IMPLEMENTASI MEKANISME
DUAL STACK DAN TUNNEL BROKER
SEBAGAI MEKANISME TRANSISI IPV4 KE IPV6
(Studi Kasus: BALAI PELATIHAN DAN RISET TIK)
Skripsi
Oleh
YUDHA ARI PRADIPTA
1111091000052
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
i
IMPLEMENTASI MEKANISME
DUAL STACK DAN TUNNEL BROKER
SEBAGAI MEKANISME TRANSISI IPV4 KE IPV6
(Studi Kasus: BALAI PELATIHAN DAN RISET TIK)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komputer
Oleh
YUDHA ARI PRADIPTA
1111091000052
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI MEKANISME
DUAL STACK DAN TUNNEL BROKER
SEBAGAI MEKANISME TRANSISI IPV4 KE IPV6
(Studi Kasus: BALAI PELATIHAN DAN RISET TIK)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)
Oleh:
Yudha Ari Pradipta – 1111091000052
Menyetujui,
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Implementasi Mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker
Sebagai Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6 (Studi Kasus: Balai Pelatihan dan Riset
TIK) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9 Juni 2016 Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) pada Program
Studi Teknik Informatika.
Jakarta, 9 Juni 2016
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Apabila di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Juni 2016
Yudha Ari Pradipta
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Implementasi Mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker Sebagai Mekanisme
Transisi IPv4 ke IPv6 (Studi Kasus: Balai Pelatihan dan Riset TIK). Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan ini penulis menyadari bahwa skripsi tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh sebab itu penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, M. Si, selaku Dekan Fakulstas Sains dan Teknologi.
2. Ibu Arini, MT, selaku Ketua Prodi Teknik Informatika Fakultas Sains dan
Teknologi.
3. Bapak Andrew Fiade, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nurul
Faizah Rozy, MTI, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa
selesai dengan baik.
4. Seluruh Dosen, Staf Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya
Program Studi Teknik Informatika yang telah memberikan bantuan dan
kerjasama dari awal perkuliahan.
5. Bapak Dede Sukartoyo, S.Kom, selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan motivasi serta arahan dalam melaksanakan peneliatian di
BPRTIK.
6. Orang Tua tercinta yaitu Bapak Bahrudin dan Ibu Boediarti yang mana telah
membantu penulis dalam segi material maupun dalam segi motivasi serta
selalu mendoakan penulis agar menjadi anak yang sukses.
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Teman-teman seperjuangan Dian Eka, Norio Gita, Ilham Saputra, Dimas
Setiawan, dan Ludffi Rizkika. Terima kasih atas perhatian dan dukungan
serta masukan yang membangun demi terselesaikannya skripsi ini. Sukses
untuk kita semua.
8. Teman-teman Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya angkatan TI-B 2011 yang selalu memberikan semangat kepada
penulis.
9. Kepada rekan-rekan BPRTIK yaitu Wafi, Fauzan, Sutan, dan Donny.
Terima kasih atas dukungan serta masukan selama melaksanakan kegiatan
penelitian di BPRTIK.
10. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 9 Juni 2016
Yudha Ari Pradipta
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
Sebagai civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Yudha Ari Pradipta
NIM : 1111091000052
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul:
IMPLEMENTASI MEKANISME DUAL STACK DAN TUNNEL BROKER
SEBAGAI MEKANISME TRANSISI IPV4 KE IPV6
(Studi Kasus: BALAI PELATIHAN DAN RISET TIK)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Jakarta
Pada tanggal 9 Juni 2016
Yang menyatakan
(Yudha Ari Pradipta)
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama : Yudha Ari Pradipta
Program Studi : Teknik Informatika
Judul : Implementasi Mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker
Sebagai Mekanisme Transisi IPv4 IPv6
ABSTRAK
Ketersedian layanan internet menjadi kebutuhan bagi sebagian orang dalam
mencari berbagai informasi. Seiring dengan banyaknya pengguna internet
menyebabkan alamat IPv4 sudah mencapai batasnya. Untuk itu, dikembangkan
IPv6 sebagai solusi mengatasi kelangkaan alamat IPv4. Agar IPv6 dapat
diimplementasikan dibutuhkan kesiapan dari berbagai aspek mulai dari
infrastruktur hingga penyedia layanan IPv6. Sebagai pusat pelayanan, Balai
Pelatihan dan Riset TIK (BPRTIK) dilengkapi dengan berbagai sarana dan
prasarana yang cukup representatif. Namun tidak tersedianya alamat IPv6 publik
dan masih adanya resources yang menggunakan alamat IPv4 membuat penulis
mengimplementasikan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker sebagai
mekanisme transisi jaringan IPv4 ke IPv6 pada jaringan di BPRTIK. Penulis
menggunakan metode pengembangan sistem NDLC (Network Development Life
Cycle) dalam membangun jaringan client server yang menggunakan pengalamatan
IPv4 dan IPv6. Hasil penelitian menunjukan, mekanisme Dual Stack mampu
mengimplementasikan IPv6 dan IPv4 secara bersamaan tanpa mengganggu
konektifitas di jaringan BPRTIK. Sedangkan mekanisme Tunnel Broker sebagai
layanan tunnel konfigurasi berhasil menghubungkan jaringan IPv6 lokal BPRTIK
ke dalam jaringan IPv6 publik.
Kata Kunci : IPv6, IPv4, Dual Stack, Tunnel Broker.
Daftar Pustaka : 35 Sumber (22 Buku, 3 Studi Literatur, 5 Jurnal dan
Website)
Jumlah Halaman : VI Bab + xix Halaman + 130 Halaman + 66 Gambar + 12
Tabel + 28 Konfigurasi + 4 Lampiran
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama : Yudha Ari Pradipta
Program Studi : Teknik Informatika
Judul : Implementasi Mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker
Sebagai Mekanisme Transisi IPv4 IPv6
ABSTRACT
Availability of Internet services become a necessity for most people in finding
information. Along with the many internet users cause of IPv4 addresses has
reached its limit. Therefore, IPv6 was developed as a solution to overcome the
scarcity of IPv4 addresses. IPv6 can be implemented so that it takes the readiness
of the various aspects ranging from infrastructure to IPv6 service provider. As a
service center, Training and Research ICT (BPRTIK) equipped with various
facilities and infrastructure are quite representative. However, the unavailability of
public IPv6 address and the persistence of the resources that use IPv4 addresses
makes the author implements a mechanism Dual Stack and Tunnel Broker as a
transition mechanism IPv4 to IPv6 network on the network in BPRTIK. The author
uses the method of system development NDLC (Network Development Life Cycle)
in building a client server network using IPv4 and IPv6. The results showed, the
mechanism capable of implementing a Dual Stack IPv6 and IPv4 simultaneously
without disturbing with network connectivity in BPRTIK. While the Tunnel Broker
mechanism as a service tunnel configuration successfully connecting local IPv6
network BPRTIK into a public IPv6 network.
Keywords : IPv6, IPv4, Dual Stack, Tunnel Broker.
Bibliography : 35 Sources (22 Books, 3 Literatures, 5 Journals, and 5
Websites)
Page of Research : VI Chapters + xix Pages + 130 Pages + 66 Pictures + 32
Tabel + 28 Configurations + 4 Attachment
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR KONFIGURASI ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
1.3. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
1.3.1. Bagi Penulis .............................................................................. 6
1.3.2. Bagi Universitas ....................................................................... 6
1.3.3. Bagi Masyarakat ....................................................................... 7
1.4. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.5. Batasan Masalah ................................................................................... 7
1.6. Metodologi Penelitian .......................................................................... 8
1.6.1. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 8
1.6.2. Metode Pengembangan Sistem ................................................ 8
1.7. Sistematika Penulisan ........................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 10
2.1. Jaringan Komputer ............................................................................. 10
2.1.1. Jenis Jaringan Komputer ........................................................ 10
2.1.2. Jaringan Client Server ............................................................ 11
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3. Jaringan Peer To Peer ............................................................. 14
2.1.4. Jaringan Wire Network .......................................................... 14
2.1.5. Jaringan Wireless Network .................................................... 15
2.1.6. Perangkat Jaringan Komputer ................................................ 15
2.2. Model OSI .......................................................................................... 17
2.3. Model DARPA ................................................................................... 19
2.4. Internet Protocol Versi 4 (IPv4) ......................................................... 22
2.4.1. Pengertian IPv4 ...................................................................... 22
2.4.2. Kelas IPv4 .............................................................................. 22
2.4.3. Network Address .................................................................... 24
2.4.4. Broadcast Address .................................................................. 25
2.4.5. Subnet Mask ........................................................................... 25
2.4.6. IPv4 Address Private .............................................................. 26
2.4.7. IPv4 Address Public ............................................................... 26
2.4.8. NAT ........................................................................................ 26
2.5. Internet Protocol Versi 6 (IPv6) ......................................................... 28
2.5.1. Pengertian IPv6 ...................................................................... 28
2.5.2. Format IPv6 ............................................................................ 28
2.5.3. Kelas IPv6 .............................................................................. 29
2.5.4. Fitur Pada IPv6 ....................................................................... 32
2.5.5. Neighbor Discovery IPv6 ....................................................... 33
2.5.6. Keunggulan IPv6 .................................................................... 37
2.6. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6 ..................................................... 38
2.6.1. Dual Stack IPv4 IPv6 ............................................................. 38
2.6.2. Tunneling ................................................................................ 39
2.6.3. Tunnel Broker ......................................................................... 41
2.7. Parameter QoS Jaringan ..................................................................... 41
2.8. Sistem Operasi.................................................................................... 42
2.8.1. Linux ...................................................................................... 42
2.8.2. Windows ................................................................................. 43
2.8.3. Cisco IOS ............................................................................... 43
2.8.4. Apple iOS ............................................................................... 46
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8.5. Android ................................................................................... 46
2.9. Tools ................................................................................................... 47
2.9.1. LAMP ..................................................................................... 47
2.9.2. VSFTPD ................................................................................. 47
2.9.3. BIND ...................................................................................... 48
2.9.4. SSH ......................................................................................... 48
2.9.5. Iperf ........................................................................................ 49
2.9.6. Wordpress ............................................................................... 49
2.9.7. VirtualBox .............................................................................. 49
2.9.8. Packet Tracer .......................................................................... 50
2.10. Metode Penelitian ............................................................................... 50
2.11. Metode Pengembangan Sistem .......................................................... 51
2.11.1. Analysis .................................................................................. 51
2.11.2. Design ..................................................................................... 52
2.11.3. Simulation Prototype .............................................................. 53
2.11.4. Implementation ....................................................................... 53
2.11.5. Monitoring .............................................................................. 53
2.11.6. Management ........................................................................... 53
2.12. Perbandingan Metode Pengembangan Sistem ................................... 54
2.13. Teknik Mengumpulkan Data .............................................................. 57
2.13.1. Studi Pustaka .......................................................................... 58
2.13.2. Wawancara ............................................................................. 58
2.13.3. Teknik Observasi .................................................................... 59
2.13.4. Studi Literatur ......................................................................... 60
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 63
3.1. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 63
3.1.1. Studi Pustaka .......................................................................... 63
3.1.2. Wawancara ............................................................................. 63
3.1.3. Observasi ................................................................................ 63
3.2. Metode Pengembangan Sistem .......................................................... 63
3.2.1. Analysis .................................................................................. 64
3.2.2. Design ..................................................................................... 64
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.3. Simulation Prototype .............................................................. 64
3.2.4. Implementation ....................................................................... 65
3.2.5. Monitoring .............................................................................. 65
3.2.6. Management ........................................................................... 65
3.3. Kerangka Berpikir .............................................................................. 65
BAB IV IMPLEMENTASI EKSPERIMEN ........................................................ 67
4.1. Analysis .............................................................................................. 67
4.1.1. Identify ................................................................................... 67
4.1.2. Understand .............................................................................. 68
4.1.3. Analyze ................................................................................... 69
4.1.4. Report ..................................................................................... 69
4.2. Design................................................................................................. 72
4.2.1. Perancangan Topologi Jaringan ............................................. 72
4.2.2. Desain Sistem ......................................................................... 75
4.3. Simulation Prototype .......................................................................... 79
4.4. Implementation................................................................................... 81
4.4.1. Konfigurasi Awal Router ....................................................... 81
4.4.2. Perancangan Jaringan IPv4 dan IPV6 .................................... 88
4.4.3. Pembuatan Service Server ...................................................... 99
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 104
5.1. Monitoring ........................................................................................ 104
5.1.1. Pengujian Sistem Jaringan LAN Wire Network .................. 104
5.1.2. Pengujian Sistem Jaringan LAN Wireless Network ............ 105
5.1.3. Pengujian Sistem Jaringan Publik Network ......................... 107
5.1.4. Pengujian Service FTP Server .............................................. 109
5.1.5. Pengujian Service DNS Server ............................................. 109
5.1.6. Pengujian Service Web Server ............................................. 110
5.1.7. Monitoring QoS IPv4 dan IPv6 ............................................ 113
5.2. Management ..................................................................................... 129
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 132
6.1. Kesimpulan....................................................................................... 132
6.2. Saran ................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 134
LAMPIRAN ........................................................................................................ 137
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. RIR (Regional Internet Register) ....................................................... 2
Gambar 1.2. Penurunan RIR IPv4 Pool .................................................................. 2
Gambar 1.3. Ketersediaan IPv4 .............................................................................. 3
Gambar 1.4. Peringkat 5 besar Negara pengguna IPv6 tahun 2014........................ 3
Gambar 2.1. Dual Stack IPv4/IPv6 ....................................................................... 38
Gambar 2.2. Mekasnisme Tunnelling ................................................................... 39
Gambar 2.3. Alur Pemakaian Perintah Cisco IOS ................................................ 44
Gambar 2.4. Alur Kerja Metode NDLC ............................................................... 51
Gambar 3. Kerangka Berfikir ................................................................................ 66
Gambar 4.1. Topologi Jaringan BPRTIK ............................................................. 73
Gambar 4.2. Topologi Jaringan IPv4 dan IPv6 ..................................................... 74
Gambar 4.3. Desain Sistem Jaringan IPv4 dan IPv6 ............................................ 75
Gambar 4.4. Topologi Jaringan Dual Stack .......................................................... 79
Gambar 4.5. Topologi Jaringan Tunneling ........................................................... 80
Gambar 4.6. Akses Console Port .......................................................................... 82
Gambar 4.7. Akses Port Console Menggunakan PuTTY ..................................... 82
Gambar 4.8. Akses Login Port Console ............................................................... 83
Gambar 4.9. Akses SSH Menggunakan PuTTY ................................................... 87
Gambar 4.10. Guest Login .................................................................................... 87
Gambar 4.11. Admin Login ................................................................................... 88
Gambar 4.12. Registrasi Tunnel Broker ................................................................ 89
Gambar 4.13. Tunnel Details ................................................................................ 89
Gambar 5.1. Client Wire Network Ping Server ................................................... 105
Gambar 5.2. Client Wireless Network Ping Server ............................................. 106
Gambar 5.3. Traceroute IPv6 Google ................................................................. 107
Gambar 5.4. Akses Halaman IPv6 Client Wire Network .................................... 108
Gambar 5.5. Akses Halaman IPv6 Client Wireless Network .............................. 108
Gambar 5.6. Akses FTP menggunakan IPv4 ...................................................... 109
Gambar 5.7. Akses FTP menggunakan IPv6 ...................................................... 109
Gambar 5.8. Dig IPv4 Pustiknas ......................................................................... 110
Gambar 5.9. Dig IPv6 Pustiknas ......................................................................... 110
Gambar 5.10. Akses Web Server IPv4 BPRTIK ................................................. 111
Gambar 5.11. Akses Web Server IPv6 BPRTIK ................................................. 111
Gambar 5.12. Akses Web Server BPRTIK Melalui iPhone 5 ............................. 112
Gambar 5.13. Akses Web Server BPRTIK Melalui Galaxy J7 ........................... 112
Gambar 5.14. Bandwidth Jaringan IPv4 LAN Wire Network ............................. 114
Gambar 5.15. Jitter Jaringan IPv4 LAN Wire Network ...................................... 114
Gambar 5.16. Packet Lost Jaringan IPv4 LAN Wire Network ........................... 115
Gambar 5.17. Bandwidth Jaringan IPv4 LAN Wireless Network ....................... 116
Gambar 5.18. Jitter Jaringan IPv4 LAN Wireless Network ................................ 116
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.19. Packet Lost Jaringan IPv4 LAN Wireless Network ..................... 117
Gambar 5.20. Bandwidth Jaringan IPv6 LAN Wire Network ............................. 118
Gambar 5.21. Jitter Jaringan IPv6 LAN Wire Network ...................................... 118
Gambar 5.22. Packet Lost Jaringan IPv6 LAN Wire Network ........................... 119
Gambar 5.23. Bandwidth Jaringan IPv6 LAN Wireless Network ....................... 120
Gambar 5.24. Jitter Jaringan IPv6 LAN Wireless Network ................................ 120
Gambar 5.25. Packet Lost Jaringan IPv6 LAN Wireless Network ..................... 121
Gambar 5.26. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wire Network (Lengang) ...................... 122
Gambar 5.27. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wire Network (Padat) ........................... 122
Gambar 5.28. IPv4 & IPv6 Jitter Wire Network (Lengang) ............................... 123
Gambar 5.29. IPv4 & IPv6 Jitter Wire Network (Padat) .................................... 123
Gambar 5.30. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wire Network (Lengang) ..................... 124
Gambar 5.31. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wire Network (Padat) .......................... 124
Gambar 5.32. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wireless Network (Lengang) ................ 125
Gambar 5.33. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wireless Network (Padat) ..................... 126
Gambar 5.34. IPv4 & IPv6 Jitter Wireless Network (Lengang) ......................... 126
Gambar 5.35. IPv4 & IPv6 Jitter Wireless Network (Padat) .............................. 127
Gambar 5.36. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wireless Network (Lengang) ............... 127
Gambar 5.37. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wireless Network (Padat) .................... 128
Gambar 5.38. Direktori Cisco IOS ...................................................................... 129
Gambar 5.39. Backup Cisco IOS Lama .............................................................. 130
Gambar 5.40. Upload Cisco IOS Terbaru ........................................................... 130
Gambar 5.41. Check Cisco IOS Terbaru ............................................................. 130
Gambar 5.42. Verify Cisco IOS Terbaru ............................................................. 131
Gambar 5.43. Boot Menggunakan Cisco IOS Terbaru ....................................... 131
Gambar 5.44. Update Berhasil ............................................................................ 131
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. OSI Layer ............................................................................................. 17
Tabel 2.2. Model DARPA ..................................................................................... 20
Tabel 2.3. Perbandingan Metode Pengembangan Sistem ..................................... 54
Tabel 4.1. Spesifikasi Sistem ................................................................................ 69
Tabel 4.2. Spesifikasi Hardware ........................................................................... 70
Tabel 4.3. Spesifikasi Software ............................................................................. 71
Tabel 4.4. Pembagian IP ....................................................................................... 76
Tabel 4.5. Notifikasi Alamat IPv6 ........................................................................ 77
Tabel 4.6. Daftar IP Konfigurasi Tunnel Broker................................................... 78
Tabel 4.7. IPv6 Tunnel Endpoints ......................................................................... 98
Tabel 5.1. DHCP dan SLAAC Client Wire Network .......................................... 104
Tabel 5.2. DHCP dan SLAAC Client Wireless Network .................................... 105
xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR KONFIGURASI
Konfigurasi 4.1. Pembuatan Akun Router ............................................................ 84
Konfigurasi 4.2. Menghubungkan Router ke Jaringan BPRTIK .......................... 85
Konfigurasi 4.3. Membuat Crypto Key ................................................................. 85
Konfigurasi 4.4. Membuat SSH ............................................................................ 86
Konfigurasi 4.5. Mengaktifkan Service IPv6 ........................................................ 90
Konfigurasi 4.6. Dual Stack Wire Network ........................................................... 91
Konfigurasi 4.7. Swictport Access ........................................................................ 91
Konfigurasi 4.8. Dual Stack Wireless Network ..................................................... 92
Konfigurasi 4.9. Membuat SSID ........................................................................... 92
Konfigurasi 4.10. Membuat Password SSID ........................................................ 93
Konfigurasi 4.11. IPv4 DHCP Wire Network ....................................................... 93
Konfigurasi 4.12. IPv4 DHCP Wireless Network ................................................. 94
Konfigurasi 4.13. IP DHCP Excluded Address ..................................................... 94
Konfigurasi 4.14. IPv6 DHCP Wire Network ....................................................... 94
Konfigurasi 4.15. IPv6 DHCP Wireless Network ................................................. 95
Konfigurasi 4.16. IPv6 DHCP Pool Pada Tiap Interfaces .................................... 95
Konfigurasi 4.17. NAT ......................................................................................... 96
Konfigurasi 4.18. Access List ................................................................................ 97
Konfigurasi 4.19. IP Route .................................................................................... 97
Konfigurasi 4.20. Tunnel Broker .......................................................................... 98
Konfigurasi 4.21. IPv6 Route ................................................................................ 98
Konfigurasi 4.22. FTP Server ............................................................................... 99
Konfigurasi 4.23. Named Conf Local ................................................................. 100
Konfigurasi 4.24. DB Pustiknas .......................................................................... 101
Konfigurasi 4.25. DB IP ..................................................................................... 101
Konfigurasi 4.26. Named Conf Options .............................................................. 102
Konfigurasi 4.27. Ports Conf .............................................................................. 102
Konfigurasi 4.28. Apache2 Conf ......................................................................... 103
xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Konfigurasi Simulation Prototype .................................................. A-1
Lampiran 2: Hasil Monitoring QoS Jaringan LAN Wire Network ..................... B-9
Lampiran 3: Hasil Monitoring QoS Jaringan LAN Wireless Network ............. C-12
Lampiran 4: Hasil Wawancara .......................................................................... D-15
Lampiran 5: Surat Bimbingan Skripsi ............................................................... E-18
Lampiran 6: Surat Penelitian .............................................................................. F-19
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang tidak bisa lepas dari informasi dan
komunikasi. Manusia membutuhkan dua hal itu untuk menambah wawasan
mereka di berbagai aspek kehidupan. Oleh sebab itu tanpa adanya informasi
dan komunikasi manusia akan ketinggalan zaman dan tidak akan tahu berita
terbaru yang sedang terjadi atau akan ketinggalan informasi – informasi
penting lainnya.
Guna menunjang kebutuhan informasi dan komunikasi, konektifitas
dan ketersedian layanan internet menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam
era teknologi informasi sekarang ini. Adanya layanan internet yang kini dapat
diakses dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun dengan menggunakan
perangkat digital seperti ponsel 3G, smartphone, atau tablet (Sugiarto,
2013:1), membuat layanan internet menjadi kebutuhan bagi sebagian orang
dalam mencari berbagai informasi. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun
2015 mencapai 139 juta. Kemudahan dalam mengakses serta banyaknya data,
fitur, dan literatur dalam internet, ditambah dengan menariknya tampilan dan
layanan yang diberikan menjadikan layanan internet mempunyai nilai plus
tersendiri dibandingkan media cetak seperti majalah, koran yang kini mulai
ditinggalkan.
Dalam mengakses internet, semua perangkat digital tersebut
membutuhkan alamat Internet Protocol (IP) agar dapat terhubung dalam
jaringan internet. Penemuan IPv4 memberikan dampak yang besar dalam
sejarah perkembangan internet. Dari yang semula hanya digunakan dalam
kalangan militer, kini penggunaanya telah meluas dan mencakup seluruh
dunia. Dengan adanya IPv4, seluruh dunia kini dapat saling terhubung dan
saling bertukar informasi.
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IPv4 dengan panjang totalnya mencapai 32-bit dan secara teoritis dapat
mengalamati hingga 4 miliar host komputer diseluruh dunia (Madcoms,
2010:114), seiring dengan banyaknya pengguna internet menyebabkan
alamat IPv4 sudah mencapai batasnya. Menurut data yang diperoleh dari
Intect Internet Metrics pada tahun 2011 IANA (Internet Assigned Numbers
Authority) sebagai otoritas tertinggi dalam distribusi alamat IP telah
mengalokasikan sisa alamat IPv4 terakhir ke masing – masing RIR (Regional
Internet Register).
Gambar 1.1. RIR (Regional Internet Register)
Menurut data yang diambil oleh Geoff Huston pada tahun 2016, selaku
senior analisis APNIC, sisa alamat IPv4 yang telah dibagikan oleh IANA
kepada masing-masing RIR setiap tahunnya mengalami penurunan. Terlebih
untuk wilayah ARIN yang sudah tidak memiliki sisa alamat IPv4 pool.
Gambar 1.2. Penurunan RIR IPv4 Pool
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 1.3. Ketersediaan IPv4
Sebagai salah satu langkah untuk mengatasi kelangkaan alamat IPv4
pengembangan IPv6, dengan kapasitas pengalamatan IP naik dari 32-bit
menjadi 128-bit (2 pangkat 128), kemajuan ini dapat mengendalikan situasi
ini sampai ratusan tahun dari sekarang. Negara–negara seperti Belgia, Swiss,
dan Jerman sudah menyadari situasi ini dan mulai beralih ke IPv6. Merujuk
data (Cisco, 2016), diketahui negara–negara di Eropa seperti Belgia, Portugal,
dan Swiss kini memimpin dalam pengadopsian penggunaan IPv6.
Gambar 1.4. Peringkat 5 besar Negara pengguna IPv6 tahun 2014
1.6802
0.5927
00.0948
0.9255
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
AFRINIC APNIC ARIN LACNIC RIPE NCC
Sisa Alamat IPv4 Pool Masing - Masing RIR
Belgium Portugal Switzerland Germany Ecuador
53%48% 47% 45% 44%
GLOBAL IPV6 ADOPTION
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai salah satu negara dengan populasi penduduk terbanyak
peringkat 4 di dunia (Departemen Perdagangan Amerika Serikat, 2014),
sudah sewajarnya Indonesia memaksimalkan pengalamatan IPv6. Menurut
informasi dari Vyncke (2014), dari 911 prefix IPv6 yang telah dialokasikan
untuk Indonesia dapat diketahui bahwa:
123 atau 13,5% pernah memiliki trafik jaringan aktif, namun saat ini
yang masih terdeteksi aktif hanya tinggal sekitar 62 prefix.
368 atau 40,4% di-announce oleh BGP router ISP/NAP di Indonesia
yang memiliki alokasi IPv6, namun saat ini yang tercatat masih
routable sebanyak 88 prefix.
251 atau 27,6% di-announce melalui aggregate BGP router atau
transit AS.
292 atau 32,1% prefix tercatat tidak pernah digunakan.
Mengacu data tersebut, sebanyak 32,1% prefix belum pernah digunakan
sama sekali. Kondisi ini, menjadi peluang untuk mewujudkan pengoptimalan
IPv6 di Indonesia agar lebih berkembang lagi seperti negara-negara di benua
Eropa.
Proses migrasi menuju pengalamatan IPv6 secara menyeluruh
membutuhkan kesiapan pada seluruh pihak baik user, network provider, dan
penyedia layanan (Harbiyatmo, 2013:2). Sebagai pusat pelayanan dan
pelatihan, Balai Pelatihan dan Riset TIK (BPRTIK) dilengkapi dengan
berbagai sarana dan prasarana yang cukup representatif dan modern. Dibawah
pengawasan Kementerian Komunikasi dan Informatika, BPRTIK bertujuan
meningkatkan kapabilitas pegawai instansi pemerintah dan seluruh masyarakat
Indonesia melalui kegiatan pelatihan, pendidikan, uji kompetensi, sertifikasi,
penelitian, dan pengembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi
(Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2011). Mengacu pada tujuan
tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dan pengembangan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam hal pengalamatan IPv4
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan IPv6 didalam jaringan BPRTIK. Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan pihak NOC (Network Operations Center), didalam jaringan BPRTIK
masih menggunakan pengalamatan berbasis IPv4 disetiap perangkatnya. Hal
ini pula yang mendorong penulis ingin mengimplementasikan pengalamatan
IPv6 kedalam jaringan BPRTIK, semoga dalam hal penerapannya akan
berdampak positif dikemudian hari.
Terdapat beberapa mekanisme dalam proses transisi, diantaranya Dual
Stack, Translasi, dan Tunneling. Masih adanya resources yang menggunakan
alamat IPv4 pada jaringan di BPRTIK membuat penulis
mengimplementasikan mekanisme Dual Stack, sehingga kedua protokol baik
IPv6 maupun IPv4 dapat berjalan bersamaan pada satu perangkat tanpa
mengganggu konektifitas di jaringan BPRTIK. Tidak tersedia alamat IPv6
publik di BPRTIK membuat jaringan lokal IPv6 tidak dapat terhubung ke
dalam jaringan IPv6 publik (internet). Oleh karena itu penulis
mengimplementasikan mekanisme Tunnel Broker dengan mendaftarkan
alamat IPv4 publik yang tersedia di BPRTIK untuk mendapatkan alamat IPv6
publik, selanjutnya dalam mekanisme ini IPv6 akan membuat sebuah tunnel
untuk melewati jaringan IPv4. Sehingga dari proses kedua mekanisme diatas,
penulis dapat mengimplementasikan jaringan IPv4 dan IPv6 di BPRTIK,
serta menguji client IPv4 dan IPv6 terhadap service web server, DNS
(Domain Name System), dan FTP (File Transfer Protocol) yang terdapat pada
server. Selain dapat mengimplementasikan jaringan IPv4 dan IPv6, penulis
juga me-monitoring QoS (Quality of Service) dari masing-masing IP
diantaranya bandwidth, jitter, dan packet lost.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2. Tujuan Penelitian
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan pendidikan strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sedangkan tujuan dari penyusunan skripsi ini sebagai berikut:
1. Dapat mengimplementasikan jaringan komputer yang terdiri dari IPv4
dan IPv6 menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker,
sebagai mekanisme transisi jaringan IPv4 ke IPv6.
2. Dapat me-monitoring QoS (bandwidth, jitter, dan packet lost) pada
masing-masing IPv4 dan IPv6 di jaringan wire network dan wireless
network.
1.3. Manfaat Penelitian
1.3.1. Bagi Penulis
1. Mengetahui prinsip dasar dari transisi IPv4 ke IPv6.
2. Mengetahui dan dapat mengimplementasikan mekanisme Dual
Stack dan mekanisme Tunnel Broker ke dalam transisi IPv4 ke
IPv6.
3. Mengetahui perbedaan dari masing – masing mekanisme Dual
Stack dan mekanisme Tunnel Broker.
4. Mengetahui prinsip dasar dari sistem operasi Cisco IOS
(Internetwork Operating System) dan Linux Ubuntu server.
1.3.2. Bagi Universitas
1. Dapat menjadi sumbangan karya ilmiah dalam disiplin ilmu
teknologi informasi.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau acuan bagi peneliti
lain yang berminat mengkaji permasalahan atau topik yang
sama.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3.3. Bagi Masyarakat
1. Memberikan solusi penerapan transisi IPv4 ke IPv6 dengan
menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker.
1.4. Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada latar
belakang, maka dari itu penulis merumuskan masalah yang akan diselesaikan
sebagai berikut:
1. Bagaimana mengimplementasikan jaringan IPv4 dan IPv6 dengan
mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker, sebagai mekanisme transisi
jaringan IPv4 ke IPv6?
2. Bagaimana me-monitoring QoS (bandwidth, jitter, dan packet lost) pada
masing-masing IPv4 dan IPv6 di jaringan wire network dan wireless
network?
1.5. Batasan Masalah
Implementasi mekanisme transisi Dual Stack dan Tunnel Broker pada
jaringan IPv4 dan IPv6 dirancang untuk terus dikembangkan. Oleh karena itu
penulis membatasi permasalahan dengan batasan sebagai berikut:
1. Implementasi jaringan IPv4 dengan IPv6 hanya menggunakan
mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker. Penulis menggunakan
metode pengembangan sistem NDLC (Network Development Life
Cycle).
2. Server dibangun di atas VirtualBox sebagai software virtualisasi sistem
operasi. Service yang terdapat pada server yang digunakan untuk testing
yaitu web server, FTP server, dan DNS server.
3. Implementasi menggunakan router Cisco 1801W, mobile client testing
menggunakan smartphone iPhone 5 dengan sistem operasi iOS 9.0.1 dan
Galaxy J7 dengan sistem operasi Android Lollipop 5.1.1.
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Penulis menggunakan beberapa tools yang digunakan untuk membangun
service-service yang terdapat pada server diantaranya, LAMP sebagai
software untuk membuat web server, sedangkan untuk membuat
halaman web penulis menggunakan Wordpress, VSFTPD untuk
membuat FTP server dan BIND untuk membuat DNS server. Serta untuk
pengukuran dan analisis QoS pada kedua jaringan IPv4 dan IPv6
menggunakan tools Iperf.
5. Jaringan dibangun di ruang RnD 3 (Network and Telecomunication
Development) menggunakan jaringan client server. IPv6 Tunnel Broker
didapatkan dari mendaftarkan alamat IPv4 publik. Dual Stack service
hanya diimplementasikan pada web server, FTP server dan DNS server.
Sistem tidak memperhitungkan aspek keamanan.
1.6. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam dalam penulisan pada bagian
metodelogi penelitian dibagi menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data
dan metode pengembangan sistem.
1.6.1. Metode Pengumpulan Data
Merupakan metode yang digunakan penulis dalam melakukan
penelitian dan menjadikannya informasi yang akan digunakan untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi. Metode pengumpulan data
yang penulis lakukan yaitu studi pustaka, observasi, dan wawancara.
1.6.2. Metode Pengembangan Sistem
Penelitian menggunakan Network Development Life Cycle
(NDLC) sebagai acuan dalam membuat tugas akhir, adapun siklus
dari NDLC yaitu Analysis, Design, Simulation Prototyping,
Implementations, Monitoring, dan Management.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari karya tulis yang penulis buat adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas teori tentang jaringan komputer, perangkat
jaringan komputer, Cisco IOS, IPv4, IPv6, dan mekanisme transisi
IPv4 ke IPv6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang
digunakan yaitu metodologi pengumpulan data dan metodologi
pengembangan sistem.
BAB IV IMPLEMENTASI EKSPERIMENTAL
Pada bab ini membahas tentang perancangan topologi jaringan dan
desain sistem, serta implementasi mekanisme transisi Dual Stack
dan Tunnel Broker pada jaringan IPv4 dan IPv6.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil dan pengujian sistem
berdasarkan penelitian yang telah telah dilakukan sesuai dengan
metodologi yang telah digunakan.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil implementasi dari kedua mekanisme, serta saran yang
dibutuhhkan untuk pengembangan selanjutnya.
10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Jaringan Komputer
Menurut definisi, jaringan komputer (computer networks) adalah
himpunan interkoneksi sejumlah komputer autonomous. Kata “autonomous”
mengandung pengertian bahwa komputer memiliki kendali atas dirinya
sendiri. Bukan merupakan bagian komputer lain, seperti sistem terminal yang
biasa digunakan pada komputer mainframe. Komputer juga tidak
mengendalikan komputer lain yang dapat mengakibatkan komputer lain
restart, shutdown, merusak file, dan sebagainya. Dua buah komputer
dikatakan “interkoneksi” apabila keduanya bisa berbagi resource yang
dimiliki, seperti saling bertukar data atau informasi, berbagi printer, berbagi
media penyimpanan (hard disk, floppy disk, CD ROM, flash disk, dan
sebagainya) (Iwan Sofana, 2011:4).
Tujuan dari jaringan komputer adalah (Komputer, 2010:2) :
1. Membagi sumber daya, contohnya berbagi pemakaian printer, CPU,
memori, harddisk.
2. Komunikasi, contohnya email, instant messaging, chatting.
3. Akses informasi, contohnya web browsing.
2.1.1. Jenis Jaringan Komputer
Berdasarkan jangkauan area atau lokasi, jaringan dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu (Madcoms, 2015:3):
1. Local Area Network (LAN) merupakan jaringan yang
menghubungkan sejumlah komputer yang ada dalam suatu
lokasi dengan area yang terbatas seperti ruang atau gedung. LAN
dapat menggunakan media komunikasi seperti kabel dan
wireless.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Salah satu masalah yang dihadapi oleh LAN (tradisional) adalah
tidak adanya mekanisme “pengaturan” yang fleksibel.
Administrator akan cukup sulit mengelompokkan masing-
masing host berdasarkan kategori tertentu. Seperti
mengelompokkan beberapa host berdasarkan kelompok kerja,
berdasarkan departemen, aplikasi atau servis yang disediakan,
dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut, kita dapat
membuat VLAN atau Virtual LAN. VLAN dapat mengatasi
beberapa kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh LAN
tradisional. Sebagai contoh, kita dapat mengelompokkan
beberapa host yang berada pada empat gedung yang berbeda
menjadi satu kelompok, misal kelompok dosen, kelompok
mahasiswa, dan lain-lain (Iwan Sofana, 2012:126).
3. Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan antara LAN
satu dengan LAN lain yang dipisahkan oleh lokasi yang cukup
jauh. Contoh penggunaan WAN adalah hubungan antara kantor
pusat dengan kantor cabang yang ada di daerah-daerah.
4. Metropolitan Area Network (MAN) merupakan jaringan yang
lebih besar dari jaringan LAN tetapi lebih kecil dari jaringan
WAN. Jaringan MAN dan jaringan WAN sama sama
menghubungkan beberapa LAN yang membedakan hanya
lingkup areanya yang berbeda.
2.1.2. Jaringan Client Server
Jaringan Client Server menghubungkan komputer server
dengan komputer client. Komputer server adalah komputer yang
menyediakan fasilitas bagi komputer-komputer client yang terhubung
dalam jaringan. Sedangkan komputer adalah komputer yang
menggunakan fasilitas yang disediakan oleh komputer server.
Komputer server pada sebuah jaringan tipe Client Server disebut
dengan Dedicated Server, karena komputer yang digunakan hanya
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai penyedia fasilitas untuk komputer client. Komputer server
tidak dapat berperan sebagai komputer client (Madcoms, 2015:3).
Beberapa layanan yang terdapat pada server yaitu:
Web Server
Web server adalah sebuah perangkat lunak server yang berfungsi
menerima permintaan HTTP atau HTTPS dari klien yang dikenal
dengan browser web dan mengirimkan kembali hasilnya dalam
bentuk halaman-halaman web yang umumnya berbentuk
dokumen HTML. Server web yang terkenal di antaranya adalah
Apache (Sugeng, 2015:199).
FTP Server
FTP atau file transfer protocol merupakan kemampuan untuk
melakukan upload dan download yang disediakan oleh jaringan
internet. Upload adalah proses mentransfer dokumen, grafik dan
objek lainnya dari komputer ke server yang ada pada jaringan
internet, sedangkan download merupakan kebalikan dari proses
upload. Untuk melakukan upload dan download diperlukan
sebuah komputer yang berfungsi sebagai FTP server (Irwansyah,
2014:32).
DNS Server
Domain Name System atau biasa disebut sebagai DNS, adalah
suatu teknik untuk mengingat IP address yang sulit diingat
akibat terdiri dari sederetan angka. Routing paket IP yang
berbasis TCP/IP sebenarnya tidak memerlukan teknik DNS
tersebut, cukup dengan IP address. Teknik DNS diperlukan
karena yang melakukan routing tidak lain adalah manusia, dan
manusia pada umumnya lebih sulit menghafal deretan angka.
Untuk itu, perlu cara lain agar manusia mudah menghafalnya
atau mengingatnya. Manusia cenderung lebih mudah menghafal
nama dibanding angka. Untuk itu, agar internet lebih mudah
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan, diperlukan suatu cara untuk memetakan dari IP
address ke nama host/komputer dan sebaliknya, dan ini juga
yang dinamakan DNS (Sugeng, 2015:143).
Keunggulan tipe jaringan Client Server adalah (Madcoms, 2015:3):
Terdapat Administrator jaringan yang mengelola sistem
keamanan dan administrasi jaringan, sehingga sistem keamanan
dan administrasi jaringan akan lebih terkontrol.
Komputer server difungsikan sebagai pusat data, komputer
client dapat mengakses data yang ada dari komputer client
manapun.
Apabila terdapat komputer client yang rusak, pengguna masih
dapat mengakses data dari komputer client yang lain.
Pengaksesan data lebih tinggi karena penyediaan dan
pengelolaan fasilitas jaringan dilakukan oleh kornputer server.
Dan komputer server tidak terbebani dengan tugas lain sebagai
workstation.
Pada tipe jaringan Client Server, sistem backup data lebih baik,
karena backup data dapat dilakukan terpusat di komputer server.
Apabila data pada komputer client mengalami masalah atau
kerusakan masih tersedia backup pada komputer server.
Kelemahan tipe jaringan Client Server adalah (Madcoms, 2015:3):
Biaya mahal, karena membutuhkan komputer yang memiliki
kemampuan tinggi yang difungsikan sebagai komputer server.
Kelancaran jaringan tergantung pada komputer server. Bila
kumputer server mengalamani gangguan maka jaringan akan
terganggu.
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3. Jaringan Peer To Peer
Jaringan Peer To Peer menghubungkan beberapa komputer
dalam sebuah jaringan. Pertukaran data dapat dilakukan antar
komputer yang terhubung tanpa perantara komputer server. Masing-
masing komputer dapat berperan sebagai komputer server sekaligus
sebagai komputer client (Madcoms, 2015:4).
Keunggulan tipe jaringan Peer To Peer (Madcoms, 2015:4):
Semua komputer yang terhubung dengan jaringan memiliki hak
yang sama.
Biaya lebih murah karena tidak memerlukan adanya sebuah
komputer server.
Kelancaran jaringan tidak tergantung pada komputer server.
Kelemahan tipe jaringan Peer To Peer (Madcoms, 2015:4):
Troubleshooting jaringan lebih rumit, karena pada tipe jaringan
Peer To Peer setiap komputer yang terhubung memungkinkan
untuk terlibat dalam komunikasi yang ada.
Sistem keamanan jaringan ditentukan oleh masing-masing
pengguna dengan mengatur keamanan pada fasilitas yang
dimiliki.
Data tersebar pada masing-masing komputer, maka backup data
dilakukan pada masing-masing komputer.
2.1.4. Jaringan Wire Network
Wire network adalah jaringan computer yang menggunakan
kabel sebagai media penghantar. Pada sebuah network, media
transmisi memegang peranan ynag sangat penting. Karena informasi
atau data aan diangkut melalui medi transmisi. Sepertu jalan raya yang
dilalui kendaraan bermotor (Iwan Sofana, 2011:31).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kabel yang digunakan pada jaringan computer biasanya terbuat
dari bahan tembaga. Ada juga jenis kabel lain yang dibuat
menggunakan bahan fiber optic atau serat optik. Biasanya kabel
berbahan tembaga banyak pada LAN. Sedangkan untuk MAN atau
WAN banyak menggunakan kabel tembaga dan fiber optic (FO) (Iwan
Sofana, 2011:31).
2.1.5. Jaringan Wireless Network
Wireless Network adalah jenis jaringan komputer yang
menggunakan gelombang radio untuk transmisi data. Saat ini semakin
banyak implementasi wireless network di pusat perbelanjaan, airport,
rumah sakit, dan lokasi lain. Pengguna dapat dengan mudah
mengakses internet menggunakan handphone, laptop, PDA, dan
perangkat genggam lainnya (Iwan Sofana, 2011:53).
Wireless network memiliki beberapa keunggulan, sperti proses
instalasi yang lebih mudah dibandingkan wire network, dapat
mencapai area yang sulit dijangkau, biaya instalasi dan perawatan
lebih murah. Namun di sisi lain juga memiliki beberapa kekurangan,
seperti masalah interferensi dengan perangkat microwave, rawan
penyadapan, mudah dipengaruhi oleh cuaca buruk (Iwan Sofana,
2011:54).
2.1.6. Perangkat Jaringan Komputer
2.1.6.1. Router
Router sering digunakan untuk menghubungkan
beberapa network. Baik network yang sama maupun berbeda
dari segi teknologinya. Seperti menghubungkan network
yang menggunakan topologi Bus, Star, Ring. Router juga
digunakan untuk membagi network besar menjadi beberapa
buah subnetwork (network-network kecil). Setiap
subnetwork seolah-olah "terisolir" dari network lain. Hal ini
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat membagi-bagi traffic yang akan berdampak positif
pada performa network.
Sebuah router memiliki kemampuan routing. Artinya
router secara cerdas dapat mengetahui kemana rute
perjalanan informasi (yang disebut packet) akan dilewatkan.
Apakah ditujukan untuk host lain yang satu network ataukah
berbeda network. Jika paket-paket ditujukan untuk host pada
network lain maka router akan meneruskannya ke network
tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk host
yang satu network maka router akan menghalangi paket-
paket keluar, sehingga paket-paket tersebut tidak
“membanjiri” network yang lain (Iwan Sofana, 2012:58).
2.1.6.2. Swicth
Switch merupakan perangkat jaringan yang bekerja
pada OSI Layer 2 (Data Link Layer). Switch berfungsi
hampir sama seperti Hub. Switch mengenal MAC address
yang digunakan untuk memilah data mana yang harus
ditransmisikan. Switch menampung daftar MAC address
yang dihubungkan dengan port-port yang digunakan untuk
menentukan kemana harus mengirim paket, sehingga akan
mengurangi traffic pada jaringan.
Switch menggunakan transmisi Full Duplex di mana
memiliki jalur antara Receive dan Transmit data yang
terpisah. Walaupun collision masih mungkin dapat terjadi,
tetapi sudah diminimalisir (Madcoms, 2015:9).
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2. Model OSI
OSI adalah suatu standar komunikasi antar mesin yang terdiri dari atas
tujuh lapisan. Ketujuh lapisan tersebut mempunyai peran dan fungsi yang
berbeda satu terhadap yang lainnya. Setiap layer bertanggung jawab secara
khusus pada proses komunikasi data. Misalnya satu layer bertanggung jawab
untuk membentuk koneksi antar perangkat, sementara layer lainnya
bertanggung jawab untuk mengoreksi terjadinya error selama proses transfer
data berlangsung (Dede Sopandi, 2010:53).
Model OSI menjadi semacam referensi atau acuan bagi siapa saja yang
ingin memahami cara kerja jaringan computer. Walaupun OSI merupakan
sebuah model yang diakui dunia saat ini, namun tidak ada paksaan bagi
pengembang hardware atau softeware dan user untuk menggunakannya.
Sebagai contoh, jaringan internet menggunakan model DARPA (Defence
Advanced Research Projects Agency) yang berbeda dengan model OSI.
Bahkan internet bisa berkembang sangat pesat walaupun tidak menggunakan
model OSI (Iwan Sofana, 2012:92).
Tabel 2.1. OSI Layer
Layer Fungsi Contoh Protokol
Application Menyediakan servis bagi
berbagai aplikasi
network.
NNTP, HL7, Modbus,
SIP, SSI, DHCP, FTP,
Goopher, HTTP, NFS,
NTP, RTP, SMPP,
SMTP, SNMP, Telnet.
Presentation Mengatur konversi dan
translasi berbagai format
data, seperti kompresi
data dan enkripsi data.
TDI, ASCII,
EBCDIC,MIDI, MPEG,
ASCII7
Session Mengatur sesi yang
meliputi establishing
(memulai sesi),
SQL, X Window,
Named Pipes (DNS),
NetBios, ASP, SCP, OS
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
maintaining
(mempertahankan sesi),
dan terminating
(mengakhiri sesi) antar
entitas yang dimiliki oleh
presentation layer.
Scheduling, RPC, NFS,
ZIP.
Transport Menyediakan end-to-end
communication protocol.
Layer ini bertanggung
jawab terhadap
“keselamatan data” dan
“segmentasi data”,
seperti: mengatur flow
control (kendali aliran
data), error detection
(deteksi error) and
correction (koreksi), data
sequencing (urutan data),
dan size of the packet
(ukuran paket).
TCP, SPX, UDP, SCTP,
IPX.
Network Menentukan rute yang
dilalui oleh data. Layer
ini menyediakan logical
addressing
(pengalamatan logika)
dan path determination
(penentuan rute tujuan).
IPX, IP, ICMP, IPSec,
ARP, RIP, IGRP, BGP,
OSPF, NBF, Q.931.
Data Link Menentukan
pengalamatan fisik
(hardware address),
802.3 (Ethernet),
802.11a/b/g/n
MAC/LLC, 802.1Q
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
error notification
(pendeteksi error), frame
flow control (kendali
aliran frame) dan
topologi network.
Ada dua sublayer pada
data link, yaitu Logical
Link Control (LLC) dan
Media Acces Control
(MAC)
(VLAN), ATM, CDP,
HDP, FDDI, Fibre,
Channel¸Frame Relay,
SDLC, HDLC, ISL,
PPP, Q.921, Token Ring
Physical Layer ini menentukan
masalah kelistrikan atau
gelombang dan berbagai
prosedur yang berkaitan
dengan link fisik, seperti
besar tegangan atau arus
listrik, panjang maksimal
media transmisi,
pergantian fasa, jenis
kabel, dan konektor.
RS-232, V.35, V.34,
I.430, 1.431, T1, E1,
10BASE-T, 100BASE-
TX, POTS, SONET,
DSL, 802.11.a/b/g/n
PHY, hub, reapeater,
fibre optics.
Sumber: (Iwan Sofana, 2012:97)
2.3. Model DARPA
Menurut Iwan Sofana (2011:169) model referensi DARPA atau
DARPA Reference Model adalah sebuah referensi protokol jaringan yang
diusulkan oleh departemen pertahanan Amerika Serikat atau DoD
(Departement of Defense). Model ini dinamai begitu karena lembaga yang
mengembangkan TCP/IP adalah DARPA (United States Defense Advanced
Research Project Agency) pada dekade 1970-an hingga 1980-an. Model ini
disebut juga TCP/IP Model atau Internet Model.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada mulanya TCP/IP digunakan pada jaringan ARPANET. Namun,
saat ini telah menjadi protokol standar bagi jaringan yang lebih umum yang
disebut Internet. Secara singkat, sejarah perkembangan protokol TCP/IP
hingga kemunculan Internet sebagai berikut:
Tahun 1957, DoD membentuk ARPA (Advanced Research Projects
Agency) untuk membuat jaringan peer-to-peer (di Amerika) antara
UCLA, UCSB, U-Utah & Standford.
Tahun 1969, ARPANET terbentuk.
Tahun 1973, ARPANET menghubungkan University College London
dan Royal University Norway.
Tahun 1982, model jaringan Internet dikembangkan.
Tahun 1990, ARPANET kemudian dikenal dengan Internet.
Berbeda dengan model referensi OSI yang memiliki tujuh layer, model
referensi DARPA hanya memiliki empat lapisan, yaitu:
1. Network Interface layer atau kadang disebut Physical layer
2. Internetworking layer atau kadang disebut Internet layer
3. Host-to-host layer atau kadang disebut Transport layer
4. Application layer
Tabel 2.2. Model DARPA
Layer Fungsi Contoh Protokol
Application Menyediakan servis
bagi aplikasi TCP/IP.
Layer ini menangani
high-level protocol,
masalah represntasi
data, proses encoding,
dan dialog control yang
memungkinkan
Telnet, DHCP, DNS,
HTTP, FTP, SMTP,
SNMP.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terjadinya komunikasi
antar aplikasi jaringan.
Transport Mengatur koneksi antar
host. Layer ini
menyediakan layanan
pengeriman data
dengan cara membuat
logical connection di
antara pengirim dan
penerima.
Layer Transport juga
bertugasmemcah data
dan menyatukan
kembali.
TCP, UDP.
Internet Layer ini memiliki
tugas utama dalam
penentuan rute terbaik
yang akan dilewati oleh
paket-paket data.
Pada layer ini
ditentukan pula alamat
logika, yaitu IP address.
IP, ICMP, ARP,
RARP
Network Interface Berfungsi meletakan
frame-frame data yang
akan dikirim ke media
jaringan.
Ethernet, Token Ring,
POTS, ISDN, Frame
Relay, ATM.
Sumber:(Iwan Sofana, 2012:22)
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4. Internet Protocol Versi 4 (IPv4)
2.4.1. Pengertian IPv4
Internet versi 4 (TCP/IPv4) adalah sebuah jenis pengalamatan
jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang
menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan
secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer di
seluruh dunia. IP (Internet Protocol) Address merupakan alamat yang
diberikan kepada komputer-komputer yang terhubung dalam suatu
jaringan. IP Address terdiri dari dua bagian, yaitu: network ID dan host
ID. Network ID menentukan alamat dalam jaringan (network
address), sedangkan Host ID menentukan alamat dari peralatan
jaringan yang sifatnya unik untuk membedakan antara satu mesin
dengan mesin yang lain. Ibarat sebuah alamat rumah, network ID
seperti alamat rumah dan host ID seperti nomor rumah. IP address
terdiri dari 32 bit angka biner yang dituliskan dalam bentuk empat
kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari delapan (oktat)
bit yang dipisahkan oleh tanda titik (Madcoms, 2015:21).
Contoh: 11000000.101010000.00000000.01100100
IP address dapat ditulis dalam bentuk angka desimal dalam empat
kelompok, dari angka 0 - 255.
Contoh: 192.168.0.100
2.4.2. Kelas IPv4
IP Address dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Kelas A, Kelas B,
dan Kelas C. Tujuan membedakan kelas IP adalah untuk menentukan
jumlah komputer yang bisa terhubung dalam sebuah jaringan
(Madcoms, 2015:22).
Kelas A
IP Kelas A terdiri dari: 8 bit pertama digunakan untuk Network
ID, dan 24 bit berikutnya merupakan Host ID. IP Kelas A
terdapat 126 Network, yakni dari nomor 1.xxx.xxx.xxx sampai
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan 126.xxx.xxx.xxx (xxx merupakan variabel yang
nilainya dari 0 sampai dengan 255).
Format IP Kelas A
NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
(N = Network ID, H Host D)
Bit pertama nilainya 0
Network ID adalah 8 bit dan Host ID adalah 24 bit
Bit pertama diisi antara 0 sampai dengan 127
Range IP antara 1.xxx.xxx.xxx - 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah Network adalah 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
Jumlah Host adalah 16.777.214
Contoh IP address 10.11.22.33, maka Network ID adalah
10 dan Host ID adalah 11.22.33.
Kelas B
IP Kelas B terdiri dari: 16 bit pertama digunakan untuk Network
ID, dan 16 bit berikutnya merupakan Host ID. IP Kelas B
terdapat 16.384 Network, yakni dari nomor 128.0.xxx.xxx
sampai dengan 191.255.xxx.xxx (xxx merupakan variabel yang
nilainya dari 0 sampai dengan 255).
Format IP Kelas B
10NNNNNN.NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
(N = Network ID, H = Host ID)
Bit nilainya 10
Network ID adalah 16 bit dan Host ID adalah 16 bit
Bit pertama diisi antara 128 sampai dengan 191
Range IP antara 128.0.xxx.xxx - 191.255.xxx.xxx
Jumlah Network adalah 16.384 (64 x 256)
Jumlah Host adalah 65.532
Contoh IP address 130.1.2.3, maka Network ID adalah
130.1 dan Host ID adalah 2.3 jadi IP di atas mempunyai
host dengan 2.3 pada jaringan 130.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kelas C
IP Kelas C terdiri dari: 24 bit pertama digunakan untuk Network
ID, dan 8 bit berikutnya rrærupakan Host ID. IP Kelas C
terdapat 2.097.152 Network, yakni dari nomor 192.0.0.xxx
sampai dengan 223.255.255.xn (xxx merupakan variabel yang
nilainya dari 0 sampai dengan 255).
Format IP Kelas C
110NNNNN.NNNNNNNN.NNNNNNNN.HHHHHHHH
(N = Network ID, H = Host ID)
Bit pertama nilainya 110
Network ID adalah 24 bit dan Host ID adalah 8 bit
Bit pertama diisi antara 192 sampai dengan 223
Range IP antara 192.0.0.xxx - 233.255.255.xxx
Jumlah Network adalah 2.097.152 (32 x 256 x 256)
Jumlah Host adalah 254
Contoh IP address 192.168.0.100, maka Network ID adalah
192.168.0 dan Host ID adalah 100
Jadi IP di atas mempunyai host nomor 100 pada jaringan
192.168.0 (Madcoms, 2015:23).
2.4.3. Network Address
Dalam praktiknya, sebuah host tidak pernah berdiri sendiri
namun memerlukan host lain dan bergabung membentuk sebuah
network. Setiap network yang tergabung di internet haruslah memiliki
ID yang unik, yang disebut alamat network atau network address.
Network address juga dapat menyederhanakan proses routing di
internet. Router cukup melihat network address untuk menentukan ke
router mana suatu datagram harus dikirimkan. Selanjutnya datagram
akan diteruskan oleh router jaringan lokal ke host tujuan.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Network address ini didapat dengan membuat seluruh bit host
menjadi 0. Ingat kembali, pada IP address kelas B panjang bit network
dan bit host masing-masing adalah 16 bit. Misalkan untuk host dengan
IP address kelas B, contoh 167.205.9.35, maka network address dari
host ini adalah 167.205.0.0 (Iwan Sofana, 2011:189).
2.4.4. Broadcast Address
Broadcast address adalah IP address khusus yang digunakan
untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh
seluruh host pada suatu network. Setiap datagram IP memiliki header
berisi IP address alamat tujuan, Dengan adanya alamat ini, maka
hanya host tujuan saja yang memproses datagram tersebut, sedangkan
host lain akan mengabaikannya (Iwan Sofana, 2011:189).
2.4.5. Subnet Mask
Subnet Mask merupakan angka biner 32 bit yang digunakan
untuk membedakan Network ID dan Host ID. Subnet Mask
menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau
berada di jaringan luar. Pada Subnet Mask, bit yang berhubungan
dengan network ID menggunakan 1, sedangkan bit yang berhubungan
dengan host ID menggunakan 0. Pada IP address versi 4 mempunyai
kategori Subnet Mask sebagai berikut (Madcoms, 2015:24):
IP address Kelas A menggunakan Subnet Mask
11111111.00000000.00000000.00000000 = 255.0.0.0
IP address Kelas B menggunakan Subnet Mask
11111111.11111111.00000000.00000000 = 255.255.0.0
IP address Kelas C menggunakan Subnet Mask
11111111.11111111.11111111.00000000 = 255.255.255.0
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.6. IPv4 Address Private
IP address private merupakan alamat-alamat IP yang disediakan
untuk digunakan pada jaringan lokal (LAN). IP address private
digunakan untuk komunikasi pada jaringan yang tidak terhubung
langsung dengan Internet. IP address private hanya dapat dipakai
untuk komunikasi pada jaringan intranet dan tidak dapat digunakan
pada jaringan internet.
IP address private Kelas A memiliki range IP address antara
10.0.0.1 - 10.255.255.254
IP address private Kelas B memiiki range IP address antara
172.16.0.1 - 172.31.255.254
IP address private Kelas C rnemiliki range IP address antara
192.168.0.1 - 192.168.255.254 (Madcoms, 2015:24).
2.4.7. IPv4 Address Public
IP address public merupakan alamat-alamat IP yang disediakan
untuk digunakan pada jaringan internet (Madcoms, 2015:24).
2.4.8. NAT
Keterbatasan alamat pada IPv4 merupakan masalah pada
jaringan global atau internet. Untuk memaksimalkan alamat IP yang
diberikan oleh Internet Service Provider (ISP), maka dapat digunakan
Network Address Translation atau sering disingkat dengan NAT.
NAT membuat jaringan yang menggunakan alamat lokal (private),
alamat yang tidak boleh ada dalam tabel routing internet dan
dikhususkan untuk jaringan lokal/internet, agar dapat berkomunikasi
ke internet dengan jalan meminjam alamat alamat IP internet yang
dialokasikan oleh ISP.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dengan teknologi NAT maka dimungkinkan alamat IP
lokal/private terhubung ke jaringan publik seperti internet. Sebuah
router NAT ditempatkan antara jaringan lokal (inside network) dan
jaringan publik (outside network), dan mentranslasikan alamat
lokal/internal menjadi alamat IP global yang unik sebelum
mengirimkan paket ke jaringan luar seperti internet. Sehingga dengan
NAT, jaringan internal/lokal tidak akan terlohat oleh dunia
luar/internet (Sugeng, 2015:83).
NAT dibagi menjadi 2 yaitu (Sugeng, 2015:83):
Statis
Translasi statis terjadi ketika sebuah alamat lokal (inside)
dipetakan kepada sebuah alamat global/internet (outside). Alamat
lokal dan global tersebut dipetakan satu lawan satu secara
statistik.
Dinamis
NAT dengan kelompok
Translasi Dinamis terjadi ketika router NAT diset untuk
memahami alamat lokal yang harus ditranslasikan, dan
kelompok (pool) alamat global yang akan digunakan unutk
terhubung ke internet. Proses NAT Dinasmis ini dapat
memetakan beberapa kelompol alamat lokal ke beberapa
kelompok alamat global.
NAT Overload
Sejumlah IP lokal (internal) dapat ditranslasikan ke satu
alamat IP global (outside). Hal ini sangat menghemat
penggunakan alokasi IP dari ISP. Sharing/pemakaian
bersama satu alamat IP ini menggunakan metode port
multiplexing, atau perubahan port ke paket outbound.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5. Internet Protocol Versi 6 (IPv6)
2.5.1. Pengertian IPv6
IPv6 address atau IP address versi 6 atau Next Generation IP
address (IPng) adalah IP address yang digunakan pada protokol IPv6.
IPv6 atau Internet Protocol version 6, merupakan protokol IP terbaru
yang dicadangkan untuk keperluan masa mendatang. Sudah sekitar
dua puluh tahun lebih, Internet berkembang menggunakan Internet
Protocol Version 4 (IPv4). IPv4 menyediakan IP address sepanjang
32 bit atau sejumlah 232 buah IP address. Alokasi IP address sebanyak
itu pada mulanya dianggap cukup. Hingga pada tahun 1991, timbul
kekhawatiran bahwa suatu saat jumlah host yang terhubung ke
Internet akan melebihi kapasitas IPv4.
Kekhawatiran tersebut mendorong para ahli untuk merumuskan
versi protokol Internet yang lebih baru. Proposal diajukan pada tahun
1992 dan selama beberapa tahun mendapat masukan dari berbagai
pihak. Setelah mengalami perjalanan panjang, akhirnya terbentuklah
sebuah protokol baru yang disebut Internet Protocol Version 6 (IPv6)
atau Next Generation Internet Protocol (Iwan Sofana, 2011:191).
2.5.2. Format IPv6
Format Alamat Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke
dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam
bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan
heksadesimal tersebut akan dlpisahkan dengan tanda titik dua
Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering
disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan yang
menggunakan dotted-decimal format (Madcoms, 2010:122).
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
0010000111011010000000001101001110000000001011110011101
1000000101010101000000000111111111111111110001010001001
110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal
format, angka - angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok
berukuran 16-bit:
0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000
0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111
1111111000101000 1001110001011010
Kemudian setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonverslkan
ke dalam bilangan heksadesimal, dan setiap bilangan heksadesimal
tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua, misalnya:
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A.
2.5.3. Kelas IPv6
IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix sebagai berikut
(Madcoms, 2010:120):
Alamat Unicast
Alamat Unicast, merupakan alamat dengan scope global dan
unik sehingga bisa dirouterkan di internet. Selain global unicast,
IPv6 juga mempunyai alamat local unicast dengan scope
terbatas pada link lokal. Beberapa tipe alamat unicast IPv6 ini
antara lain:
Aggregatable Global Unicast Addresses
Sering disebut sebagai alamat global, mirip dengan alamat
publik pada IPv4 dan atamat ini ditandai dengan prefix 001.
Alamat ini bisa dirouterkan dan dijangkau secara global dari
alamat IPv6 di internet. Dinamakan aggregatable karena
memnang didesain untuk bisa diaggregasi dan diringkas
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(aggregation dan summarization) untuk menghasilkan
infrastruktur routing yang efisien.
Link-local addresses
Alamat ini digunakan untuk berkomunikasi dalam scope link
lokal, yaitu pada link yang sama (misal jaringan flat tanpa
router). Router tidak akan melewatkan traffic dari alamat-
alamat ini keluar link. Alamat ini ditandai FE80 dan
menggunakan prefix dengan 64 bit selanjutnya adalah
interface id. Alamat link lokal ini dikonfigurasikan melalui
IPv6 autoconfiguration.
Site - local addresses
Alamat int mirip dengan alamat private pada yang dalam
teknologi IPv6 Alamat ini akan selalu diawali dengan FECO.
Karena sifatnya yang sulit untuk didefisinikan dari scope site,
sehingga alamat ini dihapuskan penggunaannya.
Special addresses Ada dua jenis alamat spesiat pada IPv6
yaitu:
Alamat yang tidak dispesifikkan Sering disebut all-zeros-
address karena memang bernilai atau bisa dituliskan Alamat
ini sama dengan 0.0.0.0 di alamat IPv4. Alamat ini tidak
boleh dikonfigurasikan pada interface dan tidak boleh
menjadi tujuan rute.
Alamat loopback
Jika alamat loopback pada IPv4 adalah 127.0-0.1 maka pada
IPv6 adalah atau bisa diringkas menjadi Alamat ini tidak
boleh dikonfigurasikan pada interface.
Alamat Multicast
Seperti hatnya pada IPv4, pada IPv6 alamat ini menunjukkan
sekumpulan piranti dalam grup multicast. Jadi alamat ini hanya
akan muncul sebagai alamat tujuan, tidak akan pernah sebagai
atamat asal. Jika paket dikirimkan ke alamat ini maka semua
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
anggota grup akan memprosesnya. Multicast address ini pada
IPv4 didefinisikan sebagai Kelas D, sedangkan pada IPv6 ruang
yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF" disediakan untuk
multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk
menentukan range berlakunya. Kemudian blockcast address
pada IPv4 yang alamat bagian hostnya didefinisikan sebagai -1
pada IPV6 sudah termasuk di dalam multicast address ini.
Blockcast address digunakan untuk kornunikasi dalam segmen
yang sarna yang dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan
multicast address, Bit pertama menunjukkan bahwa ini adalah
alamat multicast. Empat bit selanjutnya merupakan flag yang
masing-masing telah didefinisikan. Bit pertama harus O
karena dicadangkan untuk keperluan di masa mendatang. Bit
kedua menunjukkan apakah alamat multicast ini mengandung
alamat Rendezvous Point (RP), yaitu titik distribusi untuk aliran
multicast tertentu datam suatu jaringan multicast. Bit ketiga
menandakan apakah alamat multicast ini mengandung
informasi prefix. Sementara bit terakhir menunjukkan apakah
alamat ini diberikan secara permanen.
Alamat Anycast
Alamat ini tebih menunjuk kepada fungsi layanan dari pada
alarnat. Alamat anycast sama seperti alamat unicast IPv6 yang
bertambah fitur, bahwa router akan selalu merouterkan ke
tujuan yang terdekat atau lebih tepatnya terbaik sesuai yang
telah dikoffigurasikan. Jika ada paket yang dikirim ke atamat
ini, maka router akan mengirim paket tersebut ke host terdekat
yang memiliki Anycast address sama. Dengan kata lain, pemilik
paket menyerahkan pada router tujuan yang paling “cocok" bagi
pengiriman paket tersebut. Contoh pernakaian Anycast ini
adalah beberapa server yang memberikan layanan seperti DNS
(Domain Name Server). Dengan memberikan Anycast Address
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sama pada server-server tersebut, maka jika ada paket yang
dikirim oleh client ke alamat ini, router akan memilih server
yang terdekat dan mengirimkan paket tersebut ke server
tersebut. Sehingga beban terhadap server dapat terdistribusi
secara me-rata. Bagi Anycast ini tidak disediakan ruang khusus.
Jika terhadap beberapa host diberikan sebuah alamat yang sama,
maka alamat tersebut dianggap sebagai Anycast Address.
2.5.4. Fitur Pada IPv6
Internet Protocol versi IPv6 memiliki beberapa fitur baru
dibanding dengan versi sebelumnya. Diantaranya (Madcoms,
2015:118):
Ruang alamat yang lebih besar. Pada akhir tahun 1970-an ketika
ruang alamat IPv4 dirancang, bahwa IPv4 tak dapat habis.
Namun, karena perubahan dalam teknologi dan alokasi praktek
yang tidak mengantisipasi ledakan perangkat baru di Internet
sehingga tampil IPv6. IPv4 (32 bit) 42000000m mungkin
addressable node. IPv6 (128 bit)
340282366920938463463374607431768211456 node – 1030
mungkin alamat per orang di planet. Dengan ruang alamat yang
lebih besar memungkinkan penggunaan beberapa tingkat
hirarki. Ini menambah fleksibilitas dan fungsi baru seperti
scoping alamat, serta setiap tingkat agregat dapat membantu
meningkatkan talu lintas dan fungsi alokasi,
Memiliki header yang sederhana. Header baru IPv6 lebih
efisien dari pada header pada IPv4 (karena memiliki overhead
yang lebih kecil). Hal ini diperoleh dengan menghilangkan
beberapa bagian yang tidak penting atau opsional.
Meningkatkan opsi pendukung. Adanya bagian (field) baru pada
header IPv6 untuk mengidentifikasi trafik (Flow Label) dan
Traffic Class untuk prioritas trafik membuat QoS yang lebih
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terjamin. Bahkan payload dapat terenkripsi dengan IPSec dan
ESP. Identifikasi lalu lintas menggunakan Flow Label di bidang
IPv6 header, memungkinkan router untuk mengidentifikasi dan
memberikan penanganan khusus untuk paket milik flow, yaitu
sejumlah paket antara sumber dan tujuan.
Mendukung keamanan tinggi. IPv6 memberikan solusi berbasis
standar keamanan jaringan untuk kebutuhan perangkat, aplikasi
dan layanan, serta mempromosikan interoperabilitas antara
implementasi IPv6 yang berbeda. Pada IPv4 hanya mempunyai
fitur bersifat opsional, sedangkan pada IPv6 mempunyai fitur
spesifikasi standar dan otomatisasi keamanan pada layer
network.
2.5.5. Neighbor Discovery IPv6
Node (host dan router) menggunakan ND (Neighbor Discovery)
untuk mencari alamat-alamat layer link (misalkan alamat MAC pada
ethernet) guna mengetahui node-node tetangga yang berada pada link
yang sama dan secara cepat menghapus alamat-alamat tersebut pada
cache jika alamat tersebut sudah tidak berlaku lagi. Host-host juga
menggunakan ND untuk mencari router-router yang menjadi
tetangganya yang bersedia melewatkan paket-paketnya untuk
kepentingan host itu sendiri. Dan juga, node-node menggunakan
protokol ini untuk secara aktif mengawasi node-node tetangga mana
yang aktif dan node-node mana yang tidak, dan untuk mendeteksi
perubahan pada alamat layer link (layer 2). Ketika router atau jalur ke
router gagal/rusak, host akan secara aktif mencari alternatif yang
aktif.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alamat multicast untuk semua node adalah FF02::1, yang
merupakan jangkauan alamat, link-local untuk dapat mencapai semua
node. Sedangkan alamat multicast untuk semua router adalah
FF02::2, yang merupakan jangkauan alamat link-local untuk
mencapai semua router.
Potokol ini memecahkan sejumlah masalah sebelumnya yang
berhubungan dengan interaksi antara node-node yang terhubung
dalam link yang sama. Protokol ini mendefinisikan mekanisme untuk
memecahkan setiap masalah berikut:
Router Discovery
Bagaimana host-host mencari router yang berkoneksi pada link.
Prefix Discovery
Bagaimana host-host menemukan alamat prefix yang merupakan
alamat atau pengidentifikasi link tempat host-host tersebut saling
terinterkoneksi (node-node menggunakan prefix untuk
membedakan apakah node yang akan tersebut berada pada link
yang sama dengan node asal atau node yang akan dituju tersebut
yang hanya dapat dijangkau melalui router).
Parameter Discovery:
Bagaimana node mempelajari parameter-parameter pada link
seperti link MTU atau parameter-parameter Internet seperti
jumlah batasan hop yang akan ditempatkan pada paket yang akan
dikirim.
Address Autoconfiguration
Bagaimana node-node secara otomatis mengkonfigurasi alamat
IPv6 untuk interface-nya.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Address Resolution
Bagaimana node-node mencari alamat link layer dan node yang
akan dituju yang masih berada pada link yang sama (misalkan
node tetangga) hanya dengan diberikan alamat IP node tujuannya
saja.
Next-hop determination
Algoritma untuk metuetakan alamat IPv6 dari node tujuan ke
dalam alamnt IPv6 node tetangga. Trafik untuk node tujuan
tersebut akan dikirimkan ke node tetangga tersebut. Next-hop ini
dapat berupa router atau host tujuan itu sendiri (bergantung pada
ke mana trafik itu akan dikirim, jika ke tujuan yang masih dalam
satu link yang sama maka next hop adalah node tujuan itu sendiri,
jika tujuannya sudah berbeda link/prefix maka next hop tersebut
adalah router).
Neighbor Unreachabilitv Detection
Bagaimana node mempelajari bahwa salah satu tetangga sudah
tidak aktif lagi. Untuk node tetangga yang digunakan sebagai
router, node tersebut dapat mencoba rute default altematif. Untuk
kedua router dan host, address resolution dapat dilakukan
kembali.
Duplicate Address Detection
Bagaimana node mempelajari bahwa alamat yang ingin
digunakan sedang tidak digunakan oleh node lain.
Redirect
Bagaimana router memberitahu host tentang node pertama mana
yang baik sebagai next hop untuk mencapai tujuan tertentu.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Neighbor Discovery mendefinisikan lima tipe paket ICMP yang
berbeda, yaitu sepasang yang terdiri atas router solicitation dan router
advertisement messages, sepasang yang terdiri atas Neighbor
Solicitation dan neighbor advertisement messages dan terakhir pesan
redirect. Pesan-pesan tersebut melayani beberapa tujuan berikut:
Router Solicitation
Ketika sebuah interface pada host menjadi diaktifkan, host-host
boleh mengirimkan keluar router solicitation yang meminta
router untuk mengirimkan router advertisements sesegera
mungkin ke host tersebut.
Router Advertisement
Router mengumumkan keberadaan mereka dengan berbagai
macam link dan parameter Internet secara periodik atau dalam
merespon pesan router solicitation. Router advetisement ini
dikirimkan kepada host-host yang berada di sekitar router. Router
advertisement berisi prefix-prefix yang digunakan untuk
pengenalan/pencarian link dan/atau untuk konfigurasi alamat,
nilai perkiraan batasan hop dan sebagainya.
Neighbor Solicitation
Dikirim oleh node untuk mencari alamat layer link node tetangga-
tetangganya, atau untuk memeriksa apakah tetangga tersebut
masih dapat dijangkau dengan alamat layer link yang berada
dalam memori cache-nya atau tidak. Neighbor Solicitation juga
digunakan untuk deteksi alamat yang ganda.
Neighbor Advertisement
Sebuah respon kepada pesan neighbor solicitation. Node boleh
juga mengirimkan neighbor adverstisement tanpa didahului oleh
neighbor solicitation yang digunakan untuk mengumumkan
perubahan alamat layer link pada tetangga tersebut.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Redirect
Digunakaan oleh router-router untuk menginformasikan host
host tentang hop pertama yang paling baik untuk sebuah tujuan
tertentu (Taufan, 2002:95).
2.5.6. Keunggulan IPv6
Pada IP versi 6 mempunyai keunggutan melakukan setting
secara otomatis, dirnana menyediakan secara standar dan merupakan
default-nya. pada setting otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari
penggunaan address, yaitu setting otomatis stateless dan statefull.
Setting Otornatis Statefull
Cara pengelolaan secara ketat dalam hal range IP address yang
diberikan pada host dengan menyediakan server untuk
pengetolaan keadaan IP address, cara ini hampir mirip dengan
cara DHCP pada IPv4. pada Saat melakukan setting secara
otomatis, informasi yang dibutuhkan antara router, server, dan
host adalah ICMP (Internet Control Message Protocol) yang
telah diperluas. Pada ICMP dalam IPv6 ini, termasuk pula
IGMP (Internet Group Management Protocol) yang dipakai
pada multicast dalam IPv4.
Setting Otomatis Stateless
Pada cara ini tidak pertu menyediakan server untuk pengelolaan
dan pembagian IP address, hanya pertu men-setting router saja,
dimana host yang telah tersambung di jaringan dari router pada
jaringan tersebut mernperoleh prefix dari address pada jaringan
tersebut. Kemudian host menambah pattern bit yang diperoleh
dari informasi yang unik terhadap host, lalu membuat IP address
sepanjang 128 bit dan menjadikannya sebagai IP address dari
host tersebut. pada informasi unik bagi host ini, digunakan
antara lain address MAC dari network interface. pada setting
otomatis stateless, selain memiliki kemudahan pengelolaan
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada Ethernet dengan memberikan minimal 48 bit (sebesar
address MAC) terhadap Satu jaringan, memiliki kelemahan
dalam efisienst penggunaan alamat yang buruk (Madcoms,
2010:119).
2.6. Mekanisme Transisi IPv4 ke IPv6
Pada dasarnya IPv4 dan IPv6 tidak kompatibel sehingga memerlukan
suatu mekanisme transisi dari IPv4 ke dalam IPv6. Mekanisme transisi
tersebut mempunyai dua tujuan utama, yaitu (Purnomo, 2011:6):
1. Membuat agar terminal IPv6 dapat berkomunikasi dengan terminal IPv4.
2. Melewatkan paket IPv6 melalui jaringan IPv4 yang sudah ada.
Ada beberapa mekanisme transisi yang kita kenal antara lain Dual Stack,
Tunneling dan Protokol Translator.
2.6.1. Dual Stack IPv4 IPv6
Dual Stack adalah sebuah mekanisme transisi dari IPv4 menuju
IPv6, yang di dalamnya telah disediakan dukungan terhadap IPv4 dan
IPv6, jadi dalam metode ini host akan mengirimkan dan menerima
paket data dalam format IPv4 dan IPv6, dan dapat berjalan bersamaan
dalam sebuah perangkat di semua protokol layer tanpa saling
menggangu dan terpengaruh satu sama lainnya.
Gambar 2.1. Dual Stack IPv4/IPv6
Pada proses transisi dengan menggunakan metode ini terdapat
satu server yang sangat berperan, yaitu DNS 6/4, yang didalamnya
telah terintegerasi dua pengalamatan. Beberapa terminology dari
mekanisme Dual Stack yaitu (Purnomo, 2011:6):
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DSTM Domain
Pada jaringan Dual Stack, domain lebih dikenal dengan istilah
DNS 6/4. DNS 6/4 berfungsi memetakan alamat domain yang
tunjuk oleh host ke server yang dimaksud
DSTM Server
Terdapat dua IP sekaligus yaitu IPv4 dan IPv6 pada node yang
diimplementasikan.
IPv6 Dominant Network
Jaringan ini menggunakan jaringan IPv6 yang dominan.
Meskipun masih kompatibel dengan IPv4 pada mekanisme ini
yang lebih dominan adalah pada jaringan IPv6 sebagai transisi.
2.6.2. Tunneling
Gambar 2.2. Mekasnisme Tunnelling
Dalam mekanisme ini, node IPv6 yang akan berkomunikasi
membuat suatu tunnel untuk melewati jaringan IPv4 yang ada di
antaranya (Purnomo, 2011:6).
Ada beberapa mekanisme tunneling, yaitu (Artondo, 2011:4):
1. 6over4, paket IPv6 dapat secara otomatis dienkapsulasi melalui
jaringan IPv4 dengan menggunakan IP multicast
2. 6to4, dimana alamat IPv6 dibuat berdasarkan alamat IPv4 atau
sering disebut dengan IPv4-compatible IPv6 compatible
address.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. IPv6 Tunnel Broker, yang menyediakan server tersendiri untuk
menkonfigurasi tunnel secara otomatis bagi client IPv4,
sehingga dapat terhubung dengan jaringan backbone IPv6.
4. DSTM (Dual Stack Transition Mechanism), yaitu Dual Stack IP
dimana alokasi IPv4 dilakukan secara otomatis, penggunaan
IPv4 over IPv6 untuk pengiriman melalui IPv6 sebelum
tersambung ke jaringan IPv4.
Mekanisme transisi automatic tunneling mempunyai
keuntungan sebagai berikut (Sugeng, 2015:91):
1. Lebih mudah dalam implementasi
Dalam implementasi tidak memerlukan banyak komputer,
cukup menggunakan komputer yang sudah ada. Khusus untuk
gateway tunnel, sistem operasi perlu di-upgrade menjadi sistem
operasi yang dualstack mendukung IPv6 dan IPv4.
2. Lebih mudah dalam hal konfigurasi pada sistem operasi
Dalam konfigurasi tidak diperlukan script konfigurasi yang
rumit, cukup dengan konfigurasi interface tunnel dan
konfigurasi table routing.
3. Tidak memerlukan server yang melayani transisi.
Kelemahan Mekanisme Transisi Automatic Tunneling (Winarno
Sugeng, 2010:92):
1. Tidak dapat diimplementasikan jika client transisi berada
dalam router NAT.
2. Akan menyebabkan pertambahan delay (waktu proses)
3. Rentan terhadap serangan DDOS.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.3. Tunnel Broker
IPv6 Tunnel Broker merupakan salah satu mekanisme transisi
dari IPv4 ke IPv6 dengan cara menyediakan konfigurasi secara
otomatis untuk melakukan Tunneling IPv6 melalui IPv4 kepada user
IPv4 yang terhubung ke jaringan internet. Jadi IPv6 Tunnel Broker
dapat dianalogikan seperti ISP dengan IPv6 yang menyediakan
koneksi IPv6 kepada user yang telah terhubung ke internet dengan
IPv4.
Tunnel Broker merupakan tempat koneksi user IPv4 untuk
melakukan proses registrasi dan aktifasi tunnel. Tunnel Broker
bertugas untuk mengatur pembentukan, modifikasi dan pembubaran
tunnel sesuai dengan permintaan user. Dalam prakteknya Tunnel
Broker dapat membagi beban jaringan kepada beberapa tunnel server,
dengan cara mengirimkan konfigurasi kepada tunnel server yang
bersangkutan pada saat tunnel tersebut dibentuk, dimodifikasi ataupun
dihapus. Selain itu Tunnel Broker juga berkewajiban untuk
mendaftarkan alamat IPv6 user dan memasukkannya dalam DNS
server (Artondo, 2011:4).
2.7. Parameter QoS Jaringan
Menurut Irawati (2015:179) Quality of Service merupakan suata
mekanisme pada jaringan yang menentukan bahwa aplikasi-aplikasi atau
layanan dapat beroperasi sesuai dengan standar kualitas layanan yang telah
ditetapkan. Parameter QoS menggolongkan kualitas transfer yang diberikan
oleh suatu koneksi yang diperoleh dengan membandingkan unit data pada sisi
masukan dan keluaran interface. Parameter QoS antara lain:
Bandwidth: Batas transfer data dalam waktu tertentu.
Jitter: Variasi dari delay atau variasi waktu kedatangan paket.
Packet Loss: Jumlah paket yang hilang ketika dikirimkan dari sumber
menuju tujuan.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8. Sistem Operasi
Pengertian sistem operasi secara umum ialah pengelola seluruh sumber
daya yang terdapat pada sistem komputer dan menyediakan sekumpulan
layanan (sistem calls) ke pemakai sehingga mempermudah dan
menyamankan penggunaan serta pemanfaatan sumber daya sistem komputer.
Bagian kode yang melakukan tugas-tugas inti dinamakan dengan kernel
suatu sistem operasi. Software ini mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
Membaca dan menanggapi perintah-perintah yang diberikan oleh
pengguna komputer melalui perangkat input.
Mengoordinasikan aliran informasi di antara perangkat input dan
output.
Mengatur program-program lain yang dijalankan oleh pengguna
komputer.
Dalam software sistem operasi, terdapat istilah seperti platform, serta
CLI (Command Line Interfaces) dan GUI (Graphical User Interfaces).
Platform yaitu software sistem operasi yang digunakan pada sebuah
komputer. CLI dan GUI mempunyai perbedaan. CLI adalah sistem operasi
yang menggunakan perintah-perintah yang ditulis dalam baris teks. GUI
adalah sistem operasi Macintosh yang hanya bisa dihasilkan oleh perusahaan
komputer, Apple (Haryanto, 2012:2).
2.8.1. Linux
Salah satu sistem operasi yang mengadopsi Unix adalah Linux.
Linux tersedia secara bebas sehingga mendapatkan popularitas yang
cukup tinggi sebagai alternatif dari Windows. Seperti perangkat lunak
bebas dan opensource lainnya, sourcecode pada Linux dapat
dimodifikasi, digunakan dan didistribusikan kembali secara bebas
oleh siapa saja. Linux mulai diperkenalkan pada tahun 1991. Nama
Linux sendiri berasal dari nama sang pembuatnya, yaitu Linus
Torvalds (Irwansyah, 2014:139).
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8.2. Windows
Microsoft Windows atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Windows adalah keluarga sistem operasi yang dikembangkan oleh
Microsoft. Sistem operasi sangat mudah digunakan dan memiliki
tampilan layar yang bersahabat. Tak heran saat ini Windows
merupakan sistem operasi yang paling popular dan paling banyak
digunakan didunia.
Sistem Operasi Windows telah berevolusi dan MS-DOS, sebuah
sistem operasi yang berbasis teks dan command-line. Windows versi
pertama, yakni Windows Graphic Environment 1.0 pertama kali
diperkenalkan pada 10 November 1983, tetapi baru beredar dipasaran
pada bulan November tahun 1985 (Irwansyah, 2014:135).
2.8.3. Cisco IOS
Cisco IOS (Internetwork Operating System) adalah nama sistem
operasi yang digunakan pada perangkat router dan dan switch buatan
Cisco. IOS merupakan sistem operasi multitasking yang menyediakan
fungsi-fungsi routing, switching, internetworking, dan
telekomunikasi. Cisco IOS menyediakan command line interface
(CLI) dan sekumpulan perintah standar.
Perangkat router original (awal) yang diproduksi Cisco masih
belum memiliki CLI. Jadi, program atau file konfigurasi harus
disiapkan dulu dikomputer dan kemudian ditransfer ke perangkat
Cisco via TFTP (Trivial File Transfer Protocol).
Kurt Lougheed, salah seorang pendiri Cisco Systems,
melakukan riset untuk meningkatkan kemampuan perangkat Cisco.
Hasilnya adalah CLI generasi pertama yang digunakan pada router
Cisco. Saat itu, fitur-fitur yang disediakan masih terbatas dan semua
perintah harus diketikkan terlebih dulu sebelum diproses. Setelah
menekan tombol [Ctrl Z] barulah perintah-perintah yang sudah
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diketikkan dapat diproses. Jika terjadi error maka semua perintah
harus diketikkan kembali dari awal.
Di awal tahun 1990, Greg Satz dan Terry ditugaskan untuk
menyempurnakan CLI. Setelah lebih dari 18 bulan, mengalami
pergantian tim dan penyempurnaan di sana-sini, maka keluarlah CLI
terbaru yang diberi nomor versi 9.12. Inilah Cisco CLI yang menjadi
cikal-bakal kemunculan Cisco IOS (Iwan Sofana, 2012:42).
Perintah-perintah Cisco IOS dikelompokkan menajdi beberapa
buah mode yang disebut Exec mode. Secara umum ada dua buah mode
utama, User Exec mode dan Privileged Exec mode. Setiap mode
menyediakan perintah yang spesifik yang hanya bisa dijalankan pada
mode tersebut. Masing-masing mode dapat dibedakan dari tampilan
prompt-nya.
Adakalanya perintah-perintah Cisco IOS akan beroperasi secara
berbeda pada switch seri tertentu. Sebelum membahas tentang
perintah-perintah, kita akan melihat bagan atau “peta” alur pemakaian
perintah. Semoga saja dapat mempermudah memahami Cisco IOS.
Gambar 2.3. Alur Pemakaian Perintah Cisco IOS
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
User (yang mengakses switch) dibedakan menjadi dua tingkat
atau level, yaitu level User dan level Privileged. Ketika user “masuk”
ke switch, user akan dipaksa untuk mengetikkan password, yang
disebut User Exec Password (jika password sudah di-set). Setelah
password diterima, maka user tersebut sudah dapat menggunakan
beberapa perintah yang dikategorikan sebagai User Exec Command.
Kita dapat melihat tampilan prompt berikut ini:
Di sini user tidak dapat mengubah apa pun yang berkaitan
dengan konfigurasi switch. User dapat menjalankan perintah untuk
melihat dokumentasi, dan beberapa perintah lainnya. Jika user ingin
mengubah konfigurasi switch maka dia harus “naik tingkat” ke level
Privileged. Caranya dengan mengetikkan perintah:
User sekali lagi diminta mengetikkan password, yang disebut
Privileged Exec Password (jika password sudah di-set). Password-
nya berbeda dengan password sebelumnya. Jika password yang
diketikkan valid maka user sudah dapat mengetikkan perintah-
perintah tertentu sebelumnya tidak bisa dijalankan pada mode User.
Kita dapat melihat prompt berikut ini:
Prompt di atas menjadi tanda bahwa saat ini user sudah
memasuki Configuration Commands. User sudah bisa mengetikkan
beberapa perintah khusus. Namun, ada beberapa perintah lainnya
yang tidak dapat diketikkan, kecuali jika memasuki Global
Configuration Mode untuk pindah ke mode tersebut ketikan perintah
(Iwan Sofana, 2012:406):
>
enable
#
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8.4. Apple iOS
Sistem operasi pada iPhone dan iPad menggunakan iOS, yang
merupakan sistem operasi mobile device yang dikembangkan dan
didistribusikan oleh Apple Inc. Pertama diluncurkan pada tahun 2007.
Apple tidak melisensikan iOS untuk di install diperangkat keras non-
Apple.
Antarmuka iOS menggunakan dasar konsep manipulasi
langsung gerakan multisentuh. Kontrol antarmukanya meliputi slider,
switch, dan tombol. iOS diturunkan dari OS X, yang memiliki fondasi
Darwin dan oleh karena itu iOS merupakan sistem operasi Unix. iOS
adalah versi mobile dari sistem operasi OS X yang dipakai di
komputer-komputer Apple (Salbino, 2015:17).
2.8.5. Android
Android merupakan sistem operasi berbasis Linux yang bersifat
open source dan dirancang untuk perangkat seperti smartphone dan
komputer tablet. Android dikembangkan oleh Android Inc, dengan
dukungan finansial dari Google yang kemudian dibeli pada tahun
2005. Android dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan
dengan didirikannya Open Handset Alliance.
Sifat Android yang terbuka telah membuat bermunculannya
sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi untuk menggunakan
Android sebagai dasar proyek pembuatan aplikasi, dengan
menambahkan fitur-fitur baru bagi Android pada perangkat yang
secara resmi dirilis dengan menggunakan sistem operasi lain (Salbino,
2013:7).
configure terminal
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9. Tools
2.9.1. LAMP
LAMP adalah suatu tumpukan teknologi baru untuk
membangun aplikasi web yang telah diadopsi untuk kebanyakan web
yang berukuran menengah dan kecil sebab keseluruhan tumpukan
teknologi yang ada tersedia melalui open-source, teknologi ini bekerja
dengan baik, teknologi ini mudah untuk dipelajari, teknologi ini
mengijinkan pembangunan suatu aplikasi web dengan cepat, dan ada
banyak contoh kode open source yang dapat beranjak bersama-sama
untuk membuat suatu solusi. LAMP bersandar pada CGI untuk
pertukaran data antara server dan browser, tetapi perintah CGI
tersembunyi dari pengembang (Simarmata, 2010:65).
Ada beberapa cara yang berbeda dalam menyiapkan web server
pada Ubuntu server. Cara termudah adalah meng-install langsung
LAMP server pada saat instalasi awal Ubuntu server. Hal ini akan
menambah beberapa packages apache2, apache2-mpm-prefork,
mysql-server-5.6, mysql-client-5.6, dan php5-mysql bersama dengan
semua library dan dependensi lainnya. Alternatif lainnya adalah
dengan meng-install setiap packages menggunakan perintah apt-get
install (Kouka, 2015:55).
2.9.2. VSFTPD
Menurut Kouka (2015), VSFTPD (Very Secure File Transfer
Protocol Daemon) adalah FTP Daemon yang tersedia di sistem
operasi Ubuntu. VSFTPD sangat mudah untuk dikonfigurasi dan
dikelola. Untuk meng-install VSFTPD jalankan perintah berikut:
sudo apt-get install vsftpd
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9.3. BIND
BIND (Berkeley Internet Name Domain) adalah software open
source DNS server yang paling populer digunakan dan dapat berjalan
pada platform Linux, UNIX, dan Windows. BIND tersedia gratis dan
dapat di-download melalui isc.org (Jill West, Tamara Dean, 2015:62).
Alternatif lainnya BIND dapat di-donwload menggunakan perintah
apt-get, sebagai berikut (Kouka, 2015:50):
2.9.4. SSH
Secure Shell (SSH) adalah aplikasi yang ditujukan untuk
memungkinkan mengakses sebuah komputer secara remote (jarak
jauh). SSH menjadi standar untuk akses komputer jarak jauh karena
aplikasi ini menggunakan autentikasi dan public key session yang
terenkripsi. Dengan demikian, data yang dikirim melalui jaringan atau
internet akan terkirim dengan aman. Selain menawarkan sistem
keamanan, aplikasi SSH juga relatif mudah digunakan.
Hampir semua sistem operasi Linux, termasuk Fedora 9 sudah
menyertakan aplikasi SSH (OpenSSH) secara default pada kernelnya,
artinya untuk menjalankan aplikasi SSH tidak diperIukan lagi instalasi
tambahan. Perlu diketahui juga bahwa OpenSSH bersifat open source
yang bisa digunakan secara gratis (Siregar, 2010:60).
Menjalankan aplikasi GUI yang sudah di install di PC Linux
juga bisa dilakukan dari PC dengan Windows XP operating system.
Untuk menjalankan aplikasi GUI tersebut akan menggunakan PuTTY
SSH client yang bisa di-download secara gratis di
http://www.chiark.greenend.org.uk/~sgtatham/putty/download.html
(Siregar, 2010:77).
sudo apt-get install bind9
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9.5. Iperf
Iperf digunakan sebagai traffic generator, fungsinya untuk
membanjiri jaringan sehingga dapat ditentukan kualitas jaringan
tersebut. Iperf dibagi menjadi dua yaitu sebagai server dan client. Iperf
dapat digunakan untuk mengirim packet UDP maupun TCP dengan
bandwidth yang bervariasi (Irawati, 2015:202).
2.9.6. Wordpress
WordPress adalah sebuah software yang bisa kamu gunakan
untuk membuat website, baik web pribadi, situs berita atau bahkan
toko online sekalipun.
Tahun 2003 Matt Mullenweg menemukan WordPress karena
kebutuhannya akan sebuah software publishing online. Saat itu b2
adalah salah satu software serupa yang telah menghentikan
pengembangannya. Maka Matt bersama dengan beberapa rekannya
melakukan forking pada code b2 dan jadilah WordPress.
Beberapa saat setelahnya, Movable Type, salah satu platform
online publishing lainnya menerapkan harga untuk penggunaannya,
maka makin banyak orang mencari alternatif yang gratis, WordPress
adalah pilihan tepat saat itu. Hingga saat ini WordPress berkembang
sangat pesat dibawah perusahaan yang didirikan Matt, Automattic.lnc
(Wahyudi, 2015:1).
2.9.7. VirtualBox
Sun xVM VirtualBox adalah program untuk virtualisasi
komputer yang ditujukan untuk komputer desktop, server, dan
embedded system. Sun xVM VirtualBox dapat memvirtualisasi OS
32bit dan 64bit pada sebuah komputer yang menggunakan prosesor
Intel atau AMD, baik virtualisasi software maupun hardware. Untuk
selanjutnya kita akan menggunakan istilah VirtualBox untuk merujuk
pada Sun xVM VirtualBox. VirtualBox merupakan software
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
virtualisasi gratis dan open source yang menawarkan banyak
kemudahan dalam melakukan virtualisasi (Purnoma, 2010:6).
2.9.8. Packet Tracer
Packet Tracer merupakan simulasi networking yang
dikeluarkan oleh Cisco System Inc, yang membantu pengguna dalam
proses pembuatan/simulasi suatu jaringan sesuai dengan topologi
yang telah didesain. Simulasi jaringan Packet Tracer dapat digunakan
sebagai suplemen peralatan fisik di kelas yang memungkinkan user
dapat menciptakan sebuah jaringan dengan jumlah perangkat yang tak
terbatas.
Software simulasi jaringan Packet Tracer sangat praktis
digunakan untuk mendesain topologi jaringan yang diinginkan karena
dilengkapi dengan berbagai perangkat jaringan yang dibutuhkan pada
area network seperti router, switch, hub, wireless, PC Server maupun
perangkat lainnya (D. Haryanto, 2012:6).
2.10. Metode Penelitian
Pengertian metode harus dibedakan dengan teknik. Secara keilmuan
metode dapat diartikan sebagai cara berfikir sedangakan, penilitian dapat
diartikan sebagai upaya kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban yang
sebenar-benarnya terhadap suatu kenyataan atau realita yang dipikirkan atau
dipermasalahkan dan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah tertentu yang
berguna, baik bagi aspek keilmuan maupun bagi aspek guna laksana atau
praktis dengan menggunakan metode-metode tertentu menurut prosedur yang
sistematis (Dr. Maman Abdurrahman, M.PD, Sambas Ali Muhidin, S.PD,
M.Si, 2011:13).
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.11. Metode Pengembangan Sistem
Penulis melakukan pendekatan pengembangan sistem dengan
menggunakan metode Network Development Life Cycle (NDLC) untuk
mengimplementasikan jaringan IPv4 dan IPv6 dengan mekanisme Dual Stack
dan Tunnel Broker.
Gambar 2.4. Alur Kerja Metode NDLC
2.11.1. Analysis
Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa
permasalahan yang muncul, analisa keinginan user, dan analisa
topologi atau jaringan yang sudah ada saat ini. Metode yang biasa
digunakan pada tahap ini diantaranya (Deris Stiawan, 2009:2):
Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait melibatkan dari
struktur manajemen atas sampai ke level bawah / operator agar
mendapatkan data yang konkrit dan lengkap. Pada kasus di
Computer Engineering biasanya juga melakukan brainstorming
juga dari pihak vendor untuk solusi yang ditawarkan dari vendor
tersebut karena setiap mempunyai karakteristik yang berbeda.
Survey langsung kelapangan, pada tahap analisis juga biasanya
dilakukan survey langsung kelapangan untuk mendapatkan
hasil sesungguhnya dan gambaran seutuhnya sebelum masuk ke
tahap design, survey biasa dilengkapi dengan alat ukur seperti
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
GPS dan alat lain sesuai kebutuhan untuk mengetahui detail
yang dilakukan.
Membaca manual atau blueprint dokumentasi, pada analysis
awal ini juga dilakukan dengan mencari informasi dari manual-
manual atau blueprint dokumentasi yang mungkin pernah
dibuat sebelumnya. Sudah menjadi keharusan dalam setiap
pengembangan suatu sistem dokumentasi menjadi pendukung
akhir dari pengembangan tersebut, begitu juga pada project
network, dokumentasi menjadi syarat mutlak setelah sistem
selesai dibangun.
Menelaah setiap data yang didapat dari data-data sebelumnya,
maka perlu dilakukan analisa data tersebut untuk masuk ke
tahap berikutnya.
2.11.2. Design
Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap Design ini
akan membuat gambar design topology jaringan interkoneksi yang
akan dibangun, diharapkan dengan gambar ini akan memberikan
gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Design bisa berupa
design struktur topology, design akses data, design tata layout
perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan gambaran jelas
tentang project yang akan dibangun. Biasanya hasil dari design
berupa (Deris Stiawan, 2009:3):
Gambar-gambar topologi (server, firewall, datacenter,
storages, lastmiles, perkabelan, titik akses dan sebagainya)
Gambar-gambar detailed estimasi kebutuhan yang ada.
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.11.3. Simulation Prototype
Beberapa pengembang jaringan akan membuat dalam bentuk
simulasi dengan bantuan tools khusus di bidang network seperti
Boson, Packet Tracert, Netsim dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan
untuk melihat kinerja awal dari network yang akan dibangun dan
sebagai bahan presentasi dan sharing dengan pengembang jaringan
lainnya (Deris Stiawan, 2009:4).
2.11.4. Implementation
Tahapan ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan
sebelumnya. Dalam implementasi networker’s akan menerapkan
semua yang telah direncanakan dan didesign sebelumnya.
Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari
berhasil atau gagalnya project yang akan dibangun dan ditahap inilah
teamwork akan diuji dilapangan untuk menyelesaikan masalah
teknis dan non teknis (Deris Stiawan, 2009:4).
2.11.5. Monitoring
Setelah implementasi, tahapan monitoring merupakan tahapan
yang penting agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan
sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari penulis pada tahap
awal analisis (Deris Stiawan, 2009:4).
2.11.6. Management
Di manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi
perhatian khusus adalah masalah kebijakan, yaitu dalam hal
aktivitas, pemeliharaan dan pengelolaan dikategorikan pada tahap
ini. Kebijakan perlu dibuat untuk membuat dan mengatur agar sistem
yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat berlangsung
lama dan unsur reliability terjaga (Deris Stiawan, 2009:5).
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.12. Perbandingan Metode Pengembangan Sistem
Untuk mendesain sebuah jaringan komputer atau internetworking ada
beberapa metode pengembangan sistem yaitu NDLC (Network Development
Life Cycle), Life Cycle Approach, dan GNDP (General Network Design
Process). Adapun perbedaan pengembangan sistem tersebut dijelaskan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2.3. Perbandingan Metode Pengembangan Sistem
Metode
Pengembangan Sistem
Tahapan-Tahapan Pengembangan Sistem
NDLC (Network
Development Life
Cycle)
Analisys: tahap awal ini dilakukan analisa
kebutuhan, analisa permasalahan yang muncul,
analisa keinginan user, dan analisa topologi atau
jaringan yang sudah ada saat ini.
Design: tahap Design ini akan membuat gambar
design topology jaringan interkoneksi yang akan
dibangun, diharapkan dengan gambar ini akan
memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan
yang ada.
Simulation Prototype: membuat dalam bentuk
simulasi dengan bantuan tools khusus di bidang
network seperti BOSON, PACKET TRACERT,
NETSIM, dan sebagainya.
Implementation: menerapkan semua yang telah
direncanakan dan di design sebelumnya.
Implementasi merupakan tahapan yang sangat
menentukan dari berhasil atau gagalnya project
yang akan dibangun.
Monitoring: maka perlu dilakukan kegiatan
monitoring. monitoring bisa berupa melakukan
pengamatan pada infrastruktur hardware dan
memperhatikan jalannya packet data di jaringan.
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Management: salah satu yang menjadi perhatian
khusus adalah masalah policy, kebijakan perlu
dibuat untuk membuat atau mengatur agar sistem
yang telah dibangun.
Life Cycle Approach Prepare: pada bagian ini biasanya analis melihat
strategi dari perusahaan, proses bisnis, core bisnis
dan produk yang dihasilkan.
Plan: tahap ini akan dipelajari tentang
infrastruktur IT (hadware, software, proses
bisnis) yang telah berjalan dan digunakan.
Design: dalam tahap perancangan harus
memperhatikan masalah availability, reliability,
security dan performance. Jangan sampai sistem
yang baru tidak lebih baik dari sistem yang lama.
Implement: sebelum di implementasikan akan
dilakukan testing terlebih dahulu, banyak para
analis akan melakukan pilot project dan simulasi
sebelum implementasi sistem yang baru, hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan yang
mungkin muncul.
Operate: tahapan ini bagian dari tahapan
implementasi, setelah di implementasi maka perlu
dilakukan pengawasan dan pemantauan pada
pengoperasiannya, beberapa kasus pada tahapan
ini akan terlihat beberapa kasus masalah.
Optimize: masukan pada saat tahapan
implementasi dan operate akan sangat
mempengaruhi tahapan optimalisasi ini, dimana
dari masukan tadi bisa memberikan input untuk
penanganan, redesign, rekonfigurasi dan
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perubahan yang perlu dilakukan tanpa merubah
arah dari tujuan project tersebut.
GNDP (General
Network Design
Process)
Assessing User Requirements: melakukan
analisa kebutuhan user pengguna adalah
dilangkah awal ini, dimana unsur availability
seperti respon time, throughput dan reliability
harus tercapai
Assessing Cost: analisa kebutuhan biaya, biaya
sangat mempengaruhi dari implementasi dan
design yang akan dilakukan, jumlah yang
dibutuhkan sangat mempengaruhi Total Cost
Ownership (TCO). Estimasi biaya yang harus
dikeluarkan untuk implementasi design network,
seperti; Kebutuhan biaya hardware dan software,
biaya instalasi, biaya ekspansi, biaya support dan
biaya downtime.
Select Topologies and Technologies to satisfy
needs: dalam perancangan jaringan komputer,
pemilihan topologi sangat berpengaruh pada
performace network, faktor yang harus
diperhatikan dalam perancangan topologi adalah
aplikasi yang berjalan, jumlah device endpoint
yang akan dikoneksikan, sebaran endpoint,
mobilitas pengguna, dan solusi vendor yang akan
digunakan.
Model Network Workload: model beban kerja
jaringan harus menjadi perhatian pada saat
mendesain topologi yang akan dibuat, terutama
untuk solusi aplikasi yang kritikal, peektime
traffic yang tinggi, akses ke resources yang besar.
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Simulate behavior under expected Load:
membuat mekanisme seperti pekerjaan yang
sebenarnya, biasanya para networker’s akan
mempresentasikan design yang dibuat ke team
work atau ke pelanggan, penggunaan simulasi
perangkat lunak menjadi solusinya
Perform sensitive test: testing performa biasanya
dilakukan pada network dibagian tertentu untuk
melihat seberapa jauh perubahan yang terjadi
pada saat implementasi nantinya.
Rework design as needed: lakukan design ulang
jika dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang
lebih optimal, biasanya hasil didapatkan dari
masukan user, team work atau management.
Sumber: (Deris Stiawan, 2009)
2.13. Teknik Mengumpulkan Data
Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Setiap informasi
diharapakan dapat memberikan gambaran, keterangan, dan fakta yang akurat
mengenai suatu kejadian atau kondosi tertentu (Dr. Maman Abdurrahman,
M.PD, Sambas Ali Muhidin, S.PD, M.Si, 2011:38).
Teknik pengumpulan data adalah cara yang tepat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data studi literatur dan observasi (Dr.
Maman Abdurrahman, M.PD, Sambas Ali Muhidin, S.PD, M.Si, 2011:38).
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.13.1. Studi Pustaka
Tinjauan pustaka atau literature review adalah bahan yang
tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang
hendak diteliti. Tinjauan pustaka membantu peneliti untuk melihat
ide-ide, pendapat, dan kritik tentang topik tersebut yang sebelumnya
dibangun dan dianalisis oleh para ilmuwan sebelumnya. Tinjauan
pustaka bertujuan untuk melihat dan menganalisa nilai tambah
penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Penggunaan metode penelitian baik kuantitatif maupun
kualitatif akan membahas tinjauan pustaka pada awal penelitian
dengan tujuan untuk memberikan peneguhan atas pentingnya
masalah atau topik penelitian yang akan dibahas (Raco, 2010:104).
2.13.2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara
langsung maupun tidak langsung secara bertatap muka dengan
sumber data (responden). Wawancara langsung diadakan dengan
orang yang menjadi satuan pengamatan dan dilakukan tanpa
perantara. Sementara wawancara tidak langsung dilakukan terhadap
seseorang yang dimintai keterangan tentang orang lain.
Pengumpulan data melalui teknik wawancara biasanya
digunakan untuk mengungkapkan masalah sikap dan persepsi
seorang secara langsung dengan sumber data. Oleh karena itu,
wawancara dapat dijadikan suatu alat pengumpulan data yang
efektif, terutama karena: (a) Wawancara dapat dilaksanakan kepada
setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan
membaca. (b) Data yang diperoleh dapat langsung diketahui
objektivitasnya, karena dilaksanakan secara hubungan tatap muka
atau face to face relation. Meskipun wawancara mempunyai
manfaat, namun terdapat pula beberapa kelemahan diantaranya: (a)
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh karena wawancara dilakukan secara perseorangan, maka
pelaksanaannya menuntun banyak waktu, tenaga, dan biayaterutama
bila ukuran sampel cukup besar. (b) Faktor bahasa, baik
pewawancara maupun responden sangat mempengaruhi hasil data
yang diperoleh (Dr. Maman Abdurrahman, M.PD, Sambas Ali
Muhidin, S.PD, M.Si, 2011:39).
2.13.3. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan
data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan
yang secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi
alamiah atau sebenarnya (Dr. Maman Abdurrahman, M.PD, Sambas
Ali Muhidin, S.PD, M.Si, 2011:38).
60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.13.4. Studi Literatur
Judul Penelitian Penulis Tahun Metode Kelebihan Kekurangan
Implentasi dan Analisis
Mekanisme Transisi
IPv4 ke IPv6
Menggunakan Metode
Dual Stack
Alip Purnomo 2011 Dual Stack 3. Router dan server
berjalan terpisah sehingga
tidak menggangu kinerja
keduanya
4. Penilitian lebih
mengalisis jaringan IPv4 dan
IPv6 berdasarkan video
streaming dan software Iperf
5. Menggunakan
mekanisme Dual Stack
sehingga dalam
menghubungkan jaringan
IPv4 dan IPv6 hanya lingkup
jaringan lokal
Pengembangan dan
Analisi Quality of
Service Penggunaan
IPv4 dan IPv6 dengan
Metode
Autoconfiguration 6in4
Tunneling Pada
Webserver
Irsyad Mulana 2012 Automatic
Tunneling
IPv6
6. Selain
mengimplementasikan
jaringan IPv6, server yang
berfungsi sebagai router
virtual juga memiliki fungsi
lain yaitu menyediakan web
service
7. Beban server menjadi
bertambah karena router tidak
berjalan sendiri melainkan
server juga bertindak sebagai
router virtual
8. Tidak adanya DHCP
server sehingga client tidak
dapat mendapatkan IP secara
langsung
61 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Penelitian Penulis Tahun Metode Kelebihan Kekurangan
Implementasi
Automatic
Tunneling IPv6
Dedi 2013 Automatic
Tunneling IPv6
Menggunakan DHCP Server
sehingga secara otomatis client
mendapatkan IP lansung dari
server
9. Masih menggunakan
router virtual
10. Hanya sebatas
implementasi pada jaringan
IPv6, server tidak memiliki
fungsi lain selain sebagai
router virtual
Berdasarkan analisa penulis dengan membandingkan 3 studi literatur di atas, kelebihan penelitian penulis dibandingkan 3 studi
literatur yaitu:
1. Implementasi Menggunakan Router
Sistem jaringan IPv4 dan IPv6 pada kedua penelitian di atas masih menggunakan router virtual walaupun pada salah satu
penelitian di atas sudah menggunakan hardware router namun pada penelitian tersebut hanya menggunakan mekanisme Dual
Stack sehingga jaringan yang dibangun hanya lingkup jaringan lokal. Oleh sebab itu penulis membangun sistem jaringan IPv4 dan
IPv6 yang diimplementasikan pada router Cisco 1801W dengan menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker agar
jaringan yang dibangun tidak hanya jaringan lokal namun juga terhubung ke dalam jaringan publik.
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Implementasi Pada Jaringan Wireless
Selain penulis menggunakan kabel UTP dalam menghubungkan antar
client, dengan adanya penambahan hardware berupa router Cisco 1801W,
penulis dapat mengimplementasikan mekanisme Dual Stack pada jaringan
wireless yang menggunakan sinyal radio dalam mengirimkan data. Berbeda
pada penelitian sebelumnya yang masih mengimplementasikan mekanisme
Dual Stack melalui media kabel UTP.
3. Pengembangan Web Service
Salah satu penelitian diatas yang dilakukan oleh Irsyad Maulana adalah
menambahkan fungsi dari sebuah server selain sebagai router virtual yaitu
sebagai penyedia layanan web server. Namun web server yang dirancang masih
memiliki kekurangan yaitu tidak adanya DNS server yang berfungsi untuk
memetakan dari IP address ke nama host atau domain. Oleh sebab itu penulis
mengembangkan web server yang sudah terintegrasi dengan DNS server dan
menambahkan service FTP server yang support Dual Stack IP.
4. Pengujian Pada Smartphone
Selain pengujian menggunakan client komputer, penambahan jaringan
wireless memungkinkan penulis menguji sistem jaringan IPv4 dan IPv6 pada
smartphone. Berbeda pada penelitian sebelumnya yang pengujiannya masih
menggunakan client komputer dengan sistem operasi Windows dan Linux.
63 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
3.1.1. Studi Pustaka
Dalam tahapan ini yaitu melakukan pengumpulan bahan-bahan
yang berkaitan dengan judul skripsi, melalui membaca buku-buku dari
perpustakaan dan mencari referensi artikel serta ebook dari internet.
Pada tahap ini studi pustaka yang penulis pakai yaitu 22 buku, 5 jurnal,
3 studi literatur dan 5 website, selengkapnya dapat dilihat pada daftar
pustaka.
3.1.2. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan pihak NOC dari
BPRTIK untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik
penelitian. Hasil dari wawancara selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
3.1.3. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan
(observasi). Tahap ini diperlukan dalam penerapan sistem yang akan
dibangun, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai
sistem yang akan penulis kembangkan dan dengan ketersediaan alat
jaringan yang telah ada. Tempat pelaksanaan penelitian yaitu pada
BPRTIK Tangerang Selatan.
3.2. Metode Pengembangan Sistem
Penulis melakukan pendekatan pengembangan sistem dengan
menggunakan metode Network Development Life Cycle (NDLC) untuk
mengimplementasikan interkoneksi antara IPv4 dengan IPv6 dengan
menggunakan mekanisme Dual Stack dan mekanisme Tunnel Broker pada
sebuah jaringan.
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berikut adalah penjelasan dari masing – masing tahap dalam Network
Development Life Cycle (NDLC):
3.2.1. Analysis
Pada tahap ini adalah pengumpulan data-data yang dibutuhkan
untuk mengetahui perumusan masalah dan cara menyelesaikan
masalah pada interkoneksi IPv4 dengan IPv6. Penulis menganalisis
kebutuhan sistem yang dibutuhkan dalam perancangan kedua
mekanisme, seperti kebutuhan hardware, software, serta topologi
jaringan yang sesuai dengan kedua mekanisme Dual Stack dan Tunnel
Broker.
3.2.2. Design
Dalam penelitian ini, diciptakan dua topologi untuk
mengimplementasikan kedua mekanisme yaitu topologi jaringan Dual
Stack dan topologi jaringan Tunnel Broker. Disetiap topologi,
digunakan sebuah client, server, serta router. Penulis menggunakan
software Cisco Packet Tracer dalam membuat desain jaringan
interkoneksi.
3.2.3. Simulation Prototype
Pada tahap ini penulis membuat simulasi prototype dari kedua
jaringan interkoneksi menggunakan Cisco Packet Tracer. Semua
hardware dan konfigurasi yang dibangun dalam lingkungan Packet
Tracer nantinya akan disimulasikan agar penulis dapat mengerti dan
mengamati proses komunikasi yang berjalan.
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.4. Implementation
Pada tahapan inilah akan terlihat bagaimana sistem jaringan
IPv4 dengan IPv6 yang akan dibangun dengan menggunakan kedua
mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker. Mulai dari tahapan
analisis, desain, dan simulation prototype, semua data-data seperti
hardware, sofwatre dan desain yang sudah dibuat dan dikumpulkan
akan diimplementasikan ke dalam rancangan topologi jaringan IPv4
dan IPv6.
3.2.5. Monitoring
Pada tahapan ini penulis memastikan bahwa sistem jaringan
IPv4 dan IPv6 yang telah diimplementasikan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Tahapan selanjutnya penulis membuat
kesimpulan dari hasil implementasi yang didapatkan dari
implementasi kedua mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker.
3.2.6. Management
Pada tahapan ini penulis melakukan pemeliharaan sistem
jaringan IPv4 dan IPv6. Salah satunya pada router Cisco 1801W,
penulis melakukan upgrade Cisco IOS (Internetwork Operating
Sytem) untuk memperbaiki bug atau mendapatkan fitur terbaru di
Cisco router. Kebijakan BPRTIK juga berperan penting dalam
mengelola jaringan IPv4 dan IPv6 setelah penulis dapat
mengimplementasikan jaringan tersebut.
3.3. Kerangka Berpikir
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan tahapan - tahapan
kegiatan dengan mengikuti rencana kegiatan yang tertuang dalam kerangka
berpikir meliputi metode pengumpulan data dan metode pengembangan
sistem. Kerangka berpikir penelitian ini terdapat pada gambar.
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 3. Kerangka Berfikir
67 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
IMPLEMENTASI EKSPERIMEN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara detail dan terperinci dari awal
pembangunan sampai akhir pengimplementasian sistem, sehingga sistem dapat
berjalan sesuai dengan tujuan penelitian. Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan
bahwa penulis menggunakan model pengembangan sistem Network Development
Life Cycle (NDLC) dalam merancang sistem jaringan IPv4 dengan IPv6 dengan
menggunakan mekanisme Dual Stack dan mekanisme Tunnel Broker.
4.1. Analysis
4.1.1. Identify
Guna menunjang kebutuhan informasi dan komunikasi,
konektifitas dan ketersedian layanan internet menjadi hal yang sangat
dibutuhkan dalam era teknologi informasi sekarang ini. Dalam
mengakses internet, semua perangkat digital tersebut membutuhkan
alamat Internet Protocol (IPv4). Seiring dengan banyaknya pengguna
internet menyebabkan alamat IPv4 sudah mencapai batasnya.
Sebagai salah satu langkah untuk mengatasi kelangkaan alamat
IPv4 maka dikembangkan IPv6 dengan kapasitas pengalamatan IP
naik dari 32-bit menjadi 128-bit (2 pangkat 128). Namun perlu
diketahui proses transisi dari IPv4 menuju IPv6 dibutuhkan kesiapan
dari berbagai pihak mulai dari infrastruktur hingga penyedia layanan
(network provider) khususnya untuk IPv6.
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.2. Understand
Sebagai salah satu langkah untuk mengatasi masalah di atas,
terdapat beberapa mekanisme yang dibutuhkan dalam perancangan
jaringan IPv4 dan IPv6. Dual Stack adalah mekanisme yang
memungkinkan dukungan terhadap pengalamatann IPv4 dan IPv6 di
dalam perangkat yang sama. Berikutnya adalah mekanisme Tunnel
Broker dimana IPv6 akan membuat sebuah tunnel untuk melewati
IPv4. Beberapa mekanisme tersebut, pada akhirnya dapat mengatasi
masalah dalam proses migrasi menuju IPv6. Seperti yang sudah
penulis sampaikan dalam mengembangkan kedua mekanisme di atas
dibutuhkan kesiapan infrastruktur baik hardware maupun software
serta adanya penyedia layanan atau service provider. Contohnya
dalam mekanisme Dual Stack dibutuhkan router yang mendukung
IPv4 dan IPv6 serta dalam mekanisme Tunnel Broker dibutuhkan
penyedia layanan untuk membuat sebuah tunnel konfigurasi antara
IPv4 dan IPv6.
Ketersedian sarana dan prasana yang cukup lengkap dan
modern, membuat Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nasional (Pustiknas) NICT sebagai lembaga dibawah naungan
Kemkominfo menjadi instansi yang maju dalam hal teknologi
informasi dan komunikasi. Namun sangat disayangkan dalam hal
pengalamatan tiap perangkat pada BPRTIK masih menggunakan
IPv4. Mungkin pada saat ini penggunaan IPv4 masih belum
mengalami masalah, tetapi untuk beberapa tahun ke depan, hal ini
akan menjadi masalah seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab 1.
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.3. Analyze
Berdasarkan hasil dari semua analisis yang telah penulis
lakukan, penulis akan mengimplementasikan mekanisme transisi
Dual Stack dan Tunnel Broker pada jaringan IPv4 dan IPv6, dengan
menggunakan router Cisco 1801W sehingga kedua IP dapat
diimplementasikan ke dalam jaringan BPRTIK.
4.1.4. Report
Proses terakhir adalah rincian laporan yang dibutuhkan untuk
membangun jaringan berbasis IPv4 dan IPv6, mulai dari perangkat
sistem yang dibutuhkan baik hardware maupun software serta
spesifikasi sistem yang akan dibangun. Adapun spesifikasi sistem
seperti di bawah berikut:
Tabel 4.1. Spesifikasi Sistem
Sistem
Mekanisme
Keterangan
Dual Stack Penerapan mekanisme yang memungkinkan
IPv4 dan IPv6 dapat berjalan pada satu
perangkat
Tunnel Broker Sebagai penyedia jasa layanan IPv6 melalui
jaringan IPv4 publik dengan memberikan
sebuah tunnel konfigurasi antara IPv4 dan
IPv6
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya dibawah ini adalah tabel spesifikasi hardware:
Tabel 4.2. Spesifikasi Hardware
Hardware Jumlah Keterangan
Router Cisco 1801W 1 9 FastEthernet interfaces
1 ISDN Basic Rate
interfaces
1 ATM interfaces
2 802.11 Radios
62720kb ATA Compact
Flash
Switch TP-LINK 1 5 FastEthernet interfaces
PC Server 1 Intel Core i5 430M
2.27Ghz
4GB RAM
500GB HDD
PC Client 2 Intel® Pentium® Dual
CPU E2180 2.00Ghz
2GB RAM
160GB
iPhone 5 (Client) 1 Apple A6 Dual Core
1.3Ghz
1GB RAM
16GB
Samsung Galaxy J7
(Client)
1 Snapdragon 615 Quad
Core 1.4Ghz
1.5GB RAM
16GB
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Yang terakhir adalah spesifikasi software seperti tabel dibawah
berikut:
Tabel 4.3. Spesifikasi Software
Software Keterangan
c180x-adventerprisek9-
mz.124-15.XY4
Sebagai sistem operasi router Cisco
1801W yang digunakan untuk
konfigurasi Dual Stack dan Tunnel
Broker
Linux Ubuntu 14 LTS Sebagai sistem operasi pada server
yang digunakan untuk meng-install
beberapa service yang nantinya akan
digunakan untuk client
Windows Vista Sebagai sistem operasi pada client
Apple iOS 9.0.1 Sebagai sistem operasi pada iPhone 5
Android Lolipop 5.1.1 Sebagai sistem operasi pada Samsung
Galaxy J7
LAMP (Linux, Apache,
MySQL, Perl/PHP
/Phyton)
Sebagai komponen software untuk
membangun dan mejalankan web
server
VSFTPD (Very Secure
FTP Daemon)
Sebagai software FTP (File Transfer
Protocol) server, yang melayani client
untuk proses upload dan download file
Bind (Berkeley Internet
Name Domain)
Sebagai software untuk membuat DNS
server yang menyimpan nama domain
Cisco Packet Tracer Sebagai program simulasi jaringan
sebelum mengimplementasikan ke
dalam jaringan sesungguhnya
VirtualBox Sebagai software virtualisasi server
Microsoft Visio Sebagai program aplikasi untuk
membuat diagram dan desain jaringan
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2. Design
Dari hasil tahapan analisis sebelumnya, penulis menetapkan rincian
spesifikasi kebutuhan yang akan dibangun. Pada tahap perancangan ini,
semua data yang didapatkan penulis akan dijadikan sebagai pedoman dalam
merancang desain topologi jaringan yang akan dibangun termasuk desain
sistem yang akan dibutuhkan dalam mengimplementasikan jaringan IPv4 dan
IPv6 ke dalam jaringan BPRTIK.
4.2.1. Perancangan Topologi Jaringan
Perancangan topologi jaringan merupakan perancangan sebuah
struktur jaringan yang berhubungan dengan peralatan yang akan
digunakan dalam pembentukan sebuah topologi jaringan. Tujuan
membuat topologi jaringan dimaksudkan agar dalam
pengimplementasian jaringan IPv4 dan IPv6 akan mudah dipahami
dan dapat digunakan untuk troubleshooting jaringan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak NOC,
penulis mendapatkan detail dari topologi jaringan yang ada di
BPRTIK yang dijelaskan pada gambar 4.1. Data topologi jaringan
tersebut penulis gunakan dalam perancangan desain topologi
selanjutnya, agar dapat diimplementasikan jaringan IPv4 dan IPv6
dengan menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker.
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.1. Topologi Jaringan BPRTIK
Merujuk topologi jaringan BPRTIK di atas agar jaringan IPv4
dan IPv6 dapat dibangun, penulis akan mengimplementasikan
jaringan tersebut di switch lantai 3 khususnya pada ruangan RnD 3
(Network and Telecomunication Development). Tujuan penulis
membangun jaringan IPv4 dan IPv6 di ruangan RnD 3 agar dalam
proses perancangan jaringan tersebut tidak menggangu aktifitas
jaringan atau topologi yang sudah berjalan di BPRTIK.
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada topologi jaringan IPv4 dan IPv6, penulis akan
menambahkan sebuah perangkat router yang support Dual Stack dan
dihubungkan langsung ke dalam switch lantai 3. Sehingga jaringan
IPv4 dan IPv6 yang penulis bangun tidak terisolasi dari jaringan luar
(BPRTIK). Berikut adalah hasil perancangan topologi jaringan IPv4
dan IPv6 menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker.
Gambar 4.2. Topologi Jaringan IPv4 dan IPv6
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.2. Desain Sistem
Proses desain sistem menjelaskan bagaimana cara kerja dan
rancangan sistem jaringan IPv4 dan IPv6 dapat diimplementasikan
dengan menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.3, yang menjelaskan rancangan
dari masing-masing perangkat yang dibutuhkan dalam implementasi
jaringan IPv4 dan IPv6.
Gambar 4.3. Desain Sistem Jaringan IPv4 dan IPv6
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penerapan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker
diterapkan pada masing-masing interfaces router Cisco 1801W.
Mekanisme Dual Stack diimplementasikan pada interface vlan 1 dan
dot11Radio 0 sehingga dapat mengalamati IPv4 dan IPv6 sekaligus
dalam satu interface. Kemudian alamat IPv4 dan IPv6 yang terdapat
pada router diberikan kepada client yang sudah support Dual Stack
melalui interface vlan 1 dan dot11Radio 0, sehingga client
mendapatkan alamat IPv4 dan IPv6.
Mekanisme Tunnel Broker diimplementasikan pada interface
tunnel client yang terhubung dengan interface tunnel server yang
terdapat di Tunnel Broker. Dalam interfaces tunnel client dan server
juga diimplementasikan mekanisme Dual Stack, karena dalam
interface tersebut terdapat IPv4 dan IPv6 publik. Sehingga dengan
terhubungnya tunnel client dengan tunnel server, jaringan IPv6 lokal
yang terdapat di BPRTIK dapat terhubung dengan jaringan IPv6
publik (internet).
Pembagian IP pada masing-masing perangkat terdapat pada
tabel 4.4. Untuk IPv6 penulis menggunakan alamat IP yang diberikan
oleh layanan Tunnel Broker. Sedangkan pada client penulis
menggunakan IPv4 DHCP untuk IPv4 dan untuk IPv6 menggunakan
stateless configuration atau SLAAC dan IPv6 DHCP.
Tabel 4.4. Pembagian IP
Jaringan Publik
Perangkat Interface IPv4 IPv6
Router
Tunnel
Server 216.218.221.42 2001:470:35:666::1
Tunnel
Client 103.235.21.32 2001:470:35:666::2
Jaringan Lokal
Perangkat Interface IPv4 IPv6
Router
fa 0 10.1.32.32 -
vlan 1 192.168.1.1 2001:470:36:666::1
do 0 192.168.2.1 2001:470:EDD5:0::1
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Server eth 0 192.168.1.2 2001:470:36:666::2
Client eth 0 IPv4 DHCP SLAAC dan IPv6
DHCP
Selanjutnya pada tabel 4.5 penulis menjabarkan IPv6 yang
diberikan oleh Tunnel Broker yang sudah diimplementasikan kedalam
sistem jaringan di BPRTIK.
Tabel 4.5. Notifikasi Alamat IPv6
IPv6 Jaringan Publik
Notasi Alamat
2001:0470:0035:0666:0000:0000:0000:0001
Heksadesimal Biner
2001 0010.0000.0000.0001
0470 0000.0100.0111.0000
0035 0000.0000.0011.0101
0666 0000.0110.0110.0110
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0001 0000.0000.0000.0001
Network 2001:0470:0035:0666::/64
Range IP 2001:0470:0035:0666:0000:0000:0000:0000-
2001:0470:0035:0666:FFFF:FFFF:FFFF:FFFF
Total IP 2(128-64)
264=18446744073709551616
IPv6 Jaringan Lokal
Wire Network
Notasi Alamat
2001:0470:0036:0666:0000:0000:0000:0001
Heksadesimal Biner
2001 0010.0000.0000.0001
0470 0000.0100.0111.0000
0036 0000.0000.0011.0110
0666 0000.0110.0110.0110
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0001 0000.0000.0000.0001
Network 2001:0470:0036:0666::/64
Range IP 2001:0470:0036:0666:0000:0000:0000:0000-
2001:0470:0036:0666:FFFF:FFFF:FFFF:FFFF
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Total IP 2(128-64)
264=18446744073709551616
Wireless Network
Notasi Alamat
2001:0470:EDD5:0000:0000:0000:0000:0001
Heksadesimal Biner
2001 0010.0000.0000.0001
0470 0000.0100.0111.0000
EDD5 1110.1101.1101.0101
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0000 0000.0000.0000.0000
0001 0000.0000.0000.0001
Network 2001:0470:EDD5:0000::/64
Range IP 2001:0470:EDD5:0000:0000:0000:0000:0000-
2001:0470:EDD5:0000:FFFF:FFFF:FFFF:FFFF
Total IP 2(128-64)
264=18446744073709551616
Interface vlan 1 dan interface dot11Radio 0 dialokasikan untuk
jaringan LAN (Local Area Network) BPRTIK. Pada sisi server
menyediakan service-service seperti, web server, FTP server dan
DNS server. Karena server juga mendukung Dual Stack, secara
otomatis ketiga service tersebut juga dapat menerima permintaan dari
client IPv4 dan IPv6. Agar jaringan lokal yang penulis buat dapat
terhubung dengan jaringan internet, pada IPv4 penulis
mengaplikasikan jaringan NAT (Network Address Translation).
Sedangkan pada IPv6 penulis menggunakan layanan Tunnel Broker.
Daftar IP konfigurasi Tunnel Broker terdapat pada tabel 4.6. IP
konfigurasi Tunnel Broker didapatkan setelah penulis melakukan
registrasi pada layanan Tunnel Broker.
Tabel 4.6. Daftar IP Konfigurasi Tunnel Broker
IPv4 IPv6
Tunnel Server 216.218.221.42 2001:470:35:666::1/64
Tunnel Client 103.235.21.32 2001:470:35:666::2/64
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3. Simulation Prototype
Pada tahap ini penulis melakukan simulasi prototype dari sistem
jaringan IPv4 dan IPv6 yang akan penulis bangun menggunakan mekanisme
Dual Stack dan Tunnel Broker. Tahap simulasi ini bertujuan agar
meminimalisasi kesalahan yang ada sebelum peneliti melakukan
implementasi langsung ke dalam jaringan BPRTIK.
Penulis menggunakan emulator Cisco Packet Tracer sebagai software
simulasi dalam mempraktikan kinerja jaringan komputer. Dengan
menggunakan Cisco Packet Tracer penulis dapat merancang kebutuhan, serta
mengkonfigurasi jaringan yang dibutuhkan dalam membangun jaringan IPv4
dan IPv6 menggunakan mekanisme Dual Stack dan Tunnel Broker. Berikut
ini adalah desain prototype yang penulis buat dalam emulator Cisco Packet
Tracer, gambar 4.4 merupakan prototype topologi jaringan Dual Stack.
Gambar 4.4. Topologi Jaringan Dual Stack
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangkan pada gambar 4.5 merupakan prototype topologi jaringan
tunneling.
Gambar 4.5. Topologi Jaringan Tunneling
Sistem prototype selanjutnya yang penulis buat adalah service-service
yang diberikan dari server ke client, service-service tersebut diantaranya web
server, dns server, dan ftp server. Penulis membangun sistem prototype ini
menggunakan VirtualBox. Dengan bantuan VirtualBox penulis dapat meng-
install sistem operasi Ubuntu Server sebagai server dan notebook penulis
yang dijadikan sebagai client. Fitur host-only adater yang terdapat pada
VirtualBox memudahkan penulis dalam menghubungkan jaringan antara
komputer host (notebook penulis) dengan guest (Ubuntu Server), sehingga
terciptalah jaringan client server.
Berdasarkan hasil simulation prototype yang penulis lakukan, hasilnya
bahwa jaringan IPv4 dan IPv6 dapat berjalan bersamaan tanpa harus
mengganggu trafik antar pengalamatan satu sama lain. Selain itu, dengan
menggunakan mekanisme tunneling, penulis dapat membangun jaringan IPv6
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan menggunakan basis jaringan IPv4. Service-service seperti FTP server,
DNS server, dan web server, selain dapat berjalan di IPv4 dapat pula berjalan
di IPv6. Adapun langkah-langkah serta konfigurasi yang penulis lakukan
dalam membangun sistem prototype terdapat pada lampiran.
4.4. Implementation
Setelah semua tahapan simulation prototype berhasil, tahapan
selanjutnya adalah implementation. Pada tahap ini detail rancangan yang telah
dibuat dan disimulasikan akan diterapkan pada jaringan BPRTIK sesuai
dengan desain topologi yang penulis rancang pada tahapan sebelumnya.
Dalam tahap ini penulis akan menjelaskan proses-proses implementasi
yang penulis lakukan dalam membangun sistem jaringan IPv4 dan IPv6.
Proses-proses implementasi diawali dari konfigurasi awal router, konfigurasi
Dual Stack dan Tunnel Broker, yang terakhir adalah instalasi dan konfigurasi
server dalam menyediakan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh client.
4.4.1. Konfigurasi Awal Router
Proses ini menjelaskan persiapan router dalam menunjang
implementasi jaringan IPv4 dan IPv6, mulai dari pembuatan akun,
menghubungkan router ke dalam jaringan BPRTIK, serta akses
langsung ke sistem router Cisco. Dalam mengakses ke sistem router
Cisco dapat melalui berbagai cara, diantaranya melalui console port,
akses telnet (Telecommunications Network Protocol) dan SSH
(Secure Shell). Namun untuk pertama kalinya router Cisco hanya
dapat diakses menggunakan console port, dengan perantara suatu
terminal atau komputer.
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4.1.1. Akses Router Melalui Console Port
Agar komputer dan router dapat saling terhubung
melalui console port, dibutuhkan kabel rollover dan adapter
RJ-45 ke DB-9 yang biasanya tersedia satu paket pada saat
membeli router Cisco. Selanjutnya kabel rollover
dihubungkan dari console port yang terdapat di router, ke
serial port yang ada pada komputer.
Gambar 4.6. Akses Console Port
Setelah komputer dan router saling terhubung, penulis
menggunakan aplikasi PuTTY sebagai program penghubung
antara terminal router dengan komputer. Pada jendela awal
PuTTY, penulis memilih connection type serial seperti pada
gambar 4.7.
Gambar 4.7. Akses Port Console Menggunakan PuTTY
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada langkah berikutnya setelah router dihidupkan,
router akan mengalami proses booting. Untuk pertama
kalinya router akan menampilkan halaman login seperti pada
gambar 4.8.
Gambar 4.8. Akses Login Port Console
Default username dan password router cisco adalah
username cisco dan password cisco. Setelah berhasil login
maka pada terminal router akan mucul yourname# seperti
pada gambar 4.8. Hal itu menandakan router sudah masuk
kedalam privileged exec mode, sehingga router siap
dikonfigurasi ketahap selanjutnya.
Sebagai admin, penulis bertanggung jawab membuat
akses terhadap router tersebut seaman mungkin. Hal-hal
yang diperhatikan oleh penulis adalah pembuatan akun baru
untuk router dan pemberian akses SSH.
4.4.1.2. Pembuatan Akun Untuk Router
Default username dan password yang sudah dijelaskan
di sub bab akses console port, memungkinkan router
langsung masuk ke dalam privileged exec mode. Hal ini
mengakibatkan siapa pun yang login ke router, akan dengan
mudah mengubah konfigurasi yang terdapat pada router.
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh sebab itu penulis membuat dua akun diantaranya, admin
(privileged exec mode) dan rnd (user exec mode). Untuk
dapat membuat akun, terlebih dahulu router dalam kondisi
privileged exec mode. Selanjutnya ikuti perintah seperti
konfigurasi 4.1.
Konfigurasi 4.1. Pembuatan Akun Router
Perintah hostname bertujuan untuk memberikan nama
router dan secret tingkatanya lebih tinggi dari pada
password. Perintah secret ini bertujuan, agar saat semua
informasi router ditampilkan password yang tertera akan
dienkripsi.
4.4.1.3. Menghubungkan Router ke Jaringan BPRTIK
Berdasarkan desain topologi yang penulis rancang
pada gambar 4.2. Router akan terhubung dengan switch yang
berada di ruang RnD 3. Diketahui jaringan yang terdapat
pada switch memiliki alamat IP 10.1.32.0 dengan subnet
mask 255.255.255.0. Agar dapat terhubung dengan jaringan
BPRTIK, penulis memberikan static IP sesuai lingkup
jaringan yang switch gunakan.
IP yang diberikan oleh penulis yaitu 10.1.32.32 dengan
subnet mask 255.255.255.0. IP tersebut akan ditempatkan
pada interface fastehernet 0 yang terdapat pada router.
Selanjutnya untuk mengaktifkan interface fastehernet 0,
berikan perintah no shutdown seperti konfigurasi 4.2.
yourname#configure terminal
yourname(config)#hostname R1
R1(config)#username admin privilege 15 secret RnD3root
R1(config)#username rnd3 privilege 1 secret guest
R1(config)#end
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konfigurasi 4.2. Menghubungkan Router ke Jaringan BPRTIK
4.4.1.4. Konfigurasi SSH
Pada umumnya router Cisco sudah mendukung
protokol SSH. Namun dibutuhkan konfigurasi agar service
SSH dapat digunakan. Dibutuhkan certificate key yang
digunakan untuk mengenkripsi paket SSH, adapun perintah
yang digunakan seperti konfigurasi 4.3.
Konfigurasi 4.3. Membuat Crypto Key
Crypto key generate rsa adalah perintah yang berfungsi
untuk membuat certificate key dengan menggunakan
algoritma RSA (Rivest Shamir Adleman). Certificate key
dibuat dengan menggunakan modulus 1024 bit, sehingga
menghasilkan RSA keys yang digunakan untuk domain
router (R1.rndR1.com).
Setelah service SSH sudah siap, langkah selanjutnya
adalah menghubungkan service SSH dengan virtual
terminal. Virtual terminal terdapat pada interface line vty
yang berjumlah 0-15. Penulis menggunakan line vty 0-4
R1#configure terminal
R1(config)#interface fastEthernet 0
R1(config-if)#ip address 10.1.32.32 255.255.255.0
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end
R1#configure terminal
R1(config)#ip domain-name rndR1.com
R1(config)#crypto key generate rsa
The name for the keys will be: R1.rndR1.com
Choose the size of the key modulus in the range of 360 to
2048 for your General Purpose Keys. Choosing a key
modulus greater than 512 may take a few minutes.
How many bits in the modulus [512]: 1024
% Generating 1024 bit RSA keys, keys will be non-
exportable...[OK]
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk akses telnet sedangkan sisanya 5-15 penulis gunakan
untuk akses SSH. Perintah konfigurasi dapat dilihat di
konfigurasi 4.4.
Konfigurasi 4.4. Membuat SSH
Perintah transport input SSH menandakan bahwa line
vty 5-15 digunakan sebagai akses SSH. Agar dapat login
menggunakan akses SSH dibutuhkan username dan
password. Dengan menggunakan perintah login local, router
akan men-setting username dan password sesuai dengan
yang penulis buat pada sub bab pembuatan akun untuk
router.
4.4.1.5. Akses Router Melalui SSH
Penulis juga menggunakan aplikasi PuTTY dalam
mengakses router melalui SSH. Berbeda dengan pengaturan
PuTTY saat mengakses router melalui console, Pada jendela
awal PuTTY, pilih connection type SSH dan masukan IP
router seperti pada gambar 4.9.
R1#configure terminal
R1(config)#line vty 5 15
R1(config-line)#login local
R1(config-line)#transport input ssh
R1(config-line)#end
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.9. Akses SSH Menggunakan PuTTY
Setelah terminal router terbuka akan muncul halaman
login, username dan password default (cisco, cisco) sudah
tidak dapat digunakan lagi. Login menggunakan akun admin
untuk admin dan rnd3 untuk guest. Apabila login
menggunakan akun rnd3 router akan masuk ke user exec
mode ditandai dengan R1> seperti gambar 4.10.
Gambar 4.10. Guest Login
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dikarenakan untuk melanjutkan ke konfigurasi
selanjutnya, maka penulis login menggunakan akun admin
sehingga router langsung masuk ke privileged exec mode
ditandai dengan R1# seperti gambar 4.11.
Gambar 4.11. Admin Login
4.4.2. Perancangan Jaringan IPv4 dan IPV6
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab 4.2.2, setelah
terminal router Cisco sudah dapat diakses dan router sudah terhubung
ke dalam jaringan BPRTIK. Proses selanjutnya adalah perancangan
jaringan IPv4 dan IPv6 menggunakan meaknisme Dual Stack dan
Tunnel Broker. Pada proses ini menjelaskan implementasi kedua
mekanisme ke dalam konfigurasi router Cisco.
4.4.2.1. Registrasi Tunnel Broker
Agar dapat menggunakan layanan Tunnel Broker
penulis melakukan registrasi di alamat
https://tunnelbroker.net/. Dibutuhkan juga IPv4 publik,
dimana IPv4 lokal (10.1.32.32) yang terdapat pada router
dipublikan mejadi 103.235.21.32. IPv4 publik ini yang
digunakan sebagai endpoint dari Tunnel Broker. Untuk
tunnel servers yang tersedia di wilayah Asia hanya terdapat
di Hongkong, Singapura, dan Jepang. Penulis memilih tunnel
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
server di Singapura seperti gambar 4.12, karena memang
Singapura adalah negara terdekat dengan Indonesia
dibandingkan Honkong dan Jepang.
Gambar 4.12. Registrasi Tunnel Broker
Setelah semua data registrasi sudah terisi, Tunnel
Broker akan memberikan tunnel details yang terdapat pada
gambar 4.13. Pada bagian tunnel details terdapat IPv6 tunnel
endpoints, tunnel endpoints ini yang penulis gunakan sebagai
acuan dalam pembuatan tunnel pada router Cisco.
Gambar 4.13. Tunnel Details
4.4.2.2. Konfigurasi Dual Stack Wire Network
Implementasi jaringan IPv4 dan IPv6 pada konfigurasi
Dual Stack wire network, menggunakan media kabel UTP
dalam menghubungkan antar perangkat jaringan. Sehingga
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
interfaces yang dipakai untuk alokasi jaringan lokal yaitu
vlan 1 sebagai virtual LAN dan interface fastethernet 1 yang
digunakan sebagai akses ke vlan 1.
Router Cisco 1801W yang penulis gunakan sudah
mendukung Dual Stack, sehingga pada fastethernet 1 penulis
dapat mengimplementasikan IPv4 dan IPv6 dalam satu
interface sekaligus. Dalam implementasinya dibutuhkan
konfigurasi pada router agar kedua IP dapat berjalan,
khususnya pada IPv6.
Default setting pada router umumnya tidak dapat
memberikan service stateless configuration atau SLAAC
(Stateless Address Autoconfiguration) IPv6. Namun dengan
mengaktifkan IPv6 unicast-routing dan IPv6 cef, router
dapat memberikan IPv6 secara otomatis kepada client seperti
IPv4 DHCP. Aktifkan kedua perintah IPv6 tersebut saat
berada pada global configuration mode, seperti konfigurasi
4.5.
Konfigurasi 4.5. Mengaktifkan Service IPv6
Sistem konfigurasi router Cisco 1801W menggunakan
sistem vlan dalam menghubungkan tiap interaface-nya,
sehingga pada saat penulis ingin memberikan IP pada
interface fastethernet tidak diijinkan oleh sistem dari router.
Maka dari itu penulis membuat interface vlan 1 terlebih
dahulu dengan masuk ke interface configuration mode dan
masing-masing masukan IPv4 dan IPv6. Untuk IPv6
tambahkan ipv6 enable agar IPv6 dapat diaktifkan, perintah
selengkapnya dapat dilihat seperti konfigurasi 4.6.
R1#configure terminal
R1(config)#ipv6 unicast-routing
R1(config)#ipv6 cef
R1(config-line)#end
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konfigurasi 4.6. Dual Stack Wire Network
Setelah interface vlan 1 sudah dibuat, selanjutnya
menghubungkan akses vlan 1 ke interface fastethernet 1.
Dengan menambahkan perintah swicthport access vlan 1
seperti konfigurasi 4.7, secara otomatis vlan 1 akan
terhubung ke dalam jaringan BPRTIK melalui interface
fastethernet 1.
Konfigurasi 4.7. Swictport Access
4.4.2.3. Konfigurasi Dual Stack Wireless Network
Berbeda dengan Dual Stack wire network, pada Dual
Stack wireless network media yang digunakan melalui sinyal
radio atau Wi-Fi (Wireless Fidelity). Sehingga interface yang
digunakan yaitu interface dot11Radio 0. Dalam
implementasinya Dual Stack wireless network tidak jauh
berbeda dengan Dual Stack wire network.
Pada Dual Stack wireless network alamat IP dapat
langsung dimasukan ke dalam interface dot11Radio 0,
penulis tidak perlu membuat interface vlan terlebih dahulu.
Selanjutnya masuk ke interface dot11Radio 0 untuk
memberikan IPv4 dan IPv6, seperti konfigurasi 4.8.
R1#configure terminal
R1(config)#interface vlan 1
R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
R1(config-if)#ipv6 enable
R1(config-if)#ipv6 address 2001:470:36:666::1/64
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end
R1#configure terminal
R1(config)#interface fastEthernet 1
R1(config-if)#switchport access vlan 1
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konfigurasi 4.8. Dual Stack Wireless Network
Proses selanjutnya adalah mengatur SSID (Service Side
Identifier), agar wireless router yang sudah dibuat dapat
diakses oleh client melalui jaringan Wi-Fi. Untuk membuat
SSID, masih didalam interface dot11Radio 0 masukan
perintah SSID agar masuk ke konfigurasi SSID seperti
konfigurasi 4.9.
Konfigurasi 4.9. Membuat SSID
Perintah authentication open berfungsi agar semua
wireless client dapat mengakses access point yang penulis
buat (RnD_3). Sedangkan perintah guest-mode adalah fitur
broadcast SSID, sehingga fitur ini dapat memudahkan client
dalam menemukan access point RnD_3.
Terakhir pemberian password, bertujuan agar tidak
sembarang client yang dapat mengakses access point yang
penulis buat. Penulis menggunakan password encryption
mode WEP (Wired Equivalent Privacy) dengan ukuran
sebesar 40-bit. Adapun konfigurasinya diaplikasikan di
interface dot11Radio 0, selanjutnya ikuti perintah seperti
konfigurasi 4.10.
R1#configure terminal
R1(config)#interface dot11Radio 0
R1(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
R1(config-if)#ipv6 enable
R1(config-if)#ipv6 address 2001:470:36:667::1/64
R1(config-if)#no shutdown
R1#configure terminal
R1(config)#interface dot11Radio 0
R1(config-if)#ssid RnD_3
R1(config-if-ssid)#authentication open
R1(config-if-ssid)#guest-mode
R1(config-if-ssid)#exit
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konfigurasi 4.10. Membuat Password SSID
4.4.2.4. Konfigurasi IP DHCP
Pada proses konfigurasi DHCP (Dynamic
Configuration Protocol) penulis membuat dua IP DHCP
untuk masing-masing IP (IPv4 dan IPv6). Satu untuk
jaringan wire network dan satu lagi untuk jaringan wireless
network. IPv4 DHCP dapat dibuat dengan menggunakan
perintah ip dhcp pool, dengan begitu router akan masuk ke
dalam konfigurasi IP DHCP. Masukan default router,
network, dan terakhir DNS server. Untuk konfigurasi IPv4
DHCP wire network memberikan nama dhcp_ipv4, masukan
default router 192.168.1.1. Perintah selengkapnya seperti
konfigurasi 4.11.
Konfigurasi 4.11. IPv4 DHCP Wire Network
R1#configure terminal
R1(config)#interface dot11Radio 0
R1(config-if)#encryption key 1 size 40bit abcdef1234
transmit-key
R1(config-if)#encryption mode wep mandatory
R1(config-if)#end
R1#configure terminal
R1(config)#ip dhcp pool dhcp_ipv4
R1(config)#default-router 192.168.1.1
R1(config)#network 192.168.1.0 255.255.255.0
R1(config)#dns-server 192.168.1.2
R1(config)#end
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangkan konfigurasi untuk IPv4 DHCP wireless network
seperti konfigurasi 4.12.
Konfigurasi 4.12. IPv4 DHCP Wireless Network
Selanjutnya tambahkan perintah ip dhcp-excluded address
seperti konfigurasi 4.13.
Konfigurasi 4.13. IP DHCP Excluded Address
Penulis memberikan perintah ip dhcp-excluded
address berfungsi agar range IP dari 192.168.1.1 sampai
192.168.1.3, untuk mencegah router memberikan IP tersebut
kepada client. Karena pada range IP tersebut penulis
mengalokasikan IP untuk server.
Berbeda dengan IPv4, pada IPv6 DHCP penulis hanya
memasukan perintah dns-server karena service SLAAC
untuk IPv6 tidak dapat memberikan dns-server kepada client.
Adapun IPv6 DHCP yang penulis buat sama-sama
menggunakan DNS server, dengan perintah seperti
konfigurasi 4.14.
Konfigurasi 4.14. IPv6 DHCP Wire Network
R1#configure terminal
R1(config)#ip dhcp pool ap_ipv4
R1(config)#default-router 192.168.2.1
R1(config)#network 192.168.2.0 255.255.255.0
R1(config)#dns-server 192.168.1.2
R1(config)#end
R1#configure terminal
R1(config)#ip dhcp excluded-address 192.168.1.1-
192.168.1.3
R1(config)#end
R1#configure terminal
R1(config)#ipv6 dhcp pool dhcp_ipv6
R1(config-dhcp)#dns-server 2001:470:36:666::2
R1(config-dhcp)#end
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangkan perintah untuk IPv6 DHCP WLAN seperti
konfigurasi 4.15.
Konfigurasi 4.15. IPv6 DHCP Wireless Network
Proses terakhir adalah mendefinisikan IPv6 DHCP
pool pada tiap interfaces, tambahkan perintah seperti
konfigurasi 4.16 pada interface vlan 1 dan dot11Radio 0.
Konfigurasi 4.16. IPv6 DHCP Pool Pada Tiap Interfaces
Hal ini hanya berlaku untuk IPv6 tidak berlaku untuk
IPv4. Pada IPv4, IP DHCP akan otomatis diberikan kepada
client tanpa harus mendefinisikan nama-nama IP DHCP
pool-nya. Perintah ipv6 nd other-config-flag sangat
diperlukan agar IPv6 DHCP yang berisi DNS server dapat
diberikan kepada client. Sampai dengan proses ini, masing-
masing client pada jaringan LAN wire network dan wireless
network sudah dapat saling terhubung dengan menggunakan
IPv4 dan IPv6 DHCP. Namun jaringan yang dibangun oleh
penulis masih dalam skala jaringan lokal, sehingga baik
jaringan IPv4 maupun IPv6 tidak dapat terhubung ke dalam
jaringan publik (internet).
R1#configure terminal
R1(config)#ipv6 dhcp pool ap_ipv6
R1(config-dhcp)#dns-server 2001:470:36:666::2
R1(config-dhcp)#end
R1#configure terminal
R1(config)#interface vlan 1
R1(config-if)#ipv6 nd other-config-flag
R1(config-if)#ipv6 dhcp server dhcp_ipv6
R1(config-if)#exit
R1(config)#interface dot11Radio 0
R1(config-if)#ipv6 nd other-config-flag
R1(config-if)# ipv6 dhcp server ap_ipv6
R1(config-if)#end
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4.2.5. Konfigurasi NAT
Proses selanjutnya adalah menghubungkan jaringan
lokal yang penulis buat dengan jaringan internet. Penulis
mengaplikasikan konfigurasi NAT (Network Address
Translation) pada tiap interface jaringan lokal. Interface
fastethernet 0 berperan sebagai NAT outside, karena pada
interface ini mempunyai IP publik yang dapat berhubungan
langsung dengan jaringan internet. Dengan IP publik yang
dimiliki di interface fastethernet 0, untuk interface lainnya
seperti fastethernet 1 dan dot11Radio 0 berperan sebagai
NAT inside. Sehingga IP lokal yang berada pada interface
fastethernet 1 dan dot11Radio 0 dapat terhubung ke dalam
jaringan internet melalui IP publik yang terdapat di
fastethernet 0. Adapun perintah lengkapnya seperti
konfigurasi 4.17.
Konfigurasi 4.17. NAT
R1#configure terminal
R1(config)#interface fastEthernet 0
R1(config-if)#ip nat outside
R1(config-if)#exit
R1(config)#interface fastEthernet 1
R1(config-if)# ip nat inside
R1(config-if)#exit
R1(config)#interface dot11Radio 0
R1(config-if)# ip nat inside
R1(config-if)#exit
R1(config)#ip nat inside source list 101 interface
fastEthernet 0 overload
R1(config-if)#end
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah konfigurasi NAT pada setiap interface selesai,
proses selanjutnya yaitu access list. Penulis mengijinkan
semua jaringan baik itu wire network dan wireless network
untuk dapat mengakses internet. Sehingga penulis
memasukan network dari wire network (192.168.1.0) dan
wireless network (192.168.2.0) ke dalam access list router
cisco dan menambahkan perintah permit seperti konfigurasi
4.18, agar kedua network diijinkan mengakses internet.
Konfigurasi 4.18. Access List
Terakhir tambahkan IPv4 route agar jaringan lokal
wire network dan wireless network IPv4 dapat terhubung ke
dalam jaringan internet, seperti konfigurasi 4.19.
Konfigurasi 4.19. IP Route
4.4.2.6. Konfigurasi Tunnel
Pada IPv6, dalam menghubungkan jaringan lokal IPv6
ke dalam jaringan internet dibutuhkan tunnel. Tunnel ini
dibuat agar berhubungan langsung dengan tunnel yang ada di
Tunnel Broker. Sehingga pada saat penulis membuat tunnel
ini, konfigurasinya akan disesuaikan dengan IPv6 endpoints
yang diberikan oleh Tunnel Broker.
R1#configure terminal
R1(config)#access-list 101 permit 192.168.1.0 0.0.0.255
any
R1(config)#access-list 101 permit 192.168.2.0 0.0.0.255
any
R1(config-if)#end
R1#configure terminal
R1(config)# ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 fastEthernet0
R1(config-if)#end
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.7. IPv6 Tunnel Endpoints
IPv4 IPv6
Server 216.218.221.42 2001:470:35:666::1/64
Client 103.235.21.32 2001:470:35:666::2/64
Merujuk pada tabel 4.7, client IPv4 dan IPv6 adalah IP
client yang terdapat pada router Cisco 1801W, sedangkan
server IPv4 dan IPv6 adalah IP server yang berada pada
layanan Tunnel Broker. Pada router penulis membuat
interface tunnel 10 seperti konfigurasi 4.20, sebagai
penghubung ke dalam jaringan layanan Tunnel Broker.
Konfigurasi 4.20. Tunnel Broker
Terakhir sama dengan IPv4, tambahkan IPv6 route
agar jaringan lokal wire network dan wireless network IPv6
dapat terhubung ke dalam jaringan internet, seperti
konfigurasi 4.21.
Konfigurasi 4.21. IPv6 Route
R1#configure terminal
R1(config)#interface tunnel 10
R1(config-if)#ipv6 enable
R1(config-if)#ipv6 address 2001:470:35:666::2/64
R1(config-if)#tunel source 10.1.32.32
R1(config-if)#tunnel destination 216.218.221.42
R1(config-if)#tunnel mode ipv6ip
R1(config-if)#end
R1#configure terminal
R1(config)#ipv6 route ::/0 Tunnel10
R1(config-if)#end
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4.3. Pembuatan Service Server
Proses terakhir yaitu pembuatan service-service yang berada di
server. Pada proses ini penulis melakukan konfigurasi pada masing-
masing service FTP, DNS, web server agar dapat melayani client IPv4
dan IPv6. Adapun proses instalasi dari masing-masing service tersebut
terdapat pada lampiran.
4.4.3.1. FTP Server
Pada pembuatan service FTP penulis menggunakan
software VSFTPD. File konfigurasi VSFTPD terdapat pada
direktori /etc/vsftpd.conf. Penulis menggunakan perintah text
editor nano yang tersedia di Ubuntu server, untuk
mengaktifkan beberapa perintah yang terdapat di file
konfigurasi vsftpd.conf.
Konfigurasi 4.22. FTP Server
Yang perlu diperhatikan adalah perintah listen,
pengaturan default dari VSFTPD mengijinkan IPv4 untuk
mengakses service FTP seperti konfigurasi 4.22 listen=YES.
Sedangkan untuk IPv6 service FTP belum diaktifkan, karena
masih adanya tanda # pada listen_ipv6=YES.
# nano /etc/vsftpd.conf
listen=YES
#listen=NO IPv4 Aktif
#listen_ipv6=YES
#listen=YES
listen=NO IPv6 Aktif
listen_ipv6=YES
anonymous_enable=NO
local_enable=YES
write_enable=YES
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk mengaktifkan IPv6, hilangkan tanda pagar yang
berada pada listen_ipv6=YES, listen=NO, dan tambahkan
tanda # di depan listen=YES. Konfigurasi ini penulis lakukan
karena VSFTPD tidak support apabila protokol IPv4 dan
IPv6 berjalan bersamaan, maka dari itu penulis harus
memilih salah satunya.
Perintah anonymous_enable=NO berguna untuk
mencegah anonymous user masuk ke FTP server,
sedangakan local_enable=YES berguna untuk otentifikasi
lokal dan write_enable=YES berguna untuk mengijinkan
user memodifikasi file sistem.
4.4.3.2. DNS Server
Proses selanjutnya adalah pembuatan DNS Server,
penulis menggunakan software BIND. File konfigurasi
BIND terdapat pada direktori /etc/bind. Penulis mengubah
dua file yang terdapat pada direktori BIND, diantaranya
named.conf.local yang berisi domain dan reverse zone
sedangkan named.conf.option yang berisi forwarder.
Konfigurasi 4.23. Named Conf Local
# nano /etc/bind/named.conf.local
zone "pustiknas.com" {
type master;
file "/etc/bind/db.pustiknas.com";
};
zone "1.168.192.in-addr.arpa" {
type master;
file "/etc/bind/db.ip";
};
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulis memberikan domain pustiknas.com sedangkan
reverse zone adalah reverse network address dari
192.168.1.0. Masing-masing zone juga memiliki file
informasi tersendiri yaitu db.pustiknas.com dan db.ip.
Konfigurasi 4.24. DB Pustiknas
Pada file db.pustiknas.com, penulis menambahkan
alamat IPv4 dan IPv6 server. Sedangkan untuk file db.ip
berisi domain pustiknas.com dan untuk alamat IPv6 sendiri
akan menjadi sub domain dari pustikas.com.
Konfigurasi 4.25. DB IP
# nano /etc/bind/db.pustiknas.com
@ IN SOA pustiknas.com. root.pustiknas.com. (
1 ; Serial
604800 ; Refresh
86400 ; Retry
2419200 ; Expire
604800 ) ; Negative Cache TTL
;
@ IN NS ns.pustiknas.com.
@ IN A 192.168.1.2
ns IN A 192.168.1.2
www IN A 192.168.1.2
ipv6 IN AAAA 2001:470:36:666::2
# nano /etc/bind/db.ip
@ IN SOA pustiknas.com. root.pustiknas.com. (
5 ; Serial
604800 ; Refresh
86400 ; Retry
2419200 ; Expire
604800 ) ; Negative Cache TTL
;
@ IN NS ns.pustiknas.com.
1 IN PTR ns.pustiknas.com.
1 IN PTR www.pustiknas.com
1 IN PTR www.ipv6.pustiknas.com.
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Terakhir yaitu menambahkan forwarders yang
berfungsi untuk forward DNS, apabila DNS lokal tidak
memiliki informasi DNS. Tambahkan juga listen-on-v6
{any} untuk versi BIND 9 ke bawah agar software BIND
mendukung pengalamatan IPv6.
Konfigurasi 4.26. Named Conf Options
4.4.3.3. Web Server
Proses terakhir yaitu pembuatan web server, penulis
membagi dua bagian dalam server yaitu untuk domain dan
sub domain. Adapun masing-masing domain telah penulis
jelaskan pada sub bab DNS server diantaranya
pustiknas.com untuk IPv4 dan ipv6.pustiknas.com untuk
IPv6. Maka dari itu penulis menambahkan IPv4 dan IPv6 ke
dalam file ports.conf.
Konfigurasi 4.27. Ports Conf
# nano /etc/bind/named.conf.options
Options {
forwarders {
8.8.8.8;
};
listen-on-v6 { any; };
};
# nano /etc/apache2/ports.conf
Listen 192.168.1.2:80
Listen [2001:470:36:666::2]:80
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada file apache2.conf juga penulis menambahkan
virtual host untuk masing-masing IPv4 dan IPv6 berserta
direktori web server-nya.
Konfigurasi 4.28. Apache2 Conf
# nano /etc/apache2/apache2.conf
<VirtualHost 192.168.1.2:80>
ServerName pustiknas.com
DocumentRoot /var/www/html
</VirtualHost>
<VirtualHost [2001:470:36:666::2]:80>
ServerName ipv6.pustiknas.com
DocumentRoot /var/www/ipv6
</VirtualHost>
104 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menjelaskan tahapan selanjutnya dari metode
pengembangan sistem NDLC (Network Development Life Cycle) yaitu monitoring
dan management. Kedua tahapan monitoring dan management lebih menjelaskan
proses-proses setelah jaringan IPv4 dan IPv6 selesai diimplementasikan.
5.1. Monitoring
Pada tahap ini, untuk memastikan bahwa sistem jaringan IPv4 dan IPv6
yang telah diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
selain menguji service-service yang diberikan oleh router dan server, penulis
juga melakukan pengujian pada sistem jaringan wire network dan wireless
network agar saling terhubung ke dalam jaringan lokal maupun publik.
5.1.1. Pengujian Sistem Jaringan LAN Wire Network
Service yang diuji oleh penulis diantaranya, service IP DHCP
dan SLAAC IPv6. Terlihat tabel 5.1 router dapat memberikan service
IP DHCP dan SLAAC pada client di jaringan wire network.
Tabel 5.1. DHCP dan SLAAC Client Wire Network
Dual Stack Client
IPv4 DHCP
IPv4 Address 192.168.1.4
Subnet Mask 255.255.255.0
Default Gateway 192.168.1.1
DNS Server 8.8.8.8
DHCP Server 192.168.1.1
IPv6 DHCP & SLAAC
IPv6 Address 2001:470:36:666:CDA:A7B9:B1F7:757F
Link-Local [FE80::CDA:A7B9:B1F7:757F]10
Temporary 2001:470:36:666:CC39:15B6:1105:B805
Default Gateway [FE80::224:97FF:FE23:D21A]10
DNS Server 2001:4860:4860::8888
DHCPv6 IAID 218107902
DHCPv6 DUID 00-01-00-01-1D-1E-85-37-00-0F-FE-E8-86-
1D
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah client mendapatkan IP dari router, pengujian
selanjutnya penulis menggunakan perintah ping untuk memastikan
client dapat terhubung ke server. Seperti pada gambar 5.1 client yang
berada pada jaringan wire network sudah terhubung ke server dengan
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data atau RTT
(Round Trip Time) pada IPv4 dan IPv6 1ms di jaringan LAN dan
maksimum RTT terjadi pada IPv4 dengan nilai 2ms. Pada pengujian
ini semua data berhasil dikirim tanpa adanya packet lost pada kedua
IP.
Gambar 5.1. Client Wire Network Ping Server
5.1.2. Pengujian Sistem Jaringan LAN Wireless Network
Pada client di jaringan LAN Wireless Network, router juga
dapat memberikan service IP DHCP dan SLAAC IPV6 seperti terlihat
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. DHCP dan SLAAC Client Wireless Network
Dual Stack Client
IPv4 DHCP
IPv4 Address 192.168.2.3
Subnet Mask 255.255.255.0
Default Gateway 192.168.2.1
DNS Server 8.8.8.8
DHCP Server 192.168.2.1
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IPv6 DHCP & SLAAC
IPv6 Address 2001:470:EDD5:0:7045:C342:747A:E665
Link-Local [FE80:: 7045:C342:747A:E665]12
Temporary 2001:470:EDD5:0:19ED:E57:3D5C:847B
Default Gateway [FE80::224:14FF:FE04:A500]12
DNS Server 2001:4860:4860::8888
DHCPv6 IAID 311704037
DHCPv6 DUID 00-01-00-01-1D-BF-BF-5D-E8-9A-8F-B2-
FD-C1
Begitu juga pada client yang berada pada jaringan wireless
network, setelah client mendapatkan IP dari router penulis
menggunakan perintah ping seperti yang terlihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2. Client Wireless Network Ping Server
Berdasarkan pada gambar 5.2 client pada jaringan wireless
network sudah terhubung dengan server. Pada pengujian ini juga tidak
terjadi packet lost pada kedua IP dengan nilai maksimum RTT diraih
oleh IPv4 11ms, hal ini membuat rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk mengirimkan data IPv4 lebih besar dibandingkan IPv6 dengan
nilai rata-rata RTT 4ms di jaringan LAN wireless network.
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.3. Pengujian Sistem Jaringan Publik Network
Setelah jaringan lokal Dual Stack client dan server sudah saling
terhubung, selanjutnya menghubungkan jaringan lokal ke dalam
jaringan IPv6 publik (internet). Penulis menggunakan perintah tracert
untuk memastikan Tunnel Broker sudah aktif dan dapat
menghubungkan ke IPv6 Google sebagai jaringan IPv6 publik.
Terlihat pada gambar 5.3 Tunnel Broker yang dibuat atas nama
penulis (yudhaarip) dapat menghubungkan IPv6 2001:470:36:666::1
yang ada di router BPRTIK ke jaringan ipv6.google.com.
Gambar 5.3. Traceroute IPv6 Google
Berdasarkan pada gambar 5.3, proses traceroute dari client
menuju alamat Google IPv6 melewati 7 hop/router. Hop pertama
yaitu router Cisco yang berada di jaringan BPRTIK, hop kedua dan
ketiga melewati Hurricane Electric sebagai penyedia jasa Tunnel
Broker, hop keempat melawati ISP Equnix yang berada di Singapur,
hop keenam dan kelima melewati gateway Google IPv6, dan terakhir
data sampai di hop ketujuh yaitu 1e100.net domain dari Google
dengan alamat IPv6 2404:6800:4003:80A:200E.
Pada client yang berada di jaringan wire network penulis juga
menguji langsung menggunakan web browser, dengan mengakses
halaman IPv6 Google seperti pada gambar 5.4.
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.4. Akses Halaman IPv6 Client Wire Network
Sedangkan pada client di jaringan wireless network penulis
menggunakan smartphone iPhone 5 dan Samsung Galaxy J7, terlihat
pada gambar 5.5 kedua smartphone mampu memuat halaman IPv6
Google.
Gambar 5.5. Akses Halaman IPv6 Client Wireless Network
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.4. Pengujian Service FTP Server
Pada pengujian service server yang pertama, penulis menguji
service FTP server. Penulis memastikan bahwa service FTP mampu
melayani client Dual Stack yang mempunyai IPv4 dan IPv6.
Gambar 5.6. Akses FTP menggunakan IPv4
Berdasarkan pada gambar 5.6 service FTP server dapat diakses
menggunakan IPv4, begitu juga pada saat penulis mengakses
menggunakan IPv6 seperti pada gambar 5.7.
Gambar 5.7. Akses FTP menggunakan IPv6
5.1.5. Pengujian Service DNS Server
Service selanjutnya yang diuji adalah DNS server. Penulis
menggunakan perintah dig pada Ubuntu server. Perintah dig bertujuan
untuk melihat DNS record, dalam hal ini A record untuk IPv4 dan
AAAA record untuk IPv6.
110
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.8. Dig IPv4 Pustiknas
Melihat hasil perintah dig pada gambar 5.8 domain
pustiknas.com memiliki A record 192.168.1.2, selanjutnya pada
gambar 5.9 domain ipv6.pustiknas.com memiliki AAAA record
2001:470:36:666::2. Hal ini membuktikan DNS server sudah berjalan
dengan baik pada IPv4 dan IPv6.
Gambar 5.9. Dig IPv6 Pustiknas
5.1.6. Pengujian Service Web Server
Pengujian terakhir yaitu service web server, penulis menguji
kemampuan Dual Stack server dalam memberikan service web server
untuk IPv4 dan IPv6. Seperti pada pengujian sebelumnya, penulis
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menguji langsung menggunakan web browser. Pada gambar 5.10
client di jaringan wire network dapat mengakses web server IPv4
BPRTIK.
Gambar 5.10. Akses Web Server IPv4 BPRTIK
Begitu juga pada gambar 5.11, client juga dapat mengakses web
server IPv6 Pustiknas.
Gambar 5.11. Akses Web Server IPv6 BPRTIK
112
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangkan untuk client yang ada di jaringan wireless network,
penulis mengunakan iPhone 5 dan Galaxy J7. Seperti pada 5.12
iPhone dapat mengakses IPv4 dan IPv6 web server BPRTIK.
Gambar 5.12. Akses Web Server BPRTIK Melalui iPhone 5
Begitu juga untuk Galaxy J7 dapat mengakses IPv4 dan IPv6 web
server BPRTIK.
Gambar 5.13. Akses Web Server BPRTIK Melalui Galaxy J7
113
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.7. Monitoring QoS IPv4 dan IPv6
Pada proses monitoring QoS penulis menentukan parameter
QoS diantaranya bandwidth, jitter, dan packet lost. Penulis
menggunakan Iperf sebagai software yang di-install pada masing-
masing client dan server. Pada monitoring QoS ini penulis
membandingkan QoS IPv4 dan IPv6 pada jaringan wire network dan
wireless network.
Pengukuran monitoring QoS dilakukan selama 30 detik dengan
menggunakan Iperf, pengukuran dilakukan pada waktu siang hari
pada saat trafik jaringan padat dan dilakukan pada sore hari saat trafik
jaringan lengang. Hasil dari pengukuran monitoring QoS ditampilkan
dalam bentuk grafik dengan interval waktu yang ditampilkan 2 detik.
Trafik saat jaringan lengang ditandai dengan garis biru sedangkan
untuk trafik saat jaringan padat ditandai dengan garis orange, untuk
data selengkapnya terdapat pada lampiran.
5.1.7.1. Perbandingan QoS IPv4 Wire Network
Pada gambar 5.14 dapat dilihat perbandingan
bandwidth dari IPv4 pada jaringan wire network, pada saat
jaringan lengang bandwidth atau transfer data dari client ke
server berada pada nilai 1,05-1,06 Mbit/s, sedangkan saat
jaringan padat bandwidth cenderung turun pada nilai 1,05
Mbit/s. Sedangkan untuk rata-rata pada saat penulis
memonitoring selama 30 detik baik trafik jaringan lengang
maupun trafik jaringan padat memiliki nilai yang sama yaitu
1,05 Mbit/s.
114
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.14. Bandwidth Jaringan IPv4 LAN Wire Network
Perbedaan mulai terlihat pada gambar 5.15, dengan
nilai rata-rata jitter atau selisih waktu pada saat paket
dikirimkan dari client ke server, pada trafik jaringan lengang
lebih rendah dibandingkan pada saat trafik jaringan padat.
Nilai rata-rata pada saat trafik jaringan lengan sebesar 0,102
ms, sedangkan pada saat trafik jaringan padat meningkat
menjadi 0,296.
Gambar 5.15. Jitter Jaringan IPv4 LAN Wire Network
1.05
1.06
1.07
1.08
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv4
Wire Network (Mbit/s)
Trafik Lengang Trafik Padat
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv4
Wire Network (ms)
Trafik Lengang Trafik Padat
115
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangkan parameter packet lost seperti terlihat pada
gambar 5.16, paket yang dikirimkan dari client menuju
server berhasil dikirimkan semua tanpa adanya paket yang
hilang pada saat trafik jaringan lengang maupun jaringan
padat.
Gambar 5.16. Packet Lost Jaringan IPv4 LAN Wire Network
5.1.7.2. Perbandingan QoS IPv4 Wireless Network
Pada jaringan IPv4 wireless network nilai bandwidth
saat trafik jaringan lengang lebih stabil dibandingkan saat
trafik jaringan padat. Hal ini dibuktikan selama 30 detik
bandwidth stabil berada dinilai 1,05 Mbit/s, hanya saja pada
saat detik ke 22 nilai bandwidth turun menjadi 0,847 Mbit/s
yang menjadikan nilai rata-rata pada jaringan lengang turun
menjadi 1,04 Mbit/s.
Berbeda saat trafik jaringan padat nilai bandwidth yang
tidak stabil mengakibatkan naik turunnya nilai bandwidth
dengan nilai tertinggi 1,42 Mbit/s dan nilai terendah 0,612
Mbit/s menjadikan nilai rata-rata pada trafik jaringan padat
sebesar 1,05 Mbit/s.
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandigan Packet Lost IPv4
Wire Network
Trafik Lengang Trafik Padat
116
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.17. Bandwidth Jaringan IPv4 LAN Wireless Network
Perbedaan nilai jitter sangat terlihat pada gambar 5.18,
pada saat trafik jaringan padat nilai jitter meningkat dengan
nilai tertinggi 11,952 ms pada detik ke 17 menyebabkan nilai
rata-rata jitter pada trafik jaringan padat mencapai 5,578 ms
yang sebelumnya hanya 0,449 ms pada saat jaringan lengang.
Gambar 5.18. Jitter Jaringan IPv4 LAN Wireless Network
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv4
Wireless Network (Mbit/s)
Trafik Lengang Trafik Padat
0
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv4
Wireless Network (ms)
Trafik Lengang Trafik Padat
117
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk parameter packet lost seperti terlihat pada
gambar 5.19, paket yang dikirimkan dari client menuju
server berhasil dikirimkan semua tanpa adanya paket yang
hilang pada saat trafik jaringan lengang, namun pada saat
trafik jaringan padat terjadi 3 packet lost pada detik ke 7 dan
1 packet lost pada detik ke 8, sehingga total packet lost yang
terjadi saat trafik jaringan padat sebanyak 4 kali.
Gambar 5.19. Packet Lost Jaringan IPv4 LAN Wireless Network
5.1.7.3. Perbandingan QoS IPv6 Wire Network
Pada tahap selanjutnya setelah penulis selesai
melakukan pengukuran monitoring QoS pada jaringan IPv4
penulis melanjutkan pengukuran monitoring pada jaringan
IPv6. Pada gambar 5.20 dapat dilihat perbandingan
bandwidth dari IPv6 pada jaringan wire network, pada saat
jaringan lengang bandwidth atau transfer data dari client ke
server berada pada nilai 1,05-1,06 Mbit/s, sedangkan saat
jaringan padat bandwidth cenderung turun pada nilai 1,05
Mbit/s. Sedangkan untuk rata-rata baik trafik jaringan
lengang maupun trafik jaringan padat memiliki nilai yang
sama yaitu 1,05 Mbit/s. Hal ini tidak berbeda jauh jika
dibandingkan dengan pengukuran pada IPv4 sebelumnya.
0
1
2
3
4
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Packet Lost IPv4Wireless Network
Trafik Lengang Trafik Padat
118
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.20. Bandwidth Jaringan IPv6 LAN Wire Network
Pada gambar 5.21, dengan nilai rata-rata jitter atau
selisih waktu pada saat paket dikirimkan dari client ke server,
pada trafik jaringan lengang lebih rendah dibandingkan pada
saat trafik jaringan padat. Nilai rata-rata pada saat trafik
jaringan lengan sebesar 0,096 ms, sedangkan pada saat trafik
jaringan padat meningkat menjadi 0,300 ms.
Gambar 5.21. Jitter Jaringan IPv6 LAN Wire Network
1.05
1.06
1.07
1.08
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv6
Wire Network (Mbit/s)
Trafik Lengang Trafik Padat
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv6
Wire Network (ms)
Trafik Lengang Trafik Padat
119
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sedangkan untuk parameter packet lost pada IPv6 yang
terjadi adalah sama dengan IPv4, semua paket yang
dikirimkan dari client menuju server berhasil dikirimkan
semua tanpa adanya paket yang hilang pada saat trafik
jaringan lengang maupun jaringan padat, seperti terlihat pada
gambar 5.22.
Gambar 5.22. Packet Lost Jaringan IPv6 LAN Wire Network
5.1.7.4. Perbandingan QoS IPv6 Wireless Network
Pada jaringan IPv6 wireless network nilai bandwidth
saat trafik jaringan lengang lebih stabil, hal ini dibuktikan
selama 30 detik bandwidth stabil berada dinilai 1,05 Mbit/s,
tanpa adanya penurunan yang sebelumnya terjadi pada IPv4.
Sehingga rata-rata bandwidth pada trafik jaringan lengang
sebesai 1,05 Mbit/s.
Berbeda saat trafik jaringan padat nilai bandwidth yang
tidak stabil mengakibatkan naik turunnya nilai bandwidth
dengan nilai tertinggi 1,6 Mbit/s dan nilai terendah 0,811
Mbit/s menjadikan nilai rata-rata pada trafik jaringan padat
sebesar 1,05 Mbit/s.
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandigan Packet Lost IPv6
Wire Network
Trafik Lengang Trafik Padat
120
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.23. Bandwidth Jaringan IPv6 LAN Wireless Network
Pada gambar 5.24, pada saat trafik jaringan padat nilai
jitter meningkat dengan nilai tertinggi 13,319 ms pada detik
ke 9 menyebabkan nilai rata-rata jitter pada trafik jaringan
padat mencapai 5,593 ms yang sebelumnya hanya 0,537 ms
pada saat jaringan lengang.
Gambar 5.24. Jitter Jaringan IPv6 LAN Wireless Network
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv6
Wireless Network (Mbit/s)
Trafik Lengang Trafik Padat
0
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv6
Wireless Network (ms)
Trafik Lengang Trafik Padat
121
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada gambar 5.25 saat trafik jaringan lengang paket
yang dikirimkan dari client menuju server berhasil
dikirimkan semua tanpa adanya paket yang hilang, namun
pada saat trafik jaringan padat terjadi 1 packet lost pada detik
ke 2 dan 2 packet lost pada detik ke 3. Sehingga total packet
lost yang terjadi pada IPv6, saat trafik jaringan padat lebih
sedikit dibanding dengan IPv4 yaitu sebanyak 3 kali.
Gambar 5.25. Packet Lost Jaringan IPv6 LAN Wireless Network
5.1.7.5. Perbandingan QoS IPv4 dan IPv6 Wire Network
Setelah penulis membandingkan QoS dari masing-
masing IP, pada sub ini penulis membandingkan QoS
(bandwidth, jitter, packet lost) IPv4 dan IPv6 dalam satu
grafik sekaligus agar lebih terlihat jelas perbedaan dari nilai
QoS perbandingan antara IPv4 dan IPv6.
Pada gambar 5.26 dapat dilihat perbandingan
bandwidth antara IPv4 dan IPv6 pada jaringan wire Network,
pada saat jaringan lengang bandwidth atau transfer data dari
client ke server baik pada IPv4 dan IPv6 berada pada nilai
1,05-1,06 Mbit/s dengan rata-rata 1,05 Mbit/s.
0
1
2
3
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Packet Lost IPv6
Wireless Network
Trafik Lengang Trafik Padat
122
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.26. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wire Network (Lengang)
Pada saat jaringan padat bandwidth IPv4 dan IPv6
cenderung menurun pada nilai 1,05 Mbit/s seperti terlihat
pada gambar 5.27, dengan rata-rata 1,05 Mbit/s pada masing-
masing IPv4 dan IPv6. Hal ini membuktikan nilai QoS untuk
parameter bandwidth, baik saat trafik lengang dan padat IPv4
dan IPv6 memiliki nilai rata-rata bandwidth yang sama.
Gambar 5.27. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wire Network (Padat)
Sedangkan untuk nilai rata-rata jitter atau selisih waktu
pada saat paket dikirimkan dari client ke server, saat trafik
jaringan lengang IPv6 lebih unggul seperti terlihat pada
gambar 5.28, dengan rata-rata 0,096 ms dibandingkan
1.05
1.06
1.07
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv4 & IPv6Wire Network (Trafik Lengang)
IPv4 IPv6
1.05
1.06
1.07
1.08
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv4 & IPv6 Wire Network (Trafik Padat)
IPv4 IPv6
123
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan IPv4 dengan rata-rata 0,102 ms. Dengan perbedaan
selisih hanya 0,006 ms, membuktikan nilai QoS dengan
parameter jitter pada IPv4 dan IPv6 tidak berbeda jauh saat
trafik jaringan lengang.
Gambar 5.28. IPv4 & IPv6 Jitter Wire Network (Lengang)
Sebaliknya saat trafik jaringan padat seperti terlihat
pada gambar 5.29. Nilai jitter IPv4 sedikit lebih unggul
dengan rata-rata 0,296 ms dibandingkan IPv6 dengan rata-
rata 0,300 ms. Perbedaan selisih yang hanya 0,004 ms,
membuktikan nilai QoS dengan parameter jitter pada IPv4
dan IPv6 juga tidak berbeda jauh saat trafik jaringan padat.
Gambar 5.29. IPv4 & IPv6 Jitter Wire Network (Padat)
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv4 & IPv6Wire Network (Trafik Lengang)
IPv4 IPv6
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv4 & IPv6Wire Network (Trafik Padat)
IPv4 IPv6
124
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada saat trafik jaringan lengang seperti terlihat pada
gambar 5.30, parameter packet lost atau paket yang
dikirimkan dari client menuju server baik IPv4 dan IPv6
berhasil dikirimkan semua tanpa adanya paket yang hilang.
Gambar 5.30. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wire Network (Lengang)
Begitu juga saat trafik jaringan padat seperti terlihat
pada gambar 5.31, semua paket yang dikirimkan dari client
menuju server baik IPv4 dan IPv6 berhasil dikirimkan semua
tanpa adanya paket yang hilang.
Gambar 5.31. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wire Network (Padat)
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Packet Lost IPv4 & IPv6Wire Network (Trafik Lengang)
IPv4 IPv6
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Packet Lost IPv4 & IPv6Wire Network (Trafik Padat)
IPv4 IPv6
125
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.7.6. Perbandingan QoS IPv4 dan IPv6 Wireless Network
Pada gambar 5.32 dapat dilihat perbandingan
bandwidth antara IPv4 dan IPv6 pada jaringan wireless
network, pada saat jaringan lengang bandwidth atau transfer
data dari client ke server IPv6 lebih unggul dengan rata-rata
1,05 Mbit/s dibandingkan IPv4 yang mengalami penurunan
bandwidth sebesar 0,847 Mbit/s, yang mengakibatkan rata-
rata bandwidth IPv4 menjadi 1,04 Mbit/s.
Gambar 5.32. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wireless Network (Lengang)
Berbeda saat trafik jaringan padat seperti terlihat pada
gambar 5.33, nilai bandwidth yang tidak stabil
mengakibatkan naik turunnya nilai bandwidth pada kedua
IPv4 dan IPv6. Namun nilai rata-rata bandwidth IPv4 dan
IPv6 tetap sama yaitu sebesar 1,05 Mbit/s. Hal ini
membuktikan nilai QoS untuk parameter bandwidth, pada
saat jaringan padat IPv4 dan IPv6 memiliki nilai rata-rata
bandwidth yang sama. Perbedaan hanya terjadi pada saat
jaringan lengang dikarenakan adanya penurunan nilai
bandwidth pada IPv4.
0.8
0.85
0.9
0.95
1
1.05
1.1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv4 & IPv6Wireless Network (Trafik Lengang)
IPv4 IPv6
126
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.33. IPv4 & IPv6 Bandwidth Wireless Network (Padat)
Sedangkan untuk nilai rata-rata jitter atau selisih waktu
pada saat paket dikirimkan dari client ke server, saat trafik
jaringan lengang IPv4 lebih unggul seperti terlihat pada
gambar 5.34, dengan rata-rata 0,449 ms dibandingkan
dengan IPv6 dengan rata-rata 0,537 ms. Dengan perbedaan
selisih sebesar 0,088 ms, membuktikan nilai QoS dengan
parameter jitter pada IPv4 dan IPv6 tidak berbeda jauh saat
trafik jaringan lengang.
Gambar 5.34. IPv4 & IPv6 Jitter Wireless Network (Lengang)
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.7
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Bandwidth IPv4 & IPv6Wireless Network (Trafik Padat)
IPv4 IPv6
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv4 & IPv6Wireless Network (Trafik Lengang)
IPv4 IPv6
127
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada saat trafik jaringan padat seperti terlihat pada
gambar 5.35. Nilai jitter pada IPv4 juga lebih unggul dengan
rata-rata 5,578 ms, perbedaan selisih sebesar 0,375 ms
dibandingkan IPv6 membuat rata-rata nilai jitter pada IPv6
menjadi 5,953 ms.
Gambar 5.35. IPv4 & IPv6 Jitter Wireless Network (Padat)
Pada saat trafik jaringan lengang seperti terlihat pada
gambar 5.36, parameter packet lost atau paket yang
dikirimkan dari client menuju server baik IPv4 dan IPv6
berhasil dikirimkan semua tanpa adanya paket yang hilang.
Gambar 5.36. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wireless Network (Lengang)
0
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Jitter IPv4 & IPv6Wireless Network (Trafik Padat)
IPv4 IPv6
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Packet Lost IPv4 & IPv6Wireless Network (Trafik Lengang)
IPv4 IPv6
128
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada gambar 5.37 saat trafik jaringan padat pada IPv6
total ada 3 paket yang tidak berhasil dikirimkan, 1 packet lost
terjadi pada detik ke 2 dan 2 packet lost terjadi pada detik ke
3. Sedangkan pada IPv4 total ada 4 paket yang tidak berhasil
dikirimkan, 3 packet lost terjadi pada detik ke 7 dan 1 packet
lost terjadi pada detik ke 8.
Gambar 5.37. IPv4 & IPv6 Packet Lost Wireless Network (Padat)
0
1
2
3
4
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Perbandingan Packet Lost IPv4 & IPv6Wireless Network (Trafik Padat)
IPv4 IPv6
129
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2. Management
Pada tahap terakhir penulis melakukan pemeliharan agar sistem
jaringan IPv4 dan IPv6 yang dibangun dapat berjalan dengan baik dan unsur
reliabilty dapat terjaga. Pada tahap ini penulis melakukan update dan backup
IOS router Cisco 1801W, IOS bisa didapatkan di halaman cisco.com.
Sebelum melakukan update pastikan router dan PC sudah saling terhubung.
Penulis menggunakan software SolarWinds TFTP server untuk
mengirimkan Cisco IOS dari PC ke router. Maka dari itu penulis memastikan
Cisco IOS terbaru sudah ada dalam direktori TFTP server. Seperti pada
gambar 5.38 penulis menyimpan Cisco IOS pada direktori
Y:\bismillah\Skripsi\ios Cisco.
Gambar 5.38. Direktori Cisco IOS
Selanjutnya backup file Cisco IOS yang lama, penulis menyalin file
Cisco IOS yang lama c180x-advipservicesk9-mz124-15.T7.bin ke TFTP
server. Penulis menggunakan perintah copy flash: tftp: seperti gambar 5.39.
130
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.39. Backup Cisco IOS Lama
Setelah Cisco IOS lama sudah dapat disimpan, proses selanjutnya
memasukan Cisco IOS terbaru c180x-adventerprisek9-mz.124-15.XY4.bin
dari TFTP server ke router. Penulis menggunakan perintah copy tftp: flash:
seperti gambar 5.40.
Gambar 5.40. Upload Cisco IOS Terbaru
Selanjutnya penulis menggunakan perintah dir all, untuk melihat apakah
Cisco IOS terbaru sudah tersimpan ke dalam direktori router.
Gambar 5.41. Check Cisco IOS Terbaru
Pada gambar 5.41 Cisco IOS c180x-adventerprisek9-mz.124-
15.XY4.bin sudah berhasil tersimpan di dalam router. Untuk memastikan
tidak adanya corrupt pada Cisco IOS terbaru, penulis menggunakan perintah
verify flash: seperti pada gambar 5.42.
131
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.42. Verify Cisco IOS Terbaru
Setelah verifikasi berhasil, Cisco IOS yang baru siap untuk digunakan.
Penulis langsung menggunakan boot IOS terbaru untuk Cisco 1801W,
kemudian simpan pengaturan dengan menggunakan perintah write dan
restart router menggunakan perintah reload seperti gambar 5.43.
Gambar 5.43. Boot Menggunakan Cisco IOS Terbaru
Terakhir setelah router berhasil restart dan booting, penulis
menggunakan perintah show version untuk melihat versi Cisco IOS. Terlihat
pada gambar 5.44 Cisco IOS pada router Cisco 1801W berhasil update ke
version 12.4(15) XY4.
Gambar 5.44. Update Berhasil
132 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil implementasi dan pengujian yang telah dilakukan
penulis pada jaringan IPv4 dan IPv6, dapat ditarik beberapa kesimpulan
berikut:
1. Penerapan mekanisme Dual Stack pada setiap perangkat di jaringan
BPRTIK mampu membuat IPv4 dan IPv6 dapat berjalan bersamaan
bahkan pada satu interface yang sama sekalipun tanpa mengganggu
konektifitas keduanya.
2. Penerapan mekanisme Tunnel Broker dengan menggunakan alamat
IPv4 publik, berhasil menghubungkan jaringan IPv6 lokal BPRTIK
ke dalam jaringan IPv6 publik.
3. Pembangunan server yang memiliki service FTP, DNS, dan web
server mampu mengimplementasikan IPv4 dan IPv6 dengan baik,
sehingga server berhasil menyediakan service kepada client Dual
Stack.
4. Implementasi IPv6 pada smartphone juga dapat berjalan dengan baik,
iPhone 5 dan Galaxy J7 mampu mendapatkan alamat IPv6 yang
diberikan oleh router dan mampu memuat halaman web server IPv6.
5. Hasil monitoring QoS pada jaringan LAN wire network IPv4 dan IPv6
tidak berbeda jauh, saat trafik jaringan lengan jitter IPv6 lebih unggul
dengan selisih 0,006 ms dibandingkan IPv4. Namun saat trafik
jaringan padat IPv4 lebih unggul dibandingkan IPv6 dengan selisih
0,004 ms.
133
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Hasil monitoring QoS pada jaringan LAN wireless network IPv4 dan
IPv6 juga tidak berbeda jauh, namun kenaikan jitter yang sangat besar
terjadi saat trafik jaringan padat. Pada IPv4 kenaikan jitter mencapai
5,578 ms, sedangkan pada IPv6 mencapai 5.953 ms. Penurun
bandwidth terjadi pada IPv4 yang turun sebesar 1,4 Mbit/s.
Sedangkan terakhir untuk total packet lost IPv4 lebih banyak dengan
total 4 packet lost dibandingkan IPv6 sebesar 3 packet lost.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil implementasi dan pengujian yang telah dilakukan
penulis, untuk pengembangan lebih lanjut dari sistem jaringan IPv6 penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Diharapkan adanya implementasi jaringan IPv6 yang skalanya lebih luas
dengan menggunakan mekanisme lainnya, agar dihasilkan nilai QoS
yang lebih baik.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya memperhitungkan aspek
keamanan pada perangkat server maupun router.
134
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Artondo, R. (2011). Analisa dan Implementasi IPv6 Tunnel Broker Untuk
Interkoneksi Antara IPv6 dan IPv4.
Cisco. (2016). Global IPv6 Adoption. Retrieved March 24, 2016, from
http://6lab.cisco.com/stats/index.php?option=prefixes
Dede Sopandi. (2010). Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung:
Informatika.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat. (2014). Negara dengan Penduduk
Terbanyak di Dunia, RI Masuk 4 Besar. Retrieved March 24, 2016, from
http://finance.detik.com/read/2014/03/06/134053/2517461/4/negara-dengan-
penduduk-terbanyak-di-dunia-ri-masuk-4-besar
Deris Stiawan. (2009). Fundamental Internetworking Development & Design Life
Cycle. Palembang.
Dr. Maman Abdurrahman, M.PD, Sambas Ali Muhidin, S.PD, M.Si, D. A. S.
(2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung: Pustaka
Setia.
Geoff Huston. (2016). IPv4 Address Report. Retrieved March 24, 2016, from
http://www.potaroo.net/tools/ipv4/index.html
Harbiyatmo, C. G. (2013). Implementasi dan Analisis Translasi IPv4-IPv6 dengan
Menggunakan Metode NAT64 DNS64 untuk Protokol-Protokol Pada Layer
Aplikasi.
Haryanto, D. (2012). Pelatihan Penggunaan Software Simulasi Jaringan Packet
Tracer Untuk meningkatkan Kompetensi Guru-Guru SMK Program Keahlian
Komputer Jaringan Di Kabupaten Kulonprogo.
Haryanto, E. V. (2012). Sistem Operasi Konsep dan Teori. Yogyakarta: ANDI.
Irawati, I. D. (2015). Jaringan Komputer dan Data Lanjut. Yogyakarta:
Deepublish.
Irwansyah, E. (2014). Pengantar Teknologi Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Retrieved from
https://books.google.com/books?id=LCNkBQAAQBAJ&pgis=1
135
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Iwan Sofana. (2011). Teori dan Modul Praktikum Jaringan Komputer. Bandung:
Modula. Retrieved from http://www.goodreads.com/book/show/15823705-
teori-dan-modul-praktikum-jaringan-komputer
Iwan Sofana. (2012). Cisco CCNA & Jaringan Komputer. Bandung: Informatika.
Jill West, Tamara Dean, J. A. (2015). Network+ Guide to Networks. Boston:
Cengage Learning.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2011). Kementerian Komunikasi dan
Informatika. Retrieved May 21, 2015, from
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/2592/Pelatihan+%26+Sertifika
si+TIK+di+Pusat+TIK+Nasional+2012/0/agenda#.VV5XD0aJ2nF
Komputer, W. (2010). Cara Mudah Membangun Jaringan Komputer & Internet
(Vol. 4). Jakarta: Agromedia Pustaka. Retrieved from
https://books.google.com/books?id=GjsDTZzvN4QC&pgis=1
Kouka, A. (2015). Ubuntu Server Essentials. Birmingham: Packt Publishing Ltd.
Madcoms. (2010). Panduan Lengkap Microsoft Windows Server 2008.
Yogyakarta: ANDI.
Madcoms. (2015). Sistem Jaringan Komputer untuk Pemula. Yogyakarta: ANDI.
Purnoma. (2010). Membangun Virtual PC dengan VirtualBox. Yogyakarta:
ANDI.
Purnomo, A. (2011). Implementasi dan Analisis Mekanisme Transisi IPv4 ke
IPv6 Menggunakan Metode Dual Stack.
Raco. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Salbino, S. (2013). Buku Pintar Gadget Android untuk Pemula. Jakarta: Kunci
Komunikasi.
Salbino, S. (2015). Buku Pintar iPad & iPhone untuk Pemula. Jakarta: Kunci
Komunikasi.
Simarmata, J. (2010). Rekayasa Web. Yogyakarta: ANDI.
Siregar, E. (2010). Langsung Praktik Mengelola Jaringan Lebih Efektif dan
Efisien. Yogyakarta: ANDI.
Sugeng, W. (2015). Jaringan Komputer Dengan TCP IP. Bandung: Modula.
136
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sugiarto, P. (2013). Analisis dan Penanganan Serangan di dalam Internet Protocol
Version 6 (IPV6) Pada Tunneling Dual Stack Transition Mechanism
(DSTM).
Taufan, R. (2002). Teori dan Implementasi IPv6. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Vyncke. (2014). Projection of IPv6 Metrics. Retrieved March 24, 2016, from
https://www.vyncke.org/ipv6status/project.php?metric=w&country=id
Wahyudi, B. (2015). Membuat Theme Wordpress Responsive dari Awal sd
Finishing. Klaten: QMPC Network.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
A-1
Lampiran 1: Konfigurasi Simulation Prototype
Pada tahap ini penulis menjelaskan tahap simulation prototype yang sudah
sudah dibahas pada sub bab 4.3. Di bawah ini adalah topologi dari jaringan Dual
Stack yang penulis desain dan simulasikan pada software Cisco Packet Tracer.
Topologi di atas adalah jaringan Dual Satck yang dibangun antar router,
terlihat pada interface serial 0/0/0 router 1 dan 2 memiliki IPv4 dan IPv6. Di bawah
ini adalah konfigurasi Dual Stack dari router R1.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface serial 0/0/0
Router(config-if)#ip address 10.1.1.1 255.255.255.0
Router(config)#ipv6 unicast-routing
Router(config)#interface serial 0/0/0
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 1001::1/64 Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Selanjutnya pada router R2 penulis juga membuat jaringan Dual Stack
sehingga client jaringan IPv4 dan IPv6 dapat saling terhubung. Di bawah ini adalah
konfigurasi Dual Stack pada router R2.
Setelah jaringan Dual Stack selesai dibuat, penulis membuat jaringan IPv4
dan IPv6 untuk client pada router R1 dan R2. Interface fastethernet 0/0 digunakan
untuk client jaringan IPv4 dan fastethernet 0/1 digunakan untuk client jaringan
IPv6, di bawah ini adalah konfigurasi untuk router R1.
Sedangkan di bawah ini adalah konfigurasi untuk router R2.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface serial 0/0/0
Router(config-if)#ip address 10.1.1.2 255.255.255.0
Router(config)#ipv6 unicast-routing
Router(config)#interface serial 0/0/0
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 1001::2/64
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 2001::1/64
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 3001::1/64
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Terakhir penulis menambahkan IPv4 dan IPv6 route agar antar jaringan IPv4
dan IPv6 yang ada di R1 dan R2 dapat saling terhubung. Di bawah ini adalah
konfigurasi IPv4 dan IPv6 route pada router R1.
Selanjutnya penulis menambahkan konfigurasi IPv4 dan IPv6 route pada router R2.
Terakhir adalah pengujian antar kedua client IPv4 dan IPv6, penulis
menggunakan perintah ping untuk memastikan client diantara kedua router sudah
saling terhubung. Seperti pada gambar di bawah ini client jaringan IPv4 sudah
saling terhubung.
Selanjutnya pada client jaringan IPv6 juga sudah saling terhubung.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.1.1.2
Router(config)#ipv6 route ::/0 1001::2
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.1.1.1
Router(config)#ipv6 route ::/0 1001::1
Router(config-if)#end
Tahap selanjutnya penulis mendesain dan mensimulasikan jaringan IPv4 dan
IPv6 dengan mekanisme tunneling agar paket IPv6 dapat dilewatkan melalui
jaringan IPv4. Di bawah ini adalah topologi dari jaringan tunneling yang penulis
desain dan simulasikan pada software Cisco Packet Tracer.
Pada topologi di atas penulis memakai 3 router, router R1 memiliki client
Dual Stack, dan router R3 dialokasikan untuk server Dual Stack. Ketiga router
tersebut hanya memiliki jaringan IPv4. Sehingga apabila client menggunakan IPv6,
client tidak bisa mengakses server. Maka dari itu penulis menggunakan mekanisme
tunneling pada router R1 dan R3 untuk mengirim paket IPv6 melalui jaringan IPv4.
Proses pertama penulis membuat jaringan yang dialokasikan untuk client dan
server pada router R1 dan R3. Di bawah ini adalah konfigurasi pada router R1 yang
dialoksikan untuk client.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ipv6 unicast-routing
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 10.1.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 2001::1/64
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Selanjutnya di bawah ini adalah konfigurasi pada router R3 yang dialokasikan
untuk server.
Proses selanjutnya penulis menghubungkan ketiga router agar client dapat
terhubung ke server. Proses pertama penulis menguhungkan router R1 dengan R2
dengan konfigurasi pada router R1 seperti di bawah ini.
Sedangkan untuk konfigurasi pada router R2 seperti di bawah ini.
Proses kedua penulis menguhungkan router R2 dengan R3 dengan konfigurasi pada
router R2 seperti di bawah ini.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ipv6 unicast-routing
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 10.1.4.1 255.255.255.0
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 3001::1/64
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 10.1.2.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 10.1.2.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 10.1.3.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Sedangkan untuk konfigurasi pada router R3 seperti di bawah ini.
Setelah masing-masing router sudah memiliki IP, penulis menambahkan IP
route pada masing-masing router agar setiap jaringan dapat terhubung. Di bawah
ini adalah konfigurasi IP route pada router R1.
Sedangkan untuk konfigurasi IP route pada router R2 seperti di bawah ini.
Terakhir untuk konfigurasi IP route pada router R3 seperti di bawah ini.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 10.1.3.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.1.2.2
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.1.2.1
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.1.3.2
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.1.3.1
Router(config-if)#end
Selanjutnya pengujian pada jaringan IPv4, penulis menggunakan perintah
ping untuk memastikan client sudah terhubung ke server. Terlihat seperti gambar
di bawah ini client sudah terhubung ke server.
Setelah jaringan IPv4 berhasil dibangun, proses selanjutnya penulis
menggunakan mekanisme tunneling seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Tunnel dibangun pada router R1 dan router R2, adapun konfigurasi pada router R1
seperti di bawah ini.
Sedangkan untuk konfigurasi pada router R3 seperti di bawah ini.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface tunnel 10
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 1001::1/64
Router(config-if)#tunnel source fastEthernet 0/1
Router(config-if)#tunnel destination 10.1.3.2
Router(config-if)#tunnel mode ipv6ip
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface tunnel 10
Router(config-if)#ipv6 enable
Router(config-if)#ipv6 address 1001::2/64
Router(config-if)#tunnel source fastEthernet 0/1
Router(config-if)#tunnel destination 10.1.2.1
Router(config-if)#tunnel mode ipv6ip
Router(config-if)#end
Selanjutnya penulis menambahkan IPv6 route pada router R1 dan router R2,
agar jaringan IPv6 dapat terhubung. Di bawah ini adalah konfigurasi IPv6 route
pada router R1.
Sedangkan untuk konfigurasi IPv6 route pada router R3 seperti di bawah ini.
Proses terakhir pengujian pada jaringan IPv6, penulis menggunakan perintah
ping untuk memastikan client sudah terhubung ke server. Terlihat seperti gambar
di bawah ini client sudah terhubung ke server menggunakan IPv6.
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ipv6 route ::/0 1001::2
Router(config-if)#end
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#ipv6 route ::/0 1001::1
Router(config-if)#end
B-9
Lampiran 2: Hasil Monitoring QoS Jaringan LAN Wire Network
C-12
Lampiran 3: Hasil Monitoring QoS Jaringan LAN Wireless Network
D-15
Lampiran 4: Hasil Wawancara
Responden : Dede Sukartoyo, S.Kom
Jabatan : NOC (Network Operations Center)
Lokasi : BPRTIK, Ciputat, Tangerang Selatan
Tanggal : 17 November 2015
Lembar Pertanyaan:
1. P : Sebagai protokol TCP/IP, IPv4 mempunyai peranan penting dalam dunia
internet. Namun seiring perkembangannya persedian IPv4 sudah mencapai
batasnya, apakah bapak mengetahui akan hal tersebut?
J : Ya, Bapak mengetahui akan hal itu dan isu kelangkaan persedian IPv4
sudah dibahas beberapa tahun belakangan ini.
2. P : Bagaimana tanggapan Bapak tentang hadirnya IPv6 sebagai salah satu
solusi kelangkaan IPv4 ini?
J : Bagus sangat mendukung untuk mengatasi kelangkaan persedian IPv4
karena kapasitas alamat IPv6 jauh lebih besar dibandingkan IPv4.
3. P : Sejauh mana Pustiknas NICT, telah mengadopsi IPv6?
J : Sejauh ini di dalam jaringan Pustiknas NICT masih menggunakan IPv4
dan untuk IPv6 belum ada penerapan sama sekali.
4. P : Seberapa penting IPv6 untuk diimplementasikan di jaringan Pustiknas
NICT?
J : Penting karena kedepannya bapak mengharapkan adanya pengalamatan
IPv6 dalam jaringan pustiknas NICT unutuk mengatasi kelangkaan IPv4.
5. P : Menurut Bapak masalah apakah yang akan muncul apabila Pustiknas
NICT tidak mengimplementasikan IPv6?
J : Untuk sekarang belum ada masalah tapi mungkin kedepan karena
kelangkaan IPv4 jadi kita tidak bisa menerapkan IPv4, sehingga resource
yang membutuhkan alamat IP tidak bisa berjalan. Namun dengan adanya
IPv6 masalah kelangkaan IPv4 dapat teratasi.
6. P : Sebagai lembaga dibawah kemkominfo, Pustiknas NICT juga mewadahi
riset TIK. Apakah sudah ada yang riset tentang implementasi IPv6?
J : Sampai saat ini belum ada yang mengimplementasikan IPv6 pada jaringan
Pustiknas NICT.
7. P : Bagaimana topologi jaringan Pustiknas NICT saat ini?
J :
8. P : Apa saja perangkat yang digunakan khususnya router yang digunakan saat
membangun jaringan Pustiknas NICT?
J : Router dan switch pada jaringan Pustiknas NICT menggunakan produk
dari Cisco, untuk router menggunakan seri 2800 dan switch menggunakan
seri 2960.
Responden
Dede Sukartoyo, S.Kom
E-18
Lampiran 5: Surat Bimbingan Skripsi
F-19
Lampiran 6: Surat Penelitian