6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan
terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan
barang jadi.
Menurut Alexandri (2009) persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau
proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun
barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah
solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang
serendah rendahnya, Ristono (2009).
Menurut Assauri (1999) pengertian persediaan adalah suatu aktiva yang
meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk di jual dalam suatu
periode usaha yang normal, atau persediaan barang barang yang masih dalam
pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya persediaan
mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan
7
secara berturut turut untuk memproduksi barang serta selanjutnya menyampaikan
pada konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan
sebagai berikut.
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan yang dibutuhkan
perusahaan,
2. Untuk menumpuk bahan bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran,
3. Memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik baiknya dimana keinginan
pelanggan pada suatu waktu dapa dipenuhi atau memberikan jaminan tetap ter
4. sediannya barang tersebut.
2.1.1 Fungsi-fungsi persediaan
Menurut Rangkuti (2007) fungsi-fungsi persediaan sebagai berikut.
1. Fungsi Decouping
Fungsi decouping adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. Persediaan ini
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diperkirakan atau diramalkan disebut (Fluktuation stock).
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan
atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dengan
frekuensi pemesanan yang lebih sedikit, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena
perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan
8
dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, resiko dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman (sensasional inventories).
Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka
waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode tertentu.
Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan
pengaman (safety stock/ inventories).
2.1.2 Alasan timbulnya persediaan
Menurut Schroeder (1995) empat alasan untuk mengadakan persediaan.
1. Untuk berlindung dari ketidakpastian. Dalam sistem sediaan, terdapat
ketidakpastian dalam pemasokan, permintaan dan tenggang waktu pesanan. Stok
pengaman dipertahankan dalam sediaan untuk berlindung dari ketidakpastian
tersebut.
2. Untuk memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis. Sering lebih ekonomis
untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar. Dalam kasus ini, sejumlah besar
barang dapat diproduksi dalam periode waktu yang pendek, dan kemudian tidak
ada produksi selanjutnya yang dilakukan sampai jumlah tersebut hampir habis.
3. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran.
Ada beberapa tipe situasi dimana perubahan dalam permintaan atau penawaran
9
dapat diantisipasi. salah satu kasus adalah dimana harga atau ketersediaan bahan
baku diperkirakan untuk berubah. Sumber lain antisipasi adalah promosi pasar
yang direncanakan dimana sejumlah besar barang jadi dapat disediakan sebelum
dijual. Akhirnya perusahaan-perusahaan dalam usaha musiman sering
mengantisipasi permintaan untuk memperlancar pekerjaan.
4. Menyediakan untuk transit. Sediaan dalam perjalanan (transit inventories) terdiri
dari bahan yang berada dalam perjalanan dari satu titik ke titik yang lainnya.
Sediaan-sediaan ini dipengaruhi oleh keputusan lokasi pabrik dan pilihan alat
angkut. Secara teknis, sediaan yang bergerak antara tahap-tahap produksi,
walaupun didalam satu pabrik, juga dapat digolongkan sebagai sediaan dalam
perjalanan. Kadang-kadang, sediaan dalam perjalanan disebut sediaan pipa
saluran karena ini berada dalam pipa saluran distribusi.
2.1.3 Peran persediaan
Menurut Rangkuti (2007) persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku
sampai barang jadi, memiliki peran sebagai berikut.
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen.
2.1.4 Biaya-biaya persediaan
Menurut Syamsuddin (2002) yang termasuk dalam biaya persediaan pada
adalah sebagai berikut.
10
1. Biaya pemesanan (ordering cost)
Biaya-biaya pemesanan ini akan semakin kecil dengan semakin besarnya
kuantitas barang yang dipesan dalam setiap kali pemesanan karena hal ini berarti
semakin sedikitnya frekuensi pemesanan.
Adapun yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah.
a. Biaya-biaya administrasi dan pembuatan surat pemesanan,
b. Biaya-biaya pembuatan laporan penerimaan barang,
c. Biaya-biaya pengiriman dan pembuatan check untuk pembayaran
d. Biaya-biaya auditing dari pembayaran dilakukan.
2. Biaya penyimpanan (carrying cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan dimana perhitungannya dinyatakan dalam persentase dari
nilai rata-rata persediaan. Biaya ini akan semakin besar dengan bertambah besarnya
nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam kategori biaya
penyimpanan adalah sebagai berikut.
a. Biaya sewa gudang
b. Biaya asuransi
c. Biaya perawatan gudang
Menurut Rangkuti (2007) biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan
adalah sebagai berikut.
1. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carring cost)
Holding cost terdiri dari biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan
kuantitas persediaan, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila
11
kuantitas bahan yang dipesan semangkin banyak atau rata-rata persediaan
semangkin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara
lain.
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,pendingin ruangan,
dan sebagainya).
b. Biaya modal (Opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana
yang di investasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan.
d. Biaya perhitungan fisik
e. Biaya asuransi persediaan
f. Biaya pajak persediaan
g. Biaya pencuriaan, pengerusakan atau perampokan
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
2. Biaya pemesanan atau pembeliaan (ordering cost atau procrunement cost).
Biaya –biaya ini meliputi.
a. Pemroresan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telpon
d. Pengeluaran surat-menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya utang lancar dan sebagainya.
12
Pada umumnya, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan
kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar, tetapi apabila semakin
banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun,
maka biaya pemesanan total akan turun. Biaya pemesanan total per periode (tahunan)
sama dengan jumlah pesananan yang dilakukan tiap periode dikalikan biaya yang
harus dikeluarkan setiap kali pesan.
3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi apabila bahan-
bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan
menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi komponen tertentu.
Biaya- biaya ini terdiri dari.
a. Biaya mesin menganggur
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya penjadwalan
d. Biaya ekspedisi
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs), adalah biaya yang timbul
apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya- biaya yang
termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut.
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan pelanggan
c. Biaya pemesanan khusus
d. Biaya ekspedisi
e. Selisih harga
f. Terganggunya operasi
13
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial
Biaya kekurangan bahan sulit diukur, terutama karena kenyataannya biaya ini
merupakan oppurtunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif.
2.1.5 Faktor faktor yang mempengaruhi persediaan
Menurut Ahyari (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan
baku ada beberapa macam. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan saling
berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan
baku. Adapun faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut.
1. Perkiraan Pemakaian
Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa
besar/jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk
keperluan proses produksi pada periode yang akan datang.
2. Harga bahan baku
Harga bahan baku ini merupakan penyusunan perhitungan barapa besar
danaperusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan
baku ini.
3. Biaya-biaya persediaan
Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal ada dua tipe biaya, yaitu
biaya- biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan,
serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata
persediaan.
14
4. Kebijakan pembelian
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan
akan tergantung kepada kebijaksanaan pembelanjaan dari dalam perusahaan
tersebut, dan juga apakah dana yang disediakan tersebut cukup untuk pembayaran
semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja.
5. Pemakaian senyatanya
Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta
bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaiannya yang telah disusun
harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan
kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan.
6. Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan
(yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku
itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini
sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (re order).
2.2 Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan
yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan kegiatan tersebut dapat sesuai dengan
apa yang diharapkan atau yang telah di rencanakan. Pengawasan juga dimaksudkan
untuk memastikan apakah pekerjaan produksi akan mencapai hasil yang memuaskan
dengan tujuan perusahaan yang telah ditentukan semula, Assauri (1999).
Adapun penerapan pengawasan dengan cara pengawasan fisik terhadap
persediaan barang menurut Ahyari (1999) adalah sebagai berikut.
15
a. setelah bahan baku diterima, pada umumnya segera dimasukkan kedalam gudang
fasilitas penyimpanan bahan baku
b. penulisan identitas yang jelas bagi masing-masing gudang dan isinya untuk
mencegah terjadinya kekeliruan atau pencampuran bahan baku
c. pembungkusan/pengepakan yang cukup baik agar tidak terjadi kerusakan selama
masa tunggu
d. pengadaan bahan untuk mencegah terjadinya penungguan yang tidak merata
e. mengadakan pemeriksaan gudang atau perhitungan fisik (stock opname) secara
berkala, misalnya sebulan sekali atau akhir periode.
2.3 Pentingnya pengawasan persediaan
Pengertian Pengawasan persediaan menurut assauri (1999) adalah suatu
kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku,
dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran
produksi dan penjulan serta kebutuhan kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan
efektif dan efisien.
Menurut Assauri (1999) untuk dapat mengatur suatu tingkat persediaan yang
optimum yang dapat memenuhi kebutuhan dalam jumlah, mutu, dan pada waktu yang
tepat serta jumlah biaya yang rendah seperti yang diharapkan, maka diperlukan suatu
sistem pengawasan persediaan yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut.
1. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur
2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya,
terutama penjaga gudang
16
3. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan/barang.
4. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang.
5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan, yang
dibagikan/dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.
6. Pemeriksaan fisik barang/jasa secara langsung
7. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan.
8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.
2.4 Pengertian Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2005) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan
penolong memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi modal terjadinya proses
produksi sampai hasil produksi.
Pengelompokan bahan baku dan bahan penolong bertujuan untuk
pengendalian bahan dan pembebanan biaya ke harga pokok produksi. Pengendalian
bahan diprioritaskan pada bahan yang nilainya relatif tinggi yaitu bahan baku.
2.5 Tanaman Koro Pedang
Tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis) mempunyai bentuk daun
trifoliat dengan panjang tangkai daun tujuh sampai dengan sepuluh cm, dengan lebar
daun sekitar sepuluh cm, tinggi tanaman dapat mencapai satu meter. Bunga berwarna
kuning, tumbuh pada ketiak/buku cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan
berbunga mulai umur dua hingga tiga bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar satu
sampai tiga polong. Panjang polong 30 cm dan lebarnya 3,5 cm, polong muda
berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Biji berwarna putih dan
17
tanaman koro dapat dipanen pada sembilan sampai duabelas bulan, namun terdapat
varietas berumur genjah umur empat sampai enam bulan (Anonim, 2008).
Tanaman koro pedang dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 mdpl, tumbuh
baik pada suhu rata – rata antara 14 – 27 derajat celcius di lahan tadah hujan atau
12 – 32 derajat celcius di daerah tropic dataran rendah. Koro pedang dapat tumbuh
dan berbiji dengan baik pada lahan kering di musim kemarau karena tanaman ini
memiliki sistem perakaran yang kuat. Pertumbuhan koro pedang akan optimal jika
mendapatkan sinar matahari penuh, namun pada kondisi ternaungi masih mampu
menghasilkan biji dengan baik (Anonim, 2008). Kacang koro pedang
(Canavalia ensiformis) memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan produk
pangan atau sebagai sumber protein nabati karena mengandung karbohidrat sebesar
55% dan protein sebesar 24% (Augustine, 2010).
2.6 Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Menurut Prawirosentono (2001) arti dari perencanaan dan pengendalian bahan
baku adalah suatu kegiatan memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara keseluruhan diartikan sebagai upaya
menentukan besarnya tingkat persediaan dan mengendalikannya dengan efisien dan
efektif.
Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka
diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan
pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah.
1. Agar jumlah persediaan bahan yang tersedia tidak terlalu banyak, artinya dalam
jumlah yang cukup efesiensi dan efektif.
18
2. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara efesiensi dan
efektif.
3. Implikasi penyediaan bahan yang efesiensi demi untuk kelancaran proses
produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah yang
memadai.
Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat.
Maka diperlukan pengendalian persediaan bahan yang efektif dan efesien.
2.6.1 Metode economic order quantitiy (EOQ)
Menurut Riyanto (2001) economic order quantitiy (EOQ) adalah jumlah
kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dari pengertian diatas dapat
ditegaskan bahwa EOQ bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah yang paling
ekonomis dalam setiap kali pemesanan sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh bahan tersebut adalah yang paling rendah. Dalam model ini
mempertimbangkan biaya-biaya operasi maupun biaya-biaya finansial serta
menentukan kuantitas pemesanan yang akan meminimumkan biaya-biaya persediaan
secara keseluruhan (Syamsuddin, 2002).
Menurut Riyanto (2001) besarnya EOQ dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut.
Dimana :
EOQ = Jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis(kg)
R = Jumlah kebutuhan bahan baku (kg) per periode
S = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Rp)
19
P = Harga bahan baku per kg (Rp)
I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan
sebagai suatu persentase dari persediaan rata – rata
Metode EOQ dapat digunakan apabila asumsi di bawah ini dipenuhi. Adapun
asumsi tersebut sebagai berikut (Rangkuti, 2007).
1. Tingkat permintaan adalah konstan, berulang ulang dan diketahui
2. Tenggang waktu pemesanan konstan dan diketahui
3. Tidak diperbolehkan adanya kehabisan persediaan
4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan
5. Biaya satuan unit adalah konstan
Apabila asumsi asumsi diatas terpenuhi maka metode EOQ akan dapat membantu
perusahaan dalam menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis.
2.6.2 Menentukan persediaan penyelamat (safety stock)
Menurut Assauri (1999) yang dimaksud dengan persediaan penyelamat
(safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Persediaan
pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Rangkuti, 2007).
Oleh karena itu persediaan penyelamat dimaksudkan untuk menghindari
kemungkinan kekurangan bahan maka persediaan penyelamat merupakan perkiraan
cadangan untuk menjamin kelancaran produksi perusahaan.
2.6.3 Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point)
Menurut Assauri (1999) ROP adalah suatu titik dimana perusahaan harus
melakukan pemesanan kembali apabila persediaan bahan yang terdapat didalam
20
perusahaan telah mencapai titik tertentu. ROP dapat terjadi apabila jumlah persediaan
yang terdapat dalam stok berkurang terus. Dengan demikian perusahaan harus
menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus
dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.
Sedangkan menurut Riyanto (2001) Dalam ROP jarak waktu pemesanan
antara satu pesanan dengan pesanan lain tidaklah sama, tergantung pada fluktuasi
penggunaan persediaan dan fluktuasi waktu antara kapan perusahaan melakukan
pemesanan sampai bahan-bahan yang dipesan diterima digudang perusahaan(yang
disebut lead time). Titik pemesanan kembali sering juga disebut dengan reorder point
dengan demikian Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan
lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu
tepat pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol.
2.6.4 Menentukan jumlah persediaan maksimum (maximum inventory)
Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan yang paling besar yang
harus dimiliki oleh perusahaan. Batas maksimum ini terkadang tidak didasarkan atas
pertimbangan efisiensi dan efektifitas kegiatan perusahaan.
Menurut Assauri (1999) dalam menentukan jumlah persediaan dari persediaan
maksimum (maximum inventory) yaitu dengan cara menjumlahkan antara EOQ
dengan persediaan penyelamat.
2.6.5 Total biaya persediaan (total inventory cost)
Dalam mengadakan persediaan bahan baku, perusahaan harus mengeluarkan
biaya untuk keperluan persediaan bahan baku tersebut. Adapun biaya persediaan
bahan baku tersebut terdiri atas.
21
Biaya persediaan untuk pembelian bahan baku yang terdiri atas total biaya pemesanan
dan total biaya penyimpanan.
Untuk menentukan biaya ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Ahyari,
1999)
TIC = 𝑐 ×𝑇 ×𝑞
2+
𝑅 ×𝑜
𝑞
Di mana:
TIC = Total Inventory Cost
R = Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu Periode (Kg)
o = Biaya pesan untuk setiap pemesanan (Rp)
c = Tarif biaya penyimpanan per unit tiap periode (Rp)
T = Periode penyimpanan (1 tahun)
q = Jumlah pemesanan setiap kali pesan (Kg)
2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis
Bagi perusahaan, khususnya perusahaan industri mengadakan persediaan
bahan baku secara terencana merupakan hal yang sangat penting guna menghadapi
persaingan yang ketat. Bermasalahnya persediaan bahan baku akan berdampak pada
kelancaran proses produksi dan tujuan perusahaan untuk mencapai kentungan yang
salah satunya ditentukan oleh persediaan bahan baku, oleh karena itu perusahaan
memerlukan pengendaliaan persediaan bahan baku yang diharapkan dapat
meminimalkan permasalahan mengenai bahan baku yang berlebih ataupun
kekurangan sehingga pada tahap produksi perusahaan dapat melakukan proses
produksi dengan efektif.
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan. Jika jumlah bahan baku
tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka akan menyebabkan ketidaklancaran
22
proses produksi, sehingga output yang diperoleh tidak maksimal. Jumlah bahan baku
yang terlalu banyak akan menyebabkan biaya persediaan yang terlalu besar, begitu
pula dengan jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan
untuk proses produksi. Setiap perusahaan selalu dihadapkan pada persoalan tentang
bagaimana mengefisiensikan biaya produksinya agar dapat tercapai jumlah produksi
yang maksimal. Biaya pengelolaan bahan baku atau biaya persediaan merupakan
salah satu dari jenis biaya produksi yang jumlahnya cukup besar, sehingga diperlukan
adanya pengendalian persediaan bahan baku (Veronica, 2013).
Analisis persediaan bahan baku pada penelitian ini dilakukan pada UD Arjuna
Bali, selanjutnya akan diketahui identifikasi sistem persediaan bahan baku yang
terdiri dari tiga variabel diantaranya pemakaian bahan baku (perkiraan dan
senyatanya), biaya persediaan (biaya simpan dan biaya pesan) dan Lead time, setelah
tiga variabel tersebut diketahui maka total biaya aktual dan total biaya normatif dapat
dihitung. Total biaya aktual adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum
melakukan analisis, sedangkan total biaya normatif adalah total biaya yang
dikeluarkan perusahaan setelah dilakukan sebuah analisis persediaan bahan baku.
Adapun penghitungan total biaya normatif terhadap persediaan bahan baku
meliputi, penghitungan jumlah pemesanan ekonomis, menentukan persediaan
penyelamat, menentukan titik pemesanan kembali, menentukan jumlah persediaan
maksimal dan menentukan besarnya biaya dalam persediaan. Kemudian setelah total
biaya aktual dan normatif diketahui maka akan dihitung selisih antara total biaya
aktual dan total biaya normatif yang hasilnya merupakan efisiensi biaya yang dapat
23
direkomendasikan untuk UD Arjuna Bali apabila menerapkan analisis EOQ dalam
penyediaan bahan baku.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persediaan bahan baku kacang
koro pada UD Arjuna Bali dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
pertimbangan bagi perusahaan dalam efisiensi pengeluaran biaya persediaan, untuk
lebih memperjelas gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan, dapat dilihat
bagan alur pemikiran penelitian yang akan dilakukan pada Gambar 2.1.
24
.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Persediaan Bahan Baku Kacang Koro Pedang
Pada UD Arjuna Bali
Biaya Persediaan
Biaya Simpan
Biaya Pesan
Pemakaian bahan
baku (perkiraan
dan senyatanya)
Lead Time
Total Biaya
Aktual
Analisis Persediaan Bahan Baku
Perhitungan terhadap persediaan bahan
baku:
1. Economic Order quantity (EOQ)
2. Safety Stock (SS)
3. Reorder Point (ROP)
4. Maximum Inventory (MI)
5. Total Inventory Cost (TIC)
Biaya Normatif
Efisiensi Biaya
Rekomendasi
UD Arjuna Bali
Identifikasi Sistem Persediaan Bahan Baku