HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP
PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA
KOMUNITAS MOTOR
SKRIPSI
Oleh : Erick Febrianto
201110230311044
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
ii
HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP
PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA
KOMUNITAS MOTOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
Erick Febrianto
201110230311044
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Nikmat dan Pertolongan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Control
Terhadap Perilaku Aggressive Driving Pada Anggota Komunitas Motor”, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitar Muhammadiyah
Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing
dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah
memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ni‟mahtuzahroh, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Adhyatman
Prabowo, M.Si selaku dosen pembimbing II atas saran, bimbingan, dan
arahannya yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing
dan mengarahkan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.
3. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan
kesempatan penulis belajar di Program Studi Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
4. Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan
memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Untuk semua Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah
memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.
6. Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
terimakasih karena telah banyak membantu dalam hal administrasi.
7. Kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, do‟a dan
kasih sayang sehingga penulis sehingga penulis memiliki motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk semua teman-teman psikologi yang telah mendukung dalam
terselesaikannya skripsi ini.
9. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf
dan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini takluput
dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi penelitian
berikutnya ataupun bagi semua pihak yang membaca skripsi ini, Amiin.
Malang, April 2016
Penulis
Erick Febrianto
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... 1
Teori Self-Control .................................................................................. 4
Pembentukan dan Ciri-ciri Self-control ................................................. 6
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control ................................... 6
Perilaku Aggressive Driving ................................................................... 7
Bentuk Perilaku Aggressive Driving .................................................... 8
Faktor Penyebab Perilaku Aggressive Driving ....................................... 8
Self-control dan Aggressive Driving ...................................................... 10
Hipotesis Penelitian ............................................................................... 11
METODE PENELITIAN ............................................................................ 11
Rancangan Penelitian ............................................................................. 11
Subyek Penelitian .................................................................................. 11
Variabel dan Instrumen Penelitian.......................................................... 12
Prosedur dan Analisa Data Penelitian ................................................... 13
HASIL PENELITIAN .................................................................................. 14
DISKUSI ........................................................................................................ 16
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................................... 18
REFERENSI .................................................................................................. 19
LAMPIRAN ................................................................................................... 22
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Interpretasi nilai r .............................................................................. 14
Tabel 2. Perhitungan T-score Skala Self-control ............................................ 14
Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving ................................ 15
Tabel 4. Korelasi Self-control dengan Aggressive Driving ............................. 15
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Try Out Instrumen Self-control Dan Perilaku Aggressive Driving ................. 23
IDENTITAS RESPONDEN ........................................................................... 24
DATA AGGRESSIVE DRIVING .................................................................... 31
DATA SELF-CONTROL ................................................................................. 34
Hasil Validitas dan Reabilitas ........................................................................ 37
Hasil Uji Validitas Variabel Self-Control ....................................................... 38
Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................................... 39
HASIL ANALISIS DATA .............................................................................. 40
1
HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU
AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR
Erick Febrianto
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Angka kecelakaan lalu lintas pada pengemudi motor semakin meningkat di
Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah human error. Perilaku aggressive
driving disinyalir memberikan kontribusi utama pada peningkatan angka
kecelakaan ini. Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive driving
bisa direduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
self-control terhadap perilaku aggressive driving pada anggota komunitas motor.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan subjek
sebanyak 100 orang anggota komunitas motor dengan pengambilan sampel
menggunakan teknik insidental sampling. Instrument dalam penelitian ini
menggunakan skala self-control dan skala perilaku aggressive driving. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self-
control dengan perilaku aggressive driving, dengan nilai r = -0,537 dan p = 0,00 ;
p < 0,01. Hal ini berarti semakin tinggi self-control maka akan semakin rendah
perilaku aggressive driving, begitu pula sebaliknya, dengan sumbangan efektif
self-control terhadap perilaku aggressive driving sebesar 31,3% yang artinya
masih ada 68,7% perilaku aggressive driving dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata kunci : self-control, perilaku aggressive driving, komunitas motor
Number of traffic accidents on motorists is increasing in Indonesia. One possible
cause is human error. Aggressive behavior in driving allegedly made major
contributions to the increasing number of accidents. With good self-control,
aggressive behavior in driving can be reduced. The purpose of this study was to
determine the relationship between self-control against aggressive driving
behavior on the motorcycle community members. This research is a quantitative
correlation with the subject of as many as 100 members of the motorcycle
community by sampling using incidental sampling. Instrument in this study using
the scale of self-control and the scale of aggressive driving behavior. The results
showed that there was a significant negative relationship between self-control
with aggressive driving behavior, with r = -0.537 and p = 0.00; p <0.01. This
means that the higher self-control the lower the aggressive driving behavior, and
vice versa, with the effective contribution of self-control on aggressive driving
behavior amounted to 31.3%, which means there are still 68.7% of aggressive
driving behavior is influenced by other variables ,
Key Words : self-control, aggressive driving behaviour, motorcycle community
2
Masalah sikap berlalu lintas sudah merupakan suatu fenomena yang umum terjadi
di kota-kota besar di negara-negara yang sedang berkembang. Persoalan ini sering
dikaitkan dengan bertambahnya jumlah penduduk kota yang mengakibatkan
semakin meningkatnya aktivitas dan kepadatan di jalan raya. Lalu lintas yang
beraneka ragam dan pertambahan jumlah kendaraan yang lebih cepat
dibandingkan dengan pertambahan prasarana jalan mengakibatkan berbagai
masalah lalu lintas, contohnya kemacetan dan kecelakaan.
Kecelakaan lalu lintas di Indonesia didominasi oleh sepeda motor. Hasil tersebut
selaras dengan data dari Mabes Polri yang menunjukkan bahwa jumlah sepeda
motor pada akhir 2008 tercatat sebanyak 49 juta dengan pertambahan secara
nasional 10% per tahun. Laju pertumbuhan jumlah pengguna sepeda motor di
Indonesia ini dinilai tidak rasional lagi karena telah mencapai 75% dari total
seluruh model kendaraan bermesin, termasuk kendaraan pribadi roda empat dan
angkutan umum (Kompas, 2009 dalam Nugroho 2010).
Departemen Perhubungan RI mengumumkan bahwa 8 dari 10 kecelakaan di Indonesia
melibatkan sepeda motor sebagai korban. Sekitar 85% kejadian kecelakaan disebabkan
oleh faktor pengendara, itu berarti faktor pengendaralah yang menjadi faktor utama
atau faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Penyebab
berikutnya adalah faktor kendaraan 4%, jalan dan prasarana 3%, pemakai jalan lainnya
3%, faktor lingkungan dan sebagainya 5%. Dari 85% tersebut, modus kesalahan yang
dilakukan pengemudi, penyebab terbesar terjadinya tabrakan adalah pengemudi tidak
sabar dan tidak mau mengalah (26%), menyalip atau mendahului (17%), berkecepatan
tinggi (11%), sedangkan penyebab lainnya seperti pelanggaran rambu, kondisi
pengemudi dan lain-lain berkisar antara 0,5 sampai 8% (BPS, 2010).
Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas seperti pengemudi tidak sabar dan tidak
mau mengalah, menyalip atau mendahului, berkecepatan tinggi, dan melanggar
rambu lalu lintas, merupakan perilaku agresif dalam berkendara (aggressive
driving). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shyngle Kolawole Balogun,
Nyitor Alexander Shenge, dan Samuel Ekundayo Oladipo (2011), faktor-faktor
psikososial seperti locus of control, usia, lama pengalaman mengemudi, status
pernikahan dan status pendidikan berpengaruh terhadap perilaku aggressive
driving. Faktor usia berpengaruh signifikan terhadap perilaku aggressive driving,
dimana pengendara berusia muda cenderung lebih mudah melakukan tindakan
aggressive driving daripada pengendara berusia dewasa.
Huang (2014) menganalisis mengenai hubungan antara perilaku aggressive driving
dengan varian resiko kecelakaan. Varian resiko kecelakaan ini meliputi persepsi dan
pemahaman, dukungan dan juga pengalaman. Peneliti menguji model-model yang
dibangun untuk mengetahui hubungan varian resiko kecelakaan terhadap perilaku
mengemudi yang agresif pada orang dewasa di Iowa. Hasil yang didapatkan adalah
responden lebih permisif terhadap perilaku aggressive driving berupa perilaku melebihi
batas kecepatan dalam berkendara. Selain itu, pengalaman akan resiko kecelakaan,
meningkatkan perilaku aggressive driving.
3
Penelitian yang dilakukan oleh Bruno dan Diane (2014) juga menguji mengenai
pengaruh dari beberapa faktor individu maupun sosial terhadap perilaku
aggressive driving. Sikap permisif terhadap perilaku aggressive driving, pilihan
kendaraan, kecenderungan bersikap marah-marah dan jarak tempuh menjadi
variabel independent. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa faktor terbesar
yang mempengaruhi perilaku aggressive driving adalah jarak tempuh diikuti oleh
sikap permisif terhadap perilaku aggressive driving.
Berkembangnya klub motor atau komunitas bikers di kota-kota yang semakin
marak merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial
masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi
sosial yang positif maupun negative. Peran komunitas dalam menyebarluaskan
pentingnya berkendara yang aman dan selamat merupakan hal yang positif. Tetapi
situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa komunitas bikers
telah menjadi mesin penghasil generasi yang anarkis, yang bersifat negatif
(Firman, 2008 dalam Rohmani, 2009). Masih banyak kejadian dimana Safety
Riding dan peraturan lalu lintas sama sekali tidak diterapkan, tetapi juga banyak
biker peduli Safety Riding yang diklakson oleh pengendara mobil ketika mereka
berhenti di belakang garis putih. Masih banyak biker yang ugal-ugalan di jalan
dan memakai APD dibawah standar, ini jelas-jelas terlihat dilakukan baik oleh
biker bermotor mulai dari 100cc sampai 400cc ke atas, berstiker klub/komunitas
atau tidak, seorang biker anggota klub/komunitas berkendara dengan memakai
sandal dan tanpa helm. Safety Riding (SR) adalah usaha meminimalisasi resiko
kecelakaan saat berkendara (motor) yang dapat dilakukan oleh pengendara (biker)
dengan menambah APD (Alat Pelindung Diri) dan meningkatkan keahlian
berkendara. Secara ilmiah, safety riding sendiri tak lain adalah usaha untuk
mengurangi resiko. Resiko dapat timbul dari sikap berkendara biker maupun efek
eksternal diluar kuasa seorang biker, dengan meningkatkan skill berkendara resiko
kecelakaan akan menurun dan dengan memakai APD, karena APD adalah
pertahanan terakhir ketika kecelakaan terjadi. Akan tetapi dalam kenyataan masih
banyak anggota klub motor melakukan pelanggaran saat berlalu lintas (Reza,
2008 dalam Rohmani, 2009).
Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu, mengatur dan
mengarahkan perilaku, yaitu self-control. Menurut Ubaydillah, self-control adalah
dengan sadar menentukan pilihan reaksi yang positif dimana problem yang
akhirnya menghasilkan problem yang baru melainkan problem yang telah ada
diberikan solusi yang tepat. Penyebab dari perilaku agggresive driving di sini,
disebabkan oleh self-control yang lemah, selain merugikan orang lain juga
merugikan diri si pelaku sendiri. Dalam diri si pelaku kurangnya ada suatu proses
pengolahan diri dengan cara mencoba mengontrol dirinya dengan baik. Manusia
yang kurang bisa mengontrol dirinya atau kalah oleh dorongan-dorongan yang ada
pada dirinya yang bersifat negatif, maka mereka dominan akan berperilaku
agresif. Pengemudi yang memiliki self-control yang tinggi mampu mengubah
kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku
utama yang membawa pada konsekuensi positif, supaya tidak melakukan hal yang
4
negatif. Sedangkan pengemudi yang memiliki self-control rendah tidak mampu
mengarahkan dan mengatur perilakunya sehingga diasumsikan, mereka tidak
mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mampu
menginterpretasikam stimulus yang dihadapi sehingga tidak mampu
mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu
memilih tindakan yang tepat. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas,
peneliti ingin menguji hubungan self-control dengan perilaku aggressive driving
pada anggota komunitas motor yang telah memahami dan menerapkan smart
riding dalam berkendara.
Teori Self-Control
Istilah pengendalian diri banyak disebutkan dalam berbagai budaya maupun
tradisi keagamaan. Self control dalam berbagai budaya dan keagamaan dipandang
sebagai kemampuan individu untuk hidup secara bebas, sekaligus secara harmonis
dengan lingkungannya. Menurut Berk pengendalian diri atau self control adalah
kemampuan individu untuk menahan keinginan/ dorongan sesaat yang
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial
(Singgih, 2004). Sedangkan menurut Chaplin (1993), self control atau self-control
adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri,
kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Messina &
messina (dalam Singgih, 2004) menyatakan bahwa pengendalian diri adalah
seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi,
keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan mampu pada
diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain,
kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan
pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung
jawab atas diri pribadi.
Self control/self-control adalah kemampuan untuk menangguhkan kesenangan
naluriah langsung dan kepuasan untuk memperoleh tujuan masa depan, yang
biasanya di nilai secara sosial. Orang menjalankan self-control memperlihatkan
bahwa kebutuhan akhir telah disosialisasikan, bahwa nilai-nilai budaya lebih
penting dari hasrat dan desakannya. Istilah ini mencakup cara lain untuk
menyatakan masalah hubungan antara kepribadian yang istimewa, yang
menghadapi kebutuhan kolektif untuk konformitas dan ganjaran sosial yang dapat
timbul karena menangguhkan pemuasan naluriah (Hare dan Camb, 1996).
Menurut Gilliom et.al (dalam Singgih, 2004) pengendalian diri adalah
kemampuan individu yang terdiri dari tiga aspek yaitu : kemampuan
mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau
merugikan orang lain (termasuk di dalam aspek tapping aggressive and
delinquent behaviors), kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan
kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku (termasuk di dalam aspek
cooperation), serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan
kepada orang lain tersebut (termasuk di dalam aspek assertiveness).
5
Averill (dalam Sulton, 2009) berpendapat bahwa terdapat lima aspek kemampuan
mengontrol diri, yaitu: (1) kemampuan mengontrol perilaku, yaitu kemampuan
yang bertujuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi. Individu
yang kemampuan mengontrol dirinya, baik akan mampu mengatur perilaku
dengan kemampuan dirinya, bila tidak mampu individu akan menggunakan
sumber-sumber eksternal; (2) kemampuan mengontrol stimulus, yaitu kemmapuan
yang bertujuan untuk menghadapi stimulus yang tidak diinginkan, yaitu dengan
cara mencegah/menjauh sebagian stimulus, menempatkan tenggang waktu
diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus
sebelum berakhir, serta membatasi intensitas stimulus; (3) kemampuan mengatasi
peristiwa, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk mengantisipasi keadaan
melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif; (4) kemampuan
menafsirkan peristiwa, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk menilai dan
menafsirkan suatu keadaan/peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subyektif; dan (5) kemampuan mengambil keputusan atau pilihan, yaitu
kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini/disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik
dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan/kemungkinan pada individu untuk
memilih beberapa hal yang sama memberatkan.
Kelima aspek kemampuan mengontrol diri yang dikemukakan oleh Averill (dalam
Sulton, 2009) tersebut diatas, dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama,
behavioral control, yang merupakan kemampuan untuk memodifikasi suatu
keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam behavioral control ini terdapat dua
aspek di dalamnya yaitu kemampuan mengontrol perilaku dan kemampuan
mengontrol stimulus. Kedua, cognitive control, yang merupakan kemampuan
individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasi, menilai/menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka
kognitif sebagai adaptasi psikologis/untuk mengurangi tekanan. Dalam cognitive
control juga terdapat dua aspek kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan
mengatasi peristiwa dan kemampuan menafsirkan peristiwa. Ketiga, decisional
control, yang merupakan kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan
pada sesuatu yang diyakini/disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan
akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan/kemungkinan
pada individu untuk memilih beberapa hal yang sama memberatkan.
Berdasarkan uraian teori-teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan self-control adalah kemampuan mengendalikan perilaku/ tingkah
laku impulsif dan menunda kepuasan dengan segera untuk keberhasilan perilaku
dalam mencapai sesuatu yang lebih berharga/lebih diterima oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini digunakan aspek-aspek dalam mengukur self-control
menurut Averill (dalam Sulton, 2009) yaitu: (a) kemampuan mengontrol perilaku
adalah kemampuan yang bertujuan untuk menentukan siapa yang dapat
mengendalikan situasi, (b) kemampuan mengontrol stimulus adalah kemampuan
untuk menghadapi stimulus yang tak diinginkan, (c) kemampuan mengantisipasi
peristiwa adalah kemampuan untuk mengantisipasi keadaan melalui berbagai
6
pertimbangan secara relatif obyektif, (d) kemampuan menafsirkan suatu peristiwa
adalah kemampuan untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan/ peristiwa
dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif, (e) kemampuan
mengambil keputusan adalah kemampuan mengambil suatu tindakan berdasarkan
suatu yang diyakini/ disadarinya.
Pembentukan dan Ciri-ciri Self-control
Pembentukan pengendalian diri menurut Singgih (2002) adalah kemampuan
seseorang untuk mengatur kelakuan/tingkah lakunya sendiri saat ia dihadapkan
dengan gangguan/godaan yang berat ataupun tekanan lingkungan tanpa pertolongan
hadiah-hadiah nyata, misalnya dukungan (support). Beberapa filsuf berpendapat
bahwa kebajikan merupakan bentuk pengendalian diri. Pikiran bermoral dan
kelakuan bermoral membutuhkan pengaturan diri (self regulation). Pengendalian diri
dapat dibagi dalam 3 fase yaitu: mengambil keputusan, mempertahankan suatu
perbuatan atau tidak berbuat, dan penguatan diri (self reinforcement).
Ciri-ciri self-control menurut Cynthia S (dalam Sulton, 2009), ada dua macam
yaitu: kemampuan untuk mengendalikan dorongan-dorongan melakukan sesuatu
dan mengendalikan keinginan akan sesuatu; dan kemampuan mematuhi norma-
norma sosial tanpa pengawasan. Kedua hal ini dilakukan karena adanya kerelaan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control
Sebagaimana faktor psikologis lainnya, self-control dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Secara garis besar, besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi self-control ini terdiri
dari: (a) faktor internal, dimana faktor internal yang turut andil dalam self-control
adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin baik kemampuan
mengontrol dirinya. Dengan demikian faktor ini sangat membantu individu untuk
memantau dan mencatat perilakunya sendiri dengan pola hidup dan berfikir yang
lebih baik lagi. Hal ini berkaitan dengan kemasakan kognitif yang terjadi selama
masa pra sekolah dan masa kanak-kanak secara bertahap dapat meningkatkan
kapasitas individu untuk membuat pertimbangan sosial dan mengontrol perilaku
individu tersebut. Dengan demikian ketika beranjak dewasa inidividu yang telah
memasuki perguruan tinggi akan mempunyai kemampuan berfikir yang lebih
kompleks dan kemampuan intelektual yang lebih besar. (b) faktor eksternal, yang
diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkunga keluarga terutama orangtua
menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Sebagai orang tua
kita dianjurkan menerapkan sikap disiplin terhadap anak sejak dini. Dengan
mengajarkan sikap disiplin terhadap anak, pada akhirnya mereka akan membentuk
kepribadian yang baik dan dapat mengendalikan perilaku mereka. Disiplin yang
diterapkan orang tua merupakan hal penting dalam kehidupan, karena dapat
mengembangkan self-control dan self directions sehingga seseorang bisa
mempertanggungjawabkan dengan baik segala tindakan yang dilakukan. Individu
tidak dilahirkan dalam konsep yang benar dan salah atau dalam suatu pemahaman
tentang perilaku yang diperbolehkan dan dilarang (Ghufron, 2010).
7
Perilaku Aggressive Driving
Definisi perilaku aggressive driving adalah berdasarkan penelitian perilaku
berkendara yang dimulai pada tahun 1980-an. Perilaku aggressive driving
menurut Dr. Leon James dari Universitas Hawaii, ”Aggressive driving is driving
under the influence of impaired emotions, resulting in behavior that imposes one’s
own preffered level of risk on other” -- ”Perilaku aggressive driving adalah
perilaku berkendara yang dipengaruhi oleh emosi yang terganggu yang
menghasilkan perilaku yang mengakibatkan tingkat resiko terhadap orang lain.”
(James dan Nahl, 2000 dalam Priyatna, 2012). Dikatakan agresif karena
pengendara tersebut berasumsi bahwa orang lain dapat mengatasi tingkat resiko
yang sama dan pengendara yang seperti ini menyebabkan bahaya yang tinggi bagi
orang lain.
NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration) mendefinisikan,
”...aggressive driving as driving behavior that endanger or is likely to endanger
people or property” -- ”Perilaku aggressive driving sebagai perilaku berkendara
yang membahayakan atau mungkin membahayakan orang-orang dan properti”.
(James dan Nahl, 2000).
Aggressive driving merupakan pola disfungsi dari perilaku sosial yang
mengganggu keamanan publik. Aggressive driving dapat melibatkan berbagai
perilaku berbeda termasuk perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan
gerakan kasar, mengedipkan lampu jauh di suasana lalu lintas tenang (Houston,
Harris dan Norman, 2003 dalam Utami, 2010).
Menurut Tasca (2000) dalam Utami (2010), suatu perilaku mengemudi dikatakan
agresif jika dilakukan secara sengaja, cenderung meningkatkan resiko tabrakan
dan dimotivasi oleh ketidak sabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya
untuk menghemat waktu.
Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli mengenai aggressive
driving, maka dapat disimpulkan bahwa aggressive driving adalah penyimpangan
atau pelanggaran yang dilakukan secara sengaja terhadap cara berkendaraan yang
aman dan upaya untuk menghemat waktu yang melibatkan berbagai perilaku
berbeda seperti perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan gerakan kasar,
mengedipkan lampu jauh disaat suasana lalu lintas tenang, sehingga dapat
membahayakan orang lain atau properti jalan. Dikatakan agresif karena
mengasumsikan bahwa orang lain mampu meningkatkan resiko yang sama serta
mengganggu keamanan publik dan merupakan aksi yang dilakukan dengan
sengaja untuk menyerang ataupun meyakiti secara fisik maupun psikis
pengendara lain, penumpang, dan penyeberang jalan. Aksi tersebut bisa bersifat
fisik seperti memukul pengendara lain dan merusak kendaraannya, bersifat
gestural seperti mengacungkan jari tangan secara tertentu untuk merendahkan dan
menghina pengendara lain, maupun bersifat verbal seperti meneriakkan kata-kata
umpatan kepada seorang penyeberang jalan.
8
Bentuk Perilaku Aggressive Driving
Perilaku aggressive driving dapat diidentifikasi dalam emosi-emosi terganggu
yang mempunyai 3 (tiga) kriteria atau bentuk (James dan Nahl,2000 dalam
Priyatna, 2012), yaitu: (1) Impatience and inattention (tidak sabar dan tidak
atensi), seperti menerobos lampu merah, melanggar batas kecepatan, mengikuti
kendaraan lain terlalu dekat, dan berpindah jalur tanpa memberikan tanda; (2)
Power struggle (saling berebut), seperti menghalangi jalur setelah mendahului,
tidak memberikan jalan, memotong jalur dengan sengaja, dan mengerem
mendadak dengan sengaja; dan (3) Recklessness and road rage (ceroboh dan
marah-marah), seperti duel kejar-kejaran, berkendara sambil mabuk, menyerang
kendaraan lain, dan berkendara dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Faktor Penyebab Perilaku Aggressive Driving
Faktor penyebab perilaku aggressive driving antara lain: (1) Immobility, tensi
akan terbangun ketika secara fisik terhimpit. Misalnya, para pengendara akan
cenderung marah-marah, mengomel dan membunyikan klakson. (2) Restriction,
terhalangi ketika ingin bergerak kedepan yang dapat menimbulkan frustasi dan
diikuti kecemasan dan intensi untuk keluar dari himpitan. (3) Regulation,
peraturan walaupun sah menurut hukum dan jelas, terasa seperti membebani dan
menimbulkan sebuah rentetan pelanggaran yang akan mendorong mereka untuk
mengabaikan peraturan apapun. (4) Lack of personal control, kurangnya kontrol
personal selama di jalan mengecewakan dan sering mudah untuk melepaskan
kemarahan pada siapapun di sekelilingnya – biasanya pengendara atau
penumpang lainnya. (5) Being put in danger, lalu lintas padat biasanya
menimbulkan ketidak sabaran dan pengendara agresif dapat menimbulkan ketidak
hormatan dan insiden permusuhan. Misalnya ketika terdapat pengendara yang
memotong jalur, maka akan memicu pengendara lain untuk membalasnya. (6)
Territorially, area berkendara kita adalah “istana” dan disekitar kendaraan adalah
area pertahanan. Ketika pengendara lain melanggar dan mengancam teritori
tersebut, kita sering merespon dengan permusuhan, bahkan dengan sikap tubuh
seperti perang dan reaksi agresif pada suatu insiden. (7) Diversity, perbedaan
sosial menurunkan kemungkinan peramalan karena para pengendara dengan
kemampuan dan tujuan yang berbeda tidak berpeilaku berdasarkan norma atau
aturan yang diharapkan. (8) Multi-tasking, kita menjadi jengkel pada orang lain –
dan mereka pada kita ketika atensi kita sebagai pengendara dipersepsikan kurang
baik dalam ”banyaknya tugas” (pengoperasian) di belakang kemudi. (9) Denial,
pengendara sering menolak ketika dikatakan melakukan kesalahan ketika
berkendara. Contohnya, ketika pengendara lain memaksa untuk menyingkir dari
jalur cepat karena dianggap berkendara terlalu lambat. Terdapat kecenderungan
yang kuat bagi individu untuk ”menolak kesalahan”. Individu juga melihat
keluhan dari pihak luar sebagai sesuatu yang berlebihan, permusuhan, atau tidak
beralasan. Penolakan ini disebabkan oleh perasaan marah dan pembenaran diri.
(10) Negativity, budaya saling bermusuhan di antara pengendara atau dengan jenis
kendaraan lain memicu timbulnya sikap negatif ketika berkendara. Budaya ini
9
dapat terbentuk di lingkungan atau di kalangan para pengendara sendiri ataupun
ada peran dari media. Sehingga ketika para pengendara tersebut sedang
berkendara atau dalam konteks berlalu lintas, maka budaya tersebut akan
diterapkan, seperti saling memotong jalur, saling mengotot untuk berada di jalur
depan atau lebih dahulu dari pengendara lainnya. (11) Self-serving bias,
kecenderungan untuk memberikan atribut salah pada orang lain adalah alami,
namun hal itu dipengaruhi oleh ingatan mengenai apa yang terjadi dan sering
kehilangan objektivitas dan pertimbangan dalam perselisihan. Sehingga ketika
terjadi insiden, maka subjektivitas dan pembenaran pribadi akan kuat dan para
pengendara tidak mau disalahkan dan merasa selalu paling benar. Contohnya,
ketika pengendara terlibat dalam suatu kecelakaan. Walaupun perilakunya salah,
tetapi dirinya tidak akan mau disalahkan. (12) Venting, merupakan perasaan
dorongan yang berenergi. Perasaan yang menggairahkan ini berlangsung singkat
dan disertai oleh marah. Ketika kemarahan pengendara tergugah, pikiran tersebut
merusak pertimbangan dan menstimulasi untuk terburu-buru serta melakukan
tindakan yang berbahaya. Seperti dalam kepadatan lalu lintas para pengendara
menghalalkan segala cara untuk segera keluar dari kepadatan. Pengendara
seringkali melakukan manuver-manuver yang berbahaya. Misalnya, mendahului
kendaraan jenis lain dalam jarak yang sangat dekat. (13) Unpredictability,
lingkungan lalu lintas dengan kepadatan dan kemacetan yang terjadi setiap hari
mengharuskan pengendara untuk menyesuaikan emosi secara terus menerus pada
hal-hal yang tidak dapat diprediksi, membosankan, dan kejadian-kejadian yang
berbahaya. (14) Isolation, para pengendara diwajibkan menggunakan peralatan
keamanan yang menyebabkan pengendara satu dengan pengendara lainnya tidak
dapat saling berkomunikasi. Hal ini menimbulkan ambiguitas dan
kesalahpahaman dalam berkendara ketika salah satu atau lebih pengendara
melakukan manuver. (15) Emotional challenges, kecakapan emosi merupakan
kebiasaan baik dalam bersikap dan motivasi dalam situasi yang menantang. Para
pengendara sering kurang dalam menguasai kecakapan emosi yang esensi untuk
berkendara harian di jalan.
Secara umum, 15 faktor penyebab tersebut berhubungan dengan agresivitas sosial
dan faktor-faktor lingkungan serta faktor-faktor kepribadian individual (James dan
Nahl, 2000 dalam Priyatna, 2012). Sedangkan menurut Tasca (2000) dalam Utami
(2010), faktor-faktor penyebab aggresive driving ada tujuh, yaitu:
1. Usia dan Jenis Kelamin
Kebanyakan aggressive driving melibatkan pengemudi laki-laki usia 17-35
tahun lebih tinggi dibandingkan pengemudi perempuan dengan rentang usia
yang sama. Pengemudi laki-laki cenderung meremehkan resiko yang terkait
dengan pelanggaran lalu lintas. Menurut mereka aturan lalu lintas adalah
sesuatu yang menjengkelkan dan berlebihan. Sedangkan pengemudi
perempuan cenderung memandang peraturan lalu lintas sebagai sesuatu yang
penting, jelas dan masuk akal serta memiliki tanggung jawab untuk
mematuhinya.
10
2. Anonimitas
Anonimitas biasanya mengacu pada seseorang, yang sering berarti bahwa
identitas pribadi, informasi identitas pribadi orang tersebut tidak diketahui.
Anonimitas menurut Tasca (2000) lebih pada suatu kondisi mengemudi yang
memungkinkan seseorang tidak diketahui identitasnya.
3. Faktor Sosial
Aggressive driving merupakan pengaruh dari norma, reward, punishment dan
model yang ada di masyarakat. Banyaknya kasus aggressive driving yang
tidak mendapatkan hukuman dapat membentuk persepsi bahwa perilaku
seperti ini normal dan diterima.
4. Kepribadian
Individu memiliki ciri yang menentukan mereka untuk berperilaku secara
teratur dan terus menerus dalam berbagai situasi. Sifat-sifat ini dikatakan
membentuk kepribadian mereka. Faktor pribadi yang telah diidentifikasi
sebagai berhubungan dengan kecelakaan kendaraan umumnya termasuk
agresi tingkat tinggi dan permusuhan, daya saing, kurang kepedulian terhadap
orang lain, sikap mengemudi yang tidak baik, mengemudi untuk pelepasan
emosional, impulsif dan mengambil resiko.
5. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan salah satu faktor penyebab perilaku aggressive
driving. Gaya hidup seperti minum minuman keras, menggunakan obat-
obatan terlarang, merokok dan kelelahan karena bersosialisasi hingga larut
malam, semua gaya hidup tersebut menyerap pada aspek kehidupan mereka,
termasuk saat berkendaraan.
6. Tingkah Laku Pengemudi
Tingkah laku pengemudi dapat menjadi salah satu faktor penyebab
aggressive driving. Seseorang yang merasa dirinya memiliki keterampilan
yang tinggi dalam menangani sebuah kendaraan lebih memungkinkan untuk
mengalami kemarahan dalam situasi lalu lintas yang menghambat laju
kendaraannya.
7. Faktor Lingkungan
Menurut Tasca (2000) terdapat hubungan yang kuat antara kondisi
lingkungan dan manifestasi pengemudi agresif. Pengemudi yang terbiasa
dengan kemacetan lebih jarang merasakan emosi marah saat mengemudi.
Namun kemacetan yang tidak diperkirakan dapat menimbulkan emosi marah
pada pengemudi yang kemudian dapat meningkatkan kecenderungan
pengemudi untuk melakukan aggressive driving.
Self-control dan Aggressive Driving
Self-control yang merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan
perilaku/tingkah laku impulsif dan mengendalikan keinginan akan sesuatu serta
kemampuan untuk mematuhi norma-norma sosial tanpa pengawasan, sangat
dibutuhkan pengendara khususnya pengendara dengan orientasi terkendali yang
cenderung lebih mudah terpancing emosi sehingga berperilaku agresif saat
berkendara, daripada pengendara dengan orientasi otonom yang diproyeksikan
11
lebih mampu mengatur emosi saat berkendara. Hal ini disebabkan karena mereka
(pengendara dengan orientasi terkendali) menafsirkan setiap peristiwa atau
kejadian saat berkendaraan dengan perasaan tertekan (feeling-pressured) dan
secara egois (ego-involved) (Knee dkk, 2001). Berdasarkan perspektif ini,
perasaan tertekan yang dialami para pengendara merupakan hasil dari persepsi
bahwa „beban-beban atau masalah-masalah dalam berkendaraan‟ (demands or
problems of driving) melampaui abilitas mereka untuk mengatasinya (Matthews
dkk, 1991; Gulian dkk, 1989). Dengan demikian tekanan yang dialami
pengendara merupakan interprestasi subjektif atas berbagai situasi dalam
berkendaraan (Rowden, dkk, 2006). Manifestasi dari perasaan tertekan tersebut
berupa gejala perilaku maupun kognisi seperti meningkatnya agresi dan frustasi,
gejala-gejala emosi seperti kecemasan, serta gejala-gejala fisiologis seperti
meningkatnya detak jantung (Hartley & Hassani, 1994). Oleh karena itu, setiap
individu yang berkendara diharapkan memiliki self-control yang baik sehingga
kecenderungan untuk berkendara secara agresif dapat dihindari.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hipotesis yang disusun dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: Ada hubungan negatif antara self-control terhadap
perilaku aggressive driving. Dimana semakin tinggi self-control seseorang maka
semakin rendah kemungkinan seseorang melakukan aggressive driving.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan pada
penelitian tipe kuantitatif berupa data kuantitatif atau jenis data lain yang dapat
dikuantifikasikan, dan diolah dengan menggunakan teknik statistik.
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
korelasional. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, melainkan
bertujuan untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh dari self-control terhadap
perilaku aggressive driving anggota komunitas motor di Kota Malang yang telah
memahami dan mengaplikasikan smart riding. Hal ini dapat dilakukan karena
penelitian korelasional juga merupakan upaya untuk menerangkan dan
meramalkan sesuatu kejadian (Yusuf, 2010).
Subyek Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:90) populasi adalah wilayah generalisasi tertentu yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
12
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota komunitas
motor di Kota Malang. Peneliti tidak mendapatkan data secara terinci tentang
jumlah populasi, sehingga untuk menentukan ukuran sampel peneliti berpedoman
pada pendapat yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sekaran (2006:160) yang
mengusulkan aturan sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai 10 kali atau lebih) lebih besar dari
jumlah variabel dalam studi.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur, yaitu self-control dan
aggressive driving. Berdasarkan pendapat Roscoe tersebut, diperoleh angka 20
orang responden sebagai sampel, yang berasal dari perhitungan (2 x 10). Jadi,
jumlah minimal sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 20. Namun demikian,
jumlah sampel penelitian ini diambil sebanyak 100 orang agar aspek
generalisasinya lebih besar. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa-
mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang pengendara motor yang
memahami dan mengaplikasikan smart riding. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah dengan cara non random sampling, yaitu purposive sampling.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini menguji dua variabel yaitu self-control dan perilaku aggressive
driving. Variabel bebas penelitian ini ada satu yaitu self-control. Self-control yang
merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku/ tingkah laku
impulsif dan mengendalikan keinginan akan sesuatu serta kemampuan untuk
mematuhi norma-norma sosial tanpa pengawasan, memiliki lima indicator
(Averill dalam Sulton, 2009). Indikator penelitian self-control adalah: (1)
kemampuan mengontrol perilaku yang dinilai berdasarkan kemampuan
pengendara menahan diri untuk tidak beradu kecepatan dengan pengendara lain
dan tetap waspada serta tidak terpengaruh ketika ada pengendara lain yang ugal-
ugalan di jalan; (2) kemampuan mengontrol stimulus dinilai berdasarkan
kemampuan pengendara untuk tetap mematuhi aturan meskipun ada rangsangan
melakukan tindakan agresif dalam berkendara seperti kerelaan untuk memberikan
jalan pada mobil ambulance dan tetap pada badan jalan ketika macet tanpa ada
keinginan untuk melintas di trotoar meski saat itu tidak ada pejalan kaki; (3)
kemampuan mengantisipasi peristiwa yang dapat dilihat dari kesediaan
pengendara untuk berangkat lebih awal agar tidak terlambat dan tidak tergesa-
gesa selama diperjalanan serta kebiasaan untuk menjaga jarak aman sebelum
menyalip kendaraan besar; (4) kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk
menilai suatu peristiwa dengan memperhatikan segi positif yang dapat dinilai dari
kepatuhan pengendara pada petugas yang berwenang ketika ada pawai di jalan
dan kepatuhan pengendara akan rambu lalu lintas meski tidak ada petugas jaga;
(5) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan sesuatu yang diyakini dan
disadarinya seperti mengurangi kecepatan ketika lampu kuning dipersimpangan
menyala dan selalu menggunakan helm kemana pun pengendara pergi
menggunakan sepeda motor.
13
Sedangkan perilaku aggressive driving yang merupakan variabel terikat adalah
penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan secara sengaja terhadap cara
berkendaraan yang aman dan upaya untuk menghemat waktu yang melibatkan
berbagai perilaku berbeda yang dapat membahayakan orang lain atau properti
jalan. Dikatakan agresif karena mengasumsikan bahwa orang lain mampu
meningkatkan resiko yang sama serta mengganggu keamanan publik dan
merupakan aksi yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang ataupun
meyakiti secara fisik maupun psikis pengendara lain, penumpang, dan
penyeberang jalan. Aksi tersebut bisa bersifat fisikal bersifat gestural maupun
bersifat verbal.Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur
aggressive driving, yaitu dengan menggunakan skala aggressive driving yang
terdiri dari 6 aspek dari Tasca (2000). Keenam aspek tersebut antara lain (1)
melewati jalan yang tidak boleh dilalui seperti melintas dijalur fly over,
menerobos jalur satu arah, naik turun trotoar, dan menyalip ketika ditikungan; (2)
menyalip pengendara lain dengan cara yang berbahaya seperti misalnya
berpindah-pindah jalur tanpa melihat keberadaan pengendara lain, menyalip pada
saat kondisi padat tanpa lampu sen, memotong laju kendaraan lain secara tiba-
tiba, dan menyalip kendaraan tanpa peduli dengan arus kendaraan dari arah
berlawanan; (3) berkendara dengan kecepatan tinggi misalnya memacu kecepatan
pada daerah rawan kecelakaan, tergesa-gesa agar tidak terlambat, saat berkendara
membayangkan sedang adu kecepatan yang terwujud secara nyata, dan kebiasaan
untuk memacu secara maksimal laju kendaraan bermotor; (4) menerobos rambu
lalu lintas seperti menerobos lampu merah, melanggar rambu aturan putar balik
arah, memajukan kendaraan sedikit demi sedikit ketika lampu merah dan
langsung belok kiri meski ada tanda belok kiri ikuti isyarat lampu; (5) meluapkan
kemarahan saat di jalan dengan cara mengklakson kendaraan lain dengan cepat
dan berulang-ulang, memaki pengendara lain, mengutuk pengendara lain dan
tidak segan untuk bertengkar dengan pengendara lain ketika merasa dirugikan; (6)
menghalangi jalan pengendara lain untuk mendahului dengan cara mengemudikan
motor berjajar dengan teman, menambah kecepatan ketika dipersimpangan, dan
tidak memberi celah pengendara lain untuk masuk jalur.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala
likert. Untuk skala aggressive driving dibuat berdasarkan aspek yang diutarakan oleh
Tasca (2000). Selanjutnya dilakukan penyebaran angket untuk try out di lingkup
komunitas sepeda motor yang ada di Kota Malang. Peneliti menggunakan metode try
out terpakai, dimana skala hanya disebarkan satu kali kemudian dilakukan uji
validitas, reliabilitas, dan analisa.
Uji validitas menggunakan analisis faktor karena analisis ini dapat digunakan untuk
menguji validitas suatu rangkaian kuesioner. Sebuah butir/ item pertanyaan
dinyatakan merupakan pembentuk faktor jika nilai korelasinya lebih besar sama
dengan 0,5 (Kusnendi, 2008). Sedangkan Uji Reliabilitas menggunakan teknik alpha
dari Cronbach. Pengujian realibilitas dapat dilakukan setelah semua butir pertanyaan
14
valid. Untuk uji realibilitas digunakan dengan metode Cronbach Alpha dengan
kriteria pengujian jika koefisien alpha (α) ≥ 0,7 maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen yang digunakan reliabel (Litwin, 1995:31).
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis data
tersebut dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji hipotesis
tentang korelasi antara dua variabel yaitu variabel bebas self-control dan variabel
terikat perilaku aggressive driving, maka teknik yang digunakan adalah teknik
analisis product moment dari Karl Pearson. Nilai korelasi Pearson dapat dilihat
dari hasil output SPSS, selanjutnya untuk memberi interpretasi terdapatnya
kuatnya hubungan yang ada maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel
berikut ini (Arikunto, 2010).
Tabel 1. Interpretasi nilai r
Besarnya Nilai r Interpretasi
Antara 0,801 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,601 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,401 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,201 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,20 Sangat rendah (tidak berkorelasi)
HASIL PENELITIAN
Analisis deskriptif variabel Self-control dan Aggressive Driving menggunakan t-score.
Skor T merupakan salah satu cara dalam skala rating yang digunakan untuk mengubah
skor individual menjadi skor standar. Mengubah skor X menjadi skor T menyebabkan
skor tersebut mengikuti suatu distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan
deviasi standar St = 10 (Azwar, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek
yang memiliki self-control tinggi lebih banyak dari pada subjek yang memiliki self-
control rendah, seperti pada tabel berikut:
Tabel 2. Perhitungan T-score Skala Self-control
Kategori Interval Frekuensi Presentase
Tinggi T-Skor > 50 31 51,7%
Rendah T-Skor < 50 29 48,3%
Total 60 100
Berdasarkan skala yang telah disebar maka diperoleh data bahwa subjek yang
memiliki self-control rendah lebih sedikit dari pada subjek yang memiliki self-
control tinggi. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 60
subjek yang di jadikan sampel hanya 29 subjek yang di kategorikkan memiliki
15
self-control rendah yaitu berarti hanya 48,3% dari total subjek. Sedangkan subjek
yang dikategorikan ke dalam kategori tinggi berjumlah 31 subjek itu berarti
51,7% dari jumlah total subjek.
Selanjutnya berikut ini hasil T-score skala Aggressive Driving.
Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving
Kategori Interval Frekuensi Presentase
Tinggi T-Skor > 50 29 48,3%
Rendah T-Skor < 50 31 51,7%
Total 60 100
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa subjek yang dikategorikan aggressive
driving yang tinggi lebih sedikit dari pada subjek yang aggressive driving rendah.
Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 60 subjek yang
dijadikan sampel terdapat 29 subjek yang termasuk kedalam aggressive driving
tinggi, itu berarti 51,7% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan
kedalam aggressive driving rendah berjumlah 29 subjek, itu berarti 48,3% dari
total subjek.
Tabel 4. Korelasi Self-control dengan Aggressive Driving
Koefisien Korelasi (r) Indeks analisis
Koefisien Korelasi (r) -0,537
Taraf kemungkinan kesalahan 1% (0,01)
p (nilai signifikansi) 0,000
Teknik analisa data yang digunakan untuk pengujian hipotesa penelitian ini
menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment yang dilakukan dengan
bantuan program SPSS 21.0 for windows sehingga dapat diketahui hubungan
antara Self-control dengan Aggressive Driving. Berdasarkan skor koefisien
korelasi yang dihasilkan dari perhitungan SPSS, nilai signifikansi yang
ditunjukkan yaitu 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan yang di gunakan yaitu
0,01 (0,000 < 0,01) sehingga dapat dikatakan hipotesis yang disusun dalam
penelitian ini yaitu: Ada hubungan negatif antara self-control terhadap perilaku
aggressive driving. Dimana semakin tinggi self-control seseorang maka semakin
rendah kemungkinan seseorang melakukan aggressive driving atau sebaliknya
semakin rendah self-control seseorang maka akan semakin tinggi tingkat
aggressive driving yang dilakukan, dapat diterima. Hal ini berarti bahwa ada
hubungan antara self-control dengan aggressive driving pada tingkat signifikansi
1%. Sedangkan kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat
dari nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi (r2) variabel self-control
berdasarkan hasil analisa data adalah 0,289 yang berarti sumbangan efektif dari
self-control yang diberikan dalam aggressive driving sebesar 28,9% sedangkan
16
pengaruh faktor terhadap aggressive driving sebesar 71,1%. Faktor lain yang
memiliki hubungan dengan perilaku agresif dalam mengemudi misalnya
pengalaman mengemudi, pengetahuan akan resiko berkendara, usia, pendidikan,
gaya hidup, kepribadian dan lainnya.
DISKUSI
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara self-
control terhadap aggressif driving, hal itu berarti semakin tinggi tingkat self-
control seseorang maka akan semakin rendah tingkat aggressive driving yang
dilakukan, atau semakin rendah tingkat self-control seseorang maka akan semakin
tinggi tingkat aggressive driving yang dilakukan. Pengaruh dari self-control
sendiri terhadap aggressive driving hanya sebesar 28,9% sedangakan pengaruh
faktor lain terhadap aggressive driving sebesar 71,1%. Hal tersebut menandakan
bahwa masih banyak faktor lain yang mempengaruhi aggressive driving selain
self-control.
Menurut Dukes, et al. (2001) terdapat 2 tipe kondisi yang memicu kemarahan
seseorang dijalan, yaitu aktif dan pasif. Kondisi aktif adalah keadaan dimana
adanya gangguan atau ancaman dari pengendara lain yang dapat membahayakan
pengendara lainnya ketika di jalan, seperti pengendara lain yang menyalip tiba-
tiba. Kondisi pasif adalah, keadaan lalu lintas yang menghambat, seperti macet.
Kondisi aktif cenderung lebih dapat memicu kamarahan seorang pengendara
ketika di jalan dari pada kondisi pasif, karena kondisi aktif direpsresentasikan
sebagai ancaman yang dapat membahayakan pengendara lain dijalan.
Menurut Tasca (2000) perilaku agresif dalam berkendara seseorang biasanya
dipengaruhi oleh ketidaksabaran, jengkel, kemarahan, dan lain-lain. Itu berarti
dengan adanya gangguan atau kecerobohan pengendara lain, dapat memunculkan
kemarahan seorang pengendara ketika dijalan, ketika mengalami kemarahan
dijalan seorang pengendara dapat memunculkan respon perilaku yang positif
ataupun negatif. Perilaku positif yang dimunculkan bisa berupa peneguran
terhadap pengendara yang ceroboh tersebut, atau mungkin melaporkannya kepada
petugas, sedangkan perilaku yang negatif yaitu melakukan pembalasan terhadap
pengendara yang ceroboh tersebut, atau melakukan aggressive driving.
Stimulasi yang berlebihan atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya aurosal
atau hambatan dalam kapasitas pemrosesan informasi. Akibatnya, orang merasa
kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang berlangsung (Fisher, dalam
Muhaz 2013). Hambatan ini berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang
membatasi (atau mengintervensi dengan sesuatu) apa yang menjadi harapan.
Hambatan dapat muncul baik secara aktual ataupun interpretasi kognitif dalam
situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu yang menghambat perilaku orang
akan merasa tidak nyaman. Cara individu untuk mengatasi sesuatu yang
menghambat tersebut dengan melakukan kontrol (Veitch & Arkkelin, dalam
Muhaz 2013).
17
Averill (dalam Muhaz 2013) mengatakan bahwa ada beberapa tipe kontrol yaitu
kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan
mengarahkan perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana
yang bising ketika kebisingan terjadi. Kontrol kognitif dengan mengandalkan
pusat kendali di dalam diri artinya mengubah interpretasi situasi yang mengancam
menjadi situasi yang penuh tantangan. Dalam hal ini ketika ada hambatan yang
dihadapi pada saat berkendara, misalkan jalanan yang macet, keadaan yang
menghambat ini membuat orang menjadi tidak nyaman. Orang yang merasa tidak
nyaman ini akan melakukan antisipasi terhadap faktor-faktor yang
menghambatnya, antisipasi yang dilakukan bisa saja berupa aggressive driving.
Dengan self-control yang tinggi maka pengendara akan lebih dapat melakukan
kontrol yang baik, kontrol kognitif yang lebih positif, misalkan stimulus yang
menghambat itu di ubah menjadi ujian atau stimulus yang biasa dan sangat
mungkin terjadi di jalan, sehingga tidak melakukan aggressive driving. Apabila
pengendara tidak memiliki self-control yang tinggi, maka kontrol yang
dimilikinya akan jelek, stimulus yang menghambat tersebut akan dijadikan
stimulus ancaman yang dapat merugikan atau menghancurkan dirinya, sehingga
dapat memunculkan aggressive drivng.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Philippe, et al. (dalam Muhaz,
2013) seseorang yang memiliki gairah obsesi akan lebih cenderung melakukan
aggressive driving, dari pada gairah harmoni. Seseorang yang memiliki gairah
obsesi akan cenderung lebih terkontrol dengan apa yang akan dilakukannya dan
diinginkannya. Sehingga akan berusaha untuk bisa memenuhi keinginannya
dengan secepat-cepatnya. Hal ini ditunjukkan pengendara sepeda seperti
berkendara dengan kecepatan tinggi untuk sampai tepat waktu, dan ketika apa
yang sudah direncakannya untuk dilakukan mendapati hambatan, seperti
kemacetan maka pengendara ini akan lebih cendrung melakukan aggressive
driving. Sedangkan seseorang yang memiliki gairah harmoni, akan lebih tenang
sehingga dapat mengontrol dorongan internalnya karena cenderung lebih dapat
menerima keadaan yang sedang terjadi.
Pada saat ada stimulus-stimulus yang mengganggu di jalan, seperti ada
pengendara yang memotong jalan atau kondisi yang aktif, stimulus ini akan
diproses dengan otak dan kemudian akan memunculkan respon jengkel, kesal, dan
memunculkan kemarahan pengendara. Akibatnya dapat memicu pengendara
untuk melakukan aggressive driving. Namun seseorang yang memiliki self-
control yang tinggi akan mampu menjadi lebih sabar, sehingga tidak mudah
terpengaruhi oleh keadaan lalu lintas. Dan orang yang memiliki self-control yang
tinggi akan lebih mampu memunculkan emosi yang lebih positif dikarenakan akan
lebih berfikir secara kritis terlebih dahulu sebelum mengutarakan atau
memunculkan emosi yang dirasakannya.
Self-control yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima indikator yang
keseluruhan indikator tersebut ternyata sesuai dan mampu meredam timbulnya
aggressive driving pada pengendara motor ketika di jalanan. Kelima indikator
18
tersebut adalah (1) kemampuan mengontrol perilaku yang dinilai berdasarkan
kemampuan pengendara menahan diri untuk tidak beradu kecepatan dengan
pengendara lain dan tetap waspada serta tidak terpengaruh ketika ada pengendara
lain yang ugal-ugalan di jalan; (2) kemampuan mengontrol stimulus dinilai
berdasarkan kemampuan pengendara untuk tetap mematuhi aturan meskipun ada
rangsangan melakukan tindakan agresif dalam berkendara (3) kemampuan
mengantisipasi peristiwa yang dapat dilihat dari kesediaan pengendara untuk
berangkat lebih awal agar tidak terlambat dan tidak tergesa-gesa selama
diperjalanan serta kebiasaan untuk menjaga jarak aman sebelum menyalip
kendaraan besar; (4) kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk menilai
suatu peristiwa dengan memperhatikan segi positif yang dapat dinilai dari
kepatuhan pengendara pada petugas yang berwenang ketika ada pawai di jalan
dan kepatuhan pengendara akan rambu lalu lintas meski tidak ada petugas jaga;
(5) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan sesuatu yang diyakini dan
disadarinya.
Jadi, ketika stimulus yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku aggressive
driving muncul, dimana perilaku aggressive driving dalam penelitian ini terdiri
dari (1) melewati jalan yang tidak boleh dilalui (2) menyalip pengendara lain
dengan cara yang berbahaya (3) berkendara dengan kecepatan tinggi (4)
menerobos rambu lalu lintas (5) meluapkan kemarahan saat di jalan (6)
menghalangi jalan pengendara lain untuk mendahului, maka pengendara motor
dengan sefl-control tinggi akan mampu meredam reaksi negatifnya.
Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan yang membuat hasil
penelitian ini tidak terlalu maksimal, misalnya penggunaan variabel penelitian
yang kurang banyak. Pada penelitian ini variabel yang digunakan hanya satu
variabel dependen yaitu aggressive driving dan satu variabel independen yaitu
self-control sehingga peran variabel independen terhadap variabel dependen
tergolong kecil yaitu sebesar 28,9% sedangkan 71,1% lainnya merupakan peranan
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Selain itu juga karena
skala yang digunakan memiliki tingkat social desirable yang tinggi sehingga
membuat subyek yang mengisi skalanya menjadi faking.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara self-control dengan aggressive driving, yang dapat dilihat pada
hasil perhitungan koefisien korelasi (r) yaitu -0,537, dan dengan nilai
signifikansinya 0,000. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi self-control
seseorang maka akan semakin rendah aggressive driving yang dilakukannya, atau
sebaliknya.
Implikasi dari penelitian, yaitu diharapkan para remaja yang akan beranjak
menjadi seorang dewasa awal kiranya juga harus memiliki self-control yang kuat,
agar mampu berfikir panjang sebelum bertindak dan dapat mengontrol emosinya,
19
terutama ketika di jalan, karena tanpa kita sadari terkadang tindakan atau perilaku
berkendara kita di lalu lintas dapat membahayakan diri sendiri dan
membahayakan orang lain. Selanjutnya bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian dengan variabel aggressive driving disarankan untuk menghubungkan
dengan variabel lain yang belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti
pengalaman akan resiko berkendara dan sebagainya.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah kecelakaan, koban mati, luka berat, luka ringan,
dan kerugian materi. (Online). Diakses tanggal 30 November 2015 diperoleh dari http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=12.
Balogun, SK., et al. 2012. Psychosocial Factors Influencing Aggressive Driving
Among Commercial And Private Automobile Drivers In Lagos Metropolis. The Social Science Journal. Vol.49 No.1 pp: 83-89
Chaplin, JP. 1993. Kamus Lengkap Psikologi, alih bahasa: Kartini Kartono, Edisi
I Cetakan Ke 2. Jakarta: Raja Grafindo Gulian, E., Matthews, G., Glendon, A.I., Davies, D.R., Debney, L.M. Dimensions
of Driver Stress. Ergonomics, Vol. 32, No.6: 585–602. Gunarso,D, Singgih, D.G. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK
Gunung Mulia Haje, BE., dan Dianne GS. 2014. Personal and Social Determinant of Aggressive and
Dangerous Driving. Canadian Journal of Family and Youth, 6(1), pp: 59-88 Harre, R. And Camb, R. 1996. Ensiklopedi Psikologi. Jakarta: Arcan Hartley, L.R., Hassani, J.E. 1994. Stress, Violations, and Accidents. Applied
Ergonomics, 25 (4): 221 – 230 Huang, Y. 2014. Analysis of Risky and Aggressive Driving Behaviours Among
Adult Iowans. Graduate Theses and Dissertations. Digital Repository @ Iowa State University. Paper 13748
James, Leon & Nahl, Diane. 2000. Road Rage and Aggressive Driving, Steering
Clear of Highway Warfare. Amhest, NY. : Promothens Books Kerlinger, F.N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral, Ed III. (Landung R.
Simatupang, terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press Knee, C.R., Neighbors, C., Vietor, N.A. 2001. Self-Determination Theory as A
Framework for Understanding Road Rage. Journal of Applied Social Psychology, 31, 5 : 889 -904
20
Lelangayaq, YLP. 2013. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Polisi Lalu Lintas
Dengan Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Remaja di Kota
Malang. Skripsi (diterbitkan). Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi
Universitas Negeri Malang
Matthews, G., Dorn, L., Glendon, A.I. 1991. Personality Correlates of Driver
Stress. Personality and Individual Differences, Vol. 12, No.6: 535 – 549
Meirambayeva, A. 2013. Evaluation of Ontario's Street Racers, Stunt and
Aggressive Drivers Legislation. University of Western Ontario-Electronic
Thesis and Dissertation Repository. Paper 1698
Muhaz, M. 2013. Kematangan Emosi Dengan Aggressive Driving Pada
Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi. Vol.01 No.02 pp: 343-355
Priyatna, MD. 2012. Studi Mengenai Perilaku Berkendara Agresif dan Faktor
Penyebabnya Pada Sopir Angkutan Kota di Kota Bandung Melalui
Pendekatan Deskriptif. Skripsi (diterbitkan). Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung
Rowden, Peter and Watson, Barry and Biggs, Herbert. 2006. The Transfer of
Stress from Daily Hassles to the driving Environment in a Fleet Sample.
Proceedings Australian Road Safety Research, Policing and Education
Conference, Gold Coast, Queensland
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Terjemahan oleh Kwan
Men Yon, Edisi 4, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat
Seibokaite, L., et al. 2014. Aggressiveness as Proximal and Distal Predictor of
Risky Driving in the Context of Other Personality Traits. International
Journal of Psychology and Behavioral Science, 4(2) pp:57-69
Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suhendra, E.S. 2013. “Regresi dan korelasi.” Materi PPT Universitas Gunadarma.
Diakses melalui http://susys.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33301/(6)
Regresi+Korelasi.ppt tanggal 31 Mei 2015
Tasca, L. 2000. A review of the literature on aggressive driving research.
(Online). Diakses tanggal 30 September 2015 diperoleh dari
http://www.stopandgo.org/news/
Triana, EPY., dkk. 2013. Pemodelan Jumlah Kecelakaan Pengendara Sepeda Motor di
Daerah Black Spot Kota Malang Menggunakan Generalized Poisson
Regression. Jurnal Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
Malang pp: 185-188
21
Utami, N. 2010. Hubungan Persepsi Resiko Kecelakaan Dengan Aggressive
Driving Pengemudi Motor Remaja. Skripsi (diterbitkan). Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hiddayatullah Jakarta
Yusuf, M.A. 2010. Metodologi Penelitian, Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang: UNP Press
22
LAMPIRAN
23
TRY OUT INSTRUMEN SELF-CONTROL DAN PERILAKU AGGRESSIVE
DRIVING
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Jl. Raya Tlogomas GKB 1 lt. 5 Kampus III UMM
Kepada Yth.
Anggota Komunitas Motor Kota Malang
Di Tempat
Bersama ini saya :
Nama : Erick Febrianto
Nim : 201110230311044
Keterangan : Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang
Untuk keperluan penelitian yang saya lakukan, maka saya mohon Saudara
berkenan mengisi kuesioner ini. Semua informasi dari kuesioner ini terjamin
kerahasiannya. Kuesioner ini dilakukan untuk kepentingan saya pribadi. Tidak
lupa saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi
kuesioner ini.
Hormat Saya,
Erick Febrianto
24
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama menjadi anggota : (tahun)
Jabatan dalam komunitas :
Lama menggunakan sepeda motor : (tahun)
Lama mahir berkendara : (tahun)
Petunjuk Pengisian Kuesioner Tertutup
Mohon berikan jawaban atas pernyataan dalam kuesioner dengan memberikan
tanda (√) pada skala 1-5 yang sudah tersedia. Pemberian skor terhadap masing-
masing jawaban responden memiliki arti sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Kurang Setuju (KS) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
Penilaian terhadap pernyataan tersebut diharapkan sesuai dengan keadaan
sesungguhnya yang pernah dan biasa Anda alami dan lakukan.
No. Variabel Aspek Indikator
Konfirmasi Responden Atas
Pernyataan
SS S KS TS STS
A Perilaku Aggresive Driving (Y)
1 Melewati jalan
yang tidak boleh
dilalui
Saya merasa senang dan terpacu
untuk menyalip di tikungan yang
baru pertama kali dilewati 1
2 Saya menyalip lewat bahu jalan yang
sempit dan naik turun trotoar saat
kondisi macet 1
3 Saya menerobos jalur satu arah
karena lebih dekat jarak tempuhnya
ke tempat janjian 1
4 Saya sering melewati jalur fly over
yang melarang sepeda motor untuk
melintas 1
5 Saya melintas di jalur khusus roda 4
karena lebih leluasa 1
6 Saya berkendara dengan kecepatan
rendah di jalur kanan 1
25
7 Menyalip
pengendara lain
dengan cara yang
berbahaya
Saya mengendarai sepeda motor
berpindah-pindah jalur tanpa melihat
kendaraan lain melalui kaca spion 2
8 Saya sering menyalip dengan
kecepatan tinggi saat kondisi jalanan
padat di jalur kanan tanpa
menggunakan lampu sen 2
9 Saya terbiasa memotong kendaraan
lain dengan jarak dekat 2
10 Saya selalu menggunakan
kesempatan sekecil apapun untuk
menyalip kendaraan lain meskipun
ada kendaraan dari arah berlawanan
yang berjarak sangat dekat 2
11 Saya terbiasa menyalip kendaraan
lain dari sebelah kiri 2
12 Saya tanpa segan berbelok atau
berhenti mendadak setelah menyalip 2
13 Saya menyalip kendaraan besar
tanpa membunyikan klakson atau
isyarat lainnya 2
14 Berkendara
dengan kecepatan
tinggi
Saya berkendara dengan kecepatan
tinggi di jalan rawan kecelakaan
dengan kondisi rem sepeda motor
pakem 3
15 Saya memacu motor dengan
kecepatan tinggi agar tidak terlambat
sampai ditempat tujuan 3
16 Saat berkendara, saya
membayangkan sedang beradu
kecepatan dengan pengendara yang
lain di jalan 3
17 Saya senang berkendara di belakang
mobil ambulance yang sedang
melaju kencang 3
18 Saya selalu menyalakan lampu sen
kanan agar tidak ada kendaraan yang
menghalangi laju motor saya 3
19 Saya terbiasa berkendara dengan
kecepatan semaksimal mungkin 3
20 Saya sengaja memainkan gas untuk
menantang pengendara lain yang
berkendara dengan pelan 3
26
21 Menerobos rambu
lalu lintas
Saya berputar arah meski terdapat
rambu dilarang berputar agar cepat
sampai ke tempat tujuan 4
22 Saya memajukan motor sedikit demi
sedikit hingga menjadi yang terdepan
saat lampu merah masih menyala 4
23 Saya sering tidak sabar dan langsung
belok kiri tanpa menunggu lampu
menjadi hijau meskipun ada rambu
belok kiri mengikuti isyarat lampu 4
24 Saya terpacu untuk menerobos
lampu merah di perempatan rawan
kecelakaan yang tidak terdapat pos
polisi 4
25 Saya berhenti di tempat teduh untuk
menerima telepon atau membalas
sms meskipun ada tanda dilarang
berhenti 4
26 Saya melawan arus pelan-pelan hingga
sampai pada tempat putar arah 4
27 Saya tidak mempedulikan tanda
batas kecepatan maksimal disuatu
wilayah 4
28 Meluapkan
kemarahan saat di
jalan
Saya melotot dengan geram pada
pengendara lain yang hampir
menyerempet kendaraan saya 5
29 Saya mengutuk pengendara yang
menyerobot jalur saya secara tiba-
tiba tanpa memberikan tanda 5
30 Saya memaki pengendara lain yang
membuat saya terpaksa mengerem
kendaraan secara mendadak 5
31 Saya membunyikan klakson
berulang kali untuk mengungkapkan
kekesalan saya terhadap kemacetan 5
32 Saya sengaja memainkan gas tanda
menantang pengendara lain ketika
mereka menyalip dengan seenaknya 5
33 Saya menghentikan pengendara lain
yang menabrak kendaraan saya dan
menantangnya berduel tanpa basa-
basi 5
34 Saya mengacungkan tinju sambil
menyalip sebagai bentuk protes saya
karena kendaraan yang saya salip
tidak segera memberi jalan 5
27
35 Menghalangi
jalan pengendara
lain untuk
mendahului
Saya cenderung membuat kendaraan
lain tidak dapat masuk jalur dengan
menaikkan kecepatan dan
mengklakson terus menerus 6
36 Saya tidak suka memberikan celah
kepada pengendara lain agar dapat
masuk ke dalam jalur saat kondisi
macet 6
37 Saya menambah kecepatan ketika
mendekati persimpangan agar
pengendara lain tidak dapat
memotong masuk ke jalur saya 6
38 Saya sering mengemudikan motor
berjajar dengan teman sambil
mengobrol 6
39 Saya menyalakan lampu sen kanan
dan berkendara dijalur kanan agar
tidak ada yang menyalip 6
40 Saya sengaja tidak memberikan
kesempatan pengendara lain yang
memacu motornya dengan kencang
untuk menyalip motor saya 6
B Self-Control (X)
1 kemampuan
mengontrol
perilaku
Saya mampu menahan diri untuk
tidak beradu kecepatan ketika ada
kendaraan lain yang menyalip motor
saya 1
2 Saya tetap waspada dan tidak
terpengaruh ketika ada pengendara
lain yang ugal-ugalan di jalan 1
3 Saya tidak melayani adu balap ketika
ada yang menantang dengan
memainkan gas motornya 1
4 Saya menjaga jarak dan laju motor
terhadap kendaraan besar 1
5 Saya tetap berada dibelakang garis
batas meski ada kendaraan yang
maju perlahan di lampu merah 1
6 Saya memutar agak jauh sesuai
dengan adanya tanda putar arah 1
7 Selain menyalakan lampu sen kanan,
saya selalu mengklakson sebagai
tanda akan menyalip 1
28
8 Saya memilih berhenti memberi jalan
sesuai arahan petugas parkir ketika ada
kendaraan akan keluar area parkir 1
9 kemampuan
mengontrol
stimulus
Saya menepi dan memberikan jalan
ketika ada mobil ambulance melaju
di jalan 2
10 Saya tetap berada di badan jalan saat
macet meski ada kesempatan untuk
melintas trotoar 2
11 Saya tidak menyalip kendaraan besar
meski mereka melaju perlahan 2
12 Saya tidak melayani tantangan adu cepat
teman meski kondisi jalan sedang sepi 2
13 Saya waspada dan siap berhenti
ketika lampu kuning menyala 2
14 Saya berkendara dengan pelan
dibelakang motor ibu-ibu yang
menyala lampu sen kanannya 2
15 Saya tetap berhenti dengan tenang
meski ada yang memaki karena saya
tidak segera maju di lampu merah 2
16 Dimalam hari, ketika akan menyalip
saya menyalakan lampu jarak jauh
daripada membunyikan klakson 2
17 kemampuan
mengantisipasi
peristiwa
Saya terbiasa menjaga jarak sebelum
menyalip ketika berkendara di
belakang kendaraan besar 3
18 Saya berangkat ke tempat janjian
lebih awal agar bisa berkendara
dengan tenang tanpa memacu
kecepatan berlebih 3
19 Saya selalu memakai helm meski
jarak yang saya tuju dekat 3
20 Saya selalu melihat kaca spion
sebelum berbelok, menyalip maupun
berhenti 3
21 Saya tidak pernah lupa mengecek
kondisi lampu motor sebelum
mengendarainya 3
22 Saya selalu mengenakan alat
pelindung diri (jaket, masker, sarung
tangan) ketika mengendarai motor 3
23 Saya membunyikan klakson ketika
akan menyalip motor yang lampu
sen kanan menyala tapi tidak segera
ke jalur kanan 3
29
24 Saya tidak akan menyalip kendaraan
apapun sampai jarak pandang saya
bebas dan luas 3
25 kemampuan
menafsirkan
peristiwa
Saya mematuhi arahan petugas yang
berwenang ketika ada pawai
melintas di jalan meski sedang
terburu-buru 4
26 Saya mematuhi aturan rambu dengan
mengurangi kecepatan saat berada di
zona sekolah meskipun saya
melintas bukan pada jam sekolah 4
27 Saya lebih berhati-hati dalam
berkendara ketika ada tanda
peringatan masuk daerah rawan
kecelakaan 4
28 Saya selalu menyiapkan kunci dan
peralatan montir sederhana kemanapun
saya pergi mengendarai motor 4
29 Saya selalu meng-update berita
terkini mengenai kondisi arus lalu
lintas 4
30 Saya tidak terbiasa mengobrol
dengan teman ketika berkendara 4
31 Saya berusaha mencari jalan
alternatif ditengah kemacetan 4
32 Saya menunggu hujan agak reda
sebelum melanjutkan perjalanan 4
33 kemampuan
mengambil
keputusan
Saya mengambil jalur alternatif
ketika arus di depan terlihat padat
merayap 5
34 Saya segera menyalip kendaraan
besar ketika sopir memberikan kode
untuk menyalip 5
35 Saya tidak segan untuk mengalah
memberikan jalan agar kemacetan
segera terurai 5
36 Saya mengklakson pengendara yang
ragu untuk berbelok atau tidak agar
segera menentukan pilihannya
sebelum saya menyalip 5
37 Saya berhenti sejenak pada rest area
ketika merasa kurang fokus dijalan 5
38 Saya memilih jalan alternatif meski
lebih jauh tetapi kondisi jalannya
lancar 5
30
39 Saya tidak pernah mau membonceng
teman yang tidak mau memakai
helm dan APD 5
40 Saya memilih damai dan mau
memperbaiki motor yang rusak
terserempet motor saya 5
31
DATA AGGRESSIVE DRIVING
resp/item
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y8
y9
y10
y11
y12
y13
y14
y15
y16
y17
y18
y19
y20
y21
y22
y23
y24
y25
y26
y27
y28
y29
y30
y31
y32
y33
y34
y35
y36
y37
y38
y39
1 2 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 3 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1
3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 1 1 4 2 2 2 2 4 4 3 4
5 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 4 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
6 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 2 4 2 2 2 2 4 1 1
7 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 4 2 1 2 2 2 2 2 2 4
8 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 4 2 2 2 2 3 2 4 2
9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 4 4 3 2 2 2 2 4
10 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 3 4 2 4 2 2
11 3 3 4 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2
12 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2
13 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2
14 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
15 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
16 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 4 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2
17 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 3 3 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
19 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 1 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2
20 2 3 2 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 1
31
32
21 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 4 4 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2
22 2 3 2 2 2 2 3 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2
23 2 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4
24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2
25 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 1
26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
27 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
28 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1
29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 5 4 4 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4
30 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2
31 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 1 2 1 2 1 2 2 2 5 5 5
32 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
33 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2
34 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 5 4 5 5 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 4 2 1 1 4 2 2 2 2 4 4 4
35 5 4 5 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2
36 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 1 3 4 1 2 3 2 2 2 2 3 2
37 4 5 2 2 5 3 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 4 3 3
38 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 4 3
39 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 3 5 4 5 5 4 4 3 2 1 2 2 4 4 3 4 2 1 1 4 3 3 2
40 2 2 2 3 2 2 5 4 5 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 4 4 4
41 4 3 4 4 4 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 1 3 4 1 2 2 3 2
42 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 2 2 2 2
43 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 2 2 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 2 4 2 2 2 1 4 2 4 4
44 3 3 2 3 2 2 3 4 3 2 4 3 2 2 2 2 4 4 4 3 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 1 1 2 2
45 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 4 2 1 1 1
32
33
46 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2
47 2 2 2 2 2 2 4 5 2 2 5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2
48 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2
49 4 4 4 3 4 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 5 4 5 2 2 3 2 2 1 2 2 4 4 3 4 2 2 2
50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
51 2 2 2 2 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 1 2 3 2
52 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 3 2
53 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 4
54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3
55 2 2 2 3 2 2 4 2 3 3 2 2 4 4 4 3 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 4
56 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3
57 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
58 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
59 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1
60 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1
33
34
DATA SELF-CONTROL
resp/item
x1
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x8
x9
x10
x11
x12
x13
x14
x15
x16
x17
x18
x19
x20
x21
x22
x23
x24
x25
x26
x27
x28
x29
x30
x31
x32
x33
x34
x35
x36
1 2 2 4 4 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 1 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 4 3 1
2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3
3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 1 1 4 3 3 3 3 3
5 2 2 1 2 2 2 1 3 4 1 3 3 3 3 3 2 1 1 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
6 4 5 4 5 4 5 5 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3
7 1 1 3 2 3 2 2 3 4 4 3 3 2 1 4 2 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4
8 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3
9 4 5 5 5 4 4 5 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 3
10 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
11 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 1 1 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3
12 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 2 4 4 4 3 4 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3
13 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 1 3 1 1 2 3 1 2
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2
15 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 3 3 2
16 5 4 4 4 4 4 4 2 1 1 2 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
17 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4
18 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 1 1 4 2 4 4 3 3
19 3 3 2 4 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 1 1 4 4 4 4 4 2
20 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 1 1 1 3 2 3 3 2 3 3
34
35
21 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
23 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
24 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 4 3 4
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4
29 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4
30 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4
31 3 2 3 2 3 2 2 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4
32 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 1 2 1 3 3 2 4 4 4
33 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4
34 1 2 2 2 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 2 2 3
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 4
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 5 5 4 3 4 4 3 2 3 4 2 3 4 5 5
37 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 1 2 1
38 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 5 4 5
39 3 3 3 2 4 3 3 1 2 2 2 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5
40 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2
41 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 2
44 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
45 2 2 1 2 2 2 1 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4 4
35
36
46 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
47 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4
48 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2
49 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 3 2 4 4 4 4
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
51 4 3 2 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 2
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3
53 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
54 1 1 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4
55 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
56 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
57 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
59 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
60 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36
37
Hasil Validitas dan Reabilitas
Hasil Uji Validitas Variabel Agressive Driving
No. Aitem Anti-image
correlation
Keterangan No. Aitem Anti-image
correlation
Keterangan
1 0.656 Valid 21 0.765 Valid
2 0.612 Valid 22 0.821 Valid
3 0.610 Valid 23 0.838 Valid
4 0.726 Valid 24 0.888 Valid
5 0.577 Valid 25 0.858 Valid
6 0.517 Valid 26 0.732 Valid
7 0.706 Valid 27 0.775 Valid
8 0.619 Valid 28 0.645 Valid
9 0.613 Valid 29 0.576 Valid
10 0.752 Valid 30 0.534 Valid
11 0.857 Valid 31 0.671 Valid
12 0.643 Valid 32 0.634 Valid
13 0.800 Valid 33 0.517 Valid
14 0.435 Tidak Valid 34 0.573 Valid
15 0.824 Valid 35 0.632 Valid
16 0.770 Valid 36 0.501 Valid
17 0.755 Valid 37 0.556 Valid
18 0.719 Valid 38 0.537 Valid
19 0.698 Valid 39 0.531 Valid
20 0.666 Valid 40 0.644 Valid
Dari hasil uji coba instrumen kepada 40 orang anggota klub motor di Kota
Malang, Skala aggresive driving yang berisi 40 berdasarkan perhitungan validitas
dari 40 aitem didapatkan hasil sebanyak 1 aitem dinyatakan tidak valid dan 39
aitem dinyatakan valid. Butir yang valid tersebut adalah nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Butir yang gugur adalah nomor: 14. Setelah
diketahui aitem yang valid, maka dilakukan penyusunan kembali skala agrresive
driving berjumlah 39 aitem.
38
Hasil Uji Validitas Variabel Self-Control
No. Aitem Anti-image
correlation
Keterangan No. Aitem Anti-image
correlation
Keterangan
1 0.745 Valid 21 0.791 Valid
2 0.808 Valid 22 0.548 Valid
3 0.881 Valid 23 0.775 Valid
4 0.755 Valid 24 0.570 Valid
5 0.880 Valid 25 0.731 Valid
6 0.831 Valid 26 0.843 Valid
7 0.563 Valid 27 0.831 Valid
8 0.466 Tidak Valid 28 0.849 Valid
9 0.687 Valid 29 0.761 Valid
10 0.603 Valid 30 0.599 Valid
11 0.720 Valid 31 0.737 Valid
12 0.682 Valid 32 0.761 Valid
13 0.638 Valid 33 0.369 Tidak Valid
14 0.530 Valid 34 0.647 Valid
15 0.572 Valid 35 0.759 Valid
16 0.498 Tidak Valid 36 0.807 Valid
17 0.297 Tidak Valid 37 0.787 Valid
18 0.694 Valid 38 0.769 Valid
19 0.745 Valid 39 0.822 Valid
20 0.724 Valid 40 0.508 Valid
Skala self-control berisi 40 aitem yang berdasarkan perhitungan validitas
didapatkan hasil sebanyak 4 aitem dinyatakan tidak valid/ gugur dan 36 aitem
dinyatakan valid. Butir yang valid tersebut adalah nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21,22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 40. Butir yang gugur adalah nomor: 8, 16, 17, 33. Setelah
diketahui aitem yang valid, maka dilakukan penyusunan kembali skala dengan
memberikan nomor urut baru sehingga skala self-control berjumlah 36 aitem.
39
Hasil Uji Reliabilitas
a. Variabel Aggresive Driving
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 40 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,777 39
Berdasarkan hasil dari perhitungan reliabilitas, maka diperoleh 39 aitem valid
pada skala aggresive driving memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,777 (layak
digunakan).
b. Variabel Self-control
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100,0
Excluded(a)
0 ,0
Total 40 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,769 36
Berdasarkan hasil dari perhitungan reliabilitas, maka diperoleh 36 aitem valid
pada skala self-control memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,769 (layak
digunakan).
40
HASIL ANALISIS DATA
Linieritas ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
aggressive_driving * self_control
Between Groups
(Combined) 5392,350 35 154,067 1,584 ,121
Linearity 2231,628 1 2231,628 22,945 ,000
Deviation from Linearity
3160,722 34 92,962 ,956 ,556
Within Groups 2334,250 24 97,260
Total 7726,600 59
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
aggressive_driving * self_control -,537 ,289 ,835 ,698
Uji korelasi
Correlations
self_control aggressive_driving
self_control Pearson Correlation 1 -,537(**)
Sig. (2-tailed) ,000
N 60 60
aggressive_driving Pearson Correlation -,537(**) 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 60 60
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).