ASPP-16 1
KAJIAN EMPIRIS TENTANG KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI PERUSAHAAN INDUSTRI PENGOLAHAN DI SURABAYA
ELIA MUSTIKASARI
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya
ABSTRACT
This study was conducted to investigate corporate tax non compliance behavior, especially large and medium size manufacturing industry in Surabaya, East Java. Research design is survey research using questionnaire as instrument. The respondents of the study are tax professionals who have at least 1 year experience as tax professional in the manufacturing industry. Two hundred and thirty three tax professionals of 124 corporates participated in this study. The data was analysed using Structural Equation Modeling (SEM) with Amos version 5.
The findings of this study show that, the effect of: (1) attitude toward non compliance behavior on tax professional intention is positive and significant; (2) subjective norm on tax professional intention is negative and significant; (3) moral obligation on tax professional intention is negative and significant; (4) perceived behavioral control on tax professional intention is positive and significant; (5) perceived behavioral control on corporate tax non compliance is negative and significant; (6) tax professional intention on corporate tax non compliance is positive and significant; (7) perceived corporate financial condition on corporate tax non compliance is negative and significant; (8) perceived corporate facilities on corporate tax non compliance is negative and significant; and (9) perceived organizational climate on corporate tax non compliance is negative and significant. Keywords: attitude toward non compliance behavior, subjective norm, moral
obligation, perceived behavioral control, tax professional intention, perceived corporate financial condition, perceived corporate facilities, perceived organizational climate, corporate tax non compliance.
ASPP-16 2
1. Pendahuluan
Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia
terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara. Dalam APBN tahun anggaran
2002, target penerimaan yang berasal dari pajak untuk tahun anggaran 2002 sampai
dengan 2005 terus meningkat. Peningkatan penerimaan APBN yang berasal dari pajak
direncanakan akan berlangsung terus sampai APBN menjadi APBN mandiri pada tahun
2007.
Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan
dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983,
dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem self assesment. Penerapan self
assesment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary
compliance) pada masyarakat telah terbentuk (Darmayanti, 2004). Kenyataan yang ada
di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari
belum optimalnya penerimaan pajak yang tercermin dari tax gap dan tax ratio.
Data yang akurat mengenai berapa jumlah tax gap Indonesia belum tersedia.
Namun dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Gunadi mengutip hasil laporan Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) tentang audit kinerja Direktorat Jenderal Pajak, bahwa Indonesia
mengalami tax gap yang cukup signifikan. (http:\\www.indodigest.com, 15 Maret
2006). Dari sisi lain, tax ratio Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN yaitu hanya
rata-rata sebesar 12,2 - 13,5 % untuk tahun 2001 – 2006 (Berita Pajak, 1 September
2005). Sementara itu, tax ratio negara-negara ASEAN sebesar: Malaysia (20,17%),
Singapura (21,4%), Brunai (18,8%), dan Thailand (17,28%). Angka tax gap yang
ASPP-16 3
signifikan dan tax ratio yang masih rendah ini menunjukkan usaha memungut pajak (tax
effort) Indonesia rendah (Gunadi, 2004).
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan
kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan
faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib
pajak badan.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah sering dilakukan. Beberapa peneliti
menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menjelaskan
perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Blanthorne 2000; Bobek 2003).
Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang signifikan,
bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh
variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan. Bradley
(1994) dan Siahaan (2005) melakukan penelitian kepatuhan wajib pajak badan dengan
responden tax professional. Penelitian keduanya bukan merupakan penelitian perilaku.
Tax professional adalah orang profesional di perusahaan yang ahli di bidang perpajakan.
Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku WP badan yang dalam hal ini diwakili oleh
tax professional perlu menggunakan teori perilaku individu dan perilaku organisasi.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
2.1 Pengaruh sikap terhadap niat berperilaku
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut.
ASPP-16 4
Sikap mempunyai peran yang penting dalam menjelaskan perilaku seseorang dalam
lingkungannya, walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku,
seperti stimulus, latar belakang individu, motivasi, dan status kepribadian. Secara timbal
balik, faktor lingkungan juga mempengaruhi sikap dan perilaku.
Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) (periksa Gambar 1: Theory of
Planned Behavior dalam lampiran), perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul
karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku
ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: (1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan
individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength
and outcome evaluation), (2) normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan
normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs
and motivation to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang
keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan
ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang
mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan
yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri
sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan
sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan
tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma
subyektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral
control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (Ajzen, 2002: 2).
Bobek & Hatfield (2003), Blanthorne (2000), dan Hanno & Violette (1996)
memanfaatkan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menjelaskan kepatuhan pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Temuan Bobek & Hatfield (2003), dan Hanno &
ASPP-16 5
Violette (1996) adalah, sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara
signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Sedangkan Blanthorne (2000), tidak bisa
membuktikan pengaruh sikap terhadap ketidakpatuhan terhadap niat karena model
pengukuran sikap yang digunakan tidak valid. Hipotesa penelitian yang diajukan
adalah:
H1 : Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh terhadap niat tax professional
untuk berperilaku tidak patuh.
2.2 Pengaruh norma subyektif (subjective norm) terhadap niat berperilaku Norma Subyektif adalah persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam
membentuk perilaku tertentu. (Ajzen, 1988). Norma subyektif merupakan fungsi
dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang di
sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku tertentu dan
memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka.(Ajzen, 1991). Penelitian
tentang kepatuhan Wajib Pajak yang lalu menunjukkan, bahwa teman sejawat
mempunyai pengaruh penting untuk memprediksi perilaku Wajib Pajak (Jackson
dan Milliron, 1986; Roth et al., 1989; Steenbergen, McGraw and Scholz, 1992).
Bobek & Hatfield (2003) dan Hanno & Violette (1996) telah membuktikan secara
empiris bahwa norma subyektif
secara positif signifikan mempengaruhi niat ketidakpatuhan WP. Indikator norma
subyektif yang digunakan oleh Bobek & Hatfield (2003) adalah: anggota keluarga,
pimpinan perusahaan, teman, pasangan, sedangkan Hanno & Violette (1996)
menggunakan indikator keluarga. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
ASPP-16 6
H2 : Norma subyektif berpengaruh terhadap niat tax professional untuk berperilaku
tidak patuh.
2.3 Pengaruh kewajiban moral (moral obligation) terhadap niat berperilaku
Ajzen (1991) mengatakan, bahwa model TPB masih memungkinkan untuk
ditambahi variabel prediktor lain selain ketiga variabel pembentuk niat yang telah
dijelaskan. Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seseorang,
namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain. Norma individu ini tidak secara
eksplisit termasuk dalam model TPB. Blanthorne (2000), Kaplan, Newbery & Reckers
(1997), Hanno & Violette (1996) telah membuktikan secara empiris, bahwa kewajiban
moral berpengaruh secara negatif signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak.
Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H3 : Kewajiban moral berpengaruh terhadap niat tax professional untuk berperilaku
tidak patuh.
2.4 Pengaruh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control) terhadap niat berperilaku
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dalam konteks perpajakan adalah
seberapa kuat tingkat kendali yang dimiliki seseorang Wajib Pajak dalam menampilkan
perilaku tertentu, seperti melaporkan penghasilannya lebih rendah, mengurangkan
beban yang seharusnya tidak boleh dikurangkan ke penghasilan, dan perilaku
ketidakpatuhan pajak lainnya (Bobek dan Hatfield, 2003). Kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan ini memiliki dua pengaruh yaitu pengaruh terhadap niat berperilaku dan
terhadap perilaku. Ajzen (2002) mengatakan bahwa kontrol keperilakuan
mempengaruhi niat didasarkan atas asumsi bahwa kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan oleh individu akan memberikan implikasi motivasi pada orang tersebut.
ASPP-16 7
Dalam arti bahwa, niat akan terbentuk apabila individu merasa mampu untuk
menampilkan perilaku. Bobek & Hatfield (2003) dan Blanthorne (2000) dalam
penelitiannya tidak bisa membuktikan bahwa pengaruh kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan cukup signifikan. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H4 : Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh terhadap niat tax
professional untuk berperilaku tidak patuh.
2.5 Pengaruh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control) terhadap perilaku
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung (melalui niat) terhadap perilaku (Ajzen, 1988). Pengaruh
langsung dapat terjadi jika terdapat actual control di luar kehendak individu
sehingga mempengaruhi perilaku.
Semakin positif sikap terhadap perilaku dan norma subyektif, semakin besar
kontrol yang dipersepsikan seseorang, maka semakin kuat niat seseorang untuk
memunculkan perilaku tertentu. Akhirnya, sesuai dengan kondisi pengendalian yang
nyata di lapangan (actual behavioral control) niat tersebut akan diwujudkan jika
kesempatan itu muncul. Namun sebaliknya, perilaku yang dimunculkan bisa jadi
bertentangan dengan niat individu tersebut. Hal tersebut terjadi karena kondisi di
lapangan tidak memungkinkan memunculkan perilaku yang telah diniatkan sehingga
dengan cepat akan mempengaruhi perceived behavioral control individu tersebut.
Perceived behavioral control yang telah berubah akan mempengaruhi perilaku yang
ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan. Hasil penelitian empiris
Bobek & Hatfield (2003) dan Blanthorne (2000) menemukan bahwa pengaruh kontrol
ASPP-16 8
keperilakuan yang dipersepsikan terhadap ketidakpatuhan pajak tidak cukup signifikan.
Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H5 : Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh secara langsung terhadap
ketidakpatuhan pajak badan.
2.6 Pengaruh niat berperilaku terhadap perilaku
Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku
(Ajzen, 1988). Hal ini berati, pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat
atau tendensinya. Variabel laten niat diukur dengan 2 indikator sebagaimana yang
pernah dilakukan oleh beberapa peneliti kepatuhan WP, yaitu kecenderungan dan
keputusan (Blanthorne, 2000; Bobek, 2003). Kecenderungan adalah kecondongan
atau tendensi pribadi tax professional untuk patuh atau tidak patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Keputusan adalah keputusan pribadi yang
dipilih tax professional untuk mematuhi atau tidak mematuhi peraturan perpajakan.
Bobek & Hatfield (2003), Blanthorne (2000) dan Hanno & Violette (1996), telah
membuktikan secara empiris, bahwa niat berpengaruh secara positif signifikan terhadap
ketidakpatuhan pajak. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H6 : Niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh berpengaruh terhadap
ketidakpatuhan pajak badan.
2.7 Pengaruh kondisi keuangan terhadap kepatuhan pajak
Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan perusahaan yang tercermin
dari tingkat profitabilitas (profitability) dan arus kas (cash flow). Perusahaan yang
tingkat profitabilitasya tinggi tidak menjamin likuiditasnya baik. Hal ini dimungkinkan
karena rasio profitabilitas dihitung dari laba akuntansi dibagi dengan investasi, aset,
atau ekuitas, yang mana laba akuntansi menganut basis akrual. Oleh karena itu, untuk
ASPP-16 9
mengukur kondisi keuangan perusahaan, selain profitabilitas, ukuran penting yang lain
adalah arus kas.
Profitabilitas perusahaan (firm profitahility) telah terbukti merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan dalam mematuhi peraturan
perpajakan karena profitabilitas akan menekan perusahaan untuk melaporkan
pajaknya (Slemrod, 1992, Bradley, 1994, dan Siahaan, 2005). Perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur
dari pada perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah. Perusahaan dengan
profitabilitas rendah pada umumnya mengalami kesulitan keuangan (financial
difficulty) dan cenderung melakukan ketidakpatuhan pajak.
Demikian pula, perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas ada
kemungkinan tidak mematuhi peraturan perpajakan dalam upaya untuk
mempertahankan arus kasnya. Pada sisi yang lain suatu perusahaan yang memiliki
penghasilan bersih di atas rata-rata mungkin memiliki dorongan untuk tidak
mematuhi kewajiban pajaknya dalam upaya untuk meminimalkan political visibility
(Slemrod; Watts and Zimmerman, dalam Siahaan, 2005 dan Bradley, 2004).
Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H7 : Persepsi tentang kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap
ketidakpatuhan pajak badan.
2.8 Pengaruh fasilitas perusahaan terhadap kepatuhan pajak
Sikap manajemen mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
mempekerjakan karyawan yang memiliki keahlian di bidang perpajakan (tax
professional). Fasilitas yang diberikan perusahaan, diharapkan dapat menjamin
ASPP-16 10
bahwa tax professional tersebut akan memiliki kemampuan untuk menyajikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan di bidang perpajakan.
Fasilitas perusahaan dapat mengurangi ketidakpastian bagi tax professional
dan dapat menjamin, bahwa mereka memiliki semua data yang dibutuhkan untuk
membuat suatu pelaporan yang dapat menginformasikan semuanya secara lengkap
(fully informed reporting decision). Dalam situasi di mana tax professional
memperoleh fasilitas yang memadai, maka ketidakpastian yang dihadapi oleh tax
professional hanya berasal dari atau hanya berkaitan dengan ketidakpastian yang
ada dalam peraturan perpajakan (tax law) itu sendiri. Hasil kajian Siahaan (2005)
dan Bradley (1994) telah memberikan bukti empiris bahwa fasilitas perusahaan
berpengaruh secara positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan. Hipotesa
penelitian yang diajukan adalah:
H8 : Persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pajak
badan.
2.9 Pengaruh iklim keorganisasian terhadap perilaku
Perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada.
Diduga, keputusan untuk mematuhi peraturan perpajakan bagi suatu perusahaan
dipengaruhi oleh iklim perusahaan. Iklim keorganisasian merupakan persepsi bersama
(shared perception). Reichers dan Schneider (1990), mengatakan bahwa iklim
keorganisasian merupakan persepsi bersama dari kebijakan-kebijakan organisasi,
praktik-praktik dan prosedur-prosedur, baik formal maupun tidak formal.
Iklim keorganisasian yang positif akan mendukung tax profesional untuk
berperilaku patuh. Sebaliknya, jika iklim keorganisasiannya negatif akan mendorong
tax professional yang patuh menjadi tidak patuh dan yang tidak patuh semakin tidak
ASPP-16 11
patuh. Vardi (2001) secara empiris telah membuktikan bahwa iklim keorganisasian
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku organizational misbehavior (OMB).
Lussier (2005: 487) menjelaskan, bahwa pada umumnya 7 dimensi iklim keorganisasian
yang sering diteliti adalah sebagai berikut: (1) struktur, (2) kewajiban, (3) imbalan, (4)
keakraban (warmth), (5) dukungan, (6) identitas organisasi dan loyalitas, dan (7)
risiko. Hipotesa penelitian yang diajukan adalah:
H9 : Persepsi tentang iklim keorganisasian berpengaruh terhadap ketidakpatuhan
pajak badan.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan industri pengolahan kelas menengah
dan besar di Surabaya Dipilihnya perusahaan menegah dan besar karena pada umumnya
perusahaan menengah dan besar memiliki sistem informasi akuntansi formal (Bouwens
dan Abernethy, 2000) yang memungkinkan tax professional dapat menyusun pelaporan
pajak badannya. Data mengenai industri menengah dan besar di Surabaya Tahun 2006
disajikan pada lampiran.
Data-data yang diperoleh dari survei lapangan dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM). Oleh karena itu,
ukuran sampel yang sesuai jika menggunakan teknik Maximum Likelihood Estimation
dalam pemodelan ini antara 100 – 200 sampel (Hair dkk. dalam Ferdinand, 2002: 47-
48). Bila ukuran sampel terlalu besar, misalnya lebih dari 400, maka metode menjadi
sangat sensitif sehingga sulit mendapatkan ukuran-ukuran goodness-of-fit yang baik.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling
yaitu pengambilan sampel dengan cara membagi populasi menjadi 2 strata, perusahaan
ASPP-16 12
besar dan perusahaan menengah. Langkah berikutnya, menentukan jumlah sampel
minimal masing-masing strata dengan membagi jumlah sampel secara proporsional.
Jumlah minimal perusahaan besar yang dijadikan sampel = 159/1.292 X 100 = 12, dan
jumlah minimal perusahaan menengah = 1.133/1.292 X 100 = 88. Jumlah kuesioner
dikirimkan ke perusahaan sebanyak 200 amplop dengan rincian 24 perusahaan besar
dan 176 perusahaan menengah. Untuk menentukan perusahaan mana saja yang dikirimi
kuesioner untuk masing-masing strata dilakukan dengan metode random sederhana
(simple random sampling).
Responden yang dijadikan sasaran dalam studi ini adalah ahli pajak atau staf
pajak atau yang lebih dikenal dengan sebutan tax professional yang bekerja pada
perusahaan tersebut dengan kriteria: (1) telah menjabat minimal 1 tahun, dan (2) pernah
mengisi SPT. Untuk mengantisipasi perusahaan yang dijadikan sampel mempunyai tax
professional lebih dari 1 orang, maka setiap amplop diisi 3 kuesioner. Dari hasil
wawancara dengan 50 responden melalui telepon, diketahui rata-rata perusahaan
menengah dan besar mempunyai tax professional antara 1 – 6 orang. Dengan demikian
diharapkan 3 orang responden tersebut cukup representatif.
3.2 Model Penelitian
Model yang dibangun dalam studi ini melibatkan 9 variabel laten yang
diidentifikasi mempengaruhi perilaku tax professional, yaitu: (1) sikap terhadap
ketidakpatuhan pajak (SKP), (2) norma subyektif (NRM), (3) kewajiban moral (MRL,
(4) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (KTR), (5) persepsi tentang kondisi
keuangan (KEU), (6) persepsi tentang fasilitas perusahaan (FAS), (7) persepsi tentang
iklim organisasi (IKL), (8) niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh (NIA),
ASPP-16 13
dan (9) ketidakpatuhan pajak badan (KTP). Hubungan antar variabel yang diteliti
disajikan dalam lampiran: Gambar 3.2.1 Model Penelitian
3.3 Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, variabel perilaku yang diteliti menggunakan kerangka
Theory of Planned Behavior (TPB), dimana indikator masing-masing variabel laten
yang mempengaruhi niat dan perilaku diperoleh dari hasil exploratory-test atau yang
dalam TPB sering disebut sebagai belief elicitation procedures (BEP) ke 50 responden
yang diambil secara acak (periksa lampiran: Exploratory Test). BEP dimaksudkan untuk
menggali keyakinan-keyakinan perilaku (behavioral beliefs), keyakinan-keyakinan
normatif (normative beliefs) dan keyakinan-keyakinan kendali (control beliefs)
responden, yang mendorong WP berperilaku tidak patuh.
3.3.1 Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak
Sikap adalah aspek perasaan yang dimiliki oleh tax professional yang ditentukan
secara langsung oleh keyakinan yang dimiliki oleh tax professional terhadap perilaku
ketidakpatuhan pajak. Keyakinan-keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan 5 keyakinan rangking tertinggi dari hasil exploratory-test (periksa lampiran:
kuesioner).
Pengukuran variabel sikap terhadap ketidakpatuhan pajak, menggunakan
kerangka penilaian-harapan (valuation-expectancy framework). Pernyataan pertama
untuk mengukur beliefs strength, responden ditanya tentang seberapa tinggi mereka
memberi “nilai (value)” setiap keyakinan (belief) yang dituangkan dalam pernyataan
atau seberapa penting peran indikator tersebut dalam pengambilan keputusan
ketidakpatuhan pajak. Pernyataan kedua berkaitan dengan outcome evaluation,
responden diminta untuk menentukan “tingkat harapan (rate of expectancy)” masing-
ASPP-16 14
masing indikator mulai dari sangat dipertimbangkan sampai dengan sangat tidak
dipertimbangkan dalam perilaku mereka (periksa pernyataan 1 dan 2 dalam lampiran 5:
kuesioner penelitian). Jawaban pernyataan pertama dikalikan dengan jawaban
pernyataan kedua. Secara matematis, Ajzen (2006) memberikan formula sikap dalam
persamaan berikut: AB α ∑ bB iei, dimana AB = attitude toward the behavior, b = belief
strength, dan e = outcome evaluation.
2.3.2 Norma subyektif
Norma subyektif terhadap ketidakpatuhan pajak adalah kekuatan pengaruh
pandangan orang-orang di sekitar tax professional terhadap perilaku ketidakpatuhan
pajak tax professional. Seseorang dapat terpengaruh atau tidak terpengaruh, sangat
tergantung dari kekuatan kepribadian orang yang bersangkutan dalam menghadapi
orang lain. Indikator norma subyektif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan 4
indikator rangking tertinggi dari hasil dari exploratory test (periksa lampiran:
kuesioner). Pernyataan pertama berkaitan dengan normative beliefs, dan yang kedua,
berkaitan dengan motivation to comply, kemudian kedua jawaban ini dikalikan. Ajzen
(2006) memberikan formula norma subyektif dalam persamaan berikut: SN α ∑ nimi,
dimana SN = subjective norm, n = normative beliefs, dan m = motivation to comply.
3.3.3 Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan adalah sejumlah kontrol yang diyakini
tax professional yang akan menghambat mereka dalam menampilkan perilaku
ketidakpatuhan pajak. Indikator kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan 3 indikator rangking tertinggi dari hasil dari
exploratory-test (periksa lampiran: kuesioner). Hasil jawaban pernyataan pertama yang
ASPP-16 15
mengukur control beliefs strength, dan yang kedua, berkaitan dengan control beliefs
power dikalikan. Ajzen (2006) memberikan formula norma subyektif dalam
persamaan berikut: PBC α ∑cipi, dimana PBC = perceived behavioral control, c =
control beliefs strength, dan p = control beliefs power.
3.3.4 Kewajiban moral
Kewajiban moral adalah norma individu yang dipunyai oleh seorang tax
professional, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh tax professional yang lain.
Indikator kewajiban moral yang digunakan dalam penelitian ini merupakan 3 indikator
rangking tertinggi dari hasil dari exploratory-test (periksa pernyataan nomor 7-9
lampiran: kuesioner)
3.3.5 Niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh
Niat atau intensi adalah kecenderungan atau keputusan tax professional untuk
melakukan perilaku ketidakpatuhan pajak. Dalam mengukur variabel laten niat untuk
berperilaku tidak patuh, responden akan dimintai pendapatnya tentang 2 pernyataan
yang mewakili 2 variabel niat, yaitu: (1) kecenderungan dan (2) keputusan untuk tidak
patuh terhadap ketentuan perpajakan (periksa pernyataan nomor 10 dan 11 dalam
lampiran: kuesioner)
3.3.6 Persepsi tentang kondisi keuangan perusahaan
Persepsi tentang kondisi keuangan perusahaan adalah persepsi tax professional
tentang kemampuan perusahaan di mana tax professional bekerja. Pengukuran variabel
ini memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Bradley (1994) dan Siahaan
(2005) yang terdiri dari 2 pernyataan yang berkaitan dengan (1) kondisi arus kas tahun
ASPP-16 16
terakhir, dan (2) kondisi laba sebelum pajak (earning before tax) tahun terakhir (periksa
pernyataan nomor 12 dan 13 lampiran: kuesioner).
3.3.7 Persepsi tentang fasilitas perusahaan
Persepsi tentang fasilitas perusahaan adalah persepsi tax professional tentang
sumber daya yang dimiliki perusahaan dimana tax professional bekerja termasuk di
dalamnya tersedianya informasi keuangan dan operasi. Pengukuran variabel ini
memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Bradley (1994) dan Siahaan (2005)
(periksa pernyataan nomor 14- 16 lampiran: kuesioner).
3.3.8 Persepsi tentang iklim keorganisasian
Iklim keorganisasian adalah persepsi tax professional yang merefleksikan
tentang harapannya dalam organisasi, rutinitas lingkungan kerja, dan perilaku kerja
yang didukung dan dihargai oleh organisasi. Pengukuran iklim organisasi yang
digunakan dalam penelitian ini mereplikasi penelitian Vardi (1991) dan Lussier (2005),
yaitu: (1) struktur, (2) imbalan, (3) dukungan, (4) risiko, dan (5) kewajiban (periksa
pernyataan nomor 17-22 lampiran: kuesioner).
3.3.9 Ketidakpatuhan pajak badan
Ketidakpatuhan pajak badan adalah ketidakpatuhan tax professional dalam
memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan dimana dia bekerja. Variabel laten ini
diukur dengan menggunakan instrumen yang direplikasi dari penelitian Brown dan
Mazur (2003) dan sesuai dengan definisi kepatuhan pajak IRS yang terdiri dari 3
variable: (1) kepatuhan penyerahan SPT (filing compliance), (2) kepatuhan pembayaran
(payment compliance), dan (3) kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Indikator
ketiga variabel kepatuhan mengacu definisi kepatuhan material pada KMK No.
ASPP-16 17
235/KMK.03/2003 tentang kriteria Wajib Pajak Patuh dalam rangka pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak (periksa pernyataan nomor 23-30 lampiran:
kuesioner).
3.4 Alat Analisis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis multivariat
Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program Amos 5. Dengan
menggunakan teknik SEM, peneliti sekaligus bisa melakukan analisis faktor, model
struktural dan analisis jalur.
4. Analisis Hasil Penelitian
4.1 Statistik Deskriptif
Kuesioner didistribusikan ke responden menggunakan tenaga lapangan. Dari
tabel 4.1.1 yang disajikan dalam lampiran dapat dilihat jumlah kuesioner yang
didistribusikan, kembali, dan diolah.
4.2 Hasil pengujian SEM
Hasil pengujian koefisien jalur secara rinci disajikan pada tabel 4.2.1: Estimasi
Parameter Model Struktural dalam lampiran.
4.2.1 Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis 1: Sikap Terhadap Ketidakpatuhan Pajak (X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Niat Tax Professional untuk Berperilaku Tidak Patuh (Y1) diterima.
Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,100 dengan nilai C.R.
sebesar 60,787 dan probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
ASPP-16 18
4.2.2 Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis 2: Norma Subyektif (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Niat Tax Professional untuk Berperilaku Tidak Patuh (Y1) diterima. Hal ini terlihat dari
koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0,124 dengan nilai C.R. sebesar -63,241
dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.3 Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis 3: Kewajiban Moral (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Niat Tax Professional untuk Berperilaku Tidak Patuh (Y1) diterima. Hal ini terlihat dari
koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0,474 dengan nilai C.R. sebesar -38,512
dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis 4: Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan (X4) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Niat Tax Professional untuk Berperilaku Tidak Patuh (Y1)
diterima. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,920 dengan
nilai C.R. sebesar 24,157 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.5 Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis 5: Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan (X4) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Ketidakpatuhan Pajak Badan (Y2) diterima. Hal ini terlihat dari
koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0,558 dengan nilai C.R. sebesar -19,166
ASPP-16 19
dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.6 Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis 6: Niat Tax Professional untuk Berperilaku Tidak Patuh (Y1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ketidakpatuhan Pajak Badan (Y2) diterima.
Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,487 dengan nilai C.R.
sebesar 44,241 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.7 Pengujian Hipotesis 7
Hipotesis 7: Persepsi tentang Kondisi Keuangan Perusahaan (X5) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Ketidakpatuhan Pajak Badan (Y2) diterima. Hal ini
terlihat dari koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0,07 dengan nilai C.R.
sebesar -6,396 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.8 Pengujian Hipotesis 8
Hipotesis 8: Persepsi tentang Fasilitas Perusahaan (X6) berpengaruh negatif
signifikan terhadap Ketidakpatuhan Pajak Badan (Y2) diterima. Hal ini terlihat dari
koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0,295 dengan nilai C.R. sebesar -23,505
dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
4.2.9 Pengujian Hipotesis 9
Hipotesis 9: Persepsi tentang Iklim keorganisasian (X7) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Ketidakpatuhan Pajak Badan (Y2) diterima. Hal ini terlihat dari
ASPP-16 20
koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0,604 dengan nilai C.R. sebesar -40,1861
dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
5. Penutup
5.1 Simpulan
Simpulan yang bisa ditarik dari hasi kajian ini adalah: (1) tax professional yang
memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2)
pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax
professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki kewajiban
moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya, (4) semakin
rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax
professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang diteliti, variabel kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan mempunyai pengaruh total paling besar terhadap
variabel niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh, (5) semakin rendah
persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax
professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang
diwakilinya. Kaitan temuan hipotesis 3 yang arahnya terbalik dengan temuan ini
memperkuat pendapat Ajzen (2000) bahwa niat seseorang belum tentu diwujudkan
dalam perilakunya, (6) tax professional yang memiliki niat ketidakpatuhan pajak
rendah, ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya., (7) jika tax professional
mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, maka tax professional
akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang dia wakili, (8)
jika tax professional mempunyai persepsi bahwa fasilitas yang disediakan perusahaan
tinggi atau mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah atau sebaliknya, dan
ASPP-16 21
(9) persepsi iklim keorganisasian yang positif berpengaruh terhadap kepatuhan pajak
badan.
7.2. Saran
Bagi Pemerintah: (1) Pemerintah perlu melakukan tindakan persuasif dengan
melakukan penyuluhan ke WP dengan cara-cara yang lebih simpatik, meningkatkan
peran Complaint Cente), memberikan penghargaan bagi Wajib Pajak patuh dan
memberikan kemudahan pemberian perijinan dalam bidang bisnis, (2) usaha Pemerintah
untuk membatasi kontak langsung antara petugas fiskus dan Wajib Pajak melalui
diterapkannya beberapa sistem berbasis komputer perlu ditingkatkan, dan (3)
meningkatkan peran konsultan pajak dalam membangun perekonomian Indonesia
dengan cara menjalin kerjasama dalam penyuluhan perpajakan.
Bagi manajemen perusahaan disarankan agar memanfaatkan temuan
penelitian ini untuk meningkatkan kepatuhan pajak di lingkungannya, bahwa
iklim keorganisasian, kondisi keuangan dan fasilitas perusahaan terbukti secara
signifikan berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak badan.
Bagi peneliti yang akan datang disarankan: (1) skop penelitian diperluas
sehingga bisa diketahui perilaku kepatuhan pajak badan seluruh Indonesia dan (2)
meneliti variabel-variabel lain, menerapkan teori lain, atau model lain dengan harapan
menghasilkan temuan yang lebih bermanfaat bagi praktisi dan pengembangan teori
perilaku perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Allport, G.W., 1935, Attitudes, in C.A. Murchinson (Ed.), A Hand Book of Social
Psichology. Worchester, Mass.: Clark University Press.
ASPP-16 22
Ajzen, Icek, 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations. September (Revised January, 2006).
----------, I., 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and
Human Decision Processes, 50 (2). ----------, 1988. From Intentions to Actions. Attitudes, Personality and Behavior.
London, England: Open University Press. ----------, and M. Fishbein, 1980. Understanding Attitudes and Predicting Social
Behavior. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. ----------, and Madden, 1986. Prediction of Goal-directed Behavior: Attitudes, Intentions
and Perceived Behavioral Control. Journal of Experimental Social Psychology 22 (5).
Allingham, M.G. and A. Sandmo (1972), Income Tax Evasion: A Theoritical Analysis,
Journal of Public Economics, 1. Anonim, 2004. Mark Up Tagihan Naikkan Bargaining. Harian Jawa Pos, 26 Desember. Anshori, Muslich dan Sri Iswati, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bahan Ajar.
Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Azwar, Saifuddin, 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke dua.
Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset. Beck L. and I. Ajzen,1991. Predicting Dishonest Actions Using The Theory of Planned
Behavior. Journal of Research Personality, 25 (3).
Babbie, Earl, 1999. The Basic Social Research. Belmont CA 94002: Wadsworth Publishing Company, An International Thompson Publishing Company.
Baggozzi, R.P., 1992. The Self Regulation of Attitude, Intentions and Behavior. Social
Psychology Quartely, 55. Blanthorne, Cynthia M., 2000. The Role of Opportunity and Beliefs On Tax Evasion: A
Structural Equation Analysis. Dissertation. Arizona State University. Beron, Kurt J. Tauchen, Helen V, and Ann Dryden Witte, 1992. The Effect of Audits
and Socio Economic Variables in Compliance in Joel Slemrod (ed.). Beck, Paul J. Davis, Jon S. and Jung Woon Oh, 1992. Experimental Evidence on
Taxpayer Reporting Under Uncertainty. Accounting Review. July, Vol 66, No. 3.
ASPP-16 23
Bobek, D., Richard C. Hatfield, 2003. An Investigation of Theory of Planned Behavior and the Role of Moral Obligation in Tax Compliance. Behavioral Research in Accounting, 15.
Bradley, Cassie Francies, 1994. An Empirical Investigation of Factor Affecting
Corporate Tax Compliance Behavior. Dissertation. The University of Alabama, USA.
Brown, Robert E. and Mazur Mark J., 2003. IRS’s Comprehensive Approach to
Compliance Measurement. National Tax Journal. September 2003. Vol. 56, Iss.: 3.
Chan K. Hung, and Phyllis L.L. Mo, 2002. The Impact of Firm Characteristic on Book-
Tax-Conforming and Book Tax Difference Audit Adjustments. Journal of the American Taxation Association (Fall).
Chong, Vincent K., and Kar Ming Chong, 1997. Strategic Choices, Environmental
Uncertainty and SBU Performance: A Note on The Intervening Role of Management Accounting Systems, Accounting Business Research, 27 (4).
Clotfelter, C., 1983. Tax Evasion and Tax Rates: An Analysis of Individual Return.
Review of Economics ad Statistics, 65. Crispin, Shawn W., 2002. Thailand Turns The Screws, Far Eastern Economic Review,
99. Darmayanti, Theresia Woro, 2004. Pelaksanaan Self Assesment System Menurut Wajib
Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume X No. 1, 109 – 128.
Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2003. Laporan Hasil Kajian Akademis: Isu-
Isu Pokok Reformasi Kebijakan Perpajakan. ---------, 2004. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2004. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya, 2002. Pokok-
Pokok Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal.
Engel J.F., Blackwell, R.D., dan Miniard, P.W., 1993. Consumer Behavior. Seventh
edition. Orlando, Florida: Dryden Press. Etzioni, A. 1986.Tax Evasion and Perception of Tax Fairness: A Research Note. The
Journal of Applied Behavior Science, 22.
ASPP-16 24
Feltham, Glenn D. and Suzanne M. Paquette, 2002. The Interrelationship Between Estimated Tax Payment and Taxpayer Compliance, The Journal of the American Taxation Association, Vol. 24.
Ferndinand, Augusty, 2002. Structural Equation Modelling Dalam Penelitian
Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Fishbein, M. and I Ajzen ,1975. Beleif, Attitude, Intention and Behavior: An
Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley. Fleming, Debra Parker, 1995. Evidence on The Determinant of Taxpayer Compliance
Examination of Effect Witholding Positions, Audit Detection Rates and Penalty Amount on Tax compliance Decisions. Thesis, Nova South Eastern University, USA.
Ghozali, Imam, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ______, 2004. Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi dengan Program
Amos Ver. 5.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gunadi, 2002. Indonesian Taxation 2002; A Reference Guide. Jakarta: Multi Utama
Publishing. ---------, 2004. Kebijakan Pemeriksaan Pajak Pasca Berlakunya Undang Undang
Perpajakan Baru, Berita Pajak. Hair, J.F., 1995. Multivariate Data Analysis, 4 th. edition. Tokyo: McGraw Hill
Kogakusha. Hanno, D.M. and G.R. Violette 1996. An Analysis of Moral and Social Influences on
Taxpayer Behavior. Behavioral Research in Accounting, 8 (supplement). Hasseldine, John, and Peggy A. Hite, 2003. Framing Gender and Tax Compliance.
Journal of Economic Psychology, 24. Hite, P., 1988. The Effect of Peer Reporting Behavior on Taxpayer Compliance. The
Journal of American Taxation Association (Spring). Hite, Peggy A., and John Hasseldine, 2003. Tras Practioner Crudentials and The
Incidence of IRS Audit Adjustments, Accounting Horizon, 1. Internal Revenue Service – United States Department of The Treasury, 2005. New IRS
Study Provides Preliminary Tax Gap Estimate. IR-2005-38, www.irs.gov/newsroom/article.
ASPP-16 25
Jones, Sally M., 2000. Principles of Taxation For Business and Investment Planning. United States of America: McGraw-Hill Higher Education.
Joreskog, Karl G. and Dag Sorbom, 1996. LISREL 8; User Reference Guide. United
State of America: Scientific Software International (SSI). Kaplan, S.E., K.J. Newberry and P.M.J. Reckers 1997. On the Visibility of Income Tax
Law Violations. In J.A. Roth and J.T. Scholz, eds. Taxpayer Compliance, Social Science Perspective, 2. Philadelphia, PA: University of Pennsylvania Press.
----------, and P.M.J. Reckers, 1985. A Study of Tax Evasion Judgment. National Tax
Journal, 38 (1).
Karlin, Barbara H., 2003. Tax Research. Second Edition. Upper Saddle River: Prentice Hall.
Keller, Karl Edward Jr., 1998. An Experimental Investigation of How Ethical
Orientations, Tax Rates, Penalty Rates, and Audit Rates Affect Tax Compliance Decisions. Dissertation. The University of Tennesse.
Kerlinger, Fred N., 2003. Asas-Asas Penelitian Behavioral, Terjemahan oleh Landung
R. Simatung dan H.J. Koesoemanto. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kim, Chung Kweon, 2002. Does Fairness Matter in Tax Reporting Behavior?, Journal
of Economic Psychology, 23. Kinicki, Angelo, and Robert Kreitner, 2003. Organizational Behavior: Key Concepts,
Skills and Best Practices. International Edition. Mc-Graw Hill Irwin. Kirchler, Erich, Boris Maciejivsky, and Friedrich Schneider, 2003. Everyday
Representations of Tax Avoidance, Tax Evasion, and Tax Flight: Do Legal Differences Matter?. Journal of Economic Psychology, 24.
Kiryanto, 1999. Pengaruh Penerapan Struktur Pengendaliuan Intern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Pajak Penghasilannya. Makalah dalam Simposium Nasional Akuntansi II.
Klepper, Steven anda Daniel Nagin, 1989. Tax Compliance and Perceptions of the
Risks of Detection and Criminal Prosecution. Law and Society Review, 23 (2). Lussier, 2005. Malholtra, K., 1996. Marketing Research an Applied Orientation, Second Edition. New
Jrsey: Pentice Hall International Inc.
ASPP-16 26
Magro, Anne M., 1999. Contextual Feature of Tax Decision Making Settings. Journal of the American Taxation Association, 21.
Martin, Joanne, 2002. Organizational Culture: Mapping The Terrain. Thousand Oaks,
London, New Delhi: Sage Publications, International Educational and Professional Publisher.
Mason R., dan L. Calvin, 1984. Public Confidence and Admitted Tax Evasion. National
Tax Journal, Vol. 37. Meixner, Wilda F., and Dennis M. Bline, 1989. Professional and Job Related Attitudes
and the Behaviours They Influence Among Governmental Accountants. Accounting, Auditing, and Accountability Journal , 64 (1).
Musgrave, Richard A., and Peggy B. Musgrave, 1984. Public Finance in Theory and
Practice, Fourth Edition, McGraw Hill International Student Edtion. Parker, D., A.M.S Manstead, S.G. Stradling, 1995. Extending the Theory of Planned
Behavior: The Role of Personal Norm. British Journal of Social Psychology, 34 (2).
Peter, J. Paul and Jerry C. Olson, 1999. Consumer Behavior and Marketing Strategy,
Fifth Edition. Singapore: Irwin/ McGraw-Hill International Edition.
Reckers, P.M.J., D.L Sanders, and R.W. Wyndelts, 1991. An Empirical Investigation of Factors Influencing Tax Practitioners Compliance. Journal of the American Taxation Association, 13.
Robbins, Stephen P., 1990. Organization Theory, Third Edition. Prentice Hall
International Inc. ----------, 2001. Organizational Behavior, Ninth Edition, versi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pearson Education Asia Pte Ltd. dan PT Prenhallindo. Roth, J.A., J.T. Scholz, and A.D. Witte, eds., 1989. Taxpayer Compliance. An Agenda
for Research, 1. Philadelphia, P.A.: Universtity of Pennsylvania Press. Sadhani, Djazoeli, 2005. Menuju Good Governance Melalui Modernisasi Pajak. Bisnis
Indonesia, tanggal 23 Mei 2005. Sahni, 1994. Incorporating Perceptions of Financial Control in Purchase Prediction: An
Empirical Examination of The Theory of Planned Behavior, Advanced in Consumer Research, Vol. 27.
Sanders, D.L and R.W. Wyndelts, 1989. An Examination of Tax Practitioners Decision
Under Uncertaitnty. Advances in Taxation, 3 (11).
ASPP-16 27
Sekaran, Uma, 1992. Research Methods For Business. New York: John Willey and Sons, Inc.
Schiffman, L.G.& L.L Kanuk, 1997. Consumer Behavior. Sixth edition. New Jersey:
Prentice Hall International Inc. Schisler, D.L., 1994. An Examination of Factors Affecting Tax Preparers
Aggressiveness: A Prospect Theory Approach. Journal of the American Taxation Association, 16, 2.
Shaughnessy, J.J. and E.B. Zechmeister, 1994. Research Methods In Psychology, Third
Edition, USA: McGraw-Hill International Editions. Sharma, Subhash, 1996. Applied Multivariate Techniques, John Wiley and Sons, Inc. Shields, M., I. Solomon and D. Jackson, 1995. Experimental Research on Tax
Professionals Judgement and Decision Making. Tax Research Prospects and Judgement Calls. FL: American Taxation Association.
Siahaan, Fadjar O.P., 2005. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Perilaku kepatuhan
Tax Professional dalam Pelaporan Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Surabaya. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Tidak Dipublikasikan.
Siegel, Sidney. 1985. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Gramedia. Slemrod, J., 1989. Complexity, Compliance Cost, and Tax Evasion. An Agenda for
Compliance Research, Vol. 2. Philadelphia: University of Pensylvania Press. Snyder, Wayne, 1985. The Budget Impact on Economic Growth and Stability in
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, XXXIII (2). Soemitro, Rochmat, 1991. Asas-asas Hukum Perpajakan. Cetakan Pertama. Bandung:
Binacipta. Solimun, 2002. Structural Equation Modelling Lisrel dan Amos. Malang: Universitas
Brawijaya . Solomon, Michael R., 1999. Consumer Behavior: Buying, Having and Being. Fifth
Edition. Singapore: Irwin / McGraw-Hill International Company. Spicer, M., and S. Lundstedt, 1976. Understanding Tax Evasion, Public Finance, 31
(2).. Stone, Eugene, 1978. Research Methods in Organizational Behavior. Glenview,
Illinois: Scott Foreman & Co.
ASPP-16 28
Trivedi, Viswanath Umashanker, 1997. An Experimental Analysis of Impact of
Imperfect Audits on Future Tax Compliance. Dissertation. Arizona State University, USA.
Vermeir, Iris, Patrick Van Kenhove and Hendrik Hendrick 2002. The Influence of Need
for Closure on Consumer’s Choice Behavior, Journal of Economic Psychology, 23.
Violette, G., 1989. Effect of Communication Sanctions on Taxpayer Compliance. The
Journal of American Taxation Association (Fall). Wicks, Andrew C., Shawn L Berman, Thomas M Jones, 1999. The Structure of Optimal
Trust: Moral and Strategic Implications. Academy of Management Review, 24. Witte, A. and Woodbury, 1985. The Effect of Tax Laws and Tax Administration on Tax
Compliance: The Case of the US Individual Income Tax. National Tax Journal (March), 38.
Yursal dan Akhmad Makhfatih, 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan
Pajak Penghasilan Periode 1970-1998 Melalui Error Correction Model, Berita Pajak , Tahun XXXII (1431).
(www.djapk.depkeu.go.id), 25 Juni 2005 APBN 2004, 2005 dan RAPBN 2006.
LAMPIRAN
GAMBAR 2.1: THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB)
Behavior Intention
Control
Attitude Toward the Behavior
Behavioral Beliefs
Perceived
Normative Beliefs
Subjective Norm
ASPP-16 29
Actual Behavioral
Control
Sumber: Ajzen (2002)
Tabel 3.1.1 DATA INDUSTRI MENENGAH DAN BESAR
DI KOTA SURABAYA TAHUN 2006
Ukuran Perusahaan Kelompok Industri
Menengah Besar Total
Kimia 164 42 206 Agro 171 32 203 Pulp dan Kertas 124 22 146 Hasil Hutan 197 18 215 Alat Angkut 69 11 80 Logam, Mesin dan Perekayasaan 177 15 192 Tekstil 92 8 100 Elektronika dan Aneka 139 11 150 Total 1.133 159 1.292
Sumber : Deperindag Kota Surabaya
Tabel 3.3.1 KLASIFIKASI VARIABEL LATEN DAN VARIABEL INDIKATOR
No Variabel Laten Variabel Indikator
1 Niat tax professional berperilaku tidak
1. Kecenderungan pribadi untuk melakukan ketidakpatuhan pajak
2. Keputusan pribadi untuk melakukan ketidak
ASPP-16 30
No Variabel Laten Variabel Indikator
patuh (Y1) patuhan pajak 2 Ketidakpatuhan
pajak badan (Y2) 1. Ketidakpatuhan penyerahan SPT (filing
noncompliance) 2. Ketidakpatuhan pembayaran (payment
noncompliance) 3. Ketidakpatuhan pelaporan (reporting
noncompliance) 3 Sikap terhadap
ketidakpatuhan pajak (X1)
1. Keinginan membayar pajak lebih kecil dari seharusnya
2. Pembentukan dana cadangan untuk pemeriksaan pajak
3. Perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan
4. Perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan 5. Biaya suap kepada fiskus yang lebih kecil
dibandingkan pajak yang bisa dihemat 4 Norma subyektif
(X2) 1. Pengaruh teman 2. Pengaruh konsultan pajak 3. Pengaruh petugas pajak 4. Pengaruh pimpinan perusahaan
5 Kewajiban moral (X3)
1. Melanggar etika 2. Perasaan bersalah 3. Prinsip hidup
6 Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (X4)
1. Kemungkinan diperiksa pihak fiskus 2. Kemungkinan dikenai sanksi 3. Kemungkinan pelaporan oleh pihak ketiga
7 Persepsi tentang kondisi keuangan (X5)
1. Kondisi arus kas tahun terakhir 2. Laba sebelum pajak tahun terakhir
8 Persepsi tentang fasilitas perusahaan (X6)
1. Kecukupan tax professional perusahaan 2. Perpustakaan pajak 3. Sistem informasi
9 Persepsi tentang Iklim Organisasi (X7)
1. Struktur 2. Imbalan (reward & punishment) 3. Dukungan 4. Risiko 5. Kewajiban
ASPP-16 31
Tabel 4.1.1
JUMLAH KUESIONER YANG DIDISTRIBUSIKAN, KEMBALI DAN DIOLAH
Perusahaan Besar
Perusahaan Menengah
Total Keterangan
∑
perush ∑ kues ∑
perush∑ kues ∑
perush ∑ kues
Didistribusikan (1)
24
72 176 528 200 600
Kembali (2) % dari (1)
18 75
5576
11968
29355
137 69
34858
Diolah (3) % dari (1)
14 58
4157
11063
19236
124 62
23339
Tabel 4.2.1 ESTIMASI PARAMETER MODEL STRUKTURAL
Variabel Koefisien C.R. Prob. Keterangan
SIKAP(X1) NIAT(Y1) 0,100 60,787 0,000 Signifikan
NORMA(X2) NIAT(Y1) -0,124 -63,241 0,000 Signifikan
MORAL(X3) NIAT(Y1) -0,474 -38,512 0,000 Signifikan
KTRL(X4) NIAT(Y1) 0,920 24,157 0,000 Signifikan
KTRL(X4) KETDKPATUHAN(Y2) -0,558 -19,166 0,000 Signifikan
KKEU(X5) KETDKPATUHAN(Y2) -0,070 -6,396 0,000 Signifikan
FAS(X6) KETDKPATUHAN(Y2) -0,295 -23,505 0,000 Signifikan
IKLIM (X7) KETDKPATUHAN(Y2) -0,604 -40,186 0,000 Signifikan
NIAT(Y1) KETDKPATUHAN(Y2) 0,487 44,241 0,000 Signifikan Sumber: Lampiran 6 diolah
EXPLORATORY-TEST UNTUK KUESIONER PENELITIAN DISERTASI
PETUNJUK
ASPP-16 32
Bapak/ Ibu/ Saudara tax professional (ahli/ staf pajak) Yth.,
Dalam rangka penyusunan kuesioner penelitian saya yang mengangkat topik
perpajakan, khususnya kepatuhan pajak, saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara
berkenan untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini.
Bapak/Ibu diminta untuk memilih jawaban yang tersedia dengan memberikan
tanda silang (X) atau menambahkan jawaban pada tempat yang telah
disediakan atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Hasil dari exploratory-test ini
digunakan untuk keperluan penyusunan disertasi, oleh karena itu kejujuran
dalam pengisian sangat kami harapkan. Untuk menjaga kerahasiaan,
Bapak/Ibu tidak perlu menuliskan identitas pada lembar exploratory-test ini.
PERTANYAAN 1. Asumsikan bahwa Bapak/Ibu seorang Wajib Pajak yang tergolong tidak
patuh, dalam arti Bapak/Ibu mengisi secara tidak benar jumlah pajak yang
terhutang, dan/atau membayar pajak tidak tepat waktu, dan/atau
melaporkan kewajiban perpajakan tidak tepat pada waktunya, dan/atau
Bapak/Ibu lakukan kewajiban perpajakan dengan rasa terpaksa. Menurut
Bapak/Ibu hal-hal apa yang mendorong ketidakpatuhan tersebut?
o agar bisa membayar pajak lebih sedikit
o upaya melakukan restitusi pajak
o sengaja melawan hukum
o perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan
o biaya suap yang murah
o lainnya, sebutkan:
2. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan, mungkin bapak/ibu dipengaruhi
oleh orang-orang sekitar, baik pengaruh itu bersifat positif atau negatif.
ASPP-16 33
Menurut Bapak/Ibu, siapa saja yang bisa mempengaruhi keputusan
tersebut?
o Teman
o Konsultan pajak
o Petugas pajak
o Lainnya, sebutkan:
3. Asumsikan bahwa Bapak/Ibu berniat untuk tidak patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakan. Menurut Bapak/Ibu hal-hal apa yang bisa
menghambat atau menghalangi keinginan tersebut?
o Kemungkinan diperiksa oleh pihak fiskus
o Kemungkinan dikenai sanksi
o Kemungkinan pelaporan pihak ketiga
o Lainnya, sebutkan:
4. Asumsikan bahwa Bapak/Ibu mempunyai kesempatan untuk melakukan
ketidakpatuhan pajak dengan risiko yang bisa diabaikan, norma manakah
yang berpengaruh menghalangi keinginan tersebut?
o Melanggar etika
o perasaan bersalah
o melanggar prinsip hidup
o Lainnya, sebutkan:
ASPP-16 34
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktu untuk
mengisi lembar exploratory-test penelitian disertasi ini. Semoga jerih payah
Bapak/Ibu/Saudara bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya
dalam bidang perpajakan di Indonesia.
KUESIONER PENELITIAN Bapak/ Ibu/ Saudara tax professional (ahli/ staf pajak) Yth., Penelitian ini mengangkat topik perpajakan, khususnya kepatuhan pajak. Wajib pajak dikatakan patuh apabila: (1) benar dalam perhitungan pajak terhutang, (2) benar dalam
ASPP-16 35
pengisian formulir SPT, (3) tepat waktu, dan (4) melakukan kewajibannya dengan sukarela (atas kesadaran sendiri) sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara berkenan untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini. Jawaban bisa dituliskan di tempat yang disediakan atau memilih jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada skala 1-7 atas pernyataan berikut ini. Kuesioner ini digunakan untuk keperluan akademis, oleh karena itu kejujuran dalam pengisian sangat saya harapkan. Untuk menjaga kerahasiaan, Bapak/ Ibu/ Saudara tidak perlu menuliskan identitas pada lembar kuesioner ini. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara meluangkan waktu mengisi lembar kuesioner penelitian disertasi ini. Semoga jerih payah Bapak/Ibu/Saudara bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang perpajakan di Indonesia.
PERTANYAAN A. DATA RESPONDEN
1. Umur tahun
2. Jenis kelamin : L / P (pilih salah satu)
3. Pendidikan terakhir: , jurusan:
4. Pendidikan informal di bidang perpajakan (Brevet, kursus, pelatihan, seminar,
atau workshop):
5. Lama bekerja sebagai tax professional: tahun bulan.
6. Apakah anda pernah mengisi SPT ?
7. Apakah tugas utama anda?
B. KUESIONER PENELITIAN Bagian ini terdiri dari 30 pernyataan. Pernyataan nomor 1- 6 berkaitan satu sama lain. Pernyataan nomor 1 berkaitan dengan pernyataan nomor 2, nomor 3 dengan nomor 4, nomor 5 dengan nomor 6, tetapi pernyataan yang berkaitan ini tidak harus sama skala jawabannya. 1. Sikap saya jika Wajib Pajak (WP) mempertimbangkan hal-hal berikut ini dalam
rangka memenuhi peraturan perpajakan. Sangat tidak Sangat
ASPP-16 36
Setuju Setuju
a. keinginan membayar pajak 1 2 3 4 5 6 7 lebih kecil dari yang seharusnya b. pembentukan dana 1 2 3 4 5 6 7
cadangan untuk pemeriksaan pajak
c. perasaan pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7 pajak yang tidak transparan
d. perasaan dirugikan 1 2 3 4 5 6 7 oleh sistem perpajakan e. biaya suap ke fiskus lebih 1 2 3 4 5 6 7
kecil dibanding dgn pajak yang bisa dihemat
2. Pada kenyataannya, hal-hal berikut ini saya pertimbangkan dalam memenuhi
kewajiban perpajakan perusahaan pada tahun pajak terakhir.
Sangat Tiidak Sangat Dipertimbangkan Dipertimbangkan a. Keinginan membayar pajak 1 2 3 4 5 6 7 lebih kecil dari yang seharusnya b. pembentukan dana 1 2 3 4 5 6 7 cadangan untuk pemeriksaan pajak c. perasaan pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7
pajak yang tidak transparan d. perasaan dirugikan 1 2 3 4 5 6 7 oleh sistem perpajakan e. biaya suap lebih kecil 1 2 3 4 5 6 7 dibanding dengan pajak yang bisa dihemat
3. Pihak-pihak berikut ini pernah mendorong saya untuk tidak mematuhi ketentuan perpajakan.
Sangat tidak Sangat Setuju Setuju
a. teman 1 2 3 4 5 6 7 b. konsultan pajak 1 2 3 4 5 6 7
ASPP-16 37
c. petugas pajak 1 2 3 4 5 6 7
4. Pada kenyataannya, saran-saran pihak-pihak berikut ini saya pertimbangkan
dalam memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan pada tahun pajak terakhir.
Sangat Tidak Sangat Dipertimbangkan Dipertimbangkan
a. teman 1 2 3 4 5 6 7 b. konsultan pajak 1 2 3 4 5 6 7 c. petugas pajak 1 2 3 4 5 6 7
5. Sikap saya jika hal-hal berikut ini dipertimbangkan WP dalam keputusannya untuk
mematuhi peraturan perpajakan. Sangat Sangat Setuju Tidak Setuju
a. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 diperiksa pihak fiskus b. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 dikenai sanksi c. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 pelaporan pihak ketiga
6. Pada kenyataannya, saya mempertimbangkan hal-hal berikut ini dalam
memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan pada tahun pajak terakhir. Sangat Sangat Dipertimbangkan Tidak Dipertimbangkan
a. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 diperiksa pihak fiskus b. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 dikenai sanksi c. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 pelaporan pihak ke tiga
Sangat Sangat Tidak Setuju Setuju 7. Menurut saya 1 2 3 4 5 6 7 ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar etika
ASPP-16 38
8. Saya tidak merasa 1 2 3 4 5 6 7 bersalah ketika saya melakukan ketidak- patuhan pajak 9. Menurut saya 1 2 3 4 5 6 7 ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar prinsip hidup saya 10. Sebagai salah satu 1 2 3 4 5 6 7 staf bagian perpajak- an (tax professional) di perusahaan ini, saya pribadi cenderung untuk melakukan ketidakpatuhan pajak pada tahun pajak terakhir 11. Sebagai salah satu 1 2 3 4 5 6 7 staf bagian perpajak- an di perusahaan ini, saya pribadi memutuskan untuk melakukan ketidakpatuhan pajak pada tahun pajak terakhir 12. Arus kas 1 2 3 4 5 6 7 perusahaan tahun pajak terakhir tidak memuaskan 13. Laba sebelum 1 2 3 4 5 6 7 pajak (earning before tax) perusahaan tahun pajak terakhir tidak memuaskan 14. Jumlah tax professional 1 2 3 4 5 6 7 perusahaan
tidak mencukupi
Sangat tidak Sangat
Setuju Setuju
15. Tidak tersedia 1 2 3 4 5 6 7 perpustakaan pajak yang memadai
ASPP-16 39
16. Tidak tersedia sistem 1 2 3 4 5 6 7 informasi yang handal untuk penyusunan laporan keuangan dan perpajakan 17. Wewenang yang 1 2 3 4 5 6 7
diberikan perusahaan tidak sesuai dengan tugas saya.
18. Sistem reward & 1 2 3 4 5 6 7 punishment belum
diterapkan dengan baik di perusahaan.
19. Dalam menjalankan 1 2 3 4 5 6 7 tugas, saya tidak mendapat dukungan dari atasan.
20. Dalam menjalankan 1 2 3 4 5 6 7 tugas, saya tidak mendapat dukungan
dari rekan sesama tax professional
21. Jika saya melakukan 1 2 3 4 5 6 7
kesalahan dalam melaksanakan tugas, saya tidak akan mengha- dapi risiko kinerja (performance risk) yang besar.
22. Dalam memenuhi 1 2 3 4 5 6 7 kewajiban perpajakan perusahaan, saya kurang mempertimbangkan risiko yang akan diterima perusahaan jika saya melakukan kesalahan Pada 2 tahun pajak terakhir, perusahaan telah mengalami hal-hal berikut ini:
Sangat Sangat tidak Setuju Setuju
23. Tidak menerima STP atas 1 2 3 4 5 6 7 denda keterlambatan
ASPP-16 40
penyerahan SPT masa 24. Tidak menerima STP atas 1 2 3 4 5 6 7 denda keterlambatan penyerahan SPT tahunan 25. Tidak menerima STP atas 1 2 3 4 5 6 7 bunga keterlambatan pembayaran pajak terhutang 26. Tidak menerima STP atas 1 2 3 4 5 6 7 denda dan bunga kekurangan pajak yang disetorkan 27. Laporan Keuangan 1 2 3 4 5 6 7 telah diaudit oleh Akuntan Publik yang tidak sedang dikenai sanksi peringatan dan pembekuan oleh DJP 28. Pendapat akuntan publik 1 2 3 4 5 6 7
atas Laporan Keuangan perusahaan adalah Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar dengan Pengecualian tanpa mempengaruhi laba rugi fiskal 29. Koreksi fiskal yang dilakukan 1 2 3 4 5 6 7 pemeriksa pajak untuk semua jenis pajak tidak lebih dari 10% Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, perusahaan tidak pernah: 30. Dijatuhi hukuman 1 2 3 4 5 6 7 karena melakukan tindak pidana bidang perpajakan
>>>>>>>>>>>>Terima kasih<<<<<<<<<<<<
ASPP-16 41
SKP1
NRM 2
NRM 3
NRM 4
MRL 3
MRL 1
SKP 5 SKP 3 SKP2 SKP 4
KTR 3
KTR 1
KTR 2
KEU 1
KEU 2
MRL 2
FAS 2
FAS 1
FAS 3
IKL 2 IKL 3 IKL 4
SKP (X1)
NRM (X2)
FAS (X6)
MRL (X3)
KTR (X4)
KEU (X5)
IKL (X7)
NIA 2 NIA 1
NIA (Y1)
KTP
KTP
KTP KTP (Y2)
KETERANGAN: SKP (X1) : sikap terhadap ketidakpatuhan pajak SKP 1 : membayar pajak lebih kecil SKP 2 : pembentukan dana cadangan SKP 3 : ketidaktransparanan SKP 4 : perasaan dirugikan sistem SKP 5 : biaya suap ke fiskus NRM (X2): norma subyektif NRM 1 : pengaruh teman NRM 2 : pengaruh konsultan pajak NRM 3 : pengaruh petugas pajak NRM 4 : pengaruh pimpinan perusahaan MRL (X3) : kewajiban moral MRL 1 : melanggar etika MRL 2 : perasaan bersalah MRL 3 : prinsip hidup KTR (X4) : kontrol keperilakuan yg dipersepsikan KTR 1 : kemungkinan diperiksa fiskus KTR 2 : kemungkinan dikenai sanksi KTR 3 : kemungkinan pelaporan pihak ke 3 KEU (X5) : persepsi tentang kondisi keuangan KEU 1 : arus kas KEU 2 : laba bersih sebelum pajak FAS (X6) : persepsi tentang fasilitas perusahaan FAS 1 : kecukupan tax professional FAS 2 : perpustakaan FAS 3 : sistem informasi IKL (X7) : persepsi tentang iklim organisasi IKL 1 : struktur IKL 2 : reward & punishment IKL 3 : dukungan IKL : risiko IKL 5 : tanggungjawab NIA (Y1) niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh NIA 1 : kecenderungan NIA 2 : keputusan KTP (Y2) : ketidakpatuhan pajak badan KTP 1 : penyerahan SPT KTP 2 : pembayaran KTP 3 : pelaporan H1 – H9 : hipotesis 1 - 9
H1
H2
H3
H6
H7
H4
H5
H8
H9
IKL 1
NRM 1
Gambar 3.2.1 MODEL PENELITIAN IKL 5