Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
27
Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Motivasi Belajar
dengan Kemampuan Membaca Cerita
(Survei pada Siswa Kelas V SD Negeri
di Kecamatan Jatiroto)
Siti Samsiyah, Andayani, Muhammad Rohmadi
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sekolah Dasar Negeri 1 Sugihan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penguasaan
kosakata dengan kemampuan membaca cerita, antara motivasi belajar dengan
kemampuan membaca cerita, antara penguasaan kosakata dan motivasi belajar secara
bersama-sama dengan kemampuan membaca cerita. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei korelasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi
regresi dengan signifikansi 0,05. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa penguasaan
kosakata dan motivasi belajar secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terdapat
hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan membaca cerita. bersama-sama
penguasaan kosakata dan motivasi belajar memberi sumbangan sebesar 43,5% terhadap
kemampuan membaca cerita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel
tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kemampuan membaca cerita.
Kata Kunci: kemampuan membaca cerita, penguasaan kosakata, motivasi belajar
PENDAHULUAN
Membaca merupakan salah satu aspek
kemampuan berbahasa yang dominan,
karena dapat menunjang keempat aspek
berbahasa yang lain dalam pembelajaran
membaca. Hal ini sejalan dengan Rahim
(2011) bahwa proses belajar yang efektif
antara lain dilakukan dengan membaca.
Membaca dapat membuka wawasan
dunia yang luas serta otak akan terbiasa
beraktivitas sehingga seseorang dapat
meningkat kecerdasan dan
pengetahuannya.
Oleh karena itu kemampuan
membaca harus dapat dikuasai
sepenuhnya oleh siswa. Mengingat
pengajaran membaca di sekolah dasar
merupakan acuan untuk membaca di
sekolah lanjutan. Jika konsep yang
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
28
ditanamkan di sekolah dasar sudah
benar, maka siswa tidak akan merasa
kesulitan memahami materi membaca di
tingkat berikutnya.
Penguasaan kosakata merupakan
faktor dominan yang menunjang
kemampuan membaca. Semakin banyak
perbendaharaan kata yang dimiliki, siswa
akan dengan mudah memahami bacaan.
Sebaliknya Semakin sedikit penguasaan
kosakata yang dimiliki siswa maka siswa
akan lebih sulit memahami bacaan. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan
Sebagaimana dinyatakan ”Learners with
big vocabularies are more proficient in a
wide range of language skills than
learners with smaller vocabularies, and
there is some evidence to support the view
that vocabulary skills make a significant
contribution to almost all aspects of L2
proficiency” (Brown. et. all, 1996). Siswa
yang mempunyai jumlah kosakata yang
banyak akan lebih pandai dalam
berbahasa daripada siswa yang memiliki
jumlah kosakata yang lebih kecil dan ada
sejumlah fakta yang mendukung
pandangan bahwa kosakata memiliki
kontribusi yang signifikan pada hampir
semua aspek kemahiran berbahasa
(bahasa kedua).
Kemampuan menguasai kosakata
bukanlah masalah tunggal yang dihadapi
dalam pengajaran membaca. Semangat
belajar yang tidak sama pada setiap
siswa membawa dampak terhadap proses
pengajaran membaca. Siswa yang
memiliki semangat tinggi untuk belajar
akan lebih mudah memahami cerita yang
disuguhkan. Demikian sebaliknya, siswa
yang rendah semangat belajarnya akan
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
membaca cerita. Siswa akan lebih
termotivasi mengikuti kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan dengan
suasana kelas yang menyenangkan.
Suasana kelas yang dirancang menarik
mampu membangkitkan semangat
belajar siswa sehingga mudah menyerap
materi yang disampaikan. Sebagaimana
pendapat ahli, karena dengan
menciptakan kondisi-kondisi tertentu
dapat membangkitkan motivasi belajar
(Slameto, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara penguasaan
kosakata dengan kemampuan membaca
cerita, mengetahui hubungan antara
motivasi belajar dengan kemampuan
membaca cerita, mengetahui hubungan
antara penguasaan kosakata dan motivasi
belajar secara bersama-sama dengan
kemampuan membaca cerita.
Tinjauan Pustaka
“Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”
(Slameto, 2010). Hal senada diungkapkan
bahwa belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. (learning is defined as
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
29
modification or strengthening of
behaviour through experiencing)
(Hamalik, 2011). Pendapat lain
mengungkapkan “factors affecting
learners and learning: (1) cognitif and
metakognitif; (2) motivational and
affective; (3) developmental and social; (4)
individual differences” Combs and Miller
(2007). Faktor yang mempengaruhi
peserta didik dan pembelajaran: (1)
kognitif dan metakognitif, (2) motivasi
dan afektif, (3) perkembangan dan sosial,
(4) perbedaan individual.
Bahasa pada dasarnya merupakan
sistem simbol yang ada di dunia ini
(Hidayat, 2006: 23). Keterampilan
berbahasa (language arts, language skills)
dalam kurikulum di sekolah mencakup
empat segi, yaitu: (1) keterampilan
menyimak (listening skills); (2)
keterampilan berbicara (speaking skills);
(3) keterampilan membaca (reading
skills); dan (4) keterampilan menulis
(writing skiils) (Tarigan, 1980). Ahmadi
dan Supriyono (1991) mengemukakan
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
bahasa digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern dibagi menjadi dua
yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi.
Faktor fisiologi misalnya sakit, cacat
tubuh, mudah lelah, mengantuk, dan lain-
lain. Faktor psikologi meliputi inteligensi,
bakat, minat, motivasi, kesehatan mental,
tipe-tipe khusus seorang pelajar. Selain
faktor intern terdapat faktor ekstern
yang meliputi faktor-faktor nonsosial dan
faktor-faktor sosial.
Kemampuan merupakan penampilan
maksimum (maximum performance) yang
dilakukan seseorang dalam beberapa
pekerjaan. Apabila penampilan maksimal
tersebut diukur, orang tersebut ada
kecenderungan untuk melakukan
pekerjaan itu sebaik-baiknya dengan
harapan akan mencapai hasil yang paling
besar (Cronbach, 1984).
Membaca sebagai sebuah interaksi
berfungsi untuk melakukan komunikasi.
Tarigan (2008) menyatakan “membaca
adalah suatu metode yang kita
pergunakan untuk berkomunikasi dengan
diri kita sendiri dan kadang-kadang
dengan orang lain yaitu
mengkomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat dalam lambang-
lambang tertulis”. Membaca merupakan
kegiatan yang aktif produktif. Hal
tersebut ditegaskan oleh Brown and
Attardo (2009) “Reading is an active
process, a meaning-making activity.
Readers bring to reading a lot of
experience and background knowledge”.
Membaca adalah proses aktif, dalam arti
aktivitas produktif. Pembaca dibawa ke
membaca banyak pengalaman dan
kekayaan pengetahuan. Membaca sebagai
kegiatan yang aktif produktif menuntut
siswa untuk kreatif. Kegiatan membaca
yang berlangsung menuntut siswa secara
aktif merespon tugas yang diberikan
kepadanya. Tugas tersebut dapat disikapi
siswa dengan langkah-langkah tertentu.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
30
Langkah kegiatan atau rumusan kegiatan
membaca yang sistematis dapat
menunjang kegiatan membaca siswa agar
berlangsung dengan baik.
Tarigan (2008) secara lebih rinci
mengemukakan, tujuan membaca yaitu
(1) membaca untuk menemukan atau
mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh tokoh. Ini disebut
membaca untuk memperoleh perincian-
perincian atau fakta-fakta (reading for
details for facts); (2) membaca untuk
mengetahui mengapa hal itu merupakan
topik yang baik dan menarik. Ini disebut
membaca untuk memperoleh ide-ide
utama (reading for main ideas); (3)
membaca untuk menemukan atau
mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita. Ini disebut membaca untuk
mengetahui urutan atau susunan
organisasi cerita (reading for inference);
(4) membaca untuk menemukan serta
mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu. Ini
disebut membaca untuk menyimpulkan
(reading for inference); (5) membaca
untuk menemukan serta mengetahui apa-
apa yang tidak biasa mengenai tokoh. Ini
disebut membaca untuk
mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading tocalssify);
(6) membaca untuk menemukan apakah
tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita
ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
tokoh. Ini disebut membaca menilai,
membaca mengevaluasi (reading to
evaluate); (7) membaca untuk
menemukan bagaimana caranya tokoh
berubah. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare
or contrast).
Wellek dan Warren (1990) sastra
adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah
karya seni. Pendapat serupa
dikemukakan Fanani (2000: 6) bahwa
sastra adalah karya fiksi yang merupakan
hasil kreasi berdasarkan luapan emosi
yang spontan yang mampu
mengungkapkan aspek estetika baik yang
didasarkan aspek kebahasaan maupun
aspek makna. Sudjiman (1988)
mengemukakan karya sastra menurut
ragamnya dibedakan atas prosa, puisi,
dan drama. Lebih rinci diungkapkan
cerpen, novela, dan novel pada
hakikatnya merupakan kategori-kategori
fiksi yang bersifat formal. Musfiroh
(2008) bahwa unsur-unsur yang terdapat
dalam cerita meliputi tema, amanat, plot
atau alur cerita, tokoh atau penokohan,
sudut pandang, latar, dan sarana
kebahasaan.
Memahami bacaan pada dasarnya
meliputi kemampuan yang terdiri atas
kemampuan untuk (1) memahami arti
kata-kata sesuai penggunaannya dalam
bacaan; (2) mengenali susunan organisasi
wacana dan antar hubungan bagian-
bagiannya; (3) mengenali pokok-pokok
pikiran yang terungkapkan; (4) mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya secara eksplisit terdapat
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
31
dalam wacana; (5) mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
terdapat dalam wacana meskipun
diungkapkan dengan kata-kata yang
berbeda; (6) mampu menarik inferensi
tentang isi wacana; (7) mampu mengenali
dan memahami kata-kata dan ungkapan-
ungkapan untuk memahami nuansa
sastra; (8) mampu mengenali dan
memahami maksud dan pesan penulis
sebagai bagian dari pemahaman tentang
penulis (Djiwandono, 2011).
Kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa (Alwi, 2001).
Seperti diungkapkan bahwa “Vocabulary
is central to language and of critical
importance to the typical language
learner” (Coady dan Huckin, 1997).
Kosakata adalah pusat bahasa dan
bersifat sangat penting sehingga menjadi
bahasa siswa yang khas.
Wujud kata yang menjadi dasar
untuk pembicaraan kosakata adalah (1)
bentuk dasar; (2) bentuk berimbuhan
atau bentuk turunan; (3) bentuk berulang
atau reduplikasi; (4) bentuk majemuk
atau komposisi; (5) bentuk terikat
konteks; (6) bentuk paduan leksem
(Pateda, 1995). Afiksasi adalah proses
pembubuhan afiks pada sebuah dasar
atau bentuk dasar. Proses ini melibatkan
unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar;
(2) afiks; (3) makna gramatikal yang
dihasilkan (Chaer, 2007). Dilihat dari
posisi melekatnya pada bentuk dasar
biasanya dibedakan adanya prefiks,
infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan
transfiks.
Chaer (2007) mengemukakan
menurut tata bahasawan tradisional
klasifikasi kata menggunakan kriteria
makna dan kriteria fungsi. Kriteria
makna digunakan untuk mengidentifikasi
kelas verba, nomina, dan adjektiva;
sedangkan kriteria fungsi digunakan
untuk mengidentifikasi preposisi,
konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-
lain. Pendapat lain mengungkapkan
pembagian kelas kata yang disingkat
Papan Caniv, terdiri dari: (1) pronomina
(kata ganti); (2) ajektiva (kata sifat); (3)
preposisi (kata depan); (4) artikel (kata
sandang); (5) nomina (kata benda); (6)
konjungsi (kata sandang); (7) adverbia
(kata keterangan); (8) numeralia (kata
bilangan); (9) interjeksi (kata seru); dan
(10) verba (kata kerja) (Pateda, 1995).
Parera (2004) secara umum hubungan
antara satu makna dan makna yang lain
secara klasikal dibedakan atas sinonim/
sinonimi, antonim/ antonimi, penjaminan
makna, hipernimi dan hiponimi
(superordinat atau subordinat),
homonimi, dan polisemi. Pateda (1995)
mendefinisikan kosakata terdiri atas (1)
kosakata dasar; (2) kosakata umum; (3)
kosakata khusus; (4) kosakata khusus; (5)
kosakata konkret; (6) kosakata abstrak;
(7) kosakata populer; (8) kosakata asli; (9)
kosakata serapan; (10) kosakata baku dan
nonbaku; (11) kosakata muatan lokal; (12)
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
32
kosakata menurut bidang; (13) kosakata
menurut jenis kata.
Penguasaan kosakata dapat
dibedakan dalam penguasaan yang aktif
produktif dan penguasaan yang pasif
reseptif. Selanjutnya dijelaskan bahwa
kosakata yang merupakan bagian dari
penguasaan aktif produktif sering
dikenal dengan kosakata aktif, yaitu
kosakata yang dapat digunakan seorang
pemakai bahasa secara wajar, dan tanpa
banyak kesulitan dalam mengungkapkan
dirinya. Sebaliknya kosakata yang
merupakan bagian dari penguasaan pasif
reseptif atau kosakata pasif, adalah
seorang pemakai bahasa orang lain,
tanpa mampu menggunakannya sendiri
secara wajar dalam ungkapan-
ungkapannya (Djiwandono, 1996).
Tes kosakata menurut Djiwandono
(2011) adalah tes tentang penguasaan arti
kosakata yang dapat dibedakan menjadi
penguasaan yang bersifat pasif reseptif
dan penguasaan yang bersifat aktif
produktif.
Motivasi menunjuk kepada seluruh
proses gerakan, termasuk situasi yang
mendorong, dorongan yang timbul dalam
diri individu, tingkah laku yang
ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan
tujuan atau akhir dari gerakan atau
perbuatan (Fauzi, 2008). Seiring dengan
pendapat tersebut menurut Mappa (1977)
motivasi berasal dari kata lain yaitu
“movere” yang artinya menggerakkan
atau sesuatu yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Kekuatan motivasi
mendorong pada sejumlah urusan atau
bentuk perilaku, dan harus diarahkan
sampai akhir (Maslow: 1992).
Kemauan pada setiap diri manusia
terbetuk melalui empat momen, yaitu: (1)
momen timbulnya alasan; (2) momen
pilih; (3) momen putusan; (4) momen
terbentuknya kemauan. Motivasi terdiri
atas motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri manusia sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif
yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar (Sardiman,
2011).
Hamalik (2011) menjelaskan
motivasi intrinsik adalah motivasi yang
hidup dalam diri peserta didik dan
berguna dalam situasi belajar yang
funsional. Motivasi intrinsik atau
motivasi murni atau motivasi sebenarnya,
misalnya keinginan untuk mendapat
keterampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pemahaman,
mengembangkan sikap untuk berhasil,
menikmati kehidupan, secara sadar
memberikan sumbangan kepada
kelompok, keinginan untuk diterima oleh
orang lain, dan sebagainya. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar
situasi belajar, seperti: angka kredit,
ijazah, tingkatan, hadiah, medali,
pertentangan dan persaingan, yang
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
33
bersifat negatif adalah sarkasme, ejekan
(ridicule), dan hukuman.
Asdam (2007) motivasi belajar
adalah keseluruhan atau sesuatu yang
mendorong siswa untuk melakukan
aktivitas belajar, baik yang berasal dari
dalam diri maupun yang disebabkan oleh
rangsangan dari luar sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
Hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut pertama, terdapat
hubungan positif antara penguasaan
kosakata dan kemampuan membaca
cerita, kedua terdapat hubungan positif
antara motivasi belajar dan kemampuan
membaca cerita,ketiga terdapat
hubungan positif antara penguasaan
kosakata dan motivasi belajar secara
bersama-sama dengan kemampuan
membaca cerita.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama
enam bulan mulai bulan Juni sampai
dengan bulan November dalam tahun
2012 di SD negeri di Kecamatan Jatiroto
Kabupaten Wonogiri. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei dengan teknik
korelasional. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 600 siswa dari 33 SD
negeri di Kecamatan Jatiroto. Sampel
dalam penelitian ini ditetapkan sejumlah
63 siswa yang diambil secara acak dari
keseluruhan populasi.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel
yaitu penguasaan kosakata dan motivasi
belajar sebagai variabel bebas, sedangkan
kemampuan membaca cerita sebagai
variabel terikat Tes kemampuan
membaca cerita menggunakan tes
objektif dalam pemerolehan datanya. Tes
penguasaan kosakata menggunakan tes
objektif dalam pemerolehan datanya.
Untuk memperoleh data mengenai
motivasi belajar menggunakan angket
yang berupa pertanyaan untuk dijawab
siswa
Validitas instrumen tes kemampuan
membaca cerita dan tes penguasaan
kosakata menggunakan rumus Korelasi
Point Biserial sedangkan instrumen
motivasi belajar menggunakan rumus
Korelasi Product Moment. Reliabilitas
instrumen tes kemampuan membaca
cerita dan tes penguasaan kosakata
menggunakan rumus Kuder-
Richardson~20 atau KR~20sedangkan uji
reliabilitas instrumen angket motivasi
belajar menggunakan rumus alpha
cronbach.
Teknik analisis data meliputi dua hal
yaitu Analisis data deskriptif dan analisis
data inferensial. Analisis data inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis atau
penarikan kesimpulan. Analisis data
inferensial menggunakan teknik analisis
regresi dan korelasi (korelasi sederhana
dan korelasi berganda).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini terdiri dari dua variabel
bebas dan satu variabel terikat. Variabel
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
34
bebas dalam penelitian ini adalah
penguasaan kosakata dan motivasi
belajar sedangkan variabel terikatnya
adalah kemampuan membaca cerita.
Statistics
Penguasaan
Kosakata Motivasi Belajar
Kemampuan Membaca
Cerita
N Valid 63 63 63
Missing 0 0 0
Mean 16.0159 57.7619 13.8889
Median 16.0000 58.0000 14.0000
Mode 16.00a 65.00 15.00
Std. Deviation 3.06643 9.22429 2.77728
Variance 9.403 85.088 7.713
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Uji Persyaratan
Uji persyaratan analisis dalam
penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
signifikansi (keberartian), dan uji
linieritas. Pengujian normalitas terhadap
data motivasi belajar (X2) menghasilkan
nilai signifikansi
sebesar 0,92. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai nilai
signifikansi yang diperoleh lebih besar
daripada nilai α. Uji linieritas
menunjukkan bahwa taraf signifikansi
yang diperoleh adalah 0,000. Hasil
tersebut berarti kelinieran dipenuhi
untuk taraf signifikansi 0,05. Hasil uji
signifikansi antara penguasaan kosakata
dan kemampuan membaca cerita
diperoleh nilai sig. sebesar 0,000. Hasil
itu menunjukkan bahwa nilai sig. kurang
dari α (0,000<0,05).
Analisis Data
Tabel 5. Tabel Anava Ŷ = 6,52+0,46X1
Hasil tersebut dapat dijelaskan
bahwa r hitung sebesar 0,51 lebih besar
dari r tabel 0, 250, taraf signifikansi
0,05%. Harga F0 sebesar 21,19 lebih kecil
daripada F
t sebesar 3,398 hasil uji t
sebesar 4,60 lebih besar daripada t tabel
1,67, kontribusi sebesar 25,8%.
Tabel 6. Tabel AnavaUntuk Regresi linier Ŷ
=5,89+0,14X2
Sumber
variasi dk JK KT F
Total 63 12.631,00
Koefisien (a)
Regresi(b/a)
Sisa
1
1
61
12.152,78
101,11
377,11
101,11
6,18
16,36
Tuna Cocok
Galat
28
33
217,53
159,58
7,77
4,84
1,61
Berdasarkan tabel tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut r hitung
sebesar 0,46 lebih besar dari r tabel 0,
250, taraf signifikansi 0,05%. Harga F0
sebesar 16,36 lebih kecil daripada
Ft
sebesar 3,398 t hasil =4,04 lebih besar
daripada t tabel 1,66, kontribusi sebesar
21,1%.
Tabel 7. Tabel Anava Untuk regresi X1
dan X2 terhadap Y
Sumber
variasi dk JK KT F
Total 63 12.631,00
Koefisien (b0)
Total
dikoreksi
Regresi
Sisa
1
62
2
60
12.152,78
478,22
208,10
270,12
104,05
4,50
23,11
Sumber variasi
dk JK KT F Ft
total 63 12.631,00 Koefisien (a) Regresi(b/a) sisa
1 1 61
12.152,78 123,30 354,92
123,3 5,82
21,19
3,40
Tuna Cocok Galat
12 49
31,49 323,43
2,63 6,60
0,40
4,75
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
35
Menurut hasil di atas dapat
dijelaskan bahwa r hitung sebesar 0,66
lebih besar dari r tabel 0, 250, taraf
signifikansi 0,05%. Harga F0 = 23,11 lebih
besar daripada Ft = 3,15 hasil uji t
sebesar 4,60 lebih besar daripada t tabel
1,67 kontribusi sebesar 43,5%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis secara rinci dengan
bantuan SPSS 17.0 for window diperoleh
bahwa semua hipotesis yang diajukan
diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa
temuan ini bermakna secara umum, bagi
siswa sekolah dasar kelas V di UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Jatiroto Kabupaten
Wonogiri. Pertama, ipotesis bahwa
terdapat hubungan positif antara
penguasaan kosakata dan kemampuan
membaca cerita dinyatakan diterima.
Kedua, hipotesis bahwa terdapat
hubungan positif antara motivasi belajar
dan kemampuan membaca cerita
dinyatakan diterima. Ketiga, hipotesis
bahwa terdapat hubungan positif antara
hubungan antara penguasaan kosakata
dan motivasi belajar secara bersama-sama
dengan kemampuan membaca cerita
dinyatakan diterima
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan hasil penelitian adalah
sebagai berikut. Pertama, terdapat
hubungan positif yang signifikan antara
penguasaan kosakata dan kemampuan
membaca cerita pada siswa kelas V SD
Negeri UPT Disdik Kecamatan Jatiroto
Kabupaten Wonogiri. Kedua, terdapat
hubungan positif yang signifikan antara
motivasi belajar dan kemampuan
membaca cerita pada siswa kelas V SD
Negeri UPT Disdik Kecamatan Jatiroto
Kabupaten Wonogiri. Ketiga terdapat
hubungan positif yang signifikan antara
penguasaan kosakata dan motivasi belajar
secara bersama-sama dengan kemampuan
membaca cerita pada siswa kelas V SD
Negeri UPT Disdik Kecamatan Jatiroto
Kabupaten Wonogiri.
Saran yang dapat diberikan antara
lain adalah pertama, siswa sebagai subyek
secara langsung diharapkan menggunakan
sarana perpustakaan yang ada di sekolah
maupun di rumah. Kedua, guru sebagai
pendidik yang berhadapan secara
langsung dengan siswa di sekolah untuk
lebih variatif dalam pemilihan metode
mengajar. Ketiga, kepala sekolah yang
berkedudukan sebagai pemimpin di
sekolah diupayakan untuk selalu
memantau perkembangan pembelajaran
di sekolah. Keempat, orang tua siswa
sebagai lingkungan terdekat siswa
diharapkan dapat bekerjasama
memberikan dukungan. Kelima, peneliti
lain diharapkan terdorong untuk
mengadakan penelitian sejenis lebih
lanjut.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
36
DAFTAR REFERENSI
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Asdam, Muhammad. 2007. “Pengaruh Pemberian Evaluasi Ulangan Harian terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia pada Siswa Tingkat SMP Kabupaten Maros”. Thesis. Jakarta: Depdiknas.
Brown, Steve, Attardo, Salvatore. 2009. Understanding Language Structure, Interaction, and Variation. USA: University of Machigan.
Chaer, Abdul. 2007 b. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta.
Coady, James and Huckin, Thomas. 1997. Second Language Vovabulary Acquisition A Rational for Pedagogy. Cambridge: Cambridge University Press.
Combs, Barbara L. Mc., Miller, Linda. 2007. Learner Centered Classroom Practiced and Assessments. California: Corwin Press.
Cronbach, L. 1984. Essentials of Psychological Testing. New York: Harper&Row.
Djiwandono, Soenardi. 2011. Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks.
Fanani, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhamadiyah University Press.
Fauzi, Ahmad. 2008. Psikologi Umum. Cetakan ke- IV. Bandung: Pustaka Setia.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Cetakan ke-11. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa (Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda). Bandung: Rosda.
Mappa, Syamsu. 1977. Psikologi Pendidikan. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung Pandang.
Maslow, A, Likert, R, McGregor, D.M, Hersberg, F, Clark, J.V. 1992. Motivasi dan Perilaku. Semarang: Dahara Prize.
Musfiroh, Takdiroatun. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pateda, Mansoer. 1995. Kosakata dan Pengajarannya. Flores: Nusa Indah.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Cetakan ke-V. Jakarta: rineke Cipta.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita rekaan. Jakarta: Pustaka jaya.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1990. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.