,. '.~-. ~l-."""~"'" .• ,.'~ ..
If
DeWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I FRAKSI ABRI
==~========================
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ABRI AT AS
RANCANGAN UN DANG-UN DANG TrJ~T}\NG
PER,,~DIL.~N AGAMA
Yang terhormat Pimpinan"Sidang,.
Yang terhormat Saudara Menteri Agama R.I,
Yang terhormat Para Anggota Dewan, dan
Hadirin yang kami muliakan.
T~rlebih dahulu. marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat dan karuriia-Nya,
sehingga pada hari ini tnnggal .14 Desember 198:9, kita dapat
menghadi ri Sidang Pariptlrna Dewan yang terhormat,. dalam rangka
Pembicaraan Tingkat IV Pengambi lan Keputusan Rancangan Undang
Undang tentang .Peradilan Agama, dalam keadaan.sehat wal'af1.at.
Fraksi ABRI menyambut Pembicaraan Tingka-t IV in; dengan p.erasaan
lega, karena Dewan Perwaki lan Rakyat bersama Pemerintabtelah
berhasil menyelesaikan Pembanasan Rancangan Undang-Undang in;.
d~ngan baik dan tepat waktu.
Kel ancaran pembah?\san dan bobot kesepakatan. yang di hasi 1 kan,
." selain disebabkan adanya saling asah, asih dan asuh yang tumbuh
baik antar Fraksi, maupun antara Pemerintah dengan semua F·raksi
selama berlan~sun9nya pembahasan, disebabkan pula telah
diterimanya berbagai masukan dar; masyarakat, baik melalui media
massa, maupun yang di l&kukan mala'lui pertemuan tatap muka sebelum
dan menjelang Pembicaraan Tingkat III.
1
, ": .... '.' .. ~'.
~W.~~-.~~~~jJ£t;~J~~iji;4,;:i.z.~.";Z~:j:;:::~~~~~U" ,I.._~._~~~1t~t;)ilt[;Li~ii~~~
01eh karena itu, perkenanttanlah ~lal1l kesempatan in; Frake; ABA!
,.ngueapkan terima kasih k • .,.d. af)fflu," Ritl_k y,.ng ttlah tn$mber1kan
tp.aukan yang san gat berr-,rO" •• hin,p@ l"bih rnemperlUfilS cakrawa~~ \. ; .. ~ . ':;
pandang Fraksf ~ami del",f'l 'memperju.ngk~ aep1r.a.; seluruh rahYa,
'untuk ditampung chllom R_nc"ngan U~an~-Und.fl9 in;.
Uf;apao . terim_ kas-;h yani ....... k.mi t~4qk .. " pul- kepad__ FrakS!t -...... ':,
I
PemQkraei Indonesia den pemer;nt..-fl, yanq •• napti'~. b,rpij,k
l<epada tekad Y."9 j'r'1l~h '"""~~ btr~ak~~ ~.p.4,! ,.1Mruh I ~9fl 1
dan tanah fS i r ~"lam 1~\4 aril~1116ntas i ¥l\n9 m~H~~r",; ".1 yr~t1 ~ .
Pf"'bahaaan Rancan94'l U"".".-~np~o~ 1 n i, "11 i n.~~.PQaa ekh 1 rn~, { . • 'I ;~l
kite telah berh •• il " .. latlirt<~n~e.,p.~~1:t.o. :r~n9 t-ulU8 d'J1 : ~ " '. ,.",. .' .,' ..~; " \
~iJtan 8e~~atu y'an~ ~.rpat~~n'4k k,p,nt.iI1Q,,, '~el~r~h rat<Yf' . • . . 1\" ~, , " - .
%,n~on.ai~. DfJ,,1ki.n P~" Fr_k$i AJaRJ s~q.r. ~h~,,,,,,· ~ny~mpa;k,"
~.,.,gh.,,"aan kepad" ",o~,ri AQa,.,a R.I II ... lak~ ~,.t<~' pe"",..;n~~l
~,i deAtM Wkun .~ 1.1 &4 me"e."d i ri P''''~t~.r.~fl''fH; i "'9ka~ PAMS"', dan PANJA.
'. ,I.. ,".
..
"
,~r. J~J~r ~ ~"l~kMl' 'panw4l' ~l~ mlffllt~~i P~.lmw.~q , \ \{. ; ~
Tin,~at ~XX fl.mb.'u~.~ ft,"QIFlt{fJ1 UOR."$J-Hn~n" i'~'~, fr~'1 ~ql of ~. ,.4y;~ '.' !>'::l'J~,~.,!~,.,-:,,~,",.~.,:; J"';~~ {: .;: <)~~.: ; .'!. , .. :' >."(' >.+~,?, .,'~ . .'~·1 ~:. ," ';, .... , ~:.' p ... '. ',.
w.l,yp~n tr.top oPt1"l1'1tl~,. ""'"~" t14,~f5 l~p~'~I"i ~t¥.nQ·b.Y.n" t_ '.
kpkh~~~~~ ~I~ ~'f:1f'~""@r~a1'''~' P~~"~. ~*P ~~n tid._~ det:l.' t.r.'i'i'f1~tn' p~~, ~.t,~ w,kf~ r'+~, '~lr'"91n~,an.
. •• ,,1 .. ~r4Qil.n A~._., i~t G;,ukup ~r~~ q~ 'P~,~fl~ ~uk.~ "~.r4l"tt ' !!I.~~riJl¥t r~ ~~~l t~ta~~!I5~n,n~ ~~t',tnYo .v~,' !IIe~rf,A~Yn ~tfi1 '
~"1~ pn ~)':~~ifl~ ~rt~~i '~~i~ "!.r~~ ~~,~~rllk~f! ~n,~~ ~
2
. ;
apabila car a penanganannya kurang cermat dan bijaksa'na akan dapat '
menyinggung bagian yang amat pekadalam kehidupan m~.y'arakat,
tereebut.
01eh kare'na itu tugas yang dipikul oleh Oew~n~ bvkanseked·.r
. membahas materi Rancangan Undang-Undang untuk dapat disepakati
menjad; Undang-Undang, mel.inkan lebih jauh dari itu.
Oalam' mernbahas Rancangan~ Undang-Undang tentang Pared; lan Agama
in; dapat dikatakan Dewan Perwakilan Rakyat diuji agar .gapa~
membuktikan ketangguhan integritas nasiona'~ya, .ert_
kemantapannya dalam'mern.bina kerukunan hidup berbangsa yahg,
berlandaskan Wawasan Nusantara.
A 1 hamdu 1; 11 ah., ketika aaat Pembahasan Ti ngkat : I I I d i mu 1 a; "
ternyata kabut kekhawati-ran itu berangsur· hilang, Clan kecerahan
au&sanapun semak in namp.k J hal i' n ; d i tanda ; dengankel angsungan
p"'oses pembahaaan. materi Ranoangan' Undang-undang yang walaupun
telah terjadi perb,daan pendapat dan adu' argumentasi yang .engit
bahkan ada kal~nya timbul perdebatan yang rnelelahkan .dalam
mempertahankan sikap Fraksi-nya masing-masing, tetapi b.rkat
'a~any. keaatuan te~ad bersama untuk menjunjung tin89i
kepentingan seluruh rakyat di atas kepentingan pr;badi atau
gplongan, semua pihak tidak segan untuk ,mengalah, jika memang
diperluk$n untuk memenangkan aapirasi dan kepentingan seluruh '-
rakyat.
Dengan tumbuhnya auasana dan tekad keb.reamaan tars.but dapat'
diperoleh bobot le'bih dan alternatif terba(k pada setiap
kesepakatan yang dihasilkan.
3
"
I
I
Suasana k~Sungguhan tidak sampai meruncing menjadi ketegangan. I
Dalam upaya mencari kesepakatan selalu dipel ihara suasana . I
I
kekeluarg,an yang akrab, melalui konsultasi sehingga berhasil I
mencairka~ kebekuan apabila hampir menjumpai jalan buntu~ !
!
Dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang ini, upaya dan car a I ~ L
mempertem~kan perbedaan pendapat benar-benar telah memberikan
hikmah da~am mencapai i'~esepakatan yang lebih berbobot, sehingga !
I '
auasana ~usyawarah semacam itu kiranya layak diangkat menjadi I
I
tradisi d~lam melaksan~kan Demokrasi Pancas;la secara nyata dalam I
Dewan yang terhormat ini.
Sideng De.an yang kam; muliakan. I
I
Perkenankanlah kin; Fraksi kami membahas muatan yang dirumuskan ! •
dalam Rancangan Undang-Undang tentang Peradilan Agama yaitu I
I
materi-materi yang meliputi Susunan, Kekuasaan, dan Hukum Acara !
pe~adilan!Agama. . i
Sebagaimana diketahui, ruang lingkup kew.nangan Peradi1an Agama I
hanya te~batas pada sebagian keci 1 Hukum Perdata Islam, yaitu I
I
Bidang P.rkawinan~Weris, Hibah, Wasiat, Wakaf dan Shadaqah. \ I ~
• !
D1 t i nj au ,dar i seg i ruang ) i ngkup , memang benar Perad i 1 an Agama !
" 'ebih sen\pit dibandingkan dengan Perad; lan Umum dan Peradi lan , ' J • Tata Usa~a Negara. Tetapi apabila dilihat dari sifatnya yang
!I
langsung'j menyentuh sis-; kehidupan pribadi serta keyakinan I
masyal"ak~t, maka permasalahan yang dthadap; dalam membahas !
RaneanganlUndang-Undangtentang Peradilan'Agama harus diakui jauh
lebih ber~t •.
4
I
Kenyat~an menunjukkan, bahwa begi~u Rancangan Undan9-Unda~9 I "
I .
tentang! Peradi lan Agama dimunculkan untuk dibahas dalam Dewan I
I
yang terhormat ini, ternyata masyaraka~ luas, langsung memberikan i
perhati~n khusus.
"Berbaga~ tanggapan muncul dari tokoh-tokoh dan pakar-pakar yang I
terpand~n9, dapat di ikuti c;ialampenyebarluasannya oleh berbag8 I
media 'assa. Oalam upaya menyerap masukan seluas-luas~ya Fraksi
ABRI"m~nemukan bahwa ads,tanggapan yang bersifat aspiratif, penuh i
harapan dengan kehadi ran Undang-Undang tentang Peradi 1 an Agama I
in;. A~a tansgapan yang \ bernada kurang menyetuju; kehadirannya I
karena ;diansgap kurang selaras dengan nilai-nilai yang terkandung I
I
dal·am ~ancasi la. Bahkan ada pula yang mengkhawati rkan kehadi ran I ~
Undang+Undang tentang Peradi 1 an Agama ; n imerupakan' upaya I . .
mewujudk"an Piagam Jakarta secara ber·tahap dan terselubung.
" I
D~ lam remandangan Umum terhadapRarn:angan Undang-Undangtentang
peradilan Agama, Fraksi ABRI telah mengemukakan sikapnya untuk
menjer~ihkan pendapat-pendapat tersebut •. I
I
Pertam~, bahwa kehad iran Undang-Undang ten~ang Perad i 1 an Agama I _
tidak fuertentangan dengan Wawasan Nusantara. I
!
I
Kedus, i bahwa pemberlakuansebagian tertentu dar; hukum perdata I
Islam ~eba9ai hukum positif bagi golongan rakyat yang beragama !
J"
Islam, I tidak bertentangan dengan diterimanya Pancasi'a sebagai I
satu-s~tunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan I • "
berneg~ra, di mana Pancasi 1 a ada' ah me·rupakc;tn sumber dar i segal a i
I
sumberi hukum"
1
J I
I
I
I
5
.~~i~0~'~~5.,,~~ .•• ·.':.0.;t~~~{:E"';':;":;J4""{r''''irii~:.w;L:$'~~'jiii}r~.i'&4'~;I'~~j"':$
Ketiga, bahwa penyaringan yang di lakukan terhadap unsusr-unsur
HukuM Perdata Is1am yang akan dijadikan hukum nasional harus I
I
dilakuk~n dengan rneng9unakan "filter" Pancasila serta dengan
m~mperhJt;kan kenyataan yang hidup dalam' masyarakat; dan bahwa I
unsusr-Jnsur hukum perdata tersebut telah diterima dan berlaku i
salama ,erabad-abad di Indonesia terutama di kalangan masyarakat
yang be~agama Islam .. Demikian pu1a mengenai persyaratan tertentu' !
"
yang h~rus dipenuhi untuk dapat diangkat menjadi Hakim dan
Pej'abat! Peradilan lainnya, yaitu tentaog kesetjaan kepada I
I
Pancasil'a dan Undang-Undang Oasar 1945 harus diartikan pula bahwa I
yang bersangkutan bukan bekas anggota Organisas; Terlarang yan9 I
i •
kesemua~ya ltU merupakan pengamananberlapis terhadap kemungkinan . I
adanya iusaha mewujudkan Piagam Jakarta sebagaimana pernah . I
dikhawa~irkan" I'
I
JawabanlPemerintah dalam Sidang Paripurn~ Dewan Perwakilan Rakyat I
atas p1mandangan Umum Fraksi-fraksfterhadap Rancangan Undang-
undang'!tentang Parad; lan Agama ternyata seja1an dengan sikap I . , ,
Fraksi IABRl, yang dikemukakan da1am p~mandangan Umumnya •. sejak I .
saat itu boleh dikatakan tanggapan pro dan kontra atas kehadiran I .
Peradil~n Agama menjadi reda.
I
Fr.aksi IABRI menafsi rkan, bahwa suasana tenang da 1 am masyarakat ! I
~ yang m,nyertai Pembicaraan' Tingkat III Rancangan Undang-Undang
t.ntanb Peradilan Agama, merupakan suatu pertanda, bahwa I
mas)lartat te 1 an sepenuhn)la memperca)lakan pembahasan Rancangan
Undang-!undang in; kepada para waki1nya di De.wan Perwaki lan Rakyat I
bersam~-sama dengan Pemerintah. !
6
.4 ,.'
, I I
1 I
';";l,.-:~~ ... ~;,.5 ..• ·;",~ "f,)'"l?II· .... · .. ~·,:.::·/·~.·. ' •. :.:,~ .<,:;; , 'c, . oj iIIIiI:ii ___ ...... _ .:..ilO_iilIOI! __ =_~. ioolIiJo_ioIW. __ .1ioI.f.i.,IJ..iii. ·~o .... _,;a..;" ...io.li.=~, ...... :~.::,~~".~ .. ".~ .. ii;~.:'.l:i~..;~~..:...~ .. ,~.'"""'.,,"ii:o.o.-~~ ...... ~iIIIIIIIIIiiiIi~lriiiiiiIiIlIi1IiIMIiIl1IiliIIIiII~ __ iiIIIIIiIII~~~~~~~~.
I, ;:~~ 'f~: . ,
.~ '\...
" ""tli
t. ,: • l.,
Suasana tenang dalam masyarakat, juga tidak terlepas dar; peranan~
media massa yang telah menyajikan pemberitaan tentang proses I '
I
pembahasan Rancangan Undang-Undang ini. secara proporsional, wajar, I ,
dan aku~at. Atas Si~ap dewasa dan bijaksana dar; masyarakat yang telah mampu
'. merne 1 i hlra ketenangan suasana se 1 ama pembahasan Rancangan Undang- . I
Undang lin; di Dewan Perwaki lan Rakyat, sehingga, tidak terjadi' i
pen9un9~apan sikap melalui cara-cara yang tidak konstitus;onal I •
ataupunl cara, 1a1n yang dapat mempengaruh,; kejernihan proses I
pembaha~an, Fraksi ABRI menyatakan rasa syukur dan penghargaan I
I
yang tinggi. Demikian juga penghargaan yang tingg; kami tujukan I :~t
kepada ~edia massa yang telah melaksanakan peranannya dengan , I
sangst baik.
Sidang lewan yang kami m~liakan. I
i
I
SelanjuJnya Fraksi kami ingin meny1ng9un9 masalah-masalah yang , I
kami an~gap pe 1 i k. yang terdapat da 1 am muatan Rancangan Undang-
Undang Jentang Peradilan Agama ini antara lain adalah I
I
1. Moialah Judul dikaitkao deb9An SybYek dan Ke~ydukAn I
eertad j , an -Agamai
I
Se~elum memasuki Pembicaraan Tingkat III, sesungguhnya i
semua
Fr+kS; telah memahami, bahwa Pera~;lan Agsma yang diatur
da~am Rancan~an Undang-Undang in1 hanya diperuntukkan bagi !
mefeka yang beragama Is1am. I
Na.un ada pendapat yang cukup beralasan, bahwa judul I
Ra~Cangan Undang-Undang in" yaitu MPeradi lan Agama'~ yang
se~ara konstitutif ~ercantum dalam Urida~g-Undan9 No. 14
7
.'!\"
i"
.' '
" ,
l - ' ; ... , .. '
'Ct ." 't' 'r ,; r:i :, .),.- ~(';'~'-,"'1 ".; :.".::~ .'. ': .(.:. ::"~~~ . ','···'M·,··li··.,i .• i,i.
ta~un 1970 tentang Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman yang • I
me~jadi sumber utama pembuatan Rancangan Undang-U,ndang ini,
I kurang menegaskan tentang subyek hukum yang menjadi I
"yJstisiabelen" Peradi1an Agama itu .. !
I
I
JuctJul seperti itu dapat menimbulkan kesan seolah-olah !
Pewrad11an I
beragama I
. Ra~Cangan I
Agama berlaku bagi seluruh pencari keadilan yang "
apapun, sebagaimana tercantum dalam Pasal 2
Unda~9-Undang, sehingga adapihak yang
me~gusulkan agar judul Rancangan Undan9~Undang tni diganti !
se~ing9a lebih tegas, misalnya menjadi "Peradilan Agsma
Is{am~' . • I
uniUk mengatasi kesenjangan antara judul' dan Subyek Hukum I ,
pe~adi lan Agama, Fraksi ABRI mengusul kan agar pengertian . I
te~tan9 Subyek Hukum Peradilan Agamadicantumkan pada bagian I
aW$l dar; batang tubuh Rancangan Undang-Undang in;, sehingga I •
se~iap orang yang membaca Undang-Undang in; akan segera I
me'~getahui bahw8 Peradilan in; hanyaberlaku bag; mereka I
ya~9 beragama Islam. i
Fr~ks; ABRI sang at menghargai sikap akomodatff dan I
keterbukaan Pemerintah dan rekan-rekan dar; Fraksi lainnya,
un~uk menyepakati penempatan pengertian Subyek Hukum i
petadilan Agama itu pada bagian yang paling. awal dar; batang
tU~Uh Rancangan Undang-Undang, yaitu dalam Pasa' 1 butir 1 !
ya~9 berbuny i : I
I
I
'"P~radi7an Agama adaJah Perad11an bagj or~n9-orang ysng I
beras ... Islam-.
8
I
I
I
pelyataan dalam P.asal 1 butir1 kemudian dalam pembahuan I
s.1anjutnya disepakati untuk dipert~9a~ dan diperjelas
gan menyempurnakan rumusan Pasal 2 Rancangan Undang
Un ang, sehi nggaakhi rnya be.rbuny i
I
·Peradilan Agama merupakan salah satu pe7aksana kekfJasaan
k.~alciman bagi rakyat pencar1 keadi1an yang berag .... 1a1., I •
I
. tnehgenai perkara·, perdata tertentu yang diatur dalam Undang-
unl,ang In i· .. I
I
2. PeDcantYlMn PISA' 29 Undang-Undang pas'or _1945 . gal"" tSonsjde-I
ribs "MitoginsAtn,t. I
. se~la Fraksi ABRI ~ngusulkan agar Pasal 29 dicantumkan I ,
dalam t(onsiderans ·'Mengingat", dengan pertimbangan bahwa I
Pa~a 1 29 Undang-Urfdan.9 Oasar 1945 i tu dapat d; j ad ; kan
'ca~tolan (Ukapstok U) bagi muatan yang terkandung dalam
I
Rahcangan Undang-Undang tentsng .Peradilan Agama.
NJmun. ternyata beberapa Fraksi lain dan ~emerintah I
~19ang9ap pendapat Fraksi ABRlitu kurang tepaf.. karena :
a. 1 Ditinjau dar; seg; teknis perundang-undangan : .
Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 tidak berkaitan
langsung dengan muatan yang diatur dalam Rancangan
Undang-Undang tentang, Peradi 1 an A9am~J karena' Pasa 1 29
Undang-Undang Das.ar 1945 mengaturtentang Kehi dupan
Seragama, sedangkan Rancangan Undang-Undang tentang
Peradilan Agama mengatur tentang .Susunan, Kekuasoan dan
Hukum Acara Peradilan Agama.
9
.'.
'. ~., -:",;; .' -:;
bit· Dit i nj au dar i ke 1 ay akan Undang-Undang sebaga; prociuk
pol itik pencantuman Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945
dalam Konsiderans UMengingat.'l ~ sel~in dapat "menimbulkan
. kesan seolah-olah Negara mencampuri kehidupan beragama
. war:ganya, jl..l9a dapat menimbulkan anggapan seolah-olah
Undang-undang tentang Peradi1an Agama akan member;
corak keagama~n terhadap suatu lembaga negara.
Setelah mempertim~an9k~n secara mendslam keuntungan dan
ker~gi~n pencantuman Pa.al itu, baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang, akhi rnya Fraksi ABRI tidak
ber~eDeratan menerima rumusan Konsiderans "Mengingat"
aebagimana tercantum dalam Rancangan Und~n9-Undang tentang
Peradilan Agama sebagai alternatif yang paling maslahat bagi • I
kepentingan seluruh·bangsa. I
3., persyarltan beragama Islam don Babos Qrganisasi TerJarang
pag] pejobat PiradilAn Agama selain HAkim. i
Sebagaimana telah dikemukakan dalam Pemandangan Umum
terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Peradi 1 an Agama,
sebenarnya Fraksi Aof,I ~ej.i...k semula telah dapat memahami, i
bah~a untuk kemantapan psykologis para pencari keadilan yang
menaajukan perkaranya ke Peraditan Agama, selain persyaratan
profes;onal isme (keahl ian) bagi para Pejaba·t Peradi lan Agatna
selain Hakim, juga selanjutnya dilengkapi dengan persyaratan
beragama Islam. Hal itu disebabkan mereka adalah t$rmasuk
Pejabat Peradi lan' ("rechterlijke a,mbtenaren") yang secara
langsung atau tidak langsung terlibat da1am proses
10
>:::.~~
i . . .. itt1 :~i~~j~>.~,:~l~~~~~';'';~;~''~';;''.J:Ji''~;;'·':''iY(;,,£ .;:d*",+·")fl&P....;··'P?;§;;jt,j4:~,.;t~.~;:#i;;t!J;~
I· ..
penyelesaian perkara di Peradilan Agama. I
Pads awalnya Fraksi ABRI menganggap bahW8 akan lebih tepat I
I
apahila persyaratan itu khusus bagi jabatan sel~in Hakim i
.~i~ak perlu langsung dicantumkan dalam batang tubuh I .
Ranbangan Undang-Undang, tetapi penetapannya diserahkan I
kep~da Menteri Agama R.I., dengan pertimbangan untuk member; I
I
kel+-,wesan kepada Menteri dalam menentukan kebijaksanaannya I
di ~idang personil. i
Na~un, setelah dikaji lebih jauh serta setelah menerima I
ta~bahan"penjelasan dar; Pemerintah, Fraks; ABRI dapat I
men1e-rima pencantuman persyaratan beragama Islam bag; Pejabat
Periadi 1an Agama' selain Hakim dalam batang tubuh Rancangan I "
u~~ang-Undang. Dala~ kaitan ini Fraksi "kami sependapat
de~9an Pemerintah bahwa pencantuman persyarat~n itu bukanlah ~ . . ""
cerlminan dar; sikap diskriminatif terhadap warga negara yang I .
bu~an beragama Islam, melainkan semata-mata demi i I .
te~penUhinya kemantapan psykologis para pencari keadilan.
se~entara itu, Fraksi ABRI menganggap persyaratan tidak i '
te~libat Organisas; Terlarang (PKI dan Ormasnya, G.30.S dan I
i
Organisas; Terlarang lainnya) sebagai persyaratan bag; I "
peJabat Peradilan Agama selain Hakim, perlu dicantumkan I
se¢ara tegas dalam batang tubuh Rancangan Undang-Undang.
pe~cantuman itu bukan menunjukkan kewaspadaan yang
be~lebihan, apalag~ yang dilandasi dengan kecurigaan I
tefhadap sesama kawan, melainkan merupakan kewaspadaan yang I ' "
waDar berdasarkan pemikiran yang rasional dan obyektif, I
de~gan tujuan un~uk tidak memberikan peluang sedikitpun I
I
te rhadap bahaya penyusupan paham komuni srne. serta s.,ka 1 ; gus
1 1
! merlUpakan salah satu jaminan pengamanan yang berlapis untuk
I I
mencegah setiap upaya perwujudan Piagarn Jakarta. I •
i Dengan dicantumkannya persyaratan ini hanya bagi Haklm, i
• I
sediangkan ~;agi Pejabat se 1 a in Hak i m t i dak d i cantumkan ~ I
se~ara Hargumentum a contrario" dapat ditafsirkan bahwa I
seoirang yang terlibat dalam Organisasi Terlarang bisa saj~ I
diajngkat menjadi Pejabat Peradilan Agama selain Hakim. I
Penlafs iran sepert i i tu harus d i cegah 01 eh ketentuan da 1 am . i
un~an9-undan9 tentang Peradilan Agama itu sendiri.
Ak~irnya Fraksi ABRI merasa bersyukur dan menghargai I
pe1gertian yang telah ditunjukkan Pemerintah dan Rekan-rekan
'da~i Fraksi lain untuk mengakomodasikan usul Fraks; ABRI I •
I
.te~sebut sehingga persyaratan itu tercantum dalam Penjelasan . I
Pa.al-pasal 27, Sg dan 45, serta pasa1-pasal lain yang
te~kait yang selengkapnya berbunyi I I
• I
"Syarat sebagaimana yang dimaksud dalam huruf d pasa1 . int, I
ya!itu setia kepada Pancasi la dan Undang-Undang Dasar 1945,
I
ha!'"us diartikan mencakup juga syarat sebagaimana yang i
dirnaksud dalam Pasa1 13 ayat (1) huruT e Undang-Undang ini·· ..
I Se~an9kan Pasal 13 ayat (1) huruf e berbunyi
I !
I
"Efukan bekas Anggota Organisasi Terlarang Partai Komunis i,
I~donesia, termasuk organis8s7 massanya atau bukan seseorang I y1ng terlibat 7angsung ataupun tak 1angsung dalam Gerakan
Kfntra Revolusi G.30.S/PKI atau Organisasj Terlarang i
Yfn9 1ain" ..
I I I
I !
I
I
i
I
I I
12
. . I .
~-~;~~~_~Jl_~~~~J.G0W~~.~~_I_\~.~~j;~a~_k.~·~)~~·.f-~t·~·~·~~ .$~.~)~ •.. ~~. ~·~tt~~ ~nM·t~~t~.&~l*~·~~~~0~.~~·~"'~~~:~~~'~.; ~~.
pers.yaratan i tu da 1 am Penje" asan Pasa 1 merupilkan
yang cukup tepat., karena 'selain tetap I
me~cerminkan konkordansi dengan persyaratan yang berlaku i •
ba.i Peradilan Umum dan Paradilan Tata Usaha NagaraJ juga
ti~a~ ~ngabaikan seg; sek~riti. I
I
4. MaSalah Pilihan Hukum (Rechtskeuze). I
!
I ,
Ke~enan9an Peradilan Agamasebagaimana dirumuskan dalam I •
pa~a 1 49 Rancangan undan9-undan~ , semu 1 ad; bayangkan akan I
me~upakan masalah yang paling pelik (paling "crucial") serta I
I ' ,
dirhawatfrkanakan ~ngundang perbedaanpendapat ,yang cukup
~u ~ it untuk d ;'pe rtemukan • I
Kekhawatiran itu beralasan, sebab jauh se'belum Pembicaraan I .
Tihgkat III dimulai, p~ndapat pro dan kontr"a at as rumusan ! ' •
I . .
pa~al itu telah menghangat terutama yang .emp~t dimuat· I
I
I
s6para luas dalam media massa. , ..
, !
palda dasarnya semua pendapat itu bermuara pada. tiga
pe~tanyaan I I
I ,
Pe~tama, "apakah Peradilan Agama akan diserahi wewenang I .
mU~lak menyelesaikan perkara Perkawinan, Kewarisan, Hibah~ I • •
wa~iat, Wakaf dan ShadsQah bagi mereka yang beragama 'Islam?" I
!
Ke~Uat "apakah mereka akan diberikan keleluasaan untuk I ..
I
me~akukan pilihan hukum ("rechtskeuze") meng~nai keenam
bi~ang tersebut ?" ...
I
Ke~iga, "apakah .. rechtskeuze" hanya bar 1 aku untuk bi dang
ke~arisan, hibah dan wasiat saja ? ..
13
Ko1troversi pendapat yang berkembang da.1 am masyarakat semula
di~hawatirkan akan mendorong semua Fraksi dan Pemerintah I
siap mempertahankan argumentasinya mas;ng-masing dengan I
i
gigih. I
i
Naq,un, dugaan itu ternyata m~leset sama sekali., karena semua I
petberitaan yang dimuat dalam media massa yang pernah
di~hawatirkan akan mengipas-ngipas fanatisme 9Olon9an, dalam' I I '.
ke~yataannya justru memberikan hikmah kepada samua Fraksi
unkUk bersikap lebih dewasa, lebih lapangdada dalam i
,me~gemukakan argumentasi secara 109;8 dan obyektif, sehingga I
I
petbahasan yang menyangkut kewenangan Perad 11 an Agama I
tetnyata ber ja 1 an mul us dan menghas;' kan kesepakatan yang - I
I
tu~us. I
I
Se~ua Fraksi dan Pemerintah sepakat, agar rumusan itu di I
I
s~tu sisi secara deduktif merujuk kepada nilai-nilai I
pa~casila sebagai sumber dari segalasumber hukum yang I
• I • .
melrupakan "fi ltertl atas masuknya unsur-unsur hukum lain i
ya~9 akan dijadikan hukum nasional; di s1si lain secara
in~uktif harus mencerminkan pengakuan atas kesadaran· hukum I
ma~yarakat yang berasaskan Bhineka Tunggal Ika. I
Akhirnya semua Fraksi sepakat, bahwa rumusan Pasal 49 ayat I .
I
(11) yang di ajukan oleh Pemer; ntah merupakan rumusan yang I
I
p~lin9 tepat, yang menampung pertimban9a~ dedukatif dan I
'i~duktif itu, yang selengkapnya berbunyi : I
"~1) Pengadilan Agama bertugBS dan berwenang memer1ksa,
I
I
memutus, dan menye7esalkan perkara-perkara ditingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Is lam di
bidang :
14
........... r'lIIiiiiiI-t_t" ....... ,i .... ,,~.;MM;;;;.;.;. .•.• ~J ...... ".I'!~.t ......... iOIIIiiooioiiii·;~-Jt ................. ;.;...,.....!i....>:.; . .;...... :..:...;'·~;·'·L~·-t;..;.. ..... ~,~.,-~~_-.. t~ ... MiliilllbolililljY' .... ' ." ................. iIIiii-'illiliij'-iIIii.I' ~t ....... ~ ...... ~J'-L-,\
a tr perkaw i nan;
b. kewarisan, wasiat- dan hibah
berdasarkan hukum l$lam;
c..wakaf dan shadaqah'* ..
ya.ng dl1akukan
Oengan demikian Pengadi1an Agama bet'wenang mengadili perkara
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang Perkawinan i -
Wakaf dan Shadaq~_h'f sedangkan dalam bidang Kewarisan, Wasiat
d~n Hibah, pihak yang berperkara diberikan keleluasaan untuk
melakukan pi 1 ihan hukum, apakah mereka akan memi 1 ih hukum·
adat, hukum perdata atau hukum Islam.
Tentang adanya pilihan hukum in; lebih dipertegas lagi dalam
'Penjelasan Umum Rancangan Undang-Undang yang setelah
meng81 ami penyempu rnaan berbuny i sebagai ber i. t<ut :
·Sehubungan dengan hal tersebut pars pihak sebe1um
berperkara dapat mempertimbangKan untuk mfJmj 1 ih hukum apa
yang akan dipergunakan dalam pembagian.warisan·'.
5. Mas~1ah Ikrar T~lak.
Oalam hukum Islam sendiri, meskipun talak merupakan sesuatu
perbuatan yang ha1al, tetapi paling dibenci Tuhan.
Talak bukan merupakan sesuatu yat1g dianjurkan, tetapi
merupakan jalan terakhi r yang boleh ditempuh j ika terjadi
perselisihan antara suam; istri yang tidak mungkin
didamaikan kembali. Dalam, keadaan seperti itu perpisahan
melalui perceraian merupakan $atu-satunya 'jal an untuk
memberikan ketena~gan dan kedamaian hidup bag; kedua belah
pihak.
15
I
Te~api haruslah diakui dalam praktek pihak suami sering I
'me:hyalahgUnakan hak untuk mengikrarkan talak. Yang menjadi I
k~rban biasanya pihak istri dan anak-anak mereka. I
A~a$ pertimbangan itu.dalam ,peng-aturan tentang· Ikrar Talak, I
F~aksi ABRI- mengharapkan agar pihak suami tidak semena-mena I
m~ngikrarkan talak, sehingga pihak istri yang ada·da'a~ !
pqsisi yang lemah. tetap terlindungi. I
H~rapan Fraksi ABRlini telah tertampung dalam rumusan Pasa1 I
66 Rancangan Undang-Undang yang berbun'yi I
!
I
·~rcerajan hanya dapat d17akukan di depan sjdang Pen9adl1an !
s,te7ah Pengsdi7an yang bersangkutan berusahs dan tidak • I
b~rhllsl7 mendamaikan kedua belah pihak·'. I
i
K$mudian dipertegar dalam Passl 66 ayat (1), yang berbuny; : I
I
·Seorang su.m1 yang beragama Is7am yang akan menceraikan I •
iptrinya I1IengaJukan permohonan kepada Pengadi 1an untuk I •
wlpngadakan sidang guna menyaksikan ikrar ta7ak'" I
D~ri bunyi Pasal 65 dan Pasal 66 ayat (1) itu dapat It
d~simpu1kan, .bahwa secara hukum cera; talak hanya ssh
dlilakukan di depan Pengadilan. Ketentuan ini selain I
I
melindungi pihak istri, juga memberikan kepastian hukum I
bl
•
~g, kedua belah pihak, maupun pihak ketiga. I
I
I
6. "'salah Li'ao. I
I
T!entang pencantuman II Li tan" da 1 am R~ncan9an Undang-Undang I
tientang Peradi 'an Agama yang semula termuat· dalam Pasal 87 I
~an 88 Rancangan Undang-Undang, Fraksi ~BRI berpendapat,
16
.~ .. , \ ..•
bahwa Li'an merupakan suatu lembag8 hukum
(~rechtsinstituut") yang berharga sebagai »asset H untuk
memperkaya khazanah hukum nasiansl.
Li'an merupakan tata cara yang mesKipun cukup sederhana,
tetapi ampuh untuk membuktikan terjadinya zina .yang dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan perceraian.
Namun Fraksi ABRI ~erpendapat, b~hwa pencantu,nan Li'an dalam
Rancangan Undang-Undang tentang Perad i 1 an Agama hendaknya
tetap meneerminkan kedudukan, hak. dan kew.jiban yang
sederajatantara pihak suami dan pihak istri.
Sela;n itu agar pihak suami tidak semena-mena menggunakan
:L 1 'an.
Pendapat itu mengalir dar; keinginan Fraksi ABRI untuk
mensejajarkan derajat kaum wanita dengan pr;a mel.lui •
kehadiran Undang-Undang tentang Peradilan Agama ini,
sehin99a Fraksi kami dapat menerima rumusan yang tercantum
dalam pasal-pasal 87, 88 Rancangan Undang-undang, karena
telah cukup menjamin kedudukan yang sederajat antara pihak
istri dan pihak suami.
Namun Fraksi ABRI-pun menghargai pendapat yang menghendaki
agar rumusan Li'an tidak menyimpang dart pengertian yang
terdapat dalam hukum asalnya.
01eh karena itu Fraksi ABRI menyetuju; rumusan bersama yaitu
dengan mengsanti Judul nLi'an" menjadi "Cera; dengan A1asan
Zina u, sedangkan sumpah untuk meneguhkan tuduhan zina itu,
bai k berupa L i 'an oleh suami, maupun. sumpah menurut hukum
acara yang ber1aku oleh istri, hanya dapat di lakukan atas
perintah Hakim karena jabatannya.
17
Sidang Dewan yang kami muliakan.
Setelah membaca ulang dan mendalami $emu8 Pasal serta Pttnjelasan
Rancangan Undang-Undang tentang Peradilan Agama ini, secara
singkat dapat kami simpulkan, bahwa aspirasi masyarakat yang
diserap Fraksi ABRI dan ingin ditampung dalam Rancangan Undang
Undang tentang Peradilan A9~ma in; telah terakomodasikan secara
propors1on~' antara 'ai~ :
a. Sahwa Rancan-san Undang-Undang tentan9.Peradila~ Agama telah
menjamin terwujudnya kes$ragaman Susunan, Keduduka!1 dan
Hukum Ac~ra Peng8rdi 1 an da 1 am L i ngkungan Parad; 1 an Ag,arna,
yang selama in1 masih beraneka ragam dan diatur ol,eh
peraturan perundang-un'dangan yang barbeda.·
b. Bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Peradilan Agsma telah
menjamin terwujudnya Pengadilan Agsma yang mandiri dan
sederajat deng.an Pengadi lan, da'~m l1ngkungan Peradi lan Umum
dan Peradilan Tata Usaha Negara~
c., Bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Parad; lan Agama te1ah
meneg8skan kesederajatan kedudukan pihak istri dengan pihak
suami, sebagaimana diatur dalam pasa" yang mengatur tentang
proses penyelesai,an cera; t.alak, c'erai gugat dan cera;
dengan alasan zina.
d. Bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Peradilan Agama telah
menegaskan subyek hukum dan kedudukan Pe rad i 1.an Agama,
sebagai mana teroantum da 1 am Pass 1 1 but; r 1 . dan Pasa 1 2
Rancangan Undang~Und$n9.
19
I
l' e. Bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Peradilan Agama tela'"
memberikan keleluasaan bagi para pencari keadilan yang
beragama Islam untuk melakukan pil~han hukum dalarr
menyelesaikan. perkara kewarisan. wasiat 'dan hibah
sebagaimana tercantum da'~ Pasa' 49 ayat 1 (b).
f. Bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Paradi 1.an Agama telah
menjamin pengamanan terhadap adanya kemungkinanpenyusupar.
dari anas;r bekas anS90ta Organisasi Terlarang, dengan
di'cantumkannya· persyaratan bukan bekas ang90ta Orga'nisas;
Terlaran,; baik bagi Hakim, maupun Pejabat Peradilan Agama
salain Hakim, sebagaimana tercantum d~lam Pasa' 13 serta
·PenjelasanPasal-pasal 27, 39 dan 45, serta pa~a'-pasal
lainnya yang ter·kait.
g. Bahwa dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang tentang
Peradi1an Agama in; menjadi Undan9-u.nd~,ng, 'salain
terpenuhinya amanat yang tersurat qalam'pasal-pasal 10 dan
12 Vndari~-undan9 No. 14 tahun 1970 tentang Pokok Pokok
Kekuasaan Kehakiman, juga merupakan salah satu keberhasilan
pembangunan di bidang .hukum sebaga,imana dicanangkan da1am
Repelita Keempat, yaitu ter~uj~dn~a·"kodifika8i dan
unifikasi hukum d'i, bidang Hukum AcaraPeradilan Agama lt serta
terwujudnya "Perad{~an Agama yang lebih di~empurnakan'·.
Dengan demikian ma~a usul, saran dan keinginan Fraksi ABRI yang
dikemukakan dalam Pembicaraan Tingkat Illtelah tertampung secars
memadai baik dalam Konsiderans, Batang Tubuh ~upun Penje'asan
~ Rancangan Undang-Undttng' tersebut.
, 19
!
I
Berda.rkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, .Fraksi '. I
ABRI ~enyatakan dapat menerima dan menyetujui sepenuhnya
Ranca~gan Undang-Undang tentang Peradi 1 an . Agama 'i n; untuk i
disah~an menjadi Undang-Undang oleh PresidenRepublik Indonesia. I
selanjlutnya perkenankanlah kami menyampaikan beberapa harapan I
Fraksil ABRI, sebagai berikut :
1 •
2"
!
I
~etelah Rancanga~Undang-Undang tentang Peradilan Agama in; . I
~ ; sahkan menj adi . Unda,ng-Undane, Fraksi ABRI ~engh imbau
~emerintah agar segera me1akukan langkah-langkah penyiapan I '
~engoperasionalan Undang-Undang ini, balk penyiapan I • •
I •
perangkat lunak maupun perangkat keras, khususny .. a tenas.a . I
~uru sita yang merupakan jabatan ba~u dilingkungan
Rengadilan Agama. I
!
I
Jarena di dalam Rancangan Undang-I)ndang tentang Peradi lan
19ama· ini terdapat kewenangan· bartl • bagi, Pengadi lan Agama,
~ntara lain penyelesaian perkara kewarisan', hibah, wasiat,
4akaf dan shadaqah , sedangkan para Hak i m Pengad i 1 an· ~gama I
I •
~hU8USnya di Jawa, Madura serta sebagian bekas Residensi .
1alimantan Selatan dan T'imur, belum terbiasamemutuskan
~erkara-perkara itu,kiranya Pemerintah perlu segera I
~mbeka'; mereka qengan ,pengetahuan yang memaciai t khususnya !
I
dalam hukum acars •
. 20
3.
4.
~engi ngat bahwa Perad i 1 an Agama termasuk pengadi 1 an khusus
'89i golongan warga negars yang beragama Islam, agar I .
~emerintah segera mempersiapkan langkah kaderi~asi bagi i
~ejabat Pengadilan Agama yang benar-benar profesional dalam I
I
$uatu sistim pendidikan yang mengacu dan selaras dengan ! ,
I
rhe 1 aksanaan Undang-Ur:dan~ No. 2 ~ahun ~ S3S tentang S; stem I
I
fendidikan Nasional. I
I
I • !rtgar Pemer1ntah segera melaksanakan ketentuan yang tercantum I
dalam Pasal 106 ayat (1) Rancangan Undang-Undang ini, dengan I
menyesuaikan dan melengkapi susunan organisasi dan person;l !
:
~engadilan Agama dan Pengadi1an Tin99; Agama yang telah ada. I ~
It>a1am pembentukan Pengadi lan Agama dan Pengadi lan Tinggi I
+9ama yang baru, hendaknya diperhatikan keseimbangan antara I
kebutuhan yang benar-benar mendesak dengan an99aran yang I
I
t.ersedia. I
I
~alam setiap pembahasan ~ancangan Undang-Undang hampir I
ae 1 a 1 u di a 1 ami perdebatan yang ber 1 aut w., arut, yang
I
i •
~isebabkan belum adanya ketentuan tentang pembakuan I ,enyusunan undang-und~n9~ Untuk menghindari hambata~ 'serupa I .
~i masa-masa yang a.kan datang, Fraksi A8RI untuk kesekian I
~alinya menghimbau agar Pemerintah memprioritaskan
~enyusunan Rancangan Undang-Undang I
I
I
tentang Ketentuan-
'~etentuan Pokok Peraturan Perundang-undangsn.
21
l I
I .,
I" " ~ .' ~ J ' " . '. ...' . " ..
~t,.:~ii~;';;1i;~~o/&~0i,~::;,·~~ii·;i"S' ~,)·Ci;' :"":;"rt:':":S;' '.>. hi .s ;,ze>·,,';l::ftw;i·,A, /;/ti-#./'~·' "'Mth I'" t",iiW""· ',) r . JeW $' t6 Y@': 't ''''irk'YaMb');" ;·,)·:iF¢~'?:~,\
I
I
6. bengsn di ~ahkannya Rancangan Undang-undang ; ni menjadi I
Undang-undang, bangsa Ihdones i a secara normat if te 1 ah I
~emi 1 iki pegangan untuk manegakkan keadi lan dan' kepastian !
I •
hUkum. Tetapi kelanc8.ran pelaksanaan Undang-undang in; di
~apan9an sangat tergantung kepada semangat dan dukungan I
$emua pihak. 01eh karena itu Fraksi ABRI menghimbau I
~emerintah untuk segera memasyarakatkan Undang-undang in; I '.
~an menghimbau se1uruh masyarakat untuk memberikan dukungan !
~an respons positip terhadap pelaksanaan Undang-undang in1. I
!
I
saudalra Pimpinan Sidang, I
I Saud8!r:a Menter; Agama beserta Staf, I
I -
saudalra An990t~ Dewan yang barbahagi a, dan I
S.idanlg ~ewan yang kami muliakan,
I •
i
Sebelium tnengakhi ri Pendapat Akhi r Fraksi ABRI .i ni, perkenankanlah !
kami Isekal i lag; menyampaikan pengna,rgaan dan terima kasih yang I
setul~s-tu'usnya ke~~da Saudara Menteri beserta Staf atas s1kap !
akom~datff dan penuh kesabar.an, dgmikianjug8 kepada ,Fraksi i
Karya Pembangunan"Fraksi P~rsatuan Pembangunan'dan Fraks; Partai ! .
Oemo~ras i IndofH~~ ~i t4 C&t,i.~ b~ -, -t {J'fj penge.rt i an yang menda 1 am dan I
k.rj~sama yang disertai semangat keke1uargaan, sehingga kita I
I
dapa~ menye 1 esa i kan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang !
per~~ilan Agama ini dengsn tuntas dan sesuai dengan jadwal yang i
telah ditetapkan bersama.
22
Ucapan terima kasih kami sSlnpaikan pula i{opada Sekretariat
PANSUS, yang telah membantu kelancaran ja1annya pembahasan,
'dem; ki an juga I<spada para War't.awan mad; at massa, 'rad i 0 dar
te 1 e v ; s i y an 9 tel a h me 1 ; ~ u t. j a 1 ann yap G r sid a n 9 and an
menyebarluaskan hasilnya kepada masyarakat ..
pi hak . yang tel ah member i kan masul·\a.n yang sanga.t bgrhargasebaga;
bahan' pembahasan Rancangan Undang-Und8.t1g tentanfJ Peradi 1 an Agama
ini ..
Sek1an dan ter;ma kas'ih. Semoga Tuhan Yang t·,1aha Esa selall.
mel impahkan taufik dan hidayah-Nya kepada bea.gsa Indonesia, serta
memb.rtkan kekuatan kepada kita sekalian dalam melak~anakar
tugas-tugas selanjutnya.
23
Jakarta, 14 Desember, 1989
JURU BICARA F AKSI ABRI,
ACH~AD ROESTANDI, SH NOMOR ANGGOTA 468
,: - . . ~, '."-: . ,-, ' .' .
~~g ~~~~~~~~bn~~HW#·~i&wM;kij2