HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN DALAM
MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
DEDEH SUHAIDAH
108104000005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
PERI.IYATAAN PERSETUJUAN
Skipsi dengan judul
HUBTINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASANPEREMPUAN DALAM MENGIIADAPI MENOPAUSE DI WILAYAII KERJA
PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG JAKARTA TIMUR
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skipsi
Program Studi llmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh
DEDEII SUHAIDAIINIM: 108104000005
Pembimbing I
t
)!w;Pembimbing II
Pusuita Paluni, S.Kep.. M'Kep.. Ns'Sp.Kep.Mat Irma Nurbaeti. S:K-Di.MjKep' Sp'Mat
-- r,npr tgtorrrqZOrrotZOOr NIP:197005011996012001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAII
JAKARTA 1434IIl2013 M
SKRIPSI DENGAN JI'DUL
EIJBI]NGAN TINGKAT PENGETAIIUAN DENGAN TINGKAT KECEMASANPf,REMPUAN DALAM MENGIIADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KELI]RAHAN PIJLO GEBANG JAKARTA TIMUR
Telah disusun dan dipertahar*an dihadapan penguji oleh
Naria: Dedeh SuhaidahNIM:1081M000005
Pembimbing t
lr I
{lriffnryPuspita Pelupi. SXep.
NIP: 19801 1192011012006
Ns. Eni Nur'aitri Aqustitri. SJ(cp. lJlscNIP: I 98008022006042001
Pembimbing II
Irma Nurbeeti. S.Kp. M.Kep. Sp.MatNIP: 19700501 1996012001
Puspita Palupi. S.Kep.. M.Kep.. Ns.Sp.KepJvIatNIP: 19801 I 19201 1012006
Kedokteran
T\
Prof. Dr<6!trjL-LIICI*4iEdh'-Sp.Ard
ll
Penguji II
Penguji III
Irmr Nurbaeti. S.KD. M.KeD. Sn-MatNIP: 197005011996012001
Dekan Fakultas Ilmu dan Ilrnu Kesehatan
Mengetahui,
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan penelitian dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2013
Dedeh Suhaidah
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dedeh Suhaidah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 1990
Program Studi : Ilmu Keperawatan
NIM : 108104000005
Alamat : JL. Raya Pulo Gebang Rt/Rw 017/003 No.80,
Kec. Cakung, Jakarta Timur, 13950
No. Tlp/Hp : 085718277618
Email : [email protected]
Nama Ayah : Drs. H. Moh. Shohib
Pendidikan Ayah : S1
Pekerjaan Ayah : Guru
Nama Ibu : Hj. Suryati
Pendidikan Ibu : MA/SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan : 1. TK Islam Nurul Ikhsan Jakarta (1995-1996)
2. SDIT Nurul Ikhsan Jakarta (1996-2002)
3. Madrasah Tsanawiyah Negeri 20 Jakarta (2002-2005)
4. Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta (2005-2007)
5. Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta (2008-2013)
v
Kasihmu ...
Sayangmu ...
Selalu kau berikan padaku ...
Kau selalu berusaha tersenyum didepanku.
Walau ku sering mendurhakaimu, kau tak pernah berhenti memberi
semua itu.
Kaupun tak pernah sedikitpun meminta balasan dariku.
Karena ku tau kau lakukan semua itu,
Hanya untuk membuatku bahagia
Kau cahaya hidupku ...
Kau pelita dalam setiap langkahku ...
Maaf karena ku belum bisa mengukir bahagia diwajahmu.
Maaf karena belum bisa menanam bangga dihatimu...
Maaf untuk semua air mata yang kau tumpahkan karenaku ...
Maaf karena belum mampu menghapus beban dari tubuh lelahmu.
Terima kasih untuk cinta dan do’a tulusmu disetiap langkahku ...
Aku akan selalu berusaha dan berdo’a semampuku untuk
membahagiakanmu,
Untukmu Ayah dan Ibu
vi
Agar kau selalu tersenyum ...
Walaupun apa yang ku beri tidak sebesar apa yang ku terima
selama ini ...
I LOVE YOU Bapak ...
I LOVE YOU Mamah ...
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Februari 2013
Dedeh Suhaidah, NIM : 108104000005
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN PULO GEBANG
JAKARTA TIMUR
(xvii + 94 Halaman + 9 Tabel + 4 Gambar + 7 Lampiran)
ABSTRAK
Menopause merupakan tahap akhir masa reproduksi seorang perempuan.
Perempuan yang akan memasuki menopause akan mengalami masalah fisik dan
psikologis, apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan
menimbulkan kecemasan, sehingga diperlukan adanya pengetahuan yang cukup.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di Wilayah
Kerja Puskesmas Pulo Gebang Jakarta Timur.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 90 responden yaitu perempuan yang berusia di atas
40 tahun dan belum mengalami menopause yang diperoleh melalui cluster
random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating
Scale For Anxiety (HRSA) dan kuesioner tingkat pengetahuan. Analisa data
menggunakan uji Spearman Rank pada α > 0,5.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perempuan tentang
menopause dalam kategori cukup (57,8%) dan tingkat kecemasan dalam kategori
ringan (31,1%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause (p=0,120)
dengan nilai probabilitas > 0,05.
Petugas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya pada perempuan premenopause, bukan hanya pada masalah fisik tetapi
juga masalah psikologis.
Kata kunci : Pengetahuan, Menopause, Kecemasan, Premenopause
Pustaka : 50 (2000-2011)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES
Undergraduated Thesis, February 2013
Dedeh Suhaidah, 108104000005
RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ANXIETY AMONG
MENOPAUSE WOMEN IN THE PUBLIC HEALTH CENTER PULO
GEBANG EAST JAKARTA
(xvii + 94 Pages + 9 Tables + 4 Figures + 7 Appendixes)
ABSTRACT
Menopause is the final stage of a woman's reproductive life. Women who
will be entering menopause will experience physical and psychological problems,
if it is not handled properly it will cause anxiety, so it is needed knowledge
enough. The purpose of this study was to relation between knowledge and anxiety
toward menopause among women in the Public Health Center Pulo Gebang East
Jakarta.
This research is a quantitative cross-sectional design. The sample in this
study amounted to 90 respondents are women over the age of 40 years and
premenopausal obtained through random cluster sampling. Data collection using
questionnaires Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) and the level of
knowledge questionnaires. Analysis of the data using the Spearman Rank test at
α > 0.5.
The results of the analysis showed the level of women's knowledge about
menopause in a category quite (57,8%) and the level of anxiety in the mild
category (31,1%). There is no significant relationship between knowledge and
anxiety in the face of postmenopausal women (p=0,120) with a probability value
>0,05.
Health workers recommendation improve health services particularly, not
only the physical problems but also psychological.
Keywords : Knowledge, Menopause, Anxiety, Premenopause
Reference : 50 (2000-2011)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan penelitian dengan judul: “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi
Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta
Timur”.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih banyak kepada :
1. Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..
3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekertaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..
4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat dan ibu Irma Nurbaeti,
S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing. Terima kasih sebesar-
besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu dan arahan kepada
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.
6. Seluruh Staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
7. Ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.
8. Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih
sayang tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis dan
memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama
proses menyelesaikan penelitian ini.
9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan do’a, dalam
menyelesaikan penelitian ini.
10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a
dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan
penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan rahmat, hidayah serta
karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan
dapat diamalkan dengan baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
ABSTRACT .................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………….................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menopause ...........................................................................
B. Pengetahuan ………………………………….....................
C. Kecemasan ………………………………………………...
D. Aspek Psikologis Menopause ..............................................
E. Kesiapan Perempuan Saat Menjelang Menopause ..............
F. Kerangka Teori ……………………………........................
1
6
7
8
9
10
25
34
47
48
51
xii
BAB III
BAB 1V
BAB V
BAB VI
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ……………………………………........
B. Hipotesa …………………………………………………...
C. Definisi Operasional ……………………………………....
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ……………………………….................
B. Waktu Penelitian ..................................................................
C. Lokasi Penelitian .................................................................
D. Populasi dan Sampel ............................................................
1. Populasi ……………………………...............................
2. Sampel .............................................................................
E. Teknik Pengambilan Sampel ...............................................
F. Metode Pengambilan Data ...................................................
1. Instruman Penelitian .......................................................
2. Uji Coba Kuesioner .........................................................
G. Tahap Pengambilan Data .....................................................
H. Teknik Analisis Data ...........................................................
1. Pengolahan Data .............................................................
2. Analisa Data ....................................................................
I. Etika Penelitian ....................................................................
1. Prinsip Etika Penelitian ...................................................
2. Masalah Etika Penalitian .................................................
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................
B. Karakteristik Responden ......................................................
C. Analisa Univariat .................................................................
D. Analisa Bivariat ...................................................................
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ......................................................
B. Tingkat Pengetahuan ...........................................................
C. Tingkat Kecemasan .............................................................
52
52
53
55
55
55
56
56
56
59
59
59
62
64
65
66
67
68
68
69
71
72
73
75
77
81
xiii
BAB VII
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
Kecemasan ..........................................................................
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran .....................................................................................
83
86
90
92
93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Hal
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
3.1
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
Definisi Operasional ........................................................
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ................................
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ......................
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ......................
Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ........
Distribusi Prersentase Pernyataan Responden yang
Benar Tentang Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang ...................................................
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ................................
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang ................................
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam
Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang ...................................................
53
72
72
72
73
73
74
75
75
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Hal
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
2.1
2.2
2.3
3.1
Fase Klimakterium ......................................................
Rentang Respon Kecemasan .......................................
Kerangka Teori ...........................................................
Kerangka Konsep ........................................................
12
34
51
52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Lembar surat izin penelitian
2. Lembar persetujuan menjadi responden
3. Lembar data demografi responden
4. Lembar kuesioner tingkat pengetahuan
5. Lembar kuesioner tingkat kecemasan
6. Lembar hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas
7. Lembar hasil perhitungan analisa data
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Depkes : Departemen Kesehatan
HRT : Hormon Replacement Therapy
HRSA : Hamilton Rating Scale For Anxiety
FSH : Follicle Stimulating Hormone
LH : Luteinizing Hormone
NIDDM : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, dalam
jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam
menjaga kesehatan melalui upaya promotif dan preventif. Meningkatnya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini ditandai oleh
adanya penduduk yang hidup dengan perilaku sehat dalam lingkungan yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah tujuan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 (Depkes RI, 2009).
Pembangunan kesehatan merupakan investasi dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, antara lain meningkatnya umur harapan hidup di Indonesia dari
68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 (Riskesdas,
2007). Meningkatnya umur harapan hidup dapat meningkatkan populasi
perempuan menopause di Indonesia. Jumlah penduduk perempuan berusia
diatas 50 tahun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan.
Sensus penduduk tahun 2000 melaporkan jumlah perempuan berusia diatas 50
tahun mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun
2
2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30 juta atau 11,5% dari total
penduduk (Depkes RI, 2005). Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan jumlah
penduduk perempuan di Indonesia adalah 118 juta jiwa dengan jumlah
penduduk perempuan pada kelompok umur 45-49 tahun adalah 7 juta jiwa,
umur 50-54 sebanyak 5,7 juta jiwa.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan
terus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua.
Dalam pertumbuhannya sebagai seorang perempuan, menopause merupakan
hal yang secara alamiah akan dialami tiap perempuan dan merupakan tahap
akhir proses biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi
hormon seks perempuan, yakni estrogen dan progesteron dari indung telur
(BKKBN, 2006).
Menopause merupakan berakhirnya masa reproduksi seorang perempuan
dimana selama 12 bulan perempuan tersebut mengalami amenore, umumnya
menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 58 tahun (Shimp & Smith,
2000; Abernethy, 2010). Menurut Baziad (2003), menopause merupakan
periode dimana seorang perempuan tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan
akibat dari tidak efektifnya folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah >40
mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml. Sebagian besar perempuan umumnya
akan mengalami menopause usia antara 45-50 tahun dan merupakan peristiwa
alami yang terjadi pada seorang perempuan (Rostiana, 2009). Al-qur’an
menyatakan bahwa seorang perempuan akan mengalami menopause,
dijelaskan dalam Surah An-Nur/24: 60:
3
وَاْلقَوَعِدُمِنَ الِنّسَاءِالَتِى لايَرْجُوْنَ .....
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari menstruasi
dan mengandung).“
Menopuse terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respon terhadap
hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur berhenti
secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan terjadinya perubahan baik fisik
maupun psikologis (Shimp & Smith, 2000). Perubahan fisik akibat penurunan
produksi estrogen dan progesteron menimbulkan berbagai gejala, baik yang
berhubungan dengan organ reproduksi maupun organ tubuh lainnya.
Perubahan yang terjadi pada masa menopause juga memengaruhi keadaan
psikologis seorang perempuan. Keluhan psikologis sifatnya sangat individual
dapat dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan dan ekonomi.
Perubahan fisik dan psikologis tentu akan mengganggu kesehatan dan
mempengaruhi kualitas hidup perempuan (Rostiana, 2009).
Perubahan fisik yang terjadi seperti rasa panas (hot flushes), jantung
berdebar, gangguan tidur, sakit kepala, cepat lelah, kesemutan, berat badan
bertambah, nyeri tulang dan otot (Baziad, 2003). Keluhan psikologis yang
sering dialami meliputi perasaan sedih, kecemasan, irritabilitas, perasaan
berubah-ubah, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat,
konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan dan merasa tidak berharga
(Glasier & Gebbie, 2006).
4
Penelitian Safitri (2009) di kota Medan, melaporkan bahwa perubahan
fisik yang dirasakan responden pada masa menopause meliputi
ketidakteraturan siklus menstruasi 64,1%, rasa cepat lelah 56,3%, penurunan
keinginan seksual 51,6%, berat badan bertambah 42,2%, sulit tidur 40,6%,
perubahan pada kulit 37,5%, rasa panas pada wajah (hot flushes) 31,3% dan
keringat berlebih di malam hari 17,2%. Perubahan psikologis yang terjadi saat
menopause meliputi ingatan menurun 57,8%, mudah tersinggung 39,1%, rasa
gelisah yang berlebih 26,6%, kecemasan 25%, merasa tidak berharga 15,6%,
merasa tidak cantik lagi 14,1% dan rasa takut menjadi tua 12,5%.
Tidak semua perempuan yang memasuki usia menopuse mengalami
keluhan ada juga perempuan yang tidak mengalami keluhan apapun, akan
tetapi meskipun perempuan tersebut tidak mengalami keluhan, dampak jangka
panjang dari penurunan estrogen dapat menimbulkan osteoporosis dan
penyakit kronis lainnya (Bazid, 2003). Aprilia dan Puspitasari (2007)
melaporkan hasil penelitiannya bahwa perubahan yang terjadi pada masa
menopause tidak selalu dikeluhkan oleh 25% perempuan menopause,
sedangkan 75% perempuan lainnya mengalami keluhan. Menopause akan
mengganggu kesehatan baik fisik maupun psikologis yang dapat menimbulkan
dampak jangka panjang apabila tidak ditangani dengan serius, sehingga dapat
mengakibatkan perempuan menopause mengalami kecemasan (Aprilia &
Puspitasari, 2007).
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam
yang berkaitan dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan.
Perasaan isolasi, keterasingan dan ketidaknyamanan (Stuart & Laraia, 2005).
5
Kecemasan yang dialami perempuan menopause salah satunya karena
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul seperti keluhan
fisik berupa berkeringat dimalam hari, sakit kepala, berhentinya hasrat
seksual, meresa diri akan menjadi lebih tua yang berarti kecantikannya akan
memudar dan terjadi penurunan fungsi tubuh, sehingga dikhawatirkan akan
mempengaruhi hubungan dengan suami maupun lingkungan sosialnya (Kasdu,
2002 & Rostiana, 2009). Hasil penelitian Susiana (2007) di Medan didapatkan
data dari 32 responden sebesar 28,1% tidak mengalami kecemasan, 56,3%
mengalami kecemasan ringan dan 25,6% mengalami kecemasan sedang.
Aprilia dan Puspitasari (2007) di Surabaya menyebutkan bahwa
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause juga dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuannya. Hasil penelitiannya melaporkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 15,4% mengalami kecemasan
ringan, 30,8% mengalami kecemasan sedang dan 53,9% mengalami
kecemasan berat. Responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar
43,6% mengalami kecemasan ringan, 23,6% mengalami kecemasan sedang
dan 32,7% mengalami kecemasan berat. Sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan baik 84,4% mengalami kecemasan ringan, 15,6% mengalami
kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Kelurahan Pulo
Gebang Jakarta Timur pada tujuh orang perempuan premenopause didapatkan
sebanyak tiga orang perempuan tidak mengetahui tentang menopause dan
mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause serta timbulnya
6
berbagai penyakit dan keluhan fisik lainnya. Dua orang perempuan tidak
mengetahui tentang menopause dan timbulnya berbagai penyakit dan keluhan
fisik lainnya, tetapi tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi
menopause. Dua orang lainnya mengetahui tentang menopause dan
menganggap menopause tidak perlu dicemaskan karena menopause
merupakan proses yang pasti akan dialami oleh setiap perempuan. Studi yang
telah dilaporkan membuktikan bahwa responden masih belum memahami
tentang kondisi menopause dan belum terdapat program tentang menopause di
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian yang ingin dilakukan tentang
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan
dalam menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo
Gebang Jakarta Timur.
B. Rumusan Masalah
Menopause merupakan peristiwa yang sangat alamiah dan normal terjadi
pada seorang perempuan, tetapi banyak menimbulkan keluhan dan gangguan
yang dirasakan. Keluhan dan gangguan yang dirasakan terjadi akibat adanya
perubahan hormon saat menopause. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai
perubahan, baik perubahan fisik maupun psikologis yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Sehingga
hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan bagi perempuan dalam
menghadapi menopause. Aprilia dan Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuannya. Penelitiannya yang dilakukan di Surabaya
7
melaporkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang paling
banyak mengalami kecemasan berat sebesar 53,9%. Responden yang memiliki
pengetahuan cukup paling banyak mengalami kecemasan ringan sebesar
43,6%. Responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak mengalami
kecemasan ringan sebesar 84,4%.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan melaporkan bahwa pada tujuh
orang perempuan premenopause didapatkan sebanyak tiga orang perempuan
tidak mengetahui tentang menopause dan mengalami kecemasan dalam
menghadapi menopause. Dua orang perempuan tidak mengetahui tentang
menopause dan tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause,
sedangkan dua orang lainnya mengetahui tentang menopause dan menganggap
menopause tidak perlu dicemaskan. Studi yang telah dilaporkan membuktikan
bahwa responden masih belum memahami tentang kondisi menopause dan
belum terdapat program tentang menopause di Puskesmas Kelurahan Pulo
Gebang Jakarta Timur.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui ”Apakah ada
hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam
menghadapi menopause”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan
dalam menghadapi menopause.
8
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi
menopause.
b. Diketahuinya tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi
menopause.
c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya dalam hal membuktikan lebih lanjut hubungan tingkat
pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi
menopause.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna
untuk masyarakat dalam mengetahui informasi tentang menopause
sehingga lebih siap dalam menghadapi menopause.
b. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bersifat positif dalam mengembangkan kurikulum pendidikan
keperawatan khususnya keperawatan maternitas sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang hubungan
9
tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam
menghadapi menopause.
c. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
memperkaya ilmu keperawatan, khususnya keperawatan maternitas
dalam promosi kesehatan dan pengembangan model asuhan
keperawatan pada perempuan menopause.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perempuan
tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan menjelang
menopause. Sampel dalam penelitian ini yaitu perempuan yang berusia di atas
40 tahun dan belum mengalami menopause di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur yang diperoleh melalui cluster random
sampling. Adapun variabel yang diukur adalah tingkat pengetahuan dan
tingkat kecemasan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HRSA) dan kuesioner tingkat pengetahuan.
Analisa data menggunakan uji Spearman Rank pada alfa > 0,5.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menopause
1. Pengertian
Menopause secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yaitu “men”
yang berarti menstruasi dan “pausis” yang berarti berhenti
(Martadisoebrata, 2005). Menopause merupakan berakhirnya masa
reproduksi seorang perempuan dimana selama 12 bulan perempuan
tersebut mengalami amenore, umumnya menopause terjadi pada usia
antara 45 hingga 55 tahun dan usia rata-rata perempuan menopause 51
tahun (Shimp & Smith, 2000; Bobak, 2005; Abernethy, 2010).
Sutanto (2005) mendefinisikan menopause sebagai proses alami
dari penuaan, yaitu ketika perempuan tidak lagi mendapatkan menstruasi
selama satu tahun. Penyebab berhentinya menstruasi karena ovarium
tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Potter & Perry
(2005) mendefinisikan menopause merupakan berhentinya siklus
menstruasi terutama karena ketidakmampuan sistem neurohormonal
untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin.
Baziad (2003) menyebutkan menopause sebagai perdarahan rahim
terakhir yang masih diatur oleh hormon ovarium.
10
11
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menopause
merupakan tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan yang
disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron
di ovarium sehingga fungsi reproduksi menurun dan berakhir.
2. Fase Klimakterium
Setiap perempuan mengalami fase-fase perkembangan tertentu.
Diantaranya fase yang berkaitan dengan berbagai fungsi organ
reproduksi perempuan. Sejak lahir perempuan mempunyai 770.000 sel
telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu berlangsung
pada usia 8 sampai 12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi
endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar usia 12 sampai 13 tahun,
umumnya seorang perempuan mengalami menarche. Masa ini disebut
sebagai puberitas dimana organ reproduksi perempuan mulai berfungsi
optimal secara bertahap. Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-
sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi yang
berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun. Pada masa ini perempuan
mengalami hamil dan melahirkan. Fase terakhir dalam kehidupan
perempuan atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium,
yaitu terjadi pada usia 45 sampai 50 tahun (Kasdu, 2004).
Klimakterium merupakan suatu masa peralihan yang dilalui
seorang perempuan dari masa reproduktif ke masa non-reproduktif.
Klimakterium dimulai dari enam tahun sebelum menopause dan berakhir
6-7 tahun setelah menopause. Masa klimakterium terjadi selama kurang
lebih 13 tahun. Masa ini terjadi pada usia 40-65 tahun (Kasdu, 2004).
12
Masa klimakterium menurut Baziad (2003) meliputi: premenopause,
perimenopause, menopause dan postmenopause.
Gambar 2.1 : Fase Klimakterium
dikutip dari Baziad (2003)
a. Premenopause
Premenopause terjadi pada usia 40 tahun dan merupakan fase
dimulainya klimakterik. Fase ini ditandai dengan timbulnya keluhan-
keluhan klimakterium seperti perdarahan uterus yang tidak teratur.
Perubahan ini terjadi karena menurunnya kadar estrogen, insufisiensi
corpus luteum dan kegagalan proses ovulasi. Perubahan menstruasi
dapat berupa amenorrhoe, polimenorrhoe, dan hipermenorrhea
(Baziad, 2003).
b. Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause
dan postmenopause. Rentang waktu 1 sampai 2 tahun sebelum dan
sesudah menopause. Fase ini ditandai dengan siklus menstruasi yang
tidak teratur. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap
rendah, kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Pada
umumnya perempuan telah mengalami berbagai keluhan klimakterik
13
berupa gejolak panas (hot flushes), berkeringat banyak, insomnia,
depresi, serta perasaan mudah tersinggung (Baziad, 2003).
c. Menopause
Menopause merupakan periode dimana seorang perempuan
tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak efektifnya
folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan
kadar estradiol <30 pg/ml (Baziad, 2003). Sebagian besar perempuan
umumnya akan mengalami menopause usia antara 45-50 tahun dan
merupakan peristiwa alami yang terjadi pada seorang perempuan
(Rostiana, 2009).
d. Postmenopause
Postmenopause periode setelah perimenopause sampai senium.
Masa yang berlangsung kurang lebih 3 sampai 5 tahun setelah
menopause. Ovarium sudah tidak befungsi sama sekali, kadar
estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin
biasanya meningkat (Baziad, 2003).
3. Aspek Fisiologis Menopause
Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami
perempuan berupa penurunan produksi hormon seks perempuan yaitu
estrogen dan progesteron pada indung telur. Proses berlangsung tiga
sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau perimenapouse.
Menjelang menopause persediaan telur akan habis dan ini merupakan
salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa
14
pubertas sampai menopause diatur oleh hormone hipotalamus dan
hipofisis (Retnowati, 2001).
Hipotalamus sering dianggap sebagai otak emosional atau sebagai
otak konduktor sistem endoktrin. Pengendalian ini dapat menghentikan
sistem hormon jika seseorang mengalami stress. Hal inilah yang
menyebabkan bila seseorang sedang mengalami stres siklus haidnya
mundur. Hipofisis memproduksi sejumlah besar hormon, salah satunya
adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi tumbuh dan
berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur atau
ovarium. Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang
juga memproduksi dua hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron
(Retnowati, 2001).
Estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan telur, sehingga
makin lama haid menjadi jarang dan akhirnya akan berhenti. Walaupun
haid sudah berhenti indung telur masih tetap memproduksi estrogen.
Berhentinya haid sebenarnya adalah ketuaan indung telur itu sendiri
sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen. Penurunan drastis
kadar hormon estrogen dan progresteron akan diikuti berbagai perubahan
fisik seperti kulit mengendur, inkontinensia (gangguan kontrol berkemih)
pada waktu beraktivitas, jantung berdebar-debar, hot flushes
(peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba), sakit kepala, mudah lupa, sulit
tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot.
Jangka panjang rendahnya kadar hormon estrogen setelah menopause
15
menimbulkan ancaman osteoporosis (pengeroposan tulang), serta
peningkatan resiko gangguan kardiovaskuler (Retnowati, 2001).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause
Masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda.
Perempuan kembar dizigot atau perempuan dengan siklus haid
memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan
perempuan yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause
lebih awal dijumpai juga pada perempuan nulipara, perempuan dengan
diabetes melitus (NIDDM), perokok berat, kurang gizi, perempuan
vegetarian, perempuan dengan sosioekonomi rendah. Perempuan
multipara dan perempuan yang banyak mengkonsumsi daging, atau
minum alkohol akan mengalami menopause lebih lambat (Baziad, 2003).
Faktor yang mempengaruhi menopause menurut Kasdu (2002) dan
Wirakusumah (2003), yaitu:
a. Usia saat haid pertama sekali
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17
tahun akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan perempuan
yang menstruasi lebih dini seringkali akan mengalami menopause
sampai pada usianya mencapai 50 tahun. Artinya, perempuan yang
terlambat mendapatkan menstruasi, akan mengalami menopause
lebih awal, sedangkan perempuan yang cepat mendapatkan
menstruasi cenderung lebih lambat memasuki menopause.
16
b. Faktor psikis
Perempuan yang tidak menikah dan bekerja diduga
mempengaruhi perkembangan psikis seorang perempuan. Menurut
beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih
muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.
c. Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang
perempuan melahirkan, maka makin tua mereka memasuki
menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga
memperlambat penuaan tubuh.
d. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia
memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ
reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
e. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada
perempuan yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua
memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja
kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak
memproduksi sel telur.
17
f. Penyakit
Perempuan yang mengalami gangguan medis menyebabkan
meningkatnya kadar estrogen, seperti penderita diabetes akan lambat
memasuki masa menopause
5. Klaifikasi Menopause
Berdasarkan proses terjadinya, menopause dibedakan menjadi
menopause alamiah (natural) dan buatan (artifisial). Menopause alami
akan dilalui seorang perempuan secara bertahap selama beberapa tahun.
Umumnya menopause alami terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau
diawal 50 tahun. Menopause buatan adalah menopause yang terjadi
akibat prosedur medis seperti pembedahan atau penyinaran. Menopause
akibat pembedahan terjadi akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral.
Pengangkatan ovarium dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap
karsinoma ovarium (Bobak, 2005; Sastrawinata, 2008).
Menopause juga dibedakan berdasarkan kelainan jadwal
menopause mencakup menopause yang terjadi terlalu dini (menopause
prematur) maupun menopause yang terlambat.
a. Menopause prematur
Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun disebut
menopause prematur atau menopause dini. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan menopause prematur adalah herediter, gangguan gizi
yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun dan penyakit-penyakit
yang merusak jaringan kedua ovarium. Faktor lain yang dapat
18
menyebabkan menopause prematur adalah kebiasaan merokok
(Sastrawinata, 2008; Abernethy, 2010).
b. Menopause terlambat
Batas usia menopause yaitu 52 tahun, apabila seorang
perempuan masih mendapat menstruasi di atas usia 52 tahun disebut
menopause terlambat dan diindikasikan untuk penyelidikan lebih
lanjut penyebab dari menopause terlambat adalah fibromioma uteri
dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen (Sastrawinata,
2008).
6. Perubahan yang Terjadi Selama Menopause
Sastrawinata (2008) mengungkapkan bahwa perempuan yang akan
menopause mengalami perbahan-perubahan, diantaranya:
a. Perubahan organ reproduksi
Ovarium dan uterus lambat laun mengecil dan endometrium
mengalami atrofi. Walaupun demikian, uterus masih tetap dapat
bereaksi terhadap estrogen. Epitel vagina menipis dan mamai mulai
menjadi lembek. Proses ini berlangsung terus sampai masa senium.
b. Perubahan hormon
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya
kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin.
Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi
hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus
luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik terhadap hipotalamus. Keadaan ini
19
meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin ini,
ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
c. Perubahan vasomotorik
Perubahan ini dapat muncul sebagai gejolak panas (hot
flushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing
dalam telinga, perubahan tekanan darah, berdebar-debar, susah
bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.
d. Perubahan emosi
Perubahan emosi muncul dalam bentuk mudah tersinggung,
depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur.
7. Keluhan-Keluhan yang Terjadi Selama Menopause
Perubahan-perubahan yang terjadi selama menopause berdampak
pada kesehatan fisik dan psikis.
a. Fisik
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause adalah menstruasi menjadi tidak teratur, hot flushes,
insomnia, palpitasi dan rasa lemah, gangguan seksual. Gejala-gejala
saluran kemih seperti nyeri saat berkemih, infeksi saluran kemih dan
inkontinensia (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004; Glasier &
Gebbie, 2005). Menurut Baziad (2003), ketika seorang perempuan
memasuki masa menopause, fisik memiliki ketidaknyamanan seperti
rasa panas (hot flushes), jantung berdebar, gangguan tidur, sakit
kepala, cepat lelah, kesemutan, berat badan bertambah, nyeri tulang
dan otot.
20
Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan
tubuh bagian atas seperti leher dan dada. Hot flushes terjadi pada
malam hari, dan menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama
beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung selama
satu jam. Hot flushes berlangsung selama 2-5 tahun ketika
perempuan akan memasuki usia menopause atau pada saat
menopause dan akan menghilang sekitar 4–5 tahun pasca menopause
(Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004).
Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan estrogen
dapat menyebabkan perubahan sistem pertahanan kulit, sehingga mudah
terkena penyakit kulit (dermatosis). Kekurangan estrogen juga
menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput lendirnya
berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah terkena
gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan (Baziad,
2003).
Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen
yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal, panas dan
nyeri saat aktivitas seksual (dispareunia) karena setelah menopause
sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi
tipis, elastisitasnya berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih
rendah, akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktivitas
seksual. Atropi vagina terjadi 3-6 bulan setelah menopause dan
gejalanya dirasakan dalam lima tahun menopause. Atropi juga dapat
terjadi pada saluran kemih bagian bawah. Hilangnya tonus otot
21
uretra akibat menurunya kadar estrogen, akibtnya terjadi ganguan
penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi tidak
normal sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan
(inkontinensia urin) dan mudah terjadi infeksi pada saluran kemih
bagian bawah (Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2004).
Perempuan menopause sering juga mengeluh nyeri otot dan
sendi. Timbulnya osteoporosis dan osteoartritis dapat terjadi akibat
penurunan hormon estrogen. Selain itu penurunan kadar estrogen
juga berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi sebagai
jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan
kulit menjadi kering dan keriput, rambut rusak dan rontok, gigi
mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta
timbulnya rasa sakit pada persendian (Baziad, 2003; Kasdu, 2004).
Bagi perempuan begitu memasuki usia menopause akan timbul
berbagai macam keluhan yang sangat mengganggu dan beberapa
tahun setelah menopause dapat terjadi berbagai macam penyakit,
seperti kanker endometrium, kanker ovarium, kanker serviks, kanker
payudara dan kanker vagina. Ganguan tubuh lainnya akibat penyakit
degeneratif, seperti diabetes dan jantung, faktor genetik dan gaya
hidup juga berpengaruh. Hipertensi, demensia juga ditemukan pada
masa premenopause dan postmenopause disebabkan karena
penurunan kadar hormon steroid. Kelainan lain seperti sulit
berkonsentrasi, hilang fungsi memori jangka pendek dan beberapa
22
kondisi yang berhubungan dengan kelainan psikologis (Baziad,
2003; Kasdu, 2004).
b. Psikologis
Perubahan-perubahan psikologis yang menyertai gejala
menopause sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang perempuan
dalam menjalani masa menopause. Perubahan yang terjadi pada
perempuan menopause adalah perubahan mood, irritabilitas,
kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, penurunan
ingatan, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, dan
merasa tidak berharga (Glasier & Gebbie, 2005). Banyak perempuan
mengeluh masalah psikologis saat menopause, tetapi sulit untuk
menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi atau
merupakan faktor sekunder akibat gejala lain. Keringat malam yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan pola tidur, yang
akhirnya menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang
baik, perubahan alam perasaan (depresi), keletihan, perasaan tidak
berharga dan kesulitan membuat keputusan (Abernethy, 2010).
Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi
oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan
fisik maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan
perempuan yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya.
Selain itu, bisa memengaruhi kualitas hidupnya (Rostiana, 2009).
Keadaan menopause secara menetap membawa konsekuensi
kesehatan baik fisik maupun psikis yang dapat menjadi fatal bila
23
tidak ditangani dengan serius. Fungsi reproduksi yang menurun
menimbulkan dampak yaitu ketidaknyamanan dalam menjalani
kehidupan. Bagi sebagian perempuan menopause menimbulkan rasa
cemas dan risau. Hal ini akan menjadi tekanan dan semakin
memberatkan apabila perempuan tersebut selalu berpikiran negatif
(Aprilia & Puspitasari, 2007).
8. Upaya yang Dilakukan dalam Menghadapi Menopause
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi menopause
yaitu dengan pola makan yang tepat dan aktivitas fisik yang cukup.
Kehilangan estrogen pada perempuan menopause menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti penyakit jantung dan osteoporosis. Cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi, seperti:
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pengaturan diet (tinggi
kalsium dan rendah lemak), menghindari peningkatan berat badan,
olahraga dan tidur yang teratur, mengurangi kenaikan tekanan darah,
mencari ketenangan dan menjauhkan diri dari pekerjaan yang
menjemukan (WHO, 2007).
Rosenthal (2003) mengungkapkan bahwa hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menghadapi menopause adalah kebutuhan kalori dan
zat gizi harus cukup, makanan yang tinggi serat dan rendah lemak,
makanan yang tinggi kalsium dan zat besi, vitamin A, C dan E untuk
antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium, vitamin B kompleks.
Hindari kafein, kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-rempah, dan
makanan berlemak. Kopi dan alkohol dapat menghambat absorbsi
24
kalsium. Selain pola makan yang tepat dan aktivitas fisik yang cukup
juga dapat dilakukan terapi sulih hormon atau Hormon Replacement
Therapy (HRT) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan-keluhan
yang timbul pada perempuan yang mengalami menopause (Baziad,
2003). Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian estrogen
seperti estriol, selama 21 hari berturut-turut disusul dengan masa istirahat
selama 7 hari. Selama masa istirahat diperhatikan apakah keluhan-
keluhan telah hilang atau menetap. Jika keluhannya hilang maka
pengobatan dapat dihentikan, tetapi jika menetap maka pengobatan
dilanjutkan. Pada pemakaian jangka panjang, pengaruhnya terhadap
endometrium dan payudara sangat lemah, sehingga jarang terjadi
perdarahan maupun keganasan (Jacoeb, 2005).
Penggunaan estrogen jenis lain, seperti etinil estradiol maupun
estrogen konjugasi perlu digabung dengan progesteron. Alternatif lain
dengan fitoestrogen yang terdiri dari: Isoflavon (genistein, daidzein dan
glycetein) banyak ditemukan dalam legumes (tumbuhan polong terutama
kedelai dengan produk olahannya susu, tempe, tahu); Coumestan
(coumesterol) banyak ditemukan dalam tauge; Lignan (matairesinol,
secoisolariciresinol, enteroldiol) banyak ditemukan dalam buah-buahan,
sayuran, biji-bijian (sereal) (Jacoeb, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Puspitasari (2007)
tentang faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada perempuan
perimenopause. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pada perempuan
25
perimenopause adalah pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi
ekonomi dan gaya hidup. Namun, karakteristik sosial budaya yang
meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
semakin baik faktor yang berpengaruh secara signifikan, maka semakin
rendah tingkat kecemasan yang dialami.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan umumnya datang dari
penginderaan yang terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu: indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan
pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan
menuurut Bloom (2001), yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
26
bahan yang dipelajari. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang
sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masalah
dari kasus kesehatan yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
27
e. Sintesa (Synthesis)
Sintesa menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
g. Menciptakan (Created)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu
keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam
pola atau struktur baru, termasuk didalamnya: generating (Hipotesa),
planning (Perencanaan) dan producing (Penghasil).
3. Sumber-sumber Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sumber pengetahuan
didapat dari jenjang pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non
formal dan informal.
a. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan
tinggi.
1) Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
28
diperlukan serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan
menengah, merupakan bakal bagi dasar perkembangan
kehidupan baik pribadi maupun masyarakat terdiri dari SD.
2) Pendidikan menengah yaitu pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial budaya dengan alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja
atau perguruan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari
pendidikan menengah umum (SMP&SMA).
3) Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik agar memiliki kemampuan tingkat tinggi yang
bersifat akademik atau profesional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan
manusia. Terdiri dari akademi, Instansi, Sekolah tinggi, dan
Universitas.
b. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta
pendidikan lain yang ditunjukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik. Terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
29
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
c. Pendidikan Informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Selain itu juga dapat
diperoleh dari pengalaman. Pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa
tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan
logis (Notoatmodjo, 2003).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu
cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara
umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap
informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan
yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
b. Pekerjaan
Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas
hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya
30
sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki
cenderung tidak banyak perubahan. Sedangkan seorang perempuan
yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak
mendapat informasi baik, misalnya dari teman bekerja atau teman
dalam aktivitas sosial (Darmojo & Hadi, 2006)
c. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan
yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas
jangkauan pengalamannya karena dari berbagai kegiatan tersebut
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmodjo, 2003).
d. Usia
Semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif dalam
menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang maka semakin
banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki (Nursalam &
Pariani, 2001).
e. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti
televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi
31
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo,
2003).
f. Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih
mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder
(Notoatmodjo, 2003).
g. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi
(Notoatmodjo, 2003).
5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang
akan diukur dari responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tujuh tingkatan diatas.
Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Ada berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang dikelompokkan menjadi
dua, yaitu: cara tradisional dan cara modern (Notoatmodjo, 2007).
32
a. Cara tradisional
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini, meliputi:
1) Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan
ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat, dan seterusnya
sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
2) Cara otoritas atau kekuasaan
Dikehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun menurun
dari generasi ke generasi berikutnya.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
33
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusiapun
ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
b. Cara modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian. Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Berawal
dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan
(Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah domain yang sangat penting dan mendasar untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Setiap individu berbeda-beda dalam
proses menginternalisasikan suatu informasi, sehingga tingkat
pengetahuannya berbeda-beda dan dikategorikan menjadi tingkat
pengetahuan baik, cukup dan kurang (Potter & Perry, 2005). Dikatakan
baik apabila pertanyaan dijawab benar ≥16 (76%-100%), cukup jika
menjawab benar sebanyak 15-12 (56%-75%), dan kurang jika menjawab
benar sejumlah ≤11 (40%-55%) dari seluruh pertanyaan yang ada
(Arikunto, 2006).
34
Penelitian terkait yang di lakukan oleh Milah (2011) tentang
gambaran pengetahuan ibu usia 45-50 tahun tetang menopause di
Kelurahan Cilangkap Kecamatan Manon Jaya Kabupaten Tasikmalaya.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan perempuan usia 45-
50 tahun tentang proses terjadinya menopause frekuensi tertinggi yaitu
kategori kurang sebanyak 43%. Pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun
tentang perubahan fisik pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu
kategori kurang sebanyak 55,4%. Pengetahuan perempuan usia 45-50
tahun tentang prubahan psikologis pada masa menopause frekuensi
tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 69,6%.
C. Kecemasan
1. Pengertian
Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman
“angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan
suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu
efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman
psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam
rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi
sebaik – baiknya (Hawari, 2004).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai
berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi
kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat
menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa
35
RENTANG RESPON KECEMASAN
Respon adaptif Respon maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit
kepala, rasa keinginan buang air kecil dan buang air besar, perasaan ini
disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindar hal yang dicemaskan
(Stuart & Sundeen, 2000)
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif
individual yang dikomunikasikan secara interpersonal, mempunyai
kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung
(Nursalam, 2011). Kecemasan yang dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal berada dalam suatu rentang, yaitu :
Gambar 2.2 : Rentang Respon Kecemasan
Sumber : Stuart & Laraia (2005)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang
dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan
emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang
tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Hawari (2004) mengungkapkan bahwa individu yang cemas,
gejalanya didominasi oleh keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran),
tetapi dapat pula disertai keluhan fisik. Keluhan psikis pada individu
yang mengalami kecemasan adalah cemas, khawatir, bimbang, firasat
buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung, merasa
tegang, tidak tenang, gelisah, gerakan sering serba salah, mudah terkejut,
36
takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur,
mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan fisik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdengung (tinitus), jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, sakit kepala, kesemutan, rasa mual, sering buang air seni,
diare, rasa tidak enak di ulu hati, muka merah atau pucat, denyut nadi dan
nafas cepat.
2. Teori Kecemasan
Stuart & Sundeen (2000) menyatakan ada beberapa teori yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya kecemasan adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Teori psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi
menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan, dan
fungsi cemas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
37
menimbulkan kelemahan fisik. Orang dengan harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang
berat.
3) Teori perilaku
Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan.
4) Teori keluarga
Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan
memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan
cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak
dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa
gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga.
5) Teori perspektif biologi
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk Benzodiazepines. Reseptor ini mungkin
membantu magatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-
gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
kecemasan.
38
b. Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dihindari pada
kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman
ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan
interpersonal. Faktor yang mempengaruhi kecemasan :
1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar seperti
penyakit fisik, trauma fisik dan pembedahan.
2) Ancaman terhadap sistem diri meliputi ancaman terhadap
identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan
serta perubahan status atau peran.
Cemas adalah kondisi yang disebabkan oleh transaksi individu
dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan. Tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber
daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Dari definisi
tersebut, Sutherland & Cooper menyimpulkan (dalam Yosep, 2007) :
a. Penilaian Kognitif (cognitive appraisal), stres adalah pengalaman
subjektif yang (mungkin) didasarkan atas persepsi terhadap situasi
yang tidak semata-mata tampak di lingkungan.
b. Pengalaman (experience), suatu situasi yang tergantung pada
tingkat keakraban dengan situasi, keterbukaan semula (exposure),
proses belajar, kemampuan nyata dan konsep reinforcement.
39
c. Tuntutan (demand), tekanan, tuntutan, keinginan atau rangsangan-
rangsangan yang segera sifatnya yang mempengaruhi cara-cara
tuntutan yang dapat diterima.
d. Pengaruh interpersonal (interpersonal influence), ada tidaknya
seseorang, faktor situasional dan latar belakang mempengaruhi
pengalaman subjektif, respon dan perilaku koping.
3. Faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan
Stuart dan Sundeen (2000) mengungkapkan bahwa ada faktor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu:
a. Usia
Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia
semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan
dalam menghadapi berbagai persoalan.
b. Nilai budaya dan spiritual
Budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang.
Reliiusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif
atas masalah yang dihadapi.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang
tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan
seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah
berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menyelesaikan masalah yang baru.
40
d. Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit
badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres.
Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih
mudah mengalami stres.
e. Respon koping
Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.
Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai
penyebab terjadinya perilaku patologis.
f. Dukungan sosial
Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana
kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi
kecemasan dan lingkungan mempengaruhi area berfikir seseorang.
g. Tahap perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas
stresor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap
perkembangan berbeda atau pada tingkat perkembangan individu
membentuk kemampuan adaptasi yang semakain baik terhadap
stresor.
h. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam menghadapi stresor yang sama.
41
i. Pengetahuan
Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan
dapat digunakan untuk mengatasi masalah.
4. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan menurut Hamilton (1959); Stuart & Sundeen
(2000) meliputi:
a. Tidak ada kecemasan.
Individu dalam keadaan normal, tidak ada kondisi yang berlebih
terhadap rasa tidak aman dan tidak mudah tersinggung.
b. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan individu menjadi waspada
dan meningkatkan lapang persepsinya. Kemampuan melihat dan
mendengar menjadi meningkat. Cemas ringan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan kreativitas.
c. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada masalah
yang sedang dihadapi dan mengesampingkan yang lain sehingga
menyebabkan lapang persepsi menyempit dan kemampuan melihat
dan mendengarnya menurun. Beberapa kemampuan menjadi tertutup
tetapi masih bisa dilakukan dengan petunjuk.
d. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada hal-hal yang kecil dan tidak dapat
42
berfikir tentang hal lain. Kecemasan muncul beberapa kali dan sulit
dikendalikan sebab kecemasan tersebut berupa kejadian yang
mungkin akan membahayakan masa depannya. Kondisi ini
kebanyakan akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari.
e. Panik
Pada tingkat ini lahan persepsi sudah tertutup dan orang
bersangkutan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, gangguan
persepsi, kehilangan kemampuan berfikir secra rasional. Panik
merupakan pengalaman yang menakutkan dan bisa melumpuhkan
seseorang.
Freud (1894) dalam Andri dan Dewi (2007) membagi kecemasan
menjadi tiga, yaitu:
a. Kecemasan realitas atau objektif, yaitu ketakutan terhadap bahaya
yang datang dari dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya
ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau
binatang buas.
b. Kecemasan neurotik, yaitu kecemasan terhadap tidak terkendalinya
naluri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa
mendatangkan hukuman baginya. Kecemasan ini mempunyai dasar
pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan instingtual dan
realitas.
43
c. Kecemasan moral, yaitu ketakutan terhadap hati nurani. Misalnya
seseorang yang hati nuraninya berkembang dengan baik cenderung
merasa berdosa jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
kode moral yang dimilikinya.
5. Respon Terhadap Kecemasan
Respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku,
kognitif dan afektif (Stuart, 2007).
a. Respon fisiologis
Respon kecemasan terhadap kardiovaskular seperti palpitasi,
jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, tekanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap sistem
pernapasan seperti nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas
dangkal, pembengkakan pada tenggorokan dan sensasi tercekik.
Respon kecemasan terhadap sistem neuromuskular adalah
reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum,
tungkai lemah. Respon kecemasan terhadap sistem gastrointestinal
seperti kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak
nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.
Respon kecemasan terhadap sistem perkemihan seperti tidak
dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan
terhadap kulit seperti wajah kemerahan, berkeringat setempat
(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat, berkeringat seluruh tubuh.
44
b. Respon perilaku
Respon kecemasan terhadap perilaku seperti gelisah,
ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
c. Respon kognitif
Respon kecemasan pada kognitif seperti perhatian terganggu,
konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam pemberian penilaian,
hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun,
bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas,
takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera
atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
d. Respon afektif
Respon kecemasan pada afektif seperti mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kekhawatiran,
kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
6. Alat Ukur Kecemasan
Mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah
ringan, sedang, berat atau panik dengan menggunakan alat ukur
kecemasan, yaitu Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS) digunakan untuk melihat tingkat keparahan
terhadap gangguan kecemasan seorang pasien. HARS terdiri atas 14 item
penilaian (Hamilton, 1959 & Hidayat, 2007), yaitu:
45
a. Anxious mood: menunjukkan ketakutan yang luar biasa terhadap
ketidakpastian masa depan, merasa khawatir, merasa tidak aman,
mudah tersinggung, dan kecemasan.
b. Ketegangan (tension): menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk
bersikap relaks, tidak nervous, ketegangan, gemetaran, dan
kepenatan.
c. Ketakutan (fear): menunjukkan ketakutan pasien di keramaian,
terhadap binatang, di tempat umum, sendirian, keramaian lalu lintas,
orang asing, kegelapan kerumunan orang banyak.
d. Sulit tidur (insomnia): menjukkan pengalaman pasien terhadap
durasi tidur dan kepulasan tidur selama 3 malam sebelumnya.
Catatan: tanpa penggunaan obat penenang.
e. Sulit konsentrasi dan daya ingat: menunjukkan ketidakmampuan
pasien untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan terhadap
kejadian sehari-hari, dan lemahnya daya ingat.
f. Depressed mood: menunjukkan komunikasi pasien baik secara
verbal maupun non-verbal tentang kesedihan, depresi, tanpa harapan,
kemurungan, dan ketidakberdayaan.
g. Gejala-gejala somatik umum (motorik): pasien merasa lemah, sakit,
ketegangan otot seperti pada bagian leher dan rahang.
h. Gejala-gejala somatik umum (sensorik): pasien merasa penat dan
lemah, atau mengalami gangguan fungsi perasa seperti: tinnitus,
mata kabur, sensasi panas-dingin dan keringat buntat.
46
i. Gejala-gejala yang berhubungan dengan jantung (cardiovascular):
termasuk tachycardia, jantung berdebar, tekanan pada bagian dada,
dentaman pada pembuluh darah, dan perasaan seakanakan ingin
pingsan.
j. Gejala-gejala yang berhubungan dengan pernafasan: seperti merasa
sesak nafas atau kontraksi pada tenggorokan atau dada, atau rasa
seperti tercekik.
k. Gejala-gejala yang berkaitan dengan usus (Gastro-intestinal): seperti
sulit menelan, merasa ada tekanan pada bagian perut, gangguan
pencernaan (rasa panas pada bagian perut, sakit perut berhubungan
dengan makanan, mual dan muntah), perut terasa keroncongan dan
diare.
l. Gejala-gejala yang berhubungan dengan saluran kencing (Genito-
urinary): termasuk gejala-gejala non-organik atau psikis, seperti:
sering atau susah buang air kecil, menstruasi tidak teratur,
anorgasmia, ejakulasi dini.
m. Gejala-gejala otonomik lainnya, seperti: mulut terasa kering, pucat,
sering keluar keringat dingin dan pusing.
n. Sikap pada saat wawancara seperti: pasien kelihatan tertekan,
nervous, gelisah, tegang, suara gemetar, pucat, keluar keringat.
Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3 atau 4. Nilai 0 menunjukkan tidak ada
gejala-gejala yang tampak, dan nilai 4 menunjukkan gejala-gejala
dominan dan sangat mengganggu. Total nilai yang diperoleh
menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai
47
skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14 – 20, gejala sedang dengan
nilai skor 21-27, gejala berat nilai skor 28 -42, gejala berat sekali/panik
dengan nilai skor 43-56.
D. Aspek Psikologis Menopause
Perempuan yang menghadapi periode menopause, munculnya masalah
psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-
fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon
estrogen. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering
dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah
tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak berharga,
stres dan bahkan ada yang mengalami depresi (Hammasa, 2004). Berat
ringannya stres yang dialami perempuan dalam menghadapi dan mengatasi
menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap
menopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang
negatif dan ada yang positif (Hawari, 2006).
Perempuan yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai
peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka
strespun sulit dihindari. Besar kemungkinannya terjadi karena ia kurang
mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause.
Sebaliknya bagi perempuan yang menganggap menopause sebagai suatu
ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua perempuan, maka ia
tidak akan mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan
dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak
berdampak pada gangguan psikologis (Hammasa, 2004; Retnowati, 2001).
48
E. Kesiapan Perempuan Saat Menjelang Menopause
Nugraha (2007) menyatakan bahwa kesiapan perempuan saat
menjelang menopause dipengaruhi oleh:
a. Psikis
Pikiran-pikiran negatif mengenai menopause, bahwa menopause
adalah permulaan memasuki usia tua, hilangnya kualitas feminism dan
seksualitas perempuan dapat mempengaruhi kesiapan perempuan dalam
menghadapi menopause.
b. Peran Keluarga
Kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada perempuan yang
mulai memasuki masa menopause dimana mulai mengalami gejala-gejala
menopause, dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam menghadapi
menopause.
c. Informasi
Kurangnya informasi yang didapat mengenai menopause dapat
menyebabkan pandangan yang negatif terhadap menopause sehingga
mempengaruhi kesiapan perempuan dalam menghadapi menopause.
d. Budaya
Budaya juga ikut berpengaruh terhadap kesiapan perempuan
menghadapi menopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana
menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan
dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.
49
Penelitian terkait tentang kecemasan pada perempuan yang menghadapi
menopause yang dilakukan oleh Rostiana (2009). Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek sulit
menghadapi masa menopause karena belum siap untuk menghadapinya dan
kurangnya informasi. Hal ini dapat terlihat dari gejala gangguan tidur, lebih
mudah letih, cemas dan gelisah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Marga
(2007) tentang hubungan gambaran diri dengan tingkat kecemasan
perempuan masa menopause di Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
28,1% tidak mengalami kecemasan, 56,3% mengalami kecemasan ringan dan
15,6% mengalami kecemasan sedang.
Gambaran kecemasan perempuan yang akan menghadapi menopause
berdasarkan hasil penelitian Rostiana (2009) menunjukkan bahwa perempuan
yang akan menghadapi menopause akan mengalami gangguan tidur. Gejala
tersebut seperti tidur yang gelisah dan berkeringat, takut akan menghadapi
menopause sehingga subjek tidak siap untuk menghadapi menopause sebab
subjek takut tidak cantik lagi, keriput dan tua serta takut terlihat tidak menarik
lagi bagi suaminya. Gejala lainnya seperti gemetaran dan sering menggigit kuku
dan bibirnya, keringat berlebih, muka kering, mual, pusing dan kesemutan.
Gejala afektif seperti gelisah karena membayangkan bagaimana bila sudah tidak
menstruasi lagi, mudah tersinggung, tidak sabaran dan bimbang, merasa tidak
nyaman, khawatir dan gemetaran yang berlebihan akan menghadapi menopause.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia & Puspitasari (2007) tentang
faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada perempuan
perimenopause di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 15,4% mengalami
50
kecemasan ringan, 30,8% mengalami kecemasan sedang dan 53,9%
mengalami kecemasan berat. Responden yang memiliki pengetahuan cukup
sebesar 43,6% mengalami kecemasan ringan, 23,6% mengalami kecemasan
sedang dan 32,7% mengalami kecemasan berat. Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan baik 84,4% mengalami kecemasan ringan, 15,6%
mengalami kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami kecemasan
berat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik pengetahuan
yang dimiliki perempuan perimenopause maka akan semakin rendah tingkat
kecemasannya.
51
F. Kerangka Teori
Gambar 2.3 : Skema kerangka teori dimodifikasi dari Glasier & Gebbie (2005);
Bloom (2001); Notoatmodjo (2003); Hamilton (1959); Stuart & Sundeen (2000).
Perubahan pada
perempuan menopause
Perubahan Fisik
Perubahan
Psikologis
Tingkat Kecemasan
- Tidak ada kecemasan
- Kecemasan ringan
- Kecemasan sedang
- Kecemasan berat
- Panik
Faktor yang mempengaruhi kecemasan
1. Pengetahuan
2. Usia
3. Pendidikan
4. Keadaan fisik
5. Respon koping
6. Dukungan sosial
7. Tahap perkembangan
8. Pengalaman masa lalu
9. Nilai budaya & spiritual
Faktor mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pengalaman
4. Usia
5. Paparan media massa
6. Ekonomi
7. Hubungan sosial
Pengetahuan tentang menopause
1. Pengetian menopause
2. Tanda dan gejala menopause
3. Perubahan yang terjadi
4. Keluhan menopause
5. Cara mengatasi keluhan
52
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
variable independent adalah tingkat pengetahuan perempuan tentang
menopause dan variable dependent adalah tingkat kecemasan perempuan
dalam menghadapi menopause.
Variable Independent Variable Dependent
Gambar 3.1. Skema kerangka konsep
B. Hipotesa
Adapun hipotesis dari penelitian ini, yaitu :
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan
perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang.
Tingkat pengetahuan
perempuan tentang
menopause
Tingkat kecemasan
perempuan dalam
menghadapi menopause
C. Definisi Operasional
Tabel.3.1.
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Tingkat pengetahuan
perempuan tentang
menopause
Hasil dari tahu setelah
seseorang melakukan
pengindraan terhadap perihal
menopause yang diukur
dengan kemampuan
responden menjawab dengan
benar pertanyaan tentang :
a. Definisi menopause
b. Tanda dan gejala
menopause
c. Perubahan-perubahan
menopause
d. Keluhan
e. Cara mengatasi keluhan
Lembar
pertanyaan
terdiri atas 20
pertanyaan
dengan
alternatif dua
jawaban
(benar/salah).
Kuesioner
B
Pengukuran pengetahuan
menurut Arikunto (2006) Baik:
jika pertanyaan dijawab benar
sejumlah ≥ 16 (76% - 100%)
dari seluruh pertanyaan yang
ada.
Cukup : jika pertanyaan di
jawab benar sejumlah 15-
12 (56% - 75%) dari
seluruh pertanyaan yang
ada.
Kurang : jika pertanyaan di
jawab benar sejumlah ≤ 11
(40% - 55%) dari seluruh
pertanyaan yang ada.
Ordinal
54
Tingkat kecemasan
perempuan dalam
menghadapi
menopause.
Respon emosional yang tidak
baik yang muncul pada
perempuan yang akan
menghadapi menopause.
Lembar
pertanyaan
menurut
Hamilton
Rating Scale
For Anxiety
(HRS-A), yang
terdiri atas 14
kelompok
gejala, masing-
masing
kelompok
gejala diberi
penilaian antara
0-4.
Kuesioner
C
Setiap pertanyaan diberi
penilaian antara 0-4.
0 : Tidak Pernah
1 : Jarang
2 : Kadang-kadang
3 : Sering
4 : Terus Menerus
Total nilai yang diperoleh
menunjukkan tingkat
keparahan :
Tidak ada gejala
kecemasan (0-13)
Gejala ringan (14–20)
Gejala sedang (21-27)
Gejala berat (28 -42)
Gejala berat sekali/panik
(43-56)
Ordinal
55
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
studi cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggambarkan tingkat
pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan perempuan saat
menjelang menopause.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 24-30 September 2012.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pulo
Gebang Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Tempat ini dipilih dengan alasan:
1. Jumlah penduduk perempuan yang memasuki usia menopause di
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur sebanyak 3906 orang.
2. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas kelurahan Pulo
Gebang Jakarta Timur membuktikan bahwa responden mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang menopause karena kurangnya
informasi yang didapat tentang menopause.
56
3. Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur memiliki penduduk yang
bervariasi tingkat pendidikan dan pekerjaan, hal tersebut merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
4. Penelitian ini belum pernah dilakukan di wilayah kelurahan Pulo Gebang
Jakarta Timur.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono dalam Hidayat, 2007). Populasi penelitian
ini adalah perempuan usia premenopause yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi, atau sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi
yang diambil untuk diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2007). Adapun
rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah rumus uji beda
dua proporsi :
√ ̅( ̅) √ ( ) ( )
( )
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
= Nilai Z pada derajat kemaknaan
= Nilai Z pada kekuatan uji sebesar power
57
P = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok
tertentu
P = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok
tertentu
= Rata-rata P1 dan P2 (P + P )/2
Perhitungan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
= 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan
( ) sebesar 5%)
= 1,28 (Kekuatan uji sebesar 90%)
P = 0,674 (proporsi hasil penelitian terkait: hubungan tingkat
pengetahuan dan pendidikan wanita premenopuse tentang menopause
dengan kesiapan menghadapi menopause berpengetahuan kurang).
P = 0,326 (proporsi hasil penelitian terkait: hubungan tingkat
pengetahuan dan pendidikan wanita premenopuse tentang menopause
dengan kesiapan menghadapi menopause berpengetahuan cukup).
= (P + P )/2
(0,674 + 0,326)/2 = 0,50
√ ̅( ̅) √ ( ) ( )
( )
√ ( )( ) √ ( ) ( )
( )
58
√ √
( )
( ) ( )
Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat kecemasan, maka jumlah responden dikalikan dua. Jadi:
.
Untuk menghidari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai
cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.
Cadangan 10% x 82 = 8,2 8 responden. Total = 82 responden + 8
responden = 90 responden.
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan
penelitian ini yaitu 90 responden perempuan premenopause. Pengambilan
sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini yaitu:
1) Mampu berkomunikasi dengan baik.
2) Perempuan usia diatas 40 tahun yang belum menopause.
b. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu :
1) Dilakukan histerektomi dan ooforektomi bilateral.
2) Mengalami gangguan kejiwaan.
59
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil
sampel dari populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi
proporsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Setiadi, 2007).
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan cara cluster random sampling adalah cara pengambilan
sampel dengan membagi daerah atau wilayah yang luas menjadi daerah atau
wilayah yang lebih kecil tersebut tidak seluruhnya dijadikan sampel
(Machfoedz,2008).
Pengambilan sampel melalui beberapa tahapan yaitu dengan mengambil
3 RW dari 16 RW yang ada di Kelurahan Pulo Gebang tersebut secara acak,
maka terpilih 3 RW yang menjadi sampel yaitu RW 1, RW 3 dan RW 7.
Kemudian dari masing-masing RW diambil beberapa RT secara acak.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat
ukur kuesioner, yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai
pengetahuan tentang menopause dengan kecemasan perempuan menghadapi
menopause.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
dalam pertanyaan-pertanyaan pengetahuan tentang menopause dan
kecemasan perempuan menghadapi menopause yang diisi oleh responden.
60
Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan
beberapa pertanyaan (Hidayat, 2007). Pertanyaan terdiri dari 3 bagian:
a. Kuesioner A
Kuesioner ini terkait dengan identitas responden, yang terdiri dari lima
item yang meliputi: inisial nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah
anak.
b. Kuesioner B
Kuesioner ini terkait dengan pengetahuan responden mengenai
menopause yang terdiri dari 20 pertanyaan, yang merupakan pertanyaan
tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa
sehingga responden hanya memilih atau menjawab pada jawaban yang
sudah ada (Hidayat, 2007), dengan alternatif dua jawaban (benar/salah).
Kuesioner yang berisi pernyataan tentang pengertian perempuan tentang
menopause terdapat pada point 1,2,3,4. Tanda dan gejala menopause
5,6,7,8,9. Perubahan yang terjadi saat menopause 10,11,12,13. Keluhan
yang terjadi saat menopause 14,15,16. Cara mengatasi keluhan menopause
17,18,19,20. Pernyataan negatif berjumlah 4 point, yang terdiri dari point
2,3,16,20 dan pernyataan positif berjumlah 12 point, yang terdiri dari point
1,4,5,6,7,8,9,10,11,13,15,17,18,19.
Skala pengukuran pengetahuan menggunakan skala Guttman, skala
yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas
seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak atau benar dan
salah. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk ceklis.
61
Pemberian nilai jika jawabannya benar diberi nilai 1 dan jawabannya
salah diberi nilai 0. Skor dari pertanyaan tentang pengetahuan berkisar
antara 0-20 yang dibagi kedalam 3 kategori (Arikunto, 2006) yaitu: Baik
jika pertanyaan dijawab benar sejumlah ≥16 (76% - 100%) dari seluruh
pertanyaan yang ada. Cukup jika pertanyaan dijawab benar sejumlah 15-12
(56% - 75%) dari seluruh pertanyaan yang ada. Kurang jika pertanyaan
dijawab benar sejumlah ≤11 (40% - 55%) dari seluruh pertanyaan yang
ada.
c. Kuesioner C
Kuesioner tingkat kecemasan perempuan menghadapi menopause
disusun dengan pedoman pada Hamiltom Rating Scale for Anxiety (HRS-
A) yang telah penulis modifikasi ke dalam bentuk pernyataan berdasarkan
tanda dan gejala yang terjadi pada perempuan yang akan mengalami
menopause dan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan
perempuan menghadapi menopause.
Kuesioner tingkat kecemasan perempuan menghadapi menopause
terdiri dari 14 pertanyaan yang terdiri atas 14 kelompok gejala. masing-
masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4. Pertanyaan dengan
jawaban tidak pernah bernilai 0, jarang bernilai 1, kadang-kadang bernilai
2, sering bernilai 3 dan terus-menerus bernilai 4. Skor terendah adalah 0
dan tertinggi adalah 56.
Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada
gejala kecemasan dengan nilai skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor
62
14–20, gejala sedang dengan nilai skor 21-27, gejala berat nilai skor 28 -
42, gejala berat sekali/panik dengan nilai skor 43-56.
2. Uji Coba Kuesioner
Setelah instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A,
B dan C sebagai alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur
tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan tentang menopause. Untuk
mendapatkan data yang valid dan realibel maka kuesioner tersebut harus
dilakukan uji validitas dan reabilitas. Agar diperoleh distribusi nilai hasil
pengukuran normal maka peneliti melakukan uji coba kepada 20
responden yang memiliki kriteria yang sama dengan calon responden
peneliti (Soekidjo, 2005).
a. Uji validitas
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang
berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data
(Nursalam, 2009). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson
Product Moment.
Rumus Pearson Product Moment :
rxy = N (∑xy) – (∑x∑y)
√[ N∑x2 - (∑x)
2 ][ N∑y
2 – (∑y)
2]
Keterangan :
r = koefisien korelasi setiap item dengan skor total
x = skor pertanyaan
y = skor total
N = jumlah subjek
63
Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel
nilai product moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan
ternyata signifikan (p value > 5%) atau r hitung lebih besar dari r
table (0,3), maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat
digunakan. Namun apabila tidak signifikan (p value < 5%) atau r
hitung lebih kecil dari r table (0,3), maka item pertanyaan tersebut
tidak valid. Uji coba kuesioner dilakukan di kelurahan Ujung
Menteng, yaitu berjumlah 20 orang pada bulan September 2012.
Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS versi
16.0, untuk kuesioner tingkat pengetahuan perempuan dalam
menghadapi menopause dari 20 pertanyaan ada dua pertanyaan yang
tidak valid, sedangkan untuk kuesioner tingkat kecemasan
perempuan dalam menghadapi menopause di dapatkan dari 14
pertanyaan ada satu pertanyaan yang tidak valid dimana r hitungnya
kurang dari 0,3. Peneliti melakukan perubahan didalam pertanyaan
yang tidak valid agar pertanyaan lebih mudah dipahami oleh
responden.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Hidayat, 2007).
Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Product Moment.
r11 = 2.rb
1 + rb
Keterangan:
64
r11 : Koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb : Korelasi Product moment antara belahan
Tingkat konsistensi suatu pengukuran dikatakan reliabel jika
nilai Alpha Cronbach 0-1 (≥0,8) (Dharma, 2011). Hasil uji
reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, untuk
kuesioner tingkat pengetahuan perempuan dalam menghadapi
menopause didapatkan Alpha Cronbach 0,872, sedangkan untuk
kuesioner tingkat kecemasan didapatkan Alpha Cronbach 0,899.
G. Tahapan Pengambilan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur dengan dengan tahapan, yaitu:
1. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diajukan kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.
2. Setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur, peneliti menyerahkan surat
permohonan tersebut kepada kepala puskesmas kecamatan dan kepala
puskesmas kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
3. Setelah itu peneliti melakukan penseleksian calon responden sesuai
dengan kriteria inklusi penelitian kemudian menjelaskan maksud, tujuan
65
dan manfaat penelitian kemudian meminta persetujuan kepada responden
apakah berkenan mengisi kuesioner.
4. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian dan memberikan
kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang belum jelas.
5. Meminta responden membaca dan menandatangani lembar persetujuan
bila responden setuju untuk menjadi responden..
6. Responden yang tidak dapat mengisi kuesioner akan dibantu oleh peneliti
dalam pengisian kuesioner.
7. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti
kembali apakah seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh
sampel penelitian.
8. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan
analisa data.
H. Teknik Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat yaitu
analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisa dari hasil penelitian dilakukan melalui
dua tahap yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan
komputer (Sofware Analisis). Pada analisis ini tingkat pengetahuan
perempuan dalam menghadapi menopause akan dideskripsikan dalam bentuk
distribusi frekuensi.
Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk proporsi
(prosentase) dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang dijumlahkan
66
frekuensinya dibagi jumlah responden dan dikali 100%. Hasil akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus yang digunakan
menurut Machfoedz (2008) adalah:
P = F x 100%
N
Keterangan : P = Prosentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah Soal
Penentuan tingkat penetahuan dengan cara mengkonversikan nilai sub
variabel maupun variabel kedalam kategori: Nilai 76-100% dinilai baik; nilai
56-75% dinilai cukup; nilai 40-55% dinilai kurang (Arikunto, 2006). Analisia
yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah proses pengecekan kembali lembar observasi
yang telah diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan,
kejelasan, relevansi serta konsistensi jawaban responden. Editing
dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila terdapat
ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengisian data dapat
dilengkapi dengan segera.
b. Coding
Coding merupakan suatu metode untuk mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
67
Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer.
c. Processing/Entry
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan
pengkodean, maka langkah pengolahan selanjutnya adalah
memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan
dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program komputer
menggunakan SPSS Versi 16.0.
d. Cleaning data
Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data-data
yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan,
terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Kesalahan
mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
e. Tabulasi
Tabulasi adalah pengelompokan data sesuai dengan tujuan
penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan.
Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan
diberi kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.
2. Analisa Data
a. Analisis univariat
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel, baik variabel bebas (pengetahuan tentang menopause) dan
variabel terikat (kecemasan perempuan menghadapi menopause)
dalam bentuk distribusi dan prosentase.
68
b. Analisis bivariat
Analisa ini digunakan untuk mendapatkan hubungan bebas
(pengetahuan tentang menopause) dan variabel terikat (kecemasan
perempuan menghadapi menopause). Dalam analisis bivariat pada
penelitian ini menggunakan uji statistik dengan Spearman dengan
derajat kepercayaan 95%. Uji Spearman yaitu mengukur tingkat atau
eratnya hubungan antara dua variabel yang bersekala ordinal dengan
membandingkan nilai p < (0.05) maka ada hubungan yang
bermakna antara variabel dependen dan independen. Sebaliknya jika
p > (0.05) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara
variabel dependen dan independen.
I. Etika penelitan
1. Prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi
subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak
dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi
kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang
harus dipahami antara lain:
a. Prinsip Manfaat (Beneficience)
Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala
bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
69
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian
yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan
antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang
dilakukan dapat mengalami dilema etik dan meminimalisir risiko
atau dampak yang merugikan bagi subjek penelitian
(nonmaleficiance).
b. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia
yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan
pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek
penelitian.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan
manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan
secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam
perlakuan terhadap manusia. Penelitian memberikan keuntungan dan
beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
subjek.
2. Masalah Etika Penelitian
a. Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
70
responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek
bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
pasien.
b. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan
masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua infomasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset.
71
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
pengumpulan data dari tanggal 24-30 September 2012 di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai
dari gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, analisis univariat
yang terdiri dari tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan perempuan dalam
menghadapi menopause, serta analisis bivariat yaitu hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi
menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur mempunyai luas wilayah 685,81
Ha, yang dibagi habis menjadi 16 RW dan 180 RT, terletak di Kecamatan
Cakung Kota Administrasi Jakarta Timur, dengan batas-batas sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Ujung Menteng, Timur dengan Kabupaten
Bekasi, sebelah selatan dengan Kelurahan Pondok Kopi dan sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Penggilingan.
Penelitian ini dilakukan di RW 01, RW 03 dan RW 07 Kelurahan Pulo
Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah perempuan yang akan menghadapi menopause di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang berusia lebih dari 40 tahun
yang belum menopause, yaitu sebanyak 90 orang yang diambil secara acak.
71
72
B. Karakteristik Responden
Tabel.5.1.
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Usia Jumlah (n) Persen (%)
40-46
47-52
50
40
55,6
44,4
Jumlah 90 100
Tabel 5.1 menunjukkan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
dari 90 perempuan premenopause menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia 40-46 yaitu sebanyak 50 responden (55,6%).
Tabel.5.2.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Pekerjaan Jumlah (n) Persen (%)
IRT/Tidak Bekerja
Bekerja
67
23
74,4
25,6
Jumlah 90 100
Tabel 5.2 menunjukan bahwa responden terbanyak mempunyai
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 67 orang (74,4%).
Tabel.5.3.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Pendidikan Jumlah (n) Persen (%)
Dasar
Menengah
Tinggi
29
53
8
32,2
58,9
25,6
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan menengah (SMP,SMA) yaitu 53 orang (58,9%).
73
Tabel.5.4.
Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Jumlah Anak Jumlah (n) Persen (%)
Tidak mempunyai anak
Satu
Lebih dari satu
3
23
64
3,3
25,5
71,1
Jumlah 90 100
Tabel 5.4 diketahui bahwa paling banyak responden memiliki anak
lebih dari satu orang yaitu 64 responden (71,1%).
C. Analisis Univariat
Tabel.5.5.
Distribusi Persentase Pernyataan Responden yang Benar Tentang
Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang
September 2012 (n=90)
Kategori & Pernyataan Pernyataan Benar
Jumlah (n) Persen (%)
I. Pengertian
1. Perempuan yang sudah tidak
menstruasi disebut menopause.
2. Perempuan yang sudah tidak
menstruasi masih dapat hamil.
3. Usia menarce tidak mempengaruhi
terjadinya menopause.
4. Kebiasaan merokok mempengaruhi usia
terjadinya menopause.
89
78
46
56
98,9
86,7
51,1
62,2
II. Tanda & Gejala Menopause
5. Menopause ditandai dengan
pengeluaran keringat dimalam hari
sehingga menyebabkan susah tidur.
6. Sebelum menopause akan timbul rasa
panas pada daerah dada, leher dan
wajah.
7. Menopause menimbulkan rasa tidak
nyaman pada saat berhubungan seksual.
8. Menopause dapat menyebabkan
kemaluan menjadi kering.
9. Saat menopause dapat terjadi gangguan
pada saluran kemih.
64
52
73
71
56
71,1
57,8
81,1
78,9
62,2
74
Kategori & Pernyataan Pernyataan Benar
Jumlah (n) Persen (%)
III. Perubahan yang Terjadi Saat Menopause
10. Osteoporosis merupakan masalah
kesehatan yang timbul saat menopause.
11. Sakit pada persendian.
12. Menjadi sering lupa atau pikun.
13. Mudah marah dan tersinggung.
70
72
59
67
77,8
80,0
65,6
74,4
IV. Keluhan
14. Nafsu makan bertambah sehingga berat
badan ikut bertambah.
15. Tekanan darah menjadi tinggi.
16. Sering sakit sehingga tidak dapat
menjalankan aktifitas sehari-hari.
51
55
40
56,7
61,1
44,4
V. Cara Mengatasi Keluhan
17. Keluhan menopause dapat dicegah
dengan tidak memakan makanan
berlemak.
18. Buah-buahan dapat mengurangi
keluhan saat menopause.
19. Keluhan menopause dapat dikurangi
dengan memakan makanan seperti tahu
dan tempe.
20. Selama menopause seharusnya
perempuan tidak melakukan kegiatan
diluar rumah.
48
73
58
53
53,3
81,1
64,4
58,9
Tabel 5.5 menyajikan persentase responden yang menjawab benar
tetang menopause, terlihat bahwa pengetahuan perempuan tentang
menopause masih kurang. Terbukti 19 dari 20 pertanyaan tentang
pengetahuan menopause terdapat aspek yang masih kurang diketahui oleh
responden, yaitu aspek keluhan menjawab benar kurang dari 50%.
Tabel.5.6.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dalam
Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Tingkat Pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)
Pengetahuan Kurang
Pengetahuan Cukup
Pengetahuan Baik
18
52
20
20,0
57,8
22,2
Jumlah 90 100
75
Berdasarkan tabel 5.6 ditemukan distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan dalam menghadapi menopause paling banyak responden
mempunyai pengetahuan cukup yaitu 52 orang (57,8%).
Tabel.5.7.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan dalam
Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Tingkat Kecemasan Jumlah (n) Persen (%)
Tidak Ada Kecemasan
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat
15
27
28
20
16,7
30,0
31,1
22,2
Jumlah 90 100
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.7 didapatkan paling banyak
responden mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 orang (31,1%).
D. Analisa Bivariat
Tabel.5.8.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)
Tingkat
Pengetahuan
Kecemasan dalam Menghadapi Menopause
Total
(n)
P
Value
Tidak Ada
Kecemasan
Kecemasan
Ringan
Kecemasan
Sedang
Kecemasan
Berat
n % n % N % n %
Kurang
Cukup
Baik
5
7
3
27,8
13,5
15,0
5
18
4
27,8
34,6
20,0
7
13
8
38,9
25,0
40,0
1
14
5
5,6
26,9
25,0
18
52
20 0,120
Jumlah (n) 15 16,7 27 30 28 31,1 20 22,2 90
Tabel 5.8 menunjukkan berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat kecemasan ditemukan bahwa dari 90 perempuan
premenopause menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berpengetahuan kurang mengalami kecemasan sedang sebanyak 7 orang (38,9%).
76
Responden berpengetahuan cukup sebagian besar mengalami kecemasan ringan
berjumlah 18 orang (34,6%). Responden berpengetahuan baik paling banyak
mengalami kecemasan sedang sebanyak 8 orang (40,0%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang. Di buktikan dengan nilai probabolitas sebesar 0,120
lebih besar dari nilai =0,05.
77
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya. Pada bab ini akan membahas mulai dari karakteristik responden,
tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dan
keterbatasan dalam penelitian.
A. Karakteristik Responden
Pengetahuan dan kecemasan yang dialami oleh responden dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
diantaranya pendidikan, pengalaman, paparan media masa, ekonomi dan
hubungan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu usia dan
faktor sosial budaya (pendidikan, jenis pekerjaan dan suku bangsa)
(Notoatmodjo, 2003; Stuart & Laraia, 2005). Dalam penelitian ini beberapa
faktor pengetahuan dan faktor kecemasan seperti usia, pendidikan, pekerjaan
dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause yaitu jumlah
anak, dijadikan sebagai data demografi responden.
1. Usia
Berdasarkan hasil penelitian, responden terbanyak pada usia 48
tahun yaitu sebesar 22%. Dari 90 responden, usia yang termuda yaitu 40
tahun sedangkan yang tertua yaitu 52 tahun. Hasil penelitian diperoleh
data terdapat perempuan usia 45-52 tahun belum mengalami menopause.
Hal tersebut tidak sejalan dengan teori Abernethy (2010) yang menyatakan
77
78
bahwa menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 55 tahun dan usia
rata-rata perempuan menopause 51 tahun.
Usia merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam
mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena usia berkaitan dengan
cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dalam penelitian ini merupakan
cara pandang perempuan terhadap menopause (Stuart & Laraia, 2005).
Responden dalam penelitian ini berusia 40-52 tahun. Pada usia tersebut
adalah saat dimana seorang perempuan akan berada dalam periode
premenopause dimana gejala dan keluhan menopause akan muncul.
Sehingga pada usia tersebut sering timbul kecemasan akibat perubahan
yang terjadi pada tubuh (Aprilia & Puspitasari, 2007).
Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Stuart & Laraia (2005), yang menyatakan bahwa semakin tua usia
seseorang, maka tingkat kecemasannya akan semakin rendah karena akan
semakin banyak pengalaman individu dalam menghadapi masalah.
Pendapat ini didukung pula oleh Nursalam & Pariani (2001), semakin tua
usia seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang
didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Jadi, semakin tua
usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki, sehingga tingkat kecemasan yang dihadapi akan semakin rendah.
2. Pekerjaan
Hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden sebanyak 67
orang (74,4%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, guru sebanyak
11 orang (12,2%), pedagang sebanyak 6 orang (6,7%), kariawan sebanyak
79
4 orang (4,4%) dan PNS sebanyak 2 orang (2,2%). Hasil penelitian pada
distribusi tingkat pekerjaan menunjukan bahwa presentase terbanyak
sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 67 orang (74,4%)
dan jumlah responden yang bekerja seluruhnya berjumlah 23 orang
(25,6%).
Sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang
dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya sebagai ibu rumah
tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak
perubahan, sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktivitas
sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik, misalnya
dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial (Darmojo & Hadi,
2006). Perempuan yang bekerja, karena kesibukannya mereka tidak
sempat memikirkan gangguan-gangguan menjelang menopause. Begitu
juga dengan perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga,
tidak mempunyai waktu untuk mencari informasi kesehatan terutama
tentang menopause, yang dipikirkan hanya untuk mengurus anak, suami
dan pekerjaan rumah, sehingga informasi yang dimiliki sedikit. Akibatnya
akan memberikan pemikiran yang keliru terhadap suatu hal (Notoatmodjo,
2003).
3. Pendidikan
Hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden yang tinggal di
Kelurahan Pulo Gebang, sebanyak 29 responden (32,2%) berpendidikan
80
rendah, 53 responden (58,9%) berpendidikan menengah (SMP,SMA) dan
8 responden (8,9%) berpendidikan tinggi.
Pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap kecemasan yang
dirasakan, seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan
maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi sehingga
informasi-informasi yang didapatnya dapat dipahami dengan baik
(Notoatmodjo, 2003). Pendapat ini didukung pula oleh penelitian yang
dilakukan Branden (2005) perempuan yang berpendidikan tinggi lebih
cepat beradaptasi dengan kondisi menopause. Keadaan ini disebabkan cara
berfikir perempuan berpendidikan tinggi lebih rasional, lebih terbuka
dalam menerima informasi, sehingga wawasan dan pengetahuannya lebih
luas dan menghasilkan sikap yang lebih positif dalam menghadapi suatu
permasalahan.
Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Ancok (1985) dalam
Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah pula. Karena
peningkatan pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi lain.
4. Jumlah Anak
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause adalah jumlah
anak. Semakin sering seorang perempuan melahirkan, maka semakin tua
mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan
81
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan
dan juga memperlambat penuaan tubuh (Kasdu, 2002). Hasil penelitian
didapatkan bahwa sebanyak 64 orang (71,1%) memiliki jumlah anak lebih
dari satu orang, sebanyak 23 orang (25,6%) mempunyai anak satu dan
responden yang tidak mempunyai anak sebanyak 3 orang (3,3%).
B. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan responden terhadap menopause dibagi menjadi 3
kategori, yaitu pengetahuan baik, pengatahuan cukup dan pengetahuan
kurang (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini pengetahuan responden diukur
dari jumlah presentase jawaban responden. Tingkat pengetahuan baik adalah
jika jumlah presentase jawaban >76%, pengetahuan cukup jika presentase
jawaban 56-75%, sedangkan pengetahuan kurang jika jumlah presentase
jawaban responden <55%. Pada tabel 5.5 dari 90 responden didapatkan
bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang
menopause, yaitu sebanyak 52 orang (57,8%). Hal ini menunjukan tingkat
pengetahuan perempuan menjelang menopause di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang tentang menopause sudah cukup baik, walaupun
masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang
menopause yaitu sebanyak 18 orang (20,0%).
Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Fatmawati (2011)
yang dilakukan di Kabupaten Kebumen yang menyatakan bahwa 61,5%
perempuan premenopause memiliki tingkat pengetahuan tentang menopause
82
dalam kategori cukup. Selain itu, didukung juga oleh penelitian Aprilia &
Puspitasari (2007) di Kelurahan Darmo Kecamatan Wonokromo, Surabaya
yang mengatakan bahwa 55% responden mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang menopause.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan sampai pendidikan
menengah. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dan makin mudah proses
penerimaan informasi (Aprilia & Puspitasari, 2007). Notoatmodjo (2005)
menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
pastilah berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan pengetahuan
seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bisa
diperoleh dari sumber informasi lain. Untuk itu tidak selamanya dipengaruhi
oleh faktor pendidikan.
Status pekerjaan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai
ibu rumah tangga. Aktifitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi
kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya
sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung
tidak banyak perubahan (Aprilia & Puspitasari, 2007). Seorang perempuan
yang mempunyai aktivitas sosial diluar rumah akan lebih banyak
mendapatkan informasi, sehingga pengalaman yang didapat juga lebih
banyak. Pengalaman merupakan guru yang paling baik sebab pengalaman
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan menyebutkan
83
bahwa manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Pengalaman juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan (Herminaju, 2010).
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan teori Notoatmodjo (2003) yaitu
pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Proses interaksi
merupakan salah satu yang mempengaruhi proses belajar, dari tidak tahu
menjadi tahu. Proses interaksi yang tercipta bisa didapat melalui kegiatan
berbelanja, posyandu, pengajian yang semua itu dapat meningkatkan
pengetahuan, selain yang diperoleh melalui media cetak dan elektronik.
C. Tingkat Kecemasan
Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mengalami kecemasan
sedang yaitu sebanyak 28 orang (31,1%), tidak mengalami kecemasan
sebanyak 15 orang (16,7%), kecemasan ringan sebanyak 27 orang (30,0%)
dan kecemasan berat sebanyak 20 orang (22,2%).
Kecemasan yang terjadi pada seseorang tidak sama pada beberapa
situasi. Kecemasan yang terjadi dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu
faktor ancaman terhadap integritas diri yang meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar seperti penyakit fisik dan
menilai kecemasan sebagai pengalaman subjektif yang mungkin didasarkan
atas persepsi terhadap situasi yang terjadi (Stuart & Sundeen, 2000).
Perempuan yang menghadapi periode menopause, munculnya masalah
psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-
fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon
84
estrogen. Menopause seperti halnya menarche pada gadis remaja (awal dari
masaknya hormom estrogen), remaja ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga
yang biasa. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang
sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah
tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak berharga,
stres dan bahkan ada yang mengalami depresi (Hammasa, 2004).
Kenyataannya tidak semua perempuan mengalami kecemasan,
ketakutan bahkan depresi saat menghadapi menopause. Jadi ada juga
perempuan yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya.
Berat ringannya stres yang dialami perempuan dalam menghadapi dan
mengatasi menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya
terhadap menopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada
yang negatif dan ada yang positif (Hawari, 2006).
Bagi perempuan yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai
peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka
strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan
tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya dan akan
menghadapi menopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres bahkan
depresi. Besar kemungkinannya terjadi karena ia kurang mempunyai
informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause. Sebaliknya bagi
perempuan yang menganggap menopause sebagai suatu ketentuan Allah
(Sunnatullah) yang akan dihadapi semua perempuan, maka ia tidak akan
mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan dan
85
keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak
berdampak pada gangguan psikologis (Hammasa, 2004; Retnowati, 2001).
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan, ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu
tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006). Gangguan kecemasan
dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara
alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya, kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi
isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri
untuk menghindari atau mengurangi bahaya dan ancaman (Anwar, 2007).
Anwar (2007) mengungkapkan bahwa menjadi cemas pada tingkat
tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi
masalah sehari-hari. Tingkat kecemasan yang dialami oleh responden
menurut Stuart (2001) berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh
pada masa menopause, sehingga timbul keluhan-keluhan psikologis seperti
kecemasan. Kecemasan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan responden, sesuai dengan hasil penelitian Purwita (2007) bahwa
ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap keluhan-keluhan psikologis
pada saat menopause.
Perempuan yang akan memasuki usia tua, sering timbul rasa khawatir
terhadap proses kognisi seperti keriput, tua dan tidak cantik lagi membuat
subjek takut untuk menghadapi masa menopause. Hal ini dapat menimbulkan
86
stress yang mengakibatkan kecemasan jika tidak mampu beadaptasi
(Rostiana, 2009; Hawari, 2006). Kehawatiran perempuan tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rostiana (2009) bahwa faktor
yang mempengaruhi kecemasan menghadapi menopause adalah pikiran,
kesalahan proses kognisi yang membuat subjek takut akan tua atau tidak
cantik lagi, sehingga subjek takut menghadapi menopause yang sebentar lagi
akan dialami, seperti merasa lebih gemuk, mudah lelah dan sudah tua.
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan
Hasil analisis hubungan anatara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dari 90 responden
didapatkan bahwa responden berpengetahuan kurang paling banyak
mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (38,9%). Responden
berpengetahuan cukup paling banyak mengalami kecemasan ringan yaitu
sebanyak 18 orang (34,6%). Responden berpengetahuan baik paling banyak
mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 8 orang (40,0%).
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan perhitungan
korelasi Spearman Rank dengan bantuan program SPSS 16 for windows
menghasilkan nilai probabolitas sebesar 0,120 lebih besar dari nilai =0,05,
maka dapat disimpulkan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan
dalam menghadapi menopause. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian
besar responden berpendidikan terakhir SMA bahkan ada yang sampai
perguruan tingi, sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang cukup baik
dan dapat saling berinteraksi satu sama lain saling memberikan masukan
87
walaupun sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmawati (2011) menyatakan bahwa
tidak ada hubungan tingkat pengetahuan wanita premenopause tentang
menopause dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di desa
Pejagoan Kabupaten Kebumen.
Peningkatan pengetahuan seseorang didapat dari hasil informasi.
Apabila penerimaan informasi baru atau adopsi informasi melalui proses yang
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap maka informasi tersebut tidak
akan menimbulkan kesalahan. Sebaliknya apabila informasi itu tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan menimbulkan kasalahan yang
berdampak pada ketakutan dan kekhawatiran atau meningkatnya rasa
kecemasan. Kecemasan perempuan yang didukung oleh pengetahuan
mengenai menopause dapat berkurang atau tidak akan menimbulkan
kekhawatiran atau ketakutan (Smart, 2010).
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa tingkat kecemasan yang
dialami perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah pengetahuan dan pengetahuan dipengaruhi oleh
faktor pendidikan. Sebagian besar dari responden dalam penelitian ini telah
memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat menengah yaitu 53 orang
(58,9%) dan memiliki pengetahuan tentang menopause cukup baik yaitu 52
orang (57,8%). Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, karena
pendidikan dan tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini cukup
baik, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan.
88
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Stuart dan Laraia (2005)
perempuan yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mengalami
kecemasan ringan, dibandingkan dengan pendidikan rendah cenderung
mengalami kecemasan berat saat menghadapi menopause dan hasil penelitian
Kasdu (2002) yaitu responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan baik
maka akan lebih mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan
responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan kurang cenderung
mengalami kecemasan berat.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Seseorang yang telah
mengetahui tentang menopause, maka akan membuat perempuan mengerti
tentang penanganan pada saat terjadi perubahan menopause dan perempuan
tidak akan mengalami kecemasan menjelang menopause (Notoatmodjo,
2007). Selain pengetahuan ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat
kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause yaitu upaya
penanganan dalam menghadapi menopause, sikap, dukungan keluarga,
dukungan suami, kondisi ekonomi, gaya hidup dan gambaran diri
(Damayanti, 2012; Aprilia & Puspitasari, 2007; Marga, 2007).
Hasil penelitian Damayanti (2012) menyebutkan bahwa ada hubungan
antara upaya penanganan ibu dengan kecemasan dalam menghadapi
menopause yang didapatkan dari nilai p value <0,05. Faktor lain yaitu
dukungan suami, terdapat hubungan bermakna antara dukungan suami sengan
tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause yang didapatkan dari
nilai p value 0,000 (p<0,05).
89
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia & Puspitasari (2007)
menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap dengan
tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause dalam menghadapi
menopause yang menunjukkan nilai p=0,004 (p<0,05). Faktor lain yang
mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu dukungan keluarga. Hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada perempuan
perimenopause dalam menghadapi menopause menunjukkan nilai p=0,002
(p<0,05) sehingga terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada perempuan
perimenopause.
Hubungan kondisi ekonomi dengan tingkat kecemasan pada perempuan
perimenopause dalam menghadapi menopause menunjukkan nilai p=0,021
(p<0,05) sehingga terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
kondisi ekonomi dengan tingkat kecemasan pada perempuan perimenopause.
Selain itu hubungan gaya hidup juga berhubungan dengan tingkat kecemasan
pada perempuan perimenopause dalam menghadapi menopaus. Hasil analisis
menunjukkan nilai p=0,001 (p<0,05). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Marga (2007) menunjukan bahwa nilai p=0,02 yang berarti ada hubungan
bermakna antara gambaran diri dengan tingkat kecemasan ibu menopause.
Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kecemasan
perempuan dalam menghadapi menopause tidak hanya dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan, tetapi banyak faktor lainya. Hasil penelitian yang
dilakukan di Kelurahan Pulo Gebang menunjukkan bahwa tidak ada
90
hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan, disebabkan karena
sebagian besar responden berpendidikan menengah.
Makin tinggi tingkat pendidikan seorang maka makin banyak
pengetahuan yang dimiliki dan makin mudah proses penerimaan informasi.
Sehingga kecemasan menjelang menopause dapat diatasi dengan baik.
Namun, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah
berpengetahuan rendah. Karena peningkatan pengetahuan seseorang tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga biasa diperoleh dari sumber
informasi lain (Notoatmodjo, 2005).
E. Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang
terjadi karena peneliti masih merupakan peneliti pemula.
1. Alat pengumpul data atau instrumen
Pembuatan kuesioner tentang tingkat pengetahuan dibuat sendiri
oleh peneliti karena belum terdapat instrumen yang baku.
2. Keterbatasan tabel analisa bivariat
Analisa bivariat menggunakan tabel cross tab. Kelemahan tabel
cross tab pada penelitian ini sel terlalu banyak.
91
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Keseluruhan dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan mulai
dari karakteristik responden, pengetahuan, kecemasan dan hasil analisa hubungan
antara pengetahuan dan kecemasan responden tentang menopause.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di RW 01, RW 03 dan RW 07
Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tentang
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan
dalam Menghadapi Menopause pada 90 responden didapatkan hasil :
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 90 perempuan
premenopause menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 40-
46 yaitu sebanyak 50 responden (55,6%). Responden terbanyak
mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 67 orang (74,4%)
dan sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMP,SMA)
yaitu 53 orang (58,9%). Responden paling banyak memiliki anak lebih
dari satu orang yaitu 64 responden (71,1%).
2. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perempuan tentang
menopause cukup bagus. Terbukti 19 dari 20 pertanyaan dijawab benar
oleh lebih dari 50% responden dan distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan dalam menghadapi menopause paling banyak
berpengetahuan cukup yaitu 52 orang (57,8%).
91
92
3. Hasil penelitian didapatkan bahwa paling banyak responden mengalami
tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 orang (31,1%).
4. Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berpengetahuan kurang mengalami kecemasan sedang sebanyak 7 orang
(38,9%). Responden berpengetahuan cukup sebagian besar mengalami
kecemasan ringan berjumlah 18 orang (34,6%). Responden
berpengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan sedang
sebanyak 8 orang (40,0%).
5. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi
menopause yang didapatkan dari nilai p value > 0,05 yaitu 0,120.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi perempuan yang menghadapi menopause perlu memperdalam
informasi tentang tanda dan gejala menopause dari informan yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya agar dapat menghadapi masa
menopause dengan baik tidak penuh kecemasan.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggali faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi kecemasan perempuan dalam menghadapi
menopause. Untuk item pertanyaan tingkat pengetahuan ditambahkan
pertanyan terkait pengalaman dan paparan media masa terkait menopause
dan menambahkan beberapa karakteristik responden yang berhubungan
dengan faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan kecemasan.
93
3. Bagi Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur dapat
mengembangkan kegiatan yang sudah ada terutama untuk kegiatan
posbindu. Memberikan informasi terutama terkait menopause kepada
perempuan yang akan menghadapi menopause agar tidak terjadi
kecemasan pada saat menghadapi menopause.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abernethy. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. 2010.
Andri & Yenny Dewi P. Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan
Berbagai Mekanisme Pertahanan Terhadap Kecemasan. Jakarta : Majalah
Kedokteran Indonesia. 2007.
Anwar, Q. Manajemen Stress. Jakarta : P.T. Al. Mawar di Prima. 2007.
Aprilia, Nur Isyana & Nunuk P. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
pada Wanita Perimenopause. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya, 2007.
Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006.
Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025. 2010. Diakses 12
November 2011; http://www.google.co.id
Baziad. A. Endokrinologi Genikologi (Edisi 3). Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
Baziad. A. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2003.
BKKBN. Menopause Datang, Rasa Senang Tertendang. 2006. Diakses 12
November 2011; http://www.google.co.id
Bobak, I.M. dkk. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4). Jakarta : EGC.
2005.
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta: EGC. 2004.
Damayanti, Fitriani. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Upaya Penenganan Ibu
dengan Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan
Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Skripsi: Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2012
Data penduduk Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan Cakung Jakarta Timur.
Februari 2012.
94
95
Departemen Kesehatan RI. Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan 2005-2025. 2009. Diakses pada 12 November 2011 dari
http://www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI. Terjadi Pergeseran Umur Menopause. 2005. Diakses
pada 12 November 2011; http://www.depkes.go.id.
Dharma, K.K. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
2011.
Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia. 2005.
Fatmawati, M.D. Hubungan Timgkat Pengetahuan Wanita Premenopause tentang
Menopause dengan Tingkat Kecemasan Ibu dalam Menghadapi
Menopause di Desa Pejagoan Kabupaten Kebumen. Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan. 2011.
Glasier, A dan Gebbie, A. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Edisi
4) Cet. Pertama. Jakarta : EGC. 2006.
Hawari, Dadang. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2004.
Herminaju, Ketjuk. Tingkat Domain (BLOOM) Pengetahuan Lanjut Usia Tentang
Kebutuhan Nutrisi. Jurnal Ners, 194, 192-195. 2010.
Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika. 2007.
Hutapea, R. Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2005.
Jacoeb, T.Z. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. dalam: Wiknjosastro, H, ed.
Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005.
Kasdu, Dini. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Cet. Pertama. Jakarta:
Puspa Swara. 2004.
Kasdu, Dini. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara.
2002.
Larasati, Tika. Kualitas Hidup Pada Wanita yang Sudah Memasuki Masa
Menopause. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
96
Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan, Keperawatan,
Kebidanan, Kedokteran. Jakarta: Fitramaya 2008.
Martadisoebrata D. dkk. Obstetri dan ginekologi sosial. Ed. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005.
Notoadmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta. 2007.
Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2005.
Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2010.
Notoadmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2003.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika. 2009.
Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
Potter & Perry. Fundamental Keperawatan ed. 4. Jakarta : EGC. 2005.
Retnowati, Sofia. N. Tetep Bergairah Memasuki Usia Menopause: Sebuah
Tinjauan Psikologis. Skripsi Fakultas Psikologi UGM. 2001.
Riset Kesehatan Dasar. Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan
Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap pada Masyarakat Indonesia. 2007.
Rostiana, Triana. Kecemasan Pada Perempuan yang Menghadapi Menopause.
Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 2009.
Safitri, Aina. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Menopause pada Wanita
dikelurahan Titi Papan Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2009.
Sarjono, Haryadi & Winda Juli. SPSS us Listel: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset. Jakarta : Salemba Empat. 2011.
97
Sastrawinata, S. Wanita dalam Berbagai Masa Kehidupan. dalam: Wiknjosastro,
H, ed. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
Shimp, L.A & Smith, M.A. 20 Common Problems in Women’s Health Care
International. Edition 2000. Singapore : Mc Graw-Hill Book Co. 2000.
Stuart, G. W & Laraia. M. T. Principles and practice of psychiatric nursing, 8th
ed. St. Louis: Mosby. 2005.
Stuart, G. W & Sundeen. S.J. Keperawatan Jiwa (Edisi 3). Jakarta : EGC. 2000.
Stuart, G. W. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Cet. Pertama. Jakarta :
EGC. 2007.
Sumanto, Tri. Persepsi Ibu Menopause Terhadap Aktivitas Seksualitas Pada
Masa Menopause di Desa Jagalan Kecamatan Tawangmangu
Karanganyar. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009.
Susiana, Praju Marga. Hubungan Gambaran Diri dengan Tingkat Kecemasan Ibu
Masa Menopause di Kelurahan Lhok Keutapang Tapaktuan. Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Medan
Sumatra Utara. 2007.
Sutanto, L. B., & Sutanto, D. B. Menopause. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2005.
Syarief, Sugiri. DEMOGRAFI: Jumlah Penduduk Indonesia Capai 340 Juta Jiwa.
Diakses 11 November 2011. http://wartapedia.com.
rKEMENTERIAN AGAMA
TINTVERSITAS ISLAM NEGERI ( t]IN )SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA
FAIruLTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
,1. Kerlaftuhi No.5 Ptuansao Cipulal ls4l9
Nomor I Un.lIlF l0/y\M.0l.2EE d{ /2Ol lI,ampi{an : -Hal : Permohoneil Izin Strdi Pendahlhan
NIMSemestea
Program Studi
Fakultas
Kepada Yatrg Terhormat,Kepala Suku DINKES Kota Administrasi Jakana TimurJl. Jatinegara Barat No. 142di
Jakarta Timur-13310
AssrlamE'rlrikrm \vr- Wh
Dalam rangka penyele\aian tugas athir perluliahan mahasiswadiperlukan penyusunaa Skripsi yang be4udul 'ltlubunga,] TingkatPengetahuan Dengan Tirykat Kecemasan Perempuan Dalam MenghadapiMenopause di Wilayah K€rja Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timu/'.
Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksalrakao studip€ndahulnan atas nama :
7clp. :(.62-21) 147t6718 F : (62-21) 7404985websile : w.uinjk&.id; E-Mil i &i<@u,njkle.id
Jakart4 Z3 Desember 2011
M. Pd
Nrma : Dedeh Suhaidafi
108104000005
VIIIlrnu Kepemwatan
Kedokteran dan Ilmu Kesehatafl UIN SyaiifHidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan banhran saudara kami ucapkan terimakasilu
Wassalam u'alaikum Wr. Wb.
iv*
\,t99r03 2 001
Tembusan:Dekan FKIK
KEMENTERHNAGAMALTNTYERSITAS ISLAM NEGERI ( T]IN )SYARIT HIDAYATT]LLAH JAKARTA
FAI(UL-TAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
L Kertamulti No. 5 Piengs cipulat 15419Telp. :(62 2r)74716713 Fd : \62-21) 7404935Websile : *aT.uinjtl.ejt E-nail:[email protected]
Nomor : Un.}llFlqlKM.'l.2l 2t47fi 12012
Lampimn : -Hal : Permohonetr Izitr Pen€litiin
Cipua! tg Ssptember 201,
Widjajakusumah, AIF, PFK
Kepada Yang TerhormatKepala Suku DINKES Kota Administrasi Jakarta TimurJl. Jatinegara Barat No. 142
diJakarta Timur- I 33 I 0
Asralamu'alaikum wr. wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswadipedukan penyusuru Skripsi yaag berjudul ',Hubungart TingkatPengetahuan Dengan Tingkat Kecremasan Perempuan Dalarn MenghadapiMenopaus€ di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang".
Sehubmgan dengan itu kami mohon diberikar Din melaksanakanpenelitian alas nama :
Nama
NIMSemester
Prcgram Studi
Fakultas
Dedeh Sifiaidah
10810400000s
txllrnu Keperawatan
Kedoldemn dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullali Jaka.ta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudam kami ucapkan terimakasitr-
Wassaleml'alaiktrm Wr. Wb.
Tembusan:Dekatr FKIK
!
A.n. Dekan
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS KESEHATAN
SUKU DINAS KESEHATANKOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
Jl. Matraman Raya No. 2'18. Telp.021 8192202 Fax.021JAKARTA
85063'19
lGde Pos ; 13310
No : //14 fil72zLamp :
Hal r lzin Studi Pendahuluan
4. Nama mahasiswaNIM
Tembusan : Kepada Yth.1. Ka. Puskesmas Kecamatan Cakung
4 Februai2012
KepadaYth: . Dekan Fak. KedoKeran dan llmu Kesehatan
Uniyersitas lslam Negeri Syarif Hidayatullahdi
Jakarta
: Dedeh Suhaidah:108104000005
Menjawab surat Sadara tanooal 2n Desemler 2tr11 Nomor :
Un.01/F10/KM.01.2/54o412011 Hal; lzin Study Pendahuluan, bagi mahasiswa ProgramStudi llmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullahdengan judul I Hubungan Tingkat Kecemasan PerempuanDalam Menghadapi Menopause "diWlayah Jakarta Timur, Maka dengan ini kami sampaikan halhal sebagai berikut :
L Pada prinsipnya kami tidak kebeEtan atas permohonan Saudara yang akandilaksanakan di Wilayah Jakarta Timur mulai pada tanggal Februari- Maret2012 dengan mengikuti semua aiuran yang beriaku pada Puskesmas tersebut
2. Lahan yang kami berikan untuk melaksanakan kegiatan teGebut adalahPuskesmas Kecamatan Cakung dan segera menghubungi Koordinator Diklilpada Puskesmas te.sebut dengan Eglg4pilEg! Elgpgsg! yang dimaksud
3. l\4elaporkan kembali hasil pelaksanaan kegiatan tersebut kepada Suku DinasKesehatan Jakarta Timur, dengan 4g!a4g[!galep9134!ggig!4.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan keia samanya diucapkanterima kasih.
KESEHATANJAKARTA TIMUR
INGSIH WALUJATI1983032004
.:lrB*E llSPOSl$t CA'i I.,,'', ..iKESIltq,S KECAtulA'tAl{ 'ir";:
',', '_, ," crgsl nt lg, reLP 4c0't44i "i ' v,
JAKAITTA IMUN .., ,: l'
lfistruksi , lofofnsli '
('i ,.)
,t/-t
flt,'
tr.,.'il- r't.,
i.\i
i,,
, l/tor,,(
' Corel Yang tidak PBrlu
l.-::.,,
l
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS KESEHATAN
SUKU DINAS KESEHATANKOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
Jl. Matraman Raya No.2'18. falp.021 8192202 Fax.021JAKARTA
8506319
Kods Pos : '13310
NoLamp.Hai ; Magang Untuk Penliusunan
SkripsiKepada
Yth. Dekan Univ. lslam Negeri(UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFak. KedokteEn dan llmu KesehatanJl. Kertamukti No. 5 Pisangan CiputatDi
Tangerang
Berdasarkan permohonan saudara tanggal 18 September 2012 Nomor :
Un.01lF'lOlKM.0'l.212435/2012 Hal: Magang untuk Penyusunan Skripsi, bagi mahasiswa ProgramStudi llmu Keperawatan Universitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul "Hubungan Tingkal Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam MenghadapiMenopause ' diwilayah Jakarta Timur. Maka dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikul :
1. Pada prinsipnya kami tidak keberatan atas pe@ohonan saudara yang akandilakasanakan di wilayah Jakarta Timur pada 24 - 30 Septembq 2012 dengan mengikutisemua aturan yang berlaku pada Puskesmas lersebut.
2. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan terjadi mal prqKik yang diakibatkqn dari tindakanyang tidak sesuai dengan SOP ( Standad Opersional Prosedur ) oleh mahasiswa /institusi dan terjadi penuntutan dari pihak pasien / yang dkugikan, maka hal itumerupakan tanggung jawab maiasiswa dan inslitusi.
3. Lahan binaan yang kami berikan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalahPuskesmas Kecamalan Cakung kelurahan Pulogebang serta segera menghubungikoordinator Diklit pada Puskesmas tersebut dengan UgE8pitgEElqpg4l Kegiatan
4. Melaporkan kembali hasil pelaksanaan kegiaian tersebut kepada Suku Dinas KesehatanJakarta Timur dalam bentuk Laporar Keoiatan.
5. Setiap Mahasiswa yang melaksanakan kegiatan atau praKek lapangan di Puskesmas,diwajikan membayar Relribusi sesuai dengan PeratuEn Gubernur Nomor. 68 lahun2012langgal26 Juni 2012 lentang Tarif Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat
stT-/7P)-
6. Nama mahasiswaNIA
Tembusan ;
1. Ka. Puskesmas Kec. Cakung
lgBeprerote. zolz
: Dedeh Suhaidah:'108104000005
Demikianlah kami sampaikan, atas perlratian dan kerjasmanya diucapkan terima kasih.
SUKU DINAS KESEHATANTIMUR
IN, MARS
6ffi(:,,^\as$fit3/'F.rnr[{
1990031005
INFORMED CONSENT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Nama : Dedeh Suhaidah
NIM : 108104000005
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir
untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar
kiranya ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan. Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh
peneliti.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa
yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik
untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam pengisian
kuesioner ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Apakah ibu bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK
Tertanda
Responden
No. Responden : :
Petunjuk Umum Pengisian :
1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist
(√) di dalam kotak yang telah disediakan.
2. Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab.
3. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
A. Kuesioner Data Demografi
1. Inisial Nama : …………………………
2. Umur : ……………….. tahun
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan : Tidak sekolah
SD/MI
SMP/MTs/SLTP
SMA/MA/SMK
Perguruan Tinggi
5. Jumlah Anak : Tidak memiliki anak
Satu
Lebih dari satu
B. Kuesioner I
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban “B (Benar)” atau “S (Salah)” dengan
memberikan tanda checklist (√), apabila ibu merasa pernyataan tersebut
sesuai dengan pengetahuan ibu.
No Pertanyaan Jawaban
B S
1 Perempuan yang sudah tidak menstruasi disebut
perempuan menopause.
2 Perempuan yang sudah tidak menstruasi lagi masih
bisa hamil.
3 Usia pertama kali mendapat menstruasi tidak
mempengaruhi terjadinya menopause.
4 Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi usia
terjadinya menopause.
5 Menopause ditandai dengan pengeluaran keringat
yang berlebih dimalam hari sehingga menyebabkan
susah tidur.
6 Sebelum menopause, akan timbul rasa panas yang
ditandai dengan kulit yang memerah pada daerah
dada, leher dan wajah.
7 Menopause pada perempuan dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman seperti nyeri saat berhubungan seksual.
8 Menopause dapat menyebabkan kemaluan menjadi
kering.
9 Saat menopause dapat terjadi gangguan pada saluran
kemih seperti sering buang air kecil.
10 Osteoporosis/tulang keropos merupakan masalah
kesehatan yang timbul pada saat menopause.
11 Menopause dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman/sakit pada persendian dan otot.
12 Menopause menyebabkan perempuan menjadi sering
lupa/pikun
13 Menopause menyebabkan perempuan mudah marah
dan tersinggung
14 Pada masa menopause nafsu makan menjadi
bertambah sehingga berat badan juga ikut bertambah.
15 Perempuan menopause dapat menyebabkan tekanan
darah menjadi tinggi.
16 Perempuan menopause menjadi sering sakit sehingga
tidak dapat menjalankan aktifitasnya sehari-hari
17 Keluhan menopause dapat dicegah dengan tidak
memakan makanan berlemak seperti: gorengan,
daging jeroan.
18 Buah-buahan dapat mengurangi keluhan saat
menopause.
19 Keluhan saat menopause dapat dikurangi dengan
memakan makanan seperti tahu dan tempe.
20 Selama menopause seharusnya perempuan tidak
melakukan kegiatan diluar rumah.
Jumlah
C. Kuesioner II
Petunjuk Pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda checklist (√).
Yang manakah dari gejala-gejala yang tertera dibawah ini yang ibu alami
selama sebulan terakhir dan seberapa sering gejala-gejala tersebut terjadi.
Keterangan: TP : Tidak pernah S : Sering
J : Jarang TM : Terus menerus
KK : Kadang-kadang
No Gejala Jawaban
TP J KK S TM
1 Mudah tersinggung ketika orang lain
membicarakan perubahan fisik yang
terjadi.
2 Merasa tegang dalam menghadapi
menopause.
3 Suka menyendiri daripada berkumpul
dengan orang-orang disekitar.
4 Mengalami susah tidur atau suka
terbangun pada malam hari.
5 Daya ingat dan konsentrasi menurun
karena perubahan yang terjadi.
6 Perasaan sering berubah-ubah seperti
kadang sedih, kadang bahagia.
7 Tidak dapat melakukan hal apapun saat
menghadapi menopause.
8 Suka merasa letih dan lemas saat
melakukan kegiatan.
9 Merasa denyut jantung menjadi lebih
cepat dan berdebar-debar.
No Gejala Jawaban
TP J KK S TM
10 Suka merasa dada menjadi tertekan
sehingga sulit untuk bernafas.
11 Tidak nafsu makan.
12 Suka mengalami buang air kecil.
13 Suka mengalami pusing dan sakit kepala
ketika memikirkan akan menghadapi
menopause.
14 Suka merasa gelisah saat menghadapi
menopause.
Total Skor
Reliability
Scale: ALL VARIABLES (TINGKAT PENGETAHUAN)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.872 20
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .70 .470 20
P2 .55 .510 20
P3 .45 .510 20
P4 .60 .503 20
P5 .65 .489 20
P6 .80 .410 20
P7 .70 .470 20
P8 .65 .489 20
P9 .65 .489 20
P10 .55 .510 20
P11 .65 .489 20
P12 .65 .489 20
P13 .70 .470 20
P14 .65 .489 20
P15 .75 .444 20
P16 .60 .503 20
P17 .70 .470 20
P18 .40 .503 20
P19 .60 .503 20
P20 .65 .489 20
r Tabel : 0.38
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 11.95 24.261 .652 .860
P2 12.10 26.516 .138 .878
P3 12.20 24.800 .480 .866
P4 12.05 25.103 .426 .868
P5 12.00 25.263 .407 .868
P6 11.85 25.397 .468 .866
P7 11.95 26.050 .257 .873
P8 12.00 24.842 .496 .865
P9 12.00 24.737 .519 .864
P10 12.10 25.042 .431 .868
P11 12.00 25.158 .429 .868
P12 12.00 24.632 .542 .864
P13 11.95 24.576 .580 .862
P14 12.00 25.053 .451 .867
P15 11.90 25.042 .509 .865
P16 12.05 25.208 .405 .869
P17 11.95 24.155 .676 .859
P18 12.25 24.513 .550 .863
P19 12.05 24.471 .559 .863
P20 12.00 24.947 .474 .866
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
12.65 27.503 5.244 20
Reliability
Scale: ALL VARIABLES (TINGKAT KECEMASAN)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.899 14
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 1.85 1.348 20
P2 1.15 1.182 20
P3 .50 .827 20
P4 1.50 .889 20
P5 1.40 1.046 20
P6 2.00 .858 20
P7 .80 1.196 20
P8 1.40 1.095 20
P9 1.70 .865 20
P10 1.00 1.026 20
P11 1.45 1.099 20
P12 1.40 .940 20
P13 1.40 1.046 20
P14 1.00 1.170 20
r Tabel : 0.38
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 16.70 74.958 .735 .885
P2 17.40 83.726 .408 .901
P3 18.05 81.839 .763 .887
P4 17.05 84.155 .552 .894
P5 17.15 81.397 .607 .892
P6 16.55 84.576 .547 .894
P7 17.75 77.039 .737 .885
P8 17.15 76.871 .826 .882
P9 16.85 84.661 .537 .894
P10 17.55 80.155 .693 .888
P11 17.10 85.358 .363 .902
P12 17.15 85.713 .422 .899
P13 17.15 82.976 .518 .895
P14 17.55 79.418 .631 .890
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
18.55 93.945 9.693 14
Karakteristik Responden
A. Distribusi Frekuensi Usia
Statistics
Usia
N Valid 90
Missing 0
Mean 45.69
Median 46.00
Mode 48
Std. Deviation 2.932
Minimum 40
Maximum 52
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 40 3 3.3 3.3 3.3
41 5 5.6 5.6 8.9
42 8 8.9 8.9 17.8
43 8 8.9 8.9 26.7
44 8 8.9 8.9 35.6
45 11 12.2 12.2 47.8
46 7 7.8 7.8 55.6
47 7 7.8 7.8 63.3
48 20 22.2 22.2 85.6
49 5 5.6 5.6 91.1
50 5 5.6 5.6 96.7
51 2 2.2 2.2 98.9
52 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Usia_Kat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 40-46 50 55.6 55.6 55.6
47-52 40 44.4 44.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
B. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Statistics
Pekerjaan
N Valid 90
Missing 0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 67 74.4 74.4 74.4
Guru 11 12.2 12.2 86.7
Pedagang 6 6.7 6.7 93.3
Kariawan 4 4.4 4.4 97.8
PNS 2 2.2 2.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pekerjaan_Kat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Bekerja 67 74.4 74.4 74.4
Bekerja 23 25.6 25.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
C. Distribusi Frekuensi Pendidikan
Statistics
Pendidikan
N Valid 90
Missing 0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Sekolah 1 1.1 1.1 1.1
SD 28 31.1 31.1 32.2
SMP 23 25.6 25.6 57.8
SMA 30 33.3 33.3 91.1
Perguruan Tinggi 8 8.9 8.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pendidikan_Kat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Dasar 29 32.2 32.2 32.2
Menengah 53 58.9 58.9 91.1
Tinggi 8 8.9 8.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
D. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak
Statistics
Jumlah.Anak
N Valid 90
Missing 0
Jumlah.Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak mempunyai anak 3 3.3 3.3 3.3
1 23 25.6 25.6 28.9
>1 64 71.1 71.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Analisis Univariat
E. Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menopause
P1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 1 1.1 1.1 1.1
BENAR 89 98.9 98.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 12 13.3 13.3 13.3
BENAR 78 86.7 86.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 44 48.9 48.9 48.9
BENAR 46 51.1 51.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 34 37.8 37.8 37.8
BENAR 56 62.2 62.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
F. Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Menopause
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 26 28.9 28.9 28.9
BENAR 64 71.1 71.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 38 42.2 42.2 42.2
BENAR 52 57.8 57.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 17 18.9 18.9 18.9
BENAR 73 81.1 81.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 19 21.1 21.1 21.1
BENAR 71 78.9 78.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 34 37.8 37.8 37.8
BENAR 56 62.2 62.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
G. Pengetahuan Responden Tentang Perubahan yang Terjadi Saat
Menopause
P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 20 22.2 22.2 22.2
BENAR 70 77.8 77.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 18 20.0 20.0 20.0
BENAR 72 80.0 80.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
P12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 31 34.4 34.4 34.4
BENAR 59 65.6 65.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 23 25.6 25.6 25.6
BENAR 67 74.4 74.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
H. Pengetahuan Responden Tentang Keluhan yang Terjadi Saat
Menopause
P14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 39 43.3 43.3 43.3
BENAR 51 56.7 56.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
P15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 35 38.9 38.9 38.9
BENAR 55 61.1 61.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
P16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 50 55.6 55.6 55.6
BENAR 40 44.4 44.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
I. Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengatasi Keluhan Saat
Menopause
P17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 42 46.7 46.7 46.7
BENAR 48 53.3 53.3 100.0
Total 90 100.0 100.0
P18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 17 18.9 18.9 18.9
BENAR 73 81.1 81.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
P19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 32 35.6 35.6 35.6
BENAR 58 64.4 64.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
P20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SALAH 37 41.1 41.1 41.1
BENAR 53 58.9 58.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
J. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perempuan dalam
Menghadapi Menopause.
PengetahuanKat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pengetahuan kurang 18 20.0 20.0 20.0
pengetahuan cukup 52 57.8 57.8 77.8
pengetahuan baik 20 22.2 22.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
K. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi
Menopause
KecemasanKat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak ada kecemasan 15 16.7 16.7 16.7
Kecemasan Ringan 27 30.0 30.0 46.7
Kecemasan Sedang 28 31.1 31.1 77.8
Kecemasan Berat 20 22.2 22.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PengetahuanKat * KecemasanKat 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
L. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan
PengetahuanKat * KecemasanKat Crosstabulation
KecemasanKat Total
tidak ada
kecemasan
kecemasan
ringan
kecemasan
sedang
kecemasan
berat
Pengetahuan
Kat
kurang Count 5 5 7 1 18
% within
PengetahuanKat 27.8% 27.8% 38.9% 5.6% 100.0%
cukup Count 7 18 13 14 52
% within
PengetahuanKat 13.5% 34.6% 25.0% 26.9% 100.0%
Baik Count 3 4 8 5 20
% within
PengetahuanKat 15.0% 20.0% 40.0% 25.0% 100.0%
Total Count 15 27 28 20 90
% within
PengetahuanKat 16.7% 30.0% 31.1% 22.2% 100.0%
M. Hasil Uji Spearman
Correlations
PengetahuanKat KecemasanKat
Spearman's rho PengetahuanKat Correlation Coefficient 1.000 .165
Sig. (2-tailed) . .120
N 90 90
KecemasanKat Correlation Coefficient .165 1.000
Sig. (2-tailed) .120 .
N 90 90