KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING GURU
DALAM PEMBELAJARAN PAI
DI SMP ISLAM AT-TAQWA PAMULANG
Skripsi ini diajukan kpada Jurusan Pendidikan Agama Islam
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strarata 1 (S1)
Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MARYAM MEIRIZA
11140110000053
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019 M / 1440 H
ABSTRAK
Maryam Meiriza (11140110000053) : “Kemampuan Public Speaking Guru
dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam At-Taqwa Pamulang”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan public speaking
guru dalam pembelajaran PAI di SMP Islam at-Taqwa Pamulan. Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah metode kualititif dengan pendekatan
deskritif analysis atau penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi
tentang keadaan nyata yang terjadi. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada
pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber yang relevan yang terkait
dengan judul.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kemampuan public
speaking sangat berpengaruh terhadap semangat dan antusias siswa dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru PAI menggunakan
kemampuannya dengan baik, khususnya pada kemampuan public speaking untuk
mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran PAI.
ABSTRACT
Maryam Meiriza (11140110000053) : Public Speaking Ability of Teachers in
PAI Learning at At-Taqwa Pamulang Islamic Junior High School
This study aims to determine the teacher's public speaking ability in PAI
learning at Pamulan at-Taqwa Islamic Middle School. The research method used
by researchers is a qualitative method with a descriptive analysis or research
approach that is designed to gather information about the real conditions that
occur. This research focuses more on collecting data and information from various
relevant sources related to the title.
The results found in this study are the ability of public speaking to greatly
influence the enthusiasm and enthusiasm of students in understanding the material
delivered by the teacher. PAI teachers use their abilities well, especially in the
ability of public speaking to influence students in the PAI learning process.
i
KATA PENGANTAR
Dengan sujud bersimpuh kepadamu ya-Allah lisanku berucap lirih Al-
hamdulilah Puji syukur kehadirat Allah SWT, Penuh rasa suka cita akhirnya
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul : KEMAMPUAN
PUBLIC SPEAKING GURU DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP
ISLAM AT-TAQWA PAMULANG. Shalawat beserta salam semoga dapat
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhamad Saw, keluarga, sahabat-sahabat
beliau yang telah menunjukkan jalan serta petunjuk yang benar bagi umatnya
semoga kita semua mendapat syafa’atnya di yaumil akhir kelak, amien yaa
Robbal’alamin.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar sarjana
Pendiikan. Dalam penulisan skripsi ini penulis selalu mendapat dorongan
semangat dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sangat besar kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Abdul Majid Khan, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan selaku dosen
Pmebimbing Akademik yang membimbing penulis sejak awal
memulai perkuliahan
3. Hj. Marhama Shaleh, Lc, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
4. Ibu Siti Khadijah, Ma selaku Dosen pembimbing Skripsi yang
senantiasa sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini
ii
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan agama Islam yang selalu
mengarahkan dan membimbing penulis sejak awal memulai
perkuliahan
6. Papa Drs. Ahmad Zahruddin dan Mama Roslaini Karim tercinta yang
selalu memberikan limpahan kasih dan sayang yang tak terhingga,
yang tidak bisa dibalas dengan apapun, dan selalu ikhlas mendo’akan
serta memberikan dukungan dengan segala pengorbanan. (Semoga
Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan mama dan papa)
7. Om Bagus dan Mba wie selaku orangtua di tanah rantau yang selalu
mengajarkan kepada penulis kebaikan, kesabaran dan keikhlasan
dalam menjalankan kehidupan. Kakak-kakak dosen wali, kesulthonan
KAHFI serta seluruh keluarga besar KAHFI BBC Motivator School.
8. Abang-abangku dan kakak-kakakku : Fauzan Aziz, SH, Hilman Aziz,
S.Pd.I., Fajrul Hadi, S.Pd.I., Rospa Rosada, S.Pd.I., Evi yuliza S.Pd.,
Rosnayati Oktavia, S.Pd.I., Riani Putri, S.Pd., yang selalu memotivasi
penulis. Keponakanku : Hanif Maulana, M. nasywan, Nadira Putri, M.
Najih, Orlin dan Fathan. Terkhusus juga teteh ku tercinta : Naili
Adilah Hamhij, M.Pd yang senantiasa membimbing penulis dan
mensupport penulis diberbagai hal.
9. Bapak M. mamduh Nuruddin S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt., CHI
selaku Kepsek bidang kesiswaan SMP Islam At-Taqwa yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut, dan sekaligus kaka penasehat sekaligus pembimbing
yang selalu membimbing dari awal sampai akhir skripsi ini. Ka Balqis
kaka penasehat, Qudsy dan Aisyah selaku keluarga di tanah rantau
yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
10. Bapak Amir Mahmud S.S.I., M.Pd.I selaku Guru PAI di SMP Islam
At-Taqwa Pamulang yang mau membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian di sekolah
11. Untuk teman-teman seperjuangan “Cabs Squad” Ulfiyani, Alfi Ahli
Fikriah, Riri Yusriyah, Ana Uminya Zaki, Hanifah, Tiaz Rosyadah,
iii
Dian Lestari dan Rizqi Minhajul, yang tiada hentinya memotivasi
penulis dan menemani perjalanan sejak penulis memulai perkuliahan
dan kehidupan di tanah rantau. Semoga perjuangan kita terus berlanjut
sampai akhir hayat kelak.
12. Untuk kakak-kakak tercinta keluaga sukses bahagia : Ka Faizah, Ka
Acha, Ka Raisa, Ka Shara, Ka Aida, Ka Fanny, Ka Rini yang selalu
mensupport penulis disetiap keadaan, teman bertengkar yang
mengajarkan kepada penulis arti kesabaran dan tetap setia menyayangi
satu sama lain walaupun dalam keadaan berjarak dan jarang bertemu.
13. “Calon Istri Pejabat” Ghita Tamalia dan Imtiyaz Fawaida, Jajaran
pengurus DEMA FITK 2017 : Adi raharjo, Suta, Ghina F, Ameng,
Yayu dan lainnya. yang tiada hentinya menginspirasi penulis untuk
terus berkarya dan bermanfaat. Keluarga PUKIS 2014. Keluarga HMI
2014 : Teguh, Sholihin, Fairuz, Engkong Atsnan, Riska, Ucil, kiki dan
keluarga Distrik HMI. Yang mengajarkan kepada penulis cara survive
di dunia kampus, mudah-mudahan kita semua menjadi insan cita
sesuai visi misi HMI dan bermanfaat bagi umat
14. Untuk teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak ilmu
dan pengalaman, IKIK Foundation : Ka Fuad, ka uyi, ka anday, ka
ucup, ka ichank, ka geged, ka endin, ka dena. FK2I (Humaeni, Nisa,
Ainu, Tuhfah, Fiki dan adik-adik semuanya), B16 Eagle Eyes, HML
Tangsel, HMJ PAI HMI Komtar dan KOHATI cab. Ciputat, PSTC,
POSTAR, keluarga Al-Mumtaz, MMQ, Tim SR12 : coach kece ka
Dian Hayati, Ayu, Durroh, an Futhi yang menjadi tempat penulis
belajar menggali pengalaman, dan menjadi motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin
15. Terkhusus untuk kakak ku tercinta Ka Icha selaku kaka penasehat,
pembimbing yang senantiasa memotivasi sekaligus sahabat dikala
penulis tak tahu arah tujuan dan tempat penulis menceritakan keluh
kesah dari awal penulis memulai perkuliahan. Semoga Allah SWT
melipat gandakan balasan dari kebaikan kaka aamiin. Juga untuk ka
iv
cacha dan ka phia yang selalu memberikan support dan menginspirasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
16. Terimakasih kepada orang teristimewa Ka M. Fadhlurrahman yang
selalu setia menemani penulis menyelesaikan skripsi dan memotivasi
penulis dalam setiap langkah kehidupan saat penulis memulai
perkuliahan. Semoga hajat kita diridhoi Allah SWT dan mudah-
mudahan hubungan kita melangkah ke jenjang rumah tangga. Amin Ya
Allah
17. Untuk sepasang kekasih yang juga senantiasa memotivasi penulis Ka
Jamalulael dan Aulia Rahman selaku teman sekamar diakhir semester
yang selalu memotivasi penulis, menemani dan mendengarkan keluh
kesah penulis. Semoga disegerakan hajat menikahnya. Amin
18. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini
Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan Rahmat dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, sebagai
imbalan jasa yang telah dilakukan. Penulis pun menyadari masih sangat
banyak kekurangan dlaam penulisanskripsi ini, kritik dan saran yang
membangun tentunya sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi
ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi
pembaca.
Jakarta, 19 Februari 2019
Penulis
Maryam Meiriza
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................................ 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Public Speaking ........................................................................................ 7
1. Sejarah Public Speaking ...................................................................... 7
2. Pengertian Public Speaking................................................................. 8
3. Persuasive public speaking ................................................................. 9
B. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) ....................................................... 18
1. Pengertian Guru .................................................................................. 18
2. Pendidikan Agama Islam .................................................................... 19
3. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) ................................................. 21
C. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 24
B. Latar Penelitian ......................................................................................... 24
C. Metode Penelitian ..................................................................................... 22
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data........................................... 26
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ...................................... 32
vi
F. Analisis Data ............................................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................................... 37
B. Persepsi guru tentang Public Speaking .................................................... 41
C. Kemampuan public speaking guru dalam pembelajaran PAI ................... 41
1. Penerapan Public Speaking Guru dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ............................................................................ 43
2. Penerapan Public Speaking Guru pada Aspek Visual......................... 45
3. Penerapan Public Speaking Guru pada Aspek Vokal ........................ 49
4. Penerapan Public Speaking Guru pada Aspek Verbal ........................ 51
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 55
B. Implikasi ................................................................................................... 55
C. Saran ......................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Kisi-kisi Observasi
TABEL 3.2 Kisi-kisi Wawancara
TABEL 3.3 Data Informan Guru
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Observasi (Assesment Public Speaking Guru)
Lampiran 2 Kisi-kisi Wawancara Guru
Lampiran 3 Foto Dokumentasi
Lampiran 4 Rencana Pelaksaan Pembelajaran
Lampiran 5 Angket Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, guru
merupakan ujung tombak atau pelaksana yang terdepan. Bila
diumpamakan bidang kedokteran, teknik, politik, ekonomi, pertanian,
industri, dan lain-lain adalah untuk kepentingan manusia, maka guru
bertugas untuk membangun manusianya itu sendiri. Hal ini tentu
memerlukan persyaratan khusus untuk dapat melaksanakan tugas terebut
diatas, yaitu guru sebagai suatu profesi, sebagai perpaduan antara
panggilan, ilmu, teknologi, dan seni, yang bertumpu pada landasan
pengabdian dan sikap kepribadian yang mulia, bahwa diatas pundak
gurulah terdapat beban yang berat dan semakin menantang.1
Komunikasi menjadi bagian yang erat dalam kehidupan manusia.
Sebagian besar kehidupan manusia diisi dengan komunikasi. Pada
dasarnya seorang guru adalah seorang komunikator. Proses pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas merupakan proses komunikasi. Dalam
kontkskomunikasi pendidikan, guru seyogyanya memenuhi segala
prasyarat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pelajaran. Jika
tidak, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil maksimal. Berbagai
persoalan akan muncul manakala hubungan komunikatif antara guru dan
siswa tidak berjalan dengan optimal. Selain itu, seyogyanya juga disadari
oleh guru bahwa tugas mengajar akan berhasil manakala guru mampu
tampil secara optimal dalam menjalankan tugasnya. Optimalisasi peran ini
akan memberikan pengaruh secara nyata terhadap keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan. Penguasaan materi, penampilan menarik,
1Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2012), cet ke 5, h. 24
2
pendayagunaan media, dan berbagai prasyarat kesuksesan mengajar
kesuksesan belajar-mengajar harus mendapat perhatian dari seorang guru.2
Dan pada kenyataannya, pengajaran tentang cara berkomunikasi
(berbicara) yang baikpun tidak diajarkan di sekolah, anak-anak tidak
dilatih bagaimana berbicara yang baik, berdiskusi yang baik, dan tidak
dilatih teknik-tekniknya. Bahkan seorang guru pun banyak diantara
mereka yang tidak mengenyam mata kuliah komunikasi, ilmu yang
mengajarkan tentang bicara. Padahal sebagaimana Firman Allah yang
terdapat dalam Q.S Ar-Rahman ayat 3 dan 4 mengenai kemampuan untuk
berbicara atau berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang: ه ٱخلق وس بيان ٱعلمه ٣ لإ ٤ لإ
“Dan menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai berbicara” (Q.S Ar
Rahman [55]: 3-4)
Ayat diatas dijelaskan dalam tafsir al- Qurtubi bahwa “Allah mengajarkan
kepada setiap kaum bahasa kepada mereka, yang mereka gunakan untuk
berkomunikasi.”3
Hasil survei mengungkapkan bahwa di banyak fakultas keguruan di
universitas-universitas yang dulu dsi kenal dengan Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) atau Sekolah/Universitas Agama, tidak ada
satupun kurikulum yang membahas tentang bagaimana seseorang pengajar
itu berbicara, bagaimana bergeraknya tangan, bagaimana mimik raut
muka, bagaimana pola pikir, dan bagaimana cara berfikir yang benar agar
dia bisa menyampaikan ilmu kepada siswa atau mahasiswanya.4 Padahal
sejatinya manusia itu sendiri yang memiliki tanggung jawab untuk dapat
berkomunikasi dengan sebaik mungkin, manusia harus memaksimalkan
2 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h. 112-
112 3 Syaikh Imam al Qurtubi, Tafsir al-Qurthubi, (Jakarta: Pusaka Azzam, 2009) h. 515-517
4 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual. (Jakarta:P.U.B.L.I.S.H.E.R, 2013)
cet.1 h.22
3
kemampuannya dalam berkomunikasi, sebagaimana yang tercantum pula
dalam Q.S An-Nisa ayat 9:
م ه ي ل ع وا ف ا خ ا ف ا ع ض رية ذ م ه ف ل خ ن م وا رك ت و ل ن ي لذ ا ش خ ي ولا د ي د س ول ق وا ول ق ي ول له ل ا وا ق ت ي ل ف
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah
mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadiida)”. (QS.
An Nisa [4]: 9).
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Allah Swt telah
menganugerahkan kepada umat manusia kemampuan untuk berbicara atau
berkomunikasi, seorang guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan salah
satu caranya yaitu dengan komunikasi verbal, yang mana guru dituntut
dalam menyampaikan pembelajarannya dengan benar, yang dalam
pembelajarannya bisa kita kenal dengan Public Speaking.
Seni mengajar merupakan sebuah upaya membingkai aktivitas
pelajaran di dalam kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang
bersifat humanis dan rasa. Seni belajar berkaitan dengan seni yang lain
seperti berbicara atau retorika (public speaking), seni berkomunikasi atau
persuasive, seni humor atau selera humor dan seni visual atau teatrikal.
Guru yang memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan dengan
tingkat pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan
siswa impresi lebih dalam mengajar, disinilah kemudian, makna guru
dalam mengajar dirasa betul sifat pentingnya.5
Perlu kita ketahui bahwa sebagian ahli memandang bahwa mengajar
adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu
(termasuk orang yang berilmu pendidikan ) bisa menjadi guru yang piawai
dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi guru
5 Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Otak Kiri Anak, (Jogjakarta:
Diva Press, 2013), h.18
4
profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi
pendidikan keguruan selama bertahun-tahun. Namun, kenyataan lain
menunjukkan bahwa dalam mengajar terdapat faktor “tertentu” yang
abstrak dan hampir mustahil dipelajari. Bahkan faktor misterius ini tak
dapat diterangkan dengan jelas.6
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh
karenanya, guru merupakan sosok pribadi yang memang sengaja dibangun
untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi
(berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang
kompeten untuk melakukan tugas mengajar. Siapapun, asal memiliki
profisiensi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan
perbuatan mengajar dengan baik. Penguasaan seorang guru pada bidang
materi pelajaran tugasnya adalah juga penting, tetapi yang lebih penting
ialah penguasaannya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas
mengajarnya.7 Dan kesuksesan mengajar seorang guru akan semakin
terbuka manakala guru juga menguasai teori mendasar mengenai
bagaimana memengaruhi oranglain, yang dalam konteks pembelajaran
adalah siswa. Ketika memengaruhi siswa, meminjam penjelasan Romi
satrio wahono, menjadi spectrum penting bagi seorang guru. Usaha
mengubah sikap, pengetahuan, wawasan, opini, dan perilaku oranglain
dalam suatu proses yang fitrah, smooth, dan tanpa pertentangan, adalah
muatan penting dari taktik atau teknik memengaruhi.8
Berdasarkan latar belakang di atas, Judul yang akan diajukan untuk
diteliti yaitu “Kemampuan Public Speaking Guru PAI di SMP Islam AT-
Taqwa Pamulang”
6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2014), h. 183 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, , (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2014)h. 184 8 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h. 120
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Terdapat persoalan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran
dan proses pelaksaan pembelajaran belum sepenuhnya maksimal,
sehingga penyerapan materi pelajaran yang diterima oleh peserta
didik belum dapat diserap optimal.
2. Rendahnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh
pendidik sehingga pembelajaran terasa membosankan bagi siswa
dan kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal, hal ini
berdasarkan hasil survey dan observasi penulis selama
menjalankan praktik mengajar di SMPN 3 Tangsel.
3. Kurangnya kecakapan guru dalam public speaking untuk
membangkitkan perhatian anak didik agar antusias dan semangat
dalam belajar hal ini berdasarkan hasil survey dan observasi
penulis selama menjalankan praktik mengajar di SMPN 3 Tangsel.
C. Rumusan Masalah dan Batasan fokus penelitian
Untuk memperjelas dan menghindari masalah yang tidak mengarah
pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, maka penulis akan
membatasi permasalahan dengan menitik beratkan pada:
1. Bagaimana kemampuan public speaking guru dalam pembelajaran
PAI?
Adapun Batasan fokus penelitian dalam pembahasan ini
adalah:
6
Pada penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah berhubungan
dengan kemampuan mengajar guru dalam pembelajaran PAI yang ada
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam At-Taqwa Pamulang, juga
berfokus pada kemampuan public speaking yang diterapkan guru PAI.
D. Tujuan dan kegunaan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kemampuan public
speaking guru pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
PAI
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran guru dengan
kemampuan public speaking pada mata pelajaran PAI
3. Menambah wawasan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan pengetahuan dalam memperkaya wawasan konsep dan teori
mengenai public speaking.
4. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman
secara langsung mengenai guru yang menggunakan kemampuan
public speaking
5. Bagi Guru PAI, dapat mengaplikasikan kemampuan public
speaking dengan baik dan benar dalam pembelajaran sebagai
penunjang tercapainya tujuan belajar
6. Bagi masyarakat lainnya sebagai kontribusi berupa peningkatan
kualitas guru PAI, sehingga tercapai pendidikan yang berkualitas
7. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan referensi ilmiah
untuk penelitian lanjut dibidang yang sama di kemudian hari.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Public Speaking
1. Sejarah Public Speaking
Dalam buku retorika modern : pendekatan praktis, Jalaluddin Rakhmat
mengungkapkan sejarah retorika yang dimulai orang Syracuse dari koloni
Yunani. Public speaking atau retorika yaitu dimaknai keterampilan
berbicara di depan umummenjadi bentuk retorika modern serta
berkembang menjadi sebuah seni berbicara.1
Menurut Aristoteles yang dikutip oleh Saifuddin Zuhri, dalam
retorika terdapat 3 bagian :
a. Ethos (ethical)
Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara berkomunikasi
b. Pathos (emosional)
Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan
pendekatan “Psikologi massa”
c. Logos (logika)
Yaitu pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara2
Retorika modern berkembang melibatkan imu-ilmu tentang
perilaku manusia, yaitu psikologi dan sosiologi. Lalu, istilah retorika
modern pun berganti menjadi speech, speech communication, hingga
kemudian disebut public speaking. Seperti disebutkan sebelumnya public
speaking sebuah ilmu maupun keterampilan semakin penting dikuasai
oleh seseorang, terutama bagi yang berhubungan dengan kegiatan
berbicara di depan public. Bahkan, Jalaluddin Rakhmat memperkirakan
bahwa public speaking kelak akan diajarkan kepada mahasiswa-
1 Bambang TRIM, Magical Public Speaking, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2010) hal.3
2Saifuddin Zuhri, Public Speaking, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hal.2
8
mahasiswa di luar ilmu social. Sesuai dengan penelitian Dr. Charles Hurst
tentang pengaruh speech courses terhadap prestasi mahasiswa, ditemukan
hasil bahwa pengaruh tersebut sangat berarti untuk meningkatkan
kemampuan belajar dan berpikir.3
2. Pengertian Public Speaking
Istilah Public Speaking terdiri dari dua suku kata: public dan
speaking. Public artinya orang banyak, masyarakat umum, dan rakyat.
Speaking artinya berbicara. Public Speaking atau lebih kita kenal dengan
istilah berbicara kepada khalayak umum merupakan suatu kegiatan yang
berintikan pada interaksi sosial. Public Speaking adalah sebuah
kemampuan mengekspresikan gagasan di hadapan publik.4 Public
speaking untuk memberikan gambaran bahwa kemampuan berbicara di
depan umum merupakan kebutuhan bagi orang yang ingin sukses dalam
karir hidupnya sejak jaman dahulu kala sampai pada era dewasa ini.
Public speaking adalah istilah modern untuk menyebut keterampilan
berbicara di depan umum. Bidang ini disebut sebagai sebuah
keterampilan mengingat tidak semua orang mampu dan berani berbicara
di depan umum. Dalam ranah ilmu, bidang ini dimasukkan ke dalam ilmu
komunikasi.5
Teori komunikasi pada awalnya mempunyai pandangan bahwa
berbicara di depan umum merupakan suatu rangkaian pesan satu arah
yang dikirim kepada pendengar. Tetapi, kenyataan sesungguhnya,
bagaimana pun para pendengar berpartisipasi dengan pembicara dalam
menciptakan saling pengertian dan pemahaman (in creating shared
meaning and understanding). Ide dan nilai yang disampaikan oleh
3 Bambang TRIM, Magical Public Speaking, hal.4
4 Jurnal Komunikasi penyiaran Islam, Volume 02 No.1, Juni 2014 (Ciputat, 07 Juni 2017)
5 Bambang Trim, Magic Public speaking, hal.3
9
pembicara dicerna dan disalurkan melalui interaksi dengan pendengar.6
Komunikasi adalah hal yang sangat mempengaruhi psikologi terutama
psikologi dalam belajar.7
Dengan begitu, hal yang menjadi perhatian, bagaimana kita bisa
menarik perhatian audiens, kemudian mendapatkan respons dan
kemudian kita mampu memberikan pengaruh kepada mereka.8 Carter,
Ulrich, Goldsmith (2005) mengungkap bahwa seorang pemimpin perlu
memiliki kemampuan public speaking agar dan sadar tentang bagaimana
komunikasi mereka dapat mempengaruhi orang lain. Dan dalam
pekerjaan apapun, ketika kita dewasa, mau memilih menjadi guru, dosen,
direktur, pimpinan, kita tidak akan lari dari kondisi public speaking. 9
Public speaking bukan hal yang bisa terjadi dengan sendirinya
pada semua orang. Tetapi public speaking adalah sebuah ilmu yang kita
semua sadari bahwa tidak akan mungkin sebuah ilmu itu dikuasai oleh
seseorang kalau tidak menyiapkan waktu, menginvestasikan waktu unutk
belajar. Manusia sejak dini harus menyisihkan waktu untuk mempelajari
ilmu public speaking. Karena di dalam rentetan public speaking banyak
hal yang harus dikemas, banyak hal yang harus diulang-ulang, untuk bisa
memahami dan berada dalam kondisi menjadi seorang public speaker
yang memiliki kemampuan berbicara yang standar.10
3. Persuasive public speaking
Dalam buku Fathul Munir, mengutip sebuah teori Darwin dalam teori
evolusinya, “manusia yang bisa survive hanya manusia yang memiliki
6 Jurnal Komunikasi penyiaran Islam, Volume 02 No.1, Juni 2014 (Ciputat, 07 Juni 2017)
7 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, (Jakarta: BBC Publisher, 2013),
hal. 39 8 Bambang TRIM, Magical Public Speaking, hal. 25
9 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual , hal. 31
10 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 62
10
kekuatan untuk beradaptasi”, sejalan dengan ungkapan ini, era konseptual
menuntut kita untuk menerjemahkan ungkapan tersebut dengan ungkapan
“yang bisa survive dan sukses adalah yang mampu menciptakan simpati
dan karya”. Pergeseran paradigma itu semestinya menjadi modal dasar
bagi guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang iklimnya
menawarkan beribu-ribu senyuman peserta didik dengan tidak
menanggalkan fokus pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.11
Dalam public speaking yang tujuannya “to persuade” usaha dalam
membujuk audience melakukan suatu tindakan. Supaya hal tersebut
tercapai, maka di dalam pembelajaran guru harus memberikan
pemahaman pada peserta didik yang bisa ereka lakukan dan terapkan
dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar teori atau kata-kata
indah saja.12
Oleh karena itu proses pembelajaran yang ditawarkan oleh public
speaking merupakan jawaban atas kerinduan peserta didik di era saat ini.
Komponen pengajaran dalam bingkai public speaking tersebut meliputi:
a. Ice Breaking;13
alur pertama ini sebenarnya menjadi bagian yang
sangat penting dalam proses pembelajaran karena komponen ini
menjadi hal yang pertama serta utama untuk memunculkan karakter
guru yang mengarah pada interest peserta didik dalam jalannya proses
pembelajaran yang akan berlangsung. Kalau dalam RPP, kita bisa
menemukan sebutan apersepsi. Sejatinya ada sedikit kesamaan, cuma
substansinya yang berbeda. Ada beberapa bentuk yang bisa dilakukan
dalam proses ini. Kita bisa memulai proses pembelajaran dengan
memberikan games yang berhubungan dengan materi, cerita-cerita
11
Fathul Munir, Mau Jadi Guru? Public Speaking Dulu. (, (Jakarta: BBC Publisher, 2013) hal. 15 12
David Pranata, Speak with Power, (Jakarta: PT Elex Media, 2016) h. 107 13
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal 89
11
yang kontekstual dengan materi, kata-kata motivasi yang bisa
membuat peserta didik semakin termotivasi dalam belajar.
b. Energizer;14
komponen ini sangat penting mengingat keberlangsungan
sebuah proses pembelajaran memiliki peluang munculnya ruang
kejenuhan dalam diri peserta didik, teralihkannya perhatian peserta
didik oleh hal lain. Di sinilah letak urgensi dari energizer karena
mampu menimimalisir kemungkinan munculnya hal-hal negatif dalam
keberlangsungan sebuah proses pembelajaran. Energizer bisa
berbentuk ungkapan-ungkapan hikmah, kata-kata motivasi, magic
simulation yang dilakukan ketika peserta didik mulai terlihat jenuh,
kurang memperhatikan jalannya proses pembelajaran, mengantuk.
Sehingga, peserta didik termotivasi untuk semangat kembali dan
perhatiannya menjadi fokus karena merasa tertarik dengan proses
pembelajaran yang berlangsung.
c. Closing Power;15
guru diharapkan mampu membuat akhir proses
pembelajaran yang sarat dengan makna dalam artinya ketika
penutupan proses pembelajaran, guru semestinya memberikan sesuatu
hal yang menarik yang membuat peserta didik semakin tertantang
untuk mencari, menggali ilmu, serta termotivasi dalam belajar serta
menemukan jati dirinya.
Ketiga hal tersebut menjadi alternatif skema proses pembelajaran
yang ditawarkan oleh public speaking yang tidak kontradiktif dengan
rencana pembelajaran (RPP), justru skema tersebut bisa diinherenkan
dalam RPP sebagai bagian dari pola pengembangan RPP. Dengan
demikian, guru selalu dituntut untuk memiliki kemauan dalam
14
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 90 15
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 92
12
meningkatkan kualitas kinerjanya sesuai dengan ekspektasi semua
kalangan yang mengarah pada kemajuan pendidikan Indonesia.
Oleh karena itu, kemampuan komunikasi guru sangat perlu untuk
dilatih dan dikembangkan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan
profesionalitas guru. Kesadaran tersebut memicu guru untuk kemudian
mencari format dan cara peningkatan kemampuan komunikasi yang
efektif. Merujuk pada hasil penelitian Albert Mehrabian 1972 profesor
dari Departemen Psikologi Universitas California, Los Angeles (UCLA).
Beliau mengemukakan bahwasahnya seseorang yang berprofesi sebagai
Public Speaker melakukan teori 3V yaitu Visual (Bahasa tubuh serta apa
yang kita lakukan selama penyampaian materi), Vocal / Voice (Intonasi
dan pengaturan suara) dan Verbal (apa yang akan kita sampaikan). Dan
berdasarkan penelitian beliau didapati bahwa Visual mendapat presentase
sebesar 55 % dan Voice/Vocal sebesar 38 % sedangkan Verbal hanya 7
%. 16
Pemahaman akan proporsi pengaruh bentuk komunikasi tersebut
membantu guru untuk mampu menyelaraskan semua bentuk komunikasi
visual, verbal, voice dalam proses pembelajaran sehingga miss-
communication dan miss-understanding dapat terminimalisir dengan
sendirinya.
Dalam public speaking kemampuan pembicara untuk diterima atau
dipercaya oleh audience memegang peran penting dalam kesuksesan
berbicara. Seorang pembicara pasti memiliki tujuan saat melakukan
public speaking. Tujuan ini menginginkan audience untuk melakukan
sesuatu (mulai sekedar mendengarkan sampai harus melakukan). Public
speaker harus memiliki kemampuan persuasi yang baik sehingga
audience nya tidak merasakan secara langsung usaha “menghypnosis”
16
Ikram, “Meningkatkan Skill Public Speaking dengan penguasaan 3v: visual, vocal dan verbal”
artikel diakses pada 17 Agustus 2017 dari http://www.ikram.web.id.
13
yang sedang dilakukan, tetapi mereka mau mendengar dan pad aakhirnya
menerima dan melakukan.17
a. Visual
Visual, bagaimana seorang pembicara mampu menghadirkan
mimic, gesture, dan body language-nya.18
Dalam teori albert mehrabian, visual atau penampilan
memengaruhi 55%. Seorang pembicara dalam memulai presentasi
/ penjelasan teori memastikan memulai dengan baik. Olivia Fox
Cabane berkata bahwa penampilan yang baik adalah suatu
kemampuan yang bisa dan harus dipelajari. Lalu, kuasai
panggung, berjalanlah dengan tidak kaku menguasai ruangan tidak
hanya berhenti disatu tempat. Setelah itu, lihat seluruh audience
(scan) sambil tersenyum.19
Audience suka dengan kesan pertama
yang menarik dan bagus. Audience percaya kepada public speaker
apabila penampilannya bagus, gerak tubuh dan gesture
meyakinkan. Audience percaya kepada public speaker apabila
penyampaiannya lancer dan kelengkapan penyampaian sangat
lengkap, misalnya banyak peralatan yang dibawa seperti remote
presenter, menggunakan LCD, speaker, dan sebagainya.20
Hadirkanlah variatif dalam posisi berdiri, mengatur arah
pandang ke audience, baik ke screen, white board, atau flip chart,
atau alat peraga lainnya.21
Usahakan setiap awal perjumpaan,
wajah pembicara berada dalam kondisi ceria (mimic ceria).
17
Hilbram Dunar, My Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 2015) h. 41 18 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 180 19
Hilbram Dunar, My Public Speaking, h. 112 20
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 147 21
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 147
14
b. Vocal
Voice, bagaimana seorang pembicara harus sadar bahwa dia
mengeluarkan suara sesuai dengan komoditas pesannya yang akan
disampaikan.22
Tehnik olah vocal sangatlah penting untuk penampilan, karena
suara bisa menjadi ciri diri sekaligus menjadi salah satu cara
meyakinkan audience akan apa yang disampaikan pembicara.
Albert mehrabian mengatakan bahwa, 38% vocal sangat
berpengaruh terhadap penampilan saat berbicara dihadapan
umum.
Sebagai seorang pembicara tentu harus memiliki kemampuan
untuk didengar dengan baik. Dengan demikian suara haruslah
terdengar dengan jelas. Memiliki suara yang bisa didengar, bukan
berarti membuat suara menjadi merdu. Karena saya bukan guru
nyanyi – membedakan nada saja saya tidak bisa – tapi ada
beberapa teknik yang bisa membuat seseorang tampil lebih
meyakinkan dan berwibawa dengan melatih suaranya.23
Membuat
suara lebih bertenaga (bukan berteriak) disebut diafragma, suara
bulat (tidak vempreng), lebih jelas dan meyakinkan dan
menghilangkan tegang sebelum tampil agar suara tidak terdengar
bergetar dan membuat audience ragu untuk melanjutkan
memerhatikan pembicara.24
Audience suka mendengar sesuatu yang baru. Hindarilah
berbicara dalam kondisi yang seperti orang loyo. Milikilah vokal
yang berirama dan tidak monoton. Itu yang membuat audience
betah mendengarkan pembicara.
22 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 180 23
Hilbram Dunar, My Public Speaking, h. 43 24
Hilbram Dunar, My Public Speaking, h. 46
15
c. Verbal
Verbal. Yaitu bagaimana seorang pembicara memilih kata-kata
yang tepat sesuai dengan konsep atau esensi, maksud dan tujuan
kita berbicara di depan umum.25
Disini dapat dilihat bahwa verbal atau kata-kata , bisa focus
pada pengenalan materi. Mengatur kata-kata dengan sempurna,
pembendaharaan kata yang cukup baik, memiliki control dan
kendali yang besar mampu membuat audience terpengaruh. Hal
inidiperkuat oleh teori Prof. Albert mehrabian, verbal akan
memberikan kesan terhadap audience dengan didukung dengan
vocal dan visual yang baik.26
Jadilah pembicara yang komunikatif
dan penuh dengan informasi.
VISUAL 55% VERBAL 7% VOICE38%
Mimik Muka Seni Bahasa Intonasi Suara
Gesture Tubuh Sistematisasi Kata Dramatisasi Suara
Body Language Ketepatan Bahasa Penekanan suara
Performance Alur Kata Olah Vokal
Keselarasan komunikasi visual, verbal, dan voice guru dalam
proses pembelajaran memiliki implikasi positif dalam arti membantu
peserta didik untuk lebih mudah memahami materi-materi yang
didiskusikan dalam proses pembelajaran serta mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan karena guru mampu membahasakan
materi yang disampaikan dengan semua bentuk komunikasi yang ada
dalam seluruh anggota badannya.
25
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 180 26
Hilbram Dunar, My Public Speaking, h. 40
16
Pembahasan poin-poin yang bisa dijadikan persiapan dalam
menguasai ilmu public speaking dan menjadi public speaker yang bagus :
a. Opening : pembukaan adalah hal yang sangat penting untuk
mendapatkan perhatian peserta / audience sekaligus membuat diri
anda disukai oleh peserta sedari awal.27
.
b. Icebreaker : Upaya untuk membuka sebuah penampilan, agar belajar
merasa nyaman berbicara di hadapan publik. Ice breaker merupakan
pelumas atau pembuka tabir jarak antara pembicara dengan audiens.28
c. Organize : upaya menyusun agenda (pembuka, isi, penutup) dan
tujuan
d. Get to the Point : (to inform, to persuade, to entertain, to inspire)
e. How to Say It : upaya melakukan pilihan kata dengan tepat agar inti
pesan dapat tersampaikan dengan efektif
f. Your Body Speaks : upaya menggunakan bahasa tubuh (stance, body
movement, gestures, facial expressions, eye contact). Ketika memulai
pembelajaran, pastikan dimulai dengan karisma, atau berjalan menuju
ke tempat yang tepat untuk menjelaskan materi, namun setelah
sampai pada titik atau tempat kita ingin berhenti untuk menjelaskan
materi berhentilah sejenak dan tersenyum sampai pada peserta /
audience memusatkan perhatiannya kepada pemateri.29
g. Vocal Variety : upaya menggunakan/memaksimalkan ragam vocal
(volume, pitch, rate/pace, pauses). Berlatihlah vocal dengan benar,
selaraskan dengan gesture, mimi, dan juga gerak.30
h. Get Comfortable with Visual Aids : mengkoordinasikan presentasi
dengan dukungan visual (power points, poster, film, sound, analogi).
Analogi adalah teknik menjelaskan dengan menggunakan hal atau
27
David Pranata, Speak with Power, (Jakarta: PT Elex Media, 2016) h.109 28 Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking Era Konseptual, hal. 216 29
David Pranata, Speak with Power, h. 115 30
Tubagus Wahyudi, the secret of public speaking, h. 138
17
konsep yang sudah diketahui sebelumnya. Analogi akan lebih
membantu dalam menjelaskan sebuah teori atau materi.31
i. Persuade with Power : menggunakan logical support agar dapat
mempengaruhi orang lain secara efektif
j. Inspire Your Audience : menginspirasi audiens agar menjadi lebih
baik dalam kepribadian, emosi, profesi, rohani, dll.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa kapasitas
komunikator (publik) dalam menyajikan gagasan-gagasannya
merupakan elemen yang sangat penting untuk efektivitas
tersampaikannya pesan. Sebab persoalan utama yang sering melandasi
para komunikator (publik) justru terletak pada kapasitas komunikasinya,
baik strategi maupun teknik. Lebih lanjut, dalam konteks pembelajaran
public speaking, penulis cukup yakin bahwa dengan keberanian untuk
melakukan terobosan model pembelajaran konvensional, sebuah proses
pendidikan akan menjadi baik ketika kompetensi konseptual dapat
secara sinergetik ditawarkan bersamaan dengan kompetensi teknikal dan
pengasahan intuisi di bidangnya.32
Apapun profesinya, bersiaplah untuk semua kondisi dan tampilah
secara fleksibel dlaam berbagai keadaan. Ubahlah pelan-pelan gaya saat
berbicara didepan umum, jangan memaksa gaya lama yang kaku. Jangan
membuat jarak antara pembicara dan audience, kenali audience agar
pembicara lebih mudah memberikan pemahaman dari teori yang ingin
disampaikan.
31
David Pranata, Speak with Power, h. 105 32
Jurnal Komunikasi Islam, Volume 02 No.2, Desember 2012 (Ciputat, 07 Juni 2017)
18
B. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Guru
Menurut Mulyanah mengutip pernyataan Supriyadi (1999), guru dalah
orang yang berilmu, berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi
teladan bagi masyarakat. Guru adalah seseorang yang selalu memeberikan
yang terbaik bagi peserta didik. Guru yang bertanggung jawab dan profesional
adalah guru yang mampu bertanggung jawab sebagai pendidik, pengajar,
pendamping, pembimbing bagi peserta didik. 33
Guru merupakan gelar yang tidak bisa disandang oleh sembarangan
orang pada umumnya. Sebab, dalam konteks pendidikan, guru merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Bahkan, keberadaan guru merupakan faktor conditio sine quanon (kondisi
yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun). Sehingga, siapapun
yang menyandang gelar tersebut sudah pasti berani untuk menjalankan
beragam konsekuensi yang melekat dengan gelar tersebut. Guru tidak hanya
diperlukan oleh para peserta didik di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan
oleh masyarakat di sekelilingnya dalam menyelesaikan aneka ragam
permasalahan yang dihadapi masyarakat, mengutip ungkapan Ki Hajar
Dewantara, yakni ”di depan memberi suri teladan, di tengah-tengah
membangun, dan di belakang memberi dorongan dan motivasi”.34
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa pendidikan
adalah orang yang mendidik. Sedangkan mendidik itu sendiri artinya
memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran.35
Syaiful bahri mengungkapkan, guru adalah semua orang yang berwenang dan
33
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat (Memotivasi menjadi guru luar biasa) (Surabaya:
Grasindo, 2010) hal. 33 34
Fathul Munir, Mau Jadi Guru? Public Speaking Dulu. hal. 26 35
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006) hal.291
19
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara
individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.36
Pekerjaan sebagai guru merupakan pekerjaan yang mulia, baik ditinjau
dari sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan.
Guru sebagai pendidik adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat
dan negara. Tinggi dan rendahnya kebudayaan suatu masyarakat dan negara
sangat tergantung pada mutu pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh
guru.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam konteks keislaman lebih populer dikenal dengan kata
”tarbiyah”, ta’lim, dan ta’dib. Masing-masing istilah tersebut memiliki
keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara
bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut
salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang
lain. Dari ketiga term tersebut, tarbiyah menjadi term yang popular dan sering
digunakan dalam praktik pendidikan Islam dibanding dengan dua term yang
lainnya.
Term tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki makna tumbuh,
berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau
eksistensinya. Term tersebut mengisyaratkan adanya empat unsur pendekatan
dalam pendidikan Islam, yakni:
a. Memelihara dan menjaga fitrah peserta didik sebelum dewasa (baligh).
b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Sementara term ta‟lim berasal dari kata „allama yang berarti pengajaran.
Berbeda dengan term tarbiyah dan ta‟lim, term ta‟dib dipahami sebagai
36
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000) hal.31-32
20
pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan
etika. Pemahaman akan ketiga term tersebut memberikan gambaran secara
jelas bahwa term tabiyah lebih tepat untuk digunakan dalam konteks
pendidikan Islam, karena memiliki makna pendidikan yang lebih sistematis.
Berbagai term-term yang muncul akan mempermudah untuk kemudian
dicari pengertian tentang hakikat pendidikan agama Islam. Tetapi sebelum
merumuskan pengertian pendidikan agama Islam, akan lebih tepat kalau kita
menelaah terlebih dahulu berbagai pandangan tentang pendidikan agama
Islam, yakni :
Mengutip dari beberapa sumber buku, Pendidikan Agama Islam
dibakukan sebagai mata pelajaran dan sebagai nama kegiatan mendidik agama
islam. 37
Hal tersebut sejalan dengan Zakiah Daradjat berpandangan bahwa
pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat kelak.38
Artinya, bahwa pendidikan agama Islam dipahami sebagai
sebuah proses mendidik peserta didik dalam memahami serta
mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam yang nantinya diharapkan bisa dijadikan
sebagai pedoman maupun petunjuk bagi peserta didik dalam menjalani
kehidupan.
Muhammad SA Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan bahwa pendidikan
Islam adalah “Islamic education in true sense of the lern, is a system of
education which enable a man to lead his life according to the Islamic
37
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012) hal.163 38
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. VI, hal 86
21
ideology, so that he may easily mould his life in accordance with tenets of
Islam.”39
(Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu
sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga dengan mudah ia dapat
membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam). Pendapat tersebut lebih
mengarah pada sebuah sistem yang memiliki keterkaitan antara komponen
yang satu dengan komponen yang lainnya, seperti keterkaitan antara akidah,
syariah, dan akhlak yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendidikan agama Islam di sekolah dipahami sebagai
segenap usaha sadar yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik di sekolah
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik menjadi insan
yang dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam secara
menyeluruh dan dengan penuh kesadaran. Dan tujuannya untuk
mempersiapkan peserta didik meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran
Islam. Pendidikan tersebut melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Wahab dkk, memaknai Guru PAI adalah guru yang mengajar mata
pelajaran AKidah Akhlak, Al-Qur‟an dan Hadis, Fiqih, atau Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah.40
Banyak sekali pengertian yang
dikemukakan oleh para pakar pendidikan tentang guru Pendidikan Agama
Islam (PAI). Peran pendidik amat sangat besar, yang tidak saja melibatkan
kemampuan kognitif tetapi juga kemampuan efektif dan psikomotorik.
Seorang pendidik dituntut mampu memainkan peranannya dalam
menjalankan tugas keguruan. Dalam hal pendidikan agama Islam, tujuan
utama pendidikan untuk menciptakan generasi mukmin yang berkepribadian
39
Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal 3-4 40
Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Terferifikasi, (Semarang: Robar Bersama, 2011) hal.63
22
ulul albab dan insan kamil. Guru harus mampu membimbing, merencanakan,
memimpin, mengasuh, dan menjadi konsultan keagamaan siswanya.41
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru PAI (pendidikan agama Islam) adalah
pendidik, pengajar, pembimbing peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan peserta didik menjadi insan yang dapat mengetahui,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dan dengan
penuh kesadaran.
4. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dibawah ini penulis paparkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan
dengan judul penelitian ataupun yang dapat menjadi acuan dalam penelitian
ini, diantaranya adalah:
1. Siti Maesaroh (2014) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, meneliti tentang “Urgensi Public Speaking terhadap
Kinerja Guru”. Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pentingnya
kemampuan Public Speaking yang dimiliki oleh pendidik terhadap
kinerja guru, khususnya dalam perencanaan pembelajaran dan
pelaksaanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Penulis
menemukan hasil bahwa pentingnya Public Speaking terhadap kinerja
guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Metode
penelitian yang digunakan dalam skripsi tersebut yaitu metode penelitian
kualitatif yang pemecahan masalahnyadengan menggunakan data empiris
dan memahami fenomena sosial melalui memperbanyak pemahaman
mendalam makna (meaning). Yang membedakan antara penelitian
tersebut dengan penelitian yang penulis akan lakukan yaitu dalam
variabel Y yang akan di teliti, jika pada skripsi tersebut pembahasan
41
Fathul Munir, Mau Jadi Guru? Public Speaking Dulu, hal. 26
23
public speaking yang berkaitan dengan kinerja guru, maka dalam skripsi
yang akan saya buat yaitu mengenai kemampuan public speaking guru
PAI. Dan dalam metode penelitiannya, menggunakan metode kualitatif.
2. Saudari Hartika Yuliasari (2012), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Strategi KAHFI BBC
Motivator School dalam meningkatkan kemampuan public speaking
mahasiswa. Dia menjelaskan pentingnya public speaking di kampus
KAHFI untuk meningkatkan kemampuan mahasiswanya dalam
berbicara.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di SMP ISLAM AT-TAQWA
Jl.Benda Timur XV, Pamulang Permai II, Benda Baru, Pamulang, Tangerang 15416.
Adapun waktu yang direncanakan selama melakukan penelitian adalah dari bulan
September – November 2018.
B. Latar Penelitian
SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan yang terletak di Jl.
Benda Timur XV Perumahan Pamulang Permai II Kelurahan Benda Baru
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
C. Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Data yang diperoleh bersifat empiris
dengan kriterianya yaitu, valid, reliabel dan obyektif. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang didasari oleh
keinginan untuk mengetahui bagaimana kemampuan public speaking guru di SMP
Islam At-Taqwa Pamulang.
Dalam penelitian ini, penulis meggunakan pendekatan deskriptif analisis yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata yang terjadi.
Adapun tujuan utama dalam menggunakan pendekatan ini adalah untuk
menggambarkan suatu keadaan yang sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
1. Melakukan studi pendahuluan
1 Sugiono. Metode penelitian: Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta CV, 2006) hal.2
25
2. Pengumpulan data
3. Analisis data
4. Deskriftif data
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk Miller (1986:9) pada mulanya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif.
Kualitatif yaitu penelitian atau studi kasus atau perspektif ke dalam, dab deskriptif
(Bongdan dan Biklen, 1982:3). Bongdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif beruba kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut
mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic
(utuh).
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya. Penulis buku penelitian lainnya (Denzin
dan Lincoln 1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud jalan melibatkan berbagai
metode yang ada. Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa
hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah
dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan prilaku individu atau sekelompok
orang.2
Penulis menggunakan metode deskriptif dengan penelitian kualitatif. Penulis
akan mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan analisis
kemampuan public speaking Guru PAI di SMP Islam At-Taqwa Pamulang melalui
2 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2016) hal.4
26
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, data yang diperoleh berdasarkan
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
D. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data
Dalam penelitian, banyak variasi teknik pengumpulan data untuk mendukung
dan menjawab masalah yang ada. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis
pakai dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi yaitu cara menghimpun data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi
menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan
penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol
keandalan (reliabilitas) dan kebenarannya (validitas).3
Pada saat observasi, penulis terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari
orang yang diamati (subjek yang diteliti). Sebelum dilaksanakan observasi,
subjek yang diamati sudah mengetahui dan menyetuui bahwa dirinya akan
diobservasi sehingga keberadaan peneliti tidak mengganggu kegiatan sehari-
harinya. Alas an metodologis bagi pengguna metode observasi ialah :
pengamat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; pengamatan
memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh
subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para
subjek pada keadaan wakti itu, pengamatan memungkinkan peneliti
merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga
memungkinkan peneliti menjadi sumber data, pengamatan memungkinkan
3 Husaini usman dan purnomo setiady akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2009), hal.52
27
pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya
maupun dari pihak subjek.4
Pada peneliti ini dilakukan observasi secara langsung dengan mengamati
dan mencatat terhadap kegiatan proses belajar mengajar. Sebelum melakukan
observasi, peneliti membuat kisi-kisi observasi terlebih dahulu untuk
memfokuskan apa yang akan diobservasi yaitu analisis kemampuan public
speaking Guru PAI yang dijadikan dimensi kemudian dijabarkan menjadi
indicator.
Tabel 3.1.
Kisi-kisi Observasi
Fokus Dimensi Indikator
Kemampuan
public speaking
Guru
Visual 1. Guru mampu berpenampilan secara baik
2. Guru memanfaatkan fasilitas di kelas
secara baik
3. Guru mampu luwes saat berkomunikasi
4. Guru mampu berekspresi dengan tepat
5. Guru menyelaraskan gesture dengan
materi yang disampaikan
Vocal 1. Guru mempunyai karakter suara
2. Memberikan materi secara jelas dan
diperhatikan oleh siswa
3. Menggunakan vocal yang berbeda-beda
Verbal 1. Guru memiliki pembendaharaan kata
yang banyak
2. Guru mampu menyelaraskan verbal dan
gesture
3. Guru mampu berkomunikasi secara baik
4 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian kualitatif, hal.174
28
dihadapan murid-murid
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)
dinamankan interview. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari
tangan pertama (primer), pelengkap teknik pengumpulan lainnya; menguji
hasil pengumpulan data lainnya.5
Wawancara dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara
seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266) antara lain:
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tntutan, kepedulian dan lain-lain.6
Tujuan wawancara pada hal ini adalah untuk melengkapi informasi yang
ada dari hasil observasi. Wawancara ini ditunjukkan kepada Guru Mata
Pelajaran Pendidikan agama Islam SMP Islam At-Taqwa Pamulang untuk
mmeperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan
diteliti.
Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat kisi-kisi observasi
terlebih dahulu untuk memfokuskan hal apa saja yang akan di wawancara
terkait analisis kemapuan public speaking guru PAI di SMP Islam At-Taqwa
Pamulang.
5 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian kualitatif, hal.55
6 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian kualitatif, hal 186
29
3.2.
Kisi-kisi Wawancara
Focus wawancara Dimensi Indikator Sumber Data
Kemampuan public
speaking Guru PAI
Visual 1. Materi
2. Pelaksanaan
Guru
Vocal 1. Pelaksanaan Guru
Verbal 1. Materi
2. Pelaksanaan
Guru
Berikut ini adalah table yang dapat menggambarkan data umum dari subjek
penelitian ini.
Table 3.3
Data Informan Guru
Nama Jenis Kelamin Kelas Yang Diajar
M. Mamduh Nuruddin,
S.S.I., M.Pd., MCHC.,
MCHt., CHI
Laki-laki Kelas VII
Guru yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru secara
sukarela membantu dalam penelitian yang dilakukan peneliti, guru yang
memiliki latar belakang dan pendidikan yang berbeda. Bapak Mamduh
Nuruddin tinggal di daerah pamulang pondok benda beliau mengajar di SMP
Islam At-Taqwa. Beliau adalah seorang kepala sekolah di KAHFI BBC
Motivator School. Selain guru dan kepala sekolah, beliau juga seorang
motivator. Pendidikan terakhirnya S2 dibidang pendidikan Agama Islam, dan
beliau sedang menempuh program doctor di Institut Islam al-Qur’an (IIQ).
Bapak Mamduh Nuruddin adalah bagian kesiswaan di SMP Islam At-Taqwa
Pamulang.
30
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan dan lain-lain.7 Dalam
penelitian ini, penulis melakukan dokumentasi seperti mengambil gambar saat
proses pembelajaran berlangsung.
4. Deskripsi Data
1. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak
bisa diukur dan tidak bisa dinilai dengan angka secara langsung.8 Data
dalam penelitian kualitatif bukanlah berdasarkan atas table angka-angka
hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis
secara statistik. Data kualitatif adalah data yang berupa informasi
kenyataan yang terjadi di lapangan. Menurut Meleong, sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sedangkan data
tertulis, foto, rekaman dan statistik adalah data tambahan.9
a. Data Utama
Data utama berupa kata-kata mulai dengan wawancara dan
data yang berupa tindakan diperoleh melalui observasi. Pertama,
Wawancara dilaksanakan dengan berbagai pihak yang terkait,
diantaranya guru Pendidikan Agama Islam. Dalam memeilih dan
mmanfaatkan informan, perlu ditentukan bahwa informan adalah
orang-orang yang tahu tentang situasi dan kondisi daerah penelitian,
jujur, terbuka, dan mau memberikan informasi yang benar. Kedua,
7 Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013) hal 240
8 A. Chader Alwasihlah, Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011), h. 105
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Peelitian Kualitatif, h. 110
31
Observasi atau pengamatan secara langsung. Data yangn dikumpulkan
yaitu data mengenai metakognitif dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui Hypnoteahing di SMP Islam At Taqwa
Pamulang.
b. Data Tambahan
Data tambahan yakni berupa sumber tertulis, angket dan
dokumentasi. Sumber tertulis ini berupa data-data yang diperoleh dari
SMP Islam At Taqwa. Seperti Silabus Guru, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) SMP Islam At Taqwa, dan angket siswa.
Termasuk didalamnya data profil sekolah, sejarah sekolah, dan visi
misi sekolah. Sedangkan dokumentasi foto-foto , untuk penunjang
data-data yang diperoleh dari SMP Islam At Taqwa supaya diterima
keabsahannya.
1) Angket
Merupakan data tambahan, hasil dari penilaian siswa terhadap cara
mengajar guru di kelas. Penilaian dalam angket :
Penilaian Ranking Hasil
Selalu 3,1 - 4 Sangat Baik
Sering 2,1 - 3 Baik
Kadang 1,1 - 2 Cukup
Tidak pernah 0,1 - 1 Tidak Baik
Apabila hasil penilaian soal 0,1 – 1 dinyatakan tidak pernah
maka hasilnya “Tidak baik”. Hasil penilaian 1,1 -2 dinyatakan kadang
maka hasilnya “Cukup”. Hasil penilaian 2,1 – 3 dinyatakan sering
maka hasilnya “Baik”. Dan apabila hasil penilaian 3,1 – 4 dinyatakan
selalu maka hasinya “Sangat baik”.
32
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif.10
Keabsahan data
dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar
merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility,
transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2007:270).11
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan yaitu derajat kepercayaan
(credibility).12
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian
kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/
kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.13
Melalui teknik ini peneliti dapat menguji ketidak benaran informasi
yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri
maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subyek sehingga
dapatdipastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati atau tidak.14
2. Meningkatkan ketekunan dalam penelitian
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Peelitian Kualitatif, h. 320 11
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal.270 12
Lexy J. Moleong, Metodologi Peelitian Kualitatif, h. 324 13
S Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal. 270 14
Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman skripsi, hal 73
33
Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka
kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam
dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu
cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah
dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum. Dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutuan peristiwa akan dapat direkam
secraa pasti dan sistematis.15
Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam
membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan semakin
berkualitas. Dan melalui teknik ini peneliti juga mengadakan pengamatan
dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor
yang menonjol, kemudian menelaahnya secara rinci sampai para suatu
titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh
factor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa.16
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam
pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono,
2007:273).17
Triangulasi merupakan cara untuk melihat fenomena dari berbagai
sudut, melakukan pembuktian temuan dari berbagai sumber informasi dan
teknik sebagai ilustrasi proses yang peneliti lakukan.18
15
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal 272 16
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Skripsi, hal.73 17
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal 273 18
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman skripsi, hal.74
34
Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan
ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, teknik, dan
waktu. Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu sumber
untuk memastikan apakah datanya benar atau tidak. Beragam teknik
berarti penggunaan berbagai cara secara bergantian untuk memastikan
apakah datanya memang benar. Cara yang digunakan adalah wawancara,
pengamatan dan analisis dokumen. Beragam waktu berarti memeriksa
keterangan dari sumber yang sama pada waktu yang berbeda pag, siang,
sore atau malam. Juga berarti membandingkan penjelasan sumber ketika
ia diajak ngobrol berdua dan saat dan saat ia berbicara di depan publik
tentang topik yang sama.19
F. Analisis Data
Menurut Lexy Moeleong, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.20
Sebagaimana yang dikatakan Miles dan Huberman yang dikutip oleh
Sugiyono mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification.21
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan. Setelah itu
mengadakan reduksi data. Menurut Sugiyono dalam bukunya, reduksi data
19
Nusa Putera, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. (Jakarta: Penerbit Indeks, 2011) hal 189 20
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 103 21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hal. 337
35
diartikan sebagai proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.22
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, kemudian langkah selanjutnya yaitu peneliti
menyajikan data berupa pendeskripsian sekumpulan informasi yang telah
disusun sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
kemudian merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami tersebut. Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam
bentuk teks naratif. 23
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan penarikan kesimpulan
dari data yang telah disajikan. Menurut Miles dan Huberman yang dikutip
oleh Sugiyono dalam bukunya bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya.24
Untuk mengetahui analisis kemampuan public speaking guru pda
pembelajaran PAI di SMP Islam At-Taqwa Pamulang, maka teknik analisis
data kualitatif sebagaimana dipaparkan oleh Sugiono sebagai berikut :
analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini
Nasution (1988) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus
22
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal. 338 23
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D, (Bandung: ALfabeta, 2007) hal 249 24
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal. 345
36
sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi tantangan bagi
penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”.
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama
proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam
kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.25
25
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal.245
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah SMP Islam At-Taqwa Pamulang
Setiap lembaga dan institusi pendidikan baik swasta maupun
negeri tak terkecuali SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang
Selatan yang terletak di Jl. Benda Timur XV Perumahan Pamulang
Permai II Kelurahan Benda Baru Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten pasti mempunyai profil yang di dalamnya
terdapat sejarah dan langkah awal kegiatan yang dapat dijadikan pijakan
dan motivasi untuk generasi penerus dalam pengembangan lembaga
tersebut.
Selain sejarah terdapat juga visi, misi dan tujuan yang menjadi
faktor yang tidak bisa dilupakan begitu saja dalam pengembangan suatu
lembaga pendidikan, dengan visi, misi dan tujuan yang jelas akan
memudahkan jalan lembaga pendidikan tersebut untuk senantiasa maju
baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dengan tidak melupakan
tujuan awal lembaga pendidikan tersebut.
Berikut ini penulis akan menjelaskan tentang profil SMP Islam
At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan yang mencakup sejarah,
visi, misi, tujuan, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum, target
pendidikan, dan kegiatan penunjang belajar bagi para siswa, semua
informasi tentang hal tersebut diperoleh dari berbagai sumber mulai dari
wawancara kepala sekolah, survey lapangan, berbagai data dan dokumen
yang mencakup dokumen 1 tentang profil sekolah dan dokumen 2
tentang kurikulum, serta penulis mencari dari berbagai sumber yang
terkait dengan SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Tangerag Selatan.
Berangkat dari suatu niat suci untuk mendirikan masjid di
Perumahan Pamulang Permai II, Kecamatan Pamulang, Kabupaten
Tangerang (saat ini Kota Tangerang Selatan), tujuh tokoh masyarakat
yang mewakili warga muslim Pamulang Permai II, yaitu Bapak (Alm.)
38
Irfan Harahap, Bapak Budi Waluyo, Bapak Fauzie Darwis, Bapak Ariyan
Anwar, Bapak Ahmad Marzuki, Bapak (Alm.) Hafidz Muzani, Bapak
(Alm.) Suryadinata mendirikan Yayasan At-Taqwa dengan Akte Notaris
Ny. Siti Pertiwi Henny Shidki, SH, No. 168 Tanggal 28 Juni 1988.
Sejak mulai didirikan, Yayasan At-Taqwa Pamulang (YATP)
telah dijalankan oleh tujuh periode kepengurusan, dan yayasan mulai
berkembang pesat dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Pada tahun
1995 YATP mulai menyelenggarakan pendidikan Sekolah Dasar Islam
(SDI). Periode I dan II adalah periode pengembangan awal. Periode
kepengurusan III (tahun 1994-1997) merupakan periode pembinaan, dan
periode kepengurusan IV (tahun 1997-2001) merupakan periode
pengembangan sistem dan organisasi unit-unit yang telah ada.
Periode kepengurusan V (tahun 2001-2004) merupakan periode
pengembangan ke-2, prioritas pada periode V ini adalah pengembangan
unit yang telah ada dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah. Kemudian
pada periode VI mulai dilakukan pembenahan sistem sampai dengan
sekarang.1
2. Visi dan Misi
Dalam rangka pencapaian tujuan sekolah maka diperlukan suatu
visi yang jelas, adapun visi SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota
Tangerang Selatan ialah :
“Terwujudnya Lembaga Pendidikan Islami yang Unggul dalam
Imtak dan Iptek, Berdisiplin, dan Amanah“2
Dengan indikator visi unggul dalam Imtak dan Iptek sebagai
berikut: 1) Unggul dalam pengembangan kurikulum; Kegiatan
pengembangan kurikulum dikelola berdasarkan kurikulum standar
nasional yang dikembangkan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum dan disosialisasikan kepada tenaga pendidik untuk
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, hal ini dilakukan dalam rangka
1 Dokumen Yayasan At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan
2 Diperoleh dari data dokumen 1 (mencakup profil sekolah, data siswa dan data guru) SMP Islam
At-Taqwa Kota Tangerang Selatan Tahun 2018
39
pencapaian tujuan ideal pendidikan nasional, keunggulan kurikulum di
SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota tangerang selatan ialah bukan
hanya terfokus pada kurikulum nasional akan tetapi mengembangkan
pula kurikulum berbasis karakter. 2) Unggul dalam proses pembelajaran;
Proses pembelajaran di SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang
Selatan mempunyai keunggulan tersendiri, hal ini tercermin dalam
kretivitas guru dan siswa yang menggunakan alam sekitar sebagai media
langsung sehingga proses pembelajaran terkesan menyenangkan dan
siswa lebih mudah menerima materi pembelajaran. 3) Unggul dalam
pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan; Tenaga pendidik dan
kependidikan yang mengedapankan profesionalisme adalah ciri lembaga
pendidikan yang unggul, SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota
Tangerang Selatan berusaha mengembangkan profesionlitas tenaga
pendidik dan kependidikannya melalui pelatihan yang berlanjut,
pembinaan karakter, dan sosialisasi kebijakan tentang keprofesionalan. 4)
Unggul dalam sarana dan prasarana pendidikan; Dalam rangka
menunjang kegiatan pembelajaran baik intrakulikuler maupun
ekstrakulikuler, sekolah melengkapi sarana dan prasarana yang dapat
digunakan oleh seluruh warga sekolah. 5) Unggul dalam mutu lulusan;
Proses di lembaga pemdidikan dikatakan berhasil apabila lulusannya
mempunyai mutu yang baik, perbaikan mutu lulusan dilakukan secara
berkala dan tersusun serta memiliki target yang jelas. 6) Unggul dalam
kelembagaan dan manajemen sekolah; Sebuah lembaga dikatakan
unggul apabila manajemen kelembagaannya baik begitupula dengan
SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan yang terus
berbenah yang awalnya secara manual namun kini menggunakan
manajemen berbasis teknologi informatika untuk menuju keunggulan
yang diharapkan. 7) Unggul dalam manajemen serta efisiensi
pembiayaan; Pembiayaan yang efisien akan memberikan pengaruh yang
positif pada perkembangan suatu lembaga, cara pembiayaan yang
dilakukan ialah dengan melibatkan komite sekolah sebagai pengawas
40
pembiayaan yang dilakukan oleh sekolah, hal ini dilakukan agar seluruh
pembiayaan dapat digunakan secara akuntabel, terarah dan transparan
sehingga system pembiayaan dapat dipertanggung jawabkan dan efisien.
8) Unggul dalam pengembangan penilaian (evaluasi); Evaluasi di SMP
Islam At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan dilaksanakan secara
berkelanjutan pada setiap bulannya, hal ini dalam rangka upaya
meningkatkan kualitas yang baik dan unggul , evaluasi kepada siswa
terfokus pada hasil belajar baik pada bidang akademik maupun non
akademiknya setidaknya dilakukan pada setiap tiga bulan sekali3.
Adapun evaluasi pada para pendidik dan tenaga kependidikan
terfokus pada kinerja masing-masing individu yang dibuatkan buku
laporan pada setiap bulannya secara berlanjut dan penaganan yang tetap
apabila penialain tersebut dianggap kurang, maka diperlukan perbaikan
kinerja dan setidaknya memenuhi standar yang telah ditentukan4.
Adapun indikator visi berdisiplin dan amanah adalah sebagai
berikut : 1) Disiplin dalam waktu; Disiplin dalam waktu dilakukan
dengan menggunakan jadwal yang tersusun mulai dari awal masuk
sekolah, mulai kegiatan belajar mengajar sampai dengan pulang sekolah
yang ditandai dengan bunyi bel yang telah disosialisaikan kepada warga
sekolah terutama guru dan peserta didik. 2) Disiplin dalam berpakaian;
Seragam sekolah untuk para siswa telah diatur dengan jadwal hariannya
dan telah disosialisasikan sejak anak-anak mulai masuk sekolah. 3)
Disiplin dalam belajar; Disiplin dalam belajar dilakukan dengan
menekankan kepada peserta didik agar mauk belajar tepat waktu dan
dirangsang terus untuk giat belajar dan mendapat hasil yang terbaik.
Peserta didik dilarang untuk keluar sekolah pada jam belajar dengan
alasan apapun. 4) Disiplin menjaga lingkungan sekolah; Hal ini berlaku
untuk semua unsur yang ada di bawah naungan SMP Islam at-Taqwa.
3 Wawancara dengan bapak M. Mamduh Nuruddin, M.Pd (Wakil Kepala bidang kurikulum SMP
Islam Kota Tangerang Selatan), tanggal 25 November 2018 4 Wawancara dengan bapak H. Budi Waluyo, S.Pd (Kepala SMP Islam Kota Tangerang Selatan),
tanggal 25 November 2018
41
B. Persepsi guru tentang Public Speaking
Guru saat mengajar pasti berkomunikasi dengan siswanya di kelas.
Dan salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah kemampuan
public speaking karena mengajar dengan seni akan berbeda dengan mengajar
yang monoton dan biasa saja. Kemampuan public speaking sangat dibutuhkan
oleh guru. Hal ini dikarenakan seorang guru setiap hari berkomunikasi dan
bersosialisasi denganwarga sekolah dan warga masyarakat lainnya. Berbicara
tentang penguasaan public speaking, etika, etiket dan estetika dalam
berkomunikasi adalah modal utama yang harus dimiliki guru. Oleh karena itu,
dengan memiliki kemampuan public speaking guru diharapkan bisa menjadi
panutan bagi warga sekolah, peserta didik khususnya, dan warga masyarakat
pada umumnya.
“Public speaking. Bukan hanya ilmu, tapi juga seni. Kombinasi
seni dan ilmu, pengalaman dan kemampuan seseorang dalam
menyampaikan sesuatu dan memiliki efek. Sehingga dengan
kemampuan public speaking guru akan mampu memahami
audience (peserta didik) dan guru harus menyesuaikan kondisi
anak-anak. Bukan murid yang harus menyesuaikan guru, kalau
masih ada guru yang minta anak-anak menyesuaikan dirinya maka
bisa kita pastikan guru tersebut tidak memahami apa itu guru. Saya
mulai belajar public speaking dari tahun 2008, saat itu saya adalah
salah satu mahasiswa Kahfi sekolah public speaking di bintaro.
Dan saya mulai mengaplikasikan secara real di tahun 2009 karena
disitu saya mulai terjun mengajar di sekolah. Disitu saya mengolah
ilmu, seni, pengalam pribadi. Dan Alhamdulillah, semua jenjang
saya sudah mengajar walaupun tingkat sarjana saya baru di S1.
Public speaking itu penting, karena dengan belajar public speaking
kita diharuskan mengetahui kondisi audience atau peserta didik.
Dengan kemampuan tersebut saya bisa memposisikan diri saya,
saat mengajar di SMP harus pakai gaya seperti apa, bahasa seperti
apa dan cara mengahdapi peserta didik di SMP itu bagaimana. Dan
di SMA juga, seperti apa, bagamina gayanya dan sebagainya.”5
C. Kemampuan public speaking guru dalam pembelajaran PAI
Public Speaking merupakan salah satu seni berbicara yang dipakai
oleh guru dalam menyampaikan materi / pelajaran dan seni berbicara ini
5 Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
42
telah dipakai dan diterapkan oleh guru PAI di SMP Islam At-Taqwa
Pamulang. Kemampuan public speaking guru terlihat dalam pemanfaatan
media belajar (analisis RPP dan hasil observasi), menggunakan vocal
dengan sangat baik (hasil observasi dan angket) dan memakai verbal yang
tepat (hasil observasi dan angket)
Kemampuan public speaking guru dalam menyampaikan materi ajar
di kelas diterapkan dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari segi
proses kegiatan pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Islam At-
Taqwa Pamulang. Berdasarkan hasil observasi, antusias belajar siswa dan
semangat mereka memperhatikan guru saat menyampaikan materi serta
semangat mereka bertanya kepada guru dan menjawab pertanyaan dari
guru saat belajar di kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis RPP, kemampuan guru akan
menampilkan hal yang baik dan akan berusaha sedapat mungkin agar
pengajarannya berhasil dan membuat peserta didik mampu memahami
materi yang disampaikan, bahkan tidak hanya memahami tetapi juga
sampai mengaplikasikan (seperti: materi sholat, puasa dan sebagainya)
diantaranya adalah guru berpenampilan dengan baik, mengeluarkan
karakter suara yang tepat, menyampaikan materi dengan jelas, membuat
rancangan perencanaan pembelajaran (RPP) dan selalu mencontohkan hal
yang baik kepada peserta didiknya, dan hal-hal sederhana tersebut
dilakukan oleh guru PAI di SMP Islam At-Taqwa Pamulang untuk
membantu dan mentrasfer ilmu pengetahuan di kelas. Rencana pelaksaan
pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan proseduran
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Tujuan
rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : pertama, membantu
mempermudah dan memperlancar guru dalam menyampaikan materi
pendidikan agama islam. Kedua, dengan menyusun rencana pelaksana
pembelajaran, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis,
43
dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis
dan terencana.
1. Penerapan Public Speaking dalam Rencana Pelaksana
Pembelajaran (RPP)
Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, guru terlebih dahulu
mempersiapkan perencanaan pengajaran agar apa yang akan
disampaikan kepada anak didik sesuai dengan standar kompetensi
yang ditetapkan. Rencana pelaksana pembelajaran yang digunakan
guru pendidikan agama Islam di SMP Islam At-Taqwa pamulang
(terlampir).
Dari analisis RPP terlihat aspek guru menerapkan teori Albert
Mehrabian, berkaitan dengan 3V. Guru memanfaatkan visual aids
(Video Pembelajaran, CD Pembelajaran Tajwid Interaktif, Komputer,
LCD Projector). Aspek visual lainnya seperti, Guru mempersiapkan
bahan materi (RPP) dan menuntut siswa aktif dalam pembelajaran.
Dalam perencanaan pembelajaran, terlihat aspek verbal yaitu guru
menyampaikan motivasi dan memberikan ice breaking (games dan
sebagainya) saat pembelajaran PAI di kelas. Guru melakukan
penguatan terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan
analogi saat menyampaikan materi seperti cerita dan demontrasi.
Guru mengumpulkan informasi dan menyiapkan materi ajar dengan
sebaik-baiknya.
Dari analisis RPP guru PAI di SMP Islam At-Taqwa, terlihat
bahwa guru sangat mementingkan dan memerhatikan persiapan
sebelum mengajar, karena menurut guru PAI Di sekolah tersebut
“Persiapan adalah hal yang amat penting. Persiapan ibarat pondasi
yang tidak kasatmata pada setiap proses pembangunan. Umumnya,
persiapan memakan waktu yang jauh lebih lama daripada proses
eksekusinya sendiri. Demikian pula dengan halnya mempersiapkan
44
materi pembelajaran.”6 Setelah guru membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) maka guru selanjutnya memikirkan supaya
pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif dan semangat belajar
siswa tetap stabil. Karena, dengan memperhatikan semangat dan
membuat siswa tetap dalam keadaan fokus, siswa akan menyerap dan
memahami pelajaran yang disampaikan secara baik dan benar.
Seorang guru pendidikan agama islam, harus mampu mengenal
karakteristik masing-masing siswa sehingga guru akan mengerti dan
mengetahui seni menyampaikan materi mana yang tepat untuk
dipakai.
Manusia mempunyai alat sensor yang digunakan untuk menerima
ilmu, pengetahuan dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut
untuk mengerti dan memahami siswa-siswa nya seperti gaya belajar,
aspek fisik, social, moral, kultural, emosional, dan intelektual serta
mengetahui bagaimana cara memberikan pemahan materi pendidikan
agama islam secara tepat dan benar agar siswa mampu menyerap dan
memahami materi pendidikan agama islam. Berdasarkan hasil analisis
RPP, guru menyesuaikan gaya belajar siswa dengan memberikan
kesempatan kepada siswa menyimak, mengajak siswa berkomunikasi,
mengamati materi, dan bertanya.
Dalam proses belajar mengajar, salah satu factor yang sangat
mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran
adalah kemampuan guru dalam menguasai pembendaharaan kata.
Karena pada dasarnya guru adalah seorang komunikator. Proses yang
berlangsung di dalam kelas adalah proses komunikasi. Dalam konteks
persiapan sebelum guru berkomunikasi dengan peserta didik di kelas,
guru seyogyanya memenuhi segala persyaratan sebelum pembelajaran
dimulai, seperti menyiapkan bahan atau materi ajar, RPP, dan
6 Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
45
sebagainya. Dari analisis RPP, guru memilih sumber belajar yang
baik, memilih buku yang relevan dengan materi ajar yang akan
disampaikan kepada siswa di kelas. Pembelajaran agama Islam
hendaklah mendapat tempat yang teratur, hingga cukup mendapat
perhatian semestinya dengan tidak mengesampingkan mater-materi
yang lain, agar setiap anak didik dapat tertanamkan rasa keimanan
yang tinggi serta memiliki akhlaq yang mulia.
2. Penerapan Public Speaking Pada Aspek Visual
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat dan memerhatikan
guru sangat mementingkan penampilan sebagaimana yang
disampaikan guru saat wawancara “RPP penting untuk disiapkan,
namun sebelum semua materi ajar penampilan sangat berpengaruh
terhadap kondisi siswa menerima guru untuk mengajar di kelas.
Karena kalau penampilan guru baik, bisa dipastikan guru siap untuk
mengajar. Namun sebaliknya, bagaimana mungkin guru dikatakan
siap mengajar tetapi penampilannya saja belum rapih dan
memperlihatkan guru tidak siap untuk masuk kelas”. Hal tersebut juga
diperlihatkan guru, dengan melakukan penguatan mimik yang ceria
seperti tersenyum dengan baik, tidak murung dan sebagainya. Hal ini
serupa dengan teori Alber Mehrabian, bahwa penampilan sangat
berpengaruh, bahasa tubuh dan cara berpakaian menjadi kunci penting
saat menajadi public speaker.
Dari hasil observasi, terlihat aspek visual yaitu proses
pembelajaran PAI di kelas menggunakan alat dukung seperti guru
memakai WTGA (White board, poster, analogy, dsb), guru
menggunakan power point (Slide, video, gambar, dsb), sehingga
kondisi ini mampu membuat murid yang tipe belajar visual mudah
untuk memahami materi.
46
1.1 Guru menjelaskan materi menggunakan visual aids
Guru memanfaatkan ruangan, membuat lebih dekat dengan siswa
seperti berjalan diantara siswa dan menggunakan eye contact secara
baik. Gesture dan mimic guru juga selaras dengan materi yang
disampaikan. Guru menggunakan gesture yang baik dan menguasai
kelas secara baik, dilihat dari guru saat mengajar dikelas tidak hanya
diam dan berdiri disatu tempat.
Berdasarkan hasil wawancara kemampuan public speaking guru
dalam pembelajaran PAI di SMP Islam At-Taqwa Pamulang. Setelah
selesai berbicara tentang RPP guru memikirkan apa yang harus
dihadirkan untuk meningkatkan motivasi dan membuat focus siswa
tetap terjaga. Namun, sebelum pelajaran dimulai salah satu hal yang
harus menjadi perhatian guru yaitu mempersiapkan diri, berpakaian
dengan rapih dan menarik. Jika tidak, proses pembelajaran akan sulit
mencapai hasil maksimal. Berbagai persoalan akan muncul manakala
penampilan dan hubungan komunikatif antara guru dan peserta didik
tidak berjalan optimal.
“Preparing mengajar memang dilihat dari standar RPP dan
standar Silabus sehingga gaya-gaya mengajar itu tepat. Namun
secara visual wajib, karena menjadi nilai plus salah satunya
dresscode, kerapihan, keindahan dalam proses nanti datang ke
kelas. Persiapannya wajib mempersiapkan untuk tampil prima,
dengan ekspresi ceria karena walau bagaimanapun harus tampak
47
menyenangkan dihadapan anak-anak. Seragam sudah ditentukan.
Dan sejauh ini belum pernah ada yang complain”.7
Proses pembelajaran di kelas khususnya dalam mengahadapi
masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas seperti ngantuk, malu,
malas berpendapat dan lain-lain, keterampilan guru dalam
mengkondisikan kelas dengan baik sangatlah penting dan didukung
dengan ice breaker atau energizer dalam membangun fokus siswa
untuk kembali memperhatikan materi yang disampaikan.
“Saya gunakan energizer seperti cerita, quiz dan games kecil.
Pertanyaan-pertanyaan dari LKS yang saya ambil. Sehingga
membuat siswa fokus kembali dan Alhamdulillah ketika saya
terapkan hal ini, anak-anak jarang sekali mengantuk. siapa yang
tidak hadir. Saya sering mengkombinasi ice breaking, kadang
sulap, nyanyi, cerita, humor dan lainnya. Karena waktu hanya satu
jam setiap masuk kelas, jadi saya tidak terlalu banyak memainkan
ice breaking. Dan alhmadulillah anak-anak teta conditioning. Tapi
terkadang saya juga pakai quiz dadakan, saya berikan soal dari
materi yang pertemuan sebelumnya sudah diajarkan”8
Saat penyampaian materi, guru pasti sudah memiliki sekian banyak
senjata untuk menyusun bagian yang ingin disampaian (isi presentasi
materi). Guru belajar bagaimana cara menentukan kerangka dan poin-
poin penyampaian materi dengan alat bantu (visual aids). Terkadang
guru hanya menggunakan WTGA (write, text, grapich, and analogy),
power point, poster, video dan sebagainya menjadi alat pendukung
dalam menyampaikan materi.
“Belajar tanpa didukung Visual aids tidak membuat guru
kesulitan. Karena materi yang disampaikan pun tidak semuanya
menggunakan slide, video dsb. Terkadang materi yang
disampaikan berupa cerita, peraga dll. Minimal whiteboar,
ekspresi dan vokal (Memainkan suara). Visual aids juga sangat
membantu guru dalam menyampaikan materi di kelas, contoh :
saya pernah menggunakan video saat menyampaikan materi
tentang sejarah sahabat-sahabat nabi tapi hanya sedikit sekali yang
7 Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018) 8 Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
48
bsia ditampilkan. Karena, saya juga download dan cari dari
internet jadi hanya yang ada saja yang bisa ditampilkan ”9
Berdasarkan hasil angket penilaian guru mencapai nilai 3,3 maka
hasilnya “sangat baik”, siswa menyatakan guru “selalu”
berpenampilan baik. Bahkan guru selalu mengingatkan siswa apabila
berpenampilan kotor dan tidak baik. Karena penampilan sangat
berpengaruh terhadap integritas diri seseorang. Sehingga, sesuai yang
disampaikan oleh guru bahwa penampilan merupakan cara terbaik
untuk mendapatkan perhatian siswa. Guru menggunakan pakaian
yang rapih dan sopan. Berekspresi menyenangkan dalam kondisi
belajar, gerak tubuh guru pun selaras dengan materi yang
disampaiakan dan guru sangat menguasai kelas, hal tersebut dilihat
dari hasil penilaian siswa bahwa guru berjalan dan bergerak keseluruh
tempat atau tidak hanya duduk ditempat dan berdiam, berdiri di depan
kelas saja. Guru memanfaatkan fasilitas di ruangan, seperti white
board, power point, analogy, kertas dan sebagainya dalam
menyampaikan materi di kelas.
Penguasaan kelas dinilai oleh siswa “Sangat baik”, Guru
menjelaskan materi sambil berjalan atau tidak hanya diam di tempat,
sehingga membuat siswa merasa guru lebih dekat dan sangat jelas
saat menyampaikan materi. Guru menggunakan eye contact dengan
sangat baik, sehingga siswa selalu memerhatikan guru.
9 Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
49
1.2 Guru mengajar dan menjelaskan materi
3. Penerapan Public speaking Pada Aspek Vokal
Berdasarkan hasil observasi, berkaitan dengan teori teknik
olah suara sangatlah penting untuk penampilan. Karena suara bisa
menjadi ciri diri sekaligus menjadi salah satu cara untuk meyakinkan
audience akan apa yang disampaikan. Mengeluarkan suara dengan
benar bisa menghipnotis peserta. Seperti dalam sebuah penelitian
seorang psikolog di UCLA, Prof. albert Mehrabian, ditemukan ada
tiga hal yang sangat memengaruhi penampilan seseorang. Teori ini
dikenal dengan nama 3v. vocal atau suara memengaruhi 38%.
Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat dan
memerhatikan guru saat mengajar dikelas, menggunakan dan
menerapkan teori 38% vocal. Guru memiliki bunyi dasar atau
karakter suara, saat menyampaikan materi guru tidak hanya memakai
1 nada suara (monoton), guru menggunakan nada dasar dan juga
vocal variatif. Sehingga kondisi tersebut membuat siswa di kelas
tetap fokus dan semangat memerhatikan guru saat menyampaikan
materi. Guru mengunakan vocal yang jelas dan artikulasi
penyampaian guru jelas.
50
Artikulasi dalam penyampaian yang sangat jelas, hal tersebut
didukung dengan penilaian siswa (angket) terhadap suara guru yang
jelas dan saat menjelaskan hanya didukung dengan memainkan
suara., siswa tetap focus pada penjelasan guru. Vocal yang
digunakan guru pun variatif, full – sedang – dan rendah.
Dalam mengambil perhatian siswa dengan menggunakan berbagai
macam vocal (rendah, sedang, full), biasanya dilakukan saat guru
bercerita dan menjelaskan materi. Penggunaan berbagai vocal sangat
berpengaruh kepada fokus siswa dalam belajar. Sebagian guru, yang
tidak mengetahui perbedaan vocal dan menerapkannya dalam proses
belajar mengajar akan membuat suara terdengar monoton dan
membuat siswa jenuh mendengarkan penjelasan guru. Oleh sebab
itu, karakteristik vocal guru dalam menyampaikan sangat pelu untuk
diperhatikan.
“Saya menggunakan berbagai macam volume suara, dengan
memiliki karakteristik suara maka anak-anak lebih tertarik
mendengarkan penjelasan. Karena pernah suatu ketika saya
sedang dalam keadaan yang tidak fit sehingga saya hanya
menggunakan satu vocal suara yaitu datar, anak-anak terlihat
malas mendengarkan dan jenuh, sangat terlihat sekali. Apalagi
saat bel berbunyi mereka senangnya bukan main, karena saya
yakin hal tersebut dikarenakan saya monoton gaya belajarnya.
Akhirnya setelah saat itu, apapun kondisinya saya memainkan
suara atau vocal saya dalam menyampaikan dan menjelaskan
materi, baik itu berupa cerita, ceramah dan lain sebagainya”10
Dalam pembelajaran PAI di kelas dan saat menjelaskan materi,
intonasi suara guru variatif dan artikulasi penyampaian sangat jelas.
Dengan demikian, siswa mampu memahami penjelasan dan materi
yang disampaikan oleh guru.
“yang membuat siswa bosan dan protes dengan cara mengajar
guru, khususnya dalam pembelajaran PAI adalah guru
menggunakan metode ceramah atau bercerita namun artikulasi
penyampaian kurang jelas, nada suara tidak dimainkan. Sehingga
keadaan tersebut, akan membuat siswa jenuh dan bosan saat
10
Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
51
belajar. Bisa kita pastikan, dengan begitu anak-anak tidak mampu
menyerap dan memahami materi yang disampaikan secara baik
dan tepat”.11
Berdasarkan hasil angket mencapai hasil 3,3 maka hasilnya
adalah “Sangat baik”, saat menjelaskan materi guru menyampaikan
dengan suara yang jelas. Saat ditanya oleh siswa “Apakah pernah
ada keluhan tentang suara guru yang kecil atau tidak jelas
terdengan?” siswa mengatakan guru tidak pernah bersuara kecil atau
tidak jelas. Karena artikulasi guru sangat baik saat penyampaian
materi dan guru memainkan nada suara, sehingga sangat jelas
karakter suara guru, misalnya saat murid tidak melihat siapa yang
berbicara mereka mengetahui bahwa guru tersebut adalah guru PAI.
Hal tersebut dibuktikan dengan penilaian siswa, guru memerhatikan
vocal dan sangat menyesuaikan juga selaras dengan mimic, gesture
dan sebagainya.
4. Penerapan Public speaking Pada Aspek Verbal
Salah satu senjata untuk menyusun bagian materi yang ingin
disampaikan adalah isi/materi itu sendiri, berdasarkan hasil
observasi dan analisis RPP guru menentukan kerangka materi yang
akan disampaikan, poin-poin yang akan dipelajari oleh siswa di
kelas, memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan saat
menyampaiakan materi. Poin atau materi yang akan disampaikan
tertata rapih, jelas dan juga sudah dikembangkan secara bervariasi.
Hal tersebut berdasarkan hasil observasi dan wawancara, guru
sangat memerhatikan verbal yang digunakan untuk menyampaikan
materi di kelas. Guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kondisi anak murid misalnya, guru harus mengetahui perkembangan
zaman sehingga apa yang menjadi berita atau sesuatu yang viral di
11
Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
52
dunia anak-anak maka guru akan menyesuaikan. Namun, tetap
mengutamakan etika dalam berbahasa dan berbicara. Kesuksesan
mengajar guru terlihat karena guru menguasai teori mendasar
bagaimana memengaruhi peserta didik, yang dalam konteks
pembelajaran adalam memengaruhi anak atau siswa di kelas.
Setelah guru mempersiapkan semuanya yang berkaitan dengan
bahan ajar, selanjutnya guru memikirkan bagaimana pembelajaran di
kelas bejalan dengan dengan baik. Dalam proses belajar mengajar,
salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kemampuan guru
dalam menyampaikan materi. Guru dituntut untuk mengekspresikan
apa yang dipikirkannya dan menyampaikan bahan ajar sesuai dengan
karakteristik materi dan siswa. Sehingga mampu membuat siswa
menyerap dan memahami materi yang disampaikan.
“Karena saya pernah prepare dalam masuk kelas kurang, dan
mengajar hanya secara formalitas dan akhirnya efeknya ke anak-
anak sangat tidak bagus. Dan akhirnya saya disadarkan dengan
pesan guru sehat saya, beliau mengatakan “guru bukanlah
profesi menurut saya, orang yang menjadikan guru sebagai
frofesi adalah orang yang salah berfikir. Sehingga orang yang
menjadikan guru sebagai profesi, dia masuk dan keluar yaa ala
kadarnya”.12
Memotivasi siswa adalah salah satu tugas guru. Motivasi
disampaikan saat belajar mengajar sedang berlangsung ataupun di
luar kelas. Setiap guru memiliki gaya memotivasi siswanya masing-
masing, ada yang menggunakan quotes, pendekatan personal dan lain
sebagainya. Dan motivasi bagi siswa sangatlah penting, karena ini
berpengaruh terhadap minat dan semangat belajar siswa , baik di
kelas maupun di luar kelas.
“Paling sering saya sampaikan motivasi hanya di kelas 9.
Karena mereka kelas akhir, dan memang harus terus diingatkan.
Saya pernah pakai perhitungan cepat, agar mengingatkan
mereka akan UN. Dan motivasi tersirat yang pernah saya
12
Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
53
sampaikan dikelas, adalah kepada orang yang jarang masuk,
atau dapat laporan dari wali kelas karena tidak mengerjakan PR
akhirnya disuruh keluar kelas dan disitu saya berhadapan
dengan mereka dan saya berikan motivasi khusus.”13
Sebelum guru menyampaikan bahan ajar di kelas, tentunya
mempelajari dan melihat kembali materi ajar yang akan disampaikan
sangatlah penting. Hal tersebut menjadi upaya guru dalam mengingat
kembali pengetahuan tentang materi yang ingin disampaikan dan
menjadi bahan evaluasi sebelum penyampaian, sehingga apabila
terdapat kekurangan guru dapat memperbaikinya.
“Saya mengukur siapa anak yang kemampuannya paling rendah,
saya cari data mulai dari nilai dan laporan wali kelas. Nah itu
menjadi tolak ukur. Kalau anak yang nilai atau kemampuan dia
rendah nilainya mulai baik dan bagus, maka semua saya ratakan
pasti sudah baik.”14
Ketika guru menyampaikan materi, pemilihan kata yang tepat
untuk membuat siswa paham terhadap materi yang disampaikan
sangatlah penting. Hal ini dipersiapkan guru dengan cara mengulang
pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik, mencari
referensi di internet dan buku, dan guru juga memperhatikan
perkembangan informasi, hal apa yang sangat atau sedang disukai
peserta didik maka guru menyesuaikan. Karena ketika guru tidak
pandai dalam memilih kata dan kalimat yang tepat, tidak semua
siswa paham dengan kata atau kalimat yang disampaikan. Guru yang
menyenangkan adalah guru yang mampu berkomunikasi dengan
siswanya dengan baik sehingga dalam hal ini guru dituntut untuk
komunikatif dengan baik dan benar agar siswa mampu memahami
materi yang disampaikan di kelas.
13 Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018) 14
Hasil wawancara Bapak M. mamduh Nuruddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt /(Guru PAI SMP
Islam At-Taqwa 23/11/2018)
54
“Pemilihan kata guru tetap menyesuaikan anak-anak, tetapi
sesuai porsinya. Wajib guru itu masuk dan tahu kebiasaan
anak-anak tapi tetap pada pemilihan kata yang baik dan benar.
Karena dengan menyampaikan memakai bahasa yang mereka
pahamilah, mereka akan paham dengan materi PAI yang
disampaikan. Karena saya pernah mencoba memakai bahasa
kaku dan tinggi yang seharusnya saya gunakan bahasa tersebut
untuk berkomunikasi dengan orang dewasa. Saya lihat anak-
anak ada yang mendengarkan ada yang sibuk sendiir, karena
tidak paham. Yang mendengarkan saya bisa lihat dari ekspresi
mereka kalau mereka berusaha mencerna
Berdasarkan hasil angket mencapai nilai 2,9 maka hasinya adalah
“baik”, siswa menilai bahwa guru memakai gaya bahasa yang
familiar didengar oleh mereka. Sehingga saat guru menyampain
materi di kelas, murid senang mendengar karena guru mengetahui
dan memilih bahasa yang sesuai dengan kondisi mereka. Guru
memakai estetika yang baik saat menyampaikan materi. Guru banyak
menguasai pembendaharaan kata, sehingga peserta didik memahami
penjelasan pembelajaran yang diajarkan oleh guru PAI. Guru kadang
menyampaikan motivasi diakhir pembelajaran, hal ini tidak dipahami
siswa bahwa bagian mana yang menjadi motivasi bagi mereka.
Karena, setiap pembelajaran guru selalu memberikan motivasi
dibagian-bagian tertentu, missal setelah membahas materi, saat
Tanya jawab, saat pembelajaran selesai, dan juga kadang diawal
pertemuan. Dari penjelasan guru di kelas, sangat terlihat guru
mempersiapkan dengan baik sebelum menyampaikan materi di kelas.
1.3 Peserta didik menyimak guru
55
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Uraian pada bab-bab terdahulu, membawa peneliti pada kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pendidikan Agama Islam di
SMP Islam At-Taqwa Pamulang, guru menerapkan seni berbicara yaitu
public speaking. Dengan menerapkan seni berbicara tersebut, guru mampu
menggerakkan siswa agar belajar aktif dan selalu stabil pada titik fokus yang
diinginkan, sehingga peserta didik mampu menyerap dan memahami materi
yang disampaikan.
2. Perapan ilmu public speaking dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
di SMP Islam At-Taqwa Pamulang, dipengaruhi oleh beberapa faktor
pendukung, yaitu adanya sumber belajar guru untuk mempelajari dan
memahami ilmu public speaking dan menerapkannya pada pembelajaran
PAI di kelas. Selain itu, adanya sarana belajar yang memadai. Sehingga
mampu meningkatkan semangat belajar siswa.
B. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang ditarik
tentu memiliki implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian
selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya sebagai berikut :
Hasil penelitian mengenai kemampuan public speaking guru dalam
pembelajaran PAI menunjukkan hal yang signifikan, variabel ini memberikan
kontribusi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran PAI, dimana kemampuan
public speaking guru mampu mempengaruhi proses pelaksanaan pembelajaran
PAI di kelas.
Kemampuan atau skill guru menjadi hal utama yang harus diperhatikan,
karena hal tersebut memiliki kontribusis besar sebagai upaya membuat peserta
56
didik memahami mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Maka upaya untuk
meningkatkan skill atau kemampuan guru juga perlu mendapatkan perhatian
khusus, dari pihak lembaga dan guru yang bersangkutan. Untuk itu perlu adanya
upaya-upaya yang harus dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Menambah pengalaman dengan mengikuti kegiatan workshop atau pelatihan
public speaking di luar sekolah
2. Pihak sekolah atau lembaga sekolah mengadakan pelatihan khusus untuk
meningkatkan soft skill dan keterampilan guru
C. Saran
3. Bagi lembaga pendidikan
Hal ini dikhususkan kepada SMP Islam At-Taqwa Pamulang sebagai
lembaga formal khususnya.
a. Lembaga lebih meningkatkan personil approach (pendekatan personal)
terhadap guru dan siswa, sehingga mudah memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan. Dengan demikian mampu
mengetahui masalah-masalah yang timbul, yang dapat menghambat
pelaksanaan pendidikan terutama yang berkaitan dengan kemampuan
guru menggerakkan siswa dan meningkatkan belajar siswa dalam mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
b. Lembaga mengadakan workshop atau pelatihan yang mampu
meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi menyampaikan materi
sehingga guru tidak monoton
4. Bagi Guru Agama Islam
Hal ini khususnya ditujukan kepada guru pendidikan agama Islam di
SMP Islam At-Taqwa Pamulang, hendaknya.
a. Berusaha untuk terus melatih dan meningkatkan soft skill terutama
dibidang public speaking
57
b. Menambah wawasan baru tentang bagaimana cara menjadi guru
yang menyenangkan bagi murid dan mampu membuat kelas efektif
DAFTAR PUSTAKA
A.Z, Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat (Memotivasi menjadi guru luar biasa).
Surabaya: Grasindo. 2010.
Al Qurtubi, Syaikh Imam. Tafsir al-Qurthubi. Jakarta: Pusaka Azzam, 2009.
Bahri Djamarah, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2000.
Alwasihlah, A. Chader. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya. 2011.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI. 2006.
Dunar, Hilbram. My Public Speaking. Jakarta: PT Gramedia. 2015.
Faidi, Ahmad. Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Otak Kiri Anak.
Jogjakarta: Diva Press. 2013.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman
skripsi, hal.74
HM, Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
1991.
Ikram. “Meningkatkan Skill Public Speaking dengan penguasaan 3v: visual, vocal
dan verbal” artikel diakses pada 17 Agustus 2017 dari
http://www.ikram.web.id.
Jurnal Komunikasi Islam. Desember 2012. Volume 02 No.2, (Ciputat, 07 Juni 2017)
Jurnal Komunikasi penyiaran Islam. Juni 2014. Volume 02 No.1, (Ciputat, 07 Juni
2017)
Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.Cet. 27.
2010.
Muhaimin. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta:
Rajawali Pers. 2012.
Mulyana A.Z.. Rahasia Menjadi Guru Hebat (Memotivasi menjadi guru luar biasa).
Surabaya: Grasindo. 2010.
Munir,Fathul. Mau Jadi Guru? Public Speaking Dulu. Jakarta: BBC Publisher. 2016.
Naim, Ngainun. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
2011.
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2006.
Pranata, David. Speak with Power. Jakarta: PT Elex Media. 2016.
Putera, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Indeks.
2011.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada cet ke 5. 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta. 2012.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. 2014.
TRIM, Bambang. Magical Public Speaking. Yogyakarta: Media Pressindo. 2010.
Usman, Husaini dan purnomo setiady akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta :
PT. Bumi Aksara. 2009.
Wahab dkk. Kompetensi Guru Agama Terferifikasi. Semarang: Robar Bersama. 2011.
Wahyudi, Tubagus. The Secret of Public Speaking Era Konseptual. Jakarta: BBC
Publisher, 2013.
Zuhri, Saifuddin. Public Speaking. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.
Lampiran I
Form assesment guru PAI
Nama Guru : M. Mamduh Nururddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt
Kelas yang diajar : VII.I
NO Visual SB B C KB Keterangan
1 Ekspresi
(Senyum)
√ Guru berekspresi ceria dan
tersenyum, membuat peserta didik
senang saat belajar
2 Eye contact √ Guru tidak hanya memandang
kesatu arah, setiap peserta didik
diperhatikan
3 Berpakaian √ Guru berpakaian dan berseragam
sopan dan rapih
4 Menggunakan
WTGA
√ Guru memanfaatkan fasilitas di
kelas
5 Karakter mimik √ Mimik guru memiliki ciri khas,
selaras dengan materi yang
disampaikan
6 Gesture √ Guru menggerakan tangan dan aktif
di kelas tidak hanya duduk dan
diam di depan peserta didik
Catatan :
NO Voice SB B C KB Keterangan
1 Bunyi Dasar √ Guru menggunakan vocal talking
“bunyi seperti berbicara biasa”
2 Nada/Irama √ Guru menggunakan nada rendah
dan full
3 Artikulasi √ Suara guru jelas saat memberikan
materi di kelas
4 Karakterisasi
Suara
√ Guru memiliki karakter suara
Catatan :
NO Verbal SB B C KB Keterangan
1 Pembendaharaan
kata
√ Guru memakai bahasa yang
menarik dan familiar bagi peserta
didik
2 Estetika
penyampaian
√ Guru tidak kaku saat
menyampaikan materi di kelas,
karena guru mampu
menyeimbangkan kondisi peserta
didik
3 Keselarasan
gesture
√ Guru menyampaikan materi tidak
hanya diam, guru aktif
menggerakan tangan sesuai dengan
materi yang disampaikan
4 Keselarasan
ekspresi
√ Ekspresi guru selaras dengan
materi yang disampaikan, seperti
saat guru menyampaikan materi
sholat. Guru mengangkat tangan
saat mengucap takbir “Allahu
Akbar” dan berekspresi khusyuk
layaknya orang sedang sholat
5 Apresiasi kata √ Guru mempunya pembendaharaan
kata yang sangat baik, hal ini dapat
dilihat saat guru mengajar
memakai bahasa yang formal,
familiar, dan tidak kaku bagi
peserta didik
Catatan :
12
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memberikan
kritik dan saran mengenai pelajaran
yang telah dipelajari
13
Sebelum memberikan materi, guru
memberikan motivasi terlebih dahulu
(seperti cerita, permainan, dsb)
Lampiran II
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU
Nama Guru : M. Mamduh Nururddin, S.S.I., M.Pd., MCHC., MCHt
Kelas yang diajar : VII
Mata Pelajaran :PAI
1. Apakah guru menggunakan visual aids ( wtga / slide / poster dsb)?
2. Apakah menurut guru menggunakan pakaian yang rapih berpengaruh dalam
proses belajar mengajar?
3. Apakah menurut guru senyuman dapat mempengaruhi peserta didik dalam
proses belajar mengajar?
4. Adakah langkah khusus guru dalam memulai dan mengakhiri proses belajar
mengajar di kelas?
5. Adakah kesulitan yang guru temui saat tidak menggunakan visual aids dalam
proses belajar mengajar?
6. Apakah dalam proses belajar mengajar, gerak tubuh di sesuaikan dengan
materi pelajaran yg disampaikan?
7. Apakah guru menggunakan vocal yang berbeda dalam menyampaikan mata
pelajaran PAI di kelas?
8. Metode apa sajakah yang guru pakai dalam menyampaikan materi ?
9. Bagaimanakah cara guru menarik perhatian siswa ketika siswa sudah mulai
tidak focus terhadap materi yang disampaikan?
10. Pernahkah siswa mengeluh dengan suara guru saat menyampaikan materi PAI
di kelas?
11. Bagaimana guru mempersiapkan materi pembelajaran sebelum proses belajar
mengajar berlangsung?
12. Apa upaya yang dilakukan guru dalam memahami materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik?
13. Apakah pemilihan kata yang baik dan benar dalam menyampaikan materi itu
penting? Mengapa?
14. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan motivasi dan minat belajar PAI
siswa?
15. Apakah guru memberikan motivasi terlebih dahulu saat memulai atau
mengakhiri proses belajar mengajar (seperti cerita, permainan, dsb)?
Lampiran III
Dokumentasi Observasi
Lampiran IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Islam At-Taqwa PamulangSERANG
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/ Semester : IX/1
Alokasi Waktu : 3 pertemuan (9 JP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati prilaku jujur,
disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahua (faktual, komdeptual,
dan procedural) berdarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengtahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
A. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati Al-Quran sebagai implementasi dari pemahaman
rukun iman.
2.4. Menghargai sikap optimis, ikhtiar, dan tawakal sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S.
An-Najm (53): 39-42; Q.S. Ali Imran (3): 159 dan hadits
terkait.
3.2. Memahami Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm (53):39-
42; dan Q.S. Ali Imran (3): 159 tentang optimis, ikhtiar, dan
tawakal serta hadits terkait.
4.1.1. Membaca Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm (53): 39-42,
dan Q.S. Ali Imran (3): 159 sesuai dengan kaedah tajwid dan
makhrajul huruf.
4.1.2. Menunjukkan hafalan Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm
(53): 39-42, dan Q.S. Ali Imran (3): 159
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Peserta didik mampu membaca ayat al-Qur’ān tentang optimis,
ikhtiar dan tawakal
2. Peserta didik mampu memahami bacaan qalqalah dan
menerapkannya
3. Peserta didik mampu menghafal ayat al-Qur’ān tentang optimis,
ikhtiar dan tawakal
4. Peserta didik mampu mengartikan tiap kata (mufradat) ayat al-
Qur’ān tentang optimis, ikhtiar dan tawakal
5. Peserta didik mampu menterjemahkan ayat al-Qur’ān tentang
optimis, ikhtiar dan tawakal
6. Peserta didik mampu memahami kandungan ayat tentang optimis,
ikhtiar dan tawakal
7. Peserta didik mampu mengamalkan dan membiasakan akhlak
mulia optimis, ikhtiar dan tawakal
C. Materi Pembelajaran
Q.S. Az- Zumar (39): 53; Q.S. An- Najm (53):39-42; dan Q.S.
Ali Imran (3): 159 tentang optimis, ikhtiar, dan tawakal serta hadits
terkait
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama (3 JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Membuka pembelajaran dengan dengan salam dan berdo’a
bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan
penuh khidmat;
2) Membaca surat pendek dalam Juz 30 bersama-sama.
3) Memberikan motivasi tentang pentingnya membaca al
Qur’an dengan benar (Menceritakan kisah tentang si Fulan
cara membaca al Quran)
4) Memberikan appersepsi tentang pentingnya menuntut
ilmu/cinta ilmu pengetahuan.
5) Memberi Informasi tentang KI / KD dan Indikator
Pencapaian Kompetensi.
b. Kegiatan Inti
1) Mengamati
a) Mengamati gambar atau tayangan yang terkait dengan
semangat membaca dan mengkaji Al Qur’an.
b) Menyimak dan membaca Q.S. Az- Zumar (39): 53; Q.S.
An-Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3): 159 serta
hadits tentang tentang optimis, ikhtiar, dan tawakal.
c) Menyimak penjelasan tentang Hukum bacaan qalqalah.
2) Menanya
a) Mengajukan pertanyaan tentang pentingnya belajar Al
Qur’an, apa manfaat belajar ilmu tajwid, atau pertanyaan
lain yang relevan.
b) Mengajukan pertanyaan mengenai hukum bacaan
qalqalah.
3) Mengumpulkan informasi/mencoba
a) Secara berkelompok mencari dan mengumpulkan lafadz
yang mengandung bacaan qalqalah.
b) Diskusi menyusun arti perkata Q.S. Az-Zumar (39): 53;
Q.S. An- Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3): 159
menjadi terjemah secara utuh.
c) Secara berpasangan menghafalkan Q.S. Az-Zumar (39):
53; Q.S. An- Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3):
159.
4) Menalar/mengasosiasi
a) Melakukan koreksi secara berkelompok terhadap hasil
pengumpulan lafadz yang mengandung bacaan qalqalah.
b) Menganalisis, mengoreksi, dan memperbaiki hasil
penerjemahan Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An- Najm
(53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3): 159.
c) Mengidentifikasi dan menganalisis lafaz yang
mengandung bacaan qalqalah dalam Q.S. Az-Zumar
(39): 53; Q.S. An-Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali Imran
(3): 159.
5) Mengomunikasikan
a) Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Az-Zumar (39): 53;
Q.S. An-Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3): 159.
b) Menyajikan paparan hasil pencarian hukum bacaan
qalqalah dalam Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm
(53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3): 159.
c) Menunjukkan / memaparkan hasil diskusi kandungan
Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm (53):39-42; dan
Q.S. Ali Imran (3): 159.
d) Menanggapi paparan kandungan Q.S. Az-Zumar (39):
53; Q.S. An- Najm (53):39-42; dan Q.S. Ali Imran (3):
159.
e) Menyusun kesimpulan kandungan ayat dengan
bimbingan guru.
c. Penutup
1) Melaksanakan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah
dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan
langkah selanjutnya.
2) Melakukan penguatan materi pelajaran hari ini.
3) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan
tugas mandiri untuk penilaian portofolio.
4) Menyampaikan inti kegiatan untuk pembelajaran pada per-
temuan berikutnya.
E. Penilaian, Remedial dan Pengayaan Penilaian
a. Teknik Penilaian:
1) Aspek sikap spritual: Penilaian diri observasi, penilaian diri,
penilaian antar teman, Jurnal
2) Aspek Pengetahuan: Tes Tertulis : Multiple Choice dan
Essay
3) Aspek Keterampilan: proyek, dan portofolio
b. Instrumen penilaian dan pedoman perskoran
1) Aspek sikap Spritual (terlampir)
2) Aspek sikap sosial (terlampir)
3) Aspek Ketrampilan ( terlampir)
4) Aspek Pengetahuan (terlampir)
5)
B. MEDIA/ALAT, BAHAN DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1. Media/alat
a. Video Pembelajaran
b. CD Pembelajaran Tajwid Interaktif
c. Komputer
d. LCD Projector
2. Bahan
Kartu berpasangan (matching card) lafadz dan artinya
3. Sumber belajar
a. Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama RI Tahun 2006
b. Mustahdi dan Sumiyati. 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
c. Mustahdi dan Sumiyati. 2013. Buku Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
d. Muhammad Ahsan dkk. 2013. Pendidikan Islam dan Budi Pekerti
SMP/MTs kelas IX. Jakarta: ESIS Erlangga.
Tangsel , 23 November 2018
Mengetahui; Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah, PAI dan Budi Pekerti,
H. Budi Waluyo, S.Pd. Amir Mahmud, M.Pd.I
Lampiran V
DAFTAR PERTANYAAN ANGKET SISWA
Nama Siswa :
Kelas :
Variable persepsi siswa tentang variasi mengajar guru. Berilah tanda (X) pada
pilihan yang anda inginkan.
No.
Item Pernyataan Selalu Sering Kadang
Tidak
pernah
1 Guru berpenampilan baik dan
menarik saat mengajar di kelas
2
Pandangan mata guru tertuju ke
semua siswa, ketika menjelaskan
materi di kelas
3
Gerak tubuh disesuaikan dengan
materi pelajaran, ketika menjelaskan
materi di kelas
4
Guru menggunakan powerpoint /
Papan Tulis / Poster dan sebagainya
yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari di kelas
5 Guru menjelaskan materi, sesuai
dengan mimik wajah
6
Guru menjelaskan materi sambil
berjalan dan berkeliling di dekat
siswa
7 Suara guru sangat jelas terdengar,
ketika menjelaskan materi di kelas
8
Guru dapat memberikan nada suara
yang berbeda-beda, ketika
menjelaskan materi pelajaran
9
Ketika siswa mulai ribut, guru
mampu membuat suasana focus
kembali
10 Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
11
Siswa memahami penjelasan guru
terkait materi yang disampaikan dan
materi yang disampaikan oleh guru
mudah dipahami