Vol. 3 No. 4 Triwulanan
Oktober - Desember 2017 (terbit Februari 2018)
Triwulan IV 2017 ISSN 2460 - 490813
e-ISSN 2460 - 598816
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
i
Dasar Hukum Bank Indonesia
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan undang-undang.
~UUD 1945 Pasal 23 D~
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan
atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai
strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan
aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
ii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
5.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua
dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus,
dan November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian dari
berbagai provinsi telah terlebih dahulu dikompilasi melalui
mekanisme kerja internal Bank Indonesia untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan moneter, sistem
pembayaran, serta pengawasan perbankan dan sistem
keuangan secara makroprudensial. Publikasi ini berfungsi
sebagai media untuk menyampaikan penjelasan kepada para
pemangku kepentingan dan publik di daerah mengenai
perkembangan kondisi terkini, prospek perekonomian, serta isu
yang berkembang dan perlu dicermati.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9 Jayapura 99111
T +62 967 534 581 F +62 967 535 201
ISSN Online 2460-598816
ISSN Cetak 2460-490813
Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs www.bi.go.id.
Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada kesempatan pertama,
silakan mengirimkan surel ke [email protected] dengan subyek
a mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.
iii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Dewan Redaksi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua
Penanggung Jawab : Joko Supratikto (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)
Pemimpin Redaksi : Fauzan (Deputi Kepala Perwakilan/Kepala Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan)
Mitra Bestari : Ronny Widijarto Purubaskoro (Peneliti Ekonomi Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Erwin Syafii (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Frida Yunita Sinurat (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Evy Marya Deswita Siburian (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Hayatullah Khumeini (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Andree Breitner Makahinda (Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Donny Hendri Pratama (Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Penyunting : Arya Jodilistyo (Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)
Penulis : Arya Jodilistyo (Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)
Widi Januar Pratama (Analis Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)
Kontributor : Yudi Prasetiyo (Analis / Manajer Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)
Yon Widiyono (Analis / Manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM)
Gariska (Analis / Manajer Fungsi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah serta Keuangan Inklusif dan Perlindungan Konsumen)
Jaffry Agust Waluyan (Kasir Senior Unit Pengelolaan Uang Rupiah)
Inrayanto Ariandos (Analis Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM)
Willy Togi (Analis Fungsi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah serta Keuangan Inklusif dan Perlindungan Konsumen)
I Gusti Agung Bagus Artayasa (Analis Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM)
Sekretaris : Monika Randalinggi (Pelaksana Yunior Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)
iv
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya, Kajian
Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Periode Februari 2018 ini dapat terbit tepat
waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis
makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah
menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademisi, maupun
masyarakat luas.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui Kata
Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut tetap dapat terpelihara
di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian pada triwulan ini bermanfaat bagi
semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Papua.
Jayapura, Februari 2018
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA
Joko Supratikto
v
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................................. v
Daftar Grafik .........................................................................................................................viii
Daftar Tabel .......................................................................................................................... xii
Tabel Indikator Makroekonomi Provinsi Papua ........................................................................xiii
A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi ..................................................................................xiii
B. Perbankan .....................................................................................................................xiv
C. Sistem Pembayaran ........................................................................................................ xv
Ringkasan Eksekutif ...............................................................................................................xvi
Perkembangan Makro Ekonomi Daerah ................................................................................... 1
1.1 Kondisi Umum .............................................................................................................. 2
1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan ....................................................................... 3
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga ....................................................................................... 4
1.2.2. Konsumsi Pemerintah ............................................................................................ 6
1.2.3. Investasi ................................................................................................................ 6
1.2.3. Net Ekspor ............................................................................................................. 8
1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha ................................................................11
1.3.1 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian .....................................................11
1.3.2 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ............................................13
1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi ...................................................................................14
1.3.4 Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor
......................................................................................................................................15
1.3.5 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib.16
Keuangan Pemerintah ...........................................................................................................18
2.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua ......................................................................19
2.1.1 Realiasasi Pendapatan APBN ...................................................................................19
2.1.2 Realiasasi Belanja APBN ..........................................................................................20
2.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua .....................................................................21
2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua .....................................................21
vi
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua ............................................................23
Inflasi ....................................................................................................................................27
3.1 Inflasi Umum ................................................................................................................28
3.2 Disagregasi Inflasi .........................................................................................................31
3.2.1 Kelompok Inti (core) ...............................................................................................31
3.2.2 Kelompok Makanan Bergejolak (Volatile Food) .......................................................32
3.2.3 Kelompok Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices) ..............................34
3.3 Inflasi Spasial ................................................................................................................35
3.3.1 Kota Jayapura ........................................................................................................35
3.3.2 Kabupaten Merauke ..............................................................................................36
3.4 Program Pengendalian Inflasi Papua ..............................................................................37
Stabilitas Sistem Keuangan ....................................................................................................41
4.1 Asesmen Sektor Korporasi ............................................................................................42
4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi ....................................................................42
4.1.2. Kinerja Korporasi ..................................................................................................42
4.1.3. Eksposure Perbankan Sektor Korporasi ..................................................................50
4.2. Asesmen Sektor Rumah Tangga ...................................................................................52
4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga ............................................................52
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga ..........................................................................53
4.2.3. Eksposure Perbankan dalam Rumah Tangga ..........................................................53
4.3. Akses Keuangan UMKM ..............................................................................................55
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah .......................................57
5.1 Sistem Pembayaran ......................................................................................................58
5.1.1 Transaksi SKNBI .....................................................................................................58
5.1.2 Transaksi BI-RTGS ..................................................................................................59
5.2 Pengelolaan Uang Rupiah .............................................................................................59
5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar ..................................................................................59
5.2.2 Uang Tidak Layak Edar ...........................................................................................59
5.2.3 Temuan Uang Tidak Asli .......................................................................................60
5.2.4 Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah .....................................................................60
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan .......................................................................................64
6.1 Ketenagakerjaan ..........................................................................................................65
vii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
6.1.1 Tenaga Kerja .........................................................................................................65
6.1.2 Pengangguran .......................................................................................................66
6.2 Kesejahteraan ..............................................................................................................67
6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan .................................................................................67
6.2.2 Kesejahteraan Petani ..............................................................................................68
Prospek Ekonomi Daerah .......................................................................................................70
7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................71
7.2. Prospek Inflasi .............................................................................................................72
Lampiran Tabel ......................................................................................................................75
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan 2010
(dalam miliar rupiah) ..........................................................................................................76
Tabel 2. Impor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua ...........................................................77
Tabel 3. Ekspor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua .........................................................78
Tabel 4. Penyaluran Kredit Perbankan Nasional (Lokasi Proyek di Provinsi Papua) ..................79
Daftar Istilah ..........................................................................................................................80
viii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua dan Nasional ............................................................. 2
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tambang dan Tanpa Tambang ............................... 2
Grafik 1.3 PDB dan PDRB Papua Keseluruhan Tahun ................................................................ 2
Grafik 1.4 Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini ............................................................ 4
Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua ........................................................................... 4
Grafik 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi ............................................................ 5
Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi di Papua ............................................................................ 5
Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen ............................................................................................. 5
Grafik 1.9 Perkiraan ITK Triwulan I 2018 .................................................................................. 5
Grafik 1.10 Realisasi Belanja selain Belanja Modal .................................................................... 6
Grafik 1.11 Perkembangan PMTB Berdasarkan Jenisnya ........................................................... 7
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi .................................................................................... 7
Grafik 1.13 Impor Barang Modal ............................................................................................. 8
Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor .......................................................................................... 8
Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Triwulan IV 2017 ............................................................................ 8
Grafik 1.16 Perkembangan Impor ........................................................................................... 9
Grafik 1.17 Bongkar Muat Barang Papua ................................................................................ 9
Grafik 1.18 Pangsa Impor Triwulan IV 2017 ............................................................................10
Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ........................................................................11
Grafik 1.20 Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha ..............................................................11
Grafik 1.21 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas ..............................................................12
Grafik 1.22 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas ............................................................12
Grafik 1.23 Realisasi Usaha Pertanian Papua ...........................................................................13
Grafik 1.24 Perkembangan Investasi Tanaman Pangan ............................................................13
Grafik 1.25 Tinggi Gelombang Periode Februari 2018 .............................................................14
Grafik 1.26 Belanja Modal dan Pertumbuhan Konstruksi .........................................................14
Grafik 1.27 Penjualan Semen di Provinsi Papua .......................................................................15
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Konstruksi ..........................................................................15
Grafik 1.29 Perkembangan SKDU Perdagangan ......................................................................16
Grafik 1.30 Indeks Pembelian Durable Goods ........................................................................16
ix
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi Penerimaan APBN Papua Tw IV 2017 ................................19
Grafik 2.2 Pangsa Pendapatan APBN Papua Berdasarkan Jenisnya Tw IV 2017 .........................19
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan IV 2017 (Nominal) ...............20
Grafik 2.4 Pangsa Belanja APBN Papua Berdasarkan Jenisnya Triwulan IV 2017 .......................20
Grafik 2.5 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan IV 2017 ......................................................21
Grafik 2.6 Realisasi Belanja APBN Papua Tahun 2017 ..............................................................21
Grafik 2.7 Realisasi Pendapatan APBD Lain-lain Pendapatan Daerah .....................................22
Grafik 2.8 Pangsa Pendapatan APBD Papua triwulan IV 2017 ..................................................22
Grafik 2.9 Realisasi Pendapatan APBD Dana Perimbangan ....................................................23
Grafik 2.10 Realisasi Pendapatan APBD Pendapatan Asli daerah ...........................................23
Grafik 2.11 Realisasi Belanja APBD Papua 2017 ......................................................................24
Grafik 2.12 Pangsa Pendapatan APBD Papua triwulan IV 2017 ................................................24
Grafik B1.1 Peta Realisasi Penyaluran Dana Desa Tahun 2017 .................................................25
Grafik B1.2 Jumlah Dana Desa Yang Diterima Kabupaten/Kota di Papua 2017 ........................26
Grafik B1.3 Realisasi Penyaluran Dana Desa di Papua Tahun 2017 ...........................................26
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Papua ..................................................................................28
Grafik 3.2 Quadrant Analysis Inflasi Papua 2017 (mtm) ...........................................................30
Grafik 3.3 Curah Hujan Papua 2015-2017 ..............................................................................30
Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Papua (yoy) ................................................................................31
Grafik 3.5 Perkembangan Indeks Konsumen ...........................................................................31
Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Pangan dan Nonpangan (yoy) ...............................................31
Grafik 3.7 Indeks Perkiraan Harga 3 Bulan ..............................................................................32
Grafik 3.8 Perkembangan Komoditas Utama Volatile Food ......................................................32
Grafik 3.9 Prakiraan Curah Hujan Maret 2018 ........................................................................33
Grafik 3.10 Inflasi Angkutan Udara ........................................................................................34
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura (yoy) ............................................................35
Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Kab. Merauke (yoy) ............................................................35
Grafik B2.1 Jumlah Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang ...........................................39
Grafik B2.2 Jumlah Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat .................................................39
Grafik B2.3 Inflasi Angkutan Udara ........................................................................................40
Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison.....................................................................42
Grafik 4.2 Perkembangan Akses Kredit, Likuiditas dan Rentabilitas ..........................................49
x
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Grafik 4.3 % Korporasi Berdasar Likuiditas per Sektor .............................................................49
Grafik 4.4 % Korporasi Berdasar Rentabilitas per Sektor .........................................................49
Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Korporasi per Sektor ...............................................................50
Grafik 4.6 Perkembangan NPL per Sektor ...............................................................................50
Grafik 4.7 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL .......................................................................50
Grafik 4.8 % Proporsi Kredit per Sektor ..................................................................................50
Grafik 4.9 % Proporsi Kredit Berdasar Penggunaan ................................................................51
Grafik 4.10 Kinerja Kredit dan NPL Berdasar Penggunaan .......................................................51
Grafik 4.11 Perkembangan DPK .............................................................................................51
Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................52
Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya .....................................................................52
Grafik 4.14 Alokasi Pengeluaran Masyarakat ..........................................................................52
Grafik 4.15 Alokasi penggunan Pengeluaran Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/bulan ..............52
Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK, Kredit dan NPL Rumah Tangga ...............................................54
Grafik 4.17 % Proporsi Kredit Rumah Tangga ........................................................................54
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .....................................................................54
Grafik 4.19 Perkembangan NPL Rumah Tangga ......................................................................54
Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM dan NonUMKM ......................................................55
Grafik 4.21 Kredit UMKM Berdasarkan Penggunaan ...............................................................55
Grafik 4.22 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha ................................55
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI 2014-2017 ............................................................58
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS 2016-2017 .........................................................58
Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua ................................................................59
Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Papua .......................60
Grafik B3.1 Penggunaan Kartu Kredit di Papua berdasarkan Jenis Transaksi .............................62
Grafik 6.1 Komposisi pekerja berdasarkan Lapangan Usaha ....................................................65
Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Papua Berdasarkan Lapangan Usaha ..........65
Grafik 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja Lapangan Usaha Berdasarkan SKDU ................................66
Grafik 6.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ......................................66
Grafik 6.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lama Bekerja ......................................................66
Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan ..............................................67
Grafik 6.7 Jumlah Penduduk Miskin Papua .............................................................................67
xi
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Grafik 6.8 Indeks Gini Papua ..................................................................................................67
Grafik 6.9 Indeks Kedalaman dan keparahan Kemiskinan Papua .............................................68
Grafik 6.10 Garis Kemiskinan Papua .......................................................................................68
Grafik 6.11 Garis Kemiskinan Kota dan Desa di Papua ............................................................68
Grafik 6.12 Garis Kemiskinan Makanan dan Nonmakanan ......................................................68
Grafik 6.13 Perkembangan NTP Papua ...................................................................................69
Grafik 6.14 NTP Papua Berdasarkan Jenisnya ..........................................................................69
Grafik 7.1 Realisasi Penjualan Komoditas Tambang Papua .......................................................71
Grafik 7.2 Estimasi Penjualan Komoditas Tambang 2018 ........................................................71
Grafik 7.3 Ekspektasi Masyarakat terhadap Inflasi dan Pengeluaran .........................................73
xii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
DAFTAR TABEL Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy) .......... 4
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBN Di Lingkup Provinsi Papua Triwulan IV 2017 ...................19
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Di Lingkup Provinsi Papua Triwulan IV 2017 ..........................20
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Papua Tahun 2017* .......................................................22
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Papua Tahun 2017* ..............................................................23
Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy) ................................28
Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Papua.....................................................................29
Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan Masyarakat ................................................................53
Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua ..............................60
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama ....................................65
Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Dunia ...........................................................................72
xiii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
TABEL INDIKATOR
MAKROEKONOMI PROVINSI
PAPUA A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
2016 2016 2017
I II III IV Total I II III IV TotalPertumbuhan Ekonomi (%, yoy) (0.72) (5.17) 20.44 21.41 9.21 3.36 4.91 3.40 4.78 4.64
Menurut Penggunaan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.56 6.54 6.17 5.14 5.84 5.16 6.55 7.53 5.69 5.43
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8.24 5.56 5.39 6.93 6.52 7.07 9.17 9.69 13.54 9.95
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.61 5.31 0.92 0.05 2.08 0.13 1.37 7.70 6.86 4.20
Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.75 6.78 5.37 7.01 6.47 6.78 5.78 4.69 5.06 5.41
Perubahan Inventori 89.81 5.11 84.62 448.18 23.51 (408.68) (643.38) 4,913.50 (2,767.70) (75.25)
Ekspor Luar Negeri (2.27) (38.88) (3.05) 96.07 6.74 (8.78) 50.78 (44.45) 2.51 (5.49)
Impor Luar Negeri (4.59) 35.79 (12.55) 3.16 4.64 (26.48) (41.30) (32.84) (40.07) (36.03)
Net Ekspor Antar Daerah (281.23) (16.02) (189.40) 167.61 (488.92) 78.35 (675.39) (10.23) 74.65 (47.85)
Menurut Kategori Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.18 3.69 0.02 2.05 2.21 1.35 1.83 2.93 5.71 3.98
Pertambangan dan Penggalian (10.50) (20.80) 40.77 44.50 13.15 0.36 6.75 2.67 3.28 3.90
Industri Pengolahan 6.98 1.12 4.94 5.15 4.51 4.56 6.55 6.07 7.81 6.46
Pengadaan Listrik, Gas 27.14 12.81 8.53 1.86 11.86 1.21 0.94 8.14 6.45 4.11
Pengadaan Air 3.70 3.77 2.59 3.45 3.37 4.96 5.13 6.77 8.57 6.38
Konstruksi 4.71 7.00 12.13 10.93 8.81 9.42 3.84 2.99 5.99 5.18
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.54 6.96 9.51 8.39 6.91 5.32 5.46 5.69 6.56 6.24
Transportasi dan Pergudangan 4.30 8.08 9.73 10.08 8.13 4.97 5.32 5.52 5.84 5.98
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.09 8.15 6.83 6.09 6.54 5.35 5.91 6.20 6.61 6.04
Informasi dan Komunikasi 6.28 2.95 4.18 0.64 3.42 6.59 5.32 6.92 9.04 6.99
Jasa Keuangan 3.60 16.39 (0.01) 6.03 6.08 2.79 5.00 0.89 1.02 2.61
Real Estate 5.42 5.86 8.30 8.35 7.02 3.83 4.41 6.06 6.26 5.60
Jasa Perusahaan 5.80 6.20 5.42 5.37 5.68 5.43 5.39 5.56 6.62 5.77
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 13.91 10.86 9.88 4.98 9.64 4.42 1.86 1.82 5.78 4.36
Jasa Pendidikan 6.24 10.66 9.48 5.20 7.83 4.93 5.01 5.01 5.62 5.55
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.91 13.05 10.35 3.60 8.08 4.64 4.73 4.15 6.32 5.20
Jasa lainnya 6.06 9.19 7.03 3.83 6.43 4.30 5.22 6.38 6.44 5.62
Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%, yoy) 4.92 5.18 5.01 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07
Inflasi Papua (% yoy) 3.76 5.23 4.72 3.26 3.26 3.89 3.10 1.43 2.11 2.11
Kota
Jayapura 3.81 5.24 4.21 4.13 4.13 3.16 2.58 1.73 2.41 2.41
Merauke 3.62 5.19 6.14 0.83 0.83 5.93 4.58 0.57 1.25 1.25
Disagregasi Komponen
Inflasi Inti (Core Inflation ) 4.49 4.47 5.70 4.00 3.50 3.11 2.76 2.12 2.31 2.31
Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food ) 0.66 3.58 11.60 8.13 1.86 5.92 (1.68) (1.70) (2.05) (2.05)
Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 6.81 10.99 11.60 5.76 6.24 3.69 10.46 3.86 7.04 7.04
Kelompok Komoditas
Bahan Makanan 4.78 8.36 6.84 2.68 2.68 6.58 (0.41) (1.16) (1.36) (1.36)
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.62 4.35 6.74 7.10 7.10 6.47 6.17 3.75 4.24 4.24
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2.53 1.67 2.80 2.26 2.26 3.18 4.35 3.49 3.26 3.26
Sandang 2.43 3.14 3.05 1.03 1.03 1.86 0.95 0.60 1.19 1.19
Kesehatan 4.19 3.29 3.06 2.29 2.29 1.41 1.32 0.67 0.87 0.87
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.63 2.62 0.78 0.59 0.59 1.64 1.81 2.48 2.50 2.50
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 4.20 8.66 5.73 6.67 6.67 1.72 6.11 1.07 4.15 4.15
Indikator2017
xiv
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
B. Perbankan
I II III IV I II III IV
Total Asset (Rp miliar) 47,139 52,589 53,135 47,785 47,791 55,057 55,058
DPK (Rp miliar) 35,919 39,108 39,199 37,817 35,925 39,608 40,173 38,653
Giro (Rp miliar) 12,015 13,781 13,246 9,329 10,864 13,782 14,334 8,606
Tabungan (Rp miliar) 15,705 16,309 16,538 20,266 16,884 17,094 17,194 21,288
Deposito (Rp miliar) 8,200 9,018 9,415 8,223 8,177 8,732 8,645 8,760
Penyaluran Kredit di Provinsi Papua (Rp miliar) 22,432 23,705 23,935 24,617 24,366 24,883 25,912 33,708
Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 20,511 21,695 22,199 22,855 22,427 22,642 23,399 32,343
Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 1,921 2,010 1,737 1,762 1,939 2,242 2,513 1,365
Kredit Penggunaan (Rp miliar) 21,441 22,712 23,282 23,991 23,504 23,785 24,605 33,708
Modal Kerja 8,822 9,480 8,952 9,016 8,639 8,907 9,119 9,869
Investasi 2,352 2,535 3,344 3,348 3,299 3,134 3,195 4,396
Konsumsi 10,268 10,697 10,985 11,627 11,566 11,744 12,290 13,043
Kredit Sektoral (Rp miliar) 21,441 22,712 23,282 23,991 23,504 23,785 24,605 33,708
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 696 718 691 709 709 580 538 1,577
2. Pertambangan dan Penggalian 61 59 41 39 31 34 30 55
3. Industri Pengolahan 316 333 334 387 391 405 406 404
4. Pengadaan Listrik dan Gas 33 34 35 24 19 39 39 962
5. Pengadaan Air 5 5 8 5 6 4 6 6
6. Konstruksi 1,156 1,534 1,687 1,539 1,258 1,391 1,512 1,739
7. Perdagangan Besar dan Eceran 6,122 6,487 6,571 6,631 6,627 6,778 6,868 7,849
8. Transportasi dan Pergudangan 589 615 646 609 627 633 761 1,021
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 672 694 706 719 716 715 708 816
10. Informasi dan Komunikasi 9 9 9 2 2 14 108 147
11. Perantara Keuangan 94 84 77 76 65 94 80 976
12. Real Estate dan Usaha Persewaan 232 275 282 287 289 285 302 651
13. Jasa Perusahaan 172 171 183 189 186 170 155 151
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 17 1 38 82 62 41 20 812
15. Jasa Pendidikan 12 10 11 6 6 7 7 7
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 33 38 38 39 35 33 36 99
17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 11,221 11,645 11,926 12,648 12,474 12,561 13,029 16,435
Kredit UMKM 8,584 9,027 8,941 10,583 10,291 10,187 10,251 10,347
Kredit Rumah Tangga 10,223 10,405 10,540 11,827 11,874 12,167 12,483 12,989
KPR/KPA 1,846 1,958 2,025 2,275 2,375 2,491 2,569 2,653
Kredit Ruko/Rukan 183 189 197 196 195 198 214 227
KKB 7 10 10 16 16 78 116 142
Multiguna 6,659 6,745 6,743 4,871 5,224 5,646 6,062 6,738
Lainnya 1,527 1,502 1,564 4,469 4,064 3,755 3,522 3,229
Non Performing Loan (Rp miliar) 1,142 1,260 1,283 1,087 1,373 1,304 1,354 1,393
NPL Ratio (%) 5.33 5.55 5.51 4.53 5.84 5.48 5.50 4.31
LDR 59.69 58.08 59.39 63.44 67.82 62.82 64.50 87.21
Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun)
Kantor Bank di Provinsi Papua 3.31 3.16 3.30 2.67 2.88 2.89 2.86 2.67
Nasional 4.21 3.93 3.97 3.64 3.69 3.62 3.65 3.37
Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun)
Kantor Bank di Provinsi Papua 12.76 12.65 12.52 12.33 12.28 12.32 12.24 12
Nasional 11.48 11.24 11.11 10.9 10.84 10.71 10.60 10.27
Jumlah Rekening (dalam ribu)
Rekening Dana Pihak Ketiga
Papua 1,835 1,898 2,008 2,071 2,189 2,326 2,404 2,579
Nasional 178,087 183,459 194,287 199,403 212,484 228,977 240,871 299,914
Rekening Kredit
Papua 223 227 228 231 238 237 237 238
Nasional 41,440 41,454 41,290 41,862 42,294 42,954 42,893 42,515
20172016Provinsi Papua
xv
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
C. Sistem Pembayaran
I II III IV I II III IV
Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah
Inflow (Rp miliar) 2,417 813 1,566 918.21 2,394 1,298 1,520 1,577.75
Outflow (Rp miliar) 513 2,995 2,015 4,373.26 562 3,213 1,936 4,834.50
Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 537 249 142 104.26 366 64 234 128.64
Kliring
Total
Nominal (Rp juta) 3,988,679 4,501,125 3,405,812 3,871,349 3,050 2,562 2,718 3,097
Volume (lembar) 72,319 83,853 78,073 86,988 79,942 75,560 81,443 87,818
1. Kliring Kredit
Nominal (Rp juta) 2,700,541 3,292,808 2,102,334 2,237,577 1,803 1,729 1,810 2,157
Volume (lembar) 47,396 59,053 53,400 61,479 55,447 54,769 59,438 65,668
2. Kliring Debit
Nominal (Rp juta) 1,288,139 1,208,317 1,303,478 1,633,772 1,246 833 907 940
Volume (lembar) 24,923 24,800 24,673 25,509 24,495 20,791 22,005 22,150
2.1 Kliring Debit Penyerahan
Nominal (Rp juta) 1,326,098 1,233,455 1,339,871 1,709,380 1,298 859 927 956
Volume (lembar) 25,336 25,288 25,069 25,783 24,865 21,388 22,423 22,469
2.2 Kliring Debit Pengembalian
Nominal (Rp juta) 37,959 25,139 36,393 75,608 52 26 20 15
Volume (lembar) 413 488 396 274 370 597 418 319
Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
Outflow (from)
Nominal (Rp miliar) 1,094 1,121 1,141 2,152 1,278 1,251 1,736 2,826
Volume (lembar) 584 568 1,349 1,906 1,574 1,713 1,931 2,368
20172016Indikator Sistem Pembayaran
xvi
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Daerah
Kinerja perekonomian Provinsi Papua pada triwulan IV 2017 mengalami penguatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tercatat perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 4,78% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,87% (yoy).
Kenaikan ekspor luar negeri menjadi pendorong kenaikan ekonomi Papua pada triwulan IV 2017
sejalan dengan peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Selain itu, peningkatan
kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan sejalan
dengan perbaikan kinerja investasi. Sementara, kinerja lapangan usaha pertanian terpantau
mengalami kenaikan yang didorong oleh panen di beberapa daerah. Perayaan natal dan tahun
baru pada triwulan IV 2017 menjadi pendorong kinerja lapangan usaha perdagangan.
Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor
utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja
perekonomian Papua secara keseluruhan. Selain itu, peralihan pemerintahan pasca pilkada
menyebabkan penyerapan anggaran selama tahun 2017 kurang optimal.
Memasuki triwulan I 2018, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami kenaikan.
Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor diperkirakan menjadi faktor utama pendorong
perekonomian Papua. Sementara itu, berlalunya perayaan natal dan tahun baru serta panen
menjadi faktor penahan kinerja ekonomi pada triwulan I 2018.
Keuangan Pemerintah
Realisasi APBN dan di lingkup Provinsi Papua pada triwulan IV 2017 mengalami peningkatan, baik
pada pos pendapatan maupun pos belanja dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Pada
triwulan IV 2017 sumber pendapatan terbesar berasal dari pajak dalam negeri. Sementara itu,
realisasi belanja terbesar pada triwulan IV 2017 berasal dari belanja modal.
Selain itu, Realisasi APBD Papua pada triwulan IV 2017 secara umum mengalami peningkatan.
Realisasi Pendapatan dan Belanja mengalami peningkatan baik secara nominal maupun
persentase realisasi. Berdasarkan pangsanya, postur pendapatan APBD Papua mayoritas berasal
dari lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan komposisi terbesarnya berasal dari dana
otonomi khusus. Dari sisi belanja, peningkatan terbesar berasal dari peningkatan belanja tidak
langsung. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan belanja barang dan jasa
serta belanja modal.
Perkembangan Inflasi
Tekanan inflasi Papua pada triwulan IV 2017 mengalami kenaikan dibanding dengan triwulan III
2017 namun masih lebih rendah dibanding inflasi Nasional. Sementara itu, secara tahunan,
selama 2017 inflasi Papua mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016.
xvii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Terkendalinya inflasi Papua pada triwulan IV 2017 disebabkan oleh terjaganya inflasi kelompok
komoditas inti dan deflasi kelompok volatile food. Disisi lain, terjadi peningkatan inflasi kelompok
komoditas administered prices pada triwulan IV 2017.
Secara spasial, kedua kota inflasi di Papua mengalami inflasi. Pada triwulan IV 2017, inflasi Kota
Jayapura lebih tinggi dibanding inflasi di Kabupaten Merauke. Secara umum inflasi kedua wilayah
tersebut terutama disebabkan oleh inflasi kelompok komoditas administered prices dan
komoditas inti.
Mencermati risiko peningkatan harga di Papua, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah
berkoordinasi melaksanakan berbagai kegiatan guna melaksanakan pengendalian harga di Papua.
Stabilitas Sistem Keuangan Daerah
Kinerja keuangan sektor korporasi dan rumah tangga pada triwulan IV 2017 terjaga dengan baik
dan menjadi penopang stabilitas sistem keuangan secara umum di Papua.
Kinerja sektor korporasi di Papua pada triwulan IV 2017 relatif mengalami kenaikan dibanding
triwulan III 2017. Peningkatan kinerja lapangan usaha tambang menjadi penopang stabilitas
keuangan di sektor korporasi di tengah rendahnya realisasi belanja pemerintah. Kinerja perbankan
di sektor Korporasi Papua pada triwulan IV 2017 masih relatif terjaga dengan kualitas kredit yang
sedikit membaik.
Sementara kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan IV 2017 masih tumbuh positif, tercermin
dari kondisi dan risiko keuangan di sektor Rumah Tangga yang relatif terjaga. Perkembangan
indikator perbankan di sektor rumah tangga pada triwulan IV 2017 menunjukkan peningkatan,
khususnya DPK dan penyaluran kredit. Sementara, kualitas kredit NPL relatif terjaga dalam batas
ketentuan Bank Indonesia.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Perkembangan transaksi system Klining Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan
IV 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume dan nominal.
Transaksi melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan
laporan juga tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, aliran uamg
kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Papua menunjukkan posisi net
outflow pada triwulan IV 2017 sebesar Rp3.257 miliar.
Kondisi tersebut salah satunya disebabkan pencairan dana desa di provinsi Papua dan tingginya
kebutuhan uang tunai terkait perayaan hari raya natal dan tahun baru.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Jumlah tenaga kerja di Papua pada triwulan IV 2017 mengalami peningkatan dibanding periode
yang sama tahun 2017 namun disertai kenaikan tingkat pengangguran terbuka.
Secara umum kesejahteraan masyarakat Papua cenderung membaik dan jumlah penduduk miskin
menurun. Tingkat kesenjangan menunjukan kecenderungan menurun walaupun masih berada di
atas nilai rata-rata nasional. Disamping itu, garis kemiskinan juga mengalami peningkatan
xviii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
walaupun tidak signifikan. Di sisi lain, penurunan terjadi pada nilai tukar petani yang
mengindikasikan terjadinya penurunan kesejahteraan petani di Papua.
Prospek Ekonomi Daerah
Perekonomian Papua pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan
triwulan I 2018. Izin ekspor konsentrat tembaga yang berakhir pada Februari 2018 diperkirakan
menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja lapangan usaha pertambangan dan ekspor luar
negeri. Sementara, peralihan pemerintahan pasca pilkada berpotensi membuat kinerja lapangan
usaha konstruksi, konsumsi pemerintah dan realisasi investasi tumbuh terbatas. Di sisi lain,
pelaksanaan puasa dan lebaran menjadi faktor penopang perekonomian seiring kenaikan kinerja
lapangan usaha perdagangan dan konsumsi masyarakat. Untuk keseluruhan tahun 2018,
penambahan kuota ekspor, kenaikan UMP dan rencana eksplorasi tambang secara umum menjadi
faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Tekanan inflasi Papua pada triwulan II 2018 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan I 2018.
Perayaan pauasa dan lebaran menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga. Untuk
keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding tahun 2017.
Kenaikan UMP dan pengaruh base effect menjadi faktor yang dapat memicu inflasi. Di sisi lain,
kebijakan perubahan harga oleh pemerintah yang relatif minimal menjadi faktor yang dapat
meredam tekanan inflasi pada tahun 2018.
1
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
PERKEMBANGAN
MAKRO EKONOMI
DAERAH Kinerja perekonomian Provinsi Papua pada triwulan IV 2017 mengalami penguatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan tumbuh sebesar 4,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,87% (yoy).
Kenaikan ekspor luar negeri menjadi pendorong kenaikan ekonomi Papua pada triwulan IV 2017 sejalan dengan peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Selain itu, peningkatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan sejalan dengan kenaikan konsumsi pemerintah dan perbaikan kinerja investasi. Sementara, kinerja lapangan usaha pertanian terpantau mengalami kenaikan yang didorong oleh panen di beberapa daerah. Perayaan natal dan tahun baru pada triwulan IV 2017 menjadi pendorong kinerja lapangan usaha perdagangan.
Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua secara keseluruhan. Selain itu, peralihan pemerintahan pasca pilkada menyebabkan penyerapan anggaran selama tahun 2017 kurang optimal.
Memasuki triwulan I 2018, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami kenaikan. Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua. Sementara itu, berlalunya perayaan natal dan tahun baru serta panen menjadi faktor penahan kinerja ekonomi pada triwulan I 2018.
2
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
1.1 KONDISI UMUM
Realisasi Triwulan IV 2017
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua
triwulan IV 2017 mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat
pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua
pada triwulan laporan mencapai 4,78%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,87%
(yoy). Meskipun demikian, realisasi
pertumbuhan ekonomi Papua pada periode
laporan lebih rendah jika dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang
mencapai 5,19% (yoy) pada triwulan IV 2017.
Dari sisi permintaan, kenaikan kinerja ekspor
luar negeri menjadi pendorong pertumbuhan
ekonomi Papua pada triwulan laporan. Selain
itu, kinerja konsumsi rumah tangga yang
terjaga positif juga menjadi penopang
perekonomian Papua pada triwulan IV 2017.
Dari sisi lapangan usaha, kinerja
pertambangan pada triwulan IV 2017 lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya
sehingga mendorong kenaikan pertumbuhan
ekonomi Papua, seiring tingginya pangsa
pertambangan dalam perekonomian Papua.
Selain itu, seluruh lapangan usaha utama
dalam perekonomian Papua, yaitu pertanian,
perdagangan, konstruksi dan administrasi
pemerintahan juga mengalami peningkatan
kinerja, lebih tinggi dibanding periode
sebelumnya.
Perekonomian papua tanpa lapangan usaha
pertambangan pada triwulan IV 2017 tumbuh
sebesar 6,13% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 4,02% (yoy).
Realisasi Tahun 2017
Untuk keseluruhan tahun 2017, ekonomi
Papua tumbuh sebesar 4,64% (yoy), jauh lebih
rendah dibanding pertumbuhan pada tahun
2016 yang mencapai 9,14% (yoy).
Dari sisi panggunaan, kinerja ekspor luar
negeri Papua pada tahun 2017 mengalami
kontraksi sebesar -5,49% (yoy), lebih rendah
dibanding tahun 2016 yang tumbuh mencapai
6,74% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan
kurang optimalnya kinerja lapangan usaha
pertambangan. Selain itu, pertumbuhan
konsumsi rumah tangga Papua pada tahun
2017 sebesar 5,43% (yoy) melambat
Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tambang dan Tanpa Tambang
Sumber: BPS, diolah Sumber: Liaison KPw BI Papua, diolah
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua dan Nasional
Grafik 1.3 PDB dan PDRB Papua Keseluruhan Tahun
-10
-5
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB Nontambang
% yoy
4.0
4.2
4.4
4.6
4.8
5.0
5.2
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
PDRB Papua (setahun) PDRB Papua PDB Indonesia - Sk. Kanan
% yoy % yoy
8.55
3.65
7.35
9.14
4.64
5.565.01 4.88 5.02 5.07
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2013 2014 2015 2016 2017
PDRB Papua PDB
%yoy
3
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
dibandingkan tahun 2016 yang mencapai
5,84% (yoy). Kondisi tersebut salah satunya
disebabkan oleh kurang optimalnya
perekonomian secara keseluruhan sehingga
menahan permintaan dan optimisme
masyarakat.
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan kinerja
perekonomian Papua pada tahun 2017
terutama disebabkan oleh belum optimalnya
kinerja lapangan usaha pertambangan. Untuk
keseluruhan tahun 2017, tercatat
pertumbuhan lapangan usaha pertambangan
sebesar 3,90% (yoy), lebih rendah dibanding
pertumbuhan selama tahun 2016 yang
mencapai 13,10% (yoy). Perundingan
divestasi saham dan pengalihan izin usaha
yang belum menemui kesepakatan serta aksi
demonstrasi pekerja yang terjadi pada 2017
berdampak pada penurunan kinerja produksi
pertambangan. Selain itu, kinerja lapangan
usaha konstruksi selama 2017 juga mengalami
perlambatan dibanding kinerja 2016, dari
8,81% (yoy) menjadi 5,18% (yoy).
Penyelesaian beberapa proyek infrastruktur
pada 2017 menjadi salah satu penyebab
perlambatan kinerja lapangan usaha
konstruksi.
Tracking Triwulan I 2018
Pada triwulan I 2018 pertumbuhan PDRB
Papua diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan IV 2017.
Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri
diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring
optimalisasi penjualan konsentrat menjelang
berakhirnya batas waktu izin ekspor pada
Februari 2018 dan kualitas hasil tambang (ore)
yang diperkirakan meningkat. Sementara itu,
berlalunya perayaan natal dan tahun baru
membuat permintaan masyarakat kembali
normal sehingga menahan pertumbuhan
konsumsi masyarakat ditengah kenaikan UMP
sebesar 9,39% (yoy). Pada triwulan I 2018,
kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan
masih tertahan seiring proses penetapan
anggaran pemerintah daerah masih berjalan
sehingga mayoritas proyek pembangunan
belum optimal.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan
ekonomi masih akan ditopang oleh kinerja
sektor pertambangan yang diperkirakan
mengalami kenaikan. Senada dengan ekspor
luar negeri, pelaku usaha pertambangan
diperkirakan akan mengoptimalikan produksi
untuk memenuhi batas izin total kuota ekspor
konsentrat sebesar 1,1 juta ton yang akan
berakhir pada Februari 2018. Sementara itu,
berlalunya panen dan tingginya gelombang
laut di awal tahun diperkirakan menyebabkan
perlambatan kinerja lapangan usaha
pertanian. Pertumbuhan yang terbatas pada
triwulan I 2018 diperkirakan juga dialami oleh
lapangan usaha konstruksi, seiring terbatasnya
belanja pemerintah di awal tahun.
1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI
PENGGUNAAN
Struktur perekonomian Provinsi Papua dari sisi
penggunaan masih didominasi oleh konsumsi
rumah tangga. Tercatat pangsa komponen
konsumsi rumah tangga terhadap
perekonomian Provinsi Papua pada triwulan IV
2017 mencapai 35,57%. Sementara pangsa
terbesar kedua adalah komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang
sebesar 23,94% serta disusul oleh komponen
ekspor dan konsumsi pemerintah dengan
pangsa masing masing sebesar 22,30% dan
17,93%.
4
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga
Realisasi Konsumsi Rumah Tangga Triwulan IV
2017
Konsumsi pada triwulan IV 2017 tumbuh
5,69% (yoy), relatif stabil dibandingkan
triwulan III 2017 yang tumbuh sebesar 5,69%
(yoy). Berdasarkan komponennya, kenaikan
konsumsi pada triwulan IV 2017 terutama
terjadi pada komponen makanan dan
minuman dan komponen transportasi dan
komunikasi. Pelaksanaan even musiman natal
dan tahun baru menjadi salah satu faktor
pendorong konsumsi pada kedua kelompok
tersebut.
Kenaikan konsumsi rumah tangga juga
terkonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang
masih mencatatkan angka indeks jauh di atas
batas optimisme (garis 100). Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) dan indeks penghasilan
masyarakat mengalami kenaikan di akhir
triwulan.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di triwulan IV
2017 turut mengkonfirmasi terjaganya kinerja
konsumsi. Tercatat ITK Provinsi Papua triwulan
IV 2017 mencapai 118,90 meningkat dari
triwulan sebelumnya dengan angka indeks
sebesar 107,72. Selain itu, indeks pendapatan
rumah tangga pada triwulan laporan
mencapai 127,15 naik signifikan dari triwulan
sebelumnya dengan indeks sebesar 108,67.
Indikator lain yang memperkuat
perkembangan konsumsi rumah tangga
adalah perkembangan penyaluran kredit
konsumsi. Realisasi kredit konsumsi pada
triwulan IV 2017 secara nominal mencapai
Rp13,8 triliun lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp13,1 triliun.
Meskipun demikian, pertumbuhan kredit
konsumsi pada triwulan IV 2017 lebih lambat
periode sebelumnya, dari 19,59% (yoy)
menjadi 18,67% (yoy). Selain itu, impor
barang konsumsi pada triwulan IV 2017
mengalami perbaikan meskipun masih berada
di level negatif.
Sumber : Survei Konsumen, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini
Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy)
Sumber: BPS, diolah
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2016 2017
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Penghasilan Saat Ini
Garis 100
Optimistis
Pesimistis
60
70
80
90
100
110
120
130
I II III IV I II III IV
2016 2017
ITK
Pendapatan RT
Pengaruh Inflasi thdp. Konsumsi
Garis 100
Optimistis---------------Pesimistis
2016 2016 2016 2016
I II III IV I II III IVMakanan dan Minuman selain Restoran 6.18 7.21 7.10 5.75 6.55 5.86 5.70 5.56 5.59 5.67
Pakaian dan Alas Kaki 5.92 6.55 5.94 5.15 5.88 5.17 4.74 6.59 5.45 5.50
Perumahan dan Perlengkapan RT 6.01 6.91 5.75 4.73 5.83 4.79 5.53 7.45 5.61 5.86
Kesehatan dan Pendidikan 3.71 4.24 3.57 3.26 3.69 3.27 2.73 2.63 4.15 3.20
Transportasi dan Komunikasi 3.97 5.02 4.86 4.04 4.47 4.08 3.98 5.82 7.19 5.30
Restoran dan Hotel 5.46 6.12 4.74 3.95 5.04 4.02 5.12 4.32 3.36 4.20
Lainnya 5.78 7.38 7.60 7.66 7.12 6.58 5.32 6.59 6.95 6.37
2017Komponen Konsumsi RT2017
2016
5
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Realisasi Konsumsi Rumah Tangga Tahun
2017
Untuk keseluruhan tahun 2017, kinerja
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar
5,43% (yoy), lebih lambat dari tahun 2016
yang tumbuh sebesar 5,84% (yoy). Kondisi
perekonomian yang kurang optimal menjadi
salah satu faktor yang menahan laju
permintaan dan optimisme masyarakat.
Hal tersebut juga diperkuat oleh
perkembangan impor barang konsumsi di
Papua, dimana secara agregat pada tahun
2017 impor barang konsumsi mengalami
kontraksi sebesar -48,78% (yoy). Selain itu,
rata-rata ITK pada tahun 2017 sebesar 107,07
lebih rendah disbanding tahun 2016 yang
mencapai 108,39. Pendapatan rumah tangga
juga menunjukkan hal serupa, dimana rata-
rata indeks pendapatan rumah tangga pada
tahun 2017 sebesar 109,98 lebih rendah
dibanding rata-rata tahun 2016 yang
mencapai 110,2.
Tracking Konsumsi Rumah Tangga Triwulan I
2018
Kinerja konsumsi masyarakat pada triwulan I
2018 diperkirakan melambat dibanding
triwulan IV 2017. Berlalunya perayaan natal
dan tahun baru menjadi salah satu faktor yang
menahan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga. Hal tersebut diperkuat oleh perkiraan
ITK triwulan I 2018 yang jauh lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya.
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah
Grafik 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi
Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi di Papua
Sumber : Survei Konsumen, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen Grafik 1.9 Perkiraan ITK Triwulan I 2018
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV
2016 2017
Kredit KonsumsiPertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV
2016 2017
Nilai Impor Konsumsi
Pertumbuhan [sk. kanan]
juta USD % yoy
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV
2016 2017
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK ) Indeks Penghasilan Konsumen
Indeks Ketersediaan lapangan kerja Indeks Kegiatan Usaha
Optimistis-------------Pesimistis
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
I II III IV I II III IV Ip
2016 2017 2018
ITK
Pendapatan RT
6
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
1.2.2. Konsumsi Pemerintah
Realisasi Konsumsi Pemerintah Triwulan IV
2017
Konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2017
tumbuh sebesar 6,86% (yoy), lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang mencapai 7,70% (yoy). Perlambatan
kinerja konsumsi pemerintah tersebut
tercermin dari penurunan realisasi belanja
nonmodal yang kembali mengalami kontraksi
pada triwulan IV 2017 sebesar -28,60% (yoy),
lebih dalam dibanding kontraksi triwulan III
2017 sebesar -4,80% (yoy).
Meskipun demikian, pengaruh rendahnya
realisasi pada periode yang sama tahun
sebelumnya (base effect) menjadi salah satu
faktor yang membuat tingkat pertumbuhan
konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2017
masih berada di level positif.
Realisasi Konsumsi Pemerintah Tahun 2017
Realisasi konsumsi pemerintah Papua di
keseluruhan tahun 2017 tercatat tumbuh
sebesar 4,20% (yoy), lebih tinggi dibanding
kinerja 2016 yang tumbuh sebesar 2,08%
(yoy). Relatif membaiknya kinerja belanja
pemerintah pada tahun 2017 salah satunya
dipengaruhi oleh pencairan kembali Dana
Alokasi Umum (DAU) setelah pemberlakuan
kebijakan penundaan penyaluran DAU pada
tahun 2016.
Meskipun demikian, realisasi belanja
nonmodal pemerintah Papua untuk
keseluruhan tahun 2017 mengalami kontraksi
sebesar -10,60% (yoy) jauh lebih rendah
dibandingkan realisasi pada tahun 2016 yang
mencapai 16,70% (yoy). Peralihan
pemerintahan pasca pelaksanaan pilkada di
beberapa daerah di Papua pada tahun 2017
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
realisasi belanja pemerintah kurang optimal.
Tracking Konsumsi Pemerintah Triwulan I
2018
Sesuai dengan pola historisnya, kinerja
konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018
diperkirakan tumbuh lebih rendah dibanding
triwulan IV 2017, seiring masih
berlangsungnya proses penetapan APBD
tahiun anggaran 2018.
Meskipun demikian, rendahnya realisasi
konsumsi pemerintah pada triwulan I 2017,
yang sebesar 0,22% (yoy), akan memberikan
pengaruh base effect dalam kinerja konsumsi
pemerintah pada triwulan I 2018. Selain itu,
terdapat beberapa proyek pembangunan
pemerintah yang telah berjalan sejak 2017
dan akan berlanjut pada 2018 yang salah
satunya terkait dengan persiapan PON XX.
1.2.3. Investasi
Realisasi Investasi Triwulan IV 2017
Pertumbuhan komponen investasi Papua,
yang tercermin dari kinerja Penanaman Modal
Tetap Bruto (PMTB), pada triwulan IV 2017
tumbuh sebesar 5,06% (yoy), lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 4,69% (yoy).
Berdasarkan komponennya, pangsa PMTB
bangunan hingga triwulan IV 2017 mencapai
69%, sementara PMTB nonbangunan
memiliki pangsa sebesar 31%. Pada triwulan
Sumber : BPKAD Prov. Papua, diolah
Grafik 1.10 Realisasi Belanja selain Belanja Modal
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
I II III IV I II III IV
2016 2017
Total Belanja Selain Belanja Modal Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
7
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
IV 2017, pertumbuhan kedua komponen
PMTB tersebut masing-masing mencapai
5,42% dan 4,25% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,36% dan
3,21% (yoy). Kenaikan kinerja PMTB pada
triwulan IV 2017 tersebut sejalan dengan pola
historis peningkatan penyerapan anggaran
belanja pemerintah di akhir tahun dan realisasi
investasi swasta.
Terkait investasi swasta, salah satu bentuk
investasi yang dilakukan pada triwulan IV
2017 adalah penambahan peralatan (crane)
pelabuhan untuk mendukung optimalisasi
operasional pelabuhan.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) juga mengkonfirmasi kondisi tersebut.
Terdapat 12 proyek Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) di Papua pada triwulan IV 2017
dengan total nilai mencapai Rp41,74 triliun.
Keseluruhan dari nilai investasi pada triwulan
IV 2017 tersebut dialokasikan pada sektor
primer, khususnya tanaman pangan dan
perkebunan. Nilai realisasi PMDN tersebut jauh
lebih rendah apabila dibandingkan dengan
nilai triwulan III 2017 yang mencapai
Rp730,62 triliun. Hal tersebut salah satunya
disebabkan tingginya investasi di sektor
tersier, khususnya listrik, gas dan air, seiring
berjalannya proyek pembangunan
pembangkit listrik.
Sementara itu, Penanaman Modal Asing
(PMA) yang masuk ke Papua pada triwulan IV
2017 tercatat sebanyak 75 proyek dengan
nilai sebesar USD498,06 miliar. Tercatat 92%
dari nilai realisasi tersebut dialokasikan ke
sektor primer, khususnya pertambangan. Hal
tersebut sejalan dengan persiapan eksplorasi
underground mining salah satu perusahaan
tambang dominan di Papua yang
direncanakan akan mulai beroperasi pada
2018. Realisasi PMA pada triwulan IV 2017
tersebut relatif lebih rendah apabila
dibandingkan dengan realisasi nilai PMA pada
triwulan III 2017 yang sebesar USD562,21
miliar.
Sementara itu, peningkatan kinerja investasi
swasta juga tercermin dari kenaikan
penyaluran kredit investasi. Tercatat,
penyaluran kredit investasi meningkat dari
110,93% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi
133,04% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi
lain, nilai impor barang modal sepanjang
triwulan IV 2017 mencapai USD8 juta,
terkontraksi sebesar -75,61% (yoy) jauh lebih
dalam dibanding triwulan III 2017 yang juga
mengalami kontraksi sebesar -12,25% (yoy).
sumber: BPS, diolah sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 1.11 Perkembangan PMTB Berdasarkan Jenisnya
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
I II III IV I II III IV
2016 2017
PMTB Bangunan PMTB Nonbangunan
Pertumbuhan Bangunan (sk. Kanan) Pertumbuhan Nonbangunan (sk. Kanan)
Rp Miliar %yoy
-50
0
50
100
150
200
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
I II III IV I II III IV
2016 2017
Kredit Investasi Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
8
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Realisasi Investasi Tahun 2017
Pertumbuhan PMTB untuk keseluruhan tahun
2017 masih terjaga positif, namun lebih
rendah dibandingkan kinerja 2016.
Tercatat pertumbuhan PMTB secara agregat
pada 2017 sebesar 5,41% (yoy), melambat
dibanding 2016 yang tumbuh sebesar 6,47%
(yoy).
Terdapat dua faktor utama yang
menyebabkan perlambatan kinerja PMTB
Papua pada 2017, yaitu (1) ketidakpastian
proses negosiasi izin usaha pertambangan
yang menyebabkan pelaku usaha terkait
pertambangan menahan investasi dan (2)
transisi pemerintahan pasca pelaksanaan
Pilkada di beberapa daerah1 yang
menyebabkan realisasi APBD kurang optimal.
1 Daerah yang melaksanakan Pilkada pada 2017 adalah kab. Intan Jaya, kab. Tolikara, kab. Mappi, Kota Jayapura, Kab. Lanny Jaya, Kab. Nduga, kab. Dogiyai, Kab. Jayapura, Kab. Yapen, Kab. Puncak Jaya dan kab. Sarmi.
Tracking Investasi Triwulan I 2018
Kinerja investasi pada triwulan I 2018
diperkirakan melambat dibanding triwulan IV
2017. Kondisi tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh pola pencairan anggaran,
dimana pada awal tahun relatif belum
optimal.
Data dari BCI Asia, salah satu lembaga
penyedia informasi industri konstruksi di Asia
Pasifik, menunjukkan bahwa mayoritas proyek
di Papua, baik pemerintah maupun swasta,
pada awal 2018 masih berada di tahap
persiapan untuk proses lelang.
1.2.3. Net Ekspor
Realisasi Net Ekspor Triwulan IV 2017
Net ekspor pada triwulan IV 2017 tumbuh
signifikan sebesar 30,17% (yoy) jauh lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang
mengalami kontraksi sebesar -44,02% (yoy).
Perbaikan kinerja ekspor luar negeri menjadi
faktor pendorong kenaikan net ekspor pada
triwulan IV 2017. Selain itu, ekspor antar
daerah pada periode tersebut juga terpantau
tumbuh positif. Sementara di sisi lain, impor
luar negeri mengalami terkontraksi.
Ekspor luar negeri pada triwulan IV 2017
tumbuh 2,51% (yoy), naik signifikan
dibanding triwulan III 2017 yang mengalami
kontraksi sebesar -44,45% (yoy). Kondisi
Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah
Grafik 1.13 Impor Barang Modal
Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah
Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Triwulan IV 2017
-90
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV
2016 2017
Nilai Impor Barang Modal
Pertumbuhan [sk. kanan]
USD juta % yoy
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
0
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV
2016 2017
Nilai ekspor Nontambang
Nilai ekspor pertambangan
Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]
USD juta % yoy
28%
23%19%
16%
12%
1% 1%
Jepang
India
Tiongkok
Filipina
Korea Selatan
Amerika Serikat
Arab Saudi
9
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
tersebut seiring izin ekspor mineral yang
kembali dibuka sejak Oktober 2017. Kebijakan
tersebut memberikan pengaruh yang
signifikan dalam pencapaian kinerja ekspor
Papua, mengingat komoditas bijih tembaga
merupakan komoditas ekspor utama Papua
dengan pangsa ekspor pada triwulan IV 2017
mencapai 98%. Sementara komoditas lain
yang juga menjadi komoditas ekspor Papua
adalah kayu olahan dengan pangsa ekspor
hanya 2%.
Tercatat nilai ekspor pertambangan pada
triwulan laporan mencapai USD1,1 miliar jauh
lebih tinggi dari triwulan III 2017 yang
mencapai USD393,93 juta atau tumbuh
65,18% (yoy). Sementara ekspor komoditas
nontambang pada periode yang sama
mencapai USD24,56 juta, tumbuh sebesar
27,65% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III
2017 yang tumbuh sebesar 10,97% (yoy).
Berdasarkan tujuan ekspor, negara tujuan
terbesar untuk bijih tembaga adalah Jepang
(28,91%), India (23,29%), Tiongkok (19,19%)
dan Filipina (16,93%). Penentuan negara
tujuan ekspor ekspor tersebut ditentukan oleh
pihak eksportir dengan mempertimbangkan
ketersediaan teknologi smelter dan kapasitas
pengolahan yang memadai. Sementara itu
tujuan ekspor komoditas kayu olahan terbesar
pada triwulan laporan adalah AS, Arab Saudi
dan Korea Selatan, sebesar 48,09%, 32,78%
dan 17,02%.
Pada triwulan IV 2017, kenaikan ekspor antar
daerah memperkuat kinerja net ekspor Papua.
Ekspor antar daerah tercatat tumbuh 74,65%
(yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan III 2017
yang mengalami kontraksi sebesar -32,39%
(yoy). Serupa dengan ekspor luar negeri,
komoditas utama ekspor antar daerah di
Papua adalah konsentrat tembaga. Tingginya
angka pertumbuhan tersebut didorong oleh
lancarnya ekspor konsentrat tembaga ke
Gresik, Jawa Timur seiring kinerja smelter yang
terjaga.
Di sisi lain, impor luar negeri pada triwulan IV
2017 mengalami penurunan. Pada periode
tersebut, impor luar negeri terkontraksi
sebesar -40,07% (yoy), jauh lebih dalam dari
triwulan III 2017 yang mengalami kontraksi
sebesar -32,84% (yoy).
Hal tersebut tercermin dari penurunan impor
nonmigas, dimana seluruh komponennya,
yaitu impor konsumsi, barang modal dan
bahan baku penolong mengalami kontraksi
pada triwulan IV 2017, sehingga
menyebabkan nilai impor nonmigas secara
keseluruhan mengalami kontraksi -59,32%
(yoy). Dari ketiga komponen impor nonmigas,
pangsa terbesar dimiliki oleh bahan baku
penolong yang mencapai 83%, dimana pada
triwulan IV 2017 mengalami kontraksi sebesar
-55% (yoy). Kondisi tersebut relatif sejalan
dengan kondisi pelaku usaha pertambangan
yang cenderung menahan investasi seiring
Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.16 Perkembangan Impor Grafik 1.17 Bongkar Muat Barang Papua
-80
-60
-40
-20
0
20
40
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV
2016 2017
Impor NonmigasImpor Barang Modal dan AntaraPertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]
USD juta % yoy
-200
0
200
400
600
800
1000
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
2017
Total Muat Barang Total Bongkar Barang
g Muat Barang g Bongkar Barang
% yoy
10
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
masih adanya ketidakpastian izin usaha
pertambangan. Selain itu, penyelesaian
beberapa proyek menyebabkan impor luar
negeri mengalami penurunan. Salah satu
kelompok komoditas (HS2 digit) yang
mengalami penurunan nilai impor terbesar
adalah mesin listrik yang terkontraksi 55,93%
(yoy).
Berdasarkan negara asalnya, 66,67%
komoditas impor pada triwulan IV 2017
berasal dari Australia dengan jenis produk
berupa logam hasil industri. Jepang dan
Tiongkok berada diperingkat kedua dan ketiga
untuk negara asal impor komoditas.
Dinamika ekspor impor juga tercermin dari
arus bongkar muat barang yang melalui
pelabuhan Jayapura dan Merauke. Tercatat
volume muat di akhir triwulan IV 2017 naik
13,90% (yoy) mencapai 20 ribu ton, lebih
tinggi dari akhir triwulan III 2017 yang
terkontraksi sebesar -28,92% (yoy). Kondisi ini
memperkuat kenaikan ekspor di Papua.
Sementara, volume bongkar pada akhir
triwulan IV 2017 terkontraksi sebesar -
36,08% (yoy), lebih dalam dari triwulan III
2017 yang mengalami kontraksi sebesar -
12,62% (yoy).
Realisasi Net Ekspor Tahun 2017
Perkembangan net ekspor Papua untuk
keseluruhan tahun 2017 jauh lebih rendah
dibandingkan kondisi tahun 2016. tercatat net
ekspor pada tahun 2017 tumbuh sebesar
1,51% (yoy), jauh lebih rendah dari
pertumbuhan tahun 2016 yang mencapai
42,14% (yoy).
Berdasarkan komponennya, kontraksi ekspor
luar negeri dan ekspor antar daerah pada
tahun 2017 memberikan pengaruh terhadap
rendahnya realisasi net ekspor. Tercatat
kontraksi pada kedua komponen tersebut
sebesar -5,49% dan -47,85% (yoy).
Penurunan kinerja ekspor luar negeri pada
tahun 2017 disebabkan kebijakan pelarangan
izin ekspor konsentrat yang berlaku di awal
tahun 2017. Selain itu, pada pertengahan
tahun 2017, terjadi aksi unjuk rasa pekerja
tambang yang berpengaruh pada penurunan
produksi perusahaan tambang terbesar di
Papua. Sementara itu, kontraksi ekspor antar
daerah salah satunya disebabkan kendala
operasional smelter di Gresik di awal tahun
2017.
Kinerja impor luar negeri pada tahun 2017
mengalami kontraksi -36,03% (yoy), jauh
lebih rendah dibanding tahun 2016 yang
tumbuh 4,64% (yoy). Kondisi tersebut relatif
sejalan dengan perkembangan PMTB pada
periode yang sama, dimana investasi pada
tahun 2017 cenderung melambat dibanding
tahun 2016. Transisi pemerintahan pasca
pelaksanaan Pilkada di beberapa daerah yang
menyebabkan realisasi proyek menjadi kurang
optimal.
Selain itu, terdapat lonjakan pelemahan nilai
tukar rupiah yang relatif tinggi terhadap
Australian Dollar (AUD) dan US Dollar (USD)
yang digunakan untuk transaksi ekspor/impor
selama tahun 2017. Pada akhir Juli 2017, nilai
tukar rupiah terhadap AUD mengalami
pelemahan secara signifikan mencapai kisaran
Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah
Grafik 1.18 Pangsa Impor Triwulan IV 2017
66.67%
14.54%
12.77%4.76%
0.66%
0.61%
Australia
Jepang
Tiongkok
Filipina
Amerika Serikat
Lainnya
11
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
level Rp10.500/AUD. Kemudian disusul
pelemahan rupiah terhadap USD pada akhir
September 2017 hingga mencapai kisaran
level Rp13.500/USD. Kondisi tersebut
tentunya akan mempengaruhi keputusan
pelaku usaha dalam melakukan kegiatan
ekspor impor.
Tracking Net Ekspor Triwulan I 2018
Pada triwulan I 2018, ekspor netto Papua
diperkirakan lebih tinggi dibanding kinerja
triwulan IV 2017. Pada periode tersebut,
kinerja ekspor luar negeri diperkirakan
meningkat lebih tinggi dibandingkan kenaikan
impor luar negeri. Sementara di sisi lain,
ekspor antar daerah diperkirakan mengalami
penurunan sehingga menahan kenaikan net
ekspor.
Kenaikan ekspor luar negeri pada triwulan I
2018 diperkirakan akan lebih dari 60% (yoy).
Izin ekspor konsentrat yang berlaku hingga
Februari 2018 menjadi salah satu faktor
pendorong utama kenaikan kinerja ekspor luar
negeri seiring optimalisasi penjualan hasil
produksi konsentrat yang diperkirakan akan
dilakukan oleh pelaku usaha pertambangan di
Papua.
Sementara, kenaikan impor luar negeri
diperkirakan lebih dari 40% (yoy). Pelaksanaan
beberapa proyek yang masih berlanjut pada
2018 menjadi salah satu faktor bagi pelaku
usaha untuk melakukan impor bahan baku
penolong dari luar negeri. Selain itu, pengaruh
rendahnya realisasi impor luar negeri pada
triwulan I 2017 menyebabkan perhitungan
tingkat kenaikan pada triwulan I 2018 menjadi
lebih tinggi (base effect).
1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI
LAPANGAN USAHA
Struktur perekonomian Provinsi Papua dari sisi
lapangan usaha masih didominasi oleh
pertambangan dan penggalian. Tercatat
pangsa lapangan usaha pertambangan
terhadap perekonomian Provinsi Papua pada
triwulan IV 2017 mencapai 46,64%.
Sementara pangsa terbesar kedua adalah
lapangan usaha konstruksi yang sebesar
10,30% serta disusul oleh lapangan usaha
pertanian dan administrasi pemerintah
dengan pangsa masing masing sebesar
9,86% dan 7,85%.
1.3.1 Lapangan Usaha Pertambangan dan
Penggalian
Realisasi Lapangan Usaha Pertambangan
Triwulan IV 2017
Kinerja lapangan usaha pertambangan pada
triwulan IV 2017 tumbuh lebih tinggi
sumber: Bank Indonesia, diolah sumber: BPS, diolah
Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 1.20 Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha
13.2
13.3
13.4
13.5
13.6
13.7
13.8
9.7
9.9
10.1
10.3
10.5
10.7
10.9
03-J
an-1
7
30-M
ar-1
7
07-J
ul-1
7
04-O
ct-1
7
30-D
ec-1
7
Ribu RupiahRibu Rupiah
AUD/IDR USD/IDR [sk. Kanan]
-10
-5
0
5
10
15
20
25
(8,000)
(3,000)
2,000
7,000
12,000
17,000
22,000
27,000
32,000
37,000
42,000
I II III IV I II III IV
2016 2017
Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan Sosial
Transportasi dan Pergudangan Perdagangan dan Reparasi
Konstruksi Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
12
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
dibanding triwulan III 2017. Tercatat
pertumbuhan lapangan usaha pertambangan
pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 3,28%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III
2017 yang mencapai 2,68% (yoy).
Kenaikan kinerja pada periode tersebut sejalan
dengan produksi yang berjalan lancar dengan
kendala yang relatif minimal dan dapat
terkelola dengan baik. Selain itu, izin ekspor
konsentrat yang kembali dibuka pada Oktober
2017 hingga Februari 2018 mendorong
pelaku usaha untuk meningkatkan produksi
dan mengoptimalkan penjualan. Volume
produksi konsentrat tembaga pada triwulan
laporan mencapai 337 juta pound, lebih tinggi
dari triwulan III 2017 yang mencapai 293 juta
pound. Sementara, volume produksi emas
pada triwulan IV 2017 mencapai 413 ribu ribu
ounce, relatif stabil jika dibandingkan dengan
produksi emas pada triwulan III 2017 yang
sebesar 412 ribu ounce.
Dari sisi penjualan, konsentrat tembaga
mengalami kontraksi penjualan sebesar -
0,28% (yoy), relatif tidak sedalam kontraksi
triwulan III 2017 yang sebesar -22,29% (yoy).
Sementara itu, penjualan konsentrat emas
masih terjaga positif dengan angka
pertumbuhan sebesar 45,64% (yoy). Informasi
resmi dari perusahaan tambang dominan di
Papua, hal tersebut salah satunya dikarenakan
kualitas kandungan bijih (ore) emas yang lebih
baik dibanding tembaga pada periode yang
sama dan bijih (ore) emas pada periode tahun
sebelumnya.
Realisasi Lapangan Usaha Pertambangan
Tahun 2017
Untuk keseluruhan tahun 2017, kinerja
lapangan usaha pertambangan mengalami
perlambatan dibandingkan tahun 2016.
Tercatat pertumbuhan lapangan usaha
pertambangan sebesar 3,90% (yoy) pada
tahun 2017, lebih rendah dibanding tahun
2016 yang tumbuh sebesar 13,10% (yoy).
Dari sisi produksi, terdapat tiga faktor yang
menyebabkan perlambatan tersebut, yaitu
pelarangan izin ekspor konsentrat tembaga di
triwulan I 2017, aksi unjuk rasa karyawan yang
terjadi pada triwulan II 2017, dan kendala
operasional smelter di Gresik yang disebabkan
juga oleh aksi unjuk rasa karyawan selama
hampir 2 bulan sejak awal tahun 2017.
Sementara dari sisi penjualan, kualitas bijih
(ore) konsentrat tembaga yang lebih tinggi
dibanding tahun 2016 menjadi salah satu
faktor penahan penurunan kinerja lapangan
usaha pertambangan. Rilis resmi dari
perusahaan tambang terbesar di Papua
menyatakan bahwa rata-rata kualitas ore
tembaga pada tahun 2017 sebesar 1,01%,
lebih tinggi dari tahun 2016 yang sebesar
0,91%. Kondisi serupa juga terlihat pada ore
Sumber : FCX Quarterly Reports, diolah Sumber: FCX Quarterly Reports, diolah
Grafik 1.21 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas
Grafik 1.22 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas
-100
-50
0
50
100
150
200
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Produksi Konsentrat Tembaga (Cu) Produksi Konsentrat Emas (Au)
Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan] Pertumbuhan Emas [sk. kanan]
Cu: juta poundAu: ribu ounce
% yoy
-100
-50
0
50
100
150
200
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 630.00
Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu) Penjualan Konsentrat Emas (Au)
Pertumbuhan Cu [sk. kanan] Pertumbuhan Au [sk. kanan]
Cu: juta poundAu: ribu ounce
% yoy
13
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
emas, dimana rata-rata kualitas ore emas pada
tahun 2017 sebesar 1,15 gram per metric ton,
lebih tinggi dari tahun 2016 dengan rata-rata
kualitas sebesar 0,68 gram per metric ton.
Tracking Lapangan Usaha Pertambangan
Triwulan I 2018
Kinerja lapangan usaha pertambangan pada
triwulan I 2018 diperkirakan lebih tinggi dari
triwulan IV 2017. Pertumbuhan lapangan
usaha pertambangan pada triwulan I 2018
diperkirakan berkisar 7,93% - 8,33% (yoy).
Regulasi izin ekspor konsentrat tembaga yang
berlaku hingga Februari 2018 menjadi faktor
utama yang mendorong kinerja lapangan
usaha pertambangan pada periode tersebut.
Selain itu, kualitas ore konsentrat yang
cenderung lebih baik seiring dimulainya
eksplorasi underground mining turut
memperkuat perkiraan peningkatan kinerja
pertambangan.
1.3.2 Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan
Realisasi Lapangan Usaha Pertanian Triwulan
IV 2017
Kinerja lapangan usaha pertanian pada
triwulan IV 2017 tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan III 2017.
Tercatat pertumbuhan lapangan usaha
pertanian pada triwulan IV 2017 mencapai
5,71% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan
triwulan III 2017 yang sebesar 3,94% (yoy).
Hal tersebut juga diperkuat dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), dimana saldo
bersih tertimbang pada triwulan IV 2017
berada di level 4,52% lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang mencapai 3,68%
(qtq).
Kenaikan kinerja lapangan usaha pertanian,
salah satunya didorong oleh panen yang
terjadi di beberapa daerah di Papua. Di wilayah
Jayapura setidaknya terdapat 560 hektar lahan
padi dan 900 hektar lahan palawija yang
memasuki masa panen pada triwulan IV 2017.
Kenaikan kinerja lapangan usaha pertanian,
sejalan dengan peningkatan realisasi investasi
di lapangan usaha ini. Pada triwulan IV 2017,
nilai PMA yang dialokasikan pada sektor
primer, khususnya tanaman pangan dan
perkebunan, sebesar USD65,5 juta lebih tinggi
dari triwulan III 2017 yang sebesar USD23,0
juta. Alokasi PMDN ke lapangan usaha
pertanian pada triwulan IV 2017 tercatat
sebesar Rp41,7 miliar, meningkat dari triwulan
III 2017 yang sebesar Rp5,13 miliar.
Realisasi Lapangan Usaha Pertanian Tahun
2017
Lapangan usaha pertanian pada tahun 2017
tumbuh lebih tinggi dari tahun 2016. Tercatat
pertumbuhan lapangan usaha pertanian naik
dari 1,7% (yoy) pada tahun 2016 menjadi
4,0% (yoy) pada tahun 2017.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.23 Realisasi Usaha Pertanian Papua Grafik 1.24 Perkembangan Investasi Tanaman Pangan
-5
0
5
10
I II III IV I II III IV
2016 2017PDRB Pertanian (yoy)Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan
%
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV
2017
PMA (USD Ribu) PMDN (Rp juta)
14
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Angka Ramalan (ARAM) II memperkuat
kondisi tersebut. Produksi padi Papua pada
tahun 2017 mencapai 264,6 ribu ton, lebih
tinggi dari tahun 2016 yang mencapai 233,6
ribu ton. Selain itu, penyelesaian
pembangunan jaringan irigasi di beberapa
daerah menjadi pendukung kinerja pertanian
pada tahun 2017.
Tingkat NTP perikanan yang masih terjaga di
tahun 2017 turut mendukung kinerja
lapangan usaha pertanian secara luas. Secara
rata-rata, NTP perikanan Papua pada tahun
2017 berada di level 104,65. Hasil produksi
klaster ikan tangkap binaan Bank Indonesia
juga selama 2017 juga relatif terjaga, dimana
total produksinya secara total mencapai 74
ton.
Tracking Lapangan Usaha Pertanian Triwulan I
2018
Memasuki triwulan I 2018, kinerja lapangan
usaha pertanian diperkirakan mengalami
perlambatan.
Berlalunya panen padi menjadi salah satu
faktor penyebab perlambatan lapangan usaha
ini. Selain itu, curah hujan dan gelombang laut
yang relatif tinggi di awal tahun 2018
menyebabkan penurunan produksi perikanan
tangkap. Hal ini sejalan dengan pola siklus
cuaca, dimana pada periode Desember-
Februari dan periode Juni-Agustus gelombang
laut di wilayah Indonesia cenderung lebih
tinggi.
1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi
Realisasi Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan
IV 2017
Pada triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha
konstruksi Papua mengalami akselerasi.
Tercatat lapangan usaha konstruksi tumbuh
sebesar 5,99% (yoy) pada periode tersebut,
lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,87%
(yoy). Percepatan pembangunan berbagai
proyek pemerintah dan swasta di akhir tahun
menjadi salah satu faktor pendorong kinerja
lapangan usaha ini.
Data penjualan semen memperkuat kondisi
tersebut, dimana pada triwulan IV 2017
mengalami kenaikan signifikan mencapai
68,82% (yoy). Hasil liaison yang dilakukan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua relatif sejalan dengan kenaikan
kinerja lapangan usaha konstruksi. Mayoritas
contact liaison di bidang perhotelan sejak
triwulan III 2017 telah melakukan realisasi
pembangunan untuk mendukung kebutuhan
operasional ke depan, khususnya dalam
menghadapi PON 2020.
Penyaluran kredit konstruksi pada triwulan IV
2017 tumbuh 13,00% (yoy), lebih tinggi dari
Sumber : BMKG Sumber: BPKAD dan BPS, diolah
Grafik 1.25 Tinggi Gelombang Periode Februari 2018
Grafik 1.26 Belanja Modal dan Pertumbuhan Konstruksi
0
2
4
6
8
10
12
14
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV
2016 2017
Belanja Modal Pertumbuhan Konstruksi (sb. kanan)
Rp miliar % yoy
15
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
triwulan III 2017 yang tumbuh 11,60% (yoy).
Penyaluran kredit konstruksi sebagian besar
digunakan untuk pembangunan jalan raya,
jembatan, landasan, irigasi dan bangunan sipil
lainnya.
Realisasi Lapangan Usaha Konstruksi Tahun
2017
Untuk keseluruhan tahun 2017, kinerja
lapangan usaha konstruksi melambat. Tercatat
pertumbuhan lapangan usaha ini pada tahun
2017 sebesar 5,18% (yoy), lebih rendah
dibanding tahun 2016 yang tumbuh sebesar
8,81% (yoy).
Peralihan pemerintahan pasca pilkada di
beberapa daerah menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan melambatnya kinerja
lapangan usaha konstruksi pada tahun 2017.
Selain itu, indeks kemahalan konstruksi di
Papua pada tahun 2017 berada di level yang
tinggi mencapai 229,82. Secara spasial, lima
daerah di wilayah pegunungan Papua memiliki
nilai indeks kemahalan konstruksi tertinggi di
Indonesia, kelima daerah tersebut adalah
Puncak (469,96), Puncak Jaya (436,94), Intan
Jaya (412,52), Memberamo Tengah (403,74)
dan Pegunungan Bintang (391,44).
Sementara di sisi lain, penyelesaian beberapa
proyek yang telah berjalan sebelumnya
menjadi penahan penurunan kinerja lapangan
usaha konstruksi di tahun 2017. Data BCI
menunjukkan setidaknya terdapat 26 proyek
pembangunan yang selesai pada triwulan IV
2017 dengan nilai berkisar Rp453 miliar.
Tracking Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan
I 2018
Sejalan dengan perkembangan investasi dan
konsumsi pemerintah, kinerja lapangan usaha
konstruksi pada triwulan I 2018 diperkirakan
lebih rendah dibanding triwulan IV 2017.
Pola pelaksanaan proyek di awal tahun yang
kurang optimal menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja lapangan usaha ini.
Berdasarkan data BCI Asia, terdapat 54 proyek
pembangunan di Papua pada triwulan I 2018.
Namun hanya 11 proyek yang sudah
memasuki tahap penunjukkan pelaksana
pekerjaan. Sementara mayoritas proyek
lainnya masih dalam tahap persiapan lelang.
1.3.4 Lapangan Usaha Perdagangan Besar
Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda
Motor
Realisasi Lapangan Usaha Perdagangan
Triwulan IV 2017
Lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran pada triwulan IV 2017 mengalami
kenaikan seiring perayaan natal dan tahun
baru di akhir triwulan. Tercatat lapangan
usaha perdagangan tumbuh sebesar 6,56%
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 6,24% (yoy).
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 1.27 Penjualan Semen di Provinsi Papua Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Konstruksi
-40
-20
0
20
40
60
80
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV
2016 2017
Penjualan Semen Pertumbuhan [sk. kanan]
ribu ton %, yoy
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
I II III IV I II III IV
2016 2017
Kredit Konstruksi Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
16
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Hasil SKDU mencerminkan kondisi tersebut,
dimana saldo bersih tertimbang dari
responden terhadap realisasi usaha pada
triwulan IV 2017 mencapai 1,54%, naik dari
triwulan sebelumnya yang berada di level -
0,68%. Sejalan dengan kondisi tersebut, hasil
Survei Konsumen pada triwulan IV 2017 juga
menunjukkan kenaikan. Indeks pembelian
barang tahan lama pada periode tersebut
sebesar 110,67, lebih tinggi dari triwulan III
2017 yang sebesar 102,67. Selain itu, data BPS
menunjukkan indeks pendapatan rumah
tangga pada triwulan laporan mengalami
kenaikan signifikan dari triwulan sebelumnya.
Peningkatan kinerja lapangan usaha
perdagangan juga tercermin dari arus bongkar
muat barang pelabuhan yang relatif tinggi.
Volume bongkar secara kumulatif pada akhir
triwulan IV 2017 sebesar 358,38 ribu ton,
sementara volume muat sebesar 78,18 ribu
ton.
Realisasi Lapangan Usaha Perdagangan Tahun
2017
Pada tahun 2017, lapangan usaha
perdagangan mengalami perlambatan.
Pembatasan izin ekspor mineral di awal tahun
menahan pertumbuhan lapangan usaha ini
seiring penurunan ekspor luar negeri Papua
selama tahun 2017. Namun demikian,
terjaganya konsumsi dan inflasi yang
terkendali menjadi faktor peredam penurunan
kinerja lapangan usaha perdagangan selama
tahun 2017.
Tracking Lapangan Usaha Perdagangan
Triwulan I 2018
Memasuki triwulan I 2018, kinerja lapangan
usaha perdagangan diperkirakan lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya. Normalisasi
permintaan masyarakat pasca perayaan Natal
dan tahun baru diperkirakan menjadi faktor
utama yang menahan kinerja lapangan usaha
perdagangan pada periode tersebut.
Namun demikian, batas izin ekspor konsentrat
tembaga yang dapat dilakukan hingga
Februari 2018 diperkirakan dapat menjadi
salah satu faktor pendorong kinerja lapangan
usaha perdagangan di awal tahun 2018.
1.3.5 Lapangan Usaha Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan
Sosial Wajib
Realisasi Lapangan Usaha Administrasi
Pemerintahan Triwulan IV 2017
Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan
pada triwulan IV 2017 tumbuh lebih baik
dibandingkan triwulan III 2017. Tercatat
pertumbuhan lapangan usaha ini meningkat
dari 3,75% (yoy) menjadi 5,78% (yoy).
Kenaikan kinerja lapangan usaha ini sejalan
dengan kondisi realisasi belanja pemerintah
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 1.29 Perkembangan SKDU Perdagangan Grafik 1.30 Indeks Pembelian Durable Goods
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV
2016 2017
PDRB Perdagangan (yoy) Perdagangan
%
70
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2016 2017
Optimistis
Pesimistis
17
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
yang cenderung meningkat di akhir tahun.
Selain itu, penyelesai beberapa proyek di akhir
tahun semakin menambah realisasi di
lapangan usaha administrasi pemerintah.
Realisasi Lapangan Usaha Administrasi
Pemerintahan Tahun 2017
Pada tahun 2017, kinerja lapangan usaha
administrasi pemerintahan jauh lebih rendah
dari tahun 2016.
Pengadaan lelang yang terlambat akibat
Pilkada 2017, keterlambatan pengesahan
APBD dan adanya Pemungutan Suara Ulang
(PSU) menjadi faktor penghambat kinerja
lapangan usaha administrasi pemerintahan
selama 2017. Namun demikian, percepatan
pembangunan proyek pemerintah pada
pertengahan tahun 2017 menjadi faktor
peredam penurunan kinerja pada lapangan
usaha ini.
Tracking Lapangan Usaha Administrasi
Pemerintahan Triwulan I 2018
Pada triwulan I 2018, kinerja lapangan usaha
administrasi pemerintah diperkirakan tumbuh
lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Pelaksanaan lelang proyek yang telah
dilakukan pada periode sebelumnya
diperkirakan dapat mendorong kinerja
lapangan usaha ini pada awal tahun 2018. Hal
ini sejalan dengan percepatan pembangunan
dalam menghadapi Pon 2020. Namun
demikian, proses pengalihan kepala daerah
menjelang Pilkada serentak sejak Februari
2018, berpotensi membuat pelaksanaan
proyek kembali menghadapi kendala dalam
pengambilan keputusan dan administrasi.
18
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
KEUANGAN
PEMERINTAH
Realisasi APBN dan di lingkup Provinsi Papua pada triwulan IV 2017 mengalami peningkatan, baik
pada pos pendapatan maupun pos belanja dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Pada
triwulan IV 2017 sumber pendapatan terbesar berasal dari pajak dalam negeri. Sementara itu,
realisasi belanja terbesar pada triwulan IV 2017 berasal dari belanja modal.
Selain itu, Realisasi APBD Papua pada triwulan IV 2017 secara umum mengalami peningkatan.
Realisasi Pendapatan dan Belanja mengalami peningkatan baik secara nominal maupun
persentase realisasi. Berdasarkan pangsanya, postur pendapatan APBD Papua mayoritas berasal
dari lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan komposisi terbesarnya berasal dari dana
otonomi khusus. Dari sisi belanja, peningkatan terbesar berasal dari peningkatan belanja tidak
langsung. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan belanja barang dan jasa
serta belanja modal.
19
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
2.1 Realisasi APBN Di Lingkup Provinsi
Papua
Realisasi APBN di lingkup Provinsi Papua
mengalami peningkatan, baik pada pos
pendapatan maupun pos belanja pada
triwulan IV 2017 dibandingkan periode yang
sama tahun 2016.
2.1.1 Realiasasi Pendapatan APBN
Secara nominal realisasi pendapatan APBN di
lingkup Provinsi Papua pada triwulan IV 2017
mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pada
triwulan IV 2017 tercatat realisasi pos
pendapatan APBN sebesar Rp3,467 triliun
naik 10,34% (yoy) dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,142
triliun.
Berdasarkan jenisnya, pada triwulan IV 2017
sumber pendapatan terbesar berasal dari
pajak dalam negeri sebesar Rp2,316 Triliun
atau mencapai 66,82% dari total pendapatan
APBN Papua. Penerimaan pajak dalam negeri
pada triwulan IV 2017 turun sebesar 7,76%
(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang sebesar Rp2,511 triliun.
Penurunan penerimaan pajak dalam negeri
terutama disebabkan oleh penurunan
pendapatan PPh, PPN dan PBB. Sementara
itu, pos pendapatan lainnya mengalami
kenaikan dibanding tahun lalu yaitu pajak
perdagangan internasional yang naik sebesar
84,31% dan penerimaan negara bukan pajak
yang juga naik sebesar 73,97%. Peningkatan
pajak perdagangan internasional terutama
disebabkan oleh naiknya pendapatan bea
keluar seiring peningkatan ekspor hasil
pertambangan di Papua oleh perusahaan
tambang terbesar di Papua. Sementara itu
peningkatan penerimaan negara bukan pajak
disebabkan oleh meningkatnya pendapatan
jasa seperti jasa kesehatan, pendidikan dan
transportasi di Papua.
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBN Di Lingkup Provinsi Papua Triwulan IV 2017
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi Penerimaan APBN Papua Tw IV 2017
Grafik 2.2 Pangsa Pendapatan APBN Papua Berdasarkan Jenisnya Tw IV 2017
IV 2016 IV 2017
Pajak Dalam Negeri 2.511,96 2.316,92 -7,56 66,82%
Pajak Perdagangan Internasional 508,98 938,12 16,35 27,05%
Penerimaan Negara Bukan Pajak 121,52 211,40 76,39 6,10%
Total 3.142,45 3.467,47 0,79 100,00%
sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
Realisasi (Rp Miliar)Detail Pendapatan APBN
Perubahan Pagu
(%yoy)
Struktur
IV 2017
2.511,96
508,98
121,52
2.316,92
938,12
211,40
Pajak DalamNegeri
Pajak PerdaganganInternasional
PenerimaanNegara Bukan
Pajak
IV 2017 IV 2016 Rp. miliar
66,82%
27,05%
6,10%
Pajak Dalam Negeri
Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak
20
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Secara kumulatif total realisasi pos
pendapatan APBN selama tahun 2017
sebesar Rp8,156 triliun naik sebesar 0,79%
(yoy) dibanding realisasi sepanjang 2016
sebesar Rp8,449 Triliun. Peningkatan
tersebut terutama didorong oleh
peningkatan pajak perdagangan
internasional dan penerimaan negara bukan
pajak yang masing-masing tumbuh sebesar
16,35% dan 76,39%.
Berdasarkan jenisnya, pajak dalam negeri
menjadi penyumbang utama pendapatan
selama tahun 2017 sebesar Rp5,890 Triliun
dengan pangsa sebesar 69,17% dari total
pendapatan APBN. Jumlah tersebut menurun
sebesar -7,56% (yoy) dibandingkan tahun
2016 yang mencatatkan pendapatan sebesar
Rp6,372 Triliun. Sementara itu pajak
perdagangan internasional dan penerimaan
negara bukan pajak masing-masing tumbuh
sebesar 16,35% (yoy) dan 76,39% (yoy).
2.1.2 Realiasasi Belanja APBN
Pada triwulan IV 2017 secara umum realisasi
belanja APBN mengalami peningkatan
dibanding periode yang sama tahun 2016.
Tercatat realisasi belanja APBN pada triwulan
IV 2017 sebesar Rp6,253 triliun tumbuh
sebesar 22,23% (yoy) dari periode yang sama
tahun 2016 sebesar Rp 5,116 Triliun.
Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja
terbesar pada triwulan IV 2017 adalah
belanja modal mencapai Rp 3,460 triliun yang
tumbuh sebesar 35,74% (yoy) dibanding
periode yang sama tahun 2016. Peningkatan
tersebut terutama didorong oleh
peningkatan belanja modal infrastruktur
seperti jalan, jembatan, pembebasan tanah
dan infrastruktur penunjang lainnya untuk
mendukung penyelenggaraan PON XX yang
akan diselenggarakan di Papua pada tahun
2020. Pos belanja lainnya mencatatkan
pertumbuhan terbesar adalah belanja bansos
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Di Lingkup Provinsi Papua Triwulan IV 2017
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan IV 2017 (Nominal)
Grafik 2.4 Pangsa Belanja APBN Papua Berdasarkan Jenisnya Triwulan IV 2017
Perubahan Pagu Struktur
IV 2016 IV 2017 (%yoy) IV 2017
Belanja Pegawai 831,15 843,46 2,10 13,49
Belanja Barang 1.624,21 1.887,29 (13,44) 30,18
Belanja Modal 2.549,46 3.460,60 4,28 55,34
Belanja Bansos 23,49 28,22 (4,60) 0,45
Belanja Lainnya 87,84 34,09 (19,13) 0,55
Total Belanja 5.116,16 6.253,66 (1,91) 100,00
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
Belanja APBNRealisasi (Rp Miliar)
831,15
1.624,21
2.549,46
23,49
87,84
843,46
1.887,29
3.460,60
28,22
34,09
BelanjaPegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bansos
Belanja Lainnya
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
Rp. Miliar
13,49%
30,18%
55,34%
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
Belanja Bansos Belanja Lainnya
21
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
dan belanja barang yang tumbuh masing-
masing sebesar 20,14% (yoy) dan 16,20%
(yoy).
Pada triwulan IV 2017, realisasi belanja APBN
Papua mencapai 42,64% dari pagu anggaran
2017, lebih tinggi dari realisasi belanja APBN
Papua pada periode yang sama tahun 2016
yang mencapai 37,75%. Sementara itu
secara kumulatif, pada tahun 2017 realisasi
belanja APBN Papua mencapai 91,99%
sedikit lebih rendah dari realisasi belanja
APBN pada tahun 2016 yang sebesar
93,04%.
Penurunan realisasi belanja secara kumulatif
terutama disebabkan oleh turunnya realisasi
belanja pegawai baik secara nominal maupun
persentasenya. Selama tahun 2017, pos
belanja yang mencatatkan realisasi terbesar
adalah belanja modal sebesar Rp6,238 triliun
atau mencapai 46,25% dari seluruh belanja
APBN Papua tahun 2017.
Selanjutnya adalah belanja barang dan
belanja pegawai dengan realisasi masing-
masing sebesar Rp3,885 triliun dan Rp3,300
triliun dengan presentasi realisasi sebesar
28,80% dan 24,47%. Peningkatan belanja
modal terutama ditujukan untuk
meningkatkan konektivitas di Papua melalui
pembangunan infrastruktur jalan, jembatan,
irigasi dan infrastruktur strategis untuk
menunjang PON XX di Papua.
2.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi
Papua
Realisasi APBD Papua pada triwulan IV 2017
secara umum mengalami peningkatan.
Realisasi Pendapatan dan Belanja mengalami
peningkatan baik secara nominal maupun
persentase realisasi. Secara kumulatif,
realisasi pendapatan 2017 mencapai 92,49%
dari pagu anggaran, sedangkan realisasi
belanja mencapai 88,05%.
2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah
Provinsi Papua
Pendapatan pemerintah Papua pada triwulan
IV 2017 tercatat sebesar Rp3,338 triliun lebih
rendah dari periode yang sama tahun 2016
yang sebesar Rp4,791 triliun. Berdasarkan
pangsanya, postur pendapatan APBD Papua
mayoritas berasal dari lain-lain pendapatan
daerah yang sah sebesar 60,7% yang
komposisi terbesarnya berasal dari dana
otonomi khusus sebesar Rp 1,368 triliun.
Penyumbang terbesar selanjutnya adalah
dana perimbangan dengan pangsa sebesar
33,2% pendapatan APBD Papua. Di sisi lain,
pendapatan asli daerah (PAD) Papua hanya
menyumbang sebesar 10,9%.
Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik 2.5 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan IV 2017
Grafik 2.6 Realisasi Belanja APBN Papua Tahun 2017
24,28%
43,44%
40,70%
69,13%
95,06%
23,85%
42,25%
52,81%
79,94%
45,62%
BelanjaPegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bansos
Belanja Lainnya
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
Rp. Miliar93,04%
97,09%
91,91%
91,48%
92,88%
95,06%
91,99%
93,33%
86,98%
95,21%
89,62%
45,62%
Total Belanja
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bansos
Belanja Lainnya
2016 2017
22
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Berdasarkan jenisnya, pos pendapatan yang
mengalami penurunan terdalam terjadi pada
pos pendapatan lain-lain pendapatan daerah
yang sah yang turun sebesar -16,97% (yoy).
Tercatat pada triwulan IV 2017 pos
pendapatan lain-lain pendapatan daerah
yang sah sebesar Rp2,027 triliun menurun
dari sebelumnya Rp2,441 triliun pada periode
yang sama tahun 2016. Hal tersebut terjadi
karena terjadi pengurangan dana tambahan
infrastruktur sebesar Rp431,25 triliun.
Sementara itu penurunan juga terjadi pada
PAD yang turun sebesar -39,80%
dibandingkan periode yang sama tahun
2016. Seluruh komponen PAD mengalami
penurunan, tercatat penurunan terdalam
terjadi pada lain-lain PAD yang sah yang
mengalami penurunan sebesar -88,49%.
Secara kumulatif, pendapatan APBD Papua
tahun 2017 meningkat sebesar 2,95%
dibanding tahun 2016. Tercatat pos
pendapatan APBD Papua mencapai
Rp13,056 meningkat dari sebelumnya
Rp12,681 triliun pada tahun 2016.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh naiknya pendapatan dari dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah yang masing-masing
mengalami kenaikan sebesar 5,16% dan
3,24%. Di sisi lain, PAD Papua mengalami
penurunan sebesar -6,08%. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dilihat bahwa pendapatan
APBD Papua masih sangat bergantung
terhadap dana transfer dari Pemerintah
Pusat. Di sisi lain, PAD Papua masih sangat
rendah dinilai masih belum optimal sehingga
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Papua Tahun 2017*
Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD), diolah *Data sementara
Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD), diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik 2.7 Realisasi Pendapatan APBD Lain-lain Pendapatan Daerah
Grafik 2.8 Pangsa Pendapatan APBD Papua triwulan IV 2017
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017 Tw-IV 2016 Tw-IV 2017 Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
PENDAPATAN 4.791,60 3.338,25 13.065,98 14.116,82 12.681,82 13.056,27
Pendapatan Asli Daerah 605,62 364,61 1.161,42 1.362,34 1.133,63 1.064,67
Pajak daerah 455,69 346,09 879,02 1.045,48 794,32 761,25
Retribusi daerah 18,49 3,50 83,19 82,93 58,30 65,58
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 0,95 - 52,81 52,81 53,51 0,72
Lain-lain PAD yang sah 130,50 15,02 146,40 181,12 227,51 237,13
Dana Perimbangan 722,49 1.109,20 3.949,27 4.543,83 3.595,09 3.780,55
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 154,49 168,98 921,39 606,16 764,47 413,01
Dana Alokasi Umum 417,07 308,84 2.502,45 2.570,12 2.502,45 2.338,20
Dana Alokasi Khusus 150,92 631,38 525,43 1.367,55 328,17 1.029,34
Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 2.441,39 2.027,10 7.822,62 8.210,65 7.953,10 8.211,04
Pendapatan Hibah 5,13 0,14 7,50 0,68 5,31 0,74
Dana Otonomi Khusus 1.348,76 1.368,29 5.395,05 5.580,15 5.395,05 5.580,15
Dana Tambahan Infrastruktur 1.087,50 656,25 1.987,50 2.625,00 1.987,50 2.625,00
Lain - Lain Pendapatan Daerah Lainnya - 2,42 432,57 4,83 - 5,15
sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)
Realisasi (Rp Miliar)KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH
Pagu (Rp Miliar) Realisasi Kumulatif (Rp Miliar)
31,21%
68,42%
25,00%
54,72%
0,00%
24,69%
20,90%
24,52%
25,00%
0,00%
Lain - Lain PendapatanDaerah Yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Otonomi Khusus
Dana TambahanInfrastruktur
Lain - Lain PendapatanDaerah Lainnya
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
10,9%
33,2%
60,7%
PAD Dana Perimbangan Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
23
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
harus dicari sumber-sumber pendapatan baru
untuk meningkatkan PAD Papua.
Berdasarkan realisasinya, secara kumulatif
2017 pos pendapatan APBD mencapai
92,49% lebih rendah dari realiasasi tahun
2016 yang mencapai 97,06%. Realisasi
terbesar tercatat pada pos lain-lain
pendapatan daerah yang sah yang
mencatatkan realisasi lebih dari 100%.
Sementara itu realisasi dana perimbangan
dan PAD berturut-turut sebesar 83,20% dan
78,15%. Realisasi PAD yang rendah
disebabkan oleh realisasi hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan yang
sangat rendah hanya sebesar Rp720 juta atau
1,36% dari Pagu yang telah ditetapkan. Hal
tersebut terjadi karena terjadi masalah pada
BUMD di Papua, dimana 5 dari 7 BUMD
Papua dipailitkan akibat selalu merugi.
2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah
Provinsi Papua
Realisasi belanja APBD Papua pada triwulan
IV 2017 mengalami peningkatan dibanding
periode yang sama tahun 2016. Tercatat
pada triwulan IV 2017 Belanja APBD Papua
naik 29,53% menjadi Rp 6,837 triliun dari
sebelumnya Rp 5,278 triliun pada periode
yang sama tahun 2016. Peningkatan terbesar
berasal dari peningkatan belanja tidak
langsung yang naik sebesar 50,88% (yoy)
dan peningkatan belanja langsung sebesar
16,80% (yoy).
Berdasarkan jenisnya, pada triwulan IV 2017
belanja APBD Papua didominasi oleh belanja
langsung sebesar 57% dari seluruh total
belanja. Tercatat belanja langsung mencapai
Rp 3,876 meningkat dari sebelumnya
Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD), diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik 2.9 Realisasi Pendapatan APBD Dana Perimbangan
Grafik 2.10 Realisasi Pendapatan APBD Pendapatan Asli daerah
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Papua Tahun 2017*
Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD), diolah *Data sementara
18,29%
16,77%
16,67%
28,72%
24,41%
27,88%
12,02%
46,17%
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/BagiHasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
52,14%
51,84%
22,22%
1,80%
89,14%
26,76%
33,10%
4,21%
0,00%
8,29%
TOTAL PAD
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaankekayaan daerah yang
dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
Tw-IV 2016 Tw-IV 2017 Tw-IV 2016 Tw-IV 2017 Tw-IV 2016 Tw-IV 2017
Belanja 5.278,86 6.837,57 13.613,70 15.083,88 11.957,23 13.281,81
Belanja Tidak Langsung 1.959,84 2.957,04 7.507,78 8.072,07 6.777,45 7.604,43
Belanja Pegawai 358,08 463,14 1.082,23 1.358,39 981,81 1.103,63
Belanja Subsidi dan Bantuan Sosial 67,26 15,11 153,75 131,51 145,77 96,90
Belanja Hibah 225,86 501,14 1.172,68 1.089,14 1.077,61 1.026,06
Belanja Bagi Hasil Pajak daerah kepada kabupaten/Kota 207,45 165,24 362,83 383,67 313,26 306,39
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/
Kota/Pemerintah Kampung dan Partai Politik
1.101,14 1.812,41 4.730,79 5.094,36 4.258,95 5.071,45
Belanja Tidak Terduga 0,05 - 5,52 15,00 0,05 -
Belanja Langsung 3.319,02 3.876,78 6.105,92 7.011,81 5.179,78 5.363,51
Belanja Pegawai 134,35 149,52 261,79 278,96 235,14 247,33
Belanja Barang dan Jasa 1.500,63 1.947,00 2.890,28 3.202,63 2.454,30 3.098,61
Belanja Modal 1.684,05 1.780,26 2.953,85 3.530,22 2.490,33 2.327,71
Aset lainnya - - - - - -
sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)
KOMPONEN BELANJA DAERAHPagu (Rp Miliar)Realisasi (Rp Miliar) Realisasi Kumulatif (Rp Miliar)
Grafik 2.13 Realisasi Belanja APBD Papua Triwulan IV 2017
Grafik 2.14 Pangsa Belanja APBD Papua Triwulan IV 2017
24
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Rp3,319 triliun. Peningkatan tersebut
terutama didorong oleh peningkatan belanja
barang dan jasa serta belanja modal dengan
realisasi masing-masing sebesar Rp 1,947
triliun dan Rp 1,780 triliun. Peningkatan
belanja pada pos belanja barang dan jasa dan
belanja modal sejalan dengan program
pemerintah Provinsi Papua dalam mendorong
pembangunan infrastruktur dasar. Salah satu
proyek pembangunan infrastruktur yang
telah selesai dibangun pada triwulan IV 2017
adalah pembangunan jembatan Kali Kabur 3
di Kabupaten Yahukimo dengan nilai proyek
sebesar Rp84,847 miliar. Selain itu,
pemerintah juga melakukan percepatan
pembangunan sarana-prasarana pendukung
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua
yang akan diselenggarakan pada tahun 2020.
Secara kumulatif, realisasi belanja APBD
Papua tahun 2017 sebesar Rp13,281 triliun
naik 11,08% (yoy) dibanding realisasi pada
periode yang sama tahun 2016. Secara
keseluruhan realisasi tersebut mencapai
88,05% dari pagu anggaran 2017 yang
sebesar Rp 15,083 triliun. pencapaian
tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan
realisasi tahun 2016 yang mencapai 87,83%.
Peningkatan realisasi tersebut terutama
didorong oleh realisasi belanja tidak langsung
yang mencatatkan realisasi sebesar 94,21%
lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar 90,27%.
Peningkatan belanja tidak langsung pada
tahun 2017 disebabkan oleh naiknya belanja
bantuan keuangan kepada pemerintah
daerah dan desa serta partai politik sebesar
19,08% (yoy).
Sementara itu, realisasi belanja langsung
meningkat secara nominal namun menurun
secara persentase penyerapannya. Tercatat
belanja langsung mencapai Rp5,363 triliun
dengan persentase realisasi sebesar 76,49%.
Peningkatan realisasi belanja langsung
terutama didorong oleh naiknya belanja
barang dan jasa sebesar 26,25%
dibandingkan tahun 2016.
Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD), diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik 2.11 Realisasi Belanja APBD Papua 2017 Grafik 2.12 Pangsa Pendapatan APBD Papua triwulan IV 2017
87,83%
90,27%
84,83%
89,82%
84,92%
84,31%
88,05%
94,21%
76,49%
88,66%
96,75%
65,94%
Belanja
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Pegawai
Barang dan Jasa
Modal
TO
TAL
Bel
anja
Lan
gsu
ng
2016 2017Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
57%43%
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
25
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
BOKS
PENYALURAN DANA DESA DI PAPUA
Dana Desa Sebagai Pendorong
Kemandirian Desa
Sebagai wujud pengakuan Negara terhadap
Desa, khususnya dalam rangka memperjelas
fungsi dan kewenangan desa, serta
memperkuat kedudukan desa maka
disusunlah UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yang salah satunya diatur mengenai
penyaluran dana desa.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari
APBN yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat (PP 8 Tahun 2016).
Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum
Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum
Daerah (RKUD) yang selanjutnya dilakukan
pemindahbukuan Rekening Kas Desa (RKD).
Penyaluran Dana Desa dilakukan secara
bertahap, dengan ketentuan sebagai berikut:
tahap I (60%), dilakukan secepatnya bulan
Maret dan selambatnya bulan Juli dan tahap
II dilakukan pada bulan Agustus sebesar
40%.
Dana Desa di Papua
Di Papua, dana desa merupakan salah satu
komponen pendapatan daerah yang
digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Tercatat
pada tahun 2017 total pagu anggaran dana
desa di Papua sebesar Rp4,3 triliun atau
sekitar Rp1,52 juta perkapita naik 27%
dibanding pagu anggaran dana desa tahun
2016 sebesar Rp3,37 triliun untuk 5.420
kampung.
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik B1.1 Peta Realisasi Penyaluran Dana Desa Tahun 2017
26
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA FEBRUARI 2018
Sampai dengan triwulan IV 2017, realisasi
penyaluran dana desa di Papua baru
mencapai Rp3,35 triliun atau 77,9% dari
pagu anggaran dana desa Papua tahun 2017.
Realisasi tersebut jauh lebih rendah dari
realisasi tahun 2016 sebesar 98,8%.
Penyaluran dana desa terbesar di Papua di
Kabupaten Tolikara sebesar Rp406,52 miliar,
sedangkan yang terendah di Kota Jayapura
sebesar Rp15,89 miliar.
Terdapat 9 Kabupaten yang realisasi dana
desanya kurang dari 60%, mayoritas berada
di wilayah pegunungan Papua, yaitu Kab.
Puncak Jaya, Kab. Mappi, Kab. Keerom, Kab.
Tolikara, Kab. Waropen, Kab. Yahukimo,
Kab. Memberamo Tengah, Kab. Dogiyai,
Kab. Yalimo dan Kab. Nduga. Tercatat
realisasi terendah penyaluran dana desa ada
di Kabupaten Dogiyai yang hanya sebesar
Rp36,65 miliar atau sekitar 55% dari seluruh
pagu anggaran.
Secara umum terdapat 3 faktor utama yang
menjadi kendala dalam penyaluran dana desa
di Papua antara lain:
1. Kendala dalam pertanggung jawaban
dana desa di periode sebelumnya.
2. Kurangnya pengetahuan perangkat desa
mengenai administrasi penggunaan dana
desa.
3. Kondisi kemanan yang tidak kondusif
akibat permasalahan internal daerah.
Upaya Optimalisasi
Ke depannya ada beberapa upaya yang dapat
dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penyaluran dana desa. Upaya optimalisasi
tersebut adalah:
1. Penggunaan dana desa diarahkan pada
sektor prioritas.
2. Peningkatan kapasitas SDM perangkat
desa.
3. Peningkatan kapasitas pendamping desa
lokal.
4. Meningkatkan pengawasan
penggunaan dana desa
Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah Sumber : Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, diolah
Grafik B1.2 Jumlah Dana Desa Yang Diterima Kabupaten/Kota di Papua 2017
Grafik B1.3 Realisasi Penyaluran Dana Desa di Papua Tahun 2017
-
50
100
150
200
250
300
KA
B. L
AN
NY
JAYA
KA
B. J
AYA
WIJ
AYA
KA
B. T
OLI
KA
RA
KA
B. Y
AH
UK
IMO
KA
B. B
IAK
-NU
MFO
R
KA
B. A
SMA
T
KA
B. P
AN
IAI
KA
B. P
EGU
NU
NG
AN
BIN
TAN
G
KA
B. P
UN
CA
K J
AYA
KA
B. Y
ALI
MO
KA
B. P
UN
CA
K
KA
B. N
DU
GA
KA
B. J
AYA
PU
RA
KA
B. M
IMIK
A
KA
B. K
EPU
LAU
AN
YA
PEN
KA
B. B
OV
EN D
IGO
EL
KA
B. M
ERA
UK
E
KA
B. I
NTA
N J
AYA
KA
B. M
AP
PI
KA
B. S
AR
MI
KA
B. N
AB
IRE
KA
B. D
EIYA
I
KA
B. M
AM
BER
AM
O R
AYA
KA
B. W
AR
OP
EN
KA
B. K
EER
OM
KA
B. D
OG
IYA
I
KA
B. M
AM
BER
AM
O T
ENG
AH
KA
B. S
UP
IOR
I
KO
TA J
AYA
PU
RA
Rp miliar
79
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
KA
B. L
AN
NY
JAYA
KA
B. J
AYA
WIJ
AYA
KA
B. B
IAK
-NU
MFO
R
KA
B. A
SMA
T
KA
B. P
AN
IAI
KA
B. J
AYA
PU
RA
KA
B. B
OV
EN D
IGO
EL
KA
B. M
ERA
UK
E
KA
B. I
NTA
N J
AYA
KA
B. D
EIYA
I
KA
B. M
AM
BER
AM
O R
AYA
KA
B. S
UP
IOR
I
KO
TA J
AYA
PU
RA
KA
B. N
AB
IRE
KA
B. M
IMIK
A
KA
B. S
AR
MI
KA
B. K
EPU
LAU
AN
YA
PEN
KA
B. P
UN
CA
K
KA
B. P
EGU
NU
NG
AN
BIN
TAN
G
KA
B. T
OLI
KA
RA
KA
B. Y
AH
UK
IMO
KA
B. P
UN
CA
K J
AYA
KA
B. Y
ALI
MO
KA
B. N
DU
GA
KA
B. M
AP
PI
KA
B. W
AR
OP
EN
KA
B. M
AM
BER
AM
O T
ENG
AH
KA
B. K
EER
OM
KA
B. D
OG
IYA
I
%
Prov. Papua
27
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
INFLASI
Tekanan inflasi Papua pada triwulan IV 2017 mengalami kenaikan dibanding dengan triwulan
III 2017 namun masih lebih rendah dibanding inflasi Nasional. Sementara itu, secara tahunan,
selama 2017 inflasi Papua mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016.
Terkendalinya inflasi Papua pada triwulan IV 2017 disebabkan oleh terjaganya inflasi
kelompok komoditas inti dan deflasi kelompok volatile food. Di sisi lain, terjadi peningkatan
inflasi kelompok komoditas administered prices pada triwulan IV 2017.
Secara spasial, kedua kota inflasi di Papua mengalami inflasi. Pada triwulan IV 2017, inflasi
Kota Jayapura lebih tinggi dibanding inflasi di Kabupaten Merauke. Secara umum inflasi
kedua wilayah tersebut terutama disebabkan oleh inflasi kelompok komoditas administered
prices dan komoditas inti.
Mencermati risiko peningkatan harga di Papua, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah
berkoordinasi melaksanakan berbagai kegiatan guna melaksanakan pengendalian harga di
Papua.
28
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
3.1 Inflasi Umum
Tekanan inflasi Papua secara agregat pada
triwulan IV 2017 mengalami kenaikan
dibanding dengan triwulan III 2017 namun
masih lebih rendah dibanding inflasi Nasional.
Realisasi Inflasi Triwulan IV 2017
Realisasi inflasi pada triwulan IV 2017 sebesar
2,11% (yoy) lebih tinggi dari triwulan III 2017
yang sebesar 1,43% (yoy) namun masih lebih
rendah dari inflasi nasional sebesar 3,61%
(yoy).
Secara umum peningkatan inflasi pada
triwulan IV 2017 disebabkan oleh
meningkatnya permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa menjelang perayaan
natal dan tahun baru. Peningkatan harga
terutama terjadi pada kelompok komoditas
Administered Prices dan inflasi komoditas inti.
Inflasi kelompok Administered Prices pada
triwulan IV 2017 mencapai 7,04 % (yoy) dan
inflasi kelompok inti mencapai 2,31% (yoy). Di
sisi lain, penurunan harga terjadi pada
kelompok komoditas volatile food sebesar -
2,05% (yoy).
Berdasarkan jenisnya, Inflasi Papua terutama
dipengaruhi oleh inflasi kelompok komoditas
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
serta kelompok komoditas transpor,
komunikasi dan jasa keuangan yang
mencatatkan inflasi masing-masing sebesar
4,24% (yoy) dan 4,15% (yoy). Peningkatan
kedua kelompok komoditas tersebut
terutama disebabkan oleh tingginya
permintaan masyarakat menjelang perayaan
hari natal dan tahun baru.
Di sisi lain terjadi deflasi pada kelompok
komoditas bahan makanan sebesar -1,35%
(yoy). Produksi yang optimal akibat cuaca
yang mendukung bagi sebagian besar
komoditas dan distribusi yang lancar turut
mendukung penyediaan bahan makanan
sehingga sepanjang triwulan IV 2017
harganya sangat terkendali.
Jika dilihat perbulan selama triwulan IV 2017,
pergerakan inflasi Papua cenderung
mengalami peningkatan. Tercatat pada bulan
Oktober 2017 inflasi Papua sebesar 1,57%
(yoy) kemudian menurun pada bulan
November 2017 menjadi 1,52% (yoy) dan
kembali meningkat menjadi 2,11% (yoy) pada
bulan Desember 2017.
Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy)
Sumber: BPS, diolah
Sumber : BPS, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Papua
I II III IV I II III IV I II III IV
Bahan Makanan 6,27 10,48 11,67 4,34 4,78 8,36 6,84 2,68 6,58 (0,41) (1,16) (1,36)
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8,63 8,74 6,30 5,26 4,62 4,35 6,74 7,10 6,47 6,17 3,75 4,24
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 7,06 7,59 5,12 3,16 2,53 1,67 2,80 2,26 3,18 4,35 3,49 3,26
Sandang 4,37 4,73 3,21 3,91 2,43 3,14 3,05 1,03 1,86 0,95 0,60 1,19
Kesehatan 6,73 7,67 7,46 5,93 4,19 3,29 3,06 2,29 1,41 1,32 0,67 0,87
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,58 4,57 4,75 3,29 2,63 2,62 0,78 0,59 1,64 1,81 2,48 2,50
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 7,29 8,48 6,20 0,50 4,20 8,66 5,73 6,67 1,72 6,11 1,07 4,15
UMUM 6,85 8,20 7,07 3,57 3,76 5,23 4,72 3,26 3,89 3,10 1,43 2,11
sumber: BPS, diolah
20172016Kelompok Komoditas
2015
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Papua Jayapura Merauke Nasional%
29
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Selama triwulan IV 2017 terdapat beberapa
komoditas yang memberikan sumbangan
utama inflasi di Papua. Tercatat dari bulan
Oktober sampai Desember 2017, tarif listrik
dan harga mobil selalu menjadi penyumbang
utama inflasi di Papua.
Tarif Listrik secara berturut-turut dari bulan
Oktober sampai Desember 2017 memberikan
andil sebesar 0,74% (yoy), 0,73% (yoy) dan
0,66% (yoy). Peningkatan tarif listrik sejak
bulan Maret 2017 menyebabkan inflasi
tahunan pada triwulan IV juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.
Sementara itu harga mobil selalu mengalami
peningkatan di awal tahun akibat adanya
kenaikan biaya operasional dan pengaruh
lainnya, akibatnya inflasi tahunan mobil pada
triwulan IV juga naik seiring dengan
peningkatan yang terjadi dari awal tahun.
Pada bulan Desember 2017, peningkatan tarif
angkutan udara mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, tercatat tarif angkutan
udara memberikan andil sebesar 0,39% (yoy).
Tingginya permintaan masyarakat menjelang
perayaan natal dan tahun baru dan
terbatasnya frekuensi penerbangan menjadi
penyebab utama peningkatan tarif angkutan
udara di Papua.
Di sisi lain terdapat beberapa komoditas yang
memberikan sumbangan deflasi utama di
Papua. Tercatat dari bulan Oktober sampai
Desember 2017 terdapat 4 komoditas yang
selalu memberikan sumbangan terbesar yaitu
ikan ekor kuning, mujair, bawang merah dan
gula pasir. Membaiknya tangkapan ikan
seiring cuaca dan gelombang laut yang
kondusif menyebabkan suplai ikan laut
terjaga. Sementara itu curah hujan yang
rendah menyebabkan pertanian bawang
merah dapat panen dengan optimal sehingga
dapat mencukupi seluruh permintaan di
Papua.
Realisasi Inflasi Tahun 2017
Selama tahun 2017 inflasi Papua mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2016.
Tercatat inflasi Papua tahun 2017 sebesar
2,11% (yoy), lebih rendah dari tahun 2016
yang sebesar 3,26% (yoy).
Penurunan Inflasi Papua terutama disebabkan
oleh turunnya kelompok inti dan kelompok
volatile food. Tercatat inflasi kelompok inti
menurun dari tahun 2016 sebesar 3,50 (yoy)
menjadi 2,31% (yoy) pada tahun 2017. Hal
yang sama terjadi pada kelompok volatile
food yang turun dari 1,86% (yoy ) menjadi -
2,05% (yoy).
Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Papua
Sumber: BPS, diolah
Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)
Tarip Listrik 0,74 Tarip Listrik 0,73 Tarip Listrik 0,66
Udang Basah 0,23 Mobil 0,20 Angkutan Udara 0,39
Mobil 0,20 Udang Basah 0,15 Mobil 0,21
Tomat Sayur 0,18 Tarip Pulsa Ponsel 0,13 Angkutan Dalam Kota 0,12
Tarip Pulsa Ponsel 0,14 Roti Tawar 0,11 Roti Tawar 0,11
Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)
Ekor Kuning -0,47 Ekor Kuning -0,30 Ekor Kuning -0,30
Mujair -0,23 Mujair -0,19 Bawang Merah -0,23
Bawang Merah -0,16 Bawang Merah -0,18 Mujair -0,13
Gula Pasir -0,11 Gula Pasir -0,09 Gula Pasir -0,10
Angkutan Udara -0,09 Semen -0,08 Bawang Putih -0,10
INFLASI
DEFLASI
Oktober November Desember
Oktober November Desember
30
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Secara keseluruhan tahun 2017, terdapat
beberapa komoditas yang memberikan
sumbangan yang besar dengan frekuensi
yang tinggi antara lain adalah tarif angkutan
udara dan tarif listrik.
Selama tahun 2017, tarif listrik secara rata-
rata menyumbang inflasi sebesar 0,77% (yoy)
dengan frekuensi sebanyak 8 kali.
Peningkatan tarif listrik terutama disebabkan
oleh penyesuaian tarif listrik oleh pemerintah
untuk golongan 900VA yang telah dilakukan
pada bulan Maret, Mei dan Juli 2017.
Sementara itu, komoditas tarif angkutan
udara secara rata-rata memberikan
sumbangan sebesar 0,19% (yoy). Hal tersebut
terutama disebabkan oleh naiknya tarif
menjelang perayaan hari besar keagamaan
serta momen libur panjang seperti Idul Fitri,
Idul Adha, natal dan tahun baru.
Tracking Inflasi Triwulan I 2018
Sepanjang triwulan I 2018, inflasi secara
umum diperkirakan mencapai 0,67 - 1,07%
(yoy), lebih rendah dari triwulan IV 2017.
Normalisasi tarif angkutan udara dan
permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa pasca perayaan Natal dan tahun baru
menjadi faktor peredam inflasi Papua pada
triwulan I 2018. Kemudian kelompok
komoditas nonmakanan dan energi masing
masing sebesar 171,95 dan 162,19.
Di sisi lain, kenaikan UMP 2018 sebesar
8,71% (yoy) dan kenaikan cukai rokok sebesar
10%, menjadi salah satu faktor pemicu
tekanan inflasi pada triwulan I 2018,
khususnya pada inflasi inti (core) dan
administered price.
Kondisi Inflasi Januari 2018
Realisasi inflasi Papua pada bulan Januari
2018 sebesar -0,60% (mtm) atau secara
tahunan sebesar 1,13% (yoy), lebih rendah
dari bulan Desember 2017 yang mencatatkan
inflasi sebesar 1,94% (mtm).
Deflasi Papua pada bulan Januari 2018
terutama disebabkan oleh turunnya harga
kelompok administered prices yang mencapai
-4,14% (mtm). Penurunan terdalam terjadi
pada komoditas tarif angkutan udara yang
memberikan sumbangan sebesar -0,41%
(mtm) dengan tingkat deflasi sebesar -
16,81%. Berlalunya momen perayaan Natal
dan tahun baru pada bulan Desember 2017
menyebabkan turunnya permintaan
masyarakat terhadap jasa angkutan udara, hal
tersebut yang menyebabkan tarif angkutan
terkontraksi cukup dalam.
Sementara itu, komoditas inti dan volatile
food mengalami inflasi masing-masing
sebesar 0,02% (mtm) dan 0,67% (mtm).
Sumber : BPS, diolah Sumber : Kementerian Pertanian, diolah
Grafik 3.2 Quadrant Analysis Inflasi Papua 2017 (mtm)
Grafik 3.3 Curah Hujan Papua 2015-2017
Angkutan Udara0,77
Tarif Listrik0,11
Cabai Rawit0,14Mujair
0,10
Bawang Putih0,13
Mobil0,19
0,0
0,5
1,0
0 6 12
Frekuensi Inflasi dalam 1 tahun (kali)
Rat
a-r
ata
Sum
ban
gan
In
flas
i (%
, mtm
)
HIGH
LOWHIGH
Komoditas Lain
225,0
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Janu
ari
Feb
ruari
Mar
et
Ap
ril
Mei
Juni
Juli
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
Okto
ber
No
vem
ber
Dese
mber
Jan
uar
i
Feb
ruari
Mar
et
Ap
ril
Mei
Juni
Juli
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
Okto
ber
No
vem
ber
Dese
mber
Jan
uar
i
Feb
ruari
Mar
et
Ap
ril
Mei
Juni
Juli
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
Okto
ber
No
vem
ber
Dese
mber
2015 2016 2017
mm
31
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
3.2 Disagregasi Inflasi
Inflasi Papua selama triwulan IV 2017 tercatat
dalam level yang terkendali sebesar 2,11%
(yoy). Terkendalinya inflasi pada triwulan IV
2017 disebabkan oleh terjaganya inflasi
kelompok komoditas inti dan deflasi
kelompok volatile food. Di sisi lain, terjadi
peningkatan inflasi kelompok komoditas
administered prices pada triwulan IV 2017.
3.2.1 Kelompok Inti (core)
Realisasi Triwulan IV 2017
Inflasi kelompok inti pada triwulan IV 2017
tercatat meningkat dibanding triwulan
sebelumnya dari 2,12% (yoy) menjadi 2,31%
(yoy). Tingginya konsumsi masyarakat
menjelang perayaan Natal dan tahun baru
menjadi pemicu utama peningkatan harga-
harga kelompok inti.
Selain itu, ekspektasi masyarakat terhadap
perubahan harga jangka pendek juga relatif
tinggi berada di level 154,67 walaupun lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar
156,67.
Selanjutnya, jika diuraikan berdasarkan
komponen pangan dan nonpangan,
kelompok inflasi inti pangan pada triwulan IV
2017 mencatatkan inflasi sebesar 3,41% lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar
2,59% (yoy). Peningkatan tersebut sejalan
dengan meningkatnya konsumsi pangan oleh
masyarakat selama berlangsungnya perayaan
hari natal dan tahun baru. Di sisi lain, terjadi
penurunan pada inflasi kelompok inti
nonpangan dari 2,06% (yoy) pada triwulan III
2017 menjadi 2,02% (yoy) pada triwulan IV
2017.
Berdasarkan komoditasnya, peningkatan
inflasi kelompok inti terutama disumbang
oleh meningkatnya harga mobil, roti tawar
dan ikan bakar dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,207% (yoy), 0,106% (yoy)
dan 0,090% (yoy). Hal ini sejalan dengan
informasi dari Kementerian Perindustrian
dimana kenaikan harga kendaraan bermotor
mengalami kenaikan setiap tahun yang
diakibatkan oleh meningkatnya ongkos
produksi dan faktor lainnya seperti nilai tukar
dan pajak kendaraan.
Sumber : BPS, diolah
Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Pangan dan Nonpangan (yoy)
Sumber : BPS, diolah Sumber : Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Papua (yoy) Grafik 3.5 Perkembangan Indeks Konsumen
2,31
-2,05
7,04
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Headline Inflation Core Inflation
Volatile Food Administered Prices
% (yoy)
132,67
150,67 147,33137,33
160,00 154,67
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Oct-17 Nov-17 Dec-17
Perkiraan Pengeluaran untuk konsumsi 3 bulan yang akan datang
Perkiraan perubahan harga barang dan jasa secara umum pada 3 bulan yang akan datang
32
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Realisasi Tahun 2017
Selama 2017, inflasi inti mengalami
penurunan dibanding tahun 2016. Tercatat
inflasi inti pada tahun 2017 sebesar 2,31%
(yoy) lebih rendah dari tahun 2016 sebesar
3,50% (yoy).
Komoditas utama penyumbang inflasi
kelompok inti adalah tarif pulsa ponsel, roti
tawar dan mobil dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,18% (yoy), 0,13% (yoy) dan
0,11% (yoy). Peningkatan harga roti tawar
seiring dengan naiknya rata-rata harga
gandum dari $176,3 per ton pada tahun 2016
menjadi $178,18 per ton pada tahun 2017.
Secara keseluruhan inflasi inti di Papua selalu
berapada pada level yang rendah dan stabil.
Terjaganya ekspektasi masyarakat sepanjang
tahun menjadi faktor utama terkendalinya
inflasi inti selama 2017.
Tracking Triwulan I 2018
Berdasarkan hasil asesmen Bank Indonesia,
inflasi kelompok komoditas inti diperkirakan
mencapai 1,95-2,45% (yoy) lebih rendah dari
triwulan IV 2017.
Tidak adanya momen perayaan hari besar dan
libur panjang diperkirakan menjadi peredam
inflasi kelompok inti pada triwulan I 2017.
Selain itu, indeks ekpektasi masyarakat
terhadap perubahan harga 3 bulan yang akan
datang pada bulan Desember 2017 lebih
rendah dari bulan September 2017.
3.2.2 Kelompok Makanan Bergejolak
(Volatile Food)
Realisasi Triwulan IV 2017
Pada triwulan IV 2017, kelompok volatile food
tercatat mengalami deflasi sebesar -2,05%
(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang juga mengalami deflasi sebesar -1,70%
(yoy).
Sejak bulan Oktober sampai Desember 2017
kelompok komoditas volatile food terus
mengalami deflasi berturut-turut sebesar -
2,53% (yoy), -2,35% (yoy) dan -2,05% (yoy).
Bahkan pada bulan Oktober 2017 merupakan
deflasi terendah selama 3 tahun terakhir.
Komoditas utama penyumbang deflasi
kelompok komoditas volatile food antara lain
adalah ikan ekor kuning, bawang merah,
mujair, bawang putih dan cabai rawit dengan
sumbangan masing-masing sebesar -0,299%
(yoy), -0,231% (yoy), -0,126% (yoy), -0,099%
(yoy) dan -0,098% (yoy).
Rendahnya inflasi tersebut salah satunya
disebabkan oleh membaiknya tangkapan hasil
laut yang didukung gelombang laut yang
masih ideal terutama di sekitar perairan
Arafuru dan perairan utara Jayapura dengan
tinggi gelombang sekitar 1-1,5m. Selain itu
Sumber : Survei Konsumen BI, diolah Sumber : PIHPS, diolah
Grafik 3.7 Indeks Perkiraan Harga 3 Bulan Grafik 3.8 Perkembangan Komoditas Utama Volatile Food
137,33
160154,67
100
110
120
130
140
150
160
170
180
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s
Sep
Okt
No
v
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s
Sep
Okt
No
v
Des
2016 2017
Perkiraan perubahan harga 3 bulan YAD
33
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
terjaganya produksi pertanian dan
hortikultura membuat kondisi pasokan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hasil pemantauan harga dalam
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
(PIHPS) menunjukkan mayoritas komoditas
volatile food cenderung stabil sepanjang
triwulan IV 2017, hanya bawang merah yang
mengalami kenaikan. Sementara itu, daging
ayam dan cabai rawit mengalami penurunan
dan beras tidak mengalami perubahan harga.
Realisasi Tahun 2017
Selama 2017 inflasi kelompok volatile food
mengalami kenaikan inflasi tertinggi pada
triwulan I sebesar 5,92% (yoy) dan kemudian
terus mengalami penurunan sampai mencapai
deflasi pada triwulan II sebesar -1,68% (yoy).
Inflasi yang terjadi pada triwulan I 2017
disebabkan oleh tingginya curah hujan di
Papua.
Tercatat pada bulan Januari 2017 merupakan
puncak musim hujan di papua dengan
intensitas sebesar 1000-1200 mm, hal
tersebut menyebabkan beberapa ladang
pertanian rusak dan tidak bisa di tanami.
Selain itu beberapa kota dan kabupaten di
Papua mengalami banjir pada bulan Maret
sampai April 2017. Kemudian sejak bulan Juni
sampai Desember 2017, kelompok komoditas
volatile food mengalami deflasi dan mencapai
titik terendahnya pada bulan Oktober 2017
sebesar -2,53% (yoy). Penurunan tersebut
seiring dengan membaiknya cuaca Papua
sehingga pada triwulan III dan IV sehingga
komoditas pertanian bisa berproduksi secara
normal.
Berdasarkan komoditasnya, cabai rawit
menjadi penyumbang utama inflasi kelompok
volatile food. Tercatat sumbangan inflasi cabai
rawit selama 2017 sebesar 0,75% (yoy), lebih
tinggi dari tahun 2016 sebesar 0,09% (yoy).
Kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi
salah satu faktor penghambat produksi cabai
rawit.
Di sisi lain, ikan ekor kuning menjadi
penyumbang utama deflasi kelompok volatile
food tahun 2017. Tercatat, pada tahun 2017
ikan ekor kuning memberikan sumbangan
rata-rata sebesar -0,27% (yoy), lebih rendah
dari tahun 2016 yang sebesar 0,46% (yoy).
Terjaganya produksi tangkapan ikan di
perairan Jayapura Utara menjadi faktor utama
terjaganya inflasi ikan ekor kuning pada tahun
2017.
Tracking Triwulan I 2018
Inflasi kelompok komoditas volatile food pada
triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari
triwulan IV 2017 yaitu sebesar -5,34 s.d. -
4,84% (yoy). Berdasarkan informasi, klaster
komoditas bawang dan cabai rawit binaan
Bank Indonesia pada triwulan I 2018 akan
mengalami puncak panen. Berdasarkan
informasi tersebut, terjaganya pasokan
menjadi faktor utama terkendalinya inflasi
volatile foods pada triwulan I 2018.
Di sisi lain, curah hujan di Papua mengalami
peningkatan dan mencapai puncaknya pada
triwulan I 2018. Hal tersebut dapat menjadi
risiko peningkatan inflasi komoditas volatile
food pada triwulan ini. Proyeksi inflasi
Sumber : BMKG, diolah
Grafik 3.9 Prakiraan Curah Hujan Maret 2018
34
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
kelompok volatile food diperkirakan bias ke
atas.
3.2.3 Kelompok Harga Yang Diatur
Pemerintah (Administered Prices)
Realisasi Triwulan IV 2017
Kelompok komoditas administered prices
pada triwulan IV mengalami peningkatan
yang signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya dari 3,86% (yoy) menjadi 7,04%
(yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi
antara lain adalah tarif listrik, angkutan udara
dan angkutan dalam kota dengan sumbangan
masing-masing sebesar 0,656% (yoy),
0,388% (yoy), 0,207% (yoy) dan 0,121%
(yoy).
Peningkatan tarif listrik telah dilakukan sejak
bulan Mei 2017 dengan frekuensi sebanyak 3
kali. Berdasarkan hal tersebut, tarif listrik di
triwulan IV menjadi lebih tinggi dibanding
triwulan yang sama tahun 2016.
Sementara itu, peningkatan tarif angkutan
udara dan tarif dalam kota seiring dengan
berlangsungnya perayaan hari natal dan
Tahun baru di akhir triwulan IV 2017.
Terbatasnya frekuensi penerbangan dari dan
ke wilayah Papua disertai dengan tingginya
permintaan menyebabkan harga tiket
angkutan udara selalu mengalami kenaikan.
Berdasarkan informasi, pihak operator
penerbangan telah melakukan pengajuan
penambahan frekuensi dan destinasi namun
terkendala jadwal dan jam operasional
bandara yang terbatas. Pihak pengelola
bandara telah mengusahakan agar
penambahan frekuensi dan destinasi dapat
dilaksanakan pada tahun 2018 sehingga
dapat menekan tarif angkutan udara
terutama menjalang hari besar dan libur
panjang.
Realisasi Tahun 2017
Selama 2017, inflasi kelompok administered
prices berada pada level yang cukup tinggi.
Tercatat inflasi kelompok administered prices
pada tahun 2017 sebesar 7,04% (yoy), lebih
tinggi dari tahun 2016 sebesar 6,24% (yoy).
Peningkatan inflasi kelompok administered
prices pada tahun 2017 terutama disumbang
oleh komoditas tarif listrik dan tarif angkutan
udara.
Tercatat, inflasi tarif listrik pada tahun 2017
memberikan sumbangan sebesar 0,77%
(yoy), lebih tinggi dari tahun 2016 yang
sebesar 0,04% (yoy). Inflasi tarif listrik dipicu
oleh naiknya tarif dasar listrik golongan 900
VA sejak bulan Maret 2017.
Selain itu, peningkatan inflasi kelompok
administered prices juga disebabkan oleh
naiknya inflasi tarif angkutan udara. Tercatat,
tarif angkutan udara pada tahun 2017
memberikan sumbangan rata-rata sebesar
0,19% (yoy), lebih rendah dari 2016 yang
memberikan sumbangan sebesar 0,74%
(yoy).
Inflasi tarif angkutan udara dipicu oleh
meningkatnya permintaan masyarakat
terhadap angkutan udara menjelang
perayaan hari besar keagamaan seperti Idul
Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun baru.
Terbatasnya frekuensi penerbangan dan
Sumber : BPS, diolah
Grafik 3.10 Inflasi Angkutan Udara
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-2
-1
-1
0
1
1
2
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2016 2017
Umum Inflasi tanpa angkutan udara Inflasi Angkutan Udara (sk. Kanan)
35
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
minimnya jam operasional bandara
menyebabkan harga angkutan udara
melambung tinggi diatas batas atas yang
ditentukan oleh pemerintah.
Tracking Triwulan I 2018
Memasuki triwulan I 2018, inflasi kelompok
komoditas administered prices diperkirakan
akan naik berkisar 8,57%-9,07% (yoy).
Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya
harga beberapa komoditas antara lain naiknya
cukai rokok per 1 Januari 2018 sebesar 10%
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 146/PMK.010/2017 tentang
Tarif Cukai Hasil Tembakau. Selain itu, wacana
peningkatan tarif dasar listrik untuk golongan
nonsubsidi juga diperkirakan akan menjadi
pemicu inflasi pada kelompok komoditas
administered prices.
3.3 Inflasi Spasial
Pada triwulan IV 2017, inflasi kota Jayapura
lebih tinggi dibanding inflasi di kabupaten
Merauke. Secara umum inflasi kedua wilayah
tersebut terutama disebabkan oleh inflasi
kelompok komoditas administered prices dan
komoditas inti.
3.3.1 Kota Jayapura
Realisasi Triwulan IV 2017
Kota Jayapura pada triwulan IV 2017
mencatatkan inflasi sebesar 2,41% (yoy).
Inflasi tersebut terutama disebabkan oleh
inflasi pada komoditas administered prices
dan komoditas inti yang masing-masing
mencatatkan inflasi sebesar 7,20% (yoy) dan
2,45% (yoy).
Inflasi pada komoditas administered prices
terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik
dan tarif angkutan dengan sumbangan
masing-masing sebesar 0,682% (yoy) dan
0,593% (yoy). Peningkatan tarif listrik dipicu
oleh naiknya tarif dasar listrik 900 VA yang
telah naik sejak bulan Mei 2017. Sementara
itu, peningkatan tarif angkutan udara
disebabkan oleh naiknya permintaan tiket
angkutan udara menjelang perayaan natal
dan tahun baru.
Sementara itu inflasi kelompok inti
disebabkan oleh komoditas roti tawar, ikan
bakar dengan sumbangan masing-masing
sebesar 0,143% (yoy) dan 0,122% (yoy).
Tingginya permintaan masyarakat terhadap
makanan jadi pada perayaan hari natal dan
tahun baru menjadi pendorong utama
terjadinya inflasi pada triwulan IV 2017 di kota
Jayapura.
Realisasi Tahun 2017
Selama tahun 2017, Inflasi kota Jayapura
sebesar 2,41% (yoy), lebih rendah dari
realisasi tahun 2016 sebesar 4,13% (yoy).
Penurunan inflasi kota Jayapura pada tahun
Sumber : BPS, diolah Sumber : PIHPS, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura (yoy)
Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Kab. Merauke (yoy)
2,41
2,45
(1,76)
7,20
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2015 2016 2017
UMUM Core Volatile Food Administered Prices
1,25
1,93
(1,76)
6,58
-5
0
5
10
15
20
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2015 2016 2017
UMUM Core VF AP
36
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
2017 terutama disebabkan oleh turunnya
inflasi kelompok inti dan volatile food.
Tercatat, kelompok inti mengalami inflasi
sebesar 2,45% (yoy), lebih rendah dari tahun
2016 sebesar 3,30% (yoy). Sementara itu,
kelompok volatile food mengalami deflasi
sebesar -1,76% (yoy), menurun dari tahun
2016 sebesar 5,39% (yoy). Secara umum,
penurunan inflasi kelompok inti disebabkan
oleh terjaganya ekspektasi masyarakat
terhadap inflasi selama tahun 2017.
Sementara itu, penurunan penurunan inflasi
kelompok volatile food disebabkan oleh
terjaganya pasokan sepanjang tahun.
Komoditas utama penyumbang inflasi kota
Jayapura pada tahun 2017 adalah komoditas
cabai rawit. Tercatat sumbangan rata-rata
komoditas cabai rawit sebesar 0,99% (yoy),
meningkat dari tahun 2016 sebesar 0,16%
(yoy). Inflasi komoditas cabai rawit dipicu oleh
berkurangnya pasokan yang disebabkan oleh
kondisi cuaca yang tidak menentu selama
tahun 2017.
Selain itu, inflasi tarif listrik juga menjadi
penyumbang utama inflasi Kota Jayapura.
Tercatat, inflasi tarif listrik memberikan
sumbangan rata-rata sebesar 0,77% (yoy),
meningkat dari tahun 2016 sebesar 0,04%
(yoy).
Tracking Triwulan I 2018
Pada triwulan I 2018, risiko inflasi terutama
bersumber dari kelompok volatile food.
Berdasarkan hasil tracking Survei Pemantauan
Harga (SPH) sampai minggu ke-3 Februari
2018, tercatat inflasi kota Jayapura sebesar
0,78% (mtm).
Kelompok volatile food menjadi penyumbang
utama inflasi dengan sumbangan sebesar
0,67% (mtm). Berdasarkan jenisnya,
komoditas cabai merah dan cabai rawit
menjadi penyumbang utama kelompok
volatile food dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,19% (mtm) dan 0,15%
(mtm). Intensitas hujan yang tinggi selama
triwulan I 2018 diperkirakan dapat
menggangu produksi dan pasokan kelompok
volatile food.
Sementara itu, kelompok administered prices
memberikan sumbangan sebesar 0,11%
(mtm) yang terutama dipicu oleh Angkutan
udara dengan sumbangan inflasi sebesar
0,13% (mtm).
Di sisi lain, kelompok inti memberikan
sumbangan sebesar -0,004% (mtm).
Terjaganya inflasi kelompok inti disebabkan
oleh terjaganya ekspektasi masyarakat
terhadap perubahan harga selama triwulan I
2018, seiring berlalunya even musiman.
3.3.2 Kabupaten Merauke
Realisasi Triwulan IV 2017
Kabupaten Merauke pada triwulan IV 2017
mencatatkan inflasi sebesar 1,25% (yoy),
lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar 0,83%
(yoy). Inflasi Kabupaten Merauke terutama
disebabkan oleh inflasi pada komoditas
administered prices dan komoditas inti yang
masing-masing mencatatkan inflasi sebesar
6,58% (yoy) dan 1,93% (yoy).
Inflasi pada kelompok administered prices
terutama disebabkan oleh peningkatan harga
tarif listrik, angkutan dalam kota dan rokok
kretek filter dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,569% (yoy), 0,463% (yoy)
dan 0,135% (yoy). Tingginya mobilitas
masyarakat menjelang perayaan natal dan
tahun baru menyebabkan tarif angkutan
dalam kota meningkat. Sementara naiknya
tarif dasar listrik golongan 900 VA sejak bulan
37
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Mei 2017 menyebabkan peningkatan harga
listrik secara tahunan juga meningkat.
Sementara itu, inflasi komoditas inti
disebabkan oleh peningkatan biaya jaringan
saluran tv dan batu bata dengan sumbangan
masing-masing sebesar 0,123% (yoy) dan
0,100% (yoy). Peningkatan tarif saluran tv
sejalan dengan naiknya tarif listrik yang
menyebabkan biaya operasional provider
yang juga meningkat.
Realisasi Tahun 2017
Selama tahun 2017, inflasi Kabupaten
Merauke sebesar 1,25% (yoy), lebih tinggi
dari tahun 2016 sebesar 0,82%. Peningkatan
inflasi kabupaten Merauke terutama
disebabkan oleh inflasi kelompok
administered prices.
Tercatat, inflasi administered prices tahun
2017 sebesar 6,58% (yoy), lebih rendah dari
tahun 2016 sebesar 9,12% (yoy). Komoditas
utama kelompok administered prices yang
memberikan sumbangan inflasi terbesar
adalah komoditas tarif listrik dan tarif
angkutan udara.
Komoditas tarif listrik menjadi penyumbang
inflasi terbesar di kabupaten Merauke dengan
rata-rata sumbangan sebesar 0,77% (yoy),
lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar 0,06%
(yoy). Peningkatan inflasi tarif listrik dipicu,
naiknya tarif dasar listrik golongan 900 VA
sejak bulan Mei 2017.
Selain itu, inflasi kabupaten Merauke
disebabkan oleh tarif angkutan udara.
Tercatat sumbangan rata-rata tarif angkutan
udara pada tahun 2017 memberikan
sumbangan masing-masing sebesar 0,51%
(yoy), menurun dari tahun 2016 sebesar
0,96% (yoy).
Tracking Triwulan I 2018
Pada triwulan I 2018, inflasi kabupaten
Merauke diperkirakan lebih tinggi dari
triwulan IV 2017. Peningkatan harga
kelompok volatile food diperkirakan menjadi
penyumbang utama inflasi Kabupaten
Merauke.
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga
(SPH), komoditas cabai merah dan cabai rawit
mengalami peningkatan harga tertinggi.
Tercatat, di pasar tradisional inflasi komoditas
cabai merah dan cabai rawit mengalami inflasi
sebesar 95,65% (mtm) dan 51,61% (mtm).
Sementara itu, di pasar modern inflasi
komoditas cabai merah dan cabai rawit
sebesar 20,00% (mtm) dan 37,50% (mtm).
Peningkatan harga komoditas cabai merah
dan cabai rawit disebabkan oleh intensitas
hujan yang tinggi di kabupaten Merauke
sehingga menggangu produksi komoditas
cabai merah dan cabai rawit.
3.4 Program Pengendalian Inflasi Papua
Koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank
Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu
terus diperkuat terutama dalam menghadapi
berbagai risiko yang dapat terjadi baik karena
faktor alam seperti cuaca yang tidak menentu
yang dapat mengakibatkan gagal panen serta
risiko kenaikan harga-harga yang diatur
pemerintah. Selama periode triwulan IV 2017
Bank Indonesia bersama dengan TPID di
Papua melaksanakan berbagai kegiatan yaitu:
Mendorong pembentukan klaster padi dan
cabai di Merauke untuk meningkatkan
ketahanan pangan di Merauke.
Mendorong pembentukan klaster bawang
putih di kabupaten Jayawijaya.
38
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Melaksanakan rapat teknis TPID Provinsi
Papua dan kota Jayapura menjelang natal
dan tahun baru.
Bank Indonesia bersama dengan satgas
pangan telah melakukan operasi pasar dan
sidak langsung ke lapangan untuk
memastikan kesiapan stok pangan
menjelang natal dan tahun baru.
Dalam mengantisipasi tekanan inflasi ke
depan, TPID akan melaksanakan berbagai
kegiatan guna melaksanakan pengendalian
harga di daerah yaitu:
Melaksanakan High Level Meeting TPID
untuk membahas pengendalian harga
barang dan tarif angkutan udara dengan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Untuk menjaga kestabilan harga dan
kecukupan stok kebutuhan komoditas
pangan, diperlukan tindakan operasi
pasar dan inspeksi di lapangan
sehingga pemantauan harga dapat
lebih optimal utamanya dalam
menekan aksi penimbunan dan
spekulasi oleh distributor, produsen
maupun pedagang di lapangan.
2. Diperlukan sosialisasi dan publikasi
kepada masyarakat baik melalui
media cetak maupun elektronik
tentang kondisi pasokan, harga dan
kegiatan TPID dalam melakukan pasar
murah di seluruh wilayah Papua. Hal
tersebut bertujuan untuk mengurangi
asimetri informasi sehingga pola
konsumsi masyarakat dapat lebih
rasional terutama dalam menghadapi
hari besar keagamaan dan even
musiman.
3. Diperlukan komunikasi dan koordinasi
yang baik antar Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) dan instansi terkait
dalam penyusunan program sehingga
tercipta sinergi / sinkronisasi
pelaksanaan program pengendalian
inflasi dan menghindari tumpang
tindih kegiatan.
4. Melihat kecenderungan naiknya harga
tiket pada saat perayaan hari raya
keagamaan dan di akhir tahun, maka
operasional bandara perlu lebih
dioptimalkan, termasuk juga
penambahan armada penerbangan
dari/ke Jayapura. Pengalihan
pengelolaan bandara kepada Angkasa
Pura dapat menjadi pertimbangan
untuk optimalisasi bandara ke depan.
Selain itu, upaya pembentukan TPID tetap
perlu direalisasikan dalam upaya sinkronisasi
program pengendalian inflasi di daerah.
Sebagai informasi, hingga Februari 2018 telah
terbentuk 28 TPID dari 29 kabupaten/kota di
Papua, hanya kabupaten Mappi yang secara
resmi belum membentuk TPID.
Terkait pembentukan TPID tersebut, KPwBI
Provinsi Papua akan terus mengoptimalkan
peran TPID di masing-masing daerah dalam
mengendalikan inflasi, misalnya melalui rapat
koordinasi daerah dan capacity building.
Selain itu, KPwBI Provinsi Papua akan terus
mendorong pembentukan TPID di kabupaten
Mappi yang belum memiliki TPID.
39
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
BOKS
PENGARUH TRANSPORTASI UDARA TERHADAP INFLASI DI PAPUA
Sistem transportasi udara merupakan bagian
integral dari sektor transportasi suatu negara.
Di Indonesia, sistem transportasi udara, selain
untuk memindahkan penumpang dan barang
(cargo), juga memiliki peran penting yaitu
mengembangkan dan meningkatkan
perekonomian suatu daerah dan membantu
membuka akses kepada daerah-daerah
terpencil yang hanya bisa dijangkau oleh
transportasi udara seperti di Papua.
Kondisi geografis Papua yang relatif sulit
dijangkau dengan moda trasportasi darat
menjadikan kendala terbesar dalam distribusi
di Papua hingga saat ini. Salah satu cara
mengatasi kendala ini adalah dengan
menggunakan transportasi udara yang
menjadi salah satu moda transformasi utama
yang digunakan untuk menjangkau daerah-
daerah di Papua. Di sisi lain, hingga saat ini,
harga tiket pesawat relatif tinggi dan
berfluktuasi.
Saat ini terdapat 11 maskapai nasional yang
beroperasi di Papua melayani angkutan
penumpang & barang (cargo) yaitu Airlines
PNG, Batik Air, Express Air, Garuda Indonesia,
Lion Air, Sriwijaya Air, Susi Air, Trigana Air
Service, Wings Air, Citilink dan NAM Air.
Maskapai-maskapai ini melayani sejumlah
rute di Papua baik tingkat kabupaten maupun
ibukota provinsi. Jumlah ini belum termasuk
penerbangan-penerbangan perintis dan
penerbangan khusus barang (cargo) yang
banyak terdapat di Papua guna mendukung
konektivitas antar daerah.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara per Oktober 2017
tercatat sebanyak 25.051 pesawat datang ke
Bandar Udara Sentani di Jayapura, sedangkan
sebanyak 25.702 pesawat keluar dari Bandar
Udara Sentani di Jayapura. Sejalan dengan hal
tersebut jumlah penumpang yang datang
lebih sedikit dibanding jumlah penumpang
yang berangkat yaitu sebanyak 828.042
orang sedangkan penumpang yang
berangkat sebanyak 831.401 orang.
Menggunakan pendekatan market potensial,
dapat diketahui potensi permintaan
masyarakat terhadap tiket pesawat di
Jayapura. Dari sisi permintaan, pada Agustus
2017 terdapat 1.699.000 pekerja di Jayapura
yang diasumsikan berpotensi menggunakan
pesawat terbang. Sementara dari sisi pasokan,
Sumber : Dirjen Perhubungan Udara, diolah Sumber : Dirjen Perhubungan Udara, diolah
Grafik B2.1 Jumlah Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang
Grafik B2.2 Jumlah Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat
688,932
441,664
780,498
847,585 828,024 736,268
535,012
809,742
912,343
831,401
400,000
600,000
800,000
1,000,000
2013 2014 2015 2016 2017
Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
25,091
19,511
28,183
30,967
25,051
25,134
19,690
28,660
31,641
25,702
19,000
21,000
23,000
25,000
27,000
29,000
31,000
33,000
2013 2014 2015 2016 2017
Kedatangan Pesawat Keberangkatan Pesawat
40
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
diasumsikan mayoritas pesawat akan berjenis
Boeing 737-800 dengan jumlah kursi 150.
Mengacu pada data keberangkatan pesawat,
maka dapat diketahui bahwa jumlah
ketersediaan kursi pesawat di Jayapura dalam
satu bulan berkisar 385.500 buah. Hal ini
menggambarkan rasio kursi dan penumpang
sekitar 1:4, yang artinya setiap 1 kursi pesawat
akan diperebutkan oleh 4 orang.
Perbandingan di atas menunjukan tingginya
permintaan oleh masyarakat, yang cenderung
mengalami peningkatan signifikan menjelang
hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal
dan tahun baru. Tingginya permintaan
memicu kenaikan dan fluktuatif tarif pesawat
yang akan berdampak kepada inflasi Papua.
Tercatat pada tahun 2017, rata-rata
sumbangan tarif angkutan udara dalam inflasi
mencapai 0,77% dan 6 kali menjadi
komoditas dengan sumbangan inflasi
tertinggi.
Pemerintah telah melakukan upaya untuk
mengendalikan tarif angkutan udara melalui
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
14 tahun 2016 dengan menetapkan tarif
batas bawah dan tarif batas atas. Untuk jenis
pesawat jet dengan penerbangan rute Jakarta
Jayapura ataupun sebaliknya, tarif batas
bawah dan atas masing-masing ditetapkan
sebesar Rp1.642.000 dan Rp5.473.000.
Penetapan ini dilakukan dengan tujuan
mengendalikan harga agar maskapai tidak
menjual tiket di atas tarif normal.
Namun masih ditemukan harga tiket yang
lebih tinggi dari batas tersebut terutama saat
perayaan hari besar keagamaan. Melihat hal
ini, perlu adanya tindakan nyata serta solusi
bersama dari seluruh pemangku kebijakan
untuk mengendalikan tarif angkutan udara di
Papua.
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan oleh TPID Papua terdapat beberapa
upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah
dan instansi serta lembaga terkait,
diantaranya:
Penambahan jam operasional Bandar
Udara Sentani memungkinkan
bertambahnya slot dan frekuensi
penerbangan dari/ke Jayapura. Diharapkan
dengan semakin banyaknya frekuensi
penerbangan dan maskapai yang
beroperasi di Papua, tarif angkutan udara
akan semakin terkendali dan stabil.
Mempercepat proses pengalihan bandara
Sentani yang selama ini dikelola oleh
Kementerian Perhubungan kepada PT.
Angkasa Pura I yang diharapkan
pengelolaan bandara menjadi lebih
profesional dan efisien.
Penggunaan jenis pesawat yang lebih
besar sehingga mampu menampung
jumlah penumpang lebih banyak.
Sumber : BPS, diolah
Grafik B2.3 Inflasi Angkutan Udara
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-2
-1
-1
0
1
1
2
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2016 2017
Umum Inflasi tanpa angkutan udara Inflasi Angkutan Udara (sk. Kanan)
41
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Kinerja keuangan sektor korporasi dan rumah tangga pada triwulan IV 2017 terjaga
dengan baik dan menjadi penopang stabilitas sistem keuangan secara umum di Papua.
Kinerja sektor korporasi di Papua pada triwulan IV 2017 relatif mengalami kenaikan
dibanding triwulan III 2017. Peningkatan kinerja lapangan usaha tambang menjadi
penopang stabilitas keuangan di sektor korporasi di tengah rendahnya realisasi belanja
pemerintah. Kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan IV 2017 masih
relatif terjaga dengan kualitas kredit yang sedikit membaik.
Sementara kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan IV 2017 masih tumbuh positif,
tercermin dari kondisi dan risiko keuangan di sektor Rumah Tangga yang relatif terjaga.
Perkembangan indikator perbankan di sektor rumah tangga pada triwulan IV 2017
menunjukkan peningkatan, khususnya DPK dan penyaluran kredit. Sementara, kualitas
kredit NPL relatif terjaga dalam batas ketentuan Bank Indonesia.
STABILITAS SISTEM
KEUANGAN
42
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
4.1 ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor
Korporasi
Seiring perbaikan perekonomian, sumber
kerentanan terhadap stabilitas keuangan
daerah di Papua pada triwulan IV 2017
dinilai masih terjaga.
Terdapat dua faktor yang masih
mempengaruhi kerentanan korporasi Papua
pada triwulan IV 2017, yaitu (i) kinerja
lapangan usaha tambang yang masih diliputi
ketidakpastian, dan (ii) realisasi belanja
pemerintah.
Kinerja lapangan usaha pertambangan pada
triwulan IV 2017 menunjukkan peningkatan
yang didukung oleh kenaikan realisasi
ekspor konsentrat. Sementara itu, realisasi
konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2017
mengalami perlambatan. Kondisi tersebut
tercermin dari realisasi belanja nonmodal
yang kembali mengalami kontraksi pada
triwulan IV 2017. Penyesuaian stuktur
pemerintahan pasca pilkada pada
pertengahan 2017 memberikan pengaruh
pada realisasi belanja pemerintah. Kondisi
tersebut perlu mendapat perhatian,
mengingat keterlambatan penyerapan
belanja dapat berdampak pada kinerja
finansial korporasi.
Sementara itu, hasil liaison yang dilakukan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua menunjukkan bahwa tingkat
penjualan domestik mengalami kenaikan.
Rata-rata utilisasi mesin produksi terlihat
mengalami kenaikan yang signifikan.
Sementara, hasil Survei Konsumen
menunjukkan bahwa optimisme masyarakat
terhadap kondisi ekonomi mengalami
peningkatan.
4.1.2. Kinerja Korporasi
Secara umum, kinerja sektor korporasi di
Papua pada triwulan IV 2017 mendukung
peningkatan perekonomian Papua. Hal
tersebut tercermin dari hasil liaison yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua. Beberapa indikator
kinerja perusahaan pada triwulan IV 2017
menunjukkan kondisi kenaikan.
Penjualan Domestik dan Investasi
Penjualan domestik pada triwulan IV 2017
mengalami kenaikan dibanding triwulan III
2017. Tercatat likert scale pada triwulan
laporan sebesar 0,17, lebih tinggi dibanding
triwulan III 2017 yang berada di level -0,5.
Kenaikan penjualan domestik terutama
terjadi pada lapangan usaha Perdagangan
Besar, sejalan dengan pelaksanaan perayaan
natal dan tahun baru. Selain itu, kenaikan
realisasi belanja pemerintah di akhir tahun
juga menjadi faktor pendorong peningkatan
penjualan domestik.
Sementara itu, kinerja komponen investasi
pada triwulan IV 2017 berada di level positif
sebesar 0,83, lebih tinggi dari triwulan III
2017 yang sebesar 0,63. Peningkatan
investasi salah satunya dilakukan oleh
contact liaison di bidang jasa pengangkutan
Sumber : Liaison KPw BI Papua, diolah
Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan
Liaison
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
PenjualanDomestik
utilisasi Investasi Harga Jual TenagaKerja
Upah BiayaBahan Baku
BiayaEnergi
QI 2016 s.d. QIV 2017Likert Scale
49
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
berupa penambahan Rubber Tyred Gantry
(RTG) Crane yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas bongkar muat
petikemas di Pelabuhan Jayapura.
Sementara, contact liaison di lapangan
usaha perdagangan, hotel dan restoran
menyatakan bahwa investasi cenderung
stabil.
Biaya dan Harga Jual
Dari sisi biaya, hasil liaison menunjukkan
bahwa komponen biaya bahan baku
mengalami kenaikan pada triwulan IV 2017.
Indeks kemahalan konstruksi di Papua pada
tahun 2017 merupakan salah satu yang
tertinggi secara nasional.
Di sisi lain, harga jual mengalami kenaikan.
Contact liaison menyatakan bahwa kenaikan
tersebut salah satunya disebabkan oleh
peningkatan permintaan seiring
berlangsungnya even natal dan tahun baru.
Kondisi Keuangan
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua menunjukkan
bahwa kondisi keuangan korporasi pada
triwulan IV 2017 secara umum masih relatif
terjaga. Komponen likuiditas, rentabilitas
dan akses kredit pada triwulan laporan
berada dalam kondisi positif, lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya.
Dari sisi likuiditas, 68% korporasi
menyatakan bahwa kondisi likuiditas
perusahaan masih stabil. Sementara itu,
kenaikan tingkat likuiditas terutama terjadi
pada pelaku usaha di lapangan usaha
perdagangan dan hotel, dimana 18% pelaku
usaha menyatakan bahwa likuiditas
perusahaan mengalami kenaikan. Even
perayaan natal dan tahun baru menjadi salah
satu faktor pendorong kenaikan likuiditas
pada periode laporan.
Dari sisi rentabilitas, 68% korporasi
menyatakan bahwa laba yang dihasilkan
melalui pemanfaatan aset/modal pada
triwulan IV 2017 relatif stabil. Sementara itu,
kenaikan tingkat rentabilitas terutama terjadi
pada korporasi di lapangan usaha
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Papua, diolah
Grafik 4.2 Perkembangan Akses Kredit,
Likuiditas dan Rentabilitas
Sumber : Liaison KPw BI Papua, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Papua, diolah
Grafik 4.3 % Korporasi Berdasar Likuiditas per
Sektor
Grafik 4.4 % Korporasi Berdasar Rentabilitas per
Sektor
18
.18
0
11
.76
-2.6
7
-33
.33
-18
.18 -7
.69
18
.75
35
.85
28
.13
42
.86
46
.38
27
.54
21
.79
24
.32
24
.36
37
.74
29
.69
40
.00
49
.28
34
.78
23
.08
25
.68
29
.49
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV
2016 2017
Akses Kredit Likuiditas korporasi Rentabilitas korporasi
% SBT
0% 20% 40% 60% 80% 100%
LGA
Bangunan
Perdagangan
Hotel
Angkutan
Jasa
Naik Stabil Turun
0% 20% 40% 60% 80% 100%
LGA
Bangunan
Perdagangan
Hotel
Angkutan
Jasa
Naik Stabil Turun
50
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
perdagangan yang dinyatakan oleh 9% dari
responden. Kenaikan tersebut relatif sejalan
dengan kondisi likuiditas, dimana even natal
dan tahun baru menjadi faktor pendorong
kenaikan rentabilitas.
4.1.3. Eksposure Perbankan Sektor
Korporasi
Sejalan dengan perbaikan kinerja korporasi,
intermediasi perbankan kepada sektor
korporasi mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat dari akselerasi pertumbuhan kredit
kepada debitur korporasi. Lebih lanjut, risiko
kredit korporasi yang tercermin dari rasio
NPL mengalami perbaikan walaupun masih
tercatat di atas batas aman. Sementara itu,
Dana Pihak Ketiga (DPK) milik korporasi di
perbankan mengalami kenaikan lebih tinggi
didorong oleh akselerasi deposito dan giro.
Pada periode laporan, DPK korporasi secara
signifikan tumbuh sebesar 83,41% (yoy)
lebih tinggi dibanding pertumbuhan
triwulan III 2017 yang mencapai 10,09%
(yoy). Sementara kredit tumbuh 2,32% (yoy)
setelah mengalami kontraksi pada triwulan
sebelumnya yang sebesar -4,01% (yoy). Di
sisi lain, kualitas kredit mengalami
penurunan, tercermin dari Non Performing
Loans (NPL) yang meningkat dan masih
berada diatas ketentuan Bank Indonesia
sebesar 5%.
Dari sisi kredit, mayoritas kredit korporasi
masih disalurkan ke lapangan usaha
perdagangan, konstruksi dan pertanian. Dari
ketiga lapangan usaha dominan tersebut,
hanya perdagangan yang tumbuh lebih
tinggi disbanding triwulan sebelumnya.
Kenaikan penyaluran kredit pada lapangan
usaha perdagangan sejalan dengan
perayaan natal dan tahun baru. Sementara,
lapangan usaha konstruksi dan pertanian
mengalami kontraksi pada triwulan ini.
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.7 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL Grafik 4.8 % Proporsi Kredit per Sektor
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Korporasi per
Sektor
Grafik 4.6 Perkembangan NPL per Sektor
10%
11%
12%
13%
14%
15%
16%
17%
18%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
DPK (yoy) Kredit (yoy) NPL (sb.kanan)
yoy NPL
16.74% 16.02% 16.20% 17.41% 18.27%13.72% 12.95% 12.80%
21.23% 24.09% 24.74% 21.54% 17.79%21.27% 23.16% 20.43%
26.64%26.82% 26.14% 28.08% 29.74% 32.08% 29.31% 30.14%
6.98% 6.08% 6.52% 6.18% 7.22% 6.86% 10.91% 12.08%
12.46% 11.00% 10.17% 9.54% 8.74% 7.60% 6.88% 6.21%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017 IV 2017
Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy
-50%
-25%
0%
25%
50%
75%
100%
125%
150%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy
yoy
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016
51
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Kinerja keuangan daerah yang kurang
optimal menjadi salah satu penyebab
kontraksi pada lapangan usaha konstruksi.
Dari sisi kualitas kredit, terlihat bahwa
mayoritas lapangan usaha memiliki NPL
diatas 5%. Hanya lapangan usaha pertanian
dan perdagangan yang memiliki NPL
dibawah 5%. Secara mendalam dapat
diketahui bahwa penurunan NPL lapangan
usaha pertanian terjadi sejak triwulan II
2017. Berdasarkan informasi dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), penurunan NPL yang
signifikan tersebut lebih disebabkan oleh
koreksi pembukuan oleh pihak perbankan.
Dari sisi penggunaan, tidak terdapat
perubahan struktur penyaluran kredit,
dimana lebih dari 60% kredit korporasi yang
disalurkan digunakan untuk modal kerja dan
lebih dari 30% untuk kredit investasi.
Penyaluran kredit korporasi untuk modal
kerja pada triwulan IV 2017 tumbuh sebesar
mencapai 0,56% (yoy), mengalami
perbaikan dibanding triwulan III 2017 yang
terkontraksi sebesar 8,04% (yoy). Sementara
itu, kredit investasi meningkat sebesar
8,18% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih
tinggi dari triwulan III 2017 yang tumbuh
sebesar 7,75% (yoy). Kondisi tersebut relatif
sejalan dengan realisasi berbagai proyek
pembangunan yang cenderung meningkat
di akhir tahun.
Sementara itu, kualitas kredit baik modal
kerja maupun investasi pada triwulan
laporan belum menunjukkan perbaikan yang
signifikan dan masih berada diatas 5%.
Perbaikan NPL tersebut sejalan dengan siklus
pencairan belanja pemerintah di akhir tahun
sehingga kemampuan pembayaran
korporasi relatif meningkat.
Dari sisi DPK, komposisi giro masih menjadi
yang paling dominan pada triwulan IV 2017
dengan persentase penempatan lebih dari
50%. Sementara penempatan dana pada
komponen tabungan dan deposito di
triwulan III 2017 masing-masing sebesar
22,5% dan 13,7%.
Dalam perkembangannya, giro tumbuh
sebesar 75,08% (yoy) pada triwulan laporan.
Demikian juga dengan deposito yang
tumbuh positif sebesar 66,64% (yoy).
Sementara, tabungan mengalami
pertumbuhan signifikan sebesar 110,63%
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.9 % Proporsi Kredit Berdasar
Penggunaan
Grafik 4.10 Kinerja Kredit dan NPL Berdasar
Penggunaan
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.11 Perkembangan DPK
75.53% 75.83%66.24% 64.72% 63.35% 64.66% 63.46% 63.61%
23.58% 23.14%32.28% 34.09% 36.19% 35.00% 36.23% 36.04%
0.89% 1.03% 1.48% 1.19% 0.46% 0.34% 0.31% 0.35%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017 IV 2017
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV
2016 2017
g Modal Kerja (sb.kanan) g Investasi (sb.kanan) NPL Modal Kerja NPL Investasi
yoy
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Giro (sb.kanan) Tabungan (sb.kanan) Deposito (sb.kanan)
g Giro g Tabungan g Deposito
yoy Pangsa
52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
III 2017 yang sebesar 35,69% (yoy).
4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah
Tangga
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
kerentanan sektor Rumah Tangga, yaitu
pendapatan, tingkat konsumsi dan persepsi
terhadap harga. Berdasarkan hasil Survei
Konsumen (SK) pada triwulan IV 2017 yang
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Papua, dapat
diketahui bahwa tingkat keyakinan
masyarakat terhadap kondisi perekonomian
cenderung semakin optimis.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
optimisme masyarakat di ketiga komponen
pembentuk IKE pada periode laporan
mengalami kenaikan yang relatif tinggi.
Perayaan natal dan tahun baru menjadi salah
satu faktor pendorong optimisme
masyarakat.
Sementara itu, ekspektasi masyarakat
terhadap kondisi ekonomi ke depan (IEK)
masih terjaga. Dari ketiga komponen
pembentuk IEK, masyarakat sangat optimis
bahwa ketersediaan lapangan kerja ke
depan akan relatif lebih baik. Namun di sisi
lain, tingkat pendapatan ke depan
dipersepsikan lebih rendah seiring
penurunan ketersediaan lapangan kerja.
Sumber : Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan
Konsumen
Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya
Sumber : Survei Konsumen, diolah
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.14 Alokasi Pengeluaran Masyarakat Grafik 4.15 Alokasi penggunan Pengeluaran
Berdasarkan Tingkat
Pengeluaran/bulan
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ( IKK )
INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI ( IKE )
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK )
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Ekspektasi EkonomiKondisi Ekonomi Saat Ini
Pes
imis
Op
tim
is
Indeks
Indeks Penghasilan Konsumen
Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Penghasilan Konsumen (Ekspektasi)
Indeks Kegiatan Usaha
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (Ekspektasi)
60.6 58.4 60.7 65.7 50.0 52.6 50.73 55.860.7 58.37 58.2 57.0
8.2 11.99.7 8.0 3.6 4.7 4.53 4.3
10.4 12.93 14.0 12.8
33.2 34.3 30.7 31.0 22.3 22.1 20.07 21.9 28.9 28.70 27.8 30.2
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Konsumsi Cicilan pinjaman Tabungan
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
I 201
7II
20
17
III 2
017
IV 2
01
7
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt Rp5,1-6 jt Rp6,1-7 jt Rp7,1-8 jt >Rp8 jt
53
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Berlalunya perayaan natal dan tahun baru
menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kondisi tersebut.
Dari sisi pengeluaran, tidak terdapat
perubahan struktur alokasi pengeluaran
pada triwulan IV 2017, dimana pangsa
komponen konsumsi masih mendominasi.
Berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan
dapat diketahui bahwa pada triwulan IV
2017, seluruh tingkatan pengeluaran
memiliki persentase alokasi konsumsi
dengan kisaran 30%-62% dari total
pengeluaran. Alokasi tabungan berkisar
28% hingga 50% dari total pengeluaran.
Sementara, alokasi pembayaran cicilan
berkisar 6% hingga 28% dari total
pengeluaran. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa daya beli
masyarakat relatif terjaga dan mampu untuk
memenuhi berbagai kewajibannya.
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga
Pada triwulan IV 2017, pengelolaan
keuangan rumah tangga relatif stabil jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Persentase alokasi tabungan di atas 10%
dari pengeluaran masih dominan dan berada
pada kisaran 23%-33%. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa masyarakat masih
menjaga prinsip kehati-hatian dalam
pengelolaan keuangan.
Dilihat dari perilaku berutang, terdapat
kenaikan nilai utang masyarakat, dimana
jumlah masyarakat yang memiliki debt to
service ratio (DSR) >10% mengalami
penurunan dibanding triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, persentase masyarakat dengan
DSR <10% mengalami kenaikan. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa
pengelolaan utang masyarakat masih relatif
terjaga.
4.2.3. Eksposure Perbankan dalam
Rumah Tangga
Perkembangan indikator perbankan di
sektor rumah tangga pada triwulan IV 2017
menunjukkan peningkatan. DPK tumbuh
signifikan sebesar 16,66% (yoy) lebih tinggi
dari triwulan III 2017 yang tumbuh sebesar
6,12% (yoy). Demikian juga dengan kredit
yang tumbuh 10,56% (yoy) pada triwulan
laporan, lebih tinggi dari triwulan III 2017
yang sebesar 6,00% (yoy). Sementara, NPL
cenderung meningkat dan mencapai 3,40%
pada triwulan IV 2017. Meskipun demikian,
tingkat NPL tersebut masih berada di bawah
batas ketentuan Bank Indonesia (5%).
Secara lebih mendalam terlihat bahwa
pangsa kredit multiguna, KPR dan kredit
lainnya pada triwulan IV 2017 masih
Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan
Masyarakat
sumber : Survei Konsumen, diolah
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
Rp1 - 2 jt 28.2% 5.1% 4.4% 2.7% 5.3% 7.6% 12.4% 15.1%
Rp2,1 - 3 jt 27.8% 3.1% 4.2% 3.3% 5.6% 8.0% 10.9% 14.0%
Rp3,1 - 4 jt 7.8% 2.0% 1.6% 1.6% 1.6% 3.3% 5.1% 2.9%
Rp4,1 - 5 jt 1.6% 0.4% 0.9% 1.1% 1.3% 1.1% 0.7% 0.9%
Rp5,1-6 jt 1.8% 0.0% 0.4% 0.4% 0.2% 0.9% 0.9% 0.7%
Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0%
Rp7,1-8 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.4% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0%
>Rp8 jt 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.2% 0.2% 0.0%
Total 67.3% 10.9% 12.0% 9.8% 14.4% 21.6% 30.4% 33.6%
Rp1 - 2 jt 38.9% 2.9% 6.7% 2.7% 5.3% 15.6% 15.1% 15.1%
Rp2,1 - 3 jt 22.4% 4.2% 4.4% 2.2% 6.2% 8.0% 8.0% 11.1%
Rp3,1 - 4 jt 8.2% 1.1% 1.8% 1.3% 2.0% 1.8% 3.6% 5.1%
Rp4,1 - 5 jt 2.2% 0.0% 0.0% 0.4% 0.0% 0.9% 0.9% 0.9%
Rp5,1-6 jt 0.4% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.4%
Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
Rp7,1-8 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
>Rp8 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
Total 72.2% 8.2% 12.9% 6.7% 13.6% 26.2% 27.6% 32.7%
Rp1 - 2 jt 31.8% 4.4% 5.8% 4.0% 4.2% 12.4% 12.7% 16.7%
Rp2,1 - 3 jt 18.2% 7.3% 8.2% 4.7% 7.1% 12.9% 10.9% 7.6%
Rp3,1 - 4 jt 8.9% 2.2% 2.2% 1.3% 2.4% 6.0% 4.7% 1.6%
Rp4,1 - 5 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%
Rp5,1-6 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
Rp7,1-8 jt 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0%
>Rp8 jt 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.2% 0.0%
Total 59.1% 14.2% 16.4% 10.2% 14.2% 31.3% 28.4% 26.0%
Rp1 - 2 jt 29.8% 4.0% 9.6% 4.2% 8.7% 10.4% 12.7% 15.8%
Rp2,1 - 3 jt 22.7% 3.6% 7.1% 4.4% 5.6% 9.8% 10.2% 12.2%
Rp3,1 - 4 jt 8.9% 1.8% 1.1% 0.2% 2.0% 3.1% 2.2% 4.7%
Rp4,1 - 5 jt 0.7% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.2% 0.9% 0.0%
Rp5,1-6 jt 0.0% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.2% 0.2%
Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
Rp7,1-8 jt 0.4% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.4%
>Rp8 jt 0.0% 0.2% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.4%
Total 62.4% 10.0% 18.4% 9.1% 16.4% 23.6% 26.2% 33.8%
IV 2017
I 2017
Tabungan
III 2017
II 2017
PeriodePengeluaran/
bln
Debt Service Ratio (DSR)
54
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
dominan. Dari ketiga komponen yang
dominan tersebut, pertumbuhan kredit
multiguna dan KPR mengalami
pertumbuhan positif, masing-masing
sebesar 38,33% dan 16,60% (yoy).
Sementara, kredit lainnya mengalami
kontraksi sebesar 27,75% (yoy). Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan
masyarakat terhadap dana yang mudah
dicairkan di akhir tahun cenderung
meningkat, seiring perayaan natal dan tahun
baru.
Dari sisi kualitas penyaluran kredit, mayoritas
kredit rumah tangga memiliki kualitas yang
relative terjaga, tercermin dari tingkat NPL
berada dibawah 5%. Di sisi lain, kualitas
kredit lainnya mengalami penurunan,
tercermin kenaikan NPL secara signifikan
melebihi batas ketentuan Bank Indonesia
(5%). Ke depan, kenaikan NPL pada kredit
lainnya perlu diwaspadai mengingat 75%
dari kredit ini disalurkan untuk kredit
nonlapangan usaha yang kurang diketahui
secara jelas penggunaannya.
Di sisi penghimpunan dana, DPK rumah
tangga di Papua pada triwulan IV 2017
secara umum mengalami kenaikan.
Berdasarkan komponennya, tabungan yang
merupakan komponen dengan pangsa
dominan dalam DPK rumah tangga pada
triwulan IV 2017 tumbuh sebesar 23,09%
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
III 2017 yang sebesar 7,21% (yoy). Kinerja
deposito pada periode laporan juga
mengalami kenaikan sebesar 5,66% (yoy)
setelah kontraksi sebesar -0,57% (yoy) pada
triwulan III 2017. Sebaliknya komponen giro
mengalami kontraksi sebesar -1,39% (yoy)
jauh lebih rendah dari triwulan III 2017 yang
tumbuh sebesar 14,51% (yoy). Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa
pengelolaan keuangan masyarakat relatif
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK, Kredit dan NPL
Rumah Tangga
Grafik 4.17 % Proporsi Kredit Rumah Tangga
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.19 Perkembangan NPL Rumah Tangga
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
3.5%
4.0%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
DPK Kredit NPL (sb.kanan)
yoy NPL
18.06% 18.82% 19.22% 19.24% 20.00% 20.03% 20.58% 20.42%
65.14% 64.83% 63.98%
41.18% 44.00% 44.79%48.56% 51.87%
14.94% 14.44% 14.84%
37.79% 34.23% 33.15% 28.22% 24.86%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017 IV 2017
KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya
-1.0%
-0.5%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
I II III IV I II III IV
2016 2017
KPR KKB RT. Multiguna Lainnya
yoy
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
I II III IV I II III IV
2016 2017
KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya
55
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
baik dan cenderung memilih instrument
penempatan dana yang lebih mudah
dicairkan dalam menghadapi natal dan
tahun baru.
4.3. AKSES KEUANGAN UMKM
Pada triwulan IV 2017, penyaluran kredit
kepada UMKM di Papua secara umum
mengalami penurunan. Tercatat penyaluran
kredit UMKM mencapai Rp10,34 triliun,
menurun sebesar -2,23% (yoy)
dibandingkan periode yang sama di tahun
2016 yang mencapai Rp10,58 triliun.
Berdasarkan penggunaannya, kredit UMKM
tersebut mayoritas digunakan sebagai modal
kerja dengan pangsa sebesar 72%
sedangkan sisanya digunakan untuk
investasi dan konsumsi.
Secara sektoral, penurunan penyaluran
kredit UMKM terutama disebabkan oleh
penurunan sektor konstruksi yang
terkontraksi sebesar -14,40%(yoy) disusul
oleh pertanian dan jasa masyarakat yang
masing-masing terkontraksi sebesar -
12,22% (yoy) dan -10,00% (yoy). Di sisi lain
terjadi peningkatan penyaluran kredit
UMKM pada sektor perdagangan dan
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM dan
NonUMKM
Grafik 4.21 Kredit UMKM Berdasarkan
Penggunaan
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.22 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
NonUMKM UMKM
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Rp Triliun
Modal kerja Investasi
g Modal kerja (sb. kanan) g Investasi (sb. kanan)
yoy
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Rp Triliun
Pertanian Konstruksi Perdagangan Akomodasi, makanan Transpor, komunikasi Jasa Masyarakat
g Pertanian g Konstruksi g Perdagangan g Akomodasi, makanan g Transpor, komunikasi g Jasa Masyarakat
yoy
56
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
transportasi yang tumbuh masing-masing
sebesar 0,07% (yoy) dan 14,39 (yoy).
Dari sisi risiko kredit, secara umum NPL kredit
UMKM mengalami perbaikan, namun masih
diatas ketentukan Bank Indonesia (5%).
Tercatat NPL kredit UMKM pada triwulan IV
2017 sebesar 7,92% lebih rendah dari
triwulan III 2017 yang sebesar 9,13% dan
lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2016
yang sebesar 8,25%.
Berdasarkan sisi penggunaan, penurunan
risiko kredit disebabkan oleh membaiknya
tingkat NPL pada kredit investasi dan kredit
modal kerja. Tercatat, NPL kredit investasi
turun dari 9,80% pada triwulan III 2017
menjadi 9,16% pada triwulan IV 2017. Hal
yang sama terjadi pada kredit modal kerja
yang mengalami penurunan tingkat NPL dari
8,87% pada triwulan IV 2017 menjadi
7,44% pada triwulan IV 2017.
Secara sektoral, penurunan risiko kredit
UMKM terutama disebabkan oleh
membaiknya kualitas kredit sektor
perdagangan dan pertanian dengan tingkat
NPL masing-masing sebesar 3,79% dan
1,30%. Sedangkan sektor lainnya masih
berada di atas 5% dengan NPL terbesar
adalah sektor jasa masyarakat, akomodasi
makan dan minum serta sektor konstruksi
dengan tingkat NPL masing-masing sebesar
21,18%, 20,80% dan 19,66%.
57
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Perkembangan transaksi system Klining Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada
triwulan IV 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume dan
nominal. Transaksi melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada
triwulan laporan juga tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu,
aliran uamg kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Papua
menunjukkan posisi net outflow pada triwulan IV 2017 sebesar Rp3.257 miliar.
Kondisi tersebut salah satunya disebabkan pencairan dana desa di provinsi Papua dan tingginya
kebutuhan uang tunai terkait perayaan hari raya natal dan tahun baru.
PENYELENGGARAAN
SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG
RUPIAH
58
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
5.1 SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan transaksi nontunai di Papua
cenderung mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan III 2017, sejalan
dengan kondisi pertumbuhan perekonomian
Papua. Pada triwulan IV 2017, terjadi
peningkatan secara volume maupun
nominal transaksi yang dilakukan melalui
SKNBI dengan nilai yang mencapai Rp3,09
triliun dan volume 87.818 lembar warkat.
Jumlah tersebut meningkat dibanding
triwulan sebelumnya yang mencatatkan nilai
sebesar Rp2,72 triliun dengan volume
81.433 lembar warkat. Bila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu,
volume transaksi SKNBI mengalami
peningkatan 0,95% (yoy) sedangkan nilai
transaksi mengalami penurunan sebesar
20,01% (yoy). Hal ini sejalan dengan tren
penggunaan Cek dan Bilyet Giro yang
semakin menurun di Indonesia.
5.1.1 Transaksi SKNBI
Secara spasial, penatausahaan transaksi
kliring di provinsi Papua masih diakomodasi
dari dua wilayah yaitu kota Jayapura dan
kabupaten Biak. Proporsi transaksi kliring
masih didominasi oleh pemenuhan dari kota
2 Pembatasan nominal transaksi SKNBI tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No.17/9/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia. Peraturan tersebut juga telah disampaikan secara detail kepada seluruh peserta BI-RTGS dan SKNBI melalui Surat Edaran No. 17/35/DPSP perihal Batas Nilai Nominal Transfer Dana Melalui BI-RTGS dan SKNBI yang tertanggal 13 November 2015.
Jayapura sebesar 91,85% terhadap
keseluruhan nominal transaksi kliring,
sementara dari kabupaten Biak hanya
mengakomodasi sebesar 8,15%.
Berdasarkan nominalnya, transaksi kliring di
kota Jayapura mencapai Rp2,83 triliun
sedangkan di kabupaten Biak hanya sebesar
Rp250 miliar. Sementara apabila dilihat dari
fisik penukaran warkat, di kabupaten Biak
sepanjang triwulan IV 2017 sebanyak 3.066
lembar warkat yang ditukarkan atau jauh
lebih rendah dibandingkan kota Jayapura
yang mencapai 85.576 lembar warkat.
Volume transaksi SKNBI yang terjadi di tahun
2017 adalah sebesar 324.763 transaksi,
meningkat sebesar 0,82% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu sebesar 322.134 transaksi, dengan
nominal transaksi Rp11,43 Trilliun, menurun
sebesar 27,82% (yoy) dari tahun sebelumnya
yaitu Rp15,83 trilliun. Hal ini sejalan dengan
pemberlakukan ketentuan yang membatasi
nominal transaksi yang dilakukan melalui
SKNBI yaitu maksimal sebesar Rp500 juta per
transaksi2.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI
2014-2017
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS
2016-2017
59
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
5.1.2 Transaksi BI-RTGS
Transaksi yang dilakukan melalui Sistem BI-
RTGS di provinsi Papua pada triwulan IV
2017 mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Jumlah nominal yang ditransaksikan melalui
Sistem BI-RTGS selama triwulan IV 2017
sebesar Rp2,83 triliun, naik 31,30% (yoy)
lebih tinggi dari triwulan yang sama pada
tahun sebelumnya. Jumlah ini juga naik
dibandingkan dengan transaksi triwulan III
2017 yang sebesar Rp1,09 triliun. Volume
transaksi yang terjadi pada di triwulan IV
2017 sebanyak 2.368 transaksi, meningkat
24,24% (yoy) lebih tinggi dari triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya. Volume
transaksi Sistem BI-RTGS yang terjadi di
tahun 2017 adalah sebesar 7.586 transaksi,
meningkat sebesar 63,53% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu sebesar 4.639, dengan nominal
transaksi Rp7,09 Trilliun, meningkat sebesar
18,93% (yoy) dari tahun sebelumnya yaitu
Rp5,96 trilliun.
Peningkatan nominal transaksi yang
dilakukan melalui sistem BI-RTGS sejalan
dengan meningkatnya pertumbuhan
perekonomian provinsi Papua dan mulai
meningkatnya realisasi pembayaran proyek
pemerintah.
5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH
5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar
Aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan
Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua
menunjukan posisi net outflow pada
triwulan IV 2017 sebesar Rp3.257 miliar.
Posisi net outflow tersebut menggambarkan
besarnya uang yang keluar dari sistem
pembayaran pada triwulan IV 2017.
Hal ini karena peningkatan peredaran uang
di masyarakat yang tinggi, sejalan dengan
penggunaan pembayaran proyek
pemerintah dan bantuan-bantuan sosial
serta kebutuhan masyarakat menjelang natal
dan tahun baru 2018 yang membentuk pola
historis perbankan yang cenderung menarik
uang kartal dalam jumlah besar menjelang
akhir tahun.
Lebih lanjut, net outflow uang dari KPw BI
Provinsi Papua pada triwulan IV 2017
bersumber dari uang keluar sebesar Rp4,8
triliun, lebih banyak dibandingkan uang
masuk yang tercatat sebesar Rp1,5 triliun.
Dibandingkan dengan kondisi net outflow
sepanjang tahun 2017, kondisi pada
triwulan IV 2017 merupakan yang tertinggi.
5.2.2 Uang Tidak Layak Edar
Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak
Edar (UTLE) yang dimusnahkan di KPw BI
Provinsi Papua pada triwulan laporan sebesar
Rp128,64 miliar, naik 23,39% (yoy)
dibandingkan triwulan yang sama pada
tahun lalu yang mencapai Rp104,26 miliar.
Hal ini mengindikasikan bahwa UTLE yang
beredar di provinsi Papua relatif menurun.
Pemusnahan UTLE tersebut merupakan
bagian dari kebijakan Clean Money Policy,
yaitu upaya Bank Indonesia untuk menjaga
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI
Papua
60
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
kualitas uang yang beredar di tengah
masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut secara rutin
KPwBI Provinsi Papua melakukan
pemusnahan UTLE menggunakan prinsip
good governance. Selain melakukan
pemusnahan UTLE, KPwBI Provinsi Papua
juga melaksanakan kebijakan kas keliling
yang terdiri dari kas keliling dalam kota yang
rutin diadakan 2 kali seminggu di 4 tempat
di kota Jayapura, serta kas keliling luar kota
yang dilakukan diseluruh kabupaten provinsi
Papua.
Selama triwulan IV 2017, kegiatan kas
keliling yang dilaksanakan oleh KPwBI
Provinsi Papua mengalami penurunan.
Selama triwulan IV 2016 kas keliling
dilakukan sebanyak 60 kali sedangkan pada
triwulan IV 2017 kas keliling yang
dilaksanakan sebanyak 47 kali, dengan
rincian 44 kali kas keliling dalam kota dan 3
kali kas keliling luar kota.
Selain dalam bentuk kas keliling, distribusi
uang di luar KPwBI Provinsi Papua juga
dilakukan dalam bentuk kas titipan. Hingga
triwulan IV 2017, KPwBI Provinsi Papua telah
membuka 7 (tujuh) lokasi kas titipan, yakni
di wilayah Sorong, Merauke, Timika, Biak,
Wamena, Serui, dan Nabire. Tujuan
pembentukan kas titipan adalah untuk
melayani tingginya kebutuhan uang layak
edar di Provinsi Papua.
5.2.3 Temuan Uang Tidak Asli
Jumlah temuan uang palsu (Upal) di KPwBI
Provinsi Papua yang berasal dari laporan
bank maupun laporan dari masyarakat,
menunjukan penurunan yang signifikan dari
triwulan sebelumnya, pada triwulan
sebelumnya tercatat sebanyak 27 lembar,
turun menjadi 7 lembar.
KPwBI provinsi Papua terus berupaya untuk
menekan peredaran Upal di masyarakat,
diantaranya dengan menyelenggarakan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah
kepada masyarakat luas di beberapa
kabupaten/kota di provinsi Papua.
Sepanjang tahun 2017, tercatat KPwBI
Provinsi Papua telah melakukan 30 kali
pelaksanaan sosialisasi.
5.2.4 Kewajiban Penggunaan Uang
Rupiah
KPwBI Provinsi Papua terus melakukan upaya
untuk menegakkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 17/3/PBI/2015 tentang
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia,
khususnya di wilayah perbatasan RI-PNG.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang
Tidak Layak Edar (UTLE) di Papua
Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua
Sumber:Bank Indonesia, diolah
61
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Upaya sosialisasi terus dilakukan, baik yang
dilaksanakan secara mandiri oleh KPwBI
Provinsi Papua maupun bekerjasama dengan
berbagai stakeholder terkait. Selain itu,
KPwBI Provinsi Papua saat ini berupaya
untuk membentuk Satuan Tugas Pengawal
(Satgaswal) Kewajiban Penggunaan Uang
Rupiah di Wilayah NKRI, Perbatasan RI
PNG. Melalui pembentukan Satgaswal,
diharapkan penegakkan kewajiban
penggunaan rupiah dapat dilaksanakan
dengan lebih efektif.
62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
BOKS
PERKEMBANGAN TRANSAKSI NON TUNAI DI PROVINSI PAPUA
Perkembangan transaksi nontunai di Papua
mengalami peningkatan. Hal ini sejalan
dengan semakin banyaknya jumlah Electronic
Data Capture (EDC) di Papua guna
mengakomodir kebutuhan masyarakat atas
transaksi nontunai.
Jumlah mesin EDC meningkat secara
signifikan dibandingkan dengan tahun 2016.
Jumlah mesin EDC di tahun 2016 adalah
sebanyak 8.493 mesin sedangkan di tahun
2017 adalah sebanyak 30.420 mesin atau
meningkat sebesar 258% (yoy). Jumlah mesin
EDC di Provinsi Papua adalah sebesar 1,53%
dari total mesin EDC di seluruh Indonesia, yang
sebesar 1.982.660 mesin EDC.
Sehubungan dengan penggunaan kartu
kredit di Papua, pada semester II tahun 2017,
nominal transaksi kartu kredit pada semester
II 2017 adalah sebesar menunjukan
peningkatan sebesar Rp797 milyar, meningkat
10,34% dibandingkan dengan semester
sebelumnya. Bila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu, nilai transaksi
kartu kredit mengalami peningkatan sebesar
138% (yoy). Namun demikian, terjadi
penurunan pada volume transaksi sebesar
98,10% dari semester sebelumnya, pada
semester I tahun 2017 menunjukan 16,61 juta
transaksi menjadi 315 ribu transaksi pada
semester II tahun 2017. Bila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, volume
transaksi kartu kredit mengalami `penurunan
sebesar 97,64% (yoy). Hal ini menunjukan
3 Mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
bahwa pada semester II 2017 rata-rata
nominal per transaksi kartu kredit di Papua
dilakukan dengan nominal yang lebih tinggi
dari semester sebelumnya.
Total nominal transaksi kartu kredit di tahun
2017 adalah sebesar Rp1,52 triliun dengan
sebagian besar transaksi digunakan untuk
penarikan tunai3, yaitu sebesar 42,24% dari
nominal transaksi. Jumlah tersebut
mencerminkan kebutuhan masyarakat di
Papua terhadap uang tunai masih cukup
tinggi.
Mempertimbangkan kebutuhan masyarakat di
Papua terhadap uang tunai yang cukup tinggi.
KPwBI Provinsi Papua senantiasa
melaksanakan sosialisi terkait Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT). Selama tahun
2017, KPwBI Provinsi Papua telah melakukan
sosialisasi melalui berbagai jenis kegiatan,
seperti Pekan GNNT, Pasar Murah GNNT, dan
Fun Run, pada seluruh kegiatan dimaksud,
masyarakat diminta untuk menggunakan alat
pembayaran nontunai untuk setiap transaksi
yang digunakan dalam kegiatan tersebut,
Menggunakan Kartu, yang dimaksud dengan tarik tunai adalah penarikan uang menggunakan kartu kredit di ATM, bukan di alat EDC pedagang/merchant.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik B3.1 Penggunaan Kartu Kredit di Papua
berdasarkan Jenis Transaksi
0
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
Tarik Tunai Belanja Online PembayaranTagihan
Lainnya
Nominal (Rp juta) Volume (ribu)
Nominal Volume
63
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
sehingga masyarakat dapat merasakan
kemudahan dalam menyelesaikan transaksi
secara nontunai.
Selanjutnya, walaupun banyak dampak positif
atas penggunaan transaksi nontunai, tetap
perlu diwaspadai terkait dengan potensi fraud
yang terjadi atas transaksi nontunai.
Berdasarkan laporan bank, jumlah fraud
transaksi kartu kredit pada semester II 2017
adalah sebanyak 16 transaksi, meningkat
signifikan dari semester sebelumnya yaitu
sebanyak 2 transaksi fraud.
Sehubungan dengan hal tersebut, KPwBI
Provinsi Papua terus melakukan sosialisasi
terkait dengan peningkatan pemahaman
masyarakat guna meningkatkan keamanan
dalam pelaksanaan transaksi nontunai, seperti
larangan double swiping oleh merchant, selalu
menjaga kerahasiaan password dari APMK,
dan fitur serta cara menjaga keamanan dari
transaksi nontunai lainnya.
64
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Jumlah tenaga kerja di Papua pada triwulan IV 2017 mengalami peningkatan dibanding
periode yang sama tahun 2017 namun disertai kenaikan tingkat pengangguran terbuka.
Secara umum kesejahteraan masyarakat Papua cenderung membaik dan jumlah penduduk
miskin menurun. Tingkat kesenjangan menunjukan kecenderungan menurun walaupun masih
berada di atas nilai rata-rata nasional. Disamping itu, garis kemiskinan juga mengalami
peningkatan walaupun tidak signifikan. Di sisi lain, penurunan terjadi pada nilai tukar petani
yang mengindikasikan terjadinya penurunan kesejahteraan petani di Papua.
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
65
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
6.1 Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja di Papua pada rilis
Agustus 2017 mengalami kenaikan
dibandingkan periode yang sama tahun 2016.
Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka
pada rilis Agustus 2017 sebesar 3,62% naik
dibandingkan Agustus 2016 sebesar 3,35%.
6.1.1 Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja di Papua pada rilis agustus
2017 mencapai 1,69 juta meningkat sebesar
2,08% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun 2016. Seiring dengan peningkatan
jumlah tenaga kerja, tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) di Papua mengalami
peningkatan dari 74,13% pada rilis Agustus
2016 menjadi 76,94% pada rilis Agustus
2017.
Secara komposisi tenaga kerja berdasarkan
lapangan usaha, tidak terdapat perubahan
yang signifikan. Mayoritas penduduk Papua
bekerja pada lapangan usaha pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan,
perikanan dengan persentase sebesar 68,5%.
Selanjutnya, lapangan usaha jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan
sebesar 13,6%. Hal tersebut sejalan dengan
struktur ekonomi Papua, dimana lapangan
usaha pertanian menjadi salah satu motor
penggerak ekonomi disamping lapangan
usaha pertambangan.
Sementara itu, dari sisi pertumbuhannya
lapangan usaha industri pengolahan
mencatatkan pertumbuhan terbesar yaitu
sebesar 16,46% (yoy) diikuti oleh lapangan
usaha pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan, perikanan yang tumbuh sebesar
6,18% (yoy) dan lapangan usaha jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang
juga tumbuh sebesar 3,68%. Peningkatan
penyerapan tenaga kerja lapangan usaha
pertanian didorong oleh masuknya periode
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama
Sumber:BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.1 Komposisi pekerja berdasarkan
Lapangan Usaha Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga
Kerja Papua Berdasarkan Lapangan Usaha
Feb Ags Feb Ags Feb Ags
Penduduk Usia 15+ (ribu orang) 2.157 2.189 2.213 2.245 2.269 2.291
Angkatan Kerja (ribu orang) 1.710 1.742 1.743 1.722 1.754 1.763
Bekerja (ribu orang) 1.646 1.672 1.691 1.664 1.684 1.699
Penganggur (ribu orang) 64 69 52 58 69 64
Bukan Angkatan Kerja (ribu Orang) 447 447 470 523 515 528
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79,26 79,57 78,77 74,13 77,3 76,94
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3,72 3,99 2,97 3,35 3,96 3,62
Sumber : BPS
Uraian201720162015
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2015 2016 2017
Lainnya
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi
Industri
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan
ribu orang
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2015 2016 2017
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan
Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
Lainnya
Industri [skala kanan]
% %
66
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
panen beberapa komoditas seperti beras dan
tanaman holtikultura.
Kondisi yang relatif berbeda terlihat dari hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia di Papua
selama triwulan IV 2017. Berdasarkan hasil
survei, penyerapan tenaga kerja lapangan
usaha pertanian dan industri pengolahan pada
triwulan IV 2017 relatif stabil dibanding
triwulan sebelumnya. Sementara itu
penyerapan tenaga kerja lapangan usaha jasa
meningkat sebesar 0,12% dibanding triwulan
sebelumnya. Selain itu penyerapan tenaga
kerja lapangan usaha perdagangan pada
triwulan laporan juga naik sebesar 0,15%. Hal
tersebut disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas perdagangan menjelang perayaan
Natal dan tahun baru.
Berdasarkan status pekerjaannya, 78,2%
tenaga kerja di Papua bekerja di lapangan
usaha informal dengan rincian pekerja
keluarga/tak dibayar sejumlah 32,4% dan
pekerja lainnya 45,8%. Hal tersebut sejalan
dengan penyerapan tenaga kerja yang
mayoritas bekerja di lapangan usaha pertanian
yang merupakan lapangan usaha informal.
Kemudian dilihat dari lama waktu bekerjanya,
mayoritas tenaga kerja merupakan pekerja
penuh waktu dengan pangsa sebesar
58,81%.
6.1.2 Pengangguran
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Papua
pada triwulan IV naik menjadi 3,62% dari
sebelumnya 3,35% pada periode yang sama
tahun sebelumnya, namun masih lebih rendah
dibanding angka TPT nasional yang mencapai
5,5%.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di
Papua pada tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas yang mencapai 9,13% lebih
tinggi dari periode yang sama tahun 2016
sebesar 5,71%. Kemudian, hal yang sama
terjadi pada tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan yang turun dari 16,41%
menjadi 8,73% serta pada tingkat pendidikan
Diploma I/II/III yang juga mengalami
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja Lapangan
Usaha Berdasarkan SKDU
Sumber : BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan Utama
Grafik 6.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Lama Bekerja
-6,00%
-4,00%
-2,00%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
JASA - JASA
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2015 2016 2017
Informal
Formal
ribu orang
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2015 2016 2017
Penuh Waktu
Tidak Penuh Waktu
ribu orang
67
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
penurunan dari 7,04% menjadi 5,87%. Hal
tersebut sejalan dengan program pemerintah
untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja
dari sekolah kejuruan dan sekolah vokasi.
Sebaliknya TPT terendah ada pada tingkat
pendidikan Sekolah Dasar ke bawah yaitu
sebesar 1,13% sedikit naik dari periode yang
sama di tahun sebelumnya yang sebesar
1,09%. TPT yang rendah pada tingkat
pendidikan ini disebabkan sebagian besar
tenaga kerja pada tingkat pendidikan ini
bekerja pada lapangan usaha informal yang
tidak memerlukan kualifikasi pendidikan yang
tinggi.
6.2 Kesejahteraan
Secara umum kesejahteraan masyarakat
Papua cenderung membaik dan jumlah
penduduk miskin menurun. Tingkat
kesenjangan menunjukan kecenderungan
menurun walaupun masih berada di atas nilai
rata-rata nasional. Disamping itu, dilihat dari
garis kemiskinan juga mengalami peningkatan
walaupun tidak signifikan. Di sisi lain,
penurunan terjadi pada nilai tukar petani yang
mengindikasikan terjadinya penurunan
kesejahteraan petani di Papua.
6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan
Tingkat kemisikinan di Papua cenderung
mengalami penurunan tercermin dari semakin
berkurangnya pangsa penduduk miskin.
Jumlah penduduk miskin Papua berkurang
dari 28,4% pada Agustus 2016 menjadi
27,76% pada Agustus 2017 namun masih
berada di atas tingkat kemiskinan nasional
yang sebesar 10,64%.
Selain itu, tingkat kesenjangan pendapatan
yang tercermin dari indeks Gini menunjukan
sedikit penurunan dari 0,399 pada September
2016 menjadi 0,398 pada September 2017.
Angka pada September 2017 tersebut juga
berada di atas rata-rata nilai Gini Nasional
sebesar 0,391.
Sementara itu, kesenjangan antara
pengeluaran rata-rata penduduk miskin
dengan Garis Kemiskinan (GK) yang
ditunjukkan oleh Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) mencapai 6,24 mengalami
penurunan dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
7,43. Di samping itu, ketimpangan
kesejahteraan di antara kelompok penduduk
Sumber : BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka
Menurut Pendidikan
Grafik 6.7 Jumlah Penduduk Miskin Papua
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.8 Indeks Gini Papua
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2015 2016 2017
SD ke Bawah Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan
Diploma I/II/III Universitas
TPT Papua
%
27
27,2
27,4
27,6
27,8
28
28,2
28,4
28,6
28,8
870
875
880
885
890
895
900
905
910
915
920
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2015 2016 2017
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin [skala kanan]
ribu jiwa %
0.38
0.395
0.41
0.425
S1 S2 S1 S2 S1 S2
2015 2016 2017
Index Gini Papua
Index Gini Indonesia
68
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
miskin (P2) juga mengalami penurunan,
tercermin dari Indeks Keparahan Kemiskinan
yang dirilis oleh BPS pada bulan September
2017 turun menjadi 1,93 dari sebelumnya
2,65 pada September 2016.
Di sisi lain, terjadi peningkatan Garis
Kemiskinan Papua dari Rp440.021 pada
September 2016 menjadi Rp464.056 pada rilis
September 2017. Nilai tersebut jauh lebih
tinggi dari rata-rata garis kemiskinan nasional
yang sebesar Rp370.910. Hal tersebut
menandakan biaya hidup minimal masyarakat
di Papua terus meningkat setiap tahunnya.
Dilihat dari pembagiannya, GK makanan
Papua jauh lebih tinggi dari GK nonmakanan,
artinya biaya hidup untuk makanan
merupakan biaya terbesar yang harus dibayar
oleh masyarakat dibandingkan biaya
nonmakanan seperti sandang, perumahan
dan lainnya. Sementara itu ditinjau dari
lokasinya, GK Kota sebesar Rp508.403 lebih
tinggi dibanding GK Desa sebesar Rp446.994.
6.2.2 Kesejahteraan Petani
Tingkat kesejahteraan petani yang diukur
dengan Nilai Tukar Petani (NTP) di Papua
mengalami penurunan. NTP Papua menurun
dari 93,75 pada triwulan III 2017 menjadi
93,26 pada triwulan IV 2017. Berdasarkan
komponennya, perubahan indeks harga
diterima petani (It) lebih kecil dari indeks harga
dibayar petani (Ib) dimana It mengalami
penurunan -0,08% dan Ib yang meningkat
sebesar 0,43%.
Jika dilihat secara sektoral, penurunan NTP
Papua terutama dipengaruhi oleh penurunan
NTP subsektor hortikultura sebesar -5,98%
(yoy). Hal tersebut disebabkan oleh penurunan
indeks kelompok sayur-sayuran sebesar -
Sumber : BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.9 Indeks Kedalaman dan keparahan
Kemiskinan Papua
Grafik 6.10 Garis Kemiskinan Papua
Sumber : BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.11 Garis Kemiskinan Kota dan Desa di
Papua
Grafik 6.12 Garis Kemiskinan Makanan dan
Nonmakanan
0
1
2
3
4
5
6
0
2
4
6
8
10
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2015 2016 2017
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) [skala kanan]
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2015 2016 2017
Garis Kemiskinan Papua (Kota+Desa) dlm Ribu Rupiah
Garis Kemiskinan Indonesia
508,403
446,994
0
100
200
300
400
500
600
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2015 2016 2017
Garis Kemiskinan Kota Garis Kemiskinan Desa
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2015 2016 2017
GK Nonmakanan
GK Makanan
69
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
2,11% dan kelompok buah-buahan sebesar -
2,41%. Penurunan tersebut disebabkan oleh
perubahan (It) sebesar -1,55% sedangkan (Ib)
mengalami kenaikan angka indeks sebesar
0,44%. Perubahan (It) subsektor hortikultura
disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,50%
dan BPPM yang juga mengalami kenaikan
sebesar 0,02%.
Sementara itu, NTP perikanan Papua pada
triwulan IV 2017 mengalami penurunan
dibanding periode yang sama tahun 2016.
Tercatat NTP perikanan pada triwulan IV 2017
sebesar 98,28 lebih rendah sebesar -3,21%
(yoy) dibandingkan triwulan IV 2016 yang
sebesar 101,54. Penurunan tersebut
disebabkan oleh defalsi harga ikan selama
tahun 2017 sebesar -5,29% (yoy).
Deflasi yang terjadi pada komoditas volatile
foods pada 2017 menyebabkan penurunan
pendapatan produsen (petani) akibat nilai jual
yang menurun. Di sisi lain, biaya produksi dan
modal yang cenderung meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, NTP Papua secara
umum mengalami penurunan.
Sumber : BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.13 Perkembangan NTP Papua Grafik 6.14 NTP Papua Berdasarkan Jenisnya
70
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Perekonomian Papua pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh lebih rendah
dibandingkan triwulan I 2018. Izin ekspor konsentrat tembaga yang berakhir pada Februari
2018 diperkirakan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja lapangan usaha
pertambangan dan ekspor luar negeri. Sementara, peralihan pemerintahan pasca pilkada
berpotensi membuat kinerja lapangan usaha konstruksi, konsumsi pemerintah dan
realisasi investasi tumbuh terbatas. Di sisi lain, pelaksanaan puasa dan lebaran menjadi
faktor penopang perekonomian seiring kenaikan kinerja lapangan usaha perdagangan dan
konsumsi masyarakat. Untuk keseluruhan tahun 2018, penambahan kuota ekspor,
kenaikan UMP dan rencana eksplorasi tambang secara umum menjadi faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi.
Tekanan inflasi Papua pada triwulan II 2018 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan I 2018.
Perayaan pauasa dan lebaran menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga. Untuk
keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding tahun
2017. Kenaikan UMP dan pengaruh base effect menjadi faktor yang dapat memicu inflasi.
Di sisi lain, kebijakan perubahan harga oleh pemerintah yang relatif minimal menjadi faktor
yang dapat meredam tekanan inflasi pada tahun 2018.
PROSPEK EKONOMI
DAERAH
71
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II
2018
Perekonomian Papua pada triwulan II 2018
diperkirakan mengalami perlambatan yang
terutama disebabkan terbatasnya kinerja
pertambangan. Pertumbuhan ekonomi
Papua pada periode tersebut diproyeksikan
berada pada kisaran 5,7% - 6,1% (yoy),
lebih rendah dibanding perkiraan
pertumbuhan triwulan I 2018 yang berkisar
6,4%-6,8% (yoy).
Dari sisi permintaan, larangan izin ekspor
konsentrat pasca Februari 2018 diperkirakan
memberikan pengaruh signifikan terhadap
penurunan kinerja komponen ekspor luar
negeri pada triwulan II 2018. Di sisi lain,
kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan
meningkat seiring perayaan puasa dan natal.
Potensi kenaikan konsumsi pemerintah
diperkirakan juga terjadi seiring pelaksanaan
pilkada. Investasi berpotensi meningkat
seiring rencana eksplorasi dan peralihan
underground mining.
Dari sisi lapangan usaha, pengaruh perizinan
ekspor dan peralihan operasional tambang
diperkirakan menjadi faktor yang
mempengaruhi perlambatan kinerja
lapangan usaha pertambangan. Selain itu,
lapangan usaha konstruksi diperkirakan
tumbuh terbatas seiring pelaksanaan pilkada
yang menyebabkan penyesuaian
pemerintahan dan pejabat pemerintah
pengambil keputusan. Namun demikian,
percepatan pembangunan beberapa proyek
pemerintah diperkirakan dapat menahan
pelemahan kinerja lapangan usaha
konstruksi. Di sisi lain, kinerja lapangan
usaha perdagangan berpotensi mengalami
kenaikan seiring pelaksanaan puasa dan
lebaran.
Prospek Pertumbuhan Ekonomi 2018
Secara agregat, perekonomian Papua pada
tahun 2018 berpotensi tumbuh lebih tinggi
dari tahun 2017. Kenaikan kuota ekspor dan
proses negosiasi izin usaha pertambangan
yang secara umum sudah menemui
kesepakatan akan menjadi faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Papua mencapai
kisaran 5,78% - 6,18% (yoy) lebih tinggi
dibanding 2017 yang sebesar 4,64% (yoy).
Selain itu, apabila kondisi sosial-politik
selama pelaksanaan pilkada kondusif, maka
perekonomian Papua secara umum
berpotensi terakselerasi lebih tinggi.
Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri
diperkirakan memiliki pengaruh dominan
dalam perekonomian. Kementerian ESDM
pada Februari 2018 telah menerbitkan
Sumber: Freeport, diolah Sumber: Freeport, diolah
Grafik 7.1 Realisasi Penjualan Komoditas
Tambang Papua
Grafik 7.2 Estimasi Penjualan Komoditas
Tambang 2018
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2015 2016 2017 2018**
Tembaga [Target] Tembaga [Riil] Emas [Target]
Emas [Riil] NTB Tambang (sk. kanan)
Cu: juta poundAu: juta ounce
Rp milyar
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV
2018p
Tembaga (juta pounds) Emas (ribu ounce)
72
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
rekomendasi kenaikan kuota ekspor
konsentrat tembaga dari 1,1 juta ton pada
tahun 2017 menjadi 1,2 juta ton pada tahun
2018. Selain itu, berdasarkan perkiraan
konsesus dari IMF dan World Bank, harga
komoditas tembaga pada tahun 2018
diperkirakan mengalami kenaikan seiring
pasokan tembaga dunia yang menipis.
Kinerja konsumsi rumah tangga pada tahun
2018 diperkirakan lebih tinggi dari tahun
2017. Kenaikan UMP sebesar 9,39% (yoy)
menjadi salah satu faktor yang menjaga
tingkat konsumsi masyarakat ditengah
kecenderungan kenaikan inflasi pada tahun
2018.
Proses eksplorasi underground mining yang
direncanakan dimulai sejak awal tahun 2018
akan menjadi faktor pendorong kinerja
investasi pada 2018 selain percepatan
pembangunan beberapa proyek strategis
yang sebelumnya telah berjalan.
Sementara, proses pengalihan pemerintahan
pasca pilkada di pertengahan tahun 2018
diperkirakan akan mempengaruhi
penyerapan belanja pemerintah dan
menahan kinerja konsumsi pemerintah.
Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target
penjualan hasil tambang pada tahun 2018
menjadi salah satu indikator optimisme
pelaku usaha tambang dominan di Papua
terhadap kondisi usaha pada tahun 2018.
Tercatat, target penjualan untuk tembaga
dan emas naik 5% dan 50% (yoy)
dibandingkan tahun 2017. Permintaan di
pasar global yang diperkirakan meningkat
juga menjadi faktor pendorong kinerja
produksi pertambangan.
Sementara itu, kinerja konstruksi juga
diperkirakan mengalami kenaikan yang
didorong oleh rencana eksplorasi
underground mining dan percepatan
realisasi proyek PON 2020. Kondisi tersebut
juga akan memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja lapangan usaha
administrasi pemerintahan. Selain itu,
pelaksanaan pilkada pada 2018 juga
semakin memperkuat tendensi peningkatan
kinerja pada lapangan usaha administrasi
pemerintahan.
7.2. PROSPEK INFLASI
Prospek Inflasi Triwulan II 2018
Tekanan inflasi Papua pada triwulan II 2018
diperkirakan mengalami kenaikan dari
triwulan I 2018. Rentang inflasi Papua pada
triwulan II 2018 diperkirakan berkisar 1,9%
- 2,3% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
I 2018 yang berkisar 0,7% - 1,07% (yoy).
Perayaan puasa dan lebaran menjadi salah
satu faktor pemicu inflasi, khususnya pada
kelompok inflasi inti (core) dan administered
price. Selain itu, pelaksanaan even musiman
tersebut juga bertepatan dengan tahun
ajaran baru sekolah sehingga semakin
menambah tekanan inflasi pada periode
tersebut. Di sisi lain, pasokan komoditas
Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Dunia
Sumber: IMF dan World Bank, diolah
I II III IV I II III IV
Batubara ($/mt) 87 84 82 81 82 79 78 76
Tembaga ($/mt) 5,935.4 5,952.2 5,966.0 5,975.0 5,935.4 5,952.2 5,966.0 5,975.0
Nikel ($/mt) 10,664.8 10,725.9 10,785.7 10,844.3 9,281.8 9,335.0 9,387.0 9,438.0
Komoditas
World Bank IMF
2018p 2018p
73
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
volatile foods, khususnya pertanian,
diperkirakan masih terjaga sehingga dapat
menjadi peredam tekanan inflasi pada
periode tersebut. Namun demikian,
berdasarkan siklusnya, gelombang laut pada
periode Juni-Agustus diperkirakan lebih
tinggi sehingga berpotensi mengurangi
produksi perikanan tangkap dan menjadi
kendala distribusi.
Prospek Inflasi 2018
Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua
diperkirakan mengalami kenaikan dibanding
tahun 2017. Perkiraan inflasi Papua pada
tahun 2018 berkisar 4,7%-5,1% (yoy) naik
dari inflasi tahun 2017 yang sebesar 2,1%
(yoy).
Inflasi komoditas volatile foods pada tahun
2018 diperkirakan mengalami kenaikan
yang terutama dikarenakan pengaruh
rendahnya indeks harga pada mayoritas
komoditas di tahun 2017 (base effect).
Sementara itu, tekanan inflasi inti (core)
pada tahun 2017 juga diperkirakan lebih
tinggi sejalan dengan kenaikan UMP yang
memicu lonjakan ekspektasi inflasi dalam
jangka pendek. Di sisi lain, inflasi komoditas
yang diatur pemerintah (administered price)
pada tahun 2018 diperkirakan mengalami
penurunan. Kebijakan perubahan harga oleh
pemerintah yang relatif minimal menjadi
faktor utama penurunan tekanan inflasi
kelompok ini pada tahun 2018, setelah
penyesuaian tarif listrik dan biaya
perpanjangan STNK yang dilakukan pada
tahun 2017.
Secara umum, berbagai kebijakan
pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam hal percepatan realisasi
pembangunan infrastruktur distribusi dan
pengendalian harga (BBM satu harga, HET
beras, semen satu harga, dll) diprakirakan
masih dapat menjadi peredam tekanan
kenaikan inflasi ke depan.
Berbagai upaya tersebut diperkuat juga oleh
pembentukan Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) yang saat ini telah melingkupi
hampir seluruh kabupaten/kota di Papua.
Hingga bulan Februari 2018, tercatat telah
terbentuk 28 TPID di tingkat kabupaten/kota
dan 1 TPID di tingkat provinsi, hanya
kabupaten Mappi yang belum membentuk
TPID. Pembentukan TPID tersebut membuat
upaya koordinasi dan sinergi program
kebijakan pengendalian inflasi menjadi lebih
optimal dan tepat sasaran.
Dalam upaya mengendalikan inflasi ke
depan, beberapa hal yang perlu ditempuh
oleh TPID diantaranya adalah
(a) Penambahan kapasitas dan kualitas
pergudangan untuk mengantisipasi
perubahan cuaca dan menjaga
pasokan.
(b) Pembentukan sentra produksi dan
penguatan akses petani terhadap
teknologi, pasar, dan permodalan.
(c) Mendorong optimalisasi waktu
operasional Bandara di Papua.
(d) Melakukan realisasi kerjasama
perdagangan dengan daerah pemasok
maupun produsen.
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 7.3 Ekspektasi Masyarakat terhadap
Inflasi dan Pengeluaran
100
110
120
130
140
150
160
170
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2016 2017
Perkiraan inflasi 3 bulan yang akan datang
Perkiraan pengeluaran 3 bulan ke depan
74
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
(e) Secara rutin menginformasikan
ketersediaan pasokan barang untuk
mengelola ekspektasi masyarakat
terhadap harga.
(f) Melakukan kegiatan rutin pengendalian
harga seperti pasar murah, operasi
pasar dan inspeksi.
75
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
LAMPIRAN TABEL
76
Februari 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
TABEL 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 (dalam miliar rupiah)
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOMENURUT PENGGUNAAN I II III IV Total I II III IV Total
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 13,641.7 13,956.8 14,359.5 14,764.7 56,722.7 14,346.2 14,674.9 15,175.9 15,605.4 59,802.4
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 543.5 544.5 563.9 598.8 2,250.7 582.0 594.4 618.6 679.9 2,474.8
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,993.2 6,172.3 6,218.3 7,360.8 25,744.7 6,006.4 6,256.8 6,697.2 7,866.0 26,826.5
Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,021.7 9,289.3 9,516.8 9,996.4 37,824.2 9,631.9 9,773.0 9,963.3 10,501.9 39,870.1
Perubahan Inventori (74.5) 188.8 (46.8) 96.2 163.8 366.4 (979.1) 3,219.8 (2,566.5) 40.5
Ekspor Luar Negeri 3,597.3 4,313.0 7,884.4 9,542.3 25,337.1 3,281.6 6,503.4 4,379.7 9,781.5 23,946.3
Impor Luar Negeri 1,862.2 2,793.5 2,162.9 2,490.4 9,309.1 1,370.7 1,639.7 1,452.6 1,492.4 5,955.4
Net Ekspor Antardaerah (1,140.3) 251.5 2,373.8 2,002.0 3,487.0 (2,018.6) (1,264.4) 1,604.9 3,496.6 1,818.5
MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHAPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,669.3 3,853.4 3,841.3 4,094.0 15,457.9 3,776.0 3,976.1 3,992.6 4,327.7 16,072.4
Pertambangan dan Penggalian 10,551.2 11,667.8 17,808.1 19,813.2 59,840.4 10,684.3 12,740.2 18,285.8 20,463.8 62,174.1
Industri Pengolahan 672.6 670.6 673.2 693.9 2,710.3 701.5 717.9 717.9 748.1 2,885.4
Pengadaan Listrik, Gas 11.6 11.9 11.5 11.7 46.7 11.7 12.0 12.4 12.4 48.6
Pengadaan Air 18.3 18.5 18.8 19.1 74.6 19.2 19.4 20.0 20.8 79.4
Konstruksi 3,471.5 3,721.5 3,960.5 4,264.1 15,417.5 3,713.0 3,869.5 4,113.6 4,519.4 16,215.5
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,593.0 2,738.8 2,859.7 3,010.6 11,202.1 2,751.1 2,904.2 3,038.0 3,208.2 11,901.6
Transportasi dan Pergudangan 1,366.9 1,447.6 1,515.3 1,624.1 5,953.9 1,446.9 1,533.6 1,610.5 1,719.0 6,310.0
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 221.1 231.8 238.6 253.8 945.3 232.9 245.5 253.4 270.6 1,002.4
Informasi dan Komunikasi 1,181.1 1,230.8 1,258.4 1,282.6 4,952.9 1,258.9 1,296.3 1,345.6 1,398.5 5,299.3
Jasa Keuangan 497.4 487.1 508.1 524.4 2,017.0 515.5 511.4 512.9 529.8 2,069.6
Real Estate 788.1 818.0 840.6 882.2 3,329.0 822.5 860.2 895.2 937.5 3,515.4
Jasa Perusahaan 361.9 389.3 401.5 414.6 1,567.3 381.6 410.3 423.8 442.0 1,657.7
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,798.7 3,029.4 3,124.0 3,257.7 12,209.8 2,922.7 3,131.9 3,241.3 3,446.0 12,741.8
Jasa Pendidikan 675.8 718.2 737.0 772.6 2,903.5 710.3 758.3 780.1 816.0 3,064.7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 497.8 532.6 544.8 562.2 2,137.4 518.0 558.2 574.6 597.8 2,248.6
Jasa lainnya 344.2 355.5 365.7 390.1 1,455.5 359.0 374.1 389.0 415.2 1,537.2
TOTAL 29,720.4 31,922.8 38,707.1 41,870.8 142,221.1 30,825.2 33,919.2 40,206.8 43,872.5 148,823.6
2016 2017
77
Februari 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
TABEL 2. IMPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA
I II III IV I II III IV I II III IV
IMPOR
Nilai Impor Nonmigas (juta USD) 115.1 122.3 177.5 174.11 121.5 164.5 143.9 151.48 77.3 88.1 75.3 61.62
Nilai Impor Konsumsi 2.8 3.9 4.2 7.0 3.2 3.9 3.4 5.1 3.0 1.5 1.2 2.2
Nilai Impor Bahan Baku dan Penolong 89.6 97.0 142.8 127.3 94.5 130.9 111.1 113.3 58.8 55.4 47.8 51.2
Nilai Impor Barang Modal 23.2 21.8 30.9 40.5 24.3 30.4 30.0 33.9 16.0 31.2 26.4 8.3
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 13.4 22.3 17.2 65.2 17.6 28.0 18.7 22.4 10.1 11.2 11.7 11.6
Volume Impor Konsumsi 0.3 0.6 0.4 0.5 0.5 0.6 0.5 0.7 0.5 0.3 0.1 0.4
Volume Impor Bahan Baku dan Penolong 11.2 19.9 15.0 62.3 15.9 25.5 16.7 19.7 8.9 9.3 10.2 10.8
Volume Impor Barang Modal 2.0 1.9 1.9 2.5 1.3 2.1 1.6 2.2 0.9 1.6 1.4 0.5
20162015RINCIAN
2017
78
Februari 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
TABEL 3. EKSPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA
I II III IV I II III IV I II III IV
EKSPOR
Nilai Ekspor (juta USD) 349.1 608.3 557.5 358.1 226.5 367.6 627.1 689.9 278.1 596.6 409.2 1132.4
KPBC Jayapura 0.1 0.1 0.0 0.5 0.1 0.1 0.3 0.7 1.3 3.6 0.9 1.4
KPBC Merauke 18.4 19.6 11.7 13.5 10.8 12.5 10.3 9.2 10.5 10.5 11.2 11.7
KPBC Amamapare 318.4 575.7 595.6 345.1 271.7 352.3 613.4 670.8 259.0 586.0 395.6 1109.6
KPBC Biak 16.9 18.5 13.2 6.1 11.4 11.8 11.6 15.4 13.0 13.6 9.8 17.7
KPBC Nabire - - - 0.0 - - - 0.0 - - - 0.0
Volume Ekspor (ribu ton) 204.6 335.4 370.8 246.3 232.9 277.9 382.4 361.4 154.3 285.4 198.9 468.4
KPBC Jayapura 0.1 0.1 0.0 0.2 0.0 0.0 0.1 0.4 1.1 2.0 0.8 2.4
KPBC Merauke 19.2 20.9 12.8 15.1 12.5 15.4 13.2 12.6 14.4 14.2 14.1 14.2
KPBC Amamapare 165.0 291.7 337.6 221.0 199.4 241.0 351.0 323.0 115.1 244.7 169.2 425.6
KPBC Biak 20.4 22.7 20.3 10.0 21.0 21.4 18.1 25.5 23.7 24.6 14.8 26.2
KPBC Nabire - - - 0.0 - - - 0.0 - - - 0.0
Total Komoditas (juta USD) 349.1 608.3 557.5 358.1 226.5 367.6 627.1 689.9 278.1 596.6 409.2 1132.4
Kayu Olahan 30.8 32.7 20.0 12.6 9.0 15.3 13.8 19.2 20.0 14.3 15.3 24.6
Bijih Tembaga 318.3 575.5 537.6 326.6 217.5 352.3 613.4 670.7 258.1 581.3 393.9 1107.8
Negara Tujuan Ekspor (juta USD) 349.1 608.3 557.5 358.1 226.5 367.6 627.1 689.9 278.1 596.6 409.2 1,132.4
Amerika Serikat 7.1 7.2 0.0 - - 0.0 3.9 3.9 - 0.1 4.9 11.8
Kayu Olahan 7.1 7.2 - - - - 3.9 3.8 - - 4.9 11.8
Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - -
Filipina - 45.8 68.3 69.2 60.6 68.8 76.0 53.6 - 82.7 111.0 187.6
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga - 45.8 68.3 69.2 60.6 68.8 76.0 53.6 - 82.7 111.0 187.6
India 196.5 206.7 227.5 147.5 25.9 48.9 221.6 186.5 132.3 182.1 85.8 258.0
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga 196.5 206.7 227.5 147.5 25.9 48.9 221.6 186.5 132.3 182.1 85.8 258.0
Jepang 33.7 154.3 154.5 60.6 56.1 103.3 102.0 227.7 57.3 113.5 134.8 320.3
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga 33.7 154.3 154.5 60.6 56.1 103.3 102.0 227.7 57.3 113.5 134.8 320.3
RRT 88.2 105.5 67.9 49.2 43.7 88.5 144.2 184.0 68.9 131.9 40.3 213.1
Kayu Olahan - - - - - - - - 0.4 0.8 0.2 0.5
Bijih Tembaga 88.2 105.5 67.9 49.2 43.7 88.5 144.2 184.0 68.5 130.2 40.1 212.6
Arab Saudi 23.7 23.4 14.3 12.6 7.8 8.9 6.1 6.2 13.1 9.1 7.4 8.1
Kayu Olahan 23.7 23.4 14.3 12.6 7.8 8.9 6.1 6.2 13.1 9.1 7.4 8.1
Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - -
Korea Selatan - 65.5 25.0 18.8 32.5 49.1 73.4 28.1 6.4 77.2 25.1 133.5
Kayu Olahan - 2.2 5.7 1.58 1.2 6.5 3.8 9.22 6.4 4.4 2.8 4.18
Bijih Tembaga - 63.4 19.3 17.26 31.2 42.7 69.5 18.92 - 72.8 22.3 129.33
20162015RINCIAN
2017
79
Februari 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
TABEL 4. PENYALURAN KREDIT PERBANKAN NASIONAL (LOKASI PROYEK DI PROVINSI PAPUA)
I II III IV I II III IV I II III IV
Menurut Penggunaan
Modal Kerja 7,550 8,178 9,350 9,512 8,822 9,480 8,952 9,016 9,807 10,148 10,901 12,108
Investasi 3,625 3,922 2,813 3,018 2,352 2,535 3,344 3,348 5,895 6,628 7,054 7,802
Konsumsi 9,685 9,921 10,201 10,361 10,268 10,697 10,985 11,627 12,432 12,602 13,137 13,798
Menurut Sektor Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 887 1,082 865 1,134 696 718 691 709 2,541 2,391 2,408 3,305
2. Pertambangan dan Penggalian 79 81 30 43 61 59 41 39 60 68 65 74
3. Industri Pengolahan 308 296 153 352 316 333 334 387 80 48 53 56
4. Pengadaan Listrik dan Gas 38 46 25 36 33 34 35 24 388 389 397 431
5. Pengadaan Air 3 6 2 6 5 5 8 5 33 952 954 969
6. Konstruksi 1,265 1,527 1,140 1,561 1,156 1,534 1,687 1,539 1,598 1,623 1,883 1,739
7. Perdagangan Besar dan Eceran 5,035 5,358 6,550 5,820 6,122 6,487 6,571 6,631 7,262 7,297 7,857 7,850
8. Transportasi dan Pergudangan 671 651 522 641 589 615 646 609 1,163 847 831 817
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 678 708 398 703 672 694 706 719 744 785 1,105 1,169
10. Informasi dan Komunikasi 18 18 1 2 9 9 9 2 302 692 674 976
11. Perantara Keuangan 542 695 608 727 94 84 77 76 514 786 792 802
12. Real Estate dan Usaha Persewaan 187 189 145 208 232 275 282 287 62 41 21 812
13. Jasa Perusahaan 230 224 221 211 172 171 183 189 7 8 8 7
14. Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 37 2 1 66 17 1 38 82 44 51 53 99
15. Jasa Pendidikan 13 17 11 15 12 10 11 6 713 653 711 669
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 29 35 30 36 33 38 38 39 48 45 56 54
17. Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 10,840 11,086 11,660 11,329 11,221 11,645 11,926 12,648 87 52 40 34
TOTAL 20,860 22,021 22,364 22,891 21,441 22,712 23,282 23,991 28,134 29,379 31,091 33,708
URAIAN20172015 2016
80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
DAFTAR ISTILAH Administered price
Harga barang/jasa yang diatur oleh
pemerintah, misalnya harga bahan bakar
minyak dan tarif dasar listrik.
Base Effect
Efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan
yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Adalah simpanan pihak ketiga bukan bank
yang terdiri dari giro, tabungan dan
simpanan berjangka.
Debt to Service Ratio (DSR)
Rasio utang terhadap pendapatan yang
mencerminkan kemampuan
individu/korporasi/negara untuk
menyelesaikan kewajiban membayar
hutang.
Inflasi IHK
Perubahan harga barang dan jasa dalam satu
periode, yang diukur dengan perubahan
Indeks Harga Konsumen (IHK).
Inflasi inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen
volatile foods dan administered prices.
Inflow
Adalah uang yang diedarkan aliran masuk
uang kartal ke Bank Indonesia.
Kontraksi
Kondisi dimana pertumbuhan benilai
negatif.
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan
informasi yang dilakukan secara periodik
melalui wawancara langsung/tidak langsung
kepada pelaku usaha/institusi lainnya
mengenai perkembangan dan arah kegiatan
usaha dengan cara yang sitematis dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan
dan likert scale.
Likert Scale
Alat statistik untuk menilai variable/indicator
dengan skala -5 hingga 5. Metode ini
disusun dengan mengacu pada pelaksanaan
di Reserve Bank of Australia (RBA).
Likuiditas
Posisi uang atau kas perusahaan yang
mencerminkan kemampuan untuk
memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.
Loan to Value (LTV)
Rasio antara nilai kredit/pembiayaan yang
dapat diberikan oleh bank terhadap nilai
agunan berupa properti pada saat
pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan
harga penilaian terakhir.
Month to month (mtm)
Perubahan nilai pada bulan bersangkutan
dibandingkan bulan sebelumnya.
Net Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari
outflow.
Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet
terhadap total penyaluran pembiayaan atau
kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan
valas. Kriteria NPL adalah (1) kurang lancar,
(2) diragukan, dan (3) macet.
Outflow
Adalah aliran keluar uang kartal dari Bank
Indonesia.
Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
Kegiatan pinjam meminjam dana jangka
pendek (dalam satuan malam) antar bank
yang dilakukan melalui jaringan komunikasi
elektronis.
81
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
Rentabilitas
kemampuan dari suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui pemanfaatan
aset/modal.
Repo
Transaksi penjualan instrumen keuangan
antara dua belah pihak dengan perjanjian
dimana pada tanggal yang telah ditentukan
akan dilaksanakan pembelian kembali atas
instrumen yang sama dengan harga
tertentu.
Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Selisih tersebut kemudian dikalikan bobot
tiap sektor. SBT mencerminkan
perkembangan usaha dari tiap sektor.
Year to Date (ytd)
Sering disebut perubahan kumulatif, adalah
perubahan nilai pada bulan bersangkutan
dibandingkan bulan Desember tahun
sebelumnya.
Year on Year (yoy)
Sering disebut perubahan tahunan, adalah
perubahan nilai pada bulan bersangkutan
dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya.