JUDUL
IMPLEMENTASI KEDISIPLINAN SANTRI PONDOK
PESANTREN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SANTRI DI
PONDOK
PESANTREN NURUL YAQIN DESA DURIAN LECAH
KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN
MERANGIN
SKRIPSI
MUSTAFIROH
NIM.TP.140855
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
i
SUB JUDUL
IMPLEMENTASI KEDISIPLINAN SANTRI PONDOK
PESANTREN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SANTRI DI
PONDOK
PESANTREN NURUL YAQIN DESA DURIAN LECAH
KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN
MERANGIN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S1)
MUSTAFIROH
NIM.TP.140855
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
ii
NOTA DINAS
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
LEMBAR ORISINALITAS
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tuaku, Ayahanda Junaidi dan
Ibundaku Nurbiah tercinta yang penuh suka cinta dalam mengasuh dan mendidik
serta membimbing dari kecil hingga seperti sekarang ini baik moril maupun
materil.
KemudianSaudara Kandungku Desmi Juspita dan Khusni mubarak dan semua
keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberi motivasi serta doanya
dalam tahap penyelesaian skripsi ini.
vii
MOTTO
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.” (Q. S. Ali Imran : 159).1
1 Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Diponegoro, 2008), 71.
viii
ABSTRACT
Name : Mustafiroh
Nim : TP. 140 855
Department : Islamic Education
Tittle : Discipline Implementation of Islamic Boarding Schools Against
Student Learning Achievements at Nurul Yaqin Islamic Boarding
School Durian Lecah Village Sungai Manau District, Merangin
District
This thesis is motivated by the majority of children at the Nurul Yaqin Islamic
Boarding School seen that teachers pay little attention to disciplinary problems towards
students, such as truant in certain subjects, late learning in class, dating, not caring about
the cleanliness and environmental beauty of other santri theft when careless, lazy to learn.
The method used in this study is a qualitative descriptive method, and the type of
research used is field research. Sources of data from this study consist of primary data,
namely: teacher, secondary data, namely: santri. While the data collection techniques
used are observation and interviews, the data that has been collected is then processed by
means of data reduction, data presentation and conclusion drawing.
The results showed that there were some teachers who were very concerned with
the problem of students' discipline because the pesantren who were progressing and
achieving were pesantren who had a high discipline attitude, as well as in the learning
process if the students had a sense of discipline by not falling asleep and not making
noise. will be effective. And there are also some teachers who pay little attention and
apply or just respond to it. The disciplinary implementation at the Nurul Yaqin Islamic
Boarding School Durian Lecah is, 1) the lack of time of the teacher himself to control the
santri around the complex, 2) of the santri itself, he does it carefully, and in a place that is
impossible for the teacher to know. Efforts to implement discipline at the Nurul Yaqin
Islamic Boarding School Durian Lecah, namely: 1) by recording students who violate
pesantren regulations, 2) persuasive approach to students, 3) always giving guidance and
motivation to the students continuously so that with hope in accordance with the purpose
of education to educate the life of the nation, develop a whole person (berakhlakul
karimah), 4) by giving punishment for students who violate the rules of the pesantren, in
accordance with the severity of violations committed by the santri.
Keywords: Implementation, Discipline, Learning Achievement
ix
ABSTRAK
Nama : Mustafiroh
Nim : TP. 140855
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Implementasi Kedisiplinan Santri Pondok Pesantren Terhadap
Prestasi Belajar Santri Di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa
Durian Lecah Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin
Skripsi ini dilatar belakangi oleh sebagian besar anak-anak di Pondok Pesantren Nurul
Yaqin terlihat bahwa guru kurang memperhatikan masalah kedisiplinan terhadap siswa,
seperti Membolos pada mata pelajaran tertentu, terlambat belajar dikelas, berpacaran,
tidak peduli terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan pencurian barang santri lain
saat lengah, malas belajar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field recearch). Sumber data dari
penelitian ini terdiri dari data primer yaitu: guru, data skunder yaitu: santri. Sedangkan
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara, data yang
telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian guru yang sangat peduli dengan
masalah kedisiplinan santri karena pesantren yang maju dan berprestasi itu adalah
pesantren yang mempunyai sikap disiplin tinggi, begitupun dalam proses pembelajaran
jika dalam proses pembelajaran santri mempunyai rasa disiplin dengan tidak tertidur dan
tidak membuat keributan maka semuanya akan efektif. Dan juga ada sebagian guru tidak
terlalu memperhatikan dan menerapkan atau biasa saja menanggapi hal tersebut.
Implementasi Disiplin di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Durian Lecah yaitu, 1)
kurangnya waktu guru itu sendiri untuk mengontrol santri secara keliling komplek, 2) dari
santri itu sendiri, dia melakukan dengan secara hati-hati, dan di tempat yang tidak
mungkin untuk guru mengetahuinya. Upaya implementasi kedisiplinan di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin Durian Lecah, yaitu: 1) dengan cara mendata santri yang
melanggar peraturan pesantren, 2) melakukan pendekatan persuasif kepada santri, 3)
selalu memberi bimbingan dan motivasi kepada para santri dengan cara terus-menerus
agar dengan pengharapan sesuai dengan tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan
bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya (berakhlakul karimah), 4) dengan cara
memberi hukuman bagi santri yang melanggar tata tertib pesantren, sesuai dengan berat-
ringannya pelanggaran yang telah dilakukan santri tersebut.
Kata Kunci: Implementasi, Kedisiplinan Santri, Prestasi Belajar
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
NOTA DINAS............................................................................................................ ii
PENGESAHAN ........................................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................... iv
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... v
MOTTO ..................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ............................................................................... 1
B. Fokus penelitian ............................................................................................. 4
C. Rumusan Masalah. ....................................................................................... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................... 6
1. Pengertian Implementasi ........................................................................... 6
2. Pengertian disiplin .................................................................................... 7
3. Pengertian Pondok Pesantren .................................................................... 22
B. Study relevan ................................................................................................. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ........................................................................ 26
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 27
C. Setting Dan Subjek Penelitian ........................................................................ 27
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 27
E. Teknik Analisis Data. ..................................................................................... 29
F. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data. ........................................................... 30
G. Jadwal Penelitian ............................................................................................ 31
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
xi
A. Temuan umum
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Yaqin .................................. 32
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Yaqin ......................................... 33
3. Keadaan Pondok Pesantren Nurul Yaqin.. ................................................ 38
B. Temuan Khusus
1. Bentuk Penerapan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin . ........................................................................................... 42
2. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Implementasi Kedisiplinan
Santriwati Di Pondok Pesantren Nurul Yaqin .................................... 52
3. Upaya Mengatasi Kesulitan Dalam Penerapan Kedisiplinan
Santriwati Di Pondok Pesantren Nurul Yaqin .................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. .................................................................................................. 63
B. Saran. ............................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 65
LAMPIRAN
x
1 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan Negara.(Syafaruddin, 2003: 2)
Pendidikan adalah suatu proses dan sistem penanaman nilai-nilai manusia
dengan berbagai pandangan, pengetahuan dan pengalaman terhadap apa yang
belum diketahui karena manusia tanpa proses pendidikan melalui sistem dan
tahapannya akan sulit untuk menerimanya. Mengingat tantangan manusia era
globalisasi mendatang sangat berat.
Semakin disadari hingga kini bahwa pendidikan memegang peran penting
dalam meningkatkan derajat kehidupan warga masyarakat dan derajat berbangsa
dan bernegara, maka dari itu usaha membangun pendidikan yang bermuara pada
terbentuknya manusia seutuhnya menuju kesejahteraan lahir dan batin bagi
individual dan masyarakat.
Pendidikan agama Dipandang salah satu aspek yang memiliki peranan
pokok dalam pembentukan generasi yang akan datang. Dengan pendidikan agama
diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab
serta mampu menghadapi tantangan hidup dimasa yang akan datang yang semakin
kompleks.
Peranan sekolah yang diharapkan agen perubahan ialah terwujudnya
perubahan nilai-nilai sikap, pola pikir, perilaku intelektual, ketrampilan dan
wawasan para siswa sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Proses
perubahan para siswa sebagai peserta didik kearah manusia cerdas, yang berakar
pada nilai-nilai budaya bangsa, terjadi secara berjenjang dimulai dari pendidikan
dasar, menengah, dan sekolah menengah kejuruan.
2
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Sehubungan dengan itu kedisiplinan kelas sangat erat hubungannya
dengan keberhasilan dengan situasi pembelajaran. Untuk itu sebagai seorang guru
diharapkan mampu dan terampil untuk memberikan contoh teladan dan penerapan
dalam lingkungan sekolah.
Kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang
maksimal dengan cara mendisiplinkan siswa dan melakukan berbagai peraturan
yang disebut disiplin kelas. Kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan dan
pelatihan sekarang sangat mendesak, sehingga masalah penentuan besar kelas atau
kelompok belajar yang optimal juga mendesak. Akan tetapi, ini bukanlah suatu
masalah yang mudah dipecahkan.dengan banyak faktor yang terlibat dengan suatu
situasi belajar, sehingga sulit mengisolasikan mengidentifikasi akibat dari variabel
yang satu ini,oleh karena variabel ini sangat penting maka besar kelas yang
optimal sangat perlu dipertimbangkan apabila seseorang guru atau instruktur
merancang sumber-sumber belajarnya. (Syafaruddin, 2003: 2)
Di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah Kecamatan Sungai
Manau Kabupaten Merangin, lingkungan belajar dalam sebuah ruangan kelas
kedisiplinan dapat menciptakan ruangan yang damai, nyaman dan tidak
menjenuhkan sehingga proses pembelajaran tidak menonton dan pembelajaran
aktif dapat tercapai.(Observasi, 20 Agustus 2018) Meskipun memang diakui
belum ada satupun pengaturan kelas yang ideal akan tetapi kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten, secara terus menerus memungkinkan seseorang
menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan ketrampilan dan nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.
Ada beberapa pilihan untuk mengatur kelas yakni: Ruangan tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar, Pengaturan tempat duduk, Pentilasi dan
pengaturan cahaya, Pengaturan penyimpanan barang-barang. (Ahmad Rohani,
2004: 127)
Kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah, Di
sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik.
Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda.
Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk
3
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
memperbaiki keadaan yang demikan tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja
keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya,sehingga berbagai enis pelanggaran
terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkap.
Membicarakan tentang kedisiplinan sekolah tidak terlepas dengan
persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi dikalangan siswa
remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat menghawatirkan, seperti:
Kehidupan seks bebas, keterlibatan dengan narkoba dan berbagai tindakan yang
menjurus kearah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri,
tetapi juga merugikan masyarakat umum. (Ahmad Rohani, 2004: 128)
Kedisiplinan siswa seringkali kita dengar sebagai suatu masalah di sebuah
sekolah, apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa-siswanya beranjak
dewasa dan mulai belajar mengenai jati diri pribadinya, dimana siswa sering
melakukan pelanggaran disekolah.
Lingkungan internal sekolah pelanggaran sekolah terhadap berbagai aturan
dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan menentang dari pelanggaran
tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkah tinggi, seperti: kasus bolos,
perkelahian dan tawuran, pencurian, keluar arena sekolah dan bentuk-bentuk
penyimpangan prilaku lainnya. (Ahmad Rohani, 2004: 129)
Berdasarkan (Observasi pada tanggal 4 september 2017) yang dilakukan
penulis dilokasi penelitian masih ditemukan santriwati di Pesantren Nurul Yaqin
yang mengalami beberapa bentuk perilaku yang menimbulkan kemerosotan
akhlak santri antara lain seperti malas shalat berjama’ah, suka membantah apabila
diperintahkan untuk shalat, jarang mengaji, tidak mau mendengarkan perintah
guru, bolos, berpacaran, suka membuang sampah sembarangan, malas belajar
bahkan mencuri. (Observasi, 20 Agustus 2018)
Berdasarkan pengamatan awal (Grandtour) yang dilakukan peneliti
Pondok Pesantren Nurul Yaqin terlihat bahwa guru kurang memperhatikan
masalah kedisiplinan terhadap siswa, seperti (1) Membolos pada mata pelajaran
tertentu; (2) Terlambat belajar dikelas; (3) Berpacaran; (4) Tidak peduli terhadap
kebersihan dan keindahan lingkungan (5) pencurian barang santri lain saat lengah;
(6) Malas belajar.
4
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam karya ilmiah dengan judul:
Implementasi Kedisiplinan Santri Pondok Pesantren Terhadap Prestasi
Belajar Santri di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah
Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula maka perlu
adanya pembatasan masalah yaitu: penelitian ini difokuskan pada implementasi
kedisiplinan santriwati Pondok Pesantren Nurul Yaqin terhadap Prestasi Belajar
santri.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, yang menjadi permasalahan pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk penerapan kedisiplinan santriwati di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin ?
2. Apa kendala yang dihadapi guru dalam implementasi kedisiplinan
santriwati di Pondok Pesantren Nurul Yaqin?
3. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan dalam penerapan kedisiplinan
santriwati di Pondok Pesantren Nurul Yaqin?
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk penerapan kedisiplinan santriwati di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin.
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam implementasi
kedisiplinan santriwati di Pondok Pesantren Nurul Yaqin.
c. Untuk mengetahui upaya mengatasi kesulitan dalam penerapan
kedisiplinan santriwati di Pondok Pesantren Nurul Yaqin.
2. Kegunaan penelitian
a. Untuk memberikan bantuan guru-guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik dan motivator.
5
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
b. Untuk menambah ilmu pengetahuan sang penulis betapa pentingnya
kedisiplinan santri.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu poses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan
sikap.(Kunandar, 2007: 211) Dalam Oxford Advance learner’s dictionary
dikatakan bahwa implementasi adalah “put something into effect”.(Suwardi,
1990: 67)
Menurut Suwardi Implementasi atau penerapan adalah penggunaan,
pemakaian (aplikasi).(Suwardi, 1990: 67) Dalam kamus bahasa Indonesia
implementasi berarti “pelaksanaan atau penerapan”.(Mulyasa, 2002: 93)
Implementasi merupakan suatu proses ide, kebijakan atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam oxford advance
learner’s dictionary bahwa implementasi adalah “put something into effect”,
(penerapan sesuatu yang memberikan dampak dan efek). (Mulyasa, 2002: 93)
Pengertian implementasi menurut para ahli:
Menurut Nurdin Usman implementasi adalah bermuara pada aktivitas,
aksi, tindakan, atau adalanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan
sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
sungguh-sungguh bedasarkanacuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi
dipengaruhi objek berikutnya.(Nurdin Usman, 2002: 70)
Menurut Guntur Setiawan perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelakasana, birokrasi yang efektif, implementasi
merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas
baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian
7
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai
dengan jaringan pelakasana yang bisa dipercaya.(Guntur Setiawan, 2004: 39)
Menurut Hanifah Harsono implementasi adalah suatu proses untuk
melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam
administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program.(Hanifah, 2002: 67)
Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan
acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Sehingga pengertian penerapan di atas dapat dipahami bahwa
penerapan merupakan suatu proses berjalannya suatu bentuk tindakan yang
akan dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait. Dalam hal ini proses, cara,
perbuatan menerapkan maupun perihal mempraktikkan dari apa-apa yang
terdapat dalam pelaksanaan hukuman yang dilakukan di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin.
2. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin adalah latihan batin dan watak supaya menaati tata tertib atau
kepatuhan pada aturan.(Desi Anwar, 2003: 125)
Disiplin berasal dari bahasa latin Discare yang berarti belajar, dari
kata ini timbul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan
sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian.
Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau
tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai
pelatihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berprilaku tertib.
Secara umum ada dua pengertian yaitu:
Pengertian umum disiplin yang pertama adalah control dengan
memaksakan kepatuhan atau perilaku yang tertib. Jika sang guru berpikir
dengan cara ini, yang dimaksudkannya adalah bahwa siswa-siswi
8
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
memerlukan seseorang untuk mengarahkan, mengendalikan, dan membatasi
perilaku siswa-siswi.
Pengertian umum yang kedua adalah latihan yang mengoreksi dan
menguatkan, implikasinya disini adalah bahwa tujuannya yaitu ‘disiplin diri’
dimana tujuan latihannya adalah untuk memampukan seseorang untuk
mengarahkan dan mengendalikan diri sendri. Sehingga jika hal ini yang
dimaksudkan oelh sang guru, maka dimaksudkan agar siswa dan siswi
sebaiknya mendapatkan pengalaman yang meningkatkan kemampuan
pengendalian diri dan menjadikannya seseorang yang lebih dapat
mengarahkan dirinya.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat
diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan
mengajar berjalan dengan lancar tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang
kuat bagi setiap santriwati.
Boleh dikatakan hampir semua kegiatan disekolah pada akhirnya
ditujukan untuk membentuk siswa mengembangkan potensi dirinya. Upaya
itu akan optimal jika siswa sendiri secara aktif berupaya mengembangkan
diri, sesuai dengan program-program yang dilakukan oleh sekolah. Oleh
karena itu, sangat penting untuk menciptakan kondisi siswa agar
mengembangkan diri secara optimal sebagai top leader di sekolah, dan kepala
sekolah memegang peran penting dalam menciptakan kondisi
demikian.(Hasbullah, 2006: 121)
Salah satu budaya sekolah yang harus dikembangkan adalah
kedisiplinan. Kedisiplinan bagi siswa sedikit banyak akan mempengaruhi
hasil belajarnya dan kedisiplinan ini harus dimulai dari guru sebagai teladan
yang utama. Contohnya seorang siswa yang memiliki minat belajar tinggi
kemudian memiliki guru yang malas-malasan pergi mengajar, masuk
kedalam kelas tidak tepat waktu, tidak memiliki kemampuan akademis yang
cukup untuk transfer ke anak didik, otomatis minat belajar akan menurun.
9
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Hal ini menurut Abdullah Al-Darraz sebagaimana dikutip Haidar
Putra Daulay, dikarenakan:
1. Terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi
pengisian otak, memberitahu mana yang baik dan mana yang jelek,
yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan
seterusnya.
2. Problema yang bersumber dari anak itu sendiri, yang berdatangan
dan latar belakang keluarga yang beraneka ragam, yang
sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya dirumah
tangga masing-masing dan ada yang belum.
3. Terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut berada
di pundak guru saja.
4. Keterbatasan waktu, ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia
dengan bobot materi pendidikan agama yang sudah
dirancangkan.(Haidar Putra Daulay, 2004: 220)
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan
lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya,
dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
Membicarakan tentang displin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan
persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi dikalangan
siswa pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan, seperti:
kehidupan seks bebas, keterlibatan dalam narkoba, geng motor dan berbagai
tindakan yang menjurus kearah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat
merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum.
Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan
penanggulangannya, dan disinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku
siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi
perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang
10
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
mendidik dan mengajarnya. Tidak sedikit pelanggaran yang dilakukan oleh
kepala sekolah, guru, maupun peserta didik; mulai dari penyalahgunaan dan
bantuan operasional oleh kepala sekolah, pembocoran soal atau kunci
jawaban oleh guru yang bermuara pada tawuran dan perkelahian pelajar,
semua itu disebabkan antara lain karena kurangnya atau lemahnya disiplin
yang memerlukan pembinaan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan disiplin
sekolah. Oleh karena itu, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, antara lain dapat dilakukan dengan pembinaan disiplin sekolah.
(Mulyasa, 2008: 190)
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Disiplin adalah: 1) latihan
batin dan watak yang maksimal supaya segala perbuatan selalu mentaati tata
terbib, 2) ketaatan pada aturan dan tata tertib (Purwodarminto, 1996: 254).
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni seorang
yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin
(Hurlock:1978:82). Menurut teori ini orang tua dan guru merupakan
pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup
yang menuju kehidupan yang berguna dan bahagia.
Menurut Oteng Sutisna dikutip Yamin dan Maisah disiplin adalah
esensial bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota
harus mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing dan
bekerja sama untuk kebaikan semua (Martinis Yamin dkk, 2009: 47).
The Liang Gie dalam kamus Administrasi yang dikutip oleh Hendyat
Soetopo merumuskan pengertian disiplin sebagai berikut : “Disiplin adalah
suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabungdalam suatu
organisasi tunduk padaperaturan-peraturan yang telahada dengan rasa senang
hati (Soetopo, 1989: 108).
Ahmad Rohani mengatakan, disiplin adalah setiap hal atau pun
pengaruh yang dibutuhkan untuk membantu seseorang agar dia dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga
penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan
peserta didik terhadap lingkungannya (Ahmad Rohani, 2004: 133-134).
11
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Powerbakawatja mengemukakan bahwa Disiplin adalah proses
mengarahkan, mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan,
keinginan atau kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita, atau tujuan
tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar (Syaiful Sagala, 2009: 205).
Menurut Ariwibowo dikutip Yamin dan Maisah Kata Disiplin atau
self-control berasal dari bahasa yunani, dari akar kata yang berarti
menggenggam atau memegang erat. Kata ini sesungguhnya menjelaskan
orang yang bersedia menggenggam hidupnya dan mengendalikan seluruh
bidang kehidupan yang membawanya kepada kesuksesan atau kegagalan
(Martinis Yamin dkk, 2012: 47).
Tinggi rendahnya disiplin kerja pendidik dalam perencanaan
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran dapat menjadi tolak ukur
terhadap kuantitas dan kualitas prestasi yang di miliki oleh para peserta didik.
Suatu keuntungan lain dari adanya bersikap disiplin adalah peserta didik
belajar hidup dengan membiasakan hal yang baik, positif, dan bermanfaat
dari diri dan lingkungannya.
Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang
ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntunan lingkungannya dan juga penting tentang
cara menyelesaikan tuntunan yang mungkin ingin tunjukkan peserta didik
terhadap lingkungannya.
Disatu sisi, disiplin berarti menekankan pada orang lain supaya patuh
pada kebanyakan orang, kata itu memberikan beberapa bayangan kekerasan,
menggambarkan hukuman, pembalasan, dan bahkan menyakiti. Disisi lain,
“Disiplin” mengacu pada menolong orang melalui bimbingan dan pelatihan.
Seperti Contoh, seseorang yang disiplin adalah seseorang yang mengikuti
ajaran-ajaran dari yang lain (Robert Bagal, 1998: 74).
Menurut Samuel A. Cypert (1991:130) dikutip Yamin dan Maisah
Disiplin diri adalah prinsip yang menyalurkan antusiasme kearah yang benar.
Disiplin diri adalah upaya mengendalikan pikiran, kebiasaan, dan emosi anda.
Kalau seseorang belum dapat menguasai disiplin diri, ia tidak akan sukses
12
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
dalam bidang apapun juga. Menuntutnya, disiplin diri merupakan sesuatu
yang harus dilatih terus-menerus (Martinis Yamin, 2012: 49).
Cypert lebih menekankan bahwa disiplin merupakan salah satu
persyarat untuk menjadi pemimpin. Untuk dapat berhasil memimpin orang
lain, ia harus terlebih dahulu mampu memimpin diri sendiri dalam hal
pikiran, kebiasaan, dan emosinya (Martinis Yamin dkk, 2012: 50).
Pendidik dalam tugas-tugas pembelajarannya dituntut memiliki
disiplin kerja yang tinggi. Karena tugas professional pendidik tidak dapat
dipisahkan darui pribadi-pribadi lain yang menuntut keteladanan (seperti
siswa, rekan sejawat, kepala sekolah, dan masyarakat). Tinggi rendahnya
disiplin kerja pendidik dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran dapat menjadi ukuran
terhadap kuantitas dan kualitas keluaran (Martinis Yamin dkk, 2012: 50).
Selain itu Webstart’s Dictinory yang dikutip oleh Oteng Sutisna
tersebut memberikan sejumlah definisi tentang disiplin diantaranya:
1. Latihan yang mengembangkan.
2. Pengendalian diri karakter atau keadaan serba teratur dan efisien.
3. Hasil pelatihan serupa itu, pengendalian diri, perilaku yang tertib.
4. Penerimaan atau kepatuhan terhadap kekuasaan dan kontrol.
5. Perlakuan yang menghukum dan menyiksa. (Jejen Musfah, Disiplin,
(http://suaranuraniguru.wordpress.com).
Pengertian diatas mengandung 2 unsur yaitu disiplin positif dan
negatif. Disiplin positif berupa proses hasil pengembangan karakter,
pengendalian diri, keadaan teratur, efesien. Sedangkan disiplin negatif berupa
disiplin yang dilakukan karena adanya ancaman dan hukuman.
Apabila dikaitkan dengan suatu lembaga perguruan tinggi, terutama
dengan keberadaan guru, berarti seorang guru harus memiliki sikap disiplin
dalam menjalankan tugasnya. Disiplin yang dijalankan harus berdasarkan
kesadaran terhadap aturan bukan karena rasa takut akan mendapatkan
hukuman.
13
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Prinsip-prinsip tentang kekuatan disiplin ini bersifat universal.
Kedisiplinan sudah dilakukan oleh Allah SWT ketika menciptakan dunia ini.
Kedisiplinan juga sudah diteladankan oleh Nabi Nuh ketika ia menerima
perintah Allah SWT untuk membuat bahtera dari kayu gofir dengan ukuran
yang ditetapkan oleh Allah SWT (Heru Susanto, 2011: 122) .
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan di maksud dapat
ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar. Didalam
pembicaraan disiplin ini kita mengenal dua istilah yang pengertian hampir
sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Didalam ilmu
pendidikan yang terdapat pada buku-buku digunakan, dikenal dengan dua
istilah yaitu disiplin dan tanda ketertiban, tetapi ada pula yang menggunakan
istilah siasat dan ketertiban (Suharsimi Arikunto, 1990: 114).
Daniel Goleman dikutip Yamin dan Maisah, menjelaskan bahwa batu
pertama karakter adalah “disiplin diri” kehidupan penuh keutamaan,
didasarkan pada pengendalian diri, disiplin diri akan memunculkan karakter
yang mampu memotivasi dan membimbing diri sendiri dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan, kemampuan menunda pemuasan, mengendalikan dan
menyalurkan dorongan untuk bertindak, dan disiplin diri ini tergambar dalam
wujud prilaku yang dapat menyelesaikan berbagai tugas kerja dalam waktu
yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Piet Sahertian & Aleida Sahertian
menjelaskan disiplin sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas
yang efektif. (Martinis Yamin dkk, 2012: 47-50).
Dalam aplikasinya, disiplin diri tampak sebagai karakter seseorang.
Kemampuan seseorang untuk memilih sesuatu yang lebih baik atau
menghindari hal-hal yang kurang bermanfaat untuk mencapai suatu
perubahan yang positif adalah wujud dari disiplin.
Karena penerapan disiplin yang baik dan kuat dalam proses
pendidikan akan menghasilkan mental, watak, dan kepribadian yang kuat,
seperti dalam hal siswa belajar membaca, belajar mencintai buku, dan belajar
bagaimana cara belajar dan lain sebagainya.
14
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat dipahami bahwa disiplin
adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan mereka
belajar. Disiplin yang meliputi ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata
tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (peraturan tata tertib).
Disiplin dalam bentuk prilaku atau tingkah laku yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku baik yang ditetapkan secara individu ataupun
kelompok sejak aturan itu diterapkan atau diberlakukan. Menegakkan disiplin
tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasaan dan kemerdekaan seseorang
akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar
kepada ia dalam batas-batas kemampuannya.
Tegaknya disiplin secara konsisten merupakan faktor pertama dan
utama yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar yang baik. Baik
suatu lingkungan belajar mengajar sebenarnya sangat ditentukan oleh disiplin
atau tata tertib yang dilaksanakan secara konsisten (Thursam Hakim, 2003:
44). Kelak diharapkan akan muncul guru-guru yang senantiasa berdisiplin
dalam mengembangkan ilmunya, walaupun tidak lagi dalam posisi sebagai
mahasiswa (Sajidan, 2009: 58).
Imam Taqiyyuddin Al-Razi didalam tafsirnya menyebutkan bahwa
Allah SWT bersumpah dengan waktu, yang mana didalamnya terdapat
banyak keajaiban, karena dengan waktu dapat menyebabkan manusia bahagia
atau sengsara, sehat atau sakit, kaya atau miskin.
Melalaikan waktu adalah suatu kebinasaan. Bisa jadi tanpa kita sadari
waktu akan membunuh kita, jikalau kita lalai dengan waktu, karena waktu
begitu cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali, terus berlari tanpa henti,
terus berputar tanpa kenal lelah dan tidak menghiraukan apa yang
ditinggalkannya. Waktu itu ibarat pedang bermata ganda, bisa mendatangkan
kebahagiaanmu dan bisa pula menjadi bumerang yang mendatangkan
kesengsaraanmu (Kalam Habib, (http://waktu. blogspot. com).
Jadi jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, maka
kita akan binasa sebagaimana binasanya seseorang yang terkena sabetan
pedang jika dia tidak segera menghindar dan melawannya maka dia (pedang)
15
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
akan memotong dan menghancurkannya, karena waktu bagaikan pedang yang
membunuh.
Niti Slameto secara umum mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi disiplin seseorang:
a) Perasaan Takut
Pendekatan disiplin yang digunakan adalah kekuasaan dan kekuatan.
Hukuman dan ancaman dalam hal ini diberikan kepada pelanggar peraturan
untuk membuatnya jera dan menakutkan, sehingga mereka tidak berbuat lagi
kesalahan yang serupa, yang akhirnya membuat mereka patuh pada peraturan
dan tata tertib yang berlaku.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan disiplin yang
berupa hukuman dan ancaman ini, apabila digunakan akan menjerakan dan
menakutkan bagi sipelanggar. Dan akibatnya akan menjadi disiplin. Namun,
disisi lain disiplin semacam ini dipandang kurang baik, karena ada
kemungkinan ada prilaku tersebut hanya bersifat sementara. Artinya si
pelanggar akan berprilaku disiplin jika ada yang mengawasi sedangkan jika
tidak ada yang mengawasi maka si pelanggar tidak akan berdisiplin.
b) Kebiasaan
Didalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kebiasaan mempunyai 2 arti,
(1) sesuatu yang biasa dikerjakan (2) pola untuk melakukan tanggapan
terhadap situasi tertentu yang dipelajari seseorang individu dan yang
dilakukannya (Departemen Pendidikan, 1999: 129).
Hal ini senada dengan Ummar Hasyim yang berpendapat bahwa:
“Perbuatan yang sering diulang-ulang melakukannya tentulah akan menjadi
kebiasaan. Bila kebiasaan diulang-ulang terus akhirnya akan menjadi watak
seseorang. Dan bila watak itu sudah menjadi cap pada diri orang tersebut
dengan cara mempraktekkan sesuatu perbuatan yang sama, maka orang
tersebut memiliki kepribadian, dan kepribadian itulah yang nantinya akan
membuat orang lain tau siaapa dia itu sebenarnya.”
Dari kutipan diatas, maka jelaslah bahwa betapa pentingnya aspek
kebiasaan ditanamkan dalam seluruh segi kehidupan manusia yang bersifat
16
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
positif, dan hal itu telah biasa, niscaya kepribadian orang pun akan tampak
secara terang. Tentunya hal ini kebiasaan positif.
Menurut Hurlock disiplin mempunyai empat unsur pokok yaitu:
peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan
dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya,
hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang
baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.
Adapun indikator disiplin menurut Singgih D. Gunarsah terdiri dari
tepat waktu, tegas dan bertanggung jawab: dari ciri-ciri tersebut, penulis akan
menjelaskan secara singkat yaitu sebagai berikut:
a) Tepat waktu
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia tepat mengandung arti 1) betul,
lurus, kebetulan benar; 2) benar; 3) tidak ada selisih sedikitpun; 4) betul,
cocok dan 5) betul mengenal. Sedangkan waktu dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, saat tertentu untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian tepat
waktu dalam mengajar berarti suatu aktivitas mengajar yang dilakukan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan atau sesuai dengan aturan.
b) Tegas
Setiap guru hendaknya memiliki sikap tegas, karena dengan memiliki
sikap ini setiap mahasiswa akan patuh dan taat untuk dapat belajar dengan
baik guru yang tegas akan mendorong mahasiswa pada perbuatan yang baik.
c) Tanggung Jawab
Seorang guru harus yakin bahwa pada hakikatnya mengajar atau
mendidik adalah amanat yang sangat suci dan mulia yang diberikan oleh
Allah SWT. Dengan demikian seorang guru memiliki rasa disiplin akan
haknya menjalankan tugas. Adapun tugas dan tanggung jawab guru adalah
mengajar dan mendidik, dengan demikian guru bertanggung jawab terhadap
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar
dapat dicapai dengan baik, maka guru dapat dikatakan bertanggung jawab.
(Gyimnastiar, 2007: 27)
17
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Gymnastiar mengajarkan sembilan kiat mengelola waktu, agar kita
bisa membiasakan Disiplin dan memanfaatkan waktu, yaitu: pertama,
biasakan tertib dan teratur. Dalam melakukan sesuatu harus patuh kepada
aturan, kalau mengambil sesuatu kembalikan ke tempat semula, biasakan rapi
dan bersih dalam bekerja, ingat atau beri tanda tempat meletakkan sesuatu
agar tidak lupa disaat dibutuhkan, serta beri ruang agar lalu lintas lancar,
kedua selalu terencana.
Setiap pekerjaan usahakan ada target yang proporsional kalau perlu
tertulis, siapkan cadangan bila target pertama gagal, jangan tergiur dengan
sesuatu yang datang tiba-tiba; ketiga, biasakan bekerja dengan data dan
informasi akurat. Artinya, sebelum melakukan sesuatu, himpun data yang
akurat, bukan ala kadarnya.
Kalau perlu buat dokumentasinya, serta pahami informasi balikannya;
keempat sediakan perangkat yang memadai. Artinya, sebelum melakukan
sesuatu, siapkan alat yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan dengan
mengenali cara pemakaiannya. Kalau akan minta bantuan, serahkan kepada
ahlinya.
Bila selesai bekerja, bersihkan, simpan, dan letakkan alat dalam
keadaan siap digunakan kembali (ready to combat). Siapkan cadangan atau
serap terhadap hal-hal penting serta biasakan merawat peralatan secara
berkala; kelima, jangan menunda atau mengulur waktu . maksudnya , hindari
menunda-nunda waktu karena akan berakibat dengan tergesa-gesa atas
penundaan itu. Mengerjakan sesuatu dalam keadaan tergesa-gesa akan terlalu
besar resikonya; keenam, selalu tepat waktu. Laksanakan sesuatu sesuai
waktu yang ditentukan atau disepakati. Jangan merasa rela atau beruntung
bila menunda sesuatu; ketujuh, usahakan cepat, ringkas, dan selamat, dengan
cara membuat standar waktu yang pantas untuk menyiapkan sesuatu serta
berlatih cepat dan gesit melakukannya; dan kedelapan, biasakan cek dan
ricek, dengan cara membuat daftar yang akan dikerjakan, menandai yang
sudah dilaksanakan, kemudian meneliti kembali setelah selesai (Gyimnastiar,
2007: 28).
18
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Untuk mendisiplinkan peserta didik, guru harus mempertimbangkan
berbagai situasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal berikut:
1. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan
kamulatif.
2. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya
melaui daftar hadir dikelas.
3. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta
didik.
4. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak
bertele-tele.
5. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam
pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak
penyimpangan. (Rohiat, 2008: 22-23)
Pada kesimpulannya kedisiplinan merupakan salah satu jalan untuk
menertibkan santri khususnya di lingkungan sekolah dengan cara mengontrol
dan mengawasi perilaku santri.
3. Pengertian Pondok Pesantren
Menurut M. Arifin Pondok Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan
sistem asrama. Para santri menerima pendidikan agama melalui sistem
pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan
kepemimpinan seorang atau beberapa orang kiai. (Rohiat, 2008: 240)
Kemudian lembaga research Islam mendefenisikan pondok pesantren adalah
suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-
pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggal para
santri tersebut. (Rohiat, 2008: 52)
Mujammil Qomar, menyatakan bahwa pondok pesantren memiliki
persepsi yang plural. Pondok pesantren dapat dipandang sebagai lembaga
ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling populer
adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami proses romantika
19
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
kehidupan dalam menghadapi berbagai kehidupan dalam menghadapi
berbagai tantangan internal maupun eksternal.(Mujammil Qomar, 2005: 2)
Menurut tradisi umum pondok pesantren, pengetahuan seseorang
diukur dari jumlah buku yang telah dipelajarinya dan kepada ‘ulama’ siapa
seseorang telah berguru. Jumlah buku dalam tulisan arab yang ditulis oleh
para ulama terkenal yang harus dibaca telah ditentukan oleh lembaga-
lembaga pondok pesantren kemudian masing-masing kiai dari berbagai
pondok pesantren biasanya mengembangkan diri untuk memiliki keahlian
dalam cabang pengetahuan tertentu, kitab-kitab yang mereka baca pun cukup
terkenal. Dengan demikian homogenitas pandangan hidup keagamaan terbina
dengan baik, tetapi disamping itu sifat kekhususan seorang kiai juga dapat
tersalurkan. Pondok pesantren Tremas di Pacitan misalnya, terkenal dengan
kiai-kiai yang ahli dalam tata Bahasa Arab; K.H. Hasyim Asy’ari dari
Tebuireng terkenal dalam ilmu Hadits, sedangkan pondok pesantren Jampes
di Kediri terkenal dengan kiai-kiai yang ahli dalam bidang tasawuf.
Kemasyhuran seorang kiai dalam jumlah maupun mutu kitab-kitab yang
diajarkan sebuah pondok pesantren menjadi faktor pembeda antara satu
pondok pesantren dengan pondok pesantren yang lain. (Mujammil Qomar,
2005: 22)
Kegiatan pembelajaran di lingkungan pondok pesantren berbeda
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah formal, hal yang demikian ini sesuai
dengan pendapat Abdur Rahman Shaleh, bahwa:
“Pondok pesantren memiliki ciri sebagai berikut: 1) ada kiai yang
mengajar dan mendidik, 2) ada santri yang belajar dari kiai, 3) ada masjid, 4)
ada pondok atau asrama tempat para santri bertempat tinggal. Walaupun
bentuk pondok pesantren mengalami perkembangan karena tuntutan
kemajuan masyarakat, namun ciri khas seperti yang disebutkan selalu nampak
pada lembaga pendidikan tersebut. Sistem pendidikan pondok pesantren
terutama pada pondok pesantren yang asli (belum dipengaruhi perkembangan
dan kemajuan pendidikan) berbeda dengan sistem lembaga-lembaga
pendidikan lainnya.(Abdur Rahman, 2003: 10)
20
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Ketika kita mau menelusuri lebih jauh lagi tentang apa itu sebenarnya
pesantren, tentu akan muncul begitu banyak arti dan pendapat tentang
pesantren. Dari sekian pengertian di atas disini penulis mencoba menarik
kesimpulan, bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam
tradisional yang mempunyai ciri khusus yang telah mengembangkan diri dan
ikut serta dalam pembangunan bangsa serta berperan dalam proses
penyebaran agama Islam di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga
saat ini.
B. Studi Relevan
1. Penelitian Istiaomah (TP. 070 639) tahun 2011 mengenai mengenai peran
guru mata pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Bustanul Huda Desa Pagar Puding
Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo. Dalam penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa Siswa masih lemahnya kemampuan siswa dalam
belajar sehingga cenderung tidak tidak terkontrol perilakunya. Siswa
kurang introspeksi diri dalam melaksanakan peraturan disiplin di kelas,
seperti ada siswa yang membawa handphone, sehingga membuat anak
kurang nyaman dan konsentrasi terganggu karena handphone tidak
dimatikan saat belajar. Masih lemahnya hukuman siswa. Rendahnya
dukungan sebahagian orang tua dalam menyelesaikan masalah akhlak
siswa yang buruk.
Permasalahan yang terlihat, sehubungan dengan penegakan
kedisiplinan siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran, dimana
keseharian di sekolah dari semua siswa kelas VIII, sebagian besar belum
menunjukkan kedisiplinan sebagaimana mestinya.
2. Penelitian Hamida (TP. 080 221) Mengenai Perhatian Guru Terhadap
Kedisiplinan Siswa di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Karya
Pembangunan (PKP) Al-Hidayah Kota Jambi. Dalam penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa Sering terjadinya siswa-siswi berpacaran di
lingkungan sekolah. Sering mengabaikan dan pelanggaran tata tertib.
21
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Tidak peduli terhadap kebersihan dan lingkungan sekolah Membolos pada
pelajaran tertentu.
Permasalahan yang terlihat sehubungan yang terjadi di sekolah
pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering
ditentukan menentang dari pelanggaran tingkat ringan hingga tingkat
tinggi, seperti kasus bolos, perkelahian, tawuran, pencurian keluar arena
sekolah dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.
Dari beberapa penelitian di atas maka terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan, yaitu:
1. Persamaan
Persamaaannya adalah penelitiannya mengenai peran kedisiplinan
siswa di sekolah tertentu. Di dalam penelitian ini sama-sama membahas
bahaimana cara meningkatkan kedisiplinan siswa siswi.
2. Perbedaan
Dari hasil penelitian saya dengan penelitian di atas terdapat
perbedaan dalam upaya yang dilakukan para guru serta terdapat kendala
yang berbeda pula. Di dalam penelitian saya kendala yang dihadapi oleh
guru atau pimpinan itu pada umumnya disebabkan oleh pengaruh
lingkungan dan kurangnya kedisiplinan (tata tertib).
Sedangkan pada penelitian-penelitian yang menjadi studi relevan
dia atas kendala yang dihadapi guru atau pimpinan selain selain faktor
kesibukan kenakalan anak atau siswa-siswi dan pengaruh lingkungan anak
menjadi faktor.
Adapun usaha yang dilakukan oleh para guru dalam penelitian saya
yaitui dengan selalu memberikan nasehat dan teguran kepada santriwati
(hukuman). Sedangkan di dalam penelitian yang menjadi studi relevan
para guru cenderung otoriter dalam usaha guru dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa-siswi.
22 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Durian Lecah Kecamatan Sungai Manau Kabupaten
Merangin. Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yang dilihat dari sudut pandang pendidikan dengan mengkaji tentang
implementasi kedisiplinan di pondok pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah
kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin
B. Jenis Dan Sumber data
1. Jenis data
a. Data primer
Pengumpulan data primer tetap dilakukan dengan menggunakan tenaga
pembantu, asalkan penelitian telah menghayati permasalahan yang dihadapi
atau telah menemukan objek penelitiannya. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.
Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak
berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan.(Lexy J. Moleong,
2004: 90) Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data
tentang tentang implementasi kedisiplinan siswa siswi di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin Desa Durian Lecah Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Lexy J. Moleong, 2004: 91) Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran
umum tentang implementasi kedisiplinan siswa siswi di Pondok Pesantren Nurul
Yaqin Desa Durian Lecah kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin seperti:
1) Historis dan geografis
2) Struktur organisasi
3) Keadaan guru, karyawan dan siswa
4) Keadaan sarana dan prasarana
23
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
2. Sumber Data
Sumber data adalah dimana data diperoleh.(Amirul Hadi, 2004: 122)
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan dokumentasi
meliputi:
a. Kepala sekolah
b. Waka kesiswaan
c. Guru-guru
d. Santriwati
C. Setting Dan Subjek Penelitian
1. Setting penelitian
Lokasi penelitian ini di tentang implementasi kedisiplinan siswa siswi di
Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah kecamatan Sungai Manau
kabupaten Merangin, dengan alasan sekolah ini adalah sekolah yang masih
dihadapkan pada permasalahan kedisiplinan santriwati .
2. Subjek penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah santri-santri,
kepala Madrasah, guru, waka kesiswaan dan guru bidang keamanan di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah kecamatan Sungai Manau kabupaten
Merangin.
Penentuan subjek didasarkan dengan tekhnik purposive sampling. Purposive
sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan
sampel yang di perlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat
dikatakan secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-
orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel.
Sebagai keyinforman yaitu guru bidang keamanan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Desa Durian Lecah. Adapun sebagai responden ditetapkan santri-santri di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah sebagai informan tambahan.
D. Metode pengumpulan Data
1. Observasi
“Metode observasi atau disebut juga dengan pengematan merupakan
kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh
indera”(Suharsimi, 2006: 156) Penulis menggunakan metode observasi partisipan
untuk melihat tentang implementasi kedisiplinan siswa siswi di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin Desa Durian Lecah kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin.
Langkah-langkah yang dilakukan:
a) Mengamati sistem pendidikan dalam Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa
Durian Lecah.
24
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
b) Mengamati bentuk pelaksanaan dan kegiatan dalam meningkatkan kedisiplinan
di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah.
c) Memperhatikan metode-metode yang diterapkan guru dalam menerapkan
kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah.
d) Memperhatikan kebijakan-kebijakan pihak pesantren dalam mengatasi
permasalahan soal kedisiplinan.
2. Wawancara
‘’Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara”(Suharsimi, 2006: 156)
Wawancara tidak terstruktur penulis gunakan sebagai instrumen pelengkap
observasi untuk pengumpulkan data dilapangan implementasi kedisiplinan
santriwati di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah kecamatan
Sungai Manau kabupaten Merangin, seperti:
a. Bentuk penerapan kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin
b. Kendala yang dihadapi guru dalam implementasi kedisiplinan di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin.
c. Upaya mengatasi kesulitan dalam penerapan kedisiplinan di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai “…cara mencari data mengurai hal-hal atau
variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrif, buku, surat kabar,
majalah, notulen rapat, prasasti, legger agenda dan sebagainya.”(Suharsimi,
2006: 231) Dokumentasi penulis gunakan sebagai Instrumen utama untuk
memproleh semua data-data yang berhubungan dengan gabaran umum
implementasi kedisiplinan santriwati di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa
Durian Lecah kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin, seperti:
a. Historisdan geografis
b. Struktur Organisasi
c. Keadaan guru, karyawan dan siswa
d. Keadaan sarana dan prasarana .
E. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, maka penulis menggunakan analisis data kualitatif. Data
kualitatif ini akan dianalisis dengan:
1. Analisis Domain
25
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian. Data
diperoleh dari grand tour. Hasilnya berupa gambaran umum tentang objek yang
diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang
diperoleh belum mendalam, masih dipermukaan, namun menemukan domain-
domain atau katagori dari situasi sosial yang diteliti.(Sugiono, 2007: 349) Analisis
domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan
penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai implementasi kedisiplinan pondok
(studi kasus di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah Kecamatan
Sungai Manau Kabupaten Merangin)
2. Analisis Taksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan domain-
domain atau kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang
dipilih oleh peneliti ditetapkansebagai fokus penelitin. Perlu diperdalam lagi melalui
pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus
melalui pengamatan. Wawancara mendalam dan dokumentasi sehingga data yang
terkumpul menjadi banyak. Oleh karena itu pada taha ini diperlukan analisis lagi
yang disebut dengan taksonomi.(Sugiono, 2007: 356) Analisis taksonomi ini
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan penelitian secara
garis besarnya yaitu mengenai implementasi kedisiplinan pondok (studi kasus di
Pondok Pesantren Nurul Yaqin Desa Durian Lecah Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin)
3. Analisis Komponensial
Pada analisis komponensial yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain
bukanlah keserrupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau
yang kontras. Data ini dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang
terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut,
sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat
ditemukan.(Suharsimi, 2006: 359) Analisis komponensial ini digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh dari lapangan penelitian secara garis besarnya
yaitu: mengenai implementasi kedisiplinan pondok (studi kasus di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin Desa Durian Lecah Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin).
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Perpanjangan Waktu Peneliti.
Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri
pada hal-hal tersebut secara rinci.(Yanti, 2013: 17)
2. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. (Lexy J. Moleong, 2004: 330) Penelitian ini
menggunakan triangulasi dengan sumber membandingkan dan mengecek balik
derajat keperayaan/informasi yang diperoleh melalui waktu penelitian kualitatif. Hal
ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
26
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, dan orang
berpendidikan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. (Lexy J. Moleong, 2004: 330)
27
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
G. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dilapangan yang sesuai dengan perencanaa sebelumnya, maka
penulis membuat jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Peneilitan
Catatan : jadwal sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan keperluan.
No Kegiatan Oktober
2017
November
2017
Februari
2018
Juni
2018
Juli
2018
Agustus
2018
September
2018
Oktober
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan dosen
pembimbing
x
2 Bimbingan proposal x x x
3 Seminar proposal x
4 Perbaikan proposal x x
5 Pengurusan izin
riset
x x
6 Pelaksanaan riset x x x
7 Penyusunan data x x
8 Penulisan skripsi x x x x
9 Konsultasi dan
perbaikan skripsi
x x X
10 Penyempurnaan x x
11 Penggandaan
skripsi
28 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umun
1. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Kilas balik Pondok pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau dapat
diurut dalam empat periode. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Periode Sosialisai gagasan (tahun 1957-1958)
Berdirnya pondok pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau tidak
terlepas dari ide serta perenungan dari KH.Abdur Rahman.S (Pendiri
sekaligus Pimpinan) yang diilhami Firman Allah Surah Al-Hujurat: 15,
dipenghujung tahun 1957. Kendala terbesar yang dihadapi dalam
realisasi gagasan itu adalah disamping KH.Abdur Rahman.S masih
belajar juga kesulitan untuk mencari Donatur yang bisa diajak untuk
kerja sama. Sosialisasi ide dilakukan di berbagai kesempatan
khususnya kepada seluruh guru-guru yang berada di Durian
Lecah.Kondisi terus berlanjut sampai akhir tahun 1958. Pada tahun itu
mulai mendapat respon positif dari guru-guru dan para donatur yang
berada di Sungai Manau dan juga respon tersebut juga disampaikan
dari guru-guru di pondok pesantren Musthafawiyah Purba Baru
Medan, dan Pondok Darul Falah Aceh Utara yang diwujudkan dengan
melaksanakan awal pendirian Pondok Pesantren.
b. Periode Awal Pendirian Pondok Pesantren (1958)
Tepatnya tanggal 21 April 1958KH.Abdur Rahman.S
dipecayakan untuk memimpin Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai
Manau, pada tanggal 03 September 1994maka keluarlah izin
operasional Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau dengan
akta Notaris dari Burhanuddin, SH No.1 Tahun 1994. Selanjutnya
setahun kemudian tepatnya pada tanggal 05 September 1994 resmilah
berdirinya Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau.
29
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
c. Periode Perkembangan (1994-sekarang)
Semenjak Periode ini Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai
Manau mulai berangsur berkembang di bawah kepemimpinan
KH.Ahmad Sabri.AR Pada tahun 2006 dibuka Program Tsanawiyah
(MTs) dan diikuti Program Aliyah tahun 2008. Hal ini dilakukan untuk
memberi kesempatan yang lebih luas kepada santri dan santriwati
Kecamatan Sungai Manau dan sekitarnya agar dapat melanjutkan
pendidikannya ke Perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri.
Penerapan Kurikulum Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Depag dan
Diknas dilakukan secara integral. Arah Pendidikan Pondok Pesantren
Nurul Yaqin semakin terarah berdasarkan visi, misi tujuan dan rencana
strategis yang dicanangkan tahun ajaran 2009/2010.
2. Jiwa Pondok Pesantren
Nilai-nilai positif yang senantiasa ditanamkan di pondok Pesantren
Nurul Yaqin terimplementasi pada panca Jiwa Pondok sebagaimana
Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Medan, dan Pondok
Pesantren Darul Falah Aceh Utara.Penyikapan nilai tersebut bukan saja
dilakukan oleh setiap guru, santri, karyawan dan keluarga Pondok
melainkan juga harus disikapi oleh Pondok Pesantren Nurul Yaqin sebagai
lembaga Pendidikan.Lima jiwa yang memotivasi seluruh gerak pondok
pesantren Nurul Yaqin sebagai lembaga pendidikan.
3. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
1. Sebagai Pusat Pendidikan Islam
2. Terwujudnya Santri sebagai kader ulama yang berbakti kepada
Nusa, bangsa dan agama.
3. Teriptanya santriyang berakhlaq Mulia dan berbudi tinggi.
4. Terwujudnya santri yang mampu menguasai dan memahami kitab
kuning, serta pengemban ilmupengetahuan dan masyarakat yang
berjiwa pesantren.
b. Misi
30
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
1. Melaksanakan pendidikan untuk membentuk pribadi yang berbudi
tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas.
2. Melakukan pendalaman dan pengembangan ilmu keislaman.
3. Melakukan pendalaman dan pemahaman kitab-kitab kuning.
4. Melakukan pemberdayaan masyarakat yang sinergi, partisipatif,
kooperatif dalam bidang keagamaan, ekonomi dan sosial budaya.
c. Tujuan
Adapun tujuan berdirinya Pondok Pesanten Nurul Yaqin
Sungai Manau adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan Santri dalam ilmu agama dan
menjadikan Santri disiplin di segala hal.
2. Meningkatkan pengetahuan Santri untuk mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
budaya yang didasari ajaran Islam.
3. Meningkatkan kemampuan Santri sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan sosial, budaya
dan alam sekitarnya dijiwai ajaran islam.
4. Mencetak manusia yang siap pakai, beriman, bertaqwa, dan
menjadikan mereka yang “Bertafwaauh Fiddin” serta paham
tentang hukum-hukum Islam.
d. Dasar
1. Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau Kec. Air Hitam
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dan
mengacu pada sistem Pendidikan Nasional.
2. Pondok Pesantren Nurul Yaqin berdasarkan Al-Quran, Al-Hadits,
Ijma’ para ulama dan Qiyas.
4. Sistem Pendidikan
Pendidikan klasikal berasrama yang memadukan Tri Pusat
Pendidikan dalam sistem pembinaan 24 jam. Pendidikan yang
dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau, meliputi
program:
31
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
a. Program non Formal:
1) Ma’had:
a) Tingkat Dasar yaitu Pesantren Tingkat Ula
b) Tingkat Lanjutan yaitu Pesantren Tingkat Wustha
c) Tingkat Menengah yaitu Pesantren Tingkat Ulya
d) Tingkat Atas yaitu Thuatiah (Kelas VII)
e) Bustanul Muhaqqiqin (Ma’had Aly)
2) Majelis Ta’lim
3) PAMI
b. Program Formal
1) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
2) Madrasah Aliyah (MA)
c. Program Wajar Dikdas:
1) Pondok Pesantren Jenjang Ula (6 tahun)
2) Pondok Pesantren Jenjang Wustha (3 tahun)
d. Program Diniyah
1) Madrasah Diniah Takmiliyah Awaliyah
2) Madrasah Diniah Takmiliyah Wustha
3) Madrasah Diniah Takmiliyah Ulya
Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum pondok pesantren
Nurul Yaqin, Kurikulum Depag dan Kurikulum Diknas secara terpadu.
e. Kegiatan Ekstra Kurikuler:
1) Qiro’atul Quran
2) Diskusi Ilmiah
3) Muhadharoh (pidato tiga bahasa; Indonesia, Arab dan Inggris)
4) Keterampilan Dasar Komputer dan Multimedia
5) Kaligrafi
6) Seni Lukis
7) Tata Busana/Tata Boga
8) Seni Musik dan Rebana
9) Bela Diri
32
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
10) Olahraga (Bola Kaki, Voli, Basket, Tenis Meja, Badminton, Sepak
Takraw dll)
11) Pramuka
12) Keterampilan Menjahit
13) TPSA dan Barzanji Marhaban dan Sholawat
5. Kurikulum dan Silabus
Selaras dengan tujuan institusionalnya yakni membina dan
membentuk kader-kader ulama dan kader umat yang konsen dan komit
terhadap masa depan Islam, maka lembaga ini menyusun komposisi
kurikulum pendidikan dan pengajaran sebagai berikut:
a. Komponen Kurikulum Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Tabel 4.1Komponen Kurikulum
No Komponen Bid. Studi/Jenis Kegiatan Buku, Teks Rujukan/ket.
1 Kitab Kuning/Arab
a. Nahwu
b. Shorof
c. Fiqh
d. Tauhid
e. Tasawuf
f. Akhlaq
g. Tafsir
h. Hadits
i. Tarikh
j. Mantiq
k. Bayan
l. Ma’ani
m. B. Arab
n. Badi’
o. Imla’
p. Khot
q. Tajhizul Mayit
r. Ilmu Tafsir
s. Ushul Fiqh
t. Musthalah Hadits
u. Ilmu Faraid
v. Ilmu ‘Arud
w. Tajwid
x. Mahfuzat
- Kurikulum Pondok
Pesantren Nurul
Yaqin Sungai
Manau.
- Bidang studi
tersebut
disesuaikan dengan
tingkat kompetensi
santri.
2 Buku Pelajaran Pokok MTs dan a. Matematika
b. Bahasa Indonesia Kurikulum Diknas dan Depag
33
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
MA c. Bahasa Inggris
d. PKn
e. IPA Terpadu
f. IPS Terpadu
g. Penjas
h. TIK
i. Fiqh
j. SKI
k. Bahasa Arab
l. Sejarah Nasional
m. Ekonomi
n. Sosiologi
o. Antropologi
p. Tata Negara
q. Aqidah Akhlak
r. Al-Quran Hadits
s. Ulumul Quran
t. Kesenian
(MTs dan MA)
3 Ilmu Pendidikan
a. At-Tarbiyah Wat Ta’lim
b. At-Tarbiyah Al-Amaliyah
c. Sejarah Pendidikan
d. Ilmu Jiwa Perkembangan
e. Praktek Mengajar
Kurikulum dan Program Pondok
Pesantren Nurul
Yaqin
(Dokumentasi Pondok Pesantren, 2016)
b. Tenaga Kependidikan
Salah satu ciri khas yang melekat dan menjadi trde mark
Pondok Pesantren Nurul Yaqin adalah memposisikan para gurunya
sebagai pendidik dan pengajar bagi anak didiknya. Singkat kata guru
sekaligus orang tua santri yang digugu dan ditiru segala aspek dan
sepak terjangnya dan perilakunya sehari-hari, sehingga apa yang
dilihat, didengar, dirasakan dan dipikirkan para santri adalah hal-hal
yang bernuansa dan bernafaskan ajaran luhur Islam. Kondisi ideal dan
objekrtif ini selalu diusahakan dan dipertahankan keberadaannya.
Atas dasar pemikiran di atas Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Sungai Manau selalu menjaga komposisi guru Pondok Pesantren
dengan Guru, hal ini tampak jelas sebagai berikut:
34
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Tabel 4.2Nama-nama Tenaga Pengajar
No Nama Guru Jabatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
KH. Ahmad
Sabri.ARKH.Jalaluddin.LC
A. Rahim.S.Pd.I.MPd
Zaharuddin
M.Sobirin
Hamidi Ali.S.Pd.I
M.Isa
M.Amin
Siti Zahroh
H.Jalaluddin
A. Rahim.S.Pd.I.MPd
Zaharuddin
M.Kamil.SPd.I
Siti Asiah
Hamidi Ali.S.Pd.I
A.Rahim.S.Pd.I.MPd
Ketua/pimpinan
Wakil Ketua
Sekretaris Umum
Wa.Sek
Bendahara
Bag.Pendidikan
Bag.Ibadah
Bag.Keamanan
Bag.Asrama
Bag.Ekonomi
Balitbang
Koordinator salafiah
Ula
Koordinator salfiah
wustho
Koordinator Panti
Jompo
Koordinator panti
anak
Kepala MTs
Kepala MA
(Dokumentasi Pondok Pesantren, 2016)
c. Keadaan Sarana Fisik dan Fasilitas Penunjang Lainnya
Sarana dan prasarana fisik bangunan serta fasilitas penunjang
proses kegiatan pendidikan dan pengajaran sampai saat ini masih
sangat memprihatinkan, namun tidak mengurangi semangat dan
dedikasi para pendidik dan pengasuh dalam mendidik, mengajar serta
membina kader-kader umat. Sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang lainnya yang tersebut di atas tergambar sebagai berikut:
35
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Tabel 4.3Sarana dan Prasarana
No Jenis Ruangan atau
Bangunan
Permanen (Unit) Seni Permanen (Unit) Darurat (Unit) Jml. (Unit)
Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak berat
1 Ruang Kelas 2 1 3 6
2 Asrama Putri 3 3
3 Asrama Putra 3 3
4 Musholla/Masjid 1 1
5 WC. Guru 1 1
6 Rumah Kepala 1 1
(Dokumentasi Pondok Pesantren, 2016)
d. Usaha-usaha Pondok dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Guru
dan Kesejahteraannya Serta Penambahan Fasilitas Bangunan
Fisik
1) Usaha Peningkatan Guru:
a) Mengikutsertakan para guru dalam program penataran yang
diadakan oleh kanwil Depag Provinsi Jambi.
b) Mengadakan evaluasi kepengasuhan dan proses KBM rutin
setiap minggu.
c) Memberi kelonggaran kepada guru untuk mengikuti program
sarjana dan pasca sarjana.
2) Usaha-usaha peningkatan kesejahteraan guru; Untuk sementara
sekarang belum ada usaha dan kegiatan untuk kesejahteraan guru.
3) Usaha-usaha ekonomi pondok penunjang peningkatan seluruh
komponen pondok: untuk sementara sekarang belum memiliki
ekonomi untuk penunjang peningkatan komponen pondok
pesantren.
e. Beberapa Proses Kegiatan yang Tidak Berjalan Optimal
1) Manjemen Organisasi yang kurang efektif.
2) Kesenjangan antara kurikulum potensial pondok dengan
kurikulum aktual.
36
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
3) Terbatasnya guru bidang studi agama maupun umum.
4) Rekrutmen peserta didik yang selektif.
5) Penambahan dan rehabilitas sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang proses dan KBM yang kurang proporsional.
f. Faktor-faktor potensial dalam usaha melakukan perbaikan dan
perkembangan
1) Pimpinan pondok berkuasa penuh dalam menetapkan dan
memutuskan suatu kebijakan internal maupun eksternal pondok
pesantren/lembaga.
2) Struktur organisasi dengan Job deskripsi yang jelas.
3) Adanya keterampilan harmonis Tri Pusat pendidikan dengan pola
pembinaan 24 jam.
g. Faktor-faktor penghambat dalam usaha memanfaatkan potensi
yang ada serta optimalisasinya
1) Kendala Internal Lembaga:
a) Belum sempurnanya penyusunan tujuan instrusional umum
dan khusus kurikulum pondok.
b) Sistem evaluasi dan bimbingan studi belum terlaksana sesuai
dengan pedoman yan ada.
c) Belum terpenuhinya sarana dan fasilitas penunjang KBM yang
ideal.
d) Kurang optimalnya peran serta guru dalam proses pendidikan
dan pengajaran.
e) Kesejahteraan guru yang belum ada untuk menunjang KBM.
f) Sarana fisik bangunan yang masih sangat sederhana dan
bersifat darurat.
2) Faktor Eksternal Lembaga:
a) Penyesuaian kalender program kurikulum pondok dengan
kurikulum tahunan Depag/Diknas.
37
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
b) Keinginan orang tua santri yang terlalu optimis akan
kesuksesan anaknya tanpa memperdulikan latar belakang dan
kompetensi akademiknya.
c) Sulit memperdulikan persepsi antara pihak pondok pesantren
dengan pihak orang tua santri tentang tujuan pondok
pesantren.
B. Temuan Khusus
1. Implementasi Kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Berbicara masalah disiplin pada dasarnya sangatlah penting terutama
dalam lingkungan pendidikan. Tumbuhnya sikap kedisiplinan bukan
merupakan peristiwa mendadak yang terjadi sekeika. Kedisiplinan pada diri
seseorang tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan
itupun dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis di
Pondok Pesantren Nurul Yaqin, berikut ini dipaparkan implementasi
kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin, yaitu:
a. Membiasakan Sikap Disiplin dari semua lini
Disiplin menggambarkan sikap mental yang tercermin dalam tingkah
laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma, dan kaidah yang berlaku. Pada
dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan
mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaanya. Disiplin
merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai, untuk itu dosen
memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan sebab saat ini
terjadi erosi sopan santun dan erosi disiplin.
Sebenarnya sikap disiplin ini atau kebiasaan disiplin yang ditanamkan
oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam lingkungan dewasa di dalam
kingkungan keluarga, akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan
memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinannya kelak. Latihan-latihan
sederhana seperti: kebiasaan bangun pagi, melipat selimut dan merapikan
38
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
tempat tidurnya sendiri, segera menuju ke kamar mandi setelah mengatur
tempat tidur, mencuci tangan dan kaki begitu tiba di rumah sehabis
bepergian, menggosok gigi dan membersihkan dirinya sebelum tidurserta
lain-lain kebiasaan baik, akan merupakan bagian integral dari sikap
kedisiplinan setelah menyatu dengan proses internalisasi nilai-nilai yang
tanpa maupun dengan sengaja ditanamkan kepada Santri. Pembentukan sikap
kedisiplinan yang dibawa dari lingkungan ini akan merupakan modal besar
bagi pembentukan sikap kedisiplinan lingkungan sekolah.(Observasi, 28
Agustus 2018)
Dengan bertambahnya lingkungan Santri yang semula hanya
lingkungan keluarga dan setelah mereka memasuki sekolah lalu bertambah
dengan lingkungan baru yaitu lingkungan sekolah, akan bertambah pula butir-
butir kedisiplinan yang lain. Ketepatan datang di sekolah, mendengar bunyi
bel sebagai salah satu bentuk peraturan untuk masuk, pergantian jam
pelajaran dan keluar kelas dalam kehidupan di sekolah, merupakan contoh
bentuk kedisiplinan baru yang mempunyai corak, sifat dan daya laku yang
berbeda dengan peraturan di dalam kehidupan keluarga. Di sekolah, pada
umumnya peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh Santri dituliskan dan
diundangkan., disertai dengan sanksi bagi setiap pelanggarnya. Dengan
demikian maka jiak dibandingkan dengan kedisiplinan keluarga, kedisiplinan
di sekolah sifatnya lebih keras dan kaku.
b. Mentaati tata tertib pesantren
Di dalam pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan suatu masalah
penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang
sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak mungkin dapat mencapai
target maksimal.
Penyusunan peraturan dan tata tertib yan dilakukan dengan cermat dan
hati-hati akan mempermudah adanya kesadaran dan pengertian yang
dimaksud. Peraturan tidak bersifat seragam untuk semua kelas dengan
keadaan dan speksifikasi kelas-kelas yang bersangkutan. Tidak mungkinlah
bagi guru maupun Santri untuk menyelenggarakan pengajaran secara
39
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
produktif apabila tidak ada pedoman yang jelas bagi semua kegiatan
sekaligus penggunaan ruang dan peralatan lainnya. Demikian juga dalam hal
administrasi seperti absensi, pencatatan guru yang bertugas, pencatatan
kebutuhan bahan praktis, pengumpulan nilai dan lain-lainnya tentu akan
menghabiskan banyak waktu. Singkatnya dapat dikatakan bahwa tanpa
adanya peraturan dan tata tertib, kegiatan sekolah tidak akan efisien. (Tata
Tertib terlampir)
Hasil penelitian di lapangan khususnya di Pondok Pesantren Nurul
Yaqin Sungai Manau, bahwa pandangan guru terhadap kedisiplinan Santri
hanya sebagian guru yang memperhatikan tentang kedisiplinan Santri dan ada
juga guru yang memperhatikan tentang kedisiplinan Santri dan ada juga guru
tidak peduli dengan apa yang dilakukan Santri. Sehingga kedisiplinan di
sekolah sangat sulit untuk mencapai tujuan yang telah dibuat dalam peraturan
yang telah ada dalam lingkungan sekolah tersebut. Tata tertib sekolah tidak
akan tercapai tanpa kerja sama semua elemen-elemen yang berada dalam
lingkungan sekolah itu. Hal ini sesuai dengan hasil observasi di lapangan
ditemui suatu kenyataan bahwa Kondisi guru yang berada di lingkungan
Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau, sebagian ada guru yang benar-
benar memperhatikan tentang kedisiplinan Santri ada juga yang biasa-biasa
saja dalam menanggapi masalah kedisiplinan Santri. Hal ini terlihat ada guru
yang mengejar dengan membawa kayu rotan supaya para Santri lebih takut
dan bersegera masuk kelas.(Observasi, 18 Agustus 2018)
Kemudian hal ini sebagaimana dikemukakan salah seorang Ustadzah,
bahwa:
Disiplin itu sangat penting untuk proses pembelajaran yang efektif dan
efesien. Pesantren itu akan tanpa mutu dan berkualitas jika orang yang
berada dalam lingkungan sekolah itu akan mentaati peraturan yang ada.
Sebagai salah satu tenaga pendidik dan pimpinan, maka saya selalu
berusaha supaya para Santri mentaati tata tertib yang ada.(Wawancara,
25 Agustus 2018)
Kemudian hal ini sebagaimana dikemukakan salah seorang Ustadz,
bahwa:
40
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
“Kedisiplinan Santri merupakan kepentingan dan tanggung jawab
bersama. Baik bagi pendidikan, orang tua, dan lingkungan. Dalam hal
itu guru sebagai orang yang berperan aktif dalam peningkatan
kedisiplinan Santrinya dalam mewujudkan peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang cerdas, terampil dan memiliki hati mulia. Tentunya
dengan upaya memperhatikan Santri secara terus-menerus di dalam
proses belajar dan di luar pembelajaran, guna membangun kreatifitas
dan kedisiplinan Santri di dalam belajar maupun di luar pembelajaran.
(Wawancara, 25 Agustus 2018)
Selanjutnya hasil wawancara dengan salah seorang Ustadzah, bahwa:
Mungkin hampir semua sekolah gurulah yang diberikan tanggung
jawab untuk menyampaikan mengontrol berlakunya peraturan.
Kedisiplinan harus ada pada semua orang, dengan mempunyai
kedisiplinan diri maka oang akan terbiasa menunjukkan pada kepatuhan
seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong
oleh adanya kesadaran kata hatinya. (Wawancara, 25 Agustus 2018)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat dipahami
bahwa pandangan guru terhadap kedisiplinan santri sangatlah penting untuk
terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan lingkungan pesantren sesuai
dengan visi, misi pesantren tersebut. Selalu berusaha dengan terus-menerus
membimbing Santri agar lebih baik. Peranan guru selain sebagai seorang
pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik. Pendidik adalah sikap
orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat
kemanusiaan yang lebih tinggi. Sehingga sebagai pendidik, seorang guru
harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk
mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar
“panggilan” yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam sistem
pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fundamen-
fundamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun
dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia
seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Hasil observasi di lapangan ditemukan suatu kenyataan sebagian dari
guru ada yang berpandangan bahwa kedisiplinan itu kurang begitu penting
41
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
untuk diterapkan. Masalah kedisiplinan bagi Santri ada beberapan guru tidak
terlalu ambil pusing tentang disiplin atau aturan-aturan di pesantren. Memang
disiplin ini sangat penting dimiliki semua orang, disiplin ini sebenarnya
datang dari diri kita dan akhirnya menjadi kebiasaan. Semua guru pasti ingin
terbaik terbaik untuk Santrinya dan ingin peserta didiknya mempunyai
akhlakul karimah. Yang terpenting itu Santri bisa mengerti dengan apa yang
telah kita sampaikan baik melalui proses pembelajaran maupun aturan-aturan
tata tertib pesantren. Seperti itukan tidak perlu repot, tidak harus kta mengejar
dengan membawa kayu agar santri takut. Diperlakukan seperti itu terkadang
santri malah semakin membangkang dan menganggap remeh diri seorang
guru. Tapi seorang guru itu harus menjadi figur yang digugu dan ditiru.
(Observasi, 18 Agustus 2018)
Hal ini dikatakan salah seorang Ustadz, bahwa:
Masalah disiplin bagi saya cukup dengan kita menjadi figur yang bisa
dicontohkan, berwibawa, dan disegani oleh santri. Di era globalisasi ini
banyak sekali seorang pendidik yang tidak mempunyai kriteria itu.
Sehingga para santri berani untuk melanggar aturan-aturan yang telah
ada, terkadang guru terlambat dan sesudah memberi pelajaran masuk ke
kantor tanpa memberi penjelasan, atau berdoa dulu untuk menghadapi
proses pembelajaran. Tradisi ini sekarang semakin sedikit yang
dilakukan guru. (Wawancara, 25 Agustus 2018)
Selanjutnya hasil wawancara dengan salah seorang Ustadzah
mengatakan bahwa:
Dengan pertimbangan bahwa guru sibuk dengan urusan yang banyak,
sehingga hanya mengajarkan yang benar-benar kewajibannya.
Menyampaikan pelajaran dan terus sesudah itu mengetik tugas yang
lain di meja depan, dan tidak melihat Santri-Santri di belakang banyak
yang keluar kelas dan bahkan mengantuk di dalam kelas pada saat
proses pembelajaran. Bagaimana tidak demikian hasilnya jika guru
tidak bisa membuat suasana kelas menjadi menarik. Santri-santri bosan
dengan kepakuman akhirnya mereka tidur dan keluar kelas bahkan
keluar pagar pesantren. Sebenarnya itu bukan keinginan guru untuk
membuat seperti itu dikarenakan guru banyak urusan-urusan lain yang
bisa menunjang kehidupan keluarganya. Akhirnya guru tidak terlalu
peduli dengan Santri yang melanggar. Tidak mungkin semua guru
hanya mengandalkan gaji, itu tidak cukup untuk kebutuhan hidup
keluarganya. (Wawancara, 25 Agustus 2018)
42
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Hal ini ditegaskan juga oleh salah seorang Ustadz. Dia mengatakan
bahwa:
Kalau pandangan saya terhadap kedisiplinan, itukan sudah ada bagian-
bagian guru yang memegang hal itu. Jadi tidak terlalu dibebankan pada
setiap guru yang ada. Kalau memang seperti itu kenapa kita harus ada
bagian Keamanan. Tugas keamanan pesantren adalah untuk
mengarahkan dan menjaga peserta didik yang bermasalah. (Wawancara,
25 Agustus 2018)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat dipahami
bahwa di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau, sebagian guru yang
kurang dan tidak menerapkan kedisiplinan para santrri dan tidak terlalu ambil
pusing tentang kedisiplinan santri. Karena mereka beralasan masih banyak
urusan-urusan yang harus dilakukan dan mendesak. Sehingga mereka
mengajar hanya dalam kelas lepas dari itu tidak terlalu memperhatikan.
Padahal berbicara masalah disiplin ini tidak bisa hanya dibebankan dengan
Pengurus keamanan saja, tapi semua elemen-elemen yang berada dalam
lingkungan sekolah harus berpartisipasi menjalankan amanah itu secara
kerjasama dan saling memotivasi antara satu dan yang lainnya.
Sebenarnya kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan
dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan
tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak
didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan
(pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan,
dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan
warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
2. Kendala Implementasi Kedisiplinan Di Pondok Pesantren Nurul
Yaqin
a. Minimnya tenaga keamanan pondok pesantren
Berdasarkan wawancara dengan Ustadzah yang merupakan salah satu
guru yang ada di Pondok Pesantren Nurul Yaqin, tentang kendala dalam
penerapan kedisiplinan santri, Dia mengatakan sebagai berikut:
43
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Faktor bagi kami dalam menerapkan kedisiplinan santri yaitu di
antaranya: 1) Kurangnya tenaga kependidikan khususnya yang menjadi
keamanan 2) susah untuk keliling dari kelas ke asrama, apalagi asrama
laki-laki karena guru yang mukim yang menjaga keamanan kebanyakan
wanita, 3) kesempatan untuk mengontrol Santri juga kurang, karena
kami mengajar, tidak mungkin waktu mengajar keliling asrama.
(Wawancara, 30 Agustus 2018)
Berdasarkan pendapat Ustadzah tersebut dapat dipahami bahwa faktor
penghambat bagi guru dalam meningkatkan dan menerapkan kedisiplinan
Santri yaitu ada beberapa faktor penghambat, menurut pemahaman penulis
bahwasanya waktu untuk benar-benar melacak santri yang bermasalah
sangatlah minim. Didukung oleh kurang tenaga pengajar, dan guru juga
mempunyai kewajiban mengajar. Sehingga wajar dalam hal ini banyak faktor
penghambatnya.
Hal ini sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh guru yang lain
mengatakan sebagai berikut:
Ada beberapa faktor penghambat yang saya rasakan dalam mengatasi
santri yang bermasalah antara lain: 1) kurangnya waktu saya dalam
mendengarkan permasalahan dari santri karena jadwal mengajar yang
cukup padat, 2) kemudian kita selalu sebelum belajar memberikan
nasehat kepada santri-santri, mereka ketika dinasehati seolah-olah
mengerti dan tunduk namun di belakang kita dia seolah-olah lupa
dengan apa yang dinasehati, dan melakukan kesalahan yang sama, 3)
mengenai tenaga pendidik memang sedikit. Kalau saya sendiri tentu
bakal kesulitan belum lagi kita juga mengajar. (Wawancara, 30 Agustus
2018)
Pernyataan salah seorang guru yang mengajar di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin Sungai Manau tersebut menunjukkan memang ada beberapa
faktor dalam meningkatkan dan menerapkan kedisiplinan santri memang
sangat jelas dipaparan di atas. Jadi, guru dituntut sedapat mungkin bisa
mengatasi santri yang tidak patuh terhadap peraturan tata tertib pesantren
dengan melakukan pendekatan persuasif, nasehat yang lemah lembut dan
dengan cara membujuk. Membantu siswa yang ada masalah secara individu
dapat dilakukan secara terus menerus sehingga pada akhirnya mereka dapat
memahami dan mengarahkan dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan
44
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan pesantren, maklum
lingkungan Pondok Pesantren Nurul Yaqin itu berbeda dengan lingkungan
rumah. Apalagi pesantren itu tentunya banyak sekali peraturan-peraturan
yang tidak terdapat di keluarga mereka.
Hal ini juga dikemukakan oleh seorang guru yang mengatakan sebagai
berikut:
Memang dalam mengatasi santri yang melanggar ini saya banyak
menemukan faktor-faktor yang menjadi penghambat, sebab santri ini
bermacam-macam pula pelanggaran atau permasalahan yang mereka
hadapi, unutk itu kami para guru memang dituntut kesabaran dalam
menghadapi mereka. Kita mengetahui bahwa mereka jauh dari keluarga
dan itu merupakan suatu hal yang luar biasa yang harus mereka hadapi
demi menuntut ilmu. Tentunya kita mengetahui atau paham dengan
kondisi santri yang ada disini, dan berbeda dengan siswa-siswa yang
berada dekat dengan orang tuanya. Berarti kami sebagai tenaga
pengajar sekaligus pengsuh tentunya harus mempunyai jiwa yang
muliya dan dengan cara profesional supaya bisa menanggapi semua
perilaku santri-santri yang ada. Berbicara masalah faktor penghambat
tentu dalam suatu hal yang ingin dicapai itu banyak kendalanya saya
dapat mengatakan: 1) susah untuk melacak santri yang sering bolos,
terkadang mereka absen kemudian izin dan terlepas kontrol guru karena
guru sibuk dengan menjelaskan pelajaran dan mengontrol yang lain, 2)
untuk melacak dan mengontrol secara detail itu sangat tidak
memungkinkan melihat waktu yang bersamaan dengan waktu
mengajar. Dan banyak lagi faktor-faktor yang lain. (Wawancara, 30
Agustus 2018)
b. Santri-santri yang sangat sulit diatur
Hasil pengamatan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau ada
beberapa faktor penghambat guru yaitu dalam meningkatkan dan menerapkan
kedisiplinan santri yaitu: 1) ada santri yang sangat sulit diatur mungkin
mereka ini dari keluarga yang kaya sehingga mereka tidak biasa hidup diatur,
2) dan juga banyak santri yang di pesantren ini orang tuanya bercerai,
sehingga menjadi beban mereka dan kurang motivasi dari keluarganya, 3)
terlihat memang guru sibuk mengajar di kelas masing-masing, 4) para guru
kesulitan mengontrol dan melacak santri yang melanggar aturan yang ada
karena para santri saling melindungi temannya sendiri dan tidak mau ikut
campur sejauh tidak mengusik dirinya. (Observasi, 26 Agustus 2018)
45
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Apalagi dalam lingkungan pesantren, sebagaimana di Pondok pesantren
Nurul Yaqin itu memang lokasinya masih dalam perkembangan dan santrinya
lumayan banyak, dan juga kegiatan yang lain banyak sehingga santri
mungkin terlalu capek belajar-belajar terus dan akhirnya menimbulkan
kejenuhan bagi mereka.
Dari pernyataan para guru di atas sudah jelas faktor penghambat yang
ditemukan dalam mengatasi siswa yang kurang kedisiplinannya, hal ini juga
diungkapkan oleh seorang santri:
Menurut penghematan saya, guru memang susah melacak santri yang
melanggar seperti: mengenai ada sebagian yang merokok, komplik
antar santri, pulang asrama terlalu lama, karena waktu itu majelis guru
pada istirahat di kantor. Dan kami lihat mereka itu merokok di tempat
seperti belakang asrama, belakang kelas yang sepi dan jauh dari kantor.
Sebenarnya kami tidak mau melaporkan karena kami tidak mau
mengambil resiko untuk bermusuhan dengan mereka umumnya kami
tidak mau ambil pusing dengan tingkah mereka toh mereka
menggunakan uang mereka sendiri, kalau masalah ada yang terlambat
dan belum masuk ketika jam pelajaran santri itu dipanggil terus
dinasehati dan diberi sanksi yang bermacam-macam. Kalau masalah
nilai yang rendah kami ada tambahan jam pelajaran di luar jam
pelajaran itu. (Wawancara, 30 Agustus 2018)
Dari pendapat salah seorang santri di atas dapat dipahami bahwa,
kenakalan santri yang dilakukan di luar jam pelajaran masih sangat sulit
dikontrol para guru. Karena memang santri-santri melakukan pelanggaran itu
pada tempat yang strategis dan jarang dilewati para majelis guru. Sehubungan
dengan hal tersebut juga diungkapkan Oleh Pimpinan Pesantren berikut ini:
Sehubungan dengan faktor penghambat dalam meningkatkan
kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Nurul Yaqin ini memang ada
beberapa penghambat, namun saya menekankan kepada para guru agar
dengan sungguh-sungguh dan tidak kenal lelah untuk terus memberikan
nasehat, arahan kepada santri untuk membentuk kepribadian yang baik.
Mengenai proses dalam pembelajaran dan bagi nilai yang rendah pada
bidang studi tertentu benar-benar terbantu oleh guru khususnya guru
bidang keamanaan. Kepada para santri saya selalu menekankan mereka
tidak usah takut dipanggil guru karena itu semata untuk membantu
mereka dalam setiap permasalahan. Kepada seluruh majelis guru saya
minta dengan keikhlasan membimbing dan selalu mengontrol para
santri, dan dengan keikhlasan membimbing dan selalu mengontrol para
santri, dan kepada seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan ini
saya mengajak bekerja secara maksimal sesuai dengan aturan tata tertib
46
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
yang telah kita sepakati dengan harapan apa yang kita lakukan ini kelak
benar-benar bisa menghasilkan santri-santri yang cerdas dalam berpikir
dan dewasa dalam tingkah laku di masyarakat. (Wawancara, 30
Agustus 2018)
Berdasarkan yang dikatakan oleh Pimpinan Pesantren tersebut dapat
dipahami bahwa Pimpinan adalah orang yang bertanggung jawab penuh
terhadap keberhasilan santri dalam rangka mewujudkan santri yang
berprestasi dan berkualitas. Tanggung jawab yang mulia ini tentu saja tidak
dipikul oleh pimpinan sendiri namun beliau juga dibantu oleh para guru, guru
bidang studi, wali kelas, bidang keamanan. Semua komponen pesantren dan
sekolah harus bekerja sama dalam rangka mewujudkan sekolah berprestasi,
siswa yang kualitas dan berakhlakul karimah.
Hal ini seperti dikemukakan salah seorang Ustadz, berikut ini:
Dalam pengamatan saya memang guru sulit melacak santri yang
merokok, atau pelanggaran-pelanggaran yang lain, karena jangankan
dengan penjaga keamanan dengan saya selaku guru kelas yang tidak
mukim disini mereka juga berhati-hati untuk tidak diketahui
perbuatannya, mereka terkadang amat cerdik dan tidak pernah
tertangkap ketika sedang merokok. Jadi guru hanya bisa menasehati
santri secara keseluruhan bahwa perbuatan tersebut hanya merugikan
diri mereka sendiri. (Wawancara, 30 Agustus 2018)
Pendapat tersebut mengidentifiksikan bahwa faktor guru yakni sulitnya
mengetahui santri yang bermasalah terutama santri yang merokok, untuk itu
pimpinan sebagai pengelola satuan pendidikan yang bertugas menghimpun,
memanfaatkan dan mengerahkan secara optimal seluruh potensi yang ada
dipesantren, selanjutnya Pimpinan juga merupakan salah satu input pesantren
yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses pembelajaran, oleh karena itu sosok pimpinan yang
memiliki karakteristik atau kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya
dalam menjalankan proses pembelajaran.
Demikian pula para guru harus memiliki jiwa kependidikan dan
membekali diri sebagai guru yang terdidik, yaitu memahami bahwa
melaksanakan tugas sebagai seorang guru adalah tugas penuh tantangan,
karena si satu sisi menerima santri apa adanya namun di sisi lain pihak harus
47
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
mampu mendorong santri untuk berkembang lebih jauh dan mengurangi
kekurangan yang ada padanya, kemudian guru juga harus bisa menjadi teman
dan orangtua para anak didik.
3. Upaya Implementasi Kedisiplinan Di Pondok Pesantren Nurul
Yaqin
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan
keterampilan.
Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka
diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan
gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja
mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca
situasi kelas dan kondisi dan kondisi santrinya dalam menerima pelajaran.
Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar-mengajar dan
hasil hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi
peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia
pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan.
Kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung
kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku
dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.
48
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa
faktor di antaranya adalah faktor guru. Guru sangat memegang peranan
penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru mempunyai
kompetensi yang baik tentunya akan sangat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran.
Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan
sebagai seorang pendidik. Seperti yang telah dikutip di atas, sehingga sebagai
pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai
tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang
amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci. Sebagai komponen
sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran utam dalam
membangun fundamen-fundamen hari depan corak kemanusiaan. Corak
kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah
“manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri, disiplin, bermoral, dan
bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang
guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan.
b. Memberikan penangan kepada santri yang melanggar
Berdasarkan hasil pengamatan, di Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Sungai Manau, upaya guru dalam menerapkan kedisiplinan santri yaitu:
a. Terlihat guru memanggil santri-santri yang terlambat untuk masuk
kantor.
b. Santri-santri yang melanggar atau bermasalah dipanggil dan
dinasehati kepada santri yang tidak masuk kelas di waktu jam
pelajaran.
c. Terlihat juga bentuk sanksi seperti: mengambil sampah, dijemur
dengan kaki satu ke atas dan bentuk-bentuk lainnya.
d. Terlihat juga guru bekerjasama dengan guru dan keamanan,
memberikan bimbingan konseling dan melakukan pendekatan
persuasif kepada santri yang bermasalah. (Observasi, 29 Agustus
2018)
49
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Hasil pengamatan tersebut dapat dipahami bahwa usaha guru dalam
menerapkan kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau,
ada beberapa macam upaya di antarnya memanggil santri yang tidak mentaati
aturan-aturan dan memberi bimbingan atau nasehat serta memberi pelajaran
tambahan untuk meningkatkan sumber daya santri.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh salah seorang
Ustadzah, mengatakan:
Usaha dalam menerapkan kedisiplinan santri melanggar di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin ini yang dapat kami lakukan yaitu: 1)
memanggil santri yang telah kurang mengikuti peraturan sekolah
seperti bolos, terlambat kemudian keluar pesantren tanpa izin, santri ini
kami beri nasehat dan selanjutnya kalau sudah lebih dari dua kali
disuruh membuat surat perjanjian yang isinya menyatakan tidak akan
melakukan lagi atau orang tuanya dipanggil atas pelanggaran yang telah
dilakukannya. 2) dengan cara memberikan pelajaran tambahan seperti:
Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Mengaji. (Wawancara, 30 Agustus 2018)
Berdasarkan pendapat salah satu guru tersebut dapat dipahami bahwa
usaha guru dalam menerapkan kedisiplinan santri dengan bermacam-macam
usaha atau upaya. Dengan demikian guru memang dapat dikatakan ujung
tombak pendidikan yaitu merupakan tokoh sentral yang sangat bepengaruh
dalam proses pembelajaran dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Hal ini sebagaimana dikemukakan pimpinan Pondok Pesantren Nurul
Yaqin mengatakan bahwa:
Memang peranan guru ini sangatlah penting pada setiap sekolah
terutama guru pembimbing. Kemudian masalah usaha yang dilakukan
oleh guru dalam menerapkan kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul
Yaqin saya serahkan kepada mereka sesuai dengan tata tertib, peraturan
dan sanksi dalam menerapkan kedisiplinan di pesantren. Yang jelas
saya minta agar benar-benar dapat menangani santri yang bermasalah,
adapun usaha mereka yang dapat saya amati adalah: 1) Bagian
keamanan mendata santri-santri yang telah melanggar peraturan
sekolah, 2) bagian keamanan bekerjasama dengan para guru dan
pegawai untuk menangani siswa yang melanggar peraturan, 3) untuk
pelanggaran ringan saya lihat bidang keamanan langsung memberikan
hukuman kepada santri seperti mengambil sampah dan membersihkan
WC. (Wawancara, 1 September 2018)
50
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Pendapat Pimpinan tersebut dapat dipahami bahwa sebenarnya untuk
menangani kenakalan di pesantren sangatlah penting kerjasama antara bagian
keamanan dan guru, supaya peraturan dan mengatasi santri yang bermasalah
dapat ditangani dengan baik. Tapi bukan berarti selain guru bagian keamanan
tidak boleh menasehat, sebenarnya setiap guru itu tidak hanya mengajar
mengajar di kelas, tetapi guru itu mengarahkan tentang perilaku yang baik
terhadap semua siswanya.
c. Membangun kerjasama dengan semua tenaga kependidikan
Dalam hal ini faktor yang menentukan keberhasilan seorang pemimpin
di antaranya “usaha pemimpin” yaitu bagaimana seorang pemimpin mampu
menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang yang dipimpin timbul
kesadaran untuk melaksanakan peraturan yang telah disepakati bersama
dengan rasa ikhlas, dengan kata lain efektif atau tidaknya keberadaan seorang
pemimpin tergantung pada bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan
menerapkan pola kepemimpinan yang baik sesuai dengan situasi dan kondisi
dalam organisasi tersebut.
Sebagaimana pula dikemukakan oleh Ustadzah, mengatakan:
Apa usaha guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa memang saya
sebagai guru bekerjasama dengan bidang keamanan, ada banyak
persoalan yang diadukan oleh siswa kepada saya baik itu persoalan
dengan teman mereka sendiri, guru atau dengan keluarganya sendiri,
dan persoalan asrama. Semua persoalan ini akhirnya membebani
mereka dan ujung-ujungnya mereka tidak mentaati aturan dan tidak
konsentrasi belajar. Langkah-langkah yang sudah saya terapkan selama
ini seperti: 1) mendata anak asuh saya yang sering bolos dan
selanjutnya saya nasehati, jika saya tidak berhasil maka diarahkan oleh
bidang keamanan untuk dapat menyelesaikan persoalan yang mereka
alami, 2) bagi siswa yang nilainya rendah saya izinkan mereka untuk
mengutarakan keluhannya apa yang menjadi kesulitan dalam pelajaran
tersebut. (Wawancara, 1 September 2018)
Pernyataan ustadzah tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh seorang santri, mengatakan bahwa:
Memang saya akui upaya guru-guru dalam menerapkan kedisiplinan
santri sudah sangat terlihat jelas dengan sesuatu yang diperbuatkannya
51
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
untuk santri-santri yang tidak disiplin atau melanggar aturan seperti:
bolos, berkeliaran di kantin saat belajar, keluar arena sekolah, dan juga
seperti komplik santri. Upaya guru untuk memberikan nasehat dan
bimbingan kepada kami dan seandainya kami melakukan pelanggaran
berulang-ulang maka kami diberikan hukuman sesuai dengan kesalahan
yang kami buat. Begitupun kami dalam mata pelajaran tambahan, kami
mengikuti pelajaran tambahan yang telah menjadi kegiatan kami.
(Wawancara, 1 September 2018)
Sebagaimana yang telah dikatakan salah satu santri yang ada di Pondok
Pesantren Nurul Yaqin Sungai Manau. Memang berbagai macam upaya guru
dalam meningkatan kedisiplinan santri. Guru benar-benar berusaha demi
kemajuan pesantren dan sumber daya santri, agar santri patuh dan
menjalankan kedisiplinan yang ada pada pesantren tersebut.
Hasil wawancara dengan salah seorang Ustadz, mengatakan sebagai
berikut:
Memang bermacam-macam usaha yang kami lakukan dalam
meningkatkan kedisiplinan santri yang kurang mentaati peraturan, akan
tetapi ada juga sebagian dari kenakalan siswa tersebut yang kurang
terkontrol oleh kami, sepertinya adanya laporan siswa yang merokok
ketika jam istirahat, sembunyi di asrama, tidak terkontrol karena kami
hanya menerima laporan dan tidak melihat langsung. Namun masalah
lain seperti sering siswa tertidur dalam kelas bisa di atasi. Kami selaku
guru sangat mengharapkan para santri yang merokok, keluar arena
tanpa izin, menyadari bahwa mereka dalam masalah dan ini sering kami
tekankan pada setiap upacara hari senin melalui guru pembina upacara.
(Wawancara 1 September 2018)
Sangat kita pahami sekali dari pernyataan guru di atas usaha untuk
meningkatkan kedisiplinan sangatlah tidak mudah dan ini tugas yang sangat
sulit bagi semua guru. Sebagai manusia biasa, guru adalah orang yang tidak
terlepas dari kekhilafan ada juga siswa yang kurang terkontrol oleh guru
seperti merokok, sembunyi di asrama, dikarenakan pengasuh asrama yang
terkadang banyak disibukkan pekerjaan lain. Karena ada pengasuh asrama
yang masih kuliyah, sehingga kalau pagi sering tidak ada di asrama.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh seorang santri, mengatakan:
Memang masalah pelanggaran teman kami yang merokok dan pulang
ke asrama saat jam sekolah kurang diketahui oleh gurum karena mereka
52
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
merokok diluar atau di tempat yang sangat sulit ditemukan pada waktu
istirahat, dan pada umumnya mereka sangat berhati-hati supaya tidak
diketahui oleh guru, kemudian ada teman lain yang berani melaporkan
mereka ke guru dan bidang keamanan mereka marah dan memberi
ancaman. Kalau seandainya kami melapor saat mereka merokok kami
tidak tega dan takut juga kami tidak terlalu memusingkan keadaan
mereka. (Wawancara, 1 September 2018)
Selanjutnya pendapatnya yang dikemukakan oleh salah satu seorang
siswa yang termasuk santri yang melanggar di peantren, nama mereka
diketahui dari santri lain dan penulis sengaja mewawancarai untuk dimintai
informasi dia mengatakan sebagai berikut:
Selama ini saya sering pulang asrama dan keluar arena pesantren tanpa
izin belum pernah diketahui oleh guru, karena saya sangat berhati-hati
melihat situasi sehingga saya bisa keluar tanpa ketahuan guru.
(Wawancara, 1 September 2018)
Pernyataan santri tersebut mengindikasikan bahwa kinerja guru dalam
dalam membina tingkah laku santri belumlah mencapai tingkat yang
diinginkan atau belum maksimal, sebab masih banyak ditemukan santri yang
tidak terkontrol, maka guru perlu mengontrol lebih ekstra dengan benar-benar
memperhatikan santri-santri yang masih belum bisa menjalankan kedisiplinan
yang ada. Apalagi dikatakan di atas pada waktu ketika istirahat, santri diluar
jam pelajaran dengan cara pendekatan melihat santri-santri maka akan
mendorong santri untuk mencapai kesadaran diri dan menyadari bahwa apa
yang mereka lakukan akan merugikan diri mereka sendiri. Mengenai seperti
apa upaya guru meningkatkan kedisiplinan santri tentunya sesuai dengan
kemampuan guru sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Hal ini kemudian dikemukakan lagi oleh salah seorang Ustadzah, yaitu:
Usaha guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri berbagai macam di
antaranya: 1) dengan cara memberi nasihat, 2) dengan tiada hentinya
memberikan motivasi kepada siswa agar kelak menjadi orang yang
dibanggakan orang tua dan semua orang, 3) apabila mereka melakukan
pelanggaran baik itu pelanggaran ringan atau berat, akan diberi
hukuman membersihkan WC, membuang sampah dan pada
pelanggaran yang berat mereka disuruh membuat surat perjanjian dan
jika itu masih terulang, orang tuanya dipanggil, yang terpenting niat
53
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ikhlas seorang guru atau pendidik untuk menjadikan mereka santri-
santri yang berakhlakul karimah. (Wawancara, 1 September 2018).
54 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang penulis paparkan di atas, maka
sebagai bab akhir dapat diambil beberapa pemahaman dan kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Implementasi kedisiplinan di Pondok pesantren Nurul Yaqin Durian
Lecah, yaitu ada sebagian guru yang sangat peduli dengan masalah
kedisiplinan santri karena pesantren yang maju dan berprestasi itu adalah
pesantren yang mempunyai sikap disiplin tinggi, begitupun dalam proses
pembelajaran jika dalam proses pembelajaran santri mempunyai rasa
disiplin dengan tidak tertidur dan tidak membuat keributan maka
semuanya akan efektif. Dan juga ada sebagian guru tidak terlalu
memperhatikan dan menerapkan atau biasa saja menanggapi hal tersebut.
2. Kendala Implementasi kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Durian Lecah yaitu, 1) kurangnya waktu guru itu sendiri untuk mengontrol
santri secara keliling komplek, 2) dari santri itu sendiri, dia melakukan
dengan secara hati-hati, dan di tempat yang tidak mungkin untuk guru
mengetahuinya.
3. Upaya implementasi kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Durian Lecah, yaitu: 1) dengan cara mendata santri yang melanggar
peraturan pesantren, 2) melakukan pendekatan persuasif kepada santri, 3)
selalu memberi bimbingan dan motivasi kepada para santri dengan cara
terus-menerus agar dengan pengharapan sesuai dengan tujuan pendidikan
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya
(berakhlakul karimah), 4) dengan cara memberi hukuman bagi santri yang
melanggar tata tertib pesantren, sesuai dengan berat-ringannya
pelanggaran yang telah dilakukan santri tersebut.
55
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
B. Saran-saran
Ada beberapa saran dan masukan penulis kepada semua pihak dalam
menulis skripsi ini di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Semua guru harus bekerjasama untuk memberikan kesadaran kepada santri
pada setiap saat. Karena tanpa kerjasama akan sulit untuk menjalankannya
dengan bekerjasama maka semuanya akan lebih mudah. Guru itu adalah
orangtua kedua bagi anak didik. Anak didik adalah tali jiwa. Belaian kasih
dan sayang adalah naluri jiwa orang tua yang sangat diharapkan oleh anak.
Sama halnya belaian kasih dan sayang seorang guru kepada anak didiknya.
Dan pendidikan rohani untuk anak didik lebih dipentingkan.
2. Kepada semua guru dan yang ada dalam lingkungan pesantren jangan
putus asa dan pantang menyerah terus bersabar dengan kasih sayang dalam
membimbing, menasehati santri dan lebih meluangkan waktunya untuk
mendengarkan keluhan-keluhan santri. Dengan seperti itu mudah-mudahan
akan terciptalah santri-santri yang cerdas dan berakhlakul karimah.
3. Mengingat pentingnya guru yang menangani masalah kedisiplinan ini
Pimpinan pesantren hendaknya bekerjasama dengan instansi terkait untuk
menambah guru atau pengasuh, dan memberikan kesempatan kepada guru
atau pengasuh yang ada untuk mengikuti pelatihan-pelatihan agar
persoalan-persoalan santri dapat diatasi dengan baik.
4. Kepada seluruh komponen pesantren hendaknya selalu menjalin kerjasama
dalam rangka menciptakan sekolah yang berprestasi.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan kata Alhamdulillah dan memanjatkan rasa puja
dan puji syukur kepada Allah SWT., maka akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
dengan harapan agar semua pihak dapat memberikan sumbangan dan saran-
saran demi kesempurnaan karya tulis ini sehingga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi kita semua.
56
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jambi, 15 September 2018
Mustafiroh
TP 140 855
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI. 1981.
--------. Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (Tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. 2003.
--------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. 1999.
A. Gymnastiar. Pesantren dan Transformasi Sosial. Jakarta: Penamadani. 2007.
Abdur Rahman. Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya, El-Hikam: Jurnal
Pendidikan dan Kajian Keislaman, volume V, no. 1, Januari-Juli 2003.
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka cipta. 2004.
Akmal Sutja. Pengembangan Diri Pendidikan Budi Pekerti Untuk SMA/SMK Kelas XI.
Jakarta: Intermasa. 2007.
Buku Panduan FTK UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2017.
Desi Anwar. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia. 2003.
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Guntur setiawan. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan Jakarta: Gaung
Persada. 2009.
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Jakarta: Kencana. 2004.
Hanifah Harsono. Implementasi Kebijakan Dan Politik Bandung: Roda Karya.
2003.
Hasbullah. Otonomi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.
Kunandar. Guru Professional,Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Jakarta: Raja Grafindo Penando. 2007.
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2004.
Martinis Yamin dan Maisah. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung
Persada. 2009.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Mujammil Qomar, Pesantren Management and Development Towards
Globalization. UIN Maulana Malik Ibrahim. 29-30 Juli 2005
Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik Implementasi,
Bandung: Remaja Kompetensi. 2002.
--------. Kurikulum Berbasis Konsep,Karakteristik Implementasi. Bandung: Roda
Karya. 2003.
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung: Gaung.
2002.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2005.
Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori dasar dan Pratik. Bandung: Refika Aditama.
2008.
Suwardi Dinosudirjo. Kata-Kata Bahasa. Yogyakarta. 1990.
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
2005.
Syaiful Sagala. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. 2009.
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung: Prenada Media Grup. 2006.
https://yanti164.wordpress.com/2013/11/17/teknik-pemeriksaan-keabsahan-data
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
DAFTAR INFORMAN
No NAMA KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
AHMAD SOBRI
SYUKURMAN
M. SOBIRIN
HAMIDI
M.AMIN
ABDURRAHIM
MISKAL JANNAH
SITI ROHIMAH
SITI ZAHROH
NURASIAH
SITI SAKINAH
NUR LAINAH
SITI RAHMATUN
PENGASUH
PEGAWAI KANTOR
USTADZ
USTADZ
USTADZ
USTADZ
USTAZAH
USTAZAH
USTAZAH
USTAZAH
USTAZAH
USTAZAH
USTAZAH
DAFTAR RESPONDEN
No NAMA KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
ALFINA NURTIARA
NUR AZIZAH
RENI ALFIRA
NUR HUSNA
NUR FADILAH
SUSANTI AMELIA
ASMA ULHUSNA
FITROH AMELIA
IREN RAMAYANTI
MURID
MURID
MURID
MURID
MURID
MURID
MURID
MURID
MURID
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Lampiran
TATA TERTIB PONDOK PESANTREN NURUL YAQIN
a. Tujuan Tata Tertib
Tujuan pembentukan petunjuk keputusan hukuman tata tertib
pondok pesantren Nurul Yaqin:
1) Meningkatkan kedisiplinan, wawasan dan pandangan pengurus dan
santri.
2) Pedoman bagi pengurus dalam menentukan dan mengambil suatu
keputusan yang jujur dan adil serta dapat dipertanggung jawabkan.
b. Sopan Santun
1) Taat dan patuh pada pimpinan, pengasuh, dan guru.
2) Senantiasa berakhlakul karimah.
3) Wajib menghormati kepada yang lebih tua dan menghargai kepada
yang lebih muda.
4) Bersaudara dan saling tolong menolong.
c. Izin Santri
1) Tidak diperkenankan keluar pesantren tanpa izin.
2) Santri yang izin pulang ke rumah dengan alasan tertentu harus
dijemput dan diantar kembali oleh orang tua.
3) Orang tua tidak diizinkan menemui santri kecuali dengan
menunjukkan kartu izin kunjungan yang telah disediakan
pesantren.
4) Tidak ada izin pada hari jum’at, ahad dan hari belajar.
5) Santri yang diizinkan pulang keluar area pesantren sudah harus
kembali kepesantren paling lambat pukul 17.00 WIB.
d. Tamu (orang tua/wali santri)
1) Jam kunjungan hari ahad pukul 10-17.00 WIB.
2) Kami tidak menerima tamu untuk santri pada malam hari, lewat
pukul 18.00 WIB.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
3) Tamu laki-laki hanya diperkenankan menemui santtri di kantor,
tidak diperkenankan ke asrama, berada di teras asrama, maupun
masuk asrama.
4) Tamu pria atau wanita wajib mengenakan busana muslim.
e. Keasramaan
1) Tidak dibenarkan tidur atau menginap di kamar lain atau asrama
lain.
2) Tidak dibenarkan tidur sampai larut malam.
3) Menjemur pakaian pada tempatnya.
4) Tidak membuang sampah atau air melalui jendela kamar.
f. Kebersihan
1) Piket kebersihan dikerjakan dengan tanggung jawab bersama.
2) Asrama dan kamar harus dalam keadaan bersih dan rapi.
3) Membuang sampah harus pada tempatnya.
4) Sepatu atau sendal harus disimpan pada tempatnya.
g. Pergaulan
1) Pergaulan sesama santri tidak boleh melebihi batas.
2) Tidak diperbolehkan mengangkat adek atau kakak.
h. Kegiatan Santri
1) Santri diwajibkan mengikui seluruh kegiatan pesantren yang telah
ditentukan.
i. Merokok dan Narkoba
1) Santri yang kedapatan merokok dikembalikan kepada orang tua.
j. Perhiasan atau Barang Berharga
1) Tidak diperkenankan memakai perhiasan kecuali anting dan jam
tangan.
2) Tidak diperkenankan membawa radio, tape dan tv.
3) Dilarang membawa handphone.
k. Busana
1) Seragam pesantren dipakai sesuai aturan dan waktunya.
2) Seluruh santri diwajibkan berbusana muslim.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
3) Tidak diperkenankan memakai celana panjang jeans dan
sejenisnya.
4) Dilarang memakai baju tanpa lengan dan ketat.
Pasal 1
Larangan-larangan
1) Dilarang merokok.
2) Dilarang keluyuran malam, nonton dan semacamnnya.
3) Dilarang mengambil dan meminjam sesuatu tanpa seizin
pemiliknya.
4) Dilarang membawa alat-alat elektronik seperti tv, tape dan
semacamnya.
5) Dilarang mengadakan hubungan dengan perempuan baik di dalam
maupun di luar pondok.
6) Dilarang tidur sehabis ashar dan subuh.
7) Dilarang memperbanyak ngobrol, bermain yang tidak baik.
8) Dilarang ngekos di luar pondok.
Pasal 2
Kegiatan-kegiatan
1) Mengadakan piket harian.
2) Mengadakan kerja bakti.
3) Mengadakan hari besar Islam.
Pasal 3
Pelanggaran Hukum
1) Diperingatkan dan dita’zir.
2) Dikeluarkan langsung oleh pengasuh pesantren.
Pasal 4
Jenis Hukuman
1) Ringan
a) Diperingatkan
b) Membuat surat pernyataan diri tidak akan mengulangi lagi.
c) Membaca al-quran
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
d) Kerja bakti.
e) Disita barang buktinya.
f) Ganti rugi.
g) Dihukum sesuai kebijaksanaan.
2) Sedang
a) Guyur dan disita barang buktinya.
b) Gundul dan disita barang buktinya.
3) Berat
a) Gundul, guyur dan dikembalikan kepada orang tuanya setelah
dilakukan komunikasi dengan orang tua santri.
b) Gundul, guyur dan disita barang buktinya.
Pasal 5
Keputusan Hukuman
1) Semua jenis hukuman diputuskan oleh pengasuh dan
kebijaksanaan pengurus.
2) Hukuman yang tidak diindahkan akan ditindak lanjuti dengan
hukuman yang lebih berat.
Pasal 6
Pelaksanaan Hukuman
1) Hukuman sesuai jenis hukuman ringan yaitu setiap santri.
2) Tidak membuang sampah pada tempatnya.
3) Membuat gaduh terutama waktu sholat berjama’ah, pengajian,
jam belajar sekolah.
4) Membuang air dan botol dari atas lantai atau membuang sampah
sembarang.
5) Coret-coret pada dinding, meja dan bangku.
6) Bepergian atau pulang pada malam hari.
7) Tidak mengikuti pelajaran al-quran.
Pasal 7
Dihukum dengan Gundul Serta Disita Barang Buktinya
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
1) Bermain atau menyimpan remi, playstation, layang-layang dan
sejenisnya.
2) Menyembunyikan atau menyimpan alat-alat musik, radio, tape
recorder, tv, handphone, danbarang-barang elektronik lainnya.
3) Surat menyurat dengan dengan lawan jenis yang bukan
mahramnya.
4) Menyalahgunakan izin.
5) Olahraga atau mandi hujan di luar pondok pesantren.
6) Mengakses internet.
Pasal 8
Dihukum dengan Hukuman Gundul, Guyur mengenakkan
kerudung hukuman dan disita barang buktinya
1) Tidak menetap dipondok pesantren Nurul Yaqin.
2) Rekreasi atau menyaksikan pertunjukan.
3) Memiliki, menyimpan, melihat, dan membaca atau mengedarkan
buku/gambar PORNO menurut pandangan pesantren.
4) Memiliki, menyimpan dan memperjual belikan senjata tajam.
5) Mengganggu atau mengenal lawan jenis (pacaran).
6) Tidak mengikuti wajib jam belajar.
7) Tidak meminta izin kekantor keamanan keluar pondok pesantren.
Pasal 9
Sanksi-sanksi Pondok Nurul Yaqin
1) Santriwan yang merokok dikenakan sanksi semen 10 ball dan
menyapu selama 1 bulan.
2) Santriwan dan santriwati yang membawa hp, hpnya dirampas
tidak boleh diambil dan dikenakan sanksi semen 10 ball dan
menyapu selama 1 bulan.
3) Santriwan dan santriwati yang mencuri dikenakan sanksi
mengembalikan barang yang dicuri dan dikenakan sanksi semen
10 ball dan dirotan 100 kali.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
4) Santriwan dan santriwati yang pulang tanpa izin termasuk keluar
malam dikenakan sanksi dirotan 100 kali, dan kepalanya ditokek.
5) Santri yang tidak ikut kegiatan sekolah atau pondok sholat
jama’ah, sekolah diniyah, muhadharah, qira’ah, pengajian minggu
dan malam minggu termasuk yang masuk kamar yang tanpa izin
pengasuh dan lai-lain, dikenakan sanksi semen 10 ball dan
menyapu satu minggu.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENGASUHKh. Ahmad Sabri.Ar
SEKRETARISAbdurrahim, S.Pd.IIbnu Hajar, S.Pd.I
BENDAHARASobirin, HSST. Zahroh
Dep. Bid. Pend.M. Kamil (Formal)
Pahmizar, S.Pd.I (non Formal)
DEWAN GURU
HUMASAmrizal, S.Pd.I
EKSEKUTIFKH. Jalaluddin, LC
STRUKTUR ORGANISASI PONPES NURUL YAQIN
(Dokumentasi Pondok Pesantren, 2016)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Santri putri sedang belajar
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Santri putra sedang belajar
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Sarana prasarana
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Ustadzah yang mengajar
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Ustadz yang mengajar
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Santri putra
Santri putri
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Struktur organisasi pondok
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mustafiroh
Tempat/Tgl. Lahir : Sungai Jering 14 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Bangko, pangkalan jambu, sungai jering
Pekerjaan : Mahasiswa
Orang Tua/Wali
Ayah : Junaidi
Ibu : Nurbiah
PENDIDIKAN
No Pendidikan Alamat Tahun Tamat
1 SDN No.132 Sungai jering 2008
2 MTS Nuru Yaqin Durian Lecah 2011
3 MA Nurul Yaqin Durian Lecah 2014
4 UIN STS Jambi Jambi 2018