ii
iii
iv
1071
PERANCANGAN ULANG SISTEM IDENTITAS
VISUAL THE ALLEYWAY CAFE
Oleh :
I Putu Agus Eka Putra(1), A. A. Sg. Intan Pradnyanita,
S.Sn.,M.Sn.(2), Andreas Adisyahwarman, ST.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1, Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Persaingan bisnis kuliner di Bali cukup
menjamur salah satunya adalah kafe. Perkembangan
gaya hidup membuat bisnis kafe menciptakan konsep
dan image yang Baru serta berbeda. Saat ini
kafebukan lagi sekedar sebagai tempat makan dan
minum saja, tetapi juga digunakan sebagai tempat
berkumpul dan bersosialisasi antar sesama, sambil
menikmati makanan dan minuman yang tersedia.
Untuk menarik perhatian para pengunjung salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat
suasana yang menarik dan berkonsep. Kondisi inilah
yang menjadi peluang bagi The Alleyway Cafe untuk
melakukan ekspansi mencari pasar baru sebagai salah
satu kafe yang mengusung konsep bergaya recycled
industrial baik dari segi interior maupun eksterior.
Melihat bahwa The Alleyway Cafe masih tergolong
Baru di Denpasar dan The Alleyway Cafe sendiri
memiliki peluang untuk dapat bersaing dengan usaha
kuliner sejenis lainnya, hanya saja logo yang mereka
1072
miliki saat ini kurang sesuai dan kurang menarik,
maka penulis berencana melakukan “Perancangan
Ulang Sistem Identitas Visual The Alleyway Cafe”
mulai dari logo, media-media promosi yang dipakai
sampai dengan kemasan yang nantinya akan dipakai
oleh The Alleyway Cafe. Dengan membuat desain-
desain media promosi yang menarik dan
menyesuaikan target market, diharapkan The Alleyway
Cafe dapat bersaing dengan usaha-usaha sejenis
lainnya.
Kata Kunci : Kuliner, The Alleyway Cafe, Desain,
Media Promosi
ABSTRACT
The competition in culinary business in Bali is
simply like a trend nowadays, one of them is cafe.
Therefore, the development of cafe in Bali is fast. The
development of life style makes cafe business creates
new and different concept and image. Nowadays, cafe
is not only a place for having some meals or drinking,
but it is also used as a place to gather and being
socialize with others while enjoying some foods and
drinks that are available. To get the visitors attention,
a way that can be done is by making a conceptual and
interesting situation. This kind of condition that can be
used as an opportunity in business for The Alleyway
Cafe to do expansion to find new market as one of the
cafe is the concept of style recycled industrial in terms
1073
of both interior and exterior. Seeing that The Alleyway
Cafe is still relatively new in Denpasar and The
Alleyway Cafe itself has the opportunity to be able to
compete with other similar culinary business, it's just
the logo that they have today are less fit and less
attractive, the authors plan to conduct
"PerancanganSistem Identitas Visual The Alleyway
Cafe" ranging from logos, promotional media used to
packaging that will be used by The Alleyway Cafe. By
creating designs that draw media campaign and adjust
the target market, The Alleyway Cafe is expected to
compete with other similar businesses.
Keywords: Culinary, The Alleyway Cafe, Design,
Promotional Media
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha khususnya di
bidang kuliner saat ini cukup diminati oleh sebagian
orang karena makanan dan minuman merupakan
kebutuhan setiap orang. Restoran berasal dari bahasa
latin yaitu restaurare, dalam bahasa Inggris berarti a
public eating place, yaitu rumah makan atau tempat
makan umum. Menurut Zain (2001 : 1164) restoran
berarti rumah makan dan menurut Marsum WA,
dalam bukunya Restoran dan Masalahnya mengatakan
bahwa, ”Restoran adalah suatu tempat atau bangunan
yang diorganisasi secara komersil, yang
1074
menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada
semua tamu baik berupa makan maupun minum”.
Usaha industri restoran merupakan peluang bisnis
yang menjanjikan dimasa krisis ekonomi. Besarnya
jumlah penduduk dan tingginya pertumbuhan
penduduk Indonesia merupakan pangsa pasar yang
besar bagi bisnis ini karena setiap penduduk adalah
konsumen yang melakukan kegiatan konsumsi.
Restoran dan kafe modern di Indonesia mengarah
pada segmen konsumen muda dan dewasa yang selalu
ingin mencoba hal Baru.
Para pelanggan melihat banyak peluang dan
manfaat yang mereka dapatkan saat berkunjung ke
tempat tersebut, antara lain sebagai tempat berkumpul,
bersosialisasi, bertukar pikiran, memperluas jaringan,
tempat berinteraksi dengan teman, keluarga, atau
kerabat lainnya, melakukan prospecting business antar
eksekutif, bahkan terkadang restoran juga dapat
digunakan sebagai tempat acara pernikahan. Hal
demikian akan menjadi kebiasaan Baru sehingga
menjadi gaya hidup kebanyakan masyarakat perkotaan
saat ini. Perubahan gaya hidup, kebiasaan, selera dan
tata cara dalam menikmati dan mengkonsumsi
makanan pada masyarakat perkotaan membuat para
pelaku bisnis kuliner semakin kreatif menuangkan ide
- ide Baru mengenai kafe dan restoran yang lebih
modern dan disukai konsumen. Menu – menu yang
1075
ditawarkan pun beragam, baik dari masakan bercita
rasa Indonesia maupun luar negeri. Namun, cita rasa
makanan, harga dan kualitas pelayanan tidak lagi
menjadi alasan utama konsumen dalam memilih
tempat bersantap, saat ini atmosphere (suasana)
menjadi faktor terpenting bagi konsumen dalam
memilih tempat bersantap. Adapun jenis atau tipe
restoran ialah: Fast Food Restaurant, Fast Casual-
Dining Restaurant, Family Style Restaurant, Casual
Dining, Fine Dining, Cafe, Cafetaria, Coffee House,
Pub, danBistro and Brasserie.
Perkembangan kafe dan restoran sekarang
ini khususnya di kota-kota besar di Indonesia saat ini
semakin berkembang dengan pesat. Banyak kafe -
kafe dengan berbagai macam konsep atau ide - ide
yang ditawarkan untuk memikat pelanggan baik dari
kalangan muda maupun kalangan orang tua, dari segi
ekonomi menengah – keatas. The Alleyway Cafe
merupakan kafe Baru yang didesain khusus dengan
tujuan membawa angin segar di dunia kuliner Bali
khususnya di Denpasar. The Alleyway Cafe
menawarkan berbagai macam menu makanan ala
Western. The Alleyway Cafe berdiri pada tanggal 30
April 2014, sebuah kafe yang terletak di Jalan
Merdeka, No:10 Renon – Denpasar Timur. Kafe
dengan konsep recycled industrial ini mengadopsi
gaya arsitektur dan culture dari beberapa negara
1076
seperti Perancis, Turki, dan Indonesia. Secara visual,
The Alleyway Cafe memiliki interior modern yang
dipadu dengan sentuhan tradisional, sehingga
menghasilkan suasana eksterior - interior yang unik
dan eye catchy sekaligus mampu membuat betah para
pengunjungnya. Namun, jika ditinjau secara identitas
visual mereka belum memiliki GSM (Graphic
Standard Manual) sehingga belum adanya pengaturan
pengaplikasian identitas visual yang jelas dan tepat.
Terlihat dari penggunaan logo yang tidak
memperhatikan komposisi, bentuk, dan penempatan
elemen - elemen grafis. Selain itu, The Alleyway Cafe
juga memerlukan beberapa media untuk mendukung
operasional kafe ini. Diharapkan, melalui proses
perancangan media promosi ini, dapat memberikan
solusi bagi The Alleyway Cafe sehingga permasalahan
yang dihadapi dapat terpecahkan dari segi desain
komunikasi visual.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang
timbul adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara merancangsistem identitas visual
The Alleyway Cafe yang dapat memberikan
informasi kepada target audiens dari usaha itu
sendiri ?
1077
b. Media apa saja yang efektif dan sesuai untuk
melengkapi sarana perancangan sistem identitas
visual The Alleyway Cafe ?
c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Tujuan Umum
Dapat membuat sistem identitas visual perusahaan
yang efektif dan tepat untuk perusahaan tertentu
yang sesuai dengan kriteria desain dan target
market
b. Tujuan Khusus
Menciptakan identitas visual Baru berupa logo
dan turunannya yang sesuai dengan kriteria
desain, serta konsep dan nilai yang diusung
oleh The Alleyway Cafe.
d. Metode Pengumpulan Data
- Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara
terjun langsung ke lapangan/pihak yang terkait
dengan tujuan untuk mendapatkan data secara
sistematis terhadap objek yang diteliti.
Penulismengunjungi langsung The Alleyway Cafe
di Jl. Merdeka, No:10 Renon – Denpasar Timur,
1078
guna melakukan survey dan penelitian perusahaan
sehingga melengkapi data yang dibutuhkan oleh
penulis.
- Wawancara
Wawancara yang penulis lakukan dengan
mewawancarai pemilik usaha dari The Alleyway
Cafe yaitu A.A. Putra Prabawa dan I Made
Triyoga Indra Permana, guna mendapatkan data –
data yang mendukung informasi yang dibutuhkan
dalam proses perancangan sistem identitas visual.
- Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai hal – hal yang berhubungan dengan
kasus secara rinci baik berupa dokumen tertulis,
Gambar foto dan sebagainya sebagai data berupa
fakta dan sebagai bukti untuk dipertanggung
jawabkan (Sarwono dan Lubis, 2007: 102). Pada
metode ini penulis melakukan dokumentasi
dengan mengambil foto produk kopi dan makanan
yang ditawarkan The Alleyway Cafe dan foto
fasilitas atau interior ruangan serta suasana yang
nyaman di kafe tersebut.
2. PEMBAHASAN
a. Analisa SWOT
SWOT merupakan kepanjangan dari
Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan),
1079
Opportunity (Peluang), dan Threat (Ancaman).
Metode analisa ini biasanya digunakan sebagai acuan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan agar
dapat melihat berbagai kemungkinan dari sudut yang
berbeda. Langkah yang dilakukan dalam metode ini
adalah mengkaji hal atau gagasan yang dinilai dengan
cara memilah dan menginventarisasi sebanyak
mungkin dari segi kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threat) (Sarwono dan Lubis, 2007: 18).
Berikut analisa SWOT yang penulis lakukan pada The
Alleyway Cafe:
Strength
Memiliki cita rasa yang tinggi dengan harga yang
terjangkau.
Memiliki menu makanan dan minuman yang
berbeda dari yang lain.
Mempunyai desain interior yang unik.
Tambahan beberapa fasilitas untuk kenyamanan
konsumen.
Weakness
Belum memiliki identitas visual yang sesuai.
Belum memiliki sistem yang mengatur
pengaplikasian identitas visual.
Identitas visualyangkurang sesuai
Opportunity
Apreasi tinggi yang dimiliki oleh target market.
1080
Mengenalkan beberapa macam menu makanan
dan minuman
Threat
Adanya kompetitor yang meniru konsep dari The
Alleyway Cafe.
Media promosi yang dibuat oleh kompetitor lebih
banyak dan bervariasi
b. Analisa VALS
Metote analisis VALS merupakan singkatan
dari Value, Attitude and Lifestyle yang dapat diartikan
sebagai nilai, perilaku dan gaya hidup dari target
sasaran. Sistem VALS dapat dipakai untuk
mengidentifikasis kelompok konsumen pada suatu
masyarakat (Susanti, 2011: 119). Berikut analisa
VALS pada The Alleyway Café:
Peduli terhadap perkembangan terBaru.
Mementingkan hubungan yang baik dengan
pengunjung.
Mengutamakan kebersamaan dan kekeluargaan.
Menyukai hal yang praktis dan cepat saji.
c. Target Segmentasi Pasar
Demografi
Usia : 25 s/d 30 tahun
1081
Kelas sosial : Menengah – Atas
Jenis kelamin : Laki - laki dan perempuan
Pendidikan : Mahasiswa, pekerja
Daur hidup : Belum menikah - menikah
Domisili : Kota Denpasar dan sekitarnya
Geografi
Masyarakat Indonesia dan luar negeri yang
berdomisili di Bali.
Psikografi
Kelas sosial : Menengah – Atas
Gaya hidup : Memiliki pekerjaan atau
kesibukan;Memiliki kebiasaan
berkumpul;Memiliki gaya hidup
modern;
Perilaku : Bersahabat, kreatif, open minded
Sikap : Positif dan Aktif
d. Strategi Kreatif
Strategi kreatif adalah kebijakan yang akan
dilakukan terhadap panduan kreatif, terdiri dari isi
pesan dan bentuk pesan, yang disusun berdasarkan
target audiensnya, karena pada dasarnya target
audienslah yang menentukan isi dari bentuk pesan
iklan yang disampakan. (Sanyoto,2006:83).
Pesan
Pesan yang terdapat pada media promosi The
1082
Alleyway Cafeyaitu memberikan informasi kepada
audience mengenai keunggulan dari The Alleyway
Cafe yang memiliki keunikan dari segi interior dan
eksterior bergaya arsitektur Perancis, Turki, dan
Indonesia sekaligus juga ingin memperkenalkan
Western Food kepada calon konsumen atau khalayak.
Strategi Visual
Teknik visual yang digunakan dalam
visualisasi desain media promosi ini adalah teknik
tipografi yang kemudian diolah dengan menggunakan
program komputer, dimana ilustrasi yang ditampilkan
akan berkaitan dengan produk ini sendiri.
Gaya Visual
Gaya visual yang dipilih dalam perancangan
identitas visual untuk The Alleyway Cafe adalah
menggunakan ilustrasi vektor yang dipadu dengan
tipografi. Perpaduan unsur serta elemen desain
diharapkan mampu membentuk gaya desain yang
memiliki nilai estetis dan mampu menampilkan kesan
maskulin dalam desain yang dibuat.
Positioning
Perbedaan yang terdapat didalam
“Perancangan Ulang Sistem Identitas Visual The
Alleyway Cafe” dengan identitas visual lainnya adalah
dengan menggunakan hanya dua atau tiga typestyles
yang berbeda ukuran. Konsisten dengan jenis font,
ukuran, dan gaya untuk judul, subheads, keterangan,
1083
headers, footers di seluruh publikasi, presentasi, atau
media promosi The Alleyway Cafe. Kemudian
menggunakan palet warna dan visual yang sama di
seluruh desain.
e. Konsep Desain
Konsep adalah gagasan atau ide yang
menjadi dasar dan acuan dalam proses perancangan
sebuah media. Konsep dalam pembuatan media
komunikasi visual sangatlah penting karena
merupakan strategi dan cara berpikir untuk
menciptakan suatu gagasan yang dapat menyelesaian
permasalahan dari segi desain. Menurut Rakhmat
Supriyono (2010: 146), konsep desain harus mampu
mengusung benefit (kebaikan atau manfaat) dan
membujuk calon konsumen untuk membeli produk
yang dipromosikan atau diiklankan. Konsep dan
eksekusi desain haruslah berjalan dengan beriringan
agar mampu menyampaikan produk dengan efektif
dan melekat dalam ingatan konsumen. Tanpa adanya
konsep yang kuat, desain akan mudah dilupakan
pembaca, untuk itu diperlukan konsep dan eksekusi
yang baik (Supriyono, 2010: 147).
Mengenai konsep visual The Alleyway Cafe,
penulis ingin membuat citra Baru yang berbeda dari
sebelumnya, untuk itu penulis mengedepankan visual
yang dapat memberikan kesan simpel dan tegas.
1084
Dengan mengusung konsep “Modernist
Classical”yang dikemas dengan perpaduan gaya
desain klasikdan modern. Konsep ini dapat
memunculkan keunggulan dari The Alleyway Cafe,
sehingga menjadi pilihan dimata konsumen terutama
target audiens.Penulis ingin memposisikan The
Alleyway Café sebagai tempat untuk menghabiskan
waktu dengan kerabat bagi target audiens. Oleh karena
itu, secara keseluruhan tampilan visual dan konsep
dariThe Alleyway Café bersifat simple dan hanya
menampilkan logo dan beberapa teks sebagai kalimat
pelengkap.Warna yang digunakan untuk mendukung
visual The Alleyway Café merupakan kombinasi antara
warna maskulin yang d a p a t mewakili kepribadian
target audiens. Sehingga didapatlah tiga keywords
yaitu: Bold, Exclusive, Masculine.
3. VISUALISASI DESAIN
Kartu Nama
Gambar 1 Kartu Nama The Alleyway Cafe
1085
Nama Media : Kartu Nama
Ukuran : 8,5 cm x 5 cm
Bahan : Kraft paper 200 gram
Teknik Cetak : Cetak offset
Poster
Nama Media : Poster
Ukuran : 29,7 cm x 42 cm
Bahan : Art Paper 100 gram
Teknik Cetak : Cetak offset
Gambar 2 Desain Poster The Alleyway Cafe
1086
Iklan Majalah
Nama Media : Iklan majalah
Ukuran : 21cm x 29,7 cm
(bleed 0,5cm)
Bahan : Menyesuaikan
Teknik Cetak : Cetak offset
Gambar 3 Iklan Majalah The Alleyway Cafe
Nama Media : Iklan majalah
1087
Ukuran : 21cm x 29,7 cm (bleed
0,5cm)
Bahan : Menyesuaikan
Teknik Cetak : Cetak offset
4. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan proses
perancangan ulang sistem identitas visual The
Alleyway Cafe seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Melalui proses analisa dan studi kasus yang telah
dilakukan, dalam merancang media promosi untuk
Brown & Butter, konsep yang tepat untuk
digunakan adalah “Modernist Classical” yang
dikemas dengan perpaduan gaya desain klasikdan
modern. Konsep ini dapat memunculkan
keunggulan dari The Alleyway Cafe, sehingga
menjadi pilihan dimata konsumen terutama target
audiens.
b. Dalam melakukan kegiatan promosi dan
mendukung kegiatan operasional perusahaan,
media komunikasi visual yang tepat untuk The
Alleyway Cafe antara lain GSM (Graphic
Standard Manual), stationery, poster, iklan
majalah, sticker, menu, packaging, seragam
karyawan, dan website.
1088
Daftar Pustaka
Adityawan S, Arief. 2010. Tinjauan Desain
Grafis.Jakarta : PT Concept Media.
Calver, Giles. 2004. What Is Packaging Design?.
Switzerland: RotoVision Book.
Jogiyanto. 2010. 1995.Analisis dan Desain Sistem
Informasi.Jakarta.
Kusrianto, Adi. 2007.Pengantar Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Zain, 2011. Restoran dan Masalahnya.
1089
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA PROMOSI
TAS KOMBINASI KAIN TENUN BALI
“WAHYOU” DI DENPASAR
Oleh :
Putu Ayu Desianti (1), Wahyu Indira, S.Sn., M.Sn (2),
Ni Made Sri Wahyuni Trisna, S.Sn.,M.Sn. (3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Bali merupakan pulau yang dikenal dengan
keberagaman adat dan budayanya yang unik. Banyak
produk-produk yang dihasilkan masyarakat Bali dan
sangat disukai oleh turis lokal maupun mancanegara.
Salah satu keunikan warisan budaya yang dimiliki
adalah kain tenun Bali yang diproduksi asli buatan
tangan masyarakat Bali. Banyak rupa kain tenun Bali
tersebut, beberapa jenis yang terkenal antara lain kain
songket, kain endek, kain rang-rang dan masih banyak
lagi jenis lainnya, dengan keunikan tiap kainnya. Dari
keunikan dan keragaman kain tenun Bali inilah
muncul ide usaha kreatif untuk memanfaatkan kain
tenun Bali sebagai bahan untuk pembuatan tas dan
bernilai jual tinggi yang dikombinasikan dengan kulit
hewan seperti ular, domba, sapi dan lainnya. Wahyou
adalah sebuah perusahaan yang melihat peluang atas
pemanfaatan kain tenun Bali ini untuk produk fashion
1090
terkini. Beralamat di jalan Danau Beratan, Gang VI,
No. 5 Sanur, Denpasar. Pemiliknya adalah Ni Wayan
Novi Candrasari, seorang desainer dan seorang
pengrajin tas kulit yang dikombinasikan dengan bahan
tenun Bali. Melihat peluang tersebut dan
memanfaatkan sebagai bentuk usaha sehingga produk
yang dihasilkan menjadi sangat cantik dan berkelas
sehingga banyak menarik perhatian serta dapat turut
melestarikan budaya Bali. Melalui penelitian yang
telah dilakukan, didapat bahwa Wahyou memerlukan
sebuah media promosi yang dapat membangun citra
dan meraih pasar yang lebih luas untuk
mempromosikan produknya. Media yang terpilih
tersebut antara lain redesain logo (GSM, stationary set
yang terdiri atas kartu nama, amplop, kop surat, post
card, stiker, stempel dan map), website, video
promosi, packaging brand (kemasan produk dan tag
logo), katalog produk, neon box, media promotional
(iklan majalah), CD company profile, dan car
branding. Dalam proses perancangan media promosi
tersebut, konsep local heritage dianggap cukup
relevan digunakan pada proses perancangan media
komunikasi pada Wahyou dalam membangun image
yang diinginkan yaitu menampilkan warisan budaya
lokal tetapi tetap terlihat modern dan mencakup semua
aspek serta target market yang dituju.
Kata kunci : media promosi, Wahyou, kain tenun
Bali, budaya, kreatif dan fashion
1091
ABSTRACT
Bali is the island known for its diversity of
unique customs and culture. Many of the products
produced by the people of Bali and highly favored by
local and foreign tourists. One of the unique cultural
heritage is woven Balinese owned original produced
handmade Balinese society. Many such a woven fabric
Bali, some kind of famous, among others, songket,
endek cloth, cloth-rang rang and many other types,
with the uniqueness of each fabric. From the
uniqueness and diversity of Bali woven fabrics appear
this is a creative business idea to take advantage of
Bali woven fabric as the material for the manufacture
of bags and high value combined with the skins of
animals such as snakes, sheep, cattle and others.
Wahyou is a company that sees opportunities for the
utilization of this Bali woven fabric for the latest
fashion products. Located at the Lake Beratan, Gang
VI, No. 5 Sanur, Denpasar. The owner is Ni Wayan
Novi Candrasari, a designer and an artisan leather
handbag combined with Balinese woven material see
the opportunity and take advantage of as a form of
business so that the resulting product to be very
beautiful and classy so much attention and help to
protect the culture of Bali. Through the research that
has been conducted, found that Wahyou requires a
media campaign to build the image and reach a wider
market to promote their products. Selected media
include redesigning the logo (GSM, stationary sets
consisting of business cards, envelopes, letterhead,
1092
post cards, stickers, stamps and folders), website,
video promotion, brand packaging (packaging
products and logo tag), Catalogue products, neon box,
promotional media (magazine advertisements), CD
company profile, and car branding. In the design
process of the media campaign, the concept of local
heritage is considered relevant enough to use in the
design process of communication media on Wahyou in
building the desired image that displays the local
cultural heritage but still looks modern and covers all
aspects as well as the intended target markets.
Keywords : promotion media, Wahyou, woven Bali,
cultural, creative and fashion
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bali adalah pulau yang sangat terkenal
dengan kesenian dan produk kerajinannya yang unik
dan cantik. Produk-produk kerajinan yang dihasilkan
masyarakat Bali sangat beragam dan disukai, baik oleh
wisatawan domestik maupun mancanegara. Sudah
banyak kerajinan Bali yang menjadi komoditi ekspor
dan memiliki nilai yang sangat tinggi. Salah satu
warisan adat dan tradisi masyarakat di Bali adalah
kain tenun yang diproduksi dengan alat tenun bukan
mesin. Kain Gringsing, kain Poleng, kain Songket,
kain Endek dan kain Rangrang adalah beberapa
1093
contoh kain hasil tenunan masyarakat Bali yang masih
dilestarikan sampai sekarang.
Keunikan ragam dan motif yang terdapat pada
kain tenun Bali inilah yang memunculkan banyak
usaha kreatif yang berkembang untuk memanfaatkan
kain tenun Bali selain sebagai penunjang upacara atau
pakaian tetapi juga dapat dijadikan produk kreatif
lainnya seperti yang dilakukan oleh usaha kreatif
berlabel nama Wahyou.
Wahyou adalah sebuah usaha kreatif
dibidang pembuatan tas kulit dengan memanfaatkan
kain tenun Bali sebagai kombinasinya dengan
memanfaatkan tenaga pengrajin Bali. Wahyou sendiri
beralamat di Jalan Danau Beratan Gang VI no 5 Sanur
dengan pemiliknya adalah Ni Wayan Novi Candrasari,
yang merupakan seorang desainer dan pengrajin tas
kulit yang dikombinasikan dengan bahan tenun Bali,
sehingga tas yang dihasilkan menjadi sangat cantik
dan berkelas. Permainan motif kain juga dilakukan
untuk mendapatkan produk unggulan yang tidak hanya
sekedar dibuat untuk dijual, tetapi juga menyajikan
keindahan dari produknya dan nilai budaya yang turut
dilestarikan.
Atas dasar itulah penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap Wahyou, dimana
usaha ini berjalan dengan memanfaatkan kain tenun
Bali dan menjadikannya sebuah produk kreatif yang
1094
dapat menarik minat banyak masyarakat umum,
namun belum memiliki media promosi yang
memadai. Sehingga perlu dibuat beberapa media
promosi yang efektif dan komunikatif untuk dapat
nantinya membuat Wahyou lebih dikenal
masyarakat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di
identifikasikan permasalahan yang muncul adalah
1. Media apa saja yang tepat untuk mempromosikan
tas kombinasi kain tenun Bali “Wahyou” kepada
masyarakat umum?
2. Bagaimana proses perancangan media komunikasi
visual yang efektif dan komunikatif untuk
mempromosikan tas kombinasi kain tenun Bali
“Wahyou” kepada masyarakat umum?
Batasan Masalah
Batasan penelitian yang penulis tentukan dalam
penelitian ini adalah perumusan masalah, konsep yang
akan dibuat, proses perancangan media komunikasi
visual yang komunikatif dan kreatif, serta
perwujudannya dengan prototipe dari beberapa media
promosi yang akan dibuat sesuai dengan disiplin ilmu
desain komunikasi visual.
1095
Tujuan Perancangan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
Agar masyarakat dapat lebih mengetahui
bahwa kain tenun Bali tidak hanya sebagai
kain untuk dibuat pakaian atau upacara
agama tetapi juga bisa dibuat sebuah produk
kreatif seperti yang dilakukan Wahyou.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut :
Untuk mengetahui jenis media komunikasi
visual yang efektif dan komunikatif serta
kreatif sebagai media promosi Wahyou.
Untuk mulai merancang jenis-jenis media
komunikasi visual yang efektif dan
komunikatif serta kreatif sebagai media
promosi Wahyou.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam perancangan media promosi untuk Wahyou
adalah sebagai berikut :
1096
a. Metode Observasi
Untuk metode observasi, penulis melakukan
observasi di pusat usaha Wahyou yang beralamat
di Jalan Danau Beratan, Gang VI no. 5 Sanur,
Denpasar.
b. Metode Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara tidak
terstruktur yaitu metode pengumpulan data dengan
mengadakan tanya jawab dengan narasumber
tanpa mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan
yang akan diajukan, penulis mengikuti segala
proses yang dibuat dari awal sampai akhir semBari
melakukan wawancara dengan ibu Ni Wayan Novi
Candrasari yang merupakan pemilik sekaligus
designer dari Wahyou sebagai narasumber
utamanya.
c. Metode Kepustakaan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan
beberapa buku yang berkaitan dengan usaha
kreatif, jenis kain tenun Bali, ilmu-ilmu desain
komunikasi visual, fashion dan gaya hidup serta
beberapa referensi online yang berkaitan dengan
pengembangan promosi usaha kreatif dan
kebudayaan Bali mengenai kain tenun khas
Balinya.
d. Metode Dokumetasi
1097
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan beberapa
Gambar kain tenun yang akan diolah menjadi tas
dan produk tas yang sudah siap dipasarkan.
PEMBAHASAN
Dengan banyaknya muncul usaha-usaha
kreatif di berbagai bidang membuat persaingan di
dunia usaha semakin ketat. Karena hal ini, Wahyou
sebagai salah satu usaha kreatif yang berkembang di
Denpasar dengan visi dan misi sekaligus untuk
memperkenalkan dan melestarikan budaya Bali perlu
melakukan suatu usaha untuk dapat bertahan dan
mampu menghadapi persaingan. Dalam hal ini salah
satu usaha yang dapat dilakukan oleh Wahyou adalah
dengan menambah media promosi, yang dapat
menginformasikan pesan kepada masyarakat luas
secara maksimal dan menarik pelanggan sehingga
Wahyou dapat lebih dikenal di masyarakat luas.
Analisa SWOT
a. Strenght (Kekuatan)
Mengangkat budaya lokal Bali dengan
memanfaatkan kain tenun Bali.
Mendukung program pemerintah dalam hal
pembangunan dan pengembangan indutri
kreatif di Indonesia.
1098
Targetnya adalah masyarakat yang tidak
tahu banyak cara memanfaatkan kain tenun
Bali menjadi produk kreatif tapi menyukai
kain tenun Bali dan trend fashion terBaru.
Belum banyaknnya yang memanfaatkan
sehingga dapat menjadi icon produk yang
kreatif dan trend fashion.
b. Weakness (Kelemahan)
Tidak adanya media promosi yang
mendukung
Tidak banyak orang yang tahu kain tenun
Bali digunakan sebagai produk kreatif
Keterbatasan tenaga pengrajin sehingga
tidak dapat terlalu banyak membuat pesanan
dalam jumlah yang besar
c. Opportunity (Peluang)
Masih sedikit usaha serupa sehingga nilai
jual dan minat masih tinggi.
Mengasah banyak kemampuan kreatif untuk
menciptakan produk yang lebih baik dan
berkualitas
d. Threat (Ancaman)
Persaingan dunia industri kreatif
Mulai sulitnya dicari bahan baku dalam hal
ini kain tenun Bali asli, dan kalaupun ada
harganya masih sangat mahal.
1099
Analisa VALS
Analisa yang ditinjau dari sudut pandang value,
attitude atau tingkah laku, dan life style dari target
sasaran.
Value atau nilai
Target audience berdasarkan value adalah
masyarakat yang kurang mengetahui kain tenun
Bali dan pemanfaatannya sebagai produk kreatif.
Attitude atau tingkah laku
Target pasar berdasarkan attitude adalah
masyarakat yang tidak tahu produk-produk kreatif
yang dapat dihasilkan dari budaya lokal bangsa
yang dalam hal ini adalah menanfaatkan kain
tenun Bali.
Life style atau gaya hidup
Target dari gaya hidup adalah orang yang bergaya
hidup dari menengah sampai menengah atas,
dalam artian dalam lingkungan hidup masyarakat
yang dapat diajak ikut menggunakan produk
kreatif lokal dalam negeri.
Berdasarkan analisa serta observasi terhadap objek
kasus, maka sasaran yang tepat yang ingin dicapai
oleh Wahyou adalah Experiencers. Experiencers
adalah kelompok target atau sasaran yang senang
dengan hal Baru, unik, aneh, peduli atas citra dan rasa.
1100
Target ini sangat tepat untuk dituju oleh Wahyou
mengingat perusahaan ini memiliki produk yang unik
dan inovatif yaitu sebuah tas kombinasi dari kain
tenun Bali yang biasa dijadikan bahan atau
perlengkapan uapacara tapi kini menjadi salah satu
produk fashion.
Target Segmentasi Pasar
1. Geografis
Berdasarkan geografis perancangan promosi
Wahyou, media yang dirancang diperuntukan
untuk masyarakat yang berada di wilayah
Denpasar pada khususnya yang nantinya dapat
berkembang keseluruh masyarakat, baik dalam
maupun luar kota bahkan keluar negeri.
2. Demografis
Meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan
pekerjaan serta status sosial ataupun tingkat
ekonomi.
Berdasarkan demografi, media yang dirancang
diperuntukan untuk wanita modern dalam range
usia 17 tahun sampai 24 tahun untuksasaran
sekunder dan usia 25 tahun sampai 35 tahun untuk
sasaran primer di semua kalangan yang memiliki
ketertarikan dan minat pada kain tenun Bali serta
gaya fashion terkini.
1101
3. Psikografis
Meliputi kepribadian, gaya hidup, kesukaan, dan
tingkat sosial. Segmentasi ini mengelompokan
pasar dalam variable gaya hidup, nilai dan
kepribadian.
Jadi Wahyou membidik segmentasi psikologis
yaitu masyarakat dari segala tingkat
perekonomiaan yang memiliki ketertarikan dan
minat pada kain tenun Bali serta gaya fashion
terkini.
4. Behaviour
Meliputi prilaku pembelian, penggunaan Barang,
tingkat penggunaan, waktu penggunaan dan status
menggunakan.
Segmentasi ini diartikan akan kebutuhan
masyarakat terhadap sesuatu, jadi dalam medium
ini diharapkan mampu mempengaruhi, mengajak
dan membujuk masyarakat ataupun dapat
menginformasikan kepada masyarakat tentang
Wahyou.
Strategi Kreatif
Strategi kreatif adalah upaya pendekatan
media promosi untuk memaksimalkan daya tarik
visual melaui bentuk isi dan perwujudan media.
Adapun strategi kreatif yang dilakukan pada media
komunikasi visual untuk promosi Wahyou antara lain
1102
mempertimbangkan isi pesan, bentuk pesan, strategi
visual, gaya visual dan material yang digunakan.
1. Isi pesan
Isi pesan yang ingin disampaikan adalah untuk
mempromosikan Wahyou kepada masyarakat agar
tertarik untuk membeli dan ikut melestarikan
budaya Bali. Pesan yang disampaikan berkaitan
dengan kualitas produk dari Wahyou dengan
memanfaatkan kain tenun Bali sebagai salah satu
daya tarik untuk terus dilestarikan.
2. Bentuk pesan
Bentuk pesan merupakan pesan penawaran produk
tas kombinasi dari kain tenun Bali asli kepada
masyarakat sehingga bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia.
3. Strategi visual
Produk yang ditawarkan adalah berupa tas
kombinasi kain tenun Bali asli handmade
pengrajin lokal, maka visualisasi yang akan
ditampilkan adalah ilustrasi yang menggunakan
teknik gabungan melalui teknik fotografi yang
kemudian diolah di software desain pada
komputer. Dalam hal ini, foto yang digunakan
adalah foto-foto dari produk Wahyou.
4. Gaya visual
Gaya visual yang akan digunakan adalah gaya
dengan konsep produk warisan Bali dengan
1103
kualitas internasional sesuai dengan misinya untuk
sekaligus menjadi jembatan pelestarian budaya
lokal dengan produk kreatif yang dihasilkan tapi
tetap elegan dan modern saat ini
Konsep Desain
Konsep dasar perancangan media komunikasi
visual untuk sarana promosi Wahyou menggunakan
konsep “Local Heritage”. Local heritageterdiri atas 2
kata, local yang berarti lokal/daerah yang dalam hal
ini adalah Bali dan heritage yang berarti warisan. Jadi
local heritage adalah warisan lokal atau warisan
budaya daerah (Bali) yaitu sebuah konsep yang
mengangkat budaya dan tradisi lokal Bali yang
digunakan dalam produk warisan budaya Bali dalam
hal ini menggunakan kain tenun Bali yang dimana
sesuai dengan misinya untuk menjadi jembatan
pelestarian budaya lokal Bali dalam bentuk produk
kreatif yang dihasilkan.
Dari konsep tersebut, penulis ingin menampilkan
budaya dan tradisi Bali yang diwakili oleh produk
yang ditawarkan serta beberapa element yang
digunakan sebagai ciri khas Bali tetapi tetap terlihat
elegan dan modern sesuai dengan trend dan life style
pada perkembangan saat ini untuk mencakup semua
target market yang dituju. Di dalam perancangannya,
menggunakan inspirasi dan referensi yang
1104
berhubungan dengan budaya Bali tetapi tetap terlihat
modern sehingga visualisasi yang dihasilkan mewakili
konsep local heritage tapi tidak mengkotakkan pada
tradisi yang ketinggalan zaman untuk penggunanya.
Sesuai dengan konsep tersebut, penulis berusaha untuk
menyajikan rancangan media komunikasi yang
mampu menarik perhatian masyarakat akan budaya
Bali melalui produk kreatif yang tidak kalah untuk
digunakan dan dimiliki serta membuat masyarakat
mengerti akan maksud dari media visual yang dibuat
yaitu untuk melestarikan budaya Bali serta
mempersepsikan bahwa budaya dan tradisi tidak
berarti selalu ketinggalan zaman tapi dapat diolah
menjadi sebuah produk kreatif yang modern dan
elegan.
Visualisasi Desain
Unsur visual desain yang digunakan pada hampir
di setiap desain diuraikan sebagai berikut :
ILUSTRASI
Ilustrasi yang digunakan pada setiap desain adalah
ilustrasi gabungan melalui ilustrasi fotografi yang
digabungkan dengan aplikasi komputer seperti
adobe photoshop dan adobe ilustrator. Ilustrasi
tersebut antara lain :
- Pattern lamak : lamak merupakan salah satu
element yang identik dengan budaya Bali.
1105
Lamak biasanya digunakan pada upacara-
upacara adatnya. Penggunaan lamak sebagai
element ilustrasi dalam mendesain lebih
diutamakan untuk mengkat kesan Bali.
- Gambar produk dari Wahyou.
TEKS
Penggunaan teks pada desain-desain yang dibuat
lebih ke arah informasi yang akan disajikan pada
setiap desain, misalnya tagline dari perusahaan,
detail kontak dari perusahaan atau kalimat-kalimat
yang mendukung desain promosi yang dibuat.
TIPOGRAFI
Tipografi yang digunakan pada desain promosi
yang dibuat yaitu font SouciSand yang merupakan
jenis huruf dekoratif serta font BookAquatic yang
merupakan jeni huruf yang tegas dan modern.
WARNA
Warna yang digunakan pada desain promosi yang
dirancang adalah warna-warna yang mewakili
konsep local heritage. karena local heritage
merupakan warisan budaya Bali jadi dipilih
menggunakan warna-warna yang dapat
mencerminkan Bali. Pada perancangan media
promosi WAHYOU, digunakan warna orange dan
coklat.
1106
Visualisasi Desain
Berikut uraian visual desain yang dirancang untuk
media promosi Wahyou.
1. Kartu Nama
o Ukuran : 9cm x 5.5cm Landscape.
o Bahan : Bahan yang digunakan untuk mencetak
kartu nama ini yaitu menggunakan kertas art
paper 210gsm.
o Teknik Cetak : Teknik cetak yang digunakan
untuk produksi kartu nama ini adalah digital
printing
1107
2. Website
3. Iklan Majalah
1108
o Ukuran : 27.5cm x 20.5 cm
o Bahan : Bahan yang digunakan untuk mencetak
media promosi iklan majalah ini adalah kertas art
paper 120gsm.
o Teknik Cetak :Teknik cetak yang digunakan pda
media promosi iklan majalah adalah teknik offset.
4. Neon Box
o Ukuran : 42.5cm x 30cm Potrait
o Bahan : Bahan yang digunakan untuk mencetak
neon box ini yaitu menggunakan acrylic.
1109
o Teknik Cetak : Teknik cetak yang digunakan
untuk produksi neon box ini adalah Acrylic
digital printing.
KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan dan penelitian pada
studi kasus Perancangan Media Komunikasi Visual
sebagai Sarana Promosi Tas Kombinasi Kain Tenun
Bali “Wahyou” di Denpasar, maka berdasarkan
uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab
sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Media Komunikasi Visual yang efektif dalam
upaya mempromosikan Wahyou antara lain
adalah Media Komunikasi Visual yang efektif
dalam upaya mempromosikan Wahyou antara
lain adalah redesain logo + GSM + stationary
set (kartu nama, amplop, kop surat, post card,
stiker, stemple dan map), website, video
promosi, packaging brand (kemasan dan tag
logo), katalog produk, neon box, media
promotional (iklan majalah), CD company
profile, dan car branding.
2. Proses perancangan media komunikasi visual
agar efektif dan komunikatif, pertama
melakukan pengumpulan data-data yang
diperlukan dalam perancangan media
komunikasi visual, mengetahui target
1110
segmentasi pasar, untuk menentukan konsep
desain yang tepat. Melalui konsep local heritage
diharapkan media komunikasi visual yang
efektif dan tepat sasaran dapat terealisasi
sehingga tujuan meraih omset yang maksimal
akan tercapai dan misi untuk terus melestarikan
budaya Bali tetap berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung.
PT. Remaja Rosdakarya.
Kusmiati, A, S. Pudjiastuti & P. Suptandar. 1999.
Teori Dasar Desain Komunikasi Visual.
Jakarta: Djambatan.
Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: ANDI.
Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary. 2007. Metode
Riset untuk Desain. Komunikasi Visual.
Yogyakarta. ANDI.
Sanyoto, Sadjiman Edi. 2009. Nirmana – Elemen-
Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta.
Jalasutra.
Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual
– Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. ANDI.
Suyanto M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk
Periklanan. Yogyakarta: Andi Offset.
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi
Visual. Yogyakarta. Jalasutra.
1111
PERANCANGAN ULANG IDENTITAS VISUAL
THE PARLOUR KITCHEN, BAR & LOUNGE
DI SEMINYAK - BALI
Oleh :
I Wayan Buda Mahardika(1), Shiila Maswir, S.Sn.(2),
I Putu Dudyk Arya Putra S.Sn.,M.Sn.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Bali merupakan salah satu obyek wisata
yang sangat terkenal di seluruh mancanegara,
wisatawan dari berbagai negara datang ke Bali
untuk menikmati keindahan budaya dan keindahan
pulaunya. Banyaknya wisatawan yang datang ke
Bali mengakibatkan Bali mengalami perkembangan
yang cukup pesat, salah satunya adalah peningkatan
jumlah hotel dan restoran. Dengan semakin
meningkatnya jumlah restoran yang ada di Bali
sehingga terciptalah persaingan di antara restaurant
tersebut, setiap restoran memiliki konsep yang
berbeda untuk menarik minat para wisatawan dan
masyarakat lokal agar datang ke tempat itu.
Selain tempat yang menarik dan makanan
yang enak, membangun sebuah image atau identitas
restoran merupakan hal yang paling utama dan penting
agar media promosi yang akan dibuat menjadi efektif
dan sesuai dengan tujuan restoran. Salah satu restoran
yang memiliki konsep menarik adalah The Parlour
1112
Kitchen, Bar & Lounge yang beralamat di Jl. Raya
Petitenget No. 15 XX Seminyak – Bali. Di mana
restoran ini memiliki konsep Industrial Modern yang
berhubungan dengan tempat yang mewah dan nyaman.
Konsep yang menarik, tempat yang nyaman atau
eksklusif dan makanan yang berkelas merupakan
keunggulan dan keuntungan The Parlour namun tidak
adanya identitas yang kuat dan kurangnya media
promosi yang ada menyebabkan The Parlour tidak
terlalu dikenal.
Dengan permasalahan yang ada, dapat
disimpulkan bahwa perlu diciptakannya sebuah
identitas perusahaan yang baru untuk membuat The
Parlour semakin dikenal dan mampu
bersaing/bertahan.
Kata Kunci : Bali, Eksklusif, Identitas
ABSTRACT
Bali is one of the very famous tourist
attractions in the entire international community.
Tourist from various countries comes to Bali to enjoy
the beauty of the culture and beauty of the island. The
increasing of tourists coming to Bali, resulting in bali
developed so rapidly. One of which is an increasing
numbers hotel and restaurant. With the ever
increasing number of restaurants in Bali resulting in
competition among the restaurants. With the
increasing number of restaurants in Bali that creates
competition between the restaurants, each restaurant
1113
has a different concept to attracting tourists and local
communities in order to come to that place.
In addition to the interesting and tasty food ,
build an image or identity of the restaurant is the most
important thing and it is important that the media
promotion that will be made into an effective and fit
for purpose restaurant . One restaurant that has an
interesting concept is The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge is located at Jl. Raya Petitenget No. 15 XX
Seminyak - Bali. This restaurant has a concept of
Modern Industrial associated with a luxurious and
comfortable. The concept is attractive, comfortable
place or exclusive and classy food is the advantages
and benefits of The Parlour. But the absence of a
strong identity and the lack of media promotion that is
causing he less well known parlour.
With the existing problems, it can be
concluded that it is necessary the creation of a new
corporate identity to make Parlour increasingly
recognized and able to compete / survive.
Keywords: Bali, Exclusive , Identity.
1. PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya
akan budaya dan keindahan alamnya. Inilah alasan
mengapa Indonesia menjadi salah satu tujuan
wisatawan dari mancanegara. Pariwisata adalah salah
satu asset yang dapat memberikan devisa kepada
1114
Negara, dengan datangnya para wisatawan asing
maupun domestik ke suatu Negara. Dari banyaknya
kawasan wisata di Indonesia, Bali merupakan salah
satu tujuan wisata yang sangat diminati oleh
wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Bali
merupakan penyumbang devisa Negara terbesar
melalui pariwisata. Dengan semakin meningkatnya
wisatawan yang datang ke Bali, tentu harus diikuti
juga dengan sarana dan prasarana pelayanan wisata
yang memadai. Selain tempat hiburan, sarana dan
prasarana yang paling utama adalah hotel, resort,
penginapan dan yang tak boleh ketinggalan adalah
tempat makan atau restaurant, karena semua orang
tanpa terkecuali wisatawan pasti membutuhkan makan
dengan tempat makan yang nyaman dan makanan
yang enak.
Restaurant merupakan salah satu fasilitas
penunjang dalam pelayanan wisata. Sebagai usaha jasa
restaurant harus benar-benar memperhatikan kualitas
pelayanannya kepada para pelanggan atau
pengunjung. Karena restaurant tidak hanya
menyediakan makanan atau minuman yang bisa
dinikmati oleh pengunjungnya tetapi juga harus
memberikan kenyamanan dan pelayanan yang
memuaskan.
Seminyak merupakan salah satu tujuan
wisata di Bali yang cukup terkenal saat ini dan
1115
merupakan pusat dari hotel, resort, villa dan spa
bertarap international. Di Seminyak juga terdapat
banyak pusat perbelanjaan kelas atas, hal ini yang
menjadikan Seminyak sebagai tujuan wisata para
wisatawan domestik maupun asing yang memang suka
berbelanja dan bergaya hidup mewah. Salah satu
restaurant di Bali yang memberikan kenyamanan,
pelayanan dan kualitas rasa pada setiap menu
makanannya adalah The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge yang beralamat di Jl. Raya Petitenget No.
15XX Seminyak Bali. Maka dari itu Seminyak
menjadi nilai lebih dari The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge.
The Parlour Kitchen, Bar & Lounge
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa kuliner atau tepatnya adalah restaurant. Restaurant
yang beralamat di Jl. Raya Petitenget No. 15 XX
Seminyak – Bali ini berdiri sejak bulan Juli 2014
dengan mengusung konsep industrial modern, The
Parlour Kitchen, Bar & Lounge ingin memberikan
konsep restaurant yang mewah namun santai. The
Parlour Kitchen, Bar & Lounge akan memberikan
kualitas terbaik pada setiap menu makanannya seperti
menu unggulan untuk sarapan di pagi hari yaitu Eggs
Benedicts dan Huevos Rancheros, kemudian untuk
menu makan siangnya yaitu Chinese Noodle with pork
dan untuk menu makan malam unggulannya adalah
1116
French Fine de Claire untuk pembuka, Lamb Shank
sebagai hidangan utama dan Petit Four sebagai menu
penutup. Tidak hanya menu makanan luar negeri saja
yang menjadi menu andalan, The Parlour Kitchen, Bar
& Lounge juga ingin menyuguhkan masakan
nusantara yang diberi labels “Indonesian prawn
spaghetti”, yang menarik dari menu ini adalah
perpaduan antara makanan luar dengan makanan
Indonesia yaitu sambal matah yang merupakan sambal
khas pulau Dewata. Dan tentunya mampu menjadi
daya tarik tersendiri karena mampu memberikan
sensasi rasa yang berkelas internasional. Selain menu
makanan tersebut masih banyak menu lain yang tak
kalah menarik dan wajib dicoba. The Parlour Kitchen,
Bar & Lounge juga menyediakan berbagai jenis wine,
anggur dan kopi.
Dengan tempat yang nyaman untuk
bersantai, didukung dengan menu makanan dan
minuman yang berkelas dengan harga terjangkau
menjadikan The Parlour Kitchen, Bar & Lounge
mampu menciptakan standar makanannya sendiri di
Bali. Kalau dilihat dari animo wisatawan yang
berkunjung masih belum memenuhi target dan
dibandingkan dengan restaurant di daerah Seminyak
lainnya bisa dibilang masih sepi pengunjung, hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti : The
Parlour Kitchen, Bar & Lounge Baru saja dibuka pada
1117
bulan Juli tahun 2014 jadi belum banyak orang yang
tahu, Identitas Visualnya kurang, promosinya kurang,
kurang mengangkat art, media promosi juga masih
kurang.
Maka dari itu diperlukan perancangan ulang
identitas visual secara keseluruhan untuk lebih
menonjolkan brand The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge itu sendiri menjadi lebih dikenal dan diingat
oleh para wisatawan asing maupun wisatawan
domestik. Sejauh ini The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge sudah memiliki logo yang bagus namun
wujudnya sangat biasa dan umum digunakan
(konvensional) atau sangat identik dengan logo lain di
bidang restaurant atau jasa makanan yaitu penggunaan
symbol sendok dan garpu yang menyilang. Di satu sisi,
hal ini bisa sangat menguntungkan karena sangat
mengGambarkan konteks bahwa ini adalah sebuah
restaurant, tetapi disisi lain justru akan menjadi
masalah ke depannya karena logo dan brand yang
dibangun tidak mempunyai identitas yang kuat dan
perusahaan akan dianggap tidak memiliki harga diri
atau image yang bagus. Selain logo, The Parlour
Kitchen, Bar & Lounge juga sudah memiliki beberapa
media promosi yang menarik namun masih dirasa
kurang karena belum memberikan sesuatu yang
berbeda dengan restaurant lain sekelasnya dan tidak
1118
memiliki ciri khas atau style yang kuat dan konsisten.
Sesuai perkembangan zaman saat ini, orang
atau wisatawan lebih tertarik pada semua hal yang
“berbau” art (seni), seni secara umum dapat diartikan
sebagai bentuk yang menimbulkan rasa indah.
Hubungan seni dengan The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge adalah pada bagian “Lounge” atau santai,
dimana dalam menciptakan suasana santai yang ingin
diberikan oleh The Parlour Kitchen, Bar & Lounge
diperlukan sebuah unsur yang mampu menyajikan
sebuah keindahan sehingga tercipta rasa nyaman.
Apalagi jika dilihat dari tempat atau lokasinya adalah
Bali maka menjadi suatu hal yang wajib menyisipkan
unsur art atau seni baik pada interior, eksterior
bangunan dan tentunya pada branding itu sendiri yang
menjadi identitas untuk dapat menjual nama.
Dari Pemaparan diatas maka corporate
identity keseluruhan dari The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge harus di rancang ulangdengan konsep Baru
yang menjadikan The Parlour Kitchen, Bar & Lounge
beda dari yang lain, dansesuai dengan konsep awal
dari The Parlour Kitchen, Bar & Lounge yaitu
Industrial Modern agar lebih menarik dan dikenal oleh
para wisatawan baik asing maupun domestik.
1119
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin disampaikan
antara lain, sebagai berikut
Bagaimana membuat logo yang mampu menjadi
identitas dari perusahaan agar menarik dan mudah
diingat?
Bagaimana mendesain ulang identitas visual agar
efektif dan efisien untuk sarana promosi The
Parlour Kichen, Bar & Lounge sehingga dapat
dikenal dan mudah diingat, baik oleh wisatawan
asing maupun wisatawan lokal ?
Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Lokasipenulis melakukan survei adalahThe
Parlour Kitchen, Bar & Lounge yang beralamat di
Jln. Raya Petitenget No. 15 XX Seminyak-Bali.
Dalam metode ini penulis melakukan
pengumpulan data dengan mencatat langsung data
yang diperlukan dalam perancangan.
b. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan dengan bertanya
langsung kepada orang yang dianggap dapat
memberikan informasi secara mendetail dan
sebenar-benarnya. Dalam hal ini penulis
melakukan wawancara dengan asst owner
sekaligus graphic designer dari The Parlour
1120
Kitchen, Bar & Lounge yaitu Jericho Merekava
Tahapary dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang sudah disiapkan dan mencatat
semua jawaban hasil wawancara.
c. Kepustakaan
Dalam metode kepustakaan penulis mencari
beberapa literatur dalam buku “Mendesain Logo “
penulis Surianto Rustan,S.Sn, buku “Tinjauan
Desain Grafis” penulis Arief Adityawan S, buku
“Desain Komunikasi Visual terpadu” penulis
Yongky Safanayong, buku “Feng Shui untuk
Logo” penulis Mas Dian,MRE dan Jessica Diana
Kartika,S.Sn buku“Desain Komunikasi Visual
Teori dan Aplikasi” penulis Rahmat Supriyono.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi yang dilakukan penulis
adalah dengan cara pengambilan sumber data
tertulis melalui Gambar-Gambar yang berguna
sebagai bahan dalam Perancangan Ulang Identitas
Visual untuk mempromosikan The Parlour
Kitchen, Bar & Lounge.
2. PEMBAHASAN
The Parlour Kitchen, Bar & Lounge
bergerak dalam bidang jasa kuliner atau tepatnya
adalah restaurant, beralamat di Jl. Raya Petitenget No.
15 XX Seminyak – Bali. The Parlour Kitchen, Bar &
1121
Lounge ini berdiri sejak bulan Juli 2014 dengan
mengusung konsep industrial modern. The Parlour
Kitchen, Bar & Lounge ingin memberikan konsep
restaurant yang mewah namun santai. Dengan menu-
menu makanan dan minuman yang berkelas dan
berkualitas, karena bahan-bahanya di import atau
didatangkan langsung dari Negara asal makanan
tersebut. Berbagai menu makanan unggulan yang
disediakan oleh The Parlour Kitchen, Bar & Lounge
seperti Eggs Benedicts dan Huevos Rancheros,
kemudian untuk menu makan siangnya yaitu Chinese
Noodle with pork dan untuk menu makan malam
unggulannya adalah French Fine de Claire untuk
pembuka, Lamb Shank sebagai hidangan utama dan
Petit Four sebagai menu penutup. Selain makanan dan
minuman “Barat” yang menjadi unggulan,The Parlour
Kitchen, Bar & Lounge juga mengangkat makanan
dan minuman Bali yang dikemas menjadi makanan
berkelas internasional, seperti “Indonesian prawn
spaghetti”, yang merupakan perpaduan antara
makanan luar dan lokal Bali yaitu paduan Spaghetti
dengan sambal “matah” sebagai salah satu masakan
khas bali. Untuk menu minuman lokal yang menjadi
menu uggulan adalah kopi luwak yang dikemas secara
modern sehingga mengangkat kelas kopi luwak yang
sudah terkenal menjadi lebih berkelas di dunia
internasional. Makanan dan kopi Bali yang ikut
1122
diangkat sebagai menu unggulan menjadi nilai lebih
dari The Parlour Kitchen, Bar & Lounge karena
meskipun mengusung konsep industrial modern
namun The Parlour Kitchen, Bar & Lounge mau
mengangkat nama Bali khususnya makanan dan kopi
luwak Bali sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi
terhadap Bali.
Terlepas dari kelebihan yang dimiliki The Parlour,
masih banyak kekurangan yang mengakibatkan The
Parlour Kitchen, Bar & Lounge belum banyak dikenal
oleh masyarakat khususnya para wisatawan
yangdatang ke Bali sehingga di perlukan sebuah
media-media promosi yang atraktif dan efektif untuk
mempromosikan The Parlour Kitchen, Bar & Lounge.
Tidak hanya media promosi, The Parlour Kitchen, Bar
& Lounge juga membutuhkan Perancangan Ulang
Identitas Visual untuk membentuk image Baru yang
lebih fresh sehingga mampu membentuk identitas atau
trade mark restaurant yang mudah dikenal dan diingat
oleh masyarakat luas khususnya wisatawan domestik
dan wisatawan mancanegara.
Data Faktual
Analisis Desain yang Sudah Ada
Penulis melakukan analisa terhadap desain yang
sudah ada di dalam perusahaan The Parlour Kitchen, Bar,
1123
and Lounge, dan berikut beberapacontoh desain yang
sudah pernah dibuat :
Desain poster dan Desain Logo The Parlour Kitchen, Bar
& Lounge
1124
Desain Website dan Neon Box The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge
Dari beberapa contoh desain dan penjelasan
masing-masing unsur visualnya dapat dilihat bahwa
media-media tersebut tidak satu kesatuan, begitu juga
jika dianalisa dari warna yang digunakan, dalam hal
ini menggunakan warna yang tidak konsisten
sehingga terlihat tidak mempunyai identitas yang
jelas. Sedang untuk logo sendiri terlalu konvesional
atau sering digunakan sehingga riskan untuk dituntut
hak ciptanya.
Analisa SWOT
1. Kekuatan (strength)
Terletak di lokasi strategis yaitu pusat
pariwisata,
Menyediakan menu makanan berkelas dengan
kualitas bahan terbaik dan dikerjakan oleh
cheef terbaik,
Menyajikan menu special yaitu “Indonesian
Prawn Spaghetti” yaitu sepaghetti dengan
bumbu Bali.
2. Kelemahan (weakness)
Kurangnya media promosi
1125
Logo kurang mewakili identitas perusahaan
3. Peluang (opportunity)
Menjadi tempat makan favorit tujuan
wisatawan
4. Ancaman(threat)
Mempunyai beberapa pesaing dalam usaha
restaurant
Analisa VALS
"Nilai, Sikap dan Gaya hidup, (Values, Attitudes and
Lifestyles)"
Experiencers : kelompok konsumen yang termotivasi
oleh ekspresi diri. Mereka adalah jenis konsumen yang
rata - rata usia 25 - 32 tahun. Mereka adalah konsumen
yang cenderung mapan dan menghabiskan uang untuk
meningkatkan kelas sosialnya sikap ini dapat bersifat
untuk menampilkan gaya hidup dari konsumen itu,
yang ditunjang dengan konsep hiburan seperti nuansa
kontemporer ditambah alunan musik yang disajikan di
dalam The Parlour Kitchen, Bar, and Lounge tersebut
yang cenderung mengarah kepada kebutuhan kaum
sosialita yang menjadi target utama dalam market The
Parlour Kitchen, Bar, and Lounge
Sintesis
Berdasarkan beberapa data yang didapat di
lapangan, dapat disimpulkan bahwa yang diterapkan
1126
pada desain nantinya akan melakukan sedikit
perubahan pada media visual sebelumnya dan
menambah media visual lainnya yang berpedoman
pada teori- teori yang dibahas sebelumnya. Untuk
Corporate Color akan dipilih satu warna atau lebih
yang akan menjadi identitas perusahaan yang didapat
dari proses brainstorming dan sesuai dengan konsep
yang diperoleh nantinya. Media komunikasi visual ini
diharapkan memiliki kesatuan yang selaras dan efektif
dalam penyampaian informasinya.
Target Segmentasi Pasar
- Demografis
Berdasarkan demografi sasaran yang diinginkan
adalah : Usia 23 - 32 (Masa Dewasa awal atau Early
Adulthood). Masa dewasa adalah masa pencarian
kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen
dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,
kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup
yang baru. Kategori ini di khususkan untuk fasilitas
Restaurant.
- Geografis
Berdasarkan geografi sasaran yangdiinginkan
adalah daerah di sekitar Kerobokan , Seminyak,
Denpasar, Nusa Dua dan Kuta menjadi daerah
1127
terpilih sebagai tempat diberlakukan promosi karena
daerah tersebut merupakan tempat para wisatawan
baik asing maupun local sering berkunjung.
- Psikografis
Berdasarkan psikografi (jiwa masyakat yang akan
disasar) Segmentasi ini mengelompokan pasar
dalam variable gaya hidup, nilai, kepribadian dan
tingkat perekonomian menengah sampai atas
khususnya sasaran yang diinginkan adalah dewasa.
Dimana orang dewasa cenderung lebih mapan dan
mampu untuk membeli makanan di restaurant
berkelas karena uang yang dimiliki memang hasil
dari bekerja, sehingga mereka lebih leluasa
berbelanja sesuai keinginan dan kemampuan yang
mereka miliki.
- Behaviour
Behavior disini diartikan kesukaan, kebutuhan
masyarakat akan sesuatu. Jadi dalam media ini
diharapkan mempunyai suatu daya tarik pesan yang
mampu mempengaruhi, mengajak, dan membujuk
para konsumen khususnya dewasa untuk datang ke
The Parlour Kitchen, Bar, and Lounge, yang
memiliki menu makanan dan minuman yang
bervariasi.
Konsep Desain
Perancangan merupakan terjemahan kata
1128
design dalam bahasa Inggris yang artinya
“pendesainan” atau pembuatan desain. Dengan
demikian, konsep perancangan dapat diartikan sebagai
konsep desain yang di Gambarkan berwujud konsep
secara tertulis. Untuk dapat menarik minat sasaran
yang dituju serta pesan yang disampaikan mudah
dimengerti (singkat, padat dan jelas), adapun konsep
dasar dalam perancangan Identitas Visual The Parlour
Kitchen, Bar, and Lounge ini adalah ”Exclusive with
Illustration”.
Penggunaan konsep ”Exclusive with
illustration” dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
yang muncul yaitu bagaimana membuat The Parlour
Kitchen, Bar, and Lounge lebih dikenal masyarakat
dengan memperlihatkan identitas dari The Parlour
Kitchen, Bar, and Lounge. Eksklusif adalah terpisah
dari yang lain atau khusus, (http://kbbi.
web.id/eksklusif), hubungannya dengan perancangan
ulang identitas visual The Parlour Kitchen, Bar &
Lounge adalah bagaimana merancang desain yang
beda dari yang lain, merancang desain yang khusus
atau tidak mudah untuk diduplikasi, secara unsur
desain (Bentuk, Warna, Layout, Ilustrasi, Teks, dan
Typografi) juga dipilih yang berbeda dari biasanya
(khusus) dalam artian bukan yang sering
dipergunakan. Adapun alasan pemilihan konsep
Exclusive with illustration yaitu mengacu pada latar
1129
belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu
perlunya sentuhan seni pada perancangan karena
dewasa ini orang lebih tertarik dengan suatu hal yang
“berbau” seni. Apalagi sesuai targetnya yaitu wisatan
lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Bali
khususnya di Seminyak tentunya adalah wisatawan
yang memang menyukai seni dan budaya sehingga
dipadukanlah illustrasi kedalam konsep exclusive
yang di kembangkan dari konsep The Parlour Kitchen,
Bar & Lounge sebelumnya yaitu industrial modern.
Teknik Illustrasi sendiri menggunakan tehnik Goresan
Keras (arsir) : adalah tehnik menggambar dengan
tehnik garis-garis, silang atau menyilang. Dari
pemaparan konsep diatas maka ditetapkan bahwa
illustrasi yang dimaksud atau yang digunakan berupa
hand drawing pencil yang akan digunakan sebagai
pattern. Adapun illustrasinya sendiri dapat berupa
berbagai jenis bahan utama makanan yang ada pada
menu makanan The Parlour, seperti aneka rempah,
aneka pala wija atau sayuran, ayam, daging, beberapa
aneka seafood seperti ikan, udang, lobster dan
kepiting.
1130
Visualisasi Desain
Logo
Iklan Majalah
1131
Packaging
SignSystem
1132
Neon Box
3. PENUTUP
Kesimpulan
1. Melalui perancangan ulang identitas visual secara
keseluruhan untuk lebih menonjolkan brand The
Parlour Kitchen, Bar & Lounge Kitchen, Bar and
Lounge agar dapat menarik minat konsumen dan
akan selalu diingat oleh para wisatawan asing
maupun wisatawan domestik yang berkunjung ke
The Parlour Kitchen, Bar & Lounge. Dengan
konsep exclusive with illustration dimana ingin
menampilkan kesan sebuah restoran yang mewah
digabungkan dengan beberapa illustrasi jenis
makanan untuk memperkuat identitas restoran,
1133
yang diharapkan mampu memperkenalkan The
Parlour Kitchen, Bar & Lounge kepada
konsumen.
2. Media komunikasi visual yang cocok dan sesuai
dengan kriteria desain dalam perancangannya
dilakukan melalui analisa data kemudian
ditentukan atau diperoleh konsep desain yaitu
“exclusive with illustration”. Dari konsep tersebut
kemudian diterapkan dalam pembuatan beberapa
alternatif unsur-unsur desain, sampai diperoleh
desain dan media terpilih untuk mempromosikan
The Parlour Kitchen, Bar and Lounge serta
mampu memberikan Gambaran sebuah restoran
yang mewah serta memiliki daya tarik tersendiri
lewat beberapa illustrasi yang telah diibuat.
tentunya dapat menarik para wisatawan asing
maupun wisatawan lokal untuk datang berkunjung
ke The Parlour Kitchen, Bar and Lounge.
Daftar Pustaka
Agus Sachari Dan Yan Yan Sunarya. (2002).Sejarah
Dan Perkembangan Desain Dan Dunia
Kesenirupaan Di Indonesia.Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Ardhi, Yudha. 2013. Merancang Media Promosi Unik
dan Menarik. Yogyakarta: TAKA Publisher.
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Andi.
1134
Pujirianto. 2005. Desain Grafis Komputer (Teori
Desain Grafis Komputer), Andi : Yogyakarta.
Rakhmat, Supriyono. 2010. Desain Komunikasi
Visual – Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sanyoto, E.S. (2009). Nirmana: Dasar-Dasar Seni dan
Desain. Yogyakarta:Jalasutra.
Sarwono, Jhonatan & Lubis, Harry. 2007. Metode
Riset Untuk Desain Komunikasi Visual .
Yogyakarta : Andi.
Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk
Periklanan. Jakarta: Andi.
http://kbbi.web.id/ulang
1135
PERANCANGAN SISTEM IDENTITAS VISUAL
GANDAPURA KOREAN LANGUAGE COURSE
DI DENPASAR
Oleh :
Siti Rohani(1), Ramanda Dimas Surya Dinata, S.Sn.,
M.Sn. (2), I Gst. Ngr. Gd. Gitayogi Irhandi, S.Sn.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1, Sekolah Tinggi Desain Bali
Email : [email protected]
ABSTRAK
Dari banyaknya bahasa internasional yang
ada, bahasa Korea kini sudah mulai menjadi bahasa
yang banyak dipelajari berkat suskesnya industri
hiburan Korea Selatan. Berkat hubungan bilateral
Indonesia – Korea, komunikasi dalam bahasa Korea
dirasa perlu. Gandapura Korean Language Course
(GKLC) hadir untuk membantu mereka yang ingin
mempelajari bahasa Korea. Kendala yang dimiliki
GKLC adalah sarana promosi yang kurang dan desain
media promosi yang mereka miliki sekarang belum
relevan dengan bidang studi bahasa Korea. Karena
kurangnya pencerminan terhadap Korea, maka penulis
mengangkat judul ini sebagai perancangan sistem
identitas visual agar terciptanya pencerminan yang
tepat akan bahasa Korea sebagai bahasa wujud
kebudayaan Korea.
Metode yang digunakan dalam perancangan
sistem identitas visual GKLC adalah metode
1136
pengumpulan data primer dan sekunder lalu dianalisa
dari sisi target pasar, pemilihan media yang sesuai dan
strategi kreatif, sehingga tercipta visualisasi desain
yang relevan. Perancangan sistem identitas visual
dibuat dengan tujuan untuk membuat desain
pengaplikasian dan media promosi memiliki
kesinambungan antara satu dengan lainnya, agar tidak
menimbulkan salah persepsi atas aspek bidang yang
dipelajari dalam tubuh GKLC.
Hasil yang dicapai dalam perancangan
sistem identitas visual GKLC memberikan citra yang
tepat dari segi visual sebagai sarana dalam
menyadarkan khalayak masyarakat akan keberadaan
tempat kursus bahasa Korea ini.
Kata kunci : Perancangan, sistem identitas visual,
GKLC, Korea.
ABSTRACT
From the number of existing international
languages, Korean language has been started now to
be a language that extensively studied due to the
success of South Korean entertainment industry.
Because of the bilateral relations between Indonesian
and Korean, and now communication in Korean
language is necessary. Gandapura Korean Language
Course (GKLC) presents to help those who want to
learn Korean Language. The constraints that GKLC
owned is less promotion with design of a media
campaign that they have now is not relevant and
1137
integrated in studies Korean language. Due to the lack
of reflection on Korea, so the author raised the title as
visual identity system in order to create the proper of
reflection from the Korean language as an expression
of Korean Culture.
The method that to used in the design of
visual identity system in GKLC is a method of primary
and secondary data collection then to be analyzed of
the target market, the selection of appropriate media
and creative strategy, so to created relevant design
visualization. The aim of the design of visual identity
system is make an application design and media
campaign had sustainability between each other, to
avoid any perception from an aspects of the field are
studied in GKLC.
The result achieved in the design of the
visual identity system GKLC provide the right image
of the visual aspect as a means to realize the public of
the existence of this Korean language course.
Keywords : Design, visual identity system, GKLC,
Korea.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkat suksesnya industri K-POP membuat
warga dunia yang menyukai budaya K-POP mengenal
Korea Selatan lewat drama, musik, film serta reality
show. Melalui hubungan bilateral antara Indonesia dan
Korea, hubungan kedua negara ini menjadi semakin
1138
erat dengan diselenggarakannya acara-acara konser
yang menampilkan kebudayaan Korea dan Indonesia.
Selain itu juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan
dan sektor pariwisata terutamanya di Bali.
Dari data Berita Resmi Statistik BPS Provinsi
Bali, kedatangan wisatawan Korea Selatan April 2013
dan Januari hingga April 2014 mengalami peningkatan
dari 3,80% menjadi 4,03%. Bali juga sebelumnya
telah dikenal oleh warga Korea Selatan salah satunya
dalam sebuah drama Korea tahun 2004 berjudul
Memories Of Bali. Dalam situs Kedutaan Besar
Republik Indonesia Seoul, Korea Selatan disebutkan
bahwa, “Jumlah mahasiswa dan pelajar Indonesia
yang menuntut ilmu di Korsel terus meningkat setiap
tahun. Tahun 2004 jumlah mahasiswa Indonesia di
Korsel hanya sekitar 70 orang meningkat menjadi
sekitar 1200 siswa sampai bulan Januari 2015”.
Dengan meningkatnya kedatangan wisatawan
Korea Selatan ke Bali, serta jumlah pelajar dan
mahasiswa Indonesia yang belajar di Korea Selatan,
tentu kebutuhan dalam berkomunikasi lewat Bahasa
Korea sangat penting. Salah satu tempat dimana
masyarakat di Bali umumnya dan Denpasar
khususnya, dapat mempelajari Bahasa Korea adalah di
Gandapura Korean Language Course yang dikenal
dengan GKLC.
1139
GKLC didirikan oleh Bapak Drs. I Dewa
Putu Arsa M.Hum pada tahun 1995 di Jalan
Gandapura III No.14, Kesiman, Denpasar-Bali.
Program kursus Bahasa Korea mengutamakan menulis
(쓰기) dan membaca (읽이) Hangeul, struktur kalimat
(문장구조) dan berbicara (말하기). GKLC memiliki
empat level pembelajaran dengan jangka tiga bulan
setiap level yang ditempuh. Setiap kelas hanya diberi
ruang maksimal 15 siswa/i.
Namun GKLC belum memiliki identitas
visual tersistem sebagai pengenalan tempat kursusnya
kepada masyarakat yang ingin mempelajari Bahasa
Korea. GKLC dari sisi visual memiliki beberapa
masalah meliputi; logo tidak sesuai dengan konteks
disiplin ilmu yang dipelajari yaitu Bahasa Korea,
media promosi tidak teraplikasi secara konsisten dan
berkesinambungan dari segi identitas visual, serta
kurangnya media promosi yang digunakan untuk
menyampaikan informasi.
Rumusan Masalah
Dari penjabaran pada latar belakang dapat
dirumuskan beberapa masalah berkaitan dengan
perancangan sistem identitas visual sebagai berikut.
1140
- Bagaimana merancang sistem identitas visual yang
sesuai dengan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh
Gandapura Korean Language Course?
- Bagaimana menerapkan sistem identitas visual
tersebut ke media aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan Gandapura Korean Language Course
-
Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan yaitu sebagai berikut :
- Untuk menginformasikan kepada masyarakat
tentang keberadaan Gandapura Korean Language
Course lewat pengenalan sistem identitas visual
yang diciptakan.
- Sedangkan tujuan khusus perancangan ini
dimaksudkan untuk mengetahui proses merancang
sistem identitas visual yang sesuai dengan prinsip-
prinsip yang dimiliki oleh Gandapura Korean
Language Course serta penerapannya ke dalam
media aplikasi.
Metode Pengumpulan Data
Dalam merancang sistem identitas visual
Gandapura Korean Language Course dilakukan
metode pengumpulan data yang dijaBarkan sebagai
berikut :
1141
- Observasi
Kegiatan ini dilakukan dengan mendatangi
langsung tempat kursus GKLC untuk melihat
proses belajar mengajar di tempat kursus. Penulis
juga dapat melihat langsung suasana di ruang
kelas dan interaksi antara para siswa dan pengajar.
- Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengajar sekaligus
pemilik GKLC yaitu Bapak Drs. I Dewa Putu
Arsa, M.Hum. Pertanyaan yang akan ditanyakan
yaitu seputar sejarah, visi dan misi tempat kursus
Bahasa Korea serta data-data faktual. Data
tersebut berguna dalam penyampaian informasi
untuk kebutuhan media promosi.
- Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan
memotret kegiatan proses belajar mengajar dalam
kursus Bahasa Korea yang dilakukan dalam ruang
kelas. Foto-foto yang didapatkan berfungsi sebagai
referensi Gambar kegiatan belajar mengajar di
kursus Bahasa Korea.
PEMBAHASAN
Data Faktual
Data umum mengenai GKLC ini didapatkan
melalui wawancara yang telah dilakukan oleh
1142
pemiliknya. Data tersebut kemudian diolah dan
digunakan sesuai dengan kebutuhan materi
perancangan sistem identitas visual. Penjelasan
selanjutnya merupakan penjabaran data perusahaan
secara terperinci.
Gambar 1. Logo GKLC pada brosur
GKLC telah berdiri sejak tahun 1995.
Tempat ini adalah sebuah tempat dimana seseorang
dapat menimba ilmu dalam mempelajari Bahasa
Korea. GKLC atau yang biasa disingkat GKLC
didirikan oleh Drs. I Dewa Putu Arsa, M.Hum. Beliau
merupakan mahasiswa lulusan pasca sarjana
Universitas Udayana, Program Studi Linguistik,
konsentrasi penerjemahan dan telah berpengalaman
mengajar bahasa Korea selama hampir 20 tahun.
1143
Nama Gandapura sendiri dipilih karena
tempat kursus GKLC berada di Jalan Gandapura III
No. 14 Kesiman, Denpasar-Timur, Bali. Kalau tempat
kursus bahasa Korea lain menggunakan unsur
penamaan dengan bahasa Korea, Bapak Dewa sengaja
menggunakan nama lokal sebagai nama tempat
kursusnya. Hal itu dimaksudkan karena Bapak Dewa
ingin mengangkat nama lokal menuju internasional.
Penamaan Gandapura dipilih karena sesuai dengan
nama jalan tempat kursus tersebut.
Desain logo Gandapura Korean Laguange
Course menggunakan logogram yang merupakan
simbol dari matahari. Simbol matahari pada logo
memiliki arti sebagai ilmu yang menyinari layaknya
sinar pagi yang cerah. Menggunakan warna merah
untuk melambangkan semangat dalam meraih ilmu
pengetahuan. Logotype menggunakan huruf G, K, L, C
sebagai singkatan nama dari GKLC yang diletakan
pada posisi setengah lingkaran di luar logogram.
Dengan belajar bahasa Korea akan
memperluas wawasan pengetahuan dan sumber daya
manusia, khususnya yang ingin bekerja, berwisata
ataupun melanjutkan studi ke Korea, terutama Bali
yang merupakan destinasi andalan pariwisata di
Indonesia dan banyak dikunjungi oleh wisatawan
Korea sepanjang tahun. Untuk itu diperlukan tenaga-
tenaga yang terampil berbahasa korea untuk bekerja di
1144
sektor pariwisata seperti; pramuwisata, pegawai hotel,
restaurant dan interpreter.
Target Segmentasi Pasar
- Demografis
Target usia yang belajar di GKLC adalah mereka
laki-laki atau perempuan yang berumur 18 sampai
25 tahun. Berasal dari kelas sosial menengah
dengan daur hidup dari belum menikah sampai
yang sudah menikah. Agama yang dianut adalah
semua agama dan berkebangsaan utama dari
Indonesia dan yang kedua berasal dari kebangsaan
asing yang fasih berbahasa Inggris.
- Geografis
Target market yang dijangkau oleh GKLC adalah
masyarakat yang tinggal di wilayah Denpasar
khususnya dan Badung umumnya, dalam cakupan
provinsi Bali.
- Psikografis
Dari kalangan menengah, usia 18 sampai 25
memiliki kepribadian aktif, bersahabat, ramah,
dinamis serta berpikiran terbuka terhadap hal
Baru. Kebiasannya rata-rata masih belajar atau
bekerja sampingan dan membelanjakan uang
sesuai kebutuhan. Minat terhadap Korea terlihat
dari kesukaannya terhadap kebudayaan ataupun
1145
industri hiburan Korea melalui tontonan dan musik
yang didengarkan.
- Behaviour
Dalam hal ini perilaku target pasar dapat
dikelompokkan menjadi orang penyuka Korea
lebih sering membicarakan atau mengenakan
atribut berkaitan dengan industri hiburan Korea.
Tidak beda jauh dengan penyuka Korea, orang
yang memiliki kebutuhan untuk belajar dan
bekerja di Korea juga cenderung melakukan hal
serupa dan tentu lebih fokus mempelajari Bahasa
Korea untuk keuntungan dan keterampilan
berbahasa dalam bekerja.
Strategi Kreatif
- Pesan
Pesan yang disampaikan melalui perancangan
sistem identitas visual GKLC adalah mengajak
seorang yang ingin mempelajari bahasa Korea
untuk datang dan kursus di GKLC. Gaya bahasa
yang digunakan bersifat formal karena GKLC
adalah tempat dimana seseorang mempelajari
bahasa Korea. Pesan diserukan berupa ajakan
“Gerbang Menuju Korea Selatan Melalui Kelas
Bahasa” dan menyertakan informasi terperinci
mengenai GKLC dari segi fasilitas, biaya dan
pengajar.
1146
- Strategi Visual
Strategi visual yang digunakan lebih
memperlihatkan sisi Korea Selatan lewat fotografi
sebagaimana tempat itu sebenarnya, tanpa
memberikan efek digital imaging yang berlebihan.
Hal tersebut agar kesan yang ditangkap lebih
natural. Penggunaan elemen grafis sangatlah
minim dan menitik beratkan pada sisi tipografi
karena informasi yang ditampilkan lebih kepada
data yang dibutuhkan target pasar akan tempat
kursus GKLC. Sehingga khalayak dan target pasar
dapat menangkap informasi secara jelas dan tepat.
Penggunaan ikon vector 2 dimensi lebih sesuai
dengan desain yang clear. Pemilihan warna harus
menyesuaikan dengan nuansa Korea Selatan agar
tidak menimbulkan kesan yang berbeda dari apa
yang dipelajari di GKLC.
- Gaya Visual
Gaya visual yang akan diterapkan pada desain
sistem identitas visual GKLC adalah gaya desain
yang menimbulkan kesan formal. Pemilihan fonts
berupa sans serif yang bersifat streamline
(ringkas) dan tegas sesuai dengan citra sebuah
tempat belajar. Warna solid dipilih karena
informasi yang disampaikan cukup lengkap di
setiap media promosinya, agar mempermudah
audience dalam menyerap informasi.
1147
- Positioning
GKLC merupakan tempat kursus bahasa Korea di
Denpasar sejak 1995 dan hampir menginjak usia
20 tahun. GKLC dikhususkan bagi siswa/i yang
serius ingin mempelajari bahasa Korea terutama
bagi mereka yang ingin belajar atau bekerja di
Korea Selatan dan bagi mereka yang bekerja di
sektor pariwisata di Bali. Bapak Dewa Made Arsa
juga mengajak para anak didiknya untuk berbagi
pengalaman ketika beliau berada di Korea
sehingga membuat siswa/i dapat membayangkan
kehidupan dan budaya di Korea.
- Unique Selling Point
Tempat kursus bahasa Korea yang telah konsisten
berdiri sejak 1995 dan memberikan sertifikat
ketika lulus dari 4 level pembelajaran kepada
pelajarnya.
Konsep
Dalam menentukan konsep, sebelumnya
dilakukan brainstorming (terlampir) guna mengeksplor
hal-hal yang berkaitan dengan GKLC. Konsep yang
digunakan dalam merancang sistem identitas visual
GKLC adalah berdasarkan pada warisan kebudayaan
Korea yang terwujud dalam simbol-simbol serta
elemen-elemen yang dimiliki oleh Korea khususnya
Korea Selatan.
1148
Bahasa Korea merupakan bahasa Baru bagi
masyarakat Indonesia khususnya Denpasar, Bali, jadi
diperlukan sikap terbuka untuk menerima
pembelajaran Baru tersebut. Sikap terbuka dapat
diwakilkan dengan pintu gerbang yang terdapat di
Korea Selatan sebagai filosofi gerbang sebagai jalan
masuknya ilmu pengetahuan bagi seseorang.
Berkenaan dengan bahasa, eksplorasi huruf Hangeul
diperlukan sebab merupakan salah satu warisan
budaya dinasti Joseon. Huruf ini digunakan sebagai
penulisan resmi Korea hingga saat ini. Bendera milik
Korea Selatan juga menjadi salah satu hasil budaya
yang dipergunakan sebagai simbol negara.
Dari tiga wujud kebudayaan Korea Selatan
yaitu, gerbang warisan budaya Korea Selatan, huruf
korea Hangeul dan bendera Korea Selatan dapat
dipadukan menjadi sebuah bentuk visual yang sesuai
dalam perancangan sistem identitas visual GKLC.
Ketiga wujud kebudayaan dieksplorasi dari segi
bentuk unsur visual yang ada dan penggunaan warna
yang sesuai dengan asosiasinya di Korea Selatan. Hal
tersebut bertujuan untuk menyesuaikan dengan prinsip
dan nilai-nilai yang dimiliki oleh GKLC. Hingga
dalam proses merancang tampilan visual dari berbagai
elemen tersebut di atas tetap sesuai dengan dunia
edukasi yang bersifat terbuka namun tetap disiplin.
1149
Visualisasi Desain
Berikut adalah uraian visualisasi aplikasi
desain GKLC dalam media utama dan penunjang.
Pada media utama akan diberikan penjelasan tentang
ukura, bahan dan teknik cetak.
A. Graphic Standart Manual dan Logo
Graphic Standart Manual sebuah buku yang
dibuat untuk menjelaskan aturan-aturan dalam
proses perancangan identitas visual Gandapura
Korean Language.
Gambar 2 Logo
1150
Gambar 3 Bentuk fisik GSM
Ukuran : 29.7 cm x 21 cm
Bahan : Art paper 260 gram
Jilid album
Teknik cetak : Digital Printing
B. Poster
Media ini dipilih sebagai media
promosi karena akan diletakan di sekolah dan
hotel sebab di tempat tersebut potensi
keberadaan target pasar paling banyak.
1151
Gambar 4 Poster GKLC
Ukuran : 29.7 cm x 42 cm
Bahan : Art paper 260 gram, Laminasi -
glossy
Teknik cetak : Digital Printing
1152
C. Brosur
Brosur dinilai efektif karena dalam
media ini terdapat informasi yang padat dan
terperinci mengenai GKLC.
Gambar 5. Brosur GKLC
1153
Ukuran : 29.7 cm x 21 cm
Bahan : Art paper 260 gram,
Laminasi - doff
Teknik cetak : Offset
D. Papan Nama
Papan Nama diletakan di depan gedung
GKLC sebagai penanda bahwa di wilayah atau
alamat di sana terdapat tempat kursus bahasa
Korea bagi pelajar, mahasiswa atau mereka yang
bekerja di pariwisata.
Gambar 6. Papan Nama
1154
PENUTUP
Kesimpulan
Sebuah perusahaan yang ingin melebarkan
sayapnya dan lebih dikenal masyarakat akan
keberadaannya, memerlukan strategi yang tepat dalam
mempromosikan perusahaannya dari segala sisi.
Dalam hal ini, penulis memecahkan masalah visual
GKLC untuk membantu dari sisi aspek desain untuk
membuat citra tempat kursus ini relevan dengan
bidang studi yang dipelajari. GKLC sebagai tempat
kursus bahasa Korea akan sangat efektif bila
menunjukkan citra yang berunsurkan Korea, dalam
kasus ini penulis mengangkat Korea Selatan sebagai
landasan dalam mendesain sistem identitas visual
GKLC.
Daftar Pustaka
Ambrose, Gavin., Paul Harris. 2006. The Visual
Dictionary Of Graphic Design. London: Ava
Publishing SA.
Ebdi Sanyoto, Sadjiman. 2009. Nirmana Elemen-
Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta:
Jalasutra.
Lip, Evelyn. 1996. Desain dan Feng Shui Logo, Merek
Dagang & Signboards. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Jogiyanto, HM. 2005. Analisis dan Desain Sistem
Informasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI..
1155
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Moriarty, Sandra, dkk. 2011. Advertising. Jakarta:
Kencana.
Napoles ,Veronica. 1987. Corporate Identity
Design.Canada: John Wiley & Sons.
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Rustan, Surianto. 2009. Logo. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Safanayong, Yongky. 2006. Desain Komunikasi
Visual Terpadu. Jakarta : Arte Intermedia.
Sarwono, Jonathan., Hary Lubis. 2007. Metode Riset
Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Setyanto, Daniar Wikan. 2007. Irama Visual : Dari
Toekang Reklame sampai Komunikator Visual.
Yogyakarta : Jalasutra.
Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi
Visual. Yogyakarta : Jalasutra.
1156
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA KAMPANYE
PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
PADA REMAJA PUTRI DI DENPASAR
Oleh :
Dewa Ayu Sri Dwijayanti(1), I Dw. Agung. Gd. Agung
Witara S., S.Sn.(2),Wahyu Indira, S.Sn., M.Sn.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu jenis
penyakit yang mematikan dan menyerang wanita.
Kanker Serviks atau yang biasa disebut dengan kanker
mulut rahim merupakan kanker yang menyerang area
serviks atau leher rahim. Kanker ini disebabkan oleh
Human Papilloma Virus atau yang biasa disebut
dengan virus HPV. Di Bali Kanker Serviks merupakan
pembunuh nomor dua setelah kardiovaskuler. Kasus
Kanker Serviks ini telah terjadi sejak lama dan
berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan
kanker serviks ini, namun sayangnya kasus ini terus
saja meningkat. Ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan remaja tentang apa itu Kanker Serviks,
apa gejala dari Kanker Serviks dan bagaimana
mencegah agar tidak terinfeksi virus mematikan ini.
Oleh karena itu, dibuatlah perancangan desain
komunikasi visual berupa kampanye pencegahan
Kanker Serviks Pada Remaja Putri di Denpasar yang
1157
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
Kanker Serviks dan kesadaran para remaja ini untuk
melakukan pencegahan dini agar terhindar dari
penyakit yang mematikan yaitu Kanker Serviks.
Kata Kunci : Virus, Pencegahan Dini, Remaja Putri,
Kanker Serviks
ABSTRACT
Cervical cancer is a disease prayer type a deadly and
attacking women . Cervical cancer or commonly
referred to as oral cancer is a cancer that attacks the
uterus is the cervix or uterus area . this Cancer is
caused by the Human Papilloma Virus or commonly
referred to as HPV Virus. In Bali Cervical cancer is
the number two killer after cardiovascular . Cases of
cervical cancer has been a long time and many efforts
have been made to the prevention of cervical cancer,
but unfortunately this case continues to increase. This
is due to the lack of knowledge adolescent about the
cervical cancer. What Cervical cancer symptoms And
How to prevent this virus not infected this deadly
virus. Therefore , it made the design visual
communication in the form of cervical cancer
prevention campaign. every Young Women in
Denpasar which aims to provide information about
cervical cancer and awareness of every teens to early
prevention and avoid deadly diseases called cervical
cancer.
1158
Keywords : Virus , Early Prevention , Young Women ,
Cervical Cancer
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kanker Serviks merupakan kanker yang
menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu area
bawah rahim yang menghubungkan rahim dan vagina.
Kanker ini disebabkan oleh virus yang bernama
Human Papilloma Virus (HPV). Penularan virus HPV
paling banyak adalah melalui hubungan seksual, jadi
setiap wanita yang sudah aktif secara seksual beresiko
terkena paparan virus HPV onkogenik.
Faktor-faktor penyebab terjangkitnya kanker
serviks adalah melakukan hubungan seks pada usia
muda atau memiliki banyak pasangan dan sering
berganti-ganti pasangan. Selain itu, merokok juga
dapat memicu terjangkitnya kanker serviks.
Tidak lain halnya dengan Bali, kanker
serviks merupakan pembunuh nomor dua setelah
kardiovaskuler (beritasatu.com, 2012). Menurut data-
data di Dinas Kesehatan Provinsi Bali, di Bali pada
tahun 2012, 90 orang wanita terdiagnosa kanker
serviks. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 114
orang wanita terdiagnosa dan 16 wanita meninggal
karena kanker serviks. Dalam hasil pemeriksaan
deteksi dini yang dilakukan oleh dinas kesehatan
1159
provinsi Bali, curiga kanker tercatat pada usia 30-50
tahun mencapai 31 orang wanita pada tahun 2013.
Kasus kanker serviks ini telah ada sejak
lama dan berbagai cara telah dilakukan oleh berbagai
pihak seperti Dinas Kesehatan Bali dan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial(BPJS) seperti,
pengobatan dan tes Pap Smear gratis, seminar dan
iklan-iklan yang ditayangkan di media sosial untuk
membuat wanita lebih waspada terhadap kanker
serviks, tetapi kenyataannya kasus ini makin
meningkat. Hal ini disebabkan karena minimnya
pengetahuan remaja tentang kanker serviks. Penyebab
lainnya adalah kurangnya kepedulian mereka tentang
bahaya dari kanker serviks dan kesehatan tubuh
mereka, seta kurang efektifnya media kampanye yang
ada. Hal ini membuat para remaja putri kurang tertarik
untuk membaca informasi tentang kanker serviks.
Setelah melakukan survey kepada responden, di
daerah Renon dan Panjer Denpasar-Bali, dari data
yang didapat, dari 20 responden 65% diantaranya
mengetahui apa itu Kanker Serviks, tapi kurang
memahami gejala dan bagaimana mengatasinya. Dan
35% orang lainnya mengerti tentang kanker serviks,
dan bagaimana mengatasinya, tapi kurang memahami
gejala dari kanker serviks.
Jadi, dapat disimpulkan dari data-data diatas
bahwa saat ini, para remaja putri di Denpasar sangat
1160
minim pengetahuan tentang kanker serviks dan
pencegahannya sehingga remaja putri jadi tidak
waspada dan tidak memperhatikan kesehatan organ
kewanitaannya. Tanpa disadari, remaja putri sering
mengabaikan hal-hal sepele yang dapat menyebabkan
terjangkit penyakit yang mematikan ini. Oleh karena
itu perancangan kampanye ini dibuat untuk para
remaja putri di Denpasar agar mereka dapat lebih
waspada dan menjaga sejak dini kebersihan organ
kewanitaan, karena hal tersebut sebenarnya sederhana
tetapi seringkali tidak dipedulikan dan menjadi salah
satu faktor yang penting untuk menjaga organ
kewanitaan dari serangan virus HPV yang dapat
berubah menjadi kanker serviks.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin disampaikan
antara lain, sebagai berikut :
Media apakah yang efektif dan sesuai untuk
melengkapi kegiatan kampanye Pencegahan
Kanker Serviks Pada Remaja Putri di Denpasar?
Bagaimana cara merancang media komunikasi
visual yang sesuai dengan kriteria desain untuk
memberikan informasi tentang Pencegahan
Kanker Serviks Pada Remaja Putri di Denpasar?
Batasan Masalah
1161
Batasan masalah yang akan dibahas adalah merancang
media kampanye yang memberi informasi dan ajakan
kepada remaja putri untuk mencegah sejak dini agar
tidak terjangkit virus Kanker Serviks khususnya di
Denpasar yang minim akan pengetahuan tentang
gejala-gejala dari Kanker Serviks dan bahaya dari
Kanker Serviks. Media yang rencananya akan dibuat
adalah media cetak dan elektronik. Diharapkan media
yang dibuat nanti dapat tersampaikan kepada remaja
putri dengan baik, melalui media kampanye yang akan
dibuat.
Tujuan perancangan
Untuk mengetahui media komunikasi visual
(media iklan layanan masyarakat) yang tepat dan
yang sesuai dengan kriteria desain untuk
kampanye pencegahan kanker serviks pada remaja
putri di Denpasar.
Untuk mengetahui proses perancangan media
komunikasi visual yang baik, dan sesuai dengan
kriteria desain sebagai media kampanye
Pencegahan Kanker Serviks Pada Remaja Putri di
Denpasar.
Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Di sini penulis melakukan survey langsung ke
1162
lapangan untuk mengetahui seberapa tahukah dan
seberapa pentingkah bagi mereka akan Kanker
Serviks.
b. Metode Wawancara
Disini penulis melakukan wawancara dengan Dr.
Raka Susanti, M.Kes, selaku Staf Pencegahan
Penyakit di Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
c. Metode Kepustakaan
Metode dengan mencari informasi data-data pada
buku, artikel, majalah, surat kaBar, dan media
lainnya yang ada hubungannya dengan Kanker
Serviks.
PEMBAHASAN
Data Lapangan/Faktual
Data yang diperoleh berdasarkan kenyataan
yang ada di lapangan seperti melalui wawancara
dengan narasumber dari kasus yang diambil, yang
dalam hal ini membahas sejarah dari objek yang
diambil, lokasi, visi misi perusahaan, hasil produksi,
sarana promosi yang sudah ada serta sasaran
konsumen dari produk yang ditawarkan.
Analisis Desain yang Sudah Ada
Penulis melakukan analisa terhadap desain
yang sudah ada tentang kampanye pencegahan Kanker
Serviks, dan berikut adalah beberapa contoh tentang
1163
Kampanye Pencegahan Kanker serviks yang sudah
pernah dibuat
Dari beberapa contoh media kampanye di atas, penulis
akan melakukan analisa berdasarkan unsur – unsur
desainnya, diantaranya yaitu :
a. Ilustrasi
Berdasarkan ilustrasinya, dapat dilihat bahwa
ilustrasi yang umum digunakan ialah ilustrasi
seorang ibu dengan anaknya.
b. Warna
Dari unsur warna yang digunakan, secara garis
besar cenderung menggunakan warna sebagai
analogi bagian dalam tubuh manusia atau bisa juga
1164
dianalogikan sebagai darah, misalnya merah dan
merah muda.
c. Teks
Dari unsur teks menggunakan font standard seperti
pada Koran atau surat karena cenderung lebih
menekankan kepada isi dari himbauan atau prihal
mengenai bahaya kanker serviks itu sendiri
ketimbang membuat desain yang menarik dengan
font yang kreatif. Oleh karena itu biasanya
membuat remaja putri malas untuk membacanya.
d. Typografi
Analisa yang terakhir yaitu tipografi yang
digunakan pada desain kampanye di atas.Pada
desain di atas, tipografi yang digunakan beragam
diantaranya yaitu huruf berkait (serif), huruf tidak
berkait (sans serif).
Jadi berdasarkan beberapa contoh yang ada, dapat
disimpulkan bahwa desain kampanye tentang
kanker serviks yang sudah pernah dibuat lebih
cenderung menggunakan ilustrasi yang sama
dengan eksekusi yang beragam namun kurang
sesuai target karena kurang efektif untuk menarik
orang atau mempengaruhi target audien.
1165
Analisa SWOT
a. Strength (kekuatan) :
Dapat memberi informasi terhadap Remaja
Putri tentang bahaya dari Kanker Serviks dan
mengajak Remaja Putri untuk mencegah sejak
dini agar tidak terjangkit virus Kanker Serviks.
Mendukung program pemerintah dalam
kampanye pencegahan kanker serviks pada
remaja putri.
b. Weakness (kelemahan) :
Tidak banyak remaja putri yang mau
memperhatikan kampanye.
Sedikitnya orang yang mau sadar terhadap
kampanye yang diberikan .
c. Opportunities (peluang) :
Kota Denpasar yang ramai akan penduduknya
dan anak-anak muda.
Kampanye yang dapat dilihat oleh masyarakat
luas
d. Threat (ancaman) :
Jenuhnya masyarakat dan tidak mau
memperhatikan kampanye
Tidak banyak remaja yang mau peduli
terhadap kampanye.
Analisa VALS
1166
a. Value, target audience berdasarkan value adalah
Remaja Putri yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai Kanker Serviks, remaja putri yang tidak
mau tahu dan minim terhadap informasi mengenai
kanker serviks yang kian terus meningkat, dan
orang yang cenderung tidak mau mencari
informasi. Karena karakter orang-orang ini pasif
dan tidak mau mencari informasi.
b. Attitude, target pasar berdasarkan attitude adalah
orang yang sikapnya tidak peduli terhadap
kesehatan seperti pencegahan suatu penyakit,
dampak positif dari pencegahan sejak dini tersebut
khususnya bagi remaja atau masyarakat yang
menganggap enteng sesuatu dan tidak
menghiraukan hal kecil yang berdampak besar.
c. Lifestyle, sedangkan target dari gaya hidup adalah
remaja putri yang hanya mementingkan
kecantikan wajah dari pada kesehatan tubuh.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan
secara teori, dan dari data-data yang didapat, maka
diketahui bahwa media komunikasi visual yang
digunakan sebagai sarana kampanye masih kurang
efektif dan kurang menyentuh target, untuk itu guna
mencapai tujuan yang diinginkan maka akan
dirancang beberapa media komunikasi visual yang
lebih efektif dan efisien dan tentunya mampu untuk
1167
mengkampanyekan Pencegahan Kanker Serviks Pada
Remaja Putri di Denpasar.
Target Segmentasi Pasar
a. Demografis : berdasarkan faktor demografi, media
yang dirancang di peruntukan untuk remaja putri
umur 15-25 tahun yang minim akan pengetahuan
tentang Kanker serviks.
b. Geografis : ditinjau dari faktor geografi, yaitu di
daerah mana yang akan dijadikan sebagai tempat
penyampain pesan. Karena sasaran dari
penyampaian media ini adalah remaja putri di
Kota Denpasar, maka media kampanye
pencegahan kanker servik membidik seluruh
remaja putri dengan segmentasi geografis di
daerah Kota Denpasar.
c. Psikografis : Promosi ini membidik segmentasi
psikografis yaitu para Remaja putri yang masih
minim akan pengetahuan tentang Kanker Serviks.
d. Behaviora : segmentasi ini merupakan jangkauan
pemakaian dan kesukaan masyarakat, kebutuhan
masyarakat akan sesuatu, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah media komunikasi visual
yang dirancang sebagai sarana kampanye. Jika
ditinjau dari behaviora, di mana para remaja putri
sebagai sasarannya, maka media ini diharapkan
agar lebih menarik dan kreatif serta inovatif
1168
sehingga dapat lebih menarik perhatian para
remaja putri.
Perencanaan Kreatif
a. Isi pesan
Isi pesan yang disampaikan dalam kampanye ini
adalah informasi singkat mengenai bahaya kanker
serviks dan ajakan untuk melakukan pencegahan
dini. Yang dipakai adalah headline, bodycopy, dan
tag line.
b. Bentuk Pesan
Bentuk pesan yang dirancang adalah sebuah pesan
yang bersifat ajakan atau himbauan kepada remaja
putri agar peduli dengan kesehatan tubuh mereka
dan sadar untuk melakukan pencegahan dini
terhadap penyakit.
c. Strategi visual
Strategi visual yang dipakai adalah teknik ilustrasi
atau digital vektor yang diolah melalui komputer.
Ilustrasi yang dipakai adalah vektor-vektor yang
berhubungan dengan penjelasan yang
disampaikan.
d. Gaya visual
Gaya visual dalam dalam setiap pesan yang akan
disampaikan disesuaikan dengan target
perancangan yaitu remaja putri, sehingga secara
visual pesan yang akan disampaikan bersifat girlie
1169
atau kewanitaan dan feminism agar lebih mudah
menarik perhatian para remaja putri.
Konsep Desain
Dalam pembuatan desain yang baik tentunya
harus didasari oleh konsep yang kuat agar hasil akhir
dapat diterima dengan baik oleh khalayak khususnya
target audience. Dalam Kampanye Pencegahan
Kanker Serviks Pada Remaja Putri di Denpasar
penulis menerapkan desain yang bersifat infografis
dengan konsep yang “Girlie”. Arti Girlie merupakan
sesuatu yang menyangkut dengan perempuan. Dalam
hal ini, penulis berusaha menampilkan rancangan
komunikasi visual yang populer sehingga mampu
menarik perhatian remaja putri dengan berpedoman
pada dasar-dasar perancangan, teknik, bahan ukuran,
proporsi, komposisi warna dan sebagainya, sehingga
akan tercipta sarana komunikasi visual yang berperan
secara maksimal yang nantinya dapat mempengaruhi
serta meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang
bahaya kanker serviks dan dapat melakukan
pencegahan sejak dini.
Konsep Girlie diaplikasikan dengan
menggunakan ilustrasi dan teks yang tidak terlalu
banyak, namun tetap menarik dan sesuai dengan
kriteria desain kampanye. Dari segi ilustrasi, penulis
menggunakan garis dan bentuk yang lentur yang
1170
membuat Gambar menjadi tidak realis atau tidak jelas.
Dari segi tipografi, jenis font yang digunakan adalah
jenis font Sans Serif yaitu jenis font yang mudah
dibaca dan jelas sesuai dengan kebutuhan media
tersebut dan dari segi warna disini penulis
menggunakan warna merah muda dimana warna ini
diartikan sebagai untuk menambahkan kesan feminim,
selain itu warna merah muda juga melambangkan
kewanitaan. Dan disini juga penulis menggunakan
warna teal dimana warna ini digunakan sesuai dengan
warna pada logo pita kanker serviks. Pada desain akan
ada tagline dan informasi yang bersifat mengajak dan
mempengaruhi audience dan ilustrasi yang dirancang
sedemikian rupa agar khlayak tertarik untuk
menyaksikan kampanye ini.
Konsep ini diterapkan pada semua karya
desain, agar semua desain yang dibuat dapat menjadi
satu kesatuan sistem desain. Semua desain yang
dibuat, yang nantinya diharapkan bisa memberikan
informasi yang baik dan juga memberikan kesadaran
dan pengetahuan tentang bahaya dari kanker serviks
supaya remaja putri dapat mendeteksi dini dan
mencegah sejak dini agar tidak terjangkit dari virus
yang mematikan yaitu Kanker mulut rahim atau
kanker serviks.
1171
Unsur Visual Desain
Unsur visual desain yang digunakan pada hampir di
setiap desain diuraikan sebagai berikut :
a. Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan pada setiap desain
menggunakan ilustrasi yang sama yaitu ilustrasi
yang 11 menyimbolkan dari penjelasan tentang
informasi kanker serviks..
b. Teks
Terdapat banyak teks yang digunakan pada setiap
desain teks yang digunakan adalah penjelasan dan
informasi mengenai kanker serviks dan ajakan
untuk melakukan pencegahan dini agar tidak
terkena penyakit kanker serviks.
c. Tipografi
Tifografi yang digunakan pada keseluruhan desain
menggunakan huruf Sans serif dengan font Myriad
Pro.
d. Warna
Warna yang digunakan dominan menggunakan
warna merah muda dan beberapa menggunakan
warna teal.
1172
Visualisasi Desain
a. Logo
b. Poster
1173
c. Merchandise (Gelang, Pin)
d. Postcard
1174
PENUTUP
Kesimpulan
Meningkatnya kematian yang disebabkan
oleh kanker serviks dikarenakan kurangnya
pengetahuan remaja putri tentang bahaya dari kanker
serviks. Sebelumnya sudah banyak ada kampanye
tentang kanker serviks seperti adanya pemeriksaan dan
tes Pap Smear gratis dan kampanye yang ada di sosial
media dan web, namun media yang ada selama ini
kurang diperhatikan oleh khalayak karena
penyampaiannya yang kurang efektif dan kurangnya
kepedulian remaja saat ini dengan kesehatan tubuh
mereka. Untuk itu media yang kreatif, inovatif, dan
efektif sangat diperlukan untuk dapat menarik
perhatian khalayak dan menyukseskan kampanye
pencegahan Kanker Serviks pada Remaja Putri di
denpasar, seperti Pouch Tissue yang bisa digunakan
oleh remaja putri untuk menempatkan tisuue yang bisa
digunakan oleh remaja putri pada saat buang air kecil
untuk membersihkan daerah kewanitaan mereka dan
media Manual Book yang bisa dibawa kemana saja
untuk mempelajari tentang apa itu kanker servik,
bahaya dari kanker serviks dan bagaimana cara
pencegahan agar terhindar dari virus yang mematikan
yaitu kanker serviks, tentunya dengan membuat desain
komunikasi visual dan menyesuaikan dengan target
1175
segmentasi pasar yang ingin diraih dengan konsep
yang tepat untuk khalayak tersebut.
Selain itu infografik sangat efektif dijadikan sebagai
strategi visual dalam mengkampanyekan pencegahan
Kanker Serviks pada Remaja Putri di Denpasar.
Daftar Pustaka
Ardhi ,Yudha. 2013, Merancang Media Promosi Unik
dan Menarik. Yogyakarta : TAKA Publisher.
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi
Visual, Yogyakarta, C.V. Andi Offset.
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer,
Yogyakarta, C.V. Andi Offset.
Rozi. 2013, Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks.
Yogyakarta: Aulia Publishing
Santosa, Sigit. 2002. Advertising Guide Book, Jakarta,
PT Gramedia Pustaka.
Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary. 2007. Metode
Riset Untuk Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk
Periklanan, Jakarta: Andi
1176
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA KAMPANYE
SEHAT BERJALAN KAKI
Oleh :
Ni Wayan Yunik Hernita T.S. (1), A.A. Sg. Intan
Pradnyanita, S.Sn., M.Sn. (2), Adrian Soetanto, S.Sn. (3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Berjalan kaki merupakan olahraga/aktivitas
fisik yang paling mudah dilakukan oleh masyarakat.
Selain mudah, kegiatan ini juga hampir tanpa
menggunakan biaya. Berjalan kaki dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja. Banyak manfaat yang
didapat dari berjalan kaki, terutama manfaat untuk
kesehatan tubuh. Latihan jalan sehat secara teratur
dapat bermanfaat untuk mengurangi berat badan,
risiko penyakit jantung, mencegah stroke, diabetes,
sakit punggung, rematik, osteoporosis, dan gangguan
kesehatan lainnya. Walaupun demikian, tidak banyak
orang yang menyadari hal ini. Pada praktiknya sulit
sekali mengajak masyarakat untuk berjalan kaki, yang
disebabkan minimnya minat masyarakat karena
mereka berpikir bahwa berjalan kaki akan
memperlambat aktivitas mereka, serta minimnya
pengetahuan tentang manfaat jalan kaki untuk
kesehatannya. Masyarakat memerlukan informasi
tentang pentingnya meluangkan waktu untuk berjalan
1177
kaki secara rutin, agar kesehatan dirinya serta
lingkungannya dapat terjaga dengan baik. Maka dari
itu dibutuhkan suatu kampanye yang mampu
menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk berjalan
kaki. Melalui media komunikasi visual yang dibuat,
yaitu website, postcard, billboard, poster, flyer, stiker,
baju kaos, iklan majalah, serta pin, diharapkan mampu
menimbulkan daya tarik masyarakat untuk berjalan
kaki secara rutin 30 menit setiap hari demi
kesehatannya.
Kata Kunci : sehat, perubahan, berjalan kaki,
kampanye.
ABSTRACT
Walking is the easiest sport or physical
activity in which the people can do. The people almost
can do this easy activity without cost. Walking can be
done anywhere and anytime; there are a lot of benefits
of walking itself, the most important is for the health of
the body. However, there are not many people realized
about the benefits. In fact, it is very difficult to
persuade the people to walk because their interest to
walk is very low, the people think that walking will
retard their activity and they do not know much about
the benefits of walking for their health. Thus, there is
needed a campaign to persuade and encourage people
to walk. There are some media which can be used to
promote the campaign such as website, postcard,
billboard, posters, flyer, sticker, t-shirt, magazine
advertisement, and pin. Through this media is
1178
expected to make the people interest to walk regularly
about 30 minutes in a day for their health.
Keywords : health, change, walking, campaign.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk memperoleh kesehatan,
terutama kesehatan jasmani, seperti mengkonsumsi
makanan dan minuman sehat, serta melakukan
aktifitas fisik, misalnya berolahraga. Untuk
memperoleh kesehatan dari beraktifitas fisik, tidak
harus berolahraga yang berat. Cukup melakukan hal-
hal kecil namun dilakukan secara rutin misalnya
dengan cara berjalan kaki.
Disadari atau pun tidak, banyak manfaat
yang dapat diperoleh dengan berjalan kaki. Jenny
Gichara (2009 : 5) mengatakan “selain aman, murah
dan mudah untuk dilakukan, juga memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan tubuh. Latihan jalan sehat
secara teratur dapat bermanfaat untuk mengurangi
berat badan, risiko penyakit jantung, mencegah stroke,
diabetes, sakit punggung, rematik, osteoporosis, dan
gangguan kesehatan lainnya”. Selain dampak untuk
diri sendiri, berjalan kaki juga memberikan dampak
yang positif bagi lingkungan.
1179
Dalam perkembangan zaman serta
transportasi massal yang begitu pesat, berjalan kaki
semakin ditinggalkan oleh masyarakat, baik itu untuk
kebugaran tubuh maupun untuk berpindah tempat.
Umumnya mereka menggunakan kendaraan umum
maupun pribadi untuk pergi ke tempat tujuannya,
walaupun terkadang hanya berjarak belasan meter.
Alasannya karena ingin menghemat waktu. Seperti
misalnya ; sebagian masyarakat yang bermukim
diperkotaan hendak berpindah atau pergi ke sebuah
warung, minimarket, atau tempat lainnya yang
berjarak tidak begitu jauh namun menggunakan
kendaraan bermotor untuk menjangkaunya.
Berjalan kaki merupakan hal yang paling
mudah untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa begitu? Karena bisa dilakukan hampir
dimana saja, tidak memerlukan peralatan khusus untuk
melakukannya. Cukup berdiri, lalu langkahkan kaki.
Namun pada praktiknya sulit sekali mengajak
masyarakat untuk berjalan kaki, yang disebabkan
minimnya minat masyarakat karena mereka berpikir
bahwa berjalan kaki akan memperlambat aktivitas
mereka, serta minimnya pengetahuan tentang manfaat
jalan kaki untuk kesehatannya. Masyarakat
memerlukan informasi tentang pentingnya
meluangkan waktu untuk berjalan kaki secara rutin,
agar kesehatan dirinya serta lingkungannya dapat
1180
terjaga dengan baik. Untuk itu diperlukan media
kampanye yang menarik, informatif dan komunikatif
sehingga mampu menggugah hati masyarakat agar
mengikuti seruan ini. Berdasarkan fakta inilah, maka
penulis mengangkat topik “Perancangan Media
Komunikasi Visual Sebagai Sarana Kampanye Sehat
Berjalan Kaki”.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang mungkin akan dihadapi oleh
penulis sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang media komunikasi
visual yang tepat dalam kampanye sehat berjalan
kaki?
2. Media apa saja yang efektif dan sesuai untuk
melengkapi kegiatan kampanye sehat berjalan
kaki?
Batasan Masalah
Dari rumusan masalah yang dijaBarkan di atas,
maka batasan masalahnya difokuskan pada proses
perancangan serta perwujudan media komunikasi
visual yang menarik dan informatif untuk kampanye
sehat berjalan kaki sesuai dengan disiplin ilmu Desain
Komunikasi Visual.
1181
Tujuan Perancangan
1. Untuk merancang media komunikasi visual yang
tepat dalam kampanye sehat berjalan kaki?
2. Untuk mengetahui media yang efektif dan sesuai
untuk melengkapi kegiatan kampanye sehat
berjalan kaki?
Metode Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh
penulis adalah dengan cara wawancara. Penulis
melakukan wawancara dengan dokter via online
melalui website www.klikdokter.com
2. Metode pengumpulan data sekunder yang penulis
gunakan yaitu metode kepustakaan dan kajian
internet. Metode kepustakaan yaitu dari buku-buku
yang berkaitan dengan desain dan kesehatan,
sedangkan metode kajian internet penulis mencari
data-data penunjang tentang berjalan kaki.
2. PEMBAHASAN
Memang dengan berkendara manusia dapat
berpindah tempat tanpa menguras tenaga dan waktu,
lalu tread mill dapat memanjakan manusia melakukan
aktifitas berjalan kaki di dalam rumah, namun hal
itulah yang membuat kita semakin malas untuk
melakukan aktivitas fisik luar ruangan seperti berjalan
kaki. Melalui media komunikasi yang dibuat, tentunya
1182
sangat diharapkan adanya perubahan pola pikir
manusia sehingga mau untuk meluangkan waktunya
setiap hari untuk berjalan kaki.
Data Faktual/Lapangan
Data faktual merupakan data yang diperoleh
berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan. Data
faktual ini terdiri dari beberapa pembahasan mengenai
jalan kaki.
1. Obyek
Untuk melengkapi data-data tentang manfaat sehat
berjalan kaki serta hal lainnya yang mendukung proses
perancangan media kampanye, penulis melakukan
wawancara secara online melalui situs
www.klikdokter.com dengan narasumber yaitu dr.
Jessica Florencia. Beliau merupakan anggota redaksi
medis dalam situs www.klikdokter.com.
2. Data-Data Hasil Survey
Setelah melakukan wawancara dengan dr. Jessica
Florencia dengan beberapa pertanyaan yang penulis
ajukan, beliau mengatakan bahwa berjalan kaki adalah
aktivitas fisik yang sangat berguna untuk kesehatan
secara keseluruhan. Kemalasan sendiri sebenarnya
sangat bersifat individual pada manusia dan alasannya
dapat berbagai macam. Aktivitas ini dapat dilakukan
di berbagai tempat dengan berbagai suasana dengan
manfaat yang sama, artinya tidak ada perbedaan antara
1183
dilakukan dengan treadmill atau di luar ruangan.
Aktivitas ini pada dasarnya dibutuhkan oleh segala
usia.
Analisa SWOT
a. Strength
Menggunakan media kampanye yang identik
dengan khalayak sasaran
Berjalan kaki sangat mudah dilakukan. Hanya
dengan melangkahkan kaki.
Dapat mengubah kebiasaan masyarakat yang
awalnya malas berjalan kaki.
b. Weakness
Kampanye ini mencakup wilayah Kota
Denpasar, sehingga untuk menjangkau
kawasan lain kurang memungkinkan.
c. Opportunity
Berjamurnya media sosial yang
memungkinkan untuk penyeBarluasan media
kampanye dengan cepat.
Belum adanya kampanye sehat berjalan kaki.
Tingkat kesadaran hidup sehat yang menjadi
trend saat ini.
d. Threath
Kurangnya jalur pedestrian (pejalan kaki).
1184
Ancaman polusi dari banyaknya kendaraan di
jalan.
VALS
a. Value : Setiap individu yang menganggap kegiatan
jalan kaki memperlambat setiap tindakannya.
b. Attitude : Masyarakat yang cenderung malas untuk
bertindak dan tidak peduli dengan kesehatan
c. Lifestyle : Masyarakat kota yang kehidupannya
bergantung pada kendaraan bermotor.
Target Segmentasi Pasar
a. Demografi
Yaitu ilmu yang mempelajari dinamika dan
distribusi penduduk.
Berdasarkan demografi, media yang dirancang
sebagai target segmentasi pasar yang dituju yaitu
usia 17 hingga 25 tahun, berjenis kelamin laki-laki
dan perempuan dengan taraf hidup menengah ke
atas.
b. Geografi
geografi adalah ilmu pengetahuan tentang bumi
dan kehidupan, makanan yang di makan, pakaian
yang di pakai, rumah yang didirikan, dan aktivitas
rekreasi yang kita nikmati. Target segmentasi
pasar berdasarkan faktor geografi adalah
penduduk yang bermukim di Kota Denpasar.
1185
c. Psikografis
Psikografis diartikan sebagai segmentasi
berdasarkan gaya hidup. Target segmentasi pasar
menurut psikografis pada kampanye sehat jalan
kaki ini yaitu masyarakat Kota Denpasar yang
kehidupannya bergantung pada kendaraan
bermotor, sehingga tidak banyak pergerakan
dengan melangkahkan kakinya.
d. Behaviour
Segmentasi behaviour dilihat dari pengetahuan,
sikap, reaksi mereka terhadap suatu produk. Media
kampanye sehat jalan kaki ini diharapkan
mempunyai daya tarik bagi konsumen, sehingga
dapat mempengaruhi serta dapat mangajak
masyarakat terutama khalayak sasaran untuk
meluangkan waktunya berjalan kaki.
Strategi Kreatif
1. Pesan
Isi pesan yang akan disampaikan berupa
informasi singkat yang berhubungan dengan jalan
kaki. Seperti misalnya tentang pengaruh jenis-jenis
kaki terhadap kemampuan berjalan kaki, manfaat
berjalan kaki secara rutin untuk kesehatan, dan
lain sebagainya. Sedangkan bentuk pesannya
berupa ajakan agar masyarakat, terutama khalayak
1186
agar mau rutin berjalan kaki demi menjaga
kebugaran tubuh untuk tetap sehat.
2. Strategi Visual
Strategi visual ialah bagaimana cara desainer
menampilkan desain yang mampu menarik minat
khalayak. Dalam strategi visual diperlukan
komponen-komponen yang mendukung. Penulis
menggunakan ilustrasi sederhana tentang jalan
kaki, diantaranya ilustrasi pejalan kaki,
komponen-komponen yang mendukung, seperti
sepatu, dan lain sebagainya. Selain ilustrasi,
strategi visual lainnya yang diperlukan adalah
teks, tipografi, dan warna. Tipografi berkaitan
dengan pemilihan huruf (font). Huruf yang
digunakan semaksimal mungkin dapat dibaca oleh
khalayak. Pengaplikasian font dalam desain
kampanye sehat berjalan kaki ini yaitu
menggunakan jenis font sans-serif. Sedangkan
untuk warna, dominan menggunakan warna yang
energic seperti hijau, jingga (orange), cokelat,
hitam, dan lain sebagainya.
3. Gaya Visual
Gaya visual yang akan diterapkan dalam
desain yaitu vektor. Desain lebih menonjolkan
ikon-ikon dan ilustrasi yang tidak begitu detail.
Sedangkan untuk warna menggunakan warna
energic.
1187
4. Positioning
Tidak diragukan lagi bahwa berjalan
bukanlah suatu hal yang Baru dikehidupan
manusia. Dewasa ini, banyak kegiatan berjalan
kaki massal yang dilakukan oleh lembaga maupun
instansi dalam rangka mendekatkan diri ke
masyarakat atau menyambut hari peringatan
sebuah lembaga atau instansi tersebut. Desain
yang ada pun pada umumnya hanya sebatas poster
dan baliho saja. Sedangkan desain-desain
kampanye untuk menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya berjalan kaki belum ada. Kalau pun
ada, jumlahnya sangat sedikit. Yang menjadi
pembeda atau perbandingan dari desain ini
terhadap desain yang sudah ada adalah medianya
yang bervariasi dan segi tampilan juga informasi
yang cukup lengkap tentang berjalan kaki.
Diharapkan media yang akan dibuat mampu
menarik perhatian masyarakat
Konsep Desain
Dalam membuat suatu karya atau desain,
tentunya harus didasari oleh suatu konsep. Konsep
yang penulis gunakan yaitu “walk everywhere”. Hal
ini akan diperkuat dengan adanya ilustrasi-ilustrasi
bangunan, gedung, rumah, pepohonan, dan suasana
alam yang asri disertai dengan ilustrasi orang
1188
berjalan yang tidak terlalu detail. Penggunaan
warnanya pun tidak banyak, yaitu hijau, jingga,
cokelat, serta hitam. Penggunaan warna hijau karena
warna ini melambangkan keseimbangan, harmoni,
komunikasi, cinta, dan alam. Warna jingga
melambangkan energi, kesenangan, antusiasme, dan
emosional. Warna Cokelat melambangkan rasa
nyaman dan keamanan. Sedangkan warna hitam
melambangkan kepercayaan diri, kuat, dan
ketegasan. Konsep ini diterapkan pada semua karya
desain yang akan dibuat agar semua desain dapat
menjadi satu kesatuan sistem desain. Semua desain
yang dibuat diharapkan bisa memberi informasi
yang baik dan juga sekaligus memberikan efek
positif bagi masyarakat.
Visualisasi Media
1. Logo
Logo merupakan bagian terpenting dalam sebuah
kampanye, termasuk pada kampanye ini. Logo
menjadi identitas agar dapat dibedakan dengan
kampanye lain, serta mudah dikenali oleh masyarakat.
Logo Kampanye Sehat Berjalan Kaki ini terdiri dari
logogram dan logotype. Logogram berupa ilustrasi 2
orang yang berjalan kaki. Sedangkan logotype
menampilkan tulisan “sehat berjalan kaki”.
1189
2. Postcard
3. Billboard
1190
4. Poster
5. Pin
1191
3. KESIMPULAN
Melalui perancangan Tugas Akhir ini
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan atas
permasalahan yang ada. Adapun kesimpulan tersebut
adalah bahwa berjalan kaki dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja. Agar berjalan kaki lebih
menyenangkan, diperlukan beberapa hal, seperti
tempat-tempat yang mempunyai pemandangan indah,
penggunaan peralatan dan perlengkapan yang sesuai,
waktu yang tepat, serta berjalan bersama orang lain.
Selama ini jarang ditemukan kampanye
tentang berjalan kaki. Kalau pun ada, media yang ada
selama ini kurang diperhatikan oleh khalayak karena
rancangan dan cara penyampaiannya yang kurang
efektif. Untuk itu media website, pin, poster, stiker,
baju kaos, billboard, iklan majalah, postcard, dan
flyersangat diperlukan untuk dapat menarik perhatian
khalayak dan menyukseskan kampanye sehat berjalan
kaki ini, tentunya dengan membuat desain komunikasi
visual dan menyesuaikan dengan target segmentasi
pasar yang ingin diraih dengan konsep yang tepat
untuk khalayak tersebut.
Daftar Pustaka
Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer,
Yogyakarta, C.V. Andi Offset.
1192
Safanayong, Yongki. 2006. DKV Terpadu, Jakarta,
Arte Intermedia.
Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk
Periklanan, Jakarta, Andi.
Kusriyanto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi
Visual, Yogyakarta, C.V. Andi Offset.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2009. Dasar-Dasar Tata
Rupa & Desain (Nirmana). Yogyakarta : Arti
Bumi Intaran.
Al-Bahra. 2005. Analisis dan Desain Sistem
Informasi. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Sugono, Dendy. 2011. Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta, Pusat Bahasa.
Susanto AB, Wijanarko Himawan. 2004. Power
Branding : Membangun Merk Unggul dan
Organisasi Pendukungnya. Jakarta : Pustaka
Mizan.
1193
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA PROMOSI
MUSEUM BECAK INDONESIA DI BALI
Oleh :
Rizka Riyanie Ismail(1), I Ketut Suryanatha, S.Kom.(2),
I Putu Dudyk Arya Putra,S.Sn., M.Sn. (3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1, Sekolah Tinggi Desain Bali
Email : [email protected]
ABSTRAK
Ditengah kehidupan yang segalanya serba
modern, di Indonesia rasanya sulit ditemukan hal yang
berbau tradisional. Salah satunya adalah penggunaan
alat transportasi tradisional. Salah satu alat transportasi
tradisional yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia
adalah becak. Dahulu, becak sering ditemui di kota-
kota besar di Indonesia dan sering digunakan oleh
masyarakat. Namun, saat ini becak sudah sulit
ditemukan. Oleh karena itu, seorang pengusaha
bernama Ir. Arwan Tjahjadi berinisiatif membangun
sebuah museum becak di Bali. Museum ini memiliki
beberapa koleksi becak dari beberapa kota di
Indonesia beserta informasi edukatif mengenai sejarah
becak didalamnya. Namun, kurangnya promosi dan
minat masyarakat terhadap objek becak membuat
Musuem Becak Indonesia ini jarang dikunjungi oleh
masyarakat maupun para wisatawan. Pengenalan yang
lebih mendalam terhadap objek becak kepada
1194
masyarakat dapat membantu museum ini mendapatkan
minat dari masyarakat. Oleh karena itu, penulis
membuat sebuah perancangan media komunikasi
visual sebagai sarana promosi Museum Becak
Indonesia di Bali dengan menggunakan strategi visual
yang menarik agar tepat sasaran dan dapat membantu
memperkenalkan Museum Becak Indonesia kepada
masyarakat. Dalam proses perancangan media
komunikasi visual ini, penulis menemukan 3 kata
kunci yang dapat menjadi acuan dalam proses
medesain, yaitu attractive, firm, dan unforgettable.
Konsep yang digunakan dalam sistem perancangan
media komunikasi visual ini yaitu modern, minimalis,
dan futuristik yang disesuaikan dengan target market
dari Museum Becak Indonesia agar tepat sasaran ya
dituju.
Kata Kunci : Attractive, Firm, Unforgettable.
ABSTRACT
In the middle of these modern lifestyle here
in Indonesia, it’s difficult to find a traditional thing.
One of them is how Indonesian people change their
habit from using traditional transportation to a
modern transportation. One of that traditional
transportation that familiar to Indonesian people is
rickshaw. Back then, rickshaw is quiet popular in
Indonesia and been used by Indonesian people often.
Therefore, there is a businessman named Ir Arwan
Tjahjadi that has an initiative to build Museum Becak
1195
Indonesia. The museum has some rickshaws collection
from different areas in Indonesia, and also
educational information about them. But
unfortunately, the lack of promotion and people’s
interest about rickshaw makes this museum rarely
visited by the public and tourists. More introduction
about the rickshaw and it’s museum will help Museum
Becak Indonesia gain more attention from the people.
Therefore, the designer make some visual
communication media design as a promotion of
Museum Becak Indonesia in Bali by using a proper
visual strategy to help Museum Becak Indonesia
introduce their museum to the people. In the making of
a visual communication media, designer has found 3
keywords which are attractive, firm,dan unforgettable.
These keywords can be a refrence to the designer to
make the right final designs. The concepts that used by
designer are modern, minimalist, and futuristic which
are suited to the target market of Museum Becak
Indonesia.
Keywords : Attractive, Firm, Unforgettable.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, teknologi, dan
pengaruh budaya luar, Indonesia berkembang begitu
pesat. Dengan berbagai sejarah yang dimiliki, kini
Indonesia telah berkembang menjadi negara yang
maju dan modern dalam berbagai hal. Ditengah
1196
kehidupan yang segalanya serba modern, rasanya sulit
ditemukan hal yang berbau tradisional. Salah satunya
adalah alat transportasi tradisional. Meskipun tidak
lenyap sepenuhnya, namun alat transportasi tradisional
sudah sulit ditemukan dan enggan digunakan oleh
masyarakat. Alat transportasi tradisional di setiap kota
di Indonesia cukup beragam, namun sebagian besar
masyarakat sudah memiliki kendaraan sendiri untuk
berpergian dan sebagian lagi memilih untuk
menggunakan alat transportasi modern seperti busway,
taksi, dan kendaraan lainnya. Salah satu alat
transportasi yang tidak asing bagi masyarakat
Indonesia adalah becak. Becak merupakan suatu alat
transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di
Indonesia. Becak merupakan alat transportasi yang
ramah lingkungan karena tidak menyebabkan polusi
udara dan tidak menyebabkan kebisingan disekitar.
Dahulu, becak sering ditemui di kota – kota besar di
Indonesia dan sering digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Dari keunikan becak tersebut, munculah ide
seorang pengusaha yang bernama Ir. Arwan Tjahjadi
untuk membuat sebuah museum becak di Bali.
Ketertarikannya akan becak sudah dirasakan sejak
belia. Satu demi satu becak dari berbagai kota di
Indonesia beliau koleksi dan akhirnya dibangunlah
Museum Becak Indonesia yang terletak di Sunset
Road,Badung. Museum ini berisikan berbagai koleksi
1197
becak dari beberapa kota di Indonesia. Tidak hanya
menampilkan becak dari beberapa kota di Indonesia,
museum ini juga menawarkan informasi mengenai
sejarah becak diIndonesia yang menarik dan dapat
dijadikan sebagai wisata edukasi oleh para wisatawan
maupun masyarakat lokal yang berkunjung.
Namun disayangkan, kurangnya promosi
dan minat masyarakat terhadap objek becak membuat
Musuem Becak Indonesia ini jarang dikunjungi oleh
masyarakat maupun para wisatawan. Padahal, museum
ini dapat memberikan informasi penting mengenai
sejarah becak di Indonesia. Museum Becak Indonesia
berpotensi untuk dijadikan tempat wisata edukasi yang
menarik bagi masyarakat. Oleh karena itu, penulis
menggunakan judul ini sehingga dapat membuat
media komunikasi yang efektif sebagai sarana promosi
Museum Becak Indonesia di Bali mengingat museum
ini memiliki potensi sebagai tempat wisata edukasi
yang menarik dan berguna bagi masyarakat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang
timbul adalah sebagai berikut :
a. Media apa saja yang sesuai serta efektif untuk
kegiatan promosi Museum Becak Indonesia?
1198
b. Bagaimana cara merancang media komunikasi
visual yang menarik dalam promosi Museum
Becak Indonesia?
Tujuan dan Manfaat Perancangan
Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan media komunikasi
visual ini yaitu untuk merancang media komunikasi
visual yang efektif dan komunikatif sebagai usaha
untuk mengenalkan masyarakat khususnya di Bali
mengenai Museum Becak Indonesia dan untuk
mengajak masyarakat khususnya di Bali untuk
berkunjung ke Museum Becak Indonesia.
Manfaat Perancangan
Manfaat perancangan media komunikasi
visual bagi penulis yaitu agar penulis dapat mengolah
kemampuan dalam merancang sebuah media
komunikasi visual yang menarik dan berguna bagi
Museum Becak Indonesia. Manfaat perancangan
media komunikasi visual bagi Museum Becak
Indonesia yaitu agar Museum Becak Indonesia lebih
dikenal oleh masyarakat khususnya di Bali.
Metode Pengumpulan Data
a) Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan
data dengan pengamatan secara langsung di
1199
lapangan yaitu di Museum Becak Indonesia yang
terletak di Jl. Sunset Road No. 169, Sunset Kuta –
Bali.
b) Metode Interview
Metode mengumpulkan data dengan cara bertanya
kepada pemilik dan pengelola dari Museum Becak
Indonesia di Bali yaitu bapak Ir. Arwan Tjahjadi,
serta masyarakat sekitar baik yang sudah pernah
mengunjungi museum ini atau pun belum, secara
informal tanpa menggunakan daftar pertanyaan
secara rinci.
c) Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah mencari data literatur
yang berhubungan dengan desain komunikasi
visual, meliputi buku-buku, kamus, media cetak
dan media komunikasi lainnya yang erat kaitannya
dengan objek permasalahan.
d) Metode Dokumentasi
Metode mengumpulkan data dengan mencatat
data-data dari objek permasalahan dan hasil survey
baik berupa Gambar, foto, buku dan sebagainya
sebagai data berupa fakta dan sebagai bukti untuk
dipertanggung jawabkan.
e) Kajian Internet
Kajian internet adalah cara mengumpulkan data
melalui internet yaitu mencari data-data dari suatu
situs yang memiliki lisensi dan memiliki data-data
1200
yang berkaitan dengan Museum Becak Indonesia
di Bali.
PEMBAHASAN
Data Faktual
Museum Becak Indonesia diprakarsai oleh
bapak Ir. Arwan Tjahjadi, seorang pengusaha asal
Sulawesi Selatan. Bersama beberapa kolega, akhirnya
tercetuslah sebuah ide untuk melestarikan becak -
becak yang mulai punah tersebut ke dalam sebuah
wadah berupa Museum Becak Indonesia. Ide tersebut
mulai direncanakan lewat sebuah momentum pada
tanggal 11 November 2011. Mulai saat itu
kepengurusan Museum Becak Indonesia terbentuk dan
mulai mengumpulkan koleksi - koleksi becak dari
beberapa kota di Indonesia. Pada tanggal 12 Desember
2012 Museum Becak Indonesia diresmikan oleh
Bapak Wali Kota Makassar Ir. Ilham Arief Siradjudin.
Saat ini,
Museum Becak Indonesia memiliki 9
koleksi becak dari beberapa kota seperti Becak
Makassar, Becak Semarang, Becak SMK Jogjakarta,
Becak Jogjakarta, Becak Pekalongan, Becak Ambon,
Becak Anak-anak, Becak Surabaya dan Becak
Madiun. Museum Becak Indonesia terletak di Jalan
Mertanadi, Sunset Road, Kuta. Museum ini terletak
dibagian depan Hotel Losari yang juga digagas oleh
1201
Bapak Ir. Arwan Tjahjadi. Museum Becak Indonesia
memiliki 36 orang staff. Pemilik dari Museum Becak
Indonesia yaitu Bapak Ir. Awran Tjahjadi sendiri telah
mendapatkan rekor MURI sebagai pendiri Museum
Becak Indonesia.
a) Logo
b) Outdoor Signage
Target Segmentasi Pasar
a) Geografi: Daerah Bali
b) Demografi: Masyarakat khususnya wisatawan
lokal maupun manca negara baik priaataupun
wanita menengah keatas usia 18 – 25 tahun.
c) Psikografi: Masyarakat umum terutama yang
senang mencari pengalaman, menyuka
isejarah, suka berlibur, traveling dan datang
ke Bali.
1202
d) Behavioristik: Keunggulan untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya
wisatawan akan edukasi dan hiburan.
Strategi Media
Dalam proses perancangan media
komunikasi visual sebagai sarana promosi Museum
Becak Indonesia, terdapat dua jenis media yang akan
dirancang, yaitu media utama dan media penunjang.
Kedua jenis media yang akan dirancang disesuaikan
dengan target market Museum Becak Indonesia.
Berikut bagian – bagian dari media utama dan media
penunjang.
Konsep Desain
Berdasarkan berbagai proses yang telah
penulis lakukan dengan data yang telah diidentifikasi,
dianalisis, dan sintetis penulis dapat menetapkan final
design dan final concept yang sesuai dengan
perancangan media komunikasi visual Museum
Becak Indonesia. Konsep visual yang akan
digunakan yaitu konsep modern, minimalis dan
futuristik. Secara keseluruhan konsep yang dipakai
diambil dari proses brainstorming. Dari proses
tersebut, ditemui beberapa keyword yang diambil
oleh penulis dan dijadikan bagian dari konsep visual
ini. Hal tersebut tentunya disesuaikan pula dengan
1203
target market yang dituju. Oleh karena itu dalam
pemilihan huruf, penggunaan warna, ilustrasi dan
penggunaan unsur-unsur visualnya harus sesuai dan
mampu membangun konsep tersebut. Visualisasi
yang ingin diwujudkan nantinya menggunakan
elemen-elemen yang langsung tepat sasaran baik di
hati maupun pikiran masyarakat, hingga menggugah
keinginan mereka untuk datang ke Museum Becak
Indonesia di Bali.
Visualisasi Desain
a) Logo
1204
b) Stationery
c) Merchandise (T-Shirt, Bucket Hat, Keychain,
Paper Bag)
1205
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari berbagai
proses yang telah dilewati oleh penulis dalam
merancang media komunikasi visual sebagai sarana
promosi Museum Becak Indonesia ini
meliputi beberapa point, diantaranya adalah media
komunikasi visual yang digunakan dalam
perancangan media sebagai sarana promosi Museum
Becak Indonesia di Bali ini semua unsur-unsur
desainnya baik ilustrasi, teks / tipografi serta warna
yang disesuaikan dengan tema serta berpedoman
pada kriteria-kriteria desain sehingga semua desain-
desainnya bersifat fungsional, komunikatif,
informatif, ergonomis, artistik, unity, simplicity,
kreatif, surprise dan etis. Serta, media – media yang
dirancang sesuai dan efektif untuk sarana promosi
Museum Becak Indonesia. Beberapa media yang
diwujudkan berupa GSM, Poster, Stationery,
Booklet,Magazine Ad, T – Shirt, Keychain, Website,
Signage, dan Paperbag. Media–media yang
dirancang tersebut diharapkan mampu menarik minat
masyarakat terhadap Museum Becak Indonesia.
Didalam proses perancangan desain
komunikasi visual ini, penulis melewati beberapa
proses desain yang pada akhirnya menghasilkan
sistem perancangan yang tepat sasaran. Selain itu,
terdapat hubungan timbal balik antara penulis yang
1206
merancang media dengan pihak dari Museum Becak
Indonesia dimana pemilik langsung dari Museum
Becak Indonesia memberikan informasi serta
menyampaikan apa yang ditawarkan sehingga dapat
menjadi acuan atau pedoman bagi penulis dalam
merancang desain nantinya.
Daftar Pustaka
Anne Dameria, Desain Komunikasi Visual, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Surabaya, 2005.
Alwi, Hasan, Desain Grafis Komputer, Jakarta, 2004.
Ismayanti, Pengantar Pariwisata, Grasindo, 2010.
Lea Jellinek, Seri Studi Indonesia, 1994.
Pujiriyanto, Desain Grafis Komputer, Jakarta, 2005.
http://www.desainstudio.com/2010/10/logo-dan-
brand-pengertian-fungsidan.
Html
http://museumbecakindonesia.blogspot.com/
http://www.makassarterkini.com/~h25906/index.php/c
omponent/k2/item/1
690-museum-becak-indonesia-hadir-dalam-hotel-
losari
1207
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA
PROMOSI ROBBYSADI PHOTOGRAPHY
Oleh:
Robby Sadi(1), Shilla Maswir, S.Sn(2),
Indah PuspitaSari, S.Ds(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Fotografi merupakan proses melukis atau
menulis dengan menggunakan media cahaya. Secara
umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan Gambar atau foto dari suatu obyek
dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai
obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Prinsip
dalam fotografi ialah memfokuskan cahaya dengan
bantuan pembiasan sehingga mampu membakar
medium penangkap cahaya. Medium yang telah
dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat
akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya
yang memasuki medium pembiasan. Di jaman
sekarang ini khususnya di Bali, banyak sekali
perusahaan jasa yang bergerak di bidang fotografi.
Salah satunya ialah perusahaan Robbysadi
Photography. Perusahaan ini merupakan perusahaan
Baru yang memiliki potensi besar untuk bersaing
dengan perusahaan lainnya dibidang sejenis,
dikarenakan perusahaan ini beda dari perusahaan
1208
lainnya. Hal yang membuat perusahaan ini berbeda
adalah Robbysadi Photography hanya fokus dalam
fotografi komersil dan fashion. Oleh karena ketatnya
persaingan dengan perusahaan lainnya, maka
diperlukan media promosi untuk mempromosikan
perusahaan Robbysadi Photography dalam persaingan
tersebut. Media promosi yang inovatif, kreatif, dan
efektif sangat diperlukan untuk menarik perhatian
khalayak serta memberikan informasi mengenai
Robbysadi Photography.
Kata kunci : Photography, komersil dan fashion ,
modern
ABSTRACT
Photography is the process of painting or
writing by using the medium of light. In general,
photography means a process or method for
generating an image or photograph of an object by
recording the reflections of light on the objects on
light sensitive media. Principle photography is to help
focus light refraction so as to burn medium light
catcher. Medium that has been burned to the size
laminitis right light will produce a shadow identical to
the refraction of light that enters the medium. In this
day, especially in Bali, many service company
specializing in the field of photography. One is the
company Robbysadi Photography. This company is a
new company that has great potential to compete with
other companies in the field of a kind, because this
1209
company is different from other companies. The thing
that makes this company different is Robbysadi
Photography just focus on commercial and fashion
photography. Because of intense competition with
other companies, it is necessary media campaign to
promote the company Robbysadi Photography. Media
promotion of innovative, creative, and effective is
necessary to draw the attention of the audience as well
as provide information about Robbysadi Photography.
Keyword : Photography, commercial and fashion ,
modern
PENDAHULUAN
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography,
yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu
“Photos”/cahaya dan “Grafo”/ Melukis) adalah proses
melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya.
Fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan Gambar atau foto dari suatu obyek
dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai
obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah
kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat
untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat
untuk menghasilkan Gambar, digunakan bantuan alat
ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran
pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa
1210
mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah
kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), Diafragma
(Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi
antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai
pajanan (Exposure). Di era fotografi digital dimana
film tidak digunakan, maka kecepatan film yang
semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
Di zaman sekarang ini khususnya di Bali,
banyak orang yang bergerak di bidang usaha fotografi,
salah satunya adalah Robbysadi Photography. Penulis
mengangkat Robbysadi Photography sebagai judul
Tugas Akhir tentunya dengan segala pertimbangan
dimana perusahaan Baru ini memiliki potensi yang
besar untuk bersaing dengan perusahaan jasa sejenis
lainnya yang bergerak di bidang fotografi. Banyak
perusahaan fotografi di Bali yang memiliki nama besar
, dan mereka pun memberikan penawaran harga yang
berbeda beda. Tapi Robbysadi Photography hanya
fokus fotografi di bagian foto komersil atau fashion,
ini lah yang membedakan perusahan Robbysadi
Photography dengan perusahaan lain .
Melihat kondisi di atas Robbysadi
Photography sebagai perusahaan Baru yang memiliki
kesamaan bidang jasa fotografi di Bali saat ini ingin
memperkenalkan identitasnya dengan cara
mempromosikan ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh
perusahaan fotografi lainnya, oleh karena itu pemilik
1211
perusahaan Robbysadi Photography ini
memperkenalkan perusahaan Baru ini dengan
menggunakan media promosi yang dapat memikat
masyarakat untuk menjadi pelanggan atau konsumen.
Perusahaan Baru Robbysadi Photography
ini perlu melakukan suatu usaha kreatif agar dapat
tetap sukses dan menumbuhkan citra yang baik di
masyarakat serta lebih dikenal lagi di masyarakat.
Robbysadi Photography, inilah yang membuat penulis
tertarik untuk mengangkat tema dan permasalahan
promosi ini. Dalam kali ini perancangan media
komunikasi visual sangatlah diperlukan dalam
membuat sebuah media promosi dimana dengan
berpegang dalam ilmu-ilmu desain dan kriteria-kriteria
desain maka akan tercipta sebuah media promosi yang
informatif dan menarik.
Tugas akhir ini akan membahas mengenai
perancangan media komunikasi visual promosi untuk
Robbysadi Photography, yang sesuai dan tepat guna
agar penyampaian terhadap khalayak tepat sasaran dan
dapat menginformasikan secara global bahwa
Robbysadi Photography memiliki kualitas foto dan
harga yang terjangkau khususnya fashion dan komersil
fotografi di Bali.
Dengan memperlihatkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan
permasalahan ke dalam pokok-pokok permasalahan
1212
utama, diantaranya: (a) Media-media apa saja yang
efektif untuk melakukan kegiatan promosi Robbysadi
Photography?; (b) Bagaimana mendesain media
komunikasi visual yang komunikatif dan efektif
dengan konsep sederhana dan modern dalam promosi
Robbysadi Photography?
Tujuan Perancangan
a. Tujuan dari perancangan ini ialah untuk
mengetahui media – media apa saja yang efektif
untuk melakukan kegiatan promosi Robbysadi
Photography
b. Agar masyarakat di Bali dapat mengenal
Robbysadi Photography
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis antara lain:
a. Metode Observasi
Metode yang menggunakan kemampuan manusia
dalam mengamati sesuatu hal melalui panca
indera, batiniah dan rohaniah untuk mengamati
suatu peristiwa langsung dilapangan. (Naibaho,
1998:39), dilakukan dengan mengikuti secara
langsung perkembangan Robbysadi Photography
sehingga dapat diketahui tentang permasalahan
1213
yang dihadapi dalam merancang media kominikasi
visualnya
c. Metode Studi Pustaka
Cara pengumpulan data dengan mempelajari
buku-buku, media cetak dan sunber acuan lainnya
yang berhubungan dengan permasalahan yang
diambil, untuk mencari pendekatan guna mencari
pemecahan masalah yang berhubungan dengan
cara penampilan isi pesan baik ilustrasi maupun
teks dalam merancang sebuah media komunikasi
visual dalam promosi diatas.
d. Metode Kajian Internet
Yaitu cara mengumpulkan data-data yang
dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi
bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah perancangan media promosi, yang
nantinya akan ditransfer atau dicatat. (Nawawi,
1998:133), dilakukan dengan mengumpulkan
segala bentuk data tentang Robbysadi
Photography dalam bentuk tulisan maupun Foto
dari berbagai sumber.
PEMBAHASAN
Robbysadi Photography merupakan sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang jasa photography,
khususnya Fashion dan Komersil. Penulis mengangkat
Robbysadi Photography sebagai judul Tugas Akhir
1214
tentunya dengan segala pertimbangan dimana
perusahaan Baru ini memiliki potensi yang besar
untuk bersaing dengan perusahaan jasa sejenis lainnya
yang bergerak dibidang Photography. Banyak
perusahaan photography di Bali yang memiliki nama
besar , dan mereka pun memberikan penawaran harga
yang berbeda beda. Tapi Robbysadi Photography
hanya fokus photography di bagian foto komersil atau
fashion , ini lah yang membedakan prusahan
Robbysadi Photography dengan perusahaan lain .
Melihat kondisi diatas Robbysadi
Photography sebagai perusahaan Baru yang memiliki
ingin memperkenalkan identitasnya dengan cara
mempromosikan ciri ciri yang tidak dimiliki oleh
prusahaan fotografi lainnya , oleh karena itu pemilik
prusahaan Robbysadi Photography ini
memperkenalkan perusahaan Baru ini dengan
menggunakan media promosi yang dapat memikat
masyarakat untuk menjadi pelanggan atau konsumen.
SWOT
Strength
Merupakan salah satu perusahaan Photography di
Bali yang menjual jasa photography di bidang
komersil dan fashion yang berkualitas dengan
harga terjangkau
1215
Memiliki peralatan fotografi yang lengkap dan
terBaru yang dapat menghasilkan foto yang
berkualitas tinggi.
Memiliki style tone dengan warna cinematic yang
membuat warna foto semakin pekat.
Weakness
Belum memiliki sistem yang mengatur
pengaplikasian identitas visual dalam hal promosi
Belum banyak dikenal orang
Mainset masyarakat tentang jasa fotografi yang
terkesan mahal
Opportunity
Apreasi tinggi yang dimiliki oleh target audiens.
Dengan semakin banyaknya tersedia fasiliitas
space untuk iklan seperti baliho, billboard, dan
poster, lebih memudahkan untuk meletakkan dan
menyeBarkan media promosi Robbysadi
Photography
Threat
Banyak perusahaan photography di bali yang
sudah memiliki nama
Media promosi yang dibuat oleh competitor lebih
banyak dibandingkan dengan perusahaan
Robbysadi Photography
Banyak fotografer fashion dan komersil luar negri
masuk ke indo atau kebali
1216
VALS
VALS (Value, Attitude, and Lifestyle/ Nilai, Sikap dan
Gaya Hidup) merupakan sebuah metode segmentasi
pasar yang bersifat psychographic, diciptakan pada
tahun 1970 untuk menerangkan dan memprediksi nilai
dan gaya hidup serta konsumsi masyarakat Amerika
Serikat
a. Value (Nilai)
Target audience berdasarkan value adalah orang
yang belum tahu mengenai Robbysadi
Photography.
b. Attitude (Sikap)
Target pasar berdasarkan attitude adalah orang
yang menyukai Fashion dan memiliki butik atau
cloth.
c. Lifestyle (Gaya Hidup)
Target dari gaya hidup adalah orang yang bergaya
hidup dari menengah ke atas.
Target Segmentasi Pasar
a. Demografi : Wisatawan mancanegara dan
wisatawan domestik memiliki perbedaan dalam
penggunaan bahasa dan daerah asal dengan daerah
yang dikunjungi. Sehingga dalam penggunaan
bahasa pada media promosi menggunakan bahasa
yang universal/dapat dimengerti oleh semua
1217
kalangan, baik wisatawan maupun masyarakat
lokal, masyarakat dengan status sosial atas,
menengah maupun bawah.
Usia : 25 s/d 35 tahun
Kelas sosial : Menengah keatas
Jenis kelamin : Laki - laki dan perempuan
Pendidikan : Kuliah – Bekerja
b. Geografi
Wilayah : Denpasar
Konsep Desain
Dalam menyusun rencana promosi
diperlukan konsep dasar atau strategi perancangan
kreatif, dilihat dari kasus yang di angkat maka konsep
yang digunakan Robbysadi Photography yaitu
sederhana dan modern. Mengacu dari semua itu,
desain akan di rancang dengan sederhana dan modern
dalam arti kata simplicity dan modern yaitu
penyampaian pesan yang tidak terlalu rumit, singkat,
padat dan jelas. Makin simpel ide yang kita punya,
makin mudah di mengerti dan diterima audience.
Dalam penerapannya banyak menggunakan tehnik
fotografi saja. Dari segi warna menggunakan dua
warna, dengan warna tertentu sebagai nilai kontras.
dengan latar belakang terang jika menggunakan teks
utama dengan warna gelap, warna latar belakang gelap
jika teks utama dengan warna terang. menggunakan
1218
huruf yang mudah dibaca dan tidak menggunakan
jenis font yang ornamental. (Santosa, 2002 : 45) dalam
arti kata simplicity diartikan yaitu penyampaian pesan
yang tidak terlalu rumit, singkat, padat dan
jelas.(Poerwadarminta, 2000:888).
Kesederhanaan dapat juga diartikan properti,
kondisi, atau kualitas ketika segalanya dapat
dipertimbangkan untuk dimiliki. Kesederhanaan
biasanya berhubungan dengan beban yang diletakkan
sesuatu pada seseorang yang mencoba untuk
menjelaskan atau memahaminya. Sesuatu yang mudah
dipahami atau dijelaskan adalah sederhana,
berlawanan dari sesuatu yang rumit. Dalam beberapa
hal, kesederhanaan dapat digunakan untuk
mengartikan kecantikan, kemurnian atau kejelasan.
Kesederhanaan juga dapat digunakan sebagai konotasi
negatif untuk menandakan defisit atau ketidakcukupan
nuansa atau kerumitan suatu benda, relatif terhadap
sesuatu yang dianggap perlu.
Perancang berusaha menyajikan rancangan
media komunikasi yang mampu menarik perhatian
konsumen untuk menjadi pelanggan dari Robbysadi
Photography dengan berpedoman pada dasar-dasar
perancangan desain komunikasi visual, menyangkut
bahan, ukuran, komposisi, proporsi, warna, serta
teknik cetak dan tidak terlepas dari konsep desain
1219
yang telah ditetapkan agar terwujud media promosi
yang maksimal.
Media utama yang penulis pilih merupakan
media lini atas yaitu X-banner Poster, dan Folder.
Selain itu media kreatif lainnya yang juga sebagai
media pendukung kampanye ini diantaranya yaitu
Billboard, Album Portfolio, Brosur, iklan majalah,
paper bag, post card ,dan kotak CD
Pada media iklan majalah, penulis akan
menempatkannya pada majalah berbayar karena
mereka yang pada umumnya pada usia produktif yaitu
20-35 tahun yang mengerti akan style dan fashion,
misalnya bagi yang perempuan pada umumnya
membaca majalah yang berisikan hal hal mengenai
pakaian dan style Baru, dan memiliki butik.
Sedangkan bagi laki – laki yang memiliki cloth juga
biasanya akan melihat gaya Baru pada pakain agar
cloth yang mereka miliki “update”.
Selain itu, dua dari media utama lainnya yang penulis
pilih yaitu Website dan Album portfolio. Jaman
sekarang semua orang memiliki gadget , karna itulah
website menjadi media utama dalam promosi ini, agar
para pengguna gadget mudah mengakses hal-hal
mengenai Robbysadi Photography. Itulah alasan
penulis menjadikan Website, Album portfolio, dan
iklan majalah sebagai pilihan media utama sebagai
sarana promosi.
1220
Visualisasi Desain
Pada umumnya unsur – unsur visual yang
terdapat pada media yang dibuat secara keseluruhan
memiliki kesamaan antara satu dengan lainnya. Tetapi
ada beberapa perbedaan yang terdapat dari media –
media tersebut diantaranya yaitu:
a. Ilustrasi
Semua media menggunakan ilustrasi yang sama
yaitu menggunakan teknik photography di
komputer dengan menggunakan software adobe
lightroom dan adobe photoshop. Gaya visual yang
diterapkan yaitu gaya visual art deco, yaitu dengan
penggunaan garis yang tegas.
b. Warna
Dari sisi warna, pada media yang dibuat
menggunakan dominan warna hitam dan warna
putih. Warna hitam didominasi untuk garis garis
art deco sedangkan warna putih dominan
digunakan untuk text pada semua media.
c. Teks
Untuk teks, pada media yang dibuat menggunakan
teks yang sama yaitu “Robbysadiphotography”
sebagai tagline utama. Sedangkan “Prestigiuos,
Luxury, dan affordable” digunakan sebagai tagline
pendukung sesuai dengan ilustrasi yang terdapat
pada media.
1221
d. Tipografi
Untuk tipografi menggunakan jenis huruf san serif
dengan font BigNoodleTitling Regular digunakan
sebagai jenis font pada logo sedangkan Whitney
HDF light Condensed digunakan untuk tagline dan
informasi.
Tampilan Desain
1. Billboard
Gambar 1 Billboard
(Sumber : Sadi, 2015)
Billboard adalah bentuk promosi iklan luar
ruang dengan ukuran besar. Bisa disebut juga
billboard adalah bentuk poster dengan ukuran
1222
yang lebih besar yang diletakkan tinggi di tempat
tertentu yang ramai dilalui orang.
Nama Media : Billboard
Ukuran : 8 x 6,5 m
Bahan : Albatros
2. Album Portfolio
Album portfolio adalah tempat dimana para
fotografer biasanya menyimpan atau
mencetak hasil karyanya dalam sebuah
wadah seperti buku.
Gambar 2Album Portfolio
(Sumber : Sadi, 2015)
1223
Nama Media : Album Portfolio
Ukuran : 25 cm x 30 cm
Bahan : Kertas Foto paper
Finishing : Hardcover
3. Website
Website adalah halaman informasi yang
disediakan melalui jalur internet sehingga
bisa diakses di seluruh dunia selama
terkoneksi dengan jaringan internet.
Gambar 3 Website
(Sumber : Sadi, 2015)
1224
4. Iklan Majalah
Iklan majalah adalah berita pesanan untuk
mendorong, membujuk khalayak ramai agar
tertarik pada Barang dan jasa yg ditawarkan•
pemberitahuan kpd khalayak mengenai
Barang dan jasa yang dijual , yang di pajang
di sebuah majalah.
Gambar 4 Iklan Majalah
(Sumber : Sadi, 2015)
Nama Media : Iklan Majalah
Bahan : Artpaper 190 gsm
1225
5. Poster
Gambar 5 Poster
(Sumber : Sadi, 2015)
Poster merupakan salah satu media publikasi
yang terdiri atas tulisan, Gambar ataupun
kombinasi antar keduanya dengan tujuan
memberikan informasi kepada khalayak
ramai. Poster biasanya dipasang ditempat-
tempat umum yang dinilai strategis seperti
1226
sekolah, kantor, pasar, mall dan tempat-
tempat keramaian lainnya. Informasi yang
ada pada poster umumnya bersifat mengajak
masyarakat.
Nama Media : Poster
Ukuran : A3 (42 x 29,7 cm)
Bahan : Artpaper 210 gsm
PENUTUP
Melalui perancangan tugas akhir ini penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan yang ada. Adapun
kesimpulan tersebut diantaranya yaitu:
1. Media media yang efektif untuk melakukan
kegiatan promosi RobbysadiPhotography adalah :
Website, Album Portfolio , Billboard , postcard ,
brosur, x-banner , kemeja, iklan majalah, poster,
sosial media.
2. Adapun konsep yang di gunakan oleh penulis
dalam perancangan media media tersebut adalah
konsep sederhana dan modern, sederhana dan
modern dalam arti kata simplicity dan modern
yaitu penyampaian pesan yang tidak terlalu rumit,
singkat, padat dan jelas. Makin simpel ide yang
kita punya, makin mudah di mengerti dan diterima
audience. Dalam penerapannya banyak
1227
menggunakan tehnik fotografi saja. Dari segi
warna menggunakan dua warna, dengan warna
tertentu sebagai nilai kontras. dengan latar
belakang terang jika menggunakan teks utama
dengan warna gelap, warna latar belakang gelap
jika teks utama dengan warna terang.
menggunakan huruf yang mudah dibaca dan tidak
menggunakan jenis font yang ornamental.
Daftar Pustaka
Kusrianto, Adi. 2007, Pengantar Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: C.V.andi Offset
Nugroho.2008.warna Periklanan. Yogyakarta:
Dimensi Press.
Hendratman, 2003. Computer Graphics Design.
Bandung: Informatika.
Pujirianto. 2005, Desain Grafis Komputer.
Yogyakarta:Penerbit Andi.
Rustan, Surianto. 2009, Layout Dasar &
Penerapannya. Jakarta: Jalasutra
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2009. Nirmana: Elemen-
elemen Seni dan Desain (edisi kedua).
Yogyakarta: Jalasutra.
Santosa, Sigit. 2002, Advertising Guide book. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka.
Sarwono, Jonathan dan Lubis,Hary. 2007. Metode
Riset Untuk Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta : CV. ANDI Offset
1228
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2006 Metode Perancangan
Komunikasi Visual
Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk
Periklanan. Jakarta : Andi.
1229
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL
SEBAGAI SARANA PROMOSI
PERPUSTAKAAN KELILING DI KOTA
DENPASAR
Oleh:
I Gede Sumayrdana Wisnu Phratama(1), Sebasatian
Siahaan, MFA.(2), Andreas Adisyahwarman, ST.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali [email protected]
ABSTRAK
Di Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar,
melalui Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
(BPAD) telah membuat sebuah inovasi Baru sejak
tahun 2009 untuk meningkatkan minat baca
masyarakat di Kota Denpasar melalui perpustakaan
keliling, dimana perpustakaan tersebut tujuannya
adalah mempermudah masyarakat dalam membaca
buku. Perpustakaan keliling merupakan perpustakaan
dengan menggunakan mobil yang berkeliling untuk
memberikan layanan publik dalam meminjam buku
bacaan. dengan jadwal yaitu hari Sabtu dan Minggu
pukul 15.00 sampai 18.00 WITA. Namun berdasarkan
data yang diperoleh jumlah pengunjung dari tahun
2012-2013 ternyata berkurang. Hal itu disebabkan
karena kemajuan teknologi yang membuat masyarakat
malas untuk membaca buku dan tidak dirancangnya
icon sebagai identitas visual dan media promosi
1230
membuat banyak orang tidak mengetahui mengenai
perpustakaan keliling.
Melalui identitas visual Baru yang
dirancang sesuai dengan target dan media promosi
yang semenarik mungkin dibuat secara kreatif,
inovatif, informatif dan konsisten berdasarkan teori-
teori dalam desain,serta diharapkan menimbulkan
daya tarik remaja untuk mengunjungi perpustakaan
keliling dan menjadi anggota dari perpustakaan
sebagai bentuk kontribusi dalam mensukseskan
program pemerintah demi memajukan bangsa
Indonesia khususnya Kota Denpasar dalam hal
menambah wawasan dan mengantar masyarakat
menuju Sumber Daya Masyarakat yang mampu
berpikir cerdas dalam berkehidupan.
Kata Kunci : Membaca, Pendidikan, Perpustakaan
keliling, Promosi.
ABSTRACT
In particular Denpasar City, Bali Province,
through the Library, Archives and Documentation
(BPAD) has made a new innovation since 2009 to
increase public interest in reading in Denpasar City
via mobile library, where the library is intended to
facilitate the public in reading the book. Mobile
library is a library which uses the car around to
provide public services in a borrowed book reading.
The schedule is Saturday and Sunday at 15:00 until
18:00 pm. However, based on data obtained from the
1231
years 2012-2013 the number of visitors was reduced.
It was caused due to technological advances that make
people want to read your book and not drafted icon as
a visual identity and promotion media makes a lot of
people do not know what it is mobile library. Through
a new visual identity designed in accordance with the
target and a
Promotion media that made it interesting
creative, innovative, informative and consistent which
is based on the theories in the design, the expected rise
teen appeal to visit the mobile library and become a
member of the library as a form of aid in a
government program to promote the city of Denpasar
Indonesia, especially in terms of adding insight and
make society toward Resources community capable of
intelligent thought In the life.
Keyword: Education, Mobile library, Promotion,
Reading
PENDAHULUAN
Dalam era pembangunan serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi Pemerintah Indonesia
mulai menggalakan program-program pendidikan
yang dibuat untuk memajukan perkembangan pikiran
peserta didik bangsa Indonesia demi terwujudnya
masyarakat yang intelektual dalam berkehidupan
bangsa dan bernegara serta mensukseskan
pembangunan nasional. Dengan hadirnya Kurikulum
1232
2013 yaitu kurikulum yang dimana anak didik harus
lebih aktif melalui mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyaji, menalar dan mencipta,
kemampuan berpikir produktif dan kreatif dalam ranah
konkret dan abstrak sesuai dengan yang ditugaskan
kepadanya (Kemendikbud.go.id).
Dengan hadirnya kurikulum ini membuat
anak-anak semakin aktif dalam belajar dan perlunya
buku pelajaran sebagai penunjang keberhasilan
mereka di masa depan, karena dengan wawasan yang
luas anak mampu berkembang sesuai dengan apa yang
dipelajari. Tidak hanya anak Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas, namun Mahasiswa pun perlu
adanya buku sebagai penunjang tugas akhir mereka.
Oleh karena itu, sejak hadirnya gadget membuat buku
semakin ditinggalkan, karena di dalam gadget sendiri
sudah bisa banyak mencari banyak informasi diluar
sana. Penggunaan gadget juga memberikan dampak
negatif bagi kehidupan para remaja, itu dapat dilihat
dari segi kesehatan dan sosial. Dari segi kesehatan,
radiasi yang dipancarkan oleh gadget dapat
menyebabkan kerusakan mata dan ketulian, serta
meningkatkan risiko penyakit kanker (Nurdiani,
2013). Dari segi sosial, penggunaan gadget
menyebabkan para remaja menjadi kurang
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal ini
dikarenakan para remaja terlalu asyik saat
1233
menggunakan gadget-nya sehingga tidak
mempedulikan orang lain yang ada di sekitarnya.
Terlalu asyik dengan gadget juga menyebabkan para
remaja menjadi malas untuk belajar karena seluruh
waktunya hanya difokuskan bagi gadget. (Oktaviani,
2011).
Di Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar,
melalui Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
(BPAD) telah membuat sebuah inovasi Baru sejak
tahun 2009 untuk meningkatkan minat baca
masyarakat di Kota Denpasar melalui Perpustakaan
Keliling, dimana perpustakaan tersebut tujuannya
mempermudah masyarakat dalam membaca buku.
Dengan menggunakan mobil sesuai dengan jadwal
yaitu hari Sabtu dan Minggu pukul 15.00 sampai
18.00 WITA dan tempat yang sudah ditentukan
diantaranya di Pedestrian jalan Kamboja, Lapangan
Lumintang selatan, Lapangan Lumintang utara,
Lapangan Renon dan Lapangan Puputan Badung (I
Gusti Ngurah Made Agung). Saat ini sudah ada dua
mobil yang menjadi Perpustakaan Keliling yang
disumbangkan oleh Perpustakaan Nasional dan
Walikota Denpasar. Di Perpustakaan Keliling hanya
bisa membaca buku di tempat, untuk meminjam buku
hanya di perpustakaan daerah dan harus mendaftar
menjadi anggota dulu. Pendaftaran bisa dilakukan di
Perpustakaan Keliling dan kartu anggota diambil di
1234
Perpustakaan daerah dan itu semua tidak dikenakan
biaya. Perpustakaan Keliling juga hadir pada saat ada
acara yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, seperti
Denpasar Festival, Pameran HUT Kota Denpasar, dan
lain-lain tergantung dari permintaan dinas tertentu.
Dan buku yang dibawa di Perpustakaan Keliling juga
menyesuaikan dengan acara tersebut.
Namun dalam satu tahun terakhir
pengunjung yang datang mengalami penurunan untuk
membaca buku. Padahal bila ditinjau dari jadwal yang
ada hanya saat akhir pekan dan dengan adanya inovasi
ini semakin memudahkan masyarakat khususnya
remaja untuk membaca buku. Berdasarkan data yang
telah diterima dari BPAD Denpasar dari tahun 2012 –
2013 jumlah pengunjung Perpustakaan Keliling
mengalami penurunan dari 10690 menjadi 7201. Dari
7201 orang jumlah pembaca terdiri dari Anak-anak
77,30%, Remaja 11,67% dan orang tua 11,03% (Data
statistik BPAD:2013). Dilihat dari data tersebut minat
baca remaja sangatlah kurang. Tidak adanya icon
sebagai penunjang media promosi yang digunakan
sebagai identitas visual dan hanya sebatas branding
mobil saja yang desainnya tidak konsisten dan
kurangnya media promosi membuat sedikitnya yang
tahu tentang Perpustakaan Keliling di Kota Denpasar.
Berdasarkan latar belakang diatas sebagai mahasiswa
Sekolah Tinggi Desain Bali Jurusan Desain
1235
Komunikasi Visual mempunyai peran penting dalam
membantu mempromosikan program Pemerintah yang
bertujuan untuk meningkatkan minat membaca
masyarakat khususnya umur 12-21 tahun dengan
membuat identitas visual dari mobil Perpustakaan
Keliling yang sesuai dengan target yang telah
ditentukan dengan membuat sebuah logo dari
Perpustakaan Keliling tersebut sebagai icon yang akan
digunakan sebagai identitas visual sebagai sarana
promosi demi menarik minat target pasar untuk
mengunjungi Perpustakaan Keliling dan menjadi
anggota perpustakaan. Selain itu tentunya dibuatkan
media promosi yang kreatif, inovatif, dan konsisten
yang bertujuan untuk memperkenalkan Perpustakaan
Keliling dan menambah minat membaca demi
memajukan bangsa Indonesia khususnya Kota
Denpasar dalam hal menambah wawasan dan
mengantar masyarakat menuju Sumber Daya
Masyarakat yang mampu berpikir cerdas dalam
berkehidupan.
Penulis berharap melalui program
pemerintah ini agar semua pelajar membantu
mensukseskan dan akan memajukan bangsa bersama-
sama dengan menumbuhkan budaya membaca.
Tujuan
a. Tujuan Umum
1236
- Menjadikan Perpustakaan Keliling diminati dan
berguna bagi masyarakat di Denpasar.
- Membantu program pemerintah khususnya
Denpasar dalam menambah minat baca melalui
Perpustakaan Keliling.
b. Tujuan Khusus
- Membuat sebuah identitas visual untuk
mempromosikan dan mampu menarik minat
masyarakat untuk datang dan menjadi anggota
Perpustakaan Keliling
- Mahasiswa mampu berpikir secara sistematis
dalam rangka mengaplikasikan disiplin ilmu yang
telah didapat di bangku perkuliahan untuk
kemudian diterapkan sesuai dengan situasi di
lapangan.
PEMBAHASAN
Penulis melakukan analisa terhadap desain
promosi Perpustakaan Keliling, dan berikut beberapa
contoh desain mobil Perpustakaan Keliling dan kartu
anggota yang sudah pernah dibuat.
1237
Contoh Desain yang sudah ada
Badan Perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Denpasar
1238
Dari contoh desain tersebut, dapat dilihat
dua mobil yang sama namun dengan desain yang
berbeda, yang satu desain yang sangat sederhana dan
yang satu menggunakan banyak ilustrasi. Ilustrasi
yang digunakan dalam branding mobil tersebut,
ilustrasi pelangi, dua karakter yang sedang membaca
buku, merpati sebagai simbol perdamaian, bunga
jempiring sebagai mascot Kota Denpasar dan buku,
ditambah teks yang berisi tagline dari Perpustakaan
Keliling. Branding tersebut cenderung menggunakan
warna biru yang menurut psikologinya merupakan
warna pendidikan, desain dari mobil tidak konsisten
dan tidak beraturan dalam penempatan unsur-unsur
visualnya. Untuk desain kartu anggotanya masih
terlihat sangat sederhana hanya menggunakan logo
dan maskot dari Kota Denpasar, dan tidak adanya
simbol tertentu sebagai identitas dari perpustakaan.
Perancangan Identitas Visual
Dalam pembuatan desain yang baik tentunya
harus didasari oleh konsep yang kuat agar hasil akhir
dapat diterima dengan baik oleh khalayak khususnya
target audience. Adapun konsep dasar dalam
merancang identitas visual sebagai sarana promosi
Perpustakaan Keliling ini adalah menggunakan gaya
post modern dan konsep ceria mendidik. post modern
1239
dipilih karena objeknya mengutamakan kebebasan
berekspresi, dinamis dan tidak terikat aturan. Dan
teknologi masa kini dipadukan dengan seni merupakan
ciri khas aliran kontemporer. (http://masterbama.
blogspot.com/2014/11/aliran-seni-rupa.html)
Pembuatan identitas visual dimulai dari
branding sebuah logo khusus untuk Perpustakaan
Keliling yang dibuat dengan melakukan pendekatan
dari Perpustakaan Keliling dan diberi nama SPOT
BACA yang mengartikan bahwa Perpustakaan
Keliling ini sesuai jadwalnya diam di beberapa spot
atau tempat yang sudah ada. dan nantinya kata Spot
Baca diolah melalui tehnik digital sehingga akan
menjadi sebuah identitas dari Perpustakaan Keliling
dan sebagai penunjang media promosi. Serta desain
dari media promosi yang dibuat juga dengan
menggunakan perpaduan warna-warna komplementer
seperti biru dan jingga, serta ilustrasi-ilustrasi vector
yang berhubungan dengan tema perpustakaan dan
menggunakan prinsip-prinsip desain yang telah
dipelajari, dengan menambah komposisi yang sesuai
sehingga enak dilihat oleh mata. Pada pembuatan
animasi, nantinya akan menggunakan tehnik 2D
dengan durasi 60 detik, berisi inti dari Perpustakaan
Keliling dan disana terdapat informasi apa itu
Perpustakaan Keliling dan bagaimana menjadi anggota
dari perpustakaan dengan ditambahkan backsound
1240
musik instrumen. Logo ini merupakan sebuah icon
yang dibuat untuk memberikan sebuah identitas Baru
Perpustakaan keliling, dan menjadi sign system dalam
setiap media promosinya.
Unsur-unsur Visual
Ilustrasi : Terdapat ilustrasi dimana lambang spot
yang menggunakan warna orange sebagai mana
menjadi point of view dan mengartikan bahwa di
perpustakaan keliling adalah tempat membaca
yang asyik sesuai dengan karakter warna orange
itu sendiri. Dibawah terdapat buku yang terbuka
dimana mengartikan, dengan membaca buku
pikiran kita menjadi terbuka dan kita bisa melihat
dunia. 2 bidang buku yang terbuka memberikan
kesan keharmonisan, keseimbangan pikiran antara
baik buruk dan lain sebagainya.
Warna : Warna yang di gunakan adalah warna
identitas yaitu, Biru, Orange, Putih sebagaimana
biru yang mempunyai karakter pendidikan, orange
ceria dan putih kehormatan.
Teks : Spot Baca yang merupakan identitas Baru
dari perpustakaan keliling.
Font : Penggunaan font merupakan komponen
penting dalam membangun identitas Baru. Dari
membaca dari sebuah signage atau bahan cetak,
font yang digunakan memperkuat kehadiran brand.
1241
Jenis Font yang digunakan adalah Passion Tea
yang sesuai target umur 12 - 21 tahun yang senang
bergaya freestyle atau kustom dengan tingkat
legability yang tinggi dan juga TW Cen MT yang
memberikan kesan tegas. Penggunaan font yang
konsisten akan membantu untuk memperkuat
kehadiran brand.
Visualisasi Desain
1. Desain Logo
1242
2. GSM
3. Desain Car Branding
1243
4. Motion Graphic
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah
dari desain yang sebelumnya yang dibuat secara asal-
asalan dan tidak menggunakan prinsip-prinsip desain
hingga membuat ketertarikan pengunjung yang datang
sangat kurang. Dan dengan pembuatan ikon Spot Baca
Perpustakaan keliling yang berupa logo dan desain
yang konsisten yang nantinya menjadi unsur dalam
media promosi, dimana sebagai penunjang
ketertarikan untuk meningkatkan pengunjung dan
anggota dari Spot Baca Perpustakaan Keliling. Maka
dari itu melalui pembuatan identitas visual dari nama
hingga pembuatan logo yang dibuat dengan
menggunakan ide-ide yang diambil dari brainstorming
dan dengan media promosi yang kreatif, inovatif,
efektif, informatif dan tentunya konsisten sangat
1244
diperlukan untuk dapat menarik perhatian khalayak
dan menyukseskan promosi dari Spot Baca
Perpustakaan Keliling sebagai bentuk dalam
membantu program pemerintah dalam menumbuhkan
minat baca dan membuat Sumber Daya Manusia yang
berpikir secara cerdas dalam berkehidupan.
Daftar Pustaka
BPAD. 2013. Data Statistik Perpustakaan Keliling
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif, Balai
Pustaka, Jakarta.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem
Informasi, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Mestika Zed. 2004. Metode peneletian kepustakaan,
Yayasan Obor Indonesia,Jakarta.
Oktaviani, F. 2011. Pengaruh konsumerisme gadget di
kalangan remaja.
Siagian dan Sugiarto, 2007, Metode Statistika,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-
kurikulum2013
http://masterbama.blogspot.com/2014/11/aliran-seni-
rupa.html
1245
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA KAMPANYE
REBOISASI HUTAN LINDUNG DI BALI
Oleh :
Made Suka Ariasa (1), Gede Lingga Ananta Kusuma
Putra, S.Sn.,M.Sn.(2), Andreas Adisyahwarman, ST.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1, Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Permasalahan yang sering terjadi pada hutan
lindung adalah kebakaran hutan, penebangan pohon
secara ilegal oleh manusia, perambahan dan
persertifikatan. Akan tetapi permasalahan yang paling
dominan adalah kebakaran, penebangan dan
kebakaran hutan adalah penyebab matinya pepohonan
dan binatang, karena hutan adalah rumah tempat
mereka tinggal, matinya pepohonan dan binatang akan
mengakibatkan tanah menjadi tandus seingga
menyebabkan banjir dan longsor, maka secara tidak
langsung kualitas ekosistem alam akan menjadi turun.
Untuk itu perlu dilakukan reboisasi terhadap
hutan lindung di Bali agar kualitas ekosistem di Bali
tetap terjaga dan seimbang. Dalam mengkampanyekan
reboisasi hutan lindung di Bali konsep yang digunakan
dalam adalah nightmare, untuk memperlihatkan
tampilan hutan lindung bagaimana jika hutan lindung
benar-benar rusak tanpa ditanggulangi. Diharapkan
1246
pola pikir masyarakat akan berubah, untuk lebih
peduli terhadap hutan lindung di Bali.
Perancangan media komunikasi visual ini
dihasilkan melalui metode penelitian, dengan survey
di dinas kehutanan provinsi Bali untuk mendapatkan
informsai rekapitulasi kebakaran hutan setiap
tahunnya, untuk itu telah dibuat 12 buah desain media
komunikasi visual, seperti Iklan Koran, Video iklan,
Poster, Billboard, X-banner, Flyer, Iklan media sosial,
Pin, Gantungan kunci, T-shirt, Tempat sampah, dan
Stiker untuk menghimbau masyarakat luas akan
pentingnya reboisasi hutan lindung di Bali.
Kata kunci : media komunikasi visual, ekosistem,
reboisasi.
ABSTRACT
Problems often occur in protected forests
are forest fires, illegal logging by human
encroachment and persertifikatan. However, the most
dominant issue is fire, logging and forest fires are the
cause of death of trees and animals, because the forest
is the home where they live, the death of the trees and
the animals will result in a Barren land into seingga
causing floods and landslides, then it implies that the
quality of the natural ecosystem will be dropped.
It is necessary for the reforestation of the
protected forest in Bali in Bali so that the quality of
the ecosystem is maintained and balanced. In the
protected forest reforestation campaign in Bali is a
1247
concept used in the nightmare, to show how the
appearance of protected forests if the protected forest
is completely broken without addressed. Expected
public mindset will change, to better care for the
protected forest in Bali.
Designing visual communication media is
produced through research methods, with surveys in
Bali provincial forestry department to get informsai
recapitulation of forest fires each year, for it has made
12 pieces of visual communication media design, such
as newspaper ads, video ads, posters, billboards, X-
banner, Flyer, social media advertising, Pins,
Keychains, T-shirts, bins, and Stickers to urge the
general public of the importance of protected forest
reforestation in Bali.
Keywords: visual communication media, ecosystems,
reforestation.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang
kaya akan hasil sumber daya alam, seperti hutan
merupakan salah satunya. Luas hutan keseluruhan di
Indonesia saat ini mencapai 133.300.543,98 hektar
are, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat
1248
dipisahkan. ( Silanawa, 2007 : 6 ) Hutan dapat di bagi
menjadi tiga yaitu hutan lindung, hutan produksi dan
hutan konservasi. Hutan Lindung merupakan kawasan
hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan penyangga ekosistem alam untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah. Hutan sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa
Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai oleh
Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi rakyat
Indonesia, karenanya wajib disyukuri, diurus dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya serta dijaga
kelestariannya untuk kemakmuran rakyat baik bagi
kita maupun anak cucu kita nanti. Setiap provinsi di
Indonesia memiliki hutan mereka masing-masing, baik
itu hutan lindung, hutan konservasi dan hutan
produksi.
Di Provinsi Bali luas hutan keseluruhan
mencapai 130.686,01 hektar are terdiri dari hutan
perairan laut yang luasnya 3.415 hektar are dan
kawasan hutan darat mencapai 127.271,01 hektar are.
Ini berarti 22,59% dari luas daratan keseluruhan
provinsi Bali, sedangkan menurut Undang-Undang
Kehutanan luas minimal hutan adalah 30% dari
keseluruhan luas daratan. Dari sekian luas tersebut
hutan di bagi dan dikelola oleh kesatuan pengelolaan
1249
hutan (KPH) bali. Hutan di Bali sebagai salah satu
penentu dari sistem penyangga kehidupan ekosistem
pulau, cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu
keberadaannya harus dipertahankan secara optimal,
dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus
dengan mulia, adil, bijaksana, terbuka dan
professional, serta bertanggung gugat.
Bali tanpa hutan berarti Bali tanpa Budaya,
Bali bukan untuk wisata dan pada akhirnya Bali tanpa
hutan berarti Bali tanpa masa depan. Intensifnya
pengolahan lahan serta terjadi alih fungsi hutan rakyat
menjadi lebih terbuka, kualitas lingkungan Bali
semakin rendah, Untuk itu dibutuhkan pemahaman
dan informasi mengenai potensi, kondisi, fungsi dan
budaya tentang hutan. Oleh karena Bali sebagai daerah
wisata dan sekaligus tempat konveksi, merupakan
etalase dunia bagi Indonesia, maka dari itu sangatlah
penting untuk mendukung bidang pertanian dalam arti
luas; pariwisata, kesehatan, pendidikan sosial dan
budaya. Hutan dari filsafat masyarakat di Bali yang
beragama hindu memiliki arti kesucian, nilai
keharmonisan, bagian dari alam Bali yang harus
dilindungi dari gangguan manusia, ternak, kebakaran,
hama dan penyakit serta gangguan lainnya. Maka dari
itu sudah 40 tahun belakangan ini tidak dilakukan
penebangan pohon ilegal disetiap hutan lindung di
Bali, tetapi kebakaran hutan bisa mencapai puluhan
1250
kali terjadi dalam pertahun di Bali yang diakibatkan
sebagian besar oleh manusia sendiri.
Permasalahan yang sering terjadi di dalam
hutan adalah terjadinya kebakaran hutan, penebangan
pohon secara ilegal oleh manusia, perambahan dan
persertifikatan tetapi permasalahan yang dominan
adalah kebakaran. Penebangan dan kebakaran hutan
akan menyebabkan matinya pepohonan dan binatang
yang pastinya, karena hutan adalah rumah tempat
mereka tinggal, matinya pepohonan dan binatang akan
mengakibatkan tanah menjadi tandus seingga
menyebabkan banjir dan longsor, maka secara tidak
langsung kualitas ekosistem alam akan menjadi turun.
Dari Rekapitulasi Kebakaran Hutan tahun 2012
tercatat 35 kali terjadi kebakaran dihutan dan dari 35
tersebut 25 kali terjadi kebakaran pada hutan lindung,
tahun 2013 tercatat hanya 3 kali kebakaran pada hutan
lindung. Sedangkan tahun 2014 ini tercatat telah
terjadi 35 kali kebakaran, dari 35 kejadian tersebut 28
kali terjadi pada hutan lindung. ( Dinas Kehutanan
Provinsi Bali, 2014 ) Tetapi adakah sebagian dari
masyarakat yang peduli akan hutan yang rusak akibat
kerbakaran tersebut, setelah mengetahui pentingnya
peranan hutan lindung sebagai sistem keseimbangan
penyangga ekosistem alam ini.
Maka peranan disiplin ilmu Desain
Komunikasi Visual sudah jelas yaitu merancang media
1251
komunikasi visual yang tepat guna dan efektif dalam
kampanye reboisasi hutan lindung di Bali. Dengan
dirancangnya media yang tepat guna maka diharapkan
mampu menginformasikan bahwa hutan sangat
penting untuk di pelihara agar ekosistem di Bali tetap
seimbang dan pentingnya kepedulian masyarakat
untuk melakukan reboisasi hutan lindung di Bali yang
telah menjadi salah satu hutan yang dilindungi oleh
kesatuan pengelolaan hutan (KPH) bali. Maka dari itu
media kampanye yang dibuat harus mampu
memberikan jawaban atau jalan keluar terhadap
masalah-masalah yang ada yaitu dengan mengajak
masyarakat di Bali untuk melakukan kampanye
reboisasi pohon tandus atau mati di hutan lindung di
Bali dan agar tetap menjaga alam atau hutan di Bali.
Dengan demikian keseimbangan alam di Bali akan
tetap terjaga setelah pohon kembali tertanam di hutan-
hutan lindung di Bali.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang
timbul adalah sebagai berikut:
a. Media apa saja yang efektif dan tepat untuk
mengkampanyekan reboisasi hutan lindung di
Bali?
b. Bagaimana caranya merancang media komunikasi
visual yang baik dan benar dalam
1252
mengkampanyekan reboisasi hutan lindung di
Bali?
Tujuan
Tujuan Khusus dari perancangan media kampanye
reboisasi hutan lindung di Bali sebagai berikut :
a. Terciptanya media komunikasi visual yang tepat
dan efektif dalam upaya mengkampanyekan
reboisasi hutan lindung di Bali.
b. Untuk mengetahui proses pembuatan atau
perancangan media yang baik dan benar sebagai
sarana kampanye reboisasi hutan di Bali
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada perancangan kampanye
ini adalah metode kepustakaan, observasi, wawancara,
dan kajian internet.
a. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah mencari data literatur
yang berhubungan dengan desain komunikasi
visual dan kehutanan meliputi buku-buku, kamus,
media cetak dan media komunikasi lainnya yang
erat kaitannya dengan objek permasalahan.
Pencarian data dengan metode ini dilakukan di
Perpustakaan Nasional Denpasar dan beberapa
buku yang berkaitan dengan kehutanan. ( Dinas
Kehutanan Provinsi Bali, 2014). Fungsi dari
1253
metode ini guna lebih memperjelas secara teoritis
ilmiah tentang kasus yang diambil dan juga untuk
mencari pendekatan guna mencari pemecahan
masalah yang berhubungan dengan cara
penampilan isi pesan baik ilustrasi maupun teks
dalam merancang sebuah media komunikasi visual
dalam mengampanyekan reboisasi hutan lindung
di Bali.
b. Metode Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang
paling banyak dilakukan dalam penelitian.
Menurut Adler semua penelitian dunia sosial pada
dasarnya menggunakan teknik observasi Faktor
terpenting dalam teknik observasi adalah observer
(pengamat yaitu mahasiswa/penulis sendiri) dan
orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi
sebagai pemberi informasi, yaitu informan.
Penulis atau observer melakukan observasi di
Dinas Kehutanan Provinsi Bali.
c. Metode Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah cara-cara
memperoleh data dengan berhadapan langsung,
bercakap-cakap, baik antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok .
Sebagai mekanisme komunikasi pada umumnya
wawancara dilakukan sesudah observasi. Dalam
1254
metode ini penulis melakukan metode wawancara
dengan bapak I Wayan Arimbawa selaku satuan
tugas polisi hutan provinsi Bali dan bapak I Gede
Sudarya selaku kepala seksi Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (RHL).
d. Kajian Internet
Kajian internet adalah cara mengumpulkan data
melalui internet yaitu mencari data-data dari suatu
situs yang memiliki lisensi dan memiliki data-data
yang berkaitan dengan desain komunikasi visual
dan kehutanan khususnya hutan lindung.
2. PEMBAHASAN
Pengertian Objek Kasus
Berikut ini data yang merupakan hasil wawancara
dengan Bapak I Wayan Arimbawa selaku Satuan
Tugas Polisi Hutan (satgas polhut) Provinsi Bali,
beliau menjelaskan bahwa ada empat faktor penyebab
kerusakan hutan di Bali, diantaranya penebangan
secara ilegal, perambahan, pensertifikatan hak milik,
dan yang paling dominan terjadi adalah kebakaran
hutan, entah itu di sengaja maupun tidak di sengaja. Di
Bali kebakaran hutan lindung dalam waktu satu bulan
terjadi bisa mencapai satu hingga lima kali dalam
sebulan. Sehingga dalam satu tahun sekali bisa
mencapai puluhan kali terjadi kebakaran hutan lindung
di Bali yang mengakibatkan pohon mati dan
1255
menurunnya kualitas hutan lindung di Bali. Sedangkan
wawancara kedua dijelaskan oleh bapak I Gede
Sudarya selaku kepala seksi Rehabilitasi Hutan dan
Lahan atau RHL, beliau menjelaskan bahwa setiap
hutan lindung di Bali memiliki kesatuan pengelola
hutan (KPH) tersendiri di daerahnya masing-masing
dan hutan lindung di Bali memiliki tingkat kesuburan
tanah yang berbeda hal ini disebabkan oleh faktor
iklim dan cuaca yang berbeda dari masing-masing
daerah di Bali, maka dari itu tanaman yang ada di
setiap hutan Lindung di Bali juga disesuaikan dari
tingkat kesuburan tanah dan iklimnya.
SWOT
SWOT merupakan metode analisa yang dibagi
menjadi dua yaitu faktor internal yaitu kekuatan dan
kelemahan, guna dari metode swot ini adalah untuk
mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan
(Weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(Threats) dalam suatu kampanye atau promosi
tertentu. Dalam metode ini dilakukan langkah
pengumpulan kajian dan gagasan sebanyak mungkin
dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang ada pada kampanye ini. Berikut penjaBaran
analisa SWOT :
Kekuatan (Strength) :
a. Banyak komunitas peduli alam
1256
b. Adanya perlindungan atau perundang-undangan
terhadap hutan
c. Hutan di Bali masih dianggap sebagai tempat
mistis
Kelemahan (Weakness) :
a. Tanaman hidup tergantung tingkat kesuburan
tanah dan kondisi alam
b. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang alam
c. Jarang ada razia atau penyelidikan hutan
d. Hutan masih dianggap tempat berburu
e. Tidak semua masyarakat peduli hutan
Peluang (Opportunity) :
a. Kampanye di bawah perlingan dinas kehutanan
provinsi Bali
b. Tingkat curah hujan di Bali teratur saat musim
hujan
c. Tingkat kesuburan tanah bagus
Ancaman (Threat) :
a. Banyak penebangan pohon secara liar oleh
masyarakat yang tidak bertanggung jawab
b. Perambahan hutan yang mengakibatkan kualitas
hutan menurun
c. Pemanasan global
Dari penjabaran analisa SWOT diatas maka muncul
strategi untuk memperkuat potensi keberhasilan dalam
gerakan kampanye dengan mengembangkan kekuatan
1257
untuk mendapatkan peluang seperti yang dijaBarkan
diatas.
VALS
VALS merupakan analisa yang ditinjau dari sudut
pandang value atau nilai, attitude atau tingkah laku,
dan life style atau gaya hidup seseorang. Berikut
adalah penjaBaran analisa vals :
Value ( Nilai ) :
Target audience yang dituju adalah masyarakat yang
kurang mengetahui akan bahaya jika hutan rusak atau
tandus.
Attitude ( Tingkah Laku ) :
Target pasar yang dituju adalah masyarakat yang tidak
peduli akan kerusakan alam, yang tidak mengetahui
dampak kerusakan hutan.
Life Style ( Gaya Hidup ) :
Target gaya hidup yang dituju adalah masyarakat yang
memiliki perekonomian kalangan bawah sampai
kalangan atas yang memeiliki kesadaran lebih akan
kepedulian alam.
Target segmentasi pasar
Audience merupakan khalayak yang berperan
sebagai pendengar, penonton atau pembaca suatu
media yang menjadi sasaran dalam kegiatan
periklanan dan kampanye. Guna Strategi media pada
1258
umumnya yaitu untuk menemukan sasaran kegiatan
berkampanye. Tujuan media dibentuk dari tiga aspek,
yaitu jangkauan (reach), frekuensi (frequency) dan
kesinambungan (continuity). Sebelum menentukan
strategi media perlu dipertimbangkan sasaran
segmentasi pasar terlebih dahulu.
a. Demografi, faktor demografi merupakan faktor
paling luas, daintaranya adalah faktor jenis
kelamin, usia, keluarga, pekerjaan, pendidikan,
agama, ras, kebangsaan dan kelas sosial.
Berdasarkan demografi sasaran yang tujukan
adalah masyarakat yang berusia dewasa antara 20-
45 tahun, karena pada usia ini orang akan lebih
peduli akan alam dan senang melakukan gerakan
ke arah positif.
b. Geografi, merupakam ilmu yang mempelajari
tentang bumi, seperti wilayah daratan maupun
lautan, iklim. Tetapi geografis di sini lebih tertuju
pada lokasi, daerah tempat untuk dijadikan sebagai
penyampaian pesan kampanye atau promosi dalam
usaha. Berdasarkan faktor geografi sasaran yang
dituju adalah masyarakat baik yang tinggal di desa
maupun di kota karena gerakan kampanye ini
dituju untuk masyarakat yang punya kesadaran
lebih akan kepedulian alam.
c. Psikografi, adalah salah satu istilah untuk gaya
atau pola hidup seseorang, menggunakan waktu
1259
dan uang. Psikografis, dinyatakan lewat AIO (
Activies, Interest, and Opinion ). Aktivitas berupa
bekerja, hobi, sosial, mencari hiburan, club
membership, kontinuitas, belanja, olah raga.
Interest atau minat berupa keluarga, rumah,
pekerjaan, komunitas, rekreasi, fashion, makanan,
media achievements. Sedangkan opinion atau
pendapat berupa self, isu-isu sosial, politik, bisnis,
ekonomi, pendidikan, produk, masa depan,
budaya. Berdasarkan psikografi sasaran yang
dituju adalah masyarakat yang sifatnya loyalitas
dan cinta / peduli alam.
d. Behavior merupakan faktor mengenai cara
pandang atau tingkah laku masyarakat terhadap
sesuatu seperti hobi. Behavior disini diartikan
kesukaan,kebutuhan masyarakat akan sesuatu.
Dari segi behavior target yang dituju adalah
masyarakat yang bersifat suka menanam, berkebun
atau menghijaukan alam (hutan).
Strategi kreatif
Strategi kreatif merupakan upaya pendekatan
media promosi untuk memaksimalkan daya tarik
visual melaui bentuk isi dan perwujudan media.
Adapun strategi kreatif yang dilakukan pada media
komunikasi visual Reboisasi hutan lindung di Bali
antara lain:
1260
a. Pesan
Pesan yang akan disampaikan dalam media ke
masyarakat adalah dengan memperlihatkan visual
hutan yang benar-benar rusak agar masyarakat
lebih terdorong hatinya untuk reboisasi hutan
lindung di Bali.
b. Strategi visual
Strategi visual yang akan ditampilkan dalam
media kampanye akan menggunakan teknik digital
imaging yang di olah menggunakan software
computer seperti photoshop agar dapat
memberikan kesan nyata. Untuk penggunaan
warna akan lebih dominan menggunakan warna
hitam dalam ilustrasi agar lebih terkesan seram,
sesuai strategi yang akan digunakan.
c. Gaya visual
Gaya visual yang digunakan pada media
menggunakan gaya nightmare atau mimpi buruk
karena media yang nantinya dibuat akan dominan
menggunakan warna gelap guna terkesan
menakutkan.
d. Positioning
Tindakan yang dilakukan untuk merancang media
kampanye agar masyarakat mau merespon media
dengan baik adalah dengan membuat desain yang
lebih kreatif, efektif dalam artian tmembuat desain
yang lebih realistis atau nyata dari desain yang
1261
sebelumnya yang sudah pernah ada. sehingga
masyarakat akan lebih menarik untuk
memperhatikan dan membaca pesan yang ingin
disampaikan. Dengan begitu diharapkan
masyarakat akan terdorong untuk reboisasi hutan
lindung di Bali.
Konsep Desain
Konsep adalah gagasan atau ide mentah
yang menjadi dasar atau acuan dalam proses
perancangan. Jadi untuk perancangan media yang baik
akan sangat diperlukan sebuah konsep guna untuk
mendapatkan hasil desain media yang efektif dan
sesuai kriteria desain. Untuk konsep yang akan
digunakan dalam perancangan media desain kampanye
reboisasi hutan lindung di Bali adalah nightmare atau
mimpi buruk. Penggunaan konsep ini dimaksudkan
untuk mendorong niat masyarakat untuk lebih peduli
dengan alam dengan memperlihatkan visual hutan
yang benar-benar rusak, dengan seperti itu masyarakat
akan lebih peduli dengan hutan dan keseimbangan
ekosistem alam akan tetap terjaga dan kwalitas
oksigen akan meningkat.
Unsur – unsur visual desain
Pada umumnya unsur – unsur visual yang
digunakan pada setiap media yang dibuat pada
1262
keseluruhan memiliki kesamaan tema satu dan yang
lainnya. Tetapi ada beberapa perbedaan yang terdapat
dari media – media tersebut diantaranya yaitu:
a. Ilustrasi
Iluastrasi yang digunakan dalam perancangan
media komunikasi kampanye reboisasi hutan
lindung di Bali menggunakan ilustrasi tampilan
hutan rusak akibat kebakaran dan penebangan
secara liar yang terdapat beberapa binatang
monyet sedih akibat kehilangan rumah atau tempat
tinggal mereka ditambah beberapa penambahan
efek agar terkesan meyedihkan dan menakutkan.
b. Warna
Warna yang digunakan dalam perancangan media
komunikasi kampanye reboisasi hutan lindung di
Bali diantaraya merah pada judul poster “bangun
kembali rumah kami” agar terkesan tegas dan
bahaya. Warna hijau dan biru digunakan pada
tagline “menanam untuk alam” dimana warna
hijau diartikan sebagai warna alam yang natural,
sejuk sedangkan warna biru dikaitkan dengan
warna air, dimana setiap melakukan penanaman
akan ada unsur air saat setelah penanaman.
Kemudian pada isi menggunakan kalimat “mari
ulurkan ulurkan tangan, reboisasi hutan lindung di
Bali” menggunakan warna putih yang berarti suci /
sebuah ajakan yang dituju kepada orang pencinta
1263
alam yang benar-benar tulus untuk mau
melakukan reboisasi hutan linding di Bali.
c. Teks
Untuk teks, pada media yang dibuat menggunakan
beberapa teks judul “bangun kembali rumah
kami”, tagline “menanam untuk alam”, isi “mari
ulurkan tangan, reboisasi hutan lindung di Bali”
yang merupakan sebuah peringatan dan ajakan
untuk menanam kembali hutan lindung di Bali
yang rusak akibat kebakaran dan penebangan
secara liar. Kemudian beberapa teks informasi
alamat facebook dan twetter “menanam untuk
alam” untuk memberitahukan ke masyarakat
alamat dari media sosial yang digunakan.
d. Tipografi
- Pada judul menggunakan teks “bangun
kembali rumah kami” menggunakan typografi
jenis san serif dengan font Century Gothic.
- Untuk teks tagline menggunakan teks
“menanam untuk alam” menggunakan
typografi jenis script font Freehand521 BT.
Pada teks “untuk” dan pada teks “menanam
alam” menggunakan jenis font san serif
dengan font Britannic Bold.
- Pada teks isi “mari ulurkan tangan reboisasi
hutan lindung di Bali” menggunakan jenis
1264
typografi san serif dengan font Century
Gothic.
Dari seluruh jenis typografi yang digunakan
dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan
guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat
dimana nantinya dapat memberikan keseimbangan
informasi yang dinamis.
Tampilan desain
1. Iklan Koran
Gambar 1. desain media iklan koran
( sumber : penulis, 2015 )
1265
2. Video iklan
Gambar 2. tampilan video iklan
( sumber : penulis, 2015 )
3. Pin
Gambar 3. tampilan Desain Pin
(sumber : penulis, 2015 )
1266
4. T-shirt
Gambar 4. tampilan Desain T-shirt
(sumber : penulis, 2015 )
5. Billboard
Gambar 5. desain media billboard
(sumber : penulis, 2015 )
1267
3. PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan dan penelitian
pada studi kasus yang diangkat, dengan judul
perancangan media komunikasi visual sebagai sarana
kampanye reboisasi hutan lindung di Bali, maka
berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan
pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Media komunikasi visual yang efektik dan tepat
dalam upaya mengkampanyekan reboisasi hutan
lindung di Bali adalah Iklan Koran, Video, Poster,
Billboard, T-shirt, Gantungan kunci, Pin, Tempat
sampah, Media sosial, X-banner, Flyer, Stiker.
2. Melalui penggunaan konsep Nightmare atau
mimpi buruk diharapkan Media Komunikasi
Visual yang sudah terealisasi dapat merubah pola
pikir masyarakat terhadap hutan lindung di Bali
maka ancaman terhadap hutan lindung dan
ekosistem alam di Bali akan terjaga dan seimbang.
1268
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA
UNTUK MEMPERKENALKAN
PRIVATE URBAN FARMING DI DENPASAR
Oleh :
Ni Ketut Alit Ratna Pertiwi (1), Shiila Maswir, S.Sn.(2),
Ni Made Sri Wahyuni Trisna, S.Sn.,M.Sn.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan kehidupan
manusia yang semakin modern, pertambahan
penduduk dan pertukaran budaya membuat
keberadaan Ruang Terbuka Hijau semakin berkurang.
Di Bali, khususnya di Kota Denpasar, jumlah Ruang
Terbuka Hijau Publik berada di bawah standar yang
ditetapkan pemerintah dan keadaan Ruang Terbuka
Hijau Privat pun lebih buruk lagi. Orang – orang
sepertinya terlalu sibuk sehingga mereka tidak
memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan sosial. Oleh
karena itu, diperlukan solusi Baru untuk melakukan
penghijauan kota dengan cara yang lebih
menyenangkan yaitu dengan mengaplikasikan metode
Private Urban Farming. Berdasarkan pada konsep
Fun and Sophisticated yang berarti menyenangkan dan
berpikiran ke depan kemudian dijadikan sebagai acuan
dalam pemilihan unsur desain yang akan diaplikasikan
pada media terpilih diantaranya booth, Iklan majalah,
1269
brochure, homepage website, billboard, seedling kit,
desk calendar, X- banner, dan poster.
Kata kunci : Urban Farming, gaya hidup, desain
komunikasi visual.
ABSTRACT
With the progress of society’s living
standard which is getting modernized, the
increasement of population so do cultural exchange
has reduce the Green Open Space. In Bali especially
in Denpasar city, the Green Open Space is below the
government standard and the Private Green Space
getting even worse. Community seems to be too busy
so that there’s no time to attend any social activities.
Therefore, it is needed to have a brand new solution to
do reforestation in much more fun way. Based on Fun
and Sophisticated concept, then it is used as a
guidance in choosing the design elements that will be
applied on the selected media such as booth, magazine
ads, brochure, website homepage, billboard, seedling
kit, desk calendar, X- banner, and poster.
Keyword : Urban Farming, lifestyle, visual
communication.
1270
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam fungsinya sebagai pusat terjadinya
berbagai aktivitas manusia, kota mengalami
perkembangan yang sangat pesat menyebabkan
pertambahan penduduk serta peningkatan pada
kebutuhan akan ruang dalam rangka memenuhi segala
kepentingannya. Semakin meningkatnya permintaan
akan ruang untuk permukiman dan lahan terbangun,
maka akan berdampak kepada semakin merosotnya
kualitas lingkungan.
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang menjelaskan bahwa luas Ruang Terbuka Hijau
minimal 36% dari luas wilayah (Negara, Provinsi,
Kota/Kabupaten) terdiri dari 20% Ruang Terbuka
Hijau Publik dan 16% Ruang Terbuka Hijau Privat.
Sebuah artikel yang dimuat pada Koran Tokoh
11 Januari 2013 menyatakan bahwa jumlah Ruang
Terbuka Hijau di Kota Denpasar yakni 18,32% berupa
Ruang Terbuka Hijau Publik dan 17,96% Ruang
Terbuka Hijau Privat. Menurunnya kuantitas dan
kualitas Ruang Terbuka Hijau mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan perkotaan.
Diperlukan pemikiran jauh ke depan, yang tidak hanya
berorientasi pada pemenuhan tujuan berjangka
pendek, dan perlu reorientasi visi pembangunan kota
1271
lebih mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan
dan keberlanjutan pembangunan secara kreatif.
Salah satu pengaplikasian Ruang Terbuka
Hijau adalah di dalam lingkungan perumahan
khususnya permukiman padat di kota yang lebih
dikenal dengan istilah Urban Farming. Urban Faming
merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan masyarakat di wilayah perkotaan dan
pinggiran kota untuk menghasilkan bahan pangan,
bahan baku industri, energi serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya.
Kegiatan Urban Farming telah banyak
diterapkan di kota – kota besar di Indonesia, akan
tetapi di Bali sendiri, pengetahuan masyarakat
mengenai pengaplikasian metode Urban Faming
masih kurang sehingga sangat diperlukan adanya
kegiatan untuk memperkenalkan metode Private
Urban Faming ini kepada masyarakat Kota Denpasar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis
merasa sangat penting untuk mengadakan kegiatan
untuk memperkenalkan metode Private Urban
Farming ini kepada masyarakat Kota Denpasar agar
masyarakat mengetahui tentang keberadaan metode
penghijauan yang sederhana, unik dan menarik yang
dapat dilakukan di tengah aktifitas mereka yang padat
sebagai penghias rumah, penghilang stress serta dapat
menjadi sarana rekreasi Baru yang menyenangkan.
1272
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin disampaikan
adalah sebagai berikut:
- Media apa saja yang efektif dan sesuai untuk
melengkapi kegiatan kampanye untuk
memperkenalkan Private Urban Farming di Kota
Denpasar?
- Bagaimana mendesain media komunikasi visual
yang efektif dan komunikatif sebagai sarana
pendukung kampanye untuk memperkenalkan
gerakan Private Urban Farming bagi masyarakat
Kota Denpasar?
Tujuan Perancangan
a. Tujuan Umum
- Memberikan pengetahuan tentang pentingnya
keberadaan Ruang Terbuka Hijau kepada
masyarakat Kota Denpasar;
- Memberikan alternatif untuk menciptakan
Ruang Terbuka Hijau Privat dengan
memperkenalkan teknik Private Urban
Farming;
- Menjadikan Urban Farming sebagai kegiatan
yang disenangi oleh masyarakat Kota; dan
- Menambah jumlah Ruang Terbuka Hijau
Privat di Kota Denpasar.
1273
b. Tujuan Khusus
- Dapat memilih media yang efektif dan sesuai
untuk melengkapi kegiatan kampanye Private
Urban Farming di Denpasar; dan
- Dapat merancang visual yang tidak hanya
dapat menyampaikan pesan dengan baik
namun juga memiliki tampilan yang menarik
sehingga mampu mempengaruhi target
audience.
Metode Pengumpulan Data
a) Metode Observasi
Penulis mendapatkan data hasil pengamatan
lapangan mengenai pelanggaran-pelanggaran Jalur
Hijau di Kota Denpasar dari Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Denpasar.
b) Metode Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan Kasi
Penataan Ruang Kota, Ibu Luh Kade Tuwiyadhi,
ST untuk mendapatkan informasi terkait peraturan
yang mengatur tentang tata ruang Kota Denpasar
serta data lapangan jumlah Ruang Terbuka Hijau
di Kota Denpasar saat ini.
c) Kepustakaan
Penulis mengunjungi Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Denpasar dan mendapatkan data
berupa Peraturan Daerah yang digunakan sebagai
1274
acuan dalam memberikan izin untuk pengolahan
lahan di Kota Denpasar. Penulis menggunakan
buku Desain Komunikasi Visual sebagai acuan
teori, buku penataan lingkungan dan ruang kota,
serta buku pertanian kota untuk mendapatkan
informasi tentang pengembangan Urban Farming.
d) Metode Dokumentasi
Penulis mengumpulkan foto keadaan Ruang
Terbuka Hijau Publik di beberapa tempat yang
telah dikunjungi.
e) Kajian Internet
Kajian internet adalah cara mengumpulkan data
melalui internet yaitu mencari data-data dan
artikel-artikel yang berkaitan dengan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Denpasar dan data-data
yang berkaitan dengan kreativitas Urban Farming.
PEMBAHASAN
Brainstorming
Pada penerapannya, Private Urban Farming
memberi manfaat dari segi Ekomomi dan Estetika.
Dari segi ekonomi, kegiatan ini dapat dilakukan
dengan menanam buah, sayuran atau rempah – rempah
perlengkapan dapur lainnya. Dalam fungsi estetika,
selain yang umum dilakukan di halaman rumah,
kegiatan Private Urban Farming juga dapat
diterapkan sebagai bagian interior rumah.
1275
Tanaman juga berperan sebagai penghasil O2
dan mengurangi kadar CO2 dalam rumah, sarana
rekreasi dan olah raga ringan, dapat meredam
kebisingan sehingga berfungsi sebagai penghilang
stress. Dari berbagai manfaat dan penerapan Private
Urban Farming, dapat dilihat bahwa kegiatan ini
menjadi sesuatu yang unik, menyenangkan, dan
hipster karena kegiatan Private Urban Farming ini
merupakan kegiatan bercocok tanam yang elite.
Gambar 1. Brainstorming
1276
Dari hasil brainstorming yang dilakukan dan
melihat target audience yang dipilih, maka penulis
menentukan konsep yaitu “FUN and
SOPHISTICATED” dengan keyword down to earth,
imagination, fresh, illustration dan modern.
Target Segmentasi Pasar
a) Demografi : Target kegiatan ini adalah laki – laki
dan perempuan usia 25 – 35 tahun, lajang maupun
telah menikah dengan pendidikan setara D3 – S1
dan bekerja sebagai karyawan maupun yang
memiliki usahanya sendiri.
b) Geografis : Target lokasi dari kampanye ini
adalah Kota Denpasar.
c) Psikografis : Kalangangan menengah ke atas
dengan gaya hidup modern.
d) Behavior : Kelompok masyarakat yang belum
mengetahui metode Private Urban Farming dan
bersikap tak acuh terhadap himbauan pemerintah.
VALS
a) Value : Merupakan orang-orang yang memiliki
pengetahuan kurang tentang metode Private
Urban Farming akibat terlalu sibuk bekerja
sehingga tidak banyak waktu yang mereka miliki
untuk melihat informasi.
1277
b) Attitude : Merupakan orang yang kurang peduli
pada keadaan lingkungan. Lebih sering berada di
dalam ruangan ber-AC, mencari sarana hiburan
penghilang stress di lingkungan modern seperti
mall dan lain – lain.
c) Lifestyle : Kalangan menengah ke atas yang
memikirkan cara untuk terus meningkatkan taraf
dan kualitas hidupnya dengan materi. Kurang
memperhatikan informasi dan himbauan sehingga
informasi yang berada di luar lingkup pemenuhan
tujuannya sulit untuk diterima.
Strategi Kreatif
a) Pesan : Bahwa kegiatan berkebun tidak selalu
menuntut lahan luas, berkebun dapat menjadi
kegiatan yang menyenangkan dan bernilai estetika.
b) Strategi Visual
Visualisasi Gambar
Ilustrasi gabungan antara fotografi dan freehand.
Visualisasi Huruf
Menggunakan Typeface jenis Serif yang
memberikan kesan modern.
Visualisasi Warna
Warna yang akan digunakan adalah warna –
warna yang berkaitan dengan alam.
c) Gaya Visual
Gaya visual yang imajinatif dimana penulis
1278
menggabungkan foto dengan ilustrasi yang
mengajak audience untuk berimajinasi dan
membayangkan jika visual tersebut diterapkan
pada kehidupan nyata.
d) Positioning
Dalam hal ini, metode Private Urban Farming
memiliki positioning yang baik, diantaranya
bahwa kebanyakan kegiatan dengan tujuan serupa
hanya mengajak masyarakat untuk menanam
pohon yang nantinya akan tumbuh besar namun
memerlukan waktu lama untuk dapat dinikmati
hasilnya.
e) Unique Selling Point (USP)
Tidak membutuhkan lahan luas, perawatan
yang mudah, serta tidak perlu waktu bertahun-
tahun untuk dapat menikmati hasilnya.
Diaplikasikan sebagai bagian interior rumah,
sehingga berpengaruh juga pada keindahan
area pribadi setiap individu itu sendiri,
menjadi sarana rekreasi penghilang stress,
sarana untuk memperoleh quality time
bersama anak – anak yang secara tidak
langsung mengajarkan mereka untuk peduli
terhadap lingkungan.
1279
Konsep Desain
Kegiatan penghijauan kota memerlukan
sebuah alternatif Baru yang lebih unik dan kreatif serta
desain visual media kampanye yang lebih modern
untuk dapat diterima oleh masyarakat kota yang
modern.
Berdasarkan analisa di atas, penulis memilih
konsep “Fun and Sophisticated” yang berarti
menyenangkan dan berpikiran ke depan. Pemilihan
konsep ini didasari keinginan penulis untuk
menunjukkan bahwa berkebun dapat menjadi kegiatan
yang menyenangkan dan memberikan banyak manfaat
kepada masyarakat. Keyword yang dipilih adalah
down to earth, imagination, fresh, illustration dan
modern.
Desain akan dibuat lebih modern dengan
menggunakan unsur – unsur desain seperti ilustrasi
gabungan antara foto dan freehand, warna – warna
turunan untuk memberikan kesan modern, teks
(copywriting) yang disusun menggunakan bahasa yang
berkesan modern, serta jenis huruf Serif sehingga
desain akan terlihat modern, muda, dan tetap sesuai
dengan tema kampanye.
Visualisasi Desain
a. Logo Kampanye
Judul dan logo merupakan identitas utama
1280
kampanye Private Urban Farming ini. Judul yang
dipilih terdiri dari dua kata, yaitu “Sow Seed” yang
berarti “Menabur Benih”. Nama ini dipilih karena
kampanye ini merupakan yang pertama kalinya.
Penulis ingin menunjukkan kesan sebuah permulaan
pada nama kampanye. Pada logo, penulis
menggunakan gabungan antara font komputer dengan
ilustrasi. Logo tersebut disertai dengan tagline “A
Little Piece of Earth at Your Home”. Kalimat tersebut
menunjukkan kedekatan dengan alam, hubungan yang
baik mulai tercipta dengan memiliki sedikit bagian
dari alam di tempat tinggal kita.
a. Logo
Gambar 2. Desain Logo
1281
b. Booth
Gambar 3. Desain Booth
c. Homepage Website
Gambar 4. Desain Website
1282
d. Homepage Website
Gambar 5. Desain Brosur
1283
e. Seedling Kit
Gambar 6. Desain Seedling Kit
1284
KESIMPULAN
Media komunikasi visual merupakan salah
satu cara untuk memperkenalkan suatu hal Baru
kepada masyarakat. Begitu juga dengan metode
Private Urban Farming ini akan menggunakan media
komunikasi visual sebagai sarana untuk
memperkenalkannya kepada masyarakat Kota
Denpasar melalui media yang telah dipilih berupa
booth, Iklan majalah, brochure, homepage website,
billboard, seedling kit, desk calendar, X- banner, dan
poster. Berdasarkan analisa yang dilakukan, maka
penulis memilih “Fun and Sophisticated” sebagai
konsep yang akan menaungi keseluruhan desain media
komunikasi visual yang dibuat yang akan digunakan
sebagai acuan dalam pemilihan unsur – unsur desain
agar keseluruhan desain dapat terintegrasi dengan
baik.
Melalui perancangan media komunikasi visual
yang mengacu pada kehidupan masyarakat modern,
akan membuat masyarakat lebih tertarik dan lebih
mudah mencerna pesan yang ingin disampaikan dalam
desain yang dibuat.
1285
Daftar Pustaka
Al-Bahra.2005.Analisis Dan Desain Sistem
Informasi/Al-Bahra bin
Ladjamudin- Edisi pertama.Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Dwijatmiko, Andika.2009.Irama Visual Edisi
Revisi.Yogyakarta: Jalasutra dan
ISI Yogyakarta.
Emzir.2010.Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis
Data.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hendratman, Hendi. 2009. Graphics Desain.
Bandung: Informatika.
Kotler, Philip dan Kevin Lane
Keller.2008.Manajemen Pemasaran (Edisi
Kedua
Belas)Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Indeks Jakarta.
Kusrianto, Adi.2007.Pengantar Desain Komunikasi
Visual.Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
1286
Ruslan,Rosady.2008. Manajemen Public Relatoins &
Media Komunikasi.Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.
Safanayong, Yongky.2006. Desain Komunikasi Visual
Terpadu. Jakarta Barat: ARTE INTERMEDIA.
Santosa, Sigit.2002.Advertising Guide Book.Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi.2009.Dasar-dasar Tata Rupa &
Desain (Nirmana). Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Sarwono, Jhonatan & Lubis, Hary.2007 Metode Riset
Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Sofiyah.2004.Kamus Lengkap 700 Juta.Surabaya:
MITRA PELAJAR.
Widowati, Heningtyas & Novi Mayasari. 2007. Irama
Visual. Yogyakarta: Jalasutra dan ISI Yogyakarta.
Widyawati, Nugraheni.2013.Urban Farming Gaya
Bertani Spesifik Kota. Yogyakarta: Penerbit Andi.
1287
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL DAN
SARANA PROMOSI URBAN CAFÉ DI BALI
Oleh :
Komang Ananta Sastrawan(1), I Dw Agung Gede Agung
Witara Sagamora, S.Sn.(2), Gede Lingga Ananta Kusuma
Putra, S.Sn.,M.Sn.(3) Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
Email: [email protected]
ABSTRAK
Di era modern ini, Khususnya di Bali sendiri
bisnis cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan.
Dilihat dari banyaknya masyarakat khususnya remaja
pada daerah perkotaan yang gemar nongkrong pada
tempat-tempat yang menarik yang mampu
menghadirkan kenyamanan,hiburan seperti live music
serta terdapat berbagai macam makanan dan minuman
seperti halnya sebuah cafe.Tak sekadar sebagai area
makan, banyak masyarakat yang menjadikan cafe
sebagai tempat untuk berkumpul. Hal itu ditinjau dari
gaya hidup masyarakat masa kini yang cenderung
senang bertatap muka, bersantai dan berbincang.
Urban Cafe merupakan salah satu cafe yang
Baru saja berdiri sebuah cafe dengan konsep unik,
yaitu cafe yang mengambil konsep Urban. Tapi di
masa memperebutkan pangsa pasar yang sangat ketat
seperti sekarang ini, Urban Cafe tidak hanya bisa
mengandalkan produk yang berkualitas, harga yang
1288
bersaing dan pelayanan yang baik. Tetapi harus
didukung juga oleh identitas dan karakter cafe yang
kuat agar menjadikan sebuah daya tarik tersendiri
untuk menarik minat para konsumen. Maka dari itu
cara yang tepat adalah merancang kembali identitas
visual dan sarana promosi Urban Cafe Bali melalui
perancangan media komunikasi visual yang sesuai
dengan konsep yang diharapkan .
Konsep dasar perancangan yang digunakan
yaitu “Urban Stencil” dengan menonjolkan beberapa
visual pattern yang mengGambarkan visualisasi
perkotaan serta menggunakan gaya stencil untuk
membentuk Typografi dan beberapa pattern yang
mengGambarkan illustrasi dari bahan makanan dan
makanan. Melalui identitas yang Baru dan media
promosi yang dirancang diharapkan menimbulkan
daya tarik konsumen agar menjadikan Urban Cafe
sebagai alternatif bentuk pemecahan masalah yang
bingung akan kemana ingin pergi makan sambil
menikmati suasana yang berbeda
Kata Kunci : Identitas Visual,Urban Cafe, Urban
Stencil, Konsumen.
ABSTRACT
In this modern era, Especially in Bali, the
business of Cafe is something deferral, Judging from
the large number of community , especially teenagers
in urban areas who liked to hang out at places of
interest are able to bring comfort , entertainment such
1289
as live music and there is a wide variety of food and
beverages as well as a Cafe .not only for eating area,
many society make it for meeting place. This Cafe
reviewing from the lifestyle society nowadays, who
more like face to face, relax and chatting.
Urban Cafe is the newly one established
Cafe with the unique concept, the Cafe is taking the
concept of urban. But in competing the very tight
market share like this era, the Urban Cafe is not only
rely on the quality of the product, competitive price,
and the good service, but it must be supported by the
identity and the strong of character of the Cafe to
make an attraction to attract consumer interest.
Therefore , the right way is redesign the visual identity
and promotion of Urban Cafe Bali by design
communication visual with the concept of expected.
The basic concept of design being used “
Urban Stencil “ featuring some of the visual pattern
that depict Urban visualization, as well as using the
style of stencil to form Typography and some pattern
that depict illustrations of foodstuffs and food.
Through the new identity and media promotion design
to expect raises consumer attraction to make Urban
Cafe as an alternative form of problem solving for the
one who confused where should go for eat while
enjoying a different atmosphere.
Keyword : Visual Identity,Urban Cafe, Urban Stencil ,
Consumer.
1290
PENDAHULUAN
Di era modern ini, Khususnya di Bali sendiri
bisnis cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan.
Dilihat dari banyaknya masyarakat khususnya remaja
pada daerah perkotaan yang gemar nongkrong pada
tempat-tempat yang menarik yang mampu
menghadirkan kenyamanan hiburan seperti live music
serta terdapat berbagai macam makanan dan minuman
seperti halnya sebuah cafe. Tak sekedar sebagai area
makan, banyak masyarakat khususnya remaja yang
menjadikan café sebagai tempat untuk berkumpul,
bertatap muka, ataupun meeting. Hal itu ditinjau dari
kebiasaan masyarakat perkotaaan yang suka melepas
penat atau lelah di cafe atau restoran siap saji usai
buBaran sekolah, kuliah atau pulang kerja, yang
belakangan ini merupakan tren gaya hidup remaja dan
eksekutif di setiap kota besar. Dengan semakin
tingginya daya beli masyarakat segmen ini, usaha café
akan makin kebanjiran pembeli.
Jadi, saat ini setiap pebisnis dibidang usaha
cafe harus berpikir lebih kreatif untuk menciptakan
konsep yang berbeda dari cafe – cafe yang sudah ada.
Hal ini sudah tentu untuk menarik perhatian
pengunjung. Pada umumnya, para Owner cafe terlebih
dahulu mensurvei apa yang menjadi tren di pasaran
masyarakat atau dari kebiasaan – kebiasaan
masyarakat. Masyarakat kebanyakan suka dengan
1291
sesuatu yang Baru dan berbeda dari yang sudah ada.
Pada saat ini cafe di Bali cukup banyak yang menarik
perhatian konsumen karena kelebihan – kelebihan dari
cafe itu sendiri. Namun masih saja banyak konsumen
yang bingung jika ingin pergi makan sambil
menikmati suasana yang ada. Adapun pengertian cafe
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) yaitu :
“Cafe adalah tempat minum kopi yang pengunjungnya
dihibur dengan musik suatu tempat minum yang
pengunjungnya dapat memesan makanan, minuman,
dan kue- kue.” Sedangkan di Indonesia, cafe
dimodifikasi menjadi tempat yang juga menjual
makanan berat dan menampilkan hiburan seperti live
music dan sebagainya.
Urban Cafe merupakan salah satu cafe yang Baru
saja berdiri sebuah alternatif bentuk pemecahan
masalah bagi konsumen yang bingung akan kemana
ingin pergi makan sambil menikmati suasana yang
berbeda. Sebuah cafe dengan fasilitas yang baik
seperti infratruktur bangunan yang modern dengan
hiasan beberapa street art seperti mural didindingnya
serta beberapa interior klasik yang mampu
memanjakan setiap konsumen yang datang. Urban
Cafe ini juga memiliki potensi yang besar untuk terus
berkembang sebagai cafe yang menjadi tujuan utama
para konsumen karena letaknya yang strategis
ditengah tengah pusat kota, harga bersaing, tempat
1292
yang nyaman, menu minuman dan makanan yang
variatif. Namun di masa memperebutkan pangsa pasar
yang sangat ketat seperti sekarang ini, Urban Cafe
tidak hanya bisa mengandalkan pada produk yang
berkualitas, harga yang bersaing dan pelayanan yang
baik. Tetapi harus didukung juga oleh identitas dan
karakter cafe yang mencerminkan konsep Urban itu
sendiri dan upaya – upaya dalam mempromosikan
Urban Cafe. Urban Cafe sendiri adalah sebuah cafe
yang Baru berdiri dan hanya memiliki beberapa media
promosi seperti plang nama , T- shirt dan Kartu nama
serta Logo dengan visualisasi Cangkir Kopi seperti
halnya sebuah Coffe Shop pada umumnya yang hanya
menjual Kopi dan beberapa jenis Kue. Oleh karena itu,
Visualisasi Logo Urban Cafe saat ini bagi sang Owner
belum mampu mengGambarkan identitas dan karakter
Urban Cafe dimana sebuah cafe yang menghadirkan
sebuah tempat nongkrong dengan banyak jenis
makanan dan minuman serta cafe yang menghadirkan
sebuah tempat yang mengGambarkan konsep Urban
itu sendiri. Dari permasalahan tersebut membuat
konsumen kurang tanggap dengan ciri khas dan
keunggulan dari Urban Cafe itu sendiri. Berdasarkan
dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk
mengangkat kasus ini dan mencoba merancang
identitas visual yang memperkuat identitas perusahaan
1293
dan media promosi yang efektif agar dapat memenuhi
tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu tujuan umum dan khusus, berikut penjelasannya:
Tujuan Umum
a. Mendapatkan informasi yang sesuai untuk
digunakan dalam perancangan identitas visual dan
media promosi sebuah usaha jasa makanan.
b. Mahasiswa diharapkan dapat berinteraksi serta
mengembangkan wawasan berpikir sehingga
mampu memperkenalkan Urban Cafe Bali kepada
masyarat luas.
Tujuan Khusus
a. Agar dapat mengetahui proses merancang identitas
visual dan media yang efektif untuk
mempromosikan Urban Cafe Bali
b. Dapat mendesain media komunikasi visual sesuai
dengan ilmu desain komunikasi visual dalam
merancang kebutuhan promosi Urban Cafe Bali.
Metode Pengumpulan data
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode
pengumpulan data dengan melakukan pencatatan
1294
secara sistematis atas kejadian kejadian, perilaku
dan objek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan guna mendukung penelitian yang
dilakukan. (Sarwono & Lubis, 2007:100).
Observasi ini dilakukan dengan pengamatan
secara langsung ke Urban Cafe Bali mengamati
situasi dan lingkungan dari cafe tersebut dengan
bantuan media alat tulis dan Kamera DSLR.
b. Metode Wawancara
Metode pengumpulan data adalah metode
yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya
jawab dan dilakukan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode
pengumpulan dengan cara mengadakan
percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara
dengan yang diwawancarai (Moleong, 2001 :62).
Penulis menggunakan wawancara terbuka yaitu
tanya jawab secara langsung kepada pemilik
Bapak Putu Hadhi Dharmawan dan Ibu Tutut
selaku Owner dari Urban Cafe Bali. Untuk
mendapatkan data-data yang obyektif.
c. Metode Kepustakaan
Metode ini menggunakan literatur untuk
data komparatif dalam menunjang semua data
1295
yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan
untuk memperoleh teori-teori dan mempelajari
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
penulisan ini dan menunjang keabsahan data yang
diperoleh di lapangan (Moleong, 2001:113).
Metode kepustakaan adalah mencari data literatur
yang berhubungan dengan desain komunikasi
visual, meliputi buku, Koran, Majalah, Kamus,
Internet, dan Media komunikasi lainnya yang erat
kaitannya dengan objek permasalahan.
d. Metode Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan
mencatat data-data dari hasil survey baik berupa
artikel, seleBaran, foto dokumentasi dan
sebagainya sebagai data berupa fakta dan sebagai
bukti untuk di pertanggungjawabkan (Moleong,
2001:116). Metode ini dibantu dengan Kamera
DSLR ,dengan pengambilan Gambar-Gambar
bangunan , makanan dan suasana di Urban Cafe
Bali.
PEMBAHASAN
Analisa SWOT
Metode yang digunakan untuk menganalisa
perancangan media promosi untuk Brown & Butter
adalah metode analisis kualitatif. Metode kualitatif
1296
merupakan metode analisa yang digunakan
berdasarkan penglihatan terhadap objek di lapangan.
Penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah –
ubah sesuai dengan kondisi di lapangan, oleh karena
itu, peran peneliti sangat dominan terhadap
keberhasilan penelitian (Sarwono dan Lubis, 2007:
95).
- Strength (Kekuatan) : Memiliki konsep cafe
dengan suasana Urban seperti Hiasan mural yang
dikombinasikan dengan interior bernuansa klasik ,
cafe ini juga memilki Menu makanan dan
minuman yang bervariasi, serta live music di
setiap event atau hari spesial seperti valentine,
natal, tahun Baru
- Weakness (Kelemahan) : logo dan karakter
perusahaan kurang mengGambarkan identitas
perusahaan yang mengGambarkan konsep Urban
itu sendiri, serta kurang memiliki media penunjang
untuk promosi.
- Opportunity (Peluang) : terletak di tempat yang
strategis yaitu di tengah pusat kota dimana
merupakan tempat yang memiliki akses mudah ke
semua fasilitas kehidupan. Selain itu pusat kota
adalah tempat di mana semua bisnis
pendidikan(sekolah) , kantor dan kegiatan pusat
perdagangan berada.
1297
- Threat (Ancaman) : terdapat banyak usaha jasa
makanan seperti restoran dan cafe di Bali
khususnya sekitaran denpasar.
Analisa VALS
Metote analisis VALS merupakan singkatan
dari Value, Attitude and Lifestyle yang dapat diartikan
sebagai nilai, perilaku dan gaya hidup dari target
sasaran. Sistem VALS dapat dipakai untuk
mengidentifikasis kelompok konsumen pada suatu
masyarakat (Susanti, 2011: 119).
Experiencers : kelompok konsumen yang
termotivasi oleh ekspresi diri. Mereka adalah jenis
konsumen yang rata - rata usia 19 - 24 tahun. Mereka
adalah konsumen yang cenderung menghabiskan uang
untuk membeli makanan dan minuman sambil
nongkrong, berkumpul dan bersosialisasi dengan
temannya sikap ini dapat bersifat untuk menampilkan
gaya hidup dari konsumen itu, yang ditunjang dengan
konsep Urban yang disajikan di dalam Urban Cafe
tersebut yang cenderung mengarah kepada kebutuhan
anak muda yang menjadi target utama dalam market
Urban Cafe ini.
1298
Target segmentasi Pasar
- Demografis
Faktor demografi yang digunakan paling
luas adalah jenis kelamin, usia, besarnya keluarga,
siklus kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, kebangsaan dan kelas
sosial. Berdasarkan demografi sasaran yang
diinginkan adalah :
Semua kalangan masyarakat khususnya
remaja Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004:
53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk
memasuki masa dewasa yang penuh dengan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial dan
masa ketergantungan, perubahan serta
penyesuaian diri pada pola hidup. dimana pada
usia ini mereka masih tergolong kurang tanggap
untuk menerima informasi, maka dari itu penulis
akan memberikan informasi lewat desain
komunikasi visual yang singkat, jelas dan padat
kepada mereka agar bisa diterima oleh mereka
dengan mudah.
- Geografis
Didasari atas perbedaan geografi yang berubah
berkenaan dengan daerah, besarnya kota atau area
metropolitan, kepadatan (urban, pinggir kota,
1299
pedesaan) dan iklim atau semua hal yang
menyangkut faktor geografi. Berdasarkan geografi
sasaran yang diinginkan adalah daerah di seluruh
kota Denpasar, khususnya Renon, Panjer, Hayam
Wuruk, dan Sanur yang menjadi daerah terdekat
dari letak Urban Cafe itu sendiri.
- Psikografis
Berdasarkan psikografi (jiwa masyakat yang akan
disasar) Segmentasi ini mengelompokan pasar
dalam variable gaya hidup, nilai, kepribadian dan
tingkat perekonomiannya. Berdasarkan psikografis
sasaran yang diinginkan adalah masyarakat
khususnya remaja dengan tingkat ekonomi
menengah ke atas dimana remaja memiliki
kepribadian yang santai dan menyukai trend yang
Baru atau yang sedang boming. Jadi dalam media
promosi yang akan dirancang nantinya diharapkan
mampu memberikan informasi keunggulan dari
Urban Cafe itu sendiri.
- Behaviour
Behaviour berarti tingkah laku, prilaku seseorang
yang berpengaruh terhadap kepribadiannya.
Dalam strategi media behaviour dari masyarakat
sangat perlu diperhatikan, karena hal ini
berpengaruh terhadap media yang digunakan
untuk promosi. Berdasarkan Behaviour sasaran
yang diinginkan adalah Masyarakat khususnya
1300
anak muda yang memiliki kebiasaan nongkrong
dan berkumpul serta memiliki kebiasaan suka
serta menikmati kuliner. Jadi dalam media
promosi yang akan dirancang nantinya diharapkan
mempunyai suatu daya tarik pesan yang mampu
mempengaruhi, mengajak, dan membujuk para
konsumen untuk datang ke Urban Cafe.
Konsep Desain
Konsep perancangan sesungguhnya, bisa juga
disebut “perencanaan” atau planning (Sanyoto, 2005 :
61). Perencanaan yang matang sangat diperlukan
dalam sebuah perancangan media komunikasi visual.
Perancangan merupakan terjemahan kata design dalam
bahasa Inggris yang artinya “pendesainan” atau
pembuatan desain. Dengan demikian, konsep
perancangan dapat diartikan sebagai konsep desain
yang di Gambarkan berwujud konsep secara tertulis.
Untuk dapat menarik minat sasaran yang
dituju serta pesan yang disampaikan mudah
dimengerti (singkat, padat dan jelas), adapun konsep
dasar dalam merancang media komunikasi visual
sebagai sarana promosi Urban Cafe ini adalah “Urban
Stencil ”. Dilihat dari artinya Urban adalah suatu
perkembangan kota yang melibatkan seluruh elemen-
elemen di dalamnya yang menyangkut kota itu sendiri
dan Stencil adalah teknik yang menggunakan template
1301
untuk mengGambar atau melukiskan visual atau
ilustrasi. Jadi “Urban Stencil” konsep ini nantinya
akan mengacu pada penggunaan visualisasi symbol
atau hal hal yang kita sering kita jumpai di kota yang
dibuat secara abstract menjadi sebuah elemen visual
yang unik. Juga menggunakan bahan makanan
ataupun makanan itu sendiri menjadi sebuah illustrasi
yang dibuat secara Stencil dan dijadikan sebuah
pattern untuk memperkuat identitas Urban Cafe Bali.
Dalam konsep ini, hal yang ingin ditampilkan adalah
Visualisasi perkotaan yang dibuat menjadi elemen
estetis akan dipadukan dengan ilustrasi dari bahan
makanan yang dibuat dengan teknik stencil akan
diolah lewat layout yang minimalis dan seimbang di
setiap proposinya serta logo yang akan selalu menjadi
titik fokus sesuai dengan prinsip desain dan
menggunakan warna hitam,putih dan abu sebagai
warna-warna yang akan digunakan untuk
merepresentasikan unsur Street art pada perkotaan dan
untuk teks akan menggunakan typografi yang terkesan
kokoh dan modern untuk memudahkan dalam
membaca infomasi yang disajikan. Penggunaan
konsep ” Urban Stencil” dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan yang muncul yaitu bagaimana
membuat Urban Cafe dikenal masyarakat yaitu dengan
memperlihatkan ciri khas atau keaslian jati diri dari
Urban Cafe itu sendiri, sebagai sebuah cafe yang
1302
memiliki konsep Urban seperti nama dari cafe ini.
Konsep Urban akan mengacu kepada sebuah
pemikiran yang mencirikan perkembangan kota dan
street art/urban art yang mampu menjadi daya tarik
untuk menarik konsumen khususnya Remaja.
Visualisasi Desain Urban Cafe
a. Logo
Gambar 1 : Desain Logo
1303
b. Video
Gambar 2 : Tampilan Screenshot Video
c. Neon Box
Gambar 3 : Tampilan Desain Neon Box
1304
d. Uniform
Gambar 4 : Tampilan Desain Uniform
1305
e. Iklan Majalah
Gambar 5 : Tampilan Desain Iklan Majalah
KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan proses
perancangan identitas visual dan sarana promosi
1306
Urban Cafe di Bali, penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Melalui perancangan identitas visual dan
perancangan media komunikasi visual sebagai
sarana promosi Urban Cafe Bali dan untuk
menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,
dilakukan dengan merancang identitas visual yang
mampu mencerminkan karakter dan konsep Urban
Cafe yang kuat serta didukung dengan media –
media penunjang seperti Logo , Video , Neon
Box, Stationery set, Iklan majalah , Sign System,
Packaging ,Uniform, Daftar Menu, dan table set
up akan mampu memperkenalkan Urban Cafe Bali
kepada Konsumen .
b. Untuk menghasilkan media komunikasi visual
yang cocok dan sesuai dengan kriteria desain
dalam perancangannya dilakukan melalui analisa
data kemudian ditentukan atau diperoleh konsep
desain yaitu “Urban Stencil”. Dari konsep tersebut
kemudian diterapkan dalam pembuatan beberapa
alternatif unsur-unsur desain, sampai diperoleh
desain dan media terpilih untuk mempromosikan
Urban Cafe Bali dan mampu memberikan
Gambaran sebuah identitas cafe dengan Konsep
Urban seperti nama dari cafe ini.juga Agar mampu
bersaing dengan usaha cafe lainnya dan tentunya
1307
dapat menarik konsumen untuk datang membeli
dan menikmati produk dari Urban Cafe Bali.
Daftar Pustaka
Lexy J. Moleong, 2001, Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan
Anak dan Remaja, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sanyoto, E.S. (2009). Nirmana: Dasar-Dasar Seni
dan Desain. Yogyakarta:Jalasutra.
Sarwono, Jhonatan & Lubis, Harry. 2007. Metode
Riset Untuk Desain Komunikasi Visual .
Yogyakarta : Andi.
Sanyoto, E.S. (2009). Nirmana: Dasar-Dasar Seni
dan Desain. Yogyakarta:Jalasutra.
1308
PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA PROMOSI
MANSHED SANUR DI DENPASAR
Oleh:
I Wayan Surya Dinata (1), I Gusti Ngurah Gede Gitayogi
Irhandi, S.Sn.(2), Ni Made Sri Wahyuni
Trisna,S.Sn.,M.Sn.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali
ABSTRAK
Pesatnya perkembangan pariwisata di Bali
harus di dukung dengan fasilitas penunjang yang baik.
Oleh karena itu, banyak berdiri hotel, restaurant, villa,
dan café sebagai sarana penunjang pariwisata di Bali.
Seiring berkembangnya waktu, hotel, restaurant, villa
dan café sudah tidak lagi hanya menjadi sarana
penunjang pariwisata saja, namun sudah menjadi salah
satu gaya hidup di Bali. Kini, tempat – tempat tersebut
tidak hanya dikunjungi wisatawan luar negeri, namun
banyak waga lokal yang juga menikmati fasilitas
tersebut. ManShed Sanur hadir sebagai salah satu
restaurant yang berkonsep gaya hidup klasik. Dengan
interior yang terbuat dari Barang bekas, ManShed
Sanur memiliki keunikan tersendiri dibanding
restaurant yang lainnya. Selain itu, dalam satu
kawansan ManShed Sanur, tidak hanya terdapat
restaurant saja, namun terdapat pula fasilitas Bar dan
1309
garage. Namun dari berbagai keunggulan yang
dimiliki, Manshed Sanur sangat kurang melakukan
kegiatan promosi sehingga ManShed Sanur menjadi
kurang diketahui masyarakat. Untuk itulah akan
dirancang sebuah media yang akan mempromosikan
ManShed Sanur kepada masyarakat khususya
Denpasar. Dalam penulisan ini metode yang akan
digunakan adalah metode kepustakaan, kajian internet,
metode observasi dan dokumentasi. Dengan adanya
promosi ini, maka diharapkan masyarakat dapat
mengenal dan berkunjung ke ManShed Sanur.
Kata kunci : pariwisata, restaurant, gaya hidup,
klasik, promosi.
ABSTRACT
The rapid development of tourism in Bali
should be supported with good facilities. Therefore,
many hotels, restaurant, villa, and the café builded as
supporting tourism in Bali. But now, hotel, restaurant,
villa and café is no longer just a supporting tourism,
but has become one of the lifestyle in Bali. The place
is not only foreign for tourists, but many locals also
enjoy the facilities. ManShed Sanur is present as one
of the restaurant with the concept of classic lifestyle.
With an interior made from recycled materials,
ManShed Sanur is unique than other restaurant.
Additionally, in one ManShed Sanur area, not only are
restaurant, but there is also a Bar and garage
facilities. However, from a variety of advantages,
1310
Manshed Sanur much less carry out promotional
activities so ManShed Sanur be less known to the
public. For that condition, will be designed a media
that will promote ManShed Sanur, to the public
especially Denpasar area. That will be used in this
writing are literature, internet, observation and
documentation methods. With the promotions, it's
expected that the public can get to know and visit
ManShed Sanur.
Keywords : tourism, restaurant, lifestyle, classic,
promotion.
PENDAHULUAN
Bali merupakan salah satu tujuan wisata
alam dan budaya terkenal di dunia. Sejak tahun
1900an, Bali sudah mulai dikunjungi oleh wisatawan
lokal dan mancanegara. Banyaknya pengunjung yang
datang ke Bali, menjadikan Bali menjadi salah satu
kawasan industri pariwisata. Seiring dengan
perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali,
maka aspek penunjang pariwisata pun tumbuh dengan
pesat pula seperti hotel, villa, travel, cafe, restaurant,
Bar dan tempat hiburan pun semakin terus bertambah.
Dengan adanya fasilitas tersebut, maka wisatawan
dapat nyaman dan menikmati obyek wisata dengan
senang.
Fasilitas yang paling pesat perkembangan
yang di Bali adalah tempat menginap dan tempat
1311
makan. Sekarang ini, telah berdiri ratusan bahkan
ribuan fasilitas tempat menginap yang ada disediakan
untuk para wisatawan. Hal yang sama juga terjadi
dengan perkembangan industri restaurant di Bali. Dari
tahun ke tahun indutri ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Berbagai macam restaurant telah
tumbuh di Bali seperti Chinese, Mexico, Spanyol,
Italian, Indonesia bahkan lokal Bali. Pertumbuhan
restaurant yang menjamur, memberikan berbagai
macam pilihan bagi para wisatawan. Dengan hal itu,
maka persaingan antar restaurant membuat para
pemilik restaurant menjadi lebih kreatif, salah satunya
adalah dengan membuat konsep yang unik. Konsep -
konsep unik ditawarkan dari sebuah restaurant,
sehingga dapat memberikan kesan yang berbeda dari
tempat yang lainnya.
Di Bali, banyak restaurant atau cafe yang
sengaja dibuat dengan konsep unik seperti vintage,
classic, modern atau tradisional. Salah satu restaurant
yang memiliki konsep yang unik dan berbeda dari
restaurant biasanya di Bali yaitu ManShed Sanur.
Restaurant ini terletak di Jl. Tirtanadi II no 9 Sanur,
Bali. Di dalam tempat ini terdapat restaurant,
workshop, distro dan Bar. Restaurant ini
menggunakan Barang - Barang bekas pakai sebagai
properti yang menambah kesan unik, seperti mobil dan
sepeda motor tua, besi bekas, helm, kaleng dan Barang
1312
bekas lainnya. Barang - Barang bekas tersebut di pakai
ulang dan di desain sedemikian rupa sehingga menjadi
property interior yang berfungsi sebagai meja, kursi,
piring, gelas dan property lainnya. Berdekorasi
layaknya workshop untuk motor atau mobil tua,
membuat tempat ini terlihat seperti garasi yang
dipadukan dengan restaurant. Karena keunikan
dekorasi dan properti yang ada, restaurant ini juga
sering menjadi tempat hunting untuk para fotografer.
Dengan konsep yang sangat unik dan sangat berbeda,
maka ManShed Sanur sangat cocok untuk menjadi
salah satu alternatif tempat hangout remaja saat ini.
Namun, ManShed Sanur yang belum genap berumur
satu tahun dan masih minimnya promosi yang
dilakukan oleh pihak ManShed Sanur sehingga
restaurant ini belum dikenal luas oleh masyarakat.
Sejauh ini, pihak ManShed Sanur hanya melakukan
promosi lewat rekan - rekan sesama pecinta motor
atau mobil tua, dan hanya mengandalkan promosi dari
mulut ke mulut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengangkat kasus mengenai perancangan media
sebagai sarana promosi ManShed Sanur untuk dapat
membantu menaikkan jumlah kunjungan ke ManShed
Sanur.
1313
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini
adalah :
a. Mengetahui media yang efektif dan tepat untuk
mempromosikan ManShed Sanur di Denpasar.
b. Merancang media komunikasi visual yang sesuai
dengan kriteria dan prinsip desain sebagai sarana
promosi ManShed Sanur di Denpasar.
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang digunakan adalah:
a. Metode Observasi
Metode Observasi dalah metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara terjun langsung
atau survei ke lapangan untuk mendapatkan data
asli yang ada pada tempat kita melakukan survei.
Metode observasi juga bisa diartikan sebagai suatu
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena atau gejala objek yang sedang diselidiki
(Hadi, 1978: 28). Dalam hal ini, penulis
melakukan penelitian langsung ke ManShed Sanur
yang terletak di Jl. Tirtanadi II no 9 Sanur, Bali
untuk mengetahui tempat dan suasana dari
restaurant tersebut.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengadakan
1314
tanya jawab sepihak, dan dilakukan dengan
sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian. Wawancara ini dapat dilakukan dengan
bertanya langsung ataupun tidak langsung kepada
orang yang dianggap dapat memberikan informasi
secara mendetail dan sebenarnya. Dalam metode
ini, penulis melakukan wawancara dengan saudara
Mr. Igo selaku General Manager dari ManShed
Sanur untuk mendapatkan informasi mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan ManShed Sanur.
c. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah mencari data literatur
yang berhubungan dengan desain komunikasi
visual, meliputi buku-buku, kamus, media cetak
dan media komunikasi lainnya yang erat kaitannya
dengan objek permasalahan. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis dari
beberapa literatur atau bahan bacaan yang dapat di
pertanggungjawabkan kebenarannya (Surakhmad,
1787: 2), misalnya mencari informasi data-data
pada buku, artikel, majalah, surat kaBar, brosur
dan media lainnya. Fungsi dari metode ini guna
lebih memperjelas secara teoritis ilmiah tentang
kasus yang diambil dan juga untuk mencari
pendekatan guna mencari pemecahan masalah
yang berhubungan dengan cara penampilan isi
pesan baik ilustrasi maupun teks dalam merancang
1315
sebuah media komunikasi visual dalam upaya
promosi ManShed Sanur di Denpasar.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pemberian atau
pengumpulan bukti-bukti atau keterangan-
keterangan (seperti Gambar, kutipan, guntingan
koran dan bahan referensi lain) (Sarwono, 2007:
103). Metode dokumentasi yang dilakukan penulis
adalah dengan cara pengambilan sumber data
tertulis melalui Gambar - Gambar yang berguna
sebagai bahan dalam desain yang akan dibuat
nantinya dalam metode ini penulis mengabadikan
Gambar-Gambar yang menyangkut tentang
ManShed Sanur.
e. Kajian Internet
Kajian internet adalah cara mengumpulkan data
melalui internet yaitu mencari data – data dari
suatu situs yang memiliki lisensi dan memiliki
data – data yang berkaitan dengan hal - hal yang
menyangkut tentang ManShed Sanur.
PEMBAHASAN
Analisa SWOT
Analisa SWOT dipergunakan untuk menilai
dan menilai ulang / re-evaluasi suatu hal yang telah
ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan
untuk meminimumkan resiko yang mungkin timbul.
1316
Metode analisa ini biasanya digunakan sebagai acuan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan agar
dapat melihat berbagai kemungkinan dari sudut yang
berbeda. Langkah yang dilakukan dalam metode ini
adalah mengkaji hal atau gagasan yang dinilai dengan
cara memilah dan menginventarisasi sebanyak
mungkin dari segi kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) (Sarwono, 2007: 18).
a. Kekuatan ( Strenght )
- Konsep yang sangat unik yang dimiliki oleh
ManShed Sanur merupakan satu - satunya di
Bali
- Terdapat Bar, Restaurant, Workshop dan Mini
Showroom sehingga menjadi tempat yang
sangat tepat untuk kalangan pecinta motor atau
mobil tua.
- Penggunaan Barang - Barang bekas sebagai
interior ruangan.
- Berlokasi di kawasan wisata Sanur.
- Menyediakan berbagai jenis masakan western
dan tradisional Bali.
b. Kelemahan ( Weakness)
- Kurangnya upaya promosi sehingga kurang
dikenalnya ManShed Sanur oleh kalangan
anak muda Bali.
1317
- Memiliki sedikit kursi dan meja, sehingga
tidak bisa menampung pengunjung yang
banyak.
c. Peluang ( Opportunity )
- Berkembangnya trend berkumpul dan hangout
di restaurant atau cafe di kalangan anak muda
Bali khususnya Denpasar.
- Semakin menjamurnya klub - klub penggemar
motor atau mobil tua di Bali
d. Ancaman ( Threat )
- Banyaknya restaurant / Bar / cafe Baru yang
tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi
Bali.
Analisa VALS
Analisa VALS merupakan sebuah metode
segmentasi pasar yang bersifat psychographic.
Diciptakan pada tahun 1970 untuk menerangkan dan
memprediksi nilai dan gaya hidup serta konsumsi
masyarakat Amerika Serikat disaat itu. Analisa VALS
juga dapat dengan mudah diterapkan untuk
memprediksi kelakuan serta gaya membeli dari pelaku
bisnis dan konsumen. (Sarwono, 2007 : 18). Karakter
konsumen sasaran berdasarkan analisa VALS tentang
ManShed Sanur antara lain :
1318
a. Value
- Masyarakat pekerja, mahasiswa atau pelajar,
dengan tingkat ekonomi menengah keatas.
b. Attitude
- Masyarakat yang senang mencari suasana
Baru.
- Memiliki ketertarikan dengan Barang –
Barang tua, daur ulang dan klasik.
c. Life Style
- Masyarakat yang senang hangout di restaurant.
- Para penggemar atau yang memiliki hobi
mengoleksi motor atau mobil antik.
Target Segmentasi Pasar
Dari beberapa analisa sebelumnya, maka dapat
ditentukan target sebagai berikut :
a. Demografi
Demografi meliputi jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan
tingkat penghasilan. Berdasarkan faktor demografi
sasaran yang diinginkan adalah :
Jenis Kelamin : Laki - Laki dan Perempuan
Umur : 17 Tahun atau lebih.
Pekerjaan : Seluruh Jenis Pekerjaan
Segementasi diatas menjadi sasaran karena dinilai
sangat strategis karena pada usia tersebut adalah
masa – masa yang gemar berkumpul dan mencari
tempat – tempat Baru dan unik.
1319
b. Geografi
Geografis meliputi wilayah, propinsi, kabupaten,
kota, dengan sifatnya yaitu urbanisasi / semi
urbanisasi / rural. Berdasarkan faktor geografis
sasaran yang diinginkan adalah daerah Kota
Denpasar dan daerah wisata Sanur.
c. Psikografi
Psikografis meliputi kepribadian, gaya hidup,
kesukaan, dan tingkat sosial. Berdasarkan faktor
ini, maka sasaran yang diinginkan adalah
masyarakat penggemar motor atau mobil antik.
d. Behaviora
Behaviouristis meliputi perilaku pembelian /
penggunaan tentang tingkat penggunaan, waktu
menggunakan, dan status menggunakan.
Segmentasi ini diartikan, akan kebutuhan
masyarakat terhadap sesuatu. Segmentasi yang
menjadi sasaran adalah masyarakat yang loyal
terhadap sesuatu yang disukai, (Sanyoto, 2005 :
67). Perilaku yang menjadi sasaran ManShed
Sanur adalah remaja - remaja yang memiliki gaya
hidup yang tinggi dimana mereka gemar datang ke
restaurant / cafe / Bar hanya untuk berkumpul
bersama rekan - rekan.
1320
Konsep Desain
Konsep adalah gagasan atau ide yang
menjadi dasar dan acuan dalam proses perancangan
sebuah media. Konsep dalam pembuatan media
komunikasi visual sangatlah penting karena
merupakan strategi dan cara berpikir untuk
menciptakan suatu gagasan yang dapat menyelesaian
permasalahan dari segi desain. Menurut Rakhmat
Supriyono (2010: 146), konsep desain harus mampu
mengusung benefit (kebaikan atau manfaat) dan
membujuk calon konsumen untuk membeli produk
yang dipromosikan atau diiklankan. Konsep dan
eksekusi desain haruslah berjalan dengan beriringan
agar mampu menyampaikan produk dengan efektif
dan melekat dalam ingatan konsumen. Tanpa adanya
konsep yang kuat, desain akan mudah dilupakan
pembaca, untuk itu diperlukan konsep dan eksekusi
yang baik (Supriyono, 2010: 147).
Dalam perancangan media komunikasi
visual untuk mempromosikan ManShed Sanur, konsep
yang diangkat adalah “Manly Garage”. Manly berarti
jantan, gagah atau berani, adalah sebuah kesan yang
sangat merepresentasikan ManShed Sanur karena
mengusung konsep daur ulang Barang bekas dan
sepeda motor atau mobil antik yang notabene adalah
hobi dari laki - laki. Dan garage berarti sebuah garasi,
workshop atau bengkel. Sebuah tempat dimana
1321
seorang laki - laki menghabiskan waktu untuk
mengekspresikan sisi lain dari kesibukan sehari - hari.
Konsep manly garage memberikan kesan maskulin,
gagah, dan kuat pada desain yang akan dibuat, karena
kesan tersebut dapar menunjukkan bahwa ManShed
Sanur adalah tempat yang sangat cocok untuk laki -
laki. Ilustrasi akan diwujudkan dengan teknik hand
drawing dengan bergaya sketsa klasik dengan goresan
yang berkarakter tegas dan kuat yang kemudian
disusun menjadi sebuah kesatuan yang harmonis.
Namun, beberapa media akan menggunakan teknik
fotografi, karena ditinjau dari kebutuhan promosi yang
lebih luas. Karena melalui fotografi, maka keunggulan
lain dari ManShed Sanur dapat lebih terlihat. Tipografi
akan menggunakan kedua jenis huruf, yaitu serif dan
sans serif, dimana penggunaan kedua huruf tersebut
disesuaikan dengan media yang akan dibuat. Pada
perancangan media promosi ManShed Sanur, akan
menggunakan teks yang sangat minim, dimana teks
lebih digunakan untuk memberikan informasi tentang
ManShed Sanur.
Dengan konsep yang dijaBarkan diatas,
maka diharapkan akan dapat menunjukkan keunikan
yang dimiliki oleh ManShed Sanur kepada calon
pengunjung di seputaran Sanur dan Denpasar,
sehingga ManShed Sanur menjadi salah satu alternatif
tempat tujuan hangout para remaja dan menjadi bagian
1322
dari gaya hidup para remaja Denpasar khususnya dan
Bali pada umumnya.
Unsur - Unsur Desain
Dalam perancangan media promosi
ManShed Sanur, unsur - unsur desain yang digunakan
adalah :
a. Ilustrasi
Pada media - media yang digunakan, ilustrasi yang
berhubungan dengan ManShed Sanur yaitu
makanan, minuman dan perkakas sepeda motor
yang digambar dengan gaya sketsa dan
menggunakan teknik hand drawing. Sementara
dalam beberapa media juga terdapat foto keadaan
dari ManShed Sanur.
b. Warna
Warna yang digunakan adalah dominan
menggunakan warna hitam, putih dan coklat
dimana warna coklat adalah warna dasar dari
media atau bahan yang digunakan.
c. Teks
Teks yang digunakan pada media - media yang
digunakan adalah informasi mengenai ManShed
Sanur, seperti alamat, sosial media, dan informasi
lainnya.
1323
d. Tipografi
Jenis huruf yang digunakan dalam perancangan ini
antara lain wisdom script, Alte DIN 1451
Mittelschriff Gepraegt dan cambria.
Visualisasi Desain
a. Paper Bag
Gambar 1. Tampilan Desain Paper Bag
(Sumber: Dinata, 2015)
1324
b. Poster
Gambar 2. Tampilan Desain Iklan Majalah ManShed Sanur
(Sumber: Dinata, 2015)
Ukuran : 21 cm x 29.7cm
Bahan : Art Paper 150gsm
Teknik Cetak : Offset
1325
c. Website
Gambar 3. Tampilan Desain Website ManShed Sanur
(Sumber: Dinata, 2015)
1326
d. Car Branding
Gambar 4. Tampilan Desain Car Branding ManShed Sanur
(Sumber: Dinata, 2015)
Ukuran : 4.5M X 2M
Bahan : Cutting Sticker
Teknik Cetak : Cutting
1327
PENUTUP
Berdasarkan uraian – uraian yang telah
dibahas pada bab – bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan menurut permasalahan
yang ada. Selama ini, ManShed Sanur belum
maksimal dalam melakukan upaya promosi. Upaya
promosi yang dilakukan dirasa masih sangat kurang
mengingat selama ini ManShed Sanur hanya
melakukan promosi melalui informasi dari mulut ke
mulut serta komunitas-komunitas yang lebih dulu
mengetahui keberadaan ManShed Sanur. Untuk
menjaga eksistensi ManShed Sanur melawan pesatnya
pertumbuhan industry Bar dan restaurant di Bali,
maka perlu dibuatkannya sebuah upaya promosi yang
lebih efektif agar dapat memperkenalkan ManShed
Sanur kepada masyarakat khususnya anak muda.
Dalam perancangan media komunikasi visual dalam
upaya promosi ManShed Sanur di Denpasar,
berdasarkan analisis analisa yang telah dilakukan
secara mendalam, maka media – media yang dirasa
efektif adalah iklan majalah, website, car branding,
stationery, t-shirt, paperbag, social media, sticker dan
photobooth.
Dalam proses perancangan visual dalam upaya
promosi ManShed Sanur, dengan mengacu terhadap
beberapa analisa dan fakta, maka ditentukan sebuah
1328
konsep vintage lifestyle sebagai dasar. Karena salah
satu keunggulan yang dimiliki oleh ManShed ini dapat
menjadi daya tarik yang kuat terhadap calon
pengunjung. Dengan proses perpaduan dengan media
yang telah ditentukan, serta melalui proses kreatif
yang sesuai dengan kriteria dan prinsip – prinsip
desain, maka upaya promosi ManShed Sanur akan
berjalan baik dan efektif, sehingga dapat memberikan
efek positif kepada ManShed Sanur.
Daftar Pustaka
Hadi, 1978. Metode Desain Grafis, Jakarta: Gramedia.
Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah,
Jakarta: PT. Tarsito
Sarwono, Jonathan, dan Lubis, Hary. 2007. Metode
Riset untuk Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET
Sanyoto, Ebdi Sadjiman. 2005. Dasar - Dasar Tata
Rupa & Desain. Yogyakarta: Penerbit Arti
Bumi Intaran.
Supriyono, Rachmat. 2010. Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta : Andi.
Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk
Periklanan, Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET
1329
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL
SEBAGAI SARANA KAMPANYE KAIN ENDEK
UNTUK FASHION REMAJA PUTRI DI
DENPASAR
Oleh :
Ni Made Ayu Nirmala Sari(1), I Gusti Ngurah Gede
Gitayogi Irhandi, S.Sn.(2), Made Arini
Hanindharputri, S.Sn.,M.Sn.(3)
Desain Komunikasi Visual, Program Strata 1,
Sekolah Tinggi Desain Bali [email protected]
ABSTRAK
Bali adalah pulau yang dikenal oleh dunia
karena keanekaragaman budaya yang dimiliki, salah
satu adalah kain tenun Bali, yaitu kain endek.
Kebudayaan mengalami pergeseran termasuk
pemakaian kain endek di Bali. Endek sebagai bahan
busana mulai ditinggalkan, karena tidak praktis,
kerumitan pembuatan dan kelangkaan bahan baku
menjadikan harganya sangat mahal. Image endek bagi
remaja Bali adalah kuno, sakral dan formal. Oleh
sebab itu diperlukan kampanye sosial yang informatif
dan kreatif untuk menarik minat remaja putri untuk
memakai endek sebagai fashion. Dalam
mengkampanyekan kain endek perlu menganalisa
kekuatan, kelemahan, ancaman dan juga peluang dari
kain endek itu sendiri. Di samping itu perlu diketahui
bagaimana nilai, sikap dan gaya hidup dari pemakai
1330
kain endek. Dengan demikian media yang diperlukan
untuk mengkampanyekan kain endek sebagai fashion
remaja putri adalah buku kreatif paper fashion,
billboard, iklan majalah, flyer, poster, social media,
tote bag, roll banner, aksesori, dan logo kampanye.
Kain endek akan menarik dan cantik apabila dirancang
dalam aneka desain fashion yang menjadi trend di
kalangan remaja. Melalui rancangan fashion yang
menarik, tentunya akan memberikan nilai tambah bagi
kain itu sendiri. Di samping itu juga diperlukan
kreativitas dari para pengerajin kain endek untuk dapat
melahirkan motif tenun yang Baru yang dapat diterima
pasar.
Kata Kunci: endek, fashion, beauty, remaja,
kampanye.
ABSTRACT
Bali is one of the island well known all over the world
because of the cultural diversity there one of them is
fabric cloth, namely the endek cloth. Culture in Bali
experiencing shifts, including the usage of endek cloth.
Endek as a fashion started abandoned, because it
impractical, the complexity of the manufacture and
scarcity of raw materials make the price are
expensive. Endek’s image for adolescent Bali is
ancient, sacral and formal. Therefore very necessary
social campaigns that informative and creative is
attract the adolescent to wear endek as a fashion. In
campaigning endek cloth need to analyze the strength,
1331
the weaknes, the threats and also opportunities of
endek cloth it self. In addition it is important to know
how the value, posturing and lifestyle of the wearer
endek cloth. Thus media campaign endek cloth
required for adolescent as fashion is the creative book
paper fashion, billboard, magazine advertising, flyer,
poster, social media, tote bag, roll banner, an
accessory and the logo of a campaign. Endek cloth
will attract and beautiful if designed in various design
that become fashion trend adolescence. Through the
fashion design an interesting, of course it will be give
an additional value for the endek cloth it self. In
addition there needs to be creativity of the designer
endek cloth it self. In addition there needs to be
creativity of the designer endek cloth to create new
motives of weaving patterns that performs can accept
by the market.
Keywords : endek, fashion, beauty, youth, campaign.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budaya merupakan identitas bangsa yang
harus dihormati dan dijaga dengan baik oleh para
penerus bangsa. Kebudayaan nasional terbentuk dari
penyatuan unsur - unsur budaya daerah yang tercermin
menjadi satu kesatuan utuh. Budaya lokal Indonesia
beraneka ragam sesuai dengan potensi yang dimiliki
Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari
banyak pulau, suku, dan sumber daya lainnya. Selain
1332
itu Indonesia merupakan negara yang mempunyai
kekayaan yang luar biasa, baik dari sumber daya alam,
adat, warisan budaya maupun peninggalan sejarahnya.
Beraneka ragam budaya bangsa Indonesia menjadi ciri
khas suatu daerah di antaranya kain tradisional yang
merupakan hasil tenun yang mempunyai corak, warna
dan motif tersendiri.
Bali adalah salah satu pulau yang dikenal oleh
seluruh dunia karena keanekaragaman budaya yang
dimiliki. Salah satu kekayaan peninggalan budaya
leluhur Bali yang tak ada duanya di dunia adalah seni
tenun. Teknik menenun ini telah ditemukan sejak
zaman dulu. Hasilnya sangat dikagumi, bukan hanya
bagi selera lokal, namun juga membangkitkan selera
masyarakat dunia. Bahan dan prosesnya pun
bermacam-macam, dibuat dari benang ulat sutra,
dipintal dengan tangan, diberi warna dengan bahan
alam dari tumbuh-tumbuhan, dan dikerjakan dalam
waktu lama, bahkan bertahun - tahun. Tenunannya
sangat rapat, halus, dibuat dengan kesaBaran,
ketekunan dan ketelitian yang prima. Motif hiasnya
pun memakai teknik ikat yang rumit (Bali Post, 2014).
Seiring dengan perkembangan zaman, hal
yang berkaitan dengan kebudayaan mulai mengalami
pergeseran, termasuk pemakaian kain endek di Bali.
Endek sebagai bahan busana ini mulai ditinggalkan,
karena selain tidak praktis dan modis, kerumitan
pembuatan dan kelangkaan bahan baku menjadikan
harganya sangat mahal. Image endek bagi kaum
remaja di Bali adalah tua, kuno dan formal (Bali Post,
2014). Pemikiran mereka juga menganggap
1333
pemakaian endek hanya pada upacara ritual
keagamaan dan adat yang bersifat sakral. Kain endek
di mata remaja Bali jauh dari kata keren dan hanya
pantas digunakan oleh orang tua dan pegawai saja.
Banyaknya produk asing yang masuk ke Bali,
sehingga generasi muda Bali kini lebih memilih
memakai produk asing dengan merek terkenal karena
nilai gengsinya berbanding lurus dengan harga. Oleh
karena itu, kecintaan dan kebanggaan masyarakat
terutama remaja Bali terhadap produk lokal
dikalahkan oleh produk asing.
Pengenalan kain endek dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya peran serta
pemerintah sangat diperlukan diantaranya dengan cara
memperkenalkan endek di berbagai lapisan. Selain itu
memberikan ruang kepada pengerajin endek dalam
berkreatifitas, memberikan pembekalan, bantuan dari
segi alat tenun, memberikan pasar yang luas, dan
menganggap mereka ada sebagai salah satu aset yang
dapat melestarikan budaya Bali.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah
bagaimana kain endek itu bisa menarik di mata remaja
Bali. Perlu juga memberikan ruang pada desainer
muda atau remaja Bali yang berminat pada dunia
fashion untuk mengangkat endek sebagai salah satu
hasil karya busana. Nantinya endek bukan
dikhususkan untuk kalangan - kalangan tertentu dan
bukan hanya digunakan dalam acara resmi saja, desain
yang dibuat juga dapat digunakan untuk semua
kalangan termasuk generasi muda. Endek bisa
dipadupadankan dengan motif kain tradisional yang
1334
lain tetapi akan tetap terlihat menarik, modern namun
tetap bernuansa budaya.
Pengertian fashion sendiri adalah suatu istilah
untuk menggambarkan gaya yang dianggap lazim
pada satu periode waktu tertentu. Biasanya gaya yang
dimaksud, cenderung fokus ke gaya berpakaian
masyarakat pada periode waktu itu. Dalam
perkembangannya, fashion juga merambah pada
bidang lain selain pakaian, tetapi termasuk aksesoris,
gaya hidup, tatanan rias wajah dan rambut.
Belakangan ini kain endek sudah kembali digemari.
Banyak busana uniform, baik itu karyawan hotel
maupun pegawai negeri sudah menggunakan bahan
endek. Ini perlu diapresiasi dan dikembangkan, karena
endek adalah salah satu produk budaya asli Bali yang
bernilai seni tinggi.
Kurangnya media sosialisasi yang menjadi
kendala dalam mengkampanyekan kain endek untuk
fashion remaja Bali maupun Indonesia. Jadi, penulis
sekaligus desainer berupaya untuk membuat sebuah
kampanye sosial yang komunikatif, interaktif, dan
kreatif untuk menarik minat remaja Bali memakai
endek sebagai fashion remaja sekaligus untuk
melestarikan kain endek terutama di Denpasar dan
mempromosikan juga memperkenalkan kain endek ke
seluruh Indonesia dan dunia.
Kita sebagai kaum muda bukan hanya sebagai
penikmat keindahan budaya asing saja, kita juga harus
sadar sangat penting apabila kita dapat melestarikan
dan membanggakan kain endek, karena tidak menutup
1335
kemungkinan endek dapat menjadi identitas fashion
Indonesia seperti batik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang sudah penulis bahas diatas,
dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang timbul
adalah:
- Media apa saja yang efektif dan sesuai dalam
kegiatan kampanye pelestarian kain endek untuk
fashion remaja putri di Denpasar?
- Bagaimana cara merancang media komunikasi
visual yang tepat dalam sosial terhadap pelestarian
kain endek untuk fashion terhadap masyarakat
Bali khususnya remaja putri di Denpasar?
- Bagaimana cara mempromosikan dengan tepat
media komunikasi visual dalam mengkampanye-
kan pelestarian kain endek untuk fashion remaja
terhadap masyarakat Bali khususnya remaja putri
di Denpasar?
Batasan Masalah
Batasan masalah yang penulis akan bahas adalah
mengenai perancangan media komunikasi visual
terhadap kampanye sosial untuk mengkampanyekan
kain endek di kalangan masyarakat Bali khususnya
remaja putri di Denpasar. Media yang dirancang
diharapkan mampu menarik minat masyarakat Bali
terutama remaja di Denpasar melestarikan dan
memperkenalkan kain endek sebagai fashion remaja
putri, sekaligus mempromosikan kain endek ke
seluruh Indonesia bahkan dunia.
1336
Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Metode observasi ini meliputi kegiatan pencatatan
secara sistematis atas kejadian perilaku, objek -
objek yang dilihat dan hal - hal lain yang
diperlukan untuk mendukung penelitian yang
sedang dilakukan (Sarwono, 2007:100). Melalui
metode ini penulis melakukan penelitian langsung
terhadap objek yang dituju, yaitu dengan
mengunjungi Museum Kain yang berlokasi di
Beach Walk Bali lantai 3. Selain itu juga
mengunjungi pengerajin kain endek di daerah
Karangasem, butik yang menjual busana berbahan
endek, dan beberapa perkantoran yang sudah
menggunakan endek sebagai seragam kerja.
Sehingga nantinya memperoleh informasi yang
akurat mengenai kain endek tersebut, dengan cara
mencatat langsung data apa saja yang diperlukan
dalam pembuatan makalah ini.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara meliputi pengumpulan data
dengan cara melakukan tanya jawab secara
langsung untuk memperoleh informasi dan data
yang tepat (Sarwono, 2007: 103). Metode ini
dilakukan oleh penulis dengan melakukan tanya
jawab secara langsung terhadap pemilik toko dan
usaha tenun yaitu I Gusti Ayu Oka (50).
c. Metode Kepustakaan
Metode Pustaka merupakan metode pengumpulan
data dan mempelajari data dari buku - buku,
internet maupun majalah yang berhubungan
1337
dengan proyek yang dikerjakan, hal ini
dimaksudkan untuk mencari pendekatan dalam
pemecahan masalah yang berhubungan dengan
cara penampilan isi pesan. (Nawawi, 1998: 263).
Penulis tidak berhadapan langsung dengan
narasumber, melainkan mencari sumber dari buku-
buku yang bersangkutan. Jadi, data pustaka yang
digunakan juga siap pakai, yang artinya penulis
tidak kemana - mana, hanya berhadapan langsung
dengan buku - buku, ataupun media cetak lainnya
yang sudah tersedia di perpustakaan. Pada metode
kepustakaan ini, penulis mencari beberapa
informasi pada buku, diantaranya buku Metode
Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Definisi
Desain Komunikasi Visual, Pengantar Desain
Komunikasi Visual, Wastra Bali, Kolaborasi
Fashion Batik dengan Tenun, Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2011 Edisi Keempat cetakan
kedua, dan lain – lain.
d. Metode Dokumentasi
Metoda dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam
metodologi penelitian sosial. (Bungin, 2008: 121).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari
objek-objek yang berupa dokumen tertulis,
Gambar, foto, dan sebagainya. Dengan adanya
dokumen tertulis, Gambar, dan foto tersebut,
terdapat bukti atau fakta secara nyata yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penulis mengabadikan
beberapa jenis kain endek dan kain endek yang
sudah dipakai sebagai seragam di perkantoran.
1338
c. Kajian Internet
Kajian internet adalah cara mengumpulkan data
melalui internet yaitu mencari data - data dari
suatu situs yang memiliki lisensi dan memiliki
data - data yang berkaitan dengan pengertian -
pengertian dan berhubungan dengan kain tenun,
endek dan fashion. Contoh: www. kainikat.com,
www.kainindonesia. com. www.museumkain.org
PEMBAHASAN
Data Faktual
Penggolongan kain tenun di Bali terdapat dua
jenis, yaitu kain tenun ikat yang disebut dengan kain
endek, dan kain tenun songket. Dinamakan tenun ikat
karena teknik ikat dalam proses pembuatan kain endek
ini adalah teknik yang terpenting dan membutuhkan\
ketelitian. Proses menghasilkan sehelai kain tenun ikat
akan dimulai dengan mengGambar motif, memintal
benang, kemudian benang dibentangkan di alat
perentang, dan helaiannya diikat dengan tali rafia
sesuai pola ragam hias dan warna yang diinginkan.
Setelah pengikatan berpola tersebut, benang dicelup
atau diwarnai. Benang yang sudah diwarnai kemudian
dipilah, lalu ditenun menjadi kain (Jusuf, 2012: 97).
Proses pengerjaan satu jenis kain endek memerlukan
waktu 2 minggu hingga sampai 4 bulan. Hal inilah
yang menyebabkan kain endek memiliki harga yang
lebih mahal dibanding jenis kain lainnya (kecuali
songket), karena pengerjaannya yang masih manual
yaitu menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan\
1339
Mesin) dan memerlukan waktu yang cukup lama
dalam pengerjaannya.
Penggunaan kain endek berbeda – beda sesuai
motifnya. Motif patra dan encak saji yang bersifat
sakral biasa digunakan untuk kegiatan upacara
keagamaan. Motif - motif tersebut menunjukkan rasa
hormat kepada Sang Pencipta. Sedangkan motif yang
mencerminkan nuansa alam, biasa digunakan untuk
kegiatan sosial atau kegiatan sehari - hari. Hal ini
menyebabkan motif tersebut lebih banyak berkembang
dalam masyarakat.
Saat ini ada satu teknik tenun ikat yang
berkembang di Bali, terutama pada motif kain endek.
Teknik itu dilakukan dengan penambahan coletan
pada bagian – bagian tertentu yang disebut dengan
nyantri. Teknik nyantri adalah penambahan warna
kain endek dengan goresan kuas bambu seperti
layaknya orang melukis di kain. Motif yang dihasilkan
lebih banyak mengGambarkan flora, fauna dan tokoh
pewayangan yang sering muncul dalam mitologi-
mitologi cerita Bali. Motif tersebut memberikan ciri
khas tersendiri pada kain endek dibandingkan dengan
motif - motif kain pada umumnya.
Di Jembrana, produksi kain endek dilakukan 5
unit usaha dengan tenaga kerja 19 orang. Di Tabanan
ada 1 unit industri pertenunan dengan tenaga kerja 11
orang, Badung ada 2 unit industri kain tenun ikat
dengan tenaga kerja masing - masing 10 dan 3 orang.
Di Denpasar ada 6 unit industri tenun ikat dengan
tenaga kerja 137 orang, Gianyar ada 25 unit industri
pertenunan dengan tenaga kerja 488 orang. Bangli ada
1340
35 unit usaha kain dengan tenaga kerja 45 orang,
Klungkung industri tenun ikat ada 997 unit usaha,
dengan tenaga kerja mencapai 1.429 orang, Buleleng
ada 325 unit usaha industri kain tenun ikat dengan
jumlah tenaga kerja 327 tenaga kerja, dan Kabupaten
Karangasem ada 1.648 unit usaha dengan tenaga kerja
2.882 orang. Hal ini membuktikan bahwa Karangasem
merupakan daerah penghasil kain tenun terbesar di
Bali (www.Denpasar.go.id).
Desa Sidemen di Kabupaten Karangasem
dikenal sebagai salah satu sentral produksi kain tenun
di Bali. Menenun kain menjadi aktivitas sehari - hari
di hampir semua rumah di desa khas Bali ini. Sidemen
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Karangasem yang masih mempertahankan budaya
kain endek. Disana terdapat banyak penenun kain
endek dengan berbagai motif dan dibuat secara
manual. Mereka membuat dari proses awal hingga
akhir dan setiap orang memiliki tugas masing - masing
dalam proses pembuatan kain endek tersebut. Hampir
seluruh warga Sidemen ahli dalam menenun, karena
sebagian besar dari mereka belajar menenun dengan
orang tua mereka masing - masing.
Namun pada jaman dahulu, sebagian besar
warga Sidemen menenun kain endek hanya pada saat
upacara tertentu. Karena pada jaman dahulu kain
endek digunakan sebagai keperluan upacara
keagamaan. Menurut sejarah, daerah yang menjadi
pelopor dengan potensi kain ikatnya adalah Desa
Tenganan, Karangasem. Masyarakat yang tinggal di
Desa Tenganan ini adalah suku asli Bali yang tetap
1341
mempertahankan pola hidup tradisional sampai saat
ini. Ketaatan masyarakat pada aturan tradisional desa
yang diwariskan nenek moyang mereka secara turun
temurun menjadi sebuah benteng kokoh terhadap
pengaruh budaya luar yang masuk. Pada jaman
dahulu, kain endek tidak dipergunakan secara
semBarang seperti saat sekarang ini. Kain endek
hanya digunakan pada saat tertentu saja, karena kain
endek pada jaman itu sarat mengandung nilai magis
dimana
pada saat itu dalam proses pewarnaan kain endek
menggunakan darah hewan ataupun manusia.
Namun seiring dengan berkembangnya
teknologi, pewarnaan kain endek tidak lagi
menggunakan darah manusia ataupun hewan,
melainkan saat ini kain endek sudah menggunakan
pewarna kain yang sesuai. Dan penggunaan kain
endek juga tidak lagi seperti jaman dulu, saat ini kain
endek sudah digunakan secara bebas. Bahkan kain
endek saat ini tidak hanya digunakan sebagai sekedar
kain ataupun pakaian, melainkan sudah diolah menjadi
dompet, tas, sampul buku, sepatu, dan lain - lain.
Target Segmentasi Pasar
a. Faktor Geografi
Faktor geografi merupakan tujuan pasar dalam
unit geografis yang berbeda. Kampanye kain
endek ini ditujukan kepada remaja putri Bali 7
yang berada di daerah perkotaan khususnya yang
berada di Denpasar, karena Denpasar merupakan
1342
Ibukota yang sering kali menjadi trendsetter dari
kabupaten lain yang berada di Bali.
b. Faktor Demografi
Faktor demografi dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat keinginan, pemilihan dan lain - lain. Faktor
ini ditentukan berdasarkan dua jenis, yaitu
berdasarkan tingkat usia atau daur hidup dan
berdasarkan jenis kelamin. Dilihat dari faktor usia
atau daur hidup, jika dilihat dari faktor umur
kampanye kain endek untuk fashion remaja Bali
ini ditujukan kepada remaja putri Bali yang
berumur 15 - 25 tahun. Pada usia remajalah
biasanya remaja putri selalu ingin mencoba
sesuatu yang Baru dan ter-update dari dunia
fashion. Tingkat pendidikan adalah remaja putri
yang sedang menempuh pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan kuliah.
c Faktor Psikografi
Faktor psikografi adalah salah satu istilah untuk
gaya hidup atau pola hidup seseorang dalam
menjalani hidup dan menggunakan waktu dan
uang. Jika dilihat dari kelas sosial target sasaran
adalah remaja Bali yang malu memakai endek
yang masih berpikiran kalau kain endek hanya
dipakai pada upacara keagamaan yang bersifat
ritual ataupun hanya digunakan oleh orang tua dan
pegawai saja.
d. Faktor Behavior
Faktor Behavior mencakup jangkauan pemakaian
dan loyalitas konsumen terhadap suatu produk dan
merek manfaat produk yang diharapkan oleh
1343
konsumen dan situasi pemakaian. Behavior disini
diartikan kesukaan, kebutuhan masyarakat akan
sesuatu. Disini ditujukan kepada remaja Bali yang
lebih suka memakai merek terkenal karena
menganggap nilai gengsinya berbanding lurus
dengan harga. Sehingga diperlukan kampanye
kain endek ini untuk membuka wawasan mereka
tentang pengenalan kain endek yang nantinya
dapat merubah pandangan dan persepsi mereka
tentang kain endek itu sendiri.
Strategi Visual
a. Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan dalam pembuatan media
komunikasi visual (logo) kampanye kain endek
adalah ilustrasi digital berupa vektor, sedangkan
untuk media kampanye akan cenderung
menggunakan ilustrasi fotografi. Ilustrasi fotografi
yang ditampilkan adalah foto dari model dengan
menggunakan produk fashion endek. Sedangkan
untuk background tetap menggunakan ilustrasi
fotografi yang memperlihatkan suasana dan
keadaan sekitar, sehingga dapat diketahui dimana
keberadaan dari pada remaja putri dengan produk
fashion endek tersebut. Ditambah dengan simbol
segitiga dari kain endek untuk mempermanis dan
memperkuat produk yang dikampanyekan yaitu
kain endek.
b. Teks
Media kampanye kain endek untuk fashion remaja
putri menggunakan teks yang bersifat informatif
1344
dan persuasif. Teks yang digunakan adalah
BEAUTY WITH ENDEK sebagai headline, yang
berarti dengan menggunakan produk fashion
endek akan membuat remaja putri akan terlihat
lebih cantik. WHEREVER & WHENEVER
sebagai sub headline, berarti dimanapun dan
kapanpun endek dapat menjadi pilihan fashion
yang menarik. Untuk body copy berisikan sedikit
informasi tentang kain endek dan ajakan untuk
menggunakan kain endek sebagai sarana fashion.
c. Tipografi
Jenis huruf yang akan digunakan adalah huruf
berjenis san-serif karena jenis huruf seperti ini
lebih mudah terbaca dan lebih terlihat jelas. Dalam
desain media kampanye ini, menggunakan font
berjenis san-serif yaitu Orator Std (medium) untuk
sub headline dan headline, dan font calibri untuk
body copy.
d. Warna
Penggunaan warna pada media kampanye ini
menggunakan warna natural yang berasal dari
ilustrasi fotografi yang ditampilkan dominanalam
dan warna alami dari produk endek. Begitu pula
dengan potongan kain endek menggunakan warna
natural foto. Untuk teks, desainer menggunakan
teks dengan warna putih dan warna hitam untuk
kejelasan keterbacaan informasi.
Konsep dasar
Konsep desain adalah dasar pemikiran yang
dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan desain atau
1345
tahap selanjutnya (Dewanto. 2013). Dalam penyajian
identitas dan media komunikasi visual ini, desainer
sebagai perancang akan menyajikan rancangan media
kampanye yang sesuai dengan kriteria dan prinsip
dasar desain agar nantinya tercipta sebuah media
komunikasi visual yang tepat dalam kegiatan
kampanye kain endek sebagai fashion remaja putri.
Desain media komunikasi visual yang dirancang
nantinya diharapkan mampu untuk mempengaruhi
khalayak sasaran dan sesuai dengan target yang dituju.
Penyampaian pesan dalam media komunikasi visual
dapat dikatakan berhasil jika disampaikan secara benar
kepada khalayak yang dituju, mengandung informasi
yang tepat dan dapat dimengerti oleh pembaca.
Konsep dasar perancangan yang digunakan
oleh desainer dalam merancang media komunikasi
visual adalah beauty disini maksudnya adalah
bagaimana sebuah tradisi daerah sebuah karya budaya
lokal yaitu kain tradisional yang mampu bersaing
dengan jenis kain bermerek yang akan mampu
membuat siapapun pemakainya akan menjadi cantik
atau beauty. Cantik yang dimaksud adalah anggun,
elegan menampilkan keindahan dari sisi tradisional
yang berbudaya. Cantik akan membuat lebih percaya
diri untuk menampilkan diri sendiri dimana pun dan
kapanpun akan tetap menampilkan sisi cantik dari
remaja putri yang memakai kain endek. Bangga
dengan budaya lokal yang kita miliki. Konsep beauty
ini akan menampilkan warna - warna natural, dengan
berbagai background aktivitas remaja putri. Ingin
menampilkan cantiknya produk – produk fashion kain
1346
endek dipadukan dengan segala aktivitas yang
digemari remaja putri. Bentuk tipografi yang dinamis
seperti jenis font san serif dan ilustrasi fotografi yang
menimbulkan kesan beauty, sesuai dengan kriteria
desain yang ada, serta konsep yang kuat diharapkan
desain yang akan dibuat mampu menarik perhatian
masyarakat, mampu mengajak remaja putri untuk ikut
serta menjaga kelestarian dan mengembangkan kain
endek sebagai salah satu alternatif bahan fashion
remaja. Sekaligus mampu menyadarkan dan mengajak
generasi muda sebagai generasi penerus bangsa untuk
turut serta melestarikan kain endek. Oleh karena perlu
diketahui bahwa kain endek adalah warisan budaya
yang memiliki potensi besar bagi kemajuan bangsa
Indonesia. Hal ini nantinya diharapkan akan membuat
audience tertarik untuk memakai kian endek sebagai
salah satu pilihan untuk penggunaan bahan fashion.
Konsep beauty tidak hanya pada tampilan visualnya
media kampanyenya saja, tetapi juga pada proses
kampanye itu sendiri. Bagaimana relawan remaja putri
dengan menggunakan pakaian atau aksesoris dari
endek akan mengkampanyekan kain endek untuk
fashion remaja putri. Secara tidak langsung audience
akan tertarik karena melihat secara langsung fashion-
fashion yang bisa di buat dari kain endek, dapat
membuat remaja putri akan terlihat cantik tetapi tetap
berbudaya.
Visualisasi Desain
Di dalam tahap visualisasi desain ini, akan
diperlihatkan beberapa jenis media yang merupakan
1347
media utama dalam Perancangan Media Komunikasi
Visual Sebagai Sarana Kampanye Kain Endek Untuk
Fashion Remaja Putri di Denpasar. Diantaranya terdiri
dari buku kreatif paper fashion, billboard dan iklan
majalah.
Berikut merupakan tampilan dari beberapa media
utama tersebut:
1. Buku kreatif paper fashion
a. Ukuran : 18 cm x 24 cm portrait
b. Bahan : Mowhawk 260 gsm (isi) dan BC
150 gsm (lampiran)
c. Teknik Cetak : Cetak offset karena akan di
produksi dalam jumlah yang
besar.
Gambar 1. Buku kreatif paper fashion
(Sumber: Ayu Nirmala)
1348
2. Iklan Majalah (gogirl)
Gambar 2. Iklan Majalah (Sumber: Ayu Nirmala)
a. Ukuran : 17.5 cm x 23 cm
b. Bahan : art paper 150 gsm
c. Teknik Cetak : Cetak offset karena pada majalah
gogirl akan di cetak dalam
jumlah yang besar.
2. Billboard
a. Ukuran : 5 m x 8 m portrait
b. Bahan : synthetic vinyl
c. Teknik Cetak : Cetak digital
1349
Gambar 3. Billboard (Sumber: Ayu Nirmala)
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melewati beberapa proses pengamatan dan
penelitian pada studi kasus Perancangan Komunikasi
Visual Sebagai Sarana Kampanye Kain Endek Untuk
Fashion Remaja Putri Di Denpasar, maka berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1350
Media yang sesuai dalam upaya Perancangan
Komunikasi Visual Sebagai Sarana Kampanye
Kain Endek Untuk Fashion Remaja Putri Di
Denpasar adalah sesuai target sehingga
mempermudah menentukan saluran media mana
yang paling efektif dan efisien artinya tepat untuk
mengiklankan produk yang dirancang dan efisien
artinya terjangkau. Media tersebut adalah Buku
kreatif paper fashion, Iklan Majalah, billboard,
logo beserta Graphic Sandard Manual, flyer,
poster, roll banner, social media, aksesori
(bandana), dan tote bag yang mana semua media
tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
Untuk merancang media yang tepat dalam upaya
Perancangan Komunikasi Visual Sebagai Sarana
Kampanye Kain Endek Untuk Fashion Remaja
Putri semua unsur-unsur desainnya baik ilustrasi,
teks atau tipografi serta warna yang disesuaikan
dengan konsep dan target market. Serta
berpedoman pada prinsip desain komunikasi
visual yaitu kesatuan (unity), keseimbangan
(balance), Irama (rhythm), tekanan(emphasis) dan
proporsi (proportion).
Cara mempromosikan dengan tepat media
komunikasi visual dalam mengkampanyekan
pelestarian kain endek untuk remaja putri
khususnya di Denpasar adalah mengenalkan
remaja putri bahwa kain endek adalah salah satu
bahan yang menarik untuk dijadikan produk
1351
fashion. Dengan kain endek remaja putri akan
menjadi cantik dan menarik di manapun berada.
Menggunakan bahasa verbal yang membujuk dan
mengajak seperti headline BEAUTY WITH
ENDEK, dengan memakai produk fashion dari
endek diharapkan remaja putri akan tampil cantik
dan menawan di segala kesempatan.
Menggunakan warna, ilustrasi dan unsur - unsur
visual sesuai dengan konsep yaitu ilustrasi
fotografi dengan warna natural fotografi.
Daftar Pustaka
Dameria, Anne. 2007. Color Basic, Panduan Dasar
Warna untuk Desainer dan Industri Grafika.
Link & Match Graphic, Jakarta.
Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Sosial.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan. 2007. Metode Riset Untuk Desain
Komunikasi Visual. Andi Offset, Yogyakarta.
Internet
Parwata. 2014. Kurang Diminati Profesi Menenun
Terancam Punah. (http://balipost.com/read/
headline/2014/05/09/11553/kurangdiminati-
profesi-menenun-terancampunah. html diakses
2 Oktober 2014.