ANALISIS KERAGAMAN BENTOS, PLANKTON, DAN FISIKOKIMIA SEBAGAI
INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI KECAMATAN BATU AMPAR,
KALIMANTAN BARAT
SANDRA WELYA1
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Tanjungpura
ABSTRACT
Pengamatan bentos dan plankton menjadi penting untuk menentukan kualitas perairan
pulau Padang Tikar. Sampel air diambil di tiga lokasi yaitu dermaga Padang Tikar 2 titik,
Sungai Nipah Panjang 3 titik, dan Pantai Kupang 3 titik. Hasil pengamatan ditemukan
berbagai macam bentos dengan keragaman 0.47 1.8 decits/ind yang menunjukkan bahwa
perairan ini keragaman bentosnya sedang. Bentos dan plankton menunjukkan bahwa perairan
ini tergolong perairan tercemar sedang karena bentos tertentu yang dapat hidup.
Kata kunci: bentos, Padang Tikar, perairan, plankton
PENDAHULUAN
Ekosistem merupakan lingkup
kehidupan yang terdiri dari faktor biotik,
abiotik, dan interaksi di dalamnya. Faktor-
faktor pembatas pada ekosistem akuatik
adalah 1) temperature, mempunyai sifat
sebagai stabilisator temperature karena
sifatnya yang bipolar; 2) transpirasi, daya
tembus cahaya dalam air dipengaruhi oleh
zat yang terlarut dan yang tersuspensi; 3)
kekeruhan, dipengaruhi oleh banyak
lumpur dan pasir halus dalam air; 4) arus,
dapat mempengaruhi distribusi gas
terlarut, garam, makanan, dan organism
dalam air; 5) oksigen; 6) karbondioksida;
7) fosfor (Heddy, 1994).
Fauna bentos adalah organisasi yang
hidup meletakkan diri pada suatu perairan
(Odum, 1996). Keberadaan
makrozoobentos yang mendiami perairan
menunjukkan bahwa adanya kehidupan
yang dinamik terjadi interaksi antar
perairan dan biota-biota laut, terutama
saling memanfaatkan dan saling
membutuhkan dalam proses pertumbuhan
dan berkembang biak. Adapula komunitas
bentos yang memliki peranan penting bagi
kepentingan manusia misalnya sebagi
makanan manusia, sebagai mata rantai
makan di laut dan sebagai indikator suatu
perairan. Dengan demikian menunjukan
bahwa pada daerah pesisir perairan
memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikelola dan di manfaatkan oleh
masyarakat serta menunjang produksi
perikanan di wilayah pesisir (Barkat,
2013).
Struktur komunitas zoobentos
dipengaruhi berbagai faktor lingkungan
abiotik dan biotik. Secara abiotik, faktor
lingkungan yang mempengaruhi
keberadaan makrozoobentos adalah faktor
fisika-kimia lingkungan perairan,
diantaranya; penetrasi cahaya yang
berpengaruh terhadap suhu air; substrat
dasar; kandungan unsur kimia seperti
oksigen terlarut dan kandungan ion
hidrogen (pH), dan nutrien. Sedangkan
secara biologis, diantaranya interaksi
spesies serta pola siklus hidup dari
masing-masing spesies dalam komunitas
(Winasis, 2012).
Plankton merupakan kelompok
organisme yang hanyut bebas dalam laut
dan sangat lemah daya renangnya sehingga
mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-
gerakan air. Plankton merupakan
penyumbang fotosintesis terbesar di laut.
Di dalam plankton terdapat bagian terbesar
energy matahari yang berturut-turut
dipindahkan ke komunitas lainnya.
Plankton berperan sebagai pengikat awal
energy matahari (Murtiani, 2013).
Sub grup dari plankton adalah
zooplankton (golongan hewan) dan
fitoplankton (golongan tumbuh-
tumbuhan). Zooplankton termasuk
golongan hewan perenang aktif yang dapat
mengadakan migrasi secara vertikal pada
beberapa lapisan perairan. Menurut Laili
(1997, dalam F.S Fello dan N.V
Hulisehan, 2006) mengatakan
fitoplankton selain merubah bahan
anorganik menjadi bahan organik,
fitoplankton juga berperan sebagai bahan
makanan langsung bagi ikan dan biota
perairan lainnya. Sehingga dapat dikatakan
jika suatu perairan tersebut kelimpahan
dari fitoplanktonnya tinggi, maka hal ini
dapat dijadikan indikator bahwa perairan
ini tingkat keaanekaragamannya juga
tinggi.
Pulau Padang Tikar merupakan
daerah yang perairannya masih jarang diuji
kualitas airnya. Dengan keadaan perairan
yang pada bagian pesisir pulau terdapat
hutan mangrove menjadi daya tarik untuk
menganalisis struktur komunitas bentos,
plankton, dan kaitannya dengan faktor
fisikokimia di perairan pulau Padang
Tikar, Kecamatan Batu Ampar,
Kalimantan Barat.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di kawasan
perairan pulau Padang Tikar Kecamatan
Batu Ampar kabupaten Kubu Raya.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
10 Januari 2015. Bahan yang dibutuhkan
adalah formalin 4 %, dan akuades. Alat
yang digunakan adalah Ekman Grab,
saringan, botol sampel, pinset, pipet,
mikroskop dan alat-alat tulis. Pengamatan
dilaksanakan dengan meninjau langsung
lokasi penelitian dan menentukan titik-titik
peletakan plot pada tiap stasiun. Jumlah
plot ada 2 dan 3 pada tiap stasiun. Total
plot pada semua stasiun adalah 8 plot.
Pengambilan sampel bentos dilakukan
pada pagi hari di bagian tepi perairan.
Sampel hewan bentos pada dasar sungai
diambil dengan Ekman Grab. Sampel
yang terambil disaring dengan saringan
bertingkat dengan ukuran mata saringan
berturut-turut dari atas ke bawah 2,36 mm,
1,49 mm dan 0,52 mm, sehingga dengan
penyaringan ini lumpur akan lolos,
sedangkan hewannya tertinggal bersama
kotoran-kotoran kasar lainnya.
Selanjutnya kotoran kasar dibuang dan
bentos yang didapatkan dimasukkan ke
dalam botol sampel yang sudah berisi
formalin 4% dan diberi label. Identifikasi
bentos dilakukan di laboratorium
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tanjungpura, Pontianak.
Pengamatan parameter lingkungan
meliputi:
a. Mengukur suhu air perairan dan suhu
udara dengan menggunakan
thermometer.
b. Mengukur laju arus perairan.
c. Mengukur kedalaman yang dicatat
langsung pada lokasi penelitian.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian
selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan rumus :
- Kelimpahan bentos dihitung dengan
menggunakan rumus Welch (1984) yaitu :
Kelimpahan spesies ke I (individu/m2) =
Jumlah total spesies ke i
Jumlah plot dimana terdapat spesies ke i
Indeks Keanekaragaman dari tiap stasiun
ditentukan dengan indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener (H), yaitu:
H = - Pi log pi
Dimana :
Pi = ni/N
ni = jumlah spesies ke i
N = jumlah total seluruh spesies
Indeks Dominansi dihitung berdasarkan
rumus indeks of dominance dari Simpson
(Odum dalam Sagala, 1971) yaitu:
ID = (
)2
=1
Dimana:
ID = Indeks Dominansi
ni = jumlah individu tiap spesies
N = jumlah total spesies
Pengambilan sampel dilakukan di
atas perahu motor dengan menggunakan
plankton net. Sampel air dmasukkan ke
dalam botol film sebanyak 3 botol dengan
1 botol untuk 1 stasiun. Setiap sampel
ditambahkan formalin sebanyak 5 tetes.
Penambahan formalin bertujuan untuk
mengawetkan fitoplankton yang berada
dalam sampel-sampel air. Parameter
lingkungan yang diamati antara lain suhu
udara, suhu air, dan kecepatan arus air
yang diukur sebanyak 3 (tiga) kali
ulangan.
Sampel-sampel air yang disimpan
pada botol film dibawa ke laboratorium P.
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tanjungpura.
Pengamatan fitoplankton di dalam sampel
air dilakukan menggunakan mikroskop
olympus dengan perbesaran lensa sampai
100 kali. Hasil pengamatan dicatat dan
diidentifikasi berdasarkan buku panduan
fitoplankton.
Analisis data dilakukan melalui
pendekatan univariat. Pendekatan analisis
univariat digunakan untuk mengukur
beberapa indeks keanekaragaman yaitu H'
(Shannon - Weaver), d(indeks kekayaan
Margalef) dan Indeks kemerataan Pielou J'
dengan rumus :
= ()
= ( 1)
log
=
log
dimana :
pi = proporsi jurnlah spesies ke-i dengan
jumlah total
S = jumlah spesies (taxa)
N = jumlah individu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan sampel air dilakukan
pada tiga stasiun yaitu di dermaga desa
Padang Tikar, sungai Nipah Panjang, dan
pantai Kupang. Parameter yang diukur
adalah faktor fisika berupa suhu air, suhu
udara, intensitas cahaya, kecepatan arus,
dan kedalaman; kimia berupa pH, salinitas,
kekeruhan, dan kandungan COD; dan
faktor biologi adalah pengambilan sampel
bentos dan plankton.
Table 1. Hasil analisis sampel di Dermaga Desa Padang Tikar (titik 1)
No Parameter Pengukuran Titik 1 Titik 2
1. Suhu air 290C 290C
2 Suhu udara 270C 270C
3 pH 7 6
4 Intensitas cahaya 3304 lux 1900 lux
5 Salinitas Asin Asin
6 Kekeruhan 36 35
7 Kcepatan Arus 6,03 s 6,02 s
8 Kedalaman 1,60 m 1,50 m
9 Pengambilan sampel plankton
a. Vertikal
b. Horizontal Closterium
kuetzinggi
Cerotium fusus
10 Pengambilan sampel bentos Characium
longipes Rab (3) ,
Nitzschin
closterium (15),
Mycrocystus
flosagus kirch (1),
Polyedrium
lobulatum Nneg
(6),Rhapidium
polymorphum
Kuert
z(1),Polyedrium
trigonum Nneg
(4), Sorastrum
indicus Bermard
(2),Stouroneis
parculum(6),Bacte
riastrum deliantus
(4),
Rhizosolenia alala
forma grallima ,
Rhizosolenia
stoltorforthi
,Pleurosigma
angulatum
Var.steigosa
11 Kandungan senyawa dalam air
COD
Ulangan 1
Ulangan 2
0,8 ppm
0,12ppm
0,6 ppm
1 ppm
Pada tabel 1 hasil pengamatan di
dermaga desa Padang Tikar terbagi atas
dua titik. Suhu air, suhu udara dan salinitas
memiliki nilai yang sama baik pada titik
satu maupun pada titik dua. Suhu udara
sekitar perairan adalah 27C, suhu ini
cukup rendah untuk suhu air normal. Suhu
yang rendah ini diukur pada saat masih
pagi sekitar jam 6 pagi. Sementara suhu air
akan dipengaruhi oleh suhu udara karena
air akan menyerap panas sinar matahari
langsung. Namun suhu air 29C
merupakan suhu air yang masih dalam
keadaan baik. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan Yhanie (2012) kisaran suhu air
yang baik dalam perairan dan kehidupan
ikan yaitu berkisar antara 23-32C.
pH 7 dari titik satu stasiun satu
merupakan ph netral yang baik untuk
pertumbuhan biota laut. Sedangkan pH 6
berarti perairan pada dermaga bersifat
sedikit asam. Hal ini manandakan bahwa
perairan di dermaga mengalami
pencemaran yang kecil. Kondisi perairan
yang bersifat sangat asam maupun sangat
basa akan membahayakan kelangsungan
hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi serta dapat
meningkatkan konsentrasi ammonia yang
bersifat sangat toksik bagi organisme.
Intensitas cahaya pada titik 1 dan titik 2
stasiun 1 menunjukkan bahwa intensitas
cahaya pada titik satu lebih tinggi nilainya
dibanding dengan titik dua. Hal ini
sebabkan karena pengambilan sampel air
pada titik satu agak keluar menjauhi laut,
sedangkan sampel titik dua di dekat hutan
mangrove sehingga suhunya tidak setinggi
dengan di laut. Pengamatan kekeruhan air
dilakukan dengan menggunakan keping
secchi, semakin dalam keping secchi
dimasukkan ke dalam air maka
kekeruhannya rendah. Sedangkan
kekeruhan pada tabel satu menunjukkan
bahwa titik dua lebih keruh dibanding titik
satu.
Arus merupakan faktor pembatas
yang mempunyai peranan sangat penting
dalam perairan, baik pada ekosistem
mengalir (lotic) maupun ekosistem
menggenang (lentic). Hal ini disebabkan
karena adanya arus akan mempengaruhi
distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan
mineral yang terdapat di dalam air. Arus
dari tabel satu masih memiliki arus rendah
dan diantara dua titik ini kecepatan
arusnya tidak jauh berbeda. Selanjutnya
kedalaman perairan berkaitan dengan
komposisi komunitas. Kandungan
senyawa COD dalam air merupakan
kandungan CO2 yang terkandung dalam
air. Biasanya air dengan COD yang tinggi
merupakan perairan yang tercemar.
Table 2. Hasil analisis sampel di sungai Nipah Panjang (titik 2)
No Parameter Pengukuran Titik 1 Titik 2 Titik 3
1. Suhu air 27oC 27,5oC 28oC
2 Suhu udara 280C 280C 280C
3 Ph 6 7 7
4 Intensitas cahaya 1260 lux 1180 lux 950 lux
5 Salinitas Asin Asin asin
6 Kekeruhan 44 71 64
7 Kcepatan Arus 10,11 s 8,825 s 15,55 s
8 kedalaman 1,38 m 1,72 m 2,57 m
9 Pengambilan sampel plankton
a. Vertikal
b. Horizontal Amoeba proteus Oscillatoria
linnosa Ag
Rabdonelln
lohuaani
10 Pengambilan sampel bentos Nittzcchia
curvula (28),
Gamphosphaeria
aponina kc (1),
Ceratium
fusus (7),
Pinnularin
legumen
(1),
Synedern
acus (1),
Lacrimarin
sp (1),
Nitzsohia
eosterium
(1).
Characium
longipes
rab (2),
Sorastrum
Indicus (3)
11 Kandungan senyawa dalam air COD
Ulangan 1
Ulangan 2
1 ppm
0,6 ppm
0,6 ppm
0,6 ppm
0,8 ppm
0,6 ppm
Pada tabel 2 hasil pengamatan di
sungai desa Nipah Panjang terbagi atas
tiga titik. Suhu udara dan salinitas
memiliki nilai yang sama baik pada titik
satu maupun pada titik dua. Suhu udara
sekitar perairan adalah 28C, suhu ini
cukup rendah untuk suhu air normal. Suhu
yang rendah ini diukur pada saat masih
pagi sekitar jam 6 pagi. Sementara suhu air
akan dipengaruhi oleh suhu udara karena
air akan menyerap panas sinar matahari
langsung. Namun suhu air 27, 27.5, dan
28C merupakan suhu air yang masih
dalam keadaan baik. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan Yhanie (2012) kisaran
suhu air yang baik dalam perairan dan
kehidupan ikan yaitu berkisar antara 23-
32C.
pH 6 dan 7 dari titik satu stasiun satu
merupakan ph netral yang baik untuk
pertumbuhan biota laut. Sedangkan pH 6
berarti perairan pada dermaga bersifat
sedikit asam. Hal ini manandakan bahwa
perairan di dermaga mengalami
pencemaran yang kecil. Kondisi perairan
yang bersifat sangat asam maupun sangat
basa akan membahayakan kelangsungan
hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi serta dapat
meningkatkan konsentrasi ammonia yang
bersifat sangat toksik bagi organisme.
Intensitas cahaya pada titik 1 dan titik 2
stasiun 1 menunjukkan bahwa intensitas
cahaya pada titik satu lebih tinggi nilainya
dibanding dengan titik dua. Hal ini
sebabkan karena pengambilan sampel air
pada titik satu agak keluar menjauhi laut,
sedangkan sampel titik dua di dekat hutan
mangrove sehingga suhunya tidak setinggi
dengan di laut. Pengamatan kekeruhan air
dilakukan dengan menggunakan keping
secchi, semakin dalam keping secchi
dimasukkan ke dalam air maka
kekeruhannya rendah. Sedangkan
kekeruhan pada tabel satu menunjukkan
bahwa titik dua lebih keruh dibanding titik
satu.
Arus merupakan faktor pembatas
yang mempunyai peranan sangat penting
dalam perairan, baik pada ekosistem
mengalir (lotic) maupun ekosistem
menggenang (lentic). Hal ini disebabkan
karena adanya arus akan mempengaruhi
distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan
mineral yang terdapat di dalam air. Arus
dari tabel satu masih memiliki arus rendah
dan diantara dua titik ini kecepatan
arusnya tidak jauh berbeda. Selanjutnya
kedalaman perairan berkaitan dengan
komposisi komunitas. Kandungan
senyawa COD dalam air merupakan
kandungan CO2 yang terkandung dalam
air. Biasanya air dengan COD yang tinggi
merupakan perairan yang tercemar.
Table 3. Hasil analisis sampel di pantai Kupang (titik 3)
No Parameter Pengukuran Titik 1 Titik 2 Titik 3
1. Suhu air 280C 300C 280C
2 Suhu udara 270C 290C 270C
3 pH 7 7 7
4 Intensitas cahaya 5320 lux 1900 lux 1263 lux
5 Salinitas Asin Asin asin
6 Kekeruhan 24 cm 24 cm 38 cm
7 Kcepatan Arus 18,37 s 7,06 s 8,17 s
8 kedalaman 2,15 m 3,10 m 4,25 m
9 Pengambilan sampel plankton
a. Vertikal
b. Horizontal Closterium
kuetzinggii
Nitzschia
veruicularis,
Rhizosolenia
alata forma
curvirolris(36)
, Nitzschia
veruicularis,
Oscillntoria
linnosa Ag
(3),
Chactoceros
anaslomosans
(1), Chaero
ceros indicium
(1),
Chaeloceros
mitra (1)
10 Pengambilan sampel bentos Pterrosagitta
draca,
Closterium
kuetzinggii,
Pleurosigma
fasciola
Ehenberg ,
11 Kandungan senyawa dalam airCOD
Ulangan 1
Ulangan 2
0,4 ppm
0,4 ppm
1 ppm
2 ppm
0,8 ppm
0,8 ppm
Berdasarkan bentos yang didapatkan
dan hasil analisis pada lokasi satu
menunjukkan bahwa bentos memiliki
keragaman yang sedang yaitu 1.52
decits/ind. Pada lokasi dua berdasarkan
analisis bentos keragamannya tergolong
sedang yaitu 1.8 decits/ind. Sedangkan
pada lokasi tiga analisis bentos
keragamannya tergolong rendah yaitu 0.47
decits/ind. Berarti perairan ini tercemar
sedang.
KESIMPULAN
Pada penelitian perairan di
kecamatan Batu Ampar pulau Padang
Tikar Kabupaten Kubu Raya terdapat
sebanyak 22 spesies hewan benthos.
Indeks keanekaragaman bentos berkisar
antara 0.47 -1.8 decits/ind. Hal ini
menunjukkan bahwa pada daerah perairan
Batu Ampar pulau Padang Tikar tersebut
digolongkan pada tingkat tercemar sedang.
Adanya plankton turut menentukan tingkat
kualitas perairan pulau padang tikar,
sungai nipah panjang, dan pantai kupang.
DAFTAR PUSTAKA
Barkat, Sunardi. 2013. Komunitas
Makrozoobentos pada Ekosistem
Lamun. (online).
https://serdaducemara.wordpress.co
m/2013/02/11/komunitas-
makrozoobentos-pada-ekosistem-
lamun/. Diakses tanggal 20 Januari
2015.
Heddy. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar
Ekologi. Malang: Universitas Brawijaya.
Winasis, Eko. 2012. Makrozoobentos
Indikator Kualitas Perairan.
(online).
http://ewinasis.blogspot.com/2012/0
6/makrozoobentos-indikator-
kualitas.html. diakses tanggal 20
Januari 2015.
Yhanie. 2012. Struktur Ekosistem Akuatik
Danau Sungai. (online). http://unsa-
yhanie.blogspot.com/2012/05/strukt
ur-ekosistem-akuatik-danau-
sungai.html. diakses tanggal 20
Januari 2015.