Hubungan Zat Besi (Fe) terhadap Tingkat Prestasi Siswa di Sekolah Dasar
Negeri 1 Sumber Porong Lawang-Malang
BAB IPendahuluan
Latar BelakangKeberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan
bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat,
cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa
tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil
membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur
keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka
pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174
negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia
menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah
dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang
merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga.
Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk
Indonesia (Hadi, 2005).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya
manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia
7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra.
Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan
pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik
daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh
berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok
swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak
memuaskan,misal berat badan yang kurang,anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan
daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).
Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost
generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat
kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP)
mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak KEP.
Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang
tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)
mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang mengalami GAKI (Karsin,
2004).
Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata- rata IQ 11
point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF 1998
dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan
Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia
tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya
kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya
umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Jika diamati
perubahan prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi anak pendek ini
praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan yang terjadi hanya sedikit
sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi
normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam
suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh
sebelum masa itu (Budiyanto,2002).
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan
penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya
faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, 1996).
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan
berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi
menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran
otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan
ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap
perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008). Dari hasil penelitian prestasi belajar
siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan kabupaten yang dilakukan pada tahun
2005, ternyata masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar
44,8% (Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status
gizi terhadap prestasi belajar.
Sejak tahun 1989 sampai sekarang masalah gizi yang pelik masih terjadi karena
hanya sebagian kecil penduduk Indonesia kebutuhan gizinya tercukupi. Permasalahan
gizi buruk yang terjadi tersebut antara lain : Protein Energy Malnutrition (PEM); Iodine
Deficiency Anemia (IDD); Iron Deficiency Anemia; Vitamin A Deficiency (VAD),
Obesitas, dan sebagainya. Menurut SUSENAS (Survey Sosial-Ekonomi Nasional), data
Jumlah Gizi Kurang dan Buruk pada Balita tahun 1989-2003 terlihat bahwa jumlah balita
gizi kurang dan gizi buruk berkisar 4 – 8 juta jiwa sedangkan jumlah balita gizi buruk
mencapai sekitar 1 – 3 juta jiwa.hal tersebut memang sangat memprihatinkan. Padahal
cikal bakal penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah balita. Karena secara
fisiologis proses kecerdasan dalam 80 % pembentukan otak terjadi pada usia 0 – 5 tahun
yakni pada fase pertumbuhan balita.
Permasalahan gizi ini menjadi kompleks dan terus berkembang. Dimulai dari akar
permasalahan nasional yaitu, krisis politik-ekonomi-sosial yang merupakan faktor
pendorong umum peliknya permasalahan gizi. Dengan adanya krisis multidimensi ini
menyebabkan tingginya tingkat pengangguran, kurang pangan, dan kemiskinan. Lalu hal
tersebut terkait juga pada masalah pokok khusus di dalam masyarakat yakni kurangnya
pemberdayaan wanita dalam keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat. Maka pemahaman pengetahuan dan pendidikan gizi menjadi sempit di dalam
masyarakat. Banyak kesalahpahaman yang terjadi dalam hal ini. Seperti kita ketahui
baru-baru ini, masalah gizi bukan hanya terpaut kepada defisiensi protein dan energi saja
melainkan pada defisiensi zat gizi makro dan mikro misalnya zat besi (Fe), Yodium (I),
Seng (Zn) Vitamin A, Magnesium (Mg), dsb. Untuk itu pemahaman masyarakat
mengenai asupan gizi yang tepat sangatlah urgen dikembangkan secara luas.
Pada tahun 1995 dan 2001 hampir 2.000.000.000 orang mengalami Iron
Deficiency Anemia (IDA) di berbagai belahan dunia. Permasalahan IDA ini sempat
menjadi sorotan utama permasalahan gizi dunia. Karena Iron Deficiency Anemia
merupakan masalah defisiensi zat gizi mikro yakni, zat besi (Fe). IDA dapat
menyebabkan angka gizi buruk pada balita meningkat sehingga hal tersebut
mengakibatkan lambatnya perkembangan otak yang akhirnya menurunkan tingkat
kecerdasa anak. Jika permasalahan gizi buruk balita dapat diatasi maka generasi penerus
menjadi generasi unggul dengan kuantitas kerja tinggi dan memiliki sumber daya
manusia kualitas baik sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi negara. Oleh
karena itu, zat besi memiliki peranan penting walaupun dalam jumlah asupan sedikit
dalam tubuh namun menjadi kunci penting dalam.
Pembatasan Masalah
Pada pembahasan ini kami memberikan batasan masalah terhadap Hubungan
prestasi dengan asupan zat besi dalam tubuh. Adapun penguraian contoh dan data yang
dituliskan hanya berfungsi untuk mendukung pembahasan utama. Pembahasan kasus
tersebut tidak terlalu bersifat khusus dan telah dibatasi sehingga tidak bergeser keluar
konteks utama.
Metode Pembahasan
Makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yaitu proses penyusunan
makalah ini bersumber dari beberapa buku dan artikel yang bersumber dari internet.
Selain itu teknik penulisan makalah ini berpedoman pada buku “Pedoman Ringkas
Penyusunan Karya Tulis oleh Drs. Zainuar Latief, penerbit: Pustaka Indonesia,
Bukittinggi”.
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dan mendapat gambaran yang lebih jelas serta lebih terarah
mengenai pembahasan makalah ini, maka susunan penulisannya sbb :
Bab I. Pendahuluan, berisikan latar belakang, pembatasan masalah,
metode pembahasan, dan sistematika penulisan.
Bab II. Memuat uraian mengenai kerusakan lingkungan oleh
perkembangan teknologi, yang terdiri dari uraian tentang : definisi zat besi;
sumber-sumber zat besi; kebutuhan zat besi tubuh; produktivitas; mekanisme besi
dalam tubuh.
Bab III. Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan-kesimpulan
dan saran serta rekomendasi asupan zat besi secara tepat.
BAB II
Peranan Zat Besi terhadap Tingkat Prestasi Siswa
Definisi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan
gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak,
masa remaja, hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro
yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak.
Fungsi Zat-Zat Gizi
Dalam buku “Brain Food for Kids,” Nicole Graimes menyebutkan jenis-
jenis zat gizi penujang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibuthkan
sebagai sumber energi untuk membentu sel-sel otak baru.
Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang
berperan penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar
pesan dari sel otak satu ke sel otak yang lain.
Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk
sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam
lemak yang paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang,
contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak
ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerj aotak,
menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A. Meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D. Menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml. Membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas
dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang
optimal, tentu saja bunda harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan.
Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak
berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita selayaknya
mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk
perkembangan otaknya.
Di dunia banyak sekali aneka zat gizi yang berperan penting bagi
perkembangan otak, namun ada beberapa yang paling penting. Di antaranya
adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok
vitamin B, dan seng (Zn).
Asam Lemak Tak Jenuh
Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak
anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak
itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
DHA (asam dokosaheksaenoat) atau yang kita kenal sebagai omega-3
Asam lemak omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak,
dan penglihatan. Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan
sistem saraf. Akibatnya, mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya
tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas sebagai
pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh,
termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan
makanan, asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam,
minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak
tumbuh optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan.
Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein
berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-
sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, serta susu dan
produk olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan
otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf
dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6
berperan dalam proses pembentukan sel darah merah, serta membantu tubuh
dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan
dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi
sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf
dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu
pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-
kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu,
dan sayuran berwarna hijau.
Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik
dalam sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-
sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap
perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak
terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-
kacangan.
Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak dalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh dewasa
(Almatsier, Sunita 2005). Dalam tubuh seorang laki-laki dewasa sehat
mengandung 40 – 50 mg zat besi per kilogram berat badan sedangkan pada
wanita dewasa sehat mengandung 35 – 50 mg zat besi per kilogram badan.
Meskipun zat mikro ini banyak ditemukan pada makanan, masih banyak
penduduk dunia yang mengalami kekurangan besi. Kekurangan zat besi
berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem
kekebalan.
Fungsi Zat Besi
Besi mempunyai beberapa fungsi essensial bagi tubuh, yaitu :
1. Berperan dalan proses respirasi sel
2. Besi dapat berada dalam dua bentuk ion (Fe2+ dan Fe3+) di dalam sel yang
berperan sebagi kofaktor enzim- enzim yang terlibat dalam reaksi
oksidasi-reduksi.
3. Metabolisme energi
4. Bekerja sama dengan protein-pengangkut-elektron, yang berperan dalam
langkah akhir metabolisme energi
5. Resevoir dan pengangkutan oksigen
6. Sekitar 80% besi terkandung dalam haemoglobin yang berfungsi
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbon dioksida dari seluruh sel ke paru- paru untuk dikeluarkan oleh
tubuh. Sedangkan besi dalam mioglobin berfungsi sebagai resevoir
oksigen dalam sel-sel otot.
Sistem Kekebalan
Besi sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Beberapa gangguan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh besi, diantaranya : a) respon
kekebalan terganggu akibat berkurangnya pembentukan sel limfosit-T yang
disebabkan berkurangnya sintesis DNA. Sintesis DNA berkurang karena
gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk
dapat berfungsi; b) sel darah putih tidak bekerja secara efektif akibat
kekurangan besi; c) defisiensi besi mengganggu kerja enzim
mieloperoksidase yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh; d)
terganggunya kerja protein pengikat- besi transferin dan laktoferin yang
mencegah terjadinnya infeksi akibat kekurangan besi.
Pelarut obat-obatan
Obat-obatan yang tidak larut air oleh enzim mengandung besi dapat
dilarutkan hingga dikeluarkan oleh tubuh.
Sumber-Sumber Zat Besi
Kebutuhan besi terdapat luas dalam makanan. Sumber zat besi hewani
lebih baik dari sumber besi nabati. Hal ini berkaitan dengankualitasnya dalam
makanan (bioavalibilitas) dan daya serapnya oleh tubuh. Umumnya daging,
ayam, dan ikan memiliki bioavalibilitas dan daya serap oleh tubuh yang
tinggi, serealia dan kacang-kacangan memiliki bioavalibilitas sedang dan
sebagian sayuran , terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti
bayam memiliki bioavalibilitas yang rendah.
Untuk memenuhi kebutuhan besi, sebaiknya diperhatikan kombinasi
makanan sehari- hari, yang mengandung sumber besi hewani, nabati, zat
gizi ;lain yang dapat membantu penyerapan, misalnya vitamin C.
Tabel Nilai Besi Berbagai Bahan Makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan Nilai Fe Bahan Makanan Nilai Fe
Tempe Kacang kedelai
murni 10,0 Biskuit 2,7
Kacang kedelai, kering 8,0
Jagung kuning, pipil
lama 2,4
Kacang hijau 6,7 Roti putih 1,5
Kacang merah 5,0 Beras setengah giling 1,2
Kelapa tua, daging 2,0 Kentang 0,7
Udang segar 8,0 Daun kacang panjang 6,2
Hati sapi 6,6 Bayam 3,9
Daging sapi 2,8 Sawi 2,9
Telur bebek 2,8 Daun katuk 2,7
Telur ayam 2,7 Kangkung 2,5
Ikan segar 2,0 Daun singkong 2,0
Ayam 1,5 Pisang ambon 0,5
Gula kelapa 2,8 Keju 1,5
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes 1979
Kebutuhan Besi Tubuh
Setiap orang memiliki kebutuhanan besi yang bebeda-beda. Berikut ini
adalah angka kecukupan gizi yang ditetapkan oleh Widia Karya Pangan dan
Gizi tahun 1998:
Bayi : 3-5 Mg
Balita : 8-9 Mg
Anak Sekolah : 10 Mg
Remaja Laki-Laki : 14-17 Mg
Remaja Perempuan : 14-25 Mg
Dewasa Laki-Laki : 13 Mg
Dewasa Perempuan : 14-26 Mg
Ibu Hamil : + 20 Mg
Ibu Menyusui : + 20 Mg
Tingkat Prestasi
Prestasi belajar adalah harapan bagi setiap murid yang sedang mengikuti
proses pembelajaran di sekolah serta harapan bagi wali murid dan guru. Kata
Prestasi belajar adalah suatu pengertian yang terdiri atas dua kata yaitu
Prestasi dan kata belajar, dimana masing-masing mempunyai arti berbeda.
Prestasi belajar banyak didefinisikan, seberapa jauh hasil yang sudah didapat
siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima
dalam waktu tertentu.
Pada umumnya prestasi belajar dinyatakan dalam angka atau huruf untuk
membandingkan dengan satu kriteria. Prestasi belajar adalah kemampuan
bagi murid dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Harus dimiliki tiga aspek
dalam prestasi belajar yaitu kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Definisi prestasi belajar merupakan hasil yang didapat dengan baik pada
seorang siswa baik dalam pendidikan atau bidang keilmuan. Siswa
memperoleh prestasi belajar dari hasil yang telah dicapai oleh siswa yang
diperoleh dari proses belajar. Definisi prestasi belajar adalah hasil pencapaian
yang maksimal menurut kemampuan siswa pada waktu tertentu pada sesuatu
yang dipelajari, dikerjakan, dimengerti dan diterapkan.
Seluruh pelaku pendidikan yaitu siswa, orang tua dan guru tentu ingin
tercapainya sebuah prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik
adalah salah satu indikator akan keberhasilan proses belajar. Tapi
kenyataannya tidak semua siswa bisa mendapat prestasi belajar yang baik dan
ada siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang buruk. Baik dan buruknya
prestasi belajar yang diperoleh murid dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Pengertian prestasi belajar bisa mempunyai arti sebagai tingkat
keterkaitan siswa di dalam proses belajar mengajar sebagai evaluasi yang
dilakukan oleh pengajar. Prestasi belajar siswa adalah sebuah penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dituliskan dalam bentuk simbol angka atau huruf
dan kalimat yang bisa menunjukkan hasil yang telah didapat oleh setiap
murid pada periode tertentu. Dari uraian tersebut maka bisa disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah ukuran keberhasilan aktivitas belajar siswa
dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu
Belakangan ini, pelajar di Indonesia tingkat prestasinya kurang
maksimal. Hal itu disebabkan Karena pelajar kurang bersemangat dan
berkonsentrasi saat menerima pelajaran. Serta asupan gizi yang sangat
kurang. Kebanyakan mereka tidak makan makanan yang memenuhi 4 sehat 5
sempurna. Karena, pada era ini sudah banyak makanan instan yang tentunya
sangat tidak memenuhi kandungan gizinya. Padahal, seharusnya yang kita
konsumsi itu seperti sayuran, makanan berkarbohidrat, makanan berprotein,
serta makanan lain yang mengandung zat gizi yang baik.
Contohnya saja orang Jepang. Mereka sangat senang mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat gizi tinggi, seperti sayuran dan ikan. Bahkan,
makanan yang mereka konsumsi kebanyakan dalam keadaan mentah.
Makanan mentah ini, seperti sayuran dan ikan yang sangat bagus kandungan
gizinya. Karena, makanan tersebut masih mengandung zat gizi yang utuh.
Sehingga, orang Jepang kebanyakan berumur panjang dan mempunyai otak
yang cerdas.
Hubungan Kadar Zat Besi terhadap Prestasi Belajar Siswa
Bangunan kesehatan dan gizi masyarakat sebagai bagian dari program
pembangunan nasional yang merupakan salah satu strategi yang tepat untuk
dilaksanakan saat ini (Anonim 2005). Yang bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal, di mana salah satu
program yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi empat masalah gizi
utama yang ada di Indonesia, yang salah satunya adalah Anemia Gizi Besi
(AGB) (Roedjito 1989).
Saat ini, anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah. Anemia adalah
suatu keadaan di mana kadar haemoglobin kurang dari normal. Ini disebabkan
masukan (intake) makanan yang tidak memenuhi kebutuhan, sehingga
menyebabkan kurangnya cadangan zat gizi besi dalam tubuh dan mempunyai
risiko kemampuan belajar anak sekolah rendah,
Prevalensi anemia gizi besi nasional di kalangan anak usia sekolah (6-10
tahun) 47,2%, sedang anak usia 10-14 tahun 51,5% (BPS Jakarta 1996).
Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana (YKB) pada 3.160
anak di 13 sekolah dasar di Jakarta, menemukan prevalensi anemia gizi besi
berkisar antara 5,7 - 71,6% atau secara keseluruhan 49,5%. Delapan sekolah
dengan prevalensi anemia gizi besi di atas 50% (antara 51,9% hingga 71,6%)
dan tiga sekolah dengan prevalensi di atas 40% (antara 42,1% hingga 49,5%).
Penelitian lain yang dilakukan pada murid SD Pisangan Baru 05 Jakarta
Timur pada tahun 2000, juga ditemukan prevalensi anemia gizi besi cukup
tinggi di antara siswanya, yaitu 69,1% (anonim, 2005).
Berdasarkan data pada kelas III, IV, dan V Sekolah Dasar Negeri
No.173728 Lobutua yang mempunyai prestasi belajar baik adalah 15%,
cukup 55 – 65% dan prestasi belajar yang kurang, yaitu 30 - 40%. Adapun
fasilitas belajar yang dipergunakan masih kurang mendukung dalam
melaksanakan proses belajar Masalah anemia gizi besi berhubungan erat
dengan tingkat konsentrasi sehingga berpengaruh terhadap kecerdasan
seorang anak sekolah dan pencapaian akademik (prestasi). Agar kualitas
SDM kita tidak semakin tertinggal, akses pendidikan yang semakin baik perlu
ditunjang oleh kinerja kesehatan dan gizi yang cukup, sehingga anak-anak
usia sekolah dapat memaksimalkan potensi dirinya untuk menjadi pribadi-
pribadi tangguh, berkualitas, cerdas, dan produktif.
Prestasi belajar bagi peserta sangat penting, sebab prestasi belajar akan
menentukan kemampuan peserta didik dan menentukan naik tidaknya peserta
didik ke tingkat kelas yang lebih tinggi. (Dalyono, 1997:55) berpendapat
bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Di dalam
pengertian tersebut prestasi merupakan suatu usaha yang telah dilaksanakan
menurut batas kemampuan dari pelaksanaan suatu usaha. Berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut
dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar; 1) Faktor
internal (yang berasal dari dalam diri) berupa; Kesehatan jasmani dan rohani,
Inteligensi dan Bakat Inteligensi, Minat dan motivasi dan Cara belajar; 2)
Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) berupa; Keluarga, Keadaan
sekolah, masyarakat dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya kesehatan yaitu
status gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung, penelitian secara langsung meliputi secara fisik, Biokimia,
Antropometri dan Biofisik. Secara Biokimia salah satunya adalah melalui
pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb)
Daftar Pustaka[Anonim]. 2005. Artikel kesehatan: Hubungan ”Otak Kosong”dengan Gizi Buruk.
Anwar, F. 2008. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Ganesa. Yogyakarta
Budiyanto, H. 2002. Biokimia Umum. Erlangga. Jakarta
Departemen Kesehata. 2004. Status Gizi Balita. Departemen Kesehatan Indonesia. Jakarta
Hadi, M. 2005. Kesehatan Masyarakat. Gramedia. Jakarta
Karsin, A. 2004. Pedoman Hidup Sehat. Gramedia. Jakarta
Roedjito, S. 1989. Biokimia Terapan. UGM Press. Yogyakarta
Sediaoetama. 1996. Kesahatan Lingkungan Sekolah. Erlangga. Jakarta
Suhardjo. 1996. Biologi. Ganesa. Surabaya
Sukadi. 2005. Seumber-asupan Gizi. Ganesa. Yogyakarta