8/16/2019 Issengko gg4
1/16
Makalah Utama 90
STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI NTB
Dr. Ir. H. Mashur, MS.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB
Visi dan Misi
Visi
Visi Pembangunan Pertanian Provinsi NTB adalah: Terwujudnya Pertanian Yang
Modern, Tangguh dan Efisien.
Misi
Untuk mencapai visi pembangunan pertanian Provinsi NTB jangka
menengah tersebut, Dinas Pertanian mengemban Misi untuk : Pemberdayaan
Pertanian Menuju Masyarakat Tani Yang Modern, Maju, Sejahtera, dan
Berkeadilan, dengan tujuan untuk: meningkatkan taraf hidup petani,
meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan produksi untuk mengisi pasar,
menciptakan lapangan kerja menuju kemandirian petani.Strategi
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pertanian Provinsi NTB diarahkan untuk
mencari solusi dari berbagai permasalahan pembangunan pertanian yang ada saat ini.
Untuk itu, strategi yang ditempuh oleh Dinas Pertanian Provinsi NTB dalam mencapai dan
mewujudkan Visi dan Misi tersebut di atas adalah:
1.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.
Sumber-sumber plasma nutfah asal NTB telah beradaptasi dengan kondisi
agroklimat wilayah NTB. Sumberdaya lokal tersebut mendapatkan prioritas untuk
dikembangkan di daerah ini. Manggis Lingsar, Durian Si Payuk, Rambutan Narmada,
Pisang Ketip Gunungsari, Nangka Prabu, Leci Putri Mandalike, Mangga Dare Kande,
Bawang Merah Keta Monca, Kangkung Aini dan Kangkung Gomong, dll. Varietas-
varietas tanaman tersebut memiliki keunggulan khas NTB yang berbeda dengan tanaman
serupa yang berasal dari daerah lain.
2.
Diversifikasi Usahatani dan Produksi
Diversifikasi usahatani merupakan salah satu strategi dalam mengurangi resiko
usaha menghadapi berbagai gangguan alam, OPT, maupun ketidakpastian harga suatu
komoditas. Diversifikasi juga dilakukan untuk memperoleh nilai tambah dari setiap
komoditi dengan melakukan prosesing atau pengolahan pada tingkat usahatani,
penganekaragaman komoditi, mengidentifikasi JABALSIM (jalur benih antar musim),
untuk menjamin ketersediaan benih.
3.
Penerapan Teknologi Tepat Guna Spesifik LokasiPenerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik daerah NTB
terutama dimaksudkan untuk menekan biaya usahatani, meningkatkan produksi, serta
mengurangi kehilangan hasil dalam proses pemanenan. Sumberdaya lokal berupa kearifan
tradisional seperti pembangunan embung dan sistem bertanam secara gogorancah
merupakan potensi sumberdaya lokal yang telah terbukti berhasil meningkatkan produksi
pertanian khususnya padi dan palawija. Revitalisasi embung-embung tradisional dan
pembangunan embung-embung baru merupakan salah satu prioritas pembangunan
infrastruktur pertanian NTB.
4.
Efisiensi Sistem Agribisnis
Sistem agribisnis yang dikembangkan haruslah dapat dipertanggungjawabkan
secara ekonomis. Efisiensi dapat tercapai dengan memperhitungkan waktu bertanamsecara cermat (mengurangi resiko kegagalan akibat ketidakpastian iklim), pompanisasi,
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
2/16
Makalah Utama 91
menekan biaya tenaga kerja (penerapan alat mekanisasi produksi maupun mekanisasi pra
dan pasca panen), pembuatan jalan usahatani (JUT), perbaikan dan pembangunan saluran
irigasi, serta mengurangi kehilangan hasil di lapangan. Efisiensi sistim agribisnis juga
berarti memperpendek rantai pasar dengan mendekatkan produsen dan konsumen, serta
melakukan pengolahan hasil pada tingkat usahatani. Dengan strategi tersebut diharapkanusahatani dapat menjadi usahatani yang menguntungkan dan menarik, terutama bagi
generasi muda.
5. Revitalisasi Kelompok Tani dan Mendorong Pembentukan Gabungan Kelompok
Tani
Revitalisasi Kelompok Tani dan Pembentukan GAPOKTAN dimaksudkan untuk
membentuk dan memperkuat atau mengaktifkan kembali kelembagaan petani yang telah
ada. Dengan strategi ini diharapkan pembinaan pemerintah kepada petani akan semakin
fokus dengan sasaran yang semakin jelas.
Kelompok Tani dan GAPOKTAN merupakan entry point yang sangat efektif
dalam pelaksanaan berbagai program pembinaan dan penyebarluasan informasi dan
teknologi. Pembinaan Kelompok Tani maupun GAPOKTAN diarahkan untuk mendorongkemandirian setiap POKTAN maupun GAPOKTAN. Untuk mencapai kemandirian
tersebut selain ditempuh melalui pembinaan oleh Dinas Pertanian secara
berkesinambungan, juga ditempuh melalui pendampingan. Tenaga Pendamping ini
berperan sebagai manager sekaligus konsultan bagi POKTAN dan GAPOKTAN dan
bekerjasama secara sinergis dengan penyuluh pertanian yang telah ada. GAPOKTAN yang
telah mandiri dan berbadan hukum, selanjutnya diharapkan dapat memiliki manager dan
konsultan yang dibiayai sendiri oleh anggaran POKTAN dan GAPOKTAN yang
bersangkutan. Kemandirian POKTAN dan GAPOKTAN merupakan salah satu sisi kritis
dalam upaya peningkatan SDM pertanian yang profesional.
6. Bantuan Benih Kepada Petani
Penggunaan benih/bibit unggul bermutu di tingkat petani masih rendah. Hal
ini disebabkan karena daya beli dan tingkat kesadaran petani dalam penggunaan
benih bermutu masih relatif rendah. Strategi pemberian bantuan benih kepada
petani dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas melalui
penggunaan benih/bibit unggul bermutu bagi petani, mempermudah akses petani
miskin terhadap benih/bibit unggul, serta memperluas penyebaran benih/bibit
unggul pada daerah-daerah kantong kemiskinan, daerah rawan pangan, daerah
terisolir dan lainnya. Upaya ini akan dapat menekan harga benih/bibit bermutu
agar dapat diakses petani/peternak.
7. Penjaminan Kredit Pertanian
Untuk membangun sistem pembiayaan yang mudah diakses oleh petani/peternak, diperlukan skim pelayanan pembiayaan pertanian yang mudah
diakses dan mampu memutar roda perekonomian di perdesaan. Untuk itu
pemerintah perlu menyediakan dana dasar di perbankan sebagai premi penjaminan
atas kredit yang disalurkan kepada petani sasaran oleh Bank Pelaksana. Program ini
sebagai pemantapan dan perluasan dari kegiatan yang sudah dimulai tahun 2006
dengan BPD NTB sebagai bank pelaksana.
8.
Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian
Untuk menarik investor masuk ke sektor pertanian, mempermudah
aksesibilitas, dan distribusi sarana produksi/output pertanian, maka diperlukan
infrastruktur yang memadai. Selama ini investasi pemerintah di bidang
infrastruktur sangat minim, sehingga banyak jalan usahatani, jalan produksi,
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
3/16
Makalah Utama 92
jaringan irigasi yang rusak. Untuk itu dilakukan kegiatan pembangunan dan atau
rehabilitasi jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi tingkat usahatani,
jaringan irigasi perdesaan, tata air mikro, irigasi tanah dangkal, sumur resapan,
embung, waduk, dam, parit, terasering dan lainnya.
9.
Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui Penguatan Modal Usaha
Kelompok (PMUK) dan Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat
(LM3)
Untukmeningkatkan bargaining power petani, pemberdayaan petani, dilakukan
pendekatan kelompok agar mempermudah pembinaan dan pengembangan usahanya
hingga mencapai skala ekonomi. Dalam rangka mengatasi permodalan petani, disalurkan
stimulan penguatan modal usaha kelompok (PMUK) atau yang selama ini dikenal dengan
nama Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Kegiatan PMUK ini disertai dengan
kegiatan pengembangan kelembagaan petani, kemitraan, peningkatan akses terhadap
sumberdaya, teknologi dan pasar serta peningkatan kualitas SDM petani. Dalam TA 2006,
total dana PMUK yang disalurkan di seluruh wilayah NTB adalah sebesar: RP. 3.850.000.000, meliputi seluruh kabupaten se-Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya pada TA
2007, Provinsi NTB mendapat tambahan 5 paket dana PMUK senilai RP. 945.000.000.
Di samping kelompok tani, di tingkat perdesaan terdapat pula lembaga yang
selama ini tumbuh dan mengakar di masyarakat, atau yang dikenal dengan
Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Sebagian besar LM3
tersebut berbasis keagamaan: pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman,
vihara, pura, subak dan lainnya. Sebagian LM3 juga bergerak di bidang agribisnis.
LM3 yang bergerak di bidang agribisnis ini dapat dijadikan sebagai percontohan
dan pusat-pusat pengembangan agribisnis di lokasi setempat. Dalam TA 2007, 19
(sembilan belas) Pondok Pesantren seluruh NTB mendapat bantuan dana untuk
pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan dengan alokasi dana rata-rataRP.100 juta setiap Pondok Pesantren. Dana tersebut digunakan untuk
mengembangkan agrobisnis bekerjasama dengan Kelompok Tani yang ada di
sekitar Ponpes yang bersangkutan.
10. Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bio-Energi
Kondisi agroklimat wilayah NTB yang didominasi lahan kering memiliki
aneka ragam penghasil minyak nabati seperti kelapa, jarak pagar sebagai bahan
baku minyak diesel (substitusi solar) dan minyak bakar (substitusi minyak tanah).
Disamping itu, ubi kayu, sorgum, dan jagung juga dapat dijadikan sebagai bahan
baku gasohol (substitusi premium) dan penghasil limbah organik (biomassa).
Potensi tersebut terus dikembangkan dengan menyediakan bahan baku produksi
tanaman penghasil bio-energi dan sarana pengolahannya. Kegiatan ini telahdirintis pada tahun 2006 dan ditingkatkan pada tahun-tahun selanjutnya. Dalam
TA 2007, Dinas Pertanian Provinsi NTB telah mengundang sejumlah investor
untuk menjajaki peluang investasi dalam pengembangan tanaman bahan baku
bioenergi/bahan baku industri lainnya antara lain: Manajemen Kopi Bubuk Cap
Kapal Api (Jagung), Management RIJK ZWAAN SEED COMPANY-Netherland
(benih sayuran), YAYASAN LIKELIHOOD-Singapura (jarak pagar dan jagung).
11. Penguatan Kelembagaan Perbenihan/Perbibitan
Dalam rangka memperkuat dan memperlancar penyediaan benih/bibit
pertanian diperlukan dukungan kelembagaan perbenihan/perbibitan yang memadai
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk itu dibentuk pusat-pusat
perbenihan tanaman pangan di wilayah berpotensi, dibarengi dengan kegiatan
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
4/16
Makalah Utama 93
penguatan lembaga perbenihan/perbibitan yang ada baik di provinsi dan
kabupaten/kota dengan mengacu pada sistem perbenihan/ perbibitan
12. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Sektor pertanian sering dilanda serangan wabah hama penyakit tanaman
antara lain: wereng coklat, hama sexava, hama penggerek batang, hama lalat buahmangga, penyakit getah kuning manggis, penyakit busuk buah cabe dan lainnya.
Untuk itu salah satu prioritas kegiatan pembangunan pertanian NTB diarahkan
untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit tanaman tersebut. Tindakan
pencegahan dan penanggulangan serangan OPT tersebut dilaksanakan oleh petugas
Pengamat Hama Penyakit Tanaman UPT BPTPH di Peninjauan Narmada
bekerjasama dengan PPL dan Program Sekolah Lapang. 1) Pengamatan,
peramalan, pelaporan OPT dan bencana alam. 2) Teknologi ramah lingkungan
spesifik lokasi, tepat guna. 3) Pemberdayaan pelaku (SDM, Kelembagaan. 4)
Pemantapan gerakan pengendalian OPT.
13.
Pengembangan Kegiatan Magang Sekolah Lapang (SL) Pertanian
Metode yang praktis dan mudah diikuti petani dalam alih teknologi adalahmetode Sekolah Lapang (SL) Pertanian. Disamping mudah diikuti metode ini juga
menarik bagi petani karena dapat langsung diterapkan oleh petani saat mereka
melakukan aktivitas usahanya. Untuk itu akan diperbanyak kegiatan-kegiatan SL
Pertanian. Selanjutnya SL Pertanian tersebut akan diarahkan menjadi media
training of trainers (TOT) dengan sasaran lebih berkembangnya SL Pertanian yang
diinisiasi oleh lulusan TOT. Dengan demikian pada masa yang akan datang
pemerintah akan lebih banyak mengarahkan kegiatan SL Pertanian ini, tidak lagi
perlu membentuk SL-SL yang difasilitasi pemerintah.
14. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Petani dan Revitalisasi
Penyuluhan
Saat ini terdapat kecenderungan terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor
pertanian ke non pertanian, dimana para pemuda/pemudi di perdesaan lebih tertarik
bekerja sebagai buruh di sektor industri maupun di sektor informal, sehingga
penduduk yang masih bekerja di sektor pertanian tinggal yang berumur tua. Untuk
menarik minat para pemuda / pemudi kembali membangun pertanian di perdesaan,
diperlukan langkah-langkah kegiatan antara lain melalui pendidikan, pelatihan,
magang, studi banding dan lainnya.
Disamping itu dalam rangka revitalisasi penyuluhan kegiatan diarahkan pada
pengembangan dan pemantapan BPP yang ada, rekruitmen tenaga penyuluh,
pelatihan dan pendampingan serta perbaikan metodologi penyuluhan yang
disesuaikan dengan dinamika yang berkembang. Disamping itu di tingkat perdesaan akan dikembangkan Community Center for Agribusiness yang merupakan
kelembagaan layanan informasi pertanian di tingkat desa untuk meningkatkan
akses petani terhadap informasi dan teknologi.
15. Pengembangan Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Pertanian
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius
dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang
masih rendah memerlukan latihan, khususnya pada aspek yang bersifat praktis dan
langsung berhubungan dengan aktivitas usaha ekonomi petani. Untuk itu
dikembangkan kegiatan berbagai pelatihan bagi petani yang materinya disesuaikan
dengan kebutuhan dan permintaan petani.
16.
Mekanisasi Kegiatan Produksi Komoditas Pertanian Primer (Pra Panen)
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
5/16
Makalah Utama 94
Dalam rangka mengatasi kebutuhan tenaga kerja, serta mengantisipasi
perluasan areal pertanian yang telah diprogramkan, maka diperlukan teknologi
produksi pertanian yang bisa menghemat pemakaian tenaga kerja manusia. Oleh
karena itu mekanisasi pada kegiatan produksi (prapanen) mutlak dibutuhkan.
Untuk itu mulai tahun 2007, introduksi teknologi mekanisasi pertanian menjadikegiatan terobosan dalam rangka mempercepat kegiatan proses produksi. Selain
meningkatkan penggunaan alat-alat mekanisasi produksi yang telah berkembang
saat ini, masih terus dilakukan pengembangan alat-alat mekanisasi dengan
prototype yang semakin bervariasi.
17. Mekanisasi Kegiatan Pertanian Pasca Panen
Untuk mengurangi kehilangan, meningkatkan mutu hasil dan nilai tambah
produk pertanian serta penanganan pemasaran, dikembangkan berbagai sarana
pasca panen seperti: (1) pengembangan sarana penyelamatan pasca panen
(pengeringan melalui terpalisasi dan pengembangan sarana pengering surya), dan(2) sarana pergudangan.
Dalam TA 2006-2007 Dinas Pertanian Provinsi NTB telah membangun 3
unit silo jagung untuk mengoptimalkan penanganan pascapanen komoditas jagung,
masing-masing di Kecamatan Sengkol (Kab. Lombok Tengah), Kecamatan
Pringgabaya (Lombok Timur), dan Kecamatan Labangka (Sumbawa). Masing-
masing silo tersebut memiliki kapasitas untuk pemipilan, pembersihan,
pengeringan jagung rata-rata 30 ton per hari Pengelolaan dan pemanfaatan silo
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Kelompok Tani di masing-masing lokasi.
18. Revitalisasi Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok UPJA
(KUPJA)
Penggunaan alsin pertanian telah dirasakan manfaatnya oleh petani
khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian
hama, panen dan perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian
jumlah alsin pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada.
Disamping itu, pemakaian alsin juga belum optimum khususnya dalam kegiatan
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok Usaha Pelayanan Jasa
Alsintan (KUPJA). Untuk itu salah satu kegiatan terobosan yang dilaksanakan
adalah revitalisasi UPJA dan KUPJA. Berkaitan dengan hal ini perlu diupayakan
penyediaan penguatan modal pengadaan alsintan bagi petani berupa pembayaran
uang muka (down payment ).
19.
Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian
Dalam rangka pengembangan pemasaran produk pertanian, perlu
dikembangkan berbagai sarana dan sistem pemasaran. Kegiatan yang diperlukan
dalam rangka pengembangan pemasaran ini adalah: (1) pengembangan grading dan
packaging house yang dilengkapi dengan cold storage,
terutama untuk komoditas
hortikultura, dan (2) pengembangan pasar dan pusat pelelangan. Di NTB kegiatan
ini telah dirintis dengan pembangunan Terminal Agribisnis yang berlokasi di Pasar
Induk Mandalika-Bertais.
20.
Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
6/16
Makalah Utama 95
Untuk mendorong investasi di bidang pertanian dibutuhkan fasilitasi
berbagai pihak sesuai dengan fungsi, kompetensi dan kapasitas masing-masing.
Fasilitas tersebut dapat diberikan oleh Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota,
BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta Nasional Besar dan Multinasional. Sinergi
semua elemen sangat diperlukan, mengingat keberhasilan investasi tergantung padaketersediaan faktor pendorong rantai pasokan (supply chain)
secara optimal.
Pelaksanaan kegiatan ini di NTB dilaksanakan dalam bentuk penyaluran dana
BLM-KIP (Bantuan Langsung Masyarakat-Kredit Investasi Pertanian) dengan
BPD-NTB sebagai Bank Pelaksana.
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
7/16
Makalah Utama 96
21. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian
Produksi berbagai komoditas pertanian selama beberapa dekade ini telah
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan produksi tersebut diperolehdari hasil peningkatan luas areal tanam atau peningkatan produktivitas. Fakta ini
menunjukkan bahwa produktivitas berbagai komoditas pertanian masih jauh dari
potensinya. Di lain pihak, walaupun komoditas tanaman pangan relatif lebih maju,
namun pengembangan komoditas ini juga dihadapkan pada kendala keterbatasan
sumberdaya lahan dan semakin tingginya opportunity cost karena semakin tajamnya
kompetisi penggunaan lahan dengan non pertanian. Keberhasilan peningkatan
produktivitas sangat berkorelasi dengan inovasi teknologi (penggunaan varietas/klon
unggul). Untuk itu peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian akan
dilakukan melalui perluasan areal tanam dengan mengoptimalkan potensi areal padi
gogo, peningkatan produktivitas, serta peningkatan intensitas tanam di daerah irigasi
teknis.
22. Peningkatan Kegiatan Eksibisi, Perlombaan, dan Penghargaan
Pertanian
Dalam rangka penyebarluasan informasi, promosi, dan pemasyarakatan
berbagai keberhasilan dan program-program pembangunan pertanian kepada publik,
kegiatan-kegiatan berupa exibisi maupun berbagai "fair" semakin diperbanyak.
Kegiatan eksebisi ini dilakukan berjenjang dari tingkat desa/kecamatan-Kabupaten-
Propinsi sampai tingkat Nasional.
Pada bulan Agustus 2007, Provinsi NTB mendapat kesempatan sebagai tuan
rumah Penyelenggaraan Pekan Florikultura Tingkat Nasional yang berlokasi di
Ruang Sidang Utama dan Halaman Kantor DPRD Provinsi NTB. Selama 5 hari
penyelenggaraan, transaksi aneka jenis tanaman hias tercatat senilai satu miliar
rupiah. Dampak langsung maupun tidak langsung penyelenggaraan Pekan
Florikultura tersebut sangat nyata dengan semakin tingginya animo masyarakat
dalam agribisnis tanaman hias, khususnya di Kota Mataram.
23. Pengembangan dan Diseminasi Inovasi Teknologi Mendukung Pembangunan
Pertanian
Pembangunan pertanian perlu didukung oleh teknologi, sehingga dapat
dipercepat dan memberikan hasil yang optimal. Untuk keperluan ini, upaya
percepatan penemuan inovasi dan alih teknologi sangat dibutuhkan. Upaya
pengembangan dan diseminasi teknologi akan dilaksanakan bekerjasama dengan
unit-unit penelitian yang ada di lingkup Departemen Pertanian, Perguruan Tinggi,
dan Lembaga Penelitian Nasional maupun International, antara lain dengan
Balitpa, Balithor, Balitkabi, Balitro, Balitpasca, BPTP, dan ACIAR.
24. Penerapan dan Pemantapan Prinsip Good Governance, Kebijakan dan Regulasi.
Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan pertanian,
sinkronisasi antar subsektor dan lintas sektor, serta koordinasi antara pusat dan
daerah, dikembangkan manajemen yang terpadu yang mencakup aspek
perencanaan, implementasi, pengendalian, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan
pengawasan yang sesuai dengan prinsip good governance. Salah satu implementasi
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
8/16
Makalah Utama 97
sinkronisasi lintas sektor yang dilaksanakan Dinas Pertanian adalah Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kabupaten Dompu, Sumbawa, Lombok Tengah, Lombok Timur.
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NTB
Beberapa hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaaan pembangunan pertanian
khususnya dalam memfasilitasi petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha untuk
mengembangkan usaha taninya di masing-masing sub sektor pertanian sebagai berikut :
1. Sub Sektor Tanaman Pangan
Masalah di sub sektor tanaman pangan yang berkaitan dengan penyuluhan
pertanian dalam memfasilitasi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebijakan pemerintah berkaitan dengan
pengembangan usahanya, antara lain : kurangnya sosialisai Inpres No. 13 tahun
2005 mengenai kebijakan perberasan.
b. Masih rendahnya: (a) penggunaan benih bermutu varietas unggul di tingkat petani
(b) penerapan pupuk berimbang; (c) penerapan PHT; (d) pemanfaatanketersediaan air.
c. Peran dan Fungsi kelembagaan P3A belum optimal.
d. Masih rendahnya (a) Kesadaran petani dalam berkelompok/GAPOKTAN; (b)
kurangnya minat pemuda tani di bidang pertanian/agribisnis; (c) pengetahuan
tentang berorganisasi dan berorientasi keuntungan (profit); (d) Kemampuan petani
dalam menyususn RDK/RDKK; (e) partisipasi petani dalam pembiayaan dan
oprasional serta pemeliharaan irigasi tingkat usaha tani dalam irigasi pedesaan; (f)
mendapat harga layak pada saat panen bagi petani, dan (g) penyusunan proposal
usaha.
e. Kurangnya pemahaman petani dalam (a) Pemanfaatan teknologi tepat guna; (b)
Akses petani terhadap permodalan usaha.
f. Masih rendahnya pengetahuan petani tentang (a) Pasca panen; (b) Kerusakan
produk tanaman pangan; (c) keterampilan dalam penggunaan alat pasca panen; (d)
Informasi teknologi pasca panen; (e) Unit Pengelolaan Pasca Panen dan
Pemasaran Hasil Pertanian UP3HP; (f) Jaringan usaha antara UKM dengan Pasar;
(g) Penanganan hama penyakit secara terpadu.
g. Rendahnya desiminasi hasil-hasil penelitian ditingkat petani
h. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang: (a). Pola konsumsi pangan beragam,
bergizi seimbang dan aman (b) pemanfaatan sumber pangan lokal (c) pemanfaatan
lahan pekarangan (d) perlunya cadangan pangan pada masa paceklik.
2.
Sub Sektor HortikulturaBerbagai masalah pada sub sektor hortikultura yang berkaitan dengan penyuluhan
pertanian dalam menfasilitasi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya sebagai
berikut:
a. Usaha hortikultura masih dalam skala usaha kecil (sambilan) belum menerapkan pola tanam dan pola produksi secara optimal dan pada umumnya belum
menerapkan teknologi maju sehingga kualitas produksinya belum memenuhi
standar.
b. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pra panen serta pasca panen belum optimal.
c. Kemitraan usaha hortikultura antara petani dengan pengusaha masih terbatas.
d. Posisi tawar petani rendah karena manajemen usahatani belum diterapkan secaraoptimal sehingga pengaturan suplai dan distribusi produk belum berjalan baik.
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
9/16
Makalah Utama 98
3. Penyuluhan Pertanian dalam memfasilitasi petani dan pelaku usaha lainnya
sebagai berikut :
a. Ketenagaan
1. Penyebaran tenaga penyuluh pertanian masih terkonsentrasi kepada sub sektor pangan.
2. Banyak terjadi alih status penyuluh pertanian dari jabatan fungsional ke jabatanstruktural, baik di provinsi atau di kabupaten/kota se-NTB.
3. Peningkatan kompetensi penyuluh pertanian masih kurang dilakukan /belumoptimal (latihan, magang).
4. Usia penyuluh pertanian sebagian di atas 50 tahun.5. Penyuluh pertanian swadaya dan swasta belum berkembang dengan baik.
b.
Kelembagaan
1. Fungsi penyuluhan pertanian di provinsi belum berjalan optimal karena mandatuntuk melaksanakan penyuluhan pertanian belum jelas.
2. Bentuk, eselonering dan tupoksi kelembagaan penyuluhan pertanian di provinsidan di kabupaten/kota masih beragam sebagai dampak otonomi kabupaten.
3. Belum semua kecamatan di kabupaten/kota di NTB memiliki bangunan BPP danBPP yang ada sebagian masih belum berfungsi secara optimal.
4. Sebagian besar BPP belum memiliki lahan untuk percontohan usahatani.5. BPP banyak yang dialih fungsikan dan masih ada yang tidak memiliki sarana dan
prasarana untuk kegiatan penyuluhan.
6. Belum semua kelembagaan tani berfungsi secara optimal dalam meningkatkankemandirian petani.
c. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
1. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum dilaksanakan sesuai prinsip- prinsip penyuluhan partisipatif.
2. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian masih berorientasi keproyekan.3. Kegiatan penyuluhan pertanian sementara masih bersifat parsial dan belum
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
4. Materi dan metode penyuluhan pertanian belum sepenuhnya mendukung pengembangan agribisnis komoditas unggulan di daerah.
5. Sistem LAKU belum diterapkan secara optimal sesuai dengan Permentan Nomor 29 Tahun 2007.
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
10/16
Makalah Utama 99
PENUTUP
Pembangunan pertanian merupakan pembangunan yang kompleks dan mencakup
berbagai kegiatan seperti jaminan kesinambungan ketersediaan sarana produksi,
pembangunan infrastruktur, pengembangan sistem distribusi dan konsumsi, dan pembangunan kelembagaan serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pelaku
agribisnis. Pencapaian tujuan dengan penerapan berbagai strategi yang akan terus
dikembangkan akan sangat ditentukan oleh dukungan dan kerjasama sektor-sektor terkait
lainnya. Penetapan berbagai program dan strategi pembangunan sektor pertanian harus
dikawal dengan ketat dan tetap fokus pada tujuan akhir yaitu untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan petani dan mempertahankan swasembada pangan dalam jangka
panjang. Selain itu dampak negatif pelaksanaan otonomi daerah kabupaten bagi keserasian
langkah dalam pembangunan sektor pertanian harus dapat ditekan hingga tahap minimal.
Selanjutnya kondisi agroklimat wilayah Provinsi NTB yang khas haruslah
dipandang sebagai kondisi potensial yang dapat digunakan untuk mengembangkan
komoditas pertanian lokal spesifik yang tidak dimiliki daerah lain. Oleh karena itudukungan dan partisipasi seluruh stake holder dan institusi terkait, baik ditingkat provinsi
maupun kabupaten sangat diperlukan untuk mencapai hasil pembangunan pertanian yang
maksimal.
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
11/16
Makalah Utama 100
Tabel Lampiran 1. Keragaan kemampuan POKTAN per Kab./Kota
Provinsi. NTB Tahun 2007.
Kelas Kemampuan Kelompok
No Kabupaten/Kota
Pemula Lanjut Madya Utama
Jumlah
1. Mataram 38 23 33 17 111
2. Lombok Barat 405 553 138 12 1108
3. Lombok Tengah 102 791 367 25 1285
4. Lombok Timur 51 494 442 80 1067
5. Sumbawa 457 450 173 11 1091
6. Sumbawa Barat 49 93 61 9 212
7. Dompu 297 300 28 0 625
8. Bima 292 448 153 8 901
9. Kota Bima 84 46 67 12 209
Total 1.775 3.198 1.462 174 6.609
Tabel Lampiran 1a. Rekapitulasi Penumbuhan dan Pengembangan Gabungan
POKTAN (GAPOKTAN) di NTB Tahun 2007
JUMLAH PENUMBUHAN
GAPOKTAN
JENIS
USAHA
N
o
Kabupate
n/
Kota
Sasar
an
(Desa
)
Dukun
gan
Dana
GAPOK
TAN
Swadaya
Juml
ah
GAP
OKT
AN
Berba
dan
Huku
m
T
P
NA
K
BU
N
1 Mataram 50 5 1 6 5 6 -
2
Lombok
Barat 123 41 - 41 15 29 8 4
3
Lombok
Tengah 124 12 32 44 12 39 5 -
4
Lombok
Timur 119 16 46 62 18 59 3 -
5
Sumbawa
Barat 50 19 - 19 19 19 - -
6 Sumbawa 152 16 40 56 9 56 - -
7 Dompu 69 27 - 27 5 27 - -
8 Bima 168 20 108 128 20
12
6 2 -
9 Kota Bima 38 5 12 17 6
1
7 - -
Jumlah 893 161 239 400 78378 18 4
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
12/16
Makalah Utama 101
Tabel Lampiran 1b. Nama-nama POKTAN Andalan Tahun 2007
Nama POKTAN
NoKabupaten/Kota
Pertanian Peternakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kota Mataram
Lombok Barat
LombokTengah
LombokTimur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
- Karya Makmur
- Mambalan Timur
- Patuh Angen
-Tunggal Angen
- Pade Demen
- Tumenggung
- Tunas Rejeki
-
- Telaga Dewa
- Dam Sipi
- Wira Singa
- Mule Jati
- Makmur
- Amanah
- Harapan Bersama
- Bunga Lestari
- Kandang Madang
- Pekerja Migran
- Maris Gama
- Santo Anara
- No Rea
- Senap Semu
- Varias
- Ingin Maju
- Lembah Paji
- Wadukajji
- Harapan Makmur
Tabel Lampiran 1c. Keragaan Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
NTB Tahun 2007
P3A Kategori/Status
NoKabupaten/
KotaJml
Klp.
Jml
Anggota BB B M
P3A
Status
Bdn
Hukum
Luas
Areal
(Ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kota Mataram
Lombok Barat
LombokTengah
Lombok Timur
Sumbawa
Sumbawa Barat
Dompu
Bima
Kota Bima
13
134
229
181
227
-
74
80
-
1.226
30.686
47.342
74.960
20.132
-
6.408
21.036
-
13
72
17
71
37
-
4
10
-
0
61
116
56
187
-
69
70
-
0
1
96
54
3
-
1
0
-
13
134
229
181
227
-
74
80
-
1.527
18.494
36.763
42.845
2.530
-
9.277
16.961
-
NTB 938 201.790 224 559 155 938 128.397
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
13/16
Makalah Utama 102
Keterangan : BB = Belum Berkembang, B = Berkembang, M = Maju
Tabel Lampiran 3. Keragaan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian se-NTB
Tahun. 2007.
Jumlah BPP Jml
No
Kabupaten/
Kota
Instansi
PenyuluhanBaik Rusak Jml
BelumAda
Bangun
BPPKec
Desa
1. Kota Mataram BIPP 2 - 2 4 6 50
2. Lombok Barat KIPP 2 6 8 7 15 123
3. Lombok Tengah DINAS 9 - 9 3 12 124
4. Lombok Timur BKPPP* 10 - 10 10 20 119
5. Sumbawa Barat DINAS 4 1 5 3 8 50
6. Sumbawa KIKP3 6 9 15 7 23 152
7. Dompu KKPPP 3 2 5 3 8 69
8. Bima BKPPPP 5 6 11 7 18 168
9. Kota Bima BKPPP* 3 - 3 2 5 38
Jumlah 44 24 68 46 115 893
Ket : - *). Belum Aktif
Tabel Lampiran 3a. Keragaan Tenaga Penyuluh Pertanian se NTB Tahun 2007
No Kabupaten/Kota Jumlah Penyuluh
PNS CPNS Honorer THL Jumlah
1. Kota Mataram 25 - - 18 43
2. Lombok Barat 142 - - 14 156
3. Lombok Tengah 115 1 - 29 145
4. Lombok Timur 169 - 3 34 206
5. Sumbawa Barat 47 14 - 3 64
6. Sumbawa 108 9 - 24 141
7. Dompu 67 2 - 17 86
8. Bima 91 8 39 34 172
9. Kota Bima 25 - - 20 45
10. Provinsi 21 - - - 21
NTB 810 34 42 193 1.079
Tabel Lampiran 4. Perkembangan luas tanam dan produksi komoditi Tanaman
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
14/16
Makalah Utama 103
Pangan Propinsi NTB Tahun 2007, berdasarkan Angka
Ramalan III Daerah.
No. KomoditiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Padi
Jagung
Kedelai
Kac.Tanah
Kac.Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
355.780
50.509
61.400
26.659
27.960
7.332
1.219
327.791
40.800
55.805
24.907
44.415
7.373
1.081
45,83
27,99
12,13
12,82
9,31
117,86
114,56
1.502.720
114.202
67.682
31.941
41.331
86.899
12.384
Tabel Lampiran 5a. Sasaran Indikatif Luas Tanam Komoditi Tanaman Pangan
Melalui Program Intensifikasi dan Perluasan Areal Tanam MT
2007 / 2008 dan MT 2008 Di Provinsi. NTBNo Komoditi MT. 2007/ 2008
(Okt-Mar)
MT. 2008
(Apr-Sep)
Total
(Ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Padi
Padi sawah
Padi ladang
Jagung
Kedelai
Kc. Tanah
Kc. Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
281.936
233.643
48.293
42.362
33.689
15.341
23.741
7.348
676
75.538
75.336
-
14.183
66.603
21.210
26.898
1.248
1.746
357.474
121.351
48.293
55.545
100.292
36.551
50.639
8.632
2.422
Tabel Lampiran 5b. Sasaran Indikatif Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Tanaman Pangan Tahun 2008 di Provinsi NTB
No Komoditi Luas Panen
( Ha )
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1.
2.
3.
4.
5.6.
7.
8.
9.
Padi
Padi sawah
Padi ladang
Jagung
KedelaiKc.Tanah
Kc. Hijau
Ubi kayu
Ubi Jalar
343.196
295.039
48.158
53.412
95.98534.860
49.311
8.340
2.341
50,07
52,59
34,59
33,43
12,9013,27
8,45
116,88
115,08
1.718.274
1.551.704
166.570
178.577
123.86046.250
41.689
97.481
26.937
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
15/16
Makalah Utama 104
Tabel Lampiran 6. Keragaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) per
Kabupaten/Kota se Provinsi. NTB Tahun 2007
No Kab/Kota Sumber dana pengadaan Alsintan
SKR PKPN SPL APBN
Murni
APBN JUMLA
H
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.9.
Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Sumbawa Barat
Dompu
BimaKota Bima
0
1
7
6
3
0
5
50
2
6
26
12
6
2
28
153
0
8
12
8
24
5
18
140
0
4
1
0
2
1
1
00
0
0
0
0
1
0
0
00
2
19
46
26
36
8
52
343
NTB 27 100 89 9 1 226
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi NTB Tahun 2007
Keterangan: SKR = Second Kennedy Round
SPL = Sector Programe Loan
PKPN = Proyek Ketahanan Pangan (Gema Palagung)
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tabel Lampiran 7. Dukungan Sektor Pertanian dalam Pengembangan Kawasan
Agropolitan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Dompu Sumbawa Lotim Loteng
I. Bantuan Benih/bibit
- Mangga 10.000 16.450 Phn*) - 3.450 Phn
- Manggis - - - 4.000 Phn
- Pisang - 3.300 Phn - 3.500 Phn
- Durian - - - 4.250 Phn
- Sawo - 600 Phn - -
- Kc. Panjang 40 Kg 20 Kg - -
- Kc. Hijau - 200 Kg - -
- Cabe 950 Gr 375 Gr - -
- Tomat 950 Gr 375 Gr - -
II.
- Mesin Pembuat tahu 1 Unit - - -
- Mesin tepung beras - 2 Unit 4 Unit 1
- Alat pencetak dodol - - 1 Unit -
- Food Table Seller - - 1 Unit -
- Alat Sablon (packing) - - - -
III. - - 100 PersilSetifikasi Lahan
Bentuk DukunganNo.Lokasi Agropolitan
Bantuan Peralatan Pengolahan
Hasil
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
8/16/2019 Issengko gg4
16/16
Makalah Utama 105
Tabel Lampiran 8. Pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung agribisnis
dalam TA 2007
No.
PENGELOLAAN
LAHAN Vol
PENGELOLAAN
AIR Vol
PERLUASAN
AREAL Vol
1. Jalan Usahatani 29 kmPadat Karya Pemb.Embung
13unit
SID Pembukaanlahan utk Horti 210 ha
2. Reklamasi lahan
1200
ha Pompa air
14
unit
Konstruksi
pembukaan lahan
horti 210 ha
3.
Sertifakasi lahan
& pembinaan
5112
persil Sprinkler
8
unit
Saprodi pembukaan
lahan horti 210 ha
4.
Saprodi
optimalisasi lahan
1016
ha
Irigasi air tanah
dangkal
20
unit
5.
Saprodi reklamasi
lahan
1200
ha
Irigasi air tanah
dalam
2
unit
6.
Denfarm
Usahatani 1 giat
Usahatani konservasi
TPH
10
unit
7.
Konservasi
Usahatani TPH 1 unit
Pembangunan
embung
13
unit
8.
Pemb/rehab
jar.irigasi/JUT/gorong
3
unit
9. Pemb. Check Dam
1
unit
Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008