JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
1
Abstrak — Stadion Surajaya Kabupaten Lamongan saat ini
masih menggunakan sistem drainase atas permukaan dengan
permukaan lapangan yang tidak rata, sehingga ketika hujan
tiba air tidak dapat mengalir yang menyebabkan terjadinya
genangan di permukaan lapangan sepakbola. Untuk mengatasi
masalah drainase yang sudah tidak memungkinkan, maka
direncanakan sistem drainase bawah permukaan (Sub Surface
Drainage ).
Dalam perencanaan drainase dengan sistem Sub Surface
dilakukan analisa tanah, analisa hidrologi, dan analisa
hidrolika. Analisa tanah diperlukan untuk menentukan
koefisien permeabilita serta laju infiltrasi tanah. Analisa
hidrologi untuk mendapatkan debit saluran rencana, serta
analisa hidrolika untuk menentukan jarak, kapasitas, dan
dimensi pipa drain.
Dari hasil perencanaan sistem drainase Sub Surface,
diperoleh hasil untuk pipa drain sejarak 2 m dengan diameter
10 cm dengan pola penyusunan pipa drain adalah tipe sayap
sejajar
Kata Kunci — Drainase, Hujan, Pipa Drain
I. PENDAHULUAN
TADION Surajaya merupakan salah satu stadion
sepakbola bertaraf nasional yang berada di Kabupaten
Lamongan. Tentu diharapkan, stadion yang menjadi home
base klub sepakbola Persela Lamongan ini bisa menjadi
kebanggaan dan memberikan prestasi bagi kabupaten
Lamongan.
Kelangsungan aktifitas di dalam stadion terutama
pertandingan sepakbola salah satunya bergantung pada
sistem drainase yang ada. Sistem drainase di stadion Surajaya
yang tidak memadai menyebabkan air hujan yang turun tidak
dapat dialirkan dengan baik dan lancar, sehingga terjadi
genangan air yang tinggi dan lama surutnya. Akibatnya,
beberapa pertandingan sepakbola yang seharusnya dapat
dilaksanakan menjadi tertunda. Hal ini beimbas pada
berkurangnya pendapatan stadion yang diperoleh dari
dilangsungkannya suatu pertandingan sepakbola.
Sistem drainase yang saat ini digunakan di stadion
Surajaya adalah sistem surface drainage. Prinsip sistem
drainase ini, air hujan yang masuk ke dalam stadion
disalurkan dan dibuang ke dalam saluran-saluran yang berada
di samping lapangan yang kemudian diteruskan ke saluran
pembuang. Namun ketika musim penghujan dalam beberapa
tahun terakhir lapangan sepakbola di dalam stadion sering
terendam air. Kondisi lapangan yang bergelombang
menyebabkan air hujan tidak segera mengalir ke saluran di
sisi lapangan. Selain itu, kondisi jenuh pada tanah akibat
ketidakseimbangan antara inflow (aliran masuk) dan outflow
(aliran keluar) juga menyebabkan genangan di lapangan.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah drainase
lapangan Stadion Surajaya yang sudah tidak memungkinkan
lagi yaitu dengan merencanakan drainase sistem sub surface
drainage. Prinsip dari sistem drainase ini adalah mengalirkan
air ke bawah. Air hujan yang ada di lapangan akan merembes
ke dalam tanah dengan permeabilitas tertentu kemudian
disalurkan melalui pipa-pipa yang berada di bawah lapangan
ke saluran pembuang. Jadi keseimbangan antara inflow dan
outflow dapat dicapai.
Lingkup sistem sub surface drainage antara lain meliputi
perencanaan ukuran atau dimensi pipa-pipa drain yang
dibutuhkan. Secara umum, beberapa fungsi dari sistem sub
surface drainage untuk lapangan sepakbola stadion Surajaya
adalah mengumpulkan dan mengalirkan air dari dalam
stadion ke saluran pembuang agar tidak terjadi genangan air,
dan menurunkan muka air tanah sehingga kondisi tanah tidak
jenuh air.
II. URAIAN PENELITIAN
1. Studi Literatur
Melakukan studi literatur, termasuk review studi
yang telah dilakukan untuk memperoleh informasi
secara lebih detail terhadap objek studi.
2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan
perencanaan drainase stadion Surajaya yang meliputi:
Data Hujan
Data curan hujan yang digunakan berupa curah
hujan harian, data ini diperoleh dari Dinas PU
Pengairan Jawa Timur. Curah hujan digunakan
untuk tinggi hujan rencana dan intesitas hujan dalam
perhiutungan analisa hidrologi dimana untuk
periode ulangnya digunakan periode ulang 10
tahunan.
Data Lay-Out Stadion
Data Lay-Out stadion ini didapat dari Dinas PU
Cipta Karya Kabupaten Lamongan untuk
merencanakan jaringan drainase yang akan melayani
kawasan Stadion Surajaya Kabupaten Lamongan.
Perencanaan Drainase
Kawasan Stadion Surajaya
Kabupaten Lamongan
Brani Bijaksono, Umboro Lasminto,ST. MSc. Dr. Techn
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
S
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
2
Peta Tata Guna Lahan
Peta tata guna lahan ini didapat dari BAPPEDA
pemerintah kabupaten Lamongan dimana peta ini
digunakan untuk mengetahui penggunaan lahan
yang ada di Kabupaten Lamongan sehingga dapat
menentukan banyaknya air yang mampu diserap
oleh tanah. Dalam perhitungan analisa hidrologi
digunakan untuk mengetahui koefisien pengaliran
(C).
3. Tahap analisa
Untuk mengetahui permasalahan dan perencanaan
sistem drainase perlu dilakukan analisa meliputi :
a. Analisa Tanah
Menentukan porositas, permeabilitas, serta laju
infiltrasi tanah.
b. Analisa Hidrologi
Menghitung debit banjir dengan menggunakan
data hujan harian maksimum dari Dinas
Pengairan.
c. Analisa Hidrolika
Analisa kapasitas saluran berdasarkan debit
saluran yang direncanakan.
Menentukan dimensi saluran dengan
memperhatikan debit maksimum yang terjadi
Melakukan analisa profil muka air pada saluran
yang direncanakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisa Tanah
3.1.1. Porositas Tanah
Tabel 3.1. Harga Angka Pori e
Tipe tanah Angka
Pori
Pasir lepas dengan butiran seragam
(loose uniform sand)
0,8
Pasir padat dengan butiran seragam
(dense uniform sand)
0,45
Pasir berlanau yang lepas dengan butiran
bersudut (loose angular-grained silty sand)
0,65
Pasir berlanau yang padat dengan butiran
bersudut (dense angular-grained silty sand)
0,4
Lempung kaku (stiff clay) 0,6
Lempung lembek (soft clay) 0,9-1,4
Tanah (loess) 0,9
Lempung organik lembek (soft organic
clay)
2,5-3,2
Glacial till 0,3
*) sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah
Pada permukaan lapangan sepakbola digunakan jenis tipe
pasir padat dengan butiran seragam, maka diambil harga
angka pori (e) = 0,45 , sehingga porositas (ne) dapat dicari
dengan menggunakan rumus :
e
ene
1 45.01
45.0
= 0,31
3.1.2. Koefisien Permeabilitas Tanah
Perhitungan penentuan harga koefisien permeabilitas tanah :
Q = k. i. A
Atau ixA
Qk
dimana :
Q = Debit (discharge per unit time)
k = Koefisien permeabilitas (Coefficient of
permeability)
I = miring hidrolis (hydraulic gradient)
= L
hh
asanl
headselisih 21
int
A = luas bidang masa tanah tegak lurus arah
aliran.
Namun untuk penentuan secara kasar koefisien
permeabilitas material dapat menggunakan tabel 4.2 di bawah
ini :
Tabel 3.2. Perkiraan Harga k
Jenis tanah Harga k
(mm/jam)
Coarse gravely sand 10 – 50
Medium sand 1 – 5
Sandy loam/ fine sand 1 – 3
Loam/ clay loam/ clay well structured 0.5 – 2
Very fine sandy loam 0.2 – 0.5
Clay loam/ clay, poorly structured 0.02 – 0.2
No biopores < 0.002
*) sumber : Masduki, Drainase Perkotaan
Pada permukaan lapangan sepakbola digunakan jenis tanah
coarse gravely sand, maka koefisien permeabilitas diambil
harga k = 50 mm/jam
3.1.3. Laju Infiltrasi Tanah
Tabel. 3.3. Laju Infiltrasi
Jenis tanah Total infiltrasi
(mm)
Laju
infiltrasi
(mm/jam)
Coarse textured soil 150 – 300 50 – 100
Medium textured soil 30 – 100 10 – 50
Fine textured soil 30 - 70 1 - 10
*) sumber : Masduki, Drainase Perkotaan
Pada permukaan lapangan sepakbola digunakan jenis
tanah coarse textured soil, maka laju infiltrasi diambil harga v
= 100 mm/jam
3.2. Analisa Hidrologi
3.2.1. Analisa Curah Hujan Rata-Rata
Data yang digunakan adalah data hujan selama 10 tahun
mulai tahun 2001 hingga tahun 2010.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
3
Tabel 3.4. Data curah hujan harian maksimum Stasiun
Lamongan
*) Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Surabaya.
3.2.2. Analisa Curah Hujan Maksimum Harian
Rencana
Dalam pengerjaan tugas akhir ini, analisa curah hujan
maksimum harian rencana menggunakan metode Gumbel dan
metode Log Pearson Tipe III kemudia di ambil hasil yang
rasional.
1. Metode Gumbel, langkah-langkah perhitungan sebagai
berikut :
a. Menyusun data curah hujan harian Stasiun Lamongan
dari yang terbesar ke yang terkecil. Adapun curah
hujan yang terbesar terjadi pada tahun 2002 yaitu
tercatat 129 mm dan curah hujan terkecil terjadi pada
tahun 2008 sebesar 50 mm. (tabel 3.5. kolom 3 )
b. Menghitung harga rata-rata curah hujan ( ) (kolom
3.5. kolom 4)
c. Menghitung kuadrat dari selisih curah hujan dengan
curah hujan rata-rata (x- )2. (tabel 3.5. kolom 5).
Tabel 3.5. Perhitungan Tinggi Hujan Rencana Metode
Gumbel
*) sumber : Hasil Perhitungan
d. Menghitung harga standart deviasi data hujan :
N = 10 tahun
= 83.2 mm
σ = = = 28.82
e. Menghitung nilai standart deviasi reduced variated:
Sn = = = 0.9496
f. Menghitung harga YT (dengan T = 2, 5, 10) :
YT = -ln.ln = -ln.ln = 0.3665
YT = -ln.ln = -ln.ln = 1.4999
YT = -ln.ln = -ln.ln = 2.2504
g. Menghitung K (dengan periode ulang 2, 5, 10 ) :
K = = = -0.1355
K = = = 1.0580
K = = = 1.8483
h. Menghitung hujan rencana periode ulang 2, 5, 10 :
XT = + σ.K
X2 = 83.2 + 28.82 ( -0.1355)
= 79.29 mm
X5 = 83.2 + 28.82 ( 1.0580)
= 113.69 mm
X10 = 83.2 + 28.82 ( 1.8483)
= 136.47 mm
2. Metode Log Pearson Tipe III, langkah-langkah
perhitungan sebagai berikut :
a. Menyusun data curah hujan Stasiun Lamongan dari
yang terbesar ke yang terkecil. Adapun curah hujan
yang terbesar terjadi pada tahun 2002 yaitu tercatat
129 mm dan curah hujan terkecil terjadi pada tahun
2008 sebesar 50 mm. (tabel 5.2. kolom 3 )
b. Merubah sejumlah n data curah hujan
(R1,R2,R3,….Rn) ke dalam bentuk logaritma,
sehingga menjadi log R1, log R2, log R3, ….log Rn.
Kemudian dinyatakan sebagai : xi = log Ri .(Tabel 3.6
kolom 4)
c. Menghitung besarnya harga rata-rata besaran
logaritma tersebut dengan persamaan :
= (Tabel 3.6 kolom 5)
d. Mengitung besarnya harga deviasi rata-rata dari
besaran log tersebut, dengan persamaan :
Sd = = = 0.1456
e. Mengitung harga skew coefficient (koefisien asimetri)
dari besaran logaritma di atas dengan persamaan :
Cs =
Cs = = 0.3708
f. Berdasarkan harga skew coefficient yang diperoleh
dan harga periode ulang (T) yang ditentukan,
selanjutnya dapat dihitung harga dari Kx dengan
menggunakan tabel 3.8
g. Menghitung besarnya harga logaritma dari masing-
masing data curah hujan untuk suatu periode ulang
tertentu dengan persamaan :
xT= + Kx.Sd (Tabel 3.8. kolom 5)
h. Perkiraan harga hujan harian maksimum :
RT = antilog xT (mm/24 jam). (Tabel 3.8. kolom 6)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
4
Tabel 3.6. Perhitungan Tinggi Hujan Rencana Metode Log
Pearson III
*) sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 3.7 Nilai K Log Pearson Tipe III
2 5 10
3 -0.36 0.42 1.1800
2.5 -0.36 0.518 1.2500
2.2 -0.33 0.574 1.2840
2 -0.307 0.609 1.3020
1.8 -0.282 0.643 1.3180
1.6 -0.254 0.675 1.3290
1.4 -0.225 0.705 1.3370
1.2 -0.195 0.732 1.3400
1 -0.164 0.758 1.3400
0.9 -0.148 0.768 1.3390
0.8 -0.132 0.78 1.3360
0.7 -0.116 0.79 1.3330
0.6 -0.099 0.8 1.3280
0.5 -0.083 0.808 1.3230
0.4 -0.066 0.816 1.3170
0.3708 -0.055 0.822 1.3113
0.3 -0.05 0.824 1.3090
0.2 -0.033 0.83 1.3010
0.1 -0.017 0.836 1.2920
TahunCs
*) Sumber : Hidrologi jilid I, Soewarno, hal 219
Tabel 3.8. Curah Hujan Periode Ulang
*) sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 3.9. Hasil Analisa Curah Hujan Rencana
Metode R2 R5 R10
Gumbel 79.29 113.69 136.47
Log Pearson Tipe III 77.58 104.07 122.64
*) sumber : Hasil Perhitungan
3.2.3. Uji Kecocokan
Untuk menentukan kecocokan (The Goodness of Fit Test)
distribusi dari sample data terhadap fungsi distribusi peluang
yang diperkirakan dapat menggambarkan/mewakili distribusi
frekwensi tersebut diperlukan pengujian parameter.
Pengujian parameter yang akan disajikan adalah :
- Uji Chi-Kuadrat (Chi-Square)
- Smirnov – Kolmogorov
Tabel 3.10. Kesimpulan Hasil Uji Kecocokan Chi-Kuadrat
dan Smirnov Kolmogorov
*) sumber : Hasil Perhitungan
3.2.4. Analisa Debit Banjir Rencana
3.2.4.1. Metode Rasional
Dengan dasar pemikiran bahwa apabila air hujan jatuh
dengan jumlah per satuan waktu yang tetap pada suatu
permukaan kedap air, maka laju limpasan dari permukaan
tanah akan sama dengan laju curah hujan. Untuk menghitung
debit banjir di kawasan stadion dengan luas kurang dari 150
ha maka dipakai Metode Rasional, yaitu :
Q =
Dimana :
Q = debit banjir (m3/detik)
C = koefisien pengaliran
I = intesitas hujan untuk periode ulang tertentu (mm/jam)
A = area yang akan dipatuskan (km2)
3.2.4.2. Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi (tc) adalah lamanya air yang mengalir
sepanjang saluran dari hulu saluran sampai di hilir saluran.
tc = to+ tf
dimana :
to = waktu yang dibutuhkan untuk mengalir di permukaan
untuk mencapai inlet (overland flow time, inlet time).
tf = waktu yang diperlukan untuk mengalir di sepanjang
saluran
a. Perumusan untuk menghitung to:
Rumus Kerby (1959)
to = 1,44 x
dimana :
l = jarak titik terjauh ke inlet (m)
nd = koefisien setara koefisien kekasaran
s = kemiringan medan
b. Perhitungan tf :
saluran
saluran
fV
Lt
dimana :
tf = waktu konsentrasi di saluran (menit)
Lsaluran = panjang saluran (m)
vsaluran = kecepatan aliran di saluran (m/dt)
3.2.4.3. Intensitas Hujan (I)
Untuk menghitung intensitas curah hujan digunakan
Rumus Mononobe :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
5
Rumus Mononobe : 3/2
24 24
24 t
RI
Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = waktu konsentrasi (jam)
3.2.4.4. Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien C untuk suatu wilayah permukiman dimana jenis
permukaannya lebih dari satu macam, diambil harga rata-
ratanya dengan rumus seperti dibawah ini :
Crata-rata = A
CiAi
dimana :
Ci = Koefisien pengaliran untuk bagian daerah yang ditinjau
dengan satu jenis permukaan.
Ai = Luas bagian daerah
3.3. Analisa Hidrolika
3.3.1. Sub Surface Drainage
3.3.1.1. Jarak Pipa Drain
Pandang suatu sistem drainase dimana jarak antara pipa L
meter, diatas impervious layer setinggi a. dan b adalah
ketinggian maksimum water table diatas impervious layer.
Hukum Darcy :
Qy = K.y. dx
dy
Dimana :
Qy = debit yang melewati penampang y. per unit panjang.
Gambar 3.1. Sket definisi penentuan jarak pipa drain
Data-data perencanaan :
- Jarak impervious layer terhadap permukaan tanah = 5 m
- Kedalaman pipa dari permukaan tanah = 0.8 m
- Koefisien permeabilitas tanah K = 50 mm/jam
- Laju infiltrasi tanah v = 100 mm/jam
- Selisih muka air tanah maksimum = 0.3 m
Dengan menggunakan rumus Dupuit :
K = 5 cm/jam :
v = 10 cm/jam
a = 5 – 0.8 = 4.2 m
b = 4.2 + 0.3 = 4.5 m
L = 2 ²² abv
K = 2 ²2.4²5.4
10
5= 2.28 m
Jadi, jarak antar pipa drain dipakai 2 m
3.3.1.2. Kapasitas Pipa Drain
Gambar 3.2. Sket definisi penentuan kemampuan pipa
Daya resap tanah :
q1 = n.Vi = laju infiltrasi (mm/hari).
Vi = kecepatan resap (mm/hari), searah S
n = porositas
Data – data dari perancanaan :
- Kedalaman pipa = 0.8 m
- Jarak antar pipa drain = 2 m
- Panjang pipa drain = 41 m
- Laju infiltrasi tanah = 100 mm/jam
- Porositas tanah = 0.31
Penentuan kapasitas pipa drain :
H = 0.8 m
q1 = 100 mm/jam,
n = 0.31
Kecepatan resap :
Vi = n
q1
=
31.0
100= 322.58 mm/jam
h = 0.8 m = 800 mm
L = 2 m
P = 41 m
tanL
H
5.0 25.0
8.0
x
= 0.8
= 38.660
Sin2
= 0.39
Debit yang dialirkan oleh pipa untuk setiap satuan luas
permukaan tanah :
q = 4/5.n.Vi. sin²α.
= 4/5 x 0.31 x 322.58 x 0.39
= 31.22 x 2.784
= 86.916 l/dt.ha
Untuk panjang pipa 41 m dengan jarak pipa 2 m, debit
yang dialirkan adalah :
Q = q.L.P
= 86.916 x 2 x 41 x 10000
1
= 0.713 l/dt
Jadi, kapasitas pipa drain subsurface drainage di lapangan
sepakbola adalah 0.713 l/dt.
3.3.1.3. Diameter Pipa Drain
Dari hasil perhitungan dan grafik dan gambar Elemen
Hidrolik saluran penampang pipa diperoleh :
4.
5.
6.
Gambar 3.3. Penampang lingkaran pipa drain
Penyelesaian dengan menggunakan grafik Elemen Hidrolik
(terdapat dalam lampiran) :
D
d= 0.5
Q
q = 0.5
5.0
3713.0
5.0
EQ
qQ = 1.426E – 3 m3/dt
Permukaan
x
y b a L
Lap. Kedap air
L
S S
Vi Sin Vi Sin Vi
H
D
d
Q = 0.713 103 m
3/dt
d/D = 0.5
n = 0.013 (Tabel 2.3)
S = 0.003
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
6
D
D
P
AR
24/1= 1/4D
22/13/24/14/1
1. DSD
nAVQ
=
22/13/24/1003.04/1
013.0
1DD
= 1.313 D8/3
8/3
313.1
3426.1 ED = 0.077 m ≈ 0.10 m
Jadi, Diameter pipa drain di lapangan sepakbola dipakai 10
cm
3.3.1.4. Profil Muka Air
Berikut hasil analisa muka air di saluran utama :
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil berbagai analisa dan perencanaan drainase yang
telah dilakukan di kawasan Stadion Surajaya Kabupaten
Lamongan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya
genangan di wilayah studi, antara lain :
- Kondisi permukaan lapangan sepakbola yang
bergelombang menyebabkan air di atas lapangan sulit
untuk mengalir ke saluran di samping lapangan dan
sebagian tertahan di atas lapangan sepakbola.
- Ketidakseimbangan antara inflow dan outflow
menyebabkan kondisi jenuh pada tanah, sehingga air
akan sulit untuk meresap ke dalam tanah.
2. Dengan mengacu pada faktor di atas, maka sistem
dranase eksisting pada lapangan sepakbola yaitu
Surface Drainage, perlu diterapkan sistem Subsurface
Drainage.
3. Dari perencanaan Sub Surface Drainage pada lapangan
sepakbola, diperoleh hasil sebagai berikut :
- Lapisan drain setebal 0.8 m dengan jenis tanah Coarse
Gravely Sand dengan laju infiltrasi sebesar 100
mm/jam.
- Pipa drain dengan jarak antar pipa 2 m dengan
diameter 10 cm.
Saran
Beberapa saran dalam pengerjaan sistem Sub Surface
Drainage adalah :
1. Sebaiknya dilakukan tes laboratorium untuk
menentukan jenis tanah yang digunakan pada lokasi
studi.
2. Sebaiknya dilakukan pengukuran supaya dapat
mengetahui apakah gambar eksisting sesuai dengan
kondisi saat ini atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anggrahini, Hidrolika Saluran Terbuka, CV Citra
Media, Surabaya, 1996
[2] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lamongan,
Laporan Akhir Sementara, Master Plan Jaringan
Drainase Di Wilayah Kota Lamongan, Kabupaten
Lamongan, 1999
[3] Cedergren, Harry R., Drainage of Highway and Airfield
Pavements, John Wiley & Sons, 1974, New York.
[4] Chow, Ven Te, Handbook of Applied Hydrology,
McGraw-Hill, New York, NY, 1964
[5] Das, Braja M, Mekanika Tanah, Jilid 1, Erlangga,
Jakarta, 1985.
[6] Fair, M.Gordon, Geyer, John C, Okun, Daniel A, Water
and Wastewater Engineering, Volume 1, John Wiley and
Sons, Inc, New York, 1966
[7] Horonjeff, Robert dan Mc Kelvey, Francis X, Planning
and Design of Airports, Third edition, McGraw-Hill
inc., 1983
[8] Linsley, R.K., et al., Applied Hydrology, Tata McGraw-
Hill, New Delhi, 1975
[9] Soewarno, Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk
Analisa Data, NOVA, Bandung, 1995.
[10] Subramanya, Engineering Hydrology, Tata McGraw-
Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1988
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
7
LAMPIRAN
US
Skema jaringan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8
8
Elemen hidrolik saluran penampang lingkaran/pipa