1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan
yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan
pada manfaatnya sebagai sumber protein nabati, vitamin, mineral, lemak, dan besi
yang penting bagi manusia. Nilai gizi kedelai dalam 100 gram bahan makanan cukup
tinggi sekitar 53 gram karbohirat, 35 gram protein, 18 gram lemak, 8 gram air, 227
miligram kalsium, 358 miligram fosfor, 8 miligram besi, serat, serta vitamin A dan
vitamin B (Sumarno, 2007).
Kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan
penduduk akan tetapi produksi kedelai masih rendah sehingga tidak mampu
mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
Produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 955,00 ribu ton biji kering atau meningkat
sebanyak 175,01 ribu ton (22,44 persen) dibandingkan tahun 2013. Produksi kedelai
tahun 2015 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat
sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan
2
produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 24,67 ribu
hektar (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,09 kuintal/hektar (0,58
persen). Peluang peningkatan produksi kedelai didalam negeri masih terbuka lebar,
baik dalam peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam.
Menurut Sudaryono, dkk (2007), produksi kedelai belum meningkat karena petani
belum menggunakan varietas unggul kedelai seperti varietas yang responsif terhadap
pemupukan dan toleran terhadap hama dan penyakit. Selain itu, pengembangan
budidaya pada pra dan pasca panen (pengolahan tanah, pemupukan, pengairan,
pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, dan pasca panen) masih belum
optimal diterapkan oleh petani.
Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan banyak
cara. Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya,
pengendalian hama dan pemupukan yang dapat dilakukan melalui akar dan daun.
Pemupukan melalui daun yang dikenal dengan pemupukan daun diberikan pada daun
tanaman dengan harapan dapat diatasi secara cepat dan dapat terlihat hasilnya secara
cepat pula. Menurut Lingga (1994), pemupukan melalui daun memiliki beberapa
keuntungan yaitu dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan hara
pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan
melalui akar, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan pupuk akar,
pemberiannya dapat lebih merata, kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan
tanaman, dapat menghindari hilangnya unsur hara akibat pencucian dan penguapan
3
sebelum dapat diserap oleh akar atau mengalami fiksasi dalam tanah yang berakibat
tidak dapat lagi diserap oleh tanaman, serta dapat menjaga struktur tanah tetap
remah/gembur.
Pemberian pupuk daun merupakan tindakan sangat menguntungkan untuk aplikasi
unsur hara mikro karena selain menyediakan unsur N, P, dan K dalam jumlah besar,
pupuk daun juga mengandung nutrisi mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
termasuk ke dalamnya Fe, Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun
merupakan aplikasi dalam bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus
memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dan tidak meracuni daun. Penyediaan
kandungan hara tanaman pada pupuk daun yang dapat dikombinasikan dengan hara
makro dan mikro sehingga muncul berbagai merk dagang dipasaran sehingga
diperlukan dilakukan pengujian.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan peneletian ini adalah untuk mempelajari:
1. Pengaruh pemberian pupuk daun dengan konsentarsi yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai.
2. Pengaruh waktu penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil
kedelai.
3. Interaksi terhadap pemberian pupuk daun dengan konsentrasi dan waktu aplikasi
pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
4
1.3 Kerangka Pemikiran
Tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman didapat
dari alam maupun dari penambahan berupa pupuk kimia buatan. Unsur hara makro
meliputi unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S sedangkan unsur hara mikro ialah unsur Fe,
Mn, Br, Zn, dan Mo. Pemberian nutrisi melalui daun merupakan aplikasi dalam
bentuk cair. Aplikasi pemupukan melalui daun harus memiliki tingkat kelarutan yang
tinggi dan tidak meracuni daun.
Pemupukan lewat daun bertujuan untuk memperbaiki ketersediaan unsur hara.
Pemupukan ini merupakan alternatif dari pemupukan konvensional (lewat tanah) dan
dimaksud untuk lebih menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman
melaksanakan metabolismenya. Penyerapan hara ini dapat dilakukan lebih cepat
dapat menembus kutikula dan stomata serta masuk kedalam sel (Sunartin N dan
Gunawan, 1991).
Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam bentuk cair
pada tanaman secara langsung. Metode ini merupakan metode yang efektif untuk
memberikan hara yang terkandung dalam pupuk, karena pupuk mudah masuk dan
terserap ke dalam stomata. Hasil penelitian Meirina (2006), terhadap ukuran
membuka celah stomata daun kedelai pada pagi, siang dan sore hari. Menunjukkan
5
bahwa stomata membuka maksimal pada pagi hari. Siang hari stomata tetap
membuka tetapi tidak maksimal, untuk mengurangi terjadinya penguapan, sedangkan
pada sore hari terjadi pembukaan stomata lebih besar dari siang hari, ditambahkan
oleh Novizan (2002), Aplikasi pupuk melalui daun menggunakan pupuk cair yang
mengandung unsur hara utama N, P dan K pada tanaman jagung, gandum, buncis dan
kacang polong dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta
kandungan protein biji.
Hasil penelitian yang dilakukan Jumini dan Ainun Marliah (2009), menyimpulkan
bahwa pemberian konsentrasi pupuk daun Gandasil D pada tanaman terung
berpengaruh nyata terhadap panjang dan berat buah pertanaman. Namun, tidak
berpengaruh nyata terhadap perubah lainnya. Pertumbuhan dan hasil terbaik
diperoleh pada penggunaan pupuk daun Gandasil D 2 g/ l air. Biki Paris (2014), juga
menyimpulkan pada penelitianya terhadap kacang tanah menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi pupuk daun berpengaruh pada parameter jumlah daun, jumlah
polong dan berat 100 biji sedangkan parameter tinggi tanaman tidak berpengaruh.
Perlakuan konsentrasi pupuk daun 20 g per liter air mempengaruhi peningkatan
jumlah polong sebesar 25,77 polong sedangkan perlakuan konsentrasi pupuk daun 25
g per liter air mempengaruhi peningkatan jumlah daun pada umur 4 dan 6 MST 20,63
dan 38,83 helai serta berat 100 biji sebesar 52,00 g. Perlakuan waktu aplikasi dan
interaksi tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pertumbuhan dan hasil
kacang tanah. Penggunaan pupuk daun dengan komposisi unsur hara dan konsentarsi
6
yang tepat diharapkan akan mempengaruhi pertumbuhan serta meningkatkan
produksi hasil kedelai.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dirumuskan hipotesis:
1. Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi berbeda akan diperoleh pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai yang berbeda.
2. Jumlah penyemprotan pupuk daun yang berbeda akan diperoleh pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai yang berbeda.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah aplikasi pemupukan dan konsentrasi
pupuk daun pada pertumbuhan dan hasil kedelai.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai dan Syarat Tumbuhnya
Kedelai merupakan tanaman asli Cina yang telah dibudidayakan sejak 2500 tahun
SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antar negara, kedelai tersebar ke
berbagai negara tujuan perdagangan yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia
dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia yaitu
di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan, 2006).
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan Soja max.
Kedelai termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisi
Angiospermae. Kelas Dicotyledonae. Famili Leguminosae, Genus Glycine, Species
Glycine max (L.) Merril (Adisarwanto, 2008).
Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari
sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder, dan
cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Panjang akar
tunggang ditentukan oleh berbagai faktor seperti kekerasan tanah, populasi tanaman,
dan varietas. Akar tunggang pada tanaman kedelai dapat mencapai kedalaman 200
8
cm. Tanaman kedelai mempunyai kemampuan untuk membentuk bintil akar yang
mampu menambat nitrogen. Bintil akar yang telah matang akan berwarna merah
muda yang disebabkan oleh adanya leghemoglobin yang diduga aktif menambat
nitrogen, sebaliknya bintil akar yang sudah tidak aktif akan berwarna hijau (Sumarno
et al., 2007).
Tanaman kedelai dikenal dengan dua tipe pertumbuhan batang yaitu determinit dan
indeterminit. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai pertambahan umur
tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar antara 15--20 buku dengan
jarak 2--9 cm. Batang tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada pula yang tidak
bercabang tergantung dari karakter varietas kedelai (Adisarwanto, 2008).
Tanaman kedelai mempunyai 4 tipe daun, yaitu 1) kotiledon, 2) daun primer
sederhana yaitu daun pertama keluar dari buku sebelah atas kotiledon, 3) daun bertiga
yang terdiri dari tiga helai anak daun dengan bentuk oval atau segitiga tergantung dari
varietas, dan 4) profila yang terletak pada tiap pangkal cabang dan tidak bertangkai
(Yennita, 2002).
Kedelai berbunga sempurna, yaitu memiliki benang sari dan putik dalam satu bunga.
Mahkota bunga akan rontok sebelum membentuk polong (Rukmana dan Yuniarsih,
1996). Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar
12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada
umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan
panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-
9
kupu, berwarna putih atau ungu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak daun.
Jumlah bunga pada setiap ketiak daun beragam antara 2--25 bunga bergantung pada
kondisi lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama
pada umumnya terbentuk pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih
tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk
daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik. Tanaman kedelai di Indonesia
mulai berbunga pada umur 30--50 hari setelah tanam. Warna bunga yang umum pada
berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.
Polong kedelai terbentuk 7--10 hari setelah munculnya bunga mekar. Jumlah polong
yang terbentuk pada setiap ketiak daun beragam antara 1--10 polong.
Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan.
Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning,
hijau sampai hitam. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 1, 2 dan 3 biji,
polong kedelai berukuran 5,5-6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji
berdiameter antara 5--11 mm (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tabel 1.Fase Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Kedelai.
Stadia Tingkatan Stadia
Uraian
VE Stadium pemunculan Kotiledon muncul dari dalam tanah
VC Stadium kotiledon Daun unifoliet berkembang, tepi daun tidak
menyentuh.
V1 Stadium buku pertama Daun terurai penuh pada buku unifoliet
V2 stadium buku kedua
Daun trifoliet yang terurai penuh pada buku
di atas buku unifoliet.
10
Tabel 1. (lanjutan)
V3 Stadium buku ketiga Tiga buah buku pada batang utama dengan
daun terurai penuh, terhitung mulai buku
unifoliet.
Vn Stadium buku ke-n N buah buku pada batang utama dengan
daun terurai penuh terhitung mulai buku
unifoliet.
R1 Mulai berbunga Bunga terbuka pertama pada buku manapun
pada batang.
R2 Berbunga penuh Bunga terbuka pada satu dari dua buku
teratas pada batang dengan daun terbuka
penuh
R3 Mulai berpolong Polong sepanjang 5 mm pada salah satu
diantara 4 buku teratas pada batang dengan
daun terbuka penuh.
R4 Berpolong penuh Polong sepanjang 2 cm pada salah satu
diantara 4 buku teratas pada batang dengan
daun terbuka penuh.
R5 Mulai berbiji Biji sebesar 3 mm dalam polong pada salah
satu 4 buku teratas dengan dengan daun
terbuka penuh.
R6 Berbiji penuh Polong berisikan satu biji hijau yang mengisi
rongga polong pada salah satu dari 4 buku
teratas pada batang dengan daun terbuka
penuh.
R7 Mulai matang Satu polong pada batang utama telah
mencapai warna polong matang.
R8 Matang penuh 95% dari polong telah mencapai warna
polong matang.
Sumber :Adie dan Krisnawati (2007).
Berdasarkan ukuran bijinya, menurut (Chen et al, 1991)kedelai dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok:
a. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji
(grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
11
b. Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun
subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai
bahan baku minyak, susu dan makanan lain.
c. Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik,
seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk polong segar
masih berwarna hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), dipanen
pada umur dua bulan.
Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh curah hujan, radiasi matahari
dan suhu (Baharsjah 1993). Tanaman kedelai cocok ditanam di lahan terbuka pada
suhu 24-30 °C. Suhu yang optimal dalam proses perkecambahan kedelai sekitar
30 °C, sedangkan untuk pembungaan 24-25 °C. Kedelai termasuk tanaman hari
pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15
jam perhari. Jika varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik
dengan panjang hari 14-16 jam, ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang
hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi, karena masa
bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50--60 hari menjadi 35--40 hari setelah
tanam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah
sampai daerah dengan ketinggian 1200 m dari atas permukaan laut, tetapi umumnya
pertumbuhan tanaman kedelai akan baik pada pada ketinggian tidak lebih dari 500
meter di atas permukaan laut. Kedelai dapat tumbuh baik pada tanah-tanah Alluvial,
12
Regosol, Grumosol, Latosol, dan Andosol. Selain itu kedelai menghendaki tanah
yang subur, gembur dan kaya bahan organik, dengan keasamaan tanah (pH) yang
cocok berkisar antara 5,8-7,0 (Nazarudin, 1993).
2.2 Pupuk Daun
Pupuk adalah suatu bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya
juga diberikan pada tanah, akan tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang
sebagai larutan. Pupuk diberikan melalui daun karena daun merupakan salah satu
organ tanaman yang dapat menyerap unsur hara pemupukan melalui daun dapat
dilakukan pada beberapa jenis pupuk yang larut dalam air. pupuk daun merupakan
pupuk pelengkap dari pupuk yang lazim diberikan melalui tanah (Sunarlin N dan
Gunawan, 1991).
Beberapa keuntungan yang diharapkan dengan pemupukan melalui daun adalah:
1. Mengatasi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman karena pengaruhnya yang
cepat dan langsung pada tanaman.
2. Lebih efisien karena jumlah yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan
melalui tanah.
3. Sering kali dapat menekan serangan hama dan penyakit.
Dibanding sejumlah keuntungan yang diharapkan pada pemupukan melalui daun, ada
beberapa kekurangan yaitu:
13
1. Jumlah unsur yang diberikan terbatas.
2. Konsentrasi dan dosis yang tinggi dapat menyebabkan keracunana (fitotoksisitas)
3. Mudah tercuci oleh air terutama pada musim hujan.
Lingga (1994),mengatakan bahwa wujud pupuk daun ada 2 macam yaitu larutan atau
cairan dan kristal halus sampai berupa tepung. Sedangkan kadar hara yang
dikandung terdiri atas 2 kelompok yaitu unsur hara makro dan mikro. Gandasil
merupakan salah satu pupuk pelengkap cair yang bebentuk tepung berwarna putih
dan mudah larut dalam air. Gandasil terdiri atas Gandasil D yang diberikan pada fase
vegetatif dan Gandasil B diberikan pada fase generatif.
Pupuk Gandasil D merupakan pupuk daun lengkap dan sempurna berbentuk kristal,
buatan Jerman. Unsur hara makro yang terkandung adalah N=20 %, P=15% P2O5,
K=15 % K2O dan Mg = 3 % MgSO4, yang dilengkapi dengan unsur mikro Mn, B,
Cu, Co, Ze, vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Pada Gandasil D unsur N lebih
banyak yang berfungsi N yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman serta dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan
warna yang lebih hijau. Jika kekurangan unsur ini maka akan menyebabkan klorosis
(pada daun muda berwarna kuning). Pupuk ini sebaiknya diberikan pada awal
pertumbuhan tanaman, jangan ketika mulai berbunga karena hal ini akan
menghambat proses pembungaan pada tanaman (Lingga, 1994).
14
Pupuk Gandasil B berfungsi untuk merangsang pertumbuhan generatifnya. Hal ini
dapat dilihat dari komposisi yang terkandung pada Gandasil B yaitu N = 6 %, K = 3
%, P = 20 %, dan Mg = 3 %. Pada Gandasil B, unsur P dan K mempunyai dosis yang
tinggi. Fungsi P dan K itu sendiri diantaranya adalah untuk mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, meningkatkan kualitas biji atau
buah dan pembentukkan protein serta karbohidrat.Pupuk ini sebaiknya diberikan
ketika tanaman akan berbunga (Lingga, 1994).
Kepekatan dari pupuk Gandasil D dan pupuk Gandasil B ini adalah 2-3 gram/liter air
dengan anjuran penggunaan dengan konsetrasi 10--30 gram yang dilarutkan kedalam
10 liter air. Dengan interval waktu pemberian 8-10 hari sekali. Kedua pupuk ini juga
dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida kecuali yang bersifat alkalis
(Lingga, 1994). Dosis pupuk anjuran pada tanaman kedelai secara umum adalah
Urea 50-85 kg, SP 3690-100 kg, KCI 25-50 kg per hektar (Rukmana R dan Yuniarsih
Y, 1996).
15
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat, Waktu, Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar
Lampung pada bulan Mei sampai Oktober 2015.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih kedelai varietas
Anjasmoro (deskripsi terlampir pada Tabel 1, Lampiran), pupuk daun Gandasil B, air,
pupuk NPK Phonska dan Decis.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atas cangkul, meteran, hand
sprayer, label, kantong plastik, ember, meteran, pisau, dan alat tulis.
3.2 Metode Penelitian
Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Kelompok Teracak Lengkap
(RKTL) dengan 5 ulangan, terdapat 4 kombinasi sehingga terdapar 20 unit satuan
percobaan. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk daun (D) yaitu pupuk daun 25
gram/L ( ), dan pupuk daun 30 gram/L ( ). Faktor kedua adalah jumlah aplikasi
penyemprotan pupuk daun (W) yaitu ( ) 2 kali aplikasi pada umur 20 dan 30 HST,
dan ( ) 3 kali aplikasi pada umur 20, 30, dan 40 HST. Data hasil pengamatan diuji
16
homogenitasnya dengan uji Bartlet dan kemenanbahan data diuji dengan uji Tuckey
kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Penyiapan lahan
Pengolahan tanah dilakukan hingga tanah gembur, kemudian tanah diratakan dengan
menggunakan cangkul. Ukuran setiap plot satuan percobaan dibuat 3 m x 2 m dengan
jarak antarplot 30 cm, dan jarak antarulangan 30 cm. Tata letak percobaan dapat
dilihat pada Gambar 1, Lampiran.
3.3.2 Penanaman benih
Benih kedelai ditanam dengan cara ditugal sedalam 3 cm dengan jarak tanam 25 cm x
30 cm. Setiap lubang ditanam 2 benih kedelai setelah 2 MST dilakukan penjarangan
menyisakan satu tanaman yang paling baik. Penjarangan ini bertujuan untuk
menghindari adanya kompetisi antar tanaman. Pola tanam pada tanaman kedelai
dapat dilihat pada Gambar 2, Lampiran.
17
3.3.3 Pemeliharan tanaman
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan,
penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida. Penyulaman dilakukan saat
tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST), penyulaman dilakukan bila ada benih
yang mati atau tidak tumbuh dan penyulaman harus dilakukan secepat mungkin
bertujuan untuk menyeragamkan pertumbuhan tanaman kedelai. Penyiangan
dilakukan pada saat tanaman berumur 9 HST dan penyiangan kedua saat tanaman
kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan cara gulma dicabut
menggunakan tangan dan menggunakan alat seperti koret atau cangkul. Penyiraman
tanaman dilakukan setiap sore hari dan tidak dilakukan penyiraman jika kondisi tanah
masih lembab dan cuaca hujan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan ember
atau hand spraying.
Pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani, biasanya sebanyak tiga kali, yaitu pada
saat tanaman berumur 7-10 HST, 14-20 HST dan 35-40 HST. Pada penelitian
pemberian pupuk dasar NPK Phonska diberikan sebanyak satu kali yaitu pada dua
minggu setelah tanam dengan kebutuhan per petak tanaman 600 gram. Pupuk daun
diberikan saat tanaman berumur 20 dan 30 HST ( ), dan pada umur 20, 30, dan 40
HST ( ), dengan volume semprot 400 L/ha. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang terserang dan penyemprotkan
pestisida. Tanaman kedelai disemprotkan dengan pestisida Decis 25 g/l,
penyemprotan dengan pestisida dilakukan dimulai ketika tanaman berumur 1-3 MST
18
sebanyak 2 kali setiap minggu. Penyemprotan pada umur 4-9 MST dilakukan hanya
1 kali perminggu. Penyemprotan menggunakan hand spraying dengan dosis 10 ml
air kedalam 1 liter air dan diaduk secara merata dan disemprotkan pada tanaman
kedelai.
3.3.4 Panen
Panen dilakukan sekali setelah polong terisi penuh dengan cara memotong 5 cm di
atas pangkal batang dengan menggunakan sabit. Panen kedelai dilakukan apabila
sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau
penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan
dan reta-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat
dan gundul. Panen dilakukan dengan cara memotong bagian bawah tanaman kedelai
dengan sabit yang tajam. Tanaman kedelai yang sudah dipanen, kemudian tanaman
kedelai dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Proses selanjutnya
dilakukan pembersihan biji kedelai dengan memisahkan polong kedelai dan biji
kedelai. Biji kedelai selanjutnya dijemur kembali selama 3 hari kemudian biji kedelai
tersebut ditimbang untuk mengetahui produksi bobot biji per tanaman kedelai
dengan menggunakan timbangan analitik.
19
3.4 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi:
1. Tinggi tanaman kedelai
Pengukuran tinggi tanaman dimulai saat tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST,
sampai 35 HST. Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang
utama yang dilakukan sampai dengan tanaman kedelai berbunga. Pengukuran
dilakukan dalam satuan sentimeter pada setiap minggu dengan menggunakan alat
pengukur panjang yaitu meteran.
2. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun diketahui dengan cara menghitung jumlah daun maksimum
dengan menghitung total daun yang terbentuk. Daun yang dihitung yaitu daun
triploid yang artinya dalam satu tangkai daun terdapat tiga helai daun. Penghitungan
daun dilakukan dalam satuan helai.
3. Indeks luas daun (ILD)
Indeks luas daun (ILD) yaitu nisbah antara luas daun (A) dengan luas jarak tanam (P),
menggambarkan kemampuan tanaman menyerap radiasi matahari untuk proses
fotosintesis, luas daun diukur dengan menggunakan millimeter block, waktu
pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus:
20
ILD =
x
Keterangan
= luas daun pengamatan 1
= luas daun pengamatan 2
Pa = Jarak tanam
4. Laju tumbuh tanaman rata-rata (LTT )
Laju tumbuh tanaman rata-rata (LTT) merupakan laju pertambahan berat kering
biomass total tanaman per satuan luas tanah per satuan waktu rata-rata selama periode
tertentu. waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan 40 hari setelah tanam, dihitung
dengan rumus:
LTT =
X
Keterangan
= bobot kering tanaman pada 20 hst
= bobot kering tanaman pada 40 hst
Pa = jarak tanam
- = selisih waktu pengamatan ke-2 dan ke-1
5. Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB )
Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) yaitu laju penambahan bobot kering total
tanaman per satuan luas daun per satuan waktu, dengan interval 20 hari yang
menggambarkan laju fotosintesis bersih (kapasitas tanaman mengakumulasi bahan
21
kering) per cm2 daun per hari rata-rata.waktu pengamatan tanaman berumur 20 dan
40 hari setelah tanam, dihitung dengan rumus:
LAB =
Keterangan
= bobot kering tanaman pada 20 hst
= bobot kering tanaman pada 40 hst
- = selisih waktu pengamatan ke-2 dan ke-1
= luas daun pada 20 hst
= luas daun pada 40 hst
6. Bobot Kering Per Sampel Tanaman Kedelai
Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan, pengeringan dilakukan
dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian biji
per tanaman sampel ditimbang.
7. Jumlah Polong per Tanaman
Penghitungan jumlah polong total per tanaman yaitu semua polong yang terbentuk
pada tanaman kedelai. Pengukuran dilakukan dalam satuan polong per tanaman.
22
8. Jumlah polong Isi
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel, dengan
menghitung jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa. Pengukuran dilakukan
dalam satuan polong per tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.
9. Berat Biji Kering per petak (g)
Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan, pengeringan dilakukan
dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian biji
per petak tanaman ditimbang.
10. Bobot 100 Biji Kering Kedelai per Petak (kg)
Penimbangan dilakukan setelah biji dikeringkan, pengeringan dilakukan dengan cara
penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 3 hari, kemudian dihitung 100 biji
lalu ditimbang