Nama : An. RDP
No. RM : 1 72 12 XX
JK/TTL: Laki-laki/20-1-2010
Alamat : Minomartani, Sleman, DIY
Tanggal Daftar : 19-3-2015
Tanggal Hasil: 19-3-2015
IDENTITAS
Klinis :Konstipasi susp. Hirschprung DiseaseFoto Polos Abdomen
-Tak tampak distensi sistem cavum abdomen, Preperitoneal fat line bilateral tegas, distribusi udara usus normal, tak tampak udara bebas pada cavum abdomen-Tampak material fecal prominent
Foto Colon in Loop AP-Lateral-Tampak passase kontras lancar mengisi lumen rectum hingga colon descenden
EKSPERTISI
-Tampak zona aganglionik di rectum sepanjang ± 1,5 cm-Tampak zona transisional tipe cone di colon descenden distalis sepanjang ± 11 cm-RSR < 0.76
KesanMegacolon tipe short-segment, dengan zona aganglionik di rectum hingga sigmoid distal dan zona transisional tipe cone di colon sigmoid pars distalis sepanjang ± 11 cm
Megakolon Kongenital (Hirschsprung Disease) adalah suatu penyumbatan pada kolon yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari kolon tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Kelainan ini bersifat kongenital yang disebabkan oleh karena tidak adanya ganglion parasimpatis pleksus submukosa (meissner) dan pleksus myenterikus (Auerbach). Bersifat emergency
DEFINISI
Insidensi 1:5000 kelahiran
Resiko meningkat 130x ♂:360x ♀ riwayat keluarga Megakolon Kongenital & penderita Down Syndrome
RK ♀ > ♂
Rectosigmoid 75%, fleksura Lienalis/ kolon transversum 17%
EPIDEMIOLOGI
Terhentinya migrasi kraniokaudal dari sel krista neuralis di daerah kolon distal pada minggu ke lima sampai minggu ke dua belas kehamilan untuk membentuk sistem saraf usus.
Aganglionik usus ini mulai dari spinkter ani interna kearah proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum
ETIOLOGI
Tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik)
Spinkter ani internal yang tidak dapat relaksasi
Bagian kolon yang menyempit
Obstruksi
Distensi abdomen
PATOLOGI
PATOLOGI
Tidak ada
gerakan peristalti
k
Spinkter ani
interna tidak bisa
relaksasi
Distal kolon tidak
dapat mengemba
ng
Obstruksi, akumulasi & distensi
SIMPTOMS
Infants
Bilious vomiting
Enterocolitis-associated diarrhea
Failure to pass meconium in the first 24 hours of life
Infrequent, explosive bowel movements; difficult bowel movements
Jaundice
Poor feeding
Progressive abdominal distention
Older children
Failure to thrive
Chronic progressive constipation, usually with onset in infancy
Failure to thrive
Fecal impaction
Malnutrition
1. CIL dengan posisi AP supine, Lateral , dan Left Posterior Oblique
2. Foto Polos Abdomen
3. Biopsi rektal, merupakan “gold standard” untuk mendiagnosis penyakit Megakolon Kongenital dengan hasil pembacaan berupa tidak adanya sel-sel ganglion pada pleksus auerbach
♪Foto retensi barium Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon.
Sedangkan pada penderita yang bukan Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan sigmoid .
PEMERIKSAAN
1. Tampak penyempitan di bagian rektum ke proksimal dengan panjang bervariasi
2. Terdapat daerah transisi, daerah penyempitan ke daerah dilatasi
3. Terdapat daerah pelebaran diatas daerah transisi
♪Recto-Sigmoid Ratio <1
TEMUAN PADA KASUS
Tipe Megakolon Kongenital dikategorikan berdasarkan pada segmen kolon yang aganglionosis, yaitu:
1. Short segment disease (75%), hanya melibatkan rektum dan kolon sigmoid bagian distal.
2. Long segment (15%), dimulai dari rectum hingga fleksura splenikus/ kolon transversum.
3. Total colonic aganglionosis/ Zuezler-Wilson syndrome (2-13%), dimulai dari rectum hingga usus halus.
4. Ultrashort segment disease, hanya 3-4 cm dari spinkter ani interna.
KLASIFIKASI
Obstruksi: mekonium ileus akibat penyakit fibrokistik, atresia ileum, atresia rekti, malrotasi, duplikasi intestinal dan sindrom pseudo obstruksi intestinal
Biopsi: Intestinal neuronal dysplasia, Hypoganglionosis, Immature ganglia, Absence of argyrophyl plexus, Internal spinkter achalasia dan kelainan-kelainan otot polos
DIAGNOSIS BANDING
Prognosis: baik setelah operasi
1. Prosedur Swenson
Pembuangan daerah aganglion hingga batas spinkter ani interna dan dilakukan anastomosis coloanal pada perineum.5,10
2. Prosedur Duhamel
Daerah ujung aganglionosis ditinggalkan dan bagian yang ganglionik ditarik ke bagian belakang ujung daerah aganglioner. Stapler kemudian dimasukkan melalui anus.5
3. Prosedur Soave
Pemotongan mukosa endorectal dengan bagian distal aganglioner
PROGNOSIS
TERAPI
Recommended