BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Dalam praktik budidaya melon selama ini, kondisi ketersediaan air
ber-variasi mulai dari selalu tersedia, tersedia cukup pada musim tertentu, dan terbatas
sepanjang musim. Hal ini tergantung kepada sumber air irigasi. Pada setiap kondisi
ketersediaan air tersebut, terdapat masing-masing cara pemberian dan pembagian air yang
menyesuaikan dengan ketersediaan air.
Model menghitung evapotranspirasi dan kebutuhan air tanaman memungkinkan
mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan praktek irigasi, perencanaan penjadwalan
irigasi di bawah berbagai kondisi ketersediaan air dan dapat mengevaluasi tingkat produksi
di bawah kondisi tadah hujan atau defisit irigasi (Prijono, 2009). Irigasi mempunyai
pengaruh positif terhadap hasil tanaman yang ditanam jika pemberiannya dilakukan
sebelum tanaman mengalami cekaman air. Irigasi merupakan cara penambahan air bila air
hujan yang masuk dalam tanah ketersediaannya tidak mencukupi kebutuhan tanaman.
Penjadwalan irigasi (scheduling) adalah hal yang penting peranannya dalam pengelolaan
air secara efisien dalam proses produksi pertanian. Menurut Rodrignes (dalam Prijono,
2009), penjadwalan irigasi mempunyai definisi sebagai sebuah strategi meminimalkan
kebutuhan air dengan dampak produksi yang dapat ditolerir.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui penjadwalan pemberian air terhadap tanaman melon
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk pemberian air terhapa tanaman
dengan sistim irigasi sprinkler dan irigasi drip
Untuk mengetahui pengestimasian dalam pengelolahan sistim irigasi sprinkler dan
juga irigasi tetes yang disertai dengan jumlah biaya yang dikeluarka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aplikasi Cropwat Pada Tanaman Melon
Climate / ETo
Pada perhitungan hasil Data metereologi berupa suhu udara maksimun dan
minimun,kelembaban relatif,lama penyinaran dan kecepatan angin untuk menentukan nilai
evapotranspirasi tanaman potensial (ETo) melalui persamaan Penman- Monteith. Pada
tabel dan grafik ETo diatas dapat diketahui data yang ada menunjukkan pada bulan Januari
hingga bulan Desember di Kecamatan karangploso, Kabupaten Malang. Rata-rata suhu
minimum pada lahan tersebut adalah 19.8 °C, sedangkan rata-rata suhu maksimum adalah
28.4 °C dengan rata-rata kelembaban 78%. Hal ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
melon,menurut Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
(2000), tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.
Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30ºC yang mana melon tidak dapat
tumbuh apabila kurang dari 18ºC.
Untuk kecepatan angin pada lahan di Karangploso adalah 196 Km/hari. Dengan
rata-rata penyinaran 7,9 jam/hari maka radiasi cahaya matahari yang diterima adalah 20,7
MJ/m/hari. Menurut Astuti (2007) tanaman melon membutuhkan kelembapan udara yang
cukup tinggi, yakni 70 – 80 %. Sinar matahari yang banyak, baik intensitas maupun lama
penyinaran, sangat memperngaruhi pertumbuhan Melon. Curah hujan yang diperlukan
untuk tanaman melon adalah 2000 – 3000 mm/tahun. Tanaman melon dapat tumbuh pada
ketinggian 0 – 2000m dpl (di atas permukaan laut).
Climate/ETo/Rain Chart
Monthly rain
Dari data hujan bulanan yang diperoleh, diketahui hujan total curah hujan dalam
per tahun adalah 1.599 mm/tahun, dengan hujan effektif sebesar 998.9 mm/tahun. Data
curah hujan ini mendekati tingkat curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
melon. Sinar matahari yang banyak, baik intensitas maupun lama penyinaran, sangat
memperngaruhi pertumbuhan Melon. Curah hujan yang diperlukan untuk tanaman melon
adalah 2000 – 3000 mm/tahun atau sekitar 166.66 hingga 250 mm/bulan. Tanaman melon
dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 2000m dpl (di atas permukaan laut). Dalam grafik curah
hujan ini juga mengalami fluktuatif yang mana hal ini sangat dipengaruhi oleh iklim
Indonesia yang memiliki 2 musim , yakni musim penghujan dan musim kemarau. Yang
mengakibatkan diagram curah hujan tersebut naik turun.
Climate/ETo/Rain Chart
Dry crop
Dari grafik pertumbuhan, diketahui bahwa untuk penanaman tomat yang dimulai
tanggal 16 Juni, maka tanaman tomat dapat dipanen pada tanggal 13 oktober. Fase awal
pertumbuhan tanaman melon adalah 25 hari, dilanjutkan fase perkembangan tanaman
selama 35 hari, fase pertengahan 40 hari, dan fase akhir 20 hari. Total dari masa hidup
tanaman melon adalah 120 hari, dan setelah itu tanaman melon dapat dipanen.
Soil
Dari data tanah secara umum diketahui bahwa tanah yang digunakan untuk
pertanaman di Karangploso adalah tanah lempung (medium = loam). Total kelembaban
tanah yang tersedia adalah 290.0 mm/meter, rata-rata infiltrasi maksimal 40 mm/hari,
kedalaman akar maksimum adalah 900 cm. Penipisan kelembaban tanah awal adalah 0%,
sedangkan awal ketersediaan kelembaban tanah 290.0 mm/meter. Untuk jenis tanah yang
baik untuk budidaya tanaman melon adalah tanah liat berpasir yang banyak mengandung
bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak
menyukai tanah yang terlalu basah. Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–
7,2 (Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan BAPPENAS, 2000).
Crop Water Requirements
Dari kebutuhan air untuk budidaya melon menunjukkan bahwa kebutuhan air pada
masa awal tanam hingga pertengahan masa perkembangan menunjukkan kebutuhan yang
mengalami perubahan. Memasuki fase perkembangan selanjutnya, pada akhir bulan juli,
maka tanaman lebih membutuhkan jumlah air irigasi 30.4 mm/dec dan membutuhkan
irigasi terbanyak pada bulan September yaitu 54.5 mm/dec. Dan kebutuhan air irigasi mulai
menurun lagi pada akhir fase pertumbuhan yaitu pada bulan akhir yaitu buan oktober
dengan kebutuhan air irigasi mencapai 5.2 mm/dec. Menurut BAPPENAS (2000) Tanaman
melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi,sebaiknya air itu berasal
dari irigasi, bukan dari air hujan.
Crop Irrigation Schedule
1. Irrigation timing : 1. Irrigate at critical depletion (100%), Irrigation application :
1. Reffil soil to 100% field capasity, Irrigation efficiency : 1. Surface : 70%
Pada schedule yaitu dapat dilihat dari yield red (kerugian hasil sebanyak 0 %) yaitu
0.0 %, dikarenakan effisiensi dari curah hujannya sebanyak 100%. Dengan menggunakan
model sistem irigasi seperti ini, maka irigasi pada tanaman melon yang ditanam pada
tanggal 16 juni, memerlukan irigasi pertama pada hari ke 49 setelah tanam (akar tanaman
telah mencapai titik penghabisan kapasitas lapangan), yaitu tanggal 3 agustus. Air irigasi
yang dibutuhkan yaitu sebanyak 101.2 mm air. Dengan effisiensi air hujan 100.0 %,
ketersediaan air yang disuplai oleh hujan dapat memenuhi kebutuhan air hingga 49 hari
setelah tanam. Kemudian irigasi kedua dilakukan pada hari ke 77 setelah tanam (akar
tanaman telah mencapai titik penghabisan kapasitas lapangan), yaitu pada tanggal 31
agustus. irigasi yang dibutuhkan yaitu sebanyak 118.0 mm air. Untuk irigasi ketiga
dilakukan pada hari ke 100 setelah tanam, yaitu pada tanggal 23 september, dengan irigasi
yang dibutuhkan yaitu 118 mm air. Untuk irigasi terakhir, seharusnya pada tanggal 13
oktober, tetapi irigasi tidak dilakukan karena telah memasuki masa panen. Analisis dari
grafik diatas bahwa nilai pada garis merah adalah nilai kekurangan air dilahan atau saat
kebutuhan air. Dan pada grafik diatas terlihat bahwa garis merah tidak ada yang melewati
garis coklat, karena garis merah merupakan garis dari masa kritis tanaman, dan garis hijau
merupakan titik layu permanen, apabila garis merah telah melewati garis coklat dan garis
hijau, maka tanaman tersebut akan mati.
2. Irrigation timing : 5. No irrigation (rainfed), Irrigation application : -, Irrigation
efficiency : 1. Surface : 70%
Dengan menggunakan model sistem irigasi seperti ini, maka irigasi pada tanaman
melon yang ditanam pada tanggal 16 juni, tidak dilakukan irigasi sama sekali hingga masa
panen. Effisiensi air hujan sebesar 100.0%.dilihat dari nilai yield red (kerugian hasil
sebesar 37.3%) dari efisiensinya hujannyapun tidak ada, yang mana kebutuhan air lapangan
yang diperlukan tidak dapat memenuhi untuk tanaman melon ini, dan menyebabkan grafik
garis merah melewati masa kritis dan titik layu permanen tanaman untuk dapat bertahan
karena tidak adanya suplay air, tetapi meskipun tidak diberikan irigasi tanaman melon ini
masih dapat bertahan dan tidak melewati garis hijau yang menyebabkan tanaman melon ini
mati (indicator kematian) hingga masa panen.
3. Irrigation timing : 1. Irrigate at critical depletion (100%), Irrigation application :
1. Reffil soil to 100% field capasity, Irrigation efficiency : 2. Sprinkler : 80%
Dengan menggunakan model sistem irigasi seperti ini, maka irigasi pada tanaman
melon yang ditanam pada tanggal 16 juni, memerlukan irigasi pertama pada hari ke 49
setelah tanam (akar tanaman telah mencapai titik penghabisan kapasitas lapangan), yaitu
tanggal 3 agustus. Air irigasi yang dibutuhkan yaitu sebanyak 101.2 mm air. Dengan
effisiensi air hujan 100 %, ketersediaan air yang disuplai oleh hujan dapat memenuhi
kebutuhan air hingga 49 hari setelah tanam. Kemudian irigasi kedua dilakukan pada hari ke
77 setelah tanam (akar tanaman telah mencapai titik penghabisan kapasitas lapangan), yaitu
pada tanggal 31 agustus. irigasi yang dibutuhkan yaitu sebanyak 118 mm air. Irigasi yang
ketiga dilakukan pada hari ke 100 setelah tanam, yaitu pada tanggal 23 september, dengan
irigasi yang dibutuhkan yaitu 118 mm air. Pemberian irigasi yang dilakukan memiliki
jumlah keperluan yang sama antara irigasi efficient 70 dan 80 %. Untuk irigasi terakhir,
seharusnya pada tanggal 13 oktober, tetapi irigasi tidak dilakukan karena telah memasuki
masa panen. Untuk irigasi terakhir, seharusnya pada tanggal 5 agustus 2013, tetapi irigasi
tidak dilakukan karena telah memasuki masa panen.
4. Irrigation timing :No irrigation (rainfed), Irrigation application : - , Irrigation
efficiency : 2. Sprinkler : 80%
Dengan menggunakan model sistem irigasi seperti ini, maka irigasi pada tanaman
tmelon yang ditanam pada tanggal 16 juni , tidak dilakukan irigasi sama sekali hingga masa
panen. Effisiensi air hujan sebesar 100%. Tetapi tanaman tidak sampai mencapai titik layu
permanen (indikator kematian) hingga masa panen. Artinya tanaman masih dapat tumbuh
meskipun tidak dilakukan irigasi sama sekali.
5. Irrigation timing : 1. Irrigate at critical depletion (100%), Irrigation application :
1. Reffil soil to 100% field capasity, Irrigation efficiency : 3. Drip : 90%
Dengan menggunakan model sistem irigasi seperti ini,maka irigasi pada tanaman
melon yang ditanam pada tanggal 16 juni, untuk pemberian irigasi pada tanaman melon ini
seharusnya diberikan selama 4 kali akan tetapi pada masa akhir tidak diberikan irigasi
dikarenakan sudah menginjak masa panen. Pada pemberian irigasi pertama pada hari ke 49
setelah tanam (akar tanaman telah mencapai titik penghabisan kapasitas lapangan), yaitu
tanggal 3 agustus. Air irigasi yang dibutuhkan yaitu sebanyak 101.2 mm air. Dengan
effisiensi air hujan 100.0 %, ketersediaan air yang disuplai oleh hujan dapat memenuhi
kebutuhan air hingga 49 hari setelah tanam. Kemudian irigasi kedua dilakukan pada hari ke
77 setelah tanam (akar tanaman telah mencapai titik penghabisan kapasitas lapangan), yaitu
pada tanggal 31 agustus. irigasi yang dibutuhkan yaitu sebanyak 118.0 mm air. Untuk
irigasi ketiga dilakukan pada hari ke 100 setelah tanam, yaitu pada tanggal 23 september,
dengan irigasi yang dibutuhkan yaitu 118 mm air. Sama halnya dengan pemberian irigasi
pada ketiga efficient yang ada. Untuk irigasi terakhir, seharusnya pada tanggal 13 oktober,
tetapi irigasi tidak dilakukan karena telah memasuki masa panen. Analisis dari grafik diatas
bahwa nilai pada garis merah adalah nilai kekurangan air dilahan atau saat kebutuhan air.
Dan pada grafik diatas terlihat bahwa garis merah tidak ada yang melewati garis coklat,
karena garis merah merupakan garis dari masa kritis tanaman, dan garis hijau merupakan
titik layu permanen, apabila garis merah telah melewati garis coklat dan garis hijau, maka
tanaman tersebut akan mati.
6. Irrigation timing : No irrigation, Irrigation application : -, Irrigation efficiency :
3. Drip : 90%
Dengan menggunakan model sistem irigasi seperti ini, maka irigasi pada tanaman
melon yang ditanam pada tanggal 16 juni, tidak dilakukan irigasi sama sekali hingga masa
panen. Effisiensi air hujan sebesar 100.0%.dilihat dari nilai yield red (kerugian hasil
sebesar 37.3%) dari efisiensinya hujannyapun tidak ada, yang mana kebutuhan air lapangan
yang diperlukan tidak dapat memenuhi untuk tanaman melon ini, dan menyebabkan grafik
garis merah melewati masa kritis dan titik layu permanen tanaman untuk dapat bertahan
karena tidak adanya suplay air, tetapi meskipun tidak diberikan irigasi tanaman melon ini
masih dapat bertahan dan tidak melewati garis hijau yang menyebabkan tanaman melon ini
mati (indicator kematian) hingga masa panen.
Kesimpulan Debit Pemberian Air Yang Sesuai Dengan Efisiensi Irigasinya atau Metode
Irigasi
Debit pemberian air yang harus diberikan pada komoditas sweet melon ini
bergantung pada tiap perlakuannya yakni waktu aplikasinya serta aplikasi pada
tanamannya sendiri. Dapat disimpulkan dengan menggunakan perlakuan pertama, kedua
dan keempat dianjurkan untuk digunakan untuk budidaya tanaman sweet melon. Karena
tidak mengakibatkan penurunan produktifitas, serta kapasitas air yang diberikan masih bisa
di atasi dengan pemberian air lebih banyak pada saat tanaman membutuhkannya sesuai
dengan fase tanaman tersebut. Namun untuk perlakuan tanpa menggunakan irigasi
dianjurkan untuk tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
pada tanaman sweet melon ini meskipun pada melon tersebut tidak mengalami kematian,
akan tetapi untuk terus meningkatkan dari produktivitas tanpa menyebabkan kerugian
produktivitas, hendaknya dilakukan irigasi yang berkecukupan untuk tanaman melon ini,
agar tanah yang ada tidak menjadi kering dan terus menunjang untuk pertumbuhan tanaman
melon.
2.2 Perancangan Sistim Irigasi
2.2.1 Diketahui dalam soal
Terdapat dua bidang lahan, yang masing-masing mempunyai Luas
lahan 0.2 ha (200 m2) ukuran 20 x 10 m
Tanaman yang ditanam, dalam perancangan pada lahan tanaman
yang ditanam yaitu adalah tanaman melon.
Metode irigasi yang dipilih, yaitu satu bidang dengan sprinkler dan
satu bidang dengan drip.
Debit rata-rata Impact sprinkler ( 705 l/jam ) dan drip ( 0.76 l/jam)
Berapa kebutuhan sprinkler dan stick dripper yang diperlukan dan
bahan lain (PVC, drip pipe, dsb) sebagai komponen jaringan. Dan
gambarkan layout jaringannya, mulai dari sumber air/pompa.
Waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
dalam table di bawah ini (hasil perhitungan CropWat-8).
2.2.2 Perhitungan Cropwatt
Luas Lahan = 20 m x 10 m
= 200 m2 (0.2 ha)
Jarak Tanam = 70 cm x 60 cm
= 0.7 m x 0.6 m
= 0.42 m2
Lebar Bedengan = 120 cm (1.2 m)
Jarak Antar Bedengan = 30 cm
Jarak Antar Tanaman dalam Barisan = 50 cm
Jumlah Populasi Tanaman = Luas Lahan Jarak Tanam= 200 m2 0.42 m2
= 476.2 Tanaman/lubang tanam
Penggunaan Irigasi Sprinkler Pada Lahan 1
Debit Rata-rata Impact Sprinkler = 705 l/jam
= 0.705 m3/jam
Sprinkler (Jenis Impact Sprinkler ½)
Diameter Basahan = 20 m
Jumlah Impact yang digunakan = 2 unit
Luas Lahan = 200 m2
Perhitungan
Rumus EDR = (n x q ) A= (2 x 0.705) 200 m2
= 0.00705 m3/jam= 7.05 mm/jam
Penggunaan Irigasi Drip(tetes) Pada Lahan 2
Debit Rata-rata Impact drip = 0,76 l/jam
= 76x 10-5 m3/jam
Jarak lubang emiter
Jarak tanam = 70 cm x 60 cm
Jarak Lubang emiter = 40 cm
Jarak lateral
Jarak tanam = 70 cm x 60 cm
Jarak Lubang emiter = 60 cm
Perhitungan
Rumus EDR = q
(sxl)
= 76 x 10-5 m3/jam
(0,7 m x 0,6m)
= 180.95 x 10-5 m3/jam
= 1.8 mm/jam
2.2.3 Waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
2.2.3.1 Waktu yang diperlukan Untuk Memenuhi Kebutuhan air tanaman melon
Pada Irigasi Sprinkler
No PeriodeTumbuh (hari)
Eto (mm) kc
Kebutuhan air tanaman (mm/periode
)
EDR (mm/jam) Sprinkler
Waktu operasi
(menit/hari)
110 HST
3.860.5 8.9
7.058.9/7.05x6
=2 20 HST 3.86 0.5 17.2 7.05 2439.73 30 HST 4.16 0.5 15.7 7.05 2226.94 40 HST 4.16 0.59 19.4 7.05 2751.85 50 HST 4.16 0.75 30.4 7.05 4312.16 60 HST 4.41 0.91 35.4 7.05 5021.37 70 HST 4.41 1.04 42 7.05 5957.48 80 HST 4.41 1.05 50.6 7.05 7177.39 90 HST 5.2 1.05 50.4 7.05 7148.9
10 100 HST 5.2 1.05 54.5 7.05 7730.511 110 HST 5.2 1 47.4 7.05 6723.412 120 HST 5.35 0.86 35.5 7.05 5035.413 130 HST 5.35 0.76 5.2 7.05 737.6
Biaya Operasional sistim irigasi sprinkler :
No Alat dan Bahan Harga/Unit (Rp) Kebutuhan(unit) Total Biaya (Rp)
1 Pipa PVC 1” 30.000 18 540.0002 Pipa PVC ½” 19.000 1 19.0003 Kenee / Tee / Sock 3.000 8 24.0004 TBA 1.000 10 10.0005 Lem PVC 10.000 8 80.0006 Impact Sprinkler ½”
Debit 0,15-0,21 l/dt, Radius 20-35m
100.000 2 200.000
7 Chalenger ½”Debit 120 l/jam, Radius 8m
15.000 -
8 Butterfly ½”Debit 360-840 l/jam, Radius 8-12m
85.000 -
9 Bushing/Barbed blue ½”Debit 120 l/jam, Radius 8m
5.000 -
10 Pompa Bensin/Diesel 2.000.000 1 2.000.00011 Selang Pompa - -
Total 2.873.000
Perancangan sistem irigasi Sprinkler
SUMBER AIR (SUNGAI)
20 cm
10 cm 3 m
70 cm x 60 cm
6
5 2
3
4
25 m1
8
7
Keterangan:
1. Sumber Air
2. Diesel atau Pompa Air
3. Tee
4. Impac Sprinkler ½
5. Pipa PVC 1
2.2.3.2 Waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman melon Pada
Irigasi drip
NoPeriodeTumbu
h (hari)Eto (mm) kc
Kebutuhan air tanaman (mm/periode
)
EDR (mm/jam) Sprinkler
Waktu operasi
(menit/hari)
1 10 HST 3.86 0.5 8.9 1.8 4.92 20 HST 3.86 0.5 17.2 1.8 9.63 30 HST 4.16 0.5 15.7 1.8 8.74 40 HST 4.16 0.59 19.4 1.8 10.75 50 HST 4.16 0.75 30.4 1.8 16.96 60 HST 4.41 0.91 35.4 1.8 19.77 70 HST 4.41 1.04 42 1.8 23.38 80 HST 4.41 1.05 50.6 1.8 27.89 90 HST 5.2 1.05 50.4 1.8 2810 100 HST 5.2 1.05 54.5 1.8 30.211 110 HST 5.2 1 47.4 1.8 26.312 120 HST 5.35 0.86 35.5 1.8 19.713 130 HST 5.35 0.76 5.2 1.8 2.9
Biaya Operasional
Keterangan:
1. Sumber Air
2. Diesel atau Pompa Air
3. Tee
4. Impac Sprinkler ½
5. Pipa PVC 1
No Alat dan Bahan Harga/Unit (Rp) Kebutuhan(unit) Total Biaya (Rp)
1 Pipa PVC 1” 30.000 2 60.0002 Pipa PVC 3/4” 23.000 -3 Kenee / Tee / Sock /
Sockdrat3.000 16 39.000
4 TBA 1.000 2 2.0005 Lem PVC 10.000 3 30.0006 Disk Filter 185.000 1 185.0007 Quick Action Valve 25.000 -8 Pipe LDPE 13mm per
meter3.500 400 1.400.000
9 Drip pipe 5mm per meter 2.000 952 1.904.00010 End plug 13mm 3.500 3 10.50011 Adapter 1.500 -12 Regulating Stick/Dripper
Debit 2 l/jam1.200 476.2 5.714.400
13 Jet Spray/Micro sprinklerDebit 90 l/jam, Radius 3,2m
1.500 -
14 XL Jet MistDebit 41 l/jam, Radius 2,4m
5.000 -
15 Punch 8.000 -16 Landscape Stick 25.000 -17 Rigid Riser 30 cm 5.000 -18 Pembuatan Sumur bor 1.500.000 1 1.500.00019 Pompa Automatic 500.000 1 500.00020 Drum Plastic 250.000 -21 Fertilizer Injector 406.000 1 406.000
TOTAL Rp. 11.750.900
Perancangan Sistim Irigasi Drip (Tetes)
20
3 m
3 m
3 m
10 m
1
2
3
2
4
75
6
8
9
Keterangan:
1. Sumur Bor
2. Pompa atau diesel
3. Disk Filter
4. Knee/Tee
5. Pipe LDPE 13mm per meter
6. Regulating Stick/Dripper
7. Drip pipe 5mm per meter
8. Plot Tanaman Melon
9. Pipa PVC 1
9 m
8 m
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan dalam pengaplikasian cropwat pada
tanaman sweet melon debit pemberian air yang harus diberikan pada komoditas sweet
melon ini bergantung pada tiap perlakuannya yakni waktu aplikasinya serta aplikasi pada
tanamannya sendiri. Dengan menggunakan perlakuan pertama, kedua dan keempat
dianjurkan untuk digunakan untuk budidaya tanaman sweet melon. Karena tidak
mengakibatkan penurunan produktifitas, serta kapasitas air yang diberikan masih bisa di
atasi dengan pemberian air lebih banyak pada saat tanaman membutuhkannya sesuai
dengan fase tanaman tersebut. Namun untuk perlakuan tanpa menggunakan irigasi
dianjurkan untuk tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
pada tanaman sweet melon ini meskipun pada melon tersebut tidak mengalami kematian,
akan tetapi untuk terus meningkatkan dari produktivitas tanpa menyebabkan kerugian
produktivitas, hendaknya dilakukan irigasi yang berkecukupan untuk tanaman melon ini,
agar tanah yang ada tidak menjadi kering dan terus menunjang untuk pertumbuhan tanaman
melon. Dan untuk perancangan irigasi antara irigasi sprinkler dan juga debit kita dapat
mengetahui mana yang benar-benar yang efisien untuk pengairan pada tanaman melon
dengan biaya yang dirasakan cukup terjamin demi peningkatan produksi tanaman
Keterangan:
1. Sumur Bor
2. Pompa atau diesel
3. Disk Filter
4. Knee/Tee
5. Pipe LDPE 13mm per meter
6. Regulating Stick/Dripper
7. Drip pipe 5mm per meter
8. Plot Tanaman Melon
9. Pipa PVC 1
DAFTAR PUSTAKA
Bappennas,2000. Melon. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan TeknologiSistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan. Jakarta
Norman,S Meinarti,2006. Pemanfaatan Sumber Air Pegunungan Untuk Mengantisipasi
Kekeringan Pada Musim Kemarau Untuk Tanaman Kubis (To Exploit Mountain
Water Resource For Anticipation Drought At Dry Season For Cabbage). Balai
Pengkajian Teknologi Pertania.Jawa Tengah
Setiapermas, Norma Meinarti, 2005. Kajian Penggunaan Sistem Irigasi Pada Tanaman
Melon Di Musim Kemarau (Studi Kasus Lahan Sawah Irigasi Tadah Hujan Desa
Meteseh, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang).
Tjahjadi, Nur, Ir.,Bertanam Melon, 24352, (Jakarta: Kanisius, 1987).
TUGAS TERSTRUKTUR
IRIGASI DAN DRAINASE
“ Aplikasi Cropwat dan Rancangan Sistim Irigasi Pada Tanaman
Melon”
Di Susun Oleh :
Nama : Ismatul Baroro
NIM : 125040201111217
Kelas : I
Dosen Pengampu : Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma
Ir. Widianto, M.Sc.
Dr.Ir. Sugeng Prijono, MS
Ir. Didik Suprayogo, M.Sc.,Ph.D.
Asisten : Mbak Putrid an Mas Anwar
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014