Transcript

1

STUDI PEMANFAATAN ENERGI LISTRIK TENAGA ARUS LAUT DI SELAT ALAS

KABUPATEN LOMBOK, NTB

Asruldin Azis - 2203100109

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak

Listrik merupakan kebutuhan pokok masyarakat

dan menjadi penunjang di segala aspek kehidupan dan

pembangunan nasional, termasuk peningkatan taraf

hidup bangsa Indonesia. Dari tahun ke tahun kebutuhan

energi listrik juga semakin meningkat pesat. Namun

ketersediaan energi listrik untuk kebutuhan nasional

belum mencukupi seperti dengan adanya pemadaman

bergilir di beberapa daerah di Indonesia.

Pembangkit energi listrik yang menggunakan

BBM (Bahan Bakar Minyak) dirasa sudah tidak

ekonomis lagi dikarenakan persediaan bahan bakar

fosil sudah menipis disertai dengan fluktuasi harga

yang cenderung meningkat serta transportasi yang jauh

ke tempat pembangkitan, sehingga dibutuhkan

alternatif lain sebagai tenaga pembangkitan listrik.

Seperti arus laut yang memiliki potensi besar di

Indonesia karena memiliki banyak pulau dengan

potensi arus laut yang besar seperti di Selat Alas,

Kabupaten Lombok Timur NTB.

Untuk itu dalam tugas akhir ini mengadakan studi

analisis pembangunan pembangkit listrik tenaga arus

laut di sebelah timur pulau Lombok dari segi teknis dan

ekonomis untuk pemenuhan kelistrikan di daerah

tersebut dengan menggunakan parameter potensi

gelombang laut, ekonomi, dan lingkungan. Diharapkan

dari penelitian ini dapat mengatasi krisis

ketenagalistrikan di Pulau Lombok dan Indonesia pada

umumnya.

Kata kunci: energi alternatif, arus laut

1. PENDAHULUAN

Peran penting energi terutama energi listrik sangat

dibutuhkan dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi

dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan di

Indonesia serta merupakan pendukung keberhasilan

ekonomi Nasional. Konsumsi energi final relatif tinggi

dengan pertumbuhan rata-rata 7% pertahun dengan

data daftar tunggu untuk menjadi pelanggan PLN

sekitar 1.162.419 pelanggan dengan kebutuhan daya

sekitar 2.725.705,08 kVA. Sehingga dibutuhkan akses

energi yang handal dan terjangkau merupakan

prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup

masyarakat sejalan dengan pembangunan di bidang

teknologi, ekonomi, industri, informasi, dan segala

aspek kehidupan lainnya.

PT. PLN (Persero) menjadi lembaga pemerintah

dalam penyediaan kelistrikan nasional belum mampu

menyediakan energi listrik seiring pesatnya kebutuhan

listrik di masyarakat. Terutama di daerah-daerah

seperti di Nusa Tenggara Barat. Belum lagi

pembangkit listrik yang banyak digunakan di Indonesia

sangat mengandalkan pemanfaatan Bahan Bakar

Minyak (BBM) atau minyak bumi sebagai salah satu

sumber energi untuk menghasilkan listrik.

Di sisi lain, Indonesia merupakan negara

kepulauan yang berada di garis khatulistiwa

mempunyai potensi sumber-sumber energi baru

terbarukan yang melimpah sekitar 1,2 x 109 MW

sedangkan yang termanfaatkan masih sangat kecil,

sekitar 4679,37 MW atau 3,88 x 10-4

% dari total

potensi tersebut. Sehingga dimungkinkan untuk

peningkatan pemanfaatkan sumber energi yang murah,

ramah lingkungan dan terbarukan. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu sistem pembangkit yang efisien,

mudah pendistribusiannya dan ramah lingkungan di

masing-masing daerah di Indonesia dan menggalakkan

pemanfaatan sumber energi lain selain bahan bakar

minyak untuk proses pembangkitan seperti air,

batubara, maupun arus laut di wilayah kepulauan.

Dengan mengkaji pemanfaatan penggunaan

arus laut sebagai tenaga pembangkitan energi listrik di

sebelah timur Pulau Lombok di Selat Alas Kabupaten

Lombok Timur diharapkan menjadi penyelesaian

permasalahan kelistrikan di wilayah tersebut dan

Indonesia pada umumnya dapat teratasi dengan baik.

2. PERENCANAAN PEMBANGKIT TENAGA

LISTRIK ENERGI ARUS LAUT DI PULAU

LOMBOK

Arus laut adalah gerakan massa air laut yang

berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Arus di

permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin,

sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh

perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di

permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan

pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat

terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi

samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan

pesisir (coastal currents).

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut termasuk

dalam Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut karena

derasnya arus dan tingginya gelombang dipengaruhi

oleh interaksi bulan-bumi. Mekanisme kerja

pembangkit ini tidak jauh berbeda dengan pembangkit

listrik tipe lainnya.

2.1. Prinsip Kerja

Teknologi Marine Current Turbine (MCT)

bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang

dibenamkan di bawah laut. Kincir memutar rotor yang

menggerakkan generator yang terhubung kepada

sebuah kotak gir (gearbox). Kincir tersebut

dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang

horisontal dari sebuah barang silinder yang diborkan ke

dasar laut. Turbin tersebut akan menghasilkan 750-

1500 KW per unitnya, dan dapat disusun dalam

barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit

listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk hidup

lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor

diatur 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja,

kecepatan baling-baling kapal laut berkisar hingga

sepuluh kalinya).

Gambar 1. Teknologi Marine Current Turbine

Daya keluaran dari pembangkit listrik arus laut

dapat diperoleh melalui persamaan berikut :

(2.1)

dengan :

P = daya output (watt)

= berat jenis air = 1025 kg/m3

A = luas permukaan turbin (m2)

V = kecepatan arus (m/s)

Dengan mempertimbangkan bahwa pembangkit energi

arus laut memiliki losses di turbin, maka

persamaan daya keluaran pembangkit menjadi :

(2.1)

dengan :

CP = konstanta performa turbin.

2.2. Komponen

Gambar 2. Komponen MCT

Pembangkit listrik tenaga arus laut memiliki

beberapa komponen penting antara lain :

Rotor, untuk mengkonversikan energi kinetik

terdapat dua jenis rotor (daun turbin) yang biasa

digunakan Jenis rotor yang mirip dengan kincir

angin atau cross-flow rotor atau rotor Darrieus.

Generator, dapat mengubah energi gerak menjadi

energi listrik. Generator yang digunakan oleh

pembangkit arus laut dengan teknologi MCT

adalah generator asinkron.

Gearbox, berfungsi untuk mengubah putaran

rendah pada turbin energi arus laut menjadi

putaran tinggi agar daat digunakan untuk memutar

generator.

Sistem Pengereman, digunakan untuk menjaga

putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja

pada titik aman saat terdapat arus yang besar. Alat

ini perlu dipasang karena generator memiliki titik

kerja aman dalam pengoperasiannya.

Rectifier-Inverter, untuk mengatasi naik turunnya

keluaran listrik dari generator karena naik

turunnya putaran turbin maka listrik yang

dihasilkan oleh generator harus disalurkan terlebih

dahulu ke sistem rectifier-inverter agar keluaran

tegangan dan frekuensi listriknya sama dengan

listrik yang dihasilkan PLN.

2.3. Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik

Biaya pembangkitan total tanpa biaya eksternal

merupakan penjualah dari biaya modal, biaya bahan

bakar, serta biaya operasional dan perawatan.

Atau,

2.4. Metode Regresi untuk Peramalan Beban

Metode regresi linear berganda peubah bebas

(Independent Variable), yaitu suatu peubah yang

sifatnya mempengaruhi peubah yang lain dan peubah

yang dipengaruhi disebut peubah tak bebas (Dependent

Variable), disebut tak bebas karena nilainya sangat

tergantung dari peubah bebas.

Suatu model yang mengaitkan peubah respon Y

pada suatu himpunan peubah prediktor bebas

diukur tanpa galat,

(1)

Disebut model statistik linear. Suatu anggapan umum

bahwa ;

,

Di samping itu sering dianggap bahwa distribusi

(karenanya itu juga Y) normal. Penggunaan matriks

memudahkan penentuan dan penurunan persamaan

yang terkait. Maka kita dapat menulis (untuk setiap

i=1,2,3,…,n) :

(2)

Dalam lambang matriks dapat dituliskan sebagai :

(3)

Untuk mendapatkan nilai β adalah

(4)

Dengan

β = Nilai Estimate (nilai dugaan)

3

Y = Konsumsi Energi Listrik

X = Nilai Variabel

3. NUSA TENGGARA BARAT

3.1. Letak Geografis

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beribukota

di kota Mataram, jumlah penduduk Nusa Tenggara

Barat mencapai 4.292.421 juta jiwa. NTB yang terdiri

dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas

wilayah 20.153,15 km2. Terletak antara 115 46' -

119 5' Bujur Timur dan 8 10' - 9 5' Lintang Selatan.

Gambar 3. Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat

3.2. Kondisi Sosial Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto Nusa

Tenggara Barat Menurut Lapangan Usaha atas dasar

berlaku pada tahun 2006 sebesar 28.593,61 milyar

rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 25.681,27

milyar rupiah, atau mengalami peningkatan sebesar

11,34 persen.

3.3. Data Kelistrikan NTB

Pembangunan ketenagalistrikan karena dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan secara

signifikan yang mencapai 638.037.249 juta Kwh.

Sementara yang terjual pada tahun 2006 sebesar

501.134.742 juta Kwh. Meningkat menjadi

566.233.859 juta Kwh pada tahun 2007 walaupun

belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tabel 1

Karakteristik Pelanggan PLN di Provinsi Nusa

Tenggara Barat

No Jenis

Pelanggan

Jumlah

Pelang

gan

Daya

Tersambu

ng (MVA)

Energi

Terjual

(GWh)

Pendapatan

(juta Rp.)

1 Rumah

Tangga

331.749

(91,68%)

215,63

(66,49%)

393,27

(63,25%)

204.634,05

(51,66%)

2 Industri 146 (0,04%)

9,41 (2,90%)

12,95 (2,08%)

10.538,66 (2,66%)

3 Bisnis 15.155

(4,19%)

62,43

(19,25%)

149,08

(23,98%)

136.866,92

(34,55%)

4 Sosial 11.438 (3,16%)

17,01 (5,25%)

25,17 (4,05%)

13.872,60 (3,50%)

5 Gedung

Kantor

Pemerintah

2.241

(0,62%)

11,84

(3,65%)

13,22

(2,13%)

12.389,76

(3,13%)

6 Penerangan

Jalan Umum

1.145

(0,32%)

7,96

(2,45%)

28,09

(28,09%)

17.784,70

(4,49%)

Jumlah 361.874 324,29 621,78 396.086,69

Jumlah pelanggan PLN total di Provinsi Nusa

Tenggara Barat adalah 361.874 pelanggan dengan

energi terjual sebesar 621, 78 GWh. Karakteristik dari

pelanggan PLN yang ada di Nusa Tenggara Barat dapat

dilihat pada Tabel 3.9.

Perbandingan daftar tunggu pelanggan di

Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan wilayah di

Indonesia dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel. 3.11.

Daftar Tunggu Pelanggan di NTB dan

Perbandingannya

No. Daerah Jumlah Kapasitas

Pelanggan % kVA %

1 NTB 145.646 12,53 116.105,05 4,26

2 Luar Jawa 809,233 69,62 1.387.466,35 50,90

3 Jawa 353.196 30,38 1.338.238,73 49,10

4 Indonesia 1.162.419 100 2.725.705,08 100

3.4. Kabupaten Lombok Timur

Letak Geografis

Kabupaten Lombok Timur beribukota Selong

adalah salah satu kabupaten diantara 9 Kabupaten/Kota

di Propinsi Nusa Tenggara Barat, berada di sebelah

timur Pulau Lombok. Terletak antara 116º-117 º Bujur

Timur dan 8º-9º Lintang Selatan.

Gambar 4. Peta Kabupaten Lombok Timur

Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur

adalah 2.679,88 km2 terdiri atas daratan dan lautan.

Daratan seluas 1.605,55 km2 (59,91 %) dan lautan

seluas 1.074,33 km2 (40,09 %). Luas daratan

Kabupaten Lombok mencakup 33,88 persen dari luas

Pulau Lombok atau 7,97 persen dari luas daratan

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah penduduk

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 adalah

1.081.630 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk

1,33 % per tahun.

Kondisi Sosial Ekonomi

Nilai PDRB yang telah dicapai Lombok

Timur meningkat dengan baik yang dinilai atas dasar

harga berlaku (currents) maupun atas penilaian dengan

harga pada tahun dasar 2000 (harga konstan). Nilai

PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 telah

mencapai 4.326,2 Milyar Rupiah, mengalami

perkembangan 13,56 persen dibanding tahun 2006

yang mencapai 3.809,8 Milyar Rupiah. Sementara nilai

PDRB atas dasar harga konstan 2000, pada tahun 2007

telah mencapai 2.536,1 Milyar Rupiah atau mengalami

pertumbuhan sebesar 5,09 persen dibanding tahun 2006

yang mencapai nilai 2.413,3 Milyar rupiah.

3.5. Data Kelistrikan Kabupaten Lombok Timur

Data produksi listrik PLN selama lima tahun

terakhir meningkat dengan persentase kenaikan rata-

rata per tahun sekitar 17,44 persen. Produksi tahun

2008 adalah 119.359,470 kWh meningkat 44,20 persen

dibanding produksi tahun 2007. Peningkatan yang

cukup taham juga terjadi pada nilai jual yang sejak

tahun 2003 mengalami peningkatan rata-rata sebesar

24,40 persen per tahun. Persentasi kenaikan nilai jual

pada tahun 2008 adalah sebesar 31,07 persen dibanding

tahun 2007.\

Tabel 3.15.

Daya Terpasang, Penjualan dan Pelanggan PT PLN

(persero) Wilayah XI Ranting Selong Tahun 2008

Tahun

Daya

Terp-

sang

(kW)

Daya

Mam-

pu

(kW)

Daya

Tersam-

bung

(kW)

kWh

Terima kWh Jual

Nilai

Jual

(Ribu

Rp)

Jumlah

Pelanggan

2003 27.700 16.500 24.818.514 52.769.330 42.921.221 19.255 43.643

2004 32.972 21.275 25.504.088 1.928.000 46.351.396 22.611 43.818

2005 33.472 27.800 26.697.784 4.485.204 48.122.262 23.688 44.325

2006 33.932 27.450 33.885.560 13.122.160 68.462.073 36.523 44.535

2007 32.972 22.158 35.401.171 82.771.679 82.771.679 41.842 45.257

2008 27.972 21.874 37.322.068 96.731.028 96.771.679 54.843 45.942

Jumlah Pelanggan PLN di Rating Selong yang

mencakup wilayah Kabupaten Lombok Timur untuk

tahun 2008 adalah 48.942 pelanggan dengan jumlah

daya listrik yang terjual sebesar 96.771.679 kWh.

4. ANALISIS PEMBANGUNAN PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA ARUS LAUT DI SELAT

ALAS, LOMBOK TIMUR, NTB

4.1. Kondisi Eksisting Kelistrikan di Provinsi Nusa

Tenggara Barat

Pembangkit tenaga listrik di Nusa Tenggara

Barat masih 99% dari Pembangkit Listrik Tenaga

Diesel (PLTD) dengan menggunakan BBM sebagai

bahan bakar pembangkitnya. Sistem pembangkitan

kelistrikan di Nusa Tenggara Barat dibagi 3 yaitu

Sistem Lombok, Sistem Sumbawa, dan Sistem Bima.

Berdasarkan data statistik PLN 2008,

kapasitas daya yang terpasang 139,78 MW dengan

persentase hanya 0,55% dari total daya terpasang di

Indonesia. Sedang daya mampu di NTB adalah 98,36

MW atau dengan persentase 0,46% dari total daya

mampu se Indonesia. Rincian dari kapasitas daya

pembangkit di Nusa Tenggara Barat dan

perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Neraca Daya di Nusa Tenggara Barat dan

Perbandingannya

No. Daerah

Daya

Terpasang

(MW)

Daya

Mampu

(MW)

Beban

Puncak

(MW)

1 Jawa 18.534,27 (72,42%)

16.540,62 (76,65%)

16.307,21 (77,21%)

2 Luar

Jawa

7.059,65

(27,58%)

5.039,74

(23,35%)

4.812,86

(22,79%)

3 NTB 139,78 (0,55%)

98,36 (0,46%)

93,04 (0,44%)

4 Indonesia 25.593,92

(100,00%)

21.580,36

(100,00%)

21.120,07

(100,00%)

Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali

Tabel 3.

Rasio Elektrifikasi dan Energi Nusa Tenggara Barat

dengan perbandingannya Satuan

PLN

Pendu-

duk

(x1000)

Rumah

Tangga

(x1000)

Pelanggan

Rumah

Tangga

Rasio

Elektrifikasi

kWh

jual/ka

pita

NTB 4.363,8 1.135,9 331.749 29,21 % 142,49

Luar Jawa 95.666,7 22710,0 12.307.677 54,19 % 321,90

Jawa 132.856,6 35.006,1 23.717.394 67,75 % 739,32

Indonesia 228.523,3 57.716,1 36.025.071 62,42 % 564,58

Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali

Tabel 3. tersebut dapat diketahui bahwa

kondisi kelistrikan di Nusa Tenggara Barat dengan

rasio elektrifikasi hanya 29,21% masih sangat jauh dari

rasio elektrifikasi kondisi di Luar Jawa yang sebesar

54,91%. Pemadaman bergilir dan daerah masih banyak

yang belum teraliri listrik menjadi salah satu

penyebabnya.

Pembangkit di NTB didominasi oleh

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan

jumlah 140 buah berdasarkan data Statistik PLN 2008,

dengan daya terpasang 139,18 MW dan daya mampu

sebesar 98,36 MW, sangat jauh dibanding dengan

statistik Luar Jawa dan Indonesia.

Tabel 4

Pembangkit Eksisting di Nusa Tenggara Barat dan

Perbandingannya N

o.

Jenis Pembangkit Jumlah

Pembang

kit

Daya

Terpasang

(MW)

Daya

Mampu

(MW)

1. Nusa Tenggara Barat 1. PLTD

2. PLTMG

140

139,18

0,60

98,36

0,00

2. Luar Jawa 4.733 7.059,65 5.039,74

3 Jawa 273 16.534,27 16.540,62

4 Indonesia 5.006 25.593,92 21.580,36

Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali

Tabel 5.

Pemakaian Bahan Bakar di Nusa Tenggara Barat dan

Perbandingannya

No Daerah

Bahan Bahar

Minyak

(kiloliter)

Batubara

(ton)

Gas Alam

(ton)

1 Jawa 7.063.156,89 18.330.133,89 148.622,25

2 Luar Jawa 4.257.332,39 2.669.387,26 33.038,78

3 NTB 191.754,17 - -

4 Indonesia 11.320.489,28 20.999.521,15 181.661,42

Sumber : Statistik PLN 2008, data diolah kembali

5

Pembangkit listrik di Nusa Tenggara Barat

memanfaatkan PLTD sehingga 99 % menggunakan

bahan bakar untuk menjalankan pembangkitnya.

Berikut daftar pemakaian bahan bakar dan satuan harga

bahan bakar untuk NTB dengan perbandingannya.

4.2. Peramalan Beban dengan Metode Regresi

Linear Berganda

Perhitungan perkiraan beban dilakukan

dengan menggunakan data yang berasal dari wilayah

kelistrikan Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok,

Nusa Tenggara Barat. Data yang dipakai merupakan

data dalam kurun waktu 10 tahunan mulai tahun 1999-

2008 dengan hasil perhitungan merupakan perkiraan

beban untuk jangka panjang sampai 2023.

Untuk mendapatkan prediksi energi yang

terjual untuk masa depan di Kabupaten Lombok Timur

dengan memasukkan variabel-variabel yang ada di

Tabel 6

Tabel 6

Data input Energi Terjual, Jumlah Pelanggan per

Sektor, Jumlah Penduduk, dan PDRB NTB

Tahun Energi

terjual

(GWh)

(Y)

RT

(X1)

Sosial

(X2)

Kome

rsial

(X3)

1999 21,204091 37.993 1.310 1.736

2000 25,099098 38.457 1.326 1.758

2001 29,709584 38.968 1.343 1.781

2002 35166977 39.487 1.361 1.805

2003 42,921221 40.012 1.379 1.829

2004 46,351396 40.172 1.385 1.836

2005 48,122262 40.637 1.401 1.857

2006 68,462073 40.830 1.407 1.866

2007 82,771679 41.492 1.430 1.896

2008 96,731028 42.120 1.452 1.925

Indus

tri

(X4)

Publik

(X5)

Penduduk

(ribuan)

(X6)

PDRB

(ribu Rp)

(X7) 17 390 961,340 1.774,247

17 394 973,068 1.967,190

17 400 986,010 2.261,006

17 405 999,124 2.447,909

17 410 1.012,412 2.633,246

18 412 1.025,877 2.934,998

18 417 1.039,521 3.307,169

18 419 1.053,347 3.616,856

18 425 1.067,673 4.052,019

18 432 1.081,630 4.492,661

Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2008

Perkiraan beban dihitung dengan menggunakan

data yang berasal dari indikator energi dan ekonomi

yang ada pada Kabupaten Lombok Timur. Daya yang

dipakai adalah data dalam kurun waktu 10 tahun

dengan hasil perhitungan merupakan perkiraan beban

untuk jangka menengah selama kurun waktu 15 tahun.

Maka dengan persamaan 4.2 akan didapat nilai β

untuk mempermudah perhitungan digunakan bantuan

software Matlab sehingga nilai β adalah sebagai berikut

:

Dengan didapatkan nilai β maka bisa dihitung

peramalan energi terjual untuk 15 tahun ke depan, yaitu

dengan menggunakan persamaan 4.1. dengan

menggunakan nilai X dari data inputan pada Tabel 7.

berikut :

Tabel 7.

Data Input Nilai Variabel Perhitungan Peramalan

Kebutuhan Beban di Kabupaten Lombok Timur

Tahun RT

(X1)

Sosial

(X2)

Kome

rsial

(X3)

Ind

us-

tri

(X4)

Pub

lik

(X5)

Penduduk

(ribuan)

(X6)

PDRB

(juta)

(X7)

2009 42.680 1.471 1.951 18 438 1.096,016 4.552,413

2010 43.248 1.491 1.977 18 \444 1.110,593 4.612,960

2011 43.823 1.511 2.003 19 449 1.125,364 4.674,313

2012 44.406 1.531 2.029 19 455 1.140,331 4.736,481

2013 44.996 1.551 2.056 19 462 1.155,497 4.799,476

2014 45.595 1.572 2.084 19 468 1.170,865 4.863,309

2015 46.201 1.593 2.112 20 474 1.186,438 4.927,991

2016 46.816 1.614 2.140 20 480 1.202,218 4.993,534

2017 47.438 1.635 2.168 20 487 1.218,207 5.059,948

2018 48.069 1.657 2.197 21 493 1.234,409 5.127,245

2019 48.709 1.679 2.226 21 500 1.250,827 5.195,437

2020 49.357 1.701 2.256 21 506 1.267,463 5.264,537

2021 50.013 1.724 2.286 21 513 1.284,320 5.334,555

2022 50.678 1.747 2.316 22 520 1.301,402 5.405,505

2023 51.352 1.770 2.347 22 527 1.318,710 5.477,398

Data perhitungan akan diperoleh perkiraan energi

terjual di Kabupaten Lombok Timur untuk proyeksi

jangka menengah yaitu 15 tahun ke depan seperti

terlihat pada tabel 8 dan gambar 4. Berikut :

Tabel 8.

Data Proyeksi Kebutuhan Energi

di Kabupaten Lombok Timur Tahun Energi Terjual

(GWh) (Y)

2009 91,81

2010 98,58

2011 105,80

2012 113,58

2013 121,94

2014 130,91

2015 140,54

2016 150,88

2017 161,99

2018 173,91

2019 186,70

2020 200,44

2021 215,19

2022 231,02

2023 248,02

Gambar 5. Pertumbuhan dan Proyeksi Kebutuhan

beban di Lombok Timur

Dari Tabel 4.10 di atas pertumbuhan energi

listrik terjual pertahun dapat dihitung dan besarnya

sekitar 7,35 % selama 15 tahun ke depan. Pada tahun

2023 energi yang dibutuhkan untuk melayani

kebutuhan beban sebesar 226,738 GWh. Jadi total daya

yang dibutuhkan untuk tahun 2023 adalah sebesar

226,738/8760 = 25,88 MW (1 tahun = 8760 jam).

Dari tabel terlihat bahwa tahun 2023,

kebutuhan energi di Kabupaten Lombok Timur sebesar

226,738 GWh Dan terus mengalami peningkatan.

Sehingga diperlukan pembangunan pembangkit-

pembangkit baru guna mengatasi kebutuhan energi

listrik di Kabupaten Lombok Timur.

4.3. Analisis Teknis Pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Arus Laut

Pembangunan PLTAL/Kobold di Desa

Ketapang Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok

Timur, memanfaatkan potensi arus laut pada selat Alas

pantai Tanjung Menangis berjarak ±4 km dari jalan

raya Aikmel – Pelabuhan Kayangan. Secara geografis

terletak pada kordinat 116°39’28” Bujur Timur dan

8°33’20” Lintang Selatan dengan ketinggian 1 foot dari

permukaan laut.

Gambar 6. Peta Lokasi Pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Pembangunan PLTAL menggunakan Kobold

direncanakan untuk memenuhi kelistrikan rumah-

rumah penduduk dan fasilitas umum di dusun

Ketapang, secara geografis konsentrasi penduduk

mengelompok pada dua lokasi dengan jarak dari pusat

pembangkit ± 1,5 km dan ± 1 km. Dusun Ketapang

Desa Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur sampai

saat ini belum mendapatkan pelayanan daya listrik dari

PT. PLN (Persero) Cabang Mataram.

4.3.1. Arus Laut sebagai Sumber Energi Listrik

Dari beberapa pengamatan arus yang

dilakukan sejak akhir 2006 pada bulan Desember dan

data pngukuran arus pada tahap ke-2 ternyata dari

beberapa lokasi tersebut, lokasi yang signifikan adalah

pada lokasi 5. Ppengukuran arus dilakukan pada

tanggal 3 Agustus sampai 18 Agustus 2007.

Gambar 7. Grafik Durasi Kecepatan Arus di atas 1,2

M/S di Lokasi 5

Untuk mengetahui energi listrik yang

diperoleh maka dihitung dengan persamaan

penghubung antara arus laut yang terjadi dengan energi

listrik yang diperoleh dengan menggunakan Turbin

Kobold, persamaan 4.3. menunjukkan hubungan

tersebut :

(4)

Dengan

P = Energi listrik yang dihasilkan (kW)

ρ = Berat jenis air laut (1.025)

V = Kecepatan arus (m/s)

S = Tinggi Blade = 40 m2

Η = Koefisien untuk turbin Kobold = 50 %

Mengacu pada rumus hubungan arus dan energi listrik

yang terjadi dapat dibuatkan sebuah grafik hubungan

antara arus dan output energi listrik yang terjadi.

Gambar 4.6. menunjukkan untuk kecepatan arus

sebesar 1,2 m/s diperoleh energi listrik sebesar 17,71

kW.

Gambar 8. Grafik Kecepatan Arus dengan Power

(kW)

Hasil pengamatan lapangan dilakukan dengan

penyelaman di daerah sekitar lokasi 2 hingga lokasi 5,

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Grafik Pertumbuhan dan Proyeksi Energi

Terjual

energi terjual

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

1,01,11,21,31,41,51,61,71,81,92,02,12,22,32,42,52,62,72,82,93,0

7

sedimen permukan yang terdiri dari endapan pasir dan

kerikil tidak menjadi masalah dalam penempatan balok

beton untuk pengingat perangkat pembangkit listrik

dari Kobold. Sedangkan akurasi peta batimetri dan

morfologi dasar laut setelah diadakan pengukuran

ulang serta posisi dengan alat berbeda dan juga dengan

penyelaman ternyata sangat akurat. Berdasarkan hasil

tersebut peta dasar dan garis pantai dapat langsung

sebagai dasar peletakan perangkat peralatan turbin serta

perhitungan panjang kabel dari laut hingga ke darat.

4.3.2. Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Arus

Laut Kobold

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut yang akan

dibangun di Tanjung Menangis Selat Alas Kabupaten

Lombok Timur menggunakan kobold sebagai salah

satu Marine Current Turbine dalam menghasilkan

energi kinetik air menjadi energi listrik. Konstruksi

Kobold ditampilkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Bagian Konstruksi Kobold

Bagian-bagian PLTAL kobold antara lain :

1. Kobold Turbine

2. Main Shaft

3. Floating Platform

4. Gearbox dan multiplier

5. Generator

6. Moorings

7. Photovoltaic cell, optional dan bermanfaat untuk

energi memproduksi energi tambahan.

Untuk gambar lebih rinci tentang bangunan laut

untuk pembangkit arus laut di Selat Alas, Tanjung

Menangis, Kabupaten Lombok Timur sebagai berikut :

Gambar 10. Tampilan atas Bangunan Laut

PLTAL

Gambar 11. Tampilan Samping Bangunan Laut

PLTAL

4.3.3. Perencanaan dan Rancang Bangun

Adapun perencanaan pembangunan dan rancang

bangun dari bangunan serta system antara lain

dibutuhkan :

1. Perencanaan Gedung Tempat Storage

Gedung tempat storage sebagai tempat

penyimpanan akki dan instalasi kontrol tenaga listrik

sebelum disalurkan ke rumah penduduk. Luas gedung

direncanakan 60 m2 (6 x 10 m) sesuai dengan jumlah

akki yang akan disimpan. Lokasi gedung berada di

dekat pantai agar jalur transmisi kabel laut tidak terlalu

panjang.Kuda-kuda bangunan menggunakan kayu dan

atap asbes semen karena lingkungan di daerah pantai

yang dikhawatirkan korosif.

2. Instalasi Penyaluran Tenaga Listrik

Perencanaan sistem kelistrikan pada

pembangkit listrik tenaga arus laut pada selat Alas

pantai Ketapang. Arus laut yang terjadi mengikuti

siklus alam yaitu tergantung dari pasang naik dan

pasang surut, sehingga potensi arus dengan kecepatan

maksimum tidak dapat kontinyu sepanjang hari. Untuk

mendapatkan daya listrik maksimum maka sistem

kelistrikan ini menggunakan sistem penyimpanan,

menggunakan accu, kemudian melalui inverter 3 phasa

daya listrik disalurkan melalui saluran distribusi

380/220 V ke konsumen.

Dengan kapasitas pembangkit sebesar 70 kW

akan mampu memberikan energi listrik untuk

penduduk desa Ketapang dengan kapasitas terpasang 2

A atau 450 VA untuk masing-masing rumah.

Penyaluran tenaga listrik dari rumah storage

ke konsumen menggunakan jaringan distribusi rendah

(JTR) 220/380 V sistem tiga phasa. Skema penyaluran

daya listrik dapat dilihat pada skema gambar berikut ini

:

Gambar 12. Skema penyaluran daya listrik

PLTAL/Kobold

DC

DC

AC

Beban

AC

Batere Jaringan distribusi

3 Phasa

AC

Komponen utama yang dipergunakan dalam

penyaluran daya listrik adalah : kabel penghantar, tiang

listrik, dan sistem pentanahan.

1) Kabel Penghantar dengan panjang lintasan 2.400

meter. Jaringan (JTR) 220/380 V. Penghantar yang

dipilih harus mempunyai Kuat Hantar Arus (KHA)

lebih besar daripada arus nominalnya. Sehingga

drop tegangan diharapkan tidak melebihi 5 %

KHA dari penghantar dipengaruhi oleh jenis dari

material penghantar, penampang penghantar, jenis

beban dan suhu dikeliling penghantar.

Untuk kapasitas dari pembangkit adalah 70 kW

dengan sistem 3 phasa tegangan 380 V, faktor

daya beban adalah 0,9, maka arus nominal adalah :

(5)

(4.4)

KHA=1,1 x Inominal=1,1 x 118,17=130 A

Jenis penghantar pada jaringan distribusi

direncanakan menggunakan kabel udara untuk

tengangan 220/380 dengan menggunakan jenis

kabel Low Voltage Twisted Cable (LVTC) 3x50 +

1x35 mm2 (SPLN No. 42-10, tahun 1993).

2) Tiang

Sebagai penopang kabel digunakan tiang beton

JTR 9 meter, dengan jarak tiang (span) rata-rata 40

meter. Mengingat letak jaringan di daerah pantai

maka digunakan jenis tiang beton untuk

menghindari terjadinya korosi yang bisa terjadi

pada tiang besi.

3) Sistem Pentanahan Netral Pengaman

Sebagai pengaman terhadap tegangan lebih dari

luar system dan terjadinya kegagalan isolasi agar

tidak terjadi tegangan sentuh yang tinggi dan

berlangsung lama, maka perlu digunakan system

pentanahan yang baik yaitu dengan pemasangan

arde 5 ohm setiap jarak 250 meter atau 6 gawang.

Dengan suatu tindakan pengamanan berubah

menghubungkan badan peralatan atau instalasi

yang diamankan dengan hantaran netral tahanan

netral yang ditanahkan (SPLN No. 3 tahun 1978).

4.3.4. Instalasi Listrik untuk rumah penduduk

Elemen utama yang digunakan dalam instalasi

rumah adalah kabel instalasi, MCB, saklar, stop kontak

dan titik lampu. Pada instalasi konsumen ini masing-

masing konsumen menggunakan MCB 2 A atau daya

tersambung tiap pelanggan adalah 450 VA, kabel

instalasinya 2,5 mm2,saklar tunggal 2 buah, stop kontak

1 buah dan 2 buah titik lampu menggunakan lampu

hemat energi XL 11 Watt.

Dari jumlah calon pelanggan semuanya maka

perkiraan total daya tersambung adalah 137 x 450VA

=61,65 kVA dengan asumsi losses adalah 5 % maka

total daya beban terpasang adalah 64,73 kVA, sedang

kapasitas terpasang dari PLTAL adalah 70 kW.

Gambar 13. Skema Sistem Instalasi Penerangan

Rumah Penduduk

Gambar topologi jaringan distribusi pada

gambar 14.

Gambar 14. Topologi Jaringan Distribusi Tenaga

Listrik

4.4. Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkitan

Listrik Tenaga Arus Laut

Pada pembangunan pembangkit PLTAL di

Selat Alas 70 kW, akan diambil asumsi secara umum

bahwa pembangunan kapasitas PLTAL 70 kW

memiliki capacity factor atau faktor kapasitas 30 %

(kWh terpasang/kWh terpakai) dan memiliki lifetime

umur pembangkit 20 tahun.

4.4.1. Perhitungan Biaya Modal (CC/Capital Cost)

Dalam perhitungan biaya modal, tergantung

pada tingkat suku bunga (discount rate) dan umur

ekonomis. Nilai suku bunga diperhitungkan adalah

suku bunga pertahun yang harus dibayar dengan

LVTC 2x10mm2

Panel Box MCB 2 A

NYA 2,5 mm2

Tarikan II, dst

Tarikan I

9

memperhitungkan umr dari pembangkit yang

mempunyai rumus sebagai berikut :

(6)

Sehingga biaya modal (CC) dirumuskan dari

persamaan sebagai berikut :

(4.6)

di mana :

CRF = Capital Recovery Factor (desimal)

i = Suku Bunga (%)

n = Umur Pembangkit/Lama waktu penyusutan

(tahun)

CC = Capital Cost/Biaya Modal (US$/kWh)

Jumlah Pembangkitan Netto Tenaga Listrik

(kWh/Tahun) = (daya terpasang) x (faktor kapasitas) x

8760

Berdasarkan data yang diperoleh di bawah ini

Tabel 9.

Biaya Investasi Pembangkitan Listrik Tenaga Arus

Laut

Jenis Data Nilai

Kapasitas Terpasang 70 kW

Umur Pembangkit 20 Tahun

Bahan Bakar Tenaga Arus Laut

Harga Investasi US$ 210.000

Sumber : retscreen.net

4.4.2. Perhitungan CRF

Dengan menggunakan perhitungan

(7)

1) Dengan asumsi suku bunga i = 6 % dan umur

pembangkitan (life time) n=20 tahun

2) Suku Bunga i = 9 % dan umur pembangkitan (life

time) n=20 tahun

3) Suku Bunga i = 12 % dan umur pembangkitan (life

time) n=20 tahun

4.4.3. Perhitungan Biaya Pembangunan

Tabel menunjukkan bahwa Capital Investment

Cost atau biaya pembangunan adalah sebesar ;

(8)

Sehingga di dapat untuk nilai biaya pembangunan

pembangkit adalah US$ 3.000/kW

4.4.4.Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga

Listrik (kWh/Tahun)

Daya terpasang 70 kW dan faktor kapasitas 30 % maka

jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) adalah

kWhout = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760

hari

= 70 kW x 0,30 x 8760 hari

= 183.960 kWh/tahun

Sehingga dengan menggunakan persamaan

tersebut didapatkan hasil

1) Untuk Suku Bunga i = 6%

= 0,99 centUSD/kWh

2) Untuk Suku Bunga i = 6%

= 1,24 centUSD/kWh

3) Untuk Suku Bunga i = 6%

= 1,53 centUSD/kWh

4.4.5. Perhitungan Biaya Bahan Bakar

PLTAL memanfaatkan arus laut sehingga

tidak memanfaatkan bahan bakar minyak atau bahan

bakar fosil lainnya sebagai sumber energi utama,

namun tetap menggunakan biaya pelumas untuk mesin-

mesinnya sebesar Rp. 9/kWh atau sebanding 0,09

centUSD/kWh.

4.4.6. Perhitungan biaya Operasi dan Pemeliharaan

(Operation and Maintenance Cost/O&M)

Biaya operasi dan perawatan adalah biaya yang

dikeluarkan untuk mengoperasikan pembangkit dan

perawatan berkala dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10.

Perbandingan Biaya O&M berdasarkan Power Source

Sumber Daya O&M Cost

(cent USD/kWh)

Panas Bumi 0,40 - 1,40

Tenaga Air 0,70

Arus Laut 0,03

Batubara 0,46

Nuklir 1,9

Sumber : retscreen.net

Sehingga untuk PLTAL Selat Alas Pulau Lombok

70 kW adalah 0,03 cent USD/kWh.

4.4.7. Perhitungan Biaya Pembangkitan Total

Persamaan biaya pembangkitan total

dinyatakan dengan persamaan berikut ini :

TC = CC + FC + O&M (8)

Dengan :

TC = Biaya Total

CC = Biaya Modal

FC = Biaya Bahan Bakar

O&M = Biaya Operasi dan Perawatan

1) suku bunga i = 6%, TC = Rp. 1.005/kWh

2) suku bunga i = 9%, TC = Rp. 1.256/kWh

3) suku bunga i = 12%, TC = Rp. 1.541 /kWh

4.4.8. Perhitungan Pendapatan Per Tahun (Cash in

Flow/CIF) Jumlah pendapatan per tahun/Cash In Flow (CIF)

dapat dihitung dari kWhout dan selisih Biaya Pokok

Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan (BP)

atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP).

Pembangkit ini direncanakan akan melalui saluran

tegangan rendah, untuk daerah Nusa Tenggara Barat,

biaya pokok penyediaan listrik tegangan rendah Rp.

2.743,00/kWh.

Persamaan pendapatan per tahun dinyatakan

sebagai berikut :

CIF = kWhout xKP (9)

= kWhout x(BPP-BP)

a. untuk Suku bunga i = 6%, CIF = 319,72 juta/tahun

b. untuk Suku bunga i = 9%, CIF = 273.55 juta/tahun

c. untuk Suku bunga i = 12%, CIF = 221,11 juta/tahun

Biaya investasi sebesar US$ 3.000/kW x 70 kW

= US$ 210.000 atau R. 2,10 milyar (dengan kurs Rp.

10.000,- per USD ) merupakan cash out flow tahun ke-

0 (COF0)

4.4.9. Perhitungan Nilai Awal Proyek (Net Present

Value/NPV)

Metode Net Present Value ini menghitung

jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount

Rate tertentu dan kemudian membandingkannya

dengan investasi awal (initial Investment). Selisihnya

disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka

usulan investasi tersebut diterima, dan apabila negatif

ditolak.

(10)

Hasil perhitungan sampai tahun ke-25 dengan

menggunakan bunga 6%, 9%, dan 12%, sudah bernilai

positif pada tahun ke-9 untuk suku bunga 6% dengan

nilai NPV sebesar 74,63 dan pada tahun ke-14 untuk

suku bunga 9% dengan nilai NPV sebesar 29,90,

sehingga pada suku bunga 6% dan 9% layak untuk

dilaksanakan.

4.4.10. Laba Investasi (Return of Investment/ROI)

Return of Investment adalah kemampuan

pembangkit untuk mengembalikan dana investasi

dalam menghasilkan tingkat keuntungan yang

digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.

(11)

Bennefits = (CIFt-COFt)

Dengan perhitungan sampai dengan tahun ke

25dan investasi 2,1 milyar rupiah dapat diketahui

bahwa dengan suku bunga 6% dana investasi dapat

kembali pada tahun ke-4 dengan nilai ROI sebesar

6,57, sedang suku bunga 9 % dana investasi kembali

tahun ke-5 dengan nilai ROI 13,98. Suku bunga 12%

kembali tahun ke-6 dengan nilai ROI 10,56. Alternatif

dengan suku bunga 6 % menjadi cara cepat untuk

melunasi dana investasi awal.

4.4.11. Biaya Pokok Penyediaan (BPP)

Nilai BPP yang ditetapkan tahun 2008 untuk

provinsi NTB sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena

sebagian besar pembangkit listrik di NTB adalah PLTD

yang membutuhkan biaya pembangkitan yang sangat

tinggi. Karena BPP sangat tinggi dan tidak

sesuaidengan daya beli masyarakat di NTB, maka

solusi yang diberikan pemerintah adalah memberikan

subsidi setiap tahun untuk memenuhi BPP yang telah

ditentukan.

Pada dasarnya nilai BPP tidak jauh berbeda

dengan daya beli listrik masyarakat setempat. Untuk

perlu dirancang ketentuan BPP yang terjangkau oleh

masyarakat setempat. Dengan masukkan PLTAL di

Lombok Timur, diharapkan dapat menurunkan BPP

yang telah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena

biaya pembangkitan PLTAL jauh lebih murah

dibanding dengan PLTD yang menggunakan BBM.

Namun karena biaya investasi yang besar,

sehingga pemerintah melakukan pemindahan subsidi

yang diberikan pada awal pembangunan yaitu untuk

mendanai biaya modal.

Secara keseluruhan pengeluaran per kapita

penduduk Kabupaten Lombok Timur = Rp. 337.743,93

untuk Kabupaten Lombok Timur (sumber Kabupaten

Lombok Timur dalam Angka 2008). Dengan

mengasumsikan dalam 1 rumah tangga untuk konsumsi

energi listrik rata-rata adalah 8 % maka pengeluaran

untuk listrik :

Pengeluaran listrik = 8 % x 4 x Rp. 337,743,93

= Rp. 108.078,06

Dengan sambungan daya pelanggan pada 450

kV maka power factor 0,8 didapatkan sambungan daya

dalam watt sebesar 450 kV x 0,8 = 0,36 kW dengan

Faktor beban = persentase produksi total pertahun

dibagi beban puncak(x8760 jam)

= 119.359.470 kWh/(21.404 kW*8760 jam)

= 0,63

Maka konsumsi listrik dalam 1 bulan

didapatkan :

kWh per bulan = daya terpasang

= 0,36 kWx 30 x 24 x 0,63

= 163,30 kWh per bulan

Biaya beban `= Rp 11.000,00

Biaya pemakaian = Rp.163,30 kWh/bulan x Rp.520,34

= Rp. 84.971,5

Biaya Total = Biaya beban+biaya pemakaian

= Rp. 95,971,5

Sehingga daya beli listrik masyarakat Kabupaten

Lombok Barat adalah

Daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari

perbandingan antara pengeluaran untuk energi listrik

dengan total biaya energi listrik, kemudian dikalian dg

rata-rata tarif dasar listrik di Kota Lombok Timur

Daya Beli = (Rp. 108.078,06/Rp. 95.971,5) X 520,34

= Rp. 585,98

11

Karena harga tarif listrik per Kwh lebih tinggi,

sehingga perlu subsidi.

Jenis subsidi yang dibandingkan utuk

perhitungan BPP adalah bantuan dari pemerintah

sebesar 25 %, 50 %, dan 75 % dari biaya modal.

Sebagai bantuan dari Pemerintah sebesar 25 %

dari biaya modal dengan menggunakan suku bunga 6

% untuk menghitung biaya pokok penyediaan, maka

hasilnya adalah sebagai berikut :

CC lama = 9,9 cent/kWh

CC baru = 75% x 9,9 cent/kWh = 7,425

cent/kWh

TC baru = CC+FC+O&M

= (7,425+0,09+0,03) cent/kWh

= 7,545 cent/kWh

= 0,075 USD/kWh

= Rp. 750/kWh

Keuntungan penjualan (KP) diasumsikan sebesar

15 %, maka perhitungannya menjadi

KP = BPP – BP

15 % TC = BPP – TC

BPP = 0,15TC + TC

BPP = 1,15TC

Sehingga sesuai dengan persamaan 4.6 maka

BPPPLTAL =1,15xRp. 750/kWh=Rp. 862,5/kWh

Tabel 11.

Biaya Pokok Penyediaan (BPP) PLTAL Selat Alas 70

kW Bantuan Pemerintah Biaya Pokok Penyediaan PLTAL

(Rp/kWh)

Suku Bunga

6%

Suku Bunga

9%

Suku Bunga

12%

25 % Biaya Modal 862,5 1.092,5 1.332,85

50 % Biaya Modal 583,05 729,1 894,01

75 % Biaya Modal 298,43 371,45 453,39

Dari tabel 4.12 dengan kemampuan daya beli

masyarakat terhadap energi listrik sebesar Rp.

585,98/kWh maka alternatif yang dapat dipilih untuk

menentukan besarnya BPP yang baru adalah dengan

pemberian bantuan subsidi dari pemerintah sebesar 50

% yang bersuku bunga 6 % dengan besar BPP Rp.

585,98, atau dengan mengambil kebijakan langsung

dengan 75 % dibiayai pemerintah dengan suku buku

terrendah yaitu 6 % dengan BPP Rp. 298,43.

PLTAL yang akan dioperasikan selama 24 jam

menggunakan baterai untuk hidup 24 jam dan PLTD

yang telah ada

a. PLTAL = 70 kW x 0,8 x 24 jam x 365

= 490.560 kWh

b. PLTD = 27.972kW x 0,8 x 24 jam x 365

= 196.027.776 kWh

Total = (490.560+196.027.776) kWh

= 196.518.336 kWh

Jika suku bunga yang diambil adalah 9 %, maka

besarnya nilai BPP total dengan masuknya PLTAL di

Lombok Barat adalah sebagai berikut :

a. BPPPLTAL = (490.560/196.518.336)

x Rp. 371,45/kWh

= Rp. 0,93

b.BPPPLTD = (196.027.776/196.518.336)

x Rp2.743/kWh

= Rp. 2736,15

BPPtotal = (Rp 0,93 + Rp. 2.736,15)/kWh

= Rp. 2737,08

Harga patokan penjualan listrik ditetapkan 85 % dari

biaya pokok penyediaan listrik setempat, maka harga

jual listrik rata-rata di Lombok Timur Nusa Tenggara

Barat adalah :

Harga Jual Listrik Rata-rata = 85% x Rp. 2737,08

= Rp. 2.326,52

Namun karena nilai BPP tidak memberikan

perubahan signifikan, maka akan dianalisis dengan

pengingkatan jumlah unit pembangkit, dan peningkatan

daya yang dihasilkan oleh pembangkit kobold.

Gambar 15. Grafik Unit Kobold terhadap BPP

Dengan peningkatan jumlah unit terjadi peningkatan

Rp. 5,99.

Gambar 16. Grafik Daya yang dihasilkan terhadap

BPP

Jika jumlah kW/unit ditambah,Perubahan BPP

turun Rp.0,56.

Nilai tersebut, masih sangat kecil harus untuk

memberikan perubahan nilai BPP yang cukup harus

disertai dengan pengingkatan jumlah unit kobold dan

peningkatan jumlah daya yang dihasilkan oleh kobold,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik di

Kabupaten Lombok Timur.

Dari data yang ada sebelumnya untuk satu unit

kobold, harga jual listrik untuk rumah tangga adalah

sebesar 81,68 % dari harga jual listrik rata-rata, untuk

industri 127,80%, untuk bisnis 144,12%,untuk sosial

86,51%, untuk gedung pemerintahan 147,11% dan

2500

2550

2600

2650

2700

2750

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

2705

2710

2715

2720

2725

2730

2735

2740

70

90

11

0

13

0

15

0

17

0

19

0

21

0

23

0

25

0

27

0

29

0

kW

kW

untuk penerangan jalan umum 104,11%, Sehingga

besarnya harga jual untuk setiap sektor dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 12.

Harga Jual Listrik per Sektor No. Sektor Harga Jual

(Rp./kWh)

1 Rumah Tangga 1.900,38

2 Industri 2.973,29

3 Bisnis 3.352,97

4 Sosial 2.012,65

5 Gedung Pemerintahan 3422,54

6 Penerangan Jalan Umum 2.422,03

Rata-rata 2.326,52

4.5. Analisis Sosial Pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Arus Laut

Hubungan Indeks Pembangunan Manusia

dengan Ketenagalistrikan, Indikator Pembangunan

Manusia (IPM) merupakan salah satu alat ukur yang

dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan

manusia, baik dari sisi kesehatan dan kesejahteraan

maupun yang bersifat intelektualitas.

IPM ini terdiri dari empat indikator yaitu

angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata

lama sekolah dan kemampuan daya beli. Hal ini

merupakan tuntunan dalam pembangunan pembangkit

di Nusa Tenggara Barat khususnya di Kabupaten

Lombok Timur yang bertempat di Selat Alas berupa

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL)

Kobold 70 kW.

Gambar 17. Diagram IPM Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan gambar Provinsi Nusa Tenggara

Barat mengalami peningkatan dalam hal nilai IPM

namun peringkatnya masih tetap di bawah yaitu

peringkat 32, dan Kabupaten Lombok Timur berada di

peringkat 439 di seluruh Indonesia, juga menunjukkan

peringkat di bawah walaupun masih berada di atas 2

kabupaten lainnya di Nusa Tenggara.

Hubungan IPM dengan sektor energi dan

ketenagalistrikan di suatu daerah diperoleh dari analisis

IPM dan parameternya, sehingga dapat menganalisis

suatu kondisi daerah yang bertujuan untuk mengetahui

pola kehidupan sosial masyarakat yang mana

merupakan konsumen sektor energi dan

ketenagalistrikan daerah.

Sehingga dapat dirumuskan bahwa hubungan antara

IPM dengan sektor energi dan ketenagalistrikan adalah

:

1. IPM menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan prasyarat untuk tercapainya upaya

pembangunan manusia yang berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tidak dapat

lepas dari sektor energi dan ketenagalistrikan.

Pembangunan ekonomi dapat meningkatkan

pendapatan penduduk.

2. Pembangunan manusia mencakup sisi produksi

maupun distribusi dari berbagai komoditas dan

pemanfaatan kemampuan manusia. Dengan

demikian komoditas energi dan ketenagalistrikan

merupakan bagian dari pembangunan manusia.

3. Peningkatan sektor energi ketenagalistrikan akan

meningkatkan kinerja sektor lainnya misalnya

harapan hidup meningkat, pendidikan yang makin

berkualitas dan terjangkau, serta keterampilan

semakin meningkat.

Keterkaitan dengan pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) 70 kW di Selat

Alas sehingga dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Pembangunan di Nusa Tenggara Barat termasuk

Lombok Timur masih berada jauh di antara

provinsi dan kabupaten di Indonesia yang berada

di peringkat masing-masing 32 dan 439.

2. Pembangunan PLTAL 70 kW di Kabupaten

Lombok Timur akan meningkatkan kualitas hidup

bagi masyarakat di Lombok Timur termasuk di

dalamnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan,

dan angka harapan hidup.

3. Kebutuhan listrik akan terpenuhi dan akan

semakin memberikan manfaat yang banyak bagi

masyarakat.

4.6. Analisis Lingkungan Pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Pembangunan PLTAL (Pembangkit Listrik

Tenaga Arus Laut) menggunakan arus laut merupakan

energi yang terbarukan karena memanfaatkan arus laut

yang tiada habisnya.

Keuntungan terbesar dari Turbin Kobold yang

merupakan salah satu jenis dari Marine Current

Turbine adalah bahwa turbin tersebut tidak

mengeluarkan emisi gas rumah kaca atau polutan.

Ada beberapa keuntungan dengan memanfaatkan

PLTAL antara lain :

1. PLTAL tidak memancarkan dan menghasilkan gas

rumah kaca apapun, limbah berbahaya, ataupun

polutan semisal CO2, NOx dan SOX

13

2. Gangguan angin lepas pantai di laut rendah

dibanding pembangkit tenaga angin karena

diindikasikan dengan stuktur yang ditanam dan

berlokasi agak jauh dari garis pantai.

3. Frekuensi rendah kebisingan, namun dengan alat

cholation mampu memperingatkan untuk mengusir

mamalia yang mendekati mesin pembangkitnya.

4. Efek minimal dari instalasi hanya sementara dan

setiap kehidupan laut akan kembali normal

Beberapa kendala :

1. Gangguan visual yang utama ketika menggunakan

kabel dan tiang listrik di atas laut.

2. Masyarakat khawatir tentang penggunaan rotor

turbin yang bisa menabrak ikan atau mamalia.

Namun ini kecil kemungkinan karena makhluk

laut cenderung menjauh dari baling-baling. Seperti

halnya mamalia besar seperti anjing laut, paus,

lumba-lumba akan menjauhi kapal.

5. Survey seismik dan ledakan sebelum instalasi

menciptakan gelombang frekuensi yang mungkin

memiliki efek negatif pada kesehatan fauna laut.

6. Dapat mengganggu konstruksi dasar laut misalnya

pengeboran dari peletakan kabel dan bangunan

laut. Yang bisa menyebabkan kerusakan habitat.

Namun hal ini relatif kecil dan terlokalisasi.

7. Pemasangan kabel dapat menyebabkan

perpindahan sedimen yang pada gilirannya

menyebabkan partikel-partikel mati,mencemari

lingkungan setempat misalnya partikel radioaktif.

8. Selama pengoperasian turbin, perputaran rotor

akan menyebabkan peningkatan pergeseran di

sekitar pangkalan, disebabkanoleh pengingkatan

turbulensi yg mempengarhui morfologi dasar laut.

Arus dan proses pantai dapat terpengaruh karena skema

yang besar dapat bertindak sebagai penghalang untuk

arus mengalir.

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan

dalam penyusunan tugas akhir ini, ada beberapa

kesimpulan yang didapat, antara lain :

1. Kondisi eksisting kelistrikan di Nusa Tenggara

Barat yang 100 % masih menggunakan

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 139,78 MW

berbahan bakar minyak bumi sebesar 191.754,17

kiloliter..

2. Daya listrik terpasang di Lombok Timur adalah

27.972 kW, sedangkan daya mampu hanya 21.874

kW, dengan peramalan beban dengan metode

regresi linear berganda didapatkan laju

pertumbuhan 1,23 % untuk kurun waktu 15 tahun

ke depan.

3. Nilai BPP (Biaya Penyediaan Listrik) dengan

penambahan PLTAL adalah Rp 2.737,08 sedikit

mengalami penurunan karena kapasitas

pembangkit PLTAL hanya 70 kW dibanding

kapasitas terpasang dengan PLTD.

4. Pembangunan PLTAL 70 kWh di Desa Ketapang,

Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok

Timur, aspek lingkungan pembangunan PLTAL

lebih bersih karena tidak mengeluarkan emisi gas

rumah kaca dan polutan, hanya saat pembangunan

bangunan pantai namun efek yang diberikan hanya

sesaat.

5.2. Saran Adapun saran dari penyusunan Tugas Akhir

ini antara lain :

1. Peningkatan pembangunan pembangkit energi

listrik yang bersih lingkungan, karena NTB secara

keseluruhan masih memanfaatkan Pembangkit

Listrik Tenaga Diesel yang menggunakan bahan

bakar minyak.

2. Satu buah mesin turbin Kobold untuk hanya

mampu memberikan daya sebesar 70 kW,

sehingga perlu penambahan mesin kobold untuk

memberikan kesempatan nyala bagi daerah lain

yang belum terjangkau oleh listrik di Provinsi

Nusa Tenggara Barat pada umumnya dan

Kabupaten Lombok Timur pada khususnya.

3. Penambahan pembangkit listrik dengan

menggunakan energi alternatif lainnya selain yang

menggunakan bahan bakar fosil, mengingat

potensi energi Nusa Tenggara Barat pada

umumnya dan Kabupaten Lombok Timur pada

khususnya yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat, Pengembangan Energi

Terbarukan Nusa Tenggara Barat, 2006

[2] Badan Pusat Statistik Provinsi NTB dengan

Bappeda Provinsi NTB, Nusa Tenggara Barat

dalam Angka 2008, 2008.

[3] Badan Pusat Statistik Kab. Lombok Timur dengan

Bappeda Kabupaten Lombok Timur, Lombok

Timur dalam Angka 2008, 2008.

[4] Erwandi. Sumber Energi Arus : Alternatif

Pengganti BBM, Ramah Lingkungan dan

Terbarukan <URL:http://kompas.com>, Agustus

2005

[5] Kadir, A., Pembangkit Tenaga Listrik, Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta, 1997

[6] Mahmudsyah, Syariffuddin, Kenaikan Harga BBM

dan Problematikany, Serta Diversifikasi Energi

Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM,

Seminar ITS Surabaya, 24 April 2002

[7] PLN, Statistik PLN 2008

[8] Yusgiantoro, Purnomo Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral, Upaya Pengembangan Energi

Alternatif, Pertemuan untuk Peningkatan

Pemanfaatan Energi Alternatif, Jakarta, 2 April

2008.

[9] www.esru.strath.ac.uk

[10] www.operationaloceanography-brokdkp.com

[11] http://www.retscreen.net/

[12] www.bappenas.go.id

RIWAYAT HIDUP

Asruldin Azis, akrab dipanggil

Arul dilahirkan di kota Palopo, 8

Maret 1984. Penulis adalah putra

pasangan Abd. Azis Hamid dengan

Mashury.

Penulis memulai karir

akademisnya SDN 440 Salekoe

Palopo hingga lulus pada tahun 1996.

Setelah itu penulis melanjutkan studinya di SLTP

Negeri 1 Palopo. Tahun 1999, penulis diterima sebagai

murid di SMU Negeri 2 Tinggimoncong Gowa

Sulawesi Selatan, hingga lulus pada tahun 2002.

Setelah menamatkan SMU, penulis melanjutkan studi

sarjananya di Jurusan Teknik Elektro Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Mulai tahun 2006 penulis aktif sebagai asisten

untuk praktikum simulasi sistem tenaga listrik ITS.

Penulis sempat aktif di beberapa kegiatan kampus

antara lain Himatektro dan BEM ITS serta organisasi

ekstrakampus dan sosial seperti HMI Elektro Sepuluh

Nopember, Ikami Sulsel Surabaya, dan Komunitas

Blogger Surabaya, tugupahlawan.com.