Transcript
  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    1/14

    Jurnal Praktikum

    Kimia Analitik II

    PenentuanKadar Air dan Kadar Abu dalam Biskuit

    Tanggal Percobaan:

    Senin, 07-April-2014

    Disusun Oleh:

    Aida Nadia (1112016200068)

    Kelompok 4 Kloter I:

    Fahmi Herdiansyah (1112016200039)

    Huda Rahmawati (1112016200044)

    Yeni Setiartini (1112016200050)

    Rizky Harrysetiawan (1112016200069)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    2/14

    I. AbstrakTelah dilakukan praktikum mengenai penentuan kadar air dan kadar

    abu yang terkandung didalam biskuit. Dalam hal ini biskuit yang digunakan

    adalah biskuit regal. Menurut SNI (1992), biskuit adalah sejenis makanan

    yang dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain,

    dengan proses pemanasan dan pencetakan. Di dalam biskuit terkandung

    bermacam-macam kandungan salah satunya yaitu air dan abu. Biskuit

    yang baik adalah biskuit yang mempunyai kadar air dan kadar abu sesuai

    dengan SNI. Menurut SNI (1992), syarat mutu kadar air pada biskuit yaitu

    maksimum 5%, sedangkan kadar abunya yaitu maksimum 1,6%. Kelebihan

    air pada biskuit akan menyebabkan biskuit mudah kadaluarsa,

    begitupun abu yang melebihi batas maksimum akan menyebabkan terlalu

    banyaknya zat pengotor yang tidak baik untuk di konsumsi. Dengan

    menggunakan analisis gravimetri metode penguapan (pemanasan di dalam

    oven) maka dapat ditentukan kadar air dan kadar abu

    pada berbagai macam biskuit. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk

    menentukan kadar air dan kadar abu dalam biskuit, serta menerapkan

    prinsip gravimetrik dalam melakukan penentuan kadarnya. Berdasarkan

    data yang diperoleh didapatkan kadar air yang terkandung dalam biskuit

    regal yaitu sebesar 3,76%, sedangkan kadar abu sebesar 14,97%.Kata kunci : biskuit, kadar air dan kadar abu, gravimetrik.

    II. IntroductionKimia analitik dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis

    kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan

    identifikasi zat-zat kimia (mengenali unsur atau senyawa apa yang ada

    dalam suatu sampel). Sedangkan, analisis kuantitatif berkaitan dengan

    penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu

    sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai

    konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar

    sampel yang dianalisis (Underwood, 2002 : 2).

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    3/14

    Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase

    analit dalam sampel. Metode analisis yang sering digunakan adalah metode

    analisis gravimetrik yang merupakan salah satu divisi dari kimia analitik.

    Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan.

    Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu

    maupun dari pelarutnya. Mengenai pembentukan, sifat-sifat, dan

    penggunaan pengendapan menggunakan analisis gravimetrik. Pengendapan

    merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan

    analit dari pengganggu-pengganggunya; elektrolisis, ekstraksi pelarut,

    kromatografi, dan pengatsirian (volatilisasi) merupakan metode penting lain

    untuk pemisahan itu (Underwood, 2002 : 67).

    Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai

    dalam praktik analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai suatu hasil

    penambahan regensia tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion

    tertentu. Namun pengendapan dapat juga digunakan untuk pemisahan.

    Untuk melakukan hal ini suatu regensia yang sesuai ditambahkan, yang

    membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya satu atau beberapa

    ion yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia dalam jumlah

    yang sesuai endapan disaring dan dicuci. Kemudahan suatu endapan disaring

    dan dicuci tergantung sebagian besar struktur morfologi endapan yaitu pada

    bentuk dan ukuran kristal-kristalnya (VOGEL,1985).

    Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air

    dapat mempengaruhi acceptability, kenampakan, kesegaran, tekstur, serta

    cita rasa pangan. Pada produk pangan yang kering seperti dendeng, kerupuk

    dan susu bubuk, adanya air perlu mendapat perhatian secara seksama.

    Kenaikan sedikit kandungan air pada bahan kering tersebut dapat

    mengakibatkan kerusakan, baik akibat reaksi kimiawi maupun pertumbuhan

    mikroba pembusuk (Legowo, dkk., 2004).

    Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar

    abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    4/14

    Berbagai mineral di dalam bahan ada di dalam abu pada saat bahan dibakar.

    Kadar abu merupakan besarnya kandungan mineral dalam tepung. Mineral

    merupakan zat anorganik dalam bahan yang tidak terbakar selama proses

    pembakaran. Kadar abu sangat dipengaruhi oleh jenis bahan, umur bahan,

    dan lain-lain. Kandungan abu pada suatu bahan pangan juga merupakan

    residu bahan anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan

    didestruksi (Legowo, dkk., 2004).

    Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) syarat mutu biskuit

    mengandung serat kasar maksimum 0,5%, kadar air maksimum 5%, kadar

    abu maksimum 1,6% dan tidak mengandung logam berbahaya. Untuk

    menentukan kadar air dan kadar debu digunakan rumus, yaitu:

    (Badan Standarisasi Nasional,1992).

    III. Materials and MethodsA. Materials

    Alat:

    Krus Porselen Lumpang dan Mortar Oven Neraca Analitik Spatula Cawan Porselen Penjepit Besi (Tang Krus) Desikator FurnessBahan:

    Biskuit Regal 2 gram

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    5/14

    B. Methods

    1. Haluskan biskuit dengan menggunakan lumpang dan mortar.2. Panaskan cawan porselen di dalam oven temperatur 1050C selama 5

    menit dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit.

    3. Timbang berat kosong cawan porselen.4. Timbang sebanyak 1,5 sd 2 gram biskuit kedalam porselen.5. Panaskan porselen yang sudah berisi sampel selama 1,5 jam pada

    temperatur 1050C.

    6. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang (lakukanpencatatan).

    7. Panaskan kembali porselen selama 10 menit pada temperatur 1050Cdan dinginkan selama 5 menit dalam desikator, kemudian timbang

    dan lakukan pencatatan.

    8. Ulangi langkah ke delapan sampai beratnya konstan atau sekurang-kurangnya 3X.

    9. Panaskan krus porselen di dalam oven temperatur 1050C selama 5menit dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit.

    10.Timbang berat kosong krus porselen.11.Timbang biskuit yang hasil dari langkah ke delapan.12.Panaskan tang krus.13.Panaskan krus porselen yang sudah berisi sampel ke dalam furness

    pada suhu 5000C selama 20 menit.

    14.Dinginkan 30 menit pada suhu ruang, dan dinginkan 5 menit lagididalam desikator.

    IV. Result and DiscussionA. Result

    Sketsa Langkah Kerja Hasil Pengamatan

    1. Biskuit yang akan

    digunakan.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    6/14

    2. Biskuit sudah halus.

    3.

    Cawan porselen kosong

    yang sudah steril

    (dibersihkan dengan

    alkohol) dan tang krus yang

    sudah di bakar dengan

    pembakar spirtus.

    4.

    Cawan porselen kosong

    yang di masukkan ke oven,

    di letakkan pada suhu

    1050C selama 5 menit.

    5.

    Berat cawan porselen

    kosong adalah 56, 4577

    gram.

    6.

    Cawan porselen

    didinginkan di desikator

    selama 15 menit.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    7/14

    7.

    Berat cawan porselen +sampel adalah 58, 4597

    gram.

    8.

    Cawan porselen yang sudah

    berisi sampel dipanaskan di

    oven pada suhu 1050C

    selama 1,5 jam.

    9.

    Cawan porselen + sampel

    didinginkan di desikator

    selama 15 menit.

    10. Cawan porselen + sampel

    hasil pemanasan:

    Massa pemanasan 1: 58,

    3847 g

    Massa pemanasan 2: 58,

    3841 g

    Massa pemanasan 3: 58,

    3847 g

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    8/14

    11.

    12.

    Krus porselen di oven pada

    suhu 1050C selama 3 menit.

    Setelah dikeluarkan dari

    oven dimasukkan ke

    desikator lagi selama 15

    menit.

    Hasil timbangan krus

    porselen kosong adalah 24,

    3273 gram.

    13.

    Hasil timbangan krus

    porselen + sampel adalah

    26, 2487 gram.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    9/14

    14.

    Dimasukkan ke furness krus

    porselen + sampel pada

    suhu 5000C selama 20

    menit.

    15.

    Didinginkan pada suhu

    ruang selama 30 menit dan

    didinginkan di dalam

    desikator selama 5 menit.

    16.

    Hasil setelah pembakaran di

    furness, bubuk sampel

    masih terlihat seperti arang

    yang berwarna hitam.

    Massa krus porselen +

    sampel hasil pembakaran di

    furness adalah 24, 6150

    gram.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    10/14

    Perhitungan:Berat Cawan Porselen kosong 56, 4577 gram

    Berat Porselen + Sampel 58, 4597 gram

    Berat sampel 1 2, 002 gram

    Berat Pemanasan 1 58, 3847 gram

    Berat Pemanasan 2 58, 3841 gram

    Berat Pemanasan 3 58, 3847 gram

    Rata-Rata Berat Pemanasan 58, 3845 gram

    Berat Krus Porselen kosong 24, 3273 gram

    Berat Krus Porselen + sampel 26, 2487 gram

    Berat Porselen + sampel yang telah difurness 24, 6150 gram

    Berat sampel 2 1, 9268 gram

    gram contoh 1 = (berat porselen + sempel)berat porselen kosong

    = (58,4597 56, 4577) gram = 2, 002 gram.

    Bobot hilang = (berat porselen+sampel)(rata-rata berat pemanasan)

    = (58, 459758, 3845) gram = 0, 0752 gram.

    gram contoh 2 = (berat porselen + sempel)berat porselen kosong

    = (26, 2487 24, 3273) gram = 1, 9214 gram.

    Bobot bertambah = (berat porselen+sampel yang telah difurness)

    (berat krus porselen kosong)

    = (24,615024, 3273) gram = 0, 2877 gram.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    11/14

    B. Discussion

    Pada percobaan kali ini telah dilakukan penentuan kadar air dan

    kadar abu yang terkandung dalam biskuit bayi (regal). Penentuan kadar

    air sangat diperlukan karena kadar air mempengaruhi daya simpan

    bahan. Makin tinggi kadar air suatu bahan maka kemungkinan bahan

    tersebut akan cepat mengalami kerusakan. Kadar air sangat dipengaruhi

    oleh cara penyimpanan atau lama waktu dari pemanenan sampai bahan

    diolah menjadi suatu produk. Daya simpan suatu bahan dapat

    diperpanjang dengan menghilangkan sebagian air dalam bahan sehingga

    mencapai kadar air tertentu. Tepung dikeringkan dengan tujuan agar

    kadar airnya dapat dikurangi sampai batas tertentu dan mencegah tepung

    menjadi asam. Semakin lama waktu pengeringan terhadap suatu bahan

    maka kadar air bahan yang dihasilkan akan semakin rendah.

    Pengukuran kadar air bahan pangan, air yang terukur adalah air

    bebas dan air teradsorbsi. Ada beberapa metode untuk analisis kadar air,

    antara lain yaitu: metode pengeringan/oven, metode destilasi, dan

    metode kimiawi. Pada praktikum kali ini, kami menggunakan metode

    pengeringan/oven untuk menentukan kadar air biskuit. Metode

    pengeringan/oven menggunakan prinsip thermogravimetri dengan alat

    pengering berupa oven. Metode pengeringan dengan oven didasarkan

    atas prinsip perhitungan selisih bobot bahan (sampel) sebelum dan

    sesudah pengeringan. Selisih bobot tersebut merupakan air yang

    teruapkan dan dihitung sebagai kadar air bahan. Metode ini dapat

    digunakan untuk semua produk pangan, kecuali produk yang

    mengandung komponen senyawa volatil (mudah menguap) atau

    produk yang terdekomposisi/rusak pada pemanasan 100 0C. Prinsip

    metode ini adalah mengeringkan sampel dalam oven 100-105 0C sampai

    bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot akhir dihitung

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    12/14

    sebagai kadar air. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kadar

    air pada biskuit adalah sebesar 3,76%.

    Prinsip penentuan kadar abu di dalam bahan pangan adalah

    menimbang berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada

    suhu sekitar 5500C. Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara

    langsung dengan cara membakar bahan pada suhu tinggi (500-6000C)

    selama (2-8) jam dan kemudian menimbang sisa pembakaran yang

    tertinggal sebagai abu. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan

    kadar abu pada biskuit adalah sebesar 14,97%.

    Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992, parameter

    kadar air dan abu untuk biskuit berturut-turut adalah maksimum 5% dan

    1.6%. Sedangkan, pada percobaan pengujian didapatkan kadar air dari

    biskuit regal adalah 3.76%, sedangkan kadar abu adalah 14.97%.

    Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa biskuit regal mempunyai

    kadar air yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun

    1992. Sedangkan, Kadar abu pada biskuit lebih tinggi kadarnya dariStandar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992. Hal ini dimungkinkan,

    karena pada proses percobaan lama waktu pembakaran di furness kurang

    yaitu hanya 20 menit, dimana seharusnya pembakaran dilakukan selama

    1-2 jam agar didapatkan hasil abu biskuit yang berwarna putih bukan

    seperti hasil yang kami dapatkan yaitu sampel biskuit masih dalam

    bentuk arang yang berwarna hitam sehingga didapatkan hasil yang

    melebihi kadar ketentuan batas maksimum yang ditetapkan SNI.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    13/14

    V. ConclutionBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

    Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air dapatmempengaruhi acceptability, kenampakan, kesegaran, tekstur, serta

    cita rasa pangan. Kenaikan sedikit kandungan air pada bahan kering

    dapat mengakibatkan kerusakan, baik akibat reaksi kimiawi maupun

    pertumbuhan mikroba pembusuk

    Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abusuatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut.

    Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah menggunakanmetode pengeringan (oven) untuk penentuan kadar air dan menggunakan

    metode pembakaran pada suhu tinggi (5000C) untuk penentuan kadar

    abu.

    Kadar air yang didapatkan pada percobaan adalah 3,76 % dan kadar abuyang didapatkan adalah 14,97 %.

    Kadar air dalam SNI = 5 % dan Kadar debu dalam SNI = 1,6 %. Dalam menentukan kadar air dan kadar debu, praktikan menerapkan

    prinsip gravimetrik.

  • 5/27/2018 Jurnal Praktikum Kim Analitik 2 Penentuan Kadar Air Dan Abu dalam Biskuit

    14/14

    VI. ReferensiJR., R.A. DAY dan UNDERWOOD,A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif

    Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

    Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I

    Edisi ke Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.

    Badan Standarisasi Nasional. 1992. Mutu dan Cara Uji Biskuit.

    www.Google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-

    STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar Nasional/SNI Tph/Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICY

    Bg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6

    War9A. Diakses pada tanggal 12 April 2014 pukul 10:17 WIB.

    Legowo, A.M dan Nurwontoro. 2004. Analisis Pangan.

    http://eprints.undip.ac.id/21246/1/1137-ki-fp-05.pdf. Diakses pada

    tanggal 12 April 2014 Pukul 10:15 WIB.

    Maturahmah, E., dkk. 2012. Formulasi dan Analisis Biskuit Biji Kecipir

    (Psophocarpus tetragonolobus. DC ) Asal Lassua dan Manokwari

    sebagai Alternatif Sumber Protein.

    http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4e6c7f0a676439e3cb6a74273cc7c0

    b8.pdf . Diakses pada tanggal 12 April 2014 Pukul 10:19 WIB.

    http://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://eprints.undip.ac.id/21246/1/1137-ki-fp-05.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/21246/1/1137-ki-fp-05.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4e6c7f0a676439e3cb6a74273cc7c0b8.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4e6c7f0a676439e3cb6a74273cc7c0b8.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4e6c7f0a676439e3cb6a74273cc7c0b8.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4e6c7f0a676439e3cb6a74273cc7c0b8.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4e6c7f0a676439e3cb6a74273cc7c0b8.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/21246/1/1137-ki-fp-05.pdfhttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9Ahttp://www.google.com/url?q=http://pphpdeptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar%20Nasional/SNI%20Tph/%20Produk%2520olahan/5.pdf&sa=U&ei=HQK1U66LJQEV0QWFpICYBg&ved=0CA0QFjAB&usg=AFQjCNFrk-rso930zEXKrd75XsiD6%20War9A