HUBUNGAN ANTA R A KECE M A S A N DAL A M MENGH A D A P IMATA PEL A J A R A N MATE M AT I K A DENGAN PRE ST A S I
AKA D E M I K MATE M AT I K A PA D A REM A J A
NAMA TYA ANGGREININPM 10505235
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS GUNADARMA
ABST R A K S I
Setiap kali sering ditemui rendahnya prestasi akademik matematika Rendahnya prestasi akademik matematika dapat dipengaruhi berbagai bermacam hal salah satunya adalah cemas terhadap matematika Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik
Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah para siswa dansiswi kelas XI pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan BekasiSampel yang digunakan pada kelas XI tersebut adalah 84 orang Di mana pengambilan sampel dari populasi adalah dengan menggunakan Purposive Sampling Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner tertutup dengan memberikan tanda checklist Untuk mengukur kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika adalah dengan mengunakan skala kecemasan yang diperoleh dari komponen-komponen kecemasan yang di kemukakan oleh Dacey (2000) Sedangkan untuk melihat prestasi akademik matematika digunakan raport kelas X semester 2
Hasil penelitian ini diketahui nilai validitas dari skala kecemasandalam menghadapi mata pelajaran matematika bergerak dari nilai 0301 sampai dengan 0538 dan reliabilitas sebesar 0824 Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Pearson (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar r = - 0221 dengan taraf signifikansi sebesar 0022 (p lt 005) Hal ini artinya terdapat hubungan yang negatif antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja dimana semakin tinggi tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi mata pelajaran matematika maka semakin rendah prestasi akademik matematika pada remajaKata Kunci Kecemasan Prestasi Akademik Matematika SMUN (SekolahMenengah Umum Negeri)
Matematika merupakan salah
satu disiplin ilmu yang telah
berkembang pesat di negara-negara
maju Kemajuan ini disebabkan oleh
pemfokusan negara maju pada bidang
sains dan matematika Namun
penerapan bidang sains dan
matematika tidak hanya dilakukan di
negara-negara maju saja Akhir-akhir
ini negara-negara berkembang mulai
berusaha untuk memfokuskan diri pada
bidang sains dan matematika salah
satunya adalah negara Indonesia
Usaha Indonesia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan
pada bidang sains dan matematika
dapat di lihat pada pemberian pelajaran
Matematika sejak dini Hudoyo (dalam
Nawangsari 2000) berpendapat
pemfokusan pelajaran matematika
disebabkan matematika merupakan
dasar untuk mengembangkan ilmu
sehingga mutlak diperlukan tenaga
yang terampil dan pandai dalam
matematika Bila perkembangan ilmu
matematika dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan maka akan di
peroleh generasi yang berkualitas di
masa yang akan datang Namun usaha
tidak selalu sama dengan yang
diharapkan Terkadang sering
ditemukan banyak hambatan dalam
pencapaian usaha tersebut Hambatan-
hambatan itu dapat muncul dari dalam
diri individu maupun dari lingkungan
sekitar individu Bila hambatan-
hambatan tersebut tidak segera
ditanggulangi oleh pemerintah di suatu
negara terutama di negara Indonesia
maka hambatan-hambatan tersebut
dapat menimbulkan kecemasan pada
bidang matematika
Kecemasan merupakan suatu
perasaan tidak nyaman yang sering
terjadi di dalam kehidupan sehari-hari
manusia Hurlock (dalam Hartanti
1997) berpendapat bahwa kecemasan
merupakan sebuah ungkapan perasaan
individu terhadap suatu situasi yang
dapat diekspresikan melalui beberapa
cara yaitu dengan cara yang mudah
dikenali seperti kekhawatiran individu
individu menjadi mudah marah
Kecemasan terlihat dari kekhawatiran
atau ketakutan individu pada hal-hal
tertentu misalnya kecemasan pada
bidang matematika Kecemasan pada
bidang matematika banyak terjadi di
kalangan masyarakat salah satunya
terjadi pada remaja
Menurut Papalia (2004)
periode remaja adalah periode yang
sudah mulai menggabungkan
pengalaman yang di peroleh
sebelumnya dengan tantangan saat ini
dan memikirkan keadaan di masa yang
akan datang Santrock (2003)
mengatakan masa remaja disebut juga
masa pemantapan identitas diri atau
masa masa-masa strom and stress atau
masa up and down Bila pada periode
ini remaja tidak memiliki kemantapan
dalam dirinya maka akan
menimbulkan kecemasan di dalam
dirinya Bila ketidakmantapan tersebut
terjadi pada pelajaran matematika
maka remaja tersebut akan mengalami
kecemasan terhadap pelajaran
mateamtika
Kecemasan remaja dalam
menghadapi matematika dikarenakan
adanya beberapa faktor yaitu faktor
inteligensi faktor di dalam diri remaja
dan faktor lingkungan Ellis (dalam
Alsa 1984) mengatakan bahwa
kecemasan pada remaja disebabkan
oleh adanya tingkat inteligensi yang
berbeda pada diri remaja Hal ini
dijelaskan oleh Zeidner (1998)
kecemasan seseorang terhadap
pelajaran matematika dikarenakan
kurangnya ketertarikan siswa terhadap
pelajaran matematika Kurangnya
ketertarikan siswa terhadap pelajaran
matematika disebabkan oleh
inteligensi siswa dalam pelajaran
matematika siswa yang memiliki
inteligensi tinggi akan cenderung lebih
tertarik dan akan lebih evaluatif
terhadap pelajaran matematika
sedangkan siswa yang memiliki
inteligensi rendah akan kurang tertarik
dan kurang evaluatif terhadap
pelajaran matematika (Zeidner 1998)
Ketertarikan siswa dan siswi dalam
pelajaran matematika berbeda-beda di
mana siswa pria lebih tertarik dalam
pelajaran matematika dibandingkan
dengan siswa wanita sehingga siswa
wanita lebih mudah cemas dalam
menghadapi matematika dibandingkan
dengan siswa pria (Yoenanto dalam
Nawangsari 2000)
Sedangkan menurut Hudoyo
(dalam Nawangsari 2000) kecemasan
siswa dalam pelajaran matematika
dipengaruhi oleh pengalaman belajar
matematika yang diterima siswa di
masa lampau Namun berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh
Nawangsari (2001) terhadap siswa
kelas 1 Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat
bahwa 81 kecemasan siswa terhadap
pelajaran matematika dipengaruhi oleh
self-efficacy belief siswa atau
keyakinan diri siswa dan expectancy-
value siswa atau harapan siswa
terhadap suatu keberhasilan
Keyakinan diri dan harapan terhadap
keberhasilan dalam mata pelajaran
matematika ditunjukkan bahwa 59
siswa wanita lebih yakin terhadap diri
dan memiliki harapan yang besar
terhadap keberhasilan dalam mata
pelajaran matematika sedangkan 41
untuk siswa pria (Nawangsari 2001)
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
siswa pria lebih cemas jika
dibandingkan dengan siswa wanita
Bila kecemasan pada pelajaran
matematika terus berlanjut dalam satu
periode atau satu semester maka dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika pada remaja
Prestasi akademik matematika
remaja baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan
Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 melaporkan bahwa rata-rata skor
matematika siswa tingkat delapan
(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP)) Indonesia (dari
Benua Asia) jauh di bawah rata-rata
skor matematika siswa internasional
dan berada pada ranking 34 dari 38
negara dengan skor 403 (Setyono
2005) Setyono (2005) mengatakan
bahwa Negara yang menduduki
rangking 1 dari 38 Negara diduduki
oleh Negara Singapura (dari Benua
Asia) dengan skor 604 sedangkan
Negara yang menduduki rangking 38
dari 38 negara adalah Negara Afrika
selatan (dari Benua Afrika) dengan
skor 275 sehingga dapat disimpulkan
bahwa Negara Indonesia (dari Benua
Asia) termasuk salah satu Negara yang
prestasi siswanya dalam pelajaran
matematika menduduki posisi yang
rendah Rendahnya prestasi disebabkan
oleh faktor siswa yaitu mengatasi
masalah secara komprehensif atau
secara partial (hanya sebagian) dalam
pelajaran matematika
Selain itu belajar siswa belum
bermakna sehingga pengertian siswa
terhadap konsep matematika sangat
lemah (Arjuna 1999) Pemahaman
terhadap konsep matematika sangat
dipengaruhi oleh kemampuan
intelegensi Hal ini sesuai dengan
pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)
mengenai kemampuan inteligensi yang
minim pada remaja wanita dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains dapat
menyebabkan rendahnya prestasi
akademik belajar matematika pada
remaja wanita Sebaliknya pada remaja
pria kemampuan inteligensi dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains sangat
besar sehingga prestasi belajar
matematika remaja pria lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja wanita
Hal ini sesuai dengan pengetesan
inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi
sekolah menengah umum yang
dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa
1984) di mana hasil pengetesan
inteligensi siswa pria adalah siswa pria
memiliki inteligensi yang lebih baik
dalam pelajaran matematika aljabar
geometri dan sains sedangkan siswa
wanita memiliki inteligensi yang lebih
baik dalam bahasa asing pengertian
verbal dan hal-hal ekspresi pada
umumnya Hal senada terlihat pada
penelitian yang dilakukan oleh Stipek
dan Granlinski (dalam Thompson
2007) pada keberhasilan remaja wanita
dan remaja pria dalam pelajaran
matematika ternyata remaja wanita
memiliki urutan keberhasilan yang
rendah atau berada di bawah
kesuksesan remaja pria dalam
pelajaran matematika
Pelajaran matematika sering
menimbulkan kecemasan pada diri
remaja dan mempengaruhi prestasi
akademik belajar matematika Hal ini
dikarenakan adanya anggapan yang
salah pada remaja terhadap pelajaran
matematika Remaja beranggapan
bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang dapat
meningkatkan harga diri remaja
dihadapan masyarakat Namun pada
kenyataaanya banyak remaja yang
tidak terlalu dapat memahami konsep
matematika yang telah diberikan di
sekolah Sehingga pada saat remaja
mengikuti tes matematika tanpa
persiapan sebelumnya terlihat bahwa
remaja mengalami kecemasan yang
berpengaruh pada rendahnya nilai yang
dihasilkan remaja pada pelajaran
matematika atau rendahnya prestasi
akademik matematika pada remaja
KT Hill dan Sarason (dalam
Nawangsari 2000) melaporkan hasil
studi longitudinal yang intensif pada
700 siswa Sekolah Dasar di mana
siswa akan memperoleh nilai
matematika yang rendah ketika
diberikan tes matematika tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya yang
membuat siswa menjadi tidak siap hal
ini dikarenakan oleh situasi dan
suasana tes yang membuat mereka
cemas Sebaliknya para siswa ini
memperlihatkan nilai yang lebih baik
jika berada pada kondisi yang lebih
optimal dalam arti unsur-unsur yang
membuat siswa berada dibawah
tekanan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali Ini menunjukkan bahwa
sebenarnya para siswa tersebut
menguasai materi matematika yang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
kemampuan mereka yang sebenarnya
karena kecemasan yang melanda siswa
saat mengerjakan soal-soal Sehingga
kecemasan pada saat mengikuti tes
matematika akan mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya
Kecemasan menghadapi
pelajaran matematika tidak hanya
disebabkan oleh situasi dan suasana
tes Namun kecemasan pada pelajaran
matematika disebabkan pula oleh
faktor lain salah satunya adalah guru
di mana faktor tersebut dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini sesuai
dengan Nawangsari (2000) laporan
dari hasil pengamatannya pada seluruh
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
kecemasan siswa dalam menghadapi
matematika akan berpengaruh dengan
prestasi akademiknya Di mana 53
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
di anggap sulit kemudian di susul 26
dipengaruhi oleh fasilitas yang
kurang memadai dan 23 dipengaruhi
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
(Nawangsari 2000)
Berdasarkan Latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas
dihasilkan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Apakah
ada hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Tujuan Penelitian
Penulis ingin menguji
hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Matematika merupakan salah
satu disiplin ilmu yang telah
berkembang pesat di negara-negara
maju Kemajuan ini disebabkan oleh
pemfokusan negara maju pada bidang
sains dan matematika Namun
penerapan bidang sains dan
matematika tidak hanya dilakukan di
negara-negara maju saja Akhir-akhir
ini negara-negara berkembang mulai
berusaha untuk memfokuskan diri pada
bidang sains dan matematika salah
satunya adalah negara Indonesia
Usaha Indonesia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan
pada bidang sains dan matematika
dapat di lihat pada pemberian pelajaran
Matematika sejak dini Hudoyo (dalam
Nawangsari 2000) berpendapat
pemfokusan pelajaran matematika
disebabkan matematika merupakan
dasar untuk mengembangkan ilmu
sehingga mutlak diperlukan tenaga
yang terampil dan pandai dalam
matematika Bila perkembangan ilmu
matematika dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan maka akan di
peroleh generasi yang berkualitas di
masa yang akan datang Namun usaha
tidak selalu sama dengan yang
diharapkan Terkadang sering
ditemukan banyak hambatan dalam
pencapaian usaha tersebut Hambatan-
hambatan itu dapat muncul dari dalam
diri individu maupun dari lingkungan
sekitar individu Bila hambatan-
hambatan tersebut tidak segera
ditanggulangi oleh pemerintah di suatu
negara terutama di negara Indonesia
maka hambatan-hambatan tersebut
dapat menimbulkan kecemasan pada
bidang matematika
Kecemasan merupakan suatu
perasaan tidak nyaman yang sering
terjadi di dalam kehidupan sehari-hari
manusia Hurlock (dalam Hartanti
1997) berpendapat bahwa kecemasan
merupakan sebuah ungkapan perasaan
individu terhadap suatu situasi yang
dapat diekspresikan melalui beberapa
cara yaitu dengan cara yang mudah
dikenali seperti kekhawatiran individu
individu menjadi mudah marah
Kecemasan terlihat dari kekhawatiran
atau ketakutan individu pada hal-hal
tertentu misalnya kecemasan pada
bidang matematika Kecemasan pada
bidang matematika banyak terjadi di
kalangan masyarakat salah satunya
terjadi pada remaja
Menurut Papalia (2004)
periode remaja adalah periode yang
sudah mulai menggabungkan
pengalaman yang di peroleh
sebelumnya dengan tantangan saat ini
dan memikirkan keadaan di masa yang
akan datang Santrock (2003)
mengatakan masa remaja disebut juga
masa pemantapan identitas diri atau
masa masa-masa strom and stress atau
masa up and down Bila pada periode
ini remaja tidak memiliki kemantapan
dalam dirinya maka akan
menimbulkan kecemasan di dalam
dirinya Bila ketidakmantapan tersebut
terjadi pada pelajaran matematika
maka remaja tersebut akan mengalami
kecemasan terhadap pelajaran
mateamtika
Kecemasan remaja dalam
menghadapi matematika dikarenakan
adanya beberapa faktor yaitu faktor
inteligensi faktor di dalam diri remaja
dan faktor lingkungan Ellis (dalam
Alsa 1984) mengatakan bahwa
kecemasan pada remaja disebabkan
oleh adanya tingkat inteligensi yang
berbeda pada diri remaja Hal ini
dijelaskan oleh Zeidner (1998)
kecemasan seseorang terhadap
pelajaran matematika dikarenakan
kurangnya ketertarikan siswa terhadap
pelajaran matematika Kurangnya
ketertarikan siswa terhadap pelajaran
matematika disebabkan oleh
inteligensi siswa dalam pelajaran
matematika siswa yang memiliki
inteligensi tinggi akan cenderung lebih
tertarik dan akan lebih evaluatif
terhadap pelajaran matematika
sedangkan siswa yang memiliki
inteligensi rendah akan kurang tertarik
dan kurang evaluatif terhadap
pelajaran matematika (Zeidner 1998)
Ketertarikan siswa dan siswi dalam
pelajaran matematika berbeda-beda di
mana siswa pria lebih tertarik dalam
pelajaran matematika dibandingkan
dengan siswa wanita sehingga siswa
wanita lebih mudah cemas dalam
menghadapi matematika dibandingkan
dengan siswa pria (Yoenanto dalam
Nawangsari 2000)
Sedangkan menurut Hudoyo
(dalam Nawangsari 2000) kecemasan
siswa dalam pelajaran matematika
dipengaruhi oleh pengalaman belajar
matematika yang diterima siswa di
masa lampau Namun berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh
Nawangsari (2001) terhadap siswa
kelas 1 Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat
bahwa 81 kecemasan siswa terhadap
pelajaran matematika dipengaruhi oleh
self-efficacy belief siswa atau
keyakinan diri siswa dan expectancy-
value siswa atau harapan siswa
terhadap suatu keberhasilan
Keyakinan diri dan harapan terhadap
keberhasilan dalam mata pelajaran
matematika ditunjukkan bahwa 59
siswa wanita lebih yakin terhadap diri
dan memiliki harapan yang besar
terhadap keberhasilan dalam mata
pelajaran matematika sedangkan 41
untuk siswa pria (Nawangsari 2001)
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
siswa pria lebih cemas jika
dibandingkan dengan siswa wanita
Bila kecemasan pada pelajaran
matematika terus berlanjut dalam satu
periode atau satu semester maka dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika pada remaja
Prestasi akademik matematika
remaja baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan
Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 melaporkan bahwa rata-rata skor
matematika siswa tingkat delapan
(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP)) Indonesia (dari
Benua Asia) jauh di bawah rata-rata
skor matematika siswa internasional
dan berada pada ranking 34 dari 38
negara dengan skor 403 (Setyono
2005) Setyono (2005) mengatakan
bahwa Negara yang menduduki
rangking 1 dari 38 Negara diduduki
oleh Negara Singapura (dari Benua
Asia) dengan skor 604 sedangkan
Negara yang menduduki rangking 38
dari 38 negara adalah Negara Afrika
selatan (dari Benua Afrika) dengan
skor 275 sehingga dapat disimpulkan
bahwa Negara Indonesia (dari Benua
Asia) termasuk salah satu Negara yang
prestasi siswanya dalam pelajaran
matematika menduduki posisi yang
rendah Rendahnya prestasi disebabkan
oleh faktor siswa yaitu mengatasi
masalah secara komprehensif atau
secara partial (hanya sebagian) dalam
pelajaran matematika
Selain itu belajar siswa belum
bermakna sehingga pengertian siswa
terhadap konsep matematika sangat
lemah (Arjuna 1999) Pemahaman
terhadap konsep matematika sangat
dipengaruhi oleh kemampuan
intelegensi Hal ini sesuai dengan
pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)
mengenai kemampuan inteligensi yang
minim pada remaja wanita dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains dapat
menyebabkan rendahnya prestasi
akademik belajar matematika pada
remaja wanita Sebaliknya pada remaja
pria kemampuan inteligensi dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains sangat
besar sehingga prestasi belajar
matematika remaja pria lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja wanita
Hal ini sesuai dengan pengetesan
inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi
sekolah menengah umum yang
dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa
1984) di mana hasil pengetesan
inteligensi siswa pria adalah siswa pria
memiliki inteligensi yang lebih baik
dalam pelajaran matematika aljabar
geometri dan sains sedangkan siswa
wanita memiliki inteligensi yang lebih
baik dalam bahasa asing pengertian
verbal dan hal-hal ekspresi pada
umumnya Hal senada terlihat pada
penelitian yang dilakukan oleh Stipek
dan Granlinski (dalam Thompson
2007) pada keberhasilan remaja wanita
dan remaja pria dalam pelajaran
matematika ternyata remaja wanita
memiliki urutan keberhasilan yang
rendah atau berada di bawah
kesuksesan remaja pria dalam
pelajaran matematika
Pelajaran matematika sering
menimbulkan kecemasan pada diri
remaja dan mempengaruhi prestasi
akademik belajar matematika Hal ini
dikarenakan adanya anggapan yang
salah pada remaja terhadap pelajaran
matematika Remaja beranggapan
bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang dapat
meningkatkan harga diri remaja
dihadapan masyarakat Namun pada
kenyataaanya banyak remaja yang
tidak terlalu dapat memahami konsep
matematika yang telah diberikan di
sekolah Sehingga pada saat remaja
mengikuti tes matematika tanpa
persiapan sebelumnya terlihat bahwa
remaja mengalami kecemasan yang
berpengaruh pada rendahnya nilai yang
dihasilkan remaja pada pelajaran
matematika atau rendahnya prestasi
akademik matematika pada remaja
KT Hill dan Sarason (dalam
Nawangsari 2000) melaporkan hasil
studi longitudinal yang intensif pada
700 siswa Sekolah Dasar di mana
siswa akan memperoleh nilai
matematika yang rendah ketika
diberikan tes matematika tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya yang
membuat siswa menjadi tidak siap hal
ini dikarenakan oleh situasi dan
suasana tes yang membuat mereka
cemas Sebaliknya para siswa ini
memperlihatkan nilai yang lebih baik
jika berada pada kondisi yang lebih
optimal dalam arti unsur-unsur yang
membuat siswa berada dibawah
tekanan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali Ini menunjukkan bahwa
sebenarnya para siswa tersebut
menguasai materi matematika yang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
kemampuan mereka yang sebenarnya
karena kecemasan yang melanda siswa
saat mengerjakan soal-soal Sehingga
kecemasan pada saat mengikuti tes
matematika akan mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya
Kecemasan menghadapi
pelajaran matematika tidak hanya
disebabkan oleh situasi dan suasana
tes Namun kecemasan pada pelajaran
matematika disebabkan pula oleh
faktor lain salah satunya adalah guru
di mana faktor tersebut dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini sesuai
dengan Nawangsari (2000) laporan
dari hasil pengamatannya pada seluruh
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
kecemasan siswa dalam menghadapi
matematika akan berpengaruh dengan
prestasi akademiknya Di mana 53
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
di anggap sulit kemudian di susul 26
dipengaruhi oleh fasilitas yang
kurang memadai dan 23 dipengaruhi
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
(Nawangsari 2000)
Berdasarkan Latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas
dihasilkan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Apakah
ada hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Tujuan Penelitian
Penulis ingin menguji
hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
sudah mulai menggabungkan
pengalaman yang di peroleh
sebelumnya dengan tantangan saat ini
dan memikirkan keadaan di masa yang
akan datang Santrock (2003)
mengatakan masa remaja disebut juga
masa pemantapan identitas diri atau
masa masa-masa strom and stress atau
masa up and down Bila pada periode
ini remaja tidak memiliki kemantapan
dalam dirinya maka akan
menimbulkan kecemasan di dalam
dirinya Bila ketidakmantapan tersebut
terjadi pada pelajaran matematika
maka remaja tersebut akan mengalami
kecemasan terhadap pelajaran
mateamtika
Kecemasan remaja dalam
menghadapi matematika dikarenakan
adanya beberapa faktor yaitu faktor
inteligensi faktor di dalam diri remaja
dan faktor lingkungan Ellis (dalam
Alsa 1984) mengatakan bahwa
kecemasan pada remaja disebabkan
oleh adanya tingkat inteligensi yang
berbeda pada diri remaja Hal ini
dijelaskan oleh Zeidner (1998)
kecemasan seseorang terhadap
pelajaran matematika dikarenakan
kurangnya ketertarikan siswa terhadap
pelajaran matematika Kurangnya
ketertarikan siswa terhadap pelajaran
matematika disebabkan oleh
inteligensi siswa dalam pelajaran
matematika siswa yang memiliki
inteligensi tinggi akan cenderung lebih
tertarik dan akan lebih evaluatif
terhadap pelajaran matematika
sedangkan siswa yang memiliki
inteligensi rendah akan kurang tertarik
dan kurang evaluatif terhadap
pelajaran matematika (Zeidner 1998)
Ketertarikan siswa dan siswi dalam
pelajaran matematika berbeda-beda di
mana siswa pria lebih tertarik dalam
pelajaran matematika dibandingkan
dengan siswa wanita sehingga siswa
wanita lebih mudah cemas dalam
menghadapi matematika dibandingkan
dengan siswa pria (Yoenanto dalam
Nawangsari 2000)
Sedangkan menurut Hudoyo
(dalam Nawangsari 2000) kecemasan
siswa dalam pelajaran matematika
dipengaruhi oleh pengalaman belajar
matematika yang diterima siswa di
masa lampau Namun berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh
Nawangsari (2001) terhadap siswa
kelas 1 Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat
bahwa 81 kecemasan siswa terhadap
pelajaran matematika dipengaruhi oleh
self-efficacy belief siswa atau
keyakinan diri siswa dan expectancy-
value siswa atau harapan siswa
terhadap suatu keberhasilan
Keyakinan diri dan harapan terhadap
keberhasilan dalam mata pelajaran
matematika ditunjukkan bahwa 59
siswa wanita lebih yakin terhadap diri
dan memiliki harapan yang besar
terhadap keberhasilan dalam mata
pelajaran matematika sedangkan 41
untuk siswa pria (Nawangsari 2001)
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
siswa pria lebih cemas jika
dibandingkan dengan siswa wanita
Bila kecemasan pada pelajaran
matematika terus berlanjut dalam satu
periode atau satu semester maka dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika pada remaja
Prestasi akademik matematika
remaja baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan
Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 melaporkan bahwa rata-rata skor
matematika siswa tingkat delapan
(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP)) Indonesia (dari
Benua Asia) jauh di bawah rata-rata
skor matematika siswa internasional
dan berada pada ranking 34 dari 38
negara dengan skor 403 (Setyono
2005) Setyono (2005) mengatakan
bahwa Negara yang menduduki
rangking 1 dari 38 Negara diduduki
oleh Negara Singapura (dari Benua
Asia) dengan skor 604 sedangkan
Negara yang menduduki rangking 38
dari 38 negara adalah Negara Afrika
selatan (dari Benua Afrika) dengan
skor 275 sehingga dapat disimpulkan
bahwa Negara Indonesia (dari Benua
Asia) termasuk salah satu Negara yang
prestasi siswanya dalam pelajaran
matematika menduduki posisi yang
rendah Rendahnya prestasi disebabkan
oleh faktor siswa yaitu mengatasi
masalah secara komprehensif atau
secara partial (hanya sebagian) dalam
pelajaran matematika
Selain itu belajar siswa belum
bermakna sehingga pengertian siswa
terhadap konsep matematika sangat
lemah (Arjuna 1999) Pemahaman
terhadap konsep matematika sangat
dipengaruhi oleh kemampuan
intelegensi Hal ini sesuai dengan
pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)
mengenai kemampuan inteligensi yang
minim pada remaja wanita dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains dapat
menyebabkan rendahnya prestasi
akademik belajar matematika pada
remaja wanita Sebaliknya pada remaja
pria kemampuan inteligensi dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains sangat
besar sehingga prestasi belajar
matematika remaja pria lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja wanita
Hal ini sesuai dengan pengetesan
inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi
sekolah menengah umum yang
dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa
1984) di mana hasil pengetesan
inteligensi siswa pria adalah siswa pria
memiliki inteligensi yang lebih baik
dalam pelajaran matematika aljabar
geometri dan sains sedangkan siswa
wanita memiliki inteligensi yang lebih
baik dalam bahasa asing pengertian
verbal dan hal-hal ekspresi pada
umumnya Hal senada terlihat pada
penelitian yang dilakukan oleh Stipek
dan Granlinski (dalam Thompson
2007) pada keberhasilan remaja wanita
dan remaja pria dalam pelajaran
matematika ternyata remaja wanita
memiliki urutan keberhasilan yang
rendah atau berada di bawah
kesuksesan remaja pria dalam
pelajaran matematika
Pelajaran matematika sering
menimbulkan kecemasan pada diri
remaja dan mempengaruhi prestasi
akademik belajar matematika Hal ini
dikarenakan adanya anggapan yang
salah pada remaja terhadap pelajaran
matematika Remaja beranggapan
bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang dapat
meningkatkan harga diri remaja
dihadapan masyarakat Namun pada
kenyataaanya banyak remaja yang
tidak terlalu dapat memahami konsep
matematika yang telah diberikan di
sekolah Sehingga pada saat remaja
mengikuti tes matematika tanpa
persiapan sebelumnya terlihat bahwa
remaja mengalami kecemasan yang
berpengaruh pada rendahnya nilai yang
dihasilkan remaja pada pelajaran
matematika atau rendahnya prestasi
akademik matematika pada remaja
KT Hill dan Sarason (dalam
Nawangsari 2000) melaporkan hasil
studi longitudinal yang intensif pada
700 siswa Sekolah Dasar di mana
siswa akan memperoleh nilai
matematika yang rendah ketika
diberikan tes matematika tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya yang
membuat siswa menjadi tidak siap hal
ini dikarenakan oleh situasi dan
suasana tes yang membuat mereka
cemas Sebaliknya para siswa ini
memperlihatkan nilai yang lebih baik
jika berada pada kondisi yang lebih
optimal dalam arti unsur-unsur yang
membuat siswa berada dibawah
tekanan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali Ini menunjukkan bahwa
sebenarnya para siswa tersebut
menguasai materi matematika yang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
kemampuan mereka yang sebenarnya
karena kecemasan yang melanda siswa
saat mengerjakan soal-soal Sehingga
kecemasan pada saat mengikuti tes
matematika akan mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya
Kecemasan menghadapi
pelajaran matematika tidak hanya
disebabkan oleh situasi dan suasana
tes Namun kecemasan pada pelajaran
matematika disebabkan pula oleh
faktor lain salah satunya adalah guru
di mana faktor tersebut dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini sesuai
dengan Nawangsari (2000) laporan
dari hasil pengamatannya pada seluruh
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
kecemasan siswa dalam menghadapi
matematika akan berpengaruh dengan
prestasi akademiknya Di mana 53
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
di anggap sulit kemudian di susul 26
dipengaruhi oleh fasilitas yang
kurang memadai dan 23 dipengaruhi
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
(Nawangsari 2000)
Berdasarkan Latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas
dihasilkan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Apakah
ada hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Tujuan Penelitian
Penulis ingin menguji
hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
pelajaran matematika dipengaruhi oleh
self-efficacy belief siswa atau
keyakinan diri siswa dan expectancy-
value siswa atau harapan siswa
terhadap suatu keberhasilan
Keyakinan diri dan harapan terhadap
keberhasilan dalam mata pelajaran
matematika ditunjukkan bahwa 59
siswa wanita lebih yakin terhadap diri
dan memiliki harapan yang besar
terhadap keberhasilan dalam mata
pelajaran matematika sedangkan 41
untuk siswa pria (Nawangsari 2001)
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
siswa pria lebih cemas jika
dibandingkan dengan siswa wanita
Bila kecemasan pada pelajaran
matematika terus berlanjut dalam satu
periode atau satu semester maka dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika pada remaja
Prestasi akademik matematika
remaja baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan
Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 melaporkan bahwa rata-rata skor
matematika siswa tingkat delapan
(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP)) Indonesia (dari
Benua Asia) jauh di bawah rata-rata
skor matematika siswa internasional
dan berada pada ranking 34 dari 38
negara dengan skor 403 (Setyono
2005) Setyono (2005) mengatakan
bahwa Negara yang menduduki
rangking 1 dari 38 Negara diduduki
oleh Negara Singapura (dari Benua
Asia) dengan skor 604 sedangkan
Negara yang menduduki rangking 38
dari 38 negara adalah Negara Afrika
selatan (dari Benua Afrika) dengan
skor 275 sehingga dapat disimpulkan
bahwa Negara Indonesia (dari Benua
Asia) termasuk salah satu Negara yang
prestasi siswanya dalam pelajaran
matematika menduduki posisi yang
rendah Rendahnya prestasi disebabkan
oleh faktor siswa yaitu mengatasi
masalah secara komprehensif atau
secara partial (hanya sebagian) dalam
pelajaran matematika
Selain itu belajar siswa belum
bermakna sehingga pengertian siswa
terhadap konsep matematika sangat
lemah (Arjuna 1999) Pemahaman
terhadap konsep matematika sangat
dipengaruhi oleh kemampuan
intelegensi Hal ini sesuai dengan
pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)
mengenai kemampuan inteligensi yang
minim pada remaja wanita dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains dapat
menyebabkan rendahnya prestasi
akademik belajar matematika pada
remaja wanita Sebaliknya pada remaja
pria kemampuan inteligensi dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains sangat
besar sehingga prestasi belajar
matematika remaja pria lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja wanita
Hal ini sesuai dengan pengetesan
inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi
sekolah menengah umum yang
dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa
1984) di mana hasil pengetesan
inteligensi siswa pria adalah siswa pria
memiliki inteligensi yang lebih baik
dalam pelajaran matematika aljabar
geometri dan sains sedangkan siswa
wanita memiliki inteligensi yang lebih
baik dalam bahasa asing pengertian
verbal dan hal-hal ekspresi pada
umumnya Hal senada terlihat pada
penelitian yang dilakukan oleh Stipek
dan Granlinski (dalam Thompson
2007) pada keberhasilan remaja wanita
dan remaja pria dalam pelajaran
matematika ternyata remaja wanita
memiliki urutan keberhasilan yang
rendah atau berada di bawah
kesuksesan remaja pria dalam
pelajaran matematika
Pelajaran matematika sering
menimbulkan kecemasan pada diri
remaja dan mempengaruhi prestasi
akademik belajar matematika Hal ini
dikarenakan adanya anggapan yang
salah pada remaja terhadap pelajaran
matematika Remaja beranggapan
bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang dapat
meningkatkan harga diri remaja
dihadapan masyarakat Namun pada
kenyataaanya banyak remaja yang
tidak terlalu dapat memahami konsep
matematika yang telah diberikan di
sekolah Sehingga pada saat remaja
mengikuti tes matematika tanpa
persiapan sebelumnya terlihat bahwa
remaja mengalami kecemasan yang
berpengaruh pada rendahnya nilai yang
dihasilkan remaja pada pelajaran
matematika atau rendahnya prestasi
akademik matematika pada remaja
KT Hill dan Sarason (dalam
Nawangsari 2000) melaporkan hasil
studi longitudinal yang intensif pada
700 siswa Sekolah Dasar di mana
siswa akan memperoleh nilai
matematika yang rendah ketika
diberikan tes matematika tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya yang
membuat siswa menjadi tidak siap hal
ini dikarenakan oleh situasi dan
suasana tes yang membuat mereka
cemas Sebaliknya para siswa ini
memperlihatkan nilai yang lebih baik
jika berada pada kondisi yang lebih
optimal dalam arti unsur-unsur yang
membuat siswa berada dibawah
tekanan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali Ini menunjukkan bahwa
sebenarnya para siswa tersebut
menguasai materi matematika yang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
kemampuan mereka yang sebenarnya
karena kecemasan yang melanda siswa
saat mengerjakan soal-soal Sehingga
kecemasan pada saat mengikuti tes
matematika akan mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya
Kecemasan menghadapi
pelajaran matematika tidak hanya
disebabkan oleh situasi dan suasana
tes Namun kecemasan pada pelajaran
matematika disebabkan pula oleh
faktor lain salah satunya adalah guru
di mana faktor tersebut dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini sesuai
dengan Nawangsari (2000) laporan
dari hasil pengamatannya pada seluruh
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
kecemasan siswa dalam menghadapi
matematika akan berpengaruh dengan
prestasi akademiknya Di mana 53
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
di anggap sulit kemudian di susul 26
dipengaruhi oleh fasilitas yang
kurang memadai dan 23 dipengaruhi
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
(Nawangsari 2000)
Berdasarkan Latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas
dihasilkan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Apakah
ada hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Tujuan Penelitian
Penulis ingin menguji
hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
minim pada remaja wanita dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains dapat
menyebabkan rendahnya prestasi
akademik belajar matematika pada
remaja wanita Sebaliknya pada remaja
pria kemampuan inteligensi dalam
pelajaran-pelajaran matematika
aljabar geometri dan sains sangat
besar sehingga prestasi belajar
matematika remaja pria lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja wanita
Hal ini sesuai dengan pengetesan
inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi
sekolah menengah umum yang
dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa
1984) di mana hasil pengetesan
inteligensi siswa pria adalah siswa pria
memiliki inteligensi yang lebih baik
dalam pelajaran matematika aljabar
geometri dan sains sedangkan siswa
wanita memiliki inteligensi yang lebih
baik dalam bahasa asing pengertian
verbal dan hal-hal ekspresi pada
umumnya Hal senada terlihat pada
penelitian yang dilakukan oleh Stipek
dan Granlinski (dalam Thompson
2007) pada keberhasilan remaja wanita
dan remaja pria dalam pelajaran
matematika ternyata remaja wanita
memiliki urutan keberhasilan yang
rendah atau berada di bawah
kesuksesan remaja pria dalam
pelajaran matematika
Pelajaran matematika sering
menimbulkan kecemasan pada diri
remaja dan mempengaruhi prestasi
akademik belajar matematika Hal ini
dikarenakan adanya anggapan yang
salah pada remaja terhadap pelajaran
matematika Remaja beranggapan
bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang dapat
meningkatkan harga diri remaja
dihadapan masyarakat Namun pada
kenyataaanya banyak remaja yang
tidak terlalu dapat memahami konsep
matematika yang telah diberikan di
sekolah Sehingga pada saat remaja
mengikuti tes matematika tanpa
persiapan sebelumnya terlihat bahwa
remaja mengalami kecemasan yang
berpengaruh pada rendahnya nilai yang
dihasilkan remaja pada pelajaran
matematika atau rendahnya prestasi
akademik matematika pada remaja
KT Hill dan Sarason (dalam
Nawangsari 2000) melaporkan hasil
studi longitudinal yang intensif pada
700 siswa Sekolah Dasar di mana
siswa akan memperoleh nilai
matematika yang rendah ketika
diberikan tes matematika tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya yang
membuat siswa menjadi tidak siap hal
ini dikarenakan oleh situasi dan
suasana tes yang membuat mereka
cemas Sebaliknya para siswa ini
memperlihatkan nilai yang lebih baik
jika berada pada kondisi yang lebih
optimal dalam arti unsur-unsur yang
membuat siswa berada dibawah
tekanan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali Ini menunjukkan bahwa
sebenarnya para siswa tersebut
menguasai materi matematika yang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
kemampuan mereka yang sebenarnya
karena kecemasan yang melanda siswa
saat mengerjakan soal-soal Sehingga
kecemasan pada saat mengikuti tes
matematika akan mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya
Kecemasan menghadapi
pelajaran matematika tidak hanya
disebabkan oleh situasi dan suasana
tes Namun kecemasan pada pelajaran
matematika disebabkan pula oleh
faktor lain salah satunya adalah guru
di mana faktor tersebut dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini sesuai
dengan Nawangsari (2000) laporan
dari hasil pengamatannya pada seluruh
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
kecemasan siswa dalam menghadapi
matematika akan berpengaruh dengan
prestasi akademiknya Di mana 53
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
di anggap sulit kemudian di susul 26
dipengaruhi oleh fasilitas yang
kurang memadai dan 23 dipengaruhi
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
(Nawangsari 2000)
Berdasarkan Latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas
dihasilkan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Apakah
ada hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Tujuan Penelitian
Penulis ingin menguji
hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
matematika yang rendah ketika
diberikan tes matematika tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya yang
membuat siswa menjadi tidak siap hal
ini dikarenakan oleh situasi dan
suasana tes yang membuat mereka
cemas Sebaliknya para siswa ini
memperlihatkan nilai yang lebih baik
jika berada pada kondisi yang lebih
optimal dalam arti unsur-unsur yang
membuat siswa berada dibawah
tekanan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali Ini menunjukkan bahwa
sebenarnya para siswa tersebut
menguasai materi matematika yang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
kemampuan mereka yang sebenarnya
karena kecemasan yang melanda siswa
saat mengerjakan soal-soal Sehingga
kecemasan pada saat mengikuti tes
matematika akan mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya
Kecemasan menghadapi
pelajaran matematika tidak hanya
disebabkan oleh situasi dan suasana
tes Namun kecemasan pada pelajaran
matematika disebabkan pula oleh
faktor lain salah satunya adalah guru
di mana faktor tersebut dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini sesuai
dengan Nawangsari (2000) laporan
dari hasil pengamatannya pada seluruh
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
kecemasan siswa dalam menghadapi
matematika akan berpengaruh dengan
prestasi akademiknya Di mana 53
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
di anggap sulit kemudian di susul 26
dipengaruhi oleh fasilitas yang
kurang memadai dan 23 dipengaruhi
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
(Nawangsari 2000)
Berdasarkan Latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas
dihasilkan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut Apakah
ada hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Tujuan Penelitian
Penulis ingin menguji
hubungan antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
terdapat hubungan negatif antara
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dengan
prestasi akademik matematika pada
remaja Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan
sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan terutama
yang berkaitan prestasi akademik
matematika pada remaja Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
tambahan data empiris yang telah
teruji secara ilmiah mengenai rata-
rata terdapat kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika pada siswa dan siswi
kelas XI di Sekolah Menengah
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi berada pada taraf sedang
dimana kecemasan tersebut
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa dan siswi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
lain yang berminat di bidang yang
sama
2 Manfaat Praktis
Dari hasil penlitian ini
diketahui bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
Pada penelitian ini kecemasan
siswa dan siswi dalam menghadapi
mata pelajaran matematika berada
pada taraf sedang ini berarti bahwa
siswa dan siswi rata-rata memiliki
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
sehingga diharapkan siswa dan
siswi dapat mengurangi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika Cara mengurangi
kecemasan itu dapat dilakukan
dengan memperbanyak
mengerjakan latihan-latihan
matematika memperdalam materi-
materi yang telah diberikan oleh
guru matematika dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan mata
pelajaran matematika Selain itu
hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
informasi khususnya kepada para
orang tua konselor sekolah guru
dan seluruh masyarakat agar dapat
memberikan stimulus-stimulus
yang berkaitan dengan matematika
dan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang
efektifitas belajar matematika
sehingga menumbuhkan rasa
senang didalam diri siswa saat
belajar matematika Bila
kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
berkurang diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi akademik
matematika
Kecemasan
Crow dan Crow (dalam
Hartanti 1997) mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu
kondisi kurang menyenangkan
yang di alami oleh individu yang
dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya Senada dengan yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow
menurut Soehardjono (1988)
kecemasan adalah manifestasi dari
gejala-gejala atau gangguan
fisiologik seperti gemetar banyak
keringat mual sakit kepala sering
buang-buang air palpitasi (debaran
atau berdebar-debar)
Menurut Rathus (dalam
Nawangsari 2001) kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan
psikologis yang ditandai oleh
adanya tekanan ketakutan
kegalauan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan Sementara
itu menurut Zakiyah Derajat
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur
aduk yang terjadi ketika individu
sedang mengalami tekanan
perasaan atau frustasi dan
pertentangan batin atau konflik
Sedangkan menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah suatu
kondisi yang tidak menyenangkan
meliputi rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak suka yang
sifatnya subjektif dan timbul
karena adanya perasaan tidak aman
terhadap bahaya yang diduga akan
terjadi
Dari berbagai definisi di
atas maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi
fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
menimbulkan berbagai macam
reaksi di dalam diri individu
seperti gemetar banyak keringat
mual sakit kepala palpitasi rasa
takut rasa tegang khawatir
binggung dan lain sebagainya
Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan
Freud (dalam
Soehardjono1988) mengutarakan
kecemasan dapat terjadi karena
keadaan seperti berikut
a Kehilangan orang yang
dicintai seperti kehilangan
seorang guru yang di cintai
b Konflik yang tidak
terselesaikan antara kebutuhan
untuk pemuasan instinktual dan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan tersebut
Jersild dari Ahli Konstitusi
mengatakan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi
individu Menurut Freud dari Ahli
Psikoanalisis kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik
antara dorongan instingtual yang
ingin mencari kepuasan dengan
kekuatan represi untuk
menghambat dorongan yang
muncul Sementara itu Calvin S
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
bahwa kecemasan di pandang
sebagai ekspresi langsung dari
pengaruh sosio-kultural Mowrer
dari Ahli Teori Belajar mengatakan
kecemasan dipengaruhi oleh pola
belajar ldquoConditioningrdquo dengan
adaptasi yang salah serta
didasarkan pada pembentukkan
ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari
Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall
dari Ahli Kultural dan Mowrer dari
Ahli Teori Belajar bersepakat
untuk menggabungkan pendapat
masing-masing menjadi dua faktor
yang mempengaruhi kecemasan
(dalam Soeharjono 1988) yaitu
a Mikrokosmos (keadaan diri
individu)
1) Sifat dasar konstitusi
individu sejak lahir yang
meliputi emosi tingkah
laku dan proses berfikir
individu
2) Keadaan biologi individu
seperti jenis kelamin
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
3) Perkembangan individu
yang dapat dilihat dari usia
individu
b Makrokosmos (keadaan
lingkungan)
1) Orang tua atau keluarga
dirumah
2) Sekolah (kelas) tetangga
teman-teman
3) Masyarakat meliputi
keadaan sosial budaya
lingkungan agama dan
sebagainya
Berdasarkan kedua
pendapat yang dikemukakan oleh
Freud (dalam Soehardjono1988)
dan penggabungan pendapat dari
Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli
yang meneliti tentang sifat alamiah
yang dimiliki oleh setiap individu)
Freud dari Ahli Psikoanalisis
Calvin S Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah keadaan
lingkungan di mana keadaan itu
dapat dilihat pada lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas
atau karena kehilangan orang yang
dicintai misalnya guru orang tua
teman dan lain sebagainya selain
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
didalam diri individu seperti
keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari
usia individu selain itu dapat pula
disebabkan oleh konflik yang tidak
dapat terselesaikan antara
kebutuhan untuk pemuasan
instinktual individu dengan
keadaan lingkungan melarang
pemuasan yang dinginkan oleh
individu
Komponen-Komponen
Kecemasan
Menurut Dacey (2000)
dalam mengenali gejala kecemasan
dapat di tinjau melalui tiga
komponen yaitu
a Komponen Psikologis berupa
kegelisahan gugup tegang
cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut
b Komponen Fisiologis berupa
jantung berdebar keringat
dingin pada telapak tangan
tekanan darah meninggi
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
(mudah emosi) respon kulit
terhadap aliran galvanis
(sentuhan dari luar) berkurang
gerakan peristaltik (gerakan
berulang-ulang tanpa disadari)
bertambah gejala somatik atau
fisik (otot) gejala somatik atau
fisik (sensorik) gejala
Respiratori (pernafasan) gejala
Gastrointertinal (pencernaan)
gejala Urogenital (perkemihan
dan kelamin)
c Komponen Sosial
sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu di
lingkungannya Perilaku itu
dapat berupa tingkah laku
(sikap) dan gangguan tidur
Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan oleh
Dacey (2000) bahwa dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
di lihat dari tiga komponen Di
mana ke tiga komponen tersebut
adalah komponen psikologis
komponen fisiologis dan
komponen sosial
Dampak Kecemasan
Menurut Hartanti (1997)
kecemasan akan membawa
individu mengantisipasi situasi
ketakutan yang tak berbahaya
membesar-besarkan bahaya atau
risiko sehingga dapat menghambat
kegiatan individu dalam menjalani
kehidupannya Sementara itu
menurut Horney (dalam
Soeharjono 1988) individu yang
mengalami kecemasan akan terus-
menerus membentuk defens
(pertahanan) di dalam dirinya
untuk melawan lingkungan yang di
anggap tidak adil dan kejam
terhadap dirinya Perlawanan yang
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya akan membuat
individu semakin tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubahnya dan
dapat melemahkan kemampuannya
dalam menumbuhkan kepercayaan
pada dirinya
Dari pendapat yang
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
dan Horney (dalam Soeharjono
1988) mengenai dampak
kecemasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak
kecemasan adalah sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh
individu terhadap sesuatu yang
dapat membuat individu cemas di
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
mana bila individu terus-menerus
melakukan perlawanan pada
kondisi ini maka kegiatan individu
akan terganggu individu akan
merasa tidak berdaya untuk
merubah kondisi tersebut dan
individu menjadi kurang percaya
pada kemampuan yang
dimilikinya
Prestasi Akademik
Penilaian terhadap hasil
belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah mencapai
sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi akademik Winkel
(dalam Christantie 2007)
mengatakan bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai sikap dan
keterampilan Adanya perubahan
tersebut tampak dalam prestasi
akademik yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan
persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui
prestasi akademik siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam
belajar Menurut Poerwodarminto
(dalam Wahyuningsih 2004) yang
dimaksud dengan prestasi adalah
hasil yang telah dicapai dilakukan
atau dikerjakan oleh individu
Sedangkan prestasi akademik itu
sendiri diartikan sebagai prestasi
yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan di
catat dalam buku rapor sekolah
Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan
oleh Winkel (dalam Christantie
2007) dan Poerwodarminto (dalam
Wahyuningsih 2004) maka dapat
di tarik kesimpulan mengenai
pengertian prestasi akademik yaitu
suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan penilaian terhadap
hasil-hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam jangka waktu
tertentu dan di catat dalam buku
prestasi siswa atau buku rapor
siswa di sekolah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi
Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
Riyanti Prabowo dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Puspitawati (1996) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi
akademik dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
b Faktor Internal
Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu
1) Faktor fisiologis
Dalam hal ini
faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera
yaitu
a) Kesehatan badan
Untuk dapat
menempuh studi yang
baik siswa perlu
memperhatikan dan
memelihara kesehatan
tubuhnya Keadaan fisik
yang lemah dapat
menjadi penghalang
bagi siswa dalam
menyelesaikan program
studinya Dalam upaya
memelihara kesehatan
fisiknya siswa perlu
memperhatikan pola
makan dan pola tidur
untuk memperlancar
metabolisme dalam
tubuhnya Selain itu
juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga
dapat meningkatkan
ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga
yang teratur
b) Pancaindera
Berfungsinya
pancaindera merupakan
syarat berlangsungnya
belajar yang baik
Dalam sistem
pendidikan dewasa ini
di antara pancaindera
itu yang paling
memegang peranan
dalam belajar adalah
mata dan telinga Hal
ini penting karena
sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh
manusia dipelajari
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
melalui penglihatan dan
pendengaran Dengan
demikian seorang anak
yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat
mental akan
menghambat dirinya di
dalam menangkap
pelajaran sehingga
pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi
akademiknya di
sekolah
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor
psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi
akademik siswa antara lain
adalah
a) Inteligensi
Pada umumnya
prestasi akademik yang
ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat
kecerdasan yang
dimiliki siswa Taraf
inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi
akademik seorang
siswa di mana siswa
yang memiliki taraf
inteligensi tinggi
mempunyai peluang
lebih besar untuk
mencapai prestasi
akademik yang lebih
tinggi Sebaliknya
siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang
rendah diperkirakan
juga akan memiliki
prestasi akademik yang
rendah Namun
bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika
siswa dengan taraf
inteligensi rendah
memiliki prestasi
akademik yang tinggi
dan begitu pula
sebaliknya
b) Sikap
Sikap yang
pasif rendah diri dan
kurang percaya diri
dapat merupakan faktor
yang menghambat
siswa dalam
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
menampilkan prestasi
akademiknya
c) Motivasi
Motivasi belajar
merupakan faktor psikis
yang bersifat non
intelektual Peranannya
yang khas ialah dalam
hal gairah atau
semangat belajar siswa
yang termotivasi kuat
akan mempunyai
banyak energi untuk
melakukan kegiatan
belajar
c Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa ada
hal-hal lain di luar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi
akademik yang akan diraih
antara lain adalah
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi
keluarga
Sosial ekonomi
keluarga yang memadai
akan membuat
seseorang lebih banyak
kesempatan
mendapatkan fasilitas
belajar yang lebih baik
mulai dari buku alat
tulis hingga pemilihan
sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang
telah menempuh
jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih
memperhatikan dan
memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-
anaknya dibandingkan
dengan yang
mempunyai jenjang
pendidikan yang lebih
rendah
c) Perhatian orang tua dan
suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan dari
keluarga merupakan
suatu pemacu semangat
berpretasi bagi
seseorang Dukungan
dalam hal ini bisa
secara langsung berupa
pujian atau nasihat
maupun secara tidak
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
langsung seperti
hubugan keluarga yang
harmonis
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah seperti
papan tulis kapur atau
spidol yang dapat
membantu kelancaran
proses belajar mengajar
di sekolah selain itu
bentuk ruangan
sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar
sekolah juga dapat
mempengaruhi proses
belajar mengajar
b) Kompetensi guru dan
siswa
Kualitas guru
dan siswa sangat
penting dalam meraih
prestasi kelengkapan
sarana dan prasarana
tanpa disertai kinerja
yang baik dari para
penggunanya akan sia-
sia belaka Bila seorang
siswa merasa
kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik
di sekolah terpenuhi
misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang
berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa
keingintahuan yang
besar hubungan dengan
guru dan teman-
temannya berlangsung
harmonis maka siswa
akan memperoleh iklim
belajar yang
menyenangkan Dengan
demikian siswa akan
terdorong untuk terus-
menerus meningkatkan
prestasi akademiknya
c) Kurikulum dan metode
mengajar
Hal ini meliputi
materi dan bagaimana
cara memberikan materi
tersebut kepada siswa
Metode pembelajaran
yang lebih interaktif
(terjadi melalui dua
arah) sangat diperlukan
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
untuk menumbuhkan
minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3) Faktor lingkungan
masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang
pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi
kesungguhan pendidik
dan peserta didik
Masyarakat yang masih
memandang rendah
pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya
ke sekolah dan
cenderung memandang
rendah pekerjaan
gurupengajar
b) Partisipasi terhadap
pendidikan
Bila semua
pihak telah
berpartisipasi dan
mendukung kegiatan
pendidikan mulai dari
pemerintah (berupa
kebijakan dan
anggaran) sampai pada
masyarakat bawah
setiap orang akan lebih
menghargai dan
berusaha memajukan
pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Pengukuran Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (1998)
rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama
masa tertentu
Azwar (1996) menyebutkan
bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan yaitu
a Penilaian berfungsi selektif
(Fungsi Sumatif)
Fungsi penilaian ini
merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk
menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus atau
tidak dalam program
pendidikan tersebut Dengan
kata lain penilaian berfungsi
untuk membantu guru
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa misalnya
1) Memilih siswa yang akan
diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat
naik kelas
3) Memilih siswa yang
seharusnya dapat beasiswa
b Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini
selain untuk mengetahui hasil
yang dicapai siswa juga
mengetahui kelemahan siswa
sehingga dengan adanya
penilaian maka guru dapat
mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing
siswa Jika guru dapat
mendeteksi kelemahan siswa
maka kelemahan tersebut dapat
segera diperbaiki
c Penilaian berfungsi sebagai
penempatan (Placement)
Setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda satu sama
lain Penilaian dilakukan untuk
mengetahui di mana
seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah
diperlihatkannya pada prestasi
belajar yang telah dicapainya
Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I
menentukan jurusan studi di
kelas II dan III
d Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
Formatif)
Penilaian berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
suatu program dapat
diterapkan Sebagai contoh
adalah raport di setiap semester
di sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menegah dapat
dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan
yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada
siswa tersebut
Raport biasanya
menggambil nilai dari angka 1
sampai dengan 10 terutama
pada siswa SD sampai SMU
tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4
dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai
di bawah 5 berarti tidak baik
atau buruk sedangkan nilai-
nilai di atas 5 seperti nilai 6
dikategorikan cukup untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
nilai 7 dikategorikan lebih dari
cukup untuk nilai 8
dikategorikan baik dan untuk
nilai 9 dikategorikan sangat
baik
Mata Pelajaran Matematika
Hudoyo (dalam Yoenanto
2002) mendefinisikan mata
pelajaran matematika adalah
sebagai bidang ilmu yang
berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungan
yang di atur secara logis sehingga
pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan
dengan penalaran deduktif
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas
ide-ide hubungan-hubungan
struktur-struktur yang berkaitan
dengan konsep secara abstrak dan
berguna dalam kehidupan sehari-
hari Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001) yang di
maksud dengan mata pelajaran
matematika adalah matematika
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dewasa ini telah berkembang amat
pesat baik materi maupun
kegunaannya
Dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran matematika adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
mendasar dari kehidupan sehari-
hari manusia di mana ilmu tersebut
berkenaan dengan ide-ide
hubungan-hubungan dan struktur-
struktur berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan telah diatur
secara logis
Dimensi Mata Pelajaran
Matematika
Dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama atau di
singkat dengan GBPP SLTP
(dalam Nawangsari 2001)
mengatakan bahwa didalam mata
pelajaran matematika terdapat 4
dimensi yaitu
a Mata pelajaran matematika
meliputi terjadinya proses
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
belajar mengajar yaitu berupa
sebuah kegiatan yang
terintegrasi (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar
yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang
sedang mengajar dalam
suasana yang bersifat
pengajaran
b Mata pelajaran matematika di
sekolah terdiri atas bagian-
bagian matematika yang di
pilih guna menumbuh
kembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk
pribadi siswa serta berpandu
pada perkembangan ilmu dan
teknologi
c Mata pelajaran matematika
berkenaan dengan materi yang
memerlukan kegiatan berfikir
yang berhubungan dengan
struktur lebih tinggi di mana
hal itu telah terbentuk dari apa
yang sudah dipelajari
sebelumnya Artinya bahan
pelajaran matematika harus
bermakna agar sesuai dengan
kemampuan dan struktur
kognitif yang dimiliki peserta
didik
d Mata pelajaran matematika
memerlukan penggunaan
metode instruksional
Remaja
Secara umum periode
remaja merupakan klimaks dari
periode-periode perkembangan
sebelumnya Dalam periode ini apa
yang diperoleh dalam masa-masa
sebelumnya di uji dan dibuktikan
sehingga dalam periode
selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi
yang lebih mantap Periode remaja
adalah masa transisi dalam periode
anak-anak ke periode dewasa awal
periode remaja dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu fase remaja
awal dan fase remaja akhir
(Riyanti Prabowo dan Puspitawati
1996) Masa remaja adalah masa
dimulainya perkembangan kognitif
yang mengarah pada pemikiran
operasional formal yang lebih
abstrak daripada pemikiran seorang
anak Pemikiran remaja tidak lagi
berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
khayalan kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau dalil-
dalil dan penalaran yang benar-
benar abstrak (Santrock 2003)
Menurut Papalia (2004) periode
remaja adalah periode yang sudah
mulai mengabungkan pengalaman
yang di peroleh sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
memikirkan keadaan di masa yang
akan datang
Dari beberapa definisi
remaja yang diberikan oleh para
ahli dapat di tarik kesimpulan
bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa Pada masa remaja
merupakan masa awal dari
pembentukan proses pemikiran
operasional yang lebih abstrak
Sehingga pada masa ini remaja
sudah mulai membandingkan
antara pengalaman di masa lalu
dengan keadaan di masa sekarang
dan mulai memikirkan masa yang
datang
Batasan Usia
Periode remaja dianggap
sebagai masa-masa yang amat
penting dalam kehidupan individu
khususnya dalam pembentukan
kepribadian Masa remaja dibagi
dua bagian yaitu (1) periode remaja
awal (early adolescence) yaitu
berkisar antara umur 13-17 tahun
dan periode remaja akhir yaitu
umur 17 tahun sampai dengan 18
tahun (Puspitawati 1996)
Bedasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget
(dalam Santrock 2003) masa
remaja dimulai pada usia 11 tahun
sampai dengan 15 tahun dalam
usia ini remaja sudah dapat berfikir
secara operasional formal Masa
remaja atau pubertas adalah proses
menuju kedewasaan seksual atau
kesuburan (kemampuan untuk
reproduksi) pada periode ini selain
perkembangan fisik diikuti pula
dengan perkembangan kognitif
sosial otonomi harga diri dan
keintiman dalam hubungan seksual
(Papalia 2004) Menurut Papalia
(2004) masa remaja dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
remaja awal dimulai dari usia 11-
13 tahun remaja madya dimulai
dari usia 13 tahun sampai dengan
18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
dari usia 18 tahun sampai dengan
21 tahun
Dari uraian yang
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa usia remaja
adalah dimulai dari 11 tahun
sampai dengan 21 tahun
Karakteristik Remaja
Periode remaja adalah
periode pemantapan identitas diri
Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo
yang dipengaruhi oleh pandangan
orang-orang sekitarnya serta
pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola
perilakunya sebagai orang dewasa
Pemantapan identitas diri ini tidak
selalu mulus tetapi sering melalui
proses yang panjang dan
bergejolak Oleh karena itu banyak
ahli menamakan periode ini
sebagai masa-masa strom and
stress atau masa up and down
(Santrock 2003)
Remaja adalah seorang
idealis remaja memandang
dunianya seperti apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana
adanya Remaja suka mimpi-mimpi
yang membuatnya marah cepat
tersinggung atau frustasi Selain
itu oleh keluarga dan masyarakat
remaja di anggap sudah menginjak
dewasa sehingga remaja diberi
tanggung jawab yang sama dengan
seorang yang sudah dewasa
Remaja mulai memperhatikan
prestasi dalam segala hal karena
ini memberinya nilai tambah untuk
kedudukan sosialnya di antara
teman sebaya maupun orang-orang
dewasa
Hubungan antara
Kecemasan Menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika dengan
Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja
Masa remaja dapat dikatakan
sebuah masa peralihan antara masa
anak-anak menuju ke masa dewasa
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
merupakan masa dimulainya
perkembangan kognitif yang mengarah
pada pemikiran operasional formal
yang lebih abstrak daripada pemikiran
seorang anak Pemikiran remaja tidak
lagi berupa pengalaman konkret saja
namun remaja sudah dapat
membangkitkan situasi-situasi
khayalan kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak Selain itu
masa remaja disebut pula sebagai masa
strom and stress atau masa up and
down (Santrock 2003) Bila pada masa
ini remaja menemui hambatan dalam
bidang tertentu maka hambatan tersbut
akan membuat remaja menjadi cemas
Menurut Crow dan Crow
(dalam Hartanti 1997) kecemasan
adalah sebuah kondisi yang kurang
menyenangkan yang di alami oleh
individu yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiknya Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
tentang sifat alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu) Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli
Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori
Belajar (dalam Soeharjono 1988)
faktor yang mempengaruhi remaja
menjadi cemas yaitu faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi individu seperti
jenis kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia
individu dan faktor Makrokosmos
(keadaan lingkungan) lingkungan
sekolah atau lingkungan kelas
Menurut Dacey (2000) dalam
mengenali gejala kecemasan dapat
ditinjau melalui tiga komponen yaitu
komponen psikologis (afektif atau
perasaan) yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah kegelisahan gugup
tegang cemas rasa tidak aman takut
cepat terkejut) komponen fisiologis
(jantung berdebar keringat dingin
pada telapak tangan tekanan darah
meninggi respon kulit terhadap aliran
galvanis berkurang gerakan peristaltik
bertambah gejala somatik atau fisik
(otot) gejala somatik atau fisik
(sensorik) gejala Respiratori
(pernafasan) gejala Gastrointertinal
(pencernaan) gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin)) dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap)
dan gangguan tidur) Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja
yang mendapatkan materi pelajaran
matematika
Menurut Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) yang di maksud
dengan mata pelajaran matematika
adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
ilmu dasar yang dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi
maupun kegunaannya Sedangkan
Nawangsari (2000) mendefinisikan
mata pelajaran matematika sebagai
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
ide hubungan-hubungan struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
secara abstrak dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari Dari kedua
pendapat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau di singkat
dengan GBPP SLTP (dalam
Nawangsari 2001) dan Nawangsari
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika merupakan suatu bidang
ilmu yang di dalamnya membahas
mengenai ide-ide hubungan-
hubungan struktur-struktur yang
berkaitan dengan konsep secara
abstrak dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari di mana bidang ilmu
tersebut saat ini sudah berkembang
pesat
Berkembangnya bidang ilmu
matematika merupakan sebuah kabar
yang baik untuk kemajuan Negara Di
mana siswa-siswinya akan menjadi
lebih pandai lagi dalam pelajaran
matematika Namun bagi siswa materi
pelajaran matematika merupakan
materi pelajaran yang sulit
(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-
kesulitan tersebut tidak dapat
diselesaikan oleh siswa dengan baik
maka akan menimbulkan kecemasan di
dalam diri siswa saat menghadapi
pelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan Math Anxiety
Quesstionairre (MAQ) yang
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Nawangsari 2000) pada seluruh siswa
siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
terdapat reaksi negatif dalam diri
remaja saat menghadapi pelajaran
matematika reaksi yang ditunjukkan
oleh remaja ketika menghadapi
pelajaran matematika adalah rasa tidak
suka kurang percaya diri gelisah
khawatir takut dan frustasi
Kecemasan saat menghadapi
mata pelajaran matematika dapat pula
terjadi pada siswa dan siswi yang
duduk dibangku Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat
dipengaruhi oleh semakin
kompleksnya perhitungan matematika
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
(SLTA) Hal ini sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika di tingkatan
kelas berikutnya Bila keadaan cemas
sering muncul dalam pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu
atau dalam satu semester maka akan
dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa
Winkel (dalam Christantie
2007) mengatakan bahwa prestasi
akademik adalah proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang nilai sikap dan keterampilan
Adanya perubahan tersebut tampak
dalam prestasi akademik yang
dihasilkan oleh siswa terhadap
pertanyaan persoalan atau tugas yang
diberikan oleh guru Melalui prestasi
akademik siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar Menurut
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
(1996) hal-hal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik
siswa adalah faktor internal seperti
kesehatan badan dan faktor eksternal
seperti sarana dan prasarana sekolah
Pelajaran-pelajaran yang biasanya
diberikan penilaian salah satunya
adalah prestasi akademik matematika
Prestasi akademik matematika
siswa di Indonesia saat ini sangat
menurun hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third
International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun
1999 terhadap siswa tingkat delapan
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di mana Negara
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
salah satu Negara yang prestasi
matematika siswanya menduduki
posisi yang rendah (Setyono 2005)
Rendahnya prestasi tersebut
dikarenakan oleh kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika (Arjuna 1999) Bila
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akan menimbulkan kecemasan siswa
dalam menghadapi pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
langsung dapat juga mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Melihat adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan
sebagaimana yang telah diungkapkan
di atas maka dapat dilihat bahwa
kecemasan siswa dalam menghadapi
pelajaran matematika dapat
mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa Hal ini terlihat dari
dua faktor yang menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu
dan keadaan lingkungan di mana bila
faktor-faktor tersebut sering muncul
pada saat siswa menghadapi pelajaran
matematika maka hal ini dapat
mengangu kegiatan siswa dalam
belajar matematika siswa pun akan
merasa kurang percaya pada
kemampuannya dalam pelajaran
matematika Bila hal ini terjadi dalam
satu semester maka akan dapat
berpengaruh terhadap prestasi
akademik matematika siswa Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal
seperti kesehatan badan dan faktor
eksternal seperti sarana dan prasarana
sekolah Bila faktor-faktor tersebut
sering muncul pada siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka dapat mempengaruhi prestasi
akademik matematika siswa di mana
semakin tingginya kecemasan dalam
menghadapi pelajaran matematika
maka semakin rendah prestasi
akademik matematika siswa
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami
kecemasan pada pelajaran matematika
akan mempengaruhi prestasi akademik
matematika siswa hal ini dipengaruhi
oleh materi pelajaran yang dianggap
sulit kemudian disusul oleh fasilitas
kelas yang kurang memadai dan cara
mengajar guru yang sulit dipahami
oleh siswa Sehingga saat siswa
menghadapi pelajaran matematika
siswa akan mengalami kecemasan dan
bila hal ini terjadi dalam satu kurun
waktu maka akan mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa
Senada dengan penelitian
Nawangsari (2000) penelitian yang
dilakukan oleh Sarason (dalam
Nawangsari 2000) terhadap 700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada
tahun 1996 didapatkan korelasi yang
negatif antara skor kecemasan pada
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
akademik matematika siswa di mana
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat kecemasan
siswa SLTP pada pelajaran matematika
akan semakin tinggi prestasi akademik
matematika atau semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran
matematika akan semakin rendah
prestasi akademik matematika
Hipotesis
Dari beberapa penjelasan yang
telah dikemukakan oleh para ahli di
atas maka terlihat jelas bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara
kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada remaja
dimana semakin tinggi tingkat
kecemasan remaja dalam menghadapi
mata pelajaran matematika maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika pada remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Identifikasi Variabel-Vari-
abel Penelitian
VariabelPrediktor Kecemasan
Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Variabel KriteriumPrestasi Akademik
Matematika
B Definisi Operasional Vari-
abel Penelitian
1 Kecemasan Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Suatu
bentuk ungkapan perasaan cemas
yang dipengaruhi faktor
psikologis dan faktor fisiologis
yang sering dialami oleh setiap
individu dalam kehidupan sehari-
hari dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak
struktur-struktur atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tentang matematika
Alat yang digunakan untuk
mengukur kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika adalah Skala
Kecemasan yang didapatkan dari
gejala-gejala kecemasan yang
dikemukakan oleh Dacey di mana
gejala-gejala kecemasan tersebut
di bagi menjadi 3 komponen yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
2 Prestasi Akademik Matematika
Suatu pengukuran yang bertujuan
untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
proses belajar matematika yang
dilakukan oleh remaja dalam satu
kurun waktu tertentu untuk melihat
pemahaman remaja mengenai
konsep-konsep abstrak simbol-
simbol yang telah diberikan oleh
para pendidik Alat yang
digunakan untuk mengukur
prestasi akademik matematika
remaja adalah dengan melihat nilai
rapor remaja yang dihasilkan pada
akhir semester
C Populasi dan Sampel
Popolasi dan sampel yang
digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling di mana teknik
Purposive Sampling ini adalah teknik
penentuan sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau
penentuan sample untuk tujuan tertentu
(Riduwan 2008) Populasi yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
para siswa dan siswi kelas XI pada
Sekolah Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan Bekasi
Pengambilan populasi siswa dan siswi
kelas XI dilakukan karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
dan siswi kelas XI sebelum
mendapatkan perhitungan matematika
yang terlalu kompleks dikelas
berikutnya Hal ini seperti yang telah
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
Nawangsari 2000) dimana semakin
tinggi tingkat kelas maka semakin
kompleks perhitungan matematikanya
dan bila siswa tidak mampu
memahami perhitungan yang lebih
dasar maka siswa akan cemas pada
pelajaran matematika ditingkatan kelas
berikutnya Sampel yang digunakan
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang
D Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam mengukur tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode
kuesioner tertutup dengan memberikan
tanda checklist Kuesioner tertutup
dengan tanda checklist ini adalah suatu
daftar yang berisi tentang aspek-aspek
yang akan diukur (Riduwan 2008)
Pengukuran prestasi akademik
matematika dilakukan dengan melihat
nilai rapor siswa dan siswi pada
pelajaran matematika
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
1 Skala Kecemasan
Skala kecemasan yang
digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari komponen-komponen
kecemasan yang di kemukakan
oleh Dacey (2000) yaitu
komponen psikologis komponen
fisiologis dan komponen sosial
Komponen-komponen inilah yang
akan dijadikan acuan atau dasar
pengukuran dalam penelitian ini
yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi item-item
yang akan diberikan kepada
responden untuk dijawab oleh
responden
Tabel 1
Distribusi item Skala kecemasan
N
o
Kom
pone
n
Komponen
Favorabe
l
Unfav
orabel
To
tal
1 Kom
pone
n
Psiko
logis
12345
67
8910
3132
3334
3536
3738
3940
20
2 Kom
pone
n
Fisiol
ogis
111213
141516
171819
20
4142
4344
4546
4748
4950
20
3 Kom
pone
n
Sosia
l
212223
2425
262728
2930
5152
5354
5556
5758
5960
20
Total 30 30 60
2 Prestasi Akademik
Prestasi akademik di peroleh
dengan menggunakan nilai raport
terakhir pada pelajaran
matematika
E Validitas dan Reliabilitas
Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan
validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk menilai keakuratan dari alat-alat
pengumpulan data
1 Validitas
Menurut Azwar (1997)
validitas adalah sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
ketepatan dan kecermatan suatu
instrument pengukur (alat tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya
Sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud yang dikenakan
dalam tes tersebut Cara
mendapatkan validitas dengan
menggunakan teknik total korelasi
item (korelasi product-moment)
Untuk batasan validitas item yang
digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh peneliti dengan
koefisien validitas sebesar ge 03
(Azwar 2008)
2 Reliabilitas
Menurut Azwar (1997)
reliabilitas adalah pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
hasil ukurnya dapat terpercaya
sehingga bila alat tes tersebut
digunakan dalam beberapa kali
pengukuran akan menghasilkan
nilai yang relatif sama Cara
mendapatkan reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha
Cronbach
Pada penelitian ini batas
koefisien realibilitas yang akan
digunakan yaitu sebesar ge 07 hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azwar (2008)
F Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
Product Moment Correlation Coeffient
Pearson di mana data yang akan di
analisis adalah data yang di peroleh
dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data
nilai raport siswa dalam mata pelajaran
matematika
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL
PENELITIAN
A Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian ini
dimulai awalnya peneliti
melakukan persiapan
administrasi yang berupa
surat keterangan permohonan
izin dari pihak kampus
(Universitas Gunadarma)
untuk melakukan penelitian
ke SMUN 1 Babelan Bekasi
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
setelah itu peneliti
menggandakan kuesioner
tertutup dari skala kecemasan
sebanyak 100 kuesioner
kuesioner atau skala
kecemasan ini berjumlah 60
item yang terdiri dari 30 item
favorable dan 30 item
unfavorable
Subjek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMU yang
berada di kelas XI atau kelas
2 SMUN 1 Babelan Bekasi
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak
3 kelas dan jumlah sampel
sebanyak 100 siswa-siswi di
mana 1 kelas berasal dari
kelas unggulan atau kelas XI
IPA 1 dan dua kelas lagi
berasal dari kelas yang tidak
diunggulkan atau kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2
dan kelas XI IPS 3 Untuk
mendapatkan subjek ini
peneliti bekerjasama dengan
segenap pihak sekolah dari
SMUN 1 Babelan Bekasi
yang berhubungan dengan
bagian kesiswaan dan guru-
guru BP yang menangani ke
tiga kelas tersebut
B Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
peneliti melaksanakan try out
terpakai yaitu data diperoleh
dengan try out sekaligus
digunakan sebagai data dalam
penelitian Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13
Oktober 2009 untuk
penyebaran kuesioner atau
skala kecemasan yang
berjumlah 100 angket yang
terdiri dari 60 item Pada 14-
19 Oktober 2009 untuk
mengambil fotocopy raport
yang masih berada di siswa
dan siswi Pengambilan
fotocopy raport dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari
disebabkan peneliti
mengalami kesulitan dalam
meminta fotocopy raport
kepada siswa dan siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi
Proses pengambilan data
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
2009 dilakukan pada pukul
1000 sampai dengan pukul
1200 Proses pengambilan
data pertama dilakukan di
kelas XI IPA 1 kemudian
dilanjutkan di kelas XI IPS 3
dan setelah itu dilanjutkan di
kelas XI IPS 2
Jumlah keseluruhan
subjek dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 siswa-
siswi 30 siswa-siswi berasal
dari kelas XI IPA 1 40
siswa-siswi berasal dari kelas
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berasal dari kelas XI IPS 2
Penelitian ini mengalami
hambatan hambatan yang
dimaksud adalah peneliti
menyebarkan angket
sebanyak 100 namun data
yang dapat peneliti olah
hanya 84 data dan 16 data
yang lain tidak dapat diolah
karena subjek tidak mengisi
angket yang telah peneliti
berikan Sehingga penelitian
ini hanya terdiri dari 84
subjek
C Hasil Penelitian
1 Deskripsi Subjek
Penelitian
a Jenis Kelamin
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 46 subjek pria
dengan presentase
5476 dan 38 subjek
wanita dengan
presentase 4524
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 2
Distribusi Subjek
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah Presentase
()
1 Pria 46 5476
2 Wanita 38 4524
b Usia
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 14 subjek yang
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
berusia 15 tahun
dengan presentase
1666 64 subjek
yang berusia 16 tahun
dengan presentase
7619 dan 6 subjek
yang berusia 17 tahun
dengan presentase
715 Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 3
Distribusi Subjek
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
()
1 15
tahun
14 1666
2 16
tahun
64 7619
3 17
tahun
6 715
c Kelas
Subjek dalam
penelitian ini terdiri
dari 30 subjek dari
kelas XI IPA dengan
presentase 3571
dan 54 subjek untuk
kelas XI IPS dengan
presentase 6429
Dapat dilihat
rinciannya pada tabel
berikut ini
Tabel 4
Distribusi Subjek
Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Presentase
()
1 XI
IPA
30 3571
2 XI
IPS
54 6429
2 Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan
Jenis Kelamin Usia dan
Kelas
a Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Tabel 5
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin
Jumlah
Kecemasan
1 Pria 46
2 Wanita 38
Berdasarkan
data di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan pada pria
lebih tinggi dari pada
wanita hal ini
ditunjukkan dengan
skor7663 untuk pria
dan 7555 untuk
wanita
b Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Tabel 6
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Usia
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi terletak pada
usia 17 tahun dengan
skor 8567 kemudian
di susul oleh usia 15
tahun dengan skor
8543 dan yang
terendah terletak pada
usia 16 tahun dengan
skor 8144
c Hasil Pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
Tabel 7
Hasil pengukuran
Mean Skala
Kecemasan dengan
Kelas
No Kelas Jumlah Mean
Skala
No Usia Jumlah Mean
Skala
Kecemasan
1 15
tahun
14 8543
2 16
tahun
64 8144
3 17
tahun
6 8567
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Kecemasan
1 XI
IPA
30
2 XI
IPS
54
Berdasarkan data
di atas diketahui
bahwa mean
kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan
skor 7796 dan yang
terendah berada pada
kelas XI IPA dengan
skor 7287
3 Hasil Uji Validitas dan
Realibilitas Skala
Kecemasan
a Uji Validitas
Menurut Azwar
(2008) validitas item
dapat dianggap
memuaskan apabila
koefisien validitasnya
sebesar ge 03
Berdasarkan hasil uji
coba pada skala
kecemasan yang
berjumlah 60 item
dihasilkan 36 item
yang valid Validitas
item dalam penelitian
ini untuk skala
kecemasan bergerak
dari 0301 sampai
dengan 0538
Distribusi item yang
valid dapat di lihat
dari tabel berikut ini
Tabel 8
Distribusi item
valid Skala
Kecemasan
No Komponen
Nomor Item
Favorabel
1 Komponen
Psikologis
1234567
8910
2 Komponen
Fisiologis
111213141516
17181920
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
3 Komponen
Sosial
2122232425
2627282930
Total
Keterangan
item yang tidak valid
b Uji Realibilitas
Uji realibilitas
dilakukan bertujuan
untuk mengetahui
konsistensi alat ukur
Teknik yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsistensi dari alat
ukur yaitu teknik
Alpha Cronbach
Dalam penelitian ini
batas koefisien
reliabilitas yang
digunakan adalah ge
07 Hal ini sesuai
dengan pendapat dari
Azwar (2008)
Hasil uji realibiltas
untuk skala
kecemasan di peroleh
nilai realibitas sebesar
0824 Hal ini terlihat
pada tabel di bawah
ini
Tabel 9
Realibilitas Skala
Kecemasan
Reliability
Statistics
4 Hasil Uji Normalitas dan
Linearitas Uji Asumsi
a Uji Normalitas
Untuk melihat
sebaran skor dalam uji
normalitas dari skala
kecemasan dapat
dilihat pada uji
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji
normalitas pada skala
kecemasan diketahui
nilai statistiknya
sebesar 091 dengan
signifikansi sebesar
Cronbachs Alpha N of Items824 60
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
0084 (p gt 005) Hal
ini menunjukkan
distribusi skor skala
kecemasan pada
subjek penelitian
adalah normal tetapi
prestasi akademik
matematika nilai
statistiknya 0198
dengan signifikansi
sebesar 0000 (p lt
005) yang berarti
tidak normal
Distribusi skor skala
kecemasan terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 10
Hasil Uji
Normalitas Skala
Kecemasan
T
ests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig
091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000
a Lilliefors Significance Correction
b Uji Linieritas
Tabel 11
Hasil Uji Linieritas
Skala Kecemasan
dan Prestasi
Akademik
Matematika
ANOVAb
96932 1 96932 4204 044a
1890628 82 230561987560 83
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Predictors (Constant) Skala Kecemasana
Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab
Berdasarkan hasil
uji linieritas diperoleh
signifikansi sebesar
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
0044 (p lt 005) Hal
ini menunjukkan
bahwa hubungan
antara skala
kecemasan dengan
prestasi akademik
yaitu linier
5 Analisis Data Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji
normalitas dan linieritas
diketahui bahwa bahwa
skala kecemasan normal
tetapi prestasi akademik
matematika tidak normal
sedangkan linieritasnya
adalah linier Oleh karena
itu untuk analisis korelasi
dapat menggunakan
analisis statistik
parametrik dengan teknik
korelasi product moment
Pearson
Berdasarkan analisis
data yang dilakukan
dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson
(1-tailed) diketahui nilai
koefisien korelasi sebesar
r = - 0221 dengan taraf
signifikansi sebesar 0022
(p lt 005) Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 12
Uji Hipotesis
Correlations
1 -221022
84 84-221 1022
84 84
Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N
Skala Kecemasan
Prestasi AkademikMatematika
SkalaKecemasan
PrestasiAkademik
Matematika
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian ini
diterima artinya terdapat
hubungan negatif yang
signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
6 Hasil Perhitungan Mean
Empirik dan Mean
Hipotetik
Hasil perhitungan dari
perbandingan antara
mean empirik dengan
mean hipotetik antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika dan
prestasi akademik
matematika terlihat
bahwa kecemasan siswa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
sedang Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 13
Hasil Perhitungan
Mean Empirik dan
Mean Hipotetik Skala
Kecemasan
Variabel Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
Standar
Deviasi
Skala
Kecemasan
7614 90 18
Dibawah ini
merupakan deskripsi
untuk lebih mengetahui
gambaran kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan klasifikasi sangat
rendah rendah sedang
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
tinggi dan sangat tinggi
yang dapat diketahui
dengan cara perhitungan
sebagai berikut
Jumlah aitem yang
valid pada skala
kecemasan sebanyak 36
item dengan
menggunakan kategori
nilai dari 1 sampai
dengan 4 Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1
dan yang terbesar
berjumlah 4 Jarak
minimum adalah nilai
terkecil dikalikan dengan
jumlah item yang valid (1
x 36 = 36) dan jarak
maksimum adalah nilai
terbesar dikalikan dengan
jumlah item yang valid (4
x 36 = 144) Untuk
mendapatkan nilai jarak
sebaran yaitu dengan cara
mengurangi jarak
maksimum dengan jarak
minimum (144 ndash 36 =
108)
Standar Deviasi (δ)
didapatkan dengan cara
membagi nilai jarak
sebaran dengan 6 atau
nilai jarak sebaran 6 =
(108 6 = 18) nilai 6 ini
didapat dari kurva
distribusi normal yang
terbagi atas 6 wilayah 3
daerah positif (+) dan 3
daerah negatif (-) Setelah
mendapatkan nilai standar
deviasi (δ) kemudian
langsung mencari nilai
Mean Hipotetik (micro)
dengan cara mengalihkan
nilai tengah skala dengan
cara mengalikan nilai
tengah skala dengan
jumlah item yang valid
(25 x 36 = 90) Nilai 25
didapatkan dari nilai
tengah dari kategori nilai
minimum (1) sampai
dengan kategori nilai
maksimum (4)
Berikut ini adalah
pengelompokkan skala
kecemasan yang
diperoleh dengan cara
menghitung
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Sangat Rendah =
ME lt MH ndash 2SD
=
ME lt 90 -2 (18)
=
ME lt 54
Rendah =
MH ndash 2SD le ME lt MH -
1SD
=
90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18
=
54 le ME lt 72
Rata-rata =
MH ndash 1SD le ME lt MH +
1SD
=
90 ndash 18 le ME lt 90 + 18
=
72 le ME lt 108
Tinggi = MH +
1SD le ME lt MH + 2SD
=
90 + 18 le ME lt 90 + 36
=
108 le ME lt 126
Sangat Tinggi = ME ge
MH + 2SD
=
ME ge 90 + 36
=
ME ge 126
Tabel 14
Pengelompokkan Skala
Kecemasan (Azwar
2008)
Keterangan
1 ME Mean
Empirik
ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)
MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)
MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)
MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)
ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
2 MH Mean
Hipotetik
3 SD Standar
Deviasi
Dibawah ini
merupakan penggolongan
subjek penelitian yang
digambarkan pada kurva
berikut
Gambar 1
Kurva Distribusi
Normal Kecemasan
dalam menghadapi
Mata Pelajaran
Matematika
Berdasarkan kurva
distribusi normal diatas
diketahui bahwa rata-rata
kecemasan remaja dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada taraf sedang
atau rata-rata
D Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji
hipotesis yang berbunyi
terdapat hubungan yang
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada
penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis diterima
Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik -2SD
-1SD
MH
+1SD
+2SD54 72 90 10
8126
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
7614
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
matematika pada remaja
dimana semakin tinggi
tingkat kecemasan remaja
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
maka semakin rendah
prestasi akademik
matematika pada remaja
Menurut Nawangsari
(2000) kecemasan adalah
suatu kondisi yang tidak
menyenangkan meliputi
rasa takut rasa tegang
khawatir bingung tidak
suka yang sifatnya
subjektif dan timbul
karena adanya perasaan
tidak aman terhadap
bahaya yang diduga akan
terjadi Kecemasan bisa
terjadi dalam berbagai
macam kondisi ketika
kecemasan ini terjadi
pada saat individu sedang
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka secara jelas
individu tersebut akan
memiliki perasaan tidak
aman saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Hal ini terlihat dalam
penelitian ini dimana
hasil mean empirik skala
kcemasan dalam
penelitian ini yaitu 7614
berada pada posisi rata-
rata Hasil ini
menunjukkan bahwa
terdapat kecemasan yang
dialami oleh siswa dan
siswi kelas XI di Sekolah
Menengah Umum Negeri
(SMUN) 1 Babelan
Bekasi saat menghadapi
mata pelajaran
matematika
Kecemasan siswa
dan siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
Berdasarkan gabungan
dari pendapat Jersild dari
Ahli Konstitusi (ahli yang
meneliti tentang sifat
alamiah yang dimiliki
oleh setiap individu)
Freud dari Ahli
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Psikoanalisis Calvin S
Hall dari Ahli Kultural
dan Mowrer dari Ahli
Teori Belajar (dalam
Soeharjono 1988) faktor
yang mempengaruhi
remaja menjadi cemas
yaitu faktor Mikrokosmos
(keadaan diri individu)
seperti keadaan biologi
individu seperti jenis
kelamin dan dapat pula
dipengaruhi oleh
perkembangan individu
yang dapat dilihat dari
usia individu dan faktor
Makrokosmos (keadaan
lingkungan) seperti
lingkungan kelas
Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini
berdasarkan hasil data
yang didapatkan
kecemasan dapat
dipengaruhi oleh jenis
kelamin usia dan kelas
Andi (2007) mengatakan
bahwa dalam belajar
matematika diperlukan
rasa ingin tahu perhatian
dan minat dalam
mempelajari matematika
serta sikap ulet dan
percaya diri dalam
pemecahan masalah
Menurut Tapia
(1996) kecemasan
terhadap pelajaran
matematika berhubungan
dengan jenis kelamin
dimana faktor yang
mempengaruhi
kecemasan adalah rasa
percaya diri minat
terhadap pelajaran
matematika dan motivasi
Tapia menerangkan lebih
lanjut bahwa rasa percaya
diri minat terhadap
pelajaran matematika dan
motivasi pada pria lebih
rendah dibandingkan
dengan wanita sehingga
pria lebih cemas dalam
pelajaran matematika
Hal ini dijelaskan
lebih lanjut dari hasil
penelitian Nawangsari
(2001) diperoleh data
bahwa siswa pria lebih
cemas terhadap
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
matematika dibandingkan
siswa wanita
Hal di atas juga
terlihat pada hasil
penelitian ini di mana
jenis kelamin subjek pria
lebih tinggi tingkat
kecemasannya
dibandingkan dengan
subjek wanita ini terlihat
dari skor mean
kecemasan 7663 pada
pria dan 7555 pada
wanita
Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan oleh Riyanto
(2009) di mana kelas IPS
lebih banyak mengalami
kesulitan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika jika
dibandingkan dengan
kelas IPA karena untuk
memahami mata
pelajaran matematika
dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dan
latihan yang berulang kali
untuk memperoleh hasil
yang baik sedangkan
materi yang banyak
diberikan di kelas IPS
adalah materi yang
menggunakan metode
menghafal Hal ini lah
yang menyebabkan kelas
IPS lebih cemas bila
dibandingkan dengan
kelas IPA Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini
terhadap
pengelompokkan kelas di
mana diperoleh hasil
mean kecemasan yang
tertinggi berada pada
kelas XI IPS dengan skor
7796 yang berarti bahwa
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
siswa kelas XI IPS lebih
cemas jika dibandingkan
dengan siswa XI IPA
Selanjutnya
berdasarkan
pengelompokkan usia
terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Pearson (dalam
Soeharjono 1988) pada
100 orang anak yang
berusia 5 ndash 18 tahun
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
ternyata anak yang
berusia diatas 12 tahun
lebih menunjukkan rasa
cemas akan di caci maki
atau dibuat malu karena
tidak dapat melakukan
sesuatu dengan baik dan
benar disamping itu
dipengaruhi pula oleh
jumlah terkecil dari
subjek yang menduduki
suatu kelompok usia atau
jumlah terkecil dari
keberadaan subjek yang
menduduki kelompok
usia tertentu
Hasil penelitian
diatas terlihat pula dalam
penelitian ini di mana
diperoleh hasil mean
kecemasan yang tertinggi
terletak pada usia 17
tahun dengan jumlah 6
subjek diperoleh skor
mean 8567 kemudian di
susul oleh usia 15 tahun
dengan jumlah 14 subjek
diperoleh skor mean
8543 dan yang terendah
terletak pada usia 16
tahun dengan jumlah 64
subjek skor mean 8144
hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
kecemasan subjek dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
dapat terlihat dari
banyaknya jumlah subjek
Di mana semakin banyak
subjek yang berada dalam
suatu populasi maka
semakin rendah tingkat
kecemasannya
Bila kecemasan
dalam menghadapi
matematika terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu
atau satu semester secara
tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi
akademik matematika
siswa dan siswi tersebut
Hal ini terlihat pada
data yang dihasilkan
dalam penelitian ini
dimana ada korelasi
negatif antara kecemasan
dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
dengan nilai koefisien
korelasi sebesar r = -
0221 dengan signifikansi
sebesar 0022 (p lt 005)
yang artinya semakin
tinggi tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik matematika
siswa dan sebaliknya
semakin rendah tingkat
kecemasan siswa dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
maka akan semakin tinggi
prestasi akademik
matematika yang
dihasilkan oleh siswa
Hasil penelitian ini
ternyata sama dengan
penelitian yang
dikemukakan oleh
Nawangsari (2000) di
mana ada korelasi negatif
antara skor kecemasan
terhadap matematika
dengan prestasi akademik
pada siswa SLTP di
Surabaya Hal ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat
kecemasan siswa
terghadap pelajaran
matematika maka
semakin rendah prestasi
akademik yang dihasilkan
oleh siswa begitu pula
sebaliknya semakin
rendah tingkat kecemasan
siswa terhadap pelajaran
matematika maka
semakin tinggi prestasi
akademik yang dihasilkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengumpulan data dan hasil
analisis data yang telah
dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis dalam penelitian
ini diterima hal ini
menunjukkan bahwa ada
hubungan yang negatif
antara kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
akademik matematika pada
siswa dan siswi kelas XI di
Sekolah Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1 Babelan
Bekasi
Berdasarkan data
tambahan diperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan
siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika
adalah jenis kelamin usia
dan kelas Di mana siswa
pria cenderung lebih cemas
dalam menghadapi mata
pealajaran matematika
dibandingkan dengan siswa
wanita Selain itu diperoleh
pula data bahwa usia 17
tahun jauh lebih cemas
dibandingkan selanjutnya
disusul usia 15 tahun dan
16 tahun hal ini terlihat
dari jumlah subjek pada
usia tertentu di mana
jumlah subjek yang
menduduki usia 17 tahun
lebih sedikit atau berjumlah
6 subjek kemudian di susul
oleh usia 15 tahun yang
berjumlah 14 subjek dan
pada usia 16 tahun
sejumlah 64 subjek Bukan
hanya usia namun kelas pun
menunjukkan data bahwa
kelas XI IPS cenderung
lebih cemas dalam
menghadapi mata pelajaran
matematika dibandingkan
dengan kelas XI IPA
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan peneliti
mempunyai beberapa saran
yang dapat diberikan
sebagai berikut
d Berdasarkan hasil
data yang diperoleh
terlihat bahwa
kecemasan siswa dan
siswi dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
berada pada kategori
rata-rata atau sedang
Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata siswa
dan siswi di Sekolah
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
Menengah Umum
Negeri (SMUN) 1
Babelan Bekasi
mengalami
kecemasan cemas saat
menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
peneliti menyarankan
kepada siswa dan
siswi sebelum
menghadapi mata
pelajaran matematika
diharapkan siswa dan
siswi dapat lebih giat
lagi untuk berlatih
mengerjakan tugas-
tugas matematika
soal-soal matematika
dan memperdalam
kembali materi yang
telah diajarkan oleh
guru matematika Hal
ini bertujuan untuk
membantu siswa dan
siswi agar
mengurangi
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
Bila kecemasan itu
berkurang maka
secara tidak langsung
prestasi akademik
matematika siswa dan
siswi akan meningkat
Sehubungan
penelitian ini peneliti
menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya agar
dapat menggunakan
populasi yang lebih luas
lagi bukan hanya siswa
dan siswi dari SMUN
(Sekolah Menengah
Umum Negeri) mungkin
dengan mengambil
sampel dari siswa yang
berasal dari SMUS
(Sekolah Menengah
Umum Swasta) untuk
melihat apakah siswa dari
SMUS (Sekolah
Menengah Umum
Swasta) juga mengalami
kecemasan dalam
menghadapi mata
pelajaran matematika
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
yang secara langsung
akan mempengaruhi
prestasi akademik
matematikanya Selain itu
untuk pengembangan
teori psikologi pendidikan
diharapkan untuk
penelitian selanjutnya
dapat melihat kecemasan-
kecemasan lain yang
terjadi di luar mata
pelajaran matematika di
mana mata pelajaran
tersebut sering pula
dialami oleh siswa dan
siswi selain kecemasan
menghadapi mata
pelajaran matematika
Misalnya cemas
menghadapi pelajaran
kimia bahasa inggris
ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik
matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34
Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29
Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm
Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar
Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997
Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers
Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007
Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga
Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88
Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc
Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma
Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung
Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm
Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga
Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia
Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007
Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm
Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI
Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72
Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers