7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 1/15
1
HUBUNGAN METODE EDUKASI GIZI TENTANG DIABETES MELITUS TIPE 2TERHADAP PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP (POSTPRANDIAL)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG
dr. Siswanto*, Fuadiyah Nila Kurniasari**, Ireka Rizka Dayana**
Abstrak
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai kadar glukosa darahmelebihi nilai normal. Prevalensi DM Tipe 2 menurut Departemen Kesehatan (2008) sebesar 12,8% dan menurut Dinas Kesehatan Kota Malang (2011) sebesar 30,97%. Upayapencegahan dan penanganan penyakit degeneratif ini dengan merubah pola hidup dan polamakan masyarakat. Perubahan ini bisa dilakukan melalui edukasi gizi berupa konseling ataupemberian leaflet . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara metodeedukasi gizi terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp ( postprandial ) pada pasienDM tipe 2. Studi true experiment menggunakan pretest posttest with control group design
terhadap penderita DM tipe 2. Sampel dipilih dengan cara randomisasi dimana satukelompok mendapat konseling dan kelompok lain mendapat leaflet . Besar sampel masing-masing kelompok 21 orang. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode konselingdengan metode pemberian leaflet terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam ppresponden (Independent t-test, 213,95±80,51 vs. 218,38±73,73, p=0,519), namun terdapatperbedaan rerata kadar glukosa darah 2 jam pp yang bermakna sebelum dan sesudahkonseling atau pemberian leaflet (Paired t-test, p<0,05). Baik metode konseling maupunmetode pemberian leaflet tidak menunjukkan perbedaan terhadap perubahan kadar glukosadarah 2 jam pp responden.
Kata kunci: DM tipe 2, metode edukasi gizi, kadar glukosa darah 2 jam pp ( postprandial )
Abstract
Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that characterized blood glucose levels to anexceeded normal value. The prevalence of type 2 diabetes is 12,8% and 30,97% based ondata from Department of Health (2008) and Malang City Health Department (2011)respectively. Changing lifestyle and eating habits could be used for preventing and treatingdegenerative disease. These change can be done through nutrition education by counselingor giving leaflets. The aim to determine the correlation of nutrition education method to thechanges in 2 hours postprandial blood glucose levels in patients with type 2 diabetes. Thestudy used a pretest-posttest true experimental control group design. Samples were selectedby randomization in which one group received counseling and the other group received the
leaflet. The sample size of each group is 21 people. No significant differences betweencounseling and giving leaflets to change 2 hour postprandial blood glucose levels ’srespondent (Independent t-test, 213,95±80.51 vs. 218,38±73,73, p= 0,519), but there aresignificantly different in 2 hour postprandial blood glucose levels before and after either counseling or giving leaflets (Paired t-test, p<0,05). Conclusion: Both methods of counseling
and giving leaflet have no differences on changes in 2 hour postprandial blood glucose levelsrespondents.
Keyword: Type 2 diabetes, nutrition education method, 2 hour postprandial blood glucose
levels
* Program Studi Pendidikan Dokter FKUB
** Program Studi Ilmu Gizi FKUB
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 2/15
2
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM)merupakan penyakit kelainanmetabolisme yang disebabkan
kurangnya produksi insulin ataugangguan pada fungsi insulin,meskipun jumlahnya normal. Hal inidisebabkan karena terjadi kerusakanpada sebagian atau seluruh sel-selkelenjar pankreas (sel beta). Kondisi inimenyebabkan gula (dalam bentukglukosa) yang dikonsumsi tidak dapatdiproses secara sempurna. Akibatnya,kadar gula dalam darah meningkat(Utami, 2009).
Berdasarkan survei yang
dilakukan Badan Kesehatan Dunia atauWorld Health Organization (WHO)tahun 2011 jumlah penderita diabetesmelitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesiamenempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetesmelitus di dunia setelah India, Cina,dan Amerika Serikat. Pada tahun 2011,terdapat sekitar 5,6 juta pendudukIndonesia yang mengidap diabetesmelitus. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menyatakanbahwa prevalensi nasional penyakit DMdi Indonesia sebanyak 5,7%. Dari 17provinsi di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yangmempunyai prevalensi penyakit DMdiatas prevalensi nasional, yaitusebanyak 6,8%. Penelitian oleh BadanPenelitian dan Pengembangan Depkes2001, menunjukkan bahwa prevalensiDM tipe 2 terbesar pada usia 25-64tahun yaitu sebesar 12,8% (Depkes,
2008). Berdasarkan data dari DinasKesehatan Kota Malang dan BadanPusat Statistik Kota Malang (2011),prevalensi tertinggi DM tipe 2 padatahun 2011 berdasarkan kelompokumur 40-64 tahun terdapat diPuskesmas Kedungkandang yaitusebesar 30,97%. Hal tersebutmenggambarkan tingginya kejadian DMtipe 2 di Puskesmas KedungkandangKota Malang.
Peningkatan prevalensi DM
dihubungkan dengan gaya hidup dan
diet. Gaya hidup yang saat ini banyakdianut adalah gaya hidup kebarat-baratan yang dicirikan dengankurangnya aktifitas fisik dan pemilihanmakanan yang tidak sehat yangmerupakan pencetus terjadinya DM tipe2 (Pusthika, 2011).
Menurut Karyadi (2002), suatulangkah yang bisa diambil sebagaiupaya pencegahan dan penangananpenyakit degeneratif ini adalah denganmerubah perilaku hidup masyarakatterutama dalam memilih makanansehari-hari. Perubahan ini bisadilakukan melalui pendidikan kesehatanyaitu edukasi gizi (nutrition education)
berupa penyuluhan dan konsultasi gizi.Edukasi gizi merupakan usahadi bidang kesehatan untuk membantuindividu, kelompok atau masyarakatdalam meningkatkan pengetahuan dankemampuan responden menujukonsumsi pangan yang sehat danbergizi sesuai dengan kebutuhan tubuh(Widhayati, 2009). Metode dalamedukasi gizi dibedakan menjadi metodeberdasarkan teknik komunikasi yaitumetode penyuluhan langsung dengan
cara konseling gizi dan metodepenyuluhan tidak langsung dengancara membaca leaflet (Stang dan Story,2005).
Tujuan umum dari penelitian iniadalah mengetahui hubungan metodeedukasi gizi tentang diabetes melitus(DM) tipe 2 terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp ( postprandial )pada pasien diabetes melitus tipe 2 diPuskesmas Kedungkandang KotaMalang. Tujuan khusus penelitian ini
antara lain (1) Mengkaji perbedaanrerata nilai pengetahuan respondenterkait DM tipe 2 sebelum dan sesudahkonseling gizi maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . (2)Mengkaji perbedaan rerata nilai sikapresponden terkait DM tipe 2 sebelumdan sesudah konseling gizi maupunsebelum dan sesudah pemberianleaflet . (3) Mengkaji perbedaan rerataasupan energi, protein, lemak, dankarbohidrat responden DM tipe 2sebelum dan sesudah konseling gizi
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 3/15
3
maupun sebelum dan sesudahpemberian leaflet . (4) Mengkajiperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp (postprandial) responden DMtipe 2 antara yang diberi konseling gizidengan pemberian leaflet . (5) Mengkajiperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp (postprandial) responden DMtipe 2 sebelum dan sesudah konselinggizi maupun sebelum dan sesudahpemberian leaflet .
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunkanrancangan True Experiment denganmenggunakan rancangan Pretest
Posttest with Control Group. Dalamrancangan ini dilakukan randomisasi(R), dimana intervensi pada setiapsampel yang terpilih dari populasi(subjek) dilakukan berdasarkan acakatau random. Kemudian dilakukan
pretest (O1), diikuti intervensi (X1 danX2), setelah beberapa waktu dilakukan
posttest (O2) (Notoatmodjo, 2010).Populasi dalam penelitian ini
adalah penderita diabetes melitus tipe 2dengan kadar glukosa darah 2 jam pp( postprandial ) ≥200 mg/dl yangmenjadi pasien di PuskesmasKedungkandang Kota Malang. Sampelpenelitian yang diambil adalah sampelyang memenuhi kriteria inklusi(Notoadmodjo, 2010), sebagai berikut:(1) Pasien di PuskesmasKedungkandang Kota Malang. (2)Pasien menderita DM tipe 2. (3) Usia>40 sampai kurang dari 65 tahun danmasih melakukan aktifitas fisik. (4)
Menggunakan obat metformin atauglibenklamid atau kombinasi metformindan glibenklamid. Obat yangdikonsumsi responden harus homogensupaya tidak menjadi confounding factor . (5) Bersedia menjadi sampelpenelitian dan mau menandatangani informed consent. Adapun kriteriaeksklusinya, sebagai berikut: (1)Menggunakan diet tertentu. (2) Pasienmenderita komplikasi jantung. (3)Responden pindah ke kota lain ketika
masih dalam penelitian.
Analisis data yang digunakanuntuk mengetahui hubungan metodeedukasi gizi tentang diabetes melitustipe 2 terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp ( postprandial )pada pasien diabetes melitus tipe 2,diolah dengan menggunakan softwareSPSS 16.0 for Window , dengan ujiparametrik Independent t-test . Untukmengetahui perubahan tingkatpengetahuan, sikap, pola makan(asupan energi, protein, lemak, dankarbohidrat), dan perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp pada pasiendiabetes melitus tipe 2 antara sebelumdan sesudah konseling atau pemberian
leaflet diuji dengan menggunakan ujiPaired t-test , apabila tidak memenuhisyarat (distribusi data tidak normal),maka menggunakan uji non parametrikWilcoxon signed-rank test (Dahlan,2011).
HASIL PENELITIAN DAN ANALISISDATA
Pengetahuan
Pengetahuan responden diuji dengan
menggunakan pretest kemudianresponden diberi konseling atau leaflet ,dua minggu kemudian dilakukan
posttest . Perbedaan rerata nilaipengetahuan responden sebelum dansesudah konseling maupun pemberianleaflet disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Wilcoxondengan IK 95% diperoleh nilai p-valuepengetahuan pada metode konseling
adalah 0,001 (p<0,05), dan nilai p-valuepengetahuan pada metode pemberianleaflet adalah 0,003 (p<0,05), artinyaterdapat perbedaan rerata nilaipengetahuan yang bermakna sebelumdan sesudah konseling maupunsebelum dan sesudah pemberianleaflet . Dengan kata lain, terjadiperubahan nilai pengetahuanresponden setelah diberi konselingmaupun diberi leaflet .
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 4/15
4
Tabel 1.Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Konseling
maupun Pemberian Leaflet
Pengetahuan Mean Rank Sig*
Sebelum dan sesudahkonseling
Negative ranks 1a 18,00
0,001Positive ranks 19b 10,11Ties 1c
Total 21
Sebelum dan sesudahpemberian leaflet
Negative ranks 3a 6,00
0,003Positive ranks 15b 10,20Ties 3c
Total 21*Uji Wilcoxon
Keterangan: a. Pengetahuan setelah intervensi < pengetahuan sebelum intervensi
b. Pengetahuan setelah intervensi > pengetahuan sebelum intervensi
c. Pengetahuan setelah intervensi = pengetahuan sebelum intervensi
Pada metode konseling terdapat19 orang dengan hasil nilaipengetahuan setelah konseling lebihbaik daripada sebelum konseling,sedangkan pada metode pemberianleaflet terdapat 15 orang dengan hasilpengetahuan setelah pemberian leaflet lebih baik daripada sebelum pemberianleaflet . Dapat disimpulkan bahwa
metode konseling lebih baik daripadametode pemberian leaflet dalammeningkatkan nilai pengetahuanresponden.
Sikap
Sikap responden diuji denganmenggunakan pretest kemudianresponden diberi konseling atau leaflet ,dua minggu kemudian dilakukan
posttest . Perbedaan rerata nilai sikapresponden sebelum dan sesudahkonseling maupun pemberian leaflet disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.Perbedaan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Konseling maupun
Pemberian Leaflet
Sikap Mean Rank Sig*
Sebelum dan sesudah
konseling
Negative ranks 0a 0,00
0,001
Positive ranks 14b 7,50
Ties 7c
Total 21
Sebelum dan sesudahpemberian leaflet
Negative ranks 5a 9,10
0,042Positive ranks 14
b10,32
Ties 2c
Total 21*Uji Wilcoxon
Keterangan: a. Sikap setelah intervensi < s ikap sebelum inte rvensi
b. Sikap setelah intervensi > s ikap sebelum intervensi
c. Sikap setelah intervensi = sikap sebelum intervensi
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 5/15
5
Tabel 2. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Wilcoxon dengan IK 95% diperoleh nilai p-valuesikap pada metode konseling adalah0,001 (p<0,05), dan nilai p-value sikappada metode pemberian leaflet adalah0,042 (p<0,05), artinya terdapatperbedaan rerata nilai sikap yangbermakna sebelum dan sesudahkonseling maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . Dengankata lain, terjadi perubahan nilai sikapresponden setelah diberi konselingmaupun diberi leaflet .
Pada metode konselingmenunjukkan bahwa tidak ada
responden dengan hasil nilai sikapsetelah konseling lebih buruk daripadasebelum konseling, sedangkan padametode pemberian leaflet terdapat 5orang dengan hasil nilai perubahansikap setelah pemberian leaflet lebih
buruk daripada sebelum pemberianleaflet . Dapat disimpulkan bahwametode konseling lebih baik daripadametode pemberian leaflet dalammerubah nilai sikap responden.
Pola Makan berdasarkan AsupanEnergi dan Zat Gizi (Protein, Lemak,dan Karbohidrat) dari Hasil Recall 24Jam
Perubahan pola makanberdasarkan asupan energi, protein,lemak, dan karbohidrat) respondendilihat dengan metode recall 24 jamkemudian responden diberi konselingatau leaflet , setelah dua minggu
dilakukan recall 24 jam kembali.Perbedaan rerata asupan energi danzat gizi responden sebelum dansesudah konseling maupun pemberianleaflet disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.Perbedaan Rerata Asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat Responden
Sebelum dan Sesudah Konseling maupun Pemberian Leaflet
Metode Edukasi Asupan Mean ± SD Δ Mean Sig*
Konseling
SebelumEnergi
1245,84 ± 275,04-95,89 0,003
Sesudah 1341,72 ± 293,89Sebelum
Protein38,19 ± 10,58
-12,01 0,001Sesudah 50,20 ± 10,36Sebelum
Lemak38,64 ± 11,65
-9,6 0,004Sesudah 48,25 ± 9,47Sebelum
Karbohidrat207,34 ± 39,05
-87,6 0,000Sesudah 294,97 ± 60,21
PemberianLeaflet
SebelumEnergi
1264,56 ± 401,48-127,14 0,001
Sesudah 1391,70 ± 306,99Sebelum
Protein
43,18 ± 8,12
-7,43 0,016Sesudah 50,61 ± 8,93Sebelum
Lemak38,10 ± 14,24
-10,48 0,005Sesudah 48,58 ± 8,80Sebelum
Karbohidrat184,27 ± 63,55
-80,74 0,000Sesudah 265,00 ± 64,82
*Uji Paired t-test
Tabel 3. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Paired t-test dengan IK 95% diperoleh nilai p-valueasupan energi, protein, lemak, dankarbohidrat pada metode konseling
berturut-turut adalah 0,003; 0,001;
0,004; 0,000 (p<0,05), artinya terdapatperbedaan rerata asupan energi,protein, lemak, dan karbohidrat yangbermakna sebelum dan sesudahkonseling gizi. Nilai p-value asupan
energi, protein, lemak, dan karbohidrat
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 6/15
6
pada metode pemberian leaflet berturut-turut adalah 0,001; 0,016;0,005; 0,000 (p<0,05), artinya terdapatperbedaan rerata asupan energi,protein, lemak, dan karbohidrat yangbermakna sebelum dan sesudahpemberian leaflet . Dengan kata lain,terjadi perubahan asupan energi,protein, lemak, dan karbohidratresponden sesudah diberi konselingmaupun diberi leaflet
Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP(Postprandial )
Perbedaan rerata kadar glukosadarah 2 jam pp ( postprandial ) dilihat
dengan menggunakan dua metodeedukasi gizi, yaitu metode konselingdan metode pemberian leaflet .
Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial )Responden yang Diberi Konselingdengan Pemberian Leaflet pada Awaldan Akhir Penelitian
Perbedaan rerata kadar glukosadarah 2 jam pp ( postprandial )responden antara yang diberi konselingdengan pemberian leaflet disajikanpada Tabel 4.
Tabel 4.Perbedaan Rerata Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP (Postprandial ) Responden
yang Diberi Konseling dengan Pemberian Leaflet pada Awal dan Akhir Penelitian
Kadar Glukosa Darah 2JPP
WaktuPenelitian
Metode Edukasi n Mean ± SD Sig*
AwalKonseling
21289,95 ± 79,17
0,931Leaflet 306,95 ± 77,99
Akhir Konseling
21213,95 ± 80,51
0,519Leaflet 218,38 ± 73,73
*Uji Independent t-test
Tabel 4. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Independent t-test dengan IK 95% diperoleh rerata kadar glukosa darah 2 jam ppresponden pada awal penelitian antarametode konseling dengan metodepemberian leaflet adalah 289,95±79,17vs. 306,95±77,99, p=0,931, sedangkanpada akhir penelitian adalah213,95±80,51 vs. 218,38±73,73,
p=0,519, artinya tidak ada perbedaanyang signifikan antara metodekonseling dengan metode pemberianleaflet terhadap kadar glukosa darah 2
jam pp responden pada akhir penelitian.
Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial )Responden Sebelum dan SesudahKonseling maupun Pemberian
Leaflet
Pada penelitian ini, kadar glukosa darah 2 jam pp respondendiperiksa kemudian responden diberikonseling atau leaflet , setelah duaminggu dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah 2 jam pp responden kembali. Perbedaan rerata kadar glukosa darah 2 jam pp respondensebelum dan sesudah konselingmaupun pemberian leaflet disajikanpada Tabel 5.
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 7/15
7
Tabel 5.Perbedaan Rerata Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP Responden Sebelum dan Sesudah
Konseling maupun Pemberian Leaflet
Kadar Glukosa Darah 2JPP n Mean ± SD Δ Mean Sig*
Metode KonselingSebelum
21289,95 ± 79,17
76,00 0,000Sesudah 213,95 ± 80,51
Metode Pemberian
Leaflet
Sebelum21
306,95 ± 77,9988,57 0,000
Sesudah 218,38 ± 73,73
*Uji Paired t-test
Tabel 5. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Paired t-test dengan IK 95% diperoleh nilai p-value
kadar glukosa darah 2 jam pp padametode konseling adalah 0,000(p<0,05), dan nilai p-value kadar glukosa darah 2 jam pp pada metodepemberian leaflet adalah 0,000(p<0,05), artinya terdapat perbedaanrerata kadar glukosa darah 2 jam ppyang bermakna sebelum dan sesudahkonseling maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . Dengankata lain, terjadi perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp responden
setelah diberi konseling maupun diberileaflet .
PEMBAHASAN
PengetahuanPerbedaan rerata nilai
pengetahuan responden dilihat denganmenggunakan dua metode, yaitumetode konseling dan metodepemberian leaflet .
Perbedaan Rerata Nilai PengetahuanResponden Sebelum dan SesudahKonseling
Hasil analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,001(<0,05), artinya ada perbedaan nilaipengetahuan yang bermakna antarasebelum konseling dengan sesudahkonseling. Dapat disimpulkan bahwaterjadi perubahan nilai pengetahuanresponden sesudah konseling.Peningkatan nilai pengetahuan yang
terjadi setelah konseling menunjukkan
bahwa tujuan konseling tercapai danmenunjukkan bahwa konselingmerupakan metode yang sesuai untuk
meningkatkan pengetahuan, sesuaidengan teori yang menyatakan bahwauntuk meningkatkan pengetahuanseseorang dapat digunakan dengancara ceramah, membaca, dankonseling (Rantucci, 2007).
Hasil penelitian ini sama denganhasil penelitian lain, diantaranyapenelitian yang dilakukan oleh Hiswanidan Bahri (2005) yang menyatakanbahwa pendidikan kesehatan denganmetode diskusi bisa meningkatkan
pengetahuan, sikap dan dapatmenurunkan kadar gula darah pasienDM tipe 2. Penelitian oleh Magdalena(2005) juga menyatakan bahwa metodekonseling gizi dapat meningkatkanpengetahuan pasien DM tipe 2. Selainitu, hasil penelitian Milne et al. (1994),menunjukkan bahwa terjadipeningkatan pengetahuan,pemahaman, kesadaran pasien jugaterjadi perbaikan yang signifikan kontrolglukosa darah setelah konseling gizi.
Penelitian-penelitian inidiperkuat dengan teori yang dinyatakanoleh Soegondo (2002), bahwapenyuluhan gizi diperlukan agar pasienyang mempunyai pengetahuan yangcukup tentang diabetes, kemudianselanjutnya akan mengubah sikap danperilakunya dan dapat mengendalikankondisi penyakitnya sehingga ia dapathidup lebih lama. Sukmaniah (2000)menambahkan, pasien DM yangmemiliki pengetahuan, sikap danketerampilan yang memadai tentang
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 8/15
8
standar diet yang tepat sertamengaplikasikannya dalam diet sehari-hari, diharapkan berat badan dan kadar glukosa darahnya dapat dikendalikandengan baik, sehingga dapat dicegahterjadinya komplikasi lebih lanjut.
Perbedaan Rerata Nilai PengetahuanResponden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet
Hasil analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,003(<0,05), artinya ada perbedaan nilaipengetahuan yang bermakna antarasebelum pemberian leaflet dengansesudah pemberian leaflet . Dapat
disimpulkan bahwa terjadi perubahannilai pengetahuan responden sesudahpemberian leaflet .
Hasil penelitian lain yangmendukung penelitian ini adalahpenelitan yang dilakukan oleh Pulungan(2008) yang menyatakan bahwa hasilpenyuluhan dengan menggunakanmetode pemberian leaflet terbukti dapatmeningkatkan pengetahuan respondendari 86,7% menjadi 100%. Faktor metode penyuluhan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhitercapainya suatu hasil penyuluhansecara optimal. Bentuk penyuluhan inibisa disampaikan baik melaluiceramah, diskusi, maupun denganbantuan media seperti poster, brosur,pamflet dan leaflet . Penyuluhan dapatdibantu oleh beberapa media yangmengutamakan pesan visual sepertiposter, brosur, majalah, lembar balik,pamflet, stiker, dan leaflet . Kelebihanmedia cetak ini antara lain tahan lama,
mencakup banyak orang, biaya rendah,dapat dibawa kemana-mana, tidakperlu listrik, mempermudahpemahaman dan dapat meningkatkangairah belajar. Tetapi media ini jugamemiliki kelemahan yaitu tidak dapatmenstimulur efek gerak dan efek suara,dan mudah terlipat (Notoadmodjo,2010).
Sikap
Perbedaan rerata nilai sikapresponden dilihat dengan
menggunakan dua metode, yaitumetode konseling dan metodepemberian leaflet .
Perbedaan Rerata Nilai SikapResponden Sebelum dan SesudahKonseling
Analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,001(<0,05), artinya ada perbedaan nilaisikap yang bermakna antara sebelumkonseling dengan sesudah konseling.Dapat disimpulkan bahwa terjadiperubahan nilai sikap respondensesudah konseling.
Untuk terwujudnya sikap agar
menjadi suatu perbuatan nyata,diperlukan faktor pendukung atau suatukondisi yang memungkinkan, antaralain adalah fasilitas. Sebagai contohseorang pasien yang telah mempunyaipengetahuan dan sikap yang baikterhadap keteraturan berolahraga,mungkin tidak dapat menjalankanperilaku tersebut karena keterbatasanwaktu (Basuki, 2009).
Penelitian yang dilakukan olehWijayanti (2010) menyatakan bahwa
konseling mampu menghasilkanperbaikan sikap dan perilaku ke arahyang lebih baik (p<0,001). Penelitianlain yang juga mendukung penelitian iniadalah penelitian oleh Kurniawan(2010) yang menyatakan bahwakonseling dapat meningkatkan sikapsecara signifikan dengan nilai t=71,001dan nilai signifikansi p = 0,000. Hasilpenelitian-penelitian tersebut diperkuatdengan teori oleh Niven (2002), yangmenyatakan bahwa sikap seseorang
adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yangkemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap danperilaku seseorang. Sikap terbentukdari 3 komponen utama yaitu: (1)komponen afektif, berhubungan dengan perasaan dan emosi tentang seseorangatau sesuatu, (2) komponen kognitif,berhubungan dengan kepercayaantentang sesorang atau sesuatu objek,(3) komponen perilaku, sikap terbentukdari tingkah laku atau perilaku. Untuk
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 9/15
9
mendapatkan sikap yang diinginkanmaka pasien harus melewati 3komponen tersebut. Jadi, pengaruhkonseling terhadap perubahan sikap
juga dipengaruhi oleh sikap respondenitu sendiri.
Perbedaan Rerata Nilai SikapResponden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet
Hasil analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,042(<0,05), artinya ada perbedaan nilaisikap yang bermakna antara sebelumpemberian leaflet dengan sesudahpemberian leaflet . Dapat disimpulkan
bahwa terjadi perubahan nilai sikapresponden sesudah pemberian leaflet .Penelitian lain yang
menjelaskan tentang efek pemberianleaflet terhadap sikap yaitu penelitianyang dilakukan oleh Sukardjo (2007)yang menyatakan bahwa pendidikankesehatan yang dilakukan denganmenggunakan media seperti leaflet dapat memberikan perubahan sikapresponden, namun perubahan ini terjadisetelah responden diberi intervensi.
Penelitian lain oleh Pulungan (2008)yang menyatakan bahwa hasilpenyuluhan dengan menggunakanmetode pemberian leaflet terbukti dapatmeningkatkan sikap responden dari48,3% menjadi 98,3%. Penelitian inidiperkuat dengan teori oleh Azwar (2005) yang menyebutkan bahwa sikapmerupakan semacam kesiapan untukbereaksi terhadap suatu objek dengancara-cara tertentu. Melalui sikap yangpositif serta pro aktif, pasien DM bisa
hidup normal seperti orang sehat sertabisa produktif. Memang hal ini sulitdipraktekkan dalam keseharian, tetapikondisi tersebut merupakan tantanganbagi penderita DM untuk tetap bisamendapatkan kondisi yang fit serta bisamelakukan aktifitas sehari-hari dengannormal. Notoatmodjo (2003)menambahkan bahwa penyuluhankesehatan tidak dapat lepas dari media,pesan-pesan disampaikan denganmudah dipahami, dan lebih menarik.Media juga dapat menghindari
kesalahan persepsi, memperjelasinformasi, mempermudah pengertian,dapat mengurangi komunikasi yangverbalistik, dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian, sasarandapat mempelajari pesan tersebut danmampu memutuskan mengadopsiperilaku sesuai dengan pesan-pesanyang disampaikan.
Pola Makan berdasarkan AsupanEnergi dan Zat Gizi (Protein, Lemak,dan Karbohidrat) dari Hasil Recall 24Jam
Perubahan pola makanresponden berdasarkan asupan energi,
protein, lemak, dan karbohidratdiperoleh melalui hasil recall 24 jamyang diambil sebanyak dua kali.Perubahan ini dapat dilihat denganmenggunakan dua metode, yaitumetode konseling dan metodepemberian leaflet .
Perbedaan Rerata Asupan Energi,Protein, Lemak, dan KarbohidratResponden Sebelum dan SesudahKonseling
Hasil analisis statistik dengan ujiPaired t-test menunjukkan bahwaterdapat perbedaan rerata asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratyang bermakna sebelum dan sesudahkonseling gizi. Dapat disimpulkan
bahwa terjadi perubahan asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratresponden sesudah konseling.
Penelitian ini sejalan denganpenelitian Salman (2002) yangmenyatakan bahwa konsultasi gizi
dengan standar diet dapatmempengaruhi pengendalian asupanzat gizi. Hasil penelitian ini diperkuatoleh teori yang dinyatakan olehCallabero et al. (2003), bahwapengetahuan mengenai jenis makananmempengaruhi pemilihan makananyang akan dikonsumsi yang padaakhirnya akan berdampak pada asupanmakanan yang dikonsumsi. MenurutPodojoyo, dkk. (2007), konseling gizidapat memberikan perubahan konsepdan perilaku responden yang
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 10/15
10
overweight dan obesitas untukmengubah pola makan yaitu denganmengurangi konsumsi energi daribiasanya dan meningkatkan aktivitasfisik. Hasil penelitian ini diperkuat olehteori menurut Suhardjo (2003) yangmenyatakan bahwa penyuluhan giziadalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individuatau masyarakat yang diperlukandalam peningkatan danmempertahankan gizi yang baik.
Perubahan asupan energi danzat gizi reponden pada akhir penelitianmenunjukkan peningkatan, namunpeningkatan tersebut masih dalam
batas normal (tidak melebihikebutuhan). Jika dilihat dari hasilanalisis data diketahui bahwa sebagianbesar responden mempunyai status gizioverweight (52,4%) dan sebesar 23,8%responden dengan status gizi obesitasdimana seharusnya terjadi penurunanasupan makanan setelah intervensiuntuk membantu responden mencapaiberat badan ideal dan menurunkankadar glukosa darah yang tinggi. Hal inidapat terjadi karena pada akhir
penelitian (2 minggu setelah penelitanawal) peneliti tidak menggunakan alatbantu food model atau gambar modelbahan makanan pada saat melakukanrecall 24 jam, sehingga menyebabkanadanya kemungkinan perbedaanpersepsi ukuran atau porsi bahanmakanan antara peneliti denganresponden yang menyebabkan hasilperhitungan asupan energi dan zat gizimenjadi tidak akurat.
Hal lain yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatanasupan responden sesuai dengan teoriyang menyatakan bahwa seorangpasien yang telah berniat untuk makansesuai dengan pola diet makanan yangtelah dianjurkan ahli gizi, kadang-kadang keluar dari jalur tersebut karenasituasi di rumah atau di kantor yangtidak mendukung, seperti sedang adapesta atau perayaan (Basuki, 2009).
Perbedaan Rerata Asupan EnergiProtein, Lemak, dan Karbohidrat
Responden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet
Hasil analisis statistik dengan ujiIndependent t-test menunjukkan bahwaterdapat perbedaan rerata asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratyang bermakna sebelum dan sesudahpemberian leaflet . Dapat disimpulkan
bahwa terjadi perubahan asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratresponden sesudah pemberian leaflet .
Penelitian ini sejalan denganpenelitian Farudin (2011) yangmenyatakan bahwa metode edukasigizi dengan pemberian booklet maupunleaflet mempunyai pengaruh positif
terhadap perubahan asupan energipenderita DM, dengan hasil analisisyang menyatakan bahwa tidak adaperbedaan efektifitas terhadap asupanenergi antara pemakaian leaflet danbooklet . Hasil penelitian ini diperkuatoleh teori yang dinyatakan olehWidhayati (2009), bahwa edukasi gizibertujuan untuk membantu individu,kelompok atau masyarakat dalammeningkatkan pengetahuan dankemampuan responden menuju
konsumsi pangan yang sehat danbergizi sesuai dengan kebutuhantubuh.
Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP(Postprandial )
Perbedaan rerata kadar glukosadarah 2 jam pp ( postprandial ) dilihatdengan menggunakan dua metodeedukasi gizi, yaitu metode konselingdan metode pemberian leaflet .
Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial )Responden yang Diberi Konselingdengan Pemberian Leaflet padaAkhir Penelitian
Hasil analisis statistik dengan ujiIndependent t-test menunjukkan bahwatidak ada perbedaan yang signifikan(p>0,05) antara metode konselingdengan metode pemberian leaflet terhadap perubahan kadar glukosadarah 2 jam pp pada akhir penelitian,artinya baik metode konseling maupun
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 11/15
11
metode pemberian leaflet keduanyatidak berbeda secara signifikanterhadap kadar glukosa darah 2 jam ppresponden. Tidak adanya perbedaantersebut dapat terjadi karena beberapafaktor berikut, seperti peluangterjadinya pertukaran informasi antar responden sangat besar karenarespoden berada pada satu daerahatau satu wilayah yang sama. Selainitu, adanya kemungkinan pemberianinformasi berlebih dari peneliti kepadaresponden yang memperoleh intervensipemberian leaflet, sehinggamenyebabkan tidak ada perbedaanantara responden yang diberi konseling
maupun yang diberi leaflet .Hasil penelitian yang dilakukanpada awal penelitian sejalan denganpenelitian yang dilakukan olehPulungan (2008) yang menyatakanbahwa sebelum dilakukan penyuluhanresponden mempunyai karakteristikpengetahuan dan sikap yang hampir sama (tidak ada perbedaan). Keadaanini diperkuat dengan teori yangdinyakatan oleh Arikunto (2006) bahwasalah satu persyaratan penelitian
eksperimen adalah mengusahakankedua kelompok responden dalamkondisi yang sama (tanpa intervensi),sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil adadan tidaknya perlakuan.
Namun, hasil penelitian yangdilakukan pada akhir penelitian bertolakbelakang dengan hasil penelitianPulungan (2008) yang menyatakanbahwa sesudah pemberian penyuluhanbaik dengan metode ceramah dan
leaflet maupun dengan metodeceramah dan film dapat meningkatkanpengetahuan dan sikap respondenmenjadi baik, sehingga dapatdisimpulkan bahwa kedua metodedapat memberikan efek positif terhadapperubahan pengetahuan dan sikapresponden. Perbedaan ini dapat terjadikarena pada penelitian ini, metodeedukasi yang digunakan oleh penelititerbatas pada media visual, yaitudengan metode konseling danpemberian leaflet , sedangkan pada
penelitian Pulungan (2008),menggunakan media audio visual yaitumetode ceramah dan leaflet denganmetode ceramah dan film. Dimanamedia ini memiliki kelebihan yang tidakdimiliki oleh media visual, seperti lebihmudah dipahami, sudah dikenalmasyarakat, mengikutsertakan seluruhpanca indera, penyajiannya dapatdikendalikan dan diulang-ulang, danlebih menarik karena film menyuguhkangerak, gambar, warna dan suara(WHO, 1992), sehingga akan lebihefektif untuk memberikan perubahanpositif dari intervensi yang telahdilakukan.
Perbedaan hasil penelitian inidengan hasil penelitian Pulungan(2008) adalah penelitian ini hanyamenggunakan media visual sedangkanpada penelitian Pulungan,menggunakan metode audio visual.Dimana media visual memilikikelemahan dibandingkan media audiovisual seperti tidak dapat menstimulur efek gerak dan efek suara, dan mudahterlipat, sehingga daya terimaresponden cenderung lebih sulit
dibandingkan dengan menggunakanmedia audio visual.
Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial)Responden Sebelum dan SesudahKonseling
Hasil analisis statistik dengan ujiPaired t-test menunjukkan terdapatperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp ( postprandial ) yang bermaknayaitu p=0,000 (p<0,05) sebelum dan
sesudah konseling gizi. Selainkonseling, penurunan kadar glukosadarah 2 jam pp respoden juga dapatdipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola makan yang baik dankonsumsi obat anti diabetes (OAD)yang teratur, dimana seluruhresponden pada penelitian inimengkonsumsi OAD jenis glibenklamiddan metformin.
Hasil penelitian ini sama denganhasil penelitian lain yang dilakukan olehSalman (2002) yang menyatakan
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 12/15
12
bahwa konsultasi gizi dengan standar diet mempengaruhi pengendalian asupan zat gizi, berat badan dan kadar gula darah pasien DM tipe 2. Penelitianlain oleh Mona, dkk. (2012),menyatakan bahwa ada hubunganfrekuensi pemberian konsultasi gizidengan kepatuhan diit pasien (p =0,045) dan ada hubungan kepatuhandiit dengan kadar glukosa darahresponden (p = 0,001), sehingga dapatdisimpulkan bahwa ada hubungankonsultasi gizi terhadap perubahankadar glukosa darah responden.
Penelitian ini diperkuat olehteori tentang peran konseling gizi
terhadap pengendalian kadar glukosadarah. Diabetes melitus adalahpenyakit metabolik yang ditandaidengan peningkatan kadar gula darah.Pengendalian gula darah merupakanupaya yang harus dilakukan untukmenghindari terjadinya komplikasi.Upaya pengendalian gula darah pasienDM dilakukan dengan cara pemberianedukasi gizi, perencanaan menu,kegiatan jasmani, dan pemberian obathipoglikemik (Farudin, 2011).
Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial)Responden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet
Hasil analisis statistik dengan ujiPaired t-test menunjukkan terdapatperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp ( postprandial ) yang bermaknayaitu p=0,000 (<0,05) antara sebelumdan sesudah pemberian leaflet . Selainpemberian leaflet , penurunan kadar
glukosa darah 2 jam pp respoden jugadapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola makan yang baik dankonsumsi obat anti diabetes (OAD)yang teratur, dimana seluruhresponden pada penelitian inimengkonsumsi OAD jenis glibenklamiddan metformin.
Hasil penelitian lain yangmendukung penelitian ini adalahpenelitian oleh Hiswani (2001) bahwapendidikan kesehatan denganmenggunakan media cetak dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dandapat menurunkan kadar gula darahpasien DM tipe 2. Jazilah (2002)menambahkan bahwa penderita DMyang mempunyai pengetahuan tinggi,sikap positif dan praktik yang baikkadar glukosa darahnya cenderunglebih terkendali. Berbeda denganpenelitian Farudin (2011) yangmenyatakan bahwa metode edukasigizi dengan pemberian booklet lebihefektif untuk meningkatkan skor pengetahuan dan mengendalikan kadar gula darah dibandingkan leaflet , dantidak ada perbedaan efektifitasterhadap asupan energi antara
pemakaian leaflet dan booklet .Proses perubahan perilaku akanmenyangkut aspek pengetahuan,keterampilan dan sikap mentalsehingga seseorang tahu, mau, danmampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demitercapainya perbaikan kesejahteraankeluarga yang ingin dicapai melaluipembangunan kesehatan, sehinggadengan pemberian metode edukasi gizidapat meningkatkan pengetahuan,
dimana saat pengetahuan seseorangmeningkat diharapkan terjadiperubahan sikap dan perilaku yangteraplikasi pada perbaikan pola makan,sehingga dapat mempengaruhipenurunan kadar glukosa darahresponden.
Dari beberapa perbedaantersebut dapat disimpulkan bahwaapapun bentuk edukasi gizi yangdiberikan baik melalui ceramah,konseling ataupun dengan bantuan
leaflet atau booklet dapat menurunkankadar glukosa darah responden.
KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan rerata nilaipengetahuan yang bermakna(p<0,05) sebelum dan sesudahkonseling maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . Dengankata lain, terjadi perubahan nilaipengetahuan responden setelah
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 13/15
13
diberi konseling maupun diberileaflet .
2. Terdapat perbedaan rerata nilaisikap yang bermakna (p<0,05)sebelum dan sesudah konselingatau sebelum dan sesudahpemberian leaflet . Dengan kata lain,terjadi perubahan sikap respondensetelah diberi konseling maupundiberi leaflet .
3. Terdapat perbedaan rerata asupanenergi, protein, lemak, dankarbohidrat yang bermakna(p<0,05) sebelum dan sesudahkonseling atau sebelum dansesudah pemberian leaflet. Dengan
kata lain, terjadi perubahan asupanenergi, protein, lemak, dankarbohidrat responden setelahdiberi konseling maupun diberileaflet .
4. Tidak terdapat perbedaan yangsignifikan (p>0,05) antara metodekonseling dengan metodepemberian leaflet terhadap kadar glukosa darah 2 jam pp respondenpada akhir penelitian.
5. Terdapat perbedaan rerata kadar
glukosa darah 2 jam pp yangbermakna (p<0,05) sebelum dansesudah konseling atau sebelumdan sesudah pemberian leaflet .Dengan kata lain, terjadi perubahankadar glukosa darah 2 jam ppresponden setelah diberi konselingmaupun diberi leaflet .
SARAN
1. Dilihat dari segi usia responden
yang sebagian besar adalah lansia(51-64 tahun), menjadi salah satukendala dalam melakukan recall 24
jam karena keterbatasan dayaingat responden. Sebaiknya, padapenelitian selanjutnya melibatkanserta melakukan pendekatan lebihdalam kepada anggota keluargaresponden supaya memperolehdata seobyektif mungkin.
2. Perlu pemakaian food model ataugambar model bahan makanan
pada saat melakukan recall 24 jam
selama penelitian berlangsung,supaya data yang digali dapatdikonversikan ke dalam nutrisurveidengan jumlah porsi yang tepat.
3. Untuk penelitian selanjutnya,seharusnya ada satu kelompok lagiyang tidak diberi perlakuan yaitukelompok kontrol, sehinggapenurunan kadar glukosa darah 2
jam postprandial pasien dapatdilihat secara obyektif karenapengaruh intervensi atau karenaobat anti diabetes yang dikonsumsiresponden.
4. Secara teoritis, banyak faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
tindakan seseorang atau individuagar mempunyai perilaku yangpositif, diantaranya pengetahuan,sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan dan lain-lain yang dapatmempengaruhi terjadinya penyakitDM. Untuk membuktikan apakahvariabel-variabel tersebut benar-benar berhubungan, perludilakukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Pusat Statistik (BPS) KotaMalang. 2011. Malang dalam
Angka 2011 (Malang City in
Figures 2011). Hal. 23-27.(http://sjamsiarfiaub.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/MDA_11.pdf.Diakses pada 8 Juli 2012 pukul21.29 WIB)
Basuki, E. 2009. Konseling Medik:Kunci Menuju KepatuhanPasien. Majalah KedokteranIndonesia, Volume 59, Nomor 2,Februari
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 14/15
14
Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika
Depkes RI. 2008. Pedoman PenemuanDan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus, DITJEN PP dan Pl . Jakarta, hal. 1
Farudin, A. 2011. Perbedaan Efek Konseling Gizi dengan MediaLeaflet dan Booklet terhadapTingkat Pengetahuan, Asupanenergi dan Kadar Gula DarahPasien Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Tesis: Program Gizi PascaSarjana, Universitas SebelasMaret, Surakarta
Hiswani. 2001. Penyuluhan Kesehatan pada Penderita DiabetesMellitus. Karya Ilmiah: FakultasKesehatan Masyarakat,Universitas Sumatera Utara
Hiswani dan Bahri, S. 2005.Penyuluhan Kesehatan pada
Penderita Diabetes Mellitus.Jurnal Info KesehatanMasyarakat. FakultasKesehatan Masyarakat USU.Vol. IX. No. 3. Hal : 209-215
Karyadi, E. 2006. Hidup BersamaPenyakit Hipertensi, Asam Urat,Jantung. Koroner . Jakarta:Intisasi Mediatama
Kurniawan, VE. 2010. Pengaruh
konseling terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku penderita Diabetes Mellitustentang perawatan kaki di Wilayah Kerja PuskesmasKabuh Jombang. Tesis:Program Studi KedokteranKeluarga, Program PascaSarjana, Universitas SebelasMaret Surakarta
Magdalena. 2005. Pengaruh Konseling Gizi Menggunakan Standar Diet
terhadap Pengetahuan danKepatuhan Diet pada PenderitaDiabetes Mellitus di RSUD UlinBanjarmasin. Tesis: SekolahPascasarjana, UniversitasGajah Mada, Yogyakarta
Mona E., Bintanah S., dan Astuti R.2012. Hubungan Frekuensi Pemberian Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan Diit sertaKadar Gula Darah PenderitaDiabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di RS. TugurejoSemarang . Jurnal GiziUniversitas Muhammadiyah
Semarang. November 2012,Volume 1, Nomor 1
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan:Pengantar untuk Perawat danProfesional Kesehatan Lain(Edisi 2). Penerjemah: A.Waluyo. Jakarta: EGC
Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu KesehatanMasyarakat . Jakarta: RinekaCipta, hal. 113
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Podojoyo, Susyani, dan Nuryanto.2007. Konseling Gizi terhadapPenurunan Berat Badan RemajaOverweight dan Obesitas di Kota Palembang . JurnalPembangunan Manusia(http://balitbangnovda.sumselpr
ov.go.id/data/download/3bab4.pdf. Diakses pada 29 Januari2013 pukul 16.37 WIB)
Pulungan, R. 2008. Pengaruh MetodePenyuluhan terhadapPeningkatan Pengetahuan danSikap Dokter Kecil dalamPemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah(PSN-DBD) di KecamatanHelvetia Tahun 2007. Tesis: Universitas Sumatra Utara,
7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …
http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 15/15
15
Medan.(http://repository.usu.ac.id/bitstr eam/123456789/6813/1/09E01341.pdf. Diakses pada 17 Mei2012 pukul 12.23 WIB)
Pusthika, IO. 2011. PengaruhFrekuensi Konseling Gizi danGaya Hidup terhadap IndeksMassa Tubuh, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, danGlukosa Darah pada PenderitaDiabetes Mellitus. Artikel KaryaTulis Ilmiah, UniversitasDiponegoro.(http://eprints.undip.ac.id/33314/
1/Inggar.pdf. Diakses pada 18Mei 2012 pukul 22.23 WIB)
Rantucci, MJ. 2007. Komunikasi Apoteker-Pasien: PanduanKonseling Pasien (Edisi 2).Penerjemah: A.N. Sani. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Riskesdas 2007. Laporan Nasional2007. Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan,Republik IndonesiaDesember 2008.(http://www.google.co.id. Diakses pada 24 Juni 2012pukul 11.12 WIB)
Stang, J. dan Story, M. 2005. Guidlinesfor Adolescent NutritionServices.(http://www.epi.umn.edu./let/pubs/adol_book.shtm.Diakses pada 2 Juni 2012 pukul
08.17 WIB)
Suhardjo. 2003. Berbagi CaraPendidikan Gizi . Bogor: Bumi
Aksara
Utami, P. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Diabetes. Jakarta: AgromediaPustaka
Widhayati, RE. 2009. Efek PendidikanGizi terhadap PerubahanKonsumsi Energi dan IMT pada
Remaja Kelebihan Berat Badan. Universitas DiponegoroSemarang.(http://www.undip.ac.id. Diaksespada 1 Juni 2012 pukul 22.56WIB)
Wijayanti, HS. 2010. PerbandinganPengaruh Konseling danPenyuluhan Kelompok terhadapPerubahan Sikap dan PerilakuIbu Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ponorogo. Tesis:UNS-Pascasarjana Prodi.Magister Kedokteran Keluarga,Surakarta
Pembimbing I
dr, Siswanto, M.Sc
NIP. 19510110 198103 1 003