PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Hatimah S, dkk (1992), mengatakan bahwa ikan gurami
(Osprhonemus gouramy) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak
diminati. Keunggulan ikan gurami antara lain dapat berkembang biak secara
alami, mudah di pelihara karena bersifat pemakan apa saja dan dapat hidup di air
tenang. Habitat ikan gurami adalah rawa dataran rendah yang berairan dalam.
Ikan ini sangat bersifat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan
tambahan sehingga dapat mengambil oksigen dari luar air. Usaha pemeliharaan
ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di dataran rendah yang beriklim
panas.
Berdasarkan persentase produksi saat ini tercatat ada lima provinsi
penghasil ikan gurami terbesar di Indonesia yakni Jawa Barat (34,04%), Jawa
Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%) dan Nusa
Tenggara Barat (2,7%). Berdasarkan ketersediaan lahan ikan gurami sebenarnya
sangat potensial untuk dikembangkan ke seluruh provinsi Indonesia. Ikan gurami
tidak hanya laku untuk dipasok ke restoran dan pasar tradisional akan tetapi juga
di pasar ekspor (Khairuman dan Amri, 2008).
Menurut Wahyudi (1992), Ikan gurami yang berwarna gelap lebih diminati
konsumen di dalam negeri, sementara ikan gurami yang berwarna terang
(merah mudah) lebih di minati konsumen luar negeri. Dengan demikian ikan
gurami strain merah mudah yang berukuran konsumsi memiliki peluang yang
lebih besar untuk di ekspor. Saat ini telah ada permintaan fillet daging ikan
gurami untuk di ekspor ke Jepang.
Peluang usaha ikan gurami lebih banyak dibandingkan dengan ikan
konsumsi lainnya. Dengan demikian , setiap orang yang akan terjun ke bisnis
budidaya ikan gurami memiliki banyak pilihan dari setiap subsistemnya. Pada
kegiatan intensifikasi, pilihan subsistem usaha harus disesuaikan dengan
kemampuan modal. Kondisi geografi lahan dan prasarana yang dimiliki.
1
Di samping itu, kecenderungan permintaan pasar juga harus diperhatikan
(Senjaya J dan M.H Riski, 2002).
Peningkatan hasil pembesaran ikan gurami sangat berpengaruh pada
sistem teknologi yang digunakan. Peningkatan hasil panen perlu ditunjang
dengan penerapan metode yang dipergunakan dalam pembesaran, maka untuk
menunjang proses pembesran sebaiknya digunakan metode modular. Penggunaan
metode modular pada manajemen pembesran ikan gurami bertujuan untuk
memaksimalkan daya dukung lahan sehingga diharapkan lahan yang
dipergunakan dalam pembesaran ikan masih dalam keadaan subur dan sehat.
Selain itu dengan menggunakan metode modular dapat menseleksi calon benih
unggul untuk pembesaran lanjutan (Wijoyo S, 2007).
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan seminar pustaka ini yaitu untuk mengetahui
manajemen pemasaran dan pembesaran ikan gurami (Osprhonemus gouramy)
sistem intensif dengan penerapan metode modular.
Adapun kegunaan dari penulisan laporan seminar pustaka ini yakni
diharapkan dapat memberikan suatu manfaat serta informasi kepada para praktisi
perikanan serta dapat pula sebagai bahan pustaka bagi semua pihak yang
mempunyai keinginan dalam kegiatan budidaya ikan gurami sistem intensif.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Gurami ( Osprhonemus gouramy )
Klasifikasi Ikan Gurami
Menurut Affandi R (1992), bahwa dalam daftar klasifikasi ikan gurami,
ikan ini termasuk dalam bangsa Labirinthici dan suku Anabantidae.
taksonominya, secara lengkap ikan gurami diklasifikasikan sebagai berikut.
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Bangsa : Labirinthici
Sub-bangsa : Anabantoidea
Suku : Anabantidae
Marga : Osphronemus
Jenis : Osphronemus gouramy
Morfologi Ikan Gurami
Bentuk badan ikan gurami agak panjang, pipih dan tertutup sisik
berukuran besar, terlihat kasar serta kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai
sirip perut dengan jari-jari yang sudah menjadi alat peraba. Bentuk demikian
menunjukan bahwa ikan gurami merupakan penghuni air tenang dan dalam.
Dengan bentuk tersebut ikan gurami dapat mudah berbalik dan berbelok. Bagian
kepala ikan gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi tumpul bila sudah
besar. Pada kepala ikan gurami jantan yang sudah tua terdapat tonjolan seperti
cula. Mulutnya kecil dengan bibir bawah menonjol sedikit dibandingkan dengan
atas dan dapat disembulkan (Affandi R,1992).
Menurut Sendjaja, J.T, dan M.H,Riski (2002), mengatakan bahwa pada
umumnya badan ikan gurami berwarna biru kehitaman dan bagian perutnya
berwarna putih. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa yakni pada
bagian punggung berwarna kecokelatan dan pada bagian perut berwarna
keperakan atau kekuningan.
3
Pada ikan gurami muda terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah
7-8 buah. Garis-garis ini akan hilang pada saat ikan gurami beranjak menjadi
dewasa. Jari-jari pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi
sebagai alat peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai
pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk busur. Pada dasar sirip dada ikan gurami
betina terdapat tanda berupa sebuah lingkaran hitam (Khairuman dan Amri,
2008). Untuk lebih jelasnya morfologi ikan gurami dapat dilihat pada Gambar 01
Gambar 01. Morfologi ikan gurami.
Sumber : Khairuman dan Amri. 2008
Pertumbuhan Ikan Gurami
Secara umum, di habitat alaminya ikan gurami mencapai panjang total
15 cm pada umur satu tahun, 25 cm pada umur dua tahun, dan 30 cm pada umur
tiga tahun. Berbeda dengan burung dan mamalia, sebagian besar ikan mempunyai
kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidupnya memungkinkan. Walaupun
demikian, pertumbuhan ikan di usia tua relative lambat (Jangkaru Z. 2007).
Menurut Hatima. S (1991), pertumbuhan ikan gurami akan berlangsung
cepat pada umur 3-5 tahun. Selanjutnya ikan yang sudah tua, lebih banyak
mempergunakan pasokan energi dan zat hara untuk pemeliharaan tubuhnya. Ikan
gurami dapat tumbuh mencapai panjang 45 cm dan berat lebih dari 10kg.
4
Menurut Jangkaru Z, dkk (1993), pertumbuhan awal individu ikan gurami
mengalami perlambatan selama pematangan kelamin pertama kali. Sebagian
besar energy dan sat hara di perlukan untuk perkembangan kelamin. Selain itu,
selama membuat sarang dan menjaga anaknya, pertumbuhan gurami mengalami
hambatan karena pada masa itu umumnya ikan gurami makan sedikit atau bahkan
tidak makan sama sekali.
Reproduksi Ikan Gurami
Ikan gurami termasuk jenis ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga
jika suhu perairan lebih rendah dari pada kisaran suhu optimal, ikan tidak akan
produktif. Rata-rata ikan gurami memijah pada umur 2-3 tahun. Pemijahan ini
dapat berlangsung sepanjang tahun. Produktifitasnya akan meningkat pada
musim kemarau (Kairuman dan Amri, 2008).
Menurut Sendjaya dan Riski (2002), sebaiknya telur hasil pemijahan
diletakkan di dalam sarang yang terbuat dari ijuk. Telur tersebut akan menetas
dalam waktu 10 hari. Umumnya ikan gurami yang masih muda bersikap agresif,
tetapi sikap ini akan berkurang seiring dengan pertambahan umur ikan gurami
sehingga sikap ikan gurami dewasa tampak lebih tenang.
Induk ikan gurami jantan umumnya lebih besar dibandingkan induk ikan
gurami betina. Induk ikan gurami jantan juga lebih aktif mengejar induk betina.
Atas dasar sifat tersebut maka perbandingan kelamin yang umum dipakai yaitu
dua ekor induk betina dipasangkan dengan seekor induk jantan (Kusdiarti, 1995).
Pemijahan
Apabilah dalam kolam sudah tersedia sarang buatan, induk jantan akan
memeriksa dan memperbaiki sarang tersebut seperlunya. Selanjutnya induk jantan
akan berada di depan sarang dengan memamerkan gerakan–gerakan keindahan
tubuhnya dan sekali-kali berusaha mengiring betina mendekati mulut sarang.
Aktifitas prapemijahan ini umumnya berlangsung selama 2-3 hari (Hatimah,
1991).
5
Menurut Jangkaru Z (2003), proses pemijahan biasa terjadi di depan mulut
sarang dan umumnya berlangsung pada hari kedua setelah sarang selesai dibuat.
Sementara proses pembuahan akan berlangsung didalam sarang. Sisa-sisa
pembuahan yang masih menempel di sirip ekor atau benda lainnya akan disedot
oleh induk jantan dan kemudian disemprotkan ke dalam sarang. Selama proses
pemijaan ini, tercium aroma amis di sertai bintik-bintik minyak di permukaan air
sekitar sarang, hal ini menunjukkan bahwa proses pemijahan telah berhasil.
Penetasan Telur
Dalam kondisi alamiah, telur-telur dalam sarang akan menetas dalam
waktu 30-36 jam. Setelah menetas anak ikan yang akan diberi nama larva masih
tetap tersimpan dalam sarang. Penetasan telur ikan gurami dapat di lakukan
dalam kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam dan baskom. Penetasan telur
ikan gurami di dalam kolam pemijahan dilakukan tanpa mengangkat atau
memindahkan sarang atau induknya dari dalam kolam. Induk tetap berada dalam
sarangnya karena di perlukan untuk merawat dan menjaga telur serta larva
(Kusdiarti, 1995).
Menurut Khairuman dan Amri (2008), perawatan larva ikan gurami hingga
sampai umur 12 hari atau telah mencapai panjang benih 0,5-1 cm. Kemudian
dilanjutkan dengan perawatan benih ikan gurami hingga ukuran siap pendederan
yakni 10-50 g/ekor.
6
MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN GURAMI SISTEM INTENSIF
Manajemen Pembesaran Sistem Intensif
Benih ikan gurami yang dipelihara dengan sistem intensif dalam masa
pemeliharaan yang sama ternyata dapat tumbuh lebih baik dan hasilnya pun lebih
memuaskan. Dengan melalui penerapan sistem teknologi intesif, penebaran benih
ikan gurami sebaiknya menggunakan benih ikan yang memiliki ukuran yang
seragam (Harsono. P dan Djarija A.S, 1992).
Menurut Jangkaru Z, dkk (1993), teknologi intensif meliputi pembuatan
konstruksi kolam yang sempurna, pengelolaan tanah dasar kolam, pengelolaan
kualitas air, seleksi benih, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit.
Pemeliharaan ikan gurami sistem intensif juga dapat dilakukan secara tunggal
(monokultur) atau campuran (polycultur).
Manajemen Konstruksi Kolam Intensif
Salah satu unsur pokok keberhasilan pengelolaan kolam adalah pembuatan
konstruksi. Kontruksi kolam sistem intensif untuk pemeliharaan ikan gurami
tidak boleh sembarangan. Langkah pertama pembuatan kolam pemeliharaan ikan
gurami adalah membuat disain yang menggambarkan keadaan lokasi yang akan di
buat. Disain dan konstruksi kolam dapat mempermudah pembuatan. Selain itu
dapat digunakan sebagai patokan langkah yang tepat untuk memulai dan
mengakhiri pembuatan kolam (Khairuman, dan Amri, 2008).
Membuat Disain Kolam Intensif
Menurut Widiyati A (1992), desain konstruksi kolam pemeliharaan harus
sesuai dengan kondisi lingkungannya. Bentuk dapat bervariasi, segi empat, bundar
atan memanjang, asalkan disain kostruksi kolam harus mendukung kemudahan
pengelolaan dan pemeliharaan ikan. Konstruksi kolam meliputi bentuk serta
ukuran pematang dan caren, letak bentuk serta jumlah pintu. Untuk budidaya ikan
gurami sistem intensif, baik kolam yang sudah dibangun maupun yang akan
dibangun harus memenuhi syarat kolam ideal. Jika kolam tidak permanen,
7
pematang harus dibuat dengan kuat dan lebar agar tidak mudah bocor atau erosi,
terutama pematang sebelah dalam yang langsung menahan air.
Membuat Kemiringan Tanah Dasar Kolam dan Caren
Disain konstruksi tanah dasar kolam harus dibuat miring kearah saluran
pintu pembuangan air. Apabilah tanah dasar kolam sangat berlumpur sehingga
sulit untuk menetapkan tingkat kemiringannya, maka harus dibuatkan caren
terlebih dahulu ditengah-tengah kolam. Caren dapat dibuat membujur atau
diagonal menuju arah saluran pengeluaran. Pembuatan ceren cukup dengan luas
1 m dan kedalam carenya adalah 25 cm (Jangkaru Z, dkk, 1993).
Menurut Khairuman dan Amri (2008), fungsi lain caren adalah untuk
mempermudah kegiatan pemanenan. Untuk kolam yang memiliki lahan di
dataran rendah yang sistem pembuangan airnya cukup rumit atau selalu becek,
ceren dapat dimanfaatkan sebagai peresap atau penampung rembesan air sehingga
tanah disekelilingnya dapat mengering.
Membuat Pintu Air Kolam
Dalam konstruksi kolam intensif sangat perlu diperhatikan untuk membuat
pematang dan caren yang sempurna, maka selanjutnya pintu air dibuat pada sisi
kolam. Letak pintu pemasukan dan pengeluaran membentuk diagonal pada sisi
panjang atau lebar. Pintu air dapat di buat dari beton (permanen) berbentuk
monik atau dari pipa PVC. Besarnya aliran air dalam pemeliharaan ikan gurami
tidak mutlak di perlukan. Tetepi sistem sirkulasi air harus diatur secara merata
agar kualitas air dalam kolam tetap terjamin (Widiyati A, 1992).
Manajemen Pengelolaan Tanah Dasar Kolam Intensif
Tujuan dari pengelolaan tanah dasar kolam adalah untuk menciptakan
kondisi optimum tanah agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai
tempat pembesaran ikan gurami. Pengelolaan tanah secara sempurna,
memungkinkan terjadinya proses aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.
Proses ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pengelolaan tanah juga dapat mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi
8
senyawa-senyawa organik dalam tanah, memungkinkan penguapan senyawa-
senyawa beracun yang telah tertimbun di dalam tanah, membunuh atau
memutuskan siklus hidup bibit hama penyakit. Pengelolaan tanah juga dapat
menstabilkan derajat keasaman (pH) tanah dan menambah unsur-unsur hara yang
mendapat meningkatkan kesuburan lahan tanah dasar kolam (Jangkaru Z, dkk,
1993).
Menurut Poernomo A (1990), pengelolaan tanah dasar kolam meliputi,
pembalikan tanah dasar, pengapuran tanah dasar dan pemupukan tanah dasar
kolam. Selain itu pengelolaan tanah dasar bertujuan untuk memperbaiki kondisi
tanah dasar kolam seperti aerasi sedimen permukaan tanah untuk pengosidasian
senyawa tereduksi seperti H2S, nitrit, ammonia ion besi dan lainnya yang dapat
bersifat toksin.
Pembalikan Tanah Dasar Kolam
Pengelolaan tanah dasar dengan cara dibalik biasanya menggunakan alat
traktor atau biasa juga dengan menggunakan cangkul. Tanah yang dibalik atau di
traktor sebaiknya dengan kedalaman sekitar 10-20 cm, tanah yang telah di balik
kemudian di jemur hingga kering atau telah berubah warnanya, waktu yang di
butuhkan untuk pengeringan tanah dasar kolam biasanya 3-5 hari atau tergantung
cuaca ( Harsono P dan Djarija A.S, 2002).
Pemberian Kapur Tanah Dasar Kolam
Menurut Poernomo A (1990), kegiatan selanjutnya dalam pengelolaan
tanah yaitu dengan melakukan pengapuran tanah dasar kolam. Dosis pemberian
kapur ini berdasarkan hasil pengukuran pH tanah dasar kolam dengan
menggunakan alat pengukur soil tester. Fungsi dari pemberian kapur ini adalah
untuk mempertahankan kestabilkan keasaman (pH) tanah, selain itu dapat juga
menstabilkan air kolam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 01tentang
dosis kapur untuk menetralkan pH tanah.
9
Tabel 1. Dosis kapur untuk menetralkan pH tanah
pH Tanah Dosis Pemberian KapurKapur Bangunan (Ca(OH)2) Kapur Pertanian (CaCO3)
>6 < 500 kg/Ha <1000 kg/Ha5 – 6 <1000 kg/Ha <2000 kg/Ha<5 <1500 kg/Ha <3000 kg/Ha
Sumber : Poernomo, A, 1990
Menurut Harsono. P dan Djarija A.S (1992), pemberian kapur yang
berlebihan kedalam kolam menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila
kekurangan kapur dalam kolam menyebabkan lahan kolam bersifat asam. Kedua
hal ini tidak menguntungkan untuk pemeliharaan ikan gurami. Kolam yang tidak
subur tidak dapat menjamin ketersediaan makanan alami yang dibutuhkan ikan
gurami. Sebaliknya lahan kolam yang terlalu asam akan menghambat
pertumbuhan ikan gurami.
Pemupukan Tanah Dasar Kolam
Menurut Poernomo,A (1990), pengelolaan tanah selanjutnya dengan
melakukan pemberian pupuk, pupuk yang di pergunakan adalah pupuk kandang
berupa kotoran ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda mupun kotoran unggas
yang telah kering. Fungsi utama dari pemberian pupuk pada pengolahan tanah
adalah untuk menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
makanan alami. Dengan kata lain fungsi dari pemupukan adalah untuk
meningkatkan kesuburan lahan kolam, fungsi lain dari pemupukan yaitu untuk
memperbaiki struktur tanah.
Pengelolaan Kualitas Air
Teknik pengelolaan kualitas air untuk mempercepat proses penguraian
atau dekomposisi unsur-unsur organik dari pupuk menjadi unsur-unsur anorganik
yang dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebarkan kemudian
kolam di isi air sedikit demi sedikit, selama 3-4 hari dengan tinggi air 10-15 cm
(Jangkaru Z, dkk, 1993).
10
Menurut pendapat Widiyati A (1992), mengatakan bahwa setelah air
ditahan selama kurang lebih 3 hari, maka warna air mulai nampak berubah.
Perubahan dari warna air ini menunjukkan bahwa plankton atau makanan alami
sudah mulai tumbuh di dalam kolam. Kemudian kolam kembali di isi air
sedalam 70 - 90 cm sebelum benih ikan gurami di tebar. Beberapa hari setelah
benih di tebar, kedalaman air kolam sedikit demi sedikit setiap hari di tambah
sampai setinggi 150 cm. Dalam pengelolaan air ini yang penting adalah menjaga
kestabilan debit air yang masuk ke dalam kolam. Perlunya pemasangan papan
pengukur skala ketinggian air sehingga dapat diketahui jumlah volume air yang di
inginkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 02.
Gambar : 02. Papan skala pengukur ketinggian air
Sumber : Widiyati A, 1992.
Seleksi Benih
Dalam sistem intensif sangat perlu di lakukan seleksi benih, hal ini untuk
mendapatkan benih ikan gurami yang cepat pertumbuhannya maka dipilih jenis
benih ikan gurami bastar. Ikan gurami ini warnanya hitam, sisik besar dan dahi
agak menonjol. Pada umur yang sama, ukurannya relatife lebih besar dari pada
jenis-jenis ikan gurami lainnya (Sendjaja J.T dan M.H Riski, 2002).
Menurut Khairuman, dan Amri (2008), benih yang di tebar sebaiknya
berukuran dan berumur relatif sama. Apabilah ukuran benih tidak seragam,
11
benih-benih yang berukuran kecil akan tersaing dalam memperoleh makanan dan
ruang gerak. Ikan-ikan yang besar akan tumbuh lebih cepat, sedangkan ikan yang
kecil akan tetap kecil atau menjadi kerdil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 03.
Gambar : 03. Benih ikan gurami
Sumber : Khairuman dan Amri, 2008.
Benih yang dipilih harus mempunyai ukuran fisik tubuh yang seimbang
(normal). Artinya tidak salah satu bagian tubuh yang berukuran menonjol,
misalnya kepala lebih besar dari ukuran normal. Gerakan mantap, teratur, tubuh
tidak terluka dan tidak ada serangan hama penyakit. Benih ikan gurami yang
sehat akan dapat memperlihatkan gerakan rutin naik ke permukaan dan kembali
ke tengah atau dasar kolam dengan menyemburkan gelembung-gelembung
udara. Dengan melaksanakan sistem seleksi benih yang baik maka harapan untuk
mendapatkan hasil panen akan lebih dapat menjanjikan (Sendjaja, J.T, dan
M.H,Riski, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 02 tentang
Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Gurami dan Gambar 04 Penebaran benih Ikan
Gurami.
12
Tabel 02. Kriteria kuantitatif benih ikan gurami (Osphronemus gouramy).
Kriteria Satuan LarvaBenih
PIBenih
PIIBenih PIII
Benih PIV
Benih PV
Umur hari 10-12 40 80 120 160 200
Panjang total cm0,75-1,00
1-2 2-4 4-6 6-8 8-11
Bobot Minimal
gram 0,03 0-2 0,5 1,0 3,5 7,8
Keseragaman ukuran % >80 >80 >80 >80 >80 >80
Keseragaman warna % >100 >90 >90 >90 >90 >80
Sumber : SNI 01.0485.2.2000.
Gambar : 04. Penebaran benih ikan gurami
Sumber : Jangkaru Z, 2007.
Pemberian Makanan Sistem Intensif
Setelah benih ikan gurami di tebar, pengelolaan selanjutnya adalah
memberi pakan tambahan dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Agar
makanan buatan tidak banyak terbuang, maka sebaiknya pakan buatan tersebut
berbentuk pellet, Ukuran pellet yang di berikan harus sesuai dengan lebar bukaan
mulut benih ikan gurami yang di tebar. Jumlah pakan yang akan di berikan setiap
harinya berkisar antara 5-7 % dari total berat badan ikan gurami (Harsono,P dan
Djarija A.S, 1992).
13
Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan gurami. Zat yang terpenting dalam pakam adalah protein,
jumlah dan kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan ikan. Zat makanan yang
dibutuhkan ikan dan harus dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal
adalah protein karena zat ini merupakan bagian terbesar dari daging ikan
(Halver,J.E, 1973).
Pembuatan pellet pakan ikan gurami, tidak hanyak memperhatikan tinggi
rendahnya kadar (kandungan) proteinnya saja, tetapi juga harus memperhatikan
prosentase kandungan gizi unsur-unsur penyusun lainnya. Kadar protein untuk
pellet pakan ikan gurami yang baik sekitar 20-30 %. Semakin tinggi kadar protein
pakan ikan , biasanya pakan itu semakain baik kualitasnya. Selain itu pakan juga
sebaiknya memiliki kadar lemak yang baik, yakni berkisar antara 4-16 %.
Kisaran kadar lemak yang tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi,
disamping dapat memperbaiki daya awet pakan juga dapat memperbaiki kualitas
pakan. Pakan ikan gurami juga harus memiliki kandungan karbohidrat, serat
kasar, mineral dan vitamin. Karbohidrat dibutuhkan ikan gurami untuk sumber
energi dan berperan penting untuk sistem biologis, khususnya dalam respirasi
(Wahyudi N.A, 1992).
Menurut Halver,J.E (1973), Kadar serat kasar yang baik pada ikan
berkisar antara 8 – 20 %. Zat-zat mineral juga sangat dibutuhkan ikan untuk
berbagai fungsi metabolisme dan mempertahankan keseimbangan osmotic cairan
tubuh dan air lingkungan. Kadar mineral yang baik antara 10 – 15 %. Vitamin
juga dibutuhkan ikan untuk mempertahankan atau menjaga kesehatan dan
pertumbuhan agar tetap normal.
Pemberian makanan tambahan berupa pellet secara teratur akan
mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Dari pengalaman budidaya dengan
sistem intensif menunjukkan bahwa ikan yang diberikan makanan tambahan
pellet, kecepatan pertumbuhannya mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan
ikan gurami yang hanya diberikan makanan berupa daun-daunan (Senjaya, J.T
dan M.H Riski, 2002).
14
Penerapan Metode Modular Dalam Pembesaran Sistem Intensif
Pada pembesaran sistem intensif, tidak tertutup kemungkinan untuk
melakukan penerapan metode modular. Penerapan metode modular juga di kenal
dengan nama lain yaitu sistem pindah, dengan cara ini benih ikan di pelihara
dalam kolam yang tidak terlalu besar, selama waktu kurang lebih 30 – 40 hari.
Setelah itu ikan di pindah pada lahan yang baru dan memiliki ukuran lebih besar
atau luas. Tujuan dari dilaksanakannya penerapan metode modular yaitu untuk
dapat memacuh pertumbuhan ikan agar lebih cepat besar dan lebih sehat, karena
dengan penerapan metode modular lahan kolam di harapkan akan dalam keadaan
subur dan sehat dari timbunan bahan – bahan organik (Wijoyo S, 2007).
Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Intensif
Pemeliharaan pembesaran ikan gurami sistem intensif, memudahkan
pengontrolan hama yang sifatnya sebagai pemangsa (predator besar) seperti
burung, ular, kepiting dan ikan buas. Pengendalian hama tersebut tidaklah
mudah, penggunaan bahan kimia untuk mengendalian hama mengandung resiko
yang cukup besar. Penggunaan bahan kimia dosis rendah sering tidak mematikan
hama, sedangkan penggunaan dosis tinggi seringkali justru mematikan ikan yang
di budidayakan (Widiyati A, 1992).
Pengendalian hama yang paling mudah dan efektif adalah dengan cara
mengisolasi kolam pemeliharaan dari perairan sekitarnya. Untuk menghindari
hama ikan buas yang masuk kelahan pembudidaya pembesaran ikan gurami,
maka di anjurkan untuk memasang saringan pada pintu saluran pemasukan air.
Pemasangan saringan ini menggunakan warring, sehingga dapat mencegah atau
mengurangi kemungkinan masuknya hama. Selain itu fungsi lain dari
pemasangan saringan ini dapat mencegah masuknya kotoran sampah yang biasa
terdapat di saluran air (Boyd,C.E. 1982).
Menurut Harsono P dan Djarija A.S (1992), penyakit ikan gurami
biasanya banyak terjadi pada masa pendederan. Pada umumnya jenis penyakit
yang menyerang gurami yang masih kecil adalah penyakit parasit, jamur dan
15
bakteri. Faktor utama penyebab penyakit ikan gurami adalah lingkungan
budidaya yang memburuk, meningkatnya daya serang penyakit dan kemungkinan
menurunnya daya tahan tubuh ikan. Untuk lebih jelasnya Pemeriksaan Kesehatan
Ikan Gurami dapat dilihat pada Gambar 05.
Gambar : 05. Pemeriksaan kesehatan ikan gurami.
Sumber :Jangkaru Z, 2007
Menurunnya kualitas lingkungan budidaya merupakan media yang baik
untuk tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya ketahanan tubuh
ikan semakin rapuh bila kualitas lingkungan jelek. Dari pengaruh ketiga faktor
tersebut secara bersama-sama, penyakit baru bisa melakukan aksinya terhadap
ikan. Tetapi selama ketiga faktor tersebut tidak bekerja berbarengan,
kemungkinan ikan gurami di serang penyakit sangat kecil. Jadi penanganan
untuk mencegah hama dan penyakit sangat perlu di lakukan dalam budidaya
pembesaran ikan gurami secara intensif, pencegahan ini meliputi pengelolaan
tanah dasar dan penanganan kualitas air yang baik (Hatimah S, 1991).
Panen Ikan Gurami
Panen merupakan puncak dari hasil pemeliharaan sistem intensif yang
berlangsung selama 120 hari. Sebelum melakukan panen terlebih dahulu di
sampling untuk mengetahui bobot terakhir yang di inginkan untuk di jual
16
ke pasaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui harga pasaran ikan Gurami
yang baik. Pada umumnya ikan Gurami yang dipelihara secara sistem intensif
saat di panen dengan umur 120 hari memiliki berat rata 380 gram
(Hatimah S, 1991).
Teknik panen ikan gurami yaitu dengan cara melalui pintu air, pintu air
terlebih dahulu di pasang waring atau kantong panen. Pengurangan air waktu
panen tidak menggunakan pompa akan tetapi air di hanyutkan kearah pintu air
sehingga Ikan Gurami bisa ikut keluar mengikuti arus air hingga masuk ke
kantong panen. Setelah air kolam kering, ikan Gurami di tangkap dengan
cara hati - hati untuk menghindari agar tidak sampai ada yang luka. Sebaiknya
setelah di panen ikan gurami di tampung di dalam warring yang airnya mengalir
agar tubuh ikan tetap bersih (Khairuman dan Amri, 2002).
Gambar : 06. Panen ikan gurami
Sumber : Jangkaru Z, 2007
17
MANAJEMEN PEMASARAN IKAN GURAMI
Pemasaran Hasil Produksi
Assauri dan Sofjan (1998), mendefinisikan pemasaran dalam dua pengertian
dasar sebagai berikut : ”Pertama, pemasaran dalam arti kemasyarakatan diartikan
adalah setiap kegiatan tukar-menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan
manusia. Kedua, pemasaran dalam arti bisnis adalah sebuah sistem dari kegiatan
bisnis yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan
mendistribusikan jasa serta barang pemuas keinginan pasar”.
Definisi pemasaran di atas mempunyai beberapa pengertian penting sebagai
berikut :
1. Pemasaran adalah definisi sistem yang manajerial.
2. Seluruh sistem dari kegiatan pemasaran harus berorientasi kepada pasar atau
konsumen. Keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara
efektif.
3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah
proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan
pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan
gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan.
4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak berhenti
sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan.
5. Untuk berhasil pemasaran harus memaksimalkan penjualan yang
menghasilkan laba dalam jangka panjang. Jadi pelanggan harus benar-benar
merasa kebutuhannya dipenuhi supaya perusahaan memperoleh
kesinambungan usaha yang biasanya sangat vital bagi keberhasilan.
Supranto, J dan Nandan (2007) menyatakan bahwa pemasaran hasil
produksi pada dasarnya merupakan suatu proses yang memberikan jawaban atas
kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Oleh karena itu, hampir
semua individu ataupun organisasi secara langsung dan tidak langsung ikut
berkecimpung dalam pemasaran, disebabkan karena mereka sama-sama
mempunyai keinginan dan kebutuhan.
18
Menjaga Mutu Ikan Gurami
Ikan gurami yang bermutu prima ditentukan oleh mutu daging dan
penampilannya. Sementara mutu daging ikan gurami ditentukan oleh tekstur,
warna, aroma dan rasa. Komposisi daging ikan gurami didominasi oleh jaringan
otot dan pengikat sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Selain itu
warna daging yang putih mulus memberi nilai yang lebih tinggi pada ikan ini.
Rasa daging ikan banyak di pengaruhi oleh komposisi pakan yang dikomsumsinya
(Wahyudi N.A, 1992).
Menurut Khairuman, dan Amri (2002), rasa gurih pada daging ikan
gurami di pengaruhi oleh kandungan lemak dan asam amino pakan yang
dikonsumsi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga mutu kualitas
daging ikan gurami yaitu pengelolaan kualitas air yang baik, pemberian pakan
yang berkualitas, perlakuan saat panen dan penanganan saat pemasaran ikan.
Penanganan Pasca Panen Ikan Gurami
Penampilan tubuh ikan gurami sangat mempengaruhi transaksi saat
melakukan jual – beli. Penampilan ikan gurami banyak dipengaruhi oleh
penanganan pascapanennya. Ikan gurami yang di tangkap dengan alat yang
berbahan kasar, mendapat perlakuan yang kurang telaten, dilakukan dalam
suasana panas dan dalam waktu yang terburu-buru akan menghasilkan ikan
dengan penampilan yang tidak menguntungkan. Ikan gurami yang baru diangkat
dari kolam pemeliharaan dan langsung dijual akan memberikan penampilan dan
citarasa yang baik (Widiati A, 1992).
Cara Pemasaran Ikan Gurami
Harga ikan gurami ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran di
pasar. Harga ikan gurami di suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh
produksi di daerah lain karena sistem transportasi memungkinkan terjadinya
perpindahan produk dari satu daerah ke daerah lainnya. Berdasarkan hal ini,
produksi ikan yang melimpah pada suatu daerah dapat mengakibatkan pasar ikan
gurami di daerah konsumsi ikan mengalami kelebihan penawaran sehingga terjadi
19
penurunan harga. Harga per kilogram ikan gurami konsumsi di tingkat
pembudidaya adalah Rp 15.000 sedangkan di tingkat konsumen dapat mencapai
Rp 20.000. (Ikanmania.wordpress.com, 2008).
Mengingat sistem pemasaran ikan gurami yang dianjurkan berdasarkan
jalur pasar yang efektif adalah dari produsen langsung ke konsumen atau
pengecer. Jalur pemasaran langsung ke konsumen dapat dilakukan oleh produsen
dengan beberapa cara, di antaranya produsen memiliki tempat eceran di
dibeberapa pasar, menyalurkan ke restoran yang menyediakan masakan ikan,
melayani para pengusaha jasa boga atau berkerja sama dengan para pengusaha
yang bergerak pada usaha ekspor ikan fillet. Dengan mengetahui dan menguasai
metode pemasaran ikan gurami yang baik maka tidak perlu lagi untuk diragukan
lagi untuk melakukan panen, bila tiba saatnya ikan gurami di panen (Khairuman,
dan Amri, 2008). Untuk lebih jelasnya ukuran Ikan Gurami saat panen dapat
dilihat pada Gambar 07.
Gambar : 07. Ukuran ikan gurami saat di panen.
Sumber : Khairuman dan Amri, 2008.
20
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembesaran ikan gurami
sistem intensif yaitu:
1. Penerapan manajemen pembesaran sistem intensif pada ikan gurami dapat
memberikan hasil yang optimal karena memperhatikan standar prosedur
operasional sistem budidaya yang menerapkan pembuatan konstruksi kolam
yang sempurna, pengelolaan tanah dasar kolam, pengelolaan kualitas air,
seleksi benih yang baik, pemberian pakan yang teratur, pengendalian hama,
dan penyakit yang kontinyu.
2. Penerapan metode modular pada pembesaran ikan gurami sistem intensif
sangat penting untuk di terapkan karena membantu daya dukung lahan kolam
untuk terjaga kesuburan dan kesehatan lahan dari penumpukan bahan – bahan
organik yang berlebihan.
3. Hal yang harus diperhatikan agar daging ikan berkualitas prima adalah dengan
memperhatikan pengelolaan kualitas air kolam yang baik, pemberian pakan
yang berkualitas, perlakuan saat melakukan panen.
4. Manajemen pemasaran hasil ikan harus di pahami dan di kuasai oleh petani
ikan, terutama dalam melakukan survei harga jual ikan di pasaran dan
mengetahui cara melakukan pemasaran langsung ke konsumen sehingga
dapat memperoleh nilai jual yang tinggi.
Saran
Sebaiknya dalam pembesar Ikan gurami (Osprhonemus gouramy)
dilakukan dengan Sistem Intensif , maka diharapkan untuk memperhatikan
teknis persiapan kolam pembesaran. Dapat memilih atau menseleksi bibit /benih
ikan yang baik, memperhatikan pemberian pakan yang teratur, mengelolah
kualitas air yang kontinyu sehingga didapatkan hasil yang optimal, maka dapat
meningkatkan tarah penghasil petani ikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, 1992. Iktiologi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Affiati, Novenny Wahyudi;Hidayat Dijasewaka, Sri Hatimah, 1992. Penggunaan Pakan Buatan Pada Usaha Peningkatan Budidaya Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) di Kolam. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Sukamandi.
Assauri dan Sofjan, 1998. Manajemen Pemasaran, Penerbit Rajawali. Jakarta
Boyd C.E, 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture, dev Aqua and Fisheries Science, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.
Ikanmania.wordpress.com. 2008. Aspek-pemasaran-budidaya–pendederan – dan – pembesaran - ikan-gurami.. Dikunjungi tanggal 16 Juni 2010.
Halver J..E, 1973. Nutrient Requirements of Troul,Salmon and Catfish. Nat Acad. Sc.Washinton D.C.
Hatimah,S. Novenny A Wahyudi dan Estu Nugroho, 1992. Pembesaran Gurami (Osprhonemus gouramy) dengan Pemberian Pakan Terapung dan Tenggelam, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.
Hatimah S, 1991. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy), Buletin Perikanan Darat, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.
Harsono P dan Djarija A.S, 1992. Membudidayakan Gurami Secara Intensif, Penerbit Kanisius, Jakarta.
Jangkaru Z, M. Sulhi, dan Sidi Asih.,1993. Konstruksi Tanah dan Kedalaman Air Kolam Tadah Hujan Untuk Usaha Pemeliharaan Ikan Gurami, Buletin Penelitian Ikan Darat, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.
Jangkaru Z, 2003. Memacuh Pertumbuhan Gurami, Penebar Swadaya, Jakarta.
Jangkaru Z, 2007. Meningkatkan Pertumbuhan Gurami Dengan Cara Budidaya Intensif, Penebar Swadaya, Jakarta.
Kusdiarti, 1995. Pembenihan Ikan gurami Sistem Terpadu, Prosiding Hasil Seminar, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.
22
Khairuman dan Amri, 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.
Khairuman, dan Amri, 2008. Pembenihan dan Pembesaran Gurami Secara Intensif, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.
Poernomo A, 1990. Konstruksi Tambak dan Pengelolaan Tanah Dasar Pasca panen, Proseding Hasil Seminar, Balai Budidaya Air Payau, Jepara.
Rusmaedi, Honorius Mundriyanto, dan M. Sulhi, 1995. Pengaruh Lama penyediaan Pakan Pokok terhadap laju Pertumbuhan Ikan Gurami, Prosiding Seminar, Hasil penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi.
Sendjaja J.T dan M.H Riski, 2002. Usaha Pembenihan Gurami, Penerbit Penerbar Swadaya, Jakarta.
Suhendra, N, dan Wahyu Hidayat, 1992. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kandungan Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Guram (Osprhonemus gouramy),Prosiding Seminar Hasil Penilitian Perikanan Air Tawar, Bogor.
Supranto, J. dan Nandan. (2007). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.
SNI 01.0485.2.2000. Benih Ikan Gurami (Osprhonemus gourami) Kelas Benih Sebar, Badan Standarnisasi Nasional. Jakarta.
Wahyudi N.A, 1992. Penggunaan Pakan Buatan Pada Usaha Budidaya Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) di Kolam,Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.
Widiyati A, 1992. Teknik Budidaya Ikan Gurami, Aplikasi Paket Teknologi Budidaya Ikan Gurami, Balai Informasi Pertanian,Jogjakarta.
Wijoyo S, 2007. Manajemen Pembesaran Ikan Bandeng Sistem Intensif Dengan Penerapan Metode Modular, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Tengah, UPTD Perbenihan Perikanan, Tambak Percontohan. Tindaki.
23