JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 22- 33 Volume 9, Nomor 2, November 2018 ISSN 2086-9185
22
GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI KLINIK PRATAMA BHARA MEDIKA
KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH
M. Juang Saputra1, Susanto, M.S2
Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI Keselamatan pasien saat ini menjadi perhatian utama dalam berbagai pelayanan kesehatan. Setiap langkah dalam proses pemberian pelayanan pada tingkatan fasilitas kesehatan apapun mengandung resiko akan terjadinya kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan. Telah banyak penelitian dilakukan terkait masalah keselamatan pasien di seluruh penjuru dunia. Namun sebagian besar besar masih berfokus pada penelitian keselamatan pasien dalam wilayah pelayanan kesehatan di rumah sakit, begitupun program dan kebijakan yang di keluarkan pada suatu negara. Sedangkan penelitian terkait keselamatan pasien yang berfokus pada pelayanan kesehatan primer masih sangat sedikit. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien sebelum menghadapi akreditasi di klinik pratama Bhara Medika Purworejo. Metode: Penelitian kuantitatif, cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner versi medical office dan dianalisis secara deskriptif menggunakan software workbook Medical Office Survey Excel Tool versi 5.4 yang juga dikeluarkan oleh Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). Hasil: Dari 15 responden yang penelitian ini, berasal dari semua sektor organisasi pelayanan klinik (medis, paramedis, staf administratif, manajerial, non-medis). Masa kerja terbanyak (47%) responden adalah di antara satu hingga kurang dari tiga tahun. Dan waktu kerja dalam seminggu sebanyak 73% masih di bawah 41 jam. Dari 12 dimensi budaya keselamatan pasien, dimensi kerja sama tim dan pelayanan pasien yang berkelanjutan mendapatkan respon positif yang tertinggi (97%). Dan hanya dimensi pembelajaran berorganisasi yang mendapat respon positif paling sedikit (64%). Hasil yang didapatkan dari responden juga tidak berbeda jauh dengan database yang dikeluarkan oleh AHRQ dari 2.437 kantor medis pada tahun 2017. Kesimpulan: Hampir seluruh dimensi patient safety culture di klinik Bhara Medika termasuk mendapat respon positif di atas 50%. Dan Dimensi pembelajaran tekanan dalam bekerja dan ritme pekerjaan, dan juga dimensi proses kerja dan standardisasi masih harus menjadi perhatian bagi klinik Bhara Medika karena mendapatkan respon positif terendah.
Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Budaya Keselamatan Pasien, Klinik Pratama, Survei
Keselamatan Pasien AHRQ Versi Kantor Medis.
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
23
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan primer (
Primary Health Care / PHC ) sebagai gate
keeper dalam sistem pelayanan
kesehatan memiliki peranan penting
dalam menerima pasien, melakukan
pemeriksaan awal, dan memilah apakah
memerlukan pelayanan kesehatan ke
tingkat selanjutnya.
Namun semakin berkembangnya
ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
yang semakin kompleks, maka semakin
tinggi pula potensi terjadinya Kejadian
yang Tidak Diharapkan (KTD) apabila
tidak dilakukan secara hati – hati1.
Institute of Medicine di Amerika Serikat
melaporkan dalam laporannya yang
berjudul To Err Is Human pada tahun
2000, bahwa kematian orang akibat
kesalahan tindakan medis lebih tinggi
dibanding kecelakaan lalu lintas. Dimana
sebanyak 2,9% dan 3,7% angka KTD
yang dilaporkan dan dengan angka
kematian sejumlah 6,6% dan 13,6%2–4.
Telah banyak penelitian dilakukan
terkait masalah keselamatan pasien di
seluruh penjuru dunia. Namun sebagian
besar besar masih berfokus pada
penelitian keselamatan pasien dalam
wilayah pelayanan kesehatan di rumah
sakit, begitupun program dan kebijakan
yang di keluarkan pada suatu negara.
Sedangkan penelitian terkait
keselamatan pasien yang berfokus pada
pelayanan kesehatan primer masih
sangat sedikit. Berdasar kondisi tersebut,
maka pemahaman akan sasaran
keselamatan pasien di klinik Bhara
Medika Purworejo diharapkan dapat
membantu merubah perilaku yang
berkaitan dengan keselamatan pasien
dan bisa menjadi prioritas pada program
– program di klinik. Serta dengan
peningkatan pelayanan keselamatan
pasien dapat memperbaiki proses
pelayanan secara keseluruhan dan juga
dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan serta dapat membantu dalam
persiapan menghadapi proses akreditasi
klinik di klinik Pratama Bhara Medika
Purworejo. Dan tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran
budaya keselamatan pasien sebelum
menghadapi akreditasi di klinik pratama
Bhara Medika Purworejo.
1. Klinik Pratama
Klinik pratama sebagaimana
pengertiannya merupakan klinik
yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar baik umum maupun
khusus. Klinik pratama dapat dimiliki
oleh pemerintah, pemerintah daerah,
ataupun masyarakat (swasta), baik
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
24
pribadi ataupun badan usaha. Khusus
klinik pratama yang melayani rawat
inap perijinannya harus dalam
bentuk badan usaha5.
Klinik Bhara Medika merupakan
klinik pratama dengan pelayanan
rawat inap dan dipimpin oleh seorang
dokter umum sebagai penanggung
jawab.
2. Budaya Keselamatan Pasien
Budaya keselamatan pasien
merupakan sebuah sistem yang
terbentuk atas keyakinan, nilai,
perilaku yang mendukung patent
safety dan dipahami serta dimengerti
oleh seluruh unit kerja yang
membentuk suasana kerja yang
mendukung dilakukannya pelaporan,
tidak saling menyalahkan, melibatkan
kepemimpinan tingkat atas. Kondisi
ini adalah hal yang penting dan
menentukan proses kemampuan
identifikasi serta penanganan insiden
yang telah terjadi3,6,7.
Penilaian budaya keselamatan pasien
pada umumnya dilakukan dari
tingkat perorangna untuk kemudian
diinduksi pada tingkatan organisasi
yang lebih tinggi. Adanya persamaan
persepsi dari staf yang menjadi
kelebihan yang dipertimbangkan
pada pengukuran patient safety
culture8.
Salah satu instrumen untuk menilai
budaya keselamatan pasien yang
dapat diaplikasikan pada pelayanan
kesehatan primer adalah yang
dikeluarkan oleh Agency for
Healthcare Research and Quality
(AHRQ), dimana yang digunakan
ialah versi medical office9–11.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan metode
cross sectional. Pemilihan responden
penelitian secara total sampling dari
karyawan klinik Bhara Medika. Data
diperoleh dari kuesioner versi medical
office yang telah dialihbahasakan ke
dalam bahasa Indonesia. Pengambilan
data berlangsung dari pertengahan bulan
November 2018 hingga awal bulan
Desember 2018. Selanjutnya analisis
dilakukan secara deskriptif menggu
nakan software workbook Medical Office
Survey Excel Tool versi 5.4 yang juga
dikeluarkan oleh Agency for Healthcare
Research and Quality (AHRQ) dan
disajikan sebagaimana adanya dan tidak
dilakukan analisa kausal.
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
25
Gambar 1. Lembar kerja Input dan Analisis Data
Medical Office Survey Excel Tool versi 5.412
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 15 responden tergabung
dalam penelitian ini dan mencakup
semua sektor yang ada dalam sebuah
klinik pratama, dimana posisi atau
jabatan paramedis, yaitu perawat dan
bidan, merupakan responden terbanyak
( 53% ). masa kerja responden terbanyak
dalam penelitian ini adalah antara jangka
waktu 1 tahun hingga 3 tahun ( 47% ),
hal ini pada umumnya dikarenakan
seseorang yang bekerja di klinik pratama
ditujukan untuk mencari pengalaman
kerja guna meningkatkan kemampuan
dan keahlian di bidangnya. Kendati
demikian juga ada responden yang
berkerja lebih dari lima tahun bahkan
semenjak klinik didirikan.
Waktu kerja responden di klinik
dalam seminggu pada penelitian ini
terbilang cukup tinggi, dimana sebesar
53% responden bekerja diantara 33
hingga 40 jam dalam seminggu, dan 27%
bekerja lebih dari 41 jam dalam
seminggu. Menurut Undang – Undang
Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003,
bahwa waktu / jam kerja yang bagi yang
menjalankan usaha dalam 6 hari pada
satu minggu adalah 40 jam kerja13.
Namun hal tersebut dapat menjadi
pengecualian atau dengan kondisi
tertentu terutama pada pelayanan
bidang kesehatan. Hal tersebut
dikarenakan pelayanan di bidang
kesehatan, dalam hal ini termasuk klinik
pratama merupakan salah satu usaha
yang tidak memiliki hari libur.
Dalam tabel 2, dimensi kerjasama
tim (teamwork) dan pelayanan pasien
yang berkelanjutan (patient care tracking
/ follw-up) respon positif yang paling
tinggi ( 97% ) dari keseluruhan dimensi
budaya keselamatan pasien yang dinilai.
Selanjutnya dimensi pembelajaran
berorganisasi memberikan respon positif
yang digambarkan oleh responden
sebanyak 83% dan dimensi persepsi
umum mengenai keselamatan pasien dan
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
26
mutu pelayanan menunjukkan respon
positif responden sebesar 75%. Kedua
dimensi budaya keselamatan pasien
tesebut dinilai dari responden yang
memiliki kedudukan dalam klinik
sebagai pemilik atau penanggung jawab
atau dalam posisi bagian manajerial.
Pada dimensi budaya keselamatan
pasien yang berkaitan dengan langkah
pemilik dan manajerial dalam mening
katkan keselamatan pasien, yaitu
pelatihan bagi karyawan, terdapat 90%
respon positif dari responden; dan
dukungan manajemen dalam kesela
matan pasien mendapat respon positif
sebanyak 81% dari responden. Terkait
komunikasi yang berlangsung di dalam
klinik, pada dimensi diskusi di kala
terjadi insiden mendapat 70% respon
positif dan dimensi komunikasi terbuka
mendapat 70% respon positif dari
responden. Dari dimensi proses kerja
dan standardisasi pekerjaan, responden
memberikan 69% respon positif. Dan
ditinjau dari dimensi tekanan dalam
bekerja dan ritme pekerjaan,
mendapatkan 64% respon positif dari
responden.
Tabel 1. Hasil Gabungan Respon Respon dalam Klinik
Frekuensi Persentase
Jabatan Responden dalam Klinik
Dokter umum atau spesialis
2 13%
Asisten dokter, praktisi perawat, spesialis perawat klinis, bidan, dll
8 53%
Manajemen 2 13%
Staf administrasi 1 7%
Staf klinis atau staf pendukung klinis lain
1 7%
Jabatan lain: - Cleaning service - Pantry & laundry - Juru masak
1 7%
Masa Kerja di Klinik
1 tahun hingga kurang dari 3 tahun
7 47%
3 tahun hingga kurang dari 6 tahun
4 27%
6 tahun hingga kurang dari 11 tahun
4 27%
11 tahun atau lebih 0
Waktu Kerja Dalam Satu Minggu
1 hingga 4 jam per minggu
0 0
5 hingga 16 jam per minggu
0 0
17 hingga 24 jam per minggu
1 7%
25 hingga 32 jam per minggu
2 13%
33 hingga 40 jam per minggu
8 53%
41 jam per minggu atau lebih
4 27%
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
27
Tabel 2. Hasil Gabungan Respon Positif Responden Pada 10 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien
NO. Dimensi Budaya
Keselamatan Pasien
Respon Positif
Responden
Database AHRQ12
1. Kerjasama Tim 97% 86%
2. Pelayanan pasien yang berkelanjutan
97% 86%
3. Pembelajaran Beroganisasi
83% 79%
4. Persepsi Umum Mengenai Keselamatan Pasien Dan Mutu Pelayanan
75% 77%
5. Pelatihan Bagi Karyawan
90% 73%
6. Dukungan Manajemen Dalam Keselamatan Pasien
81% 66%
7. Diskusi Dikala Terjadi Insiden
70% 72%
8. Komunikasi Terbuka
70% 70%
9. Proses Kerja Dan Standardisasi
69% 67%
10. Tekanan Dalam Bekerja Dan Ritme Pekerjaan
64% 46%
Dimensi aspek keselamatan pasien
dan mutu pelayanan menunjukkan
seberapa sering terjadi permasalahan
dalam klinik yang berkaitan dengan
keselamatan pasien dan mutu pelayanan.
Semua responden ( 100% respon positif
) menyatakan bahwa tidak terjadi
kesulitan bagi pasien untuk
mendapatkan penanganan apabila
mengalami masalah yang akut atau
parah. Selanjutnya dalam identifikasi
pasien dan penggunaan rekam medis
pasien, sudah jarang terjadi kekeliruan
dalam penggunaan rekam medis dalam
mengidentifikasi pasien (100% respon
positif). Ketersediaan peralatan medis
dalam menunjang pelayanan di klinik
ada kalanya tidak bekerja dengan baik
atau sudah memerlukan penggantian,
dimana menurut 27% responden terjadi
beberapa kali dalam 12 bulan terakhir.
Dalam peresepan obat diperlukan
kecermatan dan ketelitian agar tidak
terjadi kesalahan dalam pemberian obat
dimana hal tersebut merugikan bahkan
dapat membahayakan pasien. Menurut
20% responden masih terjadi kesalahan
peresepan dalam beberapa kali selama
12 bulan terakhir. Dan terkait dengan
hasil pemeriksaan penunjang baik hasil
laboratorium ataupun hasil radiologi,
hanya 7% responden yang menyatakan
mengalami kesulitan atau tidak
mendapati hasil pemeriksaan penunjang
tersebut beberapa kali dalam 12 bulan
terakhir.
Pertukaran informasi dengan unit
kerja lain ataupun pelayanan kesehatan
lain di luar klinik juga menjadi salah satu
dimensi dalam menilai pelaksanaan
budaya keselamatan pasien. Pertama,
hanya 7% responden yang menyatakan
bahwa tidak terjadi masalah dalam
pertukaran informasi dengan pihak
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
28
laboratorium atau sarana radiologi
dalam 12 bulan terakhir. Dalam
hubungannya dengan klinik lain atau
dengan puskesmas atau dengan praktik
dokter lain, 43% responden menyatakan
beberapa kali terjadi permasalahan
terkait pertukaran informasi dalam 12
bulan terakhir. Pertukaran informasi
dengan apotek luar terkait dengan
pembelian resep di luar ataupun
transaksi pemesanan obat guna
kebutuhan klinik,
sebanyak 40% responden menyatakan
masih terjadi beberapa permasalahan
dalam 12 bulan terakhir. Selanjutnya
rumah sakit sebagai sarana rujukan
pasien dari klinik, membutuhkan
komunikasi yang baik dan pertukaran
informasi yang lebih terbuka, dan
sebanyak 47% responden menyebutkan
masih terjadi beberapa kali
permasalahan dalam 12 bulan terakhir.
Tabel 3. Hasil Kuesioner Budaya Keselamatan Pasien Dalam Dimensi Aspek Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan Serta Pertukaran Informasi Antar Unit Kerja
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
29
PEMBAHASAN
Faktor keselamatan pasien menjadi
salah satu hal yang sangat penting dalam
sebuah pelayanan kesehatan. Selain
berkaitan dengan proses penyembuhan
dan kenyamanan yang dirasakan pasien
selama dalam masa perawatan, juga
menjadi bagian dalam hal menjaga mutu
pelayanan kesehatan. Budaya
keselamatan pasien dapat diartikan
sebagai langkah berbagi nilai, tingkah
dan perilaku dari seluruh karyawan dari
sebuah fasilitas kesehatan dimana
mengutamakan keselamatan dibanding
efisiensi, meningkatkan komunikasi dan
kerjasama antar tim, dan menciptakan
sistem kerja yang berkembang dari
pelajaran akan permasalahan yang
dihadapi14.
Jumlah karyawan yang dimiliki di
klinik Bhara Medika tidaklah besar.
Karena kondisi itulah satu karyawan bisa
saja memiliki tugas di beberapa unit
kerja, dan guna mempercepat proses
kerjanya sering dilakukan bersama rekan
kerja yang lainnya. Hal inilah yang
membuat suasana kerja sama tim dalam
klinik berjalan baik. Namun pada klinik
dengan angka kunjungan tinggi, hal
tersebut membuat beban kerja karyawan
menjadi bertambah. Dan terkadang
terdapat tugas yang harus dikerjakan
oleh karyawan meskipun belum pernah
dilakukan sebelumnya atau belum
mendapat pelatihan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan seringnya pergantian
karyawan, baik yang melamar pekerjaan
ataupun mengundurkan diri, sedangkan
proses
kerja di klinik harus terus berjalan
dan klinik Bhara Medika masih belum
memiliki program pelatihan mandiri (in
house training) bagi karyawannya secara
berkesinambungan.
Alfredsdottir & Bjondottir menye
butkan bahwa pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor kunci dalam
keselamatan pasien. Namun dalam
penelitian kali ini, hal tersebut belum
dapat dibuktikan dikarenakan kondisi
karyawan di klinik yang sebagian besar
merupakan fresh graduate15. Adanya
iklim kerja yang baik, kerjasama tim yang
terjalin baik, juga dalam prosedur kerja
yang telah ditetapkan maka akan dapat
meningkatkan budaya keselamatan
pasien di antara seluruh karyawan
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan
yang pada akhirnya menjadikan outcome
pasien lebih baik dan pemberian
pelayanan menjadi lebih efisien16.
Meskipun sudah mulai berkurang,
budaya menyalahkan orang lain (blame
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
30
culture) terkadang masih terjadi diantara
klinik. Hal ini dimungkinkan karena
masih terdapat kondisi dimana karyawan
masih kesulitan atau merasa segan dalam
menyatakan perbedaan pendapat
meskipun pimpinan atau pemilik klinik
sudah mencoba untuk membicarakan
permasalahan klinik secara terbuka.
Selain itu sistem pengelolaan keuangan
pada klinik Bhara Medika masih
sederhana, sehingga dalam rangka
peningkatan pelayanan dalam klinik, bagi
karyawan, terkadang manajer atau
pemilik dirasa kurang dalam mengin
vestasikan sumber daya yang dimiliki.
Oleh karenanya pemahaman dimensi
budaya keselamatan pasien dan aspek
yang terdapat di dalamnya, yaitu
komitmen, dorongan motivasi kerja, juga
peningkatan komunikasi dan kepedulian,
harus terus dijalin dan dilakukan oleh
pimpinan klinik kepada seluruh
karyawannya 17–19.
Klinik Bhara Medika sebagai salah
satu bagian dari gate keeper pelayanan
kesehatan, kemudian pada masa yang
akan datang akan diberlakukan universal
health coverage (UHC), maka pelayanan
yang diberikan kepada pasien akan
mengutamakan pada pelayanan yang
berpusat kepada pasien (patient
centered-care) dan selalu berkelanjutan.
Selain itu proses akreditasi klinik yang
secara bertahap akan dimulai peni
laiannya, juga secara tidak langsung
memacu seluruh jajaran direksi dan
karyawan klinik Bhara Medika untuk
selalu memperbaiki dan menyempur
nakan pelayanan kesehatan dengan
tujuan peningkatan mutu pelayanan
hingga penerapan budaya keselamatan
pasien yang lebih baik 20,21.
Penilaian akan keseluruhan terkait
keselamatan dan mutu pelayanan pada
klinik pratama yang didapat dari
penelitian kali ini juga menunjukkan
hasil yang baik. Gorman menyampaikan
dari penelitiannya bahwa pada fasilitas
yang lebih kecil akan menghasilkan
respon positif keseluruhan akan budaya
keselamatan pasien dan mutu pasien
yang lebih tinggi dibanding fasilitas
kesehatan yang lebih besar, namun tidak
terdapat hubungan antara respon positif
akan keselamatan pasien dan mutu
pelayanan dengan teknologi informasi
kesehatan21.
Beberapa kelemahan dan
keterbatasan dari penelitian ini yang
dapat disampaikan oleh penulis
diantaranya, proses alih bahasa
instrumen penelitian yang kurang
sempurna, yang dapat dimungkinkan
menimbulkan bias pada hasil yang
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
31
diperoleh. Oleh karenanya, dapat
dipertimbangkan jikalau hasil penelitian
belum bisa untuk digeneralisir ke
wilayah yang lebih luas. Selanjutnya hasil
yang disampaikan dalam penelitian ini
masih sebatas gambaran atas budaya
keselamatan pasien pada klinik pratama
di wilayah Purworejo. Nilai hasil yang
ditampilkan dalam penelitian ini juga
tidak dapat disimpulkan memiliki
hubungan sebab akibat.
KESIMPULAN
1. Dari penelitian ini didapatkan hasil
dari gambaran budaya keselamatan
pasien di klinik Bhara Medika
Purworejo, bahwa hampir seluruh
dimensi patient safety culture
mendapat respon positif di atas 50%.
2. Dimensi pembelajaran berorganisasi,
persepsi umum akan keselamatan
pasien dan mutu pelayanan, dan
tekanan dalam bekerja dan ritme
pekerjaan masih menjadi kondisi
yang perlu mendapat perhatian.
Begitupun dari database yang
dikeluarkan oleh AHRQ juga
menunjukkan nilai yang lebih rendah
dari dimensi budaya keselamatan
pasien lainnya.
3. Pemahaman keseluruhan akan
budaya keselamatan pasien oleh
pemilik, pimpinan, atau karyawan
klinik pratama sudah cukup baik.
Untuk selanjutnya mengimplemen
tasikan atas hasil yang disampaikan
pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astini AF. Gambaran Budaya
Keselamatan Pasien Di RS Stella
Mari Makassar. Pros Semin Nas
Penelit dan PKM Kesehat.
2016;6:152–63.
Flin R, Burns C, Mearns K, Yule S,
Robertson EM. Measuring Safety
Climate In Health Care. Qual Saf
Heal Care J. 2006;15(2):109–15.
Gorman PN, O’Malley JP, Fagnan LJ. The
Relationship of Self-Report of
Quality to Practice Size and Health
Information Technology. J Am
Board Fam Med. 2012;25(5):614–
24.
Hickner J, Smith SA, Yount N, Sorra J.
Differing Perceptions Of Safety
Culture Across Job Roles In The
Ambulatory Setting: Analysis Of
The AHRQ Medical Office Survey
Indonesia R. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
Indonesia; 2003.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
32
Klinik. Kementerian Kesehatan RI
Indonesia; 2014.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien.
Kementerian Kesehatan RI
Indonesia; 2017 p. 5–6.
Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. To
Err Is Human: Building a Safer
Health System. Vol. 21, Annales
francaises d’anesthesie et de
reanimation. Washington D.C.:
Komariah NS, Sutomo AH. Budaya
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dalam Implementasi Keselamatan
Pasien (Studi Kasus Pada Rumah
Sakit X Di Kota Batam). Universitas
Gadjah Mada; 2014.
Kusbaryanto. Peningkatan Mutu Rumah
Sakit dengan Akreditasi. Mutiara
Med. 2010;10(1):86–9.
Mulyana DS, Soewondo P. Analisis
Penyebab Insiden Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit X Jakarta.
Universtas Indonesia; 2013.
NHS. Human Factors And Patient Safety
Culture [Internet]. NHS Direct.
2018 [cited 2018 Apr 1]. Available
from:http://www.nrls.npsa.nhs.uk
/resources/patient-safety-
topics/human-factors-patient-
safety-culture/
National Academy Press; 2000. 453-454
p. on Patient Safety Culture. BMJ
Qual Saf. 2016 Aug 1;25(8):588 LP-
594.
Ornelas MD, Pais D, Sousa P. Patient
Safety Culture in Portuguese
Primary Healthcare. Qual Prim
Care. 2016;24(5):214–8.
Parker D, Wensing M, Esmail A, Valderas
JM. Measurement Tools and
Process Indicators Of Patient
Safety Culture In Primary Care. A
mixed methods study by the
LINNEAUS collaboration on patient
safety in primary care. Eur J Gen
Pract. 2015;21:26–30.
Sacks GD, Shannon EM, Dawes AJ, Rollo
JC, Nguyen DK, Russell MM, et al.
Teamwork, Communication And
Safety Climate: A Systematic
Review Of Interventions To
Improve Surgical Culture. BMJ Qual
Saf. BMJ Publishing Group Ltd;
2015;24(7):458–67.
Simons PAM, Houben R, Vlayen A,
Hellings J, Pijls-Johannesma M,
Marneffe W, et al. Does Lean
Management Improve Patient
Safety Culture? An Extensive
Evaluation Of Safety Culture In A
Radiotherapy Institute. Eur J Oncol
Nurs. Scotland; 2015
Feb;19(1):29–37.
Sokol DK. “First do no harm” revisited
[Internet]. Vol. 347, BMJ. BMJ
Publishing Group Ltd; 2013.
Available from: https://www.bmj
M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …
33
.com/content/347/bmj.f6426
Spencer R, Campbell SM. Tools for
primary care patient safety: A
narrative review. BMC Fam Pract.
2015;1–8.
Sorra J, Gray L, Famolaro T, Yount N,
Behm J. Medical Office Survey on
Patient Safety Culture: User’s
Guide. AHRQ Publication.
Rockville, MD: AHRQ Publication;
2016.
Timm M, Rodrigues M. Cross-cultural
Adaptation Of Safety Culture Tool
For Primary Health Care. Acta Paul
Enferm. 2016;29(1):26–37.
Verbakel NJ, Cihangir S, Borghans I,
Hekkert K, Muller H, Westert G, et
al. Improving Patient Safety
Culture in Primary Care: A
Systematic Review. J Patient Saf.
2014;3(7):1–7.
Westat. Medical Office Survey Excel Tool.
Rockville, MD: Agency for
Healthcare Research and Quality
(AHRQ); 2018.