3
ii
4
iii
1
TINDAK TUTUR REPRESENTATIF PADA TAJUK RENCANA
DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI DESEMBER 2016 DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI SMA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud tindak tutur
Representatif pada Tajuk Rencana surat kabar harian Solopos edisi Desember 2016.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data dalam
penelitian ini adalah kalimat-kalimat pada paragraf tajuk rencana dalam surat kabar
Solopos yang mengandung tindak tutur representatif (1) menjelaskan, (2)
menyatakan, (3) menginformasikan sesuatu, (4) menyarankan, (5) menunjukkan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kolom tajuk rencana surat kabar Solopos
edisi Desember 2016.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan simak dan catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Hasil penelitian ini
meliputi tindak tutur menjelaskan terdiri dari (menyebabkan, menyebutkan,
pengertian, alasan, penjelasan) yaitu 24 data, menyatakan terdiri dari
(mengemukakan, menyebutkan, menytakan, mempengaruhi, mengakui,
mengungkapkan, menurut) yaitu 16 data, menginformasikan sesuatu (tragedi, waktu,
kejadian, tempat, jumlah) yaitu 23 data, menyarankan terdiri dari (perlu, harus,
untuk, dapat, agar, segera, diharapkan, hendaknya) yaitu 24 data, menunjukkan
terdiri dari (memunculkan, berguna, tepat, menjadi, menemukan, ciri-ciri) yaitu 23
data.
Implikasi pada penelitian ini yaitu, Pemakaian bentuk-bentuk Tindak Tutur
Representatif dapat dijadikan sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia kelas X SMA.
Bahan tersebut digunakan pada kurikulum 2013 fokus utamanya mengenai teks
eksposisi. Teks eksposisi ini sama halnya dengan meneliti tajuk rencana yang di
dalamnya terkandung informasi dan makna serta maksud tertentu yang di buat oleh
penulis berdasarkan permasalahan yang sedang terjadi.
Kata Kunci: tindak tutur representatif, tajuk rencana, pragmatik
Abstract
This study aims to describe the form of speech acts Representatif on the
Editorial Daily Solopos edition of December 2016 edition. The method used in this
study is qualitative research. The data in this study are sentences in the editorial
paragraph in the Solopos newspaper containing the act of representative speech (1)
explaining, (2) stating, (3) informing something, (4) suggesting, (5) indicating. The
source of data in this study is the editorial column of the December 2016 edition of
Solopos.
Technique of collecting data of this research use refer and note. Data analysis
in this research using method of padan. The results of this study include explanatory
speech acts consisting of (causes, mentions, understandings, reasons, explanations)
2
of 24 data, states consisting of (declares, states, affects, acknowledges, reveals,
according to) that is 16 data, informs something (tragedy , Time, occurrence, place,
number) ie 23 data, suggest consists of (need, must, can, order, promptly, hopefully,
should) ie 24 data, indicates composed (bring up, useful, precise, , Features) that is
23 data.
The implication in this research is, the use of forms of Speech Representative
can be used as teaching materials of Indonesian Class X High School. The materials
used in the 2013 curriculum focus primarily on exposition texts. The text of this
exposition is the same as examining the editorial in which contained information and
meaning and certain intentions made by the author based on current problems.
Keywords: representative speech, headline, pragmatic
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu syarat wajib yang harus ditempuh oleh seluruh
rakyat Indonesia. Pernyataan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia pasal 31 ayat 1. Di dalam pasal tersebut tertulis bahwa, “Setiap
warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan”. Oleh sebab itu, untuk
mencerdaskan seluruh anak bangsa, guru dituntut memiliki sifat dan sikap yang
berkompeten serta keahlian-keahlian yang menunjang proses belajar mengajar.
Selain itu, kreatifitas seorang guru juga diuji dengan bagaimana peserta didik mampu
menerima pelajaran-pelajaran dengan cara yang mudah diterima dan dipahami oleh
peserta didik.
Komunikasi yang terjalin oleh guru dan siswa setiap harinya berhubungan
erat dengan tindak tutur yang memusatkan pada aneka ragam cara untuk memaknai
satu interpretasi setiap lawan tutur. Salah satu cara yang berkenaan dengan
penyampaian ucapan-ucapan khusus pada situasi khusus dan bertindak tutur adalah
Pragmatik.
Menurut Tarigan, (1986:33) Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan
antara bahasa dan konteks yang tergramatisikan atau disandikan dalam struktur
bahasa. Pragmatik sebagai ilmu yang mencakup hubungan komunikasi penutur
dengan mitra tutur, pembicara dengan penyimak, dan berbagai macam tindak tutur
yang perlu dipahami oleh peserta didik. Maksud dan tujuan komunikasi tersebut
yaitu mengetahui makna dari penyampaian penutur kepada mitra tutur yang
selanjutnya akan dilakukan oleh mitra tutur.
3
Penyampaian makna dalam surat kabar mempunyai banyak pemahaman
untuk dimengerti setiap pembacanya. Surat kabar yang dibaca sehari-hari oleh
pembaca merupakan salah satu media yang digunakan untuk menginformasikan
berbagai macam hal. Misalnya berita-berita terbaru, opini penulis, iklan, life style,
kuliner, humor, dan lain-lain. Surat kabar yang dimaksud pada kajian ini adalah surat
kabar harian Solopos yang berfokuskan pada kolom tajuk rencana. Pada wacana
tersebut terdapat tidak terlepas dari kegiatan berbahasa, di dalamnya terdapat
berbagai macam tindak tutur, yaitu “menjelaskan, menyampaikan, menuntut,
mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan, kesaksian, dan
berspekulasi”.Tindak tutur tersebut tergolong tindak tutur Representatif.
Tindak tutur representatif merupakan jenis tindak tutur yang digunakan untuk
mengetahui makna yang terkandung dalam suatu teks, tindak tutur ini juga
merupakan tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang
diekspresikan, misalnya: menjelaskan, menyatakan, menginformasikan sesuatu,
menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan.
Tindak tutur Representatif selanjutnya digunakan oleh guru untuk diajarkan
kepada siswa guna memengaruhi siswa untuk memahami materi yang berkaitan
dengan mengidentifikasi permasalahan, argumentasi, pengetahuan, rekomendasi
dalam “Tajuk Rencana” pada surat kabar Solopos. Teori tindak tutur bertujuan
mengutarakan kepada lawan tutur, apabila lawan tutur tersebut mengemukakan
pertanyaan, misalnya saja menyuruh, memberitahu, atau apabila penutur mengatakan
sesuatu hal dengan intonasi khusus padahal yang dimaksud justru sebaliknya
(Tarigan, 1986: 33).
Alasan peneliti meneliti tindak tutur Representatif pada Tajuk Rencana surat
kabar Harian Solopos karena setiap paragraf pada kolom tajuk rencana mempunyai
informasi dan berbagai makna untuk diidentifikasi. Seringkali peserta didik merasa
kesulitan untuk mengidentifikasi berkaitan kompetensi dasar mengidentifikasi
permasalahan, argumentasi, pengetahuan, rekomendasi dalam wacana surat kabar
tajuk rencana, Oleh sebab itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian berkaitan
tindak tutur Representatif pada Tajuk Rencana dalam surat kabar Solopos edisi
Desember 2016 dan Implikasinya terhadap pembelajaran di SMA.
4
Wijana, (1991:1) menyatakan bahwa Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu
digunakan didalam komunikasi. Selanjutnya, Leech (dalam Wijana, 1996:2)
menyatakan pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan
bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang terjadi dari fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Pragmatik mengkaji ujaran bukan maksud kalimat itu
diujarkan. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran yaitu untuk apa suatu ajaran
dibuat (Rohmadi, 2004:64).
Peristiwa tutur merupakan satu rangkaian tindak tutur dalam satu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur dengan
satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu”. Terjadinya peristiwa
tutur dalam satu komunikasi selalu diikuti oleh berbagai unsur yang tidak terlepas
dari konteks (Rohmadi, 2004:27).
“Tindak Tutur (speech act)adalah gejala individual yang bersifat psikologis
dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu” (Chaer dalam Muhammad Rohmadi, 2004:29).
Yule, (2006:8) berpendapat bahwa tindak tutur merupakan tindakan yang
ditampilkan dengan cara menghasilkan tuturan. Tuturan yang dimaksud yaitu tuturan
yang dilakukan oleh manusia untuk meninformasikan sesuatu kepada mitra tuturnya.
Kemudian Searle (dalam Wijana, 2011:226) mengemukakan secara pragmatis
ada 3 jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seseorang penutur yakni:
a. Tindak Lokusi
b. Tindak Ilokusi
c. Tindak Perlokusi
1.1 Tindak Tutur Representatif
Tarigan, (1986: 47) menyatakan bahwa Representatif merupakan tindak tutur
yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya:
menjelaskan, menyatakan, menginformasikan sesuatu, menyarankan,
membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan.
5
Pendapat lain juga disampaikan oleh Leech, (1993:164) bahwa Representatif
adalah ilokusi yang terikat pada kebeneran preposisi yang diungkapkan misalnya,
menyampaikan, mengusulkan, membual, mengeluh, menyarankan, melaporkan,
menjelaskan, menginfromasikan sesuatu,
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Hildana
(2013) meneliti “Tindak Tutur Ilokusi Representatif dalam Komik Seratoes Ploes
Aspirasi Karya Haryadhi: Sebuah Kajian Pragmatik”. Hasil dari penelitian ini adalah
menemukan wujud tindak tutur ilokusi representatif diantaranya: menyatakan,
menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberi kesaksian.
Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan oleh Hildana adalah mendeskripsikan
gambaran gejala sosial yang sedang berkembang di masyarakat melalui ragam tindak
tutur yang dipengaruhi perbedaan latar belakang sosial dari penutur dan lawan tutur.
Penelitian Hildana dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama
meneliti tindak tutur Representatif, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini
menggunakan koran Solopos dan Kompas sebagai objek penelitian sedangkan Zulfira
Hildana menggunakan komik “Seratoes Ploes Aspirasi” karya Haryadhi sebagai
objek penelitiannya.
Eka (2013) meneliti “Tindak Tutur Representatif dalam Ceramah K.H.
Anwar Zahid”. Hasil dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penyampaian
ceramah yang dilakukan oleh K.H. Anwar Zahid dalam menyampaikan materi
ceramah beliau menyampaikan dengan serius karena tuturan yang disampaikan
memiliki kebenaran yang hakiki. Penyampaian ceramah menjadi lebih berbeda
karena tuturan tersebut disampaikan dengan gurauan, sehingga pendengar dapat
menerima dan memahami. Tujuan Khusus penelitian Eka Rahayu adalah ditemukan
jenis tindak tutur representatif yang digunakan oleh K.H. Anwar Zahid yaitu tindak
tutur representatif menjelaskan; menyatakan; menginformasikan sesuatu;
membanggakan; menyarankan; mengeluh; melaporkan; dan menunjukkan, yang
isinya mencakup tentang akhlak manusia, kewajiban manusia, hak hidup manusia,
amal kebaikan, kekuasaan Tuhan, penghargaan, kebanggan, ketaqwaan kepada
Tuhan, kedudukan manusia, dan ketidakberdayaan manusia. Penelitian Eka dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tindak tutur
6
Representatif kajian Pragmatik, perbedaanya adalah pada Penelitian yang dilakukan
Eka objenya menggunakan tayangan video ceramah K.H. Anwar Zahid sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan koran Solopos.
Dewi (2013) meneliti “An Analysis Representatif Act in Film Harry Potter
And The Philoshoper’stone by J.K Rowling. Hasil dari penelitian ini adalah
menemukan tipe-tipe representatif pada percakapan film Harry Potter And The
Philoper’stone. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi adalah sama-sama meneliti tindak tutur Representatif sebagai
bahan penelitian. perbedaannya adalah objek penelitian ini menggunakan koran
Solopos, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi menggunakan film Harry
Potter.
Dani (2015) meneliti “Representative And Directive Act Used by Main
Character in The Baytown Outlaw Movie”. Hasil dari penelitin ini adalah
menemukan representative dan directive dari pemeran utama pada film “The
Baytown Movie”. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian
yang dilakuan oleh Dani adalah sama-sama meneliti tindak tutur Representatif.
Perbedaannya terletak pada objek penelitannya. Penelitian yang dilakukan peneliti
menggunakan koran harian Solopos sebagai objek penelitian, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Dani menggunakan Film yang berjudul Baytown Movie sebagai
objek penelitian.
2. METODE PENELITIAN
Bentuk dan strategi pada penelitian ini menggunakan metode jenis
kualitatif deskriptif. Pengumpulan data penelitian ini diperoleh dari media cetak
Solopos edisi Desember 2016 dan dimulai pada bulan Februari 2017. Penelitian ini
mengacu pada kolom tajuk rencana yang termuat dalam surat kabar Solopos. Data
dalam penelitian ini berupa kalimat pada tajuk rencana yang mengandung tindak
tutur representatif, yang berupa menjelaskan, menyatakan, menginformasikan
sesuatu, menyarankan, menunjukkan. Sumber data pada penelitian ini adalah kalimat
pada tajuk rencana koran Solopos edisi Desember 2016.
7
Peneliti adalah instrumen kunci (key instrumen) dalam sebuah penelitian.
Peneliti bertindak sebagai perencana penelitian, dan penganalisis data penelitian.
Peneliti secara mandiri teliti dan aktif melakukan berbagai persiapa, pelaksanaan,
dan pelaporan hasil penelitian. (Yusuf, 2014:332). Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan metode simak dan catat. Teknik simak digunakan untuk
menyimak penggunaan bahasa khususnya tindak tutur representatif pada media cetak
Solopos edisi Desember 2016 dengan kajian pragmatik. Selanjutnya, penerapan
teknik catat yakni mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian sesuai
dengan objek yang dikaji.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode agih dan
padan. Metode agih merupakan metode analisis yang alat penentunya berada di
bagian dari bahasa yang telah ditentukan sendiri (Sudaryanto, 1993:47). Metode
padan adalah metode yang alat penentunya diluar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa yang bersangkutan, (Sudaryanto, 1993:13). Analisis data pada penelitian
ini diperoleh dari mengidentifikasi halaman tajuk rencana koran Solopos yang
terdapat tindak tutur representatif, kemudian mengklasifikasikan secara pragmatik
dan selanjutnya dilakukan analisis menarik kesimpulan.
Teknik keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah trianggulasi
data. Pada penelitian ini jenis trianggulasi data yang digunakan untuk menguji
kebasahan data adalah dengan membandingkan teori-teori yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Dari beberapa teori-teori yang telah dibandingkan disimpulkan menjadi
satu teori yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa kelompok kata/sinonim dari masing-masing bentuk tindak tutur ilokusi
representatif yang dikelompokkan pada tabel berikut.
8
a. Tabel 4.1 Tipe Kelompok Kata/Sinonim
3.1 Bentuk Tindak Tutur Representatif pada Tajuk Rencana Koran Solopos
Edisi Desember 2016
3.1.1 Tindak Representatif– Menjelaskan
Penggunaan tindak tutur representatif “menjelaskan”pada tajuk
rencana koran Solopos edisi kamis kliwon, 1 Desember 2016 yang berjudul
Bersiaga Menghadapi Bencana dapat terlihat pada data berikut.
(1) Paragraf 4
“Hal ini terkait dengan fenomena La Nina yang menyebabkan
musim hujan berlangsung lama. Badan Meteorologi dan
Geofisika memperkirakan curah hujan tinggi terjadi pada
Desember hingga awal 2017”
.
Tuturan yang disampaikan penutur (wartawan) tersebut mengandung
makna menjelaskan yaitu terlihat pada kalimat “Terjadinya fenomena La
Nina menyebabkan musim hujan berlangsung lama”, maksud dari tuturan
tersebut wartawan ingin memaparkan bahwa hujan yang berlangsung lama
disebabkan oleh fenomena La Nina. Kebenaran tuturan pada paragraf 4 juga
diperjelas dengan waktu yang terjadi curah hujan tinggi yaitu pada kalimat
selanjutnya yaitu “Badan meteorologi dan Geofisika memperkirakan curah
hujan tinggi terjadi pada Desember 2017. Pernyataan tersebut dianggap benar
oleh penutur agar pembaca percaya dan memahami penjelasan tersebut.
Tipe Kata/Sinonim
1. Menjelaskan Pengertian, Maksud, Perkirakan, Cara,
Penyebab, Penjelasan, dll
2. Menyatakan Menyebutkan, Mengemukakan, Mengakui,
Menggambarkan, Menurut, dll
3. Menginformasikan
sesuatu
Tragedi, Waktu, Kejadian, Tempat,
Berlangsung, Jumlah, Menimbulkan, dll
4. Menyarankan Perlu, Harus, Untuk, Dapat, Agar, Segera,
Diharapkan, Hendaknya, dll
5. Menunjukkan Memunculkan, Berguna, Tepat, Menjadi,
Menemukan, Ciri-ciri,dll
9
(2) Paragraf 9
“Paradigma penanggulangan bencana tak sekedar bersifat
relief (bantuan) dan emergency (kedaruratan). Pola lama
penanggulangan bencana adalah bantuan makanan, tempat
tinggal, medis, dan sejenisnya. Paradigma yang berkembang saat
ini adalah mitigasi untuk mengidentifikasi daerah rawan bencana
berikut polanya, kemudian paradigma pembangunan
denganmemperdayakan ekonomi warga korban bencana”.
Tuturan yang disampaikan penutur (wartawan) tersebut mengandung
makna menjelaskan yaitu terihat pada kalimat “Paradigma penanggulangan
bencana tak bersifat relief (bantuan) dan emergency (kedaruratan)”, maksud
dari kalimat tuturan tersebut adalah wartawan ingin menjelaskan bahwa
asumsi atau cara pandang penanggulangan suatu bencana tidak hanya
bersifat membantu dan menolong kedaruratan pada saat terjadinya bencana
saja”. Kemudian tersebut diperjelas lagi kebenarannya oleh kalimat
selanjutnya, yaitu “Pola lama penanggulangan bencana adalah bantuan
makanan, tempat tinggal, medis, dan sejenisnya. Paradigma yang
berkembang saat ini adalah mitigasi untuk mengidentifikasi daerah raawan
bencana berikut polanya, kemudian paradigma-paradigma pembangunan
dengan memperdayakan ekonomi warga korban bencana”. Maksud dari
tuturan tersebut adalah Pola lama atau Penanggulangan bencana yang telah
terjadi pada pada bencana-bencana sebelumnya adalah dengan memberi
bantuan makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan lain-lain, sedangkan cara
pandang penanggulangan suatu bencanayang terjadi saat ini adalah
mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya bencana, baik melalui
pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Pernyataan tersebut dianggap benar oleh
penutur agar pembaca percaya dan memahami penjelasan tersebut.
Solopos edisi Jumat legi, 2 Desember 2016
10
3.1.2. Tindak Tutur Representatif – Menyatakan
Penggunaan tindak tutur representatif “menyatakan” pada tajuk
rencana koran Solopos edisi Jumat legi, 2 Desember 2016 yang berjudul
Beretika di Dunia Maya dapat terlihat pada data berikut
(1) Paragraf 2
“Pakar digital marketing Indonesia dan media sosial, Athony
Leong, menilai pemberlakuan revisi UU ITE ini bernilai positif
karena menerapkan etika sosial di masyarakat pada dunia
digital”.
Tuturan yang disampaikan penutur (wartawan) tersebut merupakan
tuturan “menyatakan” sebab pada kalimat tuturannya tersebut, Anthoni Leong
(sebagai narasumber) menyatakan, “pemberlakuan revisi UU ITE berniali
positif karena menerapkan etika sosial dimasyarakat”. Kebenarannya terlihat
pada narasumber yang memberikan komentarnya.
3.1.3 Tindak tutur menginformasikan sesuatu
Penggunaan tindak tutur representatif “menginformasikan sesuatu”
pada tajuk rencana koran Solopos edisi Sabtu pahing, 3 Desember 2016
yang berjudul Momentum Membersihkan Institusi TNI dapat terlihat pada
data berikut.
(1) Paragraf 3
“Kasus brigjen Teddy yang berakhir dengan pemidanaan
penjara seumur hidup patut diapresiasi sebagai sebagai kehendak
internal TNI untuk membersihkan diri dari korupsi. Langkah ini
perlu didukung dengan pembangunan sistem yang lebih terbuka
sehingga TNI bisa dikontrol dari luar. Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) perlu dilibatkan untuk ikut membersihkan TNI”.
Tuturan yang disampaikan penutur (wartawan) tersebut merupakan tuturan
“menginformasikan sesuatu” sebab penutur ingin menginformasikan bahwa,
Kasus brigjen Teddy yang berakhir dengan pemidanaan penjara seumur
hidup patut diapresiasi sebagai kehendak internal TNI untuk membersihkan
diri dari korupsi. Lalu kebenaran pernyataan tersebut dilanjutkan oleh
pernyataan penutur yakni, Langkah ini perlu didukung dengan
pembangunan sistem yang ebih terbuka sehingga TNI bisa dikontrol dari
11
luar. Komisi pemberantasan orupsi (KPK) perlu dilibatkan untuk ikut
membersihkan TNI”.
3.1.4 Tindak Tutur Represenantif – Menyarankan
Penggunaan tindak tutur representatif “menyarankan” pada tajuk
rencana koran Solopos edisi Senin wage, 5 Desember 2016 yang berjudul
Berbahasa Indonesia dapat terlihat pada data berikut.
(1) Paragraf 9
“Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Regulasi
hanya menjadi stimulan atau pendorong. Kesadaran
bersama bahwa bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa
itulah yang paling penting. Kesadaran bahwa menjaga
bahasa Indonesia sama halnya menjaga bangsa”.
Tuturan yang disampaikan penutur (wartawan) tersebut merupakan
tuturan “menyarankan” sebab pada kalimat tersebut terdapat kata
penekanan, yaitu “perlu” pada kalimat “perlu dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari”. Lalu kebenaran kalimat tersebut dijelaskan pada
kalimat selanjutnya, yaitu “Kesadaran bersama bahwa bahasa Indonesia
adalah jati diri bangsa itulah yang paling penting. Kesadaran bahwa
menjaga bahasa Indonesia sama halnya menjaga bangsa”. Pernyataan
tersebut dianggap benar oleh penutur agar pembaca dapat memahami dan
percaya maksud penutur.
3.1.5 Tindak Tutur Representatif - Menunjukkan
Penggunaan tindak tutur representatif “Menunjukkan” pada tajuk
rencana koran Solopos edisi Kamis Pahing, 8 Desember 2016 yang
berjudul Membiakkan Inisiatif Heybro dapat terlihat pada data berikut.
(1) Paragraf 6
“Inisiatif belasan pelajar SMP dan SMA di Kota Solo
yang tergabung dalam komunitas Healthy Young Browser
(Heybro) mengampayekan berinternet secara sehat perlu
dibiakkan ke masyarakat luas. Komunitas ini menjadi aset
berharga mengingat remaja menjadi salah satu kelompok
yang paling banyak terpapar informasi melalui internet”.
12
Tuturan yang disampaikan penutur (wartawan) tersebut merupakan
tuturan “menunjukkan” sebab pada tuturan tersebut penutur ingin
menujukkan bahwa terdapat belasan pelajar SMP dan SMA yang
tergabung dalam komunitas Healthy Young Browser (Heybro).
Kebenaran kalimat tersebut dilihat dari kalimat selanjutnya yaitu,
“Komunitas ini menjadi aset berharga mengingat remaja menjadi salah
satu kelompok yang paling banyak terpapar informasi melalui internet”.
Pernyataan tersebut dianggap benar oleh penututur agar pembaca dapat
memahami dan percaya tuturan tersebut.
4. PENUTUP
Berdasarkan tujuan dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa, Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada Koran Solopos edisi
Desember 2016 merupakan tindak tutur ilokusi representatif bentuk (1)
menjelaskan, (2) menyatakan, (3) menginformasikan sesuatu, (4) menyarankan,
(5) menunjukkan. Rinciannya meliputi tindak tutur menjelaskan 24 data,
menyatakan 16 data, menginformasikan sesuatu 23 data, menyarankan 24 data,
menunjukkan 23 data.
Konteks dalam Tajuk Rencana Solopos edisi Desember 2016 merupakan
jenis gagasan seseorang yang sebagian besar berupa berita pada saat kondisi
tersebut sedang terjadi. Gagasan tersebut dimaksudkan agar pembaca dapat
percaya dan memahami makna tuturan yang disajikan dalam tajuk rencana
tersebut. Sehingga pembaca juga dapat mengomentari setiap gagasan yang
disampaikan penutur.
Pemakaian bentuk-bentuk Tindak Tutur Representatif dapat dijadikan
sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia kelas X SMA. Bahan tersebut digunakan
pada kurikulum 2013 fokus utamanya mengenai teks eksposisi. Teks eksposisi ini
sama halnya dengan meneliti tajuk rencana yang di dalamnya terkandung
informasi dan makna serta maksud tertentu yang di buat oleh penulis berdasarkan
permasalahan yang sedang terjadi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Dani. 2015. “Representative And Directive Act Used By Main
Character in The Baytown Outlaw Movie”. Naskah Pubikasi. Diakses
pada 8 Maret 2017. Tulungagung. IAIN Tulungagung.
(http://journal.edu.ardyansah.org/pub.html)
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan
Praktik.Yogyakarta”: Rineka Cipta.
Fadilla, 2012. “Pengertian Surat Kabar”. Diakses pada 10 Februari 2017.
(http://tulisandila.wordpress.com/2013/02/16/pengertian-surat-kabar/)
Fatima, Wa. 2016. “Kemampuan Menentukan Fakta dan Opini dalam Teks Tajuk
Rencana Koran Kompas Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari.
Naskah Publikasi. Juli 2016. Vol. 1 No. 2. Kendari. Universitas Halu Oleo.
KBBI. 2017. Pengertian Surat Kabar. Diakses pada 10 April 2017, dari
https://www.kbbi.pengertian-.surat-kabar/
Leech. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.
Machsun. 2007. “Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya”. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Moelong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nikmah, Dewi Lutfiatun. 2015. “An Analysis Representative Act Film “Harry Potter
and The Piloshpers’stone By J.K Rowling”. Naskah Publikasi. mei 2015.
Tulungagung. IAIN Tulungagung. Diakses pada 8 Maret 2017.
(https://www.journal.publications.org.representative.actfilm.html.com)
Prayitno, Joko Dwi. (2014). “A Pragmatic Analysis on Directive Utterances In
Desicable Me And Subtitle” Artikel Publikasi. Juli 2014. Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahayuningsih, Eka. 2013. “Tindak Tutur Representatif dalm Ceramah K.H Anwar
Zahid. Naskah Publikasi. Januari 2013. Diakses pada 8 Maret 2017.
Halaman VII-VIII. Jember: Universitas Jember.
(http://journal.org/publications/Eka Rahayuningsih.jse/viin.html).
Rakhmah, Hildana Zulfira. “Tindak Tutur Ilokusi Representatif dalam Komik
Seratoes Ploes Aspirasi, Karya Haryadhi”. Naskah Publikasi. September
2013. Surabaya. Universitas Airlangga. Diakses pada 8 Maret 2017.
(http://www.representatif.journal.publication.jef.html.com)
14
Rohmadi, Muhammad. 2004. Analisis Wacana Pragmatik (Kajian Teori dan
Analisisnya).Surakarta: Yuma Pustaka.
Rohmadi. Muhammad dan Nasucha Yakub. 2015. “Dasar-dasar Penelitian”.
Surakarta: Pustaka Briliant.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sumaridia, AS Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung. Simbiosa
Rekatama media.
Sundari, Hesti. (2009). “An Analysis on Directive Illocutionary Act in Archer’s
Utterance in the Movie Blood Diamond by Edward Zwick and Marshal
Herskovit” Thesis. Januari 2009. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
Tamara, Chyntia Widi. 2015. “Directive Speech Act Realization In The Teaching
And Learning At Magister of Languange Studies Muhammadiyah
Surakarta 2014” Artikel Publikasi. Juni 2015. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tarigan, Guntur Hendry. 1986, “Pengajaran Pragmatik”. Bandung: Penerbit
angkasa Bandung.
Tri Prasetyo, Hermawan. 2004.“Tindak Tutur Representatif dan Direktif Kru Bus
Banyuwangi-Jember. Naskah Publikasi. November 2014. VIII-IX. Jember.
Universitas Jember.
Wijana, Putu Dewa dan Rohmadi, Muhammad. 2009, Analisis Wacana Pragmatik
Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Wijana. I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi
ofset.
Wulandari. Yosi. 2012. “Pendayagunaan Struktur Teks Wacana Kesejahteraan
Rakyat Dalam Tajuk Rencana Harian Kompas”. Naskah Publikasi. 24(2)
152-156. Diakses pada 8 Maret 2017.
(http://journal.yosi.tajuk.rencana.html.com)
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.