IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR HASIL TANGKAPAN
NELAYAN DI SUNGAI MEUREUBO HULU
KECAMATAN PANTE CEUREUMEN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
IBNU UMAR
06C10432028
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR HASIL TANGKAPAN
NELAYAN DI SUNGAI MEUREUBO HULU
KECAMATAN PANTE CEUREUMEN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
IBNU UMAR
06C10432028
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
Lembar Pengesahan Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Identifikasi Ikan Air Tawar Hasil Tangkapan Nelayan Di
Sungai Meureubo Hulu Kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat
Nama : Ibnu Umar
NIM : 06C10432028
Program Studi : Perikanan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua
Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si
NIDN : 0121057802
Anggota
Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si
NIDN : 1024088303
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
`
Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si
NIDN : 0121057802
Pj Ketua Prodi Perikanan
Yusran Ibrahim, S.Pi
NIDN :
Tanggal Ujian Sarjana: 14 Juni 2014
IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR HASIL TANGKAPAN
NELAYAN DI SUNGAI MEUREUBO HULU
KECAMATAN PANTE CEUREUMEN
KABUPATEN ACEH BARAT
Oleh
Ibnu Umar1)
Uswatun Hasanah2)
Afrizal Hendri2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengetahui jenis
ikan air tawar yang ada di sungai Meureubo hulu Kecamatan Pante Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat melalui identifikasi hasil tangkapan nelayan sungai karena
cukup banyak nya masyarakat yang menangkap ikan di sungai Meureubo hulu.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April
2013 di aliran Sungai Meureubo hulu yaitu Gampong Keutambang dan Gampong
Jambak Kemukiman Manjeng Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh
Barat. Dengan metode deskriptif. Jumlah atau keragaman jenis ikan pada
gampong Keutambang dan Jambak di sungai Meureubo hulu yaitu 8 genus, 6
famili dan 5 ordo, ikan dapat dkembangkan sebagai ikan konsumsi dan ikan hias,
ikan yang langka, sehingga perlu upaya penakaran dan pelestarian yaitu
pemamfaatan yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan,
diduga penurunan produksi ikan hasil tangkapan nelayan mempunyai hubungan
(korelasi) terhadap intensitas penangkapan (penangkapan terus–menerus),
penurunan kualitas air dan illegal logging (perambahan hutan). Data yang di
dapatkan, selanjutnya di analisis secara deskriptif yang meliputi ciri-ciri dan
morfologis.
Kata kunci : Identifikasi, Ikan, Pante Ceureumen
1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
FRESHWATER FISH IDENTIFICATION CATCHES
FISHERMEN IN RIVER UPSTREAM MEUREUBO
DISTRICT PANTE CEUREUMEN
WEST ACEH
by
Ibn Umar1)
Uswatun Hasanah2)
Afrizal Hendri2)
ABSTRACT
This study aims to find out how to know what types of freshwater fish in
the river Pante Ceureumen Meureubo upstream District of West Aceh through the
identification of river fishermen catch because its pretty much the people who
catch fish in the river Meureubo Upstream. This study was conducted in March to
April 2013 in the flow of the river is Meureubo upstream Keutambang and
Jambak village district Pante Ceureumen. With descriptive methods. The number
or diversity of fish species in the village on the river Keutambang and Jambak
Meureubo upstream ie 8 genera, 6 families and 5 orders, dkembangkan can fish as
a food fish and ornamental fish, fish are scarce, so it is necessary dosage and
preservation efforts is the optimal utilization of the fixed conserving fish
resources, allegedly decreased production of fish catch of fishermen have a
relationship (correlation) of the intensity of arrests (arrests continuous),
degradation of water quality and illegal logging (encroachment). The data in get,
next in descriptive analysis covering and morphological traits.
Keywords: Identification, Fish, Pante Ceureumen
1) Students of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Teuku Umar 2)
Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Teuku Umar
RINGKASAN
IBNU UMAR (06C10432028) IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR HASIL
TANGKAPAN NELAYAN DI SUNGAI MEUREUBO HULU
KECAMATAN PANTE CEUREUMEN KABUPATEN ACEH BARAT, DI
BAWAH BIMBINGAN IBU USWATUN HASANAH, S.Si., M.Si DAN
BAPAK AFRIZAL HENDRI, S.Pi., M.Si
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan
April 2013 di aliran Sungai Meureubo hulu yaitu Gampong Keutambang dan
Gampong Jambak Kemukiman Manjeng Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten
Aceh Barat, untuk mengetahui jenis ikan air tawar di sungai Meureubo hulu
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat hasil tangkapan nelayan
serta untuk mengetahui pengidentifikasian jenis-jenis ikan tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu
metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai sistem dan kejadian
dengan pemeliharaan metode survei dan studi kasus (case study) (Nazir, 2005).
Pengumpulan data dilakuan dengan cara pengumpulan data primer (yaitu dengan
cara ikan hasil tangkapan nelayan keudian diteliti dan di indentifikasi) dan data
sekunder (dengan cara pengambilan data baik dari gampong maupun dari
kecamatan Pante Ceureumen), data yang di dapatkan, selanjutnya di analisis
secara deskriptif yang meliputi ciri-ciri dan morfologis.
Hasil penelitian tersebut mendapatkan Produksi ikan hasil tangkapan
nelayan di gampong Keutambang dan gampong Jambak Kecamatan Pante
Ceureumen, dari masing-masing gampong sebanyak 10 sampel nelayan
penangkap (sebagai nelayan penangkap selama 10-50 tahun) diambil di sepanjang
daerah aliran sungai di gampong masing-masing, jumlah atau keragaman jenis
ikan pada gampong Keutambang dan Jambak di sungai Meureubo Hulu yaitu 8
genus, 6 famili dan 5 ordo.
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul
IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR HASIL TANGKAPAN
NELAYAN DI SUNGAI MEUREUBO HULU
KECAMATAN PANTE CEUREUMEN
KABUPATEN ACEH BARAT
Yang disusun oleh :
Nama : Ibnu Umar
Nim : 06C10432028
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
Prodi : Perikanan
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 14 Juni 2014 dengan
dinyatakan memenuhi syarat untuk di terima.
Susunan dewan penguji
1. Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si
(Dosen Penguji I) .................................
2. Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si
(Dosen Penguji II) .................................
3. Ir. Said Mahjali, MM
(Dosen Penguji III) .................................
4. Ir. Baihaqi
(Dosen Penguji IV) .................................
Alue Penyareng, 14 Juni 2014
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gampong Jambak
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat
pada 20 April 1979, adalah anak kedua dari empat
bersaudara. Ayahanda bernama M. Isa dan Ibunda
bernama Safwan. Penulis menikah dengan Nurul Ala
Binti M. Yatim pada tanggal 17 April 2011 di Lhok Mesjid Nagan Raya. Penulis
Alhamdulillah dikarunia seorang Putri yaitu Hijriyani Nurma Dara Fonna .
Pendidikan Penulis diawali dari sekolah dasar SDN Jambak, lulus pada
tahun 1992, kemudian menyelesaikan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama di MTsN Model Meulaboh, lulus pada tahun 1995. Dilanjutkan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 3 Meulaboh, lulus pada tahun 1998.
Selanjutnya pada tahun 2006 lulus di terima di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Teuku Umar Prodi Perikanan melalui jalur SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru).
Pengalaman organisasi Penulis sejak mahasiswa yaitu Pengurus
IKAMAPA (Ikatan Mahasiswa Pante Ceueumen), Selama kuliah Penulis pernah
aktif menjadi Asisten Dosen mata kuliah seperti, Dasar-dasar Budidaya 2009-
2010, dan juga Penulis menjadi panitia pelaksana Seminar Nasional 2009. Pada
tahun 2009 Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang dengan judul “Teknik
Pemeliharaan Induk Ikan Nila di Balai Benih Ikan Babahkreung Beutong
Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh.
Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan judul “Indentifikasi
jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di sungai Meureubo Hulu
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat”
Meulaboh, 03 Juni 2014
Ibnu Umar
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan umum daratan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang
tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan mega biodiversity di
Indonesia. Komisi Plasma Nutfah Indonesia melaporkan bahwa kekayaan plasma
nutfah ikan di perairan umum daratan Indonesia mencapai 25% dari jumlah jenis
ikan yang ada di dunia (Kartamihardja et al., 2008).
Salah satu upaya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara lestari
sebagaimana diamanatkan dalam UU No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka
diperlukan data dan informasi tentang kondisi stok ikan di suatu perairan. Survey
akustik menggunakan echosounder kuantitatif telah umum digunakan untuk
menduga kelimpahan dan biomass ikan untuk menyediakan data dan informasi
bagi pengelolaan sumberdaya perikanan (Simmonds dan MacLennan, 2005).
Aplikasi hidroakustik untuk menduga stok ikan dapat memberikan data dan
informasi mengenai kepadatan ikan, kedalaman dan topografi dasar perairan
(Kartamihardja et al., 2008).
Penelitian mengenai klasifikasi dan identifikasi target akustik ikan untuk
membedakan hingga tingkat spesies masih merupakan bidang yang masih luas
dan berpotensi untuk dikaji. Kesulitan identifikasi spesies dalam akustik
perikanan adalah keterbatasan dalam mengklasifikasi backscattered energy target
akustik (echo trace) menjadi klasifikasi target ikan dalam tingkatan spesies.
Identifikasi ikan dalam pengolahan data akustik secara konvensional dilakukan
dengan mengidentifikasi gema (echo) pada echogram dalam besaran target
2
strength oleh orang yang telah terlatih dan dibandingkan dengan hasil tangkapan
ikan. Metode ini sangat tergantung pada tingkat keahlian , pengalaman orang yang
mengolah data akustik, dan memakan waktu yang banyak . Selain itu metode
tersebut dapat menghasilkan bias yang relatif tinggi dan sulit untuk memperoleh
data secara kuantitatif identifikasi sampai tingkat spesies (Fauziyah, 2005).
Ikan dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) cara, yakni identifikasi ikan secara
ex-situ dan in situ. Identifikasi ikan secara ex situ atau secara taksonomi adalah
suatu usaha untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat
ciri-ciri meristik dan morfometriknya (atau dilihat sampel DNA nya) serta
mencocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonomi. Identifikasi ikan secara
in situ atau secara hidroakustik adalah suatu usaha untuk mengenali atau
mengidentifikasi ikan dengan gelombang suara pada suatu area tertentu, dan
waktu tertentu tanpa menyentuh ikan tersebut (Fauziyah, 2005).
Jenis ikan air tawar ekonomis penting yang banyak terdapat di perairan
umum seperti waduk, sungai dan danau di Indonesia antara lain ikan nila
(O.niloticus), ikan patin (P. hypothalmus) dan ikan mas (C. caprio) (Umar dan
Kartamihardja, 2006). Keberhasilan introduksi jenis ikan air tawar di perairan
umum Indonesia sangat menarik untuk dikaji sejauh mana dinamika stok ikan
tersebut di habitat barunya.
Sungai Meureubo hulu merupakan sungai yang terletak dan perpaduan
antara daerah Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat, yang hulunya di
Kabupaten Nagan Raya sedangkan hilirnya di Aceh Barat. memiliki topografi
kondisi dasar sungai berbatu-batuan, adanya air terjun, erosi oleh aliran air sungai
terutama terjadi ke arah vertikal.
3
Selain ikan-ikan yang di tangkap oleh nelayan sungai masih ada jenis lain
dan menghilang sehingga dilakukanlah penelitian dengan mengambil judul
“Identifikasi Ikan Air Tawar Hasil Tangkapan Nelayan di Sungai Meureubo hulu
Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, permasalahan yang terjadi antara lain:
1. Bagaimana mengetahui jenis ikan air tawar yang ada di sungai Meureubo
hulu Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat melalui
identifikasi hasil tangkapan nelayan sungai.
2. Cukup banyak nya masyarakat yang menangkap ikan di sungai Meureubo
hulu
3. Umumnya ialah ikan yang cukup ekonomis
4. Belum terkajinya data secara baik tentang taksonomi ikan-ikan tersebut
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis ikan air
tawar di sungai Meureubo hulu Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh
Barat hasil tangkapan nelayan serta untuk mengetahui pengidentifikasian jenis-
jenis ikan tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis ikan air tawr yang ada di
sungai Meureubo hulu.
4
2. Menjadi dasar pengembangan ilmu yang mengkaji identifikasi ikan air
tawar di sungai Meureubo hulu.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu untuk melihat jenis-jenis
ikan hasil tangkapan oleh nelayan Sungai Meureubo hulu Kecamatan Pante
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat, cara mengidentifikasi ikan secara baik serta
mengetahui nilai ekonomis dari jenis-jenis ikan tersebut sehingga memberi
kontribusi yang tepat dalam penelitian ini.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Identifikasi Ikan
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke
dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. Menurut Mayr dan Ashlock
(1991), klasifikasi merupakan penataan hewan-hewan ke dalam kelompok-
kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari
segi ilmiah, identifikasi sangat penting artinya karena seluruh urutan pekerjaan
selanjutnya tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu sampel
yang sedang
Seiring dengan perkembangan teknologi, godaan untuk menggantikan satu
varietas ikan bermutu tinggi dengan alternatif ikan bermutu murah dapat menjurus
kepada suatu kecurangan. Kesukaran membedakan antara species ikan yang
berlainan bila hanya jaringan otot atau daging yang tersedia,sudah diketahui.
Penggunaan analisis biokimia seperti elektroforesis dapat dimanfaatkan untuk
membedakan species yang berlainan (DKP, 2011).
Identifikasi juga sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi lahan baru
yang tepat untuk kegiatan pembenihan/pengindukan dengan mempertimbangkan
tidak hanya kondisi geomorfologi dan fisiografis juga pola pengembangan ke
depan suatu kawasan (DKP, 2011).
6
Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan
sebagai berikut, penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub-kelas, ordo
dan familia, penggunaan kunci untuk mencari genus dan species, apabila dapat
memperoleh monografi atau publikasi fauna yang mutakhir, pencocokan atau
penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literatur) lain yang
diterbitkan paling mutakhir, pencocokan dengan deskripsi yang asli, dan
pembandingan dengan tipe specimen yang ada (DKP, 2011).
Tugas identifikasi ini penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh
urutan pekerjaan berikutnya bergantung seratus persen kepada identifikasi yang
benar sesuatu species yang sedang diselidiki (DKP, 2011).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk identifikasi ikan ialah sifat-sifat, ciri-
ciri (tanda) bentuk ikan ataupun bagian-bagian anatomi ikan. Tujuan pemisahan
hal-hal tersebut adalah untuk menyusun kunci identifikasi,sehingga dengan mudah
menuju ke taxon-taxon (aturan) yang akan dicari,yaitu dengan cara melakukan
pilihan-pilihan (alternatif) (DKP, 2011).
Adapun skema dan perhitungan ikan ditunjukan pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Skema dan perhitungan ikan (Haryono, 2009)
7
Menurut Haryono (2009), adapun cara pengukuran dan perhitungan ikan
adalah sebagi berikut.
2.1.1 Pengukuran
- Panjang Total (PT): Merupakan ukuran tubuh terpanjang yang diukur mulai
moncong terdepan sampai jari-jari sirip ekor terpanjang.
- Panjang Standar (PS): Ukuran panjang ini banyak digunakan oleh para
taksonomis, diukur mulai moncong terdepan sampai pangkal sirip ekor.
- Tinggi Badan (TB): Diukur pada bagian tubuh yang tertinggi namun tidak
termasuk sirip. Biasanya pada awal sirip punggung sampai ke pangkal sirip
perut.
- Panjang Pangkal Ekor (PPE): Diukur mulai bagian akhir dari pangkal sirip
dubur sampai pertengahan pangkal sirip ekor.
- Tinggi Pangkal Ekor (TPE): Merupakan bagian yang paling rendah dari
pangkal ekor.
- Panjang di Depan Sirip Punggung (PDP): Diukur mulai moncong terdepan
sampai awal dari pangkal jari-jari sirip punggung pertama.
- Panjang Pangkal Sirip Punggung (PPP) atau Sirip Dubur (PPD):
Diukur mulai pangkal jari-jari pertama sampai pangkal jari-jari sirip
terakhir.
- Tinggi Sirip Punggung (TSP) atau Sirip Dubur (TSD):
Diukur berdasarkan jari-jari sirip yang terpanjang mulai dari pangkal sampai
ujungnya.
8
- Panjang Sirip Dada (PSD) atau Sirip Perut (PSP):
Panjang ini diukur mulai dari pangkal sirip sampai ujung filamen
terpanjang.
- Panjang Kepala (PK): Diukur dari ujung bibir atas sampai bagian paling
belakang dari tutup insang.
- Lebar Kepala (LK): Merupakan bagian yang paling lebar dari jarak antar
kedua tutup insang.
- Tinggi Kepala (TK): Diukur mulai dari pertengahan kepala sampai
pertengahan dada.
- Panjang Moncong (PM): Diukur mulai ujung moncong sampai awal
kelopak mata.
- Diameter Mata (DM): Merupakan jarak paling lebar dari mata
- Panjang Rahang Atas (PRA): Diukur mulai ujung bibir atas sampai bagian
akhir tulang rahang atas
2.1.2 Penghitungan:
- Sisik : Terdapat empat tipe sisik pada ikan yang ada di wilayah Indonesia,
yaitu sikloid, stenoid, ganoid dan plakoid.
- Gurat Sisi: Merupakan jumlah sisik berpori di sepanjang gurat sisi, bisa
sempurna atau terputus, dihitung mulai sisik di belakang tutup insang
sampai sisik pada pertengahan pangkal ekor.
- Sisik Melintang Badan: Dihitung berdasarkan jumlah sisik di atas gurat sisi
sampai pangkal sirip punggung, dan di bawah gurat sisi sampai pangkal
sirip dubur.
9
- Sisik Sebelum Sirip Punggung: Jumlah sisik pada pertengahan punggung
mulai dari pertangahan kepala sampai awal sirip punggung.
- Sisik Pada Pipi: Jumlah baris sisik antara mata dan preoperkulum.
- Sisik Melingkar Pada Pangkal Ekor: Jumlah baris sisik yang melingkari
batang ekor pada bidang yang tersempit.
- Sirip : Sirip punggung, dubur dan ekor disebut dengan sirip tengah dan
tunggal; sedangkan sirip dada dan perut disebut dengan pasangan sirip.
- Duri atau Jari-Jari Keras. Jari-jari sirip pada bagian depan yang tidak
bersekat dang mungkin mengeras
- Jari-Jari Lemah. Bagian sirip yang lunak atau bersekat dan umumnya
bercabang.
2.2 Ikan Air Tawar
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh
hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari
0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan
perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk
bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan
menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies
ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang
menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Borgstrom,
Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan laut dalam beberapa
aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari menjaga kadar
10
garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga
memainkan peran penting; ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan
mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan
kematian pada ikan (Borgstrom, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah ginjalnya yang
berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air
yang melewatinya. Banyak spesies bereproduksi di air tawar namun
menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. Mereka dikenal dengan nama
ikan anadromous, meliputi salmon, trout, dan stickleback. Beberapa ikan, secara
berlawanan, lahir di laut dan hidup di air tawar, misalnya belut (Borgstrom,
Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Spesies yang bermigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi
pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga
konsentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada lingkungannya.
Ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas
konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang menyelesaikan masalah
ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut,
bangsa salmon, dan lamprey memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap
kehidupan mereka (Borgstrom, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
2.3 Morfolgi Ikan
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka
hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang
berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan
11
sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri.
Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral,
yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka
terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan
langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801; dalam Effendie, 1979)) dan
ikan lidah (Cynoglossus bilineatus) (Lacepède, 1802; dalam Djuhanda, 1981)
Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi dapat d tunjukan pada Gambar 2
berikut ini.
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)
2.4 Fisiologi Ikan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup
di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang
paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia.
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
12
kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa
rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang
rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya
tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa
daerah disebut iwak, jukut (Saanin, 1984).
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem
saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-
lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen,
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati
ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum (Fujaya,1999).
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan
13
O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung (Fujaya,1999).
Stickney (1979), menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap
lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan
tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan
konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan
osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan
O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung (Fujaya,1999).
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh (Djoko Suseno,
2000)
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14
meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4
14
inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai “ikan”, seperti ikan
paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
(Djoko Suseno, 2000).
2.5 Sungai
Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari
mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung
untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada
saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di
mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai merupakan salah
satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari
presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa
negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai
juga mengalirkan sedimen dan polutan.
a. Manfaat sungai
Adapun mamfaat sungai antara lain:
1. Untuk irigasi pertanian
2. Bahan baku air minum
3. Sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah
4. Potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
15
b. Jenis sungai menurut jumlah airnya
Adapun jenis sungati menurut jumlah airnya dibedakan antaralain:
1. Sungai Permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di
Sumatera.
2. Sungai Periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini
banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai
Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai Intermittent atau sungai episodik-yaitu sungai yang pada musim
kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai
jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
4. Sungai Ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
2.6 Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan
ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal
16
motor, tidak dikategorikan sebagai nelayan (Departemen Kelautan dan
Perikanan,2002).
Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
juragan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja
dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan
yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Sedangkan nelayan
perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam
pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005).
Sumberdaya nelayan dicirikan oleh pendidikan dan keterampilan yang
rendah, kemampuan manajemen yang terbatas. Taraf hidup penduduk desa pantai
yang sebagian besar nelayan sampai saat ini masih rendah, pendapatan tidak
menentu (sangat tergantung pada musim ikan), kebanyakan masih memakai
peralatan tradisional dan masih sukar menjauhkan diri dari prilaku boros (Sitorus,
1994).
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil
laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya. 2002).
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan
April 2013 di aliran Sungai Meureubo hulu yaitu Gampong Keutambang dan
Gampong Jambak Kemukiman Manjeng Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten
Aceh Barat.
Selanjutnya proses identifikasi dilakukan di lapangan dengan mengacu pada
pedoman identifikasi ikan air tawar.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Bapeda Aceh Barat)
Gambar.3 Peta Lokasi Penelitian
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut : (1)
Buku tulis; (2) Pena; (3); Penggaris; (4) Camera digital; (5) Buku identifikasi ikan
18
air tawar, dan (6) Sarung tangan, Plastik Sampel Ukuran 2 Kg, Stereform 20 liter,
(Muchlisin, 2008).
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut: (1)
Formalin 4%; (2) Alkohol 70% dan (3) Ikan sampel.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian untuk
membuat gambaran mengenai sistem dan kejadian dengan pemeliharaan metode
survei dan studi kasus (case study) (Nazir, 2005).
Lokasi pengambilan ikan sampel di lakukan di gampong Keutambang dan
gampong Jambak Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat. Hal ini
karena mengacu pada kebiasaan masyarakat disana dalam menangkap ikan dan
ikan apasaja yang ditangkkap disana.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1) Data Primer :
Ikan contoh/sampel hasil tangkapan oleh nelayan, di identifikasi dilapangan
untuk melihat jenis ikan dengan mengacu atau panduan buku identifikasi air
tawar dengan mengamati ciri meristik dan morfometrinya. (Effendi, 1979).
2) Data Sekunder :
Untuk melengkapi laporan ini juga diambil data di kecamatan Pante
Ceureumen, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Barat.
19
3.5 Teknik Identifikasi
Sampel ikan yang telah di dapat, untuk selanjutnya dilakukan proses
identifikasi yang merujuk pada pedoman identifikasi ikan. (Effendi, 1979 dan
Muchlisin, 2008).
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke
dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. Menurut Mayr dan Ashlock (1991),
klasifikasi merupakan penataan hewan-hewan ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah,
identifikasi sangat penting artinya karena seluruh urutan pekerjaan selanjutnya
tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu sampel yang sedang
diteliti.
3.6 Analisis Data
Data yang di dapatkan, selanjutnya di analisis secara deskriptif yang
meliputi ciri-ciri dan morfologis.
3.7 Jadwal Rencana Penelitian
Rencana kerja penelitian yang akan dilaksanakan pada sungai Pante
Ceureumen dari hilir sampai ke hulu ini telah d rincikan seperti pada Tabel 1
dibawah ini.
20
ALUR PENELITIAN
Mulai Turun Lapangan
Sungai Meureubo Hulu
Koleksi Ikan Sampel,
Pendataan (Pengukuran,
Menimbang)
Proses Identifikasi Ikan Sampel, merujuk
pada buku Muchlisin, 2008 dan dengan
melihat gambar yang tersaji dalam buku
Finish / Selesai
Tabel 1. Rencana kerja penelitian
No Kegitan Waktu (bulan)
1 4 5 6 7
1 Persiapan
2 Pelaksanaan riset
3 Analisis data
4 Konsultasi + revisi laporan
5 Seminar hasil
3.8 Alur Penelitian
Adapun alur penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Gambar.4 Alur Penelitian
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Pante Ceureumen
4.1.1 Letak geografis daerah penelitian
Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak pada 040 06
0-04
0-47’ LU
dan 950 52’-96
0 30
0 BT. Wilayah Kabupaten Aceh Barat memiliki batas
administrasi Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dan sebelah timur
Kabupaten Aceh Tengah dan sebelah barat Samudra Indonesia Kabupaten Nagan
Raya di sebelah barat dan selatan (Bappeda Aceh Barat 2010).
Kecamatan Pante Ceureumen merupakan bagian dari Kabupaten Aceh
Barat yang ibu kota kecamatan nya Pante Ceureumen, dengan luas wilayah 490,25
Km2, persentase luas kecamatan dengan luas kabupaten 17 %, kecamatan Pante
Ceureumen memiliki 3 mukim dengan jumlah gampong sebanyak 25 gampong,
topografi dari Kecamatan Pante Ceureumen adalah pegunungan dan lembah.
Kecamatan Pante Ceureumen berbatas wilayah antaralain :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Mas
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Seunagan Timur (Kab. Nagan Raya)
c. Sebelah Barat : Kecamatan Kaway XVI
d. Sebelah Timur : Kecamatan Beutong Benggala (Kab. Nagan Raya)
4.1.2 Gampong Keutambang
4.1.2.1 Sejarah singkat
Awal mulanya gampong Keutambang terletak dalam kawasan yang diapit
oleh sungai serta rawa-rawa dan hutan dalam Kecamatan Pante Ceureumen.
Kecamatan Pante Ceureumen merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan
22
Kaway XVI sejak tahun 2000 sampai sekarang. Kecamatan Pante Ceureumen
terbagi menjadi empat kemukiman yaitu kemukiman Lango, Keutambang,
Menuang Kinco dan Kemungkiman Babah krueng. Keutambang merupakan salah
satu gampong dari 25 gampong di Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh
Barat. Menurut penuturan para sepupuh gampong, gampong Keutambang sudah
ada sejak zaman Kolonial Belanda atau pada saat Kesultanan Iskandar Muda
berkuasa di semenanjung Aceh termasuk gampong Keutambang.
Gampong Keutambang pada awalnya adalah hamparan Sungai yang luas
serta jernih, kondisi geografis daerah tersebut selain dari sungai dan gunung juga
terdapat pulau daratan/kuta yang menyebar dan di kelilingi oleh hamparan sawah,
kondisi geografis ini sangat mendukung dari persembunyian dan peperangan pada
saat itu.
Gampong Keutambang Pada awalnya di temukan oleh Pang Penaro salah
seorang pejuang yang cukup disegani pada waktu itu, karena keberaniannya
akhirnya beliau di angkat menjadi raja setelah mengalahkan lawan dalam
peperangan antar pasukan Penaro dengan Pasukan Rawa, pada masa peperangan
di perkirakan sekitar tahun 1866, Pang Penaro pernah menyerukan kepada
pasukannya untuk menghentikan peperangan karena korban sudah banyak
berjatuhan, pasca gencatan senjata tersebut terjadilah sebuah kesepakatan damai
antara pasukan Ponaro dengan pasukan Rawa, awal masa perdamaian masyarakat
menyambut dengan gembira dan awal berdirinya gampong, atas dasar perjanjian
damai tersebut dan terhentinya perang masyarakat, masyarakat memberi nama
gampong tersebut dengan nama gampong “Keutambang”.
Gampong Keutambang berbatas wilayah seperti tabel berikut:
23
Tabel 2. batas wilayah gampong Keutambang sebagai berikut:
No Batas Wilayah Batasan Dengan Gampong Batas Lain
1 Sebelah Utara Gampong Lawet Gampong Canggai
2 Sebelah Timur Jambak Hutan
3 Sebelah Barat Lango Krung Meureubo
4 Sebelah Selatan Pulo Teungoh Reuleng Reuloh
Sumber: RPJMG Gampong Keutambang 2014
Adapun keadaan penduduk gampong Keutambang Kecamatan Pate
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat berdasarkan dengan tingkat dusun dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Jurong/Dusun Jumlah
KK
Jenis Kelamin Jumlah
(jiwa) Lk Pr
1. Dusun mesjid 41 110 95 205
2. Dusun Tgk Nek 82 114 122 236
3. Dusun Tgk Di tambang 26 90 89 179
4. Dusun Pasi Aceh 34 107 109 216
Jumlah 175 421 415 836
Sumber: RPJMG Gampong Keutambang 2014
Sedangkan keadaan penduduk gampong Keutambang Kecamatan Pate
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Uraian Jumlah Keterangan
1. Petani 367 aktif
2. Pedagang 10 aktif
3. Peternak 5 aktif
4. Pertukangan 8 aktif
5. Sopir 7 aktif
6. Pekerjaan Bengkel 2 aktif
7. Pengrajin/Industri Rumah Tangga 5 aktif
8. Wiraswasta 20 aktif
9. PNS/TNI/POLRI 1 Aktif
Jumlah 425
Sumber: RPJMG Gampong Keutambang 2014
24
4.1.2.2 Lokasi/daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan
yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan
alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Hal pertama yang harus kita
ketahui tentang keberadaan daerah penangkapan ikan menurut spesis ikan dan dari
musim. Daerah aliran sungai di gampong Keutambang sepanjang ± 7 km
merupakan daerah yang diapit oleh pegunungan dengan kedalam bervariasi yaitu
10 cm sampai dengan 3 meter dengan luas perairan berkisar ± 50 m, disamping itu
ada juga rawa atau suak-suak kecil hasil dari pengerukan dan pembukaan saluran
oleh escavator yang mengalirkan ke sungai induk, daerah aliran sungai di
gampong Keutambang dengan arus yang sedang dengan tekstur tanah aliran
sungai yaitu berbatuan (baik batu koral maupul batu gajah hasil dari longsoran
gunung disekitar) serta jenis tanah dasar berpasir lumpur, disamping itu juga di
perairan sungai Keutambang terdapat bongkahan-bongkahan kayu glondongan
besar yang tertambat di dasar sungai. Keadaan perairan airnya tergantung pada
musim, jika musim hujan maka perairan akan keruh dan ketika kemarau perairan
akan jernih. Pada daerah daratan sungai (pantai) ada tanaman-tanaman yang
tumbuh seperti bambu, pandan, batang ara, batang waru, batang kala dan pete
besi. Pantai sungai Keutambang ini juga aktif dilakukan galian C.
4.1.2.3 Hasil tangkapan
Produksi ikan hasil tangkapan nelayan di gampong Keutambang
Kecamatan Pante Ceureumen, dari 10 sampel nelayan penangkap (sebagai
nelayan penangkap selama 10-50 tahun) diambil di sepanjang daerah aliran sungai
gampong Keutambang. Hasil identifikasi jenis-jenis ikan yang didapat di perairan
25
gampong Keutambang hasil dari tangkapan masyarakat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
26
Tabel 5. Jenis-jenis ikan yang didapat di perairan Sungai Meureubo hulu Gampong Keutambang.
N
o Ordo Familia Genus Spesies
Nama
Daerah
Alat
Tangkap Ciri-ciri Gambar
1. Anguilliformes Anguillidae Anguilla Anguilla
mamormata Ileh Pancing
- Badan belang coklat putih
- Sisik sangat halus pola
anyaman
- Sirip punggung lebih dekat
kepangkal sirip dada lobang
dubur
- Lobang insang di dedan sirip
dada
- Bukaan sudut mulut melebihi
belakang mata
- Hidup di sungai yang
bermuara ke laut
2. Cluipeiformes Engraulididae Stelepho
rus
Stelephorus
indicus Bileh
Jaring/
jala
- Badan berwarna putih
transparan
- Bentuk badan kecil
memanjang
- Memiliki 4-5 sisik berduri
diantara sirip dada dan sirip
perut
- Mulut sub terminal
27
3. Cypriniformes Cyprinidae Osteochi
lus
Osteochilus
hasseltii Serukan
Jaring/
jala
- Bercak hitam bulat pada
pangkal batang ekor
- Ujung sirip perut menyentuh
lobang dubur
- Moncong tumpul dengan dua
pasang sungut
- Sepasang lobang hidung
- Badan agak gelap
- Mulut terminal datap
disembulkan
- Ekor bercagak
4. Cypriniformes Cyprinidae Rasbora Rasbora
sumatrana
Keudawa
h
Jaring/
jala,
pancing
- Bercak hitam pada pangkal
sirip ekor
- Pita gelap pertengahan sisi
badan
- Sirip punggung dimulai
dibelakang dasar sirip perut
5. Cypriniformes Cyprinidae Tor Tor
tambroides Kerling Jala
- Mempunyai tonjolan daging
atau caping dibawah bibir
yang berukuran besar
- Panjang caping 17-26 % dan
lebar 16-28 % dari panjang
kepala
- 2 (dua) sungut diatas bibir
rahang
- 1 (satu) sungut di sudut mulut
28
6. Parciformes Gobiidae Sicypus Sicypus spp Pagab Pancing
- Sirip perut bermodifikasi
menjadi cakram penghisap
(organ pelekat)
- Tidak memiliki gigi taring
- Memilki 6-7 bercak gelap
pada sisi badan
- Memilki 5-6 bercak hitam
seperti pelana pada punggung
7. Cypriniformes Cyprinidae Hampala
Hampala
macrolepidot
a
Keubare Jaring,
pancing
- Badan memanjang
- Mulut moncong dan
meruncing
- Sirip ekor tepinya berwarna
gelap dan sebelah dalam
berwarna merah
- Bercak hitam pada
pertengahan badan dibawah
sirip punggung
- Bersifat predatator tapi tidak
mempunyai gigi taring
8. Crustacea Palaemanidae Macrobr
achium
Macrobrachi
um lar
Udang
Bate Bubu
- Udang air tawar
- Berwarna hijau tua kekuning-
kuningan
- Tanduk moncong sangat
pendek kira-kira setengah
kepala
Sumber: hasil olahan data primer
29
Dari tabel diatas jenis ikan dapat diklasifikasi yang termasuk ikan yang
langka, ikan yang potensial untuk ikan hias dan ikan yang berpotensi sebagai ikan
ekonomis yang akan tersaji di dalam tabel berikut:
Tabel 6. Jenis-jenis ikan yang didapat di perairan Sungai Meureubo hulu
Gampong Keutambang yang potensi dibudidayakan dan bernilai
ekonomis tinggi.
No Nama Ikan Genus Familia Ordo
1 Keudawah/Depik Rasbora Cyprinidae Cypriniformes
2 Belut/Ileh Anguilla Anguillidae Anguilliformes
Sumber: hasil olahan data primer
Tabel 7. Jenis-jenis ikan yang didapat di perairan Sungai Meureubo hulu
Gampong Keutambang yang potensi dibudidayakan dengan harga
ekonomis.
No Nama Ikan Genus Familia Ordo
1 Keureling/Murong Tor Cyprinidae Cypriniformes
2 Serukan/Nilem Osteochilus Cyprinidae Cypriniformes
3 Belut/Ileh Anguilla Anguillidae Anguilliformes
Sumber: hasil olahan data primer
4.1.2.4 Waktu penangkapan
Masyarakat Keutambang karna menggunakan alat tangkap yang masih
sederhana dan tradisional maka waktu pelaksanaan penangkapan dilakukan
biasanya pada saat pagi dan sore hari dengan menggunakan alat tangkap berupa
pancing, jala atau jaring, sedangkan pada malam hari juga biasa melakukan
penangkapan dengan menggunakan alat tangkap berupa bubu, pancing tancap dan
jaring yang akan di angkat besoknya.
4.1.2.5 Faktor yang mempengaruhi penangkapan
Adapun faktor yang mempengaruhi penangkapan adalah kondisi
lingkungan sungai Keutambang sudah ada pengoperian galian c sehingga perairan
30
terganggu dan organisme yang ada di perairan juga terganggu dan terjadilah
hijrah/berpindah ke sungai/daerah aliran sungai lain.
4.1.3 Gampong Jambak
4.1.3.1 Sejarah singkat
Gampong Jambak Kecamatan Pante Ceureumen dengan luas area + 100
ha yang merupakan suatu gampong yang sumber pendapatan masyarakatnya
bertumpu dari hasil pertanian . Potensi Gampong Jambak cukup besar, baik
potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum yang belum dimanfaatkan
secara maksimal. Potensi yang ada baik itu sumber daya alam maupun sumber
daya manusianya perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran
masyarakat secara umum. Perekonomian Gampong Jambak secara umum di
dominasi pada sektor pertanian yang sistem pengelolaanya masih sangat
tradisional (pengolahan lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk
pertaniannya). Produk pertanian Gampong Jambak untuk lahan basah (sawah)
masih monoton pada unggulan palawija dan sedikit padi, hal ini diakibatkan
adanya struktur tanah yang mungkin tepat untuk produk unggulan pertanian diluar
sentra padi dan persoalan mendasar lainnya adalah sistem pengairan yang kurang
baik sehingga berdampak adanya kekurangan air jika pada saat musim kemarau.
Oleh karenanya harus ada langkah strategis dalam mengatasi persoalan pertanian
dengan melakukan berbagai upaya-upaya : Perbaikan sistem irigasi/pengairan;
penggunaan teknologi tepat guna ; perbaikan pola tanam dan pemilihan komoditas
alternatif dengan mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak terkait (dinas
pengairan, dinas pertanian).
31
Potensi Gampong Jambak cukup besar, baik potensi yang sudah
dimanfaatkan maupun yang belum yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Potensi yang ada baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusianya
perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara
umum. Dalam pengembangan potensi yang ada baik itu potensi alam maupun
potensi sumber daya manusia, masyarakat Gampong Keutambang juga tidak
terlepas dari permasalahan-permasalahan, permasalahan ini muncul dikarenakan
tingkat pendidikan masyarakat yang masih sangat rendah sehingga potensi yang
ada belum termanfaatkan secara optimal. Permasalahan utama yang dihadapi
masyarakat Gampong Keutambang adalah belum adanya fasilitas sarana dan
prasarana yang memadai untuk peningkatan sumber pendapatan masyarakat dan
fasilitas pelayanan umum untuk menunjang pengembangan perekonomian yang
bertumpu pada ekonomi kerakyatan, begitu juga dengan potensi sumber daya
alam yang ada di gampong Keutambang misalnya rawa dan sungai yang belum di
manfaatkan.
Letak geografis gampong Jambak berbatas wilayah dengan wilayah lain
seperti pada tabel berikut:
Tabel 8. batas wilayah gampong Jambak sebagai berikut:
No Batas Wilayah Batasan Dengan Gampong Batas Lain
1 Sebelah Utara Sikundo Pante Ceureumen
2 Sebelah Timur Keutambang dan Pulo teungoh Pante Ceureumen
3 Sebelah Barat Krueng Bajikan Pante Ceureumen
4 Sebelah Selatan Cangai Pante Ceureumen
Sumber: RPJMG Gampong Jambak
Adapun keadaan penduduk gampong Jambak Kecamatan Pate Ceureumen
Kabupaten Aceh Barat berdasarkan dengan tingkat dusun dapat dilihat pada tabel
berikut:
32
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Dusun
NO DUSUN JUMLAH
KK
JUMLAH JIWA TOTAL
JIWA L P
1 Habib Yahya 27 54 65 119
2 Tuwi Kuta 39 74 88 162
3 TR.Batak 31 70 82 152
JUMLAH 97 198 235 433
Sumber: RPJMG Gampong Jambak
Sedangkan keadaan penduduk gampong Jambak Kecamatan Pate
Ceureumen Kabupaten Aceh Barat berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Uraian Jumlah Keterangan
1. Petani 155 aktif
2. Pedagang 5 aktif
3. Peternak 3 aktif
4. Pertukangan 9 aktif
5. Sopir 2 aktif
6. Pekerjaan Bengkel 2 aktif
7. Pengrajin/Industri Rumah Tangga 3 aktif
8. Wiraswasta 10 aktif
9. PNS/TNI/POLRI - Aktif
Jumlah 189
Sumber: RPJMG Gampong Jambak
4.1.3.2 Lokasi/daerah penangkapan
Daerah aliran sungai di gampong Jambak sepanjang ± 10 km merupakan
daerah yang diapit oleh pegunungan dengan kedalam bervariasi yaitu 10 cm
sampai dengan 3 meter dengan luas perairan berkisar ± 50 m, disamping itu ada
juga rawa atau suak-suak kecil hasil dari pengerukan dan pembukaan saluran oleh
escavator yang menghubungkan ke sungai, tekstur tanah aliran sungai yaitu
berbatuan (baik batu koral maupul batu gajah hasil dari longsoran gunung
disekitar) serta jenis tanah dasar berpasir lumpur, disamping itu juga di perairan
sungai Jambak terdapat bongkahan-bongkahan kayu glondongan besar yang
33
tertambat di dasar sungai. Keadaan perairan airnya tergantung pada musim, jika
musim hujan maka perairan akan keruh dan ketika kemarau perairan akan jernih.
Pada daerah daratan sungai (pantai) ada tanaman-tanaman yang tumbuh seperti
bambu, pandan, batang ara, batang waru, batang kala dan pete besi. Seputaran
sungai Jambak juga ada dilakukan galian C walaupun belum seluruhnya akif.
4.1.3.3 Hasil tangkapan
Produksi ikan hasil tangkapan nelayan di gampong Jambak Kecamatan
Pante Ceureumen, dari 10 sampel nelayan penangkap (sebagai nelayan penangkap
selama 10-40 tahun) diambil di sepanjang daerah aliran sungai gampong Jambak.
Hasil identifikasi jenis-jenis ikan yang didapat di perairan gampong Jambak hasil
dari tangkapan masyarakat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
34
Tabel 11. Jenis-jenis ikan yang didapat di perairan Sungai Meureubo hulu Gampong Jambak.
N
o Ordo Familia Genus Spesies
Nama
Daerah
Alat
Tangkap Ciri-ciri Gambar
1. Anguilliformes Anguillidae Anguilla Anguilla
mamormata Ileh Pancing
- Badan belang coklat putih
- Sisik sangat halus pola
anyaman
- Sirip punggung lebih dekat
kepangkal sirip dada lobang
dubur
- Lobang insang di dedan sirip
dada
- Bukaan sudut mulut melebihi
belakang mata
- Hidup di sungai yang
bermuara ke laut
2. Cluipeiformes Engraulididae Stelepho
rus
Stelephorus
indicus Bileh
Jaring/jal
a
- Badan berwarna putih
transparan
- Bentuk badan kecil
memanjang
- Memiliki 4-5 sisik berduri
diantara sirip dada dan sirip
perut
- Mulut sub terminal
35
3. Cypriniformes Cyprinidae Osteochi
lus
Osteochilus
hasseltii Serukan
Jaring/jal
a
- Bercak hitam bulat pada
pangkal batang ekor
- Ujung sirip perut menyentuh
lobang dubur
- Moncong tumpul dengan dua
pasang sungut
- Sepasang lobang hidung
- Badan agak gelap
- Mulut terminal datap
disembulkan
- Ekor bercagak
4. Cypriniformes Cyprinidae Rasbora Rasbora
sumatrana
Keudawa
h
Jaring/jal
a,
pancing
- Bercak hitam pada pangkal
sirip ekor
- Pita gelap pertengahan sisi
badan
- Sirip punggung dimulai
dibelakang dasar sirip perut
5. Cypriniformes Cyprinidae Tor Tor
tambroides Kerling Jala
- Mempunyai tonjolan daging
atau caping dibawah bibir
yang berukuran besar
- Panjang caping 17-26 % dan
lebar 16-28 % dari panjang
kepala
- 2 (dua) sungut diatas bibir
rahang
- 1 (satu) sungut di sudut mulut
36
6. Parciformes Gobiidae Sicypus Sicypus spp Pagab Pancing
- Sirip perut bermodifikasi
menjadi cakram penghisap
(organ pelekat)
- Tidak memiliki gigi taring
- Memilki 6-7 bercak gelap
pada sisi badan
- Memilki 5-6 bercak hitam
seperti pelana pada punggung
7. Cypriniformes Cyprinidae Hampala
Hampala
macrolepidot
a
Keubare Jaring,
pancing
- Badan memanjang
- Mulut moncong dan
meruncing
- Sirip ekor tepinya berwarna
gelap dan sebelah dalam
berwarna merah
- Bercak hitam pada
pertengahan badan dibawah
sirip punggung
- Bersifat predatator tapi tidak
mempunyai gigi taring
8. Crustacea Palaemanidae Macrobr
achium
Macrobrachi
um lar
Udang
Bate Bubu
- Udang air tawar
- Berwarna hijau tua kekuning-
kuningan
- Tanduk moncong sangat
pendek kira-kira setengah
kepala
Sumber: hasil olahan data primer
37
Dari tabel diatas jenis ikan dapat diklasifikasi yang termasuk ikan yang
langka, ikan yang potensial untuk ikan hias dan ikan yang berpotensi sebagai ikan
ekonomis yang akan tersaji di dalam tabel berikut:
Tabel 12. Jenis-jenis ikan yang didapat di perairan Sungai Meureubo hulu
Gampong Jambak yang potensi dibudidayakan dan bernilai ekonomis
tinggi.
No Nama Ikan Genus Familia Ordo
1 Keudawah/Depik Rasbora Cyprinidae Cypriniformes
2 Belut/Ileh Anguilla Anguillidae Anguilliformes
Sumber: hasil olahan data primer
Tabel 13. Jenis-jenis ikan yang didapat di perairan Sungai Meureubo hulu
Gampong Jambak yang potensi dibudidayakan dengan harga ekonomis.
No Nama Ikan Genus Familia Ordo
1 Keureling/Murong Tor Cyprinidae Cypriniformes
2 Serukan/Nilem Osteochilus Cyprinidae Cypriniformes
3 Belut/Ileh Anguilla Anguillidae Anguilliformes
Sumber: hasil olahan data primer
4.1.3.4 Waktu penangkapan
Waktu pelaksanaan penangkapan ikan dilakukan oleh masyarakat biasanya
pada saat pagi dan sore hari dengan menggunakan alat tangkap berupa pancing,
jala atau jaring, sedangkan pada malam hari juga biasa melakukan penangkapan
dengan menggunakan alat tangkap berupa bubu, pancing tancap dan jaring yang
akan di angkat besoknya.
4.1.3.5 Faktor yang mempengaruhi penangkapan
Walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang
menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang
dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan
38
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula
jika terjadi sebaliknya.
Selama penelitian dilaksanakan di gampong Keutambang dan gampong
Jambak, ditemukan ikan yang dominan tertangkap oleh nelayan sebanyak 7 jenis
ikan di dalam beberapa family, spesies ikan terbanyak yaitu berasal dari Ordo
Cypriniformes khususnya familia cyprinidae spesies Tor tambroides. Jenis-jenis
ikan yang tergolong Familia Cyprinidae merupakan kelompok ikan yang sangat
cocok hidup di lingkungan perairan tropis, disamping juga memiliki jumlah
spesies yang tergolong banyak.
4.2 Faktor Penurunan Produksi Penangkapan
Penurunan produksi ikan di Keutamabang dan Jambak, berdasarkan
informasi nelayan disebabkan karena :
a. Upaya penangkapan yang berlebihan pada musim ikan dan biasanya
pada musim kemarau, dimana semua jenis ikan yang tertangkap, ikan-
ikan kecil sampai ikan yang besar, hal ini menyebabkan reproduksi ikan
terganggu/terhambat terutama jenis-jenis ikan yang mempunyai kemampuan
sehingga reproduksi rendah.
b. Usaha penangkapan dengan mengunakan bahan-bahan terlarang seperti
bahan beracun (potas,tuba), menggunakan alat listrik (strum).
c. Usaha penambangan galian C di pinggiran sungai yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai.
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini antaralain:
1. Jumlah atau keragaman jenis ikan pada gampong Keutambang dan
gampong Jambak di sungai Meureubo Hulu yaitu 8 genus, 6 famili dan 5
ordo.
2. Diduga penurunan produksi ikan hasil tangkapan nelayan mempunyai
hubungan (korelasi) terhadap intensitas penangkapan (penangkapan terus–
menerus), penurunan kualitas air dan illegal logging (perambahan hutan).
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Penelitian dilanjutkan di hilir dan tengah sungai Meureubo untuk
informasi menyeluruh tentang jenis ikan.
2. Penelitian dilanjutkan dengan menfokuskan kepada aspek ekobiologi ikan
yang dominan maupun yang diperkirakan mulai langka yang mencakup
makanan, reproduksi dan komunitas polusi.
3. Perlu dilakukan upaya pelestarian sumberdaya perikanan umum dengan
penerapan peraturan undang–undang yang berlaku faktor perikanan,
penyuluhan, pembinaan terhadap nelayan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus, 2010. Pengertian dan Macam-macam Sungai. Jakarta.
(www.google.com). (Dikunjungi pada tanggal 09 November 2013).
Anonymus, 2006. Perairan Indonesia. Jakarta. (www.google.com). (Dikunjungi
pada tanggal 09 November 2013).
Anonymus, 2005. Macam-macam Ikan Air Tawar. Jakarta. (www.google.com).
(Dikunjungi pada tanggal 08 November 2013)
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT.
Rineka Cipta. 370 hal.
Bappeda Aceh Barat 2010, dipublikasikan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Borgstrom, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008. Dalam
http://www.wikipedia.com// Jenis-jenis ikan air tawar.
Charef et.al, 2010. Stadtgestalt als Prozess, Versuch über die Entsprechung von
Stadtgestalt und Gesellschaft anhand eines bewusst seins geschicht
lichen Modells, Heider Druck GmbH, Bergisch Gladbach, 2003.
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2011. Teknik Identifikasi Spesies Ikan,
Jakarta.
Djoko,S. 2000. Dalam Darmadi Blog 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Ikan.
Jakarta
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Fauziyah, 2005. Klasifikasi dan Identifikasi Ikan air tawar. Bogor. Jilid Satu. IPB
Press
Fujaya, 1999. Fisiologi Ikan. Dalam Darmadi Blog 2009. Laporan Praktikum
Fisiologiu Ikan. Jakarta
Haryono, 2009. Identifikasi Ikan. Buku Panduan Lapangan : Ikan Perairan
Gambut. Penerbit LIPI Press. Jakarta
Kartamihardja et.al, 2008. Perairan Umum Indonesia Secara Terpadu. PT
Pradnya Paramitha. Jakarta
41
Mayr & Ashlock, 1991.. Whitten diterjemahkan S. N. Kartika Sari dan S.
Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Edition Limited. Jakarta : xiii+271 hlm.
Muchlisin Z.A.2008.Pedoman Lapangan Indentifikasi Ikan Air Tawar di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Kawasan Ekosistem Lauser. Tidak
dipublikasikan
Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Gampong Jambak
2014 dipublikasikan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Gampong
Keutambang 2014 dipublikasikan.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina
Cipta, Jakarta.
Sastrawidjaya, dkk. 2002. Nelayan Nusantara. Pusat Riset Pengolahan Produk
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Sitorus, 1994. Dinamika Modernisasi Perikanan Formasi Sosial dan Mobilitas
Nelayan. Bandung: Humaniora Utama Press
Stickney, 1979. Dalam Darmadi Blog 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Ikan.
Jakarta.
Subri, 2005. Pengelompokan Sumberdaya Manusia (SDM) Masyarakat Nelayan.
www rudict tripod com. 22 Mei 2003.