ketentuan yang akan diterbitkan. Saya berpandangan
bahwa dalam masa-masa sulit yang dipenuhi dengan ketidakpastian seperti
sekarang, kebijakan Bank Indonesia akan terus mengalir mengikuti dinamika
yang harus direspon dan diantisipasi.
41. Namun secara garis besar, dapat saya sampaikan bahwa baru-baru ini Bank
Indonesia telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Ketentuan-
ketentuan tersebut mencakup beberapa hal yang menjadi concern Bapak Ibu
sekalian selama ini seperti: memperpanjang masa transisi penerapan Basel II
untuk perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara
pembukaan kantor bank, termasuk syariah, menyesuaikan bobot ATMR untuk
Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian
kredit dalam jumlah tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase
agreement (repo) bank kepada Bank Indonesia, dan mengurangi kewajiban
pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Non Produktif (yaitu untuk
abandoned assets). Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, ketentuan-
ketentuan tersebut akan kami ikuti pula dengan langkah pengaturan secara lebih
mendalam, terkait dengan upaya peningkatan transparansi perbankan,
penguatan efektifitas manajemen risiko likuiditas, dan produk-produk derivatif
industri perbankan. Dengan kebijakan ini diharapkan, seluruh pelaku industri
17
perbankan, baik bank umum konvensional maupun syariah, akan memiliki
ruangan yang cukup untuk tetap menjalankan fungsi intermediasinya, dengan
tetap menempatkan penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko
sebagai prioritas utama.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
42. Seperti yang saya sebutkan tadi, benteng pertahanan utama terhadap badai
krisis adalah sektor perbankan. Perekonomian akan tahan krisis apabila sektor
perbankannya tahan krisis. Sektor perbankan yang demikian bertumpu pada dua
pilar yaitu good governance dalam pengelolaan masing-masing bank dan good
supervision.
43. Mengenai good governance saya ingin menekankan satu aspeknya yang sangat
penting. Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sektor keuangan dan
perbankan di tanah air akhir-akhir ini, saya menjadi makin yakin bahwa faktor
integritas dan karakter manusianya sangat menentukan dan di atas segalanya.
Kita bisa mempunyai sistem risk management yang canggih, kita bisa memiliki
sistem pengawasan yang baik, tetapi akhirnya hasilnya akan terpulang kepada
integritas dan karakter pelaksana-pelaksananya. Sebaik apapun suatu sistem
tidak akan jalan apabila para pelaksananya selalu mencari lubang-lubang
kelemahannya untuk dimanfaatkannya.
44. Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat screening berdasarkan karakter
dan integritas bagi para bankir kita dan, tentu saja, juga bagi para pengawasnya.
Bank Indonesia juga akan memperkuat sanksi bagi mereka yang nyata-nyata
sengaja menyalahgunakan kewenangannya. Pemegang Saham Pengendali
18
(PSP) dan pengurus bank bertanggung jawab penuh, dalam batas-batas
ketentuan perundangan yang berlaku, atas apa yang terjadi di bank mereka.
45. Peningkatan ketahanan perbankan tidak lepas dari mutu pengawasan terhadap
perbankan. Dalam kaitan ini, saya ingin melaporkan bahwa saat ini Bank
Indonesia sedang melakukan langkah-langkah untuk memperkuat pengawasan
bank. Reposisi dan penyegaran personalia sedang berjalan. Prosedur dan tata
kerja pengawasan kita review kembali untuk difokuskan kepada hal-hal yang
menentukan kesehatan bank.
46. Pada tahun 2009 ini, kami merencanakan untuk secepatnya meningkatkan
efektifitas pengawasan bank melalui dua hal yaitu : Pertama, menyempurnakan
kerangka pengawasan berbasis risiko melalui peningkatan proses penilaian risiko,
pengawasan, pemeriksaan dan surveilance terhadap sistem. Kualitas penerapan
manajemen risiko, khususnya dalam pengelolaan likuiditas dan kontrol terhadap
produk serta aktifitas baru bank, akan menjadi fokus utama penguatan saat ini.
Aspek ini terasa sangat mendesak untuk kita tangani di tengah krisis keuangan
seperti sekarang ini. Kedua, menyempurnakan fungsi dan organisasi
pengawasan baik di Kantor Pusat maupun di seluruh Kantor-kantor Bank
Indonesia.
47. Kita akan memperkuat kaitan, antara hasil pemeriksaan dan langkah pembinaan,
antara temuan dan tindakan. Kita akan membentuk tim panel untuk
meningkatkan kualitas pemeriksaan dan langkah-langkah pembinaannya. Tahun
ini kita jua akan melipatkan anggaran untuk training. Semua ini kita harapkan
dapat membantu mengamankan perjalanan kita dalam masa krisis ini dan
19
sekaligus meletakkan fondasi bagi pengawasan bank yang lebih baik dalam
jangka menengah.
Penutup
Hadirin sekalian yang berbahagia,
48. Demikian yang dapat saya sampaikan pada malam ini. Bahtera ekonomi nasional
kita sedang mengarungi lautan yang dilanda badai. Bahtera itu sendiri cukup kuat,
lebih kuat daripada bahtera yang kita naiki sebelas tahun lalu. Tetapi badainya
sekarang pun lebih besar. Kita pasti bisa melewatinya dengan selamat. Kuncinya
adalah seluruh awak kapal dan penumpang kompak, saling membuka diri
bekerja sama, bahu membahu didasarkan atas saling kepercayaan. Saya yakin
itu adalah tekad kita semua, sebab alternatifnya terlalu mahal bagi bangsa kita,
seperti yang kita alami sebelas tahun lalu.
49. Selamat bekerja dan sekali lagi, Selamat Tahun Baru 2009 dan di tahun yang
baru ini, semoga Tuhan YME meridhoi dan meringankan langkah kita menuju
Indonesia yang sejahtera.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb .